Top Banner
69

KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

Feb 12, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks
Page 2: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks
Page 3: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang

diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan

pada data dan informasi yang dipublikasikan oleh Kementerian/Lembaga, instansi

internasional, asosiasi, serta hasil dari diskusi terbatas perkembangan ekonomi yang

dilakukan bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi

ekonomi.

Publikasi ini memberikan gambaran dan analisa mengenai perkembangan ekonomi dunia dan

Indonesia hingga triwulan II tahun 2019. Dari sisi perekonomian dunia, publikasi ini memuat

perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi

ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan

ekonomi Indonesia triwulan II tahun 2019 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan,

investasi dan kerja sama internasional, industri dalam negeri, perekonomian daerah, serta

neraca pembayaran.

Publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak perbaikan dan

penyempurnaan. Masukan dan saran yang membangun dari pembaca tetap sangat

diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini dapat tercapai.

Jakarta, Agustus 2019

Deputi Bidang Ekonomi

Kementerian PPN/Bappenas

Page 4: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks
Page 5: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

i

Ringkasan Eksekutif

Sebagian besar negara mengalami perlambatan ekonomi dampak perang dagang, tidak

terkecuali Amerika Serikat dan Tiongkok. Pada triwulan II tahun 2019, perekonomian Amerika

Serikat (AS) tumbuh melambat sebesar 2,1 persen (YoY). Ekspor Amerika Serikat terkontraksi

sebesar -5,2 persen dampak perang dagang. Di sisi lain, impor meningkat sebesar 0,1 persen

seiring dengan peningkatan permintaan domestik. Sejalan dengan perlambatan ekonomi

tersebut, laju inflasi di Amerika Serikat sebesar 1,6 persen pada triwulan II tahun 2019.

Perekonomian Tiongkok pada triwulan II tahun 2019 tumbuh 6,2 persen (YoY). Meski masih

tumbuh diatas 6 persen, kondisi ini merupakan yang terendah dalam 27 tahun terakhir.

Meskipun tekanan eksternal dan volatilitas meningkat, perekonomian Tiongkok relatif stabil.

Tiongkok memperketat impornya untuk menjaga kestabilan ekonomi domestik.

Sebagai antisipasi adanya kemungkinan pemotongan suku bunga oleh The Fed, beberapa

negara akhirnya mulai menurunkan suku bunga kebijakannya pada triwulan ini. Malaysia,

Filipina, Australia, dan India memangkas suku bunga. Namun, sebagian besar negara maju

mempertahankan suku bunga kebijakannya. Di sisi lain, harga komoditas internasional

bergerak turun selama triwulan II tahun 2019. Meski begitu, harga minyak mentah tetap

meningkat. Didorong oleh langkah negara-negara OPEC+ yang melanjutkan pemangkasan

produksi minyak mentah.

Ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2019 tumbuh sebesar 5,05 persen (YoY), lebih

rendah dibandingkan triwulan II tahun 2018. Momentum lebaran dan libur bersama tidak

mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, pergeseran masa

panen pada triwulan II tahun 2019 juga tidak dapat mendorong perekonomian. Dampak

perang dagang masih mempengaruhi perekonomian Indonesia, baik ekspor maupun impor

kembali terkontraksi pada triwulan ini. Secara spasial, hampir semua kawasan mengalami

pertumbuhan positif, kecuali Maluku dan Papua. Pertumbuhan kawasan tersebut masih

terkontraksi disebabkan turunnya produksi biji logam PT Freeport.

Perkembangan sektor fiskal, digambarkan dengan penerimaan perpajakan, dimana hingga

akhir triwulan II tahun 2019 mencapai mencapai 38,57 persen dari target APBN 2019.

Pendapatan Negara dan Hibah telah mencapai Rp898,76 triliun, meningkat dibandingkan

periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meskipun mengalami peningkatan, namun

realisasinya terhadap target APBN relatif menurun. Di sisi lain, realisasi Belanja Negara

meningkat 9,59 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Hal tersebut

sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas pengelolaan APBN

melalui perbaikan pola penyerapan belanja.

Sementara itu, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga

BI7DRR pada level 6,00 persen. Kebijakan tersebut ditempuh dalam rangka menarik aliran

modal masuk sehingga dapat menciptakan kestabilan nilai tukar Rupiah. Sepanjang triwulan

II tahun 2019, nilai tukar Rupiah cenderung bergerak fluktuatif. Rupiah menguat pada akhir

triwulan II seiring dengan kembalinya optimisme investor terhadap kondisi perekonomian

domestik. Pelonggaran kebijakan moneter global turut berperan mendorong kembalinya

Page 6: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

ii

aliran modal masuk ke Indonesia dan penguatan Rupiah. Sementara itu, inflasi tahunan (YoY)

pada April-Juni 2019 mencapai 2,83 persen, 3,32 persen, dan 3,28 persen, masih berada

dalam rentang target yang ditetapkan sebesar 3,5 ± 1 persen.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2019 defisit sebesar USD2,0 miliar,

turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami surplus. Defisit yang terjadi

disebabkan oleh meningkatnya defisit transaksi berjalan yang diiringi oleh berkurangnya

surplus transaksi modal dan finansial. Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas

meningkat sedangangkan defisit perdagangan migas semakin lebar.

Perlambatan ekonomi global diperkirakan terus berlanjut seiring dengan perang dagang yang

belum menunjukkan tanda akan mencapai kesepakatan. Perdagangan global diprediksi

semakin turun seiring dengan semakin banyaknya negara yang memperketat proteksi

perdagangan. Sementara perekonomian Indonesia diprediksi tumbuh 5,2 persen pada

keseluruhan tahun 2019, lebih rendah dari target. Prediksi tersebut dapat tercapai

bergantung pada tiga sektor utama yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian, serta

industri pengolahan. Apabila kinerja sektor tersebut tidak mengalami perbaikan pada

semester II, realisasi pertumbuhan pada tahun 2019 dapat lebih rendah.

Meski diperkirakan menguat, perekonomian domestik dibayangi beberapa risiko negatif yang

dapat membuat pertumbuhan ekonomi lebih lambat. Pertama, tensi perang dagang antara

Amerika dan Tiongkok masih tinggi yang dapat berdampak pada turunnya ekspor serta

pertumbuhan investasi. Kedua, pergerakan harga komoditas internasional yang cenderung

turun. Ketiga, realisasi pendapatan negara yang lebih rendah dari target. Keempat, kinerja

industri pengolahan yang belum pulih.

Page 7: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

Daftar Tabel .................................................................................................................. iv

Daftar Gambar.............................................................................................................. vi

Policy Brief: Digital Divide di Indonesia .............................................................................. 1

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ................................................................................... 5

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA ................................................................. 9

2.1 Sektor Riil ......................................................................................................................... 9

Ekonomi Nasional ............................................................................................................ 9

Investasi ........................................................................................................................... 12

Industri dan Pariwisata .................................................................................................... 17

Ekonomi Regional ............................................................................................................ 22

2.2 Fiskal ................................................................................................................................ 25

2.3 Moneter dan Jasa Keuangan .......................................................................................... 29

Moneter ........................................................................................................................... 29

Jasa Keuangan .................................................................................................................. 33

2.4 Neraca Pembayaran ........................................................................................................ 41

Perdagangan .................................................................................................................... 43

Kerjasama Ekonomi Internasional .................................................................................. 47

PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI .............................................................................. 51

3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global ....................................................................... 51

3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia ................................................................................. 52

Page 8: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

iv

Daftar Tabel

Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK)

Tahun 2015-2017 ........................................................................................................... 1 Tabel 2. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara ....................................................................... 6 Tabel 3. Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran ............................................................................ 11 Tabel 4. Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto ..................................................... 13 Tabel 5. Realisasi PMA dan PMDN ............................................................................................. 13 Tabel 6. Realisasi PMA dan PMDN Berdasarkan Kategori Utama Sektor Ekonomi ................. 14 Tabel 7. Lima Sektor Realisasi PMA Terbesar ............................................................................ 14 Tabel 8. Lima Sektor Realisasi PMDN Terbesar ......................................................................... 14 Tabel 9. Realisasi dan Target Realisasi PMA dan PMDN (Triliun Rupiah) ................................. 15 Tabel 10. Proporsi PMA dan PMDN terhadap Realisasi Investasi dalam Persen ..................... 15 Tabel 11. Realisasi PMA Berdasarkan Negara Asal Investasi .................................................... 15 Tabel 12. Realisasi PMA Berdasarkan Lokasi (Triliun Rupiah) .................................................. 15 Tabel 13. Realisasi PMDN Berdasarkan Lokasi (Triliun Rupiah) ............................................... 16 Tabel 14. Lima Provinsi dengan Realisasi PMA dan PMDN Terbesar ....................................... 16 Tabel 15. Pertumbuhan Ekonomi di Maluku dan Papua ........................................................... 23 Tabel 16. Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi ........................................................................... 23 Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan ....................................................................... 23 Tabel 18. Pertumbuhan Ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara ................................................... 24 Tabel 19. Pertumbuhan Ekonomi di Jawa .................................................................................. 24 Tabel 20. Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera .......................................................................... 25 Tabel 21. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (triliun Rp) ....................................... 28 Tabel 22. Perkembangan Komponen Pembiayaan (triliun Rp) ................................................. 29 Tabel 23. Suku Bunga Operasi Moneter BI 7 Day Reverse Repo Rate Triwulan II,

Tahun 2019 (persen) .................................................................................................. 30 Tabel 24. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan II Tahun 2019 ...................................................... 32 Tabel 25. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ..................................................... 32 Tabel 26. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM), April– Juni 2019 ........................................... 33 Tabel 27. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional tahun 2018-2019 (Rp Miliar) .... 35 Tabel 28. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2018 – 2019 (Rp Miliar) ............... 38 Tabel 29. Penyaluran Pembiayaan Syariah Berdasarkan Sektor Tahun 2018 – 2019 ............ 39 Tabel 30. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah 2018 – 2019 (Rp Miliar) ........................................ 40 Tabel 31. Neraca Perdagangan dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor Impor .............................. 43 Tabel 32. Nilai dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor ..................................................................... 44 Tabel 33. Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Berdasarkan 10 Negara Tujuan

Ekspor Utama ............................................................................................................. 44 Tabel 34. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasarkan 10 Golongan Barang HS 2 Dijit Terbesar 45 Tabel 35. Nilai dan Tingkat Pertumbuhan Impor ...................................................................... 46 Tabel 36. Nilai Impor Nonmigas Berdasarkan 10 Negara Asal Impor Utama .......................... 46 Tabel 37. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasarkan 10 Golongan Barang HS 2 Dijit Terbesar 47 Tabel 38. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia .................................................. 48 Tabel 39. Nilai Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Preferensi .......................... 49 Tabel 40. Nilai Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Nonpreferensi ................... 49

Page 9: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

v

Tabel 41. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA dalam Juta USD ........... 50 Tabel 42. Proyeksi Pertumbuhan Beberapa Negara ................................................................. 51 Tabel 43. Proyeksi Harga Komoditas Global .............................................................................. 52 Tabel 44. Konsensus Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................................ 52 Tabel 45. PDB Berdasarkan Pengeluaran ................................................................................... 53 Tabel 46. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha ............................................................................ 53

Page 10: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

vi

Daftar Gambar

Gambar 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Per Provinsi

Tahun 2017 .................................................................................................................. 2 Gambar 2. Pencapaian Indikator IP-TIK Tahun 2015-2017 ......................................................... 3 Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara................................................................. 6 Gambar 4. Perkembangan Harga Minyak Mentah ...................................................................... 7 Gambar 5. Perkembangan Harga Gas Alam ................................................................................ 8 Gambar 6. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................................................................. 9 Gambar 7. Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan II Tahun 2019 ......................................... 9 Gambar 8. Perkembangan Konsumsi RT dan Investasi terhadap PDB ..................................... 11 Gambar 9. Indeks Tendensi Bisnis Tahun 2018-2019 ............................................................... 12 Gambar 10. Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Secara Spasial ......................................... 22 Gambar 11. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas ..................................................... 17 Gambar 12. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Semester I 2019 ....... 17 Gambar 13. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Semester I

Tahun 2019 ............................................................................................................. 18 Gambar 14. Ekspor Produk Industri ........................................................................................... 18 Gambar 15. Investasi Domestik (PMDN) Sektor Industri .......................................................... 19 Gambar 16. Investasi Asing (PMA) Sektor Industri .................................................................... 19 Gambar 17. Produksi Mobil ........................................................................................................ 19 Gambar 18. Penjualan Mobil ...................................................................................................... 20 Gambar 19. Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Semen............................................... 20 Gambar 20. Purchasing Manager Index (PMI) Sektor Manufaktur .......................................... 21 Gambar 21. Jumlah Wisatawan Mancanegara .......................................................................... 21 Gambar 22. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan ................................................................................... 22 Gambar 23. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan (triliun Rp) .................................... 25 Gambar 24. Perkembangan Komponen Belanja Negara .......................................................... 26 Gambar 25. Perkembangan Realisasi Defisit APBN ................................................................... 29 Gambar 26. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat .............................................................. 29 Gambar 27. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD ................................................ 30 Gambar 28. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, Juni 2012 – Juni 2019 (2010=100)...... 31 Gambar 29. Perkembangan Uang Beredar Triwulan II Tahun 2019 ......................................... 31 Gambar 30. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional April– Juni 2019,

(2019=100) ............................................................................................................. 33 Gambar 31. Kinerja Perbankan Konvensional ........................................................................... 34 Gambar 32. Pertumbuhan Kredit Bank Konvensional ............................................................... 34 Gambar 33. Pertumbuhan DPK Bank Konvensional .................................................................. 34 Gambar 34. Capaian Penyaluran KUR ........................................................................................ 36 Gambar 35. Pertumbuhan Total Aset Industri Asuransi 2018-2019 ........................................ 36 Gambar 36. Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun ............ 36 Gambar 37. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi ............................................................ 37 Gambar 38. Perkembangan Obligasi Korporasi 2018-2019 (Triliun Rp) .................................. 37 Gambar 39. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah ........................................................... 37 Gambar 40. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Perbankan Syariah 2018 – 2019 ... 38

Page 11: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

vii

Gambar 41. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI, JII dan JII 70 2018-2019

(Ratus Ribu Rp) ....................................................................................................... 39 Gambar 42. Perkembangan Outstanding Sukuk Korporasi 2018-2019 (Rp Triliun) ................ 40 Gambar 43. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (Miliar USD) ............................... 41 Gambar 44. Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi .............................................................. 42 Gambar 45. Neraca Pendapatan Primer dan Sekunder ............................................................ 42 Gambar 46. Neraca Transaksi Finansial ..................................................................................... 43

Page 12: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

1

Policy Brief: Digital Divide di Indonesia

Era globalisasi telah membawa Indonesia

ke dalam proses pertumbuhan dengan

akses informasi dan komunikasi yang

sangat cepat melalui internet. Masyarakat

menjadikan internet sebagai salah satu

kebutuhan primer, terutama di perkotaan.

Hampir seluruh aspek bisnis dan ekonomi

ditopang melalui pemanfaatan teknologi

internet.

Di dunia bisnis, internet mempermudah

perusahaan antara lain untuk melakukan

analisis pasar melalui pemanfaatan data

dari para konsumen, serta dalam hal

transaksi jual-beli (e-commerce).

Salah satu tantangannya adalah disparitas

yang cukup tinggi antara daerah pusat

kota dengan pinggiran, terutama di

daerah perdesaan khususnya di kawasan

timur Indonesia. Isu kesenjangan di bidang

Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK)

lebih sering disebut sebagai digital divide.

Sesuai dengan instruksi Presiden No. 3

Tahun 2003, digital divide adalah

keterisolasian dari perkembangan global

karena tidak mampu memanfaatkan

informasi. Saat ini terjadi pergeseran

definisi yaitu digital divide tidak lagi

membahas perbedaan antara siapa yang

memiliki akses dan tidak memiliki akses

terhadap TIK, namun digital divide lebih

kepada perbedaan kemampuan

menggunakan dan memanfaatkan TIK.

Berdasarkan hal tersebut, Badan Pusat

Statistik (BPS) merilis data terkait digital

divide yang terjadi di Indonesia dan

membaginya ke dalam tiga kategori

subindeks.

Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi,

Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-

2017

Subindeks 2015 2016 2017

Akses dan Infrastruktur

4,81 4,88 5,16

Penggunaan 2,21 3,19 4,44

Keahlian 5,38 5,54 5,75

IP-TIK 3,88 4,34 4,99

Sumber: BPS (diolah)

*Skala indeks: 0 – 10

Berdasarkan data terakhir yang dirilis oleh

BPS, secara umum terjadi peningkatan

indeks dari tahun ke tahun. Semakin tinggi

nilai indeks menunjukkan progres

pembangunan TIK yang semakin baik.

Namun demikian, kenaikannya terjadi

secara perlahan. Hanya subindeks

penggunaan yang kenaikannya cukup

tinggi dibandingkan dua subindeks yang

lain. Ini didorong oleh kondisi di

masyarakat yang semakin banyak memiliki

smartphone. Bahkan, ada kecenderungan

masyarakat memiliki lebih dari satu

smartphone. Perkembangan subindeks

penggunaan berbanding terbalik dengan

subindeks akses dan infrastruktur serta

keahlian yang kenaikannya sangat kecil. Ini

menggambarkan kondisi perluasan akses

TIK cukup sulit diimplementasikan secara

masif. Terlebih di kawasan timur

Indonesia yang memiliki topografi

perbukitan dan pegunungan. Kenaikan

subindeks keahlian bahkan lebih kecil dari

subindeks lainnya. Artinya, meningkatnya

jumlah pengguna internet masih belum

dibarengi dengan kemampuan dalam

memanfaatkan TIK secara baik dan bijak.

Pemerintah selaku fasilitator dan

regulator tidak hanya fokus dalam

memperluas akses dan infrastruktur TIK

secara masif tetapi juga harus diimbangi

dengan literasi digital bagi masyarakat

Page 13: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

2

yang nantinya akan menerima manfaat

dari TIK. Keberhasilan pemerintah dalam

meningkatkan IP-TIK ke indeks 4,99 harus

diapresiasi dan terus didorong agar

pembangunan TIK di Indonesia semakin

inklusif dan meningkat dari tahun ke

tahun.

Digital divide yang saat ini terjadi di

Indonesia disebabkan oleh beberapa

faktor. Luasnya bentang alam Indonesia

merupakan faktor utama dalam

melakukan pemerataan pembangunan.

Penyediaan infrastruktur TIK terutama di

kawasan timur Indonesia bukan hal yang

mudah karena medan dan topografi yang

sulit. Hal ini terlihat melalui data di bawah

ini.

Gambar 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Per Provinsi Tahun 2017

Sumber: BPS

Gambar di atas menjelaskan kesenjangan

TIK atau digital divide yang terjadi di

Indonesia. DKI Jakarta memiliki IP-TIK

tertinggi dan diikuti oleh provinsi yang

sebagian besar berada di kawasan barat

Indonesia. Uniknya, Jawa Tengah dan

2,95

3,48

3,683,79

3,92

3,933,94

4,00

4,34

4,40

4,45

4,45

4,45

4,474,49

4,49

4,544,64

4,72

4,79

4,83

4,864,88

4,90

4,99

5,12

5,13

5,225,50

5,795,81

5,92

6,09

7,61

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0

PapuaNTT

Sulawesi Barat

Maluku UtaraNTB

Aceh

Lampung

Kalimantan Barat

MalukuSumatera Selatan

Sumatera Utara

JambiGorontalo

Papua Barat

Sulawes Tenggara

Kep. Bangka Belitung

BengkuluKalimantan Tengah

Jawa Tengah

Sumatera Barat

Kalimantan Selatan

Sulawesi Selatan

Jawa TimurRiau

INDONESIA

Jawa BaratSulawesi Utara

Banten

Kalimantan Utara

Kep. Riau

BaliKalimantan Timur

DI Yogyakarta

DKI Jakarta

Page 14: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

3

Jawa Timur berada di area pertengahan.

Hal ini menjelaskan bahwa dalam skala

provinsi sekalipun, daerah yang memiliki

area luas masih cukup sulit untuk

melakukan penetrasi pembangunan TIK ke

masyarakat. Kawasan timur seperti Nusa

Tenggara Timur dan Papua berada pada

posisi akhir. Kedaulatan sebuah negara

tercermin dari keadilan pembangunan

yang dilakukan pemerintah dalam rangka

mengangkat harkat dan martabat

rakyatnya. Sudah menjadi tugas

pemerintah sebagai fasilitator untuk

menyediakan infrastruktur teknologi,

informasi, dan komunikasi.

Dampak dari sulitnya pembangunan

infrastruktur kemudian menyebabkan

akses terhadap literasi digital tidak

berkembang. Selain itu, daerah yang

pembangunan infrastrukturnya belum

mapan cenderung memiliki kondisi

masyarakat dengan aspek sosioekonomi

yang rendah juga. Implikasi dari

sosioekonomi yang rendah menyebabkan

sulitnya menjangkau perangkat TIK.

