LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
TOPIK:
PENGEMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DI ACEH DALAM MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN EKONOMI MASYARAKAT MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
2015
Oleh :
Ketua :Ulul Azmi1204107010005, Teknik Geofisika
Anggota :T. Ryan FachriantaCut Intan Keumala
1104107010027, Teknik Geofisika1204107010033, Teknik
Geofisika
UNIVERSITAS SYIAH KUALABANDA ACEH2014
ii
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT dan shalawat
serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan topik Pengembangan energi
panas bumi di Aceh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat menuju ASEAN Economic Community 2015. Karya tulis ini
bisa menjadi awal pola pikir atau pandangan mengenai potensi
sumberdaya alam mineral Aceh yang sudah diketahui untuk dapat
dikelola secara mandiri dan tidak sepenuhnya dikelola oleh pihak
asing. Mandiri yang dimaksud adalah mengoptimalkan segenap potensi
lokal sesuai dengan kearifan lokal. Karena dengan kemandirian dan
daya saing yang kuat dapat mewujudkan ketahanan Nasional di bidang
pengembangan industri tambang serta memberikan kesejahteraan rakyat
Aceh khususnya dan Bangsa Indonesia.Penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Marwan MT selaku Dosen pembimbing karya
tulis ini. Kepada teman-teman Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika
(HIMA-TG) FT Unsyiah yang telah memberikan dorongan dan motivasinya
selama penyelesaiannya karya tulis ini.Kami menyadari bahwa karya
tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran membangun demi kelengkapan
penyusunan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata kami sampaikan
terimakasih.
Banda Aceh, 12 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan iKata Pengantar iiDaftar Isi iiiDaftar Tabel
ivAbstrak 1
BAB I PENDAHULUAN21.1. Latar Belakang 21.2. Rumusan Masalah
41.3. Tujuan Penulisan 41.4. Manfaat Penulisan4BAB II TINJAUAN
PUSTAKA62.1. Energi Panas Bumi 62.2. Peluang Pengembangan Potensi
Panas Bumi Aceh72.3. Komunitas Ekonomi ASEAN 9BAB III METODE
PENULISAN123.1. Metode Pengumpulan Data 123.2. Metode Analisis Data
12BAB IV PEMBAHASAN 134.1. Permasalahan Panas Bumi Aceh 134.2.
Solusi Pengembangan Energi Panas Bumi164.3. Peran Perguruan Tinggi
di Aceh194.4. Peran Energi Panas Bumi dalam Menghadapi ASEAN
201520BAB V PENUTUP 225.1. Kesimpulan 225.2. Saran 22DAFTAR PUSTAKA
23LAMPIRAN24BIODATA KETUA I24BIODATA ANGGOTA I 25BIODATA ANGGOTA II
26
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALISTAS 27
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Potensi Panas Bumi Provinsi Aceh 4
PENGEMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DI ACEH DALAM MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN EKONOMI MASYARAKAT MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
2015
Ulul Azmi, T. Ryan Fachrianta, Cut Intan Keumala
Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Unversitas
Syiah Kuala
ABSTRAK
Aceh tercatat memiliki potensi energi panas bumi sebesar 1373
Mwe (Megawatt equivalent) yang tersebar di 17 lapangan panas bumi
di berbagai daerah (Distamben Aceh, 2013). Hal tersebut dapat
menjadi peluang yang besar untuk dikembangkan menjadi energi ramah
lingkungan untuk pembangkit listrik di Aceh. Terlebih lagi hampir
di semua daerah di Aceh sedang mengalami krisis kebutuhan listrik
yang ditandai dengan seringnya terjadi pemadaman bergilir
(http://www.acehutara.go.id/). Listrik memegang peranan yang sangat
penting dalam memajukan perekonomian di suatu daerah, segala
aktivitas manusia modern saat ini sangat bergantung terhadap
ketersediaan listrik. Bila kemandirian listrik belum tercapai maka
kemaslahatan masyarakat akan sulit diwujudkan. Untuk itu percepatan
dalam pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam khususnya
energi panas bumi merupakan solusi konkrit yang harus
direalisasikan. Mengingat akan hadirnya ASEAN Economic Community
(AEC) 2015, Aceh diharapkan akan mampu menciptakan iklim investasi
yang baik dengan terpenuhinya ketersediaan energi sekaligus
membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat daerah.
Kata Kunci : energi panas bumi, listrik, ASEAN 2015, peran
Unsyiah, ekonomi masyarakat
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara geografis Indonesia didominasi oleh gunung api yang
terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng
Indo-Australia. Lokasi gunung api yang paling dikenali adalah
gunung api yang berada di sepanjang busur cincin api pasifik
(Pacific Ring of Fire). Busur cincin api pasifik merupakan garis
bergeseknya antara dua lempeng tektonik. Pergesekkan dua lempeng
tektonik tersebut menimbulkan aktivitas tektonik yang menjadi salah
satu dari sumber panas bumi. Geothermal adalah energi panas yang
terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi. Temperatur di bawah
kerak bumi bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Kerak bumi dan
sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan
total kurang lebih 80 km, disinilah cikal bakal gunung api
terbentuk. Gunung api adalah istilah dari suatu sistem saluran
fluida panas atau batuan dalam bentuk wujud cair yang sering
disebut lava. Di Aceh terdapat beberapa gunung api di antaranya
adalah gunung api Seulawah Agam yang berada pada Kabupaten Aceh
Besar, Jaboi yang berada pada Kota Sabang dan Geureudong yang
berada pada Kabupaten Bener Meriah. Wilayah tersebut adalah salah
satu sumber panas bumi yang potensial untuk dieksplorasi dan
dieksploitasi.
