Top Banner
Kontrasepsi Hormonal REFERAT KONTRASEPSI HORMONAL Pembimbing: dr. Supratiknyo, Sp.OG Disusun oleh : Yusuf, S.Ked 201110401011016 Nikita Dwi Kurniawati, S.Ked 201110401011006 RSU HAJI SURABAYA FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Muhammadiyah Malang Page 1
63

Kb Hormonal

Aug 09, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

REFERAT

KONTRASEPSI HORMONAL

Pembimbing:

dr. Supratiknyo, Sp.OG

Disusun oleh :

Yusuf, S.Ked 201110401011016

Nikita Dwi Kurniawati, S.Ked 201110401011006

RSU HAJI SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

Universitas Muhammadiyah Malang Page 1

Page 2: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan

rahmatnya yang telah dikaruniakan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan

responsi bagian obgin judul “KONTRASEPSI HORMONAL”.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak,

rekan sejawat, dan yang terutama dr. Sukamto, Sp.OG, yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing saya sehingga resposi ini dapat selesai dengan baik.

Saya menyadari resposi ini banyak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan

saran kami harapkan demi memperbaiki kekurangan atau kekeliruan yang mungkin ada.

Semoga resposi ini dapat bermanfaat bagi rekan dokter muda khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing Surabaya, September 2012

dr. Sukamto, Sp.OG Penulis

Universitas Muhammadiyah Malang Page i

Page 3: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

LEMBAR PENGESAHAN

Resposi Ilmu Obgin dengan judul “KONTRASEPSI HORMONAL” yang disusun

oleh:

Yusuf (201110401011016)

Nikita Dwi Kurniawati 201110401011006

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal September 2012

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Sukamto, Sp.OG

Universitas Muhammadiyah Malang Page ii

Page 4: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

2.1. Haid dan Siklusnya....................................................................................6

2.1.1. Definisi Siklus Haid...........................................................................6

2.1.2. Profil Hormonal Selama Siklus Haid.................................................7

2.1.3. Siklus Ovarium................................................................................11

2.1.4. Perubahan Siklik Pada Saluran Reproduksi Wanita........................14

2.1.4.1. Histologi Endometrium Sepanjang Siklus Haid.........................................14

2.1.4.2. Lendir Serviks...........................................................................................18

2.1.4.3. Epitel Vagina.............................................................................................19

2.2. Kontrasepsi Hormonal.............................................................................22

2.2.1. Patofisiologi.....................................................................................22

2.2.2. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal.......................................23

2.2.2.1. Kontrasepsi Oral (Pil)................................................................................23

2.2.2.2. Kontrasepsi Suntikan................................................................................26

2.2.2.3. Kontrasepsi Implan (Susuk KB)................................................................32

Universitas Muhammadiyah Malang Page 3

Page 5: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

BAB I

PENDAHULUAN

Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan,

sedangkankonsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang

dan sel sperma (selpria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi

adalahmenghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

antara sel teluryang matang dengan sel sperma tersebut.

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan

untukmencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung

preparat estrogendan progesteron.

 Pengaruh pada korpus luteum yang menghambat ovulasi telah diketahui

pada awalabad ke 20. Semenjak saat itu perkembangan kontrasepsi hormonal

berlangsung terus.Tahun 1960 pil kombinasi estrogen-progesteron mulai

digunakan. Tahun 1963 pil sekuensialdiperkenalkan. Sejak tahun 1965 sampai

sekarang banyak diadakan penyesuaian dosis ataupenggunaan progesteron saja,

sehingga muncul pil mini, dan lain-lain. Perkembangan inipada umumnya

bertujuan mencari suatu kontrasepsi hormonal yang daya guna tinggi,

efeksampingan minimal, dan keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.

Lebih dari 13 juta wanita di Amerika Serikat menggunakan salah satu di

antarasejumlah preparat kontrasepsi hormonal yang tersedia untuk mengendalikan

kehamilan.Meskipun kontrasepsi hormonal menggambarkan kejadian dramatis

Universitas Muhammadiyah Malang Page 4

Page 6: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

ditinggalkannyaberbagai metode kontrasepsi tradisional yang dipakai sebelumnya,

preparat tersebut jugamenciptakan suatu dilema terapeutik yang unik.

Ada beberapa macam kontrasepsi hormonal yang saat ini dapat

dipergunakan danmenjadi pilihan untuk wanita. Kontrasepsi hormonal ini juga

dapat diterima dandilaksanakan oleh pasangan dalam program keluarga berencana

di seluruh dunia.

Universitas Muhammadiyah Malang Page 5

Page 7: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Haid dan Siklusnya

2.1.1.  Definisi Siklus Haid

 Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan(deskuamasi) endometrium.

 Sistem reproduksi wanita menjalani serangkaian perubahan siklik teratur

yang dikenalsebagai siklus haid. Yang paling mencolok dari perubahan-perubahan

ini adalah perdarahanvagina berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium

uterus.

 Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan

mulainya haidberikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama

siklus. Karena jam mulainya haidtidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar

haid dari ostium uteri eksternum tidak dapatdiketahui, maka panjang siklus

mengandung kesalahan 1 hari. Panjang siklus haid yang normalatau dianggap

sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas,

bukansaja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Selang

waktu antara ovulasi danhingga awitan perdarahan menstruasi relative spontan

dengan rata-rata 14 ± 2 hari padakebanyakan wanita. Rata-rata panjang siklus haid

pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, padawanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan

pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjangsiklus haid 28 hari

Universitas Muhammadiyah Malang Page 6

Page 8: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

itu tidak sering dijumpai. Dari pengamatan Hartman pada kera ternyata

bahwahanya 20% saja panjang siklus haid 28 hari.

 Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah

sedikit-sedikitkemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita

biasanya lama haid itu tetap.

 Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 16 cc. Pada wanita yang lebih tua

biasanya darahyang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemi defisiensi

besi jumlah darah haidnya jugalebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc

dianggap patologik. Darah haid tidak membeku;ini mungkin disebabkan

fibrinolisin.

 Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi

sebagian kecilmerasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenorea). Usia gadis

remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar,

yaitu antara 10 - 16 tahun, tetapi rata-ratanya12,5 tahun. Statistik menunjukkan

bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaangizi, dan kesehatan

umum.

