Top Banner

of 17

kasus erosi korneaa

Oct 14, 2015

Download

Documents

triadinda
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Refleksi Kasus

ILMU KESEHATAN MATA

Oleh:

Mukhtar Ali MuktiTri Adinda Gusvi MeisyaG99122108

Pembimbing :

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDISURAKARTA201411

STATUS PASIEN

I. IDENTITASNAMA:Tn. AMUMUR:28 tahunJENIS KELAMIN:Laki-lakiAGAMA:IslamPEKERJAAN:KaryawanALAMAT:BaturanTGL. MRS:01 Februari 2014TGL. PEMERIKSAAN:01 Februari 2014II. ANAMNESISA. Keluhan utama:mata kiri bengkak dan nyeriB. Riwayat Penyakit Sekarang: Sejak + 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh mata kiri kemasukan serangga saat sedang mengendarai motor. Pasien kemudian sering mengucek mata kirinya. Sejak saat itu pasien mengeluh matanya merah, gatal, ganjel, nyeri dan silau. Keluhan tersebut dirasakan terus menerus. Pasien mencoba mengurangi keluhan dengan meneteskan obat mata Insto namun keluhan tidak berkurang Pasien belum pernah mengalami sakit serupa sebelumnya.

C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit serupa : (-) Riwayat darah tinggi : disangkal Riwayat kencing manis: disangkal Riwayat alergi obat dan makanan: disangkal Riwayat pakai kacamata: disangkal Riwayat pakai lensa kontak : disangkal Riwayat trauma mata: (+) kemasukan serangga

D. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat darah tinggi: disangkal Riwayat kencing manis: disangkal Riwayat alergi: disangkal Riwayat penyakit serupa: disangkal

E. Kesimpulan AnamnesisODOS Proses inflamasi- Lokalisasi palpebra dan kornea-Sebabtrauma-Perjalananakut -Komplikasiulkus kornea-

III. PEMERIKSAAN FISIKA. Kesan umumKeadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukupT: tidak dilakukanRr: 20x/menitN: 88x/menit t: afebril

B. Pemeriksaan subyektif OD OSVisus Sentralis Jauh 6/6 6/15Pinholetidak dilakukantidak dilakukanKoreksitidak dilakukantidak dilakukan

Visus Sentralis DekatKoreksitidak dilakukantidak dilakukan

Visus Perifera. Konfrontasi testdalam batas normaldalam batas normalb. Proyeksi sinardalam batas normaldalam batas normalc. Persepsi warna Merahdalam batas normaldalam batas normal Hijaudalam batas normaldalam batas normal

C. Pemeriksaan Obyektif1. Sekitar mataTanda radangtidak adaadaLukatidak adaadaParuttidak adatidak adaKelainan warnatidak adatidak adaKelainan bentuktidak adatidak ada2. SuperciliumWarnahitamhitamTumbuhnyanormalnormalKulitsawo matang sawo matangPasangannyadalam batas normaldalam batas normalGeraknyadalam batas normaldalam batas normal3. Pasangan Bola Mata dalam OrbitaHeteroforiatidak ada tidak adaStrabismustidak ada tidak adaPseudostrabismustidak ada tidak adaExophthalmustidak ada tidak adaEnophthalmustidak ada tidak adaAnophthalmus tidak ada tidak ada4. Ukuran bola mataMikrophthalmustidak ada tidak adaMakrophthalmustidak ada tidak adaPtosis bulbitidak ada tidak adaAtrofi bulbitidak ada tidak adaBufthalmustidak ada tidak adaMegalokorneatidak ada tidak adaMikrokorneatidak ada tidak ada5. Gerakan Bola MataTemporal Superiordalam batas normaldalam batas normalTemporal Inferiordalam batas normal dalam batas normalTemporaldalam batas normaldalam batas normalNasal Superiordalam batas normaldalam batas normalNasal Inferiordalam batas normaldalam batas normal6. Kelopak MataGerakan:dalam batas normaldalam batas normalOedem:tidak adaadaHiperemis:tidak adaadaLebar Rima:7 mm7 mmTepi Kelopak Mata Oedem:tidak adatidak adaHiperemi:tidak adatidak adaEntropion:tidak adatidak adaEkstropion:tidak adatidak ada7. Sekitar saccus lakrimalisOedem:tidak adatidak adaHiperemi:tidak adatidak ada8. Sekitar Glandula lakrimalisOedemtidak ada tidak adaHiperemis tidak ada tidak ada9. Tekanan Intra OkulerPalpasitekanan normal tekanan normalTonometer Schiotztidak dilakukan tidak dilakukan

