Top Banner
1 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan OLEH : RISAL SURUDIN NIM. P00320013061 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2016
87

KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

Jul 11, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

1

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG

PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA

DI PUSKESMAS POASIA

KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan

OLEH :

RISAL SURUDIN

NIM. P00320013061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2016

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

2

Page 3: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

3

Page 4: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

4

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

1. Nama : Risal Surudin

2. Tempat Tanggal Lahir : Pu’usangi, 23 Oktober 1995

3. Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD Negeri 1 Laronanga Tamat Tahun 2007

2. SMP Negeri 1 Asera Tamat Tahun 2010

3. SMA Negeri 1 Asera Tamat Tahun 2013

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Masuk tahun 2013

Page 5: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

5

MOTTO

Sesungguhnya kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan)

Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain)

Dan hanya kepada Tuhan mu lah hendaknya kamu berharap

Barang siapa yang menjaga dirinya (dari minta-minta)

Akan dijaga oleh Allah

Barang siapa yang merasa cukup

Akan dicukupkannya oleh Allah

Dan barang siapa yang bisa bersabar

Akan disabarkan oleh Allah

Kupersembahkan Karya Tulis ini teruntuk Ayah dan Ibu tercinta,

yang selalu memberikan kasih sayangnya serta tak henti – hentinya

mendoakan untuk keselamatan dan Keberhasilan anaknya serta memberikan

dorongan moril dan materil untuk menyelesaikan penulisan Karya Tulis IImiah ini.

Risal Surudin

Page 6: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

6

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah dan paling mulia yang patut penulis panjatkan

kepada Allah SWT kecuali rasa syukur atas rahmat dan Hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Gambaran Pengetahuan dan

Sikap Ibu Tentang Pencegahan Ispa Pada Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari”.

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis sadari amat banyak aral yang

melintang, namun berkat Allah SWT yang senantiasa memberi petunjuk-Nya serta

keyakinan pada kemampuan diri sendiri, sehingga segala hambatan yang penulis

hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilai serta sembah sujud penulis

ucapkan kepada Kedua Orangtua yang amat kucintai, Ayahanda Suruddin dan Ibunda

Hasna atas segala doa dan kasih sayang yang tak henti-hentinya tercurahkan demi

keberhasilanku serta semua pengorbanan materil yang telah dilimpahkan, tanpa ridho

keduanya penulis tidak ada apa-apanya.

Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua

pembimbingku Ibu Lena Atoy, S.ST.,MPH selaku Pembimbing I dan Ibu Dali,

SKM.,M.Kes Selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan

membimbing penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima

kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :

1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes, Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

Page 7: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

7

2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian kepada

penulis dalam penelitian ini.

3. Kepala Puskesmas Poasia yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melaksanakan penelitian.

4. Bapak Muslimin L., A.Kep., S.Pd., M.Si, Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari dan selaku Penguji I.

5. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku penguji II dan Ibu Reni Devianti

U, M.Kep, Sp.Kep.,MB selaku Penguji III yang telah membantu dan

mengarahkan penulis dalam ujian Proposal sehingga penelitian ini dapat lebih

terarah.

6. Bapak / Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan yang turut

membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.

7. Saudara-saudaraku tersayang, kakak-kakakku yang kucintai dunia-akhirat

Hasnita, Budi Haryono, fdan adik-adikku Anisa Febrianti, Nirma Salsabila, Muh.

Syahban Ramadhan, Muh. Dytha Ramadhan yang selalu memberikan dukungan

dan kasih sayangnya.

8. Terakhir, teruntuk sahabat-sahabatku Jusran Hatta, Agus Trianto, Ardian, Mijrat,

uni Elis, Andi Harianto, Iyan Sapta Manus, Muh. Nurahmad, Albert, Alfindra,

Irawan beserta teman-temanku angkatan 2013 khususnya teman-teman tingkat III

A dan B, yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama penulis

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

8

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya di

Politeknik Kesehatan Kendari serta kiranya Tuhan selalu memberi rahmat kepada kita

semua. Amin.

Kendari, Juni 2016

Penulis

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

9

ABSTRAK

Risal Surudin (P00320013061) Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang

Pencegahan ISPA Pada Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari. Yang dibimbing

oleh Ibu Lena Atoy, S.ST.,MPH dan Ibu Dali, SKM.,M.Kes (xii + 62 Halaman + 10

Lampiran + 7 Tabel). Data yang diperoleh dari Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun

2013 tercatat jumlah kunjungan pasien balita yang mengalami ISPA berjumlah 4.414

kasus, tahun 2014 berjumlah 4.413 kasus, pada tahun 2015 berjumlah 5.822 kasus

dan pada tahun 2016 periode bulan Januari - Mei berjumlah 150 kasus dengan rata-

rata 30 kasus perbulan. Jenis Penelitian deskriptif yang dilakukan pada tanggal 08

Juni – 28 Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 150 ibu dengan jumlah

sampel 30 ibu yang diambil secara accidental sampling. Data diperoleh dari data

sekunder dan primer dengan instrument penelitian Lembar Kuisioner. Data diolah

dengan cara coding, editing, scoring, dan tabulating. Hasil Penelitian di peroleh

Responden terbesar adalah ibu yang memiliki pengetahuan kurang yang berjumlah 17

ibu (56,67%) dan responden terkecil adalah ibu yang memiliki pengetahuan baik

yang berjumlah 13 ibu (43,33%) dan responden terbesar adalah ibu yang memiliki

sikap kurang yang berjumlah 18 ibu (60,00%), dan responden terkecil adalah ibu

yang memiliki sikap baik yang berjumlah 12 ibu (40,00%). Kesimpulan menunjukan

secara keseluruhan yang paling dominan yang menjadi pencegahan ISPA di pada

balita Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016 terbanyak adalah pencegahan

kurang yang berjumlah 18 ibu (60,00%), dan responden terkecil adalah pencegahan

baik yang berjumlah 12 ibu (40,00%) di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun

2016. Saran kepada pihak Puskesmas Poasia khususnya dan Petugas Kesehatan agar

dapat melaksanakan penyuluhan mengenai ISPA, sehingga memberikan informasi

yang berguna sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat di Wilayah Kerja

Puskesmas Poasia.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pencegahan ISPA, Balita

Daftar Pustaka : 21 (2007 - 2016)

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………………. ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………….. iii

MOTTO……………………………………………………………………………….. iv

RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………….….. v

ABSTRAK……………………………………………………………………………. vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….…. vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL………..……………………………………………………….….. xi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 5

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 5

D. Manfaat Penelitian……………….…………………………………….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan……….……………………....…..……. 6

B. Tinjauan Tentang Sikap…...……………………….…………………... 10

C. Tinjauan Tentang ISPA………………..………………………………. 15

D. Tinjauan Tentang Balita……….………………………………………. 36

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran………………………………………………………... 39

B. Kerangka Pikir………..………………………………………………... 40

C. Variabel Penelitian……………………………………………………... 40

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif…………………………….. 41

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………..…………………………………………..…… 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian………..………………………………... 44

C. Populasi dan Sampel…………………..…………………………..…… 44

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data….……………………………….… 46

E. Pengolahan Data……………..………………………….……………... 46

F. Analisa Data………..……………….……………….………..……...… 47

G. Penyajian Data….………..……………………………………………. 48

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

11

H. Etika Penelitian…………..………………………………………..…… 48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Hasil Penelitian……………...……………………………... 50

B. Hasil Penelitian………………………………………………………… 52

C. Pembahasan……………………………...…………………………….. 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………...……………………………………………... 62

B. Saran…………………….……………………………………………... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

12

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Umur Ibu di Puskesmas Poasia Kota

Kendari................................ 52

Tabel 5.2 Distribusi Pendidikan Ibu di Puskesmas Poasia Kota

Kendari....................... 52

Tabel 5.3 Distribusi Pekerjaan Ibu di Puskesmas Poasia Kota

Kendari......................... 53

Tabel 5.4 Distribusi Status Imunisasi Balita di Puskesmas Poasia Kota

Kendari..... 53

Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan ISPA Pada Balita di

Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun

2016................................................ 54

Tabel 5.6 Distribusi Sikap Ibu Tentang Pencegahan ISPA Pada Balita di

Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun

2016................................................................... 54

Tabel 5.7 Distribusi Pencegahan ISPA Pada Balita di Puskesmas Poasia Kota

Kendari Tahun

2016..................................................................................................... 55

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden (Informed Concent)

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian

Lampiran 4. Tabulasi Data Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Ispa Pada Balita di

Puskesmas Poasia Kota Kendari

Lampiran 5. Tabulasi Data Sikap Ibu Tentang Pencegahan Ispa Pada Balita di

Puskesmas Poasia Kota Kendari

Lampiran 6. Master Tabel Penelitian

Lampiran 7. Photo Penelitian

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Depkes Kendari

Lampiran 9. Surat Izin dari Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sulawesi

Tenggara

Lampiran 10. Surat keterangan telah melakukan penelitian

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menurut World Health

Organization (WHO) adalah infeksi saluran pernapasan akut yang cenderung

menjadi epidemi dan pandemi serta dapat menimbulkan kekhawatiran kesehatan

masyarakat. ISPA umumnya ditularkan melalui droplet. Namun demikian, pada

sebagian patogen ada juga kemungkinan penularan melalui cara lain, seperti

melalui kontak dengan tangan atau permukaan yang terkontaminasi (WHO,

2008). Hasil survei morbiditas yang dilaksanakan oleh subdit ISPA dan

Balitbangkes (2007) menunjukkan angka kesakitan 5,12%, namun karena jumlah

sampel dinilai tidak representatif maka subdit ISPA tetap menggunakan angka

WHO yaitu 10% dari jumlah Balita. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian

oleh Rudan et al (2004) di negara berkembang termasuk Indonesia insidens ISPA

sekitar 36% dari jumlah Balita.

