BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan balita di negara berkembang dengan perkiraan 1,3 milyar episod dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita, sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah kekurangan gizi dan infeksi yang serius. Di Indonesia sendiri hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare. Menurut laporan Departemen Kesehatan di Indonesia, setiap anak mengalami diare 1,6-2 kali pertahun. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain kesehatan lingkungan yang masih belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. 1,2 Definisi diare menurut Hipokrates adalah keadaaan yang abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja. Berdasarkan Pendidikan Medik Pemberantasan Diare (PMPD) tahun 1999 dan seminar Rehidrasi Nasional III (1982), diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sebanyak 3 – 5 kali atau lebih per hari, Diare akut menurut JW Smith adalah perubahan konsistensi dan frekuensi berak. Lebenthal (1981), Gryboski dan Smith (1983) mendefinisikan diare secara klinik sebagai pasase yang frekuen tinja dengan konsistensi lembek sampai cair dengan volume melebihi 10 ml/KgBB/hari. Dua bahaya utama diare adalah dehidrasi dan gizi kurang. Dehidrasi terjadi bila pengeluaran air dan elektrolit lebih banyak dibandingkan pemasukannya. Semakin banyak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi
dan balita di negara berkembang dengan perkiraan 1,3 milyar episod dan 3,2 juta kematian setiap
tahun pada balita, sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah kekurangan gizi
dan infeksi yang serius. Di Indonesia sendiri hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit diare. Menurut laporan Departemen Kesehatan di Indonesia, setiap
anak mengalami diare 1,6-2 kali pertahun. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain kesehatan
lingkungan yang masih belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial
ekonomi dan perilaku masyarakat.1,2
Definisi diare menurut Hipokrates adalah keadaaan yang abnormal dari frekuensi dan
kepadatan tinja. Berdasarkan Pendidikan Medik Pemberantasan Diare (PMPD) tahun 1999 dan
seminar Rehidrasi Nasional III (1982), diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sebanyak 3 – 5
kali atau lebih per hari, Diare akut menurut JW Smith adalah perubahan konsistensi dan frekuensi
berak. Lebenthal (1981), Gryboski dan Smith (1983) mendefinisikan diare secara klinik sebagai
pasase yang frekuen tinja dengan konsistensi lembek sampai cair dengan volume melebihi 10
ml/KgBB/hari. Dua bahaya utama diare adalah dehidrasi dan gizi kurang. Dehidrasi terjadi bila
pengeluaran air dan elektrolit lebih banyak dibandingkan pemasukannya. Semakin banyak tinja
yang dikeluarkan berarti semakin banyak anak tersebut kehilangan cairan. Pembagian diare menurut
Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi tak berat, dan dehidrasi berat1,2,3.
Pada umumnya pada kasus diare akut dengan pengelolaan yang tepat akan sembuh namun
sebagian kecil akan melanjut menjadi diare kronik atau komplikasi lain. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah kehilangan air dan elektrolit, gangguan gizi, perubahan ekologi dalam lumen usus dan
perubahan mekanisme ketahanan isi usus. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan
Dasar pengelolaan diare yang dipakai adalah rumusan lima pilar penatalaksanaan diare,
yaitu :1,2,3
Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru.
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
Dukungan nutrisi.
Antibiotik selektif.
Edukasi kepada orang tua.
1. Rehidrasi dengan menggunakan cairan oralit baru
Tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti cairan yang hilang sampai
diarenya berhenti. Kehilangan cairan dapat diganti baik secara oral maupun parenteral.
Rehidrasi dengan oralit baru dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Berikan segera bila
anak diare/muntah, untu mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula lama dikembangkan
dari kejadian luar biasa yang disebabkan oleh kolera yang menyebabkan lebih banyak elektrolit
tubuh terutama Natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat
sanitasi yang lebih baik disebabkan oleh virus. Diare karena virus tidak mnyebabkan kekurangan
elektrolit seberat pada kolera. Karena itu,para ahli diare mengembangkan formula baru supaya lebih
mendekati osmolaritas plasme, sehingga kurang menyebabkan resiko hipernatremi.1,2,3
Oralit baru dengan osmolaritas yang rendah ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi
intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah
hingga 30%.1,3
Komposisi oralit baru
Oralit Baru Osmolaritas Rendah mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glukosa, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total osmolaritas 245
Ketentuan pemberian oralit formula baru :3
Berikan ibu 2 bungkus oralit formula baru.
