PROSES PRODUKSI SUTERA MENTAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir MPK Bahasa Indonesia Disusun oleh Maria Ulfah Agustina 13010012 1T1 1
PROSES PRODUKSI SUTERA MENTAHDisusun untuk Memenuhi Tugas Akhir
MPK Bahasa Indonesia
Disusun olehMaria Ulfah Agustina 13010012 1T1
TEKNIK TEKSTILSEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI
TEKSTILBANDUNG
2014
1
LEMBAR PENGESAHAN
*Topik : sutera
*Judul : Proses Produksi Sutera Mentah
*Tujuan : mengetahui bagaimana proses produksi sutera mentah secara
lebih lengkap
*Metode : deskriptif-ekspositoris
*Tesis : karya tulis ini akan menjelaskan tentang bagaimana proses
produksi sutera mentah, apa saja tahap-tahapnya, mulai dari
penganalan sutera secara umum hingga pengujian sutera
mentah. Karya ilmiah ini diambil dari berbagai sumber,
yaitu dari buku dan dari internet. Hal ini akan menambah
wawasan para pembaca agar para pembaca tidak hanya
mengetahui barang jadi dari kain suteranya saja, tetapi para
pembaca juga mengetahui tentang sutera mentah.
Disetujui oleh
Topik Mulyana.,. S.S., M.Hum
Pengampu MPK Bahasa Indonesia
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah karya ilmiah dengan judul “proses produksi sutera
mentah” ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya.
Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir MPK bahasa indonesia di
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Adapun hambatan-hambatan dalam penyelesaian karya ilmiah ini seperti kesulitan
dalam mencari sumber atau referensi yang berhubungan dengan judul karya
ilmiah ini. Namun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, karya
ilmiah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan-kekurangan dalam karya ilmiah ini. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan
karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, Januari 2014
Maria Ulfah Agustina
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .....................................................................................................3
Daftar Isi...............................................................................................................4
BAB 1 Pendahuluan .......................................................................................6
1.1 Latar Belakang ....................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................7
1.3 Tujuan .................................................................................................7
BAB 2 Pembahasan ........................................................................................8
2.1 Sutera ...................................................................................................8
2.2 Sutera Mentah ......................................................................................9
BAB 3 Proses Produksi .................................................................................10
3.1 Sifat-Sifat Kepompong dan Penggolongannya ..................................10
3.1.1 Pembiakan Seri .........................................................................10
3.1.1 Mutu Kepompong ....................................................................12
3.2 Pengawetan dan Pengaturan Kepompong ……………………….......13
3.2.1 Pengawetan Kepompong ...................................................…....13
3.2.2 Pengaturan Kepompong ............................................................14
3.3 Pemasakan Kepompong dan Proses Penggulungan ........................... 16
3.3.1 Pemasakan Kepompong ………………………………….….16
3.3.2 Penggulungan ………………………………………………....18
3.4 Penyusunan dan Penyempurnaan ………………………….……..….22
3.4.1 Penggulungan Kembali …………………………………….....23
3.4.2 Pengikatan ………………………………………………….…24
3.4.3 Pengepakan …………………………………………………....24
3.5 Pengujian Sutera Mentah ………………………………………….....25
3.5.1 Pengujian yang Diisyaratkan ……………………………..….25
4
3.5.2 Pengujian Mutu …………………………………………………..26
3.5.3 Pengujian Pilihan (Optional) …………………………………….26
3.5.4 Penggolongan …………………………………………………....27
BAB 4 Penutup …………………………………………………………....28
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………..28
4.2 Saran ………………………………………………………………29
5
BAB 1
PEDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tidak ada orang yang bisa lepas dari tekstil. Tekstil selalu kita temukan
dimanapun. Namun tekstil yang selalu kita temukan atau lebih tepatnya
kita kenakan sehari-hari adalah pakaian. Bahkan dari lahir pun kita sudah
mengenakannya. Oleh karena itu, pakaian sangat kita butuhkan untuk
kebutuhan sandang.
Semua orang pasti menginginkan pakaian yang nyaman. Pakaian yang
nyaman bergantung pada bahan yang digunakannya. Bahan atau kain
sutera adalah bahan yang sangat nyaman dikenakan. Kain sutera sejak dulu
dianggap sebagai kain yang terindah dan termahal, bahkan digunakan
untuk pakaian yang istimewa. Kain yang memiliki tekstur lembut, mulus,
namun tidak licin ini membuat nyaman orang yang memakai pakaian
berbahan kain sutera ini. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui
bagaimana proses produksi kain ini, apalagi produksi sutera mentahnya.
Kebanyakan orang hanya mengetahui kain sutera adalah kain yang nyaman
saja.
Sebelum memproduksi kain sutera, kita harus memproduksi dulu sutera
mentahnya. Oleh karena itu, sebelum mengetahui bagaimana proses
produksi kain sutera, kita harus mengetahui dulu bagaimana proses
produksi sutera mentahnya karena sutera mentah sangat mempengaruhi
6
hasil produk akhirnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan
dibahas pada karya ilmiah ini adalah :
1. Apa pengertian dari sutera mentah?
2. Apa saja sifat-sifat kepompong sebagai bahan dasar sutera mentah dan
bagaimana penggolongannya?
3. Bagaimana mekanisme proses produksi sutera mentah?
1.3 TUJUAN
Karya ilmiah ini dibuat agar para pembaca mengetahui bagaimana proses
produksi sutera mentah yang diawali dengan penjelasan mengenai sutera
hingga proses akhir dari produksi sutera mentah itu sendiri. Karena
bagaimana pun juga proses produksi sutera mentah sangat mempengaruhi
proses produksi kain hingga proses produksi pakaian jadi dari sutera.
7
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 SUTERA
Sutera merupakan serat protein alami yang dapat ditenun menjadi tekstil.
Jenis sutera yang paling umum adalah sutera dari kepompong yang dihasilkan
larva ulat sutera murbei (Bombyx mori) yang diternak (peternakan ulat itu disebut
serikultur). Sutera memiliki tekstur mulus, lembut, namun tidak licin. Rupa
berkilauan yang menjadi daya tarik sutera berasal dari struktur seperti prisma
segitiga dalam serat tersebut yang membuat kain sutra dapat membiaskan cahaya
dari berbagai sudut.