Kondisi topografi dan sosioekonomi yang

saling terkait menyebabkan paradigma di

masyarakat menganggap TIK belum

menjadi kebutuhan utama. Apabila

kondisi ini tidak ditangani dengan serius

dan segera, keberadaan masyarakat di

kawasan pinggiran terutama di daerah

timur akan tertinggal dari berbagai aspek,

terutama informasi dan pembangunan.

Gambar 2. Pencapaian Indikator IP-TIK Tahun 2015-2017

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar di atas memperkuat bahwa

kesenjangan TIK masih tinggi di Indonesia.

Dari 11 indikator, hanya 3 indikator yang

menunjukkan pencapaian mendekati nilai

10. Indikator yang mendekati dan

mencapai nilai 10 menunjukkan

pencapaian yang ideal dalam menopang

pembangunan indeks TIK di Indonesia.

Meskipun demikian, masih terdapat 8

indikator yang berada di bawah nilai yang

diharapkan. Bahkan indikator penting

seperti persentase rumah tangga yang

menggunakan internet dan persentase

penduduk yang menggunakan internet

berada di bawah 5. Dengan demikian, tiga

faktor utama yang telah dijelaskan

Page 15: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

4

sebelumnya yaitu luasnya geografis dan

kondisi topografi Indonesia menyebabkan

sulitnya penetrasi pembangunan

infrastruktur TIK; sosioekonomi

masyarakat yang rendah karena

ketertinggalan informasi dan

pembangunan; serta paradigma

masyarakat yang menganggap TIK belum

terlalu penting, menyebabkan

meningkatnya digital divide di Indonesia.

Upaya pemerintah untuk mengurangi

kesenjangan pembangunan TIK saat ini

dilakukan melalui proyek Palapa Ring.

Proyek ambisius ini dijalankan dalam

rangka mengimplementasikan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Melalui proyek Palapa Ring ini diharapkan

kecepatan internet Indonesia akan

merata. Pengerjaan proyek ini melalui

pembangunan serat optik di seluruh

Indonesia sepanjang 36.000 kilometer.

Proyek ini dibagi menjadi tiga kawasan

yaitu barat, tengah, dan timur. Selain

mendorong ketersediaan infrastruktur

teknologi dan informasi bagi seluruh

masyarakat, output lain yang diharapkan

dari proyek Palapa Ring adalah sebagai

stimulus untuk mendorong masyarakat

lebih aktif dalam melakukan kegiatan

melalui pemanfaatan TIK seperti start up

dan sekaligus menjadi sarana pemerintah

untuk meningkatkan kinerja

akuntanbilitas melalui implementasi e-

Government. Proyek Palapa Ring bisa

menjadi proyek penting dan strategis bagi

pemerintah untuk memperkecil

kesenjangan infrastruktur TIK di

Indonesia. Selanjutnya, harus diupayakan

untuk meningkatkan literasi digital di

masyarakat guna meningkatkan keahlian

masyarakat dalam memanfaatkan TIK

secara proporsional, baik, dan bijak.

Page 16: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

5

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pertumbuhan ekonomi dunia pada triwulan

II tahun 2019 masih melambat.

Pada triwulan II tahun 2019, perlambatan

pertumbuhan ekonomi terjadi di sebagian

besar negara di dunia. Beberapa negara

yaitu Korea Selatan, Jepang, dan Perancis

mampu tumbuh lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya. Namun, bila dibandingkan

dengan triwulan II tahun 2018, tidak ada

negara yang tumbuh lebih tinggi. Hal ini

merupakan dampak dari perang dagang

yang terus berlanjut.

Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 2,1

persen (YoY) pada triwulan II tahun 2019,

melambat dibandingkan dengan triwulan II

tahun 2018 yang tumbuh sebesar 3,5

persen. Pertumbuhan tersebut juga lebih

lambat dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya (3,1 persen). Adapun

pendorong pertumbuhan Amerika Serikat

adalah konsumsi masyarakat, sebesar 4,3

persen, terutama konsumsi barang tahan

lama (12,9 persen). Sementara

pertumbuhan ekspor terhambat oleh

perang dagang yang sedang dihadapi

Amerika Serikat. Ekspor Amerika Serikat

terkontraksi sebesar -5,2 persen. Di sisi lain,

kinerja impor meningkat sebesar 0,1 persen

seiring dengan peningkatan permintaan

domestik. Sejalan dengan perlambatan

ekonomi tersebut, laju inflasi di Amerika

Serikat sebesar 1,6 persen pada triwulan II

tahun 2019, lebih rendah dari inflasi

triwulan sebelumya (1,9 persen).

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga

melambat dari 6,4 persen menjadi 6,2

persen pada triwulan II tahun 2019,

dibandingkan triwulan sebelumnya. Meski

masih tumbuh diatas 6 persen,

pertumbuhan pada triwulan ini merupakan

yang terendah selama 27 tahun terakhir.

Sepanjang semester I tahun 2019,

pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar

6,3 persen. Laju inflasi Tiongkok sebesar 2,7

persen (YoY), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya.

Meskipun tekanan eksternal dan volatilitas

meningkat, perekonomian Tiongkok relatif

stabil. Tiongkok memperketat impornya

untuk menjaga kestabilan ekonomi

domestik. Cadangan devisa Tiongkok

meningkat dari USD3,11 triliun pada

triwulan II tahun 2018 menjadi USD3,12

triliun pada triwulan ini. Kenaikan cadangan

devisa tersebut salah satunya ditopang oleh

kebijakan nilai tukar.

Perang dagang Amerika Serikat dan

Tiongkok terus menekan perekonomian

negara-negara lain. Di Asia Tenggara,

Singapura terancam kemungkinan

terjadinya resesi. Hal tersebut terlihat dari

pertumbuhan Singapura yang hanya

mampu tumbuh sebesar 0,1 persen pada

triwulan II tahun 2019. Pertumbuhan

tersebut jauh lebih lambat dari triwulan II

tahun 2019 yang mencapai 4,2 persen

maupun triwulan I tahun 2019 (1,1 persen).

Ekspor yang merupakan tumpuan

perekonomian Singapura, turun sebesar 2,4

persen (YoY). Ekspor komoditas utamanya

seperti mesin dan peralatan, bahan kimia

organik, dan plastik masing-masing turun

sebesar 0,7 persen, 14,5 persen, dan 1,7

persen.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Jepang

naik sebesar 1,1 persen, lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya.

Namun, tetap lebih rendah dari triwulan II

tahun 2018 yang mencapai 1,4 persen.

Melambatnya perekonomian Jepang

Page 17: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

6

terutama dipengaruhi penurunan kinerja

sektor eksternal serta permintaan

domestik.

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

Sumber: CEIC

Sebagian besar negara mulai menurunkan

suku bunga kebijakan.

Perlambatan ekonomi dan isu pemotongan

suku bunga oleh The Fed menjadi pemicu

perdebatan antara pemerintah dan bank

sentral di beberapa negara. Beberapa

kepala negara menginginkan pemotongan

suku bunga yang agresif untuk mendorong

perekonomian domestik. Sementara, bank

sentral menginginkan tindakan yang lebih

hati-hati dengan pemotongan suku bunga

yang bertahap. Sebagai antisipasi adanya

kemungkinan pemotongan suku bunga oleh

The Fed, beberapa negara akhirnya mulai

menurunkan suku bunga kebijakannya pada

triwulan ini. Malaysia dan Filipina

memotong suku bunga pada bulan Mei

sebanyak 25 bps. Selain itu, Australia dan

India memangkas suku bunga sebesar 25

bps pada bulan Juni. Bank Indonesia sendiri

telah mendapat desakan dari berbagai

pihak untuk segera menurunkan suku

bunga acuan. Akan tetapi, Bank Indonesia

memutuskan mempertahankan suku bunga

hingga akhir triwulan II tahun 2019.

Sementara, negara maju rata-rata memilih

untuk menahan suku bunga kebijakannya.

The Fed menahan suku bunga sebesar 2,25-

2,5 persen sepanjang triwulan II tahun

2019. Hal tersebut dilakukan dengan

pertimbangan inflasi dan pengangguran

yang cukup rendah. The Fed akan terus

menyesuaikan dengan kondisi ekonomi

domestik maupun perkembangan kebijakan

perdagangan Amerika Serikat.

The People Bank of China (PboC) juga

memutuskan untuk mempertahankan suku

bunga kebijakannya sepanjang triwulan ini

pada level 2,25 persen. Keputusan tersebut

diambil sebagai upaya untuk menjaga

perekonomian domestik. PBoC menilai

pemotongan suku bunga merupakan

langkah terakhir untuk mendorong aktivitas

perekonomiannya.

Tabel 2. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara

Apr Mei Jun

ASEAN-5

Indonesia 6,00 6,00 6,00

Thailand 1,75 1,75 1,75

Filipina 4,75 4,50 4,50

Malaysia 3,25 3,00 3,00

Vietnam 4,25 4,25 4,25

Negara Maju

Kawasan Eropa

0,00 0,00 0,00

Amerika Serikat

2,25-2,5 2,25-2,5 2,25-2,5

Tiongkok 2,25 2,25 2,25

Jepang -0,1 -0,1 -0,1

Sumber: CEIC

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2018 2019

Tiongkok Japan

Korea Singapore

Amerika Serikat

Page 18: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

7

Harga sebagian besar komoditas kembali

turun.

Harga komoditas pertanian pada triwulan II

tahun 2019 cenderung turun, seperti

gandum (dari USD211,5/MT menjadi

USD201,7/MT) dan kopi (dari USD2,8

cent/kg menjadi USD2,7 cent/kg). Harga

minyak sawit juga terus turun dari

USD587/MT pada triwulan sebelumnya

menjadi USD568/MT. Hal yang sama juga

terjadi pada harga kedelai dengan rata-rata

USD378/MT pada triwulan I tahun 2019

USD353/MT pada triwulan II tahun 2019.

Harga komoditas logam dan mineral,

mayoritas melemah sepanjang triwulan II

tahun 2019. Harga komoditas aluminium,

nikel, dan timah semuanya turun

dibandingkan harga pada triwulan

sebelumnya. Sementara itu, harga seng

meningkat dari USD2.709cent/kg pada

triwulan sebelumnya menjadi

USD2.759cent/kg pada triwulan ini.

Demikian juga dengan harga emas yang

meningkat seiring dengan ketidakpastian

global yang semakin meningkat, sehingga

pelaku ekonomi memilih untuk

mengalihkan asetnya ke komoditas yang

lebih aman yaitu emas. Harga emas pada

triwulan ini mencapai USD1.310 troy per

ons.

Harga komoditas energi juga turun

sepanjang triwulan ini. Harga batubara

sepanjang April-Juni terus menunjukkan

tren yang menurun. Batubara turun dari

USD95,7/MT pada triwulan I tahun 2019

menjadi USD80,5/MT pada triwulan ini.

Turunnya harga batubara didorong oleh

kondisi perekonomian global yang masih

lesu serta berkurangnya permintaan dari

Tiongkok. Sebagai konsumen batubara

terbesar, kebijakan Tiongkok yang

meningkatkan produksi batubara untuk

memenuhi kebutuhan domestik, memukul

harga batubara di pasar internasional.

Harga minyak mentah menunjukkan tren

meningkat sepanjang triwulan II tahun

2019.

Pada triwulan ini, harga rata-rata minyak

mentah mencapai USD65,1 per barel, lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya

sebesar USD60,5 per barel. Peningkatan ini

disebabkan oleh berlanjutnya

pemangkasan produksi oleh negara-negara

OPEC dan sekutu. Harga minyak acuan

Brent pada triwulan ini sebesar USD68,3 per

barel, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar USD63,3 per

barel.

Gambar 4. Perkembangan Harga Minyak Mentah

Sumber: World Bank

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2018 2019

Crude Oil; Brent Crude Oil; Dubai

Crude Oil; WTI

Page 19: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

8

Gambar 5. Perkembangan Harga Gas Alam

Sumber: World Bank

Sementara itu, harga gas alam

menunjukkan tren menurun sepanjang

triwulan II tahun 2019, dengan harga rata-

rata USD4,3 per mmbtu (gas alam Eropa).

Harga gas alam yang berasal dari Eropa dan

Amerika Serikat lebih rendah dari triwulan

sebelumnya maupun triwulan II tahun

2019. Turunnya harga gas alam disebabkan

menurunnya permintaan setelah musim

dingin berakhir.

0123456789

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2018 2019

Natural Gas, Europe

Natural Gas, US

Page 20: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

9

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

2.1 Sektor Riil

Ekonomi Nasional

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

triwulan II melambat.

Momentum lebaran dan libur bersama

umumnya memacu pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Namun, kali ini momentum

tersebut tidak mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Selain itu, pergeseran masa panen pada

triwulan II tahun 2019 juga tidak dapat

mendorong perekonomian. Ekonomi

Indonesia justru tumbuh lebih lambat

dibandingkan triwulan sebelumnya dari

5,07 persen pada triwulan I tahun 2019

menjadi 5,05 persen (YoY) pada triwulan ini.

Gambar 6. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik

Produk Domestik Bruto dari sisi lapangan

usaha menunjukkan pertumbuhan positif

hampir di semua sektor. Jasa Lainnya, Jasa

Perusahaan, dan Informasi dan Komunikasi

merupakan sektor dengan pertumbuhan

tertinggi. Sementara itu, sektor

Pertambangan dan Penggalian terkontraksi.

Sebagian besar lapangan usaha tumbuh

lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Gambar 7. Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan II Tahun 2019

Sumber: Badan Pusat Statistik

Industri Pengolahan kembali tumbuh

melambat.

Secara komposisi terhadap PDB, industri

Pengolahan merupakan sektor

penyumbang PDB terbesar, yaitu 19,8

persen.Pertumbuhan Industri Pengolahan

pada triwulan II tahun 2019 sebesar 3,5

persen, lebih rendah dibandingkan triwulan

I tahun 2018 maupun triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan sektor ini didorong oleh

pertumbuhan subsektor Industri Tekstil dan

Pakaian Jadi (20,7 persen, YoY) serta

Industri Kertas dan Barang dari Kertas;

Percetakan dan Reproduksi Media

Rekaman (12,5 persen, YoY), ditopang

5,0

5,3

5,15,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

10,7

9,1

6,3

8,8

9,9

5,7

4,5

9,6

5,5

5,8

4,6

5,7

8,4

2,2

3,5

-0,7

5,3

Jasa lainnya

Jasa Kesehatan & Keg. Sosial

Jasa Pendidikan

Adm. Pemerintahan

Jasa Perusahaan

Real Estat

Jasa Keuangan & Asuransi

Informasi dan Komunikasi

Akomodasi & Makan Minum

Transportasi & Pergudangan

Perdagangan

Konstruksi

Pengadaan Air

Pengadaan Listrik & Gas

Industri

Pertambangan

Pertanian

Page 21: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

10

antara lain oleh agenda Pemilihan Umum

pada bulan April. Selain itu, Industri

Makanan dan Minuman juga tumbuh lebih

cepat sebesar 8,0 persen.

Di sisi lain, beberapa subsektor pengolahan

mengalami kontraksi. Industri Karet dan

Industri Kulit terkontraksi lebih dalam pada

triwulan II tahun 2019 dibandingkan

triwulan I sebelumnya. Subsektor industri

karet terkontraksi sebesar -7,2 persen, lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang

sebesar 6,5 persen. Subsektor industri kulit

terkontraksi sebesar -6,4 persen, lebih

dalam dari triwulan sebelumnya sebesar

-1,1 persen.

Dampak pergeseran masa panen raya,

sektor Pertanian tumbuh lebih tinggi.

Sektor Pertanian, Kehutanan, Perkebunan

dan Perikanan tumbuh sebesar 5,3 persen

(YoY), lebih tinggi dari triwulan II tahun

2018 (4,7 persen) maupun triwulan

sebelumnya (1,8 persen). Pergeseran masa

panen raya mendorong pertumbuhan di

sektor ini. Pertumbuhan Tanaman Pangan

(5,1 persen) dan Jasa Pertanian dan

Perburuan (5,4 persen) tumbuh lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya dan triwulan II

tahun 2018. Peternakan tumbuh 7,8

persen, lebih tinggi dari triwulan II tahun

2018 (5,9 persen), namun lebih rendah dari

triwulan sebelumnya (8,0 persen).

Subsektor Kehutanan dan Penebangan

Kayu kembali tumbuh positif sebesar 0,6

persen setelah terkontraksi -2,9 pada

triwulan sebelumnya. Meski kembali

tumbuh positif, namun pertumbuhannya

menunjukkan tren menurun sejak triwulan I

tahun 2018. Di sisi lain, subsektor Perikanan

tumbuh 6,2 persen, lebih tinggi dari

triwulan II tahun 2018 (4,8 persen) maupun

triwulan sebelumnya sebesar 5,7 persen.

Sektor Perdagangan tumbuh lebih lambat.

Sektor perdagangan biasanya tumbuh lebih

tinggi seiring dengan kegiatan mudik saat

lebaran. Pada triwulan II tahun 2019, sektor

perdagangan tumbuh sebesar 4,6 persen.

Pertumbuhan tersebut lebih lambat dari

triwulan I tahun 2019 sebesar 5,3 persen

maupun dibandingkan triwulan II tahun

2018 sebesar 5,2 persen. Perlambatan

pertumbuhan terjadi terutama pada

Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 4,9

persen, turun dibandingkan triwulan II

tahun 2018 (5,5 persen).

Pertambangan dan Penggalian terkontraksi.

Sektor Pertambangan dan Penggalian

terkontraksi sebesar -0,7 persen pada

triwulan II tahun 2019. Kontraksi sektor

Pertambangan dan Penggalian terutama

disebabkan oleh Pertambangan Bijih Logam

yang terkontraksi hingga -25,9 persen.

Pertambangan Bijih Logam telah

terkontraksi sejak triwulan IV tahun 2018

dan menunjukkan tren yang semakin

menurun. Selain itu, subsektor

Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi

juga terkontraksi sebesar -4,1 persen.

Dari sisi pengeluaran, LNPRT tumbuh paling

tinggi, ekspor dan impor terkontraksi.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan

ekonomi triwulan II tahun 2019 didorong

oleh Konsumsi LNPRT yang tumbuh

mencapai 15,3 persen (YoY). Pertumbuhan

tersebut lebih rendah dari triwulan

sebelumnya sebesar 17,0 persen, namun

lebih tinggi dari triwulan II tahun 2018 yang

sebesar 8,8 persen. Pertumbuhan tersebut

didorong oleh kegiatan kampanye partai

politik dan agenda pemilihan umum pada

17 April 2019.

Page 22: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

11

Tabel 3. Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran

Komponen 2018 2019

Q2 Q1 Q2

Konsumsi RT 5,2 5,0 5,2

Konsumsi LNPRT 8,8 17,0 15,3

Konsumsi Pemerintah

5,2 5,2 8,2

PMTB 5,9 5,0 5,0

Ekspor 7,7 -1,9 -1,8

Impor 15,2 -7,4 -6,7

PDB 5,3 5,1 5,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar

5,2 persen pada triwulan II tahun 2019,

cenderung sama dengan triwulan II tahun

2018. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya,

didorong oleh semua subkomponen yang

tumbuh lebih tinggi kecuali transportasi dan

komunikasi. Subkomponen transportasi

dan komunikasi tumbuh sebesar 4,7

persen, lebih rendah dibandingkan triwulan

II tahun 2018 yang sebesar 5,4 persen.

Melambatnya pertumbuhan transportasi

terkait dengan harga tiket angkutan udara

yang masih tinggi.

Gambar 8. Perkembangan Konsumsi RT dan

Investasi terhadap PDB

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan Investasi sebesar 5,01 persen

mengalami perlambatan dari triwulan

sebelumnya (5,03 persen) maupun triwulan

II tahun 2018 yang mencapai 5,9 persen.

Hal tersebut disebabkan oleh barang modal

selain bangunan dan mesin yang

terkontraksi. Mesin dan perlengkapan

tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya, dipengaruhi oleh

meningkatnya nilai impor dan produksi

domestik.

Ekspor dan impor kembali terkontraksi.

Ekspor kembali terkontraksi meskipun

kinerjanya sudah lebih baik dari triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan ekspor pada

triwulan II terkontraksi sebesar -1,8 persen,

lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

sebesar -1,9 persen. Hal ini disebabkan oleh

ekspor barang migas yang terkontraksi

hingga -30,9 persen. Terkontraksinya

pertumbuhan ekspor tertahan oleh kinerja

ekspor barang non migas dan jasa yang

tumbuh positif setelah terkontraksi pada

triwulan sebelumnya. Ekspor nonmigas

didorong oleh komoditas utama yang

tumbuh cukup kuat terutama kendaraan

dan bagiannya. Di sisi lain, volume ekspor

migas turun disertai dengan penurunan

harga komoditas migas yang menyebabkan

kontraksi semakin dalam.

Laju pertumbuhan impor sedikit lebih baik

dari triwulan sebelumnya meskipun masih

terkontraksi. Pertumbuhan impor pada

triwulan II tahun 2019 sebesar -6,7 persen,

meningkat dibanding triwulan I tahun 2019

(-7,4 persen). Kontraksi terjadi baik pada

impor barang maupun jasa. Berkurangnya

laju impor tertahan oleh pertumbuhan

impor barang migas yang sebesar -10,7

persen, lebih baik dari pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi

hingga -23,3 persen. Impor jasa terkontraksi

sejalan dengan menurunnya impor jasa

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

PRODUK DOMESTIK BRUTO

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Page 23: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

12

angkutan untuk kegiatan ekspor impor

barang.