10. KonjungtivaKonjungtiva palpebra superiorOedemtidak adatidak adaHiperemistidak adaadaSekrettidak adatidak adaKonjungtiva palpebra inferiorOedemtidak adatidak adaHiperemistidak ada adaSikatriktidak adatidak adaKonjungtiva FornixOedemtidak adatidak adaHiperemis tidak adatidak adaSekrettidak adatidak adaKonjungtiva BulbiOedemtidak ada adaHiperemis tidak ada adaSekrettidak adatidak adaInjeksi Konjungtivatidak adaadaInjeksi Siliartidak adatidak adaPenebalantidak adatidak ada SubkonjungtivaHematomtidak adatidak ada11. SkleraWarnaputih putihPenonjolanadaada12. KorneaUkuran12 mm12 mmLimbusnormal normalPermukaanratarataSensibilitasnormal normalKeratoskoptidak dilakukantidak dilakukanFlourescin Testtidak dilakukan(+)Arcus Zenilistidak ada tidak ada13. Kamera Okuli AnteriorIsi:jernihjernihKedalaman:dalam dalam14. IrisWarna:hitam hitamBentuk:bulat bulatSinekia anterior:tidak ada tidak adaSinekia posterior:tidak ada tidak ada15. PupilUkuran3 mm 3 mmLetaksentral sentralBentukbulat bulatReaksi terhadapCahaya Langsung(+)(+)Cahaya tak langsung(+)(+)Konvergensitidak dilakukantidak dilakukan16. LensaAda/tidak:adaadaKejernihan:jernihjernihLetak:sentralsentralShadow test:tidak dilakukan tidak dilakukan17. Corpus vitreumKejernihan:tidak dilakukantidak dilakukanIV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN OD OSVisus sentralis jauh 6/6 6/15Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukanSekitar matadalam batas normalinflamasi (+) Superciliumdalam batas normaldalam batas normalPasangan bola matadalam batas normaldalam batas normal dalam orbitaUkuran bola matadalam batas normaldalam batas normalGerakan bola matadalam batas normal dalam batas normalKelopak matalebar rima 7 mmedemSekitar saccus lakrimalis dalam batas normaldalam batas normal Sekitar glandula lakrimalisdalam batas normaldalam batas normal Tekanan intraokulerdalam batas normaldalam batas normalKonjungtiva bulbi dalam batas normalhiperemisKonjungtiva palpebradalam batas normalhiperemisKonjungtiva forniksdalam batas normaldalam batas normalSub konjungtiva dalam batas normaldalam batas normalSkleraputihputihKorneadalam batas normalFlouresen test (+)Camera oculi anteriorkesan normal kesan normalIrisbulat hitambulat hitam Pupilbulat sentral 3mmbulat sentral 3mmLensajernih jernih Corpus vitreumtidak dievaluasitidak dievaluasi

V. GAMBAR KLINIS

VI. DIAGNOSIS BANDINGOS Glaukoma akutOS konjungtivitis

VII. DIAGNOSIS OS erosi kornea VIII. TERAPIOfloxacin ED 6X1 OSKloramfenikol EO 2x1 OS, tutup kassaNa diklofenak tab 2x1

IX. PLANNING-

X. PROGNOSIS ODOSAd vitamBonamBonamAd sanamBonamBonamAd fungsionamBonamDubiaAd cosmeticumBonamBonam

TINJAUAN PUSTAKAII. Anatomi dan Fisiologi Kornea Jaringan ikat dinding mata luar memiliki dua sferis yang menyatu. Yang lebih kecil, sferis anterior yang transparan adalah kornea dan memiliki radius kurvatura sekitar 8mm. Sferis posterior yang opak adalah sclera dengan radius 12mm. Bola mata tidak berbentuk simetris, diameter anteriorposterior sekitar 24mm, vertikal 23mm dan horizontal 23.5mm.1

Gambar 2.1 Dimensi Kornea (A) kurvatura radius kornea dan sclera(B) tampak depan mata (C) posisi sagital 1

Kornea merupakan komponen dasar media refraksi mata. Sifat transparan dan avaskularnya memudahkan sinar masuk kedalam mata. Permukaan anterior ditutupi oleh lapisan air mata dan permukaan posterior dibatasi oleh bilik mata depan yang diisi oleh aqueous humor. Kornea ini disisipkan ke dalam sclera dalam limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea dewasa mempunyai tebal 550m di pusatnya (bervariasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11.75 mm dan vertikalnya 10.6mm; diameter anterior horizontal sekitar 12mm dan anterior vertikal sekitar 11mm.1,2,3