 

2.1.2. Profil Hormonal Selama Siklus Haid

 Sekarang diketahui bahwa dalam proses ovulasi harus ada kerja sama

antara korteksserebri, hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea, glandula

suprarenalis, dan kelenjar-kelenjar endrokrin lainnya. Yang memegang peranan

penting dalam proses tersebut adalahhubungan hipotalamus, hipofisis, dan

ovarium (hypothalamic-pituitary-ovarian axis), Menurutteori neurohumoral yang

dianut sekarang, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropinoleh

Universitas Muhammadiyah Malang Page 7

Page 9: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

adenohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel

adenohipofisis lewatsirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan

faktor yang telah dapat diisolasi dandisebut

Gonadotropin Releasing Hormone (Gn RH) karena dapat merangsang

pelepasan Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH)

dari hipofisis.

 Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas

dua fase dan 1saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-

perubahan kadar hormonsepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan

balik ( feedback ) antara hormon steroiddan hormon gonadotropin. Estrogen

menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkanterhadap LH estrogen

menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif

jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormon gonadotropin

inimungkin pada hipotalamus.

 Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikuler dini, beberapa folikel

berkembang olehpengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini

disebabkan oleh regresi korpus luteum,sehingga hormon steroid berkurang.

Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogenmeningkat, dan ini menekan

produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinyasendiri terhadap

atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga

meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan

estrogen dalamfolikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir

ketika FSH mulai menurun,menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu

bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar

Universitas Muhammadiyah Malang Page 8

Page 10: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanyameninggi secara

berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncak-nya. Inimemberikan

umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH ( LH-surge)

pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu

menetap kira-kira24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH

tersebut belum jelas. Dalambeberapa jam setelah LH meningkat, estrogen

menurun dan mungkin inilah yang menyebabkanLH itu menurun. Menurunnya

estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik padafolikel. Mungkin

pula menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik negatif yang pendek

dariLH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin

terjadinya ovulasi;folikel hendaknya pada tingkat yang matang, agar ia dapat

dirangsang untuk berovulasi.Pecahnya folikel terjadi 16 - 24 jam setelah lonjakan

LH. Pada manusia biasanya hanya satufolikel yang matang. Mekanisme terjadinya

ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnyatekanan dalam folikel, tetapi

oleh perubahan-perubahan degeneratif kolagen pada dinding folikel,sehingga ia

menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2 memegang peranan dalam

peristiwaitu.

 Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulosa membesar, membentuk

vakuola danbertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum.

Vaskularisasi dalam lapisangranulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya

pada 8-9 hari setelah ovulasi.

  Luteinized granulosa cells dalam korpus luteum itu membuat

progesterone banyak, danluteinized theca cells membuat pula estrogen yang

banyak, sehingga kedua hormon itumeningkat tinggi pada fase luteal. Mulai 10-12

Universitas Muhammadiyah Malang Page 9

Page 11: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

hari setelah ovulasi korpus luteum mengalamiregresi berangsur-angsur disertai

dengan berkurangnya kapilar-kapilar dan diikuti olehmenurunnya sekresi

progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada manusia

tidak bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali terbentuk ia berfungsi

sendiri (autonom).Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya korpus

luteum, diperlukan sedikit LH terus-menerus. Steroidegenesis pada ovarium tidak

mungkin tanpa LH. Mekanisme degenerasi korpusluteum jika tidak terjadi

kehamilan belum diketahui. Empat belas hari sesudah ovulasi, terjadihaid. Pada

siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam panjangnya siklus disebabkan

oleh variasi dalam fase folikuler.

Gambar 2.1 Perubahan-perubahan kadar hormon gonadotropin dan hormon steroid

sepanjangsiklus haid

Universitas Muhammadiyah Malang Page 10

Page 12: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

 Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya

rangsangan dari Human Chorionic Gonadotrophin (HCG), yang dibuat oleh

sinsisiotrofoblast. Rangsangan inidimulai pada puncak perkembangan korpus

luteum (8 hari pascaovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi

luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga9 - 10 minggu

kehamilan. Kemudian, fungsi itu diambil alih oleh plasenta.

 Dari uraian di atas jelaslah bahwa kunci siklus haid tergantung dari

perubahan-perubahankadar estrogen. Pada permulaan siklus haid meningkatnya

FSH disebabkan oleh menurunnyaestrogen pada fase luteal sebelumnya.

Berhasilnya perkembangan folikel tanpa terjadinya atresiatergantung pada

cukupnya produksi estrogen oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi

olehcepatnya estrogen meningkat pada pertengahan siklus yang menyebabkan

lonjakan LH.Hidupnya korpus luteum tergantung pula pada kadar minimum LH

yang terus menerus. Jadi,hubungan antara folikel dan hipotalamus bergantung

pada fungsi estrogen, yang menyampaikanpesan-pesan berupa umpan balik positif

atau negatif. Segala keadaan yang menghambat produksiestrogen dengan

sendirinya akan mempengaruhi siklus reproduksi yang normal.

 

2.1.3. Siklus Ovarium

 Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam besar, bentuk, dan

posisinya sejak bayidilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Pada masa

pubertas ovarium berukuran 2,5-5 cmpanjang, 1,5-3 cm lebar, dan 0,6 -1,5 tebal.

Pada salah satu pinggirnya terdapat hilus, tempatkeluar-masuknya pembuluh-

pembuluh darah dan serabut-serabut saraf. Ovarium dihubungkanoleh

Universitas Muhammadiyah Malang Page 11

Page 13: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

mesovarium dengan ligamentum latum, dan oleh ligamentum ovarii proprium

denganuterus. Permukaan ovarium ditutupi oleh satu lapis sel kubik yang disebut

germinal epitelium. Dibawahnya terdapat tunika albugenia yang kebanyakan

terdiri dari serabut-serabut jaringan ikat.

 Pada garis besarnya ovarium terbagi atas dua bagian, yaitu korteks dan

medulla. Korteksterdiri atas stroma yang padat, di mana terdapat folikel-folikel

dengan sel telurnya. Folikel dapatdijumpai dalam berbagai tingkat perkembangan,

yaitu folikel primer, sekunder, dan folikel yang masak (Folikel de Graaf ). Juga

ada folikel yang telah mengalami degenerasi yang disebut atresiafolikel. Dalam

korteks juga dapat dijumpai korpus rubrum, korpus luteum, dan korpus albicans.

