Top Banner
MAKALAH KDM 2 “ TRAUMA DAN PERAWATAN LUKA “ Disusun Oleh Kelompok VII Lina Ria Hasanah M. Arif Hardiman Mirna Arifiati Ma’ruf
49

KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

Dec 29, 2015

Download

Documents

Kusala Putra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

MAKALAH KDM 2

“ TRAUMA DAN PERAWATAN LUKA “

Disusun Oleh

Kelompok VII

Lina Ria Hasanah

M. Arif Hardiman

Mirna Arifiati

Ma’ruf

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MATARAM

2008/2009

Page 2: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah tentang “ TRAUMA DAN PERAWATAN LUKA”,

dan tidak lupa kami berterima kasih kepada teman-teman yang telah ikut serta

membantu dalam penyiapan referensi yang berkaitan dalam makalah kami.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, makalah ini

tentu masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran

sehingga dapat lebih menyempurnakannya.

Mataram, 8 April 2009

Penulis

Page 3: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………

Daftar Isi ………………………………………………………………………….

BAB I.

Pendahuluan ………………………………………………………………………

a. Latar Belakang ………………………………………………………………..

b. Tujuan ………………………………………………………………………...

BAB II

Pembahasan …………………………………………………………………….....

BAB III

PENUTUP …………………………………………………………………………

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………

Page 4: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga

memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.

Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini

berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit

degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut

biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat

diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan

keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari

pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi

tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil

yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan

dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan

isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam

perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini,

perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai

bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya

(cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang

berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien

dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.

Page 5: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

B. Tujuan

Agar kita dapat mengetahui :

Pengertian luka dan jenis-jenisnya

Patofisiologi trauma dan luka

Etiologi terjadinya luka

Tahapan proses penyembuhan luka

Komplikasi penyembuhan luka

Proses keperawatan pada pasien dengan trauma dan luka

Page 6: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI LUKA

Luka adalah “ rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses

patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ

tertentu ( Lazarus et. al, 1994 ) .

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor,

1997).

Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang

atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

B. JENIS-JENIS LUKA

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan

menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).

1. Berdasarkan tingkat kontaminasi

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak

terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,

pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya

menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase

tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar

1% - 5%.

Page 7: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka

pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan

dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan

timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,

luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik

aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk

insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya

mikroorganisme pada luka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang

terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada

lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan

adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan

meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai

bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai

pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka

timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa

merusak jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon

dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

a. Luka akut yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep

penyembuhan yang telah disepakati.

b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses

penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

Page 8: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

C. PATOFISIOLOGI TRAUMA DAN LUKA

Patofisiologi Trauma

Pada sebuah luka terbuka, trauma mekanis dengan mudah merusak jaringan

granulasi yang penuh dengan pembuluh darah dan mudah pecah, epitelium yang

baru saja terbentuk dan dapat menyebabkan luka sehingga kembali ke keadaan

fase penyembuhan tertentu yaitu fase respons inflamasi akut.

Trauma berulang dapat disebabkan oleh berbagai hal. Jika seorang pasien

penderita dekubitus ditempatkan dengan bagian yang sakit di atas tempat tidur

atau di sebuah kursi, maka kemudian tenaga tekanan yang terjadi, robekan, dan

gesekan, dapat menyebabkan kerusakan lapisan kulit di atasnya, yang tak dapat

dihindarkan sehingga dapat merusak penyembuhan jaringan yang masih sangat

lunak, sehingga luka justru akan bertambah besar. Trauma juga dapat disebabkan

oleh pelepasan balutan yang kurang hati-hati. Bahkan pada saat dilakukan

pcrawatan yang baik sekalipun, beberapa trauma terhadap luka masih sangat

mungkin terjadi jika digunakan kasa yang ditempelkan langsung pada permukaan

luka, sehingga lengkung kapiler darah tumbuh melalui rajutan serat kapas yang

ada pada kapas dan dapat terobek pada saat balutan itu dilepaskan. Banyak

balutan yang seharusnya hanya memiliki daya rendah, dapat merekat erat pada

luka jika dibiarkan terpasang terlalu lama, terutama jika terjadi pengeluaran

eksudat dan luka itu mengering. Perdarahan luka saat pelepasan balutan adalah

tanda trauma yang jelas.