"Sutera liar" dihasilkan oleh ulat selain ulat sutera murbei dan dapat pula
diolah. Berbagai sutera liar dikenali dan digunakan di Cina, Asia Selatan, dan
Eropa sejak dahulu, namun skala produksinya selalu jauh lebih kecil daripada
sutera ternakan. Sutera liar berbeda dari sutra ternakan dari segi warna dan
tekstur, serta kepompong liar yang dikumpulkan biasanya sudah dirusak oleh
ngengat yang keluar sebelum kepompong tersebut diambil, sehingga benang
sutera yang membentuk kepompong itu sudah terputus menjadi pendek. Ulat
sutera ternakan dibunuh dengan dicelup ke dalam air mendidih sebelum keluarnya
ngengat dewasa, atau ditusuk dengan jarum, sehingga seluruh kepompong dapat
diurai menjadi sehelai benang yang tak terputus. Ini membuat sutera bisa ditenun
menjadi kain yang lebih kuat. Sutera liar biasanya juga lebih sukar dicelup warna
daripada sutera ternakan.
Sutera juga dihasilkan oleh beberapa jenis serangga lain, namun hanya
jenis sutra dari ulat sutera yang digunakan untuk pembuatan tekstil. Pernah juga
dijalankan kajian terhadap sutera-sutera lain yang menampakkan perbedaan dari
8
aspek molekul. Sutera dihasilkan terutama oleh larva serangga yang
bermetamorfosis lengkap, tetapi juga dihasilkan oleh beberapa serangga dewasa
seperti Embioptera. Produksi sutera juga kerap dijumpai khususnya pada serangga
ordo hymenoptera (lebah, tabuhan, dan semut), dan kadang kala digunakan untuk
membuat sarang. Jenis-jenis arthropoda yang lain juga menghasilkan sutera,
terutama arachnida seperti laba-laba. Untuk kain sutera dari jaring laba-laba atau
disebut Qmonos (sarang laba-laba dalam bahasa Jepang) diklaim memiliki
kekuatan tiga kali lebih kuat dari Kevlar (bahan yang biasa digunakan untuk
rompi anti peluru) serta lima kali lebih kuat dari baja.
2.2 SUTERA MENTAH
Sutera mentah adalah sutera yang masih menjadi benang. Sutera
mentah biasa disebut benang sutera. Sutera merupakan bahan yang sangat
kuat. Kekuatan sutra sebanding dengan kawat halus yang terbuat dari baja.
Sutera juga bersifat lembut saat menyentuh kulit.
Sutera ditemukan dan digunakan pertama kali di Cina dibawah
Kekaisaran Huang Ti ( Yellow Emperor ) sekitar tahun 2697 s/d 2597
Sebelum Masehi. Legenda mengatakan bahwa Lei-tzu sang Permaisuri
kerajaan saat itu sedang memperhatikan kepompong di pohon mulberry dan
kemudian mengambilnya, tanpa sengaja kepompong tersebut jatuh di cangkir
teh sang permaisuri. Saat akan mengambil kepompong tersebut sang
permaisuri menyadari bahwa kepompong tersebut kemudian menjadi
berbentuk helaian benang yang halus dan panjang. Inilah awal pertamakali
benang sutera ditemukan. Di Cina kemudian permaisuri tersebut sampai
sekarang dikenal sebagai Si Ling-chi atau Lady of the Silkworm.
Semenjak itu Cina dikenal sebagai penghasil kain sutera yang terkenal
di seluruh dunia. Banyak pedagang datang ke Cina untuk berdagang kain
sutera Cina yang terkenal. Jalur perdagang tersebut kemudian dikenal sebagai
Silk Road atau Jalur Sutera
9
BAB 3
PROSES PRODUKSI
3.1 SIFAT-SIFAT KEPOMPONG DAN
PENGGOLONGANNYA
3.1.1 PEMBIAKAN SERI
Pembiakan seri mempunyai tujuan membesarkan ulat sutera untuk
mencapai produksi kepompong yang cocok untuk produksi sutera mentah.
Persyaratan-persyaratan untuk ini meliputi pemeliharaan daun murbei jenis
yang baik, pemeliharaan ulat sutera unggul, dan cara membesarkan yang
tepat.
a. Jenis Ulat Sutera
Ulat sutera yang dipelihara di rumah-rumah petani pada umumnya
dinamakan ulat sutera yang dijinakkan dan berarti ulat dari bombyx mori
yang tergolong pada lepidoptera, bombycidea.
Terdapat banyak sekali jenis ulat sutera, yang umumnya
digolongkan sebagai :
1) Voltinism : Univoltine (dari satu turunan setahun dalam keadaan
biasa), bivoltine (dari dua turunan) dan multi-vvoltine (dari tiga
turunan atau lebih).
2) Tempat asal : turunan Jepang, turunan Cina, turunan Tropis dan
turunan Eropa.
3) Pergantian Kulit : ulat sutera yang berganti kulit tiga kali (dari
10
tiga masa tidur dalam masa ulat), ulat sutera yang berganti kulit
empat kali (dari empat masa tidur), dan ulat sutera yang berganti
kulit lima kali (dari lima masa tidur).
4) Lain-lain : kepompong berwarna, seperti misalnya jenis
kepompong berwarna.
Ulat sutera dapat digolongkan sibagai ulat sutera musim semi dan ulat
sutera musim panas, yang berarti ulat sutera yang masing-masing
dibesarkan pada musim semi dan musim panas.
b. Memelihara Ulat-Ulat Sutera
Pada umumnya, ulat sutera dipelihara dalam empat musim, yaitu :
musim semi, musim panas, permulaan dan akhirh musim gugur. Urutan
pemeliharaannya adalah sebagai berikut :
1) Pemasanasan ulat sutera : untuk menetaskan sejumlah telur dalam
waktu yang telah ditentukan dengan mengadakan suhu dan
kelembaban yang sesuai. Oleh karean itu telurnya menjadi biru.
Pemasanasan memakan waktu dua minggu atau lebih, selama
jangka waktu ini keadaan kelembabannya harus dipelihara.
2) Membesarkan ulat-ulat yang kecil-kecil : umur dari 1-3 disebut
masa usia muda dan umur dari 4-5 disebut usia yanag subur, ulat-
ulatnya lemah, oleh karena itu pada waktu pembiakkan harus diberi
perhatian yang benar-benar.
