Page 1
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI POST OP
APENDISITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
OLEH:
NURSIDARREHAMKA
NIM: 1509124
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MAKASSAR
2018
Page 2
ii
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI POST OP
APENDISITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan Pada
Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
OLEH: NURSIDAR
REHAMKA
NIM: 1509124
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MAKASSAR
2018
Page 6
6
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI POST
OP APENDISITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI DI RUANG PERAWATAN CENDRAWASIH RS
BHAYANGKARA MAKASSAR.
NURSIDAR REHAMKA
ABSTRAK
Latar Belakang : Apendisitis adalah perdangan yang terjadi pada apendiks disebut juga umbai cacing.
Menurut WHO tahun 2015 Di Amerika sekitar 7% penduduk menjalani apendektomi dengan insidens
1,1/ 1000 penduduk pertahun, sedangkan di Negara – Negara barat sekitar 16%. Apabila dirata- ratakan, maka didapatkan kejadian apendisitis 1,1 kasus per 1000 orang per tahunnya. Di Sulawesi
selatan tahun 2012, jumlah kasus apendisitis dilaporkan sebanyak 5.980. Di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar pada tahun 2017 jumlah penderita apendisitis 419 orang, rawat inap 165 orang, rawat jalan 254 orang. Tujuan : tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan asuhan keperawatan bedah dengan
post op apendisitis dengan masalah keperawatan nyeri. Metode : untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi. Hasil : Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Setelah dilakukan Evaluasi Keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn.”S”
dengan gangguan Sistem Pencernaan : Post Op Apendisitis dapat teratasi dan di identifikasi adanya
kesenjangan antara Teori dengan Kasus. Kesimpulan : Setelah dilakukan Evaluasi Keperawatan yang
ditemukan pada kasus Tn.”S” dengan gangguan Sistem Pencernaan : Post Op Apendisitis dapat teratasi
dan di identifikasi adanya kesenjangan antara Teori dengan Kasus.
Kata kunci : Post op apendisitis, Nyeri.
Page 7
vii
NURSING CARE IN CLIENT POST OP APENDICITIS WITH
NURSING PROBLEMS PAIN IN ROOM CENDRAWASIH
BHAYANGKARA HOSPITAL MAKASSAR.
NURSIDAR REHAMKA.
ABSTRACT
Background: Appendicitis is a banana occurring in the appendix called the worm uka. According to
WHO in 2015 In America about 7% of the population undergo an appendectomy with an incidence of 1.1 / 1000 population per year, while in western countries about 16%. If averaged, then the incidence
of appendicitis 1.1 cases per 1000 people per year. In South Sulawesi in 2012, the number of cases of
appendicitis was reported to be 5,980. At Bhayangkara Hospital Makassar in 2017 the number of
appendicitis patients 419 people, hospitalization 165 people, outpatient 254 people. Objective: The
aim of this study was to perform surgical nursing care with post op appendicitis with a nursing
imbalance of nutritional problems less than a requirement. Method: to obtain the necessary data in this
research is interview and observation method. Results: The results of this study show that After
Nursing Evaluation found in the case of Mr. "S" with disorders of the Digestive System: Post Op
Apendicitis can be resolved and identified the gap between Theory and Case. Conclusion : After
Nursing Evaluation found in the case of Mr. "S" with digestive system disorder: Post Op Apendicitis
can be resolved and identified the gap between theory and case.
Keywords: Post op appendicitis, Pain.
Page 8
8888
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan karuniah-
nya serta tak lupa salam dan shalaawat kepada junjungan kita nabiyullah Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabat-nya dengan hisab-nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai persyaratan dalam menempuh ujian
akhir program Diploma III Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.
Penyusunan proposal ini dimaksudkan untuk menguraikan secara singkat
pelayanan dan perawatan klien yang mengalami gangguan sistem pencernaan “Post
Op Apendisitis” dengan masalah keperawatan Nyeri di RS Bhayangkara Makassar.
Proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini merupakan suatu perjuangan
panjang bagi penulis, selama proses penyusunan berlangsung tidak sedikit kendala
yang ditemukan namun, berkat kesungguhan dan keseriusan pembimbing
mengarahkan dan membimbing penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang sedalam-dalamnya, kepada :
1. Bapak KOMBES. Pol. Dr. Aris Budiyanto Sp.THT selaku ketua yayasan Brata
Utama Bhayangkara Makassar.
2. Bapak Dardin S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Direktur akper mappa oudang Makassar
yang senantiasa memberikan motivasi dan sekaligus menjadi figure seorang ayah
yang baik bagi mahasiswa.
Page 9
9
3. Ibu Inriyani M. S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing I yang selalu memberikan
arahan dan petunjuk untuk kesempurnaan proposal ini.
4. Ibu Tri Damayanty S, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing II dan penguji yang
telah memberikan banyak bantuan serta didalam proses bimbingan penulisan
Karya Tulis Ilmiah.
5. Penguji yang begitu banyak memberikan masukan dan sarandemi kelengkapan
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh dosen pengajar dan staf Akademi Keperawatan Mappaoudang Makassar
yang telah memberikan restu serta dorongan baik moral maupun material selama
penulis mengikuti pendidikan.
7. Teristimewa untuk Ibu dan Tetta penulis tercinta Rehana dan Andi Nurhukum
Hamka serta saudara penulis yang terkasih, yang senantiasa memberikan doa restu
dalam setiap aktivitas serta memberikan dukungan, kasih sayang dan motivasi
dalam menyelesaikan dan menyusun proposal ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan angkatan IX Akademi Keperawatan
Mappaoudang Makassar terima kasih banyak atas bantuannya selama mengikuti
pendidikan, yang telah menemani penulis selama 3 tahun mengikuti pendidikan
Akademi Keperawatan Mappaoudang Makassar.
9. Almamater kebanggaan Akademi Keperawatan Mappaoudang Makassar yang
telah memberikan banyak kenangan . semoga semakin maju dan berkembang
semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat umunya dan tenaga
keperawatan khususnya dalam memberikan Asuhan Keperawatan. Akhirnya
Page 10
10
penulis memohon kepada Allah SWT. Semoga apa yang telah diperbuat bernilai
ibadah dimatanya. Amin yaa Robbal Alamin.
10. Ucapan terima kasih saya pertama kalinya kepada teman-teman yang selalu
memberi semangat kepada saya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini serta
sahabat-sahabat saya Iswandi, Yulianti, Neriwana, Husna, Hastati serta teman-
teman saya tingkat 3C saya berterima kasih banyak atas kerja samanya dalam
menyusunj karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
mahasiswa Akper Mappa Oudang Makassar khususnya dalam memberikan
keperawatan kepada klien dengan kasus Post Op Apendisitis.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Makassar, 29 Januari 2018
Penulis
Page 11
11
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B.
Rumasan Masalah ..................................................................
3
C.
Tujuan ....................................................................................
3
D.
Manfaat ..................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Tentanng Nyeri ........................................................ 6
A. Definisi .............................................................................. 6
B. Batasan Karakteristisk ........................................................ 7
Page 12
xii
C. Faktor Yang Berhubungan ................................................ 8
II. Tinjauan Tentang Apendisitis ................................................. 9
A. Anatomi Fisiologi .............................................................. 9
B. Konsep Dasar Medis ......................................................... 12
1. Definisi ........................................................................ 12
2. Etiologi ........................................................................ 13
3. Patofisiologi ................................................................ 13
4. Manifestasi Klinik ....................................................... 14
5. Komplikasi .................................................................. 15
6. Pemeriksaan Diagnostik .............................................. 15
7. Penatalaksanaan .......................................................... 15
C. Konsep Dasar Keperawatan .............................................. 17
1. Pengkajian ................................................................... 17
2. Diagnosa Keperawatan ................................................ 22
3. Intervensi Keperawatan ............................................... 22
4. Implementasi ............................................................... 27
5. Evaluasi ....................................................................... 27
6. Penyimpangan KDM …………………………………. 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................. 29
B. Subyek Penelitian .................................................................... 29
C. Fokus Studi .............................................................................. 29
D. Definisi Operasional Fokus Studi ........................................... 30
Page 13
13131313
E. Instrumen Penelitian ................................................................ 31
F.
Metode Pengumpulan Data .....................................................
31
G.
Lokasi & Waktu Penelitian .....................................................
32
H.
Analisis Data dan Penyajian Data ...........................................
32
I.
Etika Penelitian .......................................................................
