BAB I PENDAHULUAN Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Stroke adalah penyakit yang merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Negara Amerika, merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan kecacatan. Sedangkan angka kematian penderita stroke di Amerika adalah 100/100.000 penderita pertahun. Angka kematian tersebut mulai menurun sejak awal tahun 1900, dimana angka kematian sesudah tahun 1969 menurun hingga 5% pertahun. Beberapa peneliti mengatakan bahwa hal tersebut akibat kejadian penyakit yang menurun yang disebabkan karena kontrol yang baik terhadap faktor risiko penyakit stroke. Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan prevalensi penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitian yang minim pada populasi masyarakat, didapatkan angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0.5% (Darmojo, 1990) dan angka insidensi penyakit stroke pada aderah rural sekitar 50/100.000 penduduk (Suhana, 1994). Sedangkan dari data survey Kesehatan Rumah Tangga (1995) Depkes RI, menunjukkan bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita
stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Stroke
adalah penyakit yang merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Negara
Amerika, merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan kecacatan.
Sedangkan angka kematian penderita stroke di Amerika adalah 100/100.000
penderita pertahun. Angka kematian tersebut mulai menurun sejak awal tahun
1900, dimana angka kematian sesudah tahun 1969 menurun hingga 5% pertahun.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa hal tersebut akibat kejadian penyakit yang
menurun yang disebabkan karena kontrol yang baik terhadap faktor risiko
penyakit stroke.
Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan
prevalensi penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitian yang
minim pada populasi masyarakat, didapatkan angka prevalensi penyakit stroke
pada daerah urban sekitar 0.5% (Darmojo, 1990) dan angka insidensi penyakit
stroke pada aderah rural sekitar 50/100.000 penduduk (Suhana, 1994). Sedangkan
dari data survey Kesehatan Rumah Tangga (1995) Depkes RI, menunjukkan
bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia.
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan pengobatan
yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting, dan
pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat berguna untuk menentukan
pecegahan dan pengobatan tersebut, agar dapat menurunkan angka kematian dan
kecacatan.
Menurut WHO (World Health Organization), stroke didefinisikan sebagai
suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau
dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguang peredaran darah otak.
Secara praktis, stroke dapat dikenal dari gejala klinisnya yang bersifat: onset
mendadak dengan gejala klinis baik fokal (seperti paresis, sulit bicara, buta, dan
1
lain-lain) maupun global (gangguan kesadaran), dan berkembang cepat serta
mencapai maksimal dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam.
Perdarahan intra serebral terhitung sekitar 10-15% dari seluruh stroke dan
memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark cerebral. Literature lain
menyatakan 8 – 18% dari stroke keseluruhan yang bersifat hemoragik. Namun,
pengkajian rerospektif terbaru menemukan bahwa 40,9% dari 757 kasus stroke
adalah stroke hemoragik. Pendapat menyatakan bahwa peningkatan presentase
mungkin dikarenakan peningkatan kualitas pemeriksaan seperti ketersediaan CT
scan, ataupun peningkatan penggunaan terapeutik agen platelet dan warfarin yang
dapat menyebabkan perdarahan.
Stroke adalah penyebab kematian dan disabilitas utama. Dengan
kombinasi seluruh tipe stroke secara keseluruhan, stroke menempati urutan ketiga
penyebab utama kematian dan urutan pertama penyebab utama disabilitas.
Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas yang lebih tingi terdapat pada stroke
hemoragik dibandingkan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang mendapatkan
kembali kemandirian fungsionalnya.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Samsudin
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 62 tahun
Alamat : Jl. Pakis Kulon, Magelang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk RS : 9 Desember 2013 pk. 00.30 WIB
Tanggal keluar RS : -
II.2. SUBJECTIVE
Keluhan utama:
Pasien lemah bagian kanan
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien lemah bagian kanan sejak kemarin siang, tangan kanan
mendadak lemas dan tidak bias digerakan, disertai mual dan muntah isi cairan
sebanyak satu kali, pasien juga mengeluh sakit kepala terasa cekot-cekot,
tidak ada kejang, nyeri dada maupun penurunan kesadaran. Pada sore hari
pasien mulai bicara tidak nyambung, terkadang pasien nangis terkadang
tertawa dan pasien pun tidak bisa mengikuti perintah. Pasien juga tidak
pernah mengalami keadaan seperti ini sebelumnya. Makan dan minum baik,
tidak ada gangguan menelan. BAB dan BAK baik.
Riwayat penyakit dahulu:
Memiliki riwayat hipertensi dan sakit jantung sejak lebih dari 10 tahun
yang lalu tapi tidak pernah kontrol rutin. Riwayat Diabetes, stroke, kejang
disangkal. Pasien tidak pernah dirawat di RS.