Indeks Tendensi Bisnis menunjukkan

optimisme yang lebih tinggi.

Gambar 9. Indeks Tendensi Bisnis Tahun 2018-2019

Catatan:

ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan

indikasi sebagai berikut:

a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada

triwulan berjalan menurun dibanding

triwulan sebelumnya

b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada

triwulan berjalan tidak mengalami

perubahan (stagnan) dibanding triwulan

sebellumnya

c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis

pada triwulan berjalan lebih baik

(meningkat)dibanding triwulan sebelumnya

d. * = Angka perkiraan

Sumber: BPS, diolah

Indeks Tendensi Bisnis (ITB) triwulan II

sebesar 108,8 melampaui perkiraan yang

dikeluarkan sebelumnya. Kondisi bisnis dan

optimisme pelaku bisnis pada triwulan ini

meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Komponen pembentuk ITB

meningkat kecuali rata-rata jumlah jam

kerja.

Kondisi bisnis yang membaik dan optimisme

pelaku bisnis tertinggi pada sektor

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib. Sementara itu,

kondisi bisnis pada sektor Pertambangan

dan Penggalian masih belum pulih,

ditunjukkan dengan indeks sebesar 91,72.

Perkiraan ITB untuk triwulan III tahun 2019

sebesar 105,46. Kondisi bisnis diperkirakan

terus membaik namun dengan optimisme

yang lebih rendah dari triwulan ini. Kondisi

Jasa kesehatan diperkirakan menjadi yang

terbaik sementara kondisi bisnis

Pertambangan dan Penggalian menurun.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan II

tahun 2019 sebesar 125,68, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

104,35. Kondisi ekonomi konsumen pada

triwulan ini membaik dan tingkat optimisme

meningkat. Komponen pembentuk ITK

semuanya meningkat pada triwulan II tahun

2019. Perkiraan ITK triwulan III tahun 2019

sebesar 100,03 dengan perkiraan

komponen pendapatan sebesar 101,61.

Pendapatan diperkirakan naik namun

dengan optimisme yang menurun.

Investasi

Pembentukan Modal Tetap Bruto pada

triwulan II tahun 2019 tumbuh sebesar 5,01

persen (YoY)

Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran,

komponen Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) triwulan II tahun 2019

tumbuh sebesar 5,01 persen (YoY) dan

-0,94 persen (QtQ). Pertumbuhan triwulan

II tahun 2019 didorong oleh pertumbuhan

Mesin dan Kendaraan sebesar 9,87 persen

dan Bangunan 5,46 persen, komponen

lainnya mengalami kontraksi yaitu

Kendaraan sebesar -0,04 persen; Peralatan

Lainnya sebesar -0,63 persen; CBR sebesar -

0,13 persen; ddan Produk Kekayaan

Intelektual sebesar -0.23 persen.

106,28

112,82

108,05

104,71

102,1

108,81

105,46

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*

2018 2019

Page 24: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

13

Tabel 4. Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto

Kategori PDB Pengeluaran

Nilai (Miliar Rupiah) Pertumbuhan

(%) Proporsi thd Total PDB (%) Q2

2018 Q1

2019 Q2

2019 QtQ YoY

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

828,43 861,83 869,9 0,94 5,01 31,25

a. Bangunan 615,15 645,47 648,72 0,50 5,46 23,43

b. Mesin dan Kendaraan

82,3 91,46 90,42 -1,14 9,87 3,20

c. Kendaraan 48,34 47,35 48,32 2,05 -0,04 1,59

d. Peralatan lainnya 14,30 14,03 14,21 1,28 -0,63 0,52

e. CBR 46,98 43,50 46,92 7,86 -0,13 1,74

f. Produk Kekayaan Intelektual

21,36 20,02 21,31 6,44 -0,23 0,77

Total PDB Pengeluaran 2.603,7 2.625,0 2.735,2 4,2 5,05 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai realisasi investasi triwulan II tahun

2019 mencapai Rp200,5 triliun, meningkat

sebesar 2,8 persen dari triwulan I tahun

2019 (Rp195,1 triliun) dan meningkat 13,7

persen dari triwulan II tahun 2018 (Rp176,3

triliun). Sektor Primer dan Sekunder

mengalami penurunan nilai masing-masing

11,68 persen dan 4,04 persen (YoY),

sedangkan sektor Tersier mengalami

peningkatan 24,29 persen (QtQ).

Tabel 5. Realisasi PMA dan PMDN

Periode PMA dan PMDN (Triliun Rupiah)

Primer Sekunder Tersier Total

Q2 2018 41,62 62,93 83,17 187,7

Q1 2019 30,82 44,19 120,1 195,1

Q2 2019 36,76 60,39 103,4 200,5

Pertumbuhan (QtQ)

19,27 36,66 -13,92 2,78

Pertumbuhan (YoY)

-11,7 -4,04 24,29 6,84

Proporsi (%)

18,33 30,12 51,55 100

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah catatan: Kurs 2018: Rp13.400,00/USD

Kurs Q1 2019: Rp15.000,00/USD

Realisasi PMA mencapai USD6.992,31

sedangkan realisasi PMDN mencapai

Rp95,63 triliun

Realisasi PMA pada triwulan II tahun 2019

adalah sebesar USD6.992,31 juta. Nilai ini

menurun sebesar 2,09 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Berdasarkan komposisi

antarsektor, realisasi PMA didominasi oleh

sektor tersier yakni sebesar 51,71 persen.

Realisasi PMDN pada triwulan II tahun 2019

adalah sebesar Rp95,63 triliun. Nilai ini

mengalami kenaikan sebesar 18,69 persen

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya. Kenaikan PMDN terjadi

pada sektor tersier sebesar 45,93 persen

dan sektor primer sebesar 6,72 persen.

Sedangkan pada sektor sekunder, realisasi

PMDN mengalami penurunan sebesar

10,48 persen (YoY). Berdasarkan komposisi

antarsektor, realisasi PMDN pada triwulan II

tahun 2019 juga didominasi oleh sektor

tersier yakni sebesar 51,66 persen.

Page 25: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

14

Tabel 6. Realisasi PMA dan PMDN Berdasarkan Kategori Utama Sektor Ekonomi

Periode PMA (Triliun Rupiah) PMDN (Triliun Rupiah)

Primer Sekunder Tersier Total Primer Sekunder Tersier Total

Q2 2018 21,22 38,13 47,77 107,12 20,4 24,8 35,4 80,57

Q1 2019 12,54 28,10 67,28 107,92 18,28 16,09 52,81 87,19

Q2 2019 14,99 38,19 51,71 104,88 21,77 22,20 51,66 95,63

Pertumbuhan (QtQ)

19,54 35,91 -23,14 -2,82 19,09 37,97 -2,18 9,68

Pertumbuhan (YoY)

-29,36 0,16 8,25 -2,09 6,72 -10,48 45,93 18,69

Proporsi (%) 14,29 36,41 49,30 100 22,76 23,21 54,02 100

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Catatan: Kurs 2018: Rp13.400,00/USD

Kurs Q1 2019: Rp15.000,00/USD

Lima sektor dengan kontribusi terbesar

pada realisasi PMA adalah: (1) Transportasi,

Gudang, dan Telekomunikasi; (2) Listrik, Gas

dan Air; (3) Perumahan, Kawasan Industri

dan Perkantoran; (4) Pertambangan; dan

(5) Industri Logam Dasar, Barang Logam,

Bukan Mesin dan Peralatannya. Lima sektor

tersebut berkontribusi sebesar 74,28

persen terhadap total realisasi PMA pada

triwulan II tahun 2019.

Tabel 7. Lima Sektor Realisasi PMA Terbesar

Sektor Nilai

(Triliun Rupiah)

Proporsi (%)

Pertumbuhan YoY (%)

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi

24.63 22.82 400.66

Listrik, Gas dan Air

22.90 21.22 77.58

Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran

14.24 13.20 -49.79

Pertambangan 9.22 8.55 -4.01

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya

9.17 8.50 -0.63

Gabungan Sektor Lainnya

27.76 25.72 23.29

Total 107.92 100.00 -11.51

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Catatan: Kurs 2018: Rp13.400,00/USD

Kurs Q1 2019: Rp15.000,00/USD

Realisasi PMDN terbesar berdasarkan

sektor terdapat pada sektor Konstruksi,

berkontribusi sebesar 22,08 persen

terhadap total Realisasi PMDN.

Lima sektor dengan kontribusi terbesar

pada realisasi PMDN adalah: (1) Konstruksi;

(2) Transportasi, Gudang, dan

Telekomunikasi; (3) Listrik, Gas, dan Air; (4)

Industri Makanan; dan (5) Tanaman

Pangan, Perkebunan, dan Peternakan. Lima

sektor di atas berkontribusi sebesar 68,74

persen terhadap total realisasi PMDN pada

triwulan II tahun 2019.

Tabel 8. Lima Sektor Realisasi PMDN Terbesar

Sektor Nilai

(Triliun Rupiah)

Proporsi (%)

Pertumbuhan YoY (%)

Konstruksi 19.25 22.08 47.59

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi

12.71 14.58 23.82

Listrik, Gas dan Air

10.29 11.80 32.45

Industri Makanan

8.93 10.24 -6.61

Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan

8.76 10.04 -17.53

Gabungan Sektor Lainnya

59.94 68.74 16.93

Total 87.20 100 14.2

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Page 26: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

15

Total Realisasi PMA dan PMDN sebesar

Rp200,52 triliun.

Total realisasi PMA dan PMDN pada

triwulan II tahun 2019 adalah sebesar

Rp200,52 triliun, mencapai 23,6 persen dari

target realisasi investasi tahun 2019 yakni

Rp850 triliun. Realisasi PMA dan PMDN

pada periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar Rp176,3 triliun, jika dibandingkan

dengan periode saat ini, realiasi PMA dan

PMDN tumbuh sebesar 13,74 persen.

Tabel 9. Realisasi dan Target Realisasi PMA dan PMDN (Triliun Rupiah)

Kategori Q2

2018 Q1

2019 Q2

2019 PMA 95,7 107,9 104,9

PMDN 80,6 87,2 95,6

Total 176,3 195,1 200,5

Target RKP 765,0 850,0 850,0

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Kontribusi PMDN terhadap Total Realisasi

Investasi sebesar 47,7 persen.

Realisasi PMDN pada triwulan II tahun 2019

berkontribusi sebesar 47,69 persen

terhadap total Realisasi Investasi. Angka ini

masih mencapai target dalam Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2019 yakni

38,9 persen.

Tabel 10. Proporsi PMA dan PMDN terhadap Realisasi Investasi dalam Persen

Periode PMA PMDN Target

RKP (Tahunan)

Target RPJMN

(Tahunan)

Q2 2018 54.3 45.7 37.6 37.6

Q1 2019 55.3 44.7 38.9 38.9

Q2 2019 52.3 47.7 38.9 38.9

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 11. Realisasi PMA Berdasarkan Negara Asal Investasi

Negara Asal

Realisasi PMA (Triliun Rupiah)

Proporsi thd

Total (%)

Q2 2018

Q1 2019

Q2 2019

Singapura 35,94 25,85 25,63 24,44

Jepang 15,41 17,00 18,38 17,52

R.R. Tiongkok

10,02 17,39 16,96 16,17

Hong Kong

8,74 8,74 10,95 10,44

Belanda 4,25 5,48 5,60 5,34 Negara Lainnya

32,76 33,46 27,36 26,09

Total 107,1 107,9 104,9 100

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Catatan: Kurs Q2 2018: Rp13.400,00/USD Kurs Q1 2019: Rp13.400,00/USD Kurs Q2 2019: Rp15.000,00/USD

Berdasarkan negara asal investasi, lima

negara asal investasi yang berkontribusi

terbesar pada realisasi PMA triwulan II

tahun 2019 adalah Singapura sebesar 24,44

persen; Jepang sebesar 17,52 persen;

Tiongkok sebesar 16,17 persen; Hong Kong

sebesar 10,44 persen; dan Belanda sebesar

5,34 persen. Lima negara asal investasi

tersebut berkontribusi sebesar 73,91

persen terhadap total realisasi PMA pada

triwulan II tahun 2019.

Tabel 12. Realisasi PMA Berdasarkan Lokasi (Triliun Rupiah)

Periode Q2

2018

Q1 2019

Q2 2019

Proporsi thd

Total (%)

Jawa 55,69 62,48 58,7 55.97

Sumatera 22,22 14,58 14,08 13.42

Sulawesi 7,65 10,53 11,47 10.94

Kalimantan 9,71 8,48 7,39 7.05

Papua

5.49

Maluku 4,38 5,31 5,76 4.16

Bali dan Nusa Tenggara

1,27 3,54 4,36 2.97

Luar Jawa 6,21 3,00 3,11 44.03

Total 51,43 45,44 46,18 100

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Page 27: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

16

Realisasi PMA di Pulau Jawa berkontribusi

sebesar 56,0 persen terhadap total realisasi

PMA pada triwulan II tahun 2019.

Realisasi PMA di Jawa pada triwulan II tahun

2019 mencapai USD3.913,49 juta,

memberikan kontribusi terbesar terhadap

total realisasi PMA yakni 55,97 persen.

Sementara itu berdasarkan tingkat

pertumbuhan (YoY), daerah yang

mengalami pertumbuhan realisasi PMA

terbesar adalah Maluku yakni 243,74

persen (YoY).

Realisasi PMDN di Jawa pada triwulan II

tahun 2019 mencapai Rp50,08 triliun,

memberikan kontribusi terbesar terhadap

total realisasi PMDN yakni 52,37 persen.

Sementara itu, daerah yang mengalami

pertumbuhan realisasi PMDN terbesar

adalah Bali dan Nusa Tenggara yakni 212,04

persen (YoY). Jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, realisasi PMDN di Bali

dan Nusa Tenggara mengalami

pertumbuhan sebesar 51,8 persen.

Tabel 13. Realisasi PMDN Berdasarkan Lokasi (Triliun Rupiah)

Periode Q2

2018

Q1

2019

Q2

2019

Propor

si thd

Total

(%)

Jawa 44,62 46,81 50,08 52,37

Kalimantan 19,71 12,91 13,54 14,16

Sulawesi 3,81 3,50 6,15 6,43

Bali dan

Nusa

Tenggara

1,08 2,22 3,37 3,52

Sumatera 10,78 21,08 22,21 23,22

Papua 0,05 0,05 0,14 0,15

Maluku 0,52 0,62 0,14 0,15

Luar Jawa 35,95 40,39 45,55 47,63

Total 80,57 87,19 95,63 100

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Tabel 14. Lima Provinsi dengan Realisasi PMA

dan PMDN Terbesar

PMA PMDN

Provinsi

Nilai (Triliun

Rupiah)

Proporsi thd

Total (%)

Provinsi Nilai (Triliun

Rupiah)

Proporsi thd

Total (%)

Jawa Barat

22,47

21,42 DKI Jakarta

16,24

16,98

DKI Jakarta

13,54

12,91 Jawa Timur

15,5 16,21

Jawa Tengah

10,99

10,48 Riau 9,1 9,52

Banten 7,67 7,31 Jawa Barat

8,89 9,3

Kep. Riau

6,76 6,45 Kalimantan Timur

5,98 6,25

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Catatan: Kurs Q2 2018: Rp13.400,00/USD Kurs Q1 2019: Rp13.400,00/USD Kurs Q2 2019: Rp15.000,00/USD

Lima provinsi yang berkontribusi terbesar

pada realisasi PMA triwulan II tahun 2019

adalah Jawa Barat sebesar 21,42 persen;

Provinsi DKI Jakarta sebesar 12,91 persen;

Provinsi Jawa Tengah sebesar 10,48 persen;

Provinsi Banten sebesar 7,31 persen; dan

Provinsi Kepulauan Riau sebesar 6,45

persen. Sedangkan pada realisasi PMDN,

lima provinsi yang berkontribusi terbesar

pada triwulan II tahun 2019 adalah Provinsi

DKI Jakarta sebesar 16,98 persen; Provinsi

Jawa Timur sebesar 16,21 persen; Provinsi

Riau sebesar 9,52 persen; Provinsi Jawa

Barat sebesar 9,3 persen; dan Provinsi

Kalimantan Timur sebesar 6,25 persen.

Page 28: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

17

Industri dan Pariwisata

Gambar 10. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas

Sumber: BPS, 2019

Nilai tambah sektor industri pengolahan

nonmigas pada triwulan II tahun 2019

sebesar Rp687 triliun atau tumbuh sebesar

3,98 persen dari triwulan II tahun 2018

(YoY). Secara kumulatif, nilai tambah sektor

industri pengolahan pada semester I tahun

2019 mencapai Rp1.363 triliun atau

tumbuh sebesar 4,38 persen. Pertumbuhan

tersebut lebih rendah dibandingkan

semester I tahun 2018, sehingga kontribusi

industri pengolahan nonmigas pada

semester I tahun 2019 menjadi 17,60

persen menurun dibandingkan semester I

tahun 2018 (17,73 persen).

Pada triwulan II tahun 2019, subsektor

tekstil dan pakaian jadi, kertas, barang dari

kertas, percetakan, dan reproduksi media

rekaman, dan industri lainnya mengalami

pertumbuhan tertinggi, yakni masing-

masing 20,71 persen, 12,49 persen, dan

8,31 persen. Sementara itu secara

kumulatif, subsektor tekstil dan pakaian

jadi, industri kertas, dan furnitur mengalami

pertumbuhan tertinggi pada semester I

tahun 2019, yaitu masing-masing 19,86

persen, 10,87 persen, dan 9,35 persen.

Pertumbuhan subsektor tersebut didorong

oleh peningkatan permintaan domestik

untuk memenuhi kebutuhan pemilu dan

hari raya, terutama subsektor tekstil dan

pakaian jadi dan kertas dan percetakan.

Gambar 11. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Semester I 2019

Sumber: BPS, 2019

Faktor permintaan domestik juga menjadi

pendorong beberapa subsektor industri

seperti industri makanan dan minuman.

Industri makanan minuman tetap menjadi

kontributor pertumbuhan nilai tambah

terbesar dalam industri pengolahan non

4,885,03

5,075,17

5,06

5,05

4,434,85

4,77

4,38

2015 2016 2017 2018 HY-2019

Pertumbuhan PDB Nasional

SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTURNONMIGAS

-8,21

-6,87

-5,20

-3,86

-3,64

-1,30

-1,07

6,02

6,82

7,40

8,01

8,19

9,35

10,87

19,86

4,38

Industri Kayu dll

Industri Karet, Barang dariKaret dan Plastik

Industri Alat Angkutan

Industri Kulit, Barang dari Kulitdan Alas Kaki

Industri Barang Galian bukanLogam

Industri Mesin danPerlengkapan

Industri Barang Logam dll

Industri Logam Dasar

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan danMinuman

Industri Pengolahan Tembakau

Industri Kimia, Farmasi danObat Tradisional

Industri Furnitur

Industri Kertas dll

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

SEKTOR INDUSTRIMANUFAKTUR NONMIGAS

Page 29: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

18

migas (2,59 persen) pada semester I tahun

2019.

Di sisi lain, penurunan produksi alat

angkutan masih terjadi pada triwulan II

tahun 2019, sehingga subsektor tersebut

mengalami pertumbuhan negatif. Selain

industri alat angkutan, penurunan produksi

industri semen pada triwulan II juga

menyebabkan penurunan industri barang

galian non logam pada semester I ini.

Gambar 12. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Semester I Tahun 2019

Sumber: BPS,2019

Ekspor industri pengolahan pada triwulan II

tahun 2019 masih melanjutkan tren

penurunan sejak triwulan IV tahun 2018.

Nilai ekspor produk industri pengolahan

pada triwulan II tahun 2019 mencapai

USD30,2 miliar atau menurun 2,51 persen

dibandingkan triwulan II tahun 2018.

Penurunan harga komoditas dunia,

termasuk CPO, serta eskalasi perang dagang

yang terjadi antara Tiongkok dan Amerika

Serikat membuat permintaan produk

ekspor Indonesia, yang merupakan bahan

baku dari produk industri lainnya,

berkurang. Solusi bagi kondisi ini yaitu

dalam jangka pendek, peningkatan ekspor

akan dilakukan melalui pembukaan akses ke

pasar baru. Dalam jangka menengah,

peningkatan ekspor produk industri

pengolahan Indonesia akan dilakukan

dengan mengundang perusahaan

manufaktur yang berorientasi ekspor untuk

berinvestasi di Indonesia.

Gambar 13. Ekspor Produk Industri

Sumber: BPS,2019

Realisasi investasi sektor industri

pengolahan sejak tahun 2017 berada dalam

tren penurunan. Nilai PMDN sektor industri

pengolahan pada triwulan II tahun 2019

mencapai USD22,20 miliar atau menurun

sebesar 10,33 persen (YoY). Subsektor

dengan nilai PMDN terbesar adalah industri

makanan sebesar USD 12,3 miliar, yang

diikuti dengan industri kimia dan farmasi,

serta industri logam dasar, barang dari

logam, bukan mesin dan perlengkapannya,

dengan nilai masing-masing USD3,60 miliar

dan USD2,07 miliar. Sementara itu, realisasi

PMDN pada subsektor industri kayu,

industri lainnya, serta industri kimia dan

farmasi tumbuh positif jika dibandingkan

dengan realisasi investasi pada triwulan II

tahun 2018.