Patofisiologi Penyembuhan Luka

Sejumlah kondisi medis berhubungan dengan buruknya penyembuhan luka.

Mekanisme pengaruh kondisi-kondisi tersebut terhadap penyembuhan luka,

seringkali kompleks, tetapi beberapa kelambatan penyembuhan luka terjadi akibat

kurang tersedianya substansi-substansi yang diperlukan untuk proses

penyembuhan luka, seperti oksigen, asam amino, vitamin, dan mineral.

Page 9: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

Penurunan suplai oksigen. Pengaruh lokal yang merugikan akibat buruknya

suplai darah dan hipoksia di tempat luka. Oksigen memainkan peranan penting di

dalam pembentukan kolagen, kapiler-kapiler baru, dan perbaikan epitel, serta

pengendalian infeksi. Jumlah oksigen yang dikirimkan untuk sebuah luka

tergantung pada tekanan parsial oksigen di dalam darah, tingkat perfusi jaringan,

dan volume darah total

Tabel 2.2.       Beberapa kondisi medis yang dihubungkan dengan buruknya

penyembuhan luka

Status nutrisi yang buruk

 

Keganasan

Penyakit inflamasi usus

Gagal hepar

Defisiensi vitamin (khususnya

vitamin A dan C)

Defisiensi mineral (khususnya besi

dan seng)

 

Anemia

Anemia defisiensi besi

Anemia pemisiosa

Anemia aplastik

Anemia hemolitik

Anemia hemoragik

 

Turunnya daya tahan terhadap

infeksi

Gangguan imun

Diabetes

Infeksi kronik

Gangguan kardivaskular

 

Arteriosklerosis

Diabetes

Penyakit vaskuler perifer

Gagal jantung kongesif

 

 

 

 

Gangguan pernapasan

 

 

 

 

 

Lain-lain

Penyakit Cushing

Penyakit Addison

Artritis rheumatoid

Uremia

.

Page 10: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

Kebutuhan oksigen di tempat luka memang cukup tinggi. Penurunan pasokan

oksigen terhadap luka dapat disebabkan oleh :

Gangguan respirasi: penurunan efisiensi pertukaran gas dalam

paru-paru, karena penyebab apapun, dapat menyebabkan penurunan tekanan

parsial oksigen (pO2) di dalam darah dan akhirnya terjadi penurunan

ketersediaan oksigen untuk jaringan.

Gangguan kardiovaskuler: hal ini dapat mengurangi tingkat perfusi

jaringan. Hal tersebut secara khusus bermakna pada saat sirkulasi perifer

terganggu, seperti pada diabetes melitus di mana terdapat mikroangiopati serta

pada artritis reumatoid di mana terdapat arteritis, atau di mana terdapat

kerusakan katup pada vena-vena profunda dan vena yang mengalami perforasi

sehingga menyebabkan hipertensi vena kronik serta edema lokal.

Hemoragi: Untuk mempertahankan tekanan darah dan suplai darah

yang adekuat kejantung, otak, dan organ-organ vital lainnya, maka

vasokonstriksi perifer dapat mengiringi perdarahan besar. Tingkat penutupan

perifer akan bergantung pada beratnya kehilangan darah. Turunnya suplai

darah perifer dapat menyebabkan terlambatnya penyembuhan sampai volume

darah dipulihkan kembali. Secara nomial, hal tersebut merupakan suatu

fenomena sesaat saja, tetapi nekrosis jaringan sudah dapat terjadi selama

waktu itu.

Anemia: Apapun penyebabnya, di dalam anemia terdapat

penurunan kapasitas darah yang mengangkut oksigen. Secara khusus, hal

tersebut sangat penting apabila dihubungkan dengan hipovolemia akibat

perdarahan.

Malnutrisi. Baik luka tersebut merupakan luka traumatis, luka akibat

tindakan bedah, ataupun luka terbuka yang kronik, seperti dekubitus, maka salah

satu dari penyebab terbanyak terlambatnya penyembuhan adalah malnutrisi.

