Top Banner
Laporan Kasus Ujian Konjungtivitis Membranosa Pembimbing: dr. Djoko Heru Santoso, Sp.M Disusun oleh : REYJEN 406117069 FAKULTAS KEDOKTERAN
26

Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

Oct 26, 2015

Download

Documents

Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

Laporan Kasus Ujian

Konjungtivitis Membranosa

Pembimbing:

dr. Djoko Heru Santoso, Sp.M

Disusun oleh :

REYJEN

406117069

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

2013

Page 2: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama : An. B

b. Alamat : Gendang Manis RT 10/RW 06

c. Usia : 3 tahun

d. Jenis kelamin : Laki-laki

e. Pendidikan terakhir : TK

f. Suku : Jawa

g. Agama : Islam

h. Pekerjaan : Tidak bekerja

i. Status : Tidak Menikah

j. No. CM : 660.029

II. Anamnesis

a. Anamnesis secara

Alloanamesa pada ibu pasien pada tanggal 31 Juli 2013

b. Keluhan utama

Mata kanan dan kiri merah

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poli mata dengan keluhan kedua mata merah. Mata merah

dirasakan sejak satu minggu lalu disertai dengan bengkak terutama pada kelopak

mata bawah. Pasien juga mengeluh kedua mata kotor dan lengket, terutama saat

bangun pagi. Pasien juga menderita batuk yang tak kunjung sembuh sejak sekitar

dua minggu lalu, dan pasien juga belum memeriksakan batuknya kepada dokter.

Pasien tidak mengeluh gatal pada kedua mata Pasien mengaku tidak ada riwayat

Page 3: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

trauma ataupun kemasukan benda asing pada mata sebelumnya. Pasien sudah

memeriksakan matanya ke poli klinik mata dan sudah mendapat pengobatan,

pasien datang untuk kontrol yang pertama.

d. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat Operasi mata: disangkal

Riwayat Trauma mata: disangkal

Riwayat memakai kacamata : disangkal

Riwayat alergi: disangkal

e. Riwayat keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa

f. Riwayat sosial ekonomi, kebiasaan

Ayah pasien bekerja sebagai karyawan, pengobatan dibiayai pribadi.

kesan: ekonomi cukup.

Pasien senang bermain di lingkungan sekitar rumah.

III. Pemeriksaan Fisik

STATUS GENERALIS

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : compos mentis

c. Tanda vital

1. Nadi : 110 x/menit

2. RR : 24x/menit

3. Suhu : afebris

Page 4: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

STATUS OFTALMOLOGI

Gambar:

OD OS

Keterangan:

1. Injeksi Konjungtiva ODS

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

>3/60 Visus >3/60

Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi

Gerak bola mata

normal, enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Bulbus okuli

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Edema (+),

hiperemis(+), nyeri

tekan (-), blefarospasme

(-), lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (+),

hiperemis(+), nyeri

tekan (-), blefarospasme

(-), lagoftalmus (-)

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (+),

injeksi siliar (-),

Edema (-),

injeksi konjungtiva (+),

injeksi siliar (-),

.

.

.

.

.1

Page 5: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

infiltrat (-),

hiperemis (+),

membran (+)

Konjungtiva infiltrat (-),

hiperemis (+),

membran(+)

Warna putih dan tidak

ikterik

Sklera Warna putih dan tidak

ikterik

Bulat, edema (-),

keratik presipitat (-)

infiltrat (-), sikatriks (-)

Kornea

Bulat, edema (-),

keratik presipitat (-)

infiltrat (-), sikatriks (-)

Jernih, kedalaman

cukup, hipopion (-),

hifema (-)

Camera Oculi Anterior

(COA)

Jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-), hifema (-),

Kripta (-), Warna

coklat, edema ( -),

sinekia (-) atrofi (-)

Iris Kripta (-), warna coklat,

edema (-), sinekia (-),

atrofi (-)

