Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan balita di negara berkembang dengan perkiraan 1,3 milyar episod dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita, sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah kekurangan gizi dan infeksi yang serius. Di Indonesia sendiri hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare. Menurut laporan Departemen Kesehatan di Indonesia, setiap anak mengalami diare 1,6-2 kali pertahun. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain kesehatan lingkungan yang masih belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. 1,2 Definisi diare menurut Hipokrates adalah keadaaan yang abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja. Berdasarkan Pendidikan Medik Pemberantasan Diare (PMPD) tahun 1999 dan seminar Rehidrasi Nasional III (1982), diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sebanyak 3 – 5 kali atau lebih per hari, Diare akut menurut JW Smith adalah perubahan konsistensi dan frekuensi berak. Lebenthal (1981), Gryboski dan Smith (1983) mendefinisikan diare secara klinik sebagai pasase yang frekuen tinja dengan konsistensi lembek sampai cair dengan volume melebihi 10 ml/KgBB/hari. Dua bahaya utama diare adalah dehidrasi dan gizi kurang. Dehidrasi terjadi bila pengeluaran air dan elektrolit lebih banyak dibandingkan pemasukannya. Semakin banyak
48

kasus diare dehidrasi ringan

Jan 02, 2016

Download

Documents

lucy_mardianna

diare dehidrasi ringan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: kasus diare dehidrasi ringan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi

dan balita di negara berkembang dengan perkiraan 1,3 milyar episod dan 3,2 juta kematian setiap

tahun pada balita, sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun

pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan

cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah kekurangan gizi

dan infeksi yang serius. Di Indonesia sendiri hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan

dan kematian akibat penyakit diare. Menurut laporan Departemen Kesehatan di Indonesia, setiap

anak mengalami diare 1,6-2 kali pertahun. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain kesehatan

lingkungan yang masih belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial

ekonomi dan perilaku masyarakat.1,2

Definisi diare menurut Hipokrates adalah keadaaan yang abnormal dari frekuensi dan

kepadatan tinja. Berdasarkan Pendidikan Medik Pemberantasan Diare (PMPD) tahun 1999 dan

seminar Rehidrasi Nasional III (1982), diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sebanyak 3 – 5

kali atau lebih per hari, Diare akut menurut JW Smith adalah perubahan konsistensi dan frekuensi

berak. Lebenthal (1981), Gryboski dan Smith (1983) mendefinisikan diare secara klinik sebagai

pasase yang frekuen tinja dengan konsistensi lembek sampai cair dengan volume melebihi 10

ml/KgBB/hari. Dua bahaya utama diare adalah dehidrasi dan gizi kurang. Dehidrasi terjadi bila

pengeluaran air dan elektrolit lebih banyak dibandingkan pemasukannya. Semakin banyak tinja

yang dikeluarkan berarti semakin banyak anak tersebut kehilangan cairan. Pembagian diare menurut

Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi tak berat, dan dehidrasi berat1,2,3.

Pada umumnya pada kasus diare akut dengan pengelolaan yang tepat akan sembuh namun

sebagian kecil akan melanjut menjadi diare kronik atau komplikasi lain. Komplikasi yang dapat

terjadi adalah kehilangan air dan elektrolit, gangguan gizi, perubahan ekologi dalam lumen usus dan

perubahan mekanisme ketahanan isi usus. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan

dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemi, intoleransi laktosa sekunder, kejang

maupun malnutrisi energi protein. Keadaan dehidrasi sering disertai penurunan jumlah cairan

ekstraseluler (hipovolemik) yang kemudian diikuti pula dengan gangguan perfusi jaringan akibat

Page 2: kasus diare dehidrasi ringan

hipoksia. Keadaan ini akan menambah berat asidosis metabolik dan dapat memberikan gangguan

kesadaran.

Penyebab diare bisa karena psikis, faktor makanan, konstitusi, dan infeksi baik enteral

maupun parenteral. Faktor infeksi merupakan penyebab paling sering dari diare.(3) Secara garis besar

dibagi menjadi 2 penyebab yaitu infeksi parenteral dan enteral. Infeksi enteral merupakan infeksi

dalam usus di mana 50% diare pada anak disebabkan karena virus1,2

Page 3: kasus diare dehidrasi ringan

BAB II

PENYAJIAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. K. A

Umur : 3 bulan 1 hari

Jenis kelamin : Laki - laki

Alamat :Dermolo RT.01, RW.01, Kembang, Jepara

Agama : Islam

No. CM : 3320021. RM.13012800

Bangsal : Edelwise 3F

Masuk Rumah Sakit : Senin, 5 Agustus 2013

Keluar Rumah Sakit : Kamis, 8 Agustus 2013

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. E

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Alamat :Dermolo RT.01, RW.01, Kembang, Jepara

Nama Ibu : Ny. M

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

Alamat :Dermolo RT.01, RW.01, Kembang, Jepara

DATA DASAR

Anamnesis ( Alloanamnesis)

Alloanamnesis dengan ibu penderita pada tanggal 5 Agustus 2013 pukul 11.30 WIB di bangsal

anak Edelwise 3F RSUD KELET

Page 4: kasus diare dehidrasi ringan

Keluhan Utama : Mencret

Riwayat Penyakit Sekarang :

± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, anak mencret hingga 10x @ ±1/4 gelas

belimbing, cair, warna kuning dan tidak seperti cucian beras, terdapat sedikit ampas, ada

lendir darah, tidak tampak berminyak, berak nyemprot, terdapat kemerahan di sekitar

anus. Muntah (-).

Diare juga disertai demam nglemeng, terus menerus. Anak dibawa berobat ke

puskesmas diberi sirup penurun panas. Demam sempat turun setelah diberi obat

penurun panas namun masih tetap diare, setelah itu panas kembali, tetapi ibu tidak

mengetahui berapa derajat karena tidak mempunyai thermometer di rumah. Anak tidak

kejang, tidak menggigil, tidak kembung, tidak nyeri perut, tidak batuk, tidak pilek, tidak

sesak nafas, tidak keluar bintik-bintik merah ataupun bercak merah di tubuh, tidak

mimisan, tidak ada gusi berdarah dan tidak rewel saat kencing.

Anak rewel (menangis terus), mata tampak cekung, sulit tidur, dan tampak

kehausan, anak masih mau diberi minum. Mata anak tidak tampak cekung, bibir kering,

dan jika menangis masih keluar air mata. Nafas cepat dan dalam (-), biru-biru (-), kaki

dan tangan dingin (-).

Riwayat memberikan susu sapi disangkal, memberikan makan makanan (-).