Riwayat keluarga
Dulu ayah pasien juga meninggal akibat stroke
3
II.3. OBJECTIVE
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran/GCS : Compos mentis/E4 Vx Mx, Afasia Global
Vital Sign :
- Tekanan darah: 160/100 mmHg
- Nadi : 104 kali/menit
- Suhu : 37.5 ºC
- Pernafasan : 20 kali/menit
STATUS LOKALISATA
Status Interna
Kepala/Leher:
- Tidak terlihat ikterik pada kedua sklera kanan dan kiri
- Tidak ada tanda-tanda anemia pada konjungtiva
- Pupil bulat, isokor, diameter 3 mm/3 mm
- Lidah sulit dievaluasi
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks:
- Jantung :
o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : Iktus kordis teraba, tidak kuat angkat, terdapat
pada sela iga 5 garis midclavicula
o Perkusi : Redup, batas jantung normal
o Auskultasi : Suara jantung I dan II regular, tidak terdapat gallop
dan murmur
- Paru :
o Inspeksi : Simetris
o Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri sama
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi :Nafas vesikuler, tidak terdapat suara nafas
tambahan, baik berupa rhonki maupun wheezing.
4
Abdomen:
- Inspeksi : Simetris, protuberan
- Auskultasi : Bising usus normal terdengar di seluruh kuadran abdomen
- Palpasi :
o Teraba soefl
o Tidak terdapat ascites
o Hepar dan lien tidak teraba
o Tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi :
o Timpani
Ekstremitas:
- Tidak ada edema
- Tidak terdapat akral yang dingin
- Tidak terdapat sianosis
Status Neurologi
GCS : E4VxMx, Afasia Global
MENINGEAL SIGN :
Kaku Kuduk : -
Kernig : -
Brudzinski I-IV : -
NERVUS CRANIALIS :
1. N. Olfaktorius (N. I) : sulit dievaluasi
2. N. Optikus (N. II)
a. Tajam Penglihatan : sulit dievaluasi
b. Lapang pandang (visual field) : sulit dievaluasi
c. Warna : tidak dilakukan
d. Funduskopi : tidak dilakukan
5
3. N. okulomotorius, troklearis, abducen (N. III,IV,VI)
a. Kedudukan bola mata saat diam : DBN
b. Gerakan bola mata : sulit dievaluasi
c. Pupil:
i. Bentuk, lebar, perbedaan lebar : DBN
ii. Reaksi cahaya langsung dan konsensuil : +/+
iii. Reaksi akomodasi dan konvergensi : DBN
4. N. Trigeminus (N. V)
a. Sensorik : sulit dievaluasi
b. Motorik :
i. Merapatkan gigi : sulit dievaluasi
ii. Buka mulut : sulit dievaluasi
iii. Menggigit tongue spatel kayu : tidak dilakukan
iv. Menggerakkan rahang : sulit dievaluasi
c. Refleks :
i. Maseter /mandibular : (-)
ii. Kornea : DBN
5. N. Facialis (N. VII)
a. Sensorik : sulit dievaluasi
b. Motorik
i. Kondisi diam : simetris
ii. Kondisi bergerak :
a) Musculus frontalis : sulit dievaluasi
b) Musculus korugator supersili : sulit dievaluasi
c) Musculus nasalis : sulit dievaluasi
d) Musculus orbicularis oculi : sulit dievaluasi
e) Musculus orbicularis oris : sulit dievaluasi
f) Musculus zigomaticus : sulit dievaluasi
g) Musculus risorius : sulit dievaluasi
h) Musculus bucinator : sulit dievaluasi
6
i) Musculus mentalis : sulit dievaluasi
j) Musculus playsma : sulit dievaluasi
c. Sensorik khusus
i. Lakrimasi : tidak dilakukan
ii. Refleks stapedius : tidak dilakukan
iii. Pengecapan 2/3 anterior lidah : tidak dilakukan
6. N. Statoakustikus (N. VIII)
a. Suara bisik : sulit dievaluasi
b. Arloji : sulit dievaluasi
c. Garpu tala : tidak dilakukan
d. Nistagmus : tidak dilakukan
e. Tes Kalori : tidak dilakukan
7. N. Glosopharingeus, Vagus (N.IX, X)
a. Inspeksi oropharing keadaan istirahat: uvula simetris
b. Inspeksi oropharing saat berfonasi : sulit dievaluasi
c. Refleks : muntah, batuk tidak dilakukan
d. Sensorik khusus :
- Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan
e. Suara serak atau parau : (-)
f. Menelan :
- Sulit menelan air atau cairan dibandingkan padat: (-)
8. N. Acesorius (N.XI)
a. Kekuatan m. trapezius : sulit dievaluasi
b. Kekuatan m. sternokleidomastoideus : sulit dievaluasi
9. N. hipoglosus (N. XII)
a. Kondisi diam : sulit dievaluasi
b. Kondisi bergerak : sulit dievaluasi
7
MOTORIK :
a. Observasi : DBN
b. Palpasi : konsistensi otot kenyal
c. Perkusi : DBN