2,59

1,26

0,750,40

0,35

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

Makanan &Minum

Kimia Farmasi Tembakau MANUFAKTURNon-MIGAS

30.221

-2,51

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri)

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb.kanan, y-on-y)

4,80

Page 30: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

19

Gambar 14. Investasi Domestik (PMDN) Sektor

Industri

Sumber: BKPM,2019

Setelah tren penurunan yang terjadi sejak

tahun 2017, pada triwulan II tahun 2019,

nilai PMA sektor industri pengolahan

mencapai USD2,54 miliar atau meningkat

sebesar 0,16 persen (YoY). Subsektor

industri alat angkut, industri mineral non

logam, dan industri tekstil menjadi

subsektor penyumbang pertumbuhan nilai

PMA pada triwulan II ini yang masing-

masing nilai tumbuh sebesar 173,5 persen,

69,1 persen, dan 63,8 persen dibandingkan

dengan Triwulan II 2018.

Inkonsistensi regulasi antara pusat dan

daerah, dan antar lembaga pemerintah,

ditengarai sebagai penyebab tren

penurunan investasi di Indonesia, termasuk

di sektor industri pengolahan. Sinkronisasi

kebijakan pusat dan daerah, serta antara

kebijakan industri dan perdagangan

diharapkan nantinya dapat meningkatkan

kepastian investasi dan usaha di sektor

industri pengolahan.

Gambar 15. Investasi Asing (PMA) Sektor Industri

Sumber: BKPM, 2019

Data penjualan mobil dan motor

merupakan indikator yang digunakan untuk

mengetahui kondisi daya beli masyarakat

kelas menengah atas dan kelas menengah

bawah. Data penjualan semen merupakan

indikator yang menunjukkan kondisi

pembangunan di Indonesia.

Gambar 16. Produksi Mobil

Sumber: BPS, 2019

Produksi mobil pada triwulan II tahun 2019

mencapai 276 ribu unit, atau mengalami

penurunan sebesar 9,00 persen

dibandingkan dengan triwulan II tahun

22.201

-10,33

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

PMDN (Juta USD, sb. kiri)

Pertumbuhan PMDN (%,sb. kanan,y-o-y)

2545,9

0,16

-45

-40

-35

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

PMA (juta USD,sb. kiri)

Pertumbuhan PMA (%, sb. kanan, y-on-y)

276.505

-9,00

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

Produksi mobil (unit, sb.kiri)

Pertumbuhan (y-o-y,%,sb.kanan)

Page 31: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

20

2018. Penurunan produksi tersebut

utamanya disebabkan oleh penurunan

produksi truk dengan ukuran lebih dari 24

ton (-45,19 persen) dan truk ukuran 5-24

ton (-34,45 persen).

Penurunan produksi juga diikuti dengan

penurunan penjualan mobil sebesar 12,96

persen pada triwulan II tahun 2019.

Penurunan ini utamanya disebabkan oleh

penurunan penjualan mobil jenis MPV lebih

dari 3000 cc (-54,00 persen) dan truk lebih

dari 24 ton (-46,96 persen).

Gambar 17. Penjualan Mobil

Sumber: BPS, 2019

Penurunan produksi dan penjualan

kendaraan bermotor pada awal tahun 2019

disebabkan oleh produsen dan konsumen

masih menahan produksi dan konsumsi.

Selain itu turunnya harga komoditas juga

menjadi salah satu faktor penurunan

penjualan mobil, terutama di luar jawa.

Sementara itu dari produksi semen,

volumenya menurun 5,90 persen pada

triwulan II tahun 2019 (YoY). Penurunan

produksi tersebut juga diikuti dengan

penurunan penjualan domestik (-3,81

persen) dan ekspor semen (21,21 persen) .

Sikap wait and see pada tahun politik,

selesainya beberapa proyek infrastruktur

nasional, serta momen bulan puasa dan

libur lebaran menjadi faktor yang

mempengaruhi penurunan produksi dan

penjualan semen pada triwulan II tahun

2019.

Gambar 18. Produksi, Penjualan Domestik, dan

Ekspor Semen

Sumber: CEIC,2019

227.714

-12,96

-25,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

Penjualan Mobil (Unit, sb. kiri)

Pertumbuhan Penjualan Mobil (persen, sb.kanan, y-on-y) 1,54

13,77

15,1514,98

19,32 19,83

16,4216,27

21,10 21,35

16,9515,31

,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

Penjualan Semen (Juta Ton, sb. kiri) Ekspor (Juta Ton, sb. kiri) Produksi Semen (Juta Ton, sb. kiri)

Page 32: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

21

Gambar 19. Purchasing Manager Index (PMI) Sektor Manufaktur

Sumber: CEIC, 2019

Nilai PMI Indonesia pada bulan April, Mei,

dan Juni 2019 adalah 50,4; 51,6; dan 50,6

dengan rata-rata 50,90 selama triwulan II

tahun 2019. Meskipun masih

menunjukkan ekspansi, namun nilai

indeks pada triwulan ini lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan II tahun

2018. Laporan Nikkei Market

menyebutkan pelemahan permintaan

terhadap produk manufaktur Indonesia

yang menyebabkan produsen

menurunkan jumlah produksinya.

Meskipun demikian, penurunan tersebut

dapat bersifat sementara karena

ekspektasi bisnis di Indonesia masih

terjaga.

Sektor Pariwisata Indonesia

Pada triwulan II tahun 2019, wisatawan

mancanegara (wisman) yang berkunjung

ke Indonesia mencapai 4,01 juta orang,

atau meningkat 3,89 persen dibandingkan

dengan triwulan II tahun 2018.

Perlambatan pertumbuhan salah satunya

disebabkan oleh penurunan wisatawan

mancanegara yang datang ke Bali.

Gambar 20. Jumlah Wisatawan Mancanegara

Sumber: BPS,2019

Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan

tidak diriingi dengan peningkatan devisa

yang signifikan. Nilai ekspor jasa

perjalanan Indonesia pada triwulan II

tahun 2019 mencapai USD 3,02 miliar

atau menurun 0,99 persen dibandingkan

dengan triwulan II tahun 2018.

Penyebabnya adalah stagnansi rata-rata

4.011

21,91

29,55

30,69

6,79

14,85

11,4610,17

14,44

4,103,89 0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

Jumlah Wisman (ribu orang)

Pertumbuhan (%, y-o-y, sb. kanan)

Page 33: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

22

pengeluaran wisatawan mancanegara

yang berada pada level USD1.100 per

orang per kunjungan. Kondisi ini dapat

menjadi indikasi kurangnya diversifikasi

destinasi dan produk wisata di Indonesia

yang menyebabkan wisatawan kurang

tertarik untuk tinggal lebih lama dan

membelanjakan uangnya.

Gambar 21. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan

Sumber: Bank Indonesia,2019

Ekonomi Regional

Lima kawasan tumbuh lebih cepat.

Sementara Papua terkontraksi semakin

dalam.

Perekonomian Indonesia secara spasial

masih didominasi oleh Pulau Jawa sebesar

59,1 persen dari total PDB Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi kawasan

Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara,

Kalimantan, dan Sulawesi lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi

lain, perekonomian kawasan Maluku dan

Papua masih terkontraksi bahkan lebih

dalam dari triwulan sebelumnya terutama

oleh turunnya perekonomian Papua.

Gambar 22. Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Secara Spasial

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perekonomian kawasan Maluku dan

Papua terkontraksi selama tiga triwulan

berturut-turut. Bahkan trennya

menunjukkan kontraksi yang semakin

dalam. Pada triwulan ini Maluku dan

Papua terkontraksi hingga -13,1 persen

(YoY). Hal tersebut terjadi karena transisi

penambangan dari penambangan terbuka

(open pit mine) menjadi tambang bawah

tanah (Grasberg Block Cave). Kondisi ini

berdampak pada turunnya produksi biji

logam PT Freeport Indonesia. Sehingga

secara kumulatif, pertumbuhan Maluku

dan Papua pada semester I tahun 2019

terkontraksi sebesar -11,42 persen.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua

tanpa pertambangan pada triwulan ini

masih meningkat sebesar 5,72 persen

(YoY). Sementara pertumbuhan Provinsi

Papua Barat tanpa minyak dan gas bumi

tumbuh sebesar 6,2 persen (YoY).

Sementara Provinsi Maluku dan Maluku

Utara tumbuh lebih lambat dari triwulan

sebelumnya, masing-masing sebesar 6,1

dan 7,5 persen (YoY).

3.02414,67

17,9317,19

-0,90

7,73

9,81

13,05

19,94

1,07

-0,99

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2017 2018 2019

Nilai Ekspor Perjalanan (Juta USD)

Pertumbuhan (%, y-o-y)

21,3

59,1

3,18,0

6,3 2,24,6 5,7 5,15,6

6,8

-13,1

Sumatera Jawa Bali danNusa

Tenggara

Kalimantan Sulawesi Maluku danPapua

Kontribusi Pertumbuhan

Page 34: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

23

Tabel 15. Pertumbuhan Ekonomi di Maluku dan Papua

Provinsi 2018 2019

Q2 Q1 Q2

Maluku 5,53 6,32 6,09

Maluku Utara 7,31 7,70 7,49

Papua Barat 12,83 -0,26 -0,50

Papua 23,58 -18,73

-23,98

Rata-rata 17,56 -9,63 -13,12

Sumber: Badan Pusat Statistik

Hampir seluruh provinsi di Sulawesi

tumbuh lebih lambat dari triwulan

sebelumnya, kecuali Sulawesi Selatan.

Pulau Sulawesi secara keseluruhan

tumbuh sebesar 6,8 persen, lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya yang sebesar

6,5 persen. Pertumbuhan tersebut

didorong oleh pertumbuhan Sulawesi

Selatan yang mencapai 7,5 persen, jauh

lebih tinggi triwulan sebelumnya sebesar

6,5 persen. Hal itu didorong oleh

pertumbuhan lapangan usaha Industri

Pengolahan sebesar 11,3 persen.

Beberapa subsektor dengan

pertumbuhan tertinggi adalah Industri

alat angkutan (41,9 persen), Industri

Logam Dasar (40,5 persen), dan Industri

Makanan dan Minuman (28,6 persen).

Pertumbuhan Industri Makanan dan

Minuman terutama terkait dengan

aktivitas lebaran yang membuat

permintaan makanan dan minuman

tinggi.

Tabel 16. Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi

Provinsi 2018 2019 Q2 Q1 Q2

Sulawesi Utara 5,77 6,59 5,48

Sulawesi Tengah 6,20 6,98 6,62

Sulawesi Selatan 7,33 6,54 7,46

Sulawesi Tenggara

6,13 6,37 6,30

Gorontalo 7,44 6,74 6,69

Sulawesi Barat 6,52 5,24 4,91

Rata-rata 6,74 6,54 6,76

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perekonomian Pulau Kalimantan pada

triwulan II tahun 2019 tumbuh 5,6 persen,

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

sebesar 5,4 persen. Pertumbuhan

tersebut juga lebih tinggi dari triwulan II

tahun 2018 sebesar 3,4 persen. Berbeda

dengan Sulawesi, sebagian besar provinsi

di Kalimantan tumbuh lebih cepat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Hanya Kalimantan Barat dan Kalimantan

Timur yang pertumbuhannya sedikit lebih

lambat dari triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan Kalimantan didorong oleh

meningkatnya pertumbuhan sektor

Pertambangan dan Penggalian. Produksi

sektor Pertambangan dan Penggalian di

Kalimantan Tengah tumbuh sebesar 16,1

persen setelah terkontraksi pada triwulan

II tahun 2018. Selain itu, produksi dan

harga kelapa sawit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan

Provinsi 2018 2019

Q2 Q1 Q2

Kalimantan Barat

5,15 5,09 5,08

Kalimantan Tengah

5,57 6,03 7,67

Kalimantan Selatan

4,60 4,11 4,24

Kalimantan Timur

1,92 5,46 5,43

Kalimantan Utara

5,00 7,18 7,87

Rata-rata 3,35 5,39 5,60

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kawasan Bali Nusra tumbuh sebesar 5,1

persen pada triwulan II tahun 2019, lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya dan

triwulan II tahun 2018. Kontribusi Bali

terhadap kawasan masih paling dominan

meskipun menurun. Provinsi Bali tumbuh

positif (5,6 persen) namun melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya (6,0

Page 35: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

24

persen) dan triwulan II tahun 2018 (6,1

persen). Hal sebaliknya terjadi pada

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pertumbuhan NTT menunjukkan tren

yang terus tumbuh lebih cepat dari

triwulan sebelumnya sejak triwulan I

tahun 2018. Pada triwulan II tahun 2019,

pertumbuhan NTT sebesar 6,4 persen,

lebih tinggi dari Bali. Hal tersebut

didorong oleh pertumbuhan subsektor

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi (17,3

persen) dan subsektor Tanaman Pangan

(16,8 persen).

Sementara perekonomian Nusa Tenggara

Barat mulai stabil setelah terkontraksi

tahun lalu akibat gempa bumi.

Pertumbuhan NTB pada triwulan II tahun

2019 sebesar 3,1 persen, lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya sebesar 2,2 persen.

Sektor konstruksi merupakan sektor yang

tumbuh paling tinggi sebesar 11,1 persen.

Selain itu, Administrasi Pemerintahan

tumbuh sebesar 8,2 persen.

Tabel 18. Pertumbuhan Ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara

Provinsi 2018 2019

Q2 Q1 Q2

Bali 6,05 5,96 5,64

Nusa Tenggara Barat

-1,26 2,20 3,14

Nusa Tenggara Timur

5,03 5,45 6,36

Rata-rata 3,56 4,74 5,05

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa

cenderung stagnan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Namun, pertumbuhan antar

provinsi di Pulau Jawa lebih merata. Jawa

Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan

II tahun 2018, masing masing sebesar 5,7

persen, 5,6 persen, dan 5,7 persen.

Sementara DKI Jakarta dan Banten

tumbuh lebih lambat dibandingkan

triwulan sebelumnya dan triwulan II tahun

2018.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi

Banten disebabkan oleh terkontraksinya

sektor Pengadaan Listrik dan Gas (-4,5

persen) serta Transportasi dan

Pergudangan (-2,3 persen). Sektor

Transportasi terkontraksi terutama

disebabkan terkontraksinya Angkutan

Udara hingga -14,8 persen. Sementara itu,

pertumbuhan DKI Jakarta tertahan karena

kontraksi pada sektor Industri

Pengolahan, Pertambangan dan

Penggalian, dan Kostruksi.

Tabel 19. Pertumbuhan Ekonomi di Jawa

Provinsi 2018 2019

Q2 Q1 Q2

DKI Jakarta 5,92 6,25 5,71

Jawa Barat 5,61 5,40 5,68

Jawa Tengah 5,43 5,12 5,62

DI Yogyakarta 5,92 7,51 6,80

Jawa Timur 5,55 5,55 5,72

Banten 5,54 5,44 5,35

Rata-rata 5,65 5,67 5,68

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sumatera tumbuh sebesar 4,6 persen,

sedikit lebih tinggi dari triwulan I tahun

2019. Struktur ekonomi di Pulau Sumatera

didominasi oleh Sumatera Utara dan Riau,

dengan distribusi sebesar 23,2 persen dan

22,3 persen. Pada triwulan II tahun 2019

Riau tumbuh sebesar 2,8 persen. Sektor

Pertambangan dan Penggalian yang

berkontribusi sebesar 25,2 persen dari

PDRB Riau terkontraksi sebesar -7,0

persen (YoY). Di sisi lain, Industri

Pengolahan yang berkontribusi sebanyak

25,3 persen, tumbuh 6,3 persen didorong

oleh momen lebaran dan libur bersama.

Sementara itu, ekonomi Sumatera Utara

triwulan II tahun 2019 meningkat 5,3

persen, lebih tinggi dari triwulan II tahun

2018. Pertumbuhan tertinggi adalah

Page 36: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

25

sektor Informasi dan Komunikasi sebesar

9,8 persen.

Tabel 20. Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera

Provinsi 2018 2019

Q2 Q1 Q2

Aceh 5,68 3,88 3,71

Sumatra Utara 5,27 5,31 5,25

Sumatra Barat 5,09 4,80 5,02

Riau 2,34 2,87 2,80

Jambi 4,70 4,57 4,82

Sumatra Selatan 6,07 5,69 5,80

Bengkulu 5,11 5,02 5,05

Lampung 5,35 5,21 5,62

Kep. Bangka Belitung

4,50 2,80 3,49

Kepulauan Riau 4,52 4,79 4,66

Rata-rata 4,64 4,55 4,62

Sumber: Badan Pusat Statistik

2.2 Fiskal

Hingga Juni 2019, realisasi APBN tumbuh

7,8 persen dan belanja negara meningkat

9,6 persen, serta defisit anggaran sebesar

0,8 persen terhadap PDB.

Hingga akhir Juni 2019, Pendapatan

Negara dan Hibah telah mencapai

Rp898,76 triliun, atau meningkat 7,84

persen dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Meskipun mengalami

peningkatan, namun realisasinya

terhadap target APBN relatif menurun.

Hingga akhir Juni 2019, Pendapatan

Negara dan Hibah mencapai 41,51 persen

dari target APBN, lebih rendah

dibandingkan realisasi pada periode yang

sama tahun 2018 yang mencapai 44,00

persen. Pendapatan negara meliputi

realisasi penerimaan perpajakan,

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

dan hibah.

Sampai dengan akhir Juni 2019,

penerimaan perpajakan tumbuh sebesar

5,42 persen, sebesar Rp688,94 atau

mencapai 38,57 persen dari target APBN

2019. Pajak penghasilan (PPh) sebagai

kontributor utama dari Penerimaan

Perpajakan, hingga akhir Juni 2019

mencapai Rp376,32 triliun atau tumbuh

4,71 persen dibanding periode yang sama

tahun 2018. Kondisi perekonomian yang

relatif stabil menjadi salah satu pendorong

kenaikan pajak penghasilan. Sementara

itu, penerimaan dari PPN/PPnBM tumbuh

negatif 2,66 persen dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun demikian, nilai tersebut membaik

jika dibandingkan pertumbuhan periode

Januari-Mei 2019 yang mencapai negatif

4,41 persen.

Perbaikan kinerja PPN/PPnBM akibat

pertumbuhan restitusi yang lebih rendah

daripada periode Januari-Mei 2019. Lebih

lanjut, pertumbuhan positif penerimaan

perpajakan didorong oleh pertumbuhan

signifikan dari penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) dan penerimaan cukai.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan

penerimaan perpajakan masih didorong

oleh kinerja sektor usaha jasa keuangan

dan transportasi & pergudangan.

Gambar 23. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan (triliun Rp)

Sumber: Kementerian Keuangan

359,40

218,12

4,02

50,96

20,99

376,32

212,32

14,70

66,70

18,90

Pajak Penghasilan

PajakPertambahan Nilai

PBB dan PajakLainnya

Cukai

Pajak PerdaganganInternasional

Juni 2019 Juni 2018

Page 37: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

26

Sampai dengan akhir Juni 2019, PNBP

tumbuh sebesar 18,24 persen, sebesar

Rp209,08 triliun, atau 55,27 persen dari

target APBN 2019. Meskipun kinerja PNBP

hingga akhir Juni 2019 menunjukkan

kinerja positif, pemerintah terus

mewaspadai pergerakan harga komoditas

internasional dan nilai tukar Rupiah

terhadap Dolar Amerika Serikat yang

menjadi faktor utama perkembangan

PNBP.

Selanjutnya adalah Belanja Negara.

Hingga akhir Juni 2019, realisasi Belanja

Negara telah mencapai Rp1.034,51 miliar,

meningkat 9,59 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun 2018.

Hal tersebut sejalan dengan komitmen

Pemerintah untuk terus meningkatkan

kualitas pengelolaan APBN melalui

perbaikan pola penyerapan belanja.

Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi

Belanja Pemerintah Pusat (BPP) dan

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).

Hingga akhir Juni 2019, realisasi BPP

mencapai Rp630,57 triliun atau 38,58

persen dari target APBN. Realisasi

tersebut meningkat 12,92 persen

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018 yang mencapai Rp558,44

triliun atau 38,40 persen dari target APBN.

Hingga akhir Juni 2019, BPP masih menjadi

komponen utama dari Belanja Negara

dengan proporsi 60,90 persen. Akselerasi

penyerapan anggaran pada BPP mampu

mendorong sektor konsumsi melalui

kombinasi penyerapan belanja pegawai,

barang dan bantuan sosial.

Kinerja penyerapan BPP ditopang oleh

meningkatnya realisasi Belanja K/L

terhadap APBN yang mencapai 40,02

persen hingga akhir Juni 2019. Capaian

tersebut lebih tinggi dari realisasi tahun

2018 yang hanya mencapai 34,93 persen

dari APBN. Tingginya capaian pada tahun

2019 disebabkan oleh meningkatnya

realisasi belanja bantuan sosial yang

mencapai Rp70,49 triliun atau meningkat

sebesar 56,37 persen jika dibandingkan

dengan periode yang sama tahun 2018.