Makin muda usia wanita makin banyak folikel dijumpai. Pada bayi baru

lahir terdapat400.000 folikel pada kedua ovarium, Rata-rata hanya 300-400 ovum

yang dilepaskan selamamasa reproduksi. Pada masa pascamenopause sangat

jarang dijumpai folikel karena kebanyakantelah mengalami atresia. Dalam

medulla ovarium terdapat pembuluh-pembuluh darah, serabut-serabut saraf, dan

jaringan ikat elastis.

 Pada masa kanak-kanak ovarium boleh dikatakan masih beristirahat dan

baru pada masapubertas mulai menunaikan faalnya. Perubahan-perubahan yang

terdapat pada ovarium padasiklus haid ialah sebagai berikut. Di bawah pengaruh

FSH beberapa folikel mulai berkembang;akan tetapi, hanya satu yang tumbuh

terus sampai menjadi matang. Pada folikel ini mula-mulasel-sel sekeliling ovum

berlipat ganda dan kemudian di antara sel-sel itu timbul suatu ronggayang berisi

cairan yang disebut likuor folikuli. Ovum sendiri terdesak ke pinggir, dan terdapat

ditengah tumpukan sel yang menonjol ke dalam rongga folikel. Tumpukan sel

Universitas Muhammadiyah Malang Page 12

Page 14: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

dengan ovum didalamnya itu disebut kumulus ooforus.Antara ovum dan sel-sel

sekitarnya terdapat zona pellusida. Sel-sel lainnya yangmembatasi ruangan folikel

disebut membrana granulosa. Dengan tumbuhnya folikel, jaringanovarium sekitar

folikel tersebut terdesak ke luar dan membentuk dua lapisan, yaitu teka

internayang banyak mengandung pembuluh darah dan teka eksterna terdiri dari

jaringan ikat yangpadat. Dengan bertambah matang folikel hingga akhirnya

matang benar, dan oleh karenapembentukan cairan folikel makin bertambah, maka

folikel makin terdesak ke permukaanovarium, malahan menonjol ke luar. Sel-sel

pada permukaan ovarium menjadi tipis, dan padasuatu waktu oleh mekanisme

yang belum jelas betul, folikel pecah dan keluarlah cairan darifolikel bersama-

sama ovum yang dikelilingi sel-sel kumulus ooforus.

Peristiwa ini disebut ovulasi. Sel-sel granulosa yang mengelilingi ovum

yang telah bebasitu disebut korona radiata.

 Sel-sel dari membrana granulosa dan teka interna yang tinggal pada

ovarium membentuk korpus rubrum yang berwarna merah oleh karena perdarahan

waktu ovulasi, dan yang kemudianmenjadi korpus luteum. Korpus luteum

berwarna kuning karena mengandung zat kuning yangdisebut lutein; ia

mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen. Jika tidak terjadi

pembuahan(konsepsi), setelah 8 hari korpus luteum mulai berdegenerasi dan

setelah 14 hari mengalamiatrofi menjadi korpus albikans (jaringan parut). Korpus

luteum tadi disebut korpus luteummenstruasionis. Jika terjadi konsepsi, korpus

luteum sinsisiotrofoblas dari korion. Ini dinamakankorpus luteum graviditatis dan

berlangsung hingga 9-10 minggu.

Universitas Muhammadiyah Malang Page 13

Page 15: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

 Pada manusia, ovulasi biasanya terjadi hanya dari satu ovarium, walaupun

kadang-kadang lebih dari satu folikel dapat pecah pada satu waktu yang dapat

menghasilkan kehamilan kembar dizigotik. Ovum yang dilepaskan berukuran

kira-kira 150 u dan cepat mengalamidegenerasi kecuali jika terjadi fertilisasi.

 Fertilisasi biasanya terjadi dalam tuba dekat dengan fimbrium-fimbrium.

Perjalananovum di tuba memakan waktu selama 3 hari, dan implantasi blastokist

pada uterus biasanyaterjadi 6-7 hari setelah fertilisasi.

 

2.1.4. Perubahan Siklik Pada Saluran Reproduksi Wanita

 Sebagai konsekuensi dari laju sekresi estrogen dan progesteron yang

berubah-ubahsepanjang siklus haid, maka saluran reproduksi wanita mengalai

serangkaian perubahan siklik secara teratur. Perubahan-perubahan ini dapat

dikenali dari pemeriksaan histologi endometrium,komposisi dan tampilan lendir

serviks, dan ciri-ciri sitologik epitel vagina. Akhir dari setiapsiklus ditandai oleh

perdarahan uterus yang berlangsung 3-7 hari.

2.1.4.1.Histologi Endometrium Sepanjang Siklus Haid

Endometrium terdiri dari dua lapisan atau zona berbeda baik dari tampilan

histologismaupun kepekaan fungsional terhadap rangsang hormonal, yaitu:

lapisan basal dan lapisanfungsional. Lapisan basal menempel langsung pada

miometrium dan hanya mengalami sedikitperubahan selama siklus haid. Lapisan

fungsional mulai dari lapisan basal dan akhirnyamenyelubungi seluruh lumen

rongga uterus . Lapisan fungsional selanjutnya dapat dibedakanlebih lanjut

menjadi dua komponen: lapisan kompak yang tipis dan terletak di permukaan,

Universitas Muhammadiyah Malang Page 14

Page 16: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

danlapisan spongiosa yang terletak lebih dalam yang terutama menyusun uterus

sekretorik atau yangtelah berkembang penuh. Suplai darah endometrium berasal

merupakan suatu jaringan pembuluharteria dan vena yang sangat khusus. Arteri-

arteri spiralis merupakan cabang-cabang arteriuterine dalam miometrium, yang

akan berjalan menembus lapisan basal endometrium danmeluas ke dalam zona

fungsional. Bagian proksimal dari arteri spiralis, yaitu vasa rektamenghantarkan

darah untuk jaringan-jaringan lapisan basal dan tidak dipengaruhi olehperubahan

sekresi estrogen dan progesteron. Tidak demikian halnya dengan arteri spiralis

yangmengalami regenerasi dan degenerasi siklik sepanjang siklus menstruasi

sebagai respon terhadapperubahan hormonal.

