Top Banner
LAPORAN KASUS I IDENTITAS PASIEN Nama : I Wayan Sokop Umur : 68 tahun Alamat : Br Bebalang TC : 26 Mei 2012 II DATA DASAR Subjektif : Heteroanamnesis Keluhan Utama : Tidak bisa kencing Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang sadar mengeluh tidak bisa kencing sejak 1 hari SMRS. Kencing tidak mau keluar meskipun pasien sudah mengejan. Pasien sudah menggunakan dower kateter untuk keluhan sulit sulit kencing sejak 1 bulan terakhir. Dan tidak menggunakan selang kencing 1 minggu SMRS. Namun sejak pagi sebelum ke rumah sakit, pasien tidak bisa kencing. Pada awalnya pasien susah kencing sejak 2 bulan yang lalu. Pasien harus mengedan jika ingin kencing. Kencing yang keluar terputus-putus, pancaran melemah dan disertai rasa tidak puas setelah kencing. Keluhan tersebut makin lama makin memberat hingga pasien tidak bisa kencing. Kencing darah (-), kencing batu (-). Panas badan tidak ada, minum (+) baik. Nyeri pinggang tidak ada. Pasien juga mengeluh sesak nafas yang sudah diderita pasien sejak masih remaja. Sesak kadang-kadang bisa 1
33

Kasus BPH Dan HIL

Jul 25, 2015

Download

Documents

T-nee Utami
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kasus BPH Dan HIL

LAPORAN KASUS

I IDENTITAS PASIEN

Nama : I Wayan Sokop

Umur : 68 tahun

Alamat : Br Bebalang

TC : 26 Mei 2012

II DATA DASAR

Subjektif : Heteroanamnesis

Keluhan Utama : Tidak bisa kencing

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang sadar mengeluh tidak bisa kencing sejak 1 hari SMRS. Kencing

tidak mau keluar meskipun pasien sudah mengejan. Pasien sudah menggunakan

dower kateter untuk keluhan sulit sulit kencing sejak 1 bulan terakhir. Dan tidak

menggunakan selang kencing 1 minggu SMRS. Namun sejak pagi sebelum ke rumah

sakit, pasien tidak bisa kencing. Pada awalnya pasien susah kencing sejak 2 bulan

yang lalu. Pasien harus mengedan jika ingin kencing. Kencing yang keluar terputus-

putus, pancaran melemah dan disertai rasa tidak puas setelah kencing. Keluhan

tersebut makin lama makin memberat hingga pasien tidak bisa kencing. Kencing

darah (-), kencing batu (-). Panas badan tidak ada, minum (+) baik. Nyeri pinggang

tidak ada.

Pasien juga mengeluh sesak nafas yang sudah diderita pasien sejak masih

remaja. Sesak kadang-kadang bisa ditangani dengan obat yang selalu didapatkan

pasien dari berobat ke dokter praktek swasta. Sesak disertai dengan batuk berdahak.

Sesak makin hari semakin memberat sejak sejak 3 hari SMRS. Sesak ini tidak

membaik dengan perubahan posisi dan mengganggu tidur pasien. Sesak memberat

saat pasien melakukan aktivitas. Panas badan (-), muntah (-).

Pasien juga mengeluh benjolan pada lipatan paha sejak kurang lebih 6 bulan

yang lalu SMRS. Benjolan ini biasanya hilang timbul ketika pasien mengangkat

barang atau sedang mengedan. Pada saat tidur, benjolan ini menghilang saat pasien

tidur namun dapat dikembalikan lagi sehingga benjolan itu muncul lagi. Keluhan rasa

panas (-), dan nyeri di daerah tidak ada.

1

Page 2: Kasus BPH Dan HIL

Pasien juga mengeluh benjolan seperti daging dari lubang anus sejak 3 bulan

yang lalu. Benjolan ini berawal hanya keluar darah yang keluar dari lubang anus,

kemudian lama-lama benjolan yang dapat keluar masuk sendiri, lalu benjolan bisa

dimasukkan dengan tangan pasien sendiri. Namun saat ini benjolan itu tidak bisa

dimasukkan dengan tangan dan menetap benjolannya.