33
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Page 14
141414
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Aktivitas Sehari-hari ................................................................. 43
Tabel 4.2 Pemeriksaan Kimia Darah ........................................................ 46
Tabel 4.4 Analisa Data .............................................................................. 46
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 49
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan............................................................. 50
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan....................................................... 52
Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan............................................................... 55
Page 15
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Appendisitis Pada Saluran Pencernaan ................................. 10
Gambar 2.2 Anatomi Dan Posisi Apendiks .............................................. 11
Page 16
16
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN & ISTILAH
Post op : Setelah melakukan tindakan operasi
Apendisitis : Kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing
Lumen : Saluran di dalam pembuluh tubuh (ruangan kecil)
Proksimal : Bagian atas
Distal : Bagian bawah
Abses : Penumpukan nanah pada satu daerah tubuh
Apendiktomi : Pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi
RS : Rumah sakit
Amylase : Enzim yang memecah pati menjadi gula
Esophagus : Kerongkongan
Peristaltik : Gerakan yang terjadi pada otot-otot pada saluran pencernaan
Fundus : Bagian atas rahim
Umbilikus : Sisa sisa yang tertinggal di perut
Antrum piloruk : Bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari
Ligament falsiformis : Pemisah permukaan atas hati
Fagositosis : Bentuk spesifik dari endositosis
Ptyalin : Protein yang ditemukan dalam air liur
Maltose : Disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa
Difusi : Peristiwa mengalirnya suatu zat dalam pelarut
Osmosis : Perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel
Gliserol : Senyawa gliserida yang paling sederhana
Protase : Enzim golongan hidrolase yang akan memecah protein
Page 17
xvii
Albuminosa : Jenis polipeptida
Pepton : Hidrolisat protein yang berasal dari reaksi hidrolisis protein
Tripsin : Bagian dari sistem pencernaan
BMR : Basal Metabolisme Rate
Konstipasi : Kondisi sulit buang air besar
Indeks antropometri : Dasar dari penilaian status gizi
Growth failure : Pertumbuhan yang lambat
KEP : Kekurangan energy protein
TB : Tinggi badan
BB : Berat badan
Relative : Relatif
Indicator : Indikator
IMT : Indeks massa tubuh
LLA : Lingkar lengan atas
Absolute : Mutlak
Insulin : Hormon alami yang di produksi oleh pankreas
Specimen : Bagian dari kelompok
Survey : Metode pengumpulan data primer
Malnutrisi : Nutrisi yang tidak seimbang/kekurangan gizi
Antenatal : Pemeriksaan kehamilan
Protuberans : Keganasan
BMI : Body massa indeks
BMT : Body massa tubuh
Page 18
1818181818
Postnatal : Persalinan
Ileocaecal : Ileum berinvaginasi ke dalam kolon
Tanea coli : Serabut otot
Retrocaecal : di belakang sekum
Pelvic : Panggul
Subcaecal : dibawah sekum
Preileal : di depan usus halus
Postileal : dibelakang usus halus
GALT : Gut associated lhymphoid tissue
Fibrosis : Kondisi dimana terjadi pembentukan jaringan ikat fibrosa
Perforasi : Terjadinya lubang tembus melalui dinding
IV : Intra vena
WBC : White blood cell
O2 : Oksigen
ºC : Celcius
Medical record : Rekam medik
Mmhg : Millimeter raksa (tekanan)
Olfaktorius : Saraf kranial
Optikus : Saraf penglihatan
Okulamotorius : Saraf pada mata,pipi
Troklear : Saraf motorik
Abdusen : Saraf fasialis
Trigeminus : Saraf yang mengirim sensasi dari kulit bagian anterior kepala
Page 19
191919
Fasial : Saraf wajah
Vstibuloklear : Saraf yang menjaga keseimbangan tubuh
Glosofaringeal : Saraf reflex
Vagus : Berbicara/menelan
Aksesorius : Organ pelengkap
Hipoglosus : Saraf perifer
Fe : Zat besi
Page 20
20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
Lampiran 2 : Leaflet
Lampiran 3 : Informed consent
Lampiran 4 : SAP (Satuan Acara Penyuluhan
Page 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah
kesehatan terbesar di Indonesia. Infeksi dapat terjadi karena adanya mikroba
(contohnya kapang, fungi, bakteri, protozoa, klamidia dan virus) atau parasit
beberapa bakteri yang banyak menyebabkan penyakit. Penyakit radang usus ini
umumnya disebabkan infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa
kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Diantaranya
faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbuna
tinja/feces penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, kanker, primer.
(Retnowati, 2013).
Apendiks disebut juga umbai cacing organ berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di
bagian proksimal dan melebar dibagian distal (Sjamsuhidajat, 2004).
Appendisitis atau radang apendiks merupakan kasus infeksi intraabdominal
yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada negara berkembang
jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada
masyarakat modern (perkotaan) bila dibandingkan dengan masyarakat desa yang
cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendisitis dapat menyerang orang dalam
berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun. Apabila
peradangan pada apendisitis tidak segera mendapatkan pengobatan atau tindakan
Page 22
2
maka akibatnya usus buntu akan pecah, dan usus yang pecah dapat menyebabkan
masuknya kuman kedalam usus, menyebabkan peritonitis yang bisa berakibat fatal
serta dapat terbentuknya abses di usus dan dampak yang biasa diakibatkan jika tidak
diobati berpotensi menyebabkian potensi yang luas dan mengancam nyawa.
(Mansjoer, 2000).
Kasus apendisitis banyak ditemui pada pria dibandingkan wanitadan umum
terjadi pada rentang usia 20-40 tahun. Kasus apendisitis jarang ditemukan pada anak
dengan usia dibawah 5 tahun. Setelah usia 30 tahun, insiden apendisitis akan
menurun. Namun apendisitis dapat terjadi pada setiap umur individu. Pada remaja
dan dewasa muda, rasio perbandingan antara pria dan wanita adalah 3:2.
Di Amerika sekitar 7% penduduk menjalani apendektomi dengan insidens
1,1/ 1000 penduduk pertahun, sedangkan di Negara – Negara barat sekitar 16%.
Apabila dirata-ratakan, maka didapatkan kejadian apendisitis 1,1 kasus per 1000
orang per tahunnya (WHO, 2017).
Hasil survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2017
Angka kejadian appendiksitis di sebagian besar wilayah indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit apendisitis
berjumlah sekitar 8% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang.
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia (Depkes, 2017).
Sulawesi selatan tahun 2016, jumlah kasus apendisitis dilaporkan sebanyak
5.980 dan 177 diantaranya menyebabkan kematian jumlah penderita apendisitis
tertinggi ada di kota Makassar, yakni 965 orang (Dinkes Sulawesi Selatan, 2017).
Page 23
3
Berdasarkan uraian diatas maka, penulis tertarik mengangkat judul Karya
Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Op Apendisitis dengan masalah
keperawatan nyeri.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Penyakit
Post op Apendisitis dengan masalah Nyeri di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Post op
Apendisitis Dengan masalah Nyeri.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan
pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Post op Apendisitis
dengan masalah Nyeri.
b. Diketahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan diagnosis
keperawatan pada klien yang mengalami Post op Apendisitis dengan
masalah Nyeri.
c. Diketahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam menyusun
perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami Post op Apendiitis
dengan masalah Nyeri.
d. Diketahaui kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan
tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Post op apendisitis dengan
masalah keperawatan nyeri di RS Bhayangkara Makassar.
Page 24
4
e. Diketahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam melakukan evaluasi
pada klien Post op Apendisitis dengan masalah Nyeri.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak terkait untuk pengembangan ilmu keperawatan seperti dengan
menghasilkan masalah baru dalam proses berkelanjutan dan riset dalam ilmu
keperawatan sehingga diharapkan perawat dapat melakukan penelitian.
2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi/Pendidikan
Untuk menambah kepustakaan dalam bidang ilmu keperawatan dan
sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung
dalam karya tulis ilmiah ini untuk tenaga kesehatan khususnya keperawatan.
b. Bagi rumah sakit
Sebagai tambahan referensi karya ilmiah yang bertujuan untuk
mengembangkan ilmu kesehatan khususnya dibidang keperawatan dan
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan khususnya pada kasus post
operasi apendisitis.
c. Bagi klien dan keluarga
Mendapatkan asuhan keperawatan yang baik dan meningkatkan
pengetahuan klien dan keluarga tentang cara pencegahan, perawatan dan
pengobatan penyakit post op apendisitis.
d. Bagi tenaga keperawatan
Page 25
5
Sebagai tambahan masukan dan informasi dalam upaya meningkatkan
pengetahuan.
e. Bagi peneliti
Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar peneliti dibidang
ilmu keperawatan.
Page 26
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Nyeri
1. Definisi Nyeri
Rasa nyeri (nosisepsi) merupakan masalah unik, disatu pihak bersifat
melindungi badan kita dan dipihak lain merupakan suatu siksaan. Define nyeri
menurut The International Associantion For the study of plain ialah sebagai
berikut, nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang di sertai oleh kerusakan jaringan secara potensional dan
actual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius,
protofatik) atau yang tidak berbahaya (nomnoksius, epikritik) misalnya sentuhan
ringan kehangatan dan tekanan ringan. (Andra Saferi Wijaya, S.Kep, Ns & Yessie
Mariza Putri, S.Kep, Ns. 2013).
2. Definisi Nyeri post operasi
Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi pada
region thoraks, intraabdomen, tulang panjang serta persendian. Sekitaran 60%
pasien menderita nyeri yang hebat, 25% nyeri sedang dan 15% yang dapat
menimbukan nyeri hebat pada beberapa pasien. (Andra Saferi Wijaya, S.Kep, Ns
& Yessie Mariza Putri, S.Kep, Ns. 2013).
Page 27
7
3. Batasan Karakteristk Nyeri
1) Nyeri akut
Batasan karakteristik :
a. Mengkomunikasikan descriptor nyeri (misalnya rasa tidak aman
nyaman, mual, kram otot)
b. Perubahan tekanan darah
c. Peningkatan nadi
d. Menyeringai
e. Rentang perhatian terbatas
f. Pucat
g. Menarik diri
2) Nyeri kronis
Batasan karakteristik :
a. Subyektif:
1) Depresi
2) Keletihan
3) Takut kembali cidera
b. Obyektif:
1) Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
2) Anoreksia
3) Perubahan pola tidur
4) Wajah topeng
5) Perilaku melindungi
Page 28
8
6) Iritabilitas
7) Perilaku protektif yang dapat diamati
8) Penurunan interaksi dengan orang lain
9) Gelisah
10) Berfokus pada diri sendiri
11) Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan
posisi tubuh)
12) Perubahan berat badan
3) Faktor yang berhubungan
a. Biologis
b. Kimia
c. Fisik
d. Psikologis
e. Kanker metastasis
f. Cedera
g. Neurologi
h. Arthritis
4) Hasil Nursing Outcome Classification (NOC)
Hasil Nursing Outcome Classification Nyeri(Amin Huda Nurarif, S.Kep.,Ns &
Hardhi Kusuma, S.Kep.,Ns. 2015).
a. nyeri berkurang
b. mampu mengontrol nyeri
c. mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Page 29
9
d. menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Intervensi Nursing Intervention Classification (NIC)
Intervensi Nursing Intervention Classification Nyeri (Amin Huda Nurarif,
S.Kep.,Ns & Hardhi Kusuma, S.Kep.,Ns. 2015)
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Pilih dan lakukan penanganan nyeri.
c. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
d. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
e. Kolaborasi dengan dokter jika keluhan nyeri tidak teratasi.
f. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
g. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
h. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungn.
i. Tingkatkan istirahat
j. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
k. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
B. Tinjauan tentang fokus peneliitian
1. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang
kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak
saat perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari
protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari
Page 30
10
sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang akan berpindah dari
medial menuju katup ileocaecal.
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan
menyempit kearah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens
Apendisitis pada usia tersebut. Appendiks memiliki lumen sempit di bagian
proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga
tanea coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk
mendeteksi posisi appendiks. Gejala klinik Apendisitis ditentukan oleh letak
appendiks. Posisi appendiks adalah retrocaecal (di belakang sekum)
65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah sekum) 2,26%,
preileal (di depan usus halus) 1%, dan postileal (di belakang usus halus)
0,4%, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.1
Appendiks pada saluran pencernaan
(Mansjoer, 2000)
Page 31
11
Gambar 2.2
Anatomi dan posisi apendiks
(Mansjoer, 2000)
b. Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara
normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.
Hambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada
patogenesis Apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut
Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran
cerna termasuk appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini
sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol
proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin
dan antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak
mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika
dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.
Page 32
12
2. Konsep dasar medis
a. Definisi apendisitis
Apendisitis adalah peradangan dari appendiks vermivormis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan,tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia antara 10-30 tahun (Mulyanti Sri, 2013,).
Apendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering
terjadi. Apendisitis adalah perdangan yang terjadi pada apendiks disebut
juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan
dimasyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu yang selama
ini dikenal dan digunakan masyarakat kurang tepat,karena yang merupakan
usus buntu sebenarnya adalah sekum.
Apendisitis adalah merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan
yang paling umum ditemukan dan yang paling memberikan keluhan
abdomen yang akut (acu abdomen). Apendiktomy adalah pengangkatan
apendiks terinflamasi dapat dilakukan pada pasien dengan menggunakan
pendekatan endoskopi, namun adanya perlengkapan mulktiple posisi
retroperitoneal dari apendiks dari appendiks atau robek perlu dilakukan
prosedur pembukaan. Apendictomy adalah pengangkatan secara bedah
apendiks vermiformis.
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadrat bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat. Apendiktis akut adalah nyeri atau rasa tidak enak di sekitar
Page 33
13
umbilicus berlangsung antara 1 sampai 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri
bergeser ke kuadran kanan bawah (titik Mc Burney) dengan disertai mual,
anoreksia dan muntah. (Lalani Amina, dkk, 2013,).
Apendisitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu,
radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan
menghilang setelah apendektomi. Kriteria mikroskopik apendiks kronik
adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik (Nugroho Taufan,
2011).
b. Etiologi
1) Ulserasi pada mukosa
2) Obstruksi pada kolon oleh fekalit (feses yang keras)
3) Pemberian barium
4) Berbagai macam penyakit cacing
5) Tumor
6) Struktur karena fibrosis pada dinding usus
c. Patofisiologi
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat
tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses),tumor atau
benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan
ulserasi mukosa menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah
Page 34
14
dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terinflamasi berisi push. (Nugroho
Taufan, 2011).
Bila sekresi mucus berlanjut tekanan akan terus meningkat
menyebabkan peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut appendicitis
superatif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infrak
dinding appendiks yang diikuti dengan gangrene yang disebut apendisitis
gangren nosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila semua proses diatas appendiks hingga timbul suatu massa
local yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan appendiks dapat
menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang,
dinding appendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan
tubuh yang menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi. Pada orang
tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah (Andra
Saferi Wijaya, S.Kep, Ns & Yessie Mariza Putri, S.Kep, Ns. 2013).
d. Manifestasi klinis
1) Nyeri kuadran bawah
2) Demam ringan
3) Mual-muntah
4) Hilangnya nafsu makan
5) Nyeri tekan local
6) Distensi abdomen akibat ileus paralitik.
Page 35
15
7) Kondisi pasien memburuk
8) Diare (dapat dijumpai pada apendisitis dekat dengan segmen kolon)
e. Komplikasi
1) Peritonitis atau abses
2) Abses subfrenikus
3) Fokal sepsis intraabdominal
4) Infeksi luka
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan jumlah leukosit lebih tinggi dari 10.000\mm3
, normalnya
5.000-10.000\mm3.
2) Jumlah netrofil lebih tinggi dari 75%.
3) Pemeriksaan urine rutin, urinalisis normal, tetapi erotrosit atau lekosit
mungkin ada.
4) Pemeriksaan foto sinar x tidak tampak kelainan yang spesifik
5) Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan
ovarium sebelum dilakukan apendisektomi pada wanita muda
g. Penatalaksanaan
1) Sebelum operasi
a) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
apendisitis sering kali belum jelas, dalam keadaan ini observasi
ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan
dipuasakan laksatif tidak bole diberikan bila dicurigai adanya
Page 36
16
apendisitis ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan
rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang
secara periodic, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk
mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan
kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan
bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
b) Antibiotik
Apendisitis tanpa kompilkasi biasanya tidak perlu di berikan
antibiotik, kecuali apendisitis ganggrenosa atau apendisitis
perporasi. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik
dapat mengakibatkan abses atau perporasi.
2) Operasi
a) Apendiktomi
b) Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perporasi bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika
c) Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV
3) Pasca operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam syok, hipertermi atau gangguan pernapasan, angkat
sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah, baringkan posisi semifowler. Pasien dikatakan
baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama itu pasi en
dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar misalnya pada perforasi
Page 37
17
atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2 x 30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk
duduk diluar kamar. Hari tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien di
peroelh pulang (Mansjoer, 2003).
4) Post operasi
a) Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah
ditegakkan.
b) Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.
c) Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan
3. Konsep dasar keperawatan
(Nurarif Amin Husada, Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC, 2015
a. Pengkajian
1) Data demografi:
Data yang dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan
apendisitis meliputi: nama, umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan,
dan riwayat medik lainnya, pemberian barium baik lewat mulut/rectal,
riwayat diit terutama makanan yang berserat.
2) Riwayat kesehatan:
a) Keluhan utama: pasien biasanya mengeluh nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan nyeri
perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri
di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.
Page 38
18
b) Riwayat keluhan kesehatan sekarang : selain mengeluh nyeri pada
daerah epigastrium, keluhan yang menyertai klien mengeluh rasa
mual dan muntah.
c) Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan
masalah kesehatan klien sekarang, bisa juga penyakit ini sudah
pernah dialami oleh pasien sebelumnya.
d) Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit apendisitis ini
bukan merupakan penyakit keturunan, bisa dalam anggota keluarga
ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien bias
juga tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang
dialami pasien sebelumnya.
3) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi
keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi penyembuhan
luka.
b) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
Page 39
19
c) Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena harus badrest
berapa waktu lama seterlah pembedahan.
d) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
e) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, peran serta
pendengaran, kemampuan, berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f) Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
g) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara
klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
4) Pemerikasan fisik
a) Status kesehatan umum
Kesadaran biasanya compos mentis, ekspresi wajah menahan sakit
ada tidaknya kelemahan.
Page 40
20
b) Integumen
Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan
pada abdomen sebelah kanan bawah.
c) Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva apakah ada warna
pucat.
d) Thorak dan paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat bantu nafas, frekwensi
pernafasan biasanya normal ( 16-20 kali permenit). Apakah ada
ronchi , whezing, stidor.
e) Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik
pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual,
apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis,
periksa apakah menglir lancar, tidak ada pembuntuan serta
terfiksasi dengan baik.
f) Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang
hebat dan apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
5) Data subjektif
Sebelum operasi:
a) Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah
Page 41
21
b) Mual, muntah, kembung
c) Tidak nafsu makan, demam
d) Diare atau konstipasi
Sesudah operasi:
a) Nyeri
b) Lemas
c) Haus
d) Mual dan muntah, kembung
e) Pusing
6) Data objektif
Sebelum operasi:
a) Nyeri tekan
b) Spasme otot
c) Thakikardi
d) Pucat, gelisah
e) Bising usus berkurang atau tidak ada
f) Demam
Sesudah operasi:
a) Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
b) Terpasang infuse
c) Terdapat drain
d) Bising usus berkurang
e) Selaput mukosa mulut kering
Page 42
22
7) Pemeriksaan laboratorium
a) Leukosit 10.000-18.000/mm3
b) Netrofil meningkat 75%
c) WBC meningkat sampai 20.000
8) Data pemeriksaan diagnostik
a) Radiologi : foto kolon yang memungkinkan adanya fecalit pada
katup
b) Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian.
Page 43
23
Diagnosa keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
c) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
d) Hipertermia berhubungan dengan respon sistemik dari inflamasi
gastrointestinal.
e) Kerusakan integritas jaringan.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan NOC dan NIC menurut Amin Huda Nurarif (2015):
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi.
Diagnosa
Keperawatan
NOC
NIC
Nyeri
berhubungan
dengan
inflamasi dan
infeksi
Definisi:
Pengalaman
sensori dan
emosional
yang tidak
menyenangka
n yang muncul
akibat
kerusakan
jaringan yang
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria Hasil:
a. nyeri berkurang
b. mampu
mengontrol
nyeri
c. mampu
mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif.
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri.
3. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi.
4. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
5. Kolaborasi dengan dokter
jika keluhan nyeri tidak
teratasi.
6. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan.
Page 44
24
aktual atau
potensia.
Batasan
Karakteristik
:
1. perubahan
selera makan
2. perubahan
tekanan darah
3. perubahan
prekuensi
jantung
Faktor yang
berhubungan
:
Agen cidera
(biologis, zat
kimia, fisik)
2) 4. menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
7. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri.
8. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungn.
9. Tingkatkan istirahat 10. Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.
11. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri.
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Nic dan Kriteria Hasil Noc Diagnosa Nyeri
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Diagnosa Keperawatan NOC
NIC
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup
1. Nutritional status
2. Nutritional status :
food and fluid
intake
1. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe.
2. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
Page 45
25
untuk memenuhi kebutuhn
metabolik.
Batasan Krakteritik:
1. kram abdomen
2. nyeri abdomen
3. menghindari makanan
4. berat badan 20% atau
lebih dbawah berat badan
ideal
5. kerapuhan kapiler
Faktor yang
berhubungan
1. faktor biologis
2. faktor ekonomi
Kriteria hasil:
a. Nutrisi dapat
terpenuhi dan
intake adekuat
b. Adanya
peningkatan berat
badan sesuai
dengan tujuan
c. Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
d. Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang
berarti
protein dan
vitamin C.
3. Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi.
4. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori.
5. Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
6. Kolaborasi ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi. 7. kaji kemmpuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan.
Tabel 2.2
Intervensi Diagnosa Nanda Nic-Noc Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Page 46
26
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.
Definisi:
Ketidakmampuaan untuk
membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran
pernafasan untuk
mempertahankan bersihan
jalan nafas.
Batasan Karakteristik:
1. tidak ada batuk
2. suara nafas tambahan
3. perubahan frekuensi
nafas
4. perubahan irama nafas
5. sianosis
6. kesulitan berbicara atau
mengeluarkan suara.
Faktor yang
Berhubungan:
1. lingkungan
2. obstruksi jalan nafas
3. fisiologis
1. bersihan jalan nafas
efektif dan tidak
terdapat sputum.
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten.
3. Mampu mencegah
faktor yang
menghambat jalan
nafas.
