8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
1/21
1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Kampus I I Ukr ida Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510
Nurul Nadjwa binti Mohamed Shokri
NIM:102009340
Email:[email protected]
Kejang Demam Sederhana
ABSTRAK
Abstrak: Kejang(seizures) adalah pelepasan muatan oleh neuron-neuron otak yang
mendadak dan tidak terkontrol, yang menyebabkan perubahan pada fungsi otak. Kejang
demam ialah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan
neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% daripada anak berumur di bawah 5 tahun pernah menderita
kejang demam. Kriteria diagnostik mencakup kejang pertama yang dialami oleh anak dengan
suhu lebih tinggi dari 38C, anak berusia kurang dari 6 tahun,tidak ada tanda infeksi atau
peradangan susunan saraf pusat dan anak tidak menderita gangguan metabolik sistemik
akut. Kejang demam dapat diklasifikasikan sebagai kejang demam jinak apabila berlangsung
kurang dari 15 menit, tidak memperlihatkan gambaran fokal yang signifikan, dan tidak
berlangsung dalam suatu rangkaian yang memiliki durasi total lebih dari 30 menit. Kejang
demam kompleks memiliki durasi lebih lama,ada tanda fokal dan terjadi dalam rangkaian
yang berkepanjangan.
Kata kunci: Kejang demam, seizures,kejang demam sederhana,kejang demam kompleks.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak mengalami
demam akibat proses diluar intrakranial tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang perlu
diwaspadai karena kejadian berulang dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Kejang
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
2/21
2
demam dapat dibedakan atas kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang
demam sederhana ialah kejang menyeluruh yang berlangsung kurang dari 10 menit dan tidak
berulang dalam 24 jam sedangkan kejang demam kompleks ialah kejang pada salah satu
tungkai/lengan saja(kejang fokal) yang berlangsung lebih 10 menit dan berulang selama 1
hari atau selama demam berlangsung.1 Kejang demam dapat terjadi pada 2-5% populasi
anak,yaitu pada semua anak yang berusia 6 bulan sampai 6 tahun, terutama orang tuanya
yang pernah mempunyai riwayat kejang demam. Terjadinya kejang demam bergantung
kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Lennox(1949) berpendapat bahwa
41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal
hanya 3%.2 Jurnal ini akan membahas lebih rinci mengenai kejang demam dari anamnesa,
pemeriksaan, etiologi, manifestasi, patofisiologi, tatalaksana serta prognosis.
SKENARIO
Seorang anak laki-laki usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke RS karena kejang beberapa menit
yang lalu. Sejak 2 hari yang lalu,anak tersebut menderita batuk dan pilek dan hanya diberi
obat yang dibeli di warung. Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit, anak mulai demam
tinggi, selang beberapa menit kemudian si anak mulai kejang-kejang pada kedua tangan dan
kakinya, mata mendelik ke atas. Kejang ini berlangsung selama 5 menit, setelah kejang
berhenti anak tersebut menangis kencang dan bergerak aktif. Menurut ibunya kejang seperti
ini pernah terjadi pada saat anak berusia 2 tahun.
HIPOTESIS
Anak dengan keluhan tersebut menderita kejang demam sederhana.
ANAMNESIS
Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien. Tujuan dari anamnesis
antara lain: mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien,
membantu menegakkan diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta membantu
menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Wawancara yang baik seringkali sudah dapat
mengarah masalah pasien dengan diagnosa penyakit tertentu. Adapun anamnesis meliputi:
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
3/21
3
pencatatan identitas pasien, keluhan utama pasien, riwayat penyakit pasien serta riwayat
penyakit keluarga.3
Pada kasus ini, anamnesis dilakukan secara allo-anamnesisyaitu menanyakan pada
penjaga atau ibu bapa anak hal-hal berkaitan dengan keluhan anaknya. Anamnesis anak
dengan kejang demam biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga
lainnya(ayah,ibu atau saudara kandung).
Identitas penderita:
Nama, alamat, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,status sosial ekonomi
keluarga serta lingkungan tempat tinggal.3
Riwayat penyakit sekarang:4
Apakah keluhan utama pasien datang berobat?
