Top Banner
PROSES PRODUKSI SUTERA MENTAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir MPK Bahasa Indonesia Disusun oleh Maria Ulfah Agustina 13010012 1T1 1
47

Karya Ilmiah Maria

Jan 18, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Karya Ilmiah Maria

PROSES PRODUKSI SUTERA MENTAHDisusun untuk Memenuhi Tugas Akhir

MPK Bahasa Indonesia

Disusun olehMaria Ulfah Agustina 13010012 1T1

TEKNIK TEKSTILSEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI

TEKSTILBANDUNG

2014

1

Page 2: Karya Ilmiah Maria

LEMBAR PENGESAHAN

*Topik : sutera

*Judul : Proses Produksi Sutera Mentah

*Tujuan : mengetahui bagaimana proses produksi sutera mentah secara

lebih lengkap

*Metode : deskriptif-ekspositoris

*Tesis : karya tulis ini akan menjelaskan tentang bagaimana proses

produksi sutera mentah, apa saja tahap-tahapnya, mulai dari

penganalan sutera secara umum hingga pengujian sutera

mentah. Karya ilmiah ini diambil dari berbagai sumber,

yaitu dari buku dan dari internet. Hal ini akan menambah

wawasan para pembaca agar para pembaca tidak hanya

mengetahui barang jadi dari kain suteranya saja, tetapi para

pembaca juga mengetahui tentang sutera mentah.

Disetujui oleh

Topik Mulyana.,. S.S., M.Hum

Pengampu MPK Bahasa Indonesia

2

Page 3: Karya Ilmiah Maria

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nyalah karya ilmiah dengan judul “proses produksi sutera

mentah” ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya.

Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir MPK bahasa indonesia di

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Adapun hambatan-hambatan dalam penyelesaian karya ilmiah ini seperti kesulitan

dalam mencari sumber atau referensi yang berhubungan dengan judul karya

ilmiah ini. Namun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, karya

ilmiah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan-kekurangan dalam karya ilmiah ini. Untuk itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan

karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Januari 2014

Maria Ulfah Agustina

3

Page 4: Karya Ilmiah Maria

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................3

Daftar Isi...............................................................................................................4

BAB 1 Pendahuluan .......................................................................................6

1.1 Latar Belakang ....................................................................................6

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................7

1.3 Tujuan .................................................................................................7

BAB 2 Pembahasan ........................................................................................8

2.1 Sutera ...................................................................................................8

2.2 Sutera Mentah ......................................................................................9

BAB 3 Proses Produksi .................................................................................10

3.1 Sifat-Sifat Kepompong dan Penggolongannya ..................................10

3.1.1 Pembiakan Seri .........................................................................10

3.1.1 Mutu Kepompong ....................................................................12

3.2 Pengawetan dan Pengaturan Kepompong ……………………….......13

3.2.1 Pengawetan Kepompong ...................................................…....13

3.2.2 Pengaturan Kepompong ............................................................14

3.3 Pemasakan Kepompong dan Proses Penggulungan ........................... 16

3.3.1 Pemasakan Kepompong ………………………………….….16

3.3.2 Penggulungan ………………………………………………....18

3.4 Penyusunan dan Penyempurnaan ………………………….……..….22

3.4.1 Penggulungan Kembali …………………………………….....23

3.4.2 Pengikatan ………………………………………………….…24

3.4.3 Pengepakan …………………………………………………....24

3.5 Pengujian Sutera Mentah ………………………………………….....25

3.5.1 Pengujian yang Diisyaratkan ……………………………..….25

4

Page 5: Karya Ilmiah Maria

3.5.2 Pengujian Mutu …………………………………………………..26

3.5.3 Pengujian Pilihan (Optional) …………………………………….26

3.5.4 Penggolongan …………………………………………………....27

BAB 4 Penutup …………………………………………………………....28

4.1 Kesimpulan ………………………………………………………..28

4.2 Saran ………………………………………………………………29

5

Page 6: Karya Ilmiah Maria

BAB 1

PEDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tidak ada orang yang bisa lepas dari tekstil. Tekstil selalu kita temukan

dimanapun. Namun tekstil yang selalu kita temukan atau lebih tepatnya

kita kenakan sehari-hari adalah pakaian. Bahkan dari lahir pun kita sudah

mengenakannya. Oleh karena itu, pakaian sangat kita butuhkan untuk

kebutuhan sandang.

Semua orang pasti menginginkan pakaian yang nyaman. Pakaian yang

nyaman bergantung pada bahan yang digunakannya. Bahan atau kain

sutera adalah bahan yang sangat nyaman dikenakan. Kain sutera sejak dulu

dianggap sebagai kain yang terindah dan termahal, bahkan digunakan

untuk pakaian yang istimewa. Kain yang memiliki tekstur lembut, mulus,

namun tidak licin ini membuat nyaman orang yang memakai pakaian

berbahan kain sutera ini. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui

bagaimana proses produksi kain ini, apalagi produksi sutera mentahnya.

Kebanyakan orang hanya mengetahui kain sutera adalah kain yang nyaman

saja.