1. Auskultasi
suara nafas.
2. Berikan O2
dengan
menggunakan
nasal.
3. Monitor status
O2 pasien. 4. Buka jalan
nafas, gunakan
teknik chin lift.
5. Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
6. Gunakan alat
yang steril setiap
melakukan
tindakan.
7. Akultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan.
8. lakukan suction
pada mayo.
9. berikan
pelembab udara
kassa basah NaCl
lembab.
10. Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
Page 47
27
keseimbanganl.
11. Monitor
respirasi dan
status O2.
12. identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan.
13. berikan O2
dengan nasal
untuk
memfasilitasi
suksion
nasotrakeal .
Tabel 2.3
Intervensi Diagnosa Nanda Nic-Noc Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
d. Hipertermia berhubungan dengan respon sistemik dari sistemik
gastroinstestinal
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Hipertermia
berhubungan dengan
respon sistemik dari
sistemik gastroinstestinal
Definisi:
Peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran normal.
Batasan Karakteristik:
1. konvulsi
2. kulit kemerahan
3. peningkatan suhu
tubuh diatas kisaran
normal
1. Suhu tubuh dalam
rentang normal
2. Nadi dan RR
dalam rentang
normal
3. Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak ada
pusing
1. Monitor suhu
sesering mungkin
2. Monitor warna dan
suhun kulit
3. Monitor tekanan
darah, nadi, dan RR
4. Berikan anti piretik
5. Selimut pasien 6. Tingkatkatkan
Page 48
28
4. kejang
5. takikardi
6. takipnue
7. kulit terasa hangat
Faktor yang
berhubungan:
1. anastesia
2. penurunan respirasi
3. dehidrasi
4.pemaajangan
lingkungan yang panas
sirkulasi udara 7. Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
8. Lakukan tapid
sponge
9. Kolaborasi
pemberi cairan
intravena.
10. tingkatkan
sirkulasi udara
11. berikan
pengobatan untuk
mencegah terjadi
menggigil
12. Monitor IWL.
Tabel 2.4
Intervensi Diagnosa Nanda Nic-Noc Hipertermia.
e. Kerusakan integritas jaringan
Diagnosa Kperawatan NOC NIC
kerusakan integritas
jaringan
Definisi: kerusakan
jaringan membran
mukosa, kornea,
integument, atau
subkutan.
Batasan Karakteristik: 1. kerusakan jaringan
1. Perfusi jaringan
normal
2. Tidak ada tanda-
tanda infeksi
3. Ketebalan dan
tekstur jaringan
normal
1. Anjurkan klien
menggunakan pakaian
yang longgar
2. Jaga kulit agar tetap
bersih dan kering
3. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
4. Monitor status
Page 49
29
(membrane mukosa,
kornea, integument)
Faktor yang
berhubungan:
1. gangguan sirkulasi
2. iritan zat kimia
3. deficit cairan
4. kelebihan cairan
5. Radiasi
6. suhu ekstrem
nutrisi klien 5. Memandikan klien
dengan sabun dan air
hangat
6. Observasi luka,
dimensi, kedalaman
luka, jaringan
nekrotik, tanda-tanda
infeksi local
7. Hindari kerutan
pada tempat tidur.
Tabel 2.5
Intervensi Diagnosa Nanda Nic-Noc Kerusakan Integritas Jaringan.
e. Implementasi
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah dibuat.
a. Secara mandiri
Segala aktivitas klien dilakukan sendiri tanpa ada bantuan dari keluarga
maupun perawat.
b. Secara ketergantungan
Aktivitas klien tidak terlepas dari bantuan orang-orang terdekatnya dan
perawat rumah sakit.
Page 50
30
f. Evaluasi
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam Asuhan Keperawatan dapat
dilihat dari kondisi klien.
Page 51
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian studi khusus yaitu studi
yang mengeksplorasi suatu masalah/fenomena dengan batasan terperinci,
memiliki pegambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagi sumber
infomasi.
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus untuk mengeksplorasi
masalah Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Post op Apendisitis
dengan masalah Nyeri.
B. Subyek penelitian
Subyek penelitian diarahkan kepada masalah keperawatan Nyeri khususnya
pasien Post op apendisitis di Rumah sakit Bhayangkara Makassar.
C. Fokus studi
Fokus penelitian diarahkan kepada kasus, pasien post op apendisitis dengan
masalah Nyeri.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah dimana subyek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
a. Bersedia menjadi responden
b. Peningkatan nadi
c. Peningkatan suhu tubuh
Page 52
32
d. Terasa nyeri ketika menyentuh luka
e. Klien yang dirawat di Rumah sakit Bhayangkara makassar
2. Kriteria ekslusi :
Kriteria ekslusi adalah kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
Kriteria ekslusi dalam penelitian inidiataranya sebagai berikut:
a. Pasien yang dipulangkan sebelum 3 hari perawatan
b. Mengalami perubahan diagnosa medis
D. Definisi operasional fokus studi
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks disebut juga
umbai cacing atau usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan
dimasyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya
adalah sekum.
Rasa nyeri ( nosisepsi ) merupakan masalah unik, disatu pihak bersifat
melindungi badan kita dan dipihak lain merupakan suatu siksaan. Define nyeri
menurut The International Associantion For the study of plain ialah sebagai
berikut, nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang di sertai oleh kerusakan jaringan secara potensional dan
actual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius,
protofatik) atau yang tidak berbahaya ( nomnoksius, epikritik ) misalnya
sentuhan ringan kehangatan dan tekanan ringan.
Page 53
33
E. Instrumen penelitian
1. Format wawancara atau observasi
Format yang dipakai dalam bentuk format pengkajian keperawatan
medikal bedah yang meliputi data klien, keluhan utama, riwayat kesehatan,
psikososial, spiritual, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Format pengkajian digunakan dengan cara menanyakan data yang telah
tersedia dalam format, lalu dicatat secara rinci jawaban yang telah diberikan
oleh klien atau orang terdekat klien.
2. Alat ukur tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh
yang paling dasar. Yang terdiri dari tensimeter, termometer, stetoskop, arloji
atau stop-watch.
3. Alat ukur tambahan
Alat ukur lain yang membantu dalam penelitian adalah timbangan, meteran,
senter untuk membantu dalam pemeriksaan fisik dan berupa alat tulis
menulis.
F. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang
akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Observasi non partisipan (pengamatan tidak terkendali)
Pada metode observasi non partisipan ini peneliti hanya mengamati, dan
mencatat apa yang terjadi.
Page 54
34
2. Studi dokumentasi
Mengumpulkan data melalui dokumen atau catatan tentang hasil
pemeriksaan klien yang ada pada medical record.
3. Wawancara terstruktur
Merupakan komunikasi yang dilakukan dengan memakai pedoman
wawancara yang sudah disusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan data. Dalam melakukan wawancara pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis.
4. Kuesioner
Merupakan daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden.
Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner kemudian
dicatat/direkam.
G. Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di RS Bhayangkara Makassar.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini diselenggarakan mulai maret sampai April 2018.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-
jawaban yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Penyajian data dapat dilakukan
Page 55
35
dengan table, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasian dari klien dijamin
dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.
I. Etika penelitian
1. Informed consent (informasi untuk responden)
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
informan dengan memberikan persetujuan melalui informed consent, dengan
memeberikan lembar persetujuan kepada responden sebelum penelitian
dilaksanakan. Setelah calon responden memahami atas penjelasan peneliti
terkait penelitian ini, selanjutnya peneliti memberikan lembar informed
consent untuk ditanda tangani oleh sampel penelitian.
2. Anonmity (tanpa nama)
Merupakan usaha menjaga kerahasiaan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan data responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin
kerahasiannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul dari
responden benar-benar bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di file
khusus yang benar-banar milik pribadi sehingg hanya peneliti dan respon
yang mengetahuinya.
Page 56
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi dilaksanakan penelitian ialah di Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara
Makassar yang berada di Jalan Letjen Mappaoudang Makassar. Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini
mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.
Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.
Rumah sakit ini termasuk besar karena tersedia 261 tempat tidur rawat inap, dari
261 tempat tidur inap di rumah sakit ini, 124 termasuk di kamar kelas II. Rumah
sakit ini tersedia tempat tidur disemua kelas kamar, dari kelas I sampai kelas
VVIP. Jumlah dokter juga tersedia banyak dengan 79 dokter, dari 79 dokter 41
adalah dokter spesialis dan tersedia perawat pelaksana berjumlah sekitar 328
orang.
Lokasi studi kasus dilaksanakan di RS Bhayangkara Mappaoudang
Makassar, yang berada di Ruang Perawatan Cendrawasih. Ruang Perawatan
Cendrawasih terdiri dari 11 kamar, namun tempat dilakukannya penelitian berada
di Ruang Cendrawasih 11 dimana ruang ini termasuk ruang VIP. Di dalam
ruangan ini terdapat 1 kamar tidur, 1 wc dan disertai fasilitas yang memuaskan
seperti AC, Telavisi, Sofa, dan kulkas.Di dalam ruangan ini sudah sangat bersih
dan terawat sehingga pasien merasa aman dan nyaman untuk istirahat.
Page 57
37
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Pengumpulan data
a) Identitas
(1) identitas pasien
Nama pasien : Tn. S
Umur/tanggal lahir : 44 Tahun / 10-Des-1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makassar / Indonesia
Status Pernikahan : Kawin
Pekerjaan : POLRI
No.MR : 28-02-37
Tanggal masuk RS : 10 – April – 2018
Tanggal pengkajian : 11 – April– 2018
(2) Penanggung Jawab
Nama : Ny. S Usia
: 40 Tahun Jenis Kelamin :
Perempuan Pekerjaan :
Guru SD Hubungan Dengan Klien :
Istri
b) Keluhan Utama
(1) Alasan kunjungan/keluhan utama : Nyeri
Page 58
38
P: Nyeri
Q: Tertusuk-tusuk
R: Abdomen bagian kanan bawah
S: 4(Sedang)
T: Hilang timbul
(2) Faktor pencetus : ( √ ) bertahap
(3) Lamanya keluhan :
Tn S mengatakan apabila rasa sakit itu muncul atau kambuh itu
biasanya berlangsung kurang lebih 20 menit.
(4) Timbulnya keluhan :
Keluhan yang dirasakan oleh Tn S itu muncul sendiri atau tiba tiba
saja sakit jika bergerak.
(5) Faktor yang memperberat :
Keluhan atau rasa sakit akan bertambah berat jika bergerak.