Adakah terjadi kejang? Kapan pertama kejang?Berapa lama kejang? Jenis
kejang? Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi kejang?
Demam sejak kapan? Penyebab demam adakah di luar susunan saraf pusat?
Kesadaran anak sebelum/setelah kejang?
Kejang tonik,klonik,fokal,generalisata?
Riwayat penyakit dahulu:
Adakah pernah menderita kejang demam sebelumnya? Jika ada di usia
berapa? Frekuensi kejang?
Adakah ada riwayat penyakit neurologis yang lain seperti meningitis?
Adakah ada sebarang kelainan pada organ atau sistem tubuh yang lain?
Riwayat pengobatan:
Adakah pernah berjumpa dokter lain untuk mendapatkan perawatan?
Adakah ada mangkonsumsi obat-obat yang diresep oleh dokter atau dibeli di
apotek sebelumnya?
Riwayat kehamilan:
Kesehatan ibu saat kehamilan
Pernah sakit panas?
Pernah tetanus toxoid?
Riwayat kelahiran:
Tanggal lahir
Tempat lahir
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
4/21
4
Ditolong oleh siapa
Cara kelahiran
Kehamilan ganda
Keadaan stlh lahir, pasca lahir, hari-hari 1 kehidupan
Masa kehamilan
Berat badan dan panjang badan lahir (apakah sesuai dengan masa kehamilan,
kurang atau besar)
Riwayat penyakit keluarga:4
Adakah ada riwayat kejang demam dalam keluarga?
Adakah ada riwayat epilepsi dalam keluarga?
Adakah ada riwayat penyakit neurologis lain dalam keluarga?
Riwayat pertumbuhanKurva berat badan terhadap umur
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah menilai tahap kesadaran anak, kemudian
melihat sekiranya ada tanda-tanda meningitis serta pemeriksaan neurologis lain.5
Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menentukan status neurologis,
mengidentifikasi sumber infeksi, dan menyingkirkan infeksi SSP.
Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan untuk mengidentifikasi fokus infeksi, seperti
infeksi pada telinga, saluran pernapasan bagian atas, paru-paru, kulit, saluran
pencernaan, atau saluran kemih. Pemeriksaan neurologis harus normal pada bayi atau
anak yang sehat.
Pada pasien dengan meningitis dan infeksi intrakranial, dapat dilihat pada
pemeriksaan fisik oleh perubahan tingkat kesadaran, letargi atau iritabilitas, hipotensi,
kekakuan, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, ruam petekie atau positif
Kernig atau Brudzinski.6
Pada keadaan umum, yang dinilai adalah:
o Keadaan sakitnyaTampak sakit berat atau sedang
o KesadaranCM, apatis,somnolen,sopor,koma,delirium
o Status mental dan tingkah lakuGembira,tenang,koperatif,gelisah,murung.
o Kelainan yang segera tampak seperti karakteristik tangisankuat, lemah atau
nada tinggi.
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
5/21
5
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologik, pemeriksaan ini
dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut:
1.
Bisa dilihat dari manifestasi kejang yang terjadi, misalnya : pada kejang
multifokal yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan
adanya kelainan struktur otak.
2.
Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi,
henti nafas, kejang tonik, reaksi pupil terhadap cahaya negatif.
3. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang
disebabkan oleh trauma. Ubun-ubun besar yang tegang dan membenjol
menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh
pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran
menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior
yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.
Pemeriksaan status giziUntuk menilai tumbuh kembang anak dan diplot pada
grafik BB anak.
Pemeriksaan tinggi badan anak/panjang badanUntuk menilai tumbuh kembang,
diplot pd grafik tumbuh kembang (tinggi/ panjang badan anak).