Terdapatnya banyak wilayah prospek panas bumi di Aceh yang dapat
dikembangkan untuk melengkapi sumber energi yang terbaharukan. Aceh
saat ini sedang berada dalam krisis energi untuk pembangkit
listrik. Sering terjadinya pemadaman listrik jelas menyebabkan
aktivitas sehari-hari masyarakat menjadi terganggu. Dengan kekayaan
alam yang Aceh miliki seharusnya dapat digunakan untuk mengatasi
masalah pemadaman listrik dan mengurangi ketergantungan terhadap
provinsi lain. Saat ini listrik memegang peranan yang sangat vital
dalam memajukan perekonomian di suatu daerah.
Dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang Aceh miliki
dibutuhkan tenaga ahli didalam bidang tersebut agar terciptanya
kemajuan yang maksimal. Tenaga ahli disini adalah Sumber Daya
Manusia (SDM) yang sekarang sangatlah penting untuk ditingkatkan.
Mengingat permasalahan yang selalu muncul yaitu ketergantungannya
negara ini dalam mengelola SDA menggunakan tenaga ahli yang
didatangkan dari luar negeri dan luar provinsi. Hal ini akan
membuat dampak buruk jika diteruskan dalam bidang ekonomi, daya
saing SDM lokal yang rendah sampai dengan turunnya kepercayaan diri
masyarakat lokal untuk terlibat dalam kegiatan multinasional. Peran
perguruan tinggi dalam hal ini sangatlah diperlukan guna membentuk
SDM yang akan mengelola SDA.
Perguruan tinggi diharapkan bisa mendidik, mengasah dan
melahirkan sarjana yang memiliki dedikasi tinggi sehingga dapat
meningkatkan SDM masyarakat. Dalam hal ini SDM yang harus
ditingkatkan yaitu tenaga ahli didalam bidang ilmu kebumian.
Terbukanya Prodi Teknik Geofisika dan Prodi Teknik Pertambangan
pada Universitas Syiah Kuala (USK) di Aceh akan membantu
terwujudnya SDM yang akan mengelola SDA di Indonesia khususnya di
Aceh. Kedua bidang ini sangat berperan penting dalam mengelola SDA
yang Aceh miliki karena sebagai tenaga ahli lokal yang lebih
mengetahui SDA di Aceh. Dalam melaksanakan program pendidikan
dibutuhkan biaya yang besar untuk membeli alat-alat pendukung serta
mewujudkan sarana yang memadai. Tenaga pengajar yang ahli dibidang
tersebut juga sangat dibutuhkan dalam mewujudkan sarjana yang
memiliki dedikasi tinggi. USK yang di juluki jantong hatee rakyat
Aceh adalah tempat dimana rakyat Aceh menimba ilmu agar dapat
mewujudkan keinginan rakyat Aceh dan Indonesia yang mandiri dalam
mengelola Sumber Daya Alam.
Dengan menyadari tantangan akan hadirnya ASEAN Economic
Community (AEC) maka diperlukan usaha untuk menyadarkan semua pihak
akan pentingnya mempercepat pengembangan energi panas bumi di Aceh.
Salah satunya adalah dengan memberikan informasi tentang manfaat
energi panas bumi dalam memenuhi kebutuhan energi dan pentingnya
percepatan penggunaan energi panas bumi Aceh.
1.1 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas
dalam karya tulis ilmiah, yaitu:1. Apa saja hambatan yang ada dalam
pengembangan energi panas bumi di Aceh ?2. Bagaimana solusi yang
harus dilakukan dalam pengembangan energi panas bumi?3. Bagaimana
peran perguruan tinggi dalam mempercepat pembangunan energi panas
bumi?4. Bagaimana peran pengembangan energi panas bumi dalam
menghadapi komunitas ASEAN?
1.2 Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan karya ilmiah
ini adalah:1. Untuk memberikan informasi kepada semua pihak tentang
besarnya potensi energi panas bumi di Aceh.2. Untuk mendukung
program pemerintah dalam pemanfaatan Renewable Energy.3. Untuk
menawarkan solusi terkait permasalahan yang ada dalam pengembangan
energi panas bumi.
1.3 Manfaat PenulisanPenulisan karya ilmiah diharapkan mampu
menumbuhkan semangat semua pihak untuk mendukung dan
mengimplementasikan program pengembangan energi panas bumi Aceh.
Selanjutnya pengetahuan tentang energi panas bumi dapat digunakan
sebagai pendukung program pemerintah Indonesia dalam penggunaan
energi terbarukan sebagai prospek energi masa depan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Panas BumiPanas bumi adalah sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas,uap air dan batuan bersama mineral
ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat
dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi. Panas bumi (geothermal)
terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi. Sumber energi
tersebut berasal dari pemanasan batuan dan air bersama unsur-unsur
lain yang tersimpan di dalam kerak bumi. Energi panas bumi adalah
energi diekstrasi dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Energi
panas bumi berasal dari inti bumi. Inti bumi terdiri atas berbagai
jenis logam dan batuan berbentuk cair, yang memiliki suhu sangat
tinggi.Namun perlu diingat dan diperhatikan bahwa pembangunan PLTP
(Pembangkit Listrik Panas bumi) tetap akan memiliki sisi positif
dan negatif.Keuntungan PLTP Bersih, karena tidak menggunakan bahan
bakar fosil, sehingga tidak ada timbunan limbah dan tumpahan
minyak. Hemat lahan, karena tidak memerlukan pembendungan sungai,
penebangan hutan Dapat diandalkan, karena dapat beroperasi 24 jam
sepanjang tahun. Fleksibel, karena dapat dirancang moduler,
sehingga dapat meningkatkan kapasitas sesuai permintaan yang
meningkat. Hemat biaya, karena tidak memerlukan tambahan
transportasi untuk pengangkutan bahan bakar.Keunggulan lain dari
energi panas bumi adalah dalam faktor kapasitas (capacity factor),
yaitu perbandingan antara beban ratarata yang dibangkitkan oleh
pembangkit dalam suatu periode (averageload generated in period)
dengan beban maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PLTP tersebut
(maximum load). Faktor kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi
ratarata 95%, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan faktor
kapasitas dari pembangkit listrik yang menggunakan batubara, yang
besarnya hanya 6070%. Sumber daya panas bumi merupakan sumber
energi terbarukan sehingga pemanfaatannya bisa berkelanjutan;
energi panas bumi berpeluang untuk mendapatkan dana karbon kredit;
dukungan UU No. 27/2003; kegiatan pemanfaatan panas bumi sejalan
dengan upaya pelestarian lingkungan (Ilyas, 2012).