Reguler, letak sentral,

diameter: 3 mm,

refleks pupil L/TL: +/+

Pupil Reguler, letak sentral,

diameter: 3 mm,

refleks pupil L/TL: +/+

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreus Jernih

Papil N II bentuk bulat,

warna orange, batas

tegas, CDR 0,3. Macula

pucat, rasio A/V = 2:3,

cotton wool spot (-),

hard eksudat (-),

neovaskularisasi (-),

mikroaneurisma(-),

perdarahan retina (-),

copper wire (-)

Retina Papil N II bentuk bulat,

warna orange, batas

tegas, CDR 0,3. Macula

pucat, rasio A/V = 2:3,

cotton wool spot (-), hard

eksudat (-),

neovaskularisasi (-),

mikroaneurisma (-),

perdarahan retina (-),

copper wire (-)

(+) cemerlang Fundus Refleks (+) cemerlang

Normal (digital) TIO Normal (digital)

Page 6: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-)

(+) mukopurulen Sekret (+) mukopurulen

IV. Resume

Subyektif

ODS merah sejak satu minggu yang lalu

ODS kotor dan lengket terutama pada saat bangun pagi

ODS palpebra inferior bengkak

Batuk sejak sekitar dua minggu lalu

Obyektif

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

Edema (+),

hiperemis(+), nyeri

tekan (-), blefarospasme

(-), lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (+),

hiperemis(+), nyeri

tekan (-), blefarospasme

(-), lagoftalmus (-)

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (+),

injeksi siliar (-),

infiltrat (-),

hiperemis (+),

membran (+)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi konjungtiva (+),

injeksi siliar (-),

infiltrat (-),

hiperemis (+),

membran(+)

(+) mukopurulen Sekret (+) mukopurulen

Page 7: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

V. Diferential Diagnosis

ODS konjungtivitis membranosa et causa Bakterial

ODS konjungtivitis membranosa et causa virus

ODS konjungtivitis membranosa et causa alergi

ODS konjungtivitis membranosa et causa trauma kimia

VI. Diagnosa Kerja

ODS Konjungtivitis Membranosa et causa bakterial

VII. Dasar Diagnosis

Pemeriksaan mata didapatkan:

ODS palpebra: Edem (+), Hiperemis (+)

ODS konjungtiva: Injeksi konjungtiva (+), hiperemis (+), membran (+)

ODS sekret (+) mukopurulen

Riwayat batuk sejak sekitar dua minggu lalu

VIII. Penatalaksanaan

Medikamentosa:

1. ODS Imatrol (Deksametason 1 mg, Polimiksin B Sulfat 6000 UI, Neomisin 3,5 mg)

4x2 tetes

2. ODS Tarivit (Ofloxacin) 0,3% 4x2 tetes

3. R/ Methylprednisolon 2 mg

Vit C 1/3 tab

Sacch Lactis q.s

M.f.pulv dtd no. VI

S 2 dd pulv 1 pc ttd

Operatif

1. Membranektomi

Page 8: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

IX. Prognosis

Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)

Quo Ad Visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Quo Ad Sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Quo Ad Kosmetikam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Vitam Ad bonam Ad bonam

X. Usul dan saran

Usul

Lakukan pemeriksaan darah lengkap

Lakukan pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan

Lakukan kultur bakteri dan uji sensitifitas bakteri

Saran

Gunakan tetes mata dan minum obat secara teratur

Kontrol secara teratur

Menjaga kebersihan mata dan tidak mengucek mata

Rawat bersama dokter spesialis anak

Page 9: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA

Konjungtiva merupakan suatu membran mukus tipis yang bervaskular dan normalnya terlihat mengkilap. Membrana ini membentuk saccus konjungtiva bersamaan dengan permukaan kornea. Konjungtiva bulbaris menempel secara longgar pada sklera dan menempel lebih kuat pada limbus. Konjungtiva palpebra merupakan permukaan lapisan dalam dari palpebra yang menghadap ke arah bulbi dan menempel pada tarsus. Konjungtiva palpebra membentuk lipatan longgar di fornix konjungtiva dimana akan bersambung dengan konjungtiva bulbaris. Di bagian cantus medial, terdapat lipatan membran mukus yang berbentuk bulan sabit yang disebut dengan plica semilunaris.