Gambar 24. Perkembangan Komponen Belanja Negara

Akselerasi penyerapan anggaran pada

belanja bantuan sosial mencerminkan

komitmen Pemerintah dalam menjaga

daya beli masyarakat miskin dan rentan

untuk mencukupi kebutuhan pokok.

Selanjutnya, hingga akhir Juni 2019,

pertumbuhan realisasi BPP juga

disumbang oleh Belanja Pegawai yang

tumbuh sebesar 13,61 persen dan Belanja

Barang yang tumbuh sebesar 12,12

persen. Pertumbuhan penyerapan Belanja

Bantuan Sosial, Belanja Pegawai, dan

Belanja Barang mendorong pertumbuhan

konsumsi, baik konsumsi rumah tangga

maupun konsumsi pemerintah.

Hingga akhir Juni 2019, realisasi Belanja

Modal mencapai Rp34,66 triliun atau

sebesar 18,31 persen dari target APBN

2019. Proporsi belanja modal terbesar

antara lain: (1) belanja modal

pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan;

dan (2) belanja modal peralatan dan

mesin. Dengan proporsi tersebut, belanja

modal diharapkan dapat menjadi daya

Transfer Ke Daerah dan

Dana Desa

Juni 2018

Belanja Pemerintah

Pusat

Juni 2019

Sumber: Kementerian Keuangan

38,40 %APBN

38, 60 %APBN

50,30 %APBN

48,90 %APBN

Page 38: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

27

pengungkit pada sektor investasi dan

mendorong percepatan pembangunan di

daerah.

Selanjutnya adalah Belanja Non K/L.

Sampai dengan akhir Juni 2019, realisasi

Belanja Non K/L mencapai Rp288,23

triliun, lebih tinggi secara nominal

dibandingkan dengan tahun 2018 yang

mencapai Rp262,45 triliun. Namun

demikian, secara persentase terhadap

APBN, belanja Non K/L mengalami

penurunan dari 43,23 persen terhadap

APBN 2018 menjadi 37,01 persen

terhadap APBN 2019. Penurunan tersebut

terutama disebabkan oleh menurunnya

realisasi pembayaran bunga utang dan

belanja subsidi.

Hingga akhir Juni 2019, realisasi

pembayaran bunga utang mencapai 48,85

persen terhadap APBN 2019,

atau lebih rendah dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya

yang mencapai 50,55 persen. Hal tersebut

karena kondisi yield SBN yang cenderung

menurun pada awal tahun 2019

dibandingkan kondisi pada awal tahun

2018 sehingga biaya diskon cenderung

lebih rendah. Sementara itu penurunan

realisasi belanja subsidi karena realisasi

subsidi energi yang lebih rendah yang

disebabkan oleh pembayaran sebagian

kekurangan subsidi energi tahun

sebelumnya pada tahun 2018, serta Harga

Indeks Pasar (HIP) dan formula harga

patokan LPG tahun 2019 yang lebih

rendah dari tahun 2018.

Selanjutnya adalah TKDD. Hingga akhir

Juni 2019, TKDD mencapai Rp403,95

triliun, atau meningkat 4,77 persen

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018. Peningkatan tersebut

didorong oleh meningkatnya penyaluran

dana perimbangan utamanya DAU dan

DBH serta Dana Desa

Hingga Juni 2019, Dana Perimbangan

sebagai komponen terbesar dari TKDD

telah mencapai Rp352,28 triliun atau

meningkat 4,02 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Meskipun mengalami

pertumbuhan, namun realisasinya

terhadap APBN lebih rendah

dibandingkan periode yang sama pada

tahun 2018.

Selanjutnya adalah Dana Alokasi Umum

(DAU). Hingga akhir Juni 2019, DAU

sebagai komponen terbesar dari Dana

Perimbangan telah mencapai Rp243,45

triliun. Apabila dibandingkan dengan

targetnya terhadap APBN, realisasi DAU

sampai dengan akhir Juni 2019 mencapai

58,26 persen, sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan realisasi periode

yang sama pada tahun sebelumnya yang

mencapai 58,27 persen dari target APBN.

Beberapa hal yang mempengaruhi

realisasi DAU di atas antara lain: (i)

penyelesaian kewajiban Daerah Otonom

Baru (DOB) pada 1 Pemerintah Daerah

sebesar Rp2,00 miliar; (ii) penyelesaian

kewajiban tunggakan iuran jaminan

kesehatan kepada Badan Penyelengaran

Jaminan Sosial (BPJS) oleh 3 Pemerintah

Daerah sebesar Rp18,36 miliar; dan (iii)

penundaan penyaluran DAU reguler

terhadap 5 Pemerintah Daerah yang

belum menyampaikan laporan Informasi

Keuangan Daerah (IKD) sebesar Rp14,22

miliar.

Selanjutnya adalah Dana Bagi Hasil (DBH).

Sampai dengan akhir Juni 2019, realisasi

penyaluran DBH mencapai Rp42,39 triliun

atau 39,86 persen dari target APBN 2019.

Realisasi tersebut lebih tinggi 23,77

Page 39: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

28

persen dibandingkan realisasi pada Juni

2018 yang mencapai Rp34,25 triliun.

Peningkatan DBH ini dipengaruhi oleh

penyaluran sebagian kurang bayar (KB)

DBH yang dicairkan pada bulan Mei 2019

sebesar Rp2,21 triliun.

Adapun Dana Transfer Khusus (DTK)

mengalami penurunan baik dari segi

nominal maupun realisasinya terhadap

APBN. Sampai dengan akhir Juni 2019,

DTK mencapai Rp66,4 triliun, turun 5,70

persen dari periode yang sama ditahun

sebelumnya. Selain itu, apabila

dibandingkan dengan target APBN, hingga

akhir Juni 2019 realisasi DTK mencapai

33,16 persen dari APBN 2019 atau lebih

rendah dibandingkan dengan periode

yang sama pada tahun sebelumnya yang

mencapai 37,89 persen. Rendahnya

realisasi penyaluran DAK Fisik menjadi

penyebab dari rendahnya realisasi DTK.

Sampai dengan akhir Juni 2019, realisasi

penyaluran DAK Fisik baru mencapai

sebesar Rp5,00 triliun atau 7,21 persen

dari target APBN 2019.

Hingga akhir Juni 2019, realisasi Dana

Desa telah mencapai Rp41,83 triliun atau

59,76 persen dari target APBN. Secara

nominal realisasi Dana Desa tumbuh 16,65

persen jika dibandingkan dengan realisasi

pada periode yang sama tahun 2018.

Capaian positif tersebut disebabkan Dana

Desa Tahap I dan Tahap II telah disalurkan

seluruhnya kepada 434 daerah penerima.

Tabel 21. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (triliun Rp)

Keterangan Juni 2018 Juni 2019

Nominal % APBN Nominal % APBN

Transfer Ke Daerah

349,71 49,52 362,11 47,85

Dana Perimbangan

338,64 50,05 352,28 48,62

Dana Bagi Hasil

34,25 38,39 42,39 39,86

Dana Alokasi Umum

233,95 58,27 243,45 58,26

Dana Transfer Khusus

70,43 37,89 66,43 33,16

Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang

6,81 32,37 4,65 20,97

Dana Insentif Daerah

4,25 50,00 5,17 51,75

Dana Desa 35,86 59,77 41,83 59,76

Total 385,57 50,33 403,94 48,86

Sumber: Kementerian Keuangan

Page 40: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

29

Gambar 25. Perkembangan Realisasi Defisit APBN

Sumber: Kementerian Keuangan

Berdasarkan capaian Pendapatan dan

Belanja Negara diatas, hingga akhir Juni

2019, defisit anggaran mencapai Rp135,75

triliun atau 0,84 persen terhadap PDB.

Besaran defisit ini meningkat 22,70 persen

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2018 yang mencapai Rp110,56 triliun.

Meningkatnya defisit anggaran,

menyebabkan kebutuhan pembiayaan

mengalami peningkatan, khususnya

pembiayaan utang yang telah mencapai

50,20 persen dari target APBN 2019.

Tabel 22. Perkembangan Komponen

Pembiayaan (triliun Rp)

Jenis Pembiayaan

Juni-2018 Juni-2019

Nominal %

APBN Nominal

% APBN

Utang (neto)

176,0 44,1 180,4 50,2

Investasi (0,8) 1,2 (6,5) 8,6

Pinjaman 0,9 (14,1) 1,4 (58,8)

Penjaminan - 0,0 - 0,0

Lainnya 0,1 53,7 0,0 0,1

Total (neto) 176,2 84,8 175,3 0,1

Sumber: Kementerian Keuangan

Gambar 26. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat

Sumber: Kementerian Keuangan

Selanjutnya peningkatan defisit juga turut

berdampak pada kenaikan stok utang

Pemerintah Pusat. Hingga akhir Juni 2019,

stok utang pemerintah mencapai

Rp4.570,17 triliun. Meskipun secara

nominal stok utang mengalami peningkatan,

Pemerintah senantiasa menjaga utang

Pemerintah Pusat pada tingkat yang

berkelanjutan (sustainable). Hal ini dapat

terlihat dari rasio utang Pemerintah yang

masih terjaga pada level 29,50 persen PDB,

jauh dari ambang batas aman yang

ditetapkan oleh UU No. 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara, yaitu 60,0 persen

PDB.

2.3 Moneter dan Jasa Keuangan

Moneter

BI pertahankan suku bunga kebijakan

BI7DRR sebesar 6,00 persen.

Selama triwulan II tahun 2019, Bank

Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga

kebijakan BI 7-day Reverse Repo Rate

(BI7DRR) sebesar 6,00 persen untuk

-110,56

-135,75

-0,75

-0,84

-1

-0,5

-300

-250

-200

-150

-100

-50

0Juni 2018 Juni 2019

Rp Triliun %PDB

3.165,13

3.515,46

4.010,26

4.418,304.570,17

27,4628,30

29,51 29,98 29,50

15

20

25

30

35

2000

3000

4000

5000

6000

2015 2016 2017 2018 Juni2019

Utang Pemerintah Pusat

Rasio Utang (%PDB)

Page 41: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

30

menjaga daya tarik aset keuangan domestik.

Kebijakan tersebut ditempuh dalam rangka

menarik aliran modal masuk sehingga dapat

menciptakan kestabilan nilai tukar Rupiah.

Tabel 23. Suku Bunga Operasi Moneter BI 7 Day Reverse Repo Rate Triwulan II, Tahun 2019

(persen)

Tenor Bulan

Apr Mei Jun

7 hari 6,00 6,00 6,00

2 minggu 6,05 6,05 6,05

1 bulan 6,25 6,16 6,11

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Kedepan, seiring dengan rendahnya

perkiraan inflasi, menurunnya

ketidakpastian ekonomi global, dan

terkendalinya stabilitas eksternal, Bank

Indonesia perlu melakukan pelonggaran

kebijakan moneter melalui penurunan suku

bunga. Penurunan ini diharapkan dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi

domestik ditengah melambatnya

perekonomian global.

Rupiah kembali menguat pada akhir

triwulan II setelah mengalami pelemahan

pada bulan Mei 2019

Pergerakan Rupiah pada awal triwulan II

terpantau stabil pada kisaran Rp14.000

hingga Rp14.200. Dari sisi eksternal,

negosiasi hubungan dagang antara Amerika

dan Tiongkok bekrontibusi terhadap

sentimen positif investor dan mendorong

kenaikan aliran modal asing ke pasar

keuangan domestik. Dari sisi internal,

kondisi ini didukung oleh membaiknya

neraca perdagangan, tingkat inflasi yang

rendah, dan kecukupan cadangan devisa.

Namun, memburuknya hubungan dagang

antara Amerika Serikat dan Tiongkok

berdampak pada peningkatan

ketidakpastian di pasar keuangan global.

Peningkatan permintaan valuta asing untuk

memenuhi kebutuhan pembayaran deviden

juga turut mendorong aliran modal keluar

dari Indonesia. Pada tanggal 21 Mei 2019

Rupiah menyentuh level terendah selama

triwulan II 2019 sebesar Rp14.480.

Gambar 27. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Rupiah bergerak menguat pada akhir

triwulan II seiring dengan kembalinya

optimisme investor terhadap kondisi

perekonomian domestik. Peningkatan

sovereign rating Indonesia oleh Standard

and Poor’s (S&P) dan pelonggaran kebijakan

moneter global turut berperan mendorong

kembalinya aliran modal masuk ke

Indonesia dan penguatan Rupiah.

Pada Triwulan II tahun 2019 nilai tukar riil

Rupiah (REER) mencapai 90,85..

Hingga akhir triwulan II tahun 2019 nilai

tukar efektif riil (Real Effective Exchange

Rate/REER) terus menurun dan berada

dibawah angka wajarnya (par) yang

mencapai 90,85. Di kawasan ASEAN nilai

tukar efektif riil Indonesia berada dibawah

Thailand (111,05), Singapura (108,10), dan

Filipina (106,61). Akan tetapi REER

Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan

dengan Malaysia yang mencapai 88,25.

Kondisi ini berpotensi meningkatkan daya

12.500

13.000

13.500

14.000

14.500

15.000

15.500

Jan

-18

Feb

-18

Mar

-18

Ap

r-18

May

-18

Jun

-18

Jul-

18A

ug-

18Se

p-1

8O

ct-1

8N

ov-

18D

ec-1

8Ja

n-1

9Fe

b-1

9M

ar-1

9A

pr-

19M

ay-1

9Ju

n-1

9

USD - IDR…

Rp 14.126 30 Jun 2019

Rp 14.480 21 Mei 2019

Page 42: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

31

saing produk Indonesia dan berdampak

pada peningkatan ekspor.

Gambar 28. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, Juni 2012 – Juni 2019 (2010=100)

Sumber: Bloomberg, diolah

Likuiditas perekonomian meningkat sebagai

akibat dari peningkatan pertumbuhan M1.

Pada awal triwulan II tahun 2019, likuiditas

perekonomian atau uang beredar dalam arti

luas (M2) tumbuh 6,19 persen lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan pada

akhir triwulan I tahun 2019 sebesar 6,49

persen. Namun demikian, likuiditas

perekonomian sempat meningkat sebesar

7,83 persen pada bulan Mei sebelum

akhirnya kembali mengalami perlambatan

pada Juni sebesar 6,95 persen, jauh lebih

tinggi dibanding pertumbuhan triwulan II

tahun 2018 yang hanya mencapai 5,91

persen.

Pertumbuhan M2 selama triwulan II

dipengaruhi pergerakan komponen uang

beredar dalam arti sempit (M1). Selama

triwulan II tahun 2019, pertumbuhan M1

adalah 5,76 persen pada April, 7,37 persen

pada Mei, dan 4,90 persen pada Juni.

Melesatnya pertumbuhan M2 pada Mei

dipengaruhi peningkatan M1, utamanya

pada komponen uang kartal untuk

memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat

menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional

(HBKN) Idul Fitri. Selain itu, pertumbuhan

uang kuasi sebesar 7,94 persen pada Mei

ikut mendorong pertumbuhan M2.

Likuiditas perekonomian yang tumbuh

melambat pada akhir triwulan II,

dipengaruhi oleh penurunan operasi

keuangan pemerintah (akibat turunnya

tagihan kepada pemerintah pusat),

perlambatan penyaluran kredit, serta

melambatnya pertumbuhan M1 akibat

kembali normalnya kebutuhan masyarakat

terhadap uang kartal. Komponen lain yakni

uang kuasi juga tumbuh melambat sebesar

7,68 persen pada Juni 2019.

Gambar 29. Perkembangan Uang Beredar Triwulan II Tahun 2019

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Inflasi meningkat seiring dengan tingginya

konsumsi pada saat HBKN dan berakhirnya

musim panen.

Setelah sempat mencapai tingkat inflasi

terendah pada triwulan I tahun 2019, inflasi

90,85

111,05

88,25

106,61

108,1

80

85

90

95

100

105

110

115

120

Ind

eks

INDONESIA THAILANDMALAYSIA FILIPINASINGAPURA

6,19%

7,83%

6,95%

5,76%

7,37%

4,90%

6,24%

7,94%

7,68%

3%

5%

7%

9%

Apr Mei Jun

Pe

rtu

mb

uh

an Y

oY

(%

)

Pertumbuhan M2, %YoY

Pertumbuhan M1, %YoY

Pertumbuhan Uang Kuasi, %YoY

Page 43: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

32

mengalami kenaikan pada triwulan II tahun

2019. Selama April-Juni 2019, inflasi

tahunan (YoY) mencapai 2,83 persen, 3,32

persen, dan 3,28 persen, masih berada

dalam rentang target yang ditetapkan

sebesar 3,5 ± 1 persen. Secara bulanan

(MtM), pergerakan inflasi April-Juni 2019

sebesar 0,44 persen, 0,68 persen, dan 0,55

persen.

Tabel 24. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan II Tahun 2019

Persentase (%)

Apr Mei Jun

Year-on-Year (YoY) 2,83 3,32 3,28

Month-to-month

(MtM) 0,44 0,68 0,55

Year-to-Date (YtD) 0,80 1,48 2,05

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Kenaikan Inflasi Umum utamanya

disumbang oleh peningkatan inflasi bahan

pangan akibat peningkatan konsumsi rumah

tangga terhadap beberapa komoditas

pangan pada momen perayaan Hari HBKN

Idul fitri.

Inflasi Volatile Foods (MtM) menunjukkan

kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan periode yang sama tahun 2018.

Inflasi Volatile Food (MtM) pada April-Juni

secara bertutut-turut mencapai 1,59

persen, 2,18 persen, dan 1,70 persen. Selain

HBKN, peningkatkan Inflasi Volatile Food

dipicu oleh berakhirnya masa panen pada

April 2019. Turunnya jumlah pasokan di

pasar berdampak terhadap peningkatan

harga komoditas pangan utama termasuk

aneka cabai. Secara tahunan (YoY), Inflasi

Volatile Foods masing-masing sebesar 2,05

persen, 4, 08 persen, dan 4,91 persen.

Komponen Inflasi Inti (MtM) mengalami

peningkatan dari April-Juni 2019, masing-

masing sebesar 0,17 persen, 0,27 persen

dan 0,38 persen. Secara tahunan (YoY),

Inflasi Inti April-Juni 2019 mengalami

peningkatan secara berturut-turut sebesar

3,05 persen, 3,12 persen, dan 3,25 persen,

menunjukkan terjaganya daya beli

masyarakat.

Komponen Inflasi Administered Price (MtM)

pada April dan Mei sebesar 0,16 persen dan

0,48 persen, disumbang oleh inflasi tarif

angkutan udara. Namun pada Juni

komponen ini mengalami deflasi sebesar

0,09 persen, dipengaruhi oleh kebijakan

penurunan tarif angkutan udara.

Berdasarkan data tahunan (YoY) inflasi

komponen Administered Price (YoY) pada

triwulan II secara berturut-turut mencapai

3,17 persen, 3,38 persen, dan 1,89 persen.

Tabel 25. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen

Komponen Apr Mei Jun

YoY (%)

Inti 3,05 3,12 3,25

Volatile Foods 2,05 4,08 4,91

Administered Prices

3,17 3,38 1,89

MtM (%)

Inti 0,17 0,27 0,38

Volatile Foods 1,59 2,18 1,70

Administered Prices

0,16 0,48 -0,09

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan kelompok pengeluaran,

peningkatan inflasi pada tiwulan II tahun

2019 terutama didorong oleh kelompok

bahan makanan, khususnya cabai merah

yang secara persisten memberikan andil

terhadap inflasi pada triwulan II. Naiknya

harga aneka cabai dipicu keterbatasan

pasokan dalam akibat pola tanam yang tidak

teratur serta pengelolaan pasca panen yang

belum optimal.

Inflasi kelompok sandang dipengaruhi

naiknya harga emas pada triwulan II.

Page 44: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

33

Komoditas rokok kretek filter berkontribusi

pada inflasi makanan jadi, minuman, rokok,

dan tembakau.

Tabel 26. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM),

April– Juni 2019

Kelompok Pengeluaran Persentase (%)

Apr Mei Jun

UMUM (headline) 0,44 0,68 0,55

Bahan Makanan 1,45 2,02 1,63

Transpor, Komunikasi,

dan Jasa Keuangan 0,28 0,54 -0,14

Makanan Jadi,

Minuman, Rokok, dan

Tembakau

0,19 0,56 0,59

Kesehatan 0,25 0,18 0,19

Perumahan, Air,

Listrik, Gas, dan Bahan

bakar

0,12 0,06 0,17

Pendidikan, Rekreasi,

dan Olah raga 0,03 0,03 0,07

Sandang 0,15 0,45 0,81

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Secara umum, indeks harga komoditas

bahan-bahan pokok nasional mengalami

kenaikan. Komoditas yang mengalami

peningkatan harga secara persisten adalah

aneka cabai khususnya cabai merah.

Komoditas lain yang mengalami pergerakan

yang cukup fluktuatif adalah bawang putih.

Lonjakan harga bawang putih pada Mei

2019 utamanya disebabkan kekurangan

pasokan dalam negeri disertai

keterlambatan impor bawang putih. Hal

tersebut berdampak pada keterbatasan

pasokan ditengah kenaikan permintaan

bawang putih menjelang HBKN Idul Fitri.