Riwayat Pengobatan :

Pasien dikatakan sudah cukup lama mengalami keluhan kencing. Namun

keluhan ini hanya dibawa ke praktek dokter swasta saja. Untuk keluhan sesak, pasien

rutin berobat ke dokter dan diberikan obat 2 macam. Yakni sirup untuk batuk, dua

tablet berwarna kuning dan hijau.

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang seperti ini yaitu keluhan tidak

bisa kencing. Keluhan tidak bisa kencing ini dirasakan pasien baru pertama kali.

Hanya saja keluhan kencing sedikit-sedikit dan tidak puas kencing sudah sering

dirasakan pasien

Riwayat Penyakit keluarga :

Keluhan seperti ini dalam keluarga disangkal oleh pasien.

Riwayat Sosial dan Lingkungan :

Pasien merupakan seorang petani dan sudah menikah. Riwayat merokok ada

lebih dari 1 bungkus sehari sejak pasien masih muda. Satu tahun terakhir ini pasien

dikatakan berhenti merokok karena keluhan sesak yang sering muncul. Riwayat

minum alcohol tidak ada . Pasien juga merupakan golongan menengah ke bawah.

OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Keadaan umum : Lemah (sakit sedang)

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

2

Page 3: Kasus BPH Dan HIL

Denyut Nadi : 88x/mnt

Respirasi : 36x/mnt

Temperatur : 36,5 C

Status General

Mata : Anemis +/+, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening –

THT : Telinga : cairan –

Hidung : NCH -, Cyanosis –

Tenggorokan : Tonsil T0/T0 hiperemis –

Thorax : Cor : inspeksi : gerak dada + simetris, penggunaan otot bantu

pernapasan +,

PO perkusi : sonor +/+, batas jantung dalam batas

normal

Palpasi : gerak nafas terangkat simetris, fokal fremitus

Normal, palpasi iktus kordis teraba pada MCL

kiri

ICS V

Auskultasi : cor : S1S2 tunggal Regular Murmur –, batas

atas pada ICS II, batas kanan PSL kanan ICS

V, batas Kiri pada MCL kiri ICS V

Po : vesicular +/+ , rhonki +/+, wheezing +/+

Abdomen : Inspeksi : distensi -

Auskultasi : BU+ menurun

Perkusi : Timpani di daerah suprapubik

Palpasi : distensi (-), nyeri tekan suprapubik (-), hepat

lien tidak teraba

Ekstremitas : hangat : + + oedem - -

+ + - -

Status Lokalis

◦ Regio Lumbal D/S

Insp : Bulging (-) tanda radang (-)

Palp : Massa -/-, nyeri tekan -/-,

3

Page 4: Kasus BPH Dan HIL

Ginjal tidak teraba

Perc : Nyeri ketok CVA -/-

◦ Regio Hipogastrium

Insp : terpasang kateter

Palp : kandung kemih tak teraba,

nyeri tekan (-)

◦ Regio Genetalia eksterna

massa (-), tanda-tanda radang (-), tanda- tanda trauma (-).

Pemeriksaan Fisik Tambahan

Regio Inguinalis dextra :

Inspeksi : Tampak tonjolan berbentuk lonjong, terlihat lipatan paha sebelah

kanan lebih tinggi daripada sebelah kiri, kulit berwarna sama dengan kulit

sekitarnya, tanda – tanda infeksi tidak ada, tidak ada hematom.

Palpasi : Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), perabaan benjolan mudah

digerakkan, teraba benjolan berbentuk bulat lonjong dengan ukuran

2cmx3cmcm, konsistensi kenyal, bisa dimasukkan, Valsava Test (+), Finger

Test (+) teraba benjolan di ujung jari.

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Bising Usus (+), Bruite (+)

Rectal Toucher:

◦ Sekitar anus : tanda radang (+), benjolan berwarna kemerahan dan

nyeri +, bisa dimasukkan dengan tangan.