(6) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Pada saat rasa sakit muncul, Tn S bedrest dan menahan rasa sakit
sampai pasien merasa nyaman.
c) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami Post op apendisitis di Rs Bhayangkara
makassar.
(2) Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien tidak pernah masuk Rumah sakit sebelumnya.
Page 59
39
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Genograsi 3 generasi
? ? ? ? ?
?
44 ? ? ?
Gambar 4.1 Genogram Tiga Generasi
Keterangan:
: Laki - Laki : Garis Keturunan
: Perempuan : Garis Perkawinan
: Meninggal - - - - - - : Garis Serumah
? : Tidak Diketahui : pasien
G1 : Kakek dan nenek dari bapak dan ibu pasien telah
meninggal
G2 :Ayah pasien anak ke 5 dari 6 bersaudara sedangkan ibu
pasien anak ke 5 dari 8 bersaudara dan masih hidup
G3 : pasien anak ke 1 dari 4 bersaudara
(4) Riwayat Psikososial:
(a) Pola Konsep diri :
Page 60
40
Pasien merasa bahwa semua yang dialami sekarang itu terjadi
atas kehendak Allah
(b) Pola Kognitif :
Pasien bisa melakukan aktivitas secara mandiri
(c) Pola Koping :
Pasien dibantu oleh keluarga saat mau mengambil suatu
keputusan
(d) Pola Interaksi :
Hubungan pasien dan keluarga terjalin harmonis dan tidak ada
hambatan dan keraguan dalam berkomunikasi.
(5) Riwayat Spritual :
(a) Keadaan Pasien Beribadah :
Pasien mengatakan sebelum dia sakit dia selalu rajin
melakukan ibadah, namun ketika dia dirawat di rumah sakit
pasien jarang melakukan ibadah.
(b) Dukungan Keluarga pasien :
Keluarga selalu rajin datang menjeguk Tn S dirumah sakit,dan
kelurga berharap agar Tn S cepat sembuh dan pulang ke rumah
dan kumpul kembali bersama kelurga.
(c) Ritual yang biasa dijalankan pasien :
Pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
e) Pemeriksaan Fisik :
(1) Keadaan Umum Klien
Page 61
41
(a) Tanda – tanda distrus
Pasien mengatakan dengan perawatan yang cukup dan minum
obat teratur pasien percaya bisa sembuh.
(b) Penampilan dihubungkan dengan usia
penampilan pasien sesuai dengan umurnya.
(c) Ekspresi wajah
Wajah pasien tampak meringis,bicara pasien lambat dan nada
suaranya sangat kecil namun bisa dimegerti apa yang
dikatakan oleh pasien.
(d) Tinggi badan: 167 cm dan berat badan: 70 kg, gaya berjalan
pasien normal atau tidak ada kelainan saat berjalan.
(2) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi : 89x/ menit
Suhu : 38 o
C
Pernafasan : 24 x/ menit
(3) Sistem Pernafasan
(a) Hidung
Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada secret pada lubang hidung,tidak terjadi
apistaksis (mimisan).
(b) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada tumor.
Page 62
42
(c) Dada
Bentuk dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada baik atau
tidak ada kelainan, dan tidak menggunakan otot bantu
pernafasan.
(4) Sistem Cardiovaskular
(a) konjungtiva tidak tampak anemis, bibir tampak pucat.
(b) ukuran jantung simetris pada bagian dada kiri dan kanan dan
tidak ada nyeri tekan.
(5) Sistem indra
(a) Mata: kelopak mata baik, alis mata simetris.
(b) Hidung: penciuman normal, dapat membedahkan bau ( balsem
dan minyak gosok), tidak ada nyeri tekan dan tidak ada cuping
hidung.
(c) Telinga: daun telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada
serumen,fungsi pendengaran baik.
(6) Sistem Saraf
(a) fungsi serebral
Status mental baik, daya ingat baik, dimana pasien dapat
meng ingat masa lalunya dengan baik.
(b) fungsi cranial
(1)) Nervus I (olfaktorius) :
Pasien mampu membedakan bau dengan baik (balsem
dan minyak gosok)
Page 63
43
(2)) Nervus II ( optikus ):
Pasien dapat melihat dan membaca dengan baik pada
jarak kurang lebih 20 meter
(3))Nervus III, IV, VI (okumulatorius, troklearis, abducen):
Kontraksi pupil baik, gerakan bola mata baik.
(4)) Nervus V ( trigeminus):
Pasien dapat mengunyah dengan baik, dan refleks mata
baik.
(5))Nervus VII ( Vacialis ):
Pasien dapat membedahkan rasa dengan baik dan mampu
membuka mulut dengan baik.
(6)) Nervus IX ( glosofaringeus), Nervus X ( Vagus):
Refleks menelan dan muntah baik.
(7)) Nervus XI ( Axesesorius ):
Pasien dapat memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri
dengan baik,dan dapat mengangkat bahu dengan baik
(8)) Nervus XII ( hypolagus):
Pasien dapat menggerakan lidah ke kiri dan ke kanan
dengan baik.
(c) Fungsi Motorik :
Kekuatan bahu baik, dapat mengangkat benda.
Page 64
44
(d) Fungsi Sensorik :
Pasien dapat merasakan suhu tubuhnya dan merasakan nyeri
saat diberikan refleks.
(e) Fungsi Cerebellum :
Keseimbangan diri pasien bagus
(f) Refleks
Refleks atau gerakan ekstermitas atas dan ekstermitas bawah
baik.
(7) Sistem musculoskeletal
(a) kepala: bentuk kepala mencephalon, gerakan kepala baik,
tidak ada lesi atau luka di kepala
(b) vertebra: fungsi gerak baik, tidak ada sceloais
(c) pelvis: gaya berjalan baik atau tidak ada kelainan
(d) lutut: tidak ada pembengkakan atau kekauan
(e) kaki: tidak ada edema pada kaki, dan gerakan kaki baik.
(f) Tangan: tidak ada edema dan dapat digerakkan tanpa ada
kekauan.
(g) bahu: bahu kanan dan kiri tampak simetris.
(8) Sistem integument
(a) Rambut : warna rambut hitam, dan rambut tampak berombak
dan tipis.
(b) Kulit : warna kulit sawo matang, tampak kering dan kulit
bersih.
Page 65
45
(c) Kuku : kuku tampak pendek dan bersih.
(9) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran thyroid, suhu tubuh normal
(10) Sistem reproduksi
Tidak ada kelainan pada sistem reproduksi pada pasien.
(11) Sistem imun
Tidak ada alergi, namun pada saat terjadi musim hujan kadang
kadang terkena flu dan batuk.
(12) Sistem Pencernaan
(a) Terdapat bulatan kasa pada bagian atas abdomen pada luka
jahitan post op apendisitis.
(b) Nampak jahitan pada daerah obdomen kanan bawah, panjang
luka sekitar 5 cm dan jumlah jahitan 18
(c) Pasien tampak memegang area yang sakit pada abdomen
(d) Bibir tampak kering dan pucat
(e) Pada aukultasi terdapat bunyi tympani.
f) Aktivitas Sehari-hari
N
o
Aktivitas sehari-
hari
Sebelum Sakit Saat Sakit
1.
Nutrisi
1. Selera makan
2. Frekuensi
Makan
3. Menu makan
Baik
3x sehari
Nasi+lauk
pauk+sayur
baik
3x/hari
Bubur dan buah
Page 66
4. Makanan
pantang
Tidak ada
2.
Cairan
1. Jenis cairan
2. Jumlah
3. Cara
pemenuhan
Air putih+ teh
2500-3000
cc/hari
Oral
Air putih+ cairan RL
24 tetes/i
2500-3000 cc/hari
Oral+Infus
3. Personal Hygiene
1. Mandi
Cara Mandi
2. Sikat Gigi
Cara Frekuensi
3. Kuku
Frekuensi
memotong
kuku
Mandiri
Mandiri
1x/minggu
Badan di lap
menggunakan tissue
basah
Mandiri
Belum pernah
memotong kuku
selama berada di RS.
4
Eliminasi
1. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Tempat
Pembuangan
2. BAK
Frekuensi
Warna & Bau
Tempat
Pembuangan
1x/hari
Padat
Wc
4-5x Sehari
Kuning
Wc
1x/hari
Padat
Wc
4-5 x sehari
Kuning
Wc
46
Page 67
47
5 Istirahat Tidur
1. Jam tidur
siang
2. Jam tidur
malam
3. kebiasaan
sebelum tidur
14.00-16.00
21.00-06.00
Menonton atau
membaca
12.35-14.00
21.00-06.30
Menonton atau
membaca
6
Pola Aktivitas
1. Olahraga
2. Kegiatan
Luang
Jalan pagi pagi
Nonton TV
Tidak pernah
istirahat
Tabel 4.1 Aktivitas Sehari-hari.
g) Therapy / obat – obatan
(1) Tanggal : 11 April 2018
Infus RL 28 tetes/menit
Ranitinin 50 mg via iv / 8 jam
Metrodiazole 500 mg via iv / 8 jam
Cefoperazone 1 gr via iv / 12 jam
Metrodoprimida 1 amp via iv (bila mual dan muntah)
(2) Tanggal : 12 April 2018
Infus RL 28 tetes/menit
Ranitinin 50 mg via iv / 8 jam
Metrodiazole 500 mg via iv / 8 jam
Cefoperazone 1 gr via iv / 12 jam
(3) Tanggal : 13 April 2018
Infus RL 28 tetes/menit
Page 68
48
Ranitinin 50 mg via iv / 8 jam
Metrodiazole 500 mg via iv / 8 jam
Cefoperazone 1 gr via iv / 12 jam
h) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Pemeriksaan Kimia Darah ( 10 – 04 – 2018 )
Jenis Result Unit Ref-range
WBC
16,08
10 ^3/µL
4,00- 10,00
HBG
10,2 g/dl
-
-
HCT
36,2
%
37,0 – 54,0
PLT
439
10 ^3/µL
150 – 400
Tabel 4.3 Pemeriksaan Kimia Darah
(3) Pemeriksaan USG ( 10 – 04- 2018)
Kesan : Sesuai dengan gambaran Apendisitis
2) Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengatakan nyeri pada
bagian bekas operasi diperut
kanan bawah.
2. Pasien mengatakan sering
terbangun karena merasakan
nyeri
3. Pasien mengatakan badannya
terasa panas
4. Pasien mengatakan badannnya
terasa lemas.