 

  Siklus endometrium dapat dibedakan menjadi tiga fase utama: fase

proliferasi, sekresi,dan menstruasi. Siklus menstruasi mempunyai hipotesis

berlangsung selama 28 hari, dan fasefolikuler dan luteal kira-kira 14 hari lamanya.

 

a. Fase Proliferasi

 Bila perdarahan menstruasi berhenti.maka akan tersisa suatu lapisan tipis

jaringanendometrium basal. Jaringan yang terdiri dari sisa-sisa kelenjar dan

stroma kemudian akanbertumbuh cepat. Sel-sel epitel dari kelenjar akan

berproliferasi dan menutup permukaan stromadengan suatu lapisan epitel toraks

sederhana. Pada awal fase proliferasi, kelenjar-kelenjarumurrmya masih lurus,

pendek dan sempit. Epitel kelenjar memperlihatkan peningkatan aktivitasmitotik.

Epitel dan komponen-komponen stroma terus bertumbuh cepat sepanjang

faseproliferasi. Dan pada akhir fase proliferasi ini, permukaan endometrium

Universitas Muhammadiyah Malang Page 15

Page 17: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

menjadi agak bergelombang. Kelenjar-kelenjar menjadi berkelok-kelok dan

dilapisi oleh sel-sel toraks yangtinggi dengan inti basal. Pseudostratifikasi nuklei

terlihat jelas. Stroma pada saat ini menjadiagak padat dengan banyak unsur-unsur

mitotik.

 

b. Fase Sekresi

 Selama fase sekresi terjadi perubahan-perubahan histologik yang

berlangsung sangatcepat. Pada paruh pertama fase ini, tampilan epitel kelenjar

paling berguna dalam menentukan"hari" endometrium, sementara menentukan

"hari" secara akurat pada paruh kedua sangatbergantung pada sifat-sifat stroma.

Pada hari ke-16 dari siklus (hari kedua pasca ovulasi),vakuola-vakuola kaya

glikogen subnuklear menjadi nyata pada epitel kelenjar. Vakuola-vakuolaakan

mendesak nuklei sel-sel epitel ke posisi sentral di dalam sel. Menjelang hari ke-19

(harikelima pasca ovulasi) hanya ada sedikit vakuola yang tertinggal dalam sel.

Bahan-bahan sekresiasidofilik intraluminal kelenjar paling jelas terlihat pada hari

ke-21. Edema stroma yangbervariasi pada fase proliferasi, juga menjadi nyata

pada saat ini dan mencapai puncaknya padahari ke-22. Menjelang hari ke-24,

perubahan pseudodesidua atau pradesidua mulai terlihat padastroma. Perubahan-

perubahan ini mulanya paling jelas terlihat di sekitar arteria Spiralis danakhirnya

menyebar ke daerah-daerah stroma yang luas. Infiltrasi limfosit pada stroma

meningkat nyata bersamaan dengan terjadinya perubahan-perubahan

pseudodesidua, dan menjelang hari ke-26 sudah terlihat pula invasi PMN.Jika

implantasi blastokis berhasil, maka kadar hCG serum dan progesteron (seknder

darihCG) akan mulai meningkat 7-10 hari sesudah ovulasi (yaitu hari ke-21-

Universitas Muhammadiyah Malang Page 16

Page 18: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

24dari siklusmenstruasi). Peningkatan kadar progesteron menimbulkan perubahan

pada endometrium yangdikenal sebagai desidualisasi. Desidua kehamilan

terutama terdiri dari sel-sel stroma eosinofilik yang sembab, yang memiliki

tampilan mirip jalan setapak. Pada tahap awal kehamilan, sel-selepitel kelenjar

menjadi teregang dengan sitoplasma jenih dan dapat disertai nucleus

yangmembesar dan hiperkromatik, suatu gambaran yang dikenal sebagai

fenomena Arias'Stella.Kelenjar-kelenjar selanjutnya akan mengalami atrofi

bertahap dengan berlanjutnya kehamilan.

 

c. Fase Menstruasi

 Bila tidak terjadi kehamilan, maka akan diamati perubahan-perubahan

endometriumsekunder dari penurunan produksi hormon oleh korpus luteum pada

hari ke-24. Lapisanfungsional dari stroma akan mulai menciut, dan kelenjar-

kelenjar endometrium menjadi lebihberkelok-kelok dan tampak bergerigi.

Konstriksi intermiten dari arteria spiralis menyebabkanstasis kapiler-kapiler

lapisan fungsional, iskemia jaringan, dan ekstravasasi darah ke dalamstroma dan

pembentukan hematom-hematom kecil. Akhirnya terjadi deskuamasi

danpengelupasan seluruh lapisan endometrium fungsional.

 Di masa lalu biopsi endoraetrium telah banyak dipakai untuk menilai

sekresi progesteronpada wanita dengan gangguan fungsi menstruasi dan

infertilitas. Namun kini dengan semakinmudah dan dapat diandalkannya peneraan

radioimun dalam mengukur kadar progesteron serum,maka kebutuhan akan

biopsy endometrium menjadi terbatas; teknik ini kini terutama digunakanuntuk

menilai respon endometrium terhadap rangsang hormonal. Biopsi endometrium

Universitas Muhammadiyah Malang Page 17

Page 19: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

akansangat informatif jika dilakukan beberapa hari sebelum menstruasi.

Kendatipun biopsi yangdilakukan pada akhir fase luteal berpotensi mengganggu

kehamilan bila telah terjadi konsepsi,namun risiko ini adalah minimal.

2.1.4.2.Lendir Serviks

 Lendir serviks adalah suatu sekresi kompleks yang dihasilkan oleh

kelenjar-kelenjarendoserviks. Lendir ini terdiri dari 92-98% air dan sekitar 1%

garam anorganik di mana NaClmerupakan unsur utama. Lendir juga mengandung

gula sederhana, polisakarida, protein, danglikoprotein. pH biasanya basa dan

berkisar antara 6,5 hingga 9,0. Klinisi dapat segera menilaibeberapa sifat fisik dari

lender. Karena sifai-sifat ini dipengaruhi oleh kadar estrogen danprogesteron

serum, maka seringkali mungkin untuk memperkirakan status hormonal

pasienhanya dengan melakukan pemeriksaan lendir serviks. Estrogen merangsang

produksi lendir yang jernih dan encer seperti air dalam jumlah banyak (hingga

700 mg/hari) yang dapat dengan mudahditembus sperma. Akan tetapi

progesteron, walaupun pada kadar estrogen plasma yang tinggisekalipun, akan

mengirangi sekresi lendir. Lendir menjadi sedikit, kental, dan selular selama

faseluteal siklus menstruasi dan pada kehamilan. Sekitar 20-60 rng lendir

diproduksi setiap harinyayaitu pada sebagian besar hari dalam siklus menstruasi.