Sebelum memproduksi kain sutera, kita harus memproduksi dulu sutera

mentahnya. Oleh karena itu, sebelum mengetahui bagaimana proses

produksi kain sutera, kita harus mengetahui dulu bagaimana proses

produksi sutera mentahnya karena sutera mentah sangat mempengaruhi

6

Page 7: Karya Ilmiah Maria

hasil produk akhirnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan

dibahas pada karya ilmiah ini adalah :

1. Apa pengertian dari sutera mentah?

2. Apa saja sifat-sifat kepompong sebagai bahan dasar sutera mentah dan

bagaimana penggolongannya?

3. Bagaimana mekanisme proses produksi sutera mentah?

1.3 TUJUAN

Karya ilmiah ini dibuat agar para pembaca mengetahui bagaimana proses

produksi sutera mentah yang diawali dengan penjelasan mengenai sutera

hingga proses akhir dari produksi sutera mentah itu sendiri. Karena

bagaimana pun juga proses produksi sutera mentah sangat mempengaruhi

proses produksi kain hingga proses produksi pakaian jadi dari sutera.

7

Page 8: Karya Ilmiah Maria

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 SUTERA

Sutera merupakan serat protein alami yang dapat ditenun menjadi tekstil.

Jenis sutera yang paling umum adalah sutera dari kepompong yang dihasilkan

larva ulat sutera murbei (Bombyx mori) yang diternak (peternakan ulat itu disebut

serikultur). Sutera memiliki tekstur mulus, lembut, namun tidak licin. Rupa

berkilauan yang menjadi daya tarik sutera berasal dari struktur seperti prisma

segitiga dalam serat tersebut yang membuat kain sutra dapat membiaskan cahaya

dari berbagai sudut.

"Sutera liar" dihasilkan oleh ulat selain ulat sutera murbei dan dapat pula

diolah. Berbagai sutera liar dikenali dan digunakan di Cina, Asia Selatan, dan

Eropa sejak dahulu, namun skala produksinya selalu jauh lebih kecil daripada

sutera ternakan. Sutera liar berbeda dari sutra ternakan dari segi warna dan

tekstur, serta kepompong liar yang dikumpulkan biasanya sudah dirusak oleh

ngengat yang keluar sebelum kepompong tersebut diambil, sehingga benang

sutera yang membentuk kepompong itu sudah terputus menjadi pendek. Ulat

sutera ternakan dibunuh dengan dicelup ke dalam air mendidih sebelum keluarnya

ngengat dewasa, atau ditusuk dengan jarum, sehingga seluruh kepompong dapat

diurai menjadi sehelai benang yang tak terputus. Ini membuat sutera bisa ditenun

menjadi kain yang lebih kuat. Sutera liar biasanya juga lebih sukar dicelup warna

daripada sutera ternakan.

Sutera juga dihasilkan oleh beberapa jenis serangga lain, namun hanya

jenis sutra dari ulat sutera yang digunakan untuk pembuatan tekstil. Pernah juga

dijalankan kajian terhadap sutera-sutera lain yang menampakkan perbedaan dari

8

Page 9: Karya Ilmiah Maria

aspek molekul. Sutera dihasilkan terutama oleh larva serangga yang

bermetamorfosis lengkap, tetapi juga dihasilkan oleh beberapa serangga dewasa

seperti Embioptera. Produksi sutera juga kerap dijumpai khususnya pada serangga

ordo hymenoptera (lebah, tabuhan, dan semut), dan kadang kala digunakan untuk

membuat sarang. Jenis-jenis arthropoda yang lain juga menghasilkan sutera,

terutama arachnida seperti laba-laba. Untuk kain sutera dari jaring laba-laba atau

disebut Qmonos (sarang laba-laba dalam bahasa Jepang) diklaim memiliki

kekuatan tiga kali lebih kuat dari Kevlar (bahan yang biasa digunakan untuk

rompi anti peluru) serta lima kali lebih kuat dari baja.

2.2 SUTERA MENTAH

Sutera mentah adalah sutera yang masih menjadi benang. Sutera

mentah biasa disebut benang sutera. Sutera merupakan bahan yang sangat

kuat. Kekuatan sutra sebanding dengan kawat halus yang terbuat dari baja.

Sutera juga bersifat lembut saat menyentuh kulit.

Sutera ditemukan dan digunakan pertama kali di Cina dibawah

Kekaisaran Huang Ti ( Yellow Emperor ) sekitar tahun 2697 s/d 2597

Sebelum Masehi. Legenda mengatakan bahwa Lei-tzu sang Permaisuri

kerajaan saat itu sedang memperhatikan kepompong di pohon mulberry dan

kemudian mengambilnya, tanpa sengaja kepompong tersebut jatuh di cangkir

teh sang permaisuri. Saat akan mengambil kepompong tersebut sang

permaisuri menyadari bahwa kepompong tersebut kemudian menjadi

berbentuk helaian benang yang halus dan panjang. Inilah awal pertamakali

benang sutera ditemukan. Di Cina kemudian permaisuri tersebut sampai

sekarang dikenal sebagai Si Ling-chi atau Lady of the Silkworm.

Semenjak itu Cina dikenal sebagai penghasil kain sutera yang terkenal

di seluruh dunia. Banyak pedagang datang ke Cina untuk berdagang kain

sutera Cina yang terkenal. Jalur perdagang tersebut kemudian dikenal sebagai

Silk Road atau Jalur Sutera

9

Page 10: Karya Ilmiah Maria

BAB 3

PROSES PRODUKSI

3.1 SIFAT-SIFAT KEPOMPONG DAN

PENGGOLONGANNYA

3.1.1 PEMBIAKAN SERI

Pembiakan seri mempunyai tujuan membesarkan ulat sutera untuk

mencapai produksi kepompong yang cocok untuk produksi sutera mentah.