Pada akhir triwulan II, realisasi impor

bawang putih berhasil menurunkan harga

yang ditunjukkan melalui penurunan indeks

harga komoditas bawang putih.

Gambar 30. Perkembangan Indeks Harga Pangan

Strategis Nasional April– Juni 2019, (2019=100)

Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan

Strategis Nasional, diolah

Jasa Keuangan

Kinerja sektor jasa keuangan pada triwulan

II tahun 2019 tetap terjaga.

Perbankan Konvensional. Pada triwulan II

tahun 2019, kinerja perbankan konvensional

masih relatif terkendali, baik dari segi

permodalan, likuiditas, maupun kualitas

kredit yang disalurkan. Dari segi

permodalan, rasio kecukupan modal (CAR)

perbankan konvensional masih berada di

atas batas minimum yang ditetapkan,

meskipun mengalami sedikit penurunan

dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan II

tahun 2019, CAR tercatat sebesar 22,43

persen, sedikit menurun dari triwulan

sebelumnya sebesar 23,42 persen.

100,49

103,27

96,58

98,48

106,03

108,99

167,03

119,33

171,71

60

80

100

120

140

160

180

200

220

Apr-19 May-19 Jun-19

Ind

eks

Har

gaMinyak Goreng Daging Sapi

Daging Ayam Telur Ayam

Beras Medium Gula Pasir

Cabai Rawit Cabai Merah

Bawang Merah Bawang Putih

Page 45: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

34

Dari segi likuiditas, likuiditas perbankan

pada triwulan II tahun 2019 semakin ketat,

dan berada di atas threshold yang

ditetapkan yaitu 94 persen. Loan to Deposit

Ratio (LDR) mengalami peningkatan dari

94,0 persen pada triwulan I tahun 2019,

menjadi 96,19 persen pada triwulan ini.

Rasio kredit bermasalah (NPL) mengalami

peningkatan yaitu dari 2,51 persen pada

triwulan I tahun 2019 menjadi 2,61 persen

pada triwulan ini, namun masih terjaga di

bawah threshold 5 persen.

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan

konvensional pada triwulan II tahun 2019

tumbuh sebesar 6,27 persen (YoY),

melambat dibandingkan pertumbuhan DPK

triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,18

persen (YoY). Perlambatan pertumbuhan

DPK terutama terjadi pada komponen giro

yang memiliki kontribusi cukup besar (17,60

persen) terhadap total DPK yaitu dari 7,25

persen (YoY) pada triwulan I tahun 2019

menjadi 1,76 persen (YoY) pada triwulan II

tahun 2019. Sementara deposito dan

tabungan tumbuh lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya, masing-masing

sebesar 7,92 persen (YoY) dan 9,04 persen

(YoY) pada triwulan II tahun 2019.

Pada triwulan II tahun 2019, kredit tumbuh

tinggi sebesar 11,05 persen (YoY), meskipun

sedikit melambat dibanding pertumbuhan

kredit triwulan sebelumnya (11,55 persen,

YoY). Jika ditinjau lebih lanjut, pertumbuhan

total kredit pada triwulan II tahun 2019

didorong oleh jenis kredit investasi yang

tumbuh sebesar 15,70 persen (YoY),

pencapaian tertinggi dalam tiga tahun

terakhir. Selain itu, kredit konsumsi dan

kredit modal kerja juga mengalami

pertumbuhan masing-masing sebesar 8,35

persen (YoY) dan 10,22 persen (YoY), sedikit

melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

Gambar 31. Kinerja Perbankan Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah)

Gambar 32. Pertumbuhan DPK

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah)

Gambar 33. Pertumbuhan Kredit

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah)

II I II

2018 2019

LDR (%) 91,99 94,00 96,19

CAR (%) 22,19 23,42 22,43

NPL (%) 2,79 2,51 2,61

87

90

93

96

99

0

7

14

21

28

LDR

(%

)

NP

L d

an C

AR

(%

)

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

4.500

4.800

5.100

5.400

5.700

II I II

2018 2019

Per

sen

tase

(%

)

Dal

am T

riliu

n (

Rp

)

Total Kredit (Rp Triliun)Pertumbuhan Tot. KreditPertumbuhan KIPertumbuhan KMKPertumbuhan KK

0%

5%

10%

15%

20%

4.500

4.800

5.100

5.400

5.700

II I II

2018 2019

Pe

rtu

mb

uh

an K

red

it(%

)

Kre

dit

(R

p T

riliu

n)

Total Kredit (Rp Triliun)Pertumbuhan Tot. KreditPertumbuhan KIPertumbuhan KMKPertumbuhan KK

Page 46: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

35

Tabel 27. Perkembangan Kredit Bank Umum

Konvensional tahun 2018-2019 (Rp Miliar)

Sektor 2018 2019

Q2 Q1 Q2*

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

329,490 354,080 363,350

Perikanan 11,008 12,343 13,040

Pertambangan dan Penggalian

105,319 137,750 136,205

Industri Pengolahan 813,860 868,891 885,407

Listrik, gas dan air 160,514 186,861 206,802

Konstruksi 267,356 323,777 342,552

Perdagangan Besar dan Eceran

930,037 972,700 987,292

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum

98,019 100,369 104,180

Transportasi, pergudangan dan komunikasi

208,440 213,971 224,302

Perantara Keuangan 222,242 232,258 252,788

Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan

225,117 253,836 251,480

Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

21,801 26,006 25,965

Jasa Pendidikan 10,497 12,664 13,169

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

19,273 23,117 24,896

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya

72,785 81,271 78,363

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga

2,746 2,734 3,204

Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya

127 172 173

Kegiatan yang belum jelas batasannya

2,788 1,593 2,121

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (30 Mei 2019)

*Data bulan Mei 2019

Secara sektoral, penyaluran kredit

perbankan mengalami peningkatan hampir

di semua sektor pada triwulan II tahun 2019.

Peningkatan terbesar terjadi pada sektor

Badan Internasional dan Badan Ekstra

Internasional Lainnya yaitu sebesar 36,04

persen (YoY) dan sektor Pertambangan dan

Penggalian yaitu sebesar 29,33 persen

(YoY). Dari sisi volume, sektor Perdagangan

Besar dan Eceran masih mendominasi

penyerapan kredit, dengan kontribusi

sebesar 25,22 persen atau Rp987.292

miliar, dan selanjutnya diikuti oleh sektor

Industri Pengolahan sebesar 22,61 persen

atau Rp885.407 miliar.

Kredit atau pembiayaan perbankan kepada

Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi

(UMKMK), pada triwulan II tahun 2019

mengalami peningkatan. Sampai dengan

triwulan II tahun 2019, penyaluran Kredit

Usaha Rakyat (KUR) mencapai Rp75,13

triliun atau mencapai 53,66 persen dari

target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp140

triliun.

Proporsi KUR terbesar disalurkan ke sektor

non produksi, yaitu sebesar 55,94 persen,

sementara 44,06 persen selebihnya

disalurkan ke sektor produksi. KUR telah

disalurkan kepada 2,69 juta debitur dengan

rasio tingkat kredit macet sebesar 0 persen.

Selanjutnya jika ditinjau lebih lanjut,

penyaluran KUR masih didominasi oleh

skema KUR Mikro (62 persen), lalu diikuti

dengan skema KUR Kecil (38 persen) dan

KUR TKI (1 persen).

Page 47: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

36

33 triliun (41%)

Gambar 34. Capaian Penyaluran KUR

Sumber: Kemenko Perekonomian (30 Juni 2019)

Sementara dari segi sektor penerima KUR,

penyaluran KUR masih didominasi oleh

sektor perdagangan yaitu sebesar 55,93

persen, diikuti oleh sektor pertanian,

perburuan, dan kehutanan yaitu sebesar

24,12 persen. Berdasarkan wilayah,

penyaluran KUR masih didominasi pada

wilayah Jawa dan Sumatera dengan porsi

masing-masing sebesar 55,04 persen dan

20,21 persen.

Gambar 35. Pertumbuhan Total Aset Industri Asuransi 2018-2019

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Asuransi. Pada triwulan II tahun 2019,

kinerja Industri Keuangan Nonbank (IKNB)

mengalami peningkatan, salah satunya

didorong oleh peningkatan total aset

Industri Asuransi. Total aset Industri

Asuransi tercatat sebesar Rp1.282,4 triliun

pada triwulan II tahun 2019, atau tumbuh

sebesar 11,50 persen (YoY), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 8,89 persen (YoY).

Gambar 36. Perkembangan Jumlah Aset Bersih

dan Jumlah Investasi Dana Pensiun

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Dana Pensiun. Pada triwulan II tahun 2019,

industri dana pensiun menunjukkan

perkembangan yang positif. Hal tersebut

tercermin dari meningkatnya jumlah aset

neto dan jumlah investasi dana pensiun.

Jumlah investasi dana pensiun pada

triwulan II tahun 2019 tercatat sebesar

Rp272,82 miliar atau tumbuh sebesar 8,01

persen (YoY). Sejalan dengan hal tersebut,

jumlah aset neto industri dana pensiun juga

meningkat, dengan pertumbuhan sebesar

8,24 persen (YoY).

Pasar Modal. Kinerja pasar modal pada

triwulan II tahun 2019 mengalami

penguatan jika dibandingkan dengan kondisi

pada tahun 2018 yang cukup berfluktuasi.

Kinerja pasar modal yang kondusif ditandai

dengan meningkatnya aliran modal asing

yang masuk ke pasar modal domestik.

Peningkatan tersebut didorong oleh

menurunnya ketidakpastian pasar keuangan

global, imbal hasil investasi portofolio aset

keuangan domestik yang lebih atraktif, serta

0

4

8

12

16

1.080

1.140

1.200

1.260

1.320

II I II

2018 2019

Pe

rtu

mb

uh

an A

set

(%)

Tota

l Ase

t (R

p T

riliu

n)

Total Aset Asuransi

Pertumbuhan Aset Asuransi (YoY)

0

50

100

150

200

250

300

II I II

2018 2019A

Set

dan

Inve

stas

i (R

p M

iliar

)

Jumlah Aset Neto

Jumlah Investasi

Capaian Sektor

Produksi

Capaian Sektor Non

Produksi

Januari-Juni 2019

42 triliun (59%)

Page 48: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

37

membaiknya ekspektasi perekonomian

Indonesia seiring dengan peningkatan

sovereign rating Indonesia oleh Standard

and Poors (S&P).

Kondisi pasar saham menguat pada triwulan

II tahun 2019, setelah sempat melemah

pada pertengahan tahun 2018. Penguatan

tersebut salah satunya ditunjukkan oleh

perkembangan nilai kapitalisasi pasar dan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang

positif. IHSG ditutup di level 6.358,63 pada

triwulan II tahun 2019, atau tumbuh sebesar

9,65 persen (YoY).

Sejalan dengan peningkatan IHSG, nilai

kapitalisasi pasar saham juga mengalami

pertumbuhan yang positif. Nilai kapitalisasi

pasar saham pada triwulan II tahun 2019

tercatat sebesar Rp7.243,05 triliun, atau

tumbuh sebesar 11,23 persen (YoY).

Gambar 37. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham 2018-2019

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Sementara itu, kondisi pasar obligasi

korporasi kembali menguat pada

pertengahan tahun 2019, setelah sempat

mengalami perlambatan pertumbuhan

pada akhir tahun 2018 yang utamanya

disebabkan oleh kenaikkan suku bunga

acuan (BI 7-day Repo Rate). Pada triwulan II

tahun 2019, total nilai obligasi korporasi

mencapai Rp417,26 triliun, atau meningkat

dibandingkan triwulan II tahun 2018

(Rp402,55 triliun).

Gambar 38. Perkembangan Obligasi Korporasi 2018-2019 (Triliun Rp)

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 39. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah 2018-2019

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Catatan: Angka Triwulan II 2019 merupakan

angka bulan Mei

Perbankan Syariah. Kinerja Perbankan

Syariah pada triwulan II tahun 2019 secara

umum membaik. Dari sisi penyaluran

pembiayaan, Financing to Deposit Ratio

(FDR) mengalami peningkatan, baik pada

6.000

6.200

6.400

6.600

6.800

7.000

7.200

7.400

7.600

5.400

5.600

5.800

6.000

6.200

6.400

6.600

II I II

2018 2019

Nila

i Kap

ital

isas

i Pas

ar (

Rp

Tri

liun

)

IHSG

Nilai Kapitalisasi Pasar (Rp Triliun)

IHSG (Rp)

386

394

402

410

418

426

II I II

2018 2019

Ob

ligas

i Ko

rpo

rasi

(R

p T

riliu

n)

76,00

77,00

78,00

79,00

80,00

81,00

82,00

83,00

2018 II 2019 I 2019 II*

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

Per

sen

tase

(%

)

Per

sen

tase

(%

)

FDR CAR NPF

Page 49: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

38

Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit

Usaha Syariah (UUS) yaitu masing-masing

sebesar 82,01 persen (YoY) dan 100,27

persen (YoY). Selanjutnya dari sisi kualitas

pembiayaan, rasio pembiayaan bermasalah

atau Non-Performing Financing (NPF) pada

BUS tercatat sebesar 3,49 persen, sedikit

mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Penurunan

NPF diindikasikan adanya pengetatan

penyaluran kredit di beberapa bank umum

syariah. Adapun dari sisi permodalan,

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio

kecukupan modal bank syariah masih

tergolong baik karena berada di atas

ketentuan CAR minimum (8 persen). CAR

tercatat sebesar 19,62 persen pada triwulan

II tahun 2019, sedikit menurun jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yaitu 19,85 persen.

Gambar 40. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Perbankan Syariah 2018 – 2019

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan *bulan Mei

Kegiatan intermediasi perbankan syariah

pada triwulan II tahun 2019 tercatat baik,

terlihat dari tingginya pertumbuhan DPK

dan pembiayaan yang disalurkan, meskipun

sedikit melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Total jumlah pembiayaan yang

disalurkan tumbuh sebesar 11,79 persen

(YoY), dimana pembiayaan yang disalurkan

oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit

Usaha Syariah (UUS) masing-masing

tumbuh sebesar 10,97 persen (YoY) dan

13,25 persen (YoY). Sementara itu, Dana

Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah

tumbuh sebesar 10,10 persen (YoY).

Komposisi DPK perbankan syariah ditopang

oleh DPK pada Unit Usaha Syariah yang

tumbuh signifikan sebesar 18,81 persen

(YoY), sementara Bank Umum Syariah hanya

tumbuh sebesar 6,48 persen (YoY).

Tabel 28. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2018 – 2019 (Rp Miliar)

Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad

2018 2019

Q2 Q1 Q2*

Pembiayaan Investasi

68.031 77.950 80.193

Pembiayaan Modal Kerja

102.091 106.532 103.900

Pembiayaan Konsumsi

124.899 142.511 145.718

Total Pembiayaan

295.021 326.993 329.811

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan *bulan Mei

Dari jenis penggunaan, pembiayaan untuk

konsumsi masih mendominasi pembiayaan

bank Syariah, yaitu sekitar 44,18 persen

pada triwulan II tahun 2019. Sementara itu,

Pembiayaan Investasi masih menjadi jenis

pembiayaan dengan jumlah penyaluran

terendah, namun memiliki tingkat

pertumbuhan tertinggi yaitu 17,88 persen

(YoY). Selanjutnya, pembiayaan konsumsi

tumbuh sebesar 16,67 persen (YoY),

didorong oleh pertumbuhan kredit

pembiayaan perumahan atau KPR.

Sementara itu, Pembiayaan Modal Kerja

hanya tumbuh tipis sebesar 1,77 persen

(YoY).

0

5

10

15

2018 II 2019 I 2019 II*

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

Pe

rtu

mb

uh

an (%

)

DP

K d

an P

em

bia

yaan

DPK

Pembiayaan

Pertumbuhan DPK (YoY) %

Pertumbuhan Pembiayaan (YoY) %

Page 50: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

39

Tabel 29. Penyaluran Pembiayaan Syariah Berdasarkan Sektor Tahun 2018 – 2019 (Rp Miliar)

Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha 2018 2019

Q2 Q1 Q2*

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 11.924 12.168 12.175

Perikanan 1.191 1.169 1.142

Pertambangan dan Penggalian 5.555 5.306 5.944

Industri Pengolahan 22.934 25.343 24.954

Listrik, gas dan air 13.576 16.274 14.078

Konstruksi 22.033 27.180 27.826

Perdagangan Besar dan Eceran 32.935 33.462 33.998

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum 4.125 4.789 4.840

Transportasi, pergudangan dan komunikasi 9.841 9.254 9.089

Perantara Keuangan 17.769 18.352 18.471

NPF 140 252 231

Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 12.217 12.903 12.856

Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4 10 23

Jasa Pendidikan 4.947 5.760 6.006

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.862 5.343 5.425

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya 6.454 6.038 6.009

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 354 374 802

Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya - 1 *) -

Kegiatan yang belum jelas batasannya 402 757 453

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan *bulan Mei

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

serta sektor Konstruksi masih

mendominasi penyerapan pembiayaan

Syariah yang disalurkan. Pada triwulan II

tahun 2019, Sektor Perdagangan Besar

dan Eceran serta sektor Konstruksi

berkontribusi masing-masing sebesar

sebesar 18,47 persen dan 15,12 persen

dari total pembiayaan dengan nilai

penyaluran masing-masing sebesar

Rp33.343 miliar dan Rp26.720 miliar.

Adapun dari sisi pertumbuhan, sektor

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib mencatat

pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar

445,77 persen (YoY). Sedangkan,

penyaluran pembiayaan pada sektor Jasa

Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan

dan Perorangan lainnya dan sektor

Transportasi, pergudangan dan

komunikasi masing-masing terkontraksi

sebesar 6,88 persen (YoY) dan 7,64 persen

(YoY).

Gambar 41. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI, JII dan JII 70 2018-2019

(Ratus Ribu Rp)

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

2018 II 2019 I 2019 II

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

Nila

i Kap

ital

isas

i (R

p J

uta

)

ISSI JII JII 70

Page 51: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

40

Pasar Modal Syariah. Seiring dengan

penguatan Indeks Harga Saham

Gabungan, Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index (JII),

dan Jakarta Islamic Index 70 (JII 70) juga

turut mengalami penguatan pada triwulan

II tahun 2019. Nilai kapitalisasi ISSI, JII, dan

JII 70 meningkat seluruhnya atau masing-

masing sebesar 7,93 persen (YoY), 3,28

persen (YoY) dan 7,88 persen (YoY).

Penguatan nilai kapitalisasi ISSI, JII, dan JII

70 menunjukkan performa kinerja pasar

modal syariah yang baik di tengah

eksposur perekonomian global yang

dinamis seperti terjadinya proteksionisme

beberapa negara menyusul perang

dagang AS dan Tiongkok serta tekanan

politik dalam negeri pasca pemilu dan

pilpres.

Gambar 42. Perkembangan Outstanding Sukuk Korporasi 2018-2019

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan dan DJPPR

Kemenkeu

Sejalan dengan tren IHSG, ISSI, JII dan JII

70, nilai outstanding sukuk korporasi dan

SBSN pada triwulan II tahun 2019 juga

mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Nilai outstanding SBSN tercatat

sebesar Rp420 triliun, atau tumbuh secara

signifikan sebesar 18,57 persen (YoY).

Sukuk Korporasi tercatat sebesar Rp24,96

triliun, atau tumbuh sebesar 52,74 persen

(YoY). Kondisi pasar sukuk korporasi

cenderung tumbuh stabil, namun nilai

outstanding sukuk korporasi masih jauh

tertinggal jika dibandingkan dengan sukuk

negara, sehingga pasar sukuk korporasi

masih perlu dilakukan pendalaman agar

dapat memberikan dukungan pembiayaan

bagi pembangunan ekonomi nasional.

IKNB Syariah. Pada triwulan II tahun 2019,

secara keseluruhan Industri Keuangan

Non-Bank Syariah menunjukkan

perkembangan yang positif. Kondisi ini

tercermin dari pertumbuhan jumlah aset

Industri Keuangan Non-Bank Syariah

(IKNBS) yang tumbuh sebesar 4,00 persen

(YoY).

Tabel 30. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah 2018 – 2019 (Rp Miliar)

Uraian 2018 2019

Q2 Q1 Q2

Asuransi Syariah 42066 43442 43537

Lembaga Jasa

Keuangan Khusus

Syariah

23803 26306 27291

Lembaga

Pembiayaan

Syariah

30856 27064 26873

Lembaga

Keuangan Mikro

Syariah

116 278 346

Dana Pensiun

Syariah 1344 4165 4061

Total Aset 98184 101255 102108

Pertumbuhan Aset

IKNBS (YoY) 0,59 1,82 4,00

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Apabila dilihat secara lebih detail, proporsi

jumlah aset IKNBS terbesar ditopang oleh

Asuransi Syariah sebesar 42,64 persen.