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens

menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di

negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana

151 juta episode (96,7%) terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi

di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh,

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

15

Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi

di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan rumah

sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per

tahun (Rudan et al Bulletin, WHO 2015).

Di Indonesia menurut hasil Riskesdas tahun 2007 proporsi kematian

balita karena ISPA menempati urutan kedua (13,2%) setelah diare. Sedangkan

menurut SKRT tahun 2004 proporsi kematian Balita karena ISPA menempati

urutan pertama. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di

puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). Pengendalian ISPA di

Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan dengan diawalinya pengendalian

ISPA di tingkat global oleh WHO.

Tingginya angka kematian balita akibat ISPA di Indonesia terjadi karena

Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan bencana seperti banjir, dan

kebakaran hutan. Kebakaran hutan dan banjir selama dekade ini, mempunyai

potensi utama penyumbang ISPA terbesar terutama pada musim kemarau dan

penghujan. Asap dari kebakaran hutan dan hawa dingin dapat menimbulkan

penyakit ISPA yang dapat memperberat kondisi seseorang yang sudah menderita

ISPA.

Pada situasi bencana kebakaran hutan, jumlah kasus ISPA terutama

pada anak balita sangat besar dan menduduki peringkat teratas. Selain itu, asap

rumah tangga seperti pengunaan kayu bakar, asap rokok, dan penggunaan obat

nyamuk juga menjadi salah satu faktor risiko terkena ISPA. Hal ini dapat

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

16

diperburuk apabila ventilasi rumah kurang baik dan dapur menyatu dengan ruang

keluarga atau kamar. Selain itu, kondisi polusi udara di lingkungan tempat

tinggal yang terpapar dengan asap kendaraan bermotor, dan rusaknya kondisi

jalan di area sekitar rumah dapat menjadi penyebab ISPA akibat debu yang

berterbangan sehingga udara menjadi kotor. (Kemenkes RI, 2012).

Untuk itu, upaya pencegahan dapat dilakukan oleh keluarga terutama

ibu yang memiliki anak balita, dikarenakan ibu merupakan orang terdekat balita.

Adapun sikap dan langkah-langkah yang dapat dilakukan ibu yaitu dengan cara

menjaga kondisi lingkungan yang bersih dan sehat, immunisasi lengkap dan

pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun

(Kemenkes RI, 2012). Selain itu upaya perawatan ibu di rumah sangatlah penting

dalam upaya penatalaksanaan balita yang mengalami ISPA. Kesembuhan

seorang anak dengan infeksi pernafasan sangat tergantung dari pengetahuan dan

sikap yang diberikan oleh ibu. Oleh sebab itu, ibu harus banyak memiliki

pengetahuan dan sikap yang benar terhadap fungsi pemeliharaan kesehatan di di

dalam keluarganya, terutama ketika ia memiliki anak balita dengan penyakit

ISPA. Fungsi pemeliharaan kesehatan terdiri dari pencegahan primer, yang

meliputi peningkatan kesehatan dan tindakan preventif khusus yang dirancang

untuk menjaga anggota keluarga bebas dari penyakit dan cedera; pencegahan

sekunder yang terdiri atas deteksi dini, diagnosa dan pengobatan; dan

pencegahan tersier yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, yaitu

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

17

bertujuan untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan

tingkat fungsinya. (Leavell, 2014).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara (2015),

bahwa kasus ISPA di Sulawesi Tenggara dari 51.306 pasien terdapat14,52%,

yang terkena ISPA 8,75% diantaranya merupakan balita yang merupakan usia

kelompok yang paling rentan terhadap infeksi saluran pernapasan (ISPA).

Sedangkan di Kota Kendari kejadian ISPA pada balita sebanyak 8.615 orang

atau sebesar 4,9% penderita (2015). Berdasarkan data awal yang peneliti

peroleh di Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2013 tercatat jumlah

kunjungan pasien balita yang mengalami ISPA berjumlah 4.414 kasus, tahun

2014 berjumlah 4.413 kasus, pada tahun 2015 berjumlah 5.822 kasus dan pada

tahun 2016 periode bulan Januari - Mei berjumlah 150 kasus dengan rata-rata

30 kasus perbulan.

Banyaknya jumlah pasien di Puskesmas Poasia biasanya terjadi pada

musim penghujan atau dengan pasien dengan riwayat ISPA yang terpapar

polusi atau asap rumah tangga. Oleh sebab itu bila tidak dilakukan penanganan

dengan cepat dan baik oleh petugas kesehatan, maupun oleh ibu maka dapat

dipastikan jumlah penderita ISPA akan meningkat dari tahun ketahun.

Penanganan yang tepat, dan cepat bila ditunjang oleh sikap dan pengetahuan

yang baik dapat menurunkan angka kejadian ISPA pada balita. Berdasarkan

latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

18

judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan ISPA Pada

Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan ISPA Pada Balita di

Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan ISPA

Pada Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA

pada balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari.

b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu tentang pencegahan ISPA pada

balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Poasia Kota Kendari/ Penentu kebijkan

Sumber informasi bagi Puskesmas Poasia Kota Kendari dalam upaya

meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang ISPA guna

menurunkan angka kejadian ISPA terutama pada balita.

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

19

2. Bagi Institusi

Manfaat bagi institusi/pendidikan merupakan sumbangan ilmiah dan

sebagai bahan pertimbangan sekaligus bahan acuan dalam mengembangkan

penelitian selanjutnya khususnya mengenai mengenai pengetahuan dan sikap

ibu tentang ISPA pada balita.

3. Bagi klien

Bahan informasi bagi ibu balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari tentang

cara pencegahan dan penanganan penyakit ISPA oleh Ibu pada anak

balitanya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka menambah

wawasan ilmu pengetahuan serta pengembangan ilmu pengetahuan yang

telah diperoleh selama dibangku kuliah.

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui karena

mempelajarinya, dan pengetahuan diketahui karena melihat, mengalami, dan

mendengarnya (Badudu dan Zain, 2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia seperti

penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba (Notoatmodjo, 2013).

Orang yang disebut tahu disebut mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan

tidak lain dari hasil tahu (Poedjawijatna, 2011).

Pengetahuan merupakan keyakinan suatu objek yang telah dibuktikan

kebenarannya, bahwa kita hanya dapat mempunyai pengetahuan mengenai

sesuatu yang benar, pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk

fakta, simbol, prosedur tehnik dan teori (Notoatmodjo, 2013). Staton (1978)

menyatakan pengetahuan atau knowledge adalah ketika individu tahu apa

yang akan dilakukan dan bagaimana mestinya melakukannya (Notoatmodjo,

2013)

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

21

b. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2013) pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrepasikannya secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemapuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis merupan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evalution)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu

Page 22: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

22

criteria yang telah ditentukan sendiri, dan menggunakan kriteria yang telah

ada.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang

berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media

elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat kerja dan sebagainya

(Istiarti, 2010).

Notoatmodjo (2013) mengelompokkan dua cara mendapatkan

pengetahuan yaitu cara tradisional dan cara modern, cara tradisional seperti

cara coba salah, cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi

dan melalui jalur piker, sedangkan cara modern merupakan cara memperoleh

pengetahuan yang lebih sistematis, logis dan ilmiah.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Suharjo (2006)

bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Tingkat pendidikan, dimana tinggi rendahnya pendidikan akan

mempengaruhi pengetahuan, dengan pendidikan yang tinggi maka

pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak, begitupun sebaliknya.

2) Status social, dimana status sosial yang berbeda-beda, maka pengetahuan

yang diperolehpun berbeda-beda.

3) Derajat penyuluhan, bahwa semakin banyak penyuluhan yang diperoleh

atau makin banyak frekwensi penyuluhan, maka pengetahuan yang

diperoleh akan semakin banyak.

Page 23: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

23

4) Faktor lingkungan, lingkungan merupakan faktor penentu derajat

pengetahuan, maka kita akan merasa semakin tertarik untuk memperoleh

pengetahuan yang sama dengan cara bertukar pikiran.

5) Sarana prasarana, dengan sarana dan prasarana yang menunjang, maka

pengetahuan akan diperoleh akan lebih besar bila dibandingkan dengan

kurangnya sarana dan prasarana.

e. Cara mengukur pengetahuan

Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Arikunto (2006) tingkatan pengetahuan dapat dikategorikan berdasakan

nilai sebagai berikut:

1) Pengetahuan baik : mempunyai nilai pengetahuan > 75 %

2) Pengetahuan cukup : mempunyai nilai pengetahuan 60-75 %

3) Pengetahuan kurang : mempunyai nilai pengetahuan < 60 %

B. Tinjauan Tentang Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap adalah konstruksi psikologis seperti halnya dengan semua

konstruk psikologis, sikap merupakan suatu hipotesis, sikap tidak dapat

diamati atau diukur secara langsung (Moler, 2010).

Sikap adalah afeksi untuk melawan, penilaian tentang suka dan tidak

suka akan, tanggapan positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis.