Persyaratan-persyaratan untuk ini meliputi pemeliharaan daun murbei jenis

yang baik, pemeliharaan ulat sutera unggul, dan cara membesarkan yang

tepat.

a. Jenis Ulat Sutera

Ulat sutera yang dipelihara di rumah-rumah petani pada umumnya

dinamakan ulat sutera yang dijinakkan dan berarti ulat dari bombyx mori

yang tergolong pada lepidoptera, bombycidea.

Terdapat banyak sekali jenis ulat sutera, yang umumnya

digolongkan sebagai :

1) Voltinism : Univoltine (dari satu turunan setahun dalam keadaan

biasa), bivoltine (dari dua turunan) dan multi-vvoltine (dari tiga

turunan atau lebih).

2) Tempat asal : turunan Jepang, turunan Cina, turunan Tropis dan

turunan Eropa.

3) Pergantian Kulit : ulat sutera yang berganti kulit tiga kali (dari

10

Page 11: Karya Ilmiah Maria

tiga masa tidur dalam masa ulat), ulat sutera yang berganti kulit

empat kali (dari empat masa tidur), dan ulat sutera yang berganti

kulit lima kali (dari lima masa tidur).

4) Lain-lain : kepompong berwarna, seperti misalnya jenis

kepompong berwarna.

Ulat sutera dapat digolongkan sibagai ulat sutera musim semi dan ulat

sutera musim panas, yang berarti ulat sutera yang masing-masing

dibesarkan pada musim semi dan musim panas.

b. Memelihara Ulat-Ulat Sutera

Pada umumnya, ulat sutera dipelihara dalam empat musim, yaitu :

musim semi, musim panas, permulaan dan akhirh musim gugur. Urutan

pemeliharaannya adalah sebagai berikut :

1) Pemasanasan ulat sutera : untuk menetaskan sejumlah telur dalam

waktu yang telah ditentukan dengan mengadakan suhu dan

kelembaban yang sesuai. Oleh karean itu telurnya menjadi biru.

Pemasanasan memakan waktu dua minggu atau lebih, selama

jangka waktu ini keadaan kelembabannya harus dipelihara.

2) Membesarkan ulat-ulat yang kecil-kecil : umur dari 1-3 disebut

masa usia muda dan umur dari 4-5 disebut usia yanag subur, ulat-

ulatnya lemah, oleh karena itu pada waktu pembiakkan harus diberi

perhatian yang benar-benar.

Ulat sutera yang baru saja menetas dipindahkan ke tempat

pembiakan dan disebarkan pada luas yang sesuai untuk memberi

makan daun-daun murbei. Pada msa memelihara ulat-ulat yang

lemah, kondisi udara dan pemilihan makanan harus diperhatikan.

Suhu dan kelembaban dalam ruang pemeliharaan biasanya

dipertahankan pada 27°C dan 90% kelembaban relatif untuk umur

1, 26°C dan 85% kelembaban relatif untuk umur 2 dan 25 °C dan

75-80% kelembaban relatif untuk umur 3, dengan perhatian yang

benar-benar pada kondisi baik. Makanan utama adalh daun-daun

murbei dan harus memiliki kekakuan dan banyak berair dengan

kandungan karbohydrate dan protein.

11

Page 12: Karya Ilmiah Maria

3) Membesarkan pada usia yang sebaik-baiknya : pada usia yang

sebaik-baiknya ulat sutera makan sejumlah daun-daun murbei

dalam jumlah banyak dan tumbuh, sehingga makanannya harus

ditambah dan tempat pembiakkannya harus diperbesar. Makanan

dan jumlah makanannya tergantung dari cara membesarkannya.

4) Mounting : mounting adalah suatu pekerjaan memindahkan ulat

sutera dewasa yang sudah siap untuk memintal, pada sebuah

rangka pembentukan kepompong.

5) Pengumpulan kepompong : pengumpulan kepompong adalah

perkerjan mengambil kepompongn dari rangka pembentukan

kepompong.

3.1.2 MUTU KEPOMPONG

Kepompong terdiri dari kulit kepompong, pupa dan kulit yang telah

ditanggalkan. Persentase beratnya tergantung dari turunan ulat sutera, cara

memelihara dan musim ulat suteranya.

Bentuk kepompong dibagi dalam 4 kelompok, bulat elips, bentuk

kantong jerami, dan bentuk gelendong, masing-masing adalah sifat khusu

dari aturunan ulat sutera. Ukurannya tergantung dari cara pemeliharaan

dan jenis kelamin ulat suteranya. Dalam prakteknya terdapat cara

penentuan dengan isi : 60-70 kepompong dari telur untuk pemeliharaan

musim semi dan 78-91 kepompong dari telur untuk pemeliharaan musim

panas untuk satu liter.

Warna kepompong termasuk putih, kuning, dan hijau dan sangat

dipengaruhi oleh unsur keturunan. Zat warna terutama terdapat dalam

sericin. Kepompong masih mengandung sedikiti warna walaupun sudah

diolah dengan cairan alkalin.