Beberapa studi mengenai insidens malnutrisi pada pasien-pasien lansia yang

dirawat di rumah sakit, orang-orang dengan kecacatan mental, dan mereka dengan

penyakit mental menunjukkan bahwa defisiensi vitamin dan mineral bukanlah hal

yang tidak mungkin pada kelompok yang rentan ini, tetapi masalah status nutrisi

Page 11: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

yang buruk tidak saja terjadi pada pasien-pasien dengan perawatan di rumah sakit

yang lama. mendapati bahwa sekitar 30% pasien bedah mengalami malnutrisi.

Penyebab keparahan malnutrisi pada pasien yang dirawat diulas oleh Dickerson

(1990).

Kebutuhan protein dan kalori pasien hampir pasti menjadi lebih tinggi

daripada orang normal ketika terdapat luka yang besar (Kinney, 1980 a,b). Asam

amino diperlukan untuk sintesis protein struktural seperti kolagen dan untuk

melakukan sintesa protein yang berperan di dalam respons immun. Pada stadium

awal setelah luka yang besar, berbagai sistem endokrin dan sistem saraf

mengadakan reaksi terhadap cedera yang kemudian memicu proses-proses

katabolik yang merusak jaringan tubuhnya sendiri untuk menyediakan

bahan-bahan yang diperlukan bagi proses perbaikan yang sifatnya segera (Fleck,

1988). Pasien-pasien dengan luka bakar atau trauma yang berat, dapat menderita

pelisutan otot yang dramatis dan kehilangan berat badan yang cepat, hanya dalam

beberapa hari saja. Penggantian protein, kalori, elektrolit, dan cairan, merupakan

komponen pengobatan awal yang sangat vital. Bahkan pada luka terbuka yang

kronis, seperti dekubitus, protein dalam jumlah yang signifikan dapat juga hilang

dalam, eksudat (Bobel, 1987). Mengkaji status nutrisi pasien merupakan suatu

bagian penting dari pengkajian pasien secara menyeluruh.

Defisiensi protein tidak hanya memperlambat penyembuhan, tetapi juga

mengakibatkan luka tersebut sembuh dengan kekuatan regangan yang menyusut.

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya dehiscence pada pasien gemuk dengan luka

laparatomi atau menyebabkan cepat hancurnya dekubitus yang baru saja sembuh

hanya akibat trauma kecil saja.

Masukan dan absorpsi yang cukup vitamin dan mineral tertentu yang cukup

juga diperlukan untuk penyembuhan yang optimal. Vitamin C diperlukan untuk

sintesa kolagen. Scurvy dianggap sebagai suatu fenomena yang tidak biasa saat

ini, tetapi kebanyakan lansia memperlihatkan tanda-tanda dini defisiensi vitamin

C, baik karena kemiskinan, kesulitan untuk pergi berbelanja atau kesulitan di

dalam makan buah-buahan dan sayuran segar karena pemasangan gigi palsu yang

tidak pas.

Page 12: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

Penurunan daya tahan terhadap infeksi. Penurunan daya tahan terhadap

infeksi, seperti pada pasien-pasien dengan gangguan imun, diabetes, atau infeksi

kronis, akan memperlambat penyembuhan karena berkurangnya efisiensi sistem

immun. Infeksi kronis juga mengakibatkan katalabolisme dan habisnya timbunan

protein, yang merupakan sumber-sumber endogen infeksi luka yang pernah ada.

D. ETIOLOGI TERJADINYA LUKA

1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.

Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup

oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi).

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan

dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain

yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau

pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca

atau oleh kawat.

6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh

biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung

biasanya lukanya akan melebar.

7. Luka Bakar (Combustio), yaitu suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus

listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang

lebih dalam.

Page 13: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

E. TAHAPAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan

memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan

sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses

penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun

beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan.

Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga

kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).

1. Prinsip Penyembuhan Luka

Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu:

(1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh

luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang,

(2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga,

(3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma,

(4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka,

(5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk

mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan

(6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh

termasuk bakteri.