Ulat sutera yang baru saja menetas dipindahkan ke tempat
pembiakan dan disebarkan pada luas yang sesuai untuk memberi
makan daun-daun murbei. Pada msa memelihara ulat-ulat yang
lemah, kondisi udara dan pemilihan makanan harus diperhatikan.
Suhu dan kelembaban dalam ruang pemeliharaan biasanya
dipertahankan pada 27°C dan 90% kelembaban relatif untuk umur
1, 26°C dan 85% kelembaban relatif untuk umur 2 dan 25 °C dan
75-80% kelembaban relatif untuk umur 3, dengan perhatian yang
benar-benar pada kondisi baik. Makanan utama adalh daun-daun
murbei dan harus memiliki kekakuan dan banyak berair dengan
kandungan karbohydrate dan protein.
11
3) Membesarkan pada usia yang sebaik-baiknya : pada usia yang
sebaik-baiknya ulat sutera makan sejumlah daun-daun murbei
dalam jumlah banyak dan tumbuh, sehingga makanannya harus
ditambah dan tempat pembiakkannya harus diperbesar. Makanan
dan jumlah makanannya tergantung dari cara membesarkannya.
4) Mounting : mounting adalah suatu pekerjaan memindahkan ulat
sutera dewasa yang sudah siap untuk memintal, pada sebuah
rangka pembentukan kepompong.
5) Pengumpulan kepompong : pengumpulan kepompong adalah
perkerjan mengambil kepompongn dari rangka pembentukan
kepompong.
3.1.2 MUTU KEPOMPONG
Kepompong terdiri dari kulit kepompong, pupa dan kulit yang telah
ditanggalkan. Persentase beratnya tergantung dari turunan ulat sutera, cara
memelihara dan musim ulat suteranya.
Bentuk kepompong dibagi dalam 4 kelompok, bulat elips, bentuk
kantong jerami, dan bentuk gelendong, masing-masing adalah sifat khusu
dari aturunan ulat sutera. Ukurannya tergantung dari cara pemeliharaan
dan jenis kelamin ulat suteranya. Dalam prakteknya terdapat cara
penentuan dengan isi : 60-70 kepompong dari telur untuk pemeliharaan
musim semi dan 78-91 kepompong dari telur untuk pemeliharaan musim
panas untuk satu liter.
Warna kepompong termasuk putih, kuning, dan hijau dan sangat
dipengaruhi oleh unsur keturunan. Zat warna terutama terdapat dalam
sericin. Kepompong masih mengandung sedikiti warna walaupun sudah
diolah dengan cairan alkalin.
Lapisan luar dari sebuah kepomopng dikelilingi oleh filamen yang
saling menjerat, dengan kulit kepompong sebagai lapisan dalam. Kulit
kepompong adalah sebuah lapisan yang terdiri dari filamen yang dipintal
12
secara diagonal. Panjang filamen dari tiap kepompong adalah 1.000-1.400
m. Filamen kepompong terdiri dari dua buah brin yang sejajar; unsur
kimia yang terpenting adalah fibroin sebagai komponen utama dan sericin
yang mengelilinginya.
3.2 PENGAWETAN DAN PENGATURAN
KEPOMPONG
3.2.1 PENGAWETAN KEPOMPONG
Kepompong yang segar dapar mengalami kerusakan di dalam
kulit kepompong dan kadanmg-kadang terdapat perkembangan ngengat
atau maggot. Ini disebabkan oleh terlalu banyak air dan panas dari keringat
pupa. Oleh karena itu, sangatlah perlu untuk segera membunuh pupa
dalam kepompong yang baru dikumpulkan dan mengeringkannya.
a. Membunuh pupa dari kepompong segar
Pembunuhan pupa pada umumnya dilakukan dengan cara
pengeringan. Pembunuhan terpisah kadang-kadang dilakukan pada musim
produksi kepompong segar.
Cara pembunuhan pupa dipergunakan sinar matahari sebagai
pemanas, pembunuhan dengan panas oleh udara panas, pembunuhan
dengan uap, pembunuhan uap/panas sebagai kombinasi, dsb. Pada
umumnya pembunuhan dengan panas yang dipakai.
Cara pembunuhan dengan panas adalah untuk membunuh pupa
dengan mengenakan kepompong segar dengan udara panas pada 90% -
100% selama 20-30 menit. Cara ini dipakai secara luas karena
pembunuhan pupa dapat dilakukan pada tingkatan yang lebih awal pada
proses pengeringan.
Tujuan utama dari pengeringan kepompongan segar adalah untuk
menghilangkan air dalam kulit kepompong dan pupa, supaya dapt
13
menjamin penyimpanan selam jangka waktu yang panjang. Cara-cara
pengeringan mencakup pengeringan dengan panas matahari, pengeringan
dengan udara panas, pengeringan udara sangat panas, pengeringan udara
suhu rendah, dsb. Dalam cara pengeringan ini, kelembaban mutlak dalam
pengering harus dipertahankan pada 0,03 kg/m3 atau kurang. Jika tidak,
sifat dapat digulung dari kepompong akan menurun. Pada umumnya
pengering terdiri dari ruang penerima kepompong, pemanas, ventilator,
pencegah pengeringan yang tidak rata dan alat tambahan lainnya.
Mekanismenya tergantung dari sisterm penerima kepomopng dan sumber
panas dari bagian pemanas.
b. Penimpanan kepompong
Untuk menjamin produksi produksi sutera sepanjang tahun
diperlukan kepomopng kering sebagai hasil musiman dan penyimpanan
tanpa mengurangi mutunya. Kepompong yang telah kering mungkin akan
menyerap lembab. Oleh karena itu penyimpanannya harus benar-benar
diperhatikan. Jika tidak, cendawan akan tumbuh karen penyerapan lembab,
penurunan mutu kepompong dan kerusakan karena ngengat seperti
kumbang bacon atau oleh tikus. Selama penyimpanan kepompong harus
diadakan pencegahan terhadap lembab dan kerusakan oleh serangga dan
tikus.