Lapisan luar dari sebuah kepomopng dikelilingi oleh filamen yang

saling menjerat, dengan kulit kepompong sebagai lapisan dalam. Kulit

kepompong adalah sebuah lapisan yang terdiri dari filamen yang dipintal

12

Page 13: Karya Ilmiah Maria

secara diagonal. Panjang filamen dari tiap kepompong adalah 1.000-1.400

m. Filamen kepompong terdiri dari dua buah brin yang sejajar; unsur

kimia yang terpenting adalah fibroin sebagai komponen utama dan sericin

yang mengelilinginya.

3.2 PENGAWETAN DAN PENGATURAN

KEPOMPONG

3.2.1 PENGAWETAN KEPOMPONG

Kepompong yang segar dapar mengalami kerusakan di dalam

kulit kepompong dan kadanmg-kadang terdapat perkembangan ngengat

atau maggot. Ini disebabkan oleh terlalu banyak air dan panas dari keringat

pupa. Oleh karena itu, sangatlah perlu untuk segera membunuh pupa

dalam kepompong yang baru dikumpulkan dan mengeringkannya.

a. Membunuh pupa dari kepompong segar

Pembunuhan pupa pada umumnya dilakukan dengan cara

pengeringan. Pembunuhan terpisah kadang-kadang dilakukan pada musim

produksi kepompong segar.

Cara pembunuhan pupa dipergunakan sinar matahari sebagai

pemanas, pembunuhan dengan panas oleh udara panas, pembunuhan

dengan uap, pembunuhan uap/panas sebagai kombinasi, dsb. Pada

umumnya pembunuhan dengan panas yang dipakai.

Cara pembunuhan dengan panas adalah untuk membunuh pupa

dengan mengenakan kepompong segar dengan udara panas pada 90% -

100% selama 20-30 menit. Cara ini dipakai secara luas karena

pembunuhan pupa dapat dilakukan pada tingkatan yang lebih awal pada

proses pengeringan.

Tujuan utama dari pengeringan kepompongan segar adalah untuk

menghilangkan air dalam kulit kepompong dan pupa, supaya dapt

13

Page 14: Karya Ilmiah Maria

menjamin penyimpanan selam jangka waktu yang panjang. Cara-cara

pengeringan mencakup pengeringan dengan panas matahari, pengeringan

dengan udara panas, pengeringan udara sangat panas, pengeringan udara

suhu rendah, dsb. Dalam cara pengeringan ini, kelembaban mutlak dalam

pengering harus dipertahankan pada 0,03 kg/m3 atau kurang. Jika tidak,

sifat dapat digulung dari kepompong akan menurun. Pada umumnya

pengering terdiri dari ruang penerima kepompong, pemanas, ventilator,

pencegah pengeringan yang tidak rata dan alat tambahan lainnya.

Mekanismenya tergantung dari sisterm penerima kepomopng dan sumber

panas dari bagian pemanas.

b. Penimpanan kepompong

Untuk menjamin produksi produksi sutera sepanjang tahun

diperlukan kepomopng kering sebagai hasil musiman dan penyimpanan

tanpa mengurangi mutunya. Kepompong yang telah kering mungkin akan

menyerap lembab. Oleh karena itu penyimpanannya harus benar-benar

diperhatikan. Jika tidak, cendawan akan tumbuh karen penyerapan lembab,

penurunan mutu kepompong dan kerusakan karena ngengat seperti

kumbang bacon atau oleh tikus. Selama penyimpanan kepompong harus

diadakan pencegahan terhadap lembab dan kerusakan oleh serangga dan

tikus.

3.2.2 PENGATURAN KEPOMPONG

Untuk produksi sutera dalam pabrik, harus disediakan kepompong

dengan ukuran yang rata dalam jumlah yang besar. Panen kepompong dari

peternak sutera jumlahnya sedikit fan bentuk dan mutunya tidak rata, dan

kadang-kadang mengandung kepompong yang rusak. Sebelum pemasakan

kepompong, kepompongnya dicampur dan dipilih untuk mendapatkan

hasil yang seragam.

a. Campuran kepompong

14

Page 15: Karya Ilmiah Maria

Mencampur kepompong adalh praktek menyiapkan suatu jumlah

kepomopong dengan sifat yang sama dari kepompong yang diserahkan

oleh peternak sutera.dengan mencampur kepompong dari mutu yang sama,

turunan yang lain, tempat produksi yang berbeda dan musim panen yang

berbeda, terdapat kemungkinan untuk menstandarkan cara produksi sutera

dan mutu sejumlah sutera mentah. Guna menjamin pemilihan kepompong

yang memuaskan, perlu untuk menetapkan standar pemilihan kepompong.

Perlu juga untuk menangani sejumlah kepompong dari turunan yang

berbeda dan kilauan dan bentuk yang berbeda.

b. Pemilihan kepompong

Tujuan pemilihan kepompong ialah untuk menyiapkan kepompong

yang cocok untuk produksi sutera. Pada tahap ini, kepompong yang jelek

diperiksa dan dikerluarkan, dan dari jumlah yang sangat besar dipilih

menurut bentuk.

Standar pemilihan kepompong tergantung dari pola produksi sutera.