Saccus konjungtiva mempunyai 3 fungsi utama yaitu:

1. Untuk pergerakan bola mata.

Adanya ruang antara sclera dan konjungtiva membuat bola mata dapat bergerak ke segala arah.

2. Lapisan artikulasi.

Permukaan konjungtiva merupakan permukaan yang halus dan lembab sehingga sewaktu mata bergerak tidak terdapat trauma gesekan dengan permukaan tarsus. “Tear film” juga berfungsi sebagai lubrikan

3. Fungsi protektif

Konjungtiva harus dapat melindungi mata terhadap mikroorganisme. Jaringan limfe terletak di bawah dari konjungtiva palpebra dan di fornix. Subsatansi antibakteri, imunoglobulin, interferon dan prostaglandin membantu melindungi mata

Page 10: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

DEFINISI & PATOFISIOLOGI KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah proses inflamasi yang melibatkan permukaan dari mata dan ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh darah, infiltrasi dan eksudasi. Ada 2 bentuk yang dikenal yaitu;

a. Konjungitivitis akut

Onset cepat dan awalnya inflamasi terjadi unilateral dan diikuti dengan mata yang kedua dalam waktu 1 minggu. Durasi penyakit biasanya kurang dari 4 minggu.

b. Konjungtivitis kronik

Durasi penyakit lebih dari 3 – 4 minggu

Penyebab konjungtivitis dapat jatuh kedalam 2 kategori, yaitu

a. Infeksius

Penyebabnya yaitu bakteri, virus, parasit, jamur

Page 11: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

b. Noninfeksius

Penyebabnya yaitu iritasi persisten, alergi, toxik, dan disebabkan oleh penyakit lain (cth: Steven-johnson syndrome)

Gejala tipikal konjungtivitis yang ditunjukkan pasien seperti mata kemerahan dan kelopak mata yang lengket pada pagi hari karena adanya peningkatan sekresi. Konjungtivitis juga dapat menyebabkan pembengkakan dari kelopak mata, dimana kelopak mata pasien akan terlihat sebagian tertutup (pseudoptosis). Adanya rasa benda asing, tekanan dan rasa terbakar biasanya dikeluhkan penderita, meskipun gejala dapat berbeda-beda pada setiap orang. Rasa gatal yang luar biasa menandakan adanya reaksi alergi. Fotofobia dan lakrimasi dapat dikeluhkan juga oleh penderita. Adanya blepharospasme pada pasien yang menderita konjungtivitis menandakan keterlibatan kornea (keratokonjungtivitis).

Mata merah (hiperemia) merupakan tanda tipikal pada konjungtiva. Injeksi konjungtiva biasanya disebabkan oleh adanya peningkatan pengisian darah pada pembuluh darah konjungtiva, dimana paling banyak terjadi di fornix konjungtiva. Tanda hiperemi selalu ada pada semua bentuk konjungtivitis. Namun, visibilitas pembuluh darah, lokasi dan ukuran merupakan kriteria yang penting untuk diagnosis banding. Keratitis atau skleritis dapat dibedakan dengan konjungtivitis berdasarkan jenis injeksi ini. Beberapa jenis injeksi:

a. Injeksi konjungtiva

Merah terang, ikut bergerak bila konjungtiva digerakkan, makin kecil ke arah limbusb. Injeski perikornea

Pembuluh darah superfisial, sirkuler atau terbatas di sekitar limbusc. Injeksi silier