Karena orangtua khawatir maka anak dirujuk kemudian dibawa ke UGD RSUD

KELET pukul 10.10, terdiagnosa sebagai diare akut dehidrasi tak berat. Kemudian

pasien dirawat inap di bangsal Edelwise 3F

Riwayat Penyakit Dahulu :

Umur Umur

Morbili Tidak pernah Diare baru pertama kali

Pertusis Tidak pernah Disentri Amuba Tidak pernah

Varisela Tidak pernah Difteri Tidak pernah

Tifus Abdominalis Tidak pernah

Malaria Tidak pernah Cacingan Tidak pernah

Page 5: kasus diare dehidrasi ringan

Tetanus Tidak pernah Reaksi Obat Tidak pernah

Angina Tidak pernah Demam berdarah

Dengue Tidak pernah

Pneumonia Tidak pernah Batuk pilek Pernah, 1x

Penyakit yang pernah diderita adalah batuk-pilek, dibawa ke puskesmas dan sembuh setelah

beberapa hari. Anak tidak pernah sakit hingga dirawat di rumah sakit sebelumnya. Riwayat

memberikan susu ataupun makanan pendamping ASI disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita diare.

Tidak ada tetangga yang menderita diare

Riwayat Sosial Ekonomi :

Penderita adalah anak pertama. Ayah penderita bekerja sebagai karyawan swasta rata-rata Rp

750.000,00/bulan. Ibu penderita tidak bekerja (ibu rumah tangga). Keluarga menanggung 1

orang anak yang belum mandiri. Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas

DATA KHUSUS

Riwayat pemeliharaan prenatal :

Lahir dari ibu G1P0A0, ANC di bidan, teratur, dilakukan > 4 kali selama masa kehamilan,

mendapat imunisasi TT 2 kali. Riwayat penyakit selama kehamilan seperti sakit panas selama

hamil, darah tinggi, kejang, sakit gula selama hamil disangkal. Riwayat perdarahan selama

kehamilan disangkal. Selama hamil ibu mendapat vitamin dan tablet penambah darah.

RRRRRRR RRRRRRRRn :No Kehamilan dan Persalinan Tgl lahir/umur

1.Laki-laki, aterm, normal,

dokter, BBL : 2800 gr04-05-2013

Page 6: kasus diare dehidrasi ringan

Penderita lahir ditolong oleh bisan, umur kehamilan 9 bulan, lahir secara partus normal,

langsung menangis, riwayat biru-biru disangkal, riwayat trauma kelahiran disangkal. Berat

badan lahir 2800 gram..

Riwayat Pemeliharaan Postnatal :

Bayi menyusu kuat, tidak kuning, tidak kejang. Pemeliharaan postnatal di Puskesmas dan

dinyatakan sehat. Rutin ke puskesmas 1 bulan sekali.

Riwayat Imunisasi :

BCG : 1 x ( 0 bulan, scar + )

DPT : 1 x (2 bulan, 3 bulan ini belum)

Polio : 2 x ( 0, 2, 3 bulan ini belum)

Campak : -

Hepatitis B : 2 x (0, 2, 3 bulan ini belum)

Booster : -

Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap

Riwayat Makan dan Minum Anak

ASI sejak lahir – sekarang diberikan semau anak

PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 5 Agustus 2013 pukul 12.00 WIB di bangsal Edelwise 3F

Seorang anak laki- laki, umur 3 bulan 1 hari, Berat Badan (BB) : 6,5 kg, (PB) :63 cm

Keadaan umum : Sadar, nafas spontan (+) adekuat, rewel, mata cowong (-), air mata keluar,

tampak kehausan

Tanda vital : Frekuensi jantung : 132 x / menit

Nadi : reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi nafas : 30x / menit, reguler

Suhu : 37,7°C

Status Internus :

Kepala : mesosefal, rambut warna hitam dan tidak mudah dicabut.

ubun-ubun besar cekung (-)

Page 7: kasus diare dehidrasi ringan

Mata : cowong (+/+), air mata (+/+), conjungtiva palpebra anemis

(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 2 mm / 2 mm

Telinga : Nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan retroaurikuler (-/-), nyeri tarik (-/-),

discharge (-/-)

Hidung : nafas cuping (-), discharge (-)

Bibir : sianosis (-), kering (-)

Mukosa : kering (-), oral trush (-)

Mulut : sianosis (-)

Lidah : kotor (-), hiperemis (-), tremor (-)

Gigi-geligi : karies (-)

Tenggorok : Tonsil : T1-1, hiperemis (-),detritus (-) faring hiperemis (-)

Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

Toraks :

Pulmo

Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-).

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi : suara dasar : vesikuler (+/+)

suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-), hantaran (-/-).

Cor :

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga IV 2 cm medial linea medioclavikularis

sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.

Perkusi : sulit dinilai

Auskultasi : suara jantung I dan II normal, irama reguler, gallop (-),

bising (-).

Abdomen :

Inspeksi : datar, venektasi (-).

Auskultasi : bising usus ↑

Perkusi : timpani, pekak sisi normal, pekak alih R

Palpasi : supel, lemas, nyeri tekan (-), turgor kulit baik

Page 8: kasus diare dehidrasi ringan

Hepar tidak teraba

Lien tidak teraba

Ekstremitas : superior inferior

Sianosis - / - - / -

Akral dingin - / - - / -

Waktu pengisian kapiler <2”/<2” <2”/<2”

Reflek fisiologis +N/+N +N/+N

Reflek patologis - / - - / -

Genital : Laki-laki, phimosis (-), testis teraba dua buah, kenyal.

STATUS ANTROPOMETRI

Anak laki-laki, umur 3 bulan 1 hari. BB : 6,5 kg, PB : 63 cm,

Berat badan me;nurut umur. WAZ : 0,14

Tinggi badan menurut umur. HAZ : 0,74

Berat badan menurut panjang badan. WHZ : -0,51

Kesan : berat badan cukup, perawakan normal, gizi baik

Page 9: kasus diare dehidrasi ringan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 29-04-2012

Pemeriksaan Darah : Hemoglobin : 8,50 g / % (9,50 – 12,50 gr%)

Hematokrit : 33,4 % (32,0 – 44,0 %)

Lekosit : 9.10 ribu/ mm3 (5.00-24.00 ribu/mm3)

Trombosit : 396.000 / mm3 (150000 – 400000/mm3)

MCV : 76,10 fl (77 – 101 fl)

MCH : 23,10 pg (23 – 31 pg)

MCHC : 29,80 g/dL (29 – 36 %)

RDW : 13,70% (11,60-14,80)

MPV : 6,20 fl (4,00-11,00)

Pemeriksaan Widal : S Typi O (-)