◦ Mukosa rektum : dbn

◦ Tonus sfingter ani : (+)

◦ Ampula rekti : terisi feses, kolaps (-)

◦ Prostat :

Konsistensi padat kenyal >4cm (perkiraan berat >100gram)

Teraba kanan kiri

Sulcus medianus tidak teraba

Pole atas tidak teraba

Nodul (-)

4

Page 5: Kasus BPH Dan HIL

Hand schoen feses (+), darah (-), lendir (-)

Kesan : BPH grade IV

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan 14/5/12 Nilai normal

WBC 49,7 3,5 – 10,0 x 103 µL

Lymphosit 2 0,5 – 5,0%

RBC 5,17 3,5 – 5,50 x 10̂6 /µL

HgB 14,7 11,5 – 16,5 g/dL

HCT 44,5 35 – 55%

MCV 66,2 75 – 100 fL

MCH 28,5 25 – 35 pg

MCHC 33,1 31 – 38 g/dL

RDW 64,1 30 – 150

PLT 314 150 – 400 103/µL

MPV 8,0 8 – 11,0

PCT 0,24 0,01 – 9,99

Kimia Darah

GLU 2 JAM PP 112 0 – 150

GLUKOSA PUASA

85 76-115

BUN 34 10– 40

Creatinin 0,83 0.5 – 1,1

AST 15 0-18

ALT 34 0-22

EKG (14/05/2012)

Kesan : Irama sinus rhytm

5

Page 6: Kasus BPH Dan HIL

Hasil BOF (14/05/2012)

Tidak tampak batu radioopaque

Kontur ginjal ka/ki tdk membesar

Psoas line ka/ki N

Usus-usus tdk distensi, fecal material (+)

Tulang-tulang N

Kesan : BOF tidak tampak kelainan

(Thorax AP : 14/05/2012)

6

Page 7: Kasus BPH Dan HIL

Kesan : Cor : tear drop. Pulmo:hiperinlasi. Kemungkinan diagnose : COPD

Problem1. Retensio urine ec BPH

2. Sesak ec COPD

3. Benjolan di lipatan paha ec HIL

4. Benjolan di lubang anus ec haemoroid

Rencana Pemecahan Masalah

Problem 1: Rentensio Urine ec BPH

Diagnostik: Colok dubur

Terapi: pemasangan dower kateter, antibiotic, analgetik

Monitoring: Cek UL

Edukasi:

o Menjelaskan kondisi penyakit pasien secara lengkap beserta

komplikasi dan prognosisnya.

7

Page 8: Kasus BPH Dan HIL

o Menjelaskan faktor penyebab dari retensio urine adalah pembesaran

dari prostat.

Problem 2: Sesak ec COPD

Diagnostik: spirometri, X-ray Thorax

Terapi:

o Rawat Inap

o O2 2 lpm

o B agonist (salbotamol) nebulaizer

o Mucolitik sirup

o Antiradang NSAID (metyprednisolon)

Monitoring: Keluhan, tanda-tanda vital,

Edukasi:

Nutrisi : makanan direbus/lunak

Problem 3: Benjolan di lipatan paha ec HIL

Diagnosis: Pemeriksaan fisik, USG inguinal

Terapi: Konservatif, Operasi

Monitoring: luka operasi

Edukasi:

o Melarang pasien mengejan.

o Bed rest total (mengurangi kelelahan)

o Melarang pasien mengangkat benda berat

o Control rutin luka bekas operasi ke rumah sakit

Problem 4: Benjolan di lubang anus ec haemoroid

Diagnostik: Colok dubur

Terapi: Reposisi, bedah listrik

Monitoring: Cek UL

Edukasi:

o Makan makanan yang berserat

o Melarang pasien mengejan keras saat BAB

8

Page 9: Kasus BPH Dan HIL

Catatan Kemajuan Pasien

Tanggal S O Problem P

15/5/12 Benjolan pd lipatan paha +, sesak +, batuk berdahak +, benjolan di lubang anus +, lemas +, mual -, muntah-. Ma/mi + menurun