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam.
Berikan oralit pada anak setap kali buang air besar dengan ketentuan :
Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50 – 100 ml tiap kali BAB/muntah.
Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100 – 200 ml tiap BAB/muntah.
Bila dalam 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.
Pada diare akut dehidrasi tak berat, dilakukan rencana terapi B. Beri oralit di klinik sesuai yang
dianjurkan selama periode 4 jam pertama.1,8
RRRRRR RRRRRR RRng RRRRRRRRn RRRRR 4 RRR RRRRRRR
Umur* < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-<10 kg 10-< 12 kg 12-19 kg
Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400
* digunakan umur bila berat badan anak tidak diketahui
Jika anak minta minum lagi, berikan.
Tunjukkan pada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral.
Berikan minum sedikit demi sedikit. Jika anak muntah, tunggi 10 menit lalu lanjutkan
kembali rehidrasi oral pelan-pelan. Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.
Setelah 4 jam :
Nilai ulang derajat dehidrasi anak. Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan
terapi. Mulai beri makan pada anak di klinik.
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rehidrasi oral :
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah. Berikan
rehidrasi oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dalam rencana terapi A. Jelaskan 4
cara untuk mengobati anak di rumah : berikan anak lebih banyak minum, berikan tablet zinc,
berikan makanan, kapan harus kembali.
Bila sudah tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A, untuk kasus diare akut tanpa tanda dehidrasi,
(dapat dilakukan di rumah),1,8 yaitu :
- Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
Pada bayi muda, beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian. Jika anak masih
mendapat ASI eksklusif maka beri oralit atau air matang sebagai tambahan. Jika anak tidak
mendapat ASI eksklusif maka berikan cairan oralit, cairan makanan (sup, air tajin, kuah sayur)
atau air matang. Cairan tetap diberikan sampai diare berhenti.
Beri tablet Zinc.
Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
Bawa anak kepada petugas kesehatan bila : buang air besar lebih sering dan cair, muntah terus
menerus, rasa haus yang nyata, makan dan minum sedikit, demam, tinja berdarah.
Anak harus mendapat oralit di rumah bila anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C daam
kunjungan ini atau anak tidak dapat kembali ke klinik saat diarenya bertambah parah.
RRRRR RRRRRR
Berat Badan (kg) Kebutuhan cairan ml/hari
< 10 kg 100 ml/kg
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kg untuk tiap kg sisanya
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kg tuntuk tiap kg sisanya
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan
anak. Zinc merupakan mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang
optimal. Meskipun dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologi zinc berperan untuk
pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, ketebalan seluler, adaptasi
gelap, pengecapan seta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan
merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.1,3,8
Pemberian zinc dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus,
meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus dan meningkatkan respon imun yang mempercepat
pembersihan patogen dari usus halus. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume
buang air besar sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak.1,3,8
Dosis zinc untuk anak-anak, di bawah umur 6 bulan diberikan 10 mg (½ tablet) perhari,
sedangkan anak di atas usia 6 bulan diberikan 20 mg (1 tablet) perhari. Zinc diberikan selama 10-24
hari meskipun anak telah sembuh dari diare. Pada pasien ini berumur 1 tahun 2 bulan, sehingga
diberikan 20 mg zinc / 1 tablet Zinc.1,3
Dukungan Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk
mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan
nafsu makan menandakan fase kesembuhan.1,2,3
Antibiotik selektif
Antibiotik tida diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi yaitu pada diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya
diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak
rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik serta menambah biaya pengobatan
yang tidak perlu.1,2,3
Edukasi kepada orang tua
Nasihat kepada ibu atau pengasuh yaitu kembali segera jika anak demam, tinja berdarah, nafsu
makan atau minum sedikit sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.1,2,3
Juga diberikan edukasi lainnya, seperti :
Membiasakan mencuci tangan, sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan sebelum memberi makan anak
Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman yang biasanya diberikan kepada anak,
jangan menguranginya, walaupun saat mencret, sehingga anak tidak kekurangan kalori.