Untuk menyiapkan sutera mentah bermutu tinggi dari proses

penggulungan diperlukan pemilihan menurut standar yang lebih ketat

daripada surat keterangan kepompong. Kepompong bermutu jelek

mencakup kepompong ganda (sebuah kepompong tunggal dibangun oleh

dua ulat atau lebih), kepompong dengan ulat mati, kepompong yang

bernoda, kepompong yang kurus, kepompong yang berlubang, kepompong

yang hancur dan kepompong yang rusak bentuknya.

Kepompong yang telah dipilih dapat juga digolongkan oleh mutu :

kepompong yang dapat digulung (kepompong mutu tinggi), kepompong

yang sedikit cacat, kepompong yang cacat, (kepompong yang dibuang)

dan dupion. Cara pemilihan kepompong yang lain ialah ukuran

kepompong, disebut juga pemilihan ukuran kepompong (dapat dipakai

untuk kepompong dengan ukuran yang tidak rata).

Batas pemasakan kepompong mempunyai akibat besar pada efisiensi

penggulungan, dan mutu serta hasil sutera mentah. Pada umumnya

pemasakan kepomopng yang kurang mengakibatkan kemungkinan

15

Page 16: Karya Ilmiah Maria

penggulungan yang tidak memuaskan dan meningkatkan putus benang,

jadi mengurangi efisiensi penggulungan dan penurunan mutu sutera.

3.3 PEMASAKAN KEPOMPONG DAN PROSES

PENGGULUNGAN

3.3.1 PEMASAKAN KEPOMPONG

a. Cara memasak kepompong

Cara-cara memasak kepomopng dapat digolong-golongkan

oleh pabrik dan alat masak sebagai pot dan mekanis, dan juga

digolongkan oleh tekanan memasak kepompong dan cara

mengambangkan kepompong (cocoan floating system), sebagai

tekanan tinggi, tekanan norman, dan tekanan rendah ; penggulungan

mengambang dan penggulungan terbenam. Cara-cara tersebut biasanya

dipakai dalam kombinasi.

1) Memasak kepompong untuk penggulungan mengambang oleh

penyerapan air panas tinggi. Cara ini kebanyakan dipergunakan

sebagai pemasakan pot (pot cooking) dalam pabrik ukuran kecil

dan stasiun eksperimen. Kepomopng yang berada dalam bejana

pemasakan kepompong direndam dalam air panas tinggi (95°-

98°C) untuk waktu yang singkat (30-60 detik) kemudian segera

dipindahkan dalam air panas (60°-70°C) selama 1-3 menit agar air

panas tinggi dapat menyerap ke dalam kepompong. Kepompong-

kepompongnya lalu dibenamkan dalam air panas tinggi (98°-99°C)

dan dimasak selama 2-3 menit, kemudian dibiarkan mengambang

pada permukaan air dan dimasak selama 4-6 menit. Lalu suhu air

panas diturunkan secara berangsur hingga 95°-96°C, lalu uapnya

diberhentikan. Terakhir, kepompongnya didiamkan selama kurang

lebih 1 menit.

2) Memasak kepompong untuk penggulungan terbenam oleh

16

Page 17: Karya Ilmiah Maria

penyerapan uap : Kepompong yang berada dalam bejana

pemasakan dihubungkan dengan uap panas tinggi (98°-100°C)

untuk waktu yang singkat (30-60 detik) dan segera dimasukkan ke

dalam air panas (50°-60°C) selama 1-3 menit. Kepompongnya

kemudian dibenamkan dalam air panas tinggi sekitar 100°C dan

dimasak selama 4-5 menit untuk menjamin penyerapan lanjut.

Terakhir, kepompong-kepompong tadi dimasak dalam panas tinggi

selama 2-3 menit, dan diatasnya dituangkan air.

3) Pemasakan kepompong tekanan tinggi : dengan cara ini

kepompong dimasak dibawah tekanan 1 atm atau lebih. Cara ini

menggungakan cara penekanan dengan cara tinggi yang

menggunakan suhu pemasakan setinggi 100°C; dan cara

pemasakan suhu normal yang menggunakan suhu biasa hurang dari

100°C. Yang pertama biasanya dapat menghasilkan sifat dapat

digulung yang baik dengan jumlah simpul yang sedikit, tetapi

mempunyai kekurangan bahwa serisin dalam kulit kepompong

mungkin akan larut dalam air pemasak dan ini mengakibatkan

penurunan hasil sutera mentah.

4) Pemasakan kepompong tekanan rendah : cara pemasakan

kepompong tekanan rendah mencakup cara penekanan dimana

kepompong diperlakukan dibawah tekanan kurang dari 1 atm ; cara

tekanan rendah dan suhu rendah dimana kepompong diperlakukan

dengan air panas dari 100°C kurang dibawah tekanan yang

diredusir. Cara-cara ini dapat dipergunakan pada kepompong yang

memiliki serisin yang mungkin tidak larut atau pada cara

pemasakan dimana dipakai bahan kimia.

b. Mesin pemasak kepompong

1) Bejana pemasak kepompong : bejana pemasak kepompong

adalah sebuah belanga porselen, dengan ukuran-ukuran : diameter

32 cm dan dalamnya kurang lebih 23 cm. Ini mudah dipakai dan

dapat sipergunakan baik untuk cara penggulungan mengapung

17

Page 18: Karya Ilmiah Maria

maupun terbenam. Cara pemasakan kepompong demikian dapat

diubah-ubah tergantung dari sifat-sifat kepompong liar yang

dipergunakan. Tetapi belnagan ini mempunyai kerugian bahwa

pemasakannya mungkin tidak merata dengan efisiensi pemasakan

yang rendah.