Kes: CM

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 130/90; Nadi: 92x/mnt; RR: 32x/mnt; T: 36,5°C;

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh -/-,wh+/+

Abd: dist +, Bu + menurun, NT-,

H ttb, lien ttb

regio. Inguinal D: benjolan +, finger test +

- HIL reponnible D

- asma bronckial

Co. Sp.PD Rawat ruangan IVFD RL 20

tetes/menit O2 2 lpm Diet lunak Cefotaxim 3x1g Ambroxol sirup

3xcth 1 Ventolin

nebulaizer k/p Paracetamol k/p

18/5/12 Sesak + menurun, batuk + menurun, BAB campur darah +, lemas +, ma/mi +

Kes: CM

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 110/700; Nadi: 90x/mnt; RR: 28x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-,

-HIL reponible D

- BPH grade III

-Asma bronchial

Laxadin 3xcth 1 O2 k/p IVFD RL 28 tts Paracetamol

3x500mg Terapi Sp.PD

lanjut

9

Page 10: Kasus BPH Dan HIL

ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh-/-,wh+/+

Abd: dist +, Bu + menurun, NT-

19/5/12 Sesak +, batuk +

Ma/mi +

Kes: CM

KU: lemah

Tanda vital:

TD: 100/70; Nadi: 98x/mnt; RR: 32x/mnt; T: 36,5°C;

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu -, NT-

-HIL reponible D

- BPH grade III

-Asma bronchial dd PPOK

terapi lanjut Konsul Sp.An Planning open

prostectomy Persetujuan

keluarga mx: VS,

21/5/12 Batuk +

minum membaik BAB/BAK (+)

Kes: CM

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 100/60; Nadi: 88x/mnt; RR: 22x/mnt; T:

HIL reponible D

- BPH grade III

-Asma bronchial dd PPOK

Persiapan open prostectomy

Konfirmasi Sp.B Obat lanjut

10

Page 11: Kasus BPH Dan HIL

36,1°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu + normal, NT-,

22/5/12 Keluhan batuk + menurun, sesak + menurun

muntah (-), Makan/

minum membaik BAB/BAK (+)

Kes: CM

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 120/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu +, NT-

- HIL reponible D

- BPH grade III

-Asma bronchial dd PPOK

Persiapan open prostecomy

Obat lanjut

11

Page 12: Kasus BPH Dan HIL

23/05/2012

Keluhan sesak berkurang, batuk berkurang

muntah (-), Makan/

minum membaik BAB/BAK (+)

Kes: CM

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 110/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu + normal, NT-

-HIL DI

- PPOK

Rawat ruangan

24/5/12

ICU

Batuk +, sesak +

Kes: CM

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 147/78; Nadi: 65x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh-/-,wh-/-

Abd: dist +, Bu + menurun, NT-

-HIL D

-BPH grade III

- PPOK

Rawat ruangan ICU

Ciproperason sulbaktam 2x1gram

Metylprednisolon Pantoprazol 1x1

gram Salbutamol

3x2gram Ambroxol 3x10cc DMP 3x5ml Paracetamol a/p Nebulaizer a/p

12

Page 13: Kasus BPH Dan HIL

25/5/12 Batuk +, sesak +

Kes: CM

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 110/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu + normal, NT-

-HIL D

-BPH grade III

- PPOK

Obat Sp.PD lanjut Tunggu acc Sp.B

26/5/12 Batuk + menurun, sesak + menurun.

Kes: CM

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 110/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu + normal, NT-

-HIL D

-BPH grade III

- PPOK

Ciproperason sulbaktam 2x1gram

Metylprednisolon Pantoprazol 1x1

gram Salbutamol

3x2gram Ambroxol 3x10cc DMP 3x5ml Planning DL uang,

jika HB <10 lakukan transfuse PRC

Spirometri

13

Page 14: Kasus BPH Dan HIL

27/5/12 Sesak berkurang, batuk berkurang, makan minum + lancer

Kes: CM

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 110/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu + normal, NT-

-HIL D

-BPH grade III

- PPOK

Terapi lanjut

28/5/12 Sesak + , batuk +

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 148/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu + normal, NT-

-HIL D

-BPH grade III

- PPOK

IVFD RL 20 tetes Biosef 3x1gram Puasa 12jam Persiapan operasi P/ DL, Thorax,

14

Page 15: Kasus BPH Dan HIL

29/5/12 Sesak + berkurang, nyeri pada luka operasi +, panas -, perdarahan pd luka operasi -.