Gambar 2.2 Anatomi Bola Mata1

Dari anterior ke posterior, kornea memiliki 5 lapisan.1,2,31. Lapisan epitelEpitel kornea terdiri atas 5-6 lapisan sel dengan ketebalan sekitar 50m. Di bagian permukaannya terdapay epitel berlapis gepeng tak bertanduk, pada lapisan tengah terdapat 2-3 lapis sel wing dan pada lapisan terbawah, lapisan basal, dijumpai sel kolumnar selapis. Di bagian basal epitel terlihat banyak gambaran mitosis yang menunjukkan kapasitas regenerasi kornea yang luar biasa. Masa pergantian sel ini kurang lebih 7 hari. Sel-sel permukaan kornea memperlihatkan mikrovili yang terjulur ke dalam ruang berisi lapisan tipis air mata pre-kornea. Jaringan epitel ini ditutupi lapisan lipid dan glikoprotein pelindung setebal 7m. Kornea memiliki salah satu suplai saraf sensori terbanyak di jaringan mata.2. Membran BowmanMerupakan lapisan homogen dengan ketebalan 7-12m dan terdiri atas serat-serat kolagen yang tersusun menyilang secara acak, dan tak mengandung sel. Membran Bowman membantu stabilitas dan kekuatan kornea.3. StromaStroma dibentuk oleh banyak lapisan berkas kolagen paralel yang saling menyilang secara tegak lurus, menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Serabut kolagen di dalam setiap lamel berjalan sejajar satu sama lain dan membentangi seluruh lebar kornea, dengan lebar sekitar 10-250m dan tinggi 1-2m. Sel-sel dan serat stroma terbenam di dalam substansi yang kaya akan glikoprotein dan kondroitin sulfat. Meskipun stroma bersifat avaskular, sel limfoid biasanya terdapat di kornea.4. Membran DescemetMembran Descemet merupakan struktur homogen tebal (5-10m) yang terdiri atas susunan filamen kolagen halus yang membentuk jalinan 3-dimensi.5. Lapisan endotelEndotel kornea merupakan sel gepeng selapis. Sel-sel ini memiliki organel khas untuk sekresi untuk sel yang terlibat dalam transpor aktif dan sintesis protein, dan memiliki organel yang mungkin berhubungan dengan sintesis dan ketahanan membran Descemet. Endotel dan epitel kornea bertanggung jawab mempertahankan kejernihan kornea. Kedua lapisan tersebut sanggup mentranspor ion natrium ke permukaan apikalnya. Ion klorida dan air ikut masuk secara pasif dan mempertahankan stroma kornea pada keadaan yang relatif terhidrasi. Keadaan ini bersama susunan serabut kolagen yang teratur dan sangat halus di stroma menyebabkan kornea menjadi transparan.

Gambar 2.3 Lapisan-lapisan Penyusun Kornea 1

Batas kornea-sklera adalah limbus, yang merupakan daerah peralihan berkas kolagen transparan dari kornea ke serat-serat sclera yang berwarna opak keputihan. Limbus sangat banyak menerima perdarahan dan pembuluh darahnya berperan penting pada proses inflamasi kornea. Kornea yang bersifat avaskular, mendapatkan nutrisi melalui difusi dari pembuluh darah yang berdekatan dan dari cairan bilik depan mata. Di daerah limbus, jalinan trabekula menyatu membentuk kanal Schlemm yang mengalirkan cairan dari bilik depan mata. Kanal schlemm berhubungan dengan sistem vena.3Kornea memiliki 2 fungsi utama yakni sebagai media yang merefraksi cahaya dan meneruskan cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi refraksi kornea antara lain (1) permukaan kurvatura anterior kornea (2) perubahan indeks refraksi dari udara ke kornea (3) ketebalan kornea (4) permukaan posterior kurvatura kornea (5) perubahan indeks refraksi dari kornea ke aqueous humor. Total kekuatan refraksi mata saat melihat fokus sekitar 60-65 Dioptri dimana 43-48 Dioptri merupakan peranan dari kornea.3Kornea banyak dipersarafi serabut sensoris. Sekitar 70-80 saraf besar, percabangan nervus siliaris anterior dan nervus siliaris brevis memasuki stroma bagian perifer. Sekitar 2-3 mm setelah memasuki kornea, saraf akan kehilangan selubung myelin namun masih ada yang menutupi sel Schwann. Selama percabangan berlangsung, ada 3 jaringan komunikasi saraf yang dibentuk. Satu jaringan berada pada pertengahan stroma, dan jaringan subepitel berada di lapisan Bowman dan stroma anterior. Percabangan kedua ini memasuki epitel.3Ketika persarafan melalui lapisan Bowman, penutup sel Schwann hilang dan serabut berakhir sebagai ujung saraf yang tidak memiliki selubung diantara sel epitel yang tersusun sangat erat. Tidak ada ujung saraf pada lapisan membran Descemet dan endotel. Oleh karena itu abrasi pada permukaan superfisial kornea menimbulkan rasa teramat sakit.3Kornea selain memiliki persarafan sensoris, juga memiliki serabut saraf simpatis yang berperan fisiologis dalam meregulasi metabolisme epitel, proliferasi dan penyembuhan luka.3