Susah dilihat dengan jelas, berwarna terang, tidak ikut bergerak bila konjungtiva digerakkan. Terletak di sekitar limbus

d. Injeksi gabungan

KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS

Page 12: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

Berdasar waktunya

KONJUNGTIVITIS AKUTA:

conjunctivitis catarrhalis acutao Kausa : Virus (adenovirus) o Tanda khas : Pada awalnya sekret cair (serous), karena exudat tidak

mengandung fibrin. Setelah beberapa hari sekret kental sehingga kalau pagi mata menjadi dempet (Ini disebabkan sudah ada infeksi tambahan dari kuman komensal coccen yang ada di mata)

o Jenis secreet : mucous/muco-purulent. (bila purulent maka tidak termasuk conjunctivitis catarrhalis tetapi telah termasuk conjunctivitis purulenta/ blenorrhoe).

conjunctivitis purulenta

o Penyebabnya ialah kuman yang virulent misalnya gonococc, meningococ, inclusion virus(chlamidia spc).

o Karakteristik dari conjunctivitis purulenta Secreetnya purulent. Mula-mula secreet sereus sampai sero-

sanguinis dan dengan cepat berubah menjadi purulent. Dalam 2 hari palpebra dapat bengkak seperti papan (keras sekali). Dapat timbul chemosis.

Jalan penyakit hyperacut. Karena Kuman Go mengeluarkan toxin yang bersifat proteolytic enzim

Masa incubasi : 48 jam - 5 hari.

conjunctivitis membranosa

o Definisi : merupakan konjungtivitis dengan pembentukan membran yang menempel erat pada jaringan di bawah konjungtiva. Pengangkatan membran ini akan menimbulkan perdarahan.

o Etiologi : Diffteria Pneumokok Stafilokok Infeksi adenovirus selain dari pada disebabkan penyakit Steven

Johnsono Biasanya ditemukan pada anak yang tidak mendapat suntikan imunisasio Bila ringan akan didapatkan sekret yang mukopurulen dan kelopak

bengkak, sedang pada yang berat dapat terjadi nekrosis atau konjungtiva yang biasanya terjadi pada hari keenam. Pada hari ke 6-10 dapat terjadi penyulit tukak pada kornea akibat infeksi sekunder, dan lepasnya sekret yang banyak. Dapat terjadi perlekatan antara konjungtiva atau simblefaron.

Page 13: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

o Sangat jarang terjadi paralisis pasca difteri seperti gangguan akomodasi. Diobati sebagai difteri, berupa penisilin, serum antidifteri.

conjuctivitis haemorhagica

KONJUNGTIVITIS KRONIK

conjunctivitis catarrhalis chronic Causa : staphylococcen, diplobacillus Morax-Axenfeld. Paling senang pada canthus internus dan externus sehingga terjadi blepharitis

angularis. Therapi : drug of choice untuk coccen ialah penicilin dan sulfa preparat.

Pada bentuk chronis,conjunctiva mengalami hypertrophie dan terbentuk follicel pada conjunctiva palpebra

conjunctivitis phlyctaenularis a. Definisi : merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan alergi terhadap

bakteri atau antigen tertentub. Etiologi :

Oleh karena alergi (hipersensitivitas tipe IV) terhadap :

Tuberkuloprotein Stafilokok Limfogranuloma venerea Leismaniasis Infeksi parasit Infeksi ditempat lain dalam tubuh

c. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak-anak didaerah padat, yang biasanya dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas.

d. Gambaran histopatologik :Terlihat kumpulan sel leukosit neutrofil dikelilingi sel limfosit, makrofag, dan kadang-kadang sel datia berinti banyak. Flikten merupakan infiltrasi selular subepitel yang terutama terdiri atas sel monokular limfosit.

e. Bisanya konjungtivitis flikten terlihat unilateral dan kadang-kadang mengenai kedua mata. Pada konjungtiva terlihat sebagai bintik putih yang dikelilingi daerah hiperemi.