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 130/80; Nadi: 78x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu + normal, NT-, flatus +. Terpasang drain+

Post open prostectomy dan herniotomy

Obat lanjut Paracetamol oral

k/p Nebulaizer

ventolin+fluxetin

30/5/12 Drain dicabut sendiri oleh pasien pkl 06.00

KU: sedang

Tanda vital:

TD: 120/80; Nadi: 78x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C

Status General:

Mata : an-/-, ikt -/-

Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+

Abd: dist +, Bu + normal, NT- CM : cairan infuse + minum :1460cc

Rawat luka Lapor Sp.B

15

Page 16: Kasus BPH Dan HIL

CK : urine murni : 1500cc

RINGKASAN

Pasien laki-laki umur 68 tahun datang dengan keluhan tidak bisa kencing sejak I

SMRS. Riwayat mengedan jika ingin kencing ada, kencing terputus-putus, pancaran lemah,

dan disertai perasaan tidak puas setelah kencing ada sejak 2 bulan yang lalu. Didapatkan

keluhan penyerta berupa benjolan padan skrotum sejak ± 6 bulan yang lalu hilang timbul saat

pasien mengedan dan tidur terlentang. Pasien juga mengeluh benjolan seperti daging di

lubang anus sejak 3 bulan dan daging tersebut dapat dimasukkan dengan tangan.sesak dan

batuk berdahak + sejak remaja dan keluhan memberat 3 hari SMRS. Riwayat merokok +

sejak remaja ± 10 batang/hari dan berhenti sejak 1 tahun yang lalu. . Dari pemeriksaan RT

didapatkan ada pembesaran kelenjar prostat grade IV dan hemoroid grade III.

Dari anamnesis di atas ditemukan keluhan, pemeriksaan fisik, dan riwayat mengarah ke

diagnosis benign prostat hipertropi grade IV. Dengan penyakit penyerta mengarah ke hernia

inguinal lateral sisi kanan, hemoroid grade III, dan COPD. Pencetus kekambuhan adalah

keluhan sesak yang memberat yang meningkat tekanan intraabdominal meningkat saat

mengedan dan mendesak prostat.

Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan penurunan dari peningkatan

white blood cell. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang laboratorium, X-ray

ditemukan beberapa problem yang terdapat pada pasien ini, antara retensio urine ec bph grade

III, benjolan di lipatan paha, benjolan daging di lubang anus, dan sesak. Penanganan awal

yang diberikan antara lain observasi ugd, oksigen 2 lpm, ,IVFD RL 20 tpm, nebulaizer

ventolin, pemasangan dower kateter, ambroxol 3x1 sendok makan. Follow up dilakukan

setiap hari, kondisi pasien semakin membaik.

MASALAH

Penatalaksanaan retensio urin pada pasien benign hipertropi prostat dengan pemberat sesak akibat COPD.

V. DISKUSI

16

Page 17: Kasus BPH Dan HIL

Retensio urine adalah suatu sindrom klinis urologi dimana terjadi penumpukan urine

di dalam kandung kemih karena tidak dapat berkemih1,2. Dapat terjadi secara parsial atau

total. Keadaan ini merupakan keadaan yang gawat darurat karena nantinya akan

menyebabkan kerusakan pada kedua ginjal. Etiologi retensio urine ada 3 yaitu 1). Proses

obstruksi intervesical yakni kelainan bawaan, trauma, infeksi, tumor, dan kelainan metabolic,