2.2 Peluang Pengembangan Potensi Panas Bumi Aceh
a. Potensi yang tersedia cukup besar
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi panas bumi
terbesar di dunia. Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya
Mineral (ESDM) dalam situs http://psdg.bgl.esdm.go.id mengatakan
bahwa telah berhasil menemukan jumlah potensi panas bumi (panas
bumi) di Indonesia hingga mencapai 30 gigawatt (GW). Potensi
tersebut setara dengan 9 Milyar ekuivalen barel minyak bumi untuk
masa pengoperasian 30 tahun (Kasbani, 2009). Dari 34 Provinsi di
Indonesia, Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi
energi panas bumi yang sangat besar jika dilihat berdasarkan letak
geologinya.Provinsi Aceh dilalui jalur gunung api aktif yang
menyebabkan terbentuknya potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi yang terbaharukan (renewable energy).
Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah
(Distamben) Aceh lokasi panas bumi tersebar di 17 titik mengikuti
jalur sesar besar Sumatra di 8(delapan) Kabupaten yaitu: Aceh
Besar, Sabang, Pidie, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Timur, Gayo
Luwes dan Aceh Tamiang. Menurut data Distamben Aceh, cadangan
terduga panas bumi di Provinsi Aceh mencapai 215 Mwe (Megawatt
equivalent), sedangkan sumberdaya spekulatif dan sumberdaya
hipotesis masing-masing mencapai 625 Mwe dan 533 Mwe. Dengan total
potensi panas bumi yang sangat besar tersebut diharapkan Pemerintah
Provinsi Aceh dapat melakukan percepatan pembangunan power plant
yang memanfaatkan energi panas bumi tersebut.
Tabel 1. Potensi Panas Bumi Provinsi AcehNoNama
LapanganKabupaten/KotaPotensi
Sumber DayaCadangan
SpekulatifHipotesisTerduga
1IBOIHKota Sabang25--
2LHO PRIA LOTKota Sabang50--
3JABOI KEUNEUKAIKota Sabang-7350
4IE SEUM KRUENG RAYAAceh Besar-63-
5SEULAWAH AGAMAceh Besar-185165
6ALUR CANANGPidie25--
7ALOE LONG BANGGAPidie100--
8TANGSEPidie25--
9RIMBA RAYABener Meriah100--
10G. GEUREUDONGAceh Tengah-120-
11SIMPANG BALIKBener Meriah100--
12SILIH NARAAceh Tengah100--
13MERANTIAceh Timur25--
14BRAWANG BUAYAAceh Tamiang25--
15KAFIGayo Luwes25--
16G. KEMBARGayo Luwes-92-
17DOLOK PERKIRAPANGayo Luwes25--
Total Potensi625533215
Sumber Data: Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Acehb.
Energi Ramah Lingkungan
Pembangkit listrik panasbumi menghasilkan emisi yang sangat
rendah bila dibandingkan dengan minyak dan batubara. Berdasarkan
mekanisme Clean Development Mechanism (CDM) hasil protocol Kyoto
menjelaskan bahwa negara maju harus mengurangi emisi gas rumah kaca
sebesar 5,2% terhadap emisi tahun 1990, melalui pembelian energi
bersih dari negara berkembang yang proyeknya dibangun setelah tahun
2000. Energi panas bumi merupakan salah satu dari energi bersih
tersebut (http://psdg.bgl.esdm.go.id). c. Pemanfaatan Energi Panas
bumi
Ditinjau dari potensi yang ada, kapasitas pemanfaatan energi
panas bumi di Indonesia masih sangat kecil yaitu sekitar 4% dari
keseluruhan potensi yang ada (http://pge.pertamina.com).
Pemanfaatan tersebut masih terbatas untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi (PLTP) dengan menghasilkan energi listrik sebesar 1.194
MWe yang sebagian besar masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (97%).
Energi panas bumi di Indonesia sangat bervariasi, selain dapat
dimanfaatkan secara tidak langsung (PLTP), dapat pula dimanfaatkan
secara langsung (direct uses) dalam industri pertanian (untuk
mengeringkan hasil pertanian, budidaya tanaman tertentu,
pengeringan kayu dan kertas, dll). Dibandingkan dengan negara lain
seperti New Zealand, China dan Islandia, penggunaan secara langsung
masih sangat terbatas hanya untuk lokasi parawisata saja. Perlu
dilakukan penelitian dan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan
energi panas bumi secara langsung di Indonesia sehingga dapat
diterapkan sesuai kebutuhan daerah setempat.