Pemeriksaan tanda vital Suhu meningkat pada pasien kejang demam, tekanan
darah meningkat pada peningkatan tekanan intrakranial.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang
demam. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap, gula darah, elektrolit,
kalsium serum,urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.4
Pemeriksaan imaging (CT scan atau MRI) tidak rutin dan dikerjakan hanya atasindikasi seperti pada keadaan:4
o Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala
o Kemungkinan adanya lesi struktural di otak(mikrosefali, spastik)
o Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial(kesadaran menurun, muntah
berulang, fontanel anterior membonjol,paresis saraf otak IV, edema papil)
Pemeriksaan Cerebrospinal Fluid(CSF) dengan tindakan Pungsi lumbal sangat
dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan pada anak berusia 12-18
bulan dan dipertimbangkan pada anak berusia di atas 18 bulan yang dicurigai
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
6/21
6
menderita meningitis.4 Pada kasus kejang demam, tidak didapatkan gambaran
patologis.
o Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan:
1. Warna cairan cerebrospinal :Kuning, menunjukan pigmen kuning
santokrom.
2.
Jumlah cairan dalam cerebrospinal meningkat lebih dari normal
(normal bayi 40-60 ml, anak muda 60-100 ml, anak lebih tua 80-120ml
dan dewasa 130-150ml).
3. Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0
mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
o Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal
dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:4
1. Bayi < 12 bulan : diharuskan.
2. Bayi antara 1218 bulan : dianjurkan.
3.
Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
Elektroensefalongrafi(EEG) dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.4
Gambar 1: Punksi lumbal
Working Diagnosis(WD)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosa kerja/working diagnosis
Kejang Demam Sederhana. Diagnosa ini dibuat atas keluhan dan gejala klinis saat pasien
datang ke dokter. Kejang Demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15
menit dan tidak berulang pada hari yang sama. Diagnosa ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan Pungsi Lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi pada otak.
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
7/21
7
Manifestasi klinis Kejang demam yang menyebabkannya diambil sebagai diagnosa penyakit
antara lain ialah:5
Peningkatan suhu secara mendadak.
Tidak adanya tanda-tanda inflamasi SSP sebelum atau selepas kejang.
Tidak ada riwayat non-febrile seizures.
Perbedaan kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks dapat dilihat dalam tabel di
bawah:5
Simple/sederhana/Benign(70-80%) Kompleks/Atypical(20-30%)
Durasi 15 menitKejang fokal
Kejang rekurens (>1 kali dalam 24 jam)
Ada riwayat gangguan neurologis atau defisit
neurologis setelah kejang
Tabel 1: Perbedaan kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks
Kejang tonik-klonik adalah jenis kejang generalisata yang ditandai oleh munculnya secara
mendadak kontraksi kuat dan kaku otot-otot lengan dan tungkai(kejang tonik), diikuti olehkontraksi dan relaksasi ritmik otot-otot(kejang klonik). Kejang ini merupakan jenis kejang
generalisata yang paling sering terjadi dan semula diberi nama kejang grandmal. Kejang
generalisata lainnya mungkin bersifat tonik murni atau klonik murni.7
Differential Diagnosis(DD)
Penyakit Definisi dan manifestasi
Kejang Demam Kompleks Kejang yang terjadi saat seorang bayi atau anak mengalami
demam tanpa infeksi sistem saraf pusat.
Kejang yang hanya terjadi pada satu sisi tubuh,
berlangsung lama lebih dari 15 menit atau berulang dua
kali atau lebih dalam satu hari.2
Meningitis Radang selaput otak disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau
toksin. Sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain
di tubuh, misalnya sinus, telinga, atau saluran nafas bagian
atas.
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
8/21
8
Gejalanya antara lain ialah timbulnya demam akibat infeksi,
fotofobia(nyeri terhadap sinar) akibat iritasi saraf-saraf
kranialis, ketidakmampuan menekukkan dagu ke dada
tanpa nyeri, nyeri dan kaku leher akibat iritasi saraf
spinalis. Kesadaran turun.
Pada pemeriksaan tanda rangsang meningeal didapatkan kaku
duduk, Brudzisnky +, lasegues sign + dan Kernigs sign +.
Ensefalitis Infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikro-organisme.