S Typi H (-)

Hematologi :

Limfosit : 44,6% (17-48)

Monosit : 4.5 % (4-10)

Granuler : 50,9 % (43-76)

DAFTAR MASALAH

NO PROBLEM

AKTIF

TGL PROBLEM

PASIF

TGL

1

2

3

Berak cair 1

hari >10x @1/4

gelas belimbing,

kuning, lendir

darah (+),

ampas (+)

sedikit,5

5/08/13

5/08/13

5/08/13

Page 10: kasus diare dehidrasi ringan

4

5

Demam

nglemeng 5

Anak rewel dan

tampak

kehausan5

mata cowong5

Diare akut

dehidrasi tak

berat

5/08/13

5/08/13

INITIAL PLANS

ASSESSMENT

1. Diare Akut Dehidrasi Tak Berat

DD/ : - Osmotik

DD/ Infeksi

DD / -Viral

DD/ -rotavirus

-Bakteri

DD/ - Shigella

Page 11: kasus diare dehidrasi ringan

- Amoeba

- E.coli

- Sekretorik

IP Dx S : ( - )

O : pemeriksaan faeces rutin, preparat darah hapus, diff count, gambaran darah tepi.

IP Rx : - Infus KN3B (Mikro)

- Inj.Ranitidin 2 x ¼ amp

- Inj. Cefotaxime 2 x 200 mg

- Zinc 1 x 10 mg/hari

- Metronidazole 3 x ½ cth

- L-Bio 1 x 1

- Paracetamol syrup 3 x ¾ cth

Diet : ASI ad lib

IP Mx : Evaluasi keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi, balance cairan, volume

dan konsistensi diare

IP Ex : - Memberitahu kepada orangtua mengenai kondisi anak dan pemeriksaan

yang akan dilakukan.

Menganjurkan tetap memberikan ASI sesuai kemauan anak.

- Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat

makan/minum dengan cara cuci tangan sebelum kontak dengan anak.

Selama dirawat di bangsal ataupun di rumah, bila anak buang air besar harus

segera dibersihkan dengan air dan ganti dengan celana yang bersih, bila tinja

mengotori perlak segera bersihkan dan ganti dengan perlak yang bersih.

Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel,

kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila

bayi diare disertai muntah berulang, bayi tampak kehausan sebaiknya segera

Page 12: kasus diare dehidrasi ringan

dibawa ke Rumah Sakit atau poliklinik terdekat (penting bila setelah pulang

dari RSUD bayi sakit lagi )

Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga 10-14 hari

sekalipun nantinya diare sudah sembuh.

PERJALANAN PENYAKIT

Tanggal Keadaan Klinis Program terapi/tindakan

5-8-2013

12.00

Kel : mencret (+) 10x, lendir

(+), darah (-)

KU: sadar, kurang aktif,

nafas spontan (+) adekuat,

tanda dehidrasi (+), demam

(+) nglemeng

Tanda Vital :

HR : 132 x/ menit

Nadi: reguler, isi/tegangan

cukup

t : 37,7O C

R/

Pengawasan tanda-tanda

dehidrasi tiap

Infus KN3B (mikro)

Inj. Ranitidin

Inj. Cefotaxime

Po:

Metronidazole 3 x ½ cth

L-Bio 1 x 1 sachet

Tablet Zinc 1x 10 mg

Paracetamol 3 x ¾ cth

Page 13: kasus diare dehidrasi ringan

RR : 30x/ menit

Kepala : mesosefal, UUB

cekung (-)

Mata : cekung (+/+), anemis

(-/-), air mata (+/+)

Leher : simetris

Thorax : simetris, retraksi (-)

Cor : BJ I-II normal,

bising (-), gallop(-)

Pulmo : SD vesikuler +/+, ST

-/-

Abdomen: datar, supel,

bising usus (+) ↑, turgor

kembali lambat

Ekstremitas :

Sianosis -/-

-/-

Capillary refill <2”/2”

<2”/<2”

Akral dingin -/-

-/-

Assesment :

Diare Akut Dehidrasi tak

berat

Febris 1 hari

DD: Viral, Bakterial

Diet

ASI ad lib

Program :

Evaluasi KU, TV, tanda

dehidrasi

Darah rutin

6-8-2013

08.00

Keluhan:

mencret 5x semalam, demam

(+) nglemeng, lendir (+),

Infus KN3B

Inj. Ranitidin

Inj.Cefotaxime

Page 14: kasus diare dehidrasi ringan

darah (-), muntah (-) ,

kencing (+) 2x semalam,

jumlah cukup warna kuning,

batuk (-), pilek (-)

KU : sadar, kurang aktif,

rewel, tanda dehidrasi

(-), air mata (+), nafas

spontan adekuat

TV : HR : 121x/menit

RR : 28x/menit

t : 37,6º C

N : reguler, isi dan

tegangan cukup

Kepala : mesosefal, UUB

cekung (-)

Mata : cekung (+/+), anemis

(-/-), air mata (+/+)

Leher : simetris

Thorax : simetris, retraksi (-)

Cor : BJ I-II normal,

bising (-), gallop(-)

Pulmo : SD vesikuler +/+, ST

-/-

Abdomen: datar, supel,

bising usus (+) ↑, turgor

kembali lambat

Genital : laki –laki, phimosis

(-)

Ekstremitas :

Sianosis -/-

-/-

Po :

Metronidazole 3 x ½ cth

Tablet Zinc 1x10 mg

Paracetamol syr. 3 x ¾ cth

L-Bio 1 x 1 sachet

Diet :

ASI ad lib

Program :

Evaluasi KU, TV, tanda

dehidrasi

Preparat darah hapus,

gambaran darah tepi, diff

count.

Feses rutin,

Page 15: kasus diare dehidrasi ringan

Capillary refill <2”/2”

<2”/<2”

Akral dingin -/-

-/-

Assesment :

Diare Akut tanpa tanda

dehidrasi

Febris 2 hari

DD: Viral, Bakterial

7-8-2013

08.00

Keluhan:

mencret 2 x, lendir (+), darah

(-), demam (+) nglemeng,

batuk (-), pilek (-)

KU : sadar, kurang aktif,

tanda dehidrasi(-), air

mata (+), nafas spontan

(+)adekuat

TV : HR : 118x/menit

RR : 28x/menit

t : 37,9º C

N : reguler, isi dan

tegangan cukup

Kepala : mesosefal, UUB

cekung (-)

Mata : cowong (-/-), air mata

(+/+), anemis (-/-),

ikterik (-/-)

Hidung : nafas cuping (-)

Mulut: sianosis (-), mukosa

kering(-)

Infus KN3B

Inj. Ranitidin

Inj. Cefotaxime

PO :

Tablet Zinc 1x10 mg

Metronidazole 3 x ½ cth

Paracetamol syr. 3 x ¾ cth

L-Bio 1 x 1 Sachet

Diet :

ASI ad lib

Program :

Evaluasi KU, TV, tanda

dehidrasi

Preparat darah hapus,

gambaran darah tepi, diff

count.