2. Fase Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga

berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan

seperti yang terjadi pada lukaa pembedahan (Kozier,1995).

Adapun dalam proses penyembuhan luka terdapat 2 jenis penyembuhan luka

yaitu :

a) Penyembuhan Primer

b) Penyembuhan Sekunder

Page 14: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

Penyembuhan primer meliputi beberapa fase , antara

lain :

Menurut Kozier, 1995

a. Fase Inflamatori

Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses

utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis

(penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di

daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan

jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah

dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi

kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan

luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah

kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel

berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara

tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.

Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler

digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai

darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang

diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak

merah dan sedikit bengkak.

Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah

interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit

selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan

mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis.

Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang

pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF

bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini

sangat penting bagi proses penyembuhan.

Page 15: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

b. Fase Proliferatif

Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21

setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang

berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan.

Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut

proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi

protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen

yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil

kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan

nampak dibawah garis irisan luka.

Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang

memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.

Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring

perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini

disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.

c. Fase Maturasi

Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah

pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin

dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi

kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

Menurut Taylor (1997):

a. Fase Inflamatory

Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir hari ke 3 –

4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah Hemostasis dan

Pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi

sindrom. Sebagai hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat

pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti vasodilatasi menyebabkan

peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel darah putih

untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris. Lebih kurang

Page 16: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag) masuk ke daerah

luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang pembentukan

anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali dapat

terjadi.

b. Fase Proliferative

Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblast

secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Dua substansi ini

membentuk lapis-lapis perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel

terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada didalamnya, sekarang

pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi tumbuh). Jaringan baru ini

disebut granulasi jaringan, adanya pembuluh darah, kemerahan dan mudah

berdarah.

c. Fase Maturasi

Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat berlanjut

selama 1 – 2 tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah,

membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen

baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka,

sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih.

Menurut Potter (1998):

a. Devensive / Tahap Inflamatory

Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut

hingga 4- 6 hari. Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon inflamatori,

Tibanya sel darah putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi

konstriksi pembuluh darah, membawa platelet menghentikan perdarahan.

Bekuan membentuk sebuah matriks fibrin yang mencegah masuknya

organisme infeksius. Respon inflammatory adalah saat terjadi peningkatan

aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma menyebabkan

kemerahan dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih di luka

Page 17: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

melalui suatu proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris yang

kemudian mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang

menyerang bakteri dan membantu perbaikan jaringan. Monosit menjadi

makrofag, selanjutnya makrofag membersihkan sel dari debris oleh

pagositosis, Meningkatkan perbaikan luka dengan mengembalikan asam

amino normal dan glukose . Epitelial sel bergerak dari dalam ke tepi lukaa

selama lebih kurang 48 jam.

b. Reconstruksion / Tahap Prolifrasi

Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut

selama 2 – 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan

C, dan asam amino pada jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur,

kekuatan dan integritas luka. Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.

c. Tahap Maturasi

Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih

hingga bekas luka merekat kuat.

Menurut Doughty ( 1992 ) dan Krasner ( 1995 )

a. Fase Inflamasi ( Reaksi )

Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai

setelah beberapa menit dan berlangsung selama sekitar 3 hari setelah cedera.

Proses perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan ( hemostasis ),

mengirim darah dan sel ke area yang mengalami cedera ( inflamasi ), dan

membentuk sel-sel epitel pada tempat cedera ( epitelialisasi ). Selama

proses hemostasis, pembuluh darah yang cedera akan mengalami konstriksi

dan trombosit berkumpul untuk menghentikan perdarahan. Bekuan darah

membentuk matriks fibrin yang nantinya akan menjadi kerangka untuk

perbaikan sel. Jaringan yang rusak dan sel mast menyekresi histamine, yang

menyebabkan vasodilatasi kapiler di sekitarnya dan mengeluarkan serum

dan sel darah putih ke dalam jaringan yang rusak. Hal ini menimbulkan

Page 18: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

kemerahan, edema, hangat, dan nyeri local. Respons inflamasi merupakan

respons yang menguntungkan dan tidak perlu mendinginkan area inflamasi

atau mengurangi bengkak kecuali jika bengkak tersebut terjadi dalam

ruangan yang tertutup ( mis, pergelangan kaki atau leher ).