2). Kelainan bawaan pada uretra (fimosis, atresia, stenosis meatus, divertikulum, muara

urethra abnormal), urethrovesical (post urethra valve, hipertrofi verumontanum, kontraktur

bladder neck, hipertrofi bledder neck), vesica (anomaly diverticulum, neurogenic bladder),

3). Kelainan didapat yaitu urethra (fimosis, striktur, batu, fistula, divertikulum, rupture),

urethovesical (prostat hyperplasia, hipertropi, keganasan), vesika (tumor)1,2. Gejala-gejala

pembesaran prostat jinak dikenal dengan istilah LUTS (lower urinary tract symptom)

dibedakan menjadi gejala obstruktif dan iritatif. Tanda obstruksi saluran kemih antara lain

pancaran kencing lemah, rasa tidak lampias sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu

lama (hesistensy), harus mrngedan (straining), kencing terputus-putus (intermitency, dan

waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena

overflow. Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi tengah malam

hari (nokturi), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgency), dan nyeri saat miksi

(disuria)3,4,5. Pada pasien ini, selain adanya retensio urine dan pembesaran prostat yang

gejalanya sesuai dengan pembesaran prostat dengan gejala obstruksi ditemukan berdasarkan

anamnesis. WHO IPSS

Pertanyaan Jawaban dan skor

Keluhan pada bulan terakhir Tidakada

sama

sekali

<20% <50% 50% >50% Hampir

selalu

a. Adakah anda merasa buli-buli

tidak kosong setelah b.a..k?

0 1 2 3 4 5

b. Berapa kali anda hendak b.a.k

lagi di dalam waktu 2 jam setelah

b.a.k?

0 1 2 3 4 5

17

Page 18: Kasus BPH Dan HIL

c. Berapa kali terjadi bahwa arus

kemih berhenti sewaktu b.a.k?

0 1 2 3 4 5

d. Berapa kali terjadi anda tidak

dapat menahan kemih?

0 1 2 3 4 5

e. Berapa kali terjadi arus lemah

sekali sewaktu b.a.k?

0 1 2 3 4 5

f. Berapa kali anda mengalami

kesulitan memulai b.a.k?

0 1 2 3 4 5

Bangun tidur untuk b.a.k Tidak

pernah

1 x 2 x 3 x 4 x 5 x

g. Berapa kali anda bangun untuk

b.a.k di waktu malam?

0 1 2 3 4 5

h. Andaikata cara b.a.k seperti anda

alami sekarang ini akan seumur

hidup tetap seperti ini,

bagaimanakah perasaan anda?

Jumlah skor :

0 = bai k sekali

1 = baik

2 = kurang baik

3 = kurang

4 = buruk

5 = buruk sekali

Skor 0-7: bergejala ringan

18

Page 19: Kasus BPH Dan HIL

Skor 8-19: bergejala sedang

Skor 20-35: bergejala berat1,2.

Dari pemeriksaan fisik untuk dapat mendiagnosa BPH yaitu dengan melakukan colok

dubur (DRE). Pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat

biasanya pada lobus tengah, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu

tanda dari keganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan DRE cenderung

underestimate daripada pengukuran dengan metode lain, sehingga jika prostat teraba besar,

hampir pasti bahwa ukuran sebenarnya memang besar.

Rectal grading1,3,4,

Stage 0 : prostat teraba <1cm, berat <10 gram

Stage 1 : prostat teraba 1-2 cm, berat 10-25 gram

Stage 2 : prostat teraba 2-3 cm, berat 25-60 gram

Stage 3 : prostat teraba 3-4 cm, berat 60-100 gram

Stage 4 : prostat teraba >4 cm, berat >100 gram

Klinikal Grade

Normal : sisa urine tidak ada

Grade 1 : sisa urin 0-50 cc

Grade 2 : sisa urin 50-150 cc

Grade 3 : sisa urin >150 cc

Grade 4 : retensi urine total

Grade 1-2 : indikasi konservatif

Grade 3-4 : indikasi operasi

Derajat berat hipertrofi prostat berdasarkan gambaran klinis

Derajat Colok dubur Sisa volume urin

I Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba < 50 ml

II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai

50-100 ml

III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 100 ml

IV Retensi urin total

19

Page 20: Kasus BPH Dan HIL

Hasil pemeriksaan colok dubur pada pasien didapatkan kesan pembesaran prostat

grade IV yang mana batas atas tidak dapat di raba. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana

pembesaran prostat grade IV yaitu adanya retensi urine total berdasarkan gambaran klinis.