 Spinnbarkeit adalah sifat yang memungkinkan lendir serviks diregangkan

atau diulurmembentuk tali. Spinnbarkeit dapat diperkirakan dengan mengulur

suatu sampel lendir serviks diantara dua gelas objek dan mengukur panjang

maksimum dari tali yang terbentuk sebelumterputus. Pada pertengahan siklus,

panjang spinnbarkeit biasanya melampaui 10 cm. Pola pakisatau arborisasi

Universitas Muhammadiyah Malang Page 18

Page 20: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

mengacu pada suatu pola mikroskopis yang khas yang dibentuk lendir serviks

biladikeringkan di atas gelas objek. Pola pakis ini terbentuk akibat kristalisasi

garam-garam organik di sekitar materi-materi organik kecil dalam jumlah optimal

dalam lendir serviks. Denganmeningkatnya kadar estradiol serum, komposisi

lendir serviks berubah pula, sehingga lendirkering mulai memperlihatkan pola

pakis pada pakis kedua dari fase folikular. Pola akis ini akansangat menonjol pada

interval praovulasi di mana kadar estradiol adalah maksimal dan sebelumterjadi

sekresi progesteron yang ber makna, dan lendir menjadi encer seperti air, serta

hanyamengandung sedikit sel. Dengan meningkatnya kadar progesteron setelah

ovulasi, maka kualitaslendir juga berubah serta pola pakis menjadi hilang.

Hilangnya pola pakis ini dapatmencerninkan suatu stimulasi kelenjar-kelenjar

endoserviks yang tidak memadai oleh estrogen,ataupun hambatan sekresi akibat

peningkatan sekresi progesteron. Pola pakis yang menetapsepanjang siklus

menstruasi mengisyaratkan siklus anovulatorik ataupun sekresi progesteronyang

tidak memadai.

 

2.1.4.3.Epitel Vagina

   Mukosa vagina merupakan lapisan epitel berlapis gepeng yang tidak

memiliki kelenjar-kelenjar. Sel-sel pada lapisan luar menjadi pipih selama tahun-

tahun reproduktif dan dapatmengandung granula-granula keratohialin, namun

pertandukan sejati tidak terjadi. Sel-sel epitelvaginal seperti halnya jaringan lain

dan saluran reproduksi wanita, berespons terhadap perubahankadar steroid-steroid

seks ovarium. Estrogen merangsang proliferasi dan pematangan sel-selepitel,

menyebabkan mukosa vagina menebal dan kandungan glikogen epitel menjadi

Universitas Muhammadiyah Malang Page 19

Page 21: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

meningkat.Glikogen ini kemudian difermentasikan menjadi asam laktat oleh flora

bakteria normal vagina,dan bertanggungjawab atas pH cairan vagina yang agak

asam. Perubahan-perubahan histologik dan sitologik epitel vagina wanita selama

siklus menstruasi normal nyaris tidak nyata jikadibandingkan dengan perubahan-

perubahan pada siklus estrus binatang pengerat.

 Ahli sitologi menggambarkan tiga tipe sel-sel epitel vagina yang lepas,

superfisial,intermedia, dan basal, parabasal-yang sama sekali tidak mengacu pada

lokasi sei-sel tersebut dilapisan epitel, tetapi pada derajat kematangan ataupun

diferensiasi sel. Sel-sel yang terlepas yangdidapat melalui pengerokan ringan pada

bagian tengah dinding lateral vagina ini paling bergunadalam penilaian

sitohormonal.

 Sek-sel superfisial adalah sel-sel epitel matang, yang dipilih, biasanya

poligonal denganinti hiperkromatik, piknotik. Sel-sel ini berkembang sebagai

respon terhadap rangsang kadarestrogen yang tinggi dan tidak diimbangi.

 Sel-sel intermedia merupakan sel gepeng yang relatif matang dengan

sitoplasmaeosinofilik atau sianofilik dan suatu inti vesikular non-piknotik.

Tampilan nukelus ini merupakanfaktor yang penting alam membedakan sel-

selintermedia dari sel-sel superficial. Sel-selintermedia akan dominan pada

statusendokrinologis di mana kadar progesteron tinggi,misalnya pada kehamilan

atau pertengahan faseluteal dari siklus menstruasi.

 Gambar 2.3 Bentuk pola ketika lendir serviksdipulas pada kaca objek,

dibiarkan kering, dan diperiksa dibawah mikroskop. Progesteron membuat lendir

lebih tebal dan lebih banyak sel. Padapasien yang gagal ber-ovulasi (bawah), tidak

terdapat progesteron untuk menghambat bentuk pakis yang diindukasi estrogen.

Universitas Muhammadiyah Malang Page 20

Page 22: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

 Sel-sel basal-parabasal adalah sel-sel imatur bulat atau oval, kecil dan

tebal dengan intivesicular yang besar dan sitoplasma sianofilik. Sel-sel parabasal

biasanya menunjukkandefisiensi estrogen dan merupakan tipe sel yang dominan

pada masa-masa pra-pubertas dan post-menopause.

 Beberapa petunjuk yang menjelaskan rasio atau persentase dari sel-sel

superfisial,intermedia, dan basal-parabasal adalah: (I) indeks kariopiknotik (KPI),

rasio sel-sel superfisialterhadap sel intermedia: (2) indeks eosinofilik (El), rasio

antara sel-sel eosinofilik terhadap sel-sel sianofilik matang; dan (3) indeks

maturasi (MI), persentase sel-sel parabasal, intermedia, dansuperfisial dalam

urutan seperti int. Karena hanya MI yang sebagai suatu faktor dapat

mencakupketiga tipe sel, maka indeks ini memberikan informasi lebih dibanding

kedua indeks lain.