3.2.2 PENGATURAN KEPOMPONG
Untuk produksi sutera dalam pabrik, harus disediakan kepompong
dengan ukuran yang rata dalam jumlah yang besar. Panen kepompong dari
peternak sutera jumlahnya sedikit fan bentuk dan mutunya tidak rata, dan
kadang-kadang mengandung kepompong yang rusak. Sebelum pemasakan
kepompong, kepompongnya dicampur dan dipilih untuk mendapatkan
hasil yang seragam.
a. Campuran kepompong
14
Mencampur kepompong adalh praktek menyiapkan suatu jumlah
kepomopong dengan sifat yang sama dari kepompong yang diserahkan
oleh peternak sutera.dengan mencampur kepompong dari mutu yang sama,
turunan yang lain, tempat produksi yang berbeda dan musim panen yang
berbeda, terdapat kemungkinan untuk menstandarkan cara produksi sutera
dan mutu sejumlah sutera mentah. Guna menjamin pemilihan kepompong
yang memuaskan, perlu untuk menetapkan standar pemilihan kepompong.
Perlu juga untuk menangani sejumlah kepompong dari turunan yang
berbeda dan kilauan dan bentuk yang berbeda.
b. Pemilihan kepompong
Tujuan pemilihan kepompong ialah untuk menyiapkan kepompong
yang cocok untuk produksi sutera. Pada tahap ini, kepompong yang jelek
diperiksa dan dikerluarkan, dan dari jumlah yang sangat besar dipilih
menurut bentuk.
Standar pemilihan kepompong tergantung dari pola produksi sutera.
Untuk menyiapkan sutera mentah bermutu tinggi dari proses
penggulungan diperlukan pemilihan menurut standar yang lebih ketat
daripada surat keterangan kepompong. Kepompong bermutu jelek
mencakup kepompong ganda (sebuah kepompong tunggal dibangun oleh
dua ulat atau lebih), kepompong dengan ulat mati, kepompong yang
bernoda, kepompong yang kurus, kepompong yang berlubang, kepompong
yang hancur dan kepompong yang rusak bentuknya.
Kepompong yang telah dipilih dapat juga digolongkan oleh mutu :
kepompong yang dapat digulung (kepompong mutu tinggi), kepompong
yang sedikit cacat, kepompong yang cacat, (kepompong yang dibuang)
dan dupion. Cara pemilihan kepompong yang lain ialah ukuran
kepompong, disebut juga pemilihan ukuran kepompong (dapat dipakai
untuk kepompong dengan ukuran yang tidak rata).
Batas pemasakan kepompong mempunyai akibat besar pada efisiensi
penggulungan, dan mutu serta hasil sutera mentah. Pada umumnya
pemasakan kepomopng yang kurang mengakibatkan kemungkinan
15
penggulungan yang tidak memuaskan dan meningkatkan putus benang,
jadi mengurangi efisiensi penggulungan dan penurunan mutu sutera.
3.3 PEMASAKAN KEPOMPONG DAN PROSES
PENGGULUNGAN
3.3.1 PEMASAKAN KEPOMPONG
a. Cara memasak kepompong
Cara-cara memasak kepomopng dapat digolong-golongkan
oleh pabrik dan alat masak sebagai pot dan mekanis, dan juga
digolongkan oleh tekanan memasak kepompong dan cara
mengambangkan kepompong (cocoan floating system), sebagai
tekanan tinggi, tekanan norman, dan tekanan rendah ; penggulungan
mengambang dan penggulungan terbenam. Cara-cara tersebut biasanya
dipakai dalam kombinasi.
1) Memasak kepompong untuk penggulungan mengambang oleh
penyerapan air panas tinggi. Cara ini kebanyakan dipergunakan
sebagai pemasakan pot (pot cooking) dalam pabrik ukuran kecil
dan stasiun eksperimen. Kepomopng yang berada dalam bejana
pemasakan kepompong direndam dalam air panas tinggi (95°-
98°C) untuk waktu yang singkat (30-60 detik) kemudian segera
dipindahkan dalam air panas (60°-70°C) selama 1-3 menit agar air
panas tinggi dapat menyerap ke dalam kepompong. Kepompong-
kepompongnya lalu dibenamkan dalam air panas tinggi (98°-99°C)
dan dimasak selama 2-3 menit, kemudian dibiarkan mengambang
pada permukaan air dan dimasak selama 4-6 menit. Lalu suhu air
panas diturunkan secara berangsur hingga 95°-96°C, lalu uapnya
diberhentikan. Terakhir, kepompongnya didiamkan selama kurang
lebih 1 menit.
2) Memasak kepompong untuk penggulungan terbenam oleh
16
penyerapan uap : Kepompong yang berada dalam bejana
pemasakan dihubungkan dengan uap panas tinggi (98°-100°C)
untuk waktu yang singkat (30-60 detik) dan segera dimasukkan ke
dalam air panas (50°-60°C) selama 1-3 menit. Kepompongnya
kemudian dibenamkan dalam air panas tinggi sekitar 100°C dan
dimasak selama 4-5 menit untuk menjamin penyerapan lanjut.
Terakhir, kepompong-kepompong tadi dimasak dalam panas tinggi
selama 2-3 menit, dan diatasnya dituangkan air.
3) Pemasakan kepompong tekanan tinggi : dengan cara ini
kepompong dimasak dibawah tekanan 1 atm atau lebih. Cara ini
menggungakan cara penekanan dengan cara tinggi yang
menggunakan suhu pemasakan setinggi 100°C; dan cara
pemasakan suhu normal yang menggunakan suhu biasa hurang dari
100°C. Yang pertama biasanya dapat menghasilkan sifat dapat
digulung yang baik dengan jumlah simpul yang sedikit, tetapi
mempunyai kekurangan bahwa serisin dalam kulit kepompong
mungkin akan larut dalam air pemasak dan ini mengakibatkan
penurunan hasil sutera mentah.