Berdasarkan klinikal grade juga dikatan grade IV dengan retensi urine dan berdasarkan rectal

grading termasuk grade IV sesuai dengan pemeriksaan colok dubur teraba prostat dengan

konsistensi padat kenyal ukuran ± 4cm, berat >100gram.

Keseluruhan penemuan ini mengarahkan pasien pada assessment retensio urine et

causa benign prostat hipertropi. Tujuan terapi BPH adalah mengembalikan kualitas hidup

pasien. Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung derajat keluhan, keadaan pasien,

maupun kondisi obyektif yang diakibatkan oleh penyakitnya. Pilihannya mulai dari1,4,5,6 :

1. Tanpa terapi (watchful waiting) skor BPH untuk IPSS <7

2. Terapi medikamentosaskor IPSS >7

3. Terapi intervensiTURP (transuretrhal resection of the prostate)

Tindakan pembedahan dilakukan jika kelenjar prostat yang sudah menyebabkan

obstruksi. Dan juga pada BPH yang telah mengalami komplikasi diantaranya 1).

Retensi urine, 2). Infeksi saluran kemih berulang, 3).hematuria makroskopik, 4). Batu

buli-buli karena BPO, 5). Gagal ginjal oleh BPO, 6).divertikulum buli-buli yang

cukup besar. Penatalaksaan pada pasien ini telah sesuai dengan teori karena dilakukan

operasi dengan indikasi retensio urine dan infeksi saluran kencing berulang yang

didapatkan dari anamnesia pasien. Dilakukan open prostectomy pada pasien ini telah

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa penatalaksaan dengan open prostectomy

terbuka dianjurkan pada prostat yang sangat besar >100gram.

Keluhan sesak pada pasien ini yang merupakan suatu gejala gawat darurat yang harus

ditangani dengan cepat. Macam-macam sesak napas dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu

sesak napas akut dan sesak napas kronis. Sesak napas akut adalah sesak nafas yang timbul

secara tiba-tiba dan merupakan kegawat daruratan7,8. Penyebab dyspneu akut antara lain

penyakit paru dan pernafasan, penyakit jantung atau trauma dada. Sesak napas atau dyspneu

kronik (menahun) dapat sebabkan oleh asma, penyakit paru obstruktif kronis, emfisema,

inflamasi paru-paru7,8. Dari anamnesis didapatkan bahwa sesak napas ini sudah diderita lama

oleh pasien sehingga dapat disebut sesak kronis atau menahun. Sesak napas yang dialami

oleh pasien terjadi pada pasien usia pertengahan, dengan gejala yang progresif (mula-mula

ringan kemudian bertambah berat), terdapat riwayat merokok sehingga sangat sesuai dengan

gejala penyakit baru obstruksi akut (COPD). Selain itu dari anamnesis didapatkan bahwa

20

Page 21: Kasus BPH Dan HIL

sesak timbul saat beraktivitas dan hal ini sesuai dengan gejala PPOK7,8. Pemeriksaan fisik

didapatkan bunyi paru rhonki dan wheezing pada saat ekspirasi yang sesuai dengan gejala

PPOK. Penatalaksanaan sesak akibat dari PPOK secara umum adalah membebaskan jalan

napas pasien dengan pemberian inhalasi/ nebulazer bronchodilator ditambahkan pemberian

okssigen.