2) Mesin pemasak mellintang otomatis : mesin pemasak ukuran

besar ini sanggup melakukan penyerapan dengan cara

menggerakkan bagian pemasak kepompong secara otomatis dalam

arah melintang dengan bantuan rantai yang terdapat di atas dan

bawah tangki pemasak kepompong. Mesin ini terdiri dari : bagian

perendam suhu rendah dimana kulit-kulit kepompong-

kepompongnya dibasahi hingga basah kuyup dengan air, perlakuan

dengan uap, bagian penyerapan dan pemasakan dimana

kepompong yang sudah basah kuyup dipanaskan dan uap

dipaksakan ke dalamnya sehingga mengembangkan dan

melunakkan serisin di dalam kulitnya ; bagian pengaturan dimana

serisin yang telah mengembang dan melunak distabilisir ; bagian

penyempurnaan pemasakan, dan bagian pengeluaran kepompong

yang sudah dimasak.

3) Mesin pemasakan kepompong dengan sinar inframerah : alat ini

sama dengan mesin pemasak kepompong melintang otomatis

terkecuali 1 sampai 3 buah tabung pembangkit inframerah terdapat

pada peniup uap pemasak, agar dapat memasak kepompong

dengan panas kering (dry heat) dari suhu tinggi. Sebagai tambahan

dari uap, sistem ini mempergunakan inframerah (panjang

gelombang : 0,8 -300) untuk menjamin pemasakan kepompong

yang cukup dan pengembangan kulit.

3.3.2 PENGGULUNGAN

Penggulungan adalah melepas dua atau lebih filamen sutera dari

kepompong dan menyatukan menjadi benang (sutera mentah atau sutera dupion)

18

Page 19: Karya Ilmiah Maria

dari panjang yang diingini dan ukuran yang tertentu, dengan menyatukan terus

menerus atau menambah dengan filamen baru. Jumlah filamen kepompong yang

disatukan tergantung dari denier sutera mentah yang dimaksud dan denier filamen

kepompong segar yang dipergunakan. Ambil umpamanya denier filamen

kepomponga segar dari 3 denier. Jumlah ujung yang biasanya dipakai adalah 5

untuk 14 denier sutera mentah, 7 untuk 21 denier, dan 14 untuk 42 denier. Sutera

mentah tersebut masing-masing dinamakan benang ujung-ima, ujung-tujuh, dan

ujunga-empat belas.

Cara-cara menggulung digolongkan oleh jenis mesin penggulung sebagai

treadlereeling, penggulungan mesin oleh penggulungan dengan tangan,

penggulungan banyak ujunga dan penggulungan otomatis ; digolongkan juga

sebagai penggulungan mengambang dan terbenam, dan oleh keadaan kepompong

pada waktu menggulung.

a. Mesin penggulung oleh penggulungan dengan tangan

Pada cara penggulungan ini, penggulung menggulung sambil

duduk di atas kursi. Jumlah benang ang harus digulunga oleh seorang

penggulung berkisar antara 6, dengan kecepatan menggulung dari kuran

glebih 200 m/menit, dan suhu air penggulungan antara 75°-80°C. Mesin

in imempunyai dua bagian, yaitu meja depan dan meja penggulung. Meja

depan yang tingginya kurang lebih 70cm dan lebar antara 60-65 cm,

berada di depan penggulung dan dipergunakan sebagai mejakerja. Meja

depan dilengkapi dengan sebuah sink dan mempunyai sebuah penggulung

dan satu bagian penyatu ujung. Bagian penyatu ujung adalah tempat

dimana ujung filamen dari kepompong yang telah dimasak akan

disatukan. Untuk penggulungan, kepompong yang telah dimasak

dipindahkan ke bagian ini. Cara penyatauan ujung-ujung memakai jenis-

jenis dengan tangan dan mekanis, dimana sikat-sikat jerami digerakkan di

atas permukaan kepompong dengan gerakan melintang atau melingkar.

Setelah penyatuan ujung-ujung, ujung-ujung dari kepompong

dipungut untuk mendapatkan ujung-ujung yang tepat. Maksud dari

pengambilan ujung-ujung ini adalah untuk mengumpulkan bagian yang

19

Page 20: Karya Ilmiah Maria

kusut dari ujung. Dua buah filamen atau lebih yang telah dipungut

disatukan menjadi sebuah benang (sutera mentah) sesuai dengan ukuran

serat mentah menurut maksudnya. Panyatuan filamen disebut

pengumpulan filamen. Sebagai tambahan dari kemampuannya

mengumpulkan filamen kepompong, tomnol penghantar berfungsi juga

untuk memberi kohesi, menghilangkan air sisa, mengnurangi kerusakan

kerapian dan menghasilkan penyuapan ujung (pekerjaan memberi filamen

baru dari kepompong segar kepada filamen yang putus selama

penggulungan, atau kepada sebuah kepompong yang telah habis

digulung). Filamen mentah yang sudah digulung melalui tombol

penghantar filamen dihantarkan melalui twister di atasnya untuk

memilinnya menjadi satu. Pemilinan cara Kennel (ditemukan oleh Kennel

terdiri dari memilin filamen berturut-turut pada untaiannya sendiri)

biasanya dipakai. Tujuan cara ini ialah untuk meningkaatkan kohesi daari

serat mentah, menghilangkan sisa air dan memberi perlakuan penuh pada

benang.