2.3 Komunitas Ekonomi ASEANKerjasama ekonomi ASEAN diawali
dengan disahkannya Deklarasi Bangkok tahun 1967 yang bertujuan
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan
pengembangan budaya. Dalam perkembangannya, kerjasama ekonomi ASEAN
mengarah kepada pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic
Community) yang pelaksanaannya berjalan relatif lebih cepat
dibandingkan dengan kerjasama di bidang politik-keamanan dan sosial
budaya.
KTT ke- 9 ASEAN di Bali tahun 2003 menghasilkan Bali Concord II
yang menegaskan bahwa Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC ASEAN Economic
Community) akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi
ekonomi kawasan. Pembentukan biaya transaksi perdagangan,
memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan
daya saing sektor UKM. Disamping itu, pembentukan AEC juga akan
memberikan kemudahan dan peningkatan akses pasar intra-ASEAN serta
meningkatkan transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan-
peraturan dan standardisasi domestik. Pembentukan Komunitas Ekonomi
ASEAN akan memberikan peluang bagi negara negara anggota ASEAN
untuk memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai tujuan
bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan
dan memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis. Disamping itu,
pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN juga akan memberikan kemudahan
dan peningkatan akses pasar intra-ASEAN serta meningkatkan
transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan- peraturan dan
standardisasi domestik.
Dikutip dari situs kemlu.go.id , dijelaskan bahwa KTT ke-12
ASEAN di Cebu bulan Januari 2007 telah menyepakati Declaration on
the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by
2015. Dalam konteks tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN telah
menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk menyusun Cetak Biru ASEAN
Economic Community (AEC). Cetak Biru AEC tersebut berisi rencana
kerja strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga
tahun 2015 menuju terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN, yaitu :
Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas
untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal);
Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing
tinggi (regional competition policy, IPRs action plan,
infrastructure development, ICT, energy cooperation, taxation, dan
pengembangan UKM); Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi
yang merata (region of equitable economic development) melalui
pengembangan UKM dan program-program Initiative for ASEAN
Integration (IAI); dan Menuju integrasi penuh pada ekonomi global
(pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta
mendorong keikutsertaan dalam global supply network).
BAB IIIMETODE PENULISAN
Penulis menggunakan metode observasi dan kepustakaan untuk
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan. Adapun metode yang
dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1 Metode Pengumpulan Data, Pada metode ini, data-data
dikumpulkan dari buku, jurnal, media elektronik dan tulisan terkini
yang terkait dengan masalah pengembangan panas bumi dan kebutuhan
listrik di Aceh saat ini. Informasi yang telah terkumpul kemudian
dipilah untuk dianalisis selanjutnya. 3.2 Metode Analisis Data,
Analisis data dilakukan dengan cara mengambil inti masalah mengenai
pengembangan panas bumi di Aceh dan kebutuhan listrik masyarakat.
Masalah-masalah yang teridentifikasi kemudian diverifikasi kembali
sesuai kondisi terkini saat ini. Solusi terhadap permasalahan
diambil berdasarkan hasil studi pustaka dari sumber literatur
terpercaya, opini-opini ilmiah dan pandangan masyarakat Aceh
tentang pengembangan energi panas bumi.
BAB IVPEMBAHASAN
4.1 Permasalahan Panas Bumi Aceh
Jika berbicara tentang energi, Aceh saat ini masih jauh dari
harapan untuk menjadi daerah yang mandiri dalam pengembangan maupun
penggunaannya. Salah satunya energi untuk pembangkit listrik.
Terbukti sampai saat ini pasokan listrik aceh sebagian besar
berasal dari sumatera utara. Tradisi pemadaman bergiliran menjadi
hal yang sudah biasa di aceh. Kalau kondisi seperti ini terus
dilestarikan maka akan mempersulit pembangunan di Aceh di masa yang
akan datang. Bagaimana tidak, listrik menjadi syarat tumpuan utama
pengembangan ekonomi di suatu daerah. Aceh masih kalah bersaing
dengan provinsi lainnya. Sebenarnya Aceh adalah salah satu daerah
yang dikaruniai kekayaan yang sangat melimpah oleh Allah SWT.
Ditengah kasus subsidi energi fosil yang diperdebatkan karena
melonjak naik. Ditambah lagi pemerintah belum mampu menambah
produksi energi fosil. Saatnya Indonesia harus beralih pada energi
yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri
salah satunya adalah panas bumi. Energi ini dipercaya mampu menjadi
solusi dimana global warming menjadi permasalahan dunia saat ini.
Aceh memiliki tiga titik potensi panas bumi yang besar yaitu di
jaboi, gunung Seulawah Sgam, dan gunung Geureudong. Sampai saat ini
potensi tersebut belum sama sekali dimanfaatkan. Alhasil sebagian
besar listrik Aceh masih dipasok dari provinsi sumut. Provinsi Aceh
telah membuka proses tender Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) gunung
Seulawah Agam yang dimenangkan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy
(PGE) pada awal tahun 2013. Proyek tersebut diperkirakan bernilai 3
triliun rupiah namun sampai saat ini belum di mulai.Baru-baru ini
salah satu media (Sindonews.com) menyebutkan bahwa PT. PGE selaku
pemenang tender proyek panas bumi di gunung Seulawah Agam mengaku
berniat mengundurkan diri dari proyek tersebut karena daya jual
yang rendah yaitu 6.9 sen per kwh yang ditakutkan perusahaan
tersebut nantinya akan mengalami kerugian. Memang pada dasarnya
proyek panas bumi ini memiliki resiko usaha tinggi dan memerlukan
waktu yang relatif lama untuk memperoleh modal kembali. Berdasarkan
hasil studi penelitian oleh jurusan Teknik Elektro Unsyiah Seulawah
Agam mempunyai potensi energi panas bumi dengan daya sebesar 153 MW
dengan pembagian 51 MW per sumur dengan total sumur sebanyak 3
sumur (Raihansyah,2011). Selain itu juga Perusahaan energi asal
Amerika yaitu Chevron saat ini sedang gencar mengincar panas bumi
untuk wilayah gunung Geureudong, Bener Meriah. Wilayah tersebut
berpotensi membangkitkan listrik sekitar 110 MW
(aceh.tribunnews.com). Namun dari pihak pemerintah sampai saat ini
belum membuka proses tender Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) Gunung
Gereudong padahal pihak Chevron sendiri sudah mengajukan proposal
untuk segera merealisasikan program tender tersebut.