 Secara umum, hanya ada dua pola sel-sel epitel vagina yang bersifat

diagnostik dansecara klinis berguna. Jika epitel vagina telah dirangsang dengan

estrogen, MI dapat berkisarantara (0/40/60) pada tengah siklus di mana kadar

estrogen paling tinggi, hingga (0/70/30) padaakhir fase luteal, di mana efek

progesteron paling menonjol. Temuan sel-sel parabasal dengansedikit sel

intermedia namun tanpa sel superfisial menunjukkan bahwa epitel vagina

hanyamendapat sedikit atau tidak mendapat stimulasi estrogen. MI pada keadaan

ini mungkin(100/0/0) atau (80/20/0). Apus vagina dapat digunakan untuk

penilaian kualitatif produksiestrogen pada wanita dengan amenore.

Universitas Muhammadiyah Malang Page 21

Page 23: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

2.2. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan,

sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang

dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi

adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung

preparat estrogen dan progesteron.

2.2.1. Patofisiologi

1. Mekanisme kerja estrogen

Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi

ovulasi, perjalanan ovum, atau implantasi. Ovulasi dihambat melalui pengaruh

estrogen terhadap hipotalamusdan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Ovulasi

tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50

mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna prefarat ini tinggi (95-98%

menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesteron di samping estrogen.

Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi

(dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid.

Jarak waktu antara konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium

yang dilakukan setelah pemberian estrogen dosis tinggi pasca konsepsi

menunjukkan efek antiprogesteron, yang dapat menghambat implantasi.

Perjalanan ovum di percepat dengan pemberian estrogen pasca konsepsi.

Universitas Muhammadiyah Malang Page 22

Page 24: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

2. Mekanisme kerja progesteron

Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan

mempertahankan kehamilan. Disamping itu progesteron mempunyai pula khasiat

kontrasepsi, sebagai berikut:

a. Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi

dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit

b. Kapasitas sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitas diperlukan sperma

untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan disekeliling ovum.

c. Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam

tuba akan terhambat.

d. Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun

ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus luteum akan

berkurang sehinga implantasi dihambat.

2.2.2. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal

Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi

hormonal yaitu kontrasepsi suntikan, kontrasepsi oral (Pil), dan kontrasepsi

implant.

2.2.2.1.Kontrasepsi Oral (Pil)

Kontrasepsi oral terdiri atas lima macam yaitu :

1. Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone sintetik yang

diminum 3 kali seminggu.

Universitas Muhammadiyah Malang Page 23

Page 25: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

2. Pil sekuenseal, pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan urutan

hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan

hormon tersebut,estrogen hanya diberikan selama 14 – 16 hari pertama di

ikuti oleh kombinasi progestrone dan estrogen selama 5 – 7 hari terakhir.

3. Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung progestrone dalam

dosis mini ( kurang dari 0,5 mg) yang harus diminum setiap hari termasuk

pada saat haid.

Berikut penjelasan mengenai jenis pil di atas :

a. Pil kombinasi

Terdapat estrogen maupun progesteron sintetik dalam satu pil. Pil

diminum tiap hari selama 3 minggu, diikuti selama satu minggu dengan

plasebo dimana pada saat perdarahan surut akan terjadi.

Kontraindikasi:

Kontraindikasi mutlak pemakaian pil kombinasi ialah

terdapatnya riwayat tromboflebitis atau tromboflebitis, kelainan

serebrovaskular, fungsi hati tidak atau kurang baik, keganasan pada

payudara dan alat reproduksi, kehamilan dan varises berat.

Kontraindikasi relatif ialah hipertensi, perdarahan abnormal

pervaginam yang tidak jelas sebabnya, laktasi, fibromioma uterus,

penyakit jantung atau ginjal, dan lain-lain.

Cara makan pil

Pil pertama diminum pada hari kelima siklus haid. Pada pasca

persalinan, pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari,

Universitas Muhammadiyah Malang Page 24

Page 26: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

sedangkan pasca keguguran 1-2 minggu pasca kejadian. Usahakan

minum pil pada waktu yang sama, seperti sehabis makan malam pada

tiap harinya. Tiap pagi dilakukan kontrol apakah pil tadi malam sudah

diminum. Jika lupa 1 pil, minumlah segera disaat ingat. Jika lupa 2 pil

berturut-turut, minum 2 pil segera ketika ingat dan 2 pil lagi pada

waktu biasanya pada hari berikut. Pada keadaan in mungkin terjadi

spotting. Jika lupa 3 pil, kemungkinan hamil menjadi besar.

Sangat dianjurkan pemeriksaan sitologi vagina dan

pemeriksaan payudar setahun sekali.

Efek samping

Efek samping dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu efek

samping yang ringan dan efek samping yang berat. Efek samping

ringan dapat berupa pertambahan berat badan, perdarahan diluar daur

haid, enek, depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea pascapil,

retensi cairan, dan keluhan gastrointestinal. Efek samping ini akan

hilang dan berkurang dengan sendirinya. Efek samping yang berat

adalah tromboemboli, yang mungkin terjadi karena peningkatan

aktivitas faktor-faktor pembekuan, atau mungkin juga pengaruh

vaskuler secara langsung.

1. Pil sekuensial

Diberikan estrogen  selama 14-15 hari pertama, selanjutnya

kombinasi estrogen dan progesteron sampai siklus haid selesai. Khasiatnya

untuk menghambat ovulasi. Cara pemakaian, efek samping dan

kontraindikasi sama dengan pil kombinasi.

Universitas Muhammadiyah Malang Page 25

Page 27: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

2. Pil mini

Mengandung progestin saja, tanpa estrogen. Harus dimnum tiap

hari, juga pada waktu haid. Pencegahan kehamilan mungkin karena

pengaruh terhadap motilitas tuba, korpus luteum, endometrium dan lendir

serviks serta pencegahan ovulasi. Mekanisme aksinya :

1. Menekan ovulasi (tak seragam pada seluruh siklus)

2. Variabel menurunkan efek siklus puncak dari LH dan FSH.

3. Meningkatkan viskositas mukus dengan mengurangi volume dan

alterasi strukturnya.

4. Mengurangi jumlah dan ukuran kelenjar endometrium,

menjadikannya atrofi sehingga tak cocok untuk implantasi ovum.

5. Mengurangi motilitas silia pada tuba fallopi, sehingga mengurangi

laju transpor ovum

Efek sampingnya adalah perdarahan tidak teratur dan spotting.

2.2.2.2.Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntik adalah alat kontasepsi yang disuntikan ke dalam

tubuh dalam jangka waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam pembuluh

darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk

mencegah timbulnya kehamilan.