Pada rangka penggulung ditaruh alat penggulung untuk

menggulung filamen sutera yang masuk. Rangka penggulung tingginya

kurang lebih 120 cm dengan jarak kira-kira 70 cm dari ujung meja depan

ke tengah-tengah rangka penggulung dan letaknya di belakang

penggulung.

Filamen sutera mentah yang sudah dipilin digulunga pada

penggulung (reel) (sebuah rangka kayu dengan penampang segi empat

atau segi enam dengan ukuran 60-70 cm keliling 12-15 cm lebar) lewat

alat penyilang (suatu penghantar yang ditempatkan pada alat penyilang,

untuk menggulung filamen menurut pola melintang, dan akhirnya

dikeringkan.

Filamen yang telah digulung harus digulung pada alat penggulung

dengan pola melintang oleh sebuah alat penyilang (penghantar menyilang)

untuk menghindari kohesi dai filamen. Pada umumnya benang yang

digulung pada tiap alat penggulung ditangani sebagai tukal (sken) sutera

mentah. Dan lagai rangka penggulung terdiri atassebuah alat penggerak

20

Page 21: Karya Ilmiah Maria

alat penggulung, penghenti gerakan (stop motion) dan pengering benang

untuk mengeringkan benang sutera yang sudah digulung; rangka depan

terdiri atas pemberi uap, pember air, dan pembuangan, tempat untuk

kepompong dan pupa, jembangan air, dan alat pengikat (untuk mengikat

ujung kepompongyang sudah diambil).

b. Penggulungan ujung-ujung banyak

Untuk penggulungan ujung-ujunga banyak dipergunakan sistem

penggulunganstand-by dimana penggulungannya bekerja sambil berdiri.

Tiap penggulung menerima beban sebanyak 20-40 satuan penggulunga.

Kecepatan penggulunga adalah 50-100 ,/menit dan suhu air

penggulungnya 30°-50°C.karena kecepatan penggulungan yang rendah,

sutera mentah yang bermutu tinggi dapat dihasilkan yang mempunyai

penyimpangan ukuran yang lebih rendah dengan jumlah benang yang

tidak rata yang sedikit.

Mesin penggulung ujung-ujung banyak berbeda dari mesin

penggulung dengan penggulung tangan bahwa meja penggulungnya

terletak di atas meja depan, dimana bejana penggulungnya digandengkan.

Pada meja depan dipasang bagian penggulung, bagian pengumpul,

penerima kepompong, penerima sisa, alat untuk mengikat,pe,neri uap,

pemberi air dan pembuang. Bagian penggulumpul mempunuai

pengumpuul otomatis.pada alur sejajar dengan penggulung dipasang alat

penggerak bejana pemberi kepompong unuk menjalankan bejana berisi

kepompong dengan ujung-ujung yang tepat. Bagian penegumpul filamen

digabungkan dengan pemberi ujung untuk memudahkan pekerjaan

pemberi ujung. Ada dua macam pemberi ujung ygn dipakai, yaitu yang

memutar dan yang diam. Mesin ini lebih banyak dipakai karena

kemampuan memberi ujung yang baik.

Pada rangka penggulung ditempatkan alat pencegah putus benang

dan alat penghenti pergerakan agar dapat menghentikan satuan

penggulugn dengan segera secara terpisah jika terajdi putus benang.

21

Page 22: Karya Ilmiah Maria

Cra penggulungannya hampir sama dengan sistem penggulungan

dengan tangan, kecuali efisiensi pemberi ujung dan pembersih kepompong

yang sudah dipakai. Sutera mentah dapat digulunga dari beberapa jumlah

kepompong.

c. Penggulungan otomatis

Kebanyakan operasi penggulungan diotomatisir. Untuk meraba

sutera mentah terdapat penggulung otomatis ukutan tetap (mampu meraba

sutera mentah yang lebih tipis), penggulung otomatis penghitung

kepompong (mampu memberi kepompong yang jatuh) dan penggulung

otoomatis pemberi ujung pada saat yang tetap (pemberi ujung serentak

pada jangka waktu tertentu). Jenis mesin yang paling luas pemakaiannya

adalah yang mempunyai dua baris, masing-masing dengan kemampuan

menggulung 200 atau 400 ujung yang disusun secara bertolak belakang,

dengan seorang pemberi ujung pada tiaip ujung dari bagian penggulung.