2.2 Fisiologi Penyembuhan Luka Epitel KorneaPembentukan kembali permukaan kornea setelah kerusakan kornea terjadi dalam 3 tahap. Pertama pembentukan single-cell pada tepi luka yang memicu fase migrasi yang menyediakan kembali sel barrier. Pada tahap kedua, fase proliferatif, mitosis terjadi pada sekeliling sel yang mengalami defek, menyebabkan pengembalian bentuk lapisan epitel. Pada tahap akhir membran descemet epitel ditimbun dan regenerasi kompleks adhesif dimulai.4

Migrasi EpitelSelama 4-6 jam pertama setelah injuri sel, tidak ada perubahan pada ukuran luka. Kemudian masuk ke fase laten. Dikarakteristikkan dengan peningkatan sintesis protein intraseluler, polimerisasi filamen aktin, dan reorganisasi dari apikal ke wilayah sel basal. Sel basal dan sel skuamous sekitar luka menebal dan memisah. Akumulasi neutrofil, yang terutama berasal dari lapisan film air mata, terjadi pada sepanjang tepi luka setelah 3 jam perlukaan bersamaan dengan penipisan epitel. Kandungan nonseluler epitel berubah, termasuk peningkatan konsentrasi fibronektin, dan fibrin pada permukaan kornea dalam 1-8 jam.4Fase linier, terjadi pada saat sel epitel yang menipis bergerak ke permukaan yang mengalami defek hingga menutup sempurna, proses ini biasanya berlangsung komplit pada hari ke 4-5 setelah injuri, tergantung pada ukuran awal luka yang terbentuk. Pembentukan lamellipodia dan filopodia menandai mulainya migrasi sel. Gipson dkk menemukan filamen aktin pada permukaan tepi sel migrasi. Migrasi sirkumferensial ini berlanjut sampai terbentuk lapisan epitel yang menutupi limbus.4

Proliferasi EpitelSel epitel basal berperan penting pada proses proliferasi yang akan mengembalikan defek menjadi seperti semula. Sel stem pada limbus merupakan sel progenitor immortal yang bertanggung jawab pada penggantian sel epitel kornea. Gambaran histopatologi menunjukkan regenerasi epitel limbus menyerupai kornea bukan epitel konjungtiva.4Adhesi EpitelKerusakan epitel menyebabkan terurainya hemidesmosom sel epitel sekitar luka. Penguraian ini menyebabkan migrasi sel sekitar menuju daerah yang mengalami luka. Pembentukan kembali kompleks adhesi terjadi secara bertahap, mulai dari perifer lalu bergerak ke sentral. Sel migrasi yang bersifat hemidesmosom dan harus menggunakan jalur alternatif untuk mengembangkan kembali proses adhesi. Kontak fokal pada permukaan tepi epitel dibentuk oleh jaringan dari filamen aktin sitoplasma ke protein matriks ekstraseluler seperti fibronektin, fibrin-fibrinogen, laminin dan tenascin. Perlekatan ini dimediasi oleh molekul adhesi pada permukaan sel.4Adanya membran descemet yang intak berperan penting pada adhesi epitelium yang mengalami regenerasi pada membran Bowman. Pada kasus dimana hanya lapisan epitel yang terkena sedangkan lapisan Bowman tidak, proses adhesi ini terjadi dalam waktu 7 hari setelah injuri. Bagaimanapun kedalaman luka pada kornea dimana jika lapisan stroma ikut terkena, epitel tidak dapat melekat sempurna hingga 7 minggu setelah perlukaan terjadi.4

Patofis erosi korneanya belum...

DAFTAR PUSTAKA1. Lee Ann Remington, Clinical Anatomy of the Visual Sistem, 2nd edition. Elsevier Limited, Philadelphia, USA, 2005.2. Paul Riordan-Eva. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam: Paul-Eva, Whitcher J. Oftalmologi Umum Edisi 17. 2008. Jakarta: EGC. 8-9. 3. Juncwueira L, Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Jakarta. EGC. 2004.4. Afshari N, Reeves S, Kenyon K, Pineda R. Recurrent Corneal Epithelial Erosion. In: Albert & Jacobier. Principles and Practice Ophtalmology. USA: Elsevier. 2008.4