Gejalanya adalah suhu yang naik mendadak, hiperpireksia,
kesadaran menurun cepat, nyeri kepala sebelum kesadaran
menurun, kejang dapat bersifat fokal atau twitching yang
berlangsung berjam-jam serta gejala serebrum yang
beraneka ragam seperti paresis,paralisis dan afasia.2
Tabel 2: Diagnosis banding Kejang demam
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam paling sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun.5
3-5% dari populasi anak dan anak lelaki lebih banyak prevalensi dari anak
perempuan.5
Frekuensi epilepsi diantara berbagai anggota keluarga adalah 4-10%.1
Menurut ras, kulit putih lebih banyak dari kulit berwarna.
75% rekurensi dalam jangka waktu 12 bulan dari kejang pertama.6
Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam ialah:4
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2.
Usia di bawah 18 bulan3. Suhu tubuh saat kejang
4. Lamanya demam saat awitan kejang
5. Riwayat epilepsi dalam keluarga
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:4
1. Adanya gangguan neurodevelopmental
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi dalam keluarga
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
9/21
9
4. Lamanya demam saat awitan kejang
5. Lebih dari satu kali kejang demam kompleks
ETIOLOGI
Tidak diketahui pasti tetapi tampaknya pengaruh genetik yang kuat serta demam. 1Penyebab
kejang demam antara lain ialah:
- Suhu yang tinggi
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan tinggi, dan kejang sering terjadi pada hari
pertama demam.
- Ambang kejang
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang itulah seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu
tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu
38oC.
-
Infeksi virus dan bakteria
Demam yang menyebabkan kejang demam sering disebabkan oleh infeksi pada tubuh
anak-anak. Penyakit tipikal pada anak, termasuklah infeksi virus roseola yang
menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening di leher dan rash yang sering dikaitkan
dengan kejang demam. Penyebab demam tiba-tiba sehingga kejang yang jarang terjadi
tetapi serius ialah infeksi pada sistem saraf pusat, seperti meningitis dan ensefalitis.
Keadaan yang paling sering menyebabkan kejang demam adalah radang tenggorokan,
radang telinga tengah, infeksi saluran cerna, infeksi saluran kemih, campak dan cacar air.
PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme terpenting otak adalah glukosa.
Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-
paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalahglukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2dan air.
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
10/21
10
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam lipoid dan permukaan
luar yang ionik. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah
oleh ion Kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida. Akibatnya konsentrasi Kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+rendah,
sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut
potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Bagan 1: Proses terjadinya kejang
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
11/21
11
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan
dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun ion Natrium melalui membrane tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membrane sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan
terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada suhu tertentu. Pada
anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C sedangkan
pada anak dengan ambang kejang yang lebih tinggi,kejang baru terjadi pada suhu 40C atau
lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahawa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penganggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.2
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama(lebih dari 15 menit)
biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untukkontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnenia, asidosis laktat
disebabkan metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan
selanjutnya meningkatkan metabolisme otak. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor
penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.2
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
12/21
12
Bagan 2: Ringkasan patofisiologi kejang demam
Bagan 3: Jalur kejang demam
Penyakit infeksi
ekstrakranialKenaikan suhu
Disfungsi
neurologis pada
jaringan
serebral
Episode kejang
Berulang
Resiko cedera
Suplai oksigen
berkurang
Potensial cedera
otak
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
13/21
13
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama sakit, sering sewaktu suhu tubuh
meningkat cepat, tetapi pada sebahagian anak,tanda pertama penyakit mungkin kejang dan
pada yang lain, kejang terjadi saat demam menurun. Derajat demam bukan merupakan faktor
kunci yang memicu kejang. Selama suatu penyakit, setelah demam turun dan naik kembali
sebagian anak tidak kembali kejang walaupun tercapai tingkatan suhu yang sama dan
sebagian anak yang lain tidak mengalami kejang pada penyakit demam berikutnya walaupun
tercapai tingkatan suhu yang sama. Sebagian besar pasien mengalami kejang demam jinak
dan hanya akan sekali kejang selama suatu penyakit demam. Hanya 20% dari kejang demam
pertama bersifat kompleks. Dari pasien yang mengalami kejang demam kompleks, sekitar
80% mengalami kejang demam kompleks sebagai kejang pertama. Anak yang
berkemungkinan besar mengalami kejang demam kompleks tidak dapat diketahui secara pasti
sebelum kejadian. Namun,mereka cenderung berusia kurang dari 18 bulan dan memiliki
riwayat disfungsi neurologik atau gangguan perkembangan.1
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf
pusat, misalnya tonsillitis, otitis media akuta, bronchitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangankejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan
sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya
kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk
sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali
tanpa adanya kelainan saraf.2
Di Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI-RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone
dimodifikasi dan dipakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam
sederhana ialah:2
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2.