Sementara itu, Lembaga Pembiayaan

Syariah mengalami penurunan aset

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

2018 II 2019 I 2019 II

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Suku

k K

orp

ora

si (

Rp

Mill

iar)

SBSN

(R

p T

rilli

un

)

Sukuk korporasi SBSN

Page 52: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

41

sebesar 12,91 persen (YoY), atau dari

Rp30,86 triliun pada triwulan II tahun

2018 menjadi Rp26,87 triliun pada

triwulan II tahun 2019.

Walaupun terdapat penurunan yang

signifikan pada aset Lembaga Pembiayaan

Syariah, namun di sisi lain, terjadi

pertumbuhan yang sangat signifikan pada

aset Dana Pensiun Syariah dan Lembaga

Keuangan Mikro Syariah, yaitu masing-

masing tumbuh sebesar 202,24 persen

(YoY) dan 199,44 persen (YoY). Sementara

Lembaga Jasa Keuangan Khusus Syariah,

total asetnya tumbuh sebesar 14,65

persen (YoY) atau menjadi Rp25,29 triliun.

2.4 Neraca Pembayaran

Neraca Pembayaran triwulan II tahun

2019 defisit, semester I tahun 2019

surplus.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada

triwulan II tahun 2019 defisit sebesar

USD2,0 miliar. Hal tersebut disebabkan

oleh meningkatnya defisit transaksi

berjalan yang diiringi oleh berkurangnya

surplus transaksi modal dan finansial.

Defisit ini lebih kecil dari defisit yang

terjadi pada triwulan II tahun 2018 yang

sebesar USD4,3. Dengan surplus pada

triwulan sebelumnya yang sebesar USD2,4

miliar, NPI semester I tahun 2019 surplus

USD0,4 miliar.

Defisit neraca transaksi berjalan pada

triwulan ini sebesar USD8,4 miliar atau

setara dengan 3,0 persen PDB. Defisit ini

lebih besar dari triwulan sebelumnya.

Selain masih terdampak pada

perlambatan ekonomi global dan

penurunan harga komoditas, defisit yang

melebar juga disebabkan oleh perilaku

musiman yaitu repatriasi dividen dan

pembayaran bunga utang luar negeri.

Gambar 43. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Neraca perdagangan nonmigas

meningkat, defisit perdagangan migas

melebar.

Surplus neraca perdagangan barang turun

menjadi USD187 juta. Hal tersebut

disebabkan oleh naiknya impor migas

serta kenaikan impor barang lainnya.

Ekspor nonmigas pada triwulan II tahun

2019 sebesar USD36,4 miliar, lebih rendah

dari triwulan sebelumnya yang sebesar

USD37,4 miliar. Penurunan ini diimbangi

dengan turunnya impor nonmigas

menjadi USD33,4 miliar. Sehingga neraca

perdagangan nonmigas masih surplus

sebesar USD3,0 miliar, meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, neraca perdagangan migas

defisit sebesar USD3,2 miliar, lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya. Meskipun

ekspor minyak meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, namun

impor minyak meningkat jauh lebih tinggi.

Selain itu, ekspor gas turun disertai

dengan peningkatan impor gas.

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2018 2019

Transaksi Berjalan

Transaksi Modal dan Finansial

Neraca Keseluruhan

Page 53: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

42

Defisit transaksi berjalan jasa semakin

lebar.

Pada triwulan II tahun 2019, defisit neraca

perdagangan jasa Indonesia mencapai

USD2,0 miliar, lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya. Peningkatan defisit

neraca jasa tersebut terutama disebabkan

oleh surplus jasa perjalanan yang semakin

berkurang. Selain itu, dipengaruhi oleh

meningkatnya defisit pada jasa konstruksi,

biaya penggunaan kekayaan intelektual,

dan jasa telekomunikasi, komputer, dan

informasi.

Gambar 44. Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi

Sumber: Bank Indonesia

Surplus neraca jasa perjalanan sebesar

USD0,8 miliar, lebih rendah dari triwulan

sebelumya yang sebesar USD1,4 miliar.

Pembayaran jasa perjalanan meningkat

menjadi USD2,2 miliar, disebabkan oleh

lebih tingginya jumlah kunjungan

wisatawan nasional ke luar negeri. Di sisi

lain, penerimaan jasa perjalanan dari

wisatawan mancanegara turun

dibandingkan triwulan I tahun 2019.

Di sisi lain, defisit jasa transportasi

mengalami kinerja yang lebih baik. Pada

triwulan II tahun 2019, defisit jasa

transportasi sebesar USD1,8 miliar, lebih

kecil baik dibandingkan dengan defisit

pada triwulan II tahun 2018 (USD2,1

miliar) maupun defisit triwulan

sebelumnya (USD1,9 miliar). Penurunan

ini terutama disebabkan oleh

berkurangnya pembayaran jasa freight

seiring menurunnya impor barang.

Sementara itu, meningkatnya jumlah

kunjungan wisatawan ke luar negeri

meningkatkan defisit jasa transportasi

penumpang.

Gambar 45. Neraca Pendapatan Primer dan

Sekunder

Sumber: Bank Indonesia

Defisit neraca pendapatan primer

meningkat menjadi USD8,7 miliar pada

triwulan ini. Meningkatnya defisit

terutama disebabkan oleh tingginya

pembayaran dividen terkait investasi

portofolio kepada investor nonresiden.

Selain itu, defisit juga dipengaruhi oleh

pembayaran bunga pinjaman luar negeri.

Di sisi lain, defisit pendapatan primer yang

terkait investasi langsung turun

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal

tersebut didorong oleh naiknya

-5000 0 5000

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

20

182

019

Impor Perjalanan Ekspor Perjalanan

Impor Transportasi Ekspor Transportasi

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2018 2019

Penerimaan Pendapatan Primer

Pembayaran Pendapatan Primer

Penerimaan Pendapatan Sekunder

Pembayaran Pendapatan Sekunder

Page 54: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

43

penerimaan dari aset ekuitas residen di

luar negeri.

Surplus neraca pendapatan sekunder

meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya maupun triwulan II tahun

2018. Peningkatan tersebut terutama

didorong oleh penerimaan transfer

personal yang lebih tinggi.

Transaksi modal dan finansial terus turun.

Transaksi modal dan finansial masih

mengalami surplus pada triwulan ini

meskipun terus turun sejak triwulan IV

tahun 2018. Surplus pada triwulan II tahun

2019 sebesar USD7,1 miliar dengan

pendorong utamanya adalah

meningkatnya aliran masuk dalam bentuk

investasi langsung dan portofolio.

Sementara itu, kinerja transaksi finansial

tertahan oleh defisit investasi lainnya yang

disebabkan tingginya pembayaran

pinjaman luar negeri pemerintah dan

swasta.

Gambar 46. Neraca Transaksi Finansial

Sumber: Bank Indonesia

Cadangan devisa Indonesia pada triwulan

II tahun 2019 sebesar USD123,7 miliar,

sedikit lebih rendah dari triwulan

sebelumnya. Jumlah tersebut setara

dengan 6,8 bulan impor dan pembayaran

utang luar negeri pemerintah. Angka

tersebut lebih tinggi dari standar

kecukupan internasional yaitu sekitar 3

bulan impor.

Perdagangan

Neraca perdagangan Indonesia pada

triwulan II tahun 2019 defisit sebesar

USD1,77 miliar.

Tabel 31. Neraca Perdagangan dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor Impor Tahun Q2 2018 Q1 2019 Q2 2019

Neraca Perdagangan (Juta USD) Total -1.456,78 -193,40 -1.769,90 Migas -2.872,00 -1.344,00 -3.505,80 Non Migas 1.426,50 1.180,60 1.770,90

Pertumbuhan YoY (%) Total Ekspor 11,13 -8,50 -8,95 Total Impor 26,26 -7.40 -7,97 Ekspor Migas 23,61 -15,17 -41,13 Impor Migas 45,47 -28.98 -16,37 Ekspor Nonmigas 9,87 -7,73 -5,22 Impor Nonmigas 23,10 -3.50 -6,33

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia pada

triwulan II tahun 2019 mengalami defisit

perdagangan sebesar USD1,77 miliar.

Pada sektor nonmigas, Indonesia

mengalami surplus sebesar USD1,77

miliar, namun defisit yang terjadi pada

sektor migas masih lebih besar yakni

USD3,50 miiar.

Secara keseluruhan ekspor pada triwulan

II tahun 2019 mengalami penurunan

pertumbuhan yang lebih besar daripada

impor. Pada sektor nonmigas, penurunan

ekspor lebih besar daripada penurunan

impor, namun sebaliknya pada sektor

migas.

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2018 2019

Investasi Langsung

Investasi Portofolio

Investasi Lainnya

Page 55: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

44

Total ekspor Indonesia pada triwulan II

tahun 2019 adalah sebesar USD40,5

miliar, turun sebesar 8,5 persen.

Total ekspor Indonesia pada triwulan II

tahun 2019 adalah sebesar USD39,7

miliar, turun sebesar 8,95 persen (YoY).

Ekspor nonmigas pada triwulan II tahun

2019 sebesar USD37,1 miliar, turun 5,22

persen dibandingkan periode yang sama

tahun 2018. Adapun pada ekspor migas

mencapai USD2,6 miliar, turun sebesar

41,1 persen (YoY).

Tabel 32. Nilai dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor

Kategori Q2 2018 Q1 2019 Q2 2019 Nilai Ekspor (Juta USD)

43.636,32 40.510,20 39.731,50

Migas 4.458,60 3.437,80 2.624,80 Minyak Mentah 1.409,60 349,30 489,20 Hasil Minyak 481,20 249,60 350,60 Gas 35,20 2.838,90 0,00 Nonmigas 39.189,00 37.102,40 37.141,60 Pertanian 804,90 785,80 776,90 Industri 30.999,30 29.922,40 30.221,20 Pertambangan dan lainnya

7.384,80 6.394,20 6.143,50

Pertumbuhan Ekspor (YoY%)

11,13 -8,50 -8,95

Migas 23,61 -15,17 -41,13 Minyak Mentah 22,04 -71,48 -65,30 Hasil Minyak 20,36 -29,57 -27,14 Gas 25,13 14,77 -100 Nonmigas 9,87 -7,73 -5,22 Pertanian -6,15 1,53 -3,48 Industri 6,20 -6,51 -2,51 Pertambangan dan lainnya

31,23 -14,07 -16,81

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Negara tujuan ekspor nonmigas utama

pada triwulan II 2019 antara lain:

Tiongkok, Amerika Serikat (AS), Jepang,

India, dan Singapura.

Berdasarkan negara tujuan ekspor,

Tiongkok merupakan negara tujuan

ekspor terbesar dengan nilai ekspor

mencapai USD6.160,0 juta atau sebesar

16,60 persen dari total ekspor nonmigas.

Setelah itu, negara tujuan ekspor terbesar

lainnya adalah Amerika Serikat dan

Jepang, masing-masing berkontribusi

sebesar 11,23 persen dan 8,87 persen

terhadap total ekspor nonmigas.

Tabel 33. Perkembangan Nilai Ekspor

Nonmigas Berdasarkan 10 Negara Tujuan

Ekspor Utama

Negara

Pertumbuhan (%) Proporsi thd Total Ekspor

Nonmigas (%)

QtQ YoY

Tiongkok 17,65 3,39 16,60 AS 0,08 0,77 11,23 Jepang -3,34 -18,16 8,87 India -11,50 -13,15 7,17 Singapura 12,12 8,54 6,09 Malaysia 14,66 6,56 5,41 Filipina 3,98 -4,25 4,49 Korea Selatan -18,87 -20,67 3,84

Thailand -4,88 -6,57 3,57

Vietnam 3,82 19,16 3,25

10 Terbesar 2,66 -3,48 70,54 Lainnya -5,94 -9,35 29,46

Total Nonmigas -0,04 -5,29 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan nilai ekspor, golongan barang

Bahan Bakar Mineral dan Lemak & Minyak

Hewan/Nabati berkontribusi paling besar

yakni berturut-turut sebesar 15.42 persen

dan 9,94 persen terhadap total ekspor

nonmigas. Kedua golongan tersebut

mengalami pertumbuhan negatif masing-

masing sebesar 3,38 persen dan 21,65

persen YoY. Sementara itu, golongan

Kendaraan dan Bagiannya dan golongan

Besi dan Baja justru tumbuh positif yakni

berturut-turut sebesar 4,27 persen dan

35,33 persen YoY.

Page 56: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

45

Tabel 34. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasarkan 10 Golongan Barang HS 2 Dijit Terbesar

Golongan Barang (HS)

Nilai Ekspor (Juta USD) Tingkat Pertumbuhan (%) Proporsi thd Total Ekspor

Nonmigas (%) Q1 2018 Q4 2018 Q1 2019 QtQ YoY

27: Bahan Bakar Mineral

5.921,70 5.656,60 5.721,30 1,14 -3,38 15,42

15: Lemak & Minyak Hewan / Nabati

4.707,61 4.322,33 3.688,45 -14,67 -21,65 9,94

85: Mesin / Peralatan Listik

2.053,25 1.815,96 1.907,65 5,05 -7,09 5,14

87: Kendaraan dan Bagiannya

1.737,57 1.858,82 1.811,81 -2,53 4,27 4,88

72: Besi dan Baja 1.280,69 1.635,63 1.733,12 5,96 35,33 4,67

40: Karet dan Barang dari Karet

1.590,98 1.404,06 1.556,78 10,88 -2,15 4,20

71: Perhiasan / Permata

1.246,58 1.710,78 1.484,43 -13,23 19,08 4,00

84: Mesin-mesin / Pesawat Mekanik

1.373,08 1.241,89 1.257,73 1,28 -8,40 3,39

38: Berbagai Produk Kimia

1.350,47 957,52 1.155,47 20,67 -14,44 3,11

48: Kertas / Karton 1.137,90 1.057,67 1.120,79 5,97 -1,50 3,02

10 Terbesar 22.399,82 21.661,27 21.437,53 -1,03 -4,30 57,77

Lainnya 16.777,78 15.459,03 15.669,17 1,36 -6,61 42,23

Total Nonmigas 39.177,60 37.120,30 37.106,70 -0,04 -5,29 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Total impor Indonesia pada triwulan II

tahun 2019 adalah sebesar USD41,5

miliar, turun 8,0 persen YoY.

Nilai total impor Indonesia pada triwulan II

tahun 2019 mencapai USD41,5 miliar,

turun 8,0 persen dibandingkan periode

yang sama tahun 2018. Sementara itu,

nilai impor nonmigas pada triwulan II

tahun 2019 mencapai USD35,4 miliar atau

turun sebesar 6,3 persen dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun pada sektor migas, nilai impor

mencapai USD6,1 miliar atau turun

sebesar 16,4 persen.

Berdasarkan golongan penggunaannya,

impor bahan baku dan penolong pada

triwulan II tahun 2019 sebesar USD31,0

miliar, kemudian impor barang modal

sebesar USD6,4 miliar, dan impor barang

konsumsi sebesar USD4,0 miliar.

Pertumbuhan negatif (YoY) terjadi pada

ketiga golongan tersebut, dengan

pertumbuhan negatif terbesar adalah

pada golongan barang bahan baku yakni

8,34 persen.

Page 57: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

46

Tabel 35. Nilai dan Tingkat Pertumbuhan Impor

Kategori Q1 2018 Q4 2018 Q1 2019

Nilai Impor (USD Juta)

45.093,10 40.703,60 41.501,40

Barang Konsumsi

4.241,10 3.378,80 4.043,30

Bahan Baku 33.863,00 30.580,60 31.037,70 Barang Modal 6.989,00 6.744,20 6.420,40 Migas 7.330,60 4.781,80 6.130,60 Minyak Mentah 2.225,50 1.160,70 1.518,80 Hasil Minyak 4.365,90 3.112,30 3.797,60 Gas 739,20 508,80 814,20 Non Migas 37.762,50 35.921,80 35.370,70

Pertumbuhan Impor (YoY%)

26,26 -7.40 -7,97

Barang Konsumsi

21,32 -14.31 -4,66

Bahan Baku 25,67 -6.84 -8,34 Barang Modal 32,56 -6.21 -8,14 Migas 45,47 -28.98 -16,37 Minyak Mentah 53,91 -50.69 -31,75 Hasil Minyak 42,32 -16.24 -13,02 Gas 40,69 -23.30 10,15 Non Migas 23,10 -3.50 -6,33

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Negara asal impor nonmigas utama pada

triwulan II 2019 antara lain: Tiongkok,

Jepang, Singapura, Thailand, dan Amerika

Serikat.

Berdasarkan negara asal impor, Tiongkok

merupakan negara asal impor nonmigas

terbesar dengan nilai impor mencapai

USD10,2 miliar atau sebesar 28,98 persen

dari total impor nonmigas. Setelah itu,

negara asal impor terbesar lainnya adalah

Jepang dan Singapura, masing-masing

berkontribusi sebesar 10,44 persen dan

6,38 persen terhadap impor nonmigas.

Tabel 36. Nilai Impor Nonmigas Berdasarkan 10

Negara Asal Impor Utama

Negara

Nilai Impor (Juta USD) Pertumbuhan

(%) Proporsi thd Total

Impor Nonmigas

(%) Q1 2018 Q4 2018 Q1 2019 QtQ YoY

Tiongkok 10.400,79 10.419,60 10.211,18 -2,00 -1,82 28,98

Jepang 4.296,18 3.967,65 3.679,95 -7,25 -14,34 10,44

Singapura 2.360,60 1.749,48 2.248,56 28,53 -4,75 6,38

Thailand 2.758,67 2.424,12 2.199,18 -9,28 -20,28 6,24

Amerika Serikat

2.303,42 1.954,72 2.014,58 3,06 -12,54 5,72

Korea Selatan

1.778,90 1.838,37 1.757,10 -4,42 -1,23 4,99

Malaysia 1.383,49 1.478,19 1.351,76 -8,55 -2,29 3,84

Australia 1.198,35 1.035,67 1.252,65 20,95 4,53 3,55

India 1.205,08 1.139,44 977,32 -

14,23 -18,90 2,77

Hong Kong

692,28 701,84 894,82 27,50 29,26 2,54

10 Terbesar

28.377,76 26.709,07 26.587,10 -0,46 -6,31 75,45

Lainnya 9.384,74 9.163,71 8.649,67 -5,61 -7,83 24,55

Total Nonmigas

37.762,50 35.872,78 35.236,77 -1,77 -6,69 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan nilai, impor nonmigas

terbesar adalah golongan barang Mesin-

mesin/pesawat mekanik (HS 84) dan

Mesin/Peralatan Listrik (HS 85), keduanya

berkontribusi berturut-turut sebesar

17.16 persen dan 12,77 persen terhadap

total impor nonmigas. Kedua golongan

tersebut terkontraksi sebesar 3,20 persen

dan 11,33 persen (YoY).

Page 58: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

47

Tabel 37. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasarkan 10 Golongan Barang HS 2 Dijit Terbesar

Golongan Barang (HS)

Nilai Ekspor (Juta USD) Tingkat Pertumbu

han (%) Proporsi thd

Total Ekspor

Nonmigas

(%) Q1 2018 Q4 2018 Q1 2019 QtQ YoY

84: Nilai: Mesin-mesin /

Pesawat Mekanik 6.248,53 6.522,62 6.048,38 -7,27 -3,20 17,16

85: Nilai: Mesin /

Peralatan Listik 5.074,30 4.402,72 4.499,32 2,19 -11,33 12,77

72: Nilai: Besi dan Baja 2.267,92 2.761,65 2.118,36 -23,29 -6,59 6,01

39: Nilai: Plastik dan

Barang dari Plastik 2.114,29 2.181,55 2.051,32 -5,97 -2,98 5,82

87: Nilai: Kendaraan dan

Bagiannya 1.877,24 1.788,29 1.738,92 -2,76 -7,37 4,93

29: Nilai: Bahan Kimia

Organik 1.558,81 1.528,95 1.442,28 -5,67 -7,48 4,09

10: Nilai: Gandum-

ganduman 986,61 930,15 843,95 -9,27 -14,46 2,40

73: Nilai: Benda-benda

dari Besi dan Baja 927,17 852,88 777,33 -8,86 -16,16 2,21

90: Nilai: Perangkat Optik 693,81 578,79 651,72 12,60 -6,07 1,85

23: Nilai: Ampas / Sisa

Industri Makanan 840,10 630,50 649,42 3,00 -22,70 1,84

10 Terbesar 22.588,78 22.178,10 20.820,99 -6,12 -7,83 59,09

Lainnya 15.173,72 13.694,68 14.415,78 5,27 -5,00 40,91

Total Nonmigas 37.762,50 35.872,78 35.236,77 -1,77 -6,69 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Kerjasama Ekonomi Internasional

Bappenas sebagai focal point Pemerintah

Republik Indonesia berkoordinasi dengan

Kementerian/Lembaga terkait untuk

mempersiapkan pelaksanaan kerjasama

ekonomi IA-CEPA.

Sebagai tindaklanjut dari penandatangan

Indonesia-Australia Comprehensive

Economic Partnership Agreement (IA-

CEPA) pada Maret 2019 lalu, telah

disepakati 5 (lima) sektor prioritas di

dalam kerangka kerjasama ekonomi IA-

CEPA, yaitu: (1) inovasi makanan dan

minuman, (2) pendidikan dan pelatihan

teknik dan vokasi, (3) grain partnership,

(4) advanced manufacturing, dan (5)

kesehatan hewan ternak.