1. WBC = 16,08
2. HBG = 10,2 g / dl
3. HCT = 36,2
4. PLT = 439
5. Hasil USG = Apendisitis
6. P = nyeri pada bekas operasi
Q = perut kanan bawa
R = tertusuk-tusuk
S = skala sedang ( 4)
T = Hilang timbul
7. Ekspresi wajah meringis
8. Nampak luka insisi
Page 69
49
pembedahan diperut kanan
bawah
9. Tanda tanda vital :
TD : 110 / 80 mmHg
N : 88 x / menit
S : 38 o
C
P : 24 x / menit
Tabel: 4.4 Data Fokus
2) Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1.
DS :
1. Pasien
mengatakan
nyeri pada
bagian bekas
operasi diperut
kanan bawah.
2. Pasien
mengatakan
sering
terbangun
karena
merasakan
nyeri
DO :
1. WBC = 16,08
2. HBG = 10,2 g
/ dl
3. HCT = 36,2
Apendisits
operasi
luka
insisi
ujung saraf terputus
sirkulasi dihantarkan
spinal cord
Nyeri Akut
Page 70
50
4. PLT = 439
5. Hasil USG =
Apendisitis
P = nyeri
pada bekas
operasi
Q = perut
kanan bawa
R = tertusuk-
tusuk
S = skala
sedang ( 4)
T = Hilang
timbul
6. Ekspresi
wajah
meringis
cortex cerebri
Nyeri Akut
2. DS :
1. Pasien
mengatakan
badannya
terasa panas
2. Pasien
mengatakan
badannnya
terasa lemas.
DO :
1. Ekspresi
wajah
meringis
2. Tanda tanda
vital :
TD : 110 / 80
mmHg
N : 88 x /
Apendisitis
Peradangan pada
jaringan
Kerusakan kontrol
suhu
Febris
Hipertermi
Hipertermi
Page 71
51
menit
S : 38 o C
P : 24 x /
menit
3.
DO:
1. Nampak
insisi
pembedahan
Apendisits
operasi
luka
insisi
ujung saraf terputus
sirkulasi
dihantarkan
cortex cerebri
Resiko infeksi
Page 72
52
Resiko Infeksi
T
T
abel 4.5 Analisa Data Tabel 4.5 Analisa Data
b. Diagnosa Keperawatan
No
Diagnosa keperawatan
Tgl
ditemukan
Tgl teratasi
1
Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi dan infeksi
11 April 2018
-
2
Hipertermi berhubungan dengan
peradangan pada jaringan
11 april 2018
13 April 2018
3
Resiko infeksi berhubungan
dengan adanya luka insisi
pembedahan
11 april 2018
13 April 2018
Page 73
c. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut berhubungan dengan
inflamasi dan infeksi
ditandai dengan:
DS :
1. Pasien mengatakan nyeri pada
bagian bekas operasi diperut
kanan bawah.
2. Pasien mengatakan sering
terbangun karena merasakan
nyeri
DO :
1. WBC = 16,08
2. HBG = 10,2 g / dl
3. HCT = 36,2
4. PLT = 439
5. Hasil USG = Apendisitis
P = nyeri pada bekas operasi
Q = perut kanan bawa
R = tertusuk-tusuk
S = skala sedang ( 4)
T = Hilang timbul
NOC :
a. Pain Level
b. Pain Control
c. Comfort level
Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang
b. Mampu mengontrol nyeri
c. Mampu menganali nyeri
d. Mengatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
NIC :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara
konprensif
2) Pilih dan lakukan penganganan nyeri
3) Ajarkan tentang tehnik
nonfarmakologi
4) Berikan analgetik untuk
menggurangi nyeri
5) Observasi nonverbal dari
ketidaknyamanan
53
Page 74
6. Ekspresi wajah meringis
Hipertermi berhubungan dengan.
ditandai dengan:
DS :
1. Pasien mengatakan badannya
terasa panas
2. Pasien mengatakan badannnya
terasa lemas.
DO :
1. Ekspresi wajah meringis
2. Tanda tanda vital :
TD : 110 / 80 mmHg
N : 88 x / menit
S : 38 o C
P : 24 x / menit
a. Pain Level
b. Pain Control
c. Comfort level
KriteriaHasil:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
1) Monitor suhu sesering mungkin
2) Monitor warna kulit dan suhu kulit
3) Pantau TTV
4) Selimuti pasien
5) Penatalaksanaan pemberian cairan
intravena
Resiko infeksi berhubungan dengan
adanya luka insisi pembedahan
Ditandai dengan:
DO:
1. Nampak insisi pembedahan
a. Blood Glucosa, Risk For Unstable
b. Diabetes Self Management
Kriteria Hasil:
a. Pasien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
b. Menunjukkan perilaku hidup sehat
1) Mengajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
2) Mengobservasi tanda –tanda luka
3) Melakukan perawatan luka
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
54
Page 75
55
No Dx Jam Hari I( Rabu 11 April
2018)
Jam Hari II(Kamis 12 April
2018)
Jam
Implementasi Implementasi
1
I
16.0
0
16.1
0
1. Melakukan pengkajian
secara konfrensif
Hasil:
Lokasi: perut kanan
bawah
Durasi: hilang timbul
Skala: 4 (sedang)
2. Memilih dan melakukan
pengkajian penanganan
nyeri
Hasil:
Melakukan tehnik
14.1
5
14.1
8
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara konferensif
Hasil:
Durasi: hilang timbul
Lokasi: Perut kanan
bawah
Skala: 2 ringan
2. Memilih dan melakukan
pengkajian penanganan
nyeri
Hasil:
Melakukan tehnik
nonfarmakologi
3. Mengajarkan tehnik
norfarmakologi
09.4
2
09.5
6
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan
d.Implementasi Keperawatan
Hari III (Jumat 13 April
2018)
Implementasi
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara konferensif
Hasil:
Durasi: hilang timbul
Lokasi: Perut kanan
bawah
Skala: 2 ringan
2. Memilih dan
melakukanpengkajian
penanganan nyeri
Hasil:
Melakukan tehnik
nonfarmakologi
3. Mengajarkan tehnik
norfarmakologi
Page 76
56
3.
norfarmakologi
Hasil:
14.2
5
4.
nafas dalam
Memberikan analgetik
09.5
9
4.
sudah mengerti
dengan apa yang diajarkan
Memberikan analgetik
Mengajarkan tehnik untuk mengurangi nyeri untuk mengurangi nyeri
nafas dalam Hasil: Hasil:
4. Memberikan analgetik Pemberian Ranitidine Pemberian Ranitidine via
untuk mengurangi nyeri via infus infus
Hasil: 14.3 5. Mengobservasi non 10.0 5. Mengobservasi non verbal
Pemberian Ranitidine via 0
verbal dari
5 dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi Hasil: Hasil:
Mengajarkan tehnik Mengajarkan tehnik Pasien
16.2
5
16.3
5
infus
5. Mengobservasi non
verbal dari
ketidaknyamanan
Hasil:
Jika pasien banyak gerak
dan miring kiri dan
kanan.
14.4
5
ketidaknyamanan
Hasil:
Jika pasien banyak
gerak dan miring kiri
dan kanan.
10.1
0
Hasil:
Pasien sudah bisa berdiri
bahkan berjalan seperti
biasanya.
Page 77
16.5
0
2
II
17.1
7
17.2
5
1. Memonitor suhu sesering
mungikin
Hasil:
S : 38oC
2. Memonitor warna dan
suhu kulit
Hasil:
Kemerahan dan panas
3. Memantau TTV
Hasil:
TD : 110/80 mmHg
14.5
5
15.1
0
15.1
1. Memonitor suhu
sesering mungikin
Hasil:
S : 37oC
2. Memonitor warna dan
suhu kulit
Hasil:
Kemerahan dan panas
3. Memantau TTV
Hasil:
TD : 110/80 mmHg
10.0
5
10.1
7
1. Memonitor suhu sesering
mungikin
Hasil:
S : 38oC
2. Memonitor warna dan suhu
kulit
Hasil:
Kemerahan dan panas
3. Memantau TTV
Hasil:
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/ menit
57
Page 78
17.35
17.4
5
17.5
5
N : 90 x/ menit
S : 38oC
P : 25 x/ menit
4. Menyelimuti pasien
Hasil:
Sudah dilakukan
5. Penatalaksanaan
pemberian
Hasil:
Pemberian cairan infus
interavena
5
15.2
5
15.3
0
N : 88 x/ menit
S : 37oC
P : 22 x/ menit
4. Menyelimuti pasien
Hasil:
Sudah dilakukan
5. Penatalaksanaan
pemberian
Hasil:
Pemberian cairan infus
interavena
10.2
0
10.2
5
10.3
0
S : 36oC
P : 22 x/ menit
2. Menyelimuti pasien
Hasil:
Sudah dilakukan
5. Penatalaksanaan pemberian
Hasil:
Pemberian cairan infus
interavena
3
III
18.0
0
1. Mengajarkan pasien
dan keluarga tanda dan
15.4 1. Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
10.3 1. Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
58
Page 79
59
18.05
18.15
gejala infeksi
Hasil:
Sudah diajarkan
bagaimana cara
menghindari infeksi
2. Mengobservasi tanda –
tanda luka
Hasil:
Luka insisi tidak
berubah warna dan
tidak ada udema
3. Melakukan perawatan
luka
Hasil:
Telah melakukan ganti
perban (GP)
4. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
Hasil:
Telah dilakukan
5
15.5
5
16.1
0
11.0
5
gejala infeksi
Hasil:
Sudah diajarkan
bagaimana cara
menghindari infeksi
2. Mengobservasi tanda –
tanda luka
Hasil:
Luka insisi tidak
berubah warna dan tidak
ada udema
3. Melakukan perawatan
luka
Hasil:
Telah melakukan ganti
perban (GP)
4. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
Hasil:
Telah dilakukan
8
10.4
5
10.5
0
10.5
5
infeksi
Hasil:
Sudah diajarkan bagaimana
cara menghindari infeksi
2. Mengobservasi tanda –
tanda luka
Hasil:
Luka insisi tidak berubah
warna dan tidak ada udema
3. Melakukan perawatan luka
Hasil:
Telah melakukan ganti
perban (GP)
4. Mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan
tindakan
Hasil:
Telah dilakukan
Page 80
60
No Dx Jam Hari I ( Rabu 11 April
2018)
Jam Hari II( Kamis 12 April
2018)
Jam
Evaluasi Evaluasi
1
I 19.00
S : Pasien mengatakan nyeri
pada bekas operasi
O: wajah tampak meringis
P: nyeri
Q: tertusuk-tusuk
19.00
S : Pasien mengatakan nyeri
pada bekas operasi
O: P: nyeri
Q: tertusuk-tusuk
R: abdomen sebelah
13.00
18.2
5
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan
e. Evaluasi Keperawatan
Hari III( Jumat 13 April
2018)
Evaluasi
S : Pasien mengatakan
nyerinya berkurang
O: Tampak pasien mulai
tenang
A: Masalah teratasi
Page 81
61
R: abdomen sebelah
kanan bawah
S: 4 sedang
T: hilang timbul
A:Masalah belum teratasi
P :Lanjutkan intervensi:
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara konprensif
2. Pilih dan lakukan
penganganan nyeri
3. Ajarkan tentang tehnik
nonfarmakologi
4. Berikan analgetik untuk
menggurangi nyeri
5. Observasi nonverbal
dari ketidaknyamanan
kanan
bawah
S: 2 ringan
T: hilang timbul
A:Masalah belum teratasi
P :Lanjutkan intervensi:
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara konprensif
2. Pilih dan lakukan
penganganan nyeri
3. Ajarkan tentang tehnik
nonfarmakologi
4. Berikan analgetik untuk
menggurangi nyeri
5. Observasi nonverbal
P : Intervensi dihentikan
Page 82
dari ketidaknyamanan
2
II
S : Pasien mengatakan
badannya teraba panas
O: pasien tampak meringis
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi:
1. Monitor suhu sesering
mungkin
2. Monitor warna kulit
dan suhu kulit
3. Pantau TTV
4. Selimuti pasien
5. Penatalaksanaan
pemberian cairan
intravena
S : Pasien mengatakan
badannya teraba hangat
O: S: 37C
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi:
1. Monitor suhu sesering
mungkin
2. Monitor warna kulit
dan suhu kulit
3. Pantau TTV
4. Selimuti pasien
5. Penatalaksanaan
pemberian cairan int
S : Pasien mengatakan
sudah demam lagi
O : suhu dalam rentang
normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3
III
O :Nampak insisi
pembedahan diperut
kanan bawah
O: Nampak insisi
pembedahan diperut
O : nampak insisi
pembedahan
62
Page 83
A :Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi:
1. Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
2. Mengobservasi tanda –
tanda luka
3. Melakukan perawatan
luka
4. Cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan
tindakan
kanan bawah A :Masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi:
1. Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
2. Mengobservasi tanda –
tanda luka
3. Melakukan perawatan
luka
4. Cuci tangan sebelum
dan sesudah
melakukan tindakan
A :Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan
Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan
63
Page 84
Pembahasan
1. Pengkajian
Menurut Andra Saferi Wijaya (2013), pengkajian pada pasien dengan
penyakit apendisitis merupakan penyakit sistem saluran pencernaan, pasien
biasanya mengeluh nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu,
selain mengeluh nyeri pada daerah epigastrium, keluhan yang menyertai klien
mengeluh rasa mual dan muntah. Kategori keamanan yaitu demam.