Page 24: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

24

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam sikap positif ada kecendrungan

untuk memenuhi objek tertentu, sedangkan sikap negatif ada kecendrungan

untuk memenuhi obyek tertentu, sikap seseorang dapat dilihat dari prilakunya

(Notoatmodjo, 2013).

b. Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype

yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat disamakan

penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau

problem yang kontroversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam

sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap

seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki

seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau

kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-

cara tertentu serta berkaitan dengan objek yang dihadapinya, adalah logis

Page 25: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

25

untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam

bentuk prilaku.

c. Tingkatan Sikap

1) Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang

terhadap suatu hal dan mau melakukannya.

2) Merespon (Responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu

benar dan salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (Valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan dan

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap.

4) Bertanggung jawab (Responsible) atas segala sesutu yang dipilihnya

dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi

(Notoatmodjo, 2013).

d. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Adapun sifat

sikap yaitu :

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.

Page 26: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

26

2) Sikap negative terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto dalam Rezky,

2012).

e. Ciri-Ciri Sikap

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjan perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini

membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-rubah karena sikap itu dapat dipelajari dan sikap

dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu

yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-

pengetahuan yang dimiliki orang lain (Purwanto dalam Rezky, 2012).

Page 27: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

27

f. Penilaian Sikap

Sikap dapat diukur dengan metode/teknik :

1) Measurement by scales pengukuran sikap dengan menggunakan skala,

munculah skala sikap.

2) Measurement by rating pengukuran sikap dengan meminta pendapat atau

penilaian para ahli yang mengetahui sikap individu yang dituju.

3) Indirect method pengukuran sikap secara tidak langsung yakni mengamati

(eksperimen) perubahan sikap/pendapat yang bersangkutan.

Skala sikap, yaitu :

1) Skala Sikap Likert (Notoadmojo, 2010).

Skala Sikap Likert tersusun atas beberapa pernyataan positif (favorable

statements) dan pernyataan negatif (unfavorable statements) yang

mempunyai lima kemungkinan jawaban (option) dengan kategori yang

continuum, dari mulai jawaban sangat setuju (strongly agree) sampai

sangat tidak setuju (strongly disagree).

a) Pernyataan positif diberi skor :

1) Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Ragu-ragu (R) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju = 1

Page 28: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

28

b) Sedangkan pernyataan negatif diberi skor sebaliknya, yaitu :

Sangat Setuju (SS) = 1

Setuju (S) = 2

Ragu-ragu (R) = 3

Tidak Setuju (TS) = 4

Sangat Tidak Setuju = 5

C. Tinjauan Tentang ISPA

1. Pengertian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut sering disingkat dengan ISPA. Istilah ini

diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut dengan

pengertian (Yudarmawan, 2012). ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang

dapat berlangsung sampai dengan 14 (empat belas) hari. Yang dimaksud dengan

saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung sampai alveoli paru

berserta organ-organ adneksanya (misalnya : sinus, ruang telinga tengah, dan

pleura) (Kemenkes RI, 2013). ISPA dalah infeksi saluran pernafasan bagian atas

dan saluran pernapasan bagian bawah beserta adneksanya ( Rahardjo, 2011). Bila

disimpulkan maka pengertian ISPA yaitu :

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta

organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA

Page 29: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

29

secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan

bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran

pernapasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran

pernapasan (respiratory tract).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14

hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung

lebih dari 14 hari.

Menurut WHO (2007), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh

agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala

biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.

2. Klasifikasi ISPA

ISPA terdiri dari sekelompok kondisi klinik dengan etiologi dan

perjalanan klinik yang berbeda. Sampai saat ini ISPA diklasifikasikan Sebagai

berikut :

a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi :

1) Klasifikasi berdasarkan anatomik

Infeksi akut yang menyerang hidung sampai epiglotis dengan organ

adneksanya, misalnya : rhinitis akut, faringitis akut, sinusitis akut dan

sebagainya.

Page 30: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

30

2) Infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah

Infeksi yang terjadi pada saluran nafas bagian bawah mulai dari

epiglotis sampai alveoli paru, misalnya : trakeitis, bronkitis akut,

bronkiolitis, pneumonia, dan lain-lain.

b. Klasifikasi berdasarkan etiologi

Etiologi ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri. Adapun klasifikasinya

adalah sebagai berikut :

Virus penyebab ISPA antara lain : golongan Miksovirus (termasuk

didalamnya virus influensa, virus prainfluenza dan virus campak),

Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpes virus.

Bakteri penyebab ISPA misalnya Streptokokus hemolitikus, stafilokokus,

Pneumokokus, Hemofilus influenzae, Bordetela pertusis, Korinebakterium

difteria.

c. Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan penyakit

1) ISPA ringan, dimana penatalaksanaanya cukup dengan tindakan

penunjang, tanpa pengobatan anti mikroba.

2) ISPA sedang, dimana penatalaksanaanya memerlukan pengobatan

dengan anti mikroba, tetapi tidak perlu dirawat cukup berobat jalan.

3) ISPA berat, dimana kasus ini harus dirawat di rumah sakit atau

puskesmas dengan sarana perawatan

Page 31: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

31

3. Gambaran Klinik ISPA

Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat

menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan

tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya

berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti

bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan

nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.

Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung

bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah

3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi

telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan

pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk,

dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau

kesulitan bernapas). Dengan berbagai macam tanda dan gejala tersebut,

seperti : batuk, bersin, serak, sakit tenggorokan, keluar cairan dari telinga,

sesak napas, pernapasan yang cepat, wheezing, penarikan dada kedalam,

mual, muntah, nafsu makan menurun dan badan lemah. Maka dapat

disimpulakn bahwa manifestasi klinik ISPA berdasarkan tingkat keparahanya

adalah sebagai berikut :

Page 32: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

32

a. ISPA ringan

Satu atau lebih gejala berikut : batuk, pilek, serak, dengan atau tanpa

demam, keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari 2 minggu tanpa rasa

sakit pada telinga.

b. ISPA sedang

Manifestasi klinik dari tingkatan ini adalah pernapasan yang cepat lebih

dari 50 kali permenit (tanda utama), wheezing, panas 39oC atau lebih,

sakit telinga, keluarnya cairan dari telinga yang belum lebih dari 2

minggu.

c. ISPA berat

Tanda dan gejala ISPA ringan/sedang ditambah dengan 1 atau lebih tanda

dan gejala berikut : penarikan dada kedalam pada saat menarik nafas

(tanda utama), stridor, tak mampu atau tak mau makan. Adapun tanda dan

gejala ISPA berat yang lain : kulit kebiru-biruan (sianosis), napas cuping

hidung, kejang, dehidrasi, kesadaran menurun.

Menurut Kemenkes RI ( 2011) klasifikasi ISPA dibedakan untuk

golongan umur dibawah 2 bulan dan dan untuk golongan umur 2 bulan

sampai 5 tahun.

a. Golongan umur 2 bulan – 5 tahun

1) Pneumonia berat : bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas.

Page 33: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

33

2) Pneumonia : bila disertai napas cepat. Batas napas cepat adalah untuk

usia 2 bulan -12 bulan yaitu 50 kali permenit atau lebih. Untuk usia 1-

4 tahun yaitu 40 kali permenit atau lebih.

3) Bukan Pneumonia : batuk pilek biasa yaitu tidak ditemukan tarikan

dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

b. Golongan umur kurang dari 2 bulan

1) Pneumonia berat : bila disertai salah satu tarikan kuat dinding pada

bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan

umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit.

2) Bukan Pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda

tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

4. Cara penularan penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah

tercemar, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, oleh

karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.

Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi

tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.

Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak

langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya

adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau

mikroorganisme penyebab (WHO, 2007).

Page 34: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

34

5. Penanganan ISPA

Penanganan ISPA didasarkan pada jenis dan klafikasi ISPA, yaitu :

a. ISPA ringan

Pemberian paracetamol pada demam yang lebih dari 38oC, diberikan

selama 2 hari. Dosis 10 – 15 mg/kg BB sehari 3 kali. Mempertahankan

suhu lingkungan dan pakaian yang sesuai. Untuk mengatasi batuk biasa

dianjurkan pemakaian obat-obatan tradisional yaitu berikan minuman

hangat yang banyak, misalnya air jeruk nipis bila anak sudah balita. Pilek

diatasi dengan membersihkan hidung memakai kertas/kain penyerap yang

bersih. Mempertahankan konsumsi makanan dan minuman, pergunakan

bantal yang agak tinggi (Pujiarto. PS, 2007).

Indikasi rujukan bila : panas tidak turun selama dua hari, timbul satu atau

lebih tanda ISPA sedang dan berat, anak dengan kondisi gizi kurang dan

bayi kurang dari 4 bulan (Kemenkes RI, 2011).

b. ISPA sedang

Pemberian antibiotik. Dosis antibiotic disesuaikan dengan jenis antibiotic

yang dipakai. Pemberian paracetamol bila ada peningkatan suhu tubuh.

Untuk pilek/hidung tersumbat dibersihkan dengan gulungan kain atau

kertas penyerap. Uap dapat digunakan untuk melembabkan udara dan

melapangkan jalan napas bagian atas, terutama pada kasus wheezing.

Digunakan uap air yang didihkan dalam ketel selama 10 menit. Obat-

obatan penekan batuk dan anthistamin tidak dianjurkan karena tidak

Page 35: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

35

efektif pada peradangan (infeksi). Keluarnya cairan di telingan dapat

dikeringkan dengan gulungan-gulungan kain penyerap tiga kali sehari

selama cairan masih keluar dari telinga.