Feses rutin,

Page 16: kasus diare dehidrasi ringan

Tenggorok: Tonsil : T1-1,

hiperemis (-),

Dada : simetris, retraksi(-)

Cor : BJI-II normal, bising

(-), gallop (-)

Pulmo : SD vesikuler +/+,

ST (-/-)

Abd : supel, datar, bising

usus (+) N, turgor

kembali cepat, hepar

dan lien tidak teraba.

Genital : laki-laki, phimosis

(-)

Ext : akral dingin (-/-) (-/-)

Sianosis (-/-) (-/-)

Capp refill (<2”)

(<2”)

Assesment :

Diare akut tanpa tanda

dehidrasi

Febris 3 hari

DD: Viral , Bakterial

8-8-2013

07.00

Keluhan:

mencret (+) 1x, lendir (+),

darah (-), demam (+)

nglemeng, batuk (-), pilek (-)

KU : sadar, nafas spontan (+)

adekuat, aktif, tanda

dehidrasi (-)

Pasien ingin pulang

(APS)

PO :

Tablet Zinc 1x10 mg

Metronidazole 3 x 1 cth

Amoxcilin syr 3 x 1 cth

Paracetamol syr. 3 x ¾ cth

Page 17: kasus diare dehidrasi ringan

TV : HR : 116x/menit

RR : 28x/menit

t : 37,6º C

N : reguler, isi dan

tegangan cukup

Kepala : mesosefal

UUB : cekung (-)

Mata : cowong (-/-), air mata

(+/+), anemis (-/-),

ikterik (-/-)

Hidung : nafas cuping (-)

Mulut: sianosis (-), mukosa

kering(-)

Dada : simetris, retraksi(-)

Cor : BJI-II normal, bising

(-), gallop (-)

Pulmo : SD vesikuler +/+,

ST (-/-)

Abd : supel, datar, bising

usus (+) N, turgor

kembali cepat, hepar

dan lien tidak teraba.

Ext : akral dingin (-/-) (-/-)

Sianosis (-/-) (-/-)

Capp refill (<2”)

(<2”)

Assesment :

Diare akut tanpa tanda

dehidrasi

Febris 4 hari

DD:Viral , Bakterial

L-Bio 1 x 1 sachet

Diet :

ASI ad lib

Program :

Evaluasi KU, TV, tanda

dehidrasi

Edukasi:

Lanjutkan konsumsi tablet

zinc

Menjelaskan kepada ibu

tanda-tanda dehidrasi

Menjelaskan pada ibu dan

keluarga pentingnya

kebersihan lingkungan

terhadap kesehatan

penghuninya

Page 18: kasus diare dehidrasi ringan

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE

A. DEFINISI

Diare didefinisikan sebagai buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali perhari atau

lebih dari biasanya, disertai perubahan konsistensi feses menjadi lembek atau cair dengan atau tanpa

lendir dan darah. Pada bayi yang masih minum ASI secara eksklusif untuk definisi diare adalah

meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya

abnormal atau tidak seperti biasanya dan dapat menyebabkan penurunan berat badan pada bayi.

Menurut etiologinya diare dibagi menjadi diare cair dan diare berdarah. Jika berdasarkan pada

lamanya diare maka dapat dibedakan menjadi diare akut dan diare persisten.1,2

Diare cair akut adalah buang air besar lembek atau cair dan tanpa darah dengan frekuensi

lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14

hari.1,2,3

Diare persisten merupakan diare yang mula-mula bersifat akut tapi berlangsung lebih dari 14

hari, dapat berupa diare cair ataupun disentri. Diare persisten tidak boleh disamakan dengan diare

kronik, yakni diare intermiten (hilang timbul) atau diare yang berlangsung lama dengan penyebab

non infeksi seperti sensitif gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.1,2,3

B. ETIOLOGI

Menurut etiologinya, diare dapat dibagi menjadi:

Diare non disentriform yaitu buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja

dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan

berlangsung kurang dari 14 hari tanpa ditemukan darah. Penyebab utama diare cair akut

adalah Rotavirus.

Page 19: kasus diare dehidrasi ringan

Disentri adalah episode diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah terlihat secara kasat

mata. Diare berdarah sering disebut sindrom disentri. Sindrom disentri terdiri dari kumpulan

gejala, diare dengan darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus. Penyebab utama

diare berdarah adalah, Salmonella, Escherichia coli,Campylobacter jejuni, Shigella,dan

Entamoeba hystolitica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentri,

Enteroinvasive E. Coli dan Salmonella.

C. MEKANISME DIARE

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair yaitu:4

Diare osmotik

Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit

dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus halus dengan cairan

ekstraseluler. Dalam keadaan ini, diare dapat terjadi apabila suatu bahan yang secara

osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan tersebut berupa larutan isotonik, air dan bahan

yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.

Proses yang sama terjadi pada anak dengan defisiensi laktase. Bila substansi yang

diabsorpsi dengan buruk berupa larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah

dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan

cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini menaikkan volume tinja, menyebabkan dehidrasi

karena kehilangan cairan tubuh.

Diare osmotik biasanya disebabkan oleh defisiensi laktase, malabsorbsi glukosa-

galaktosa, laktulosa, keracunan obat laksatif, dan infeksi virus.

Diare sekretorik

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus.

Hal ini terjadi bila absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel

berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan

kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair. Hal ini menyebabkan terjadinya

dehidrasi. Diare sekretorik biasanya disebabkan oleh Vibrio cholera, ETEC, Clostridium

difficile, cryptosporoidiosis (AIDS), keracunan makanan.

D. CARA PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO

Page 20: kasus diare dehidrasi ringan

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar oleh enteropatogen atau kontak langsung tangan dengan penderita atau

barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat ( 4F = fingers,

flies, fluid, field).