f. Pada pasien akan terlihat kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu tonjolan bulat dengan warna kuning kelabu seperti suatu mikroabses yang biasanya terletak didekat limbus. Biasanya abses ini menjalar ke arah sentral atau kornea dan terdapat tidak hanya satu.

g. Gejala : Mata berair Iritasi dengan rasa sakit Fotofobia dapat ringan hingga berat

Page 14: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

Bila kornea ikut terkena selain daripada rasa sakit, pasien juga akan merasa silau disertai blefarospasme.

h. Penatalaksanaan : Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan kemungkinan terjadi

kekambuhan. Keadaan akan lebih berat bila terkena kornea. Pengobatan dengan diberi steroid topikal Diberi midriatika bila terjadi penyulit pada kornea Diberi kaca mata hitam karena adanya rasa silau yang sakit Perhatikan higiene mata dan diberi antibiotik salep mata waktu tidur, dan

air mata buatan Diberi vitamin dan makanan tambahan (pada anak gizi kurang)

conjunctivitis vernalis

o Biasanya terdapat pada anak-anak o Kadang-kadang terdapat pada orang dewasa muda (sampai umur 30

tahun). Merupakan penyakit allergi,timbul terutama pada musim panas (kemarau).

o Sebabnya : Mungkin karena udara yang panas, banyak berdebu, alergi erbuk

bunga Mungkin karena kumannya banyak pada musim panas, Yang pasti belum diketahui.

o Karakteristik : Papillair hypertrophie dapat sangat excessive sehingga berbentuk

seperti coble stone pavement.(Susunan  batu kali) Terjadi hypertrophie jaringan pengikat pada stratum papillare yang

lama-lama akan mengalami degenerasi hyalin sehingga berwarna abu-abu/ biru keputihan.

Kambuh pada musim panas, hilang pada musim penghujan. o Ada 2 type :

Type palpebra/tarsal : gambaran coble stone. Type bulbair/limbal : Terjadi papillair hypertrophie,daerah limbus.

Ada yang mengatakan terjadi gelatinous degenerasi.

o Therapi : Antihistaminica.

Page 15: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

Antiphlogistik Cauterisasi Radiasi Operasi sampai di tarsus (eksisi)

conjunctivitis trachomatosa

o Penyebabnya adalah : Chlamydia Trachomatosa (Virus)o Sifat penyakit : chronis exacerbasi.o Gejala yang menyolok gatal dan ngeres (seperti klilipen).o Tanda-tanda klinik hanya inflamasi ringan. Secreet :moucous, paling-

paling muco-purulent.

conjunctivitis allergica o Terutama pada anak-anak kecil karena peka terhadap suatu toxin.o Terjadi hypertrophie kecil karena peka terhadap suatu toxin.o Causa :

Toxin dari microorganisme (coccen/ morax-axenfeld). Obat-obatan :pilocarpin, eserin,miotica anti glaucoma. Sulfas atropin:dermatitis allergica pada kulit palpebra

o Dapat dicoba dengan patch test pada palpebra o Keluhan : ada rasa gatal.

Berdasar etiologinya

a. konjungtivitis bacterialTanda dan gejala :

- Kemerahan bilateral.

- Eksudat purulent dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur.

- Udem palpebra ( jarang ).

Untuk Konjungtivitis ok kuman GO didapatkan tanda/gejala :

- Eksudasi masif.

- Kemosis berat.

- Preaurikuler limfadenopati.

- Jika tidak tertangani dengan baik®infiltrasi kornea® kornea

Page 16: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

luluh®perforasi.

Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan swab secret mata untuk dilakukan :

- Pengecatan Gram : kuman penyebab.

- Pengecatan Giemsa : sitologi konjungtiva

Penatalaksanaan :

disesuaikan dengan kuman penyebab.

1. Konjungtivitis GO :a. Antibiotika sistemik :

Ceftriaxone 1 gr im bila tidak dijumpai perforasi kornea.