Indikasi rujukan bila : timbul satu atau lebih tanda ISPA berat, terutama

penarikan dada ke dalam, kejang, pernapasan kadang-kadang terhenti

dehidrasi berat, tidak mampu makan dan minum.

c. ISPA berat

ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas yang mempunyai

saran perawatan, dengan syarat tersedianya fasilitas minimal sebagai

berikut : perlengkapan pemberian zat asam (oksigen), alat pengisap lendir,

sarana pemberian cairan intravena, obat-obatan yang cukup antimikroba,

brondikolator, digitalis, serum anti difteri.

Beberapa tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi ISPA,

pada umumnya didasarkan pada gejala yang muncul, antara lain :

a. Flu

Bagian terpenting yang harus dilakukan memberi anak minum lebih

banyak dari biasanya sedikit-sedikit tapi sering, buat anak merasa lebih

nyaman. Bila ingus sangat kental, berikan garam steril (NaCl 0,9 %)

sebagai tetes hidung. Air garam steril ini adalah air garam yang ada di

tubuh kita dan tidak menimbulkan efek samping (Pujiarto.PS, 2007).

Page 36: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

36

b. Batuk

Berikan anak minuman cairan hangat yang banyak, jangan ada asap rokok

di rumah atau di sekeliling anak, letakan anak dalam posisi tegak atau

separuh tegak. Untuk obat batuk dianjurkan untuk yang kerjanya menekan

refleks lainnya (Tjokronegoro, 2009).

c. Demam

Saat ini yang lazim digunakan untuk membantu menurunkan suhu tubuh

adalah kompres air hangat atau suam-suam kuku (37,8 o C). dengan suhu

di luar terasa hangat, maka tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu

luar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan control

pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh

lagi. Disamping itu, lingkungan luar yang hangat akan membuat

pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasolatasi, juga akan

membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah

pengeluaran panas dari tubuh (Hartanto, 2012).

d. Infeksi telinga

Berikan obat untuk menghilangkan rasa sakit (parasetamol), letakan anak

pada posisi tegak. Posisikan telinga yang sakit di atas handuk yang sudah

di hangatkan atau isi botol dengan air hangat dan bungkus dengan sapu

tangan atau handuk kecil, hindari anak minum dari dot botol sambil

tiduran. Umumnya otitis media akan sembuh sendiri dan tidak

memerlukan antibiotic (Pujiarto.PS, 2007).

Page 37: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

37

6. Pencegahan ISPA

Pencegahan penyakit infeksi saluran pernapasan akut meliputi tiga aspek

yaitu:

a. Pencegahan tingkat pertama (primary)

Pendidikan kesehatan pada aspek ini kelompok yang berisiko untuk

menderita ISPA, dengan demikian dapat mencegah munculnya penyakit

ISPA.

1) pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa mengisap dengan baik.

Stomatitis (radang dalam mulut) yang berat dapat mengganggu anak

mengisap ASI dengan baik. Kondisi seperti ini ibu harus memeras ASI

kedalam mangkuk, atau menyiapkan susu buatan yang baik, kemudian

memberikan kepada anak dengan sendok.

2) Pemberian makanan pada anak yang muntah

Anak yang muntah terus biasa mengalami malnutrisi. Ibu harus

memberi makanan pada saat muntahnya reda, usahakan pemberian

makanan sesering mungkin selama sakit dan sesudah muntah dan

menghindari makanan goreng-gorengan.

3) Pemberian ASI

Bila anak belum menerima makanan tambahan apapun, maka ibu

harus memberikan ASI lebih sering dari pada biasanya. Pada

prinsipnya ASI harus diberikan sejak lahir sampai anak berumur 2

tahun.

Page 38: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

38

4) Imunisasi

Balita yang tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap, sangat

berisiko untuk menderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut.

b. Pencegahan tingkat kedua (secondary)

Sasaran pencegahan pada aspek ini adalah agar penderita mampu

mencegah penyakit agar tidak menjadi lebih parah, beberapa upaya yang

harus dilakukan adalah :

1) Pemberian makan selama anak sakit.

Untuk anak berumur 4 – 6 bulan atau lebih, berilah makanan dengan

nilai gizi dan kalori yang tinggi. Dengan melihat umurnya, berilah

campuran tepung dengan kacang-kacangan, atau tepung dengan

daging atau ikan. Bila umur anak kurang dari 4 bulan atau belum

mendapat makanan tambahan, anjurkan ibunya untuk lebih sering

memberi ASI.

2) Bersihkan hidung agar tak mengganggu pemberian makanan.

Pakailah kain bersih yang lunak untuk membersihkan lubang hidung.

Jika lubang hidung tersumbat karena ingus yang telah mengering,

tetesilah hidung dengan air garam untuk membasahi lendir.

3) Mengatasi demam yang tinggi

Demam yang tinggi (≥ 39 oC) bisa juga mengganggu pemberian

makanan dan harus diobati dengan paracetamol. Serta anak diberikan

kompres hangat pada bagian ubun-ubun.

Page 39: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

39

4) Berilah minuman lebih banyak pada balita

Anak dengan infeksi saluran pernapasan dapat kehilangan cairan lebih

banyak dari biasanya terutama bila demam tetapi harus menghindari

air es. Ibu harus memberi cairan tambahan yaitu lebih banyak

pemberian ASI, menambah pemberian susu buatan, air putih, sari buah

dan sebagainya.

c. Pencegahan tingkat tiga (tertiary)

Pencegahan yang dilakukan pada tahapan ini adalah penanganan pada

balita yang telah sembuh dari penyakit. Pada umumnya balita yang sedang

sakit hanya bisa makan sedikit. Karena itu setelah sembuh, usahakan

pemberian makanan ekstra setiap hari selama seminggu, atau sampai berat

badan balita mencapai normal. Hal ini akan mempercepat balita mencapai

kesehatan semula serta mencegah malnutrisi. Malnutrisi akan

mempermudah atau memperberat infeksi saluran pernapasan

(Notoatmodjo, 2013).

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ISPA

1) Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya

bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks,

faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal

sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus

Page 40: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

40

yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebab penyakit ini adalah

virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo (WHO, 2007).

2) Manusia

a. Umur

Risiko untuk terkena ISPA pada balita yang lebih muda umurnya

lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua umurnya. Dari

hasil sebuah penelitian menunjukkan ada pengaruh umur terhadap

kejadian ISPA pada balita. Dengan demikian, umur merupakan

determinan dari kejadian ISPA pada balita.

b. Jenis kelamin

Tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA

pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Namun menurut

beberapa penelitian kejadian ISPA lebih sering didapatkan pada anak

laki-laki dibandingkan anak perempuan, terutama anak usia muda, di

bawah 6 tahun.

c. Mengatur Pola makan balita

Menurut Sumirta (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi status

gizi anak balita adalah pola pemberian makanan. Suatu pola makan yang

seimbang dan teratur akan menyajikan semua makanan yang berasal

dari sebuah kelompok makanan dengan jumlahnya sehingga zat gizi

yang dikonsumsi seimbang satu sama lain. Telah lama diketahui adanya

interaksi sinergis antara malnutrisi dan penyakit infeksi. Anak balita

Page 41: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

41

dengan status gizi yang buruk memiliki daya tahan tubuh terhadap

tekanan dan stress menurun. Sistem imunitas dan antibody berkurang

sehingga akan mudah terkena penyakit infeksi.

Untuk itu balita yang terkena infeksi memerlukan zat gizi yang tinggi

agar dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk pemulihan kondisi tubuh.

Adapun tiga fungsi zat gizi yaitu member energy, pertumbuhan dan

pemulihan jaringan tubuh, mengatur proses tubuh.

d. Status ASI eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi

yang kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri

dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan

menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan

(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit)

yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi. Bayi (0-12

bulan) memerlukan jenis makanan ASI, susu formula, dan makanan

padat. Pada enam bulan pertama, bayi lebih baik hanya mendapatkan

ASI saja (ASI Eksklusif) tanpa diberikan susu formula. Usia lebih dari

enam bulan baru diberikan makanan pendamping ASI atau susu

formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bisa

mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikasi post natal.

Berdasarkan hasil penelitian Arini (2012), frekuensi kejadian ISPA

sering lebih banyak terjadi pada anak yang tidak diberikan ASI (84,4%),

Page 42: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

42

dan secara parsial sebesar 87,5 % dan pola pemberian ASI secara

predominan sebagian besar mengalami ISPA dengan frekuensi jarang

(82,1%), sementara yang tidak mengalami kejadian ISPA terjadi pada

anak dengan pola pemberian ASI secara eksklusif (94,6%). Anak yang

tidak diberikan ASI mengalami kejadian ISPA dengan frekuensi jarang

sebesar 267 kali lebih tinggi dibandingkan pada anak yang diberi ASI

secara eksklusif, namun tidak ada hubungan antara pola pemberian ASI

secara eksklusif dengan frekuensi kejadian ISPA yang sering pada anak

usia 6-12 bulan.

e. Status imunisasi

Menurut Kemenkes RI (2007), imunisasi adalah suatu upaya untuk

melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan

terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan

pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya

terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak. Imunisasi bermanfaat

untuk mencegah beberapa jenis penyakit, seperti : polio (lumpuh layu),

TBC (batuk berdarah), difteri, liver (hati), tetanus, dan pertusis. Bahkan

imunisasi juga dapat mencegah kematian dari akibat penyakit-penyakit

tersebut. Jadwal pemberian imunisasi sesuai dengan yang ada dalam

Kartu Menuju Sehat (KMS) yaitu BCG : 0-11 bulan, DPT 3 kali : 2-11

bulan, Polio 4x : 0-11 bulan, Campak 1 kali : 9-11 bulan, Hepatitis B 3

kali : 0-11 bulan. Selang waktu pemberian imunisasi yang lebih dari 1

Page 43: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

43

kali adalah 4 minggu. Adanya hubungan yang bermakna antara status

imunisasi dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Balita yang status

imunisasinya tidak lengkap memiliki risiko 3,25 kali lebih besar untuk

menderita penyakit ISPA dibandingkan dengan balita dengan status

imunisasi lengkap.

f. Lingkungan

Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian

penyakit ISPA. Faktor lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam

maupun luar rumah. Untuk faktor yang berasal dari dalam rumah sangat

dipengaruhi oleh kualitas sanitasi dari rumah itu sendiri, seperti :

1) Kelembaban ruangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor1077/Menkes/Per/V/ 2011 tentang Pedoman Penyehatan

Udara Dalam Ruang Rumah menetapkan bahwa kelembaban yang

sesuai untuk rumah sehat adalah 40- 60%. Kelembaban yang terlalu

tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan

mikrorganisme, termasuk mikroorganisme penyebab ISPA

(Kemenkes RI, 2011). Penelitian Nindya dan Sulistyorini (2005),

tentang hubungan sanitasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita

yang dilakukan di tiga daerah yang berbeda, yaitu di Kelurahan

Penjaringan Sari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya, Desa

Sidomulyo Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo, dan di Desa

Page 44: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

44

Tual Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara didapatkan

bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap ISPA pada balita.