Faktor risiko terjadinya diare yaitu:

ASI yang tidak diberikan secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi

Tidak memadainya penyediaan air bersih

Pencemaran air oleh tinja

Kurangnya sarana kebersihan (MCK)

Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak

baik

Gizi buruk

Imunodefisiensi

Berkurangnya keasaman lambung

Menurunnya motilitas usus

Menderita campak dalam 4 minggu terakhir

Faktor genetik

Faktor usia

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi

terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola

ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan

aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak

langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mlai merangkak. Kebanyakan

enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit

yang berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insidensi penyakit pada anak yang

lebih besar dan orang dewasa.3

E. GEJALA KLINIS

Adanya keterbatasan sarana penunjang dalam menegakkan diagnosis, maka gejala klinis

merupakan petunjuk yang sangat diperlukan. Pada dasarnya gejala klinis diare dapat dibagi menjadi

4 aspek yaitu :

Muntah dan berak

Aspek etiologi

Page 21: kasus diare dehidrasi ringan

Aspek dehidrasi

Aspek komplikasi

Muntah dan berak

Muntah dan berak merupakan gejala utama yang dapat menimbulkan gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit. Muntah akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan

tubuh dan bahkan mengurangi pemasukan cairan per oral. Hal ini akan mempercepat terjadinya

dehidrasi dan timbulnya asidosis.5

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat diketahui tentang kualitas dan kuantitas tinja

seperti konsistensi, warna, disertai darah dan atau lendir, bau tinja, berbuih, jumlahnya dan

frekuensinya. Hal ini penting untuk menenukan jenis diare, kemungkinan penyebab dan derajat

dehidrasi.5

Aspek etiologik

Etiologi diare yang selama ini dapat disebabkan karena faktor makanan, faktor konstitusi,

faktor infeksi dan faktor psikis.

Faktor makanan merupakan penyebab diare non infeksi yang paling sering dikarenakan

makanan busuk atau mengandung racun, perubahan susunan makanan yang mendadak atau

susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi.6,7

Faktor infeksi merupakan penyebab diare yang paling sering. Infeksi ini dapat berupa infeksi

parenteral maupun enteral. Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar usus seperti infeksi

saluran nafas, infeksi saluran kencing, campak dll. Dimana infeksi ini dapat mempengaruhi

jalur susunan saraf vegetatif sehingga bermanifestasi sebagai diare pada saluran cerna.

Infeksi enteral merupakan infeksi yang berasal dari dalam usus, dapat berupa infeksi virus

(sebagian besar oleh rotavirus), infeksi bakteri (E.coli, shigella, salmonella, vibrio

cholerae,dll), dan infeksi parasit (protozoa, cacing) serta infeksi jamur (candida). Virus

menyebabkan 50% dari kasus diare pada anak berumur 6-24 bulan yang datang berobat ke

sarana pengobatan.2,5

Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada anak. Mekanisme diare oleh virus berupa

rusaknya brush border di vili-vili enterosit yang banyak mengandung enzim disakaridase

(laktase, sukrase, maltase, isomaltase, trehalase) karena virus sehingga relatif terjadi

defisiensi disakaridase. Akibatnya karbohidrat kompleks terutama laktosa tidak tercerna

Page 22: kasus diare dehidrasi ringan

menjadi glukosa dan galaktosa. Laktosa yang tidak tercerna akan menjadi bahan osmotik,

setelah sampai di kolon, difermentasikan oleh bakteri dan terbentuk asam dan gas. Karena

itu terjadi bau asam pada feses, perut kembung pada anak yang menderita diare oleh virus,

feses keluar menyemprot, dan iritasi perianal karena kontak lama dengan asam organik.

Diare virus yang berlanjut dapat menimbulkan malabsorbsi lemak karena selain kerusakan

brush border juga menimbulkan kerusakan sel epitel di daerah kripte yang belum sempurana

sehingga menimbulkan gangguan transpor Na dan menurunkan aktivitas ATP-ase, yang

mempengaruhi malabsorbsi lemak.6

Masa inkubasi infeksi rotavirus kurang dari 48 jam, rata-rata berlangsung 1-7 hari, dan

disertai demam subfebris, muntah, dan diikuti dengan diare cair yang sering. Gejala ini

muncul pada 50-60 % kasus.

Sedangkan untuk infeksi bakteri menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme, yaitu

penempelan mukosa usus, pengeluaran toksin, dan invasi mukosa usus.3,5

Faktor konstitusi merupakan kondisi saluran cerna yang akan dijumpai adanya intoleransi

laktosa, malabsorbsi lemak dan intoleransi protein. Malabsorbsi ini merupakan gangguan

transportasi mukosa yang abnormal yang disebabkan oleh satu atau lebih substansi spesifik

yang akan menyebabkan ekskresi feses dari nutrisi yang dicerna. Malabsorbsi dapat terjadi

pada penyakit gangguan pancreas, empedu dan gangguan usus (seperti kerusakan mukosa

usus, gangguan motilitas usus, perubahan ekologi bakteri usus, tindakan post operatif usus).

Di samping itu malabsorbsi dapat terjadi karena gangguan metabolisme kongenital,

malnutrisi, defisiensi imunitas dan faktor emosi.5,6

Faktor psikis terutama pada saat depresi dan stres emosional melalui susunan saraf vegetatif

dapat mengganggu saluran cerna sehingga terjadi diare. Diare karena faktor psikis jarang

pada bayi dan anak kecil, sehingga kemungkinan diare karena faktor psikis pada penderita

ini dapat disingkirkan.5,6,7

Aspek dehidrasi dan asidosis

Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh terjadi bila cairan yang dikeluarkan melebihi cairan

yang masuk. Hal ini disebabkan oleh berak yang berlebihan, muntah, dan penguapan karena

demam. Pengeluaran cairan sangat dipengaruhi oleh jumlah, frekuensi, dan komposisi elektrolit

tinja penderita. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya, karena dapat menyebabkan

Page 23: kasus diare dehidrasi ringan

penurunan volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diterapi

dengan tepat.

Berdasarkan jumlah cairan yang hilang, dehidrasi dibagi menjadi dehidrasi berat, tak berat

atau tanpa tanda dehidrasi bila ditemukan dua tanda atau lebih pada kriteria. Derajat dehidrasi dapat

ditentukan dengan melakukan anamnesis yang teliti tentang asupan peroral, frekuensi miksi/urin,

frekuensi serta volume tinja dan muntah yang keluar. Amati keadaan umum dan aktivitas anak.1

Kategori Tanda dan Gejala

Dehidrasi Berat Dua atau lebih tanda berikut :

Letargi atau penurunan kesadaran

Mata cowong

Tidak bisa minum atau malas minum

Cubitan kulit kembali dengan sangat lambat

(≥2 detik)

Dehidrasi tak berat Dua atau lebih tanda berikut :