4) Pemasakan kepompong tekanan rendah : cara pemasakan
kepompong tekanan rendah mencakup cara penekanan dimana
kepompong diperlakukan dibawah tekanan kurang dari 1 atm ; cara
tekanan rendah dan suhu rendah dimana kepompong diperlakukan
dengan air panas dari 100°C kurang dibawah tekanan yang
diredusir. Cara-cara ini dapat dipergunakan pada kepompong yang
memiliki serisin yang mungkin tidak larut atau pada cara
pemasakan dimana dipakai bahan kimia.
b. Mesin pemasak kepompong
1) Bejana pemasak kepompong : bejana pemasak kepompong
adalah sebuah belanga porselen, dengan ukuran-ukuran : diameter
32 cm dan dalamnya kurang lebih 23 cm. Ini mudah dipakai dan
dapat sipergunakan baik untuk cara penggulungan mengapung
17
maupun terbenam. Cara pemasakan kepompong demikian dapat
diubah-ubah tergantung dari sifat-sifat kepompong liar yang
dipergunakan. Tetapi belnagan ini mempunyai kerugian bahwa
pemasakannya mungkin tidak merata dengan efisiensi pemasakan
yang rendah.
2) Mesin pemasak mellintang otomatis : mesin pemasak ukuran
besar ini sanggup melakukan penyerapan dengan cara
menggerakkan bagian pemasak kepompong secara otomatis dalam
arah melintang dengan bantuan rantai yang terdapat di atas dan
bawah tangki pemasak kepompong. Mesin ini terdiri dari : bagian
perendam suhu rendah dimana kulit-kulit kepompong-
kepompongnya dibasahi hingga basah kuyup dengan air, perlakuan
dengan uap, bagian penyerapan dan pemasakan dimana
kepompong yang sudah basah kuyup dipanaskan dan uap
dipaksakan ke dalamnya sehingga mengembangkan dan
melunakkan serisin di dalam kulitnya ; bagian pengaturan dimana
serisin yang telah mengembang dan melunak distabilisir ; bagian
penyempurnaan pemasakan, dan bagian pengeluaran kepompong
yang sudah dimasak.
3) Mesin pemasakan kepompong dengan sinar inframerah : alat ini
sama dengan mesin pemasak kepompong melintang otomatis
terkecuali 1 sampai 3 buah tabung pembangkit inframerah terdapat
pada peniup uap pemasak, agar dapat memasak kepompong
dengan panas kering (dry heat) dari suhu tinggi. Sebagai tambahan
dari uap, sistem ini mempergunakan inframerah (panjang
gelombang : 0,8 -300) untuk menjamin pemasakan kepompong
yang cukup dan pengembangan kulit.
3.3.2 PENGGULUNGAN
Penggulungan adalah melepas dua atau lebih filamen sutera dari
kepompong dan menyatukan menjadi benang (sutera mentah atau sutera dupion)
18
dari panjang yang diingini dan ukuran yang tertentu, dengan menyatukan terus
menerus atau menambah dengan filamen baru. Jumlah filamen kepompong yang
disatukan tergantung dari denier sutera mentah yang dimaksud dan denier filamen
kepompong segar yang dipergunakan. Ambil umpamanya denier filamen
kepomponga segar dari 3 denier. Jumlah ujung yang biasanya dipakai adalah 5
untuk 14 denier sutera mentah, 7 untuk 21 denier, dan 14 untuk 42 denier. Sutera
mentah tersebut masing-masing dinamakan benang ujung-ima, ujung-tujuh, dan
ujunga-empat belas.
Cara-cara menggulung digolongkan oleh jenis mesin penggulung sebagai
treadlereeling, penggulungan mesin oleh penggulungan dengan tangan,
penggulungan banyak ujunga dan penggulungan otomatis ; digolongkan juga
sebagai penggulungan mengambang dan terbenam, dan oleh keadaan kepompong
pada waktu menggulung.
a. Mesin penggulung oleh penggulungan dengan tangan
Pada cara penggulungan ini, penggulung menggulung sambil
duduk di atas kursi. Jumlah benang ang harus digulunga oleh seorang
penggulung berkisar antara 6, dengan kecepatan menggulung dari kuran
glebih 200 m/menit, dan suhu air penggulungan antara 75°-80°C. Mesin
in imempunyai dua bagian, yaitu meja depan dan meja penggulung. Meja
depan yang tingginya kurang lebih 70cm dan lebar antara 60-65 cm,
berada di depan penggulung dan dipergunakan sebagai mejakerja. Meja
depan dilengkapi dengan sebuah sink dan mempunyai sebuah penggulung
dan satu bagian penyatu ujung. Bagian penyatu ujung adalah tempat
dimana ujung filamen dari kepompong yang telah dimasak akan
disatukan. Untuk penggulungan, kepompong yang telah dimasak
dipindahkan ke bagian ini. Cara penyatauan ujung-ujung memakai jenis-
jenis dengan tangan dan mekanis, dimana sikat-sikat jerami digerakkan di
atas permukaan kepompong dengan gerakan melintang atau melingkar.
Setelah penyatuan ujung-ujung, ujung-ujung dari kepompong
dipungut untuk mendapatkan ujung-ujung yang tepat. Maksud dari
pengambilan ujung-ujung ini adalah untuk mengumpulkan bagian yang
19
kusut dari ujung. Dua buah filamen atau lebih yang telah dipungut
disatukan menjadi sebuah benang (sutera mentah) sesuai dengan ukuran
serat mentah menurut maksudnya. Panyatuan filamen disebut
pengumpulan filamen. Sebagai tambahan dari kemampuannya
mengumpulkan filamen kepompong, tomnol penghantar berfungsi juga
untuk memberi kohesi, menghilangkan air sisa, mengnurangi kerusakan
kerapian dan menghasilkan penyuapan ujung (pekerjaan memberi filamen
baru dari kepompong segar kepada filamen yang putus selama
penggulungan, atau kepada sebuah kepompong yang telah habis
digulung). Filamen mentah yang sudah digulung melalui tombol
penghantar filamen dihantarkan melalui twister di atasnya untuk
memilinnya menjadi satu. Pemilinan cara Kennel (ditemukan oleh Kennel
terdiri dari memilin filamen berturut-turut pada untaiannya sendiri)
biasanya dipakai. Tujuan cara ini ialah untuk meningkaatkan kohesi daari
serat mentah, menghilangkan sisa air dan memberi perlakuan penuh pada
benang.
Pada rangka penggulung ditaruh alat penggulung untuk
menggulung filamen sutera yang masuk. Rangka penggulung tingginya
kurang lebih 120 cm dengan jarak kira-kira 70 cm dari ujung meja depan
ke tengah-tengah rangka penggulung dan letaknya di belakang
penggulung.