Kejang berlangsung hanya sebentar saja,tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5.
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
14/21
14
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7.
Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria modifikasi
Livingston diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang
kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang,
sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.
Klasifikasi Epilepsi/kejang
Cara yang paling sederhana untuk mengelompokkan serangan epilepsi adalah apakah pada
EEG serangan tersebut bersifat fokal atau umum.8
Epilepsi umum/generalisata primer
Hal ini mengacu pada aktivitas serangan listrik pada EEG yang timbul dari kedua hemisfer
secara bersamaan. Biasanya dimulai pada masa anak-anak atau remaja. Mungkin terdapat
riwayat keluarga. Pencitraan otak(CT atau MRI) menunjukkan gambaran normal. Sering
bersifat fotosenstitif(bisa dipicu oleh cahaya yang berkilat). Tiga manifestasi yang umum:8
1.
Absences anak-anak yang khas(petit mal)
2. Kejang mioklonik
3. Serangan tonik-klonik umum: kekakuan tonik tungkai selama beberapa saat disertai
kehilangan kesadaran tiba-tiba dan diikuti oleh kejang klonik yang lamanya
bervariasi.8 Kejang tonik-klonik yang dahulunya disebut grand mal adalah kejang
epilepsi yang klasik. Ia diawali dengan hilang kesadaran yang cepat, pasien mungkin
bersuara menangis,akibat eskpirasi paksa yang disebabkan oleh spasme toraks atau
abdomen. Pasien hilang posisi berdiri,mengalami tonik kemudian klonik dan
inkontinensia urin atau alvi disertai disfungsi otonom.9
Kejang tonik klonik demam yang sering disebut kejang demam paling sering terjadi pada
anak berusia kurang dari 5 tahun. Teori menyarankan bahwa kejang ini disebabkan oleh
hipertermia yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.
Kejang ini umumnya berlangsung singkat dan ada predesposisi familial. Pada beberapa
kasus, kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak dan anak mungkin mengalami kejang
nondemam pada kehidupan selanjutnya.9
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
15/21
15
Epilepsi yang terkait lokalisasi
Terdapat fokus listrik yang jelas pada EEG yang menunjukkan tempat asal serangan. Sering
ditemukan kelainan pada pencitraan (sklerosis hipokampus, tumor jinak, malformasi
atriovenosa, diplasia korteks). Tidak terdapat riwayat keluarga. Bentuk yang umum adalah: 8
serangan parsial sederhana
Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu).
Apabila aktivitas listrik menyebar,terjadi serangan umum sekunder.
PENATALAKSANAAN
MEDIKA MENTOSA
Pengobatan saat kejang dapat dilihat pada tatalaksana penghentian kejanglihat bagan di
bawah.2,4
Bagan 4: Penghentian Kejang Demam
Kejang : 1.Diazepam rectal 0.5mg/kgBB atau BB10kg:10mg
segera 2.Diazepam IV 0.3-0.5 mg/kgBB
berikan Diazepam
Intravena atau
Diazepam rektal
Bila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit
Dapat diulang dengan dosis/cara yang sama
Kejang berhenti
Berikan dosis awal fenobarbital
Dosis: Neonatus: 30mg im
1bulan-1tahun:50mg im
>1 tahun :75mg im
Pengobatan rumat
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
16/21
16
4 jam kemudian Dosis:
: Hari 1+2 :Fenobarbital 8-10mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis
:Hari berikutnya: Fenobarbital 4-5mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis.