2) Suhu ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu

optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah di

bawah 180C atau di atas 300C, keadaan rumah tersebut tidak

memenuhi syarat (Kemenkes RI, 2011).

3) Penerangan alami

Rumah yang sehat adalah rumah yang tersedia cahaya yang cukup.

Suatu rumah atau ruangan yang tidak mempunyai cahaya, dapat

menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat mendatangkan

penyakit. Sebaliknya suatu ruangan yang terlalu banyak mendapatkan

cahaya akan menimbulkan rasa silau, sehingga ruangan menjadi

tidaksehat. Agar rumah atau ruangan mempunyai sistem cahaya yang

baik, dapat dipergunakan dua cara (Kemenkes RI, 2011), yaitu :

a) Cahaya alamiah, yakni mempergunakan sumber cahaya yang

terdapat di alam, seperti matahari. Cahaya matahari sangat

penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam

rumah. Pencahayaan alami dianggap baik jika besarnya minimal

60 lux . Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela,

perlu diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke

dalam ruangan, dan tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi

Page 45: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

45

jendela di sini, di samping sebagai ventilasi juga sebagai jalan

masuk cahaya. Lokasi penempatan jendelapun harus diperhatikan

dan diusahakan agar sinar matahari lebih lama menyinari lantai

(bukan menyinari dinding).

b) Cahaya buatan adalah menggunakan sumber cahaya yang bukan

alamiah seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak

langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya

60 lux, dan tidak menyilaukan.

4) Ventilasi

Ventilasi sangat penting untuk suatu tempat tinggal, hal ini karena

ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang

masuk dan keluar angin sekaligus udara dari luar ke dalam dan

sebaliknya. Dengan adanya jendela sebagai lubang ventilasi, maka

ruangan tidak akan terasa pengap asalkan jendela selalu dibuka.

Untuk lebih memberikan kesejukan, sebaiknya jendela dan lubang

angin menghadap ke arah datangnya angin, diusahakan juga aliran

angin tidak terhalang sehingga terjadi ventilasi silang (cross

ventilation). Fungsi ke dua dari jendela adalah sebagai lubang

masuknya cahaya dari luar (cahaya alam/matahari). Suatu ruangan

yang tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan

beberapa keadaan seperti berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya

Page 46: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

46

kadar karbon dioksida, bau pengap, suhu dan kelembaban udara

meningkat. Keadaan yang demikian dapat merugikan kesehatan dan

atau kehidupan dari penghuninya, bukti yang nyata pada kesehatan

menunjukkan terjadinya penyakit pernapasan, alergi, iritasi

membrane mucus dan kanker paru. Sirkulasi udara dalam rumah akan

baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai

ventilasi minimal 10% dari luas lantai (Kemenkes RI, 2009).

5) Kepadatan hunian rumah

Kepadatan penghuni rumah merupakan perbandingan luas lantai

dalam rumah dengan jumlah anggota keluarga penghuni rumah

tersebut. Kepadatan hunian ruang tidur adalah minimal 8 m2, dan

tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu

ruang tidur, kecuali anak di bawah umur lima tahun .

6) Penggunaan anti nyamuk

Pemakaian obat nyamuk bakar merupakan salah satu penghasil bahan

pencemar dalam ruang. Obat nyamuk bakar menggunakan bahan

aktif octachloroprophyl eter yang apabila dibakar maka bahan

tersebut menghasilkan bischloromethyl eter (BCME) yang diketahui

menjadi pemicu penyakit kanker, juga bisa menyebabkan iritasi pada

kulit, mata, tenggorokan dan paru-paru (Kemenkes RI, 2011).

Page 47: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

47

7) Bahan bakar untuk memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat

menyebabkan kualitas udara menjadi rusak, terutama akibat

penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan, serta penggunaan

sumber energi yang relatif murah seperti batubara dan biomasa

(kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian)

(Kemenkes RI, 2011).

8) Keberadaan perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif.

Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 di antaranya

merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic

Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian Nasution et al. (2009) serta Winarni et al

(2010), didapatkan hubungan yang bermakna antara pajanan asap

rokok dengan kejadian ISPA pada balita.

9) Debu rumah

Menurut Kemenkes RI (2011a), partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5)

dan Partikel debu diameter 10μ (PM10) dapat menyebabkan

pneumonia, gangguan system pernapasan, iritasi mata, alergi,

bronchitis kronis. PM2,5 dapat masuk ke dalam paru yang berakibat

timbulnya emfisema paru, asma bronchial, dan kanker paru-paru

serta gangguan kardiovaskular atau kardiovascular (KVS). Secara

Page 48: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

48

umum PM2,5 dan PM10 timbul dari pengaruh udara luar (kegiatan

manusia akibat pembakaran dan aktivitas industri). Sumber dari

dalam rumah antara lain dapat berasal dari perilaku merokok,

penggunaan energy masak dari bahan bakar biomasa, dan

penggunaan obat nyamuk bakar.

10) Dinding rumah

Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap

juga untuk melindungi rumah dari gangguan panas, hujan dan angin

dari luar dan juga sebagai pembatas antara dalam dan luar rumah.

Dinding berguna untuk mempertahankan suhu dalam ruangan,

merupakan media bagi proses rising damp (kelembaban yang naik

dari tanah) yang merupakan salah satu faktor penyebab kelembaban

dalam rumah. Bahan dinding yang baik adalah dinding yang terbuat

dari bahan yang tahan api seperti batu bata atau yang sering disebut

tembok. Dinding dari tembok akan dapat mencegah naiknya

kelembaban dari tanah (rising damp) Dinding dari anyaman bambu

yang tahan terhadap segala cuaca sebenarnya cocok untuk daerah

pedesaan, tetapi mudah terbakar dan tidak dapat menahan lembab,

sehingga kelembabannya tinggi.

11) Status ekonomi dan pendidikan

Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari

satu individu dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit,

Page 49: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

49

persepsi terhadap penyakitnya merupakan hal yang penting dalam

menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu

sangat menentukan tindakan pengobatan yang akan diterima oleh

anaknya. Berdasarkan hasil penelitian Djaja et al. (2001), didapatkan

bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total

perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya

berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Berdasarkan hasil uji

statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali

lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan

dengan ibu yang status ekonominya rendah. Ibu dengan pendidikan

lebih tinggi, akan lebih banyak membawa balita berobat ke fasilitas

kesehatan, sedangkan ibu dengan pendidikan rendah lebih banyak

mengobati sendiri ketika balita sakit ataupun berobat ke dukun. Ibu

yang berpendidikan minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih banyak

membawa anaknya ke pelayanan kesehatan ketika sakit dibandingkan

dengan ibu yang tidak bersekolah, hal ini disebabkan karena ibu yang

tamat SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit yang diderita

oleh balitanya.

D. Konsep tentang Balita

Balita adalah kelompok dibawah lima tahun (1-5 tahun) merupakan

kelompok umur yang rawan penyakit, artinya pada tahap usia ini balita gampang

terkena penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling

Page 50: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

50

menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya dalam populasi besar. Beberapa

kondisi atau anggapan yang menyebabkan balita ini rawan kesehatan antara lain

sebagai berikut :

1. Balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang

dewasa.

2. Biasanya balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh

sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

3. Balita sudah mulai main di tanah, dan sudah dapat main di luar rumahnya

sendiri, sehingga leih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi

yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam penyakit.

4. Balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih bahan

makanan (Notoadmodjo, 2013).

Seperti yang telah dikemukakan bahwa balita berhak untuk sehatdan

memperoleh perlindungan. Perlindungan yang dimaksud adalah melindungi balita

dari segala bentuk cedera fisik maupun psikologis. Cedera fisik dan berbagai

penyakit infeksi merupakan penyeban utama kematian pada balita. Pada dasarnya

permasalahan yang muncul pada balita merupakan kondisi yang dapat dicegah

dan dapat dihindari. Karena itu perhatikan kondisi yang dapat mencelakakan

balita dan hal pertaa yang perlu dilakukan adalah kondisi di rumah, apakah aman

bagi balita.