Yang digunakan adalah :

1. Hanya mengandung progestin

Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.

Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150mg

Universitas Muhammadiyah Malang Page 26

Page 28: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

DMPA yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik Intro

Muskuler (di daerah bokong). Depo provera atau depo metroxy

progesterone asetat adalah satu sintesa progestin yang mempunyai efek

seperti progesterone asli dari tubuh wanita.

Depo Nonsterat Enontat (Depo Nonsterat) yang mengandung

200mg noratin dion anontat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik intra muskuler. Norigest adaLah obat yang disuntikkan

(secara Depot). 1 ampul Norigest berisi 200 mg Norethindore

enenthate dalam larutan minyak. Larutannya merupakan campuran

benzyl benzoate dan castor oil dalam perbandingan 4:6.

2. Suntikan kombinasi adalah 25 mg deponaroxi progesteron acetat dan 1

mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi 1 M sebutan seklai (cyclofem)

dan 50 mg nereticinicon enafat dan 5 mg estradiol valenat yang diberikan

injeksi 1 M sebutan sekali

Universitas Muhammadiyah Malang Page 27

Depo provera Cyclofem

Page 29: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan

Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan

luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar

follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan

LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi.

Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH) .

Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks

yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang

normal pada lendir serviks. Secret dari serviks tetap dalam keadaan di bawah

pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa.

Endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari ovum yang

telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium

sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan

nidasi dari ovum yang telah di buahi.

Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan

transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap

kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba.

Keuntungan dan Kerugian

a. Keuntungan

1. Sangat efektif , karena mudah digunakan tidak banyak di pengaruhi

kelalaian atau faktor lupa dan sangat praktis.

2. Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui, Hormon

progesteron dapat meningkatkan kuantitas air susu ibu sehingga

kontrasepsi suntik sangat cocok pada ibu menyusui. Konsentrasi hormon

Universitas Muhammadiyah Malang Page 28

Page 30: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak di temukan adanya efek

hormon pada pertumbuhan serta perkembangan bayi.

3. Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai efek yang serius

terhadap kesehatan.

4. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

5. Penggunaan jangka panjang

6. Sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai cukup anak akan tetapi

masih enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi.

7. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai menopause

8. Membantu mencegah kehamilan ektopik dan kanker endometrium

9. Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.

b. Kerugian

1. Perdarahan yang tidak menentu

2. Terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan

3. Berat badan yang bertambah

4. Sakit kepala

5. Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan

6. Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik

lagi.

7. Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan

0.7%.

8. Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.

9. Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan

Waktu Pemberian

Universitas Muhammadiyah Malang Page 29

Page 31: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

a. Pasca persalinan

1. Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu

post partum dan sebelum berkumpul dengan suami.

2. Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.

b. Pasca Abortus

1. Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.

2. Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.

c. Interval

1. Hari kelima menstruasi

2. Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.

Kontra Indikasi

a. Tersangka hamil

b. Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui

penyebabnya

c. Tumor/keganasan

d. Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, dll

Indikasi pemakaian suntikan kombinasi :

1. Usia reproduksi (20-30 tahun)

2. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak

3. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi

4. Menyusui ASI pasca persalinan lebih dari 6 bulan

5. Pasca persalian dan tidak menyusui

6. Anemia

Universitas Muhammadiyah Malang Page 30

Page 32: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

7. Nyeri haid hebat

8. Haid teratur

9. Riwayat kehamilan ektopik

10. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

Kontraindikasi suntikan kombinasi :

1. Hamil atau diduga hamil

2. Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan

3. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

4. Penyakit haid akut (virus hepatitis)

5. Usia > 35 tahun yang merokok

6. Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan darah tinggi (>

180/110 mmHg)

7. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahu

8. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine

9. Keganasan payudaya.

Indikasi Suntikan Progestin :

a. Pemakaian kontrasepsi jangka panjang

b. Telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap.

c. Menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat

melakukan sanggama,

d. Kontra indikasi pemakaian estrogen

e. Sedang menyusui

f. Mendekati masa menopause

Universitas Muhammadiyah Malang Page 31

Page 33: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

g. Sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi

suntik.

Kontra i ndikasi Suntikan Progestin :

a. Ibu sedang hamil

b. Ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat

kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ

reproduksi, atau menderita kencing manis.

c. Sedang dalam persiapan operasi

d. Pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina

e. Sakit kepala sebelah (migrain)

2.2.2.3.Kontrasepsi Implan (Susuk KB)

Alat kontrasepsi implant/bawah kulit (AKBK)/KB suntik/Norplant

adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang

dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan

disusukkan dibawah kulit. Atau dapat juga diartikan sebagai cara

mencegah kehamilan dengan memasukkan hormon progestin ke dalam

tubuh wanita secara terus-menerus, melalui batang silastik berisi hormon

tersebut yang ditanam di dalam lapisan lemak di bawah kulit.

Patofisiologi

Implan terdiri dari enam batang silastik, masing-masing batang

mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm dan berisi levonorgestrel 36

mg setiap batangnya. Dari ke 6 batang tersebut dilepaskan levonorgestrel

0,50-0,80 mg/hari ke dalam tubuh pada tahun pertama kemudian menjadi

Universitas Muhammadiyah Malang Page 32

Page 34: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

0,030-0,035 mg/hari pada lima tahun selanjutnya. Kadar rata-rata di dalam

plasma sebesar 0,30 nanogram/ml, kadar ini cukup untuk mencegah

konsepsi dan dicapai 24 jam setelah insersi. Berbeda dengan kontrasepsi

suntikan atau minipil, implan memberikan progestin dalam dosis yang

lebih rendah dengan kadar yang konstan. Bila implan dilepas, dalam waktu

singkat levonorgestrel akan hilang dari dalam tubuh.

Cara Kerja

Mekanisme kerja implan dalam mencegah kehamilan, sebagai berikut

1. Mengentalkan lendir serviks sehingga sukar ditembus oleh

spermatozoa.

2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak

cocok untuk implantasi zygot.

3. Menghambat ovulasi kurang lebih pada 50% siklus haid.

Kelebihan Implan

Kelebihan dalam penggunaan implant, meliputi:

1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang

mengandung estrogen

2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan

3. Tidak menaikkan tekanan darah

4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan

dengan pemakaian AKDR.

5. Dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat

reversibel.

Indikasi implant

Universitas Muhammadiyah Malang Page 33

Page 35: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

Beberapa indikasi pemakaian implant, antara lain1:

1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu

yang lama, tetapi tidak bersedia menjalan kontrasepsi atau

menggunakan AKDR.

2. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang

mengandung estrogen.

Kontraindikasi Implan

Beberapa kontraindikasi dalam pemakaian implant, antara lain:

1. Kehamilan atau disangka hamil

2. Penderita penyakit hati

3. Kanker payudara

4. Kelainan jiwa (psikosis, neurosis)

5. Varikosis

6. Riwayat kehamilan ektopik

7. Diabetes mellitus

8. Kelainan kardiovaskular

Efek Samping

Efek samping pemakaian implant, yaitu terjadinya gangguan pola

haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih

sering berdarah (metrorrhagia), amenorea; mual-mual, anoreksia, pening,

sakit kepala, kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat

badan, timbulnya akne. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke

dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering

Universitas Muhammadiyah Malang Page 34

Page 36: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

pada penggunaan pil KB. Selain itu dapat juga terjadi efek samping local,

seperti keradangan, Abses, Migrasi, Ekspulsi, Alergi.

Prosedur pemasangan implant

1. Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap

mungkin mengenai implant ini sehingga calon akseptor betul-betul

mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan

dipakainya.

2. Persiapan alat-alat yang diperlukan:

a. Sabun antiseptik

b. Kasa steril

c. Cairan antiseptik (Betadin)

d. Kain steril yang mempunyai lubang

e. Obat anestesi lokal

f. Semprit dan jarum suntik

g. Trokar no 10

h. Sepasang sarung tangan steril

i. Satu set kapsul implant (6 buah)

j. Scapel

3. Teknik pemasangan

1) Calon akseptor dibaringkan terlentang di tempat tidur dan lengan

kiri diletakkan pada meja kecil di samping tempat tidur akseptor.

2) Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan

sabun antiseptik kemudian diberi cairan antiseptik.

Universitas Muhammadiyah Malang Page 35

Page 37: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

3) Daerah tempat pemasangan implan ditutup dengan kain steril yang

berlubang.

4) Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6-10 cm di atas lipatan

siku.

5) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan

skapel yang tajam.

6) Trokar dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada

jaringan bawah kulit.

7) Kemudian kapsul dimasukkan ke dalam trokar dan didorong dengan

plunger sampai kapsul terletak d ibawah kulit

8) Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua sampai ke

enam; keenam kapsul di bawah kulit diletakkan demikian rupa

sehingga susunannya seperti kipas.

9) Setelah semua kapsul berada di bawah kulit, trokar ditarik pelan-

pelan keluar.

10) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak

11) Jika tidak ada perdarahan, tutuplah luka dengan kasa steril,

kemudian diberi plester, umumnya tidak diperlukan jahitan.

12) Nasihatkan pada akseptor agar luka jaringan tidak basah selama

kurang lebih 3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan

yang mengganggu.

Prosedur pengangkatan implan

Pengangkatan implant dilakukan atas indikasi:

Atas permintaan akseptor

Universitas Muhammadiyah Malang Page 36

Page 38: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat

diatasi dengan pengobatan biasa

Sudah habis masa pakainya

Terjadi kehamilan

Berikut ini merupakan prosedur pengangkatan implan, antara lain:1

1. Tentukan lokasi kapsul implan (kapsul 1-6), kalo perlu kapsul

didorong ke arah tempat insisi yang akan dilakukan.

2. Daerah insisi didisinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang

berlubang

3. Lakukan anestesi local (infiltrasi anestesi)

4. Kemudian lakukan insisi selebar lebih kurang 5-7 mm di tempat yang

paling dekat dengan kapsul implant.

5. Forceps dimasukkan melalui lubang insisi dan kapsul didorong dengan

jari tangan lain kea rah ujung forceps.

6. Forsep dibuka lalu kapsul dijepit kemudian ditarik pelan-pelan. Kalo

perlu dapat dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain.

Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan jaringan di sekitarnya.

Dalam hal ini lakukanlah insisi pada jaringan yang membungkus

kapsul pelan-pelan sampai kapsul menjadi bebas sehingga mudah

menariknya keluar.

7. Lakukanlah prosedur ini berturut-berturut untuk mengeluarkan kapsul

kedua sampai ke enam. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul implant

terjadi perdarahan, hentikanlah perdarahan terlebih dahulu umpama

Universitas Muhammadiyah Malang Page 37

Page 39: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

dengan menekan daerah yang berdarah tersebut dengan kain steril kasa

sterill.

8. Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak dijumpai lagi peradarahan,

tutuplah luka insisi dengan kasa steri, kemudian diplester.

9. Umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit

10. Nasihatkan pada akseptor agar luka tidak basah selama kurang lebih 3

hari.

Implan

Universitas Muhammadiyah Malang Page 38

Page 40: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

BAB III

KESIMPULAN

Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan(deskuamasi)

endometrium. Haid merupakan proses fisiologis dari seorang wanita. Kontrasepsihormonal dibagi

menjadi kontrasepsi kombinasi dan progesteron tunggal, yang masing-masingmemiliki kelebihan dan

kekurangan. Kontrasepsi hormonal bekerja dengan mempengaruhi “keseimbangan” fisiologis

hormonal wanita, sehingga siklus normal wanita tidak terjadi.

Universitas Muhammadiyah Malang Page 39

Page 41: Kb Hormonal

Kontrasepsi Hormonal

DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. 2007. Ilmu

Kandungan (edisi ke-9). Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Jakarta, hal 915-924.

2. Hartono H. editor 1996. Apa Yang Anda Harus Ketahui Tentang Alat

Kontrasepsi. BKKBN, Jakarta.

3. Latif, Omnia F Samra, MD. 2011. Contraception. (Online)

(http://emedicine.medscape.com/article/258507-overview, diakses 9

November 2011).

4. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Edisi ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka

sarwono Prawirohardjo. 2009. H 552

5. Amin, M. Pedoman Diagnosis dan terapi. Bag/ SMF Ilmu Kebidanan dan

Penyakit Kandungan Edisi ketiga. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter

Soetomo Surabaya. 2008. H 133

6. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjio. 2006. h PK 14

Universitas Muhammadiyah Malang Page 40