Bila Diazepam tidak tersedia: langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan
selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat.2
Bila kejang berhenti, terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan berdasarkan
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.4
Pemberian fenitoin bolus sebaiknya diberikan secara drip intravena dicampur dengan
cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.
Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di rumah sakit pada keadaan berikut:
o Kejang demam kompleks
o Hiperpireksia
o Usia di bawah 6 bulan
o Kejang demam pertama
o Dijumpai kelainan neurologis
Turunkan demam :Anti Piretika :
o
Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau
o Ibuprofen510mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 34 kali per hari.
o Kompres : suhu > 39 C dengan air hangat, suhu > 38 C dengan air biasa.
Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit
dasarnya.
Penanganan suportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen,
menjaga keseimbangan air dan elektrolit, pertahankan keseimbangan tekanan darah.
NON-MEDIKA MENTOSA
Bersamaan dengan mengatasi kejang dilakukan:
a) Bebaskan jalan nafas, pakaian penderita dilonggarkan kalau perlu dilepaskan.
b)
Tidurkan penderita pada posisi terlentang, hindari dari trauma. Cegah trauma pada
bibir dan lidah dengan pemberian spatel lidah atau sapu tangan diantara gigi.
c) Pemberian oksigen untuk mencegah kerusakan otak karena hipoksia.
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
17/21
17
d) Segera turunkan suhu badan dengan pemberian antipiretika
(asetaminofen/parasetamol) atau dapat diberikan kompres es.
e)
Cari penyebab kenaikan suhu badan dan berikan antibiotic yang sesuai
f)Apabila kejang berlangsung lebih dari 30 menit dapat diberikan kortikosteroid untuk
mencegah oedem otak dengan menggunakan cortisone 20-30 mg/kgBB atau
dexametason 0,5-0,6 mg/kgBB
Kurangnya pengetahuan orang tua,mengenai penyakit. Menjelaskan pada orang tua
tentang:
o Menyediakan obat antipiretika dan anti konvulsan sesuai petunjuk dokter
o Anak segera diberikan obat antipiretik bila demam.
o Penanganan kejang sederhana di rumah : dibaringkan di tempat yang ratadan
aman, melonggarkan baju, memberikan kompres dingin, memberiminum setelah
pasien sadar penuh.
o Bila kejang berlangsung lama segera bawa ke rumah sakit
o Bila diberikan diazepam rectal, ajarkan pemakaian.
o Jika anak mendapat imunisasi beritahukan orang tua agar menjelaskan
pada petugas kesehatan jika anaknya penderita kejang demam dan diberikan
imunisasi yang tidak mengakibatkan demam.
KOMPLIKASI
Berulangnya Kejang:2
- Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan
pertama dari serangan pertama.
Epilepsi:2
- Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita
KDS tergantung kepada faktor:
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS
c. kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
-
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami
serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atautidak sama sekali faktor di atas.
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
18/21
18
Hemiparesis2
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari
setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal yang
terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2
minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan 0,2 % KDS mengalami hemiparese
sesudah kejang lama.
Retardasi Mental2
Ditemukan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang
kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau
kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti
dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah
5x lebih besar.
PENCEGAHAN
Pencegahan berkala ( intermiten ) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam
0,3 mg/KgBB/dosis PO dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang
disertai demam.2
Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan AsamValproat 1540
mg/KgBB/hari dan fenobarbital3-5mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 23 dosis.
Pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan pencegahan segera saat
kejang berlangsung.
1.
Pencegahan berulang:
a) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter.
b) Tersedianya alat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara
pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada
anak ( 36-37C).
c) Anak diberi obat antipiretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai
demam dan jangan menunggu sampai suhu meningkat.
2.
Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi:a) Baringkan pasien pada tempat yang rata.
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
19/21
19
b) Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan tubuh.
c) Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas.
d)
Lepaskan pakaian yang ketat.
e) Jangan melawan gerakan pasien untuk menghindari cedera.