Gelisah

Mata cowong

Kehausan atau sangat haus

Cubitan kulit perut kembali dengan lambat

Tanpa gejala dehidrasi Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk

mengelompokkan dalam dehidrasi berat atau

tak berat

Pada saat diare, sejumlah besar bicarbonate dapat hilang melalui tinja. Bila ginjal berfungsi

normal, kehilangan bicarbonate dapat dikompensasi. Namun begitu, mekanisme kompensasi ini

dapat gagal bila fungsi ginjal menurun. Kekurangan bicarbonate menyebabkan terjadinya asidosis

akibat produksi asam laktat yang berlebihan ketika penderita mengalami syok hipovolemik. Salah

satu tanda dari asidosis metabolik adalah adanya nafas yang cepat dan dalam (nafas Kuszmaul)

yang membantu meningkatkan pH arteri dan mengakibatkan kompensasi alkatoris respiratorik.2,3,5

4. Aspek komplikasi

Page 24: kasus diare dehidrasi ringan

Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi

komplikasi karena dehidrasi dan asidosisnya antara lain adanya hipokalemia, kejang, syok, gagal

ginjal, dan malnutrisi.6

Hipokalemia ditandai dengan adanya kelemahan otot secara umum, aritmia jantung dan

ileus paralitik.6 Pada penderita ini, kadar kalium dalam plasma dalam batas normal dan perut tidak

kembung sebagai salah satu manifestasi dari ileus paralitik. Sehingga pada penderita ini tidak

didapatkan keadaan hipokalemia.

Kejang karena gangguan elektrolit ditandai dengan kadar natrium plasma yang tinggi atau

kadar natrium plasma yang rendah. Pada penderita ini, kadar natrium plasma kurang dari batas

normal, namun tidalk didapatkan adanya riwayat kejang.

Dalam perjalanannya, syok ditandai dengan takikardi, isi dan tegangan nadi kecil, oliguria,

akral dingin dan ekstremitas yang pucat. Pada penderita ini, tidak didapatkan takikardi, isi dan

tegangan nadi cukup, akral dingin (-) dan tidak ada ekstremitas yang pucat. Sehingga komplikasi

terjadinya syok pada penderita ini dapat disingkirkan.

Gejala Khas Diare Akut Oleh Berbagai Penyebab3

Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Cholera

Inkubasi

Panas

Mualmunta

h

Nyeri perut

Nyeri

kepala

Lama sakit

Sifat tinja

Volume

Frekuensi

Konsistensi

Darah

17-72jam

+

Sering

-

-

5-7hari

Sedang

5-10/hari

Cair

-

Langu

Kuning

24-48jam

++

Jarang

Tenesmus

Kram

+

>7hari

Sedikit

>10x/hari

Lembek

Sering

±

Merah-hijau

6-72jam

++

Sering

Tenesmus

Kolik

+

3-7hari

Sedikit

Sering

Lembek

Kadang

Busuk

Kehijauan

6-72jam

-

+

-

-

2-3 hari

Banyak

Sering

Cair

-

+

Tak

6-72jam

++

-

Tenesmus

Kram

-

Variasi

Sedikit

Sering

Lembek

+

-

Merah hijau

48-72jam

-

Sering

Kram

-

3 hari

Banyak

Kontinu

Cair

-

Amis

Cucian

Page 25: kasus diare dehidrasi ringan

Bau

Warna

Leukosit

Lain2

-

Anoreksia

+

Kejang ± +

Sepsis±

bewarna

-

Kembung

±

Infeksi

sistemik

beras

-

±

F. PENGELOLAAN

Dasar pengelolaan diare yang dipakai adalah rumusan lima pilar penatalaksanaan diare,

yaitu :1,2,3

Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru.

Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.

Dukungan nutrisi.

Antibiotik selektif.

Edukasi kepada orang tua.

1. Rehidrasi dengan menggunakan cairan oralit baru

Tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi

kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti cairan yang hilang sampai

diarenya berhenti. Kehilangan cairan dapat diganti baik secara oral maupun parenteral.

Rehidrasi dengan oralit baru dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Berikan segera bila

anak diare/muntah, untu mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula lama dikembangkan

dari kejadian luar biasa yang disebabkan oleh kolera yang menyebabkan lebih banyak elektrolit

tubuh terutama Natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat

sanitasi yang lebih baik disebabkan oleh virus. Diare karena virus tidak mnyebabkan kekurangan

elektrolit seberat pada kolera. Karena itu,para ahli diare mengembangkan formula baru supaya lebih

mendekati osmolaritas plasme, sehingga kurang menyebabkan resiko hipernatremi.1,2,3

Oralit baru dengan osmolaritas yang rendah ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi

intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah

hingga 30%.1,3

Page 26: kasus diare dehidrasi ringan

Komposisi oralit baru

Oralit Baru Osmolaritas Rendah mmol/liter

Natrium 75

Klorida 65

Glukosa, anhydrous 75

Kalium 20

Sitrat 10

Total osmolaritas 245

Ketentuan pemberian oralit formula baru :3

Berikan ibu 2 bungkus oralit formula baru.

Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam.

Berikan oralit pada anak setap kali buang air besar dengan ketentuan :

Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50 – 100 ml tiap kali BAB/muntah.

Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100 – 200 ml tiap BAB/muntah.

Bila dalam 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.

Pada diare akut dehidrasi tak berat, dilakukan rencana terapi B. Beri oralit di klinik sesuai yang

dianjurkan selama periode 4 jam pertama.1,8

RRRRRR RRRRRR RRng RRRRRRRRn RRRRR 4 RRR RRRRRRR

Umur* < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun

Berat Badan < 6 kg 6-<10 kg 10-< 12 kg 12-19 kg

Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400

* digunakan umur bila berat badan anak tidak diketahui

Jika anak minta minum lagi, berikan.

Tunjukkan pada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral.

Page 27: kasus diare dehidrasi ringan

Berikan minum sedikit demi sedikit. Jika anak muntah, tunggi 10 menit lalu lanjutkan

kembali rehidrasi oral pelan-pelan. Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.

Setelah 4 jam :

Nilai ulang derajat dehidrasi anak. Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan

terapi. Mulai beri makan pada anak di klinik.

Bila ibu harus pulang sebelum selesai rehidrasi oral :

Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah. Berikan

rehidrasi oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dalam rencana terapi A. Jelaskan 4

cara untuk mengobati anak di rumah : berikan anak lebih banyak minum, berikan tablet zinc,

berikan makanan, kapan harus kembali.

Bila sudah tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A, untuk kasus diare akut tanpa tanda dehidrasi,

(dapat dilakukan di rumah),1,8 yaitu :

- Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi.

Pada bayi muda, beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian. Jika anak masih

mendapat ASI eksklusif maka beri oralit atau air matang sebagai tambahan. Jika anak tidak

mendapat ASI eksklusif maka berikan cairan oralit, cairan makanan (sup, air tajin, kuah sayur)

atau air matang. Cairan tetap diberikan sampai diare berhenti.