Balita merupakan kelompok usia yang paling berisiko untuk menderita

berbagai penyakit dan cedera fisik. Di usia balita anak sangat aktif dan memiliki

Page 51: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

51

rasa ingin tahu yang sangat besar, impulsif, ceroboh, penuh energi. Mereka berada

pada fase menjelajah dan mengeksplorasi, sementara mereka belum mengenal

konsep bahaya. Pada masa ini di satu sisi orang tua harus merangsang dan

menstimulasi rasa ingintahu balita di lain pihak, orang tua harus memastikan

bahwa risiko cedera sudah sangat diminimalisir. Oleh karena itu, sebagai orang

tua harus dapat menjaga dan mengawasi anak balita setiap saat.

Fase balita merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan terjadi dengan

pesat, dimana balita mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan

psikomotor. Balita juga sangat aktif tetapi insting mereka sudah mulai terbentuk

sehingga sudah memulai memahami konsep bahaya dan mulai memahami

perlunya melindungi diri dari berbagai hal yang dapat mencederai diri mereka.

Namun mereka masih peril diawasi dengan ketat (Notoatmodjo, 2013).

Pada fase balita mendekati dua tahun, balita sudah mampu mendongak

gelasnya. Di lain pihak, nafsu makan anak cenderung menurun. Pada masa ini

pertumbuhan fisik mereka lambat sehingga kebutuhan kalori tidak setinggi

sebelumnya. Pada fase ini ibu harus memberikan pilihan makanan rendah lemak

termasuk susu rendah lemak (Pujiarto, 2007).

Page 52: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

52

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit

penyebab kematian utama pada balita. Mengingat penyakit ini adalah penyakit

yang dapat menyebabkan kematian bagi balita, maka pengetahuan tentang ISPA

dalam hal ini pencegahan yang perlu melibatkan masyarakat khususnya ibu

balita. Pemahaman yang baik yang dimiliki ibu balita tentang ISPA, akan

membantu menekan angka kematian akibat penyakit tersbut.

Dengan adanya pengetahuan tentang ISPA oleh ibu balita, maka ibu balita

dapat mendeteksi dini gejala ISPA serta dapat menentuakn langkah dan sikap

selanjutnya dalam melakukan perawatan pada balita, sehingga tidak terjadi

komplikasi yang berbahaya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan ibu adalah

dengan tetap memberikan makan pada balita yang sakit, membersihkan hidung

agar tidak menghalangi pemberian makan, mengatasi demam, dan memberi

minum yang banyak pada balita. Pada penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa

dengan pemahaman ibu yang baik tentang ISPA maka dapat meningkatkan proses

kesembuhan ISPA pada balita.

Page 53: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

53

B. Bagan Kerangka Pikir

Variabel bebas Variabel Terikat

Keterangan :

: Variabel independent yang diteliti

: Variabel dependent yang diteliti

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Sugiyono, 2011). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan ISPA pada balita.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi

variabel terikat adalah pencegahan ISPA pada balita.

Pengetahuan

Ibu

Sikap

Ibu

Pencegahan ISPA

Pada Balita

Page 54: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

54

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional

a. Balita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah balita yang berusia 0 – 5

tahun dan menderita ISPA dan berkunjung untuk berobat di Puskesmas

Poasia.

b. Ibu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang tua perempuan yang

memiliki anak balita yang menderita ISPA dan datang berkunjung di

Puskesmas Poasia.

c. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang

pencegahan penyakit ISPA berupa langkah-langkah yang dapat dilakukan

ibu yaitu seperti: pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa mengisap

ASI dengan baik, Pemberian ASI sampai balita berumur 2 tahun,

imunisasi, pemberian makan selama balita sakit, membersihkan hidung

balita, pemberian antipeuretik, kompres hangat pada ubun-ubun,

pemberian banyak minum pada balita, pemberian makanan ekstra yang

baru sehat. Penilaian pengetahuan ibu dilakukan dengan membuat

kuisioner sebanyak 10 pertanyaan untuk tiap variabel jika menjawab benar

diberi skor 1 dan bila salah diberi skor 0.

Kriteria Objektif :

Pengetahuan baik : Bila responden memperoleh nilai ≥ 60%, dari

pertanyaan yang ada pada kuisioner

Page 55: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

55

Pengetahuan kurang : Bila responden memperoleh nilai < 60%, dari

pertanyaan yang ada pada kuisioner.

d. Sikap di dalam penelitian ini adalah sikap ibu yang merupakan reaksi atau

respon ibu (masih tertutup) terhadap suatu stimulus atau objek. Objek ibu

dimaknai sebagai reaksi atau respon ibu dalam upaya berupa tindakan

pencegahan penyakit ISPA pada balita. Dalam hal ini sikap ibu dalam

mengusahakan agar faktor penyebab penyakit ISPA dapat dicegah.

Kriteria Objektif :

Sikap baik : Bila responden memperoleh nilai ≥ 60%, dari

pertanyaan yang ada pada kuisioner

Sikap kurang : Bila responden memperoleh nilai < 60%, dari

pertanyaan yang ada pada kuisioner

Cara mengukur sikap pada penelitian ini menggunakan skala Likert.

Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi positf, yang dapat berupa kata-kata.Sehingga, jika

didapatkan jawaban dari kuisioner dan diberikan poin berupa nilai maka :

Nilai 1 = Sangat tidak setuju

Nilai 2 = Tidak setuju

Nilai 3 = Ragu-ragu

Nilai 4 = Setuju

Nilai 5 = sangat setuju

Dimana jumlah pertanyaan sebanyak 10 setiap pertanyaan berskala 1-50.

Page 56: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

56

Skor tertinggi = 10 x 5 = 50 = 100%

Skor terndah = 10 x 1 = 10 = 20%

Kisaran (range) = skor tertinggi – skor terndah = 100% -20% = 80%

80% = 40, sehingga didapatkan 100%-40% = 60 %

2

Page 57: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

57

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian survey deskriptif untuk memperoleh

gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan ISPA pada balita di

Puskesmas Poasia Kota Kendari.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 08 Juni – 28 Juni 2016.

2. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Poasia Kota Kendari Kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita yang

menderita ISPA dan datang berobat di Puskesmas Poasia sebanyak 150 Ibu.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita yang

menderita ISPA dan datang berobat di Puskesmas Poasia yang diambil

dengan tehnik accidental sampling yaitu metode pengambilan sampel yaitu

Page 58: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

58

pada ibu yang kebetulan ada/ dijumpai/ serta berkunjung bersama anaknya

ke Puskesmas Poasia hingga sampel mencukupi yaitu sebanyak 30 ibu.

b. Kriteria Sampel

Responden dengan kriteria Sampel sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi :

Adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi

target dan terjangkau untuk diteliti

a) Ibu yang bersedia menjadi responden.

b) Ibu yang mampu membaca dan menulis.

c) Ibu yang memiliki balita yang menderita ISPA dan berkunjung di

Puskesmas Poasia.

2) Kriteria Eksklusi :

Adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi

yang tidak dapat dijadikan target untuk diteliti

a) Ibu tidak bersedia menjadi responden.

b) Ibu tidak mampu membaca dan menulis.

c) Ibu yang tidak memiliki anak balita dan tidak berkunjung di

Puskesmas Poasia.

Page 59: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

59

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan lembar kuisioner pada

responden terpilih sebagai sampel yang memuat variabel-variabel.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah diperoleh dari instansi

terkait yang berhubungan dengan penelitian dalam hal ini data di

Puskesmas Poasia Kota Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi

Tenggara.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar kuisioner

pada responden yang disusun berdasarkan variabel penelitian.

E. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diolah dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Edit

Tahap ini dilakukan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar

dengan memperhatikan kelengkapan jawaban pada kuisioner baik yang berupa

jelas tidaknya jawaban maupun pengisian tabel distribusi frekuensi maupun

master tabel bila ditemukan kesalahan.

Page 60: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

60

2. Kode

Pengkodean dimaksudkan adalah pengkodean data yang diperoleh agar

memudahkan mengolah dan menganalisis data dengan memberikan kode-kode

dalam bentuk angka, ceklist maupun silang pada pertanyaan kuisioner maupun

tabel distribusi hasil penelitian.

3. Skoring

Melakukan pemasukan skor jawaban yang salah dan benar yang sudah dikode

terlebih dahulu pada tabulasi hasil penelitian.

4. Tabulasi

Melakukan pemasukan data hasil kuisioner, jumlah jawaban yang salah dan

benar yang sudah dikode terlebih dahulu ke komputer untuk membuat tabel

hasil penelitian.

5. Pengecekan

Yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data masuk, hal ini

diperlukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan ketika memasukkan data.

F. Analisis Data

Analisis Data

Untuk mendapatkan persentase hasil dari observasi yang telah diteliti maka akan

dianalisa dengan menggunakan rumus :

(Candra B, 2008).

X = f/n x K

Page 61: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

61

Keterangan :

X = Jumlah persentase variabel yang diteliti

f = Jumlah jawaban benar responden berdasarkan variabel yang diteliti

n = Jumlah sampel penelitian

K = Konstanta (100%)

G. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi persentase dan dinarasikan kemudian dilakukan

pembahasan yang selanjutnya didapatkan kesimpulan penelitian.

H. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, masalah etika sangat diperhatikan dengan menggunakan

metode :

1. Informed concent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan (informed concent). Informed concent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta

mengetahui dampaknya.

2. Ananomity (tanpa nama)

Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat

ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

Page 62: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

62

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

Page 63: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

63

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.

1. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Letak geografis

Puskesmas Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota Kendari,

sekitar 9 km dari Ibu Kota Provinsi serta memiliki kondisi geografis

daerah dataran rendah yang berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari

b. Sebeah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu.