Filamen sutera mentah yang sudah dipilin digulunga pada
penggulung (reel) (sebuah rangka kayu dengan penampang segi empat
atau segi enam dengan ukuran 60-70 cm keliling 12-15 cm lebar) lewat
alat penyilang (suatu penghantar yang ditempatkan pada alat penyilang,
untuk menggulung filamen menurut pola melintang, dan akhirnya
dikeringkan.
Filamen yang telah digulung harus digulung pada alat penggulung
dengan pola melintang oleh sebuah alat penyilang (penghantar menyilang)
untuk menghindari kohesi dai filamen. Pada umumnya benang yang
digulung pada tiap alat penggulung ditangani sebagai tukal (sken) sutera
mentah. Dan lagai rangka penggulung terdiri atassebuah alat penggerak
20
alat penggulung, penghenti gerakan (stop motion) dan pengering benang
untuk mengeringkan benang sutera yang sudah digulung; rangka depan
terdiri atas pemberi uap, pember air, dan pembuangan, tempat untuk
kepompong dan pupa, jembangan air, dan alat pengikat (untuk mengikat
ujung kepompongyang sudah diambil).
b. Penggulungan ujung-ujung banyak
Untuk penggulungan ujung-ujunga banyak dipergunakan sistem
penggulunganstand-by dimana penggulungannya bekerja sambil berdiri.
Tiap penggulung menerima beban sebanyak 20-40 satuan penggulunga.
Kecepatan penggulunga adalah 50-100 ,/menit dan suhu air
penggulungnya 30°-50°C.karena kecepatan penggulungan yang rendah,
sutera mentah yang bermutu tinggi dapat dihasilkan yang mempunyai
penyimpangan ukuran yang lebih rendah dengan jumlah benang yang
tidak rata yang sedikit.
Mesin penggulung ujung-ujung banyak berbeda dari mesin
penggulung dengan penggulung tangan bahwa meja penggulungnya
terletak di atas meja depan, dimana bejana penggulungnya digandengkan.
Pada meja depan dipasang bagian penggulung, bagian pengumpul,
penerima kepompong, penerima sisa, alat untuk mengikat,pe,neri uap,
pemberi air dan pembuang. Bagian penggulumpul mempunuai
pengumpuul otomatis.pada alur sejajar dengan penggulung dipasang alat
penggerak bejana pemberi kepompong unuk menjalankan bejana berisi
kepompong dengan ujung-ujung yang tepat. Bagian penegumpul filamen
digabungkan dengan pemberi ujung untuk memudahkan pekerjaan
pemberi ujung. Ada dua macam pemberi ujung ygn dipakai, yaitu yang
memutar dan yang diam. Mesin ini lebih banyak dipakai karena
kemampuan memberi ujung yang baik.
Pada rangka penggulung ditempatkan alat pencegah putus benang
dan alat penghenti pergerakan agar dapat menghentikan satuan
penggulugn dengan segera secara terpisah jika terajdi putus benang.
21
Cra penggulungannya hampir sama dengan sistem penggulungan
dengan tangan, kecuali efisiensi pemberi ujung dan pembersih kepompong
yang sudah dipakai. Sutera mentah dapat digulunga dari beberapa jumlah
kepompong.
c. Penggulungan otomatis
Kebanyakan operasi penggulungan diotomatisir. Untuk meraba
sutera mentah terdapat penggulung otomatis ukutan tetap (mampu meraba
sutera mentah yang lebih tipis), penggulung otomatis penghitung
kepompong (mampu memberi kepompong yang jatuh) dan penggulung
otoomatis pemberi ujung pada saat yang tetap (pemberi ujung serentak
pada jangka waktu tertentu). Jenis mesin yang paling luas pemakaiannya
adalah yang mempunyai dua baris, masing-masing dengan kemampuan
menggulung 200 atau 400 ujung yang disusun secara bertolak belakang,
dengan seorang pemberi ujung pada tiaip ujung dari bagian penggulung.
Bagian penggulung terdapat di tengeah-tengah tiap pesang mesin. Seperti
pada mesin penggulung berganda, bagian penggulung mencakup bejana
penggulung, pemberi ujung ebrputar, pengumpul filamen, pemilin,
penghantar melintang, penggulung dan pengering benang, san peraba
ukuran (terdapat di luar bejana penggulung untuk melaksanakan pemberi
kepompong secara otomatis dan pemberi ujung sesuai petunjuk dari
peraba ukuran), oemberni air panas otomatis, alat penangkap kepompong
yang jatuh (ujungkepompong yang jatuh akibat filamen kepompong yag
putus), pemisah kepompong yang jatuh (untuk memisahkan pupa dari
kepompongnyaa yang jatuh), dan alt pencegah benang putus. Pada
penggulung otomatis, isi, suhu, dan konsentrasi dari air panas dan bagian
pengumpul ujung dan dari bagian penggulung diatur secara otomatis
sesuai dengan operasi penggulung. Mutu sutera mentah dapat distandarkan
secara mudah dan ini memungkinkan memberi efisiensi operasi yang
lebih tinggi, menurunkan biaya produksi dan produksi masa dari sutera
mentah bermutu baik.
22
3.4 PENYUSUNAN DAN PENYEMPURNAAN
Tujuan dari penyusunan dan penyempurnaan dari sutera mentah adalah
untuk menstandarkan mutu dari tiap jumlah sutera mentah dan membuat hasil
dengan mutu yang rata agar sutera mentah nampak lebih menarik dan
mempertinggi nilai produk dan menjamin kesiapan untuk penanganan dan
pengangutan sutera mentah.
3.4.1 PENGGULUNGAN KEMBALI
Penggulungan kembali adalah untuk menggulung kembali sutera yang
telah digulung pada penggulung yang lebih besar dengan keliling 1,5 m (rangka
kayu segi enam) dalam bentuk tukal dengan panjang, lebar, dan berat tertentu
untuk menjamin penanganan yang mudah.
Sutera mentah yang suah digulunga mungkin akan disemen oleh serisin
pada tepi-tepi penggulung. Oleh karena itu pada penggulungan kembali serisinnya
pertama-tama harus dibasah kuyupi dalam air dan dilunakkan agar serat
mentahnya dapat digulug. Cara membasah kuyupi mencakup mencelupkan
seluruh penggulung dan tepi-tepi penggulungan.yang disebut pertama, pembasah
kuyupan dapat dicapai dengan mencelupkan seluruh penggulung ke dalam sebuah
penampung air atau melalui penyerapan dalam vakum. Yang disebut belakangan
membasah kuyupi tepi penggulung dengan air yang dilakukan dengan tangan.