Ceftriaxine 1 gr iv/12 jam selama 3 hari berturut-turut bila dijumpai perforasi kornea.

Injeksi PP/ Garamycin. Tetes gentamycin tiap jam atau tetes PP 15.000 IU tiap

jam. Bersihkan secret tiap jam dan irigasi dengan normal

saline tiap jam. Isolasi ( jika sangat infeksius ).

b. Antibiotika topical: eritromisin EO, basitrasin EO, gentamisin EO, siprofloksasin ED.

2. konjungtivitis oleh karena klamidiaa. Stadium klinis :

- Prefolikel

l

Page 17: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

- Folikel

- Sikatriks

- Sanata

b. tanda-tanda berikut : TF : lima/> folikel pada konjungtiva tarsal superior. TI : infiltrasi difus dan hipertrofi papiler konjungtiva

tarsal superior yang sekurang-kurangnya menutupi 50 % pembuluh darah profunda normal.

TS : parut konjungtiva trakomatosa. TT : trikiasis/entropion. CO : kekeruhan kornea.

c. Komplikasi : entropion®trikiasis®erosikornea®infeksi®sikatriks®visus

Page 18: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

d. Pemeriksaan penunjang : Laboratorium :

1. Sitologi Giemza : inclusion bodies2. Fluorescin antibody3. Ensim immuno assay test

e. Penatalaksanaan : Tetrasiklin 1 – 1,5 gr/hr selama 3 – 4 minggu Eso :

hepatotoksik, Depresi sumsum tulang Doksisiklin 2 x 100 mg selama 3 minggu Azitromisin dosis tunggal ( mahal ) Topikal Topikal diberikan 4 x sehari selama 6

minggu.1. Tetrasiklin salep2. Sulfonamid3. Eritromisin4. Rifampin

b. konjungtivitis oleh karena viruso Penyebab :

1. Adenovirus type 3,4,7 ( Demam faringokonjungtival )2. Adenovirus type 8,19,29,37 ( Keratokonjungtivitis epidemika )3. Virus Herpes Simpleks

o Tanda dan gejala :1. Demam ( Demam Faringokonjungtival )2. Folikel di konjungtiva palpebra3. Pembesaran kelenjar limfe pre aurikuler

a. Nyeri tekan pada Keratokonjungtivitis epidemikab. Tidak nyeri tekan pada Demam faringokonjungtival

o Pemeriksaan laboratorium : sitologi Giemsa® sel mononukleuso Penatalaksanaan :

1. Self limited.2. Kompres dingin agar nyaman.3. Topikal vasokonstriktor.4. Topikal antibiotika bila terdapat kecurigaan sekunder infeksi.5. Konjungtivitis Herpes Simpleks :

a. Topikal antiviral Asiklovir 2 gr/hr slm 7-10 hari6. Istirahat.

c. konjungtivitis oleh karena alergioKonjungtivitis vernalis

Reaksi alergi type I dan IV Laki-laki lebih banyak darpada wanita Usia pra pubertas dan berlangsung selama 5 – 10 tahun.

oAda 2 type :

Page 19: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

1. Type palpebral Cobble stone di daerah konjungtiva palpebra superior > inferior.

2. Type limbal Trantas dot pada daerah limbus.oPemeriksaan laboratorium : eosinofil >>oPenatalaksanaan :

1. Anti histamine : klorfeniramine maleat.2. Mast stabilizer : sodium kromoglikat.3. Steroid topical ( hati-hati pada penggunaan jangka panjang )

ESO : katarak, GlaucomaSteroidimunosupresan, karena reaksi hipersensitivitas tipe I (diberikan pada saat mata merah sekali)

Page 20: Kasus Mata Reyjen Konjungtivitis Membranosa

Daftar Pustaka

Ilyas, H.S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta

PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.

Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta

http://www.aoa.org/conjunctivitis.xml

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001010.htm