Luas wilayah kerja Puskesmas Poasia sekitar 4.175 Ha atau 44,75

km2

atau 15,12 % dari luas daratan Kota Kendari terdiri dari 4 kelurahan

definitif yaitu Anduonohu, Rahandauna, Anggoya dan Matabubu dengan

82 RW/RK. Jumlah pendududk 25.474 jiwa serta tingkat kepadatan

penduduk 490 orang/km2 dengan tingkat kepadatan hunian rumah rata-rata

5 orang/rumah.

2. Keadaan demografi

Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia pada tahun

2014 adalah sebanyak 25.474 jiwa serta tingkat kepadatan penduduk 490

Page 64: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

64

orang/km2 dengan tingkat kepadatan hunian rumah rata-rata 5

orang/rumah.

3. Fasilitas pelayanan

Poliklinik Umum Puskesmas Poasia memberikan pelayanan rawat

jalan kepada pasien khususnya di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia yaitu

Wilayah Kecamatan Poasia dan penduduk di luar wilayah kerja

Puskesmas Poasia seperti Kecamatan Abeli bahkan di luar kota kendari

seperti penduduk Kabupaten Konawe Selatan.

Selain Poliklinik Umum, Puskesmas Poasia memiki Poliklinik

Kesehatan Ibu dan Anak dan Poliklinik Gigi. Sehingga pelayanan di luar

perawatan gigi dan kesehatan ibu dan anak dilakukan di Poliklinik Umum.

Fasilitas pelayanan terdiri dari pelayanan penyakit umum, kesehatan mata,

kesehatan jiwa dan penanganan TB paru dan kusta.

4. Ketenagaan

Jumlah tenaga pegawai Puskesmas Poasia sebanyak 144 orang,

yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 80 orang dan non

pegawai negeri sipil (Non PNS) sebanyak 62 orang. Pegawai Poliklinik

umum sebanyak 10 orang yang terdiri dari 4 orang dokter umum, seorang

kepala ruangan yang merangkap sebagai kordinator TB paru dan kusta, 3

orang perawat pelaksana, seorang perawat kesehatan mata, dan seorang

perawat kesehatan jiwa.

Page 65: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

65

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 08 Juni – 28 Juni 2016 dan

bertempat di Puskesmas Poasia Kota Kendari, data diperoleh dengan tehnik

accidental sampling dengan jumlah sampel 30 ibu dan didapatkan hasil sebagai

berikut :

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu di Puskesmas Poasia Kota

Kendari

No Umur Ibu f %

1.

2.

3.

20 – 25 tahun

26 – 30 tahun

31 – 35 tahun

11

14

5

36,66

46,66

16,68

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer 2016

Pada tabel 5.1 diatas menunjukan bahwa frekuensi umur ibu terbesar

berada pada rentang umur 26 – 30 tahun dengan jumlah 14 ibu (46,66%) dan

frekuensi umur ibu terkecil berada pada rentang umur 31 – 35 tahun dengan

jumlah 5 ibu (16,68%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Puskesmas Poasia Kota

Kendari

No Pendidikan Ibu f %

1.

2.

3.

4.

5.

Pendidikan rendah (SD/SMP)

Pendidikan Menengah

(SMA)

Pendidikan Tinggi

(D3/S1/S2)

10

16

4

33,33

53,55

13,34

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer 2016

Page 66: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

66

Pada tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa frekuensi tingkat pendidikan

ibu terbanyak berada pada pendidikan menengah dengan jumlah 19 ibu

(63,33%) dan frekuensi tingkat pendidikan ibu terkecil berada pada

pendidikan tinggi dengan jumlah 4 ibu (13,34%)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Puskesmas Poasia Kota

Kendari

No Pekerjaan Ibu f %

1.

2.

3.

PNS

Pegawai Swasta

IRT

10

5

15

33,33

16,68

49,99

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer 2016

Pada tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa frekuensi pekerjaan ibu

terbanyak adalah IRT dengan jumlah 15 ibu (49,99%) dan pekerjaan ibu

terkecil adalah pegawai swasta dengan jumlah 5 ibu (16,68%).

2. Hasil Penelitian

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan

ISPA Pada Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun

2016

No Pengetahuan Ibu f %

1.

2.

Baik

Kurang

13

17

43,33

56,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer 2016

Pada Tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa frekuensi responden terbesar

adalah ibu yang memiliki pengetahuan kurang yang berjumlah 17 ibu

Page 67: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

67

(56,67%), dan frekuensi responden terkecil adalah ibu yang memiliki

pengetahuan baik yang berjumlah 13 ibu (43,33%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Pencegahan ISPA Pada

Balita di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016

No Sikap Ibu f %

1.

2.

Baik

Kurang

12

18

40,00

60,00

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer 2016

Pada Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa frekuensi responden terbesar

adalah ibu yang memiliki sikap kurang yang berjumlah 18 ibu (60,00%), dan

frekuensi responden terkecil adalah ibu yang memiliki sikap baik yang

berjumlah 12 ibu (40,00%).

B. Pembahasan

1. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan ISPA Pada Balita di

Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016

Pada Tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa responden terbesar adalah ibu

yang memiliki pengetahuan kurang yang berjumlah 17 ibu (56,67%).

Responden yang kategori kurang di dalam penelitian ini disebabkan oleh

berbagai faktor, salah satunya adalah faktor umur dimana responden yang

berumur 20 – 25 tahun, tergolong ke dalam umur yang muda dan memiliki

pengalaman yang kurang mengenai perawatan ISPA pada balita, hal ini juga

didukung adanya responden yang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda

dikarenakan ibu berpendidikan rendah yaitu hanya tamatan SD, serta

Page 68: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

68

pekerjaan responden yang kebanyakan hanya tinggal dirumah atau sebagai ibu

rumah tangga, sehingga penerimaan pengetahuan yang disampaikan oleh

petugas kesehatan kurang diterima dan dapat diserap dengan baik oleh

responden, dan didukung kurangnya sarana prasarana untuk melakukan

penyuluhan kepada ibu mengenai pencegahan penyakit ISPA oleh petugas

kesehatan, seperti tersedianya buku panduan dan gambar atau brosur

mengenai penyakit ISPA sehingga ibu tidak memiliki pengetahuan tentang

pencegahan penyakit ISPA pada balita, hal ini sejalan dengan teori

pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tersedianya sarana dan

prasarana yang memadai, seperti yang dikemukakan oleh Suharjo (2006)

dimana tinggi rendahnya pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan yang

diperoleh semakin tinggi pendidikan, maka pengetahuan yang diperoleh akan

semakin banyak, begitupun sebaliknya.

Sarana dan prasarana yang menunjang, maka pengetahuan yang

diperoleh akan lebih besar bila dibandingkan dengan kurangnya sarana dan

prasarana. Selain itu dapat disebabkan kurangnya pengalaman, kesadaran

ataupun pendidikan mengenai status gizi balita hal ini bisa didapatkan

melalui mendengar, pendidikan formal, nonformal, maupun pengalaman.

Pengetahuan adalah suatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki

seseorang melalui pendidikan maupun pengalaman (Badudu, 2012).

Responden yang kategori baik memiliki pengetahuan mengenai

perawatan penyakit ISPA, responden mempunyai pengalaman, kesadaran

Page 69: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

69

ataupun pendidikan dimana kebanyakan responden berpendidikan S1 dan

SMA sehingga memiliki pengetahuan dengan baik mengenai perlunya

pencegahan ISPA pada balita selama sakit, hal ini responden dapatkan melalui

mendengar, pendidikan formal, nonformal, maupun pengalaman. hal ini

sejalan dengan teori pengetahuan, bahwa pengetahuan adalah suatu yang

diketahui atau kepandaian yang dimiliki seseorang melalui pendidikan

maupun pengalaman (Badudu, 2012).

2. Gambaran Sikap Ibu Tentang Pencegahan ISPA Pada Balita di

Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016

Pada Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa responden terbesar adalah

ibu yang memiliki sikap kurang yang berjumlah 18 ibu (60,00). Pada balita,

pengaruh dari keluarga sangat kuat. Sikap dan perilaku orang tua, terutama

ibu, dalam melakukan pencegahan memberikan pengaruh yang cukup

signifikan terhadap pencegahan penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena

orang tua adalah orang yang paling dekat dengan balita. Peran serta orang tua

sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian,

mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada balita agar balita terhindar

dari penyakit ISPA. Adapun cara pencegahan penyakit ISPA yang dapat

ditunjukkan lewat langkah-langkah yang dapat dilakukan ibu yaitu seperti:

pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa mengisap ASI dengan baik,

Pemberian ASI sampai balita berumur 2 tahun., Imunisasi, Pemberian makan

selama balita sakit, membersihkan hidung balita, pemberian antipiretik,

Page 70: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

70

kompres hangat pada ubun-ubun, pemberian banyak minum pada balita, serta

pemberian makanan ekstra yang baru sehat.

Responden yang kategori baik memiliki sikap yang baik. Sikap

merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Dalam sikap positif ada kecendrungan untuk memenuhi

objek tertentu, sedangkan sikap negatif ada kecendrungan untuk memenuhi

obyek tertentu, sikap seseorang dapat dilihat dari prilakunya (Notoatmodjo,

2013). Ibu yang memiliki sikap yang baik adalah ibu yang memiliki

pengetahuan akan perawatan sekunder ISPA, dimana responden mempunyai

pengetahuan dan kesadaran.