Setelah pekerjaan pembasah kuyupan selesai, penggulungnya diletakkan
demikian rupa agar ujung benangnya mudah dilihat, dan ujungnya ditarik melalu
alat pencegah penggulungan ganda dan penghantar menyilang ke penggulung
ukutan ukuran besar agar benangnya dapat digulung bersama-sama dengan
benang lain pada sebuah penggulung. Penggulungan kembali kemudian dilakukan
dengan memutar penggulungnya. Waktu menggulung, penggulungnya harsu
diatur demikian rupa agar penggulungan kembali dapat dilakukan dalam arah
yang sama. Sutera mentah yang sudah digulung kembali dalam bentuk tukal
mempunyai ukuran standar lebar 7,5-8,0 cm dan berat 70 gr dan 140 gr.
23
Dengan mempergunakan benang kapas yang telah dikelantang dari
hitungan 4 2/2 tukal yang digulung pada penggulung ukuran besar ujungnya diikat
demikian rupa agar ujungnya dapat ditemukan kembali dengan mudah dan
benang-benangnya tetap saling menyilang dalam tukal.
3.4.2 PENGIKATAN
Tujuan pengikatan adalah untuk menjamin penanganan dan pengankutan
tukal. Tukal dari penggulung ukuran besar diletakkan dalam ruangan dengan
kondisi 20°-30°C dan 65-70% kelebaban relatif selama beberapa jam hingga
kadar air di dalam sutera mencapai kira-kira 11% dari standar pemulihan, lalu
diikat. Cara mengikat terdiri dari dari memilin dan booking. Pada car apemilinan,
sebuah ujung dari tukal dikaitkan pada sebuah paku dan ujung lainnya dikaitkan
pada sebuah batang, lalu batang ini diputar sambil mempertahankan kesejajaran
benang-benangnya, bagian yang telah dipilin pada sisi batang dimasukan ke dalam
tempat yang dikaitkan pada sisi paku. Pada cara booking, sejumlah tukal yang
telah ditumpuk menjadi beberapa lapisan diikat menjadi book.
3.4.3 PENGEPAKAN
Tujuan pengepakan sutera mentah adalah untuk mencegah keausan sutera
selama pengangkutan dan oenanganan, dan kerusakan atau pemburukan karena
lembab, gosokan atau serangan serangga, dan untuk mempertahankan mutu
sutera. Langkah-langkah pengepakan mencakup pengepakan satuan, pengepakan
dalam, dan pembungkusan. Pada pengepakan tunggal, tiap book tiap book di pak
dalam sebuah kantongyang dibuat dari kertas atau polyesthylene., kerana
pengepakan tunggal sangat mempengaruhi mutu sutera baru. Sedangkan
pengepakan dalam dipergunakan kntong terbuat dari skirting atau kertas craft
untuk menjaga sutera mentah dari lembab dan air, juga untuk melindungi sutera
dari keausan karena penanganan dalam pengangkutan. Sebagai pembungkus
24
dipakai mat-rush atau tikar jerami untuk memudahkan penanganan dan
pengangkutan.
Bentuk-bentuk pengepakan mencakup kantong jerami dan bentuk bal.
Pada pengepakan kantong jerami, 20 tukal diperlakukan sebagai satu book dan 24
book menjadi satu kantong (60 kg). Pada pengepakan bal, 15 tukal diperlakukan
sebagai sebuah book dan 18 book menjadi 1 bal (37,5 kg). Dalam tahun-tahun
belakangan ini pengepakan bal dipergunakan secara luas. Sutera mentah untuk
ekspor mempunyai berat bersih dari tiap kantong, tidak termasuk taranya., untuk
berat benang untuk pemeriksaan dari 60 kg sebagai standar.
3.5 PENGUJIAN SUTERA MENTAH
Pengujian sutera mentah dilakukan untuk memeriksa mutu sutera mentah
dan untuk menilai penilaiannya dan dengan menjamin perdagangan sutera mentah
yang lancar dan memberikan suatu penggarisan untuk peningkatan mutu. Untuk
ekspor dan niaga, pada dasarnya sutera mentah harus diuji di gedung penyiapan
sutera nasional sesuai dengan aturan.
Sebagai tambahan dari pengujian mutu dan pengujian bera yang talah
disiapkan, pengujian sutera mentah mencakup pengujian pilihan untuk
pelaksanaan persyaratan jenis dari hasil-hasil. Kecuali pengujian yang telah
ditentukan untuk sutera untuk niaga dalam negeri tertentu, pengujian sustera
untuk ekspor dan perdagangan dalam negeri sesuai juga dengan standar yang
sama. Penilaiannya didasarkan atas sistem delapan nilai. Pengujian sutera mentah
diringkaskan sebagai berikut:
3.5.1 Pengujian yang Diisyaratkan
Berat yang disyaratkan dari sutera mentah berarti berat mutlak dari sutera
mentah ditambah faktor 11% dari standar pemulihan. Pengujian berat yang
diisyaratkan mencakup pengujian berat orisinil, yang menentukan berat bersih
dari suatu jumlah dan pengujian kandungan air, yang menentukan kandungan air
25
dalam sutera mentah. Dari hasil-hasil pengujian tersebut berat sutera mentah yang
diisyaratkan dihitung.
3.5.2 Pengujian Mutu
1) Pemeriksaan penyempurnaan umum : book dan bungkusan tukal
diperiksa kerataannya dan penyempurnaan umum.
2) Pengujian putus dari penggulungan kembali : contoh tukal diuji
frekwensi putus pada penggulungan kembali.
3) Pengujian ukuran : pengukuran tukal dengan panjang 450 m atau 112,5
m dengan mengukur deniernya untuk menentukan penyimpangan
ukuran, penyimpangan maksimum dan ukuran rata-rata.
4) Pengujian kerataan : sebagai contoh : benang digulung pada sebuah
papan (sebuah papan segi empat berwarna hitam untuk pemeriksaan
sacara visuil) dengan jarak-jarak tertentu dan diuji besarnya perbedaan
dalam ketidakrataan dari benang untuk menilainya sebgai tingkat dua
atau tiga.