d. Tonus : DBN
e. Kekuatan otot : Lateralisasi Dextra
i. Extremitas atas :
M. deltoid : SDE
M. biceps brakii : SDE
M. triceps : SDE
M. brakioradialis : SDE
M. pronator teres : SDE
Genggaman tangan : SDE
ii. Extremitas bawah :
M. iliopsoas : SDE
M. kwadricep femoris : SDE
M. hamstring : SDE
M. tibialis anterior : SDE
M. gastrocnemius : SDE
M. soleus : SDE
SENSORIK
a. Eksteroseptik / protopatik (nyeri/suhu, raba halus/kasar): sulit dievaluasi
b. Proprioseptik (gerak/posisi, getar dan tekan) : sulit dievaluasi
c. Kombinasi :
i. Stereognosis : tidak dilakukan
ii. Barognosis : tidak dilakukan
iii. Graphestesia : sulit dievaluasi
iv. Two point tactile discrimination : sulit dievaluasi
v. Sensory extinction : sulit dievaluasi
vi. Loss of body image : sulit dievaluasi
8
REFLEKS FISIOLOGIS
a. Refleks Superficial
i. Dinding perut /BHR : DBN
ii. Cremaster : tidak dilakukan
b. Refleks tendon / periostenum :
i. BPR / Biceps : +3/ +2
ii. TPR / Triceps : +3/ +2
iii. KPR / Patella : +2/ +2
iv. APR / Achilles : +2 / +2
v. Klonus :
Lutut / patella : - / -
Kaki / ankle : - / -
REFLEKS PATOLOGIS
a. Babinski : + / -
b. Chaddock : + / -
c. Oppenheim : - / -
d. Gordon : - / -
e. Schaeffer : - / -
f. Gonda : + / -
g. Stransky : - / -
h. Rossolimo : - / -
i. Mendel-Bechtrew : - / -
j. Hoffman : -/ -
k. Tromner : -/ -
REFLEKS PRIMITIF
a. Grasp refleks : -/-
b. Palmo-mental refleks : -/-
9
PEMERIKSAAN SEREBELLUM
a. Koordinasi:
i. Asinergia /disinergia : sulit dievaluasi
ii. Diadokinesia : sulit dievaluasi
iii. Metria : sulit dievaluasi
iv. Tes memelihara sikap
Rebound phenomenon : sulit dievaluasi
Tes lengan lurus : sulit dievaluasi
b. Keseimbangan
i. Sikap duduk : sulit dievaluasi
ii. Sikap berdiri
Wide base / broad base stance : sulit dievaluasi
Modifikasi Romberg : sulit dievaluasi
Dekomposisi sikap : sulit dievaluasi
iii. Berjalan / gait :
Tendem walking : sulit dievaluasi
Berjalan memutari kursi / meja : sulit dievaluasi
Berjalan maju-mundur : sulit dievaluasi
Lari ditempat : sulit dievaluasi
c. Tonus : sulit dievaluasi
d. Tremor : sulit dievaluasi
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
1. Aphasia : Aphasia Global
2. Alexia : sulit dievaluasi
3. Apraksia : sulit dievaluasi
4. Agraphia : sulit dievaluasi
5. Akalkulia : sulit dievaluasi
6. Right-left disorientation : sulit dievaluasi
7. Fingeragnosia : sulit dievaluasi
TES SENDI SACRO-ILIACA
a. Patrick’s : sulit dievaluasi
10
b. Contra patrick’s : sulit dievaluasi
TES PROVOKASI NERVUS ISCHIADICUS
a. Laseque : sulit dievaluasi
b. Sicard’s : sulit dievaluasi
c. Bragard’s : sulit dievaluasi
d. Minor’s : sulit dievaluasi
e. Neri’s : sulit dievaluasi
f. Door bell sign : sulit dievaluasi
g. Kemp test : sulit dievaluasi
PEMERIKSAAN DISARTRIA
a. Labial : sulit dievaluasi
b. Palata : sulit dievaluasi
c. Lingual : sulit dievaluasi
II.4. RESUME
Seorang pasien pria berusia 62 tahun datang dengan keluhan
monoparese dextra sejak kemarin, selain itu pasien juga mengeluhkan mual
dan muntah cairan tanpa ampas sebanyak satu kali dan juga mengeluh nyeri
kepala. Mulai sore hari pasien muali terjadi afasia global disetai cry and
laughing sign.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan sakit jantung sejak lebih dari 10
tahun yang lalu tapi tidak pernah kontrol rutin. Dan ayah pasien meninggal
karena stroke.
Pada pemeriksaan status generalis, pada pemeriksaan tekanan darah
diperoleh hasil tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 104 dan suhu 37,5.
Pemeriksaan status interna dalam batas normal.
Pemeriksaan status neurologi ditemukan GCS E4VxMx, kelainan pada
pemeriksaan motorik yaitu lateralisasi dextra, didapatkan refleks patologis
(babinski, chadok, gonda sebelah kanan) peningkatan refleks fisiologis BPR
dan TPR, sementara refleks primitive, pemeriksaan serebelum, pemeriksaan
11
sendi sacro-iliaka, dan tes provokasi nervus ischiadicus sulit dievaluasi.
Sedangkan pemeriksaan fungsi luhur terdapat afasia global,