Leukosit ( sel darah putih ) akan mencapai luka dalam beberapa jam.

Leukosit utama yang bekerja pada luka adalah neutrofil, yang mulai

memakan bakteri dan debris yang kecil. Neutrofil mati dalam beberapa hari

dan meninggalkan eksudat enzim yang akan menyerang bakteri atau

membantu perbaikan jaringan. Pada inflamasi kronik, neutrofil yang mati

akan membentuk pus. Leukosit penting yang adalah monosit , yang akan

berubah menjadi makrofag. Makrofag adalah “ sel kantong sampah” yang

akan membersihkan luka dari bakteri, sel-sel mati, dan debris denga cara

fagositosis. Makrofag juga mencerna dan mendaur ulang zat-zat tertentu,

seperti asam amino dan gula , yang dapat membantu dalam perbaikan luka.

Makrofag akan melanjutkan proses pembersihan debris luka, menarik lebih

banyak makrofag dan menstimulasi pembentukan fibroblast, yaitu sel yang

mensintesis kolagen. Kolagen dapat ditemukan paling cepat pada hari kedua

dan menjadi komponen utama jaringan parut.

Setelah makrofag membersihkan luka dan menyiapkannya untuk

perbaikan jaringan, sel epitel bergerak dari bagian tepi luka di bawah dasar

bekuan darah atau keropeng. Sel epitel terus berkumpul di bawah rongga

luka selama sekitar 48 jam. Akhirnya di atas luka akan terbentuk lapisan

tipis dari jaringan epitel dan menjadi barier terhadap organisme penyebab

infeksi dan dari zat-zat beracun.

Hormon pertumbuhan dilepaskan oleh trombosit dan makrofag. Semakin

banyak bukti yang menunjukkan bahwa factor ini dapat mempercepat

penyembuhan luka.

Terlalu sedikit inflamasi yang terjadi akan menyebabkan fase inflamasi

berlangsung lama dan proses perbaikan menjadi lambat, seperti yang terjadi

pada penyakit yang menyebabkan kecacatan atau setelah pemberian steroid.

Terlalu banyak inflamasi juga dapat memperpanjang masa penyembuhan

Page 19: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

karena sel yang tiba pada luka akan bersaing untuk mendapatkan nutrisi

yang memadai.

b. Fase Proliferasi ( Regenerasi )

Dengan munculnya pembulluh darah baru sebagai hasil rekonstriksi,

fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari. Aktivitas utama salama fase

regenerasi ini adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau

jaringan granulasi yang beru dan menutup bagian atas luka dengan

epitelisasi. Fibroblast adalah sel-sel yang mensintesis kolagen yang akan

menutup defek luka. Fibroblas membutuhkan vitamin B dan C , oksigen,

dan asam amino agar dapat berfungsi denga baik. Kolagen memberikan

kekuatan dan integritas struktur pada luka . Selama periode ini luka mulai

tertutup oleh jaringan yang baru.Bersamaan dengan proses rekontruksi yang

terus berlangsung , daya elastisitas luka meningkat dan resiko terpisah atau

rupture luka akan menurun. Tingkat tekanan pada luka mempengaruhi

jumlah jaringan parut yang terbentuk. Contohnya , jaringan parut lebih

banyak terbentuk pada luka di ekstremitas dibandingkan denga luka pada

daerah yang pergerakannya sedikit , seperti di kulit kepala atau dada.

Gangguan proses penyembuhan selama fase ini biasanya disebabkan oleh

factor sistemik, seperti usia, anemia, hipoproteinemia dan defisiensi zat besi.

c. Materasi ( Remodeling )

Maturasi, yang merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka, dapat

memerlukan waktu lebih dari 1 tahun, bergantung pada kedalaman dan

keluasan luka. Jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi dan

akan menguat setelah beberapa bulan. Namun , luka yang telah sembuh

biasanya tidak memiliki daya elastisitas yang sama dengan jaringan yang

digantikannya. Serat kolagen mengalami remodeling atau reorganisasi

sebelum mencapai bentuk normal. Biasanya jaringan parut mengandung

lebih sedikit sel-sel pigmentasi ( melanosit ) dan memiliki warna yang lebih

terang dari pada warna kulit normal.