Kerjasama IA-CEPA diproyeksikan mulai

dilaksanakan pada tahun 2020. Untuk

mempersiapkan pelaksanaan kerjasama

IA-CEPA, Bappenas melakukan koordinasi

baik dengan pihak Australia maupun

dengan Kementerian Perdagangan,

Kementerian Perindustrian, dan

kementerian/Lembaga terkait lainnya.

Kunjungan tim expert Australia ke

stakeholders kementerian/lembaga

dilaksanakan pada bulan Agustus 2019

guna mendiskusikan program kerja

kerjasama IA-CEPA pada tahun 2020

sebagai tahun pertama dimulainya

kerjasama ekonomi IA-CEPA.

Page 59: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

48

Tabel 38. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993

2 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect 2010

3 ASEAN-Canada FTA Proposed/Under consultation and study

2017

4 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2015

5 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2016

6 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2017

7 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2010

8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 2008

9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2009

10 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2005

11 ASEAN-[Republic of] Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2007

12 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement

Under Ratification Process 2012

13 Comprehensive Economic Partnership for East Asia (CEPEA/ASEAN+6)

Proposed/Under consultation and study

2005

14 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/Under consultation and study

2004

15 Eurasian Economic Union-Indonesia Proposed/Under consultation and study

2016

16 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/Under consultation and study

2014

17 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement

Negotiations launched 2011

18 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2017

19 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement

Signed but not yet In Effect 2018

20 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2018

21 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008

22 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2018

23 Indonesia-Morocco Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2019

24 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Negotiations launched 2018

25 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013

26 Indonesia-Peru FTA Proposed/Under consultation and study

2014

27 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Negotiations launched 2012

28 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2018

Page 60: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

49

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

29 Indonesia-Taipei,China FTA Proposed/Under consultation and study

2011

30 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018

31 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017

32 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2016

33 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

1997

34 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries

Signed and In Effect 2011

35 Regional Comprehensive Economic Partnership Negotiations launched 2013

36 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference

Signed but not yet In Effect 2014

Sumber: Asia Regional Integration Center (ADB)

Tabel 39. Nilai Ekspor Berdasarkan Surat

Keterangan Asal (SKA) Preferensi

Form Nilai Ekspor (Juta USD)

Q2 2018 Q4 2018 Q2 2019

Form A 5.566,44 7.465,34 5.489,16

Form AANZ 528,38 434,79 760,54

Form AI 2.608,84 3.315,89 2.601,77

Form AK 1.781,4 2.693,87 1.362,37

Form COA 7,17 2,07 5,79

Form D 10.608,40 6.758,04 8.570,74

Form E 6.464,50 7.115,03 5.358,05

Form GSTP 3,10 4,44 4,58

Form HANDICRAFT BATIK

0,00 0,00 0,00

Form HANDICRAFT GOODS

0,00 0,00 0,00

Form HANDICRAFT PRODUCT

0,42 0,35 0,31

Form ICC 0,00 0,00 0,00

Form IJEPA 2.114,26 1.896,13 1.119,76

Form IP 369,46 367,80 274,86

Sumber: Kementerian Perdagangan

Pada triwulan II tahun 2019, berdasarkan

ska preferensi, nilai ekspor secara umum

mengalami penurunan kecuali untuk

ekspor yang menggunakan form AANZ

dan form GSTP. Nilai ekspor yang

menggunakan form AANZ naik sebesar

43,94 persen, sedangkan nilai ekspor yang

menggunakan form GSTP sebesar 47,92

persen.

Tabel 40. Nilai Ekspor Berdasarkan Surat

Keterangan Asal (SKA) Nonpreferensi

Form Nilai Ekspor (Juta USD)

Q2 2018 Q4 2018 Q1 2019

Form AJCEP 205,43 246,52 1.018,07

Form ANEXO III 9,68 11,06 7.02

Form B 3.925,94 3.939,50 4.591

Form ICO 245,04 241,89 286,1

Form TP 5,59 5,69 5,43

Sumber: Kementerian Perdagangan

Page 61: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

50

Tabel 41. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA dalam Juta USD

Kawasan / Negara

Q2 2018 Q2 2019

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca

KAWASAN ASIA TIMUR

Jepang 4.770,05 4.303,67 466,38 3.756,16 3.688,15 68,01

Korea Selatan 2.296,23 2.186,11 110,12 1.705,24 2.103,60 -398,36

R. R. Tiongkok 6.568,43 10.475,77 -3.907,34 6.475,29 10.297,20 -3.821,91

KAWASAN ASIA TENGGARA

Thailand 1.712,37 2.773,12 -1.060,75 1.553,26 2.212,47 -659,21

Singapura 3.252,69 5.172,41 -1.919,71 2.833,70 4.425,38 -1.591,68

Filipina 1.740,88 220,07 1.520,81 1.664,37 192,8 1.471,57

Malaysia 2.311,61 2.126,10 185,51 2.155,96 1.667,67 488,29

Myanmar 192,03 46,58 145,45 193,34 40,95 152,39

Kamboja 151,08 6,2 144,88 126,73 9,02 117,71

Brunei Darussalam

16,57 12,2 4,37 21,91 6,71 15,20

Laos 1,43 7,5 -6,07 1,23 5,66 -4,43

Vietnam 1026,29 943,51 82,78 1.209,04 860,3 348,74

KAWASAN ASIA SELATAN

India 3.083,81 1.213,49 1.870,32 2.747,19 1.110,75 1.636,44

Pakistan 681,38 137,61 543,77 406,31 129,79 276,52

Bangladesh 530,03 20,41 509,62 322,09 21,43 300,66

KAWASAN EROPA

Turki 355,31 150,63 204,68 301,59 75,56 226,03

KAWASAN AFRIKA

Mesir 270,01 34,65 235,36 210,56 32,63 177,93

Nigeria 100,51 423,47 -322,96 97,5 487,93 -390,43

KAWASAN OCEANIA

Australia 680,78 1,291,98 -611,20 596,25 1.447,91 -851,66

Selandia Baru 90,41 190,74 -100,33 120,5 215,53 -95,03

KAWASAN TIMUR TENGAH

Iran 68.93 229.9 -160.97 22.64 8.05 14.59

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 62: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

51

PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI

3.1 Proyeksi Pertumbuhan

Ekonomi Global

Perlambatan ekonomi dunia diperkirakan

terus berlanjut.

Perundingan perang dagang antara

Amerika Serikat dan Tiongkok yang tidak

memberikan sinyal positif semakin

memperparah kondisi perekonomian

global pada sisa tahun 2019. Perdagangan

global diprediksi semakin turun seiring

dengan semakin banyaknya negara yang

memperketat proteksi perdagangan.

World Bank memproyeksikan

perdagangan global hanya tumbuh

sebesar 2,6 persen tahun 2019.

IMF maupun World Bank mengoreksi

proyeksi pertumbuhan ekonomi global

menjadi lebih rendah. Proyeksi bulan April

IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi

dunia tahun 2019 sebesar 3,3 persen.

Proyeksi tersebut lebih rendah 0,2 poin

dari proyeksi yang dikeluarkan pada bulan

Januari. Sementara itu, World Bank merilis

proyeksi yang lebih rendah, dengan

pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,6

persen pada tahun 2019.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat

diproyeksiklan melambat dari tahun ke

tahun. Pertumbuhan pada tahun 2019

diprediksi sebesar 2,5 persen dan

melambat pada tahun 2020 menjadi 1,7

persen. Meningkatnya tarif impor yang

diterapkan akan menjadi beban bagi laju

pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.

Perekonomian di kawasan Eropa

diproyeksikan tumbuh sebesar 1,2 persen,

lebih rendah dari proyeksi sebelumnya

sebesar 1,6 persen. Sementara itu,

pertumbuhan pada tahun 2020-2021

secara rata-rata sebesar 1,4 persen.

Perlambatan ini merupakan dampak dari

turunnya aktivitas perdagangan dan

permintaan domestik.

Stimulus fiskal dan moneter yang

dijalankan oleh Tiongkok diprediksi dapat

menahan perlambatan ekonomi Tiongkok.

Namun, pertumbuhannya tetap

diproyeksikan melambat. Berdasarkan

proyeksi World Bank bulan Juni,

pertumbuhan Tiongkok turun menjadi 6,2

persen pada tahun 2019. Pertumbuhan

tersebut dapat dicapai dengan asumsi

tidak ada eskalasi perang dagang dengan

Amerika Serikat.

Tabel 42. Proyeksi Pertumbuhan Beberapa Negara

Kawasan 2019 2020

Negara Maju Amerika Serikat 2,3 1,9 Kawasan Eropa 1,3 1,5 Jerman 0,8 1,4 Inggris 1,2 1,4 Jepang 1,0 0,5 Negara Berkembang Tiongkok 6,3 6,1 India 7,3 7,5 ASEAN-5 5,1 5,2 Amerika Latin dan Karibia Brazil 2,1 2,5 Sub Sahara Afrika 3,5 3,7 Afrika Selatan 1,2 1,5

Global 3,3 3,6

Sumber: World Economic Outlook, April 2019

Perekonomian Amerika Serikat, kawasan

Eropa, dan Tiongkok yang menyumbang

50 persen PDB dunia banyak

mempengaruhi perekonomian negara

lain. Perlambatan yang terjadi pada

negara-negara tersebut akan berdampak

besar bagi negara-negara berkembang

melalui harga komoditas dan

perdagangan. Seiring dengan turunnya

permintaan dari negara besar, harga

Page 63: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

52

komoditas semakin turun dan

menurunkan nilai perdagangan negara

berkembang yang masih bergantung pada

ekspor komoditas.

Harga komoditas energi rata-rata tahun

2019 diproyeksikan lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya.

Turunnya harga komoditas energi akan

berlanjut hingga tahun 2020. Menurut

proyeksi World Bank, harga minyak

mentah rata-rata tahun 2019 akan lebih

rendah dari tahun sebelumnya menjadi

USD66 per barel dan USD65 per barel

pada 2020. Harga minyak kedepannya

banyak dipengaruhi oleh tensi geopolitik

di Timur Tengah dan Venezuela.

Pergerakan harga batubara diproyeksi

terus mengalami penurunan. Harga

batubara tahun 2019 diprediksi sebesar

USD94 per metrik ton dan terus menurun

hingga 2020 sekitar USD90 per metrik ton.

Di sisi lain, harga gas alam diproyeksi lebih

stabil. Meskipun harga gas alam tahun

2019 diproyeksi turun menjadi USD6,0 per

mmbtu, namun akan tetap bertahan

hingga tahun 2020.

Tabel 43. Proyeksi Harga Komoditas Global

Komoditas Unit 2019 2020

Energi Batubara USD/mt 94,0 90,0 Minyak Mentah

USD/bbl 66,0 65,0

Gas Alam, Eropa

USD/mmbtu

6,0 6,0

Non Energi Minyak Kelapa Sawit

USD/mt 600 623

Karet USD/kg 1,70 1,75 Tembaga USD/mt 6.490 6.680 Emas USD/toz 1.310 1.360

Sumber: World Bank

Harga komoditas energi pada tahun 2019

sebagian besar juga diproyeksi turun

dibandingkan tahun sebelumnya

terutama komoditas pertanian. Harga

minyak kelapa sawit sebesar USD600 per

metrik ton, lebih rendah dibanding tahun

2018. Di sisi lain, harga karet tahun 2019

lebih tinggi sebesar USD1,7 per kilogram.

Harga emas diproyeksi meningkat menjadi

USD1.310 per troy ons tahun ini dan

meningkat hingga USD1.360 per troy ons

pada tahun 2020. Peningkatan harga

emas yang signifikan terjadi seiring

dengan perkembangan kondisi ekonomi

global terutama perkembangan perang

dagang Amerika Serikat.

3.2 Proyeksi Perekonomian

Indonesia

Perekonomian Indonesia pada tahun 2019

diproyeksikan masih tumbuh positif dan

stabil.

Tabel 44. Konsensus Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Lembaga 2019

IMF1) 5,2 World Bank2) 5,1 OECD3) 5,1 ADB4) 5,2 JP Morgan5) 5,2 Market (Bloomberg)6) 5,0 Bappenas7) 5,2

Sumber: 1)World Economic Outlook (WEO)

April 2019 2)Indonesia Economic Quarterly

Reports (IEQ) Juni 2019 3)Indonesia Economic

Outlook Mei 2019 4)Asian Development

Outlook April 2019 5)Global Economic

Forecasts Juli 2019 6)Indonesia Economic

Forecast Juli 2019 7)Perhitungan Bappenas

Dengan melihat berbagai kondisi pada

semester I tahun 2019, pertumbuhan

ekonomi 2019 diproyeksikan mencapai

5,2 persen, lebih rendah dari target APBN

yaitu 5,3 persen. Proyeksi tersebut masih

sejalan dengan proyeksi beberapa

lembaga internasional seperti IMF, ADB,

dan JP Morgan. Namun, konsensus

market, World Bank, dan OECD

Page 64: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

53

memperkirakan pertumbuhan lebih

rendah, yakni 5,0 – 5,1 persen.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan

ekonomi sebesar 5,2 persen dapat dicapai

dengan syarat pertumbuhan investasi

mengalami perbaikan pada semester II.

Masih tingginya indeks PMI dan

berakhirnya ketidakpastian pasca Pemilu

Nasional diharapkan mendorong

pertumbuhan investasi di semester II.

Peningkatan pertumbuhan juga

tergantung dari dorongan di sisi fiskal.

Realisasi belanja yang tinggi, sementara

penerima perpajakan cenderung tumbuh

melambat, akan mendorong peningkatan

defisit fiskal. Sampai sejauh mana defisit

fiskal akan dilebarkan akan menjadi faktor

kunci seberapa besar dorongan dari

konsumsi dan investasi pemerintah.

Sementara itu, ekspor akan cenderung

stagnan disebabkan oleh kondisi global

yang masih penuh ketidakpastian,

perlambatan ekonomi mitra dagang

utama Indonesia, dan harga komoditas

ekspor yang stagnan.

Tabel 45. PDB Berdasarkan Pengeluaran

Komponen Pengeluaran 20181) 2019p2)

Konsumsi Rumah Tangga & LNPRT

5,1 5,2

Konsumsi Pemerintah 4,8 5,8 PMTB/Investasi 6,7 5,3 Ekspor 6,5 -1,2 Impor 12,0 -5,5

PDB 5,2 5,2

Sumber: 1) BPS, 2) Perhitungan Bappenas

Dari sisi lapangan usaha, pencapaian

outlook pertumbuhan ekonomi sebesar

5,2 persen bergantung pada tiga sektor

utama yaitu pertanian, pertambangan dan

penggalian, serta industri pengolahan.

Apabila kinerja ketiga sektor, yang total

share-nya terhadap PDB mencapai 40

persen, tidak mengalami perbaikan pada

semester II, realisasi pertumbuhan

ekonomi 2019 dapat lebih rendah.

Di sisi lain, pertumbuhan yang tinggi

diproyeksikan terjadi di sektor jasa, di

antaranya jasa informasi dan komunikasi,

jasa perusahaan, dan jasa kesehatan.

Ketiga sektor tersebut diperkirakan

mampu tumbuh lebih tinggi di atas

pertumbuhan ekonomi nasional dan

diharapkan mendorong pertumbuhan

ekonomi dari sisi lapangan usaha.

Tabel 46. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha

Komponen Pengeluaran 20181) 2019p2)

Pertanian 3,9 3,9 Pertambangan 2,2 0,9 Industri Pengolahan 4,3 4,6 Pengadaan Listrik 5,5 5,4 Pengadaan Air 5,5 5,2 Konstruksi 6,1 6,0 Perdagangan 5,0 5,1 Transportasi 7,0 7,1 Penyediaan Akomodasi 5,7 5,5 Informasi dan Komunikasi

7,0 9,5

Jasa Keuangan dan Asuransi

4,2 6,1

Real Estat 3,6 4,7 Jasa Perusahaan 8,6 8,5 Administrasi Pemerintah

7,0 5,0

Jasa Pendidikan 5,4 5,1 Jasa Kesehatan 7,1 7,2 Jasa Lainnya 9,0 8,8

Sumber: 1) BPS, 2) Perhitungan Bappenas

Meski diperkirakan masih tumbuh

menguat, tetapi perekonomian masih

dibayangi risiko negatif yang dapat

memicu pertumbuhan ekonomi lebih

rendah dari perkiraan.

Pertama, tensi perang dagang antara

Amerika dan Tiongkok masih tinggi. Risiko

perang dagang yang lebih tinggi dapat

meningkatkan ketidakpastian global dan

mendorong pertumbuhan ekonomi dunia

yang lebih rendah dari perkiraan. Selain

berpotensi berdampak pada realisasi

Page 65: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

54

pertumbuhan ekspor yang lebih rendah,

ketidakpastian ekonomi global yang

meningkat dapat berdampak pula pada

realisasi pertumbuhan investasi yang lebih

rendah.

Kedua, pergerakan harga komoditas

internasional. Di satu sisi, hingga

pertengahan Agustus, harga komoditas

ekspor utama Indonesia, CPO dan batu

bara, cenderung menurun dibandingkan

dengan tahun 2018. Penurunan yang lebih

tajam dapat berdampak negatif terhadap

perkiraan pertumbuhan ekspor.

Sementara itu, meskipun harga minyak

dunia sempat kembali meningkat hingga

awal Mei 2019, namun kembali turun

sejak akhir Mei hingga pertengahan

Agustus. Penurunan harga minyak ini

dipicu perlambatan produksi shale oil,

padahal OPEC masih terus melanjutkan

pembatasan produksi hingga Maret 2020.

Menurunnya harga minyak dunia dapat

menurunkan realisasi pendapatan negara

dan memicu belanja pemerintah tidak

sesuai rencana.

Ketiga, realisasi pendapatan negara yang

lebih rendah dari target. Hingga semester

I tahun 2019, realisasi pendapatan negara

tumbuh 8,2 persen, lebih rendah

dibandingkan tahun 2018 yang tumbuh

16,0 persen. Sementara realisasi belanja

negara masih sejalan dengan

pertumbuhannya tahun lalu. Dengan

realisasi tersebut, terdapat risiko

penyesuaian belanja negara ke depan.

Namun risiko tersebut diperkirakan

terbatas, seiring dengan masih

tersedianya ruang bagi peningkatan

defisit.

Keempat, kinerja industri pengolahan

yang belum pulih. Sebagai sektor dengan

kontribusi terbesar terhadap PDB,

perlambatan yang terjadi pada industri

pengolahan akan berdampak besar

terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi

2019. Perlambatan industri pengolahan

pada semester I terjadi baik pada industri

pengolahan migas maupun non migas.

Page 66: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

55

SUSUNAN TIM REDAKSI

Penanggungjawab

Ir. Bambang Prijambodo, MA

Pemimpin Redaksi

Eka Chandra Buana, SE, MA

Dewan Redaksi

Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA

Dr. Muhammad Cholifihani, SE, MA

Dr. Ir. Yahya Rachmana Hidayat, MSc

Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D

Dr. Haryanto, SE, MA

Ir. Imarita Trihanda, MS

Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM

Redaktur Pelaksana

Cut Sawalina, SE, Msi

Mochammad Firman Hidayat, SE, MA

Toni Priyanto J, S.Kom, ME

Muhammad Fahlevy, SE, MA

Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc

Dra. Dwi Martini, ME

Yunus Gastanto, SE, PG.Dip

Tari Lestari, S.Si, SE, MS

P.N. Laksmi Kusumawati, SE, MSE, MSc, Ph.D

Ir. Sidqy Lego Pangesthi Suyitno, MA

Octal Pramudito, SE, MA

Yogi Harsudiono, SE, MPA

Istasius Angger Anindito, SE, MA

Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol

Fajar Hadi Pratama, ST

Sukhad, S.IP

Drs. Muhammad Arif, Msi

Page 67: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

56

Penulis

Filza Amalia, SE

Rakhmi Fadillah, SE

Mario Rosario Wisnu Aji, SE

Mochammad Firman Hidayat, SE, MA

Achmad Rifa’i, SPd, MSc

Haqiqi Masnatin, SE

Rahma Hanii Maulida, SE

Hillary Tanida Stephany Sitompul, S.HI

Indra Muhammad, SE

Richard Lorenz Hasiholan Silitonga, SE

Aris Saputra, SE

Aldi Turindra Rachman, SE

Deni Apriyanto, SE

Hilda Roseline, SE

Mutiara Maulidya, SE

Widyastuti Hardaningtyas, SE

Widath Chaerunissa Ayuningtyas, SE

Zakka Farisy, SE

Ani Utami, SE

Distributor/Sirkulasi

Imam Musadad

Tulus Sujadi

Administrasi

Dina Fitriani, SPd

Editor

Rahma Hanii Maulida, SE

Grafis dan Layout

Hamdan Hasan, S.Kom

Page 68: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

57

Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik membangun

dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

Page 69: KATA PENGANTAR...memperluas akses dan infrastruktur TIK secara masif tetapi juga harus Tabel 1. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (IP-TIK) Tahun 2015-2017 Subindeks

2

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Gedung Madiun Lt. 5, Jl. Taman Suropati No. 2,

Menteng, Jakarta Pusat, 1030

Telp. (021) 31934267