Beri tablet Zinc.

Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.

Bawa anak kepada petugas kesehatan bila : buang air besar lebih sering dan cair, muntah terus

menerus, rasa haus yang nyata, makan dan minum sedikit, demam, tinja berdarah.

Anak harus mendapat oralit di rumah bila anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C daam

kunjungan ini atau anak tidak dapat kembali ke klinik saat diarenya bertambah parah.

RRRRR RRRRRR

Berat Badan (kg) Kebutuhan cairan ml/hari

< 10 kg 100 ml/kg

11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kg untuk tiap kg sisanya

> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kg tuntuk tiap kg sisanya

Page 28: kasus diare dehidrasi ringan

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan

anak. Zinc merupakan mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang

optimal. Meskipun dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologi zinc berperan untuk

pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, ketebalan seluler, adaptasi

gelap, pengecapan seta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan

merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.1,3,8

Pemberian zinc dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus,

meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus dan meningkatkan respon imun yang mempercepat

pembersihan patogen dari usus halus. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume

buang air besar sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak.1,3,8

Dosis zinc untuk anak-anak, di bawah umur 6 bulan diberikan 10 mg (½ tablet) perhari,

sedangkan anak di atas usia 6 bulan diberikan 20 mg (1 tablet) perhari. Zinc diberikan selama 10-24

hari meskipun anak telah sembuh dari diare. Pada pasien ini berumur 1 tahun 2 bulan, sehingga

diberikan 20 mg zinc / 1 tablet Zinc.1,3

Dukungan Nutrisi

ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk

mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan

nafsu makan menandakan fase kesembuhan.1,2,3

Antibiotik selektif

Antibiotik tida diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi yaitu pada diare

berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya

diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak

rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik serta menambah biaya pengobatan

yang tidak perlu.1,2,3

Edukasi kepada orang tua

Page 29: kasus diare dehidrasi ringan

Nasihat kepada ibu atau pengasuh yaitu kembali segera jika anak demam, tinja berdarah, nafsu

makan atau minum sedikit sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.1,2,3

Juga diberikan edukasi lainnya, seperti :

Membiasakan mencuci tangan, sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,

sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan sebelum memberi makan anak

Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman yang biasanya diberikan kepada anak,

jangan menguranginya, walaupun saat mencret, sehingga anak tidak kekurangan kalori.

Berikan dengan porsi yang kecil tapi sering.

Memberikan oralit apabila anak diare, bila tidak ada oralit ibu bisa menggunakan air gula

garam atau cairan rumah tangga yang lain seperti sup, air tajin. Minumkan oralit dengan

gelas, bila anak bisa atau disendokkan 1 sendok teh tiap menit, sampai habis 100 cc. Berikan

larutan sebanyak anak mau. Bila anak muntah, dihentikan 10 menit kemudian dilanjutkan

kembali.

Meminta ibu untuk tetap memberikan ASI semau anak

Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk mengurangi

perkembangbiakan bakteri)

Selalu menggunakan air bersih untuk minum, memasak atau mendidihkan makanan dengan

benar dan menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan dimakan

Memberikan makanan kepada anak dengan sendok yang bersih dari cangkir atau dengan dot

yang direbus terlebih dahulu.

Mencuci makanan yang tidak dimasak dengan air bersih sebelum diberikan kepada bayi,

kecuali adalah buah yang dikupas sebelum dimakan seperti pisang. Anak dapat diberikan

sari buah segar, air kelapa atau pisang untuk menambah kalium, jika anak mau.

Menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi (tampak kehausan, mata cekung, bibir

kering, kencing berkurang/tidak kencing), sehingga bila tampak tanda-tanda tersebut agar

segera melapor ke petugas kesehatan (dokter).

G. PENCEGAHANPencegahan merupakan fase yang tidak kalah penting dalam penanganan diare. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian diare mendatang antara lain dengan:Mencegah penyebaran patogen penyebab diare

Kuman-kuman penyebab diare pada umumnya disebarkan melalui fecal-oral Pemutusan rantai penularan diare difokuskan pada cara penyebarannya. Upaya yang dapat dilakukan :

Page 30: kasus diare dehidrasi ringan

Pemberian ASI yang benarMemperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan untuk anak dan keluargaPenggunaan air bersih yang cukupMembudayakan mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah buang air besar dan sebelum makanPenggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga

Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host)Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi risiko diare antara lain :

Tetap memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahunMeningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah cukup untuk memperbaiki status gizi anak.

H. PROGNOSIS

Prognosis penderita diare akut dehidrasi tak berat pada umumnya baik, bila rehidrasi

berhasil serta ditunjang dengan refeeding dan penanganan faktor penyebab, sehingga diare akut

tidak menjadi diare yang berkelanjutan.

Prognosis dari kasus ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad bonam), prognosis

untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam) dengan syarat menjaga higienitas mulai

dari higienitas dalam kebiasaan berperilaku sehari-harinya, dan prognosis untuk fungsionalnya

(quo ad fungsionam) adalah baik (ad bonam).

Page 31: kasus diare dehidrasi ringan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien ini di diagnosis diare cair akut dehidrasi tak berat. Dasar diagnosis didapatkan dari

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Diare cair akut diperoleh dari anamnesis anak mencret 8 x @ ±1/4 gelas belimbing, cair,

warna kuning dan tidak seperti cucian beras, terdapat sedikit ampas, tidak ada lendir darah, tidak

tampak berminyak, berak nyemprot, berbau asam, tidak nyeri maupun kemerahan di sekitar anus.

Gejala ini baru terjadi selama 1 hari (akut = kurang 14 hari).

Untuk derajat dehidrasi pada anak ini termasuk dehidrasi tak berat. Dari anamnesis

didapatkan anak rewel (menangis terus), sulit tidur, dan tampak kehausan. Mata anak tampak lebih

cekung daripada biasanya, bibir kering, dan jika menangis masih keluar air mata. Nafsu makan

berkurang, anak tampak lemas, kencing dirasakan berkurang frekuensinya (terakhir ± 2 jam SMRS)

dan bewarna kuning. Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak rewel/menangis terus, tampak

kehausan, mata cowong, air mata (+),bibir sedikit kering, turgor kulit kembali lambat.

Pada pasien ini dalam perjalanan penyakitnya tidak didapatkan adanya tanda-tanda

komplikasi lanjut dari dehidrasi seperti syok hipovolemik (tidak didapatkan: akral dingin, capillary

refill < 2 detik, sianosis perifer, takikardia, nadi lemah, urin output menurun), gangguan

keseimbangan elektrolit, tidak ditemukan adanya tanda-tanda asidosis metabolik ( tidak didapatkan

nafas cepat dan dalam/kussmaul).