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. S
dengan gangguan sistem pencernaan Post op Apendisitis di ruang Cendrawasi
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada tanggal 11-13 April 2018, maka
dalam bab ini saya akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang diperoleh sebagai hasil dari pelaksanaan studi kasus. Pengkajian
merupakan dasar utama dalam proses keperawatan. Pengumpulan data yang
akurat dan sistematis dapat membantu dalam menentukan kasus kesehatan klien
dan merumuskan diagnosa keperawatan. Berdasarkan hasil tersebut maka
penulis mengadakan pengkajian pada Tn. S dengan diagnosa Post op
Apendisitis di ruang Kasuari Rumah Sakit Bhayangkara pada tanggal 11-13
April 2018.
Sedangkan data yang didapatkan pada kasus yaitu nyeri abdomen kanan
bawah yang hilang timbul dan menetap, ekspresi wajah meringis, lemas, dan
demam.
Berdasarkan data diatas kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus yaitu:
Page 85
a. Data yang ditemukan di teori tetapi tidak ditemukan di kasus antara lain:
1) Muntah, hal ini ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam
kasus karena nyeri yang dirasakan tidak terjadi pada epigastrium yang
dapat menimbulkan reaksi mual muntah melainkan nyeri yang
dirasakan terjadi pada bagian abdomen kanan bawah
2) Diare dan konstipasi ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan
dalam kasus karena peristaltik usus masih berfungsi dengan normal,
sehingga bab masih lancar.
b. data yang tidak ditemukan pada kasus tetapi ditemukan di teori adalah:
1) Ekspresi meringis hal ini terjadi karena klien merasakan nyeri pada
bagian yang telah dioperasi akibat mobilitas klien.
2. Diagnosa keperawatan
a. Diagnosa yang ditemukan dalam study kasus selama 3 hari supervise
adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi. Penulis menilai
diagnose ini ditegakkan pada kasus karena menunjukkan data yang
mendukung dimana Tn S mengatakan nyeri pada bekas operasi
apabila pasien bergerak.
2) Hipertermi berhubungan inflamasi dan infeksi. Panulis menilai
diagnose ini ditegakkan pada kasus karena menunjukkan data yang
mendukung dimana Tn S mengeluh badannya terasa panas dan suhu
didapatkan yaitu 38C disebabkan akibat adanya luka insisi
pembedahan.
Page 86
3) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan.
Diagnosa ini ditegakkan dalam kasus karena menunjukkan data yang
mendukung dimana Tn S nampak luka insisi pembedahan di bagian
perut kanan bawah.
b. Diagnosa yang ditemukan dalam studi kasus tetapi tidak ditemukan
dalam konsep teori adalah: Resiko infeksi berhubungan dengan adanya
luka insisi pembedahan. Penulis menegakkan diagnose ini karena
pasien telah mengalami pasca operasi dibagian perut kanan bawah dan
nampak luka insisi pembedahan.
c. Diagnosa yang ditemukan pada konsep teori tetapi tidak ditemukan
pada studi kasus adalah:
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Hal ini karena pasien pada saat
sudah dioperasi tidak merasakan sesak nafas dan tidak terdapat
sputum yang bisa menghambat jalan nafasnya.
2) Kerusakan integritas jaringan. Hal ini karena pada saat proses
pengkajian tidak ditemukan tanda dan gejalan kerusakan integritas
jaringan.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini
dikeranakan pasien tidak mengeluh adanya gangguan menelan dan
gangguan dalam mencerna makanan.
3. Perencanaan keperawatan
Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi. Adapun
intervensi keperawatan yang ditetapkan antara lain: Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi karakteristik, durasi,
Page 87
frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri. Pilih dan lakukan penganganan
nyeri untuk menurunkan nyeri, Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
yaitu untuk mengurangi nyeri meliputi mengajarkan tehnik napas dalam,
Berikan analgetik untuk menggurangi nyeri dilakukan pemantauan yang
ketat, Observasi nonverbal dari ketidaknyamanan terutama pada mereka
yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada jaringan.
Adapun intervensi yang ditetapkan yaitu: Monitor suhu sesering mungkin
dalam memantau pemeriksaan tindakan keperawatan, Monitor warna kulit
dan suhu kulit, memantau TTV setiap adanya muncul keluhan, Selimuti
pasien dalam kenyamanan pasien, Penatalaksanaan pemberian cairan
intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
pembedahan. Adapun intervensi yang ditetapkan yaitu: Mengajarkan
pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi, mengobservasi tanda –tanda
luka, melakukan perawatan luka, cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
Penulis dalam menetapkan suatu intervensi keperawatan harus
mempertimbangkan beberapa faktor baik faktor pendukung dan faktor
penghambat. Adapun faktor pendukung yaitu kelengkapan alat
pemeriksaan fisik yang disiapkan penulis sebelum turun kelahan praktek,
pasien koperatif, adanya dukungan dari keluarga, pasien dan tenaga medis
yang ada diruangan. Sedangkan factor penghambat diantaranya kurang
waktu dalam berinteraksi dengan pasien.
Page 88
4. Implementasi
Nyeri akut berhubungan dengan implamasi dan infeksi. Rencana
keperawatan yang di implementasikan pada hari peratama antara lain:
Melakukan pengkajian secara konfrensif lokasi: perut kanan bawah durasi:
hilang timbul skala: 4 (sedang), memilih dan melakukan pengkajian
penanganan nyeri, melakukan tehnik nonfarmakologi, mengajarkan tehnik
norfarmakologi, mengajarkan tehnik nafas dalam, memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri, mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan.
Pada hari kedua rencana keperawatan yang di implementasikan antara lain:
Melakukan pengkajian secara konfrensif lokasi: perut kanan bawah durasi:
hilang timbul skala: 4 (sedang), memilih dan melakukan pengkajian
penanganan nyeri, melakukan tehnik nonfarmakologi, mengajarkan tehnik
norfarmakologi, mengajarkan tehnik nafas dalam, memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri, mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan.
Pada hari ketiga rencana keperawatan yang diimplementasikan antara lain:
Melakukan pengkajian secara konfrensif lokasi: perut kanan bawah durasi:
hilang timbul skala: 4 (sedang), memilih dan melakukan pengkajian
penanganan nyeri, melakukan tehnik nonfarmakologi, mengajarkan tehnik
norfarmakologi, mengajarkan tehnik nafas dalam, memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri, mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan.
Hipertermi berhubungan dengan pedaranngan pada jaringan.