Bagian penggulung terdapat di tengeah-tengah tiap pesang mesin. Seperti

pada mesin penggulung berganda, bagian penggulung mencakup bejana

penggulung, pemberi ujung ebrputar, pengumpul filamen, pemilin,

penghantar melintang, penggulung dan pengering benang, san peraba

ukuran (terdapat di luar bejana penggulung untuk melaksanakan pemberi

kepompong secara otomatis dan pemberi ujung sesuai petunjuk dari

peraba ukuran), oemberni air panas otomatis, alat penangkap kepompong

yang jatuh (ujungkepompong yang jatuh akibat filamen kepompong yag

putus), pemisah kepompong yang jatuh (untuk memisahkan pupa dari

kepompongnyaa yang jatuh), dan alt pencegah benang putus. Pada

penggulung otomatis, isi, suhu, dan konsentrasi dari air panas dan bagian

pengumpul ujung dan dari bagian penggulung diatur secara otomatis

sesuai dengan operasi penggulung. Mutu sutera mentah dapat distandarkan

secara mudah dan ini memungkinkan memberi efisiensi operasi yang

lebih tinggi, menurunkan biaya produksi dan produksi masa dari sutera

mentah bermutu baik.

22

Page 23: Karya Ilmiah Maria

3.4 PENYUSUNAN DAN PENYEMPURNAAN

Tujuan dari penyusunan dan penyempurnaan dari sutera mentah adalah

untuk menstandarkan mutu dari tiap jumlah sutera mentah dan membuat hasil

dengan mutu yang rata agar sutera mentah nampak lebih menarik dan

mempertinggi nilai produk dan menjamin kesiapan untuk penanganan dan

pengangutan sutera mentah.

3.4.1 PENGGULUNGAN KEMBALI

Penggulungan kembali adalah untuk menggulung kembali sutera yang

telah digulung pada penggulung yang lebih besar dengan keliling 1,5 m (rangka

kayu segi enam) dalam bentuk tukal dengan panjang, lebar, dan berat tertentu

untuk menjamin penanganan yang mudah.

Sutera mentah yang suah digulunga mungkin akan disemen oleh serisin

pada tepi-tepi penggulung. Oleh karena itu pada penggulungan kembali serisinnya

pertama-tama harus dibasah kuyupi dalam air dan dilunakkan agar serat

mentahnya dapat digulug. Cara membasah kuyupi mencakup mencelupkan

seluruh penggulung dan tepi-tepi penggulungan.yang disebut pertama, pembasah

kuyupan dapat dicapai dengan mencelupkan seluruh penggulung ke dalam sebuah

penampung air atau melalui penyerapan dalam vakum. Yang disebut belakangan

membasah kuyupi tepi penggulung dengan air yang dilakukan dengan tangan.

Setelah pekerjaan pembasah kuyupan selesai, penggulungnya diletakkan

demikian rupa agar ujung benangnya mudah dilihat, dan ujungnya ditarik melalu

alat pencegah penggulungan ganda dan penghantar menyilang ke penggulung

ukutan ukuran besar agar benangnya dapat digulung bersama-sama dengan

benang lain pada sebuah penggulung. Penggulungan kembali kemudian dilakukan

dengan memutar penggulungnya. Waktu menggulung, penggulungnya harsu

diatur demikian rupa agar penggulungan kembali dapat dilakukan dalam arah

yang sama. Sutera mentah yang sudah digulung kembali dalam bentuk tukal

mempunyai ukuran standar lebar 7,5-8,0 cm dan berat 70 gr dan 140 gr.

23

Page 24: Karya Ilmiah Maria

Dengan mempergunakan benang kapas yang telah dikelantang dari

hitungan 4 2/2 tukal yang digulung pada penggulung ukuran besar ujungnya diikat

demikian rupa agar ujungnya dapat ditemukan kembali dengan mudah dan

benang-benangnya tetap saling menyilang dalam tukal.

3.4.2 PENGIKATAN

Tujuan pengikatan adalah untuk menjamin penanganan dan pengankutan

tukal. Tukal dari penggulung ukuran besar diletakkan dalam ruangan dengan

kondisi 20°-30°C dan 65-70% kelebaban relatif selama beberapa jam hingga

kadar air di dalam sutera mencapai kira-kira 11% dari standar pemulihan, lalu

diikat. Cara mengikat terdiri dari dari memilin dan booking. Pada car apemilinan,

sebuah ujung dari tukal dikaitkan pada sebuah paku dan ujung lainnya dikaitkan

pada sebuah batang, lalu batang ini diputar sambil mempertahankan kesejajaran

benang-benangnya, bagian yang telah dipilin pada sisi batang dimasukan ke dalam

tempat yang dikaitkan pada sisi paku. Pada cara booking, sejumlah tukal yang

telah ditumpuk menjadi beberapa lapisan diikat menjadi book.

3.4.3 PENGEPAKAN

Tujuan pengepakan sutera mentah adalah untuk mencegah keausan sutera

selama pengangkutan dan oenanganan, dan kerusakan atau pemburukan karena

lembab, gosokan atau serangan serangga, dan untuk mempertahankan mutu

sutera. Langkah-langkah pengepakan mencakup pengepakan satuan, pengepakan

dalam, dan pembungkusan. Pada pengepakan tunggal, tiap book tiap book di pak

dalam sebuah kantongyang dibuat dari kertas atau polyesthylene., kerana

pengepakan tunggal sangat mempengaruhi mutu sutera baru. Sedangkan

pengepakan dalam dipergunakan kntong terbuat dari skirting atau kertas craft

untuk menjaga sutera mentah dari lembab dan air, juga untuk melindungi sutera

dari keausan karena penanganan dalam pengangkutan. Sebagai pembungkus

24

Page 25: Karya Ilmiah