Berikan dengan porsi yang kecil tapi sering.
Memberikan oralit apabila anak diare, bila tidak ada oralit ibu bisa menggunakan air gula
garam atau cairan rumah tangga yang lain seperti sup, air tajin. Minumkan oralit dengan
gelas, bila anak bisa atau disendokkan 1 sendok teh tiap menit, sampai habis 100 cc. Berikan
larutan sebanyak anak mau. Bila anak muntah, dihentikan 10 menit kemudian dilanjutkan
kembali.
Meminta ibu untuk tetap memberikan ASI semau anak
Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk mengurangi
perkembangbiakan bakteri)
Selalu menggunakan air bersih untuk minum, memasak atau mendidihkan makanan dengan
benar dan menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan dimakan
Memberikan makanan kepada anak dengan sendok yang bersih dari cangkir atau dengan dot
yang direbus terlebih dahulu.
Mencuci makanan yang tidak dimasak dengan air bersih sebelum diberikan kepada bayi,
kecuali adalah buah yang dikupas sebelum dimakan seperti pisang. Anak dapat diberikan
sari buah segar, air kelapa atau pisang untuk menambah kalium, jika anak mau.
Menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi (tampak kehausan, mata cekung, bibir
kering, kencing berkurang/tidak kencing), sehingga bila tampak tanda-tanda tersebut agar
segera melapor ke petugas kesehatan (dokter).
G. PENCEGAHANPencegahan merupakan fase yang tidak kalah penting dalam penanganan diare. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian diare mendatang antara lain dengan:Mencegah penyebaran patogen penyebab diare
Kuman-kuman penyebab diare pada umumnya disebarkan melalui fecal-oral Pemutusan rantai penularan diare difokuskan pada cara penyebarannya. Upaya yang dapat dilakukan :
Pemberian ASI yang benarMemperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan untuk anak dan keluargaPenggunaan air bersih yang cukupMembudayakan mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah buang air besar dan sebelum makanPenggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host)Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi risiko diare antara lain :
Tetap memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahunMeningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
H. PROGNOSIS
Prognosis penderita diare akut dehidrasi tak berat pada umumnya baik, bila rehidrasi
berhasil serta ditunjang dengan refeeding dan penanganan faktor penyebab, sehingga diare akut
tidak menjadi diare yang berkelanjutan.
Prognosis dari kasus ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad bonam), prognosis
untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam) dengan syarat menjaga higienitas mulai
dari higienitas dalam kebiasaan berperilaku sehari-harinya, dan prognosis untuk fungsionalnya
(quo ad fungsionam) adalah baik (ad bonam).
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien ini di diagnosis diare cair akut dehidrasi tak berat. Dasar diagnosis didapatkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diare cair akut diperoleh dari anamnesis anak mencret 8 x @ ±1/4 gelas belimbing, cair,
warna kuning dan tidak seperti cucian beras, terdapat sedikit ampas, tidak ada lendir darah, tidak
tampak berminyak, berak nyemprot, berbau asam, tidak nyeri maupun kemerahan di sekitar anus.
Gejala ini baru terjadi selama 1 hari (akut = kurang 14 hari).
Untuk derajat dehidrasi pada anak ini termasuk dehidrasi tak berat. Dari anamnesis
didapatkan anak rewel (menangis terus), sulit tidur, dan tampak kehausan. Mata anak tampak lebih
cekung daripada biasanya, bibir kering, dan jika menangis masih keluar air mata. Nafsu makan
berkurang, anak tampak lemas, kencing dirasakan berkurang frekuensinya (terakhir ± 2 jam SMRS)
dan bewarna kuning. Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak rewel/menangis terus, tampak
kehausan, mata cowong, air mata (+),bibir sedikit kering, turgor kulit kembali lambat.
Pada pasien ini dalam perjalanan penyakitnya tidak didapatkan adanya tanda-tanda
komplikasi lanjut dari dehidrasi seperti syok hipovolemik (tidak didapatkan: akral dingin, capillary