Dari penelitian didapatkan pemberian anticholinergic drug secara inhalasi atau nebulizer

seperti ipaprotium bromide dalam jangka panjang dapat meningkatkan angka kejadian retensi

urine pada pasien dengan BPH6. Antikolonergik berperan dalam memblok kerja parasimpatis,

dalam kaitannya dengan saluran kencing dan genital obat ini bekerja menghambat kerja

reseptor M3 sehingga menyebabkan retensi urin. Sedangkan bila dihubungkan dengan pasien

ini kejadian COPD tidak berhubungan dengan kejadian BPH oleh karena pasien ini tidak

mendapatkan penatalaksanaan PPOK dengan menggunakan agent antikolonergik.

Hernia merupakan protrusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari

dinding rongga yang bersangkutan9. Terdapat beberapa poin penting dalam hernia, yaitu

defek pada bagian dinding rongga, kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia (daerah

penyempitan kantung hernia akibat defek tersebut. Kejadian BPH menurut beberapa teori

masi memiliki hubungan terhadap terjadinya hernia inguinalis lateralis yang terjadi melalui

mekanisme peningkatan tekanan intraabdominal yang dipicu oleh mengejan saat melakukan

miksi. Selain itu peningkatan tekanan intraabdominalis juga bisa terjadi akibat keadaan batuk

kronis pada pasien dengan PPOK.

Hemoroid merupakan penyakit yang diakibatkan oleh gangguan pleksus hemoroidalis sistem

arteriovenous yang terletak didaerah submukosa kanalis anal10. Tiga hal penting yang harus

diketahui yaitu mukosa rectum atau mukosa anodermal, kemudian stroma jaringan berisi

pembuluh darah, otot polos dan jaringan ikat penunjang serta ketiga adalah jangkar atau

anchor yang akan melindungi pleksus hemoroid dari mekanisme kerja sfingter ani.dengan

bertambahnya usia dan berbagai faktor pemberat (bendungan sistem porta, kehamilan, ppok,

konstipasi kronik, keadaan yang menimbulkan tekanan intrapelvis meningkat) maka jaringan

jangkar tersebut akan menjadi rusak dan pleksus akan menonjol dan turun memberikan

gejala. Selain itu ada terori yang menyebutkan terjadi hemoroid yg diakibatkan oleh sindrom

prostitis kronis sebanyak 45% dan 300% meningkat pada varicocele dari vena yang

mensuplai skrotum dan jaringan hemoroidal. Namun peranan langsung pembesaran prostat

dengan terjadinya hemoroid belum dikatahui mekanisme secara pastinya. Pada pasien ini

21

Page 22: Kasus BPH Dan HIL

keluhan hemoroid muncul dari pemberat yang dibawa yaitu PPOK selain itu pasien juga

mengalami pembesaran prostat dalam waktu lama.

Prognosis pada pasien ini dari fungsi secara fisiologis tidak akan bisa mengalami perbaikan.

Mengingat usia pasien yang sudah berumur 50 tahun. Prognosis untuk BPH berubah-ubah

dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat.

Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat

berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker

pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru. BPH yang telah diterapi juga

menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.

22

Page 23: Kasus BPH Dan HIL

Daftar Pustaka

1. IAUI BPH Guidelines. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia. 1-19.

2. Benign Prostatic Hyperplasia : Causes, symptoms and diagnosis.

http://www.aafp.org/afp.html

3. .Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-dasar Urologi SMF/Lab Ilmi Bedah. RSUP. Dr.

Saiful Anwar FK UNIBRA.Malang. Page 69-85

4. Benign Prostat Hyperplasia. www.google.com. Last Updated : 10 Juny 2012

5. Benign Prostatic Hyperplasia. http://en.wikipedia.org

6. Afonso As, et al. Inhaled anticholinergic drugs and risk of acute urinary

retension. Pubmed. 2011

7. Advisor Committee Guidelines&Protocols. Chronic Obstructive Pulmonary

Disease (COPD). Effective Date : January 1, 2011

8. Gold Executive Committee. Global Initiative Chronic Obstructive Lung Disease.

Gobal Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic

Obstructive Pulmonary Disease. 2006

9. Kapita selekta. Hernia Inguinal Lateralis, Page 315-320. Published 2010

10. Hemorrhid Treatment Answer. Risk Factor Associated With

Hemorrhoids.Published 2010-2012

23