Intervensi yang di implementasikan pada hari pertama yaitu: memonitor
suhu sesering mungkin dalam memantau pemeriksaan tindakan
keperawatan, Monitor warna kulit dan suhu kulit, memantau TTV setiap
Page 89
adanya muncul keluhan, Selimuti pasien dalam kenyamanan pasien,
Penatalaksanaan pemberian cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan
cairan pasien. Pada hari kedua rencana keperawatan yang di
implementasikan antara lain: Monitor suhu sesering mungkin dalam
memantau pemeriksaan tindakan keperawatan, Monitor warna kulit dan
suhu kulit, memantau TTV setiap adanya muncul keluhan, Selimuti pasien
dalam kenyamanan pasien, Penatalaksanaan pemberian cairan intravena
untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pada hari ketiga rencana
keperawatan yang di implementasikan antara lain: Monitor suhu sesering
mungkin dalam memantau pemeriksaan tindakan keperawatan, Monitor
warna kulit dan suhu kulit, memantau TTV setiap adanya muncul keluhan,
Selimuti pasien dalam kenyamanan pasien, Penatalaksanaan pemberian
cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
pembedahan. Rencana keperawatan pada hari pertama yang
implementasikan antara lain: Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi, mengobservasi tanda –tanda luka, melakukan perawatan
luka, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Pada hari
kedua rencana keperawatan yang diimplementasikan antara lain:
Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi, mengobservasi
tanda –tanda luka, melakukan perawatan luka, cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan. Pada hari ketiga rencana keperawatan yang
di implementasikan antara lain: Mengajarkan pasien dan keluarga tanda
Page 90
dan gejala infeksi, mengobservasi tanda –tanda luka, melakukan
perawatan luka, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Selama 3 hari supervise adapun faktor pendukung dalam
melakukan implementasi antara lain: pasien koperatif, kerja sama yang
baik dari keluarga pasien, dan dukungan perawat yang membimbing untuk
melakukan implementasi keperawatan, sedangkan faktor penghambat
dalam melakukan impelementasi adalah kurangnya waktu interaksi antara
pasien.
5. Evaluasi
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi. Diagnosa
ini tidak teratasi karena pasien masih terus mengeluh nyeri pada luka
bekas operasinya apabila pasien melakukan aktivitas atau bergerak.
Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada jaringan.
Diagnosa ini sudah teratasi karena suhu pasien dihari kedua implementasi
sudah dalam batas normal yaitu 37 C .
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
pembedahan diagnosa ini sudah teratasi kerena pasien sudah dilakukan
tindakan keperawatan yaitu perawatan luka sampai pasien pulang dihari
ketiga
Page 91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengkajian pada Tn S dengan gangguan sistem
pencernaan: data pada teori yang tidak ditemukan dalam kasus tetapi
ditemukan dalam konsep teori adalah mual muntah, diare dan
konstipasi. Sedangkan data yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak
terdapat dalam teori adalah ekspresi meringis.
2. Dalam menetapkan diagnose keperawatan pada Tn S dengan gangguan
sistem pencernaan : pada diagnosa keperawatan terdapat 5 diagnosa
yang ditemukan dalam teori yaitu : Ketidakseimbangan nutrisi, Nyeri,
dan ketidakefektifan bersihan jalan nafas, Hipertermi, kerusakan
Integritas Kulit. Sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa
keperawatan Nyeri, Hipertermi, dan Resiko infeksi.
3. Dalam melaksanakan rencana keperawatan pada Tn.”S” dengan
gangguan system Pencernaan : Post Op Apendisitis mengacuh pada
Teori dan Masalah Keperawatan yang muncul untuk mengurangi dan
mencegah masalah pada klien dengan memperhatikan kondisi klien.
4. Pelaksanaan rencana keperawatan pada klien Tn. S dengan gangguan
Sistem Pencernaan : Post Op Apendisitis mengacu pada perencanaan
dengan berpedoman pada teori dan tetap memperhatikan kondisi klien,
fasilitas yang ada dan kebijakan rumah sakit.
Page 92
5. Setelah dilakukan Evaluasi Keperawatan yang ditemukan pada kasus
Tn S dengan gangguan Sistem Pencernaan : Post Op Apendisitis dapat
teratasi dan diidentifikasi adanya kesenjangan antara Teori dengan
Kasus.
B. Saran
1. Kepada Institusi/Pendidikan : Dalam melakukan Pengkajian
Keperawatan, ada baiknya melakukan pendekatan interpersonal
terlebih dahulu dengan klien sehingga Proses Keperawatan,
pengkajian, dapat berjalan sesuai tujuan yang diharapkan.
2. Kepada Rumah Sakit/Staf : Diharapkan Petugas Kesehatan agar
dalam mendiagnosa hasil pengkajian harus betul-betul berpedoman
pada data yang didapatkan agar Asuhan Keperawatan yang diberikan
sesuai dengan kondisi klien.
3. Kepada Pasien/Keluarga : Asuhan Keperawatan diberikan kepada
klien harus sesuai dengan diagnosa dan perencanaan yang muncul
melalui data yang diperoleh dari pengkajian.
4. Kepada Perawat : Diharapkan kepada Petugas Kesehatan dan pihak
Rumah Sakit agar dalam memberikan pelayanan hendaknya
memperhatikan konsep manusia sebagai mahkluk yang unik, yang
mempunyai kebutuhan bilogis, psikologis, dan sosial kultural.
5. Kepada penulis : untuk mencapai hasil yang diharapkan, maka
dalam menyusun kriteria tujuan harus dibuat spesifik, dapat diukur,
dapat dicapai, dan harus memperhitungkan waktu sehingga hasil
evaluasi dapat dengan maksimal.
Page 93
DAFTAR PUSTAKA
Andra Saferi Wijaya, S.Kep, Ns & Yessie Mariza Putri, S.Kep, Ns. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.
Amin Huda Nurarif, S.Kep.,Ns & Hardhi Kusuma, S.Kep.,Ns. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Iqbal Mubarak, 2015, Standar Asuhan Keperawatan Dan Prosedur Tetap Dalam Praktik Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Bennita W. Vaughans, 2011, Keperawatan Dasar, Yogyakarta: Rapha Publhising.
Huda Amin, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Noc-Nic, Yogyakarta: Mediaction.
Mulyanti Sri, 2013, keperawatan Medikal Bedah dan sistem pencernaan, Jakarta: Kencana
Lalani Amina, dkk, 2013, Kegawatdaruratan Pediatri, Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Nugroho Taufan, 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam, Yogyakarta: Nuha Medika.
Saferi Andra, dkk, 2013, Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta: Nuha Medika.
Fadhillah Harif, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta: PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
Digiulio, Mary & Donna, Jackson. 2014. Keperawatan medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta : Rapha Publisihing.
Warasinggih, 2016, Apendisitis Akut, Naskah Publikasi, Universitas Hasanuddin.
Page 94
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
APENDISITIS
Topik : Apendisitis
Sub Pembahasan : Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi,
Pencegahan, pengobatan
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di ruang Cendrawasih 11
Tempat : Ruang Cendrawasih Vip 9
Hari/Tanggal : Sabtu,13 APRIL 2018
Waktu : 1 x 15 menit ( jam 14.30 – 15.00)
Penyuluh : Nursidar Rehamka
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui
dan memahami tentang penyakit apendiksitis, meliputi pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan radiologi dan laboratorium,
penatalaksanaan.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan, maka diharapkan pasien dan keluarga pasien:
1. Memahami dan menyebutkan pengertian dan penyebab apendiksitis
2. Memahami dan mengenali tanda dan gejala serta komplikasi apendiksitis
C. SASARAN
Pasien dan keluarga pasien
D. PEMBAHASAN MATERI
1. Pengertian
2. Anatomi
3. Patofisiologi
4. Penyebab
5. Klasifikasi
6. Tanda dan gejala
7. Komplikasi
8. Pemeriksaan radiologi
Page 95
9. Pemeriksaan laboratorium
10. Penatalaksanaan
E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab / Diskusi
F. MEDIA
1. Leaflet
2. Banner
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Pasien dan keluarga pasien berkumpul di ruang cendrawasih
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang cendrawasih
Kesiapan SAP
Kesiapan media: Leaflet, clipart
2. Evaluasi Proses
a. Semua pasien dan keluarga pasien antusias terhadap materi
penyuluhan
b. Tidak ada pasien ataupun anggota keluarga yang meninggalkan tempat
saat penyuluhan
c. Semua pasien dan anggota keluarga pasien mengajukan pertanyaan
danmenjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Semua pasien dan keluarga pasien mengetahui dan paham tentang
penyakitleukemia, meliputi definisi, etiologi, klasifikasi leukemia, tanda
dan gejala, carapencegahan dan pengobatannya.
4. Pengorganisasian dan Uraian Tugas
a. Moderator :
b. Penyaji :
Page 96
c. Fasilitator :
d. Observer :
H. KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN
PENYULUH
KEGIATAN
PESERTA
METODE
1 2 menit Pembukaan:
Membuka kegiatan
dengan mengucapkan
salam Pembukaan
Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
Menyebutkan materi
yang akan diberikan
Menjawab salam
Mendengarkan
Memperhatikan
Ceramah
2 7 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang
pengertian apendiksitis
Menjelaskan
penyebab apediksitis
Menjelaskan
pencegahan app
Menjelaskan
pengobatan app
Menjelaskan tanda
dan gejala apendiksitis
Menjelaskan
komplikasi pada
penderita app
Memperhatikan
Mendengarkan
Ceramah
dengan
menggunakan
Clipart
3 2 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada
Menjawab
Tanya jawab
Page 97
peserta tentang materi
yang telah diberikan
pertanyaan dan diskusi
4 2 menit Terminasi :
Menyampaikan
kesimpulan
Mengucapkan salam
penutup
Mendengarkan
Menjawab salam
Ceramah dan
membagikan
leaflet
A. Pengertian
MATERI PENYULUHAN
Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari,melekat pada
sekum tepat dibawah katup ileocecal (Brunner & Sudart 2002 :1097)
B. Penyebab
1. Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
2. Tumor apendiks
3. Cacing ascaris
4. Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica
5. Hiperplasia jaringan limfe
6. Benda asing
C. Tanda dan gejala
1. Sakit dan kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
2. Anoreksia
3. Mual
4. Muntah (tanda awal yang umum, kurang umum pada anak yang lebih besar)
5. Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonitis
6. Nyeri lepas
7. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali
8. Konstipasi
9. Diare
Page 98
10. Kencing sedikit-sedikit / Disuria
11. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut
12. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini
nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa
13. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat
14. Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam
setelah munculnya gejala pertama.
D. Komplikasi
1. Perforasi
2. Peritonitis
3. Infeksi luka
4. Abses intra abdomen
5. Obstruksi intestinum
E. Pencegahan
Dapat di lakukan dengan banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti
buah pepeya, pisang dan sayur-sayuran seperti kangkung, kacang panjang, serta
menjaga kebersihan, tidak sering makan – makanan yang terlalu pedas dan asam,
buang air besar secara teratur, olah raga teratur, tidak makan makanan seperti mie
instan secara berlebihan.
F. Pengobatan
1. Apendiktomi.
2. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
3. Antibiotika IV.
Page 99
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Doenges, EM, Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made
Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Page 100
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
APENDISITIS
OLEH
NAMA : NURSIDAR REHAMKA
NIM : 1509124
TINGKAT : III.C
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
MAKASSAR
2018