5) Pemeriksaan terhadap kerusakan : sebagai contoh, benang digulung
pada sebuah papan dan diuji besarnya kerusakan kerapian.
6) Pengujian ketahanan dan perpanjangan : dengan mempergunakan
sebuah alat penguju kekuatan tarik, disebut serigraph. Sebagai contoh,
benang diuji ketahanan dan perpanjangannya pada saat patah untuk
menghitung ketahanan dan perpanjangan per denier.
3.5.3 Pengujian Pilihan (Optional)
1) Pengujian sifat: jumlah seluruhnya diperiksa secara visuil untuk
corak, kekilauan, dan penanganan.
2) Pengujian penyempurnaaan skein-finish: pengujian dilakukan
untuk jenis dan besarnya kesukaran pada penggulungan yang
diakibatkan oleh kerusakan penyempurnaan.
3) Pengujian kerataan tingkat 1: contoh bengang digulung pada
sebuah papan seri dan diteliti untuk kerataan tingkat 1.
26
4) Pengujian kerapian: contoh benang digulung pada sebuah papan
dan diteliti besarnya kerusakan kerapiannya, untuk menentukan
harga rata-rata dari seluruh panil penguji dan harga rata-rata dari
luas yang jelek mutunya sama dengan seperempat dari luas
seluruhnya.
5) Pengujian kohesi: dengan mempergunakan penguji kosehi
dupuran, contoh benang digosok-gosok hingga patah. Jumalh
gosokannya dihitung.
6) Pengujian penggodokan: contoh benang dicuci dengan laritan
sodium karbonat 0,5% dan kandungan serisin dari sutera mentah
ditentukan dengan jumlah serisin yang larut.
7) Pengujian pengelupasan: contoh benang digulung pada
penggulung penguji lalu setelah dicuci dan dikeringkan, uji
terhadap bulu-bulu halus pada permukaannya yang akan merusak
keindahannya.
3.5.4 Penggolongan
Penggolongan didasarkan atas hasil atas persiapan dan
penyelesaian dari seluruh jumlah, kerusakan pada penggulungan
kembali, penyimpangan ukuran, penyimpangan maksimum, karataan
kelas 2 atau 3, kerusakan, ketahanan dan perpanjangan, dan juga
sesuai dengan tabel penggolongan yang telah ditentukan.
27
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sutera mentah adalah sutera yang masih menjadi benang. Sutera mentah
biasa disebut benang sutera. Proses produksi sutera mentah ini mencakup:
1) Membunuh kepompong dan mengeringkan kepompong yang
segar: untuk mencegah perkembangan kepompong-
kepompongnya menjadi kupu-kupu dan memisahkan kelembaban
dalam kepompong, dengan demikian menghindari memburuknya
mutu selama transpor dan penyimpanan.
2) Penyusunan dan penggolongan gabungan kepompong: menyusun
kepompong untuk memisahkan yang cacat dan menyiapkan
kepompong yang mempunyai bentuk dan mutu yang seragam.
3) Pemasakan kepompong: memasak kepompong dengan air panas
dan uap agar filamen kepompongnya dapat ditarik keluar dari
kepompong.
4) Penggulungan: menggulung filamen kepompong dari
kepompongnya dengan memisahkan filamen dari kepompong
yang telah dimasak dan disatukan menjadi benang.
5) Penyusunan dan penyempurnaan: menggulung kembali sutera
mentah yang telah digulung menjadi gulungan (hank) dengan
panjang tertentu, untuk memudahkan penanganan dan
pengangkutan.
28
4.2 SARAN
Dari hasil karya ilmiah ini, penulis hanya dapat memberikan sedikit saran
kepada para pembaca terutama khususnya kepada para mahasiswa atau mahasiswi
yang mengambil jurusan tentang tekstil atau yang bekerja dibagian pertekstilan.
Saran tersebut adalah para pembaca harus mengetahui dulu bagaimana proses
produksi sutera mentah sebelum mengetahui proses produksi sutera yang sudah
dibuat kain atau pakaian. Proses produksi sutera mentah bisa diibaratkan sebagai
dasar dari produksi kain atau pakaian berbahan dasar sutera. Oleh karena itu,
sebagaimana dengan pengetahuan lainnya, mengetahui pengetahuan dasar sangat
penting sebelum mengetahui pengetahuan luasnya. Setiap proses dari proses
produksi sutera mentah harus dilakukan dengan sangat baik karena proses-proses
ini sangat penting dan akan mempengaruhi proses selanjutnya hingga hasil
produksi akhirnya.
29
Daftar Pustaka
B.E, Soekarsono, Drs. Sumarian D.S & R. Soemarto. 1978. Pengetahuan Bahan
Tekstil. Jakarta : P.T Garuda Metropolitan Press.
Hartanto, N. Sugiarto & Shigeru Watanabe. 2003. Teknologi Tekstil. Jakarta : P.
T. Pradnya Paramita.
Kartasubrata, Junus. dkk. 2000. Sutera Alam Indonesia. Jakarta : Yayasan Sarana
Wana Jaya.
Fir tana, Hadi . Tugas Serat Sutera Sutra.
http://www.firtanahadi.blogspot.com/2011/03/tugas-serat-sutera-sutra.html
(diakses pada tanggal 14 November 2013)
S e d a r l a h ! . S u t r a – “ R a t u n y a S e r a t ” . http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-
in/102006207.html (diakses pada tanggal 26 Agustus 2012)
Sutra. http://id.wikipedia.org/wiki/sutra.html (diakses pada tanggal 23 November
2013)
Ngengat Sutra. http://id.wikipedia.org/wiki/Ngengat_sutra (diakses pada tanggal
14 November 2013)
Operator Warnet Vast Raha. 9. Bleaching Sutera.
http://www.slideshare.net/septianraha/9-bleaching-sutera.html (diakses pada
tanggal 12 Oktober 2013)
Sariputri, Rissa. Proses Pembuatan benang Sutra. http://rissasari.blogspot.com
(diakses pada tanggal 7 juni 2013)
Anggara, Brisna. Serat Sutera. http://skematis_blogspot.com/2012/04/serat-
sutera.html (diakses pada tanggal 11 April 2012)
30