Untuk kemungkinan penyebab dari diare pada anak ini, dari anamnesis diperoleh: anak

mencret 8x @ ± 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning dan tidak seperti cucian beras, terdapat

sedikit ampas, tidak ada lendir darah, tidak tampak berminyak, berak nyemprot, asam, tidak nyeri

maupun kemerahan di sekitar anus sehingga diare mengarah ke arah diare osmotik.

Penyebab diare osmotik yang paling mungkin pada kasus ini adalah karena infeksi virus

(rotavirus). Dimana pada anamnesis didapatkan diare dengan sifat tinja : volume sedang (1/4-1/2

gelas belimbing), frekuensi sering (8x), konsistensi cair, tidak ada lendir darah, bau asam, warna

kuning. Demam nglemeng (37,7).

Riwayat penggantian susu, makan makanan terlalu pedas/asam, perubahan pola makan

secara mendadak, keracunan makanan, makan makanan basi/kadaluarsa, sehingga dari anamnesis

diare karena faktor makanan dapat disingkirkan .

Page 32: kasus diare dehidrasi ringan

Sumber infeksi ini kemungkinan didapatkan dari aktivitas sehari-hari (penyiapan makanan,

pola bermain) dan lingkungan. Dalam hal penyiapan makanan ibu tidak selalu cuci tangan (kadang-

kadang). Anak suka bermain di lantai, bermain bola/mobil-mobilan, dan kadang-kadang mainan

dimasukkan ke mulut, serta sumber infeksi dapat berasal dari tempat sampah yang tidak bertutup.

Penatalaksanaan dehidrasi tak berat memakai Rencana Terapi B yaitu memberikan rehidrasi

oral selama 4 jam pertama dengan sejumlah:

RRRRRR RRRRRR RRng RRRRRRRRn RRRRR 4 RRR RRRRRRR

Umur* < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun

Berat Badan < 6 kg 6-<10 kg 10-< 12 kg 12-19 kg

Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400

* digunakan umur bila berat badan anak tidak diketahui

(75 cc/kgbb/4jam)

Jika anak minta minum lagi, berikan.

Saat rawat inap di bangsal C1L2 anak diberikan rehidrasi dengan RL 75cc/kgBB/4jam

kemudian diganti dengan infus 2A1/2N 5 tetes per menit, oralit, zinc sulfat, dan diet lunak serta

ASI/susu. Anak diberikan oralit jika BAB, 50-100 cc/diare yang diberikan dengan cara 1sendok teh

tiap 1-2 menit. Jika kemudian dimuntahkan , maka hentikan pemberian selama ±10 menit kemudian

diteruskan seperti sebelumnya, tapi dengan frekuensi yang lebih jarang seperti menjadi 2-3 menit

sekali.

Pada pasien ini juga diberikan tablet zinc1x20mg/ hari. Tujuan pemberian zinc adalah

mengurangi lama dan beratnya diare serta mencegah terkena diare kembali untuk jangka waktu 2-3

bulan kedepan. Selain itu pemberian zinc juga meningkatkan nafsu makan anak. Zinc dapat

diberikan baik bersama dengan air matang, ASI, ataupun oralit.Zinc bekerja dengan cara:

1. Zinc bekerja sebagai kofaktor enzim superoksida dismutase (SOD) dimana SOD akan

berperan dalam menjaga integritas epitel usus

2. Sebagai antioksidan

3. Menghambat NO sehingga mencegah kerusakan jaringan dan hipersekresi

4. Penguatan imun dengan modulasi sel B dan T

5. Aktivasi sel limfosit T

6. Menjaga keutuhan epitel usus karena merupakan kofaktor berbagai faktor transkripsi.

Page 33: kasus diare dehidrasi ringan

Selama perawatan 4 hari anak mengalami perbaikan klinis, frekuensi dan jumlah mencret

berkurang, tidak muntah, anak tidak demam, nafsu makan membaik, maka anak diperbolehkan

pulang dengan memberikan edukasi untuk pencegahan, dan pengelolaan lebih lanjut saat di rumah.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Diare masih merupakan penyebab mayor kematian pada bayi dan balita di negara

berkembang termasuk Indonesia. Pada diare yang dapat menyebabkan kematian adalah

dehidrasi yang tidak tertangani dengan sempurna. Di lapangan masih banyak penanganan diare

yang kurang sesuai dengan prosedur penanganan diare yaitu berupa pemberian antibiotik yang

tidak sesuai, pemberian obat anti muntah, dan kadang pemberian obat anti diare yang

sebenarnya dapat memperberat kondisi diare anak.

Page 34: kasus diare dehidrasi ringan

5.2 Saran

Untuk menurunkan tingkat kejadian diare di masyarakat dan angka kematian bayi balita

akibat dehidrasi maka sangat diperlukan sosialisasi dan edukasi secara luas mengenai diare dan

penatalaksanaannya kepada tenaga medis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Juffrie M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare UKK Gastro-Hepatologi IDAI;2009

Sudigbia I. Pengantar Diare Akut Anak. Semarang: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro; 1991: 1- 63.

Subagyo B, Santoso NB. Diare Akut. In: Juffrie M, Soenarto Sri SY, Oswari Y, Arief S, Rosalina I,

Mulyani N, editors. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit

IDAI, 2010; p. 87-115.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta:

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 1985. p. 310-1.

Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) Akut. In: Suharyono, Boediarso A,

Halimun EM, editors. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2003; p. 51-76.

Page 35: kasus diare dehidrasi ringan

Buku Ajar Diare. Depkes RI Ditjen PPM dan PLP. Jakarta : Depkes RI, 1999 ; 3, 25–72; 8,

121 – 136.

Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1991: 445 – 8.

Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Pedoman Pelayanan Kesehatan

Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI, 2008. P. 131-155.

Sudigbia I, Santoso B, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman pelayanan medik anak

RSDK/FK UNDIP. Semarang: Laboratorium ilmu kesehatan anak FK UNDIP, 1989:179-202

Kleinman RE. Pediatrics Nutrition Handbook. 4 th ed. Committee on Nutrition. American Academy

of Pediatrics. Illnois. 1998 : 125 -37, 351 – 61

Waterlow JC. Effects of PEM on structure and function of organ. In : Protein energy malnutrition.

London : Edward Arnold, 1992 : 54 – 74 ; 290 – 310.

PAGE \* MERGEFORMAT 37

Page 36: kasus diare dehidrasi ringan