Page 20: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

Penyembuhan sekunder

Pada penyembuhan sekunder, memerlukan waktu yang lebih lama karena

mengalami banyak kehilangan jaringan . Luka terbuka yang besar biasanya

leibh banyak mengeluarkan cairan dari pada luka tertutup. Inflamasi yang

terjadi sering kali bersifat kronik dan jaringan yang rusak lebih banyak dipenuhi

oleh jaringan granulasi yang rapuh dari pada dipenuhi oleh kolagen.

Bila sel epitel dan jaringan penyambung tidak mampu menutup defek luka

maka akan terjadi kontraksi. Kontraksi luka meliputi pergerakan dermis dan

epidermis pada setiap sisi luka. Mekanisme kontraktur belum sepenuhnya

dimengerti tetapi diketahui bahwa kolagen tidak berperan penting dan setiap

kejadian yang mengganggu kemampuan hidup sel yang berada ditepi luka akan

menghambat kontraksi. Kontraksi luka dimulai pada hari keempat dan terjadi

secara simultan dengan epitelisasi. Sel yang mendorong terjadi kontraksi adalah

miofibroblas. Kontraksi luka mengakibatkan jaringan disekitar luka menipis,

dan ukuran serta bentuk jaringan parut pada akhirnya akan sama dengan garis

ketegangan di daerah yang rusak. Pada beberapa daerah tubuh, kontraksi

memberi hasil yang minimal misalnya pada luka diwajah, sternum, dann kaki

bagian bawah anterior. Kontraksi luka tidak sama dengan kontraktur atau

deformitas akibat pemendekan otot dan fiksasi sendi.

F. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUKA

1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua

lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu

sintesis dari faktor pembekuan darah.

2. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien

memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral

seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status

nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk

Page 21: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah

jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya

sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit

pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat

karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk

sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang

menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.

Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan

pernapasan kronik pada perokok.

Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan

menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara

bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat

bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh,

sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

6. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan

terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari

serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk

suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).

7. Iskemia

Page 22: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah

pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi

akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal

yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

8. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula

darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan

terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

9. Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas

penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik

mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat

membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap

cedera

b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri

penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan

tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

Page 23: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

G. KOMPLIKASI PENYEMBUHAN LUKA

Komplikasi penyembuhan luka meliputi hemoragi, infeksi, perdarahan,

dehiscence dan eviscerasi.;

1. Hemoragi

Hemoragi atau perdarahan dari daerah luka merupakan hal yang normal terjadi

selama dan sesaat setelah trauma. Hemostasis terjadi dalam beberapa menit

kecuali jika luka mengenai pembuluh darah besar atau fungsi pembekuan darah

klien buruk. Perdarahan terjadi setelah hemostasis menunjukkan lepasnya jahitan

operasi, keluarnya bekuan darah, infeksi, atau erosi pembuluh darah oleh benda

asing ( contoh, selang drainase ). Perdarahan dapat terjadi secara eksternal atau

internal. Contohnya jika jahitan operasi merobek pembuluh darah, maka

perdarahan terjadi di dalam jaringan dan tidak terlihat tanda-tanda perdarahan

kecuali jika klien terpasang drain setelah pembedahan, yang berguna untuk

membuang cairan yang terkumpul di dalam jaringan di bawah luka. Perawat daapt

mendeteksi perdarahan internal dengan melihat adanya distensi atau

pembengkakan pada bagian tubuh yang mengalami luka, perubahan jenis dan

jumlah drainase dari drain yang dipasang setelah pembedahan, atau adanya tanda-

tanda syok hipovolemik.

2. Hematoma

Hematoma adalah pengumpulan darah local dibawah jaringan. Hematoma terlihat

seperti bengkak atau massa yang sering berwarna kebiruan. Hematoma yang

terjadi didekat arteri atau vena yang besar berbahaya karena tekanan akibat

hematoma dapat menghambat aliran darah.

3. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau

setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah

pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan

drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan

peningkatan jumlah sel darah putih.

Page 24: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

4. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis

jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).

Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah

balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah

pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,

penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan

dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

5. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.

Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah

keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan,

kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,

muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.

Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas

di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup

dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan

untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

6. Fistula

Fistula adaalah saluran abnormal yang berada di antara 2 buah organ atau di

antara organ dan bagian luar tubuh. Dokter bedah membuat fistula untuk

kepentingan terapi, misalnya, pembuatan saluran antara lambung dengan dinding

abdomen luar untuk memasukkan selang gastrostomi yang berguna untuk

memasukkan makanan. Namun, sebagian besar fistula terbentuk karena

penyembuhan luka yang buruk atau karena komplikasi suatu penyakit , seperti

penyakit Chron atau enteritis regional. Trauma, infeksi, terpapar radiasi serta

penyakit seperti kanker akan menyebabkan lapisan jairngan tidak menutup

dengan baik dan membentuk saluran fistula. Fistula meningkatkan resiko

terjadinya infeksi dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan

Page 25: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

cairan. Drainase cairan yang kronik melalui fistula juga dapat menyebabkan

kerusakan kulit .

H. PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA DAN

LUKA

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian dilakukan dengan melihat penampilan ( tanda penyembuhan luka )

seperti adanya perdarahan , proses inflamasi ( kemerahan dan pembengkakan ),

proses granulasi jaringan ( yaitu menurunnya reaksi inflamasi pada saat

pembekuan berkurang ), adanya parut atau bekas luka ( scar) akibat fibroblast

dalam jaringan granulasi mengeluarkan kolagen yang membentuknya, serta

berkurangnya ukuran parut yang merupakan indikasi terbentuknya koloid. Selain

itu, juga perlu dikaji adanya drainase, pembengkakan , bau yang kurang sedap,

dan nyeri pada daerah luka.

 

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan ;

Insisi bedah

Efek tekanan

Cedera akibat zat kimia

Sekresi dan ekskresi

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) yang berhubungan dengan ;

Terputusnya kontinuitas jaringan, sensory,dan vaskularisasi

Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan ;

Imobilisasi fisik

Paparan sekresi

Resiko infeksi yang berhubungan dengan;

Malnutrisi

Kehilangan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

Nyeri yang berhubungan dengan ;

Insisi abdomen

Page 26: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan

Nyeri luka operasi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ;

Ketidakmampuan menelan makanan

Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan ;

Nyeri insisi abdomen

Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan;

Gangguan aliran arteri

Gangguan aliran vena

Gangguan harga diri yang berhubungan dengan;

Persepsi terhadap jaringan parut

Persepsi terhadap drain operasi

Reaksi terhadap pengangkatan bagian tubuh melalui pembedahan

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan :

1. Mencegah terjadinya infeksi

2. Mengurangi nyeri dan mempercepat proses

penyembuhan luka

3. Memperoleh rasa nyaman

Rencana Tindakan

a. Mencegah terjadinya infeksi dengan cara menjaga

atau mempertahankan agar luka tetap dalam keadaan bersih.

b. Mengurangi nyeri dan mempercepat proses

penyembuhan luka dengan cara melakukan perawatan luka secara aseptic.

c. Memperolah rasa nyaman dengan cara menjaga

pasien dari hal-hal yang dapat menyebabkan rasa sakit pada luka.

Page 27: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Cara Merawat Luka

Merupakan tindakan keperawatan untuk merawat luka dan melakukan

pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang ( masuk melalui luka ) dan

mempercepat proses penyembuhan luka.

Alat dan Bahan

1) Pinset anatomi

2) Pinset cirurghi

3) Gunting steril

4) Kapas sublimate / savlon dalam tempatnya

5) Larutan H2O2

6) Larutan boorwater

7) NaCl 0,9%

8) Gunting perban ( gunting tidak steril )

9) Plester / pembalut

10) Bengkok

11) Kasa steril

12) Mangkok kecil

13) Handskon steril

Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

3) Gunakan sarung tangan steril

4) Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset

5) Bersihkan luka dengan menggunakan savlon/sublimate ,

H2O2, boorwater, atau NaCl 0,9 % sesuai dengan keadaan luka. Lakukan

hingga bersih.