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak
menyebabkan kematian.2
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi kejang
demam berulang,epilepsi, kelainan motorik, gangguan mental dan belajar.
Angka rekurensi untuk kejang demam dilaporkan sebesar 25-50%. Faktor tunggal
terpenting dalam memperkirakan rekurensi adalah usia anak saat kejang pertama.
Anak yang mengalami kejang pertama pada usia 1 tahun memiliki kemungkinan
65% menderita kejang demam rekurens. Hal ini berbeda dengan kemungkinan 35%
apabila awitan kejang adalah pada usia antara 1-2,5 tahun dan 20% setelah usia 2,5
tahun. Angka rekurensi juga meningkat pada anak yang perkembangannya abnormal
sebelum kejang pertama dan pada mereka yang memiliki riwayat kejang febris pada
keluarga. Anak yang mengalami demam dengan durasi lebih singkat sebelum kejang
demam dan mengalami temperatur yang lebih rendah juga mempunyai resiko
meningkat terkena kejang demam.1
Gangguan belajar dan perilaku, retardasi mental, defisit koordinasi dan motorik, status
epileptikus dan kematian pernah dilaporkan sebagai sekuele kejang demam.1
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
20/21
20
PENUTUP
Kejang adalah suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh lepas muatan hipersinkron
abnormal dari suatu kumpulan neuron SSP. Istilah kejang perlu secara cermat dibedakan dariepilepsi. Epilepsi menerangkan suatu penyakit pada seseorang yang mengalami kejang
rekuren nonmetabolik yang disebabkan oleh suatu proses kronik yang mendasarinya. Kejang
demam adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam, namun tidak sampai
menginfeksi otak anak. Infeksi ekstrakranial yang paling banyak didapatkan yakni dari
saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh penyebab kejang demam.
Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, dan memutar matanya. Anak
tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih
gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya
berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Penanganganan yang cepat akan mengurangkan resiko komplikasi.
KESIMPULAN
Hipotesis diterima. Anak dengan keluhan kejang beberapa menit yang lalu,anak tersebut
menderita batuk dan pilek dua hari yang lalu, anak mulai demam tinggi SMRS, selang
beberapa menit kemudian si anak mulai kejang-kejang pada kedua tangan dan kakinya, mata
mendelik ke atas yang berlangsung selama 5 menit, menderita Kejang Demam Sederhana.
8/10/2019 Kasus 5 Kejg Demam
21/21
DAFTAR PUSTAKA
1. Marvin A.F. Kejang demam. Buku Ajar Pediatri Rudolf.Vol III. 20 th ed. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta:2007. Pg2160-61.2. Hassan R, Alatas H. Ensefalitis,Kejang demam. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Vol II. 11th ed. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia:2007.p622-4,847-54.
3. Bickley L.S. Anamnesis. Bates Guide to Physical Examination and History Taking.
International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer
Health; 2009.
4. Santoso M.,Kurniadhi D.,Tendean M.,Oktavia E.,Ciulianto R. Kejang demam.
Panduan Kepaniteraan Klinik Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran Ukrida:2009.
p831-3.
5. Janine H. Febrile seizures. The Toronto Notes. 27th ed. Toronto Notes for Medical
Students, Inc. Toronto, Ontario, Canada. 2011.p1102-3.
6. Statham E. Febrile seizures. Learn Pediatrics. University of British Columbia.
Diunduh dari http://learnpediatrics.com/body-systems/nervous-syste/febrile-seizures/.
Diakses tanggal 8/1/2012.
7.
Elizabeth J.C. Gangguan kejang,epilepsi. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta: 2001.p172-4.
8. Patrick D. Epilepsi. At A Glance Medicine. Penerbit Erlangga:2006.p182-3.
9. Lombardo M.C. Gangguan kejang. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
penyakit. Vol II. 6thed. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 2006.pg1157-66.
http://learnpediatrics.com/body-systems/nervous-syste/febrile-seizures/http://learnpediatrics.com/body-systems/nervous-syste/febrile-seizures/http://learnpediatrics.com/body-systems/nervous-syste/febrile-seizures/