Berikut sejumlah kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi
panas bumi ini.1. Kegiatan panas bumi ini termasuk jenis usaha
padat modal dengan resiko yang tinggi. Dan juga memerlukan waktu
yang relatif lama dalam memperoleh modal kembali.2. Kebanyakan
lokasi potensi panas bumi terletak di hutan lindung dimana menurut
Kementrian kehutanan termasuk salah satu penebangan liar. Hal ini
tertanam dalam PP Nomor 28 Tahun 2011 tentang konservasi,
menyatakan, pemanfaatan sumber daya termasuk panas bumi
dipersilakan tanpa pertambangan. Masalahnya, dalam UU Nomor 27
tahun 2003 dinyatakan bahwa panas bumi adalah aktivitas
pertambangan.3. Masalah harga jual listrik termasuk penghambat
pengembangan energi panas bumi ini. Menurut hasil kajian METI
(Ministry of Economy, Trade, and Industry), keekonomian harga jual
listrik panas bumi berada di kisaran US$ 12 sen-US$ 13 sen per kWh.
Akan tetapi dari Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2011
menetapkan harga energi listrik dari energi panas bumi sebesar 9,7
sen dolar Amerika/kWh sebagai harga tertinggi.4. Terkait masalah
ketidakselarasan aturan antara pemerintah pusat dengan daerah, juga
termasuk masalah perizinan dan izin pinjam pakai hutan juga menjadi
kendala. Belum lagi adanya pungutan-pungutan di daerah yang dapat
menambah beban pengembang. Pelelangan WKP dilakukan pemda setelah
Menteri ESDM menetapkan WKP. Pelelangan dan penyusunan perda
biasanya membutuhkan waktu lama.5. Jumlah tenaga ahli Indonesia
dalam bidang energi panas bumi masih sangat kurang mengingat luas
dan banyaknya daerah di Indonesia yang memiliki potensi panas bumi.
S2 Panas Bumi di ITB memang telah didirikan. Akan tetapi, Indonesia
belum mempunyai fakultas panas bumi. Di Indonesia, yang sering
terjadi adalah menyiapkan tenaga terdidik dengan mengikuti pasar.6.
Minimnya pemahaman masyarakat lokal tentang energi panas bumi
sebagai energi yang ramah lingkungan sehingga pada suatu daerah
sulit dilakukan eksplorasi dan pengembangan.Pertumbuhan kebutuhan
listrik nasional tiap tahun rata-rata sebesar 9 persen. Kebutuhan
di Jawa-Bali 7,2 persen dan di luar Jawa-Bali di atas 12 persen
lebih. Berdasarkan perhitungan sederhana, dalam waktu 10 tahun,
Indonesia diperkirakan butuh pasokan listrik sebanyak dua kali
lipat (Iwa Garniwa, 2013). Dengan kalkulasi tersebut, PLN
(Perusahaan Listrik Negara) harus menyediakan 4.000 megawatt
listrik setiap tahun.Ironinya, pesatnya kebutuhan masayarakat akan
daya listrik seolah tak mampu dijawab oleh pemerintah. Peningkatan
kebutuhan listrik yang sangat cepat ini belum seimbang dengan
peningkatan pasokan listrik dari kilang-kilang penghasil energi.
Saat ini, menurut data PLN 2013, sumber energi utama di
satu-satunya perusahaan listrik di Indonesia itu dalam memasok
energi adalah energi fosil seperti solar, gas alam, dan batu bara.
Kebutuhan akan energi fosil ini masih sangat dominan.Jelas terdapat
banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah,
khususnya tantangan dalam realisasi panas bumi di Indonesia. Jika
ini terus ditindak-lanjuti, insya Allah dapat menjadi solusi atas
krisis kebutuhan listrik dalam negeri. Kebijakan energi nasional
menetapkan agar panas bumi dapat menyokong 5 persen energi nasional
pada 2025. Pengembangan dan pemanfaatan panas bumi sangat berperan
penting untuk mendukung ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi
nasional.Dalam rangka menuju ASEAN Economic Community (AEC) 2015,
Provinsi Aceh harus berperan aktif dalam berkontribusi memajukan
ekonomi daerah seperti meningkatkan kompetensi SDM masyarakat Aceh
sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari ASEAN. Untuk itu,
masalah pengembangan energi harus segera terselesaikan guna
mempercepat pembangunan nasional khususnya di Aceh ini. Karena
apabila masalah energi terbarukan (geothermal) terealisasi dengan
baik atau berjalan secara optimal maka Aceh akan mampu menghadapi
tantangan ekonomi global.
4.2 Solusi Pengembangan Energi Panas Bumi
Kebijakan Pengembangan Energi Harus HelasPLN harus mengikuti
harus Peraturan Menteri ESDM No. 17 Tahun 2014 tentang pembelian
tenaga listrik dari pltp dan uap panas bumi. Untuk wilayah satu
(Aceh) disekitar USD 11-15 sen per kwh. Mengingat PLN menjadi
satu-satunya target penjualan dari pihak investor selaku pengembang
energi bersih ini. Dengan tercapai kesesuaian harga maka esplorasi
pemboran dan pembanguan power plant panas bumi di aceh akan cepat
terealisasikan.Pemerintah dalam hal ini harus mempercepat proses
perizinan serta pelelangan WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) terkait
wilayah-wilayah yang menjadi sumber energi panas bumi di Aceh.
Diketahui bahwa Aceh memiliki 17 lapangan panas bumi yang memiliki
keseluruhan potensi sumber daya spekulatif 625 Mwe. Potensi yang
sangat besar tersebut hendaknya dapat dijadikan peluang yang
konkrit untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Aceh.
Peran Pemerintah AcehPemerintah Aceh harus berperan aktif dalam
menggalang investor untuk mempercepat pengembangan energi panas
bumi di Aceh yang digunakan sebagai energi pembangkit listrik.
Manfaat yang diperoleh ketika energi listrik telah tercukupi maka
Aceh tidak harus bergantung lagi kepada Provinsi Sumatra Utara.
Energi panas bumi adalah energi ramah lingkugan dan sustainable
(tersedia terus menerus) sehingga kasus pemadaman bergilir akan
dapat teratasi. Iklim dan kondisi energi listrik yang telah
kondusif selanjutnya diharapkan dapat mendatangkan
investor-investor untuk menanamkan modal di daerah sehingga
lapangan kerja akan terbuka.
Peningkatan Sumber Daya ManusiaSumber daya manusia (SDM) menjadi
sangat penting dalam era global saat ini. Dengan tersedianya sumber
energi yang sangat melimpah di Aceh, maka akan sangat dibutuhkan
tenaga-tenaga yang handal sekaligus professional dalam mengelola
sumber daya alam yang masih banyak belum terjamah oleh tangan
manusia. Unsyiah sendiri telah membuka tiga program studi baru yang
terkait dalam ilmu pengelolaan dan pengembangan energi dari dalam
bumi yaitu Teknik Geofisika (2011), Teknik Pertambangan (2012) dan
Teknik Geologi. Ketiga program studi tersebut diharapkan akan mampu
menghasilkan putra-putra daerah yang berkualitas dalam memetakan,
dan mengelola sumber energi yang ada di Aceh ini. Belum lagi jika
diintegrasikan dengan program studi lain yang ada di Unsyiah.
Biasanya putra daerah akan memahami betul kondisi Aceh yang
sebenarnya dengan lebih spesifik dan memiliki rasa kedaerahan
sehingga diharapkan dapat menjaga dan melestarikan sumber daya alam
yang ada sekaligus menjawab tantangan energi global.
Sosialisasi kepada MasyarakatPemahaman masyarakat akan energi
panas bumi, pemerintah harus mensosialisasikan kepada penduduk
setempat mengenai manfaat pengembangan energi terbarukan ini.
Karena selama ini sumber energi yang satu ini mendapat respon yang
kurang positif dari masyarakat. Jika perlu dilibatkan dari pihak
mahasiswa untuk terjun ke lapangan guna mempercepat proses
sosialisasi.
Belajar dari negara (panas bumi) lain IslandiaThe National
Energy FundPada tahun 1960, Islandia memutuskan untuk mengembangkan
energi panas bumi untuk pembangkit listrik, tetapi
Perusahaan-Perusahaan Swasta dan Bank tidak mau mengambil resiko
kegagalan dalam eksplorasi pemboran. Kemudian pemerintah Islandia
(GoI) menerapkan The National Energy Fund (NEF) yang
mengasuransikan pengeboran dengan 80% refund. Dengan semakin
berkembangnya teknologi dan pengalaman, resiko pengeboran pun dapat
diminimalisir. Tindakan eksplorasi pemboran pun dapat menjadi lebih
cepat sehingga pembangunan power plant panas bumi menjadi tujuan
yang konkrit. Jadi NEF tersebut adalah kunci sukses Islandia dalam
mengembangkan energi panas bumi mereka.
New ZealandMembangun hubungan yang kolaboratif dengan masyarakat
lokal. Salah satu pelajaran yang sangat penting dalam pembangunan
dan pengembangan panas bumi dari Selandia Baru adalah cara mereka
membangun hubungan yang kolaboratif dengan masyarakat lokal. Di
Selandia baru, banyak lapangan panas bumi dimiliki oleh masyarakat
suku Maori. Hal tersebut membuat akses menuju sumber panas bumi
menjadi sulit, karena pengembang harus mendapatkan akses dari semua
pemilik lahan. Terlebih lagi konflik sejarah antara masyarakat
Maori dan masyarakat imigran Eropa sejak 200 tahun yang lalu
membentuk basis ketidakpercayaan antara kedua pihak dan menambahkan
kompleksitas terhadap resiko bisnis panas bumi. Untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut, pengembang energi panas bumi Selandia
Baru telah bekerja dengan cara membangun model bisnis secara
bersama-sama yang menghasilkan manfaat sosial dan keuntungan
finansial bagi kedua pihak dari pengembangan energi panas bumi
dengan masyarakat Maori. Indonesia, Aceh khususnya tentu dapat
belajar dari kasus Selandia Baru dalam pengembangan energi panas
bumi mereka yaitu dengan bekerja sama dan melibatkan masyarakat
lokal sehingga dapat memberikan manfaat secara bersama.
4.3 Peran Perguruan Tinggi di AcehDalam pengelolaan Sumber Daya
Alam (SDA) yang kita miliki dibutuhkan tenaga ahli didalam bidang
tersebut agar terciptanya kemajuan yang maksimal. Tenaga ahli
disini adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang sekarang sangatlah
penting untuk ditingkatkan. Mengingat permasalahan yang selalu
muncul yaitu ketergantungannya negara ini dalam mengelola Sumber
Daya Alam (SDA) terhadap tenaga ahli yang didatangkan dari luar
negeri. Hal ini akan membuat dampak buruk jika diteruskan dalam
bidang ekonomi, SDM lokal sampai dengan mental. Peran perguruan
tinggi dalam hal ini sangatlah di perlukan dalam guna membentuk
Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengelola Sumber Daya Alam
(SDA). Perguruan tinggi diharapkan bisa mendidik, mengasah dan
melahirkan sarjana yang memiliki dedikasi tinggi sehingga
mengurangi angka pengangguran. Uneversitas syiah kuala sendiri
memiliki kompetensi yang cukup baik untuk berperan aktif dalam
pengembangan energi dan sumber daya alam Aceh khususnya energi
panas bumi. Adapun studi ilmu yang terdapat di Unsyiah dalam
pengembangan energi bersih ini yaitu Teknik Geofisika, Teknik
Geologi, Teknik Pertambangan, Teknik Kimia, Teknik Elektro, dan
Teknik Sipil. Oleh karena itu perlu dilibatkan pihak akademisi
seperti dosen dan mahasiswa untuk melakukan penelitian secara
terintegrasi untuk mendapatkan data-data terkini mengenai lapangan
panas bumi di Aceh. Kedua bidang ini sangat berperan penting dalam
mengkaji, dan memetakan SDA di Aceh. Karena sebagai tenaga ahli
lokal yang lebih mengetahui SDA di Aceh. Dalam melaksanakan program
pendidikan dibutuhkan biaya yang besar untuk membeli alat-alat
pendukung serta mewujudkan sarana yang memadai. Tenaga pengajar
yang ahli dibidang tersebut juga sangat dibutuhkan dalam mewujudkan
sarjana yang memiliki dedikasi tinggi. Aceh adalah salah satu
daerah yang sudah lama maju sebelum Indonesia merdeka, yang
seharusnya mudah untuk mewujudkan hal tersebut. USK yang di juluki
kampus jantong hatee rakyat adalah tempat dimana rakyat Aceh
menimba ilmu agar dapat mewujudkan keinginan rakyat Aceh dan
Indonesia yang mandiri dalam mengelola Sumber Daya Alam.
4.4 Peran Energi Panas Bumi dalam Menghadapi ASEAN 2015.Wilayah
ASEAN saat ini dipercaya sebagai salah satu regional yang
menghasilkan energi panas bumi terbesar di dunia, walaupun
sebenarnya kapasitas saat ini mewakili sebagian kecil dari potensi
panas bumi regional. Indonesia adalah negara yang memiliki situs
vulkanik aktif paling banyak di dunia. Indonesia berencana melipat
tiga gandakan penggunaan energi terbarukan dari potensi saat ini
sebelum 2025, salah satunya adalah energy panas bumi.Sasaran utama
ASEAN saat ini adalah untuk menghilangkan restriksi-restriksi
nasional terhadap investasi dari negara-negara ASEAN yang lain.
Dimana restriksi kepemilikan asing akan diperkecil dan tenaga kerja
diizinkan untuk bekerja di semua negara ASEAN. Selain itu salah
satu tujuan utama ASEAN adalah menjadi pusat dari energi terbarukan
di dunia, yang mana membutuhkan jalur bebas dari ahli-ahli industri
(insinyur, saintis, dll.) di antara negara-negara ASEAN untuk
membangun penelitian dan pengembangan pusat pelayanan dan fasilitas
energy. Dari berbagai profesi yang memiliki kualifikasi
terstandarisasi, insinyur merupakan bagian terpenting terhadap
perkembangan energy terbarukan. Di bawah aturan the Mutual
Recognition Arrangement, insinyur-insinyur dari negara ASEAN
diizinkan bekerja di seluruh negara ASEAN dalam kolaborasi dengan
insinyur-insinyur yang ditunjuk negara tuan rumah. Hal tersebut
dapat menjadi peluang apabila insinyur-insinyur lokal kita memiliki
kecakapan dan kompetensi yang cukup baik, namun sebaliknya dapat
menjadi sebuah jurang kegelapan apabila kita tidak mampu bersaing
dengan tenaga kerja dari negara-negara ASEAN yang lain. Untuk itu
diperlukan peran pemerintah daerah khususnya Pemerintah Aceh dalam
memberikan dukungan kepada masyarakat Aceh. Dukungan yang diberikan
dapat berupa beasiswa yang lebih banyak kepada siswa/mahasiswa
daerah untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi dan juga dengan
membantu memberikan pelatihan kecakapan ataupun keterampilan bagi
tenaga kerja lokal.
Percepatan pengembangan dan pemanfaatan energi panas bumi yang
optimal dapat menjadi langkah pencapaian yang baik dalam
pertumbuhan ekonomi masyarakat Aceh, khususnya kesiapannya dalam
menghadapi komunitas ASEAN. Penggunaan energi panas bumi secara
tidak langsung untuk pembangkit listrik merupakan hal utama yang
dapat membantu memenuhi kebutuhan listrik di Aceh sehingga dapat
menciptakan iklim investasi yang kondusif. Penggunaan energi panas
bumi secara langsung juga dapat menjadi suatu peran untuk
terciptanya lapangan kerja baru, khususnya dalam bidang pertanian
dan perikanan. Semua hal tersebut dapat menjadi suatu kesiapan Aceh
dalam menghadapi ASEAN Economic Community di masa mendatang.
BAB VPENUTUP
5.1 KesimpulanPanas bumi adalah salah satu sumber energi
terbarukan yang bisa dikembangkan di Indonesia khususnya di Aceh.
Saat ini Indonesia memiliki 40 % cadangan panas bumi dunia.
Pengembangan panas bumi baru 4% yang sudah dikembangkan ini artinya
produksi kita masih berada di posisi ketiga dimana produksi
tertinggi di pegang oleh Amerika dan selanjutnya Filipina. Dibalik
itu, perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah mengingat
potensi cukup besar yang belum dikembangkan. Banyak investor yang
ingin menggarap panas bumi Indonesia namun terkendala dengan
sejumlah permasalahan diantara UU yang belum jelas, harga jual
listrik, dan SDM lokal yang minim. Energi panas bumi adalah salah
satu potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi energi listrik
di Aceh. Listrik menjadi kendala yang besar karena terhambatnya
pembangunan Aceh di berbagai sektor seperti pertambangan,
pertanian, pariwisata dan sektor lainnya yang menjadi poin penting
untuk pertumbuhan ekonomi di Aceh. Panas bumi menjadi solusi
konkrit menuju kemandirian Aceh. Kemudian diharapkan mampu
mengenjot produksi listrik nasional.
5.2 SaranUnsyiah harus bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
dalam menggerakkan program energi terbarukan mengingat energi panas
bumi belum sama sekali dikembangkan di aceh. Hal senada juga bisa
untuk mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar lokasi potensi
tentang manfaat energi panas bumi ini. Karena kemandirian energi
sudah tercapai maka kemandirian seperti pangan dan lain sebagainya
akan mengikutinya.
DAFTAR PUSTAKA
Seputar indonesia files.2014. Dahlan Restui Pertamina Mundur
dari Proyek Geothermal Aceh.(http://sindonews.com diakses pada
tanggal 8 September 2014)Serambi Indonesia files.2014. Chevron
Incar Panas Bumi Aceh.( http://aceh.tribunnews.com diakses pada
tanggal 8 september 2014)Green journalist files.2014. Krisis
Listrik Berkelanjutan.(http://greenjournalist.net diakses pada
tanggal 8 september 2014)Mizuno, Emi. 2013. Geothermal Power
Development in New Zealand-Lessons for Japan. Japan Renewable
Energi Foundation. JapanGehringer, Magnus. 2010. Planning
Geothermal Power Generation-Lessons Learned. ESMAP.
PanamaKementrian Luar Negeri. 2014. Kerjasama Ekonomi ASEAN.
(http://kemlu.go.id Diakses pada tanggal 13 september 2014.Ilyas,
Zurias. 2012. Pemanfaatan Energi Geothermal dan Dampak Perubahan
Lingkungan. Seminar Nasional VII SDM Teknologi Nuklir.
STTN-BATAN.
BIODATA KETUA
Ulul Azmi
Lambaro Aceh Besar, Indonesia
+62 852 7788 8790
[email protected]
Laki-laki
Aceh Besar, 26 Juni 1994
Belum kawin
Islam
Indonesian, English
Riwayat PendidikanMIN Kota Atas Sabang , 2000-2006
SMP Islam Al-Falah, 2006-2009
SMAN 11 Banda Aceh, 2009-2012
Teknik Geofisika, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Indonesia
2012-sekarang
Riwayat OrganisasiKetua Bidang Pengkaderan ROHIS SMAN 11 Banda
Aceh, 2010-2011
Wakil Ketua II HIMA TG Universitas Syiah Kuala, 2013-2014
Computer SkillArcGIS, Quantum GIS, Golden Surfer 10, WinsisM,
Garmin Mapsource, Microsoft Office (Word, Excel, Powerpoint,
Publisher),
BIODATA ANGGOTA I
T. Ryan Fachrianta
Ulee Kareeng- Banda Aceh, Indonesia
+62 852 7789 0091
[email protected]
Laki-laki
Meulaboh, 20 Januari 1993
Belum kawin
Islam
Indonesian, English
Riwayat PendidikanTeknik Geofisika, Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, Indonesia 2011-sekarang
Riwayat Organisasi
Pengalaman Penelitian Aplikasi Metode Very Low Frequency (VLF)
untuk Karakterisasi Struktur Bawah Permukaan Area Landfill TPA
Regional Terpadu Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar
Pengalaman Training/Pelatihan1. Pelatihan Instrumen Geofisika
oleh PT. Inti Marga pada tahun 2012
Computer SkillArcGIS 9.3, Microsoft Office (Word, Excel,
Powerpoint, Publisher), Numerical Python
BIODATA ANGGOTA II
Cut Intan Keumala
Neusu Banda Aceh, Indonesia
+62 852 7745 5883
[email protected]
Perempuan
Banda Aceh, 7 November 1994
Belum kawin
Islam
Indonesian, English
Riwayat PendidikanSDN 22 Banda Aceh, 2000-2006
SMP Negeri 3 Banda Aceh, 2006-2009
SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh 2009-2012
Teknik Geofisika, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Indonesia
2012-sekarang
Riwayat OrganisasiOSIS SMAN 2 RSBI Banda Aceh 2010-2011
Pelajar Islam Indonesia 2010-2011
Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMA TG)
Universitas Syiah Kuala
Pengalaman Penelitian 1. Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia
(OPSI) Tingkat Nasional 2010
Pengalaman Training/Pelatihan1. Pelatihan Leadership Basic
Training (PII)
Computer SkillArcGIS 9.3, QuantumGIS,Microsoft Office (Word,
Excel, Powerpoint, Publisher),
1
26