6) Berikan obat luka

7) Tutup luka dengan menggunakan kasa steril

Page 28: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

8) Balut luka

9) Catat perubahan keadaan luka

10) Cuci tangan

2. Cara Menjahit Luka

Merupakan tindakan keperawatan untuk menutup luka melalui jahitan,

bertujuan mencegah terjadinya perdarahan, mencegah infeksi silang, dan

mempercepat proses penyembuhan.

Alat dan Bahan

1) Pinset anatomi

2) Pinset cirurghi

3) Gunting steril

4) Naald voerder

5) Jarum

6) Benang

7) Larutan betadine

8) Alkohol 70%

9) Obat anastesi

10) Spuit

11) Duk steril

12) Pisau steril

13) Gunting perban

14) Plester/pembalut

15) Bengkok

16) Kasa steril

17) Mangkok kecil

18) Handskon steril

Page 29: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

3) Gunakan sarung tangan steril

4) Lakukan disinfeksi daerah yang akan dijahit ( dengan betadine dan

alcohol 70% ), kemudian lakukan anastesi pada daerah yang akan dijahit.

5) Lakukan jahitan pada daerah yang dikehendaki dengan

menggunakan teknik menjahit yang sesuai dengan kondisi luka.

6) Berikan betadine

7) Tutup luka dengan menggunakan kasa steril

8) Lakukan pembalutan

9) Catat perubahan keadaan luka

10) Cuci tangan

3. Cara Mengangkat atau Mengambil Jahitan

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengangkat

jahitan luka bedah atau mengambil jahitan pada luka bedah dengan cara

memotong simpul jahitan, bertujuan mencegah infeksi silang dan

mempercepat proses penyembuhan luka.

Alat dan bahan

1) Pinset anatomi

2) Pinset cirurghi

3) Arteri klem

4) Gunting angkat jahitan steril

5) Lidi kapas ( lidi yang diberi /dilapisi kapas pada ujungnya )

6) Kasa steril

7) Mangkok steril

8) Gunting pembalut

9) Plester

10) Alkohol 70%

Page 30: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

11) Larutan H2O2 savlon/lisol, atau larutan lainnya sesuai dengan

kebutuhan

12) Obat Luka

13) Gunting perban

14) Bengkok

15) Handskon steril

Prosedur kerja :

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

3) Gunakan sarung tangan steril

4) Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset

5) Bersihkan luka dengan menggunakan savlon/sublimate, H2O2,

boorwater atau NaCl 0,9% sesuai dengan keadaan luka, lakukan hingga

bersih.

6) Angkat jahitan dengan manarik simpul jahitan sedikit ke atas,

kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati lalu dibuang pada

kasa yang disediakan.

7) Tekan daerah sekitar luka hingga pus/nanah/seratus tidak ada

8) Berikan obat luka

9) Tutup luka dengan menggunakan kasa steril

10) Lakukan pembalutan

11) Catat perubahan keadaan luka

12) Cuci tangan

V. EVALUASI

Evaluasi terhadap masalah luka secara umum dapat dinilai dari sempurnanya

proses penyembuhan luka, tidak ditemukan adanya tanda radang, tidak ada

perdarahan, luka dalam keadaan bersih, dan tidak ada keloid/skiatrik.

Page 31: KDM 2 ( Proses penyembuhan Luka ).doc

DAFTAR PUSTAKA

Perry, A.G & Potter, P.A. ( 2006 ). Fundamental Keperawata; Konsep,Proses,dan

Praktik. Jakarta : EGC

Alimul H. , A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Salemba

Medika

Oswari. 2000. Bedah dan perawatannya. Jakarta : EGC

Schwartz, dkk. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Haryani, Ani. 2004. Diagnosis Keperawatan Nanda. Yogyakarta : Nanda

Schrock, Theodore R. 1993. Ilmu Bedah . Jakarta : EGC

Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

http://images.mailmkes.multiply.com