Page 71: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

71

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun

2016, dapat disimpulkan bahwa :

1. Responden terbesar adalah ibu yang memiliki pengetahuan kurang yang

berjumlah 17 ibu (56,67%) dan responden terkecil adalah ibu yang memiliki

pengetahuan baik yang berjumlah 13 ibu (43,33%) di Puskesmas Poasia Kota

Kendari Tahun 2016

2. Responden terbesar adalah ibu yang memiliki sikap kurang yang berjumlah 18

ibu (60,00%), dan responden terkecil adalah ibu yang memiliki sikap baik

yang berjumlah 12 ibu (40,00%) di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun

2016

3. Secara keseluruhan yang paling dominan yang menjadi pencegahan ISPA di

pada balita Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016 terbanyak adalah

pencegahan kurang yang berjumlah 18 ibu (60,00%), dan responden terkecil

adalah pencegahan baik yang berjumlah 12 ibu (40,00%) di Puskesmas Poasia

Kota Kendari Tahun 2016

B. Saran.

1. Disarankan kepada pihak Puskesmas Poasia khususnya dan Petugas

Kesehatan agar dapat melaksanakan penyuluhan mengenai ISPA, sehingga

Page 72: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

72

memberikan informasi yang berguna sebagai bentuk pelayanan kepada

masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia

2. Disarankan kepada institusi Poltekkes Kemenkes Kendari, khususnya bagi

mahasiswa agar dapat mengembangkan penelitian ini.

3. Disarankan pada ibu yang mempunyai balita yang mengalami ISPA agar

dapat mempraktekkan cara pencegahan penyakit ISPA pada balitanya untuk

menghindari komplikasi yang lebuh parah.

4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengambil variabel – variabel

lain yang berhubungan dengan ISPA lainnya.

Page 73: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

73

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta

Badudu, J. S & Zain, Moh. Sutan. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan

Balitbangkes, 2007 Riskesdas Indonesia tahun 2007, Depkes RI. Jakarta

Candra, B. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : EGC.

Data Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2015-2016.

Http://www.who.int/campaigns/ Acute Respiratory Infections -week/2008 diakses 15

maret 2016.

Istiarti. 2010. Menanti Buah hati Kaitan Antara Kemiskinan dan Kesehatan.

Jogjakarta : Yayasan Adi Karya

Kemenkes RI, 2011. Materi Program P2 ISPA Pelatihan P2MI Terpadu Bagi

Dokter Puskesmas. Direktoral Jendral P2M dan PLP. Jakarta.

2011. Peratauran Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang

Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah. Jakarta:Kemenkes RI

2012. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2012. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Depertemen Kesehatan RI. Badan Litbangkes 2012. Diakses 15 maret 2016

dari http://www.diskes.jabarprov.go.id/

2013. ISPA dan Pneumonia Program P2 ISPA. Jakarta : Kemenkes RI.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rhineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2013. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku

Kesehatan. Jogjakarta : Andi Offset.

Poedjawijatna, I. R. 2011. Tahu & Pengetahuan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Pujiarto. Ps, 2007. Bayiku Anakku Panduan Praktis Kesehatan Anak. Jakarta :

PT Intisari Mediatama.

Page 74: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

74

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Sugiyono, 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Raharjo, 2011. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit. Jakarta : EGC.

Rudan.,et al.,2004. Insidens Global dan Asia Tenggara. Buletin Of The World Healt

Organization 2004 ; 86

Yudarmawan, 2012. Buku kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Depkes RI

Page 75: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

75

Lampiran 1. Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Kepada

Yth. Ibu……………………

Di

Tempat

Dengan Hormat.

Perkenankanlah kami memohon dengan kerendahan hati, kiranya Ibu bersedia

mengisi angket ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Maksud angket ini hanya

untuk mendapatkan data atau informasi dari Ibu dalam rangka penyusunan laporan

penelitian kami yang berjudul : “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang

Pencegahan Ispa Pada Balita Di Pusksmas Poasia Kota Kendari”.

Dengan demikian maka jawaban yang Ibu berikan akan dijamin

kerahasiannya. Atas kesediaan Ibu memeberikan jawaban, kami ucapkan banyak

terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas kebaikan Bapak/Ibu.

Responden

(………………………..)

Page 76: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

76

Lampiran 2. Daftar Kuisioner

Data Responden

Inisial Responden :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Berilah tanda silang (√) pada setiap pilihan yang tersedia yang anda anggap benar !

Pertanyaan :

A. Pengetahuan

1. Bagi anak usia 6 bulan dan mengalami kesulitan mengisap karena ISPA

pemberian ASI dapat dilakukan dengan cara….?

a. Memeras ASI ke dalam mangkuk dan diberikan dengan sendok pada

anak

b. Tidak diberikan makanan sama sekali

c. Hanya diberikan makanan buatan

2. Setelah sembuh, ibu harus tetap memberikan makanan ekstra setiap hari

selama seminggu, atau sampai berat badan balita mencapai normal, hal ini

bertujuan untuk….?

a. Berat badan balita kembali seperti semula

b. Mempercepat balita mencapai kesehatan semula serta mencegah

malnutrisi

c. Untuk mengembalikan nafsu makan balita

3. Untuk mengatasi batuk pada balita ibu dapat memberikan…?

a. Memberikan minuman hangat yang banyak pada balita, misalnya air

jeruk nipis

b. Memberiakan minuman yang manis dan banyak

Page 77: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

77

c. Memberikan minuman yang dingin

4. Apabila anak muntah pada saat pemberian makan maka ibu harus

melakukan…?

a. Tetap memberikan makanan sesering mungkin selama sakit dan sesudah

muntah serta menghindari makanan goreng-gorengan

b. Hentikan pemberian makan, dan berikan lagi jika balita sudah mau

makan

c. Hentikan pemberian makan dan berikan susu formula pada balita

5. Cara mencegah penyakit infeksi pernafasan akut pada anak selama sakit

umur diatas 6 bulan adalah :

a. Ibu memberikan makanan dengan nilai gizi dan kalori yang tinggi

b. Ibu memberikan makanan yang berminyak dan padat lemak

c. Ibu cukup lebih sering memberi ASI

6. Anak pada infeksi saluran pernafasan akut dapat kehilangan cairan lebih

banyak oleh karena itu sebaiknya anak :

a. Diberikan banyak minum air terutama air es

b. Diberikan banyak minum yaitu air hangat hindari air es.

c. Jangan dibiarkan banyak minum air

7. Cara mencegah penyakit infeksi pernafasan akut pada anak selama sakit

adalah :

a. Membersihkan hidung agar tidak mengganggu pemberian makanan

b. Membersihkan mulut agar tidak mengganggu pemberian makanan

c. Membersihkan telinga agar tidak mengganggu pemberian makanan

8. Kegunaan membersihkan hidung pada anak selama sakit ISPA adalah :

a. Agar tidak mengganggu pemberian makanan

b. Agar tidak menyulitkan menelan

c. Dapat melegakan tenggorokan

Page 78: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

78

9. Untuk mengatasi terjadinya demam yang tinggi (≥ 39 oC) ibu dapat

melakukan

a. Memberikan anti peuretik (penurun panas), serta balita diberikan

kompres hangat pada bagian ubun-ubun.

b. Dibiarkan begitu saja karena demamnya akan turun dengan sendirinya

c. Diberikan kompres dedaunan di sekujur tubuh

10. Anak pada infeksi saluran pernafasan akut dapat kehilangan cairan lebih

banyak oleh karena itu sebaiknya anak :

a. Diberikan banyak minum air terutama air es

b. Diberikan banyak minum yaitu air hangat hindari air es.

c. Jangan dibiarkan banyak minum air

Page 79: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

79

B. Sikap

No Pernyataan SS S RR TS STS

1 Saya selalu menjaga kebersihan

lingkungan rumah saya dari

sampah dan debu

2 Saya tidak menggunakan anti

nyamuk bakar yang dapat

menyebabkan asap dan

menambah parah kondisi balita

saya

3 Anak balita saya selalu saya

berikan makanan setelah muntah

selama sakit

4 Makanan dengan zat gizi yang

tinggi dapat memenuhi kebutuhan

gizi untuk pemulihan kondisi

tubuh balita saya

5 Anak saya mendapatkan

imunisasi secara lengkap untuk

mencegah penyakit infeksi saluran

pernapasan akut.

6 Saya memberikan ASI sejak balita

saya lahir hingga usia 2 tahun

7 Saya memberikan minum air

putih yang banyak kepada anak

balita saya ketika mengalami

infeksi saluran pernapasan akut.

Page 80: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

80

8 Saya memeras ASI kedalam

mangkuk, atau menyiapkan susu

buatan yang baik, kemudian

memberikan kepada anak dengan

sendok

9 Untuk mengatasi batuk pada anak

balita saya dapat memberikan

minuman hangat yang banyak

pada balita

10 Setelah sembuh, saya tetap

memberikan makanan ekstra

setiap hari selama seminggu, atau

sampai berat badan balita

mencapai normal

Keterangan:

Nilai 1 = Sangat tidak setuju

Nilai 2 = Tidak setuju

Nilai 3 = Ragu-ragu

Nilai 4 = Setuju

Nilai 5 = sangat setuju

Page 81: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

81

KUNCI JAWABAN PENGETAHUAN

1. A

2. B

3. A

4. B

4. A

5. C

6. B

7. B

8. A

9. A

10. B

Page 82: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

82

Page 83: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

83

Page 84: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

84

Page 85: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

85

Page 86: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

86

Page 87: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.id Tulis Ilmiah.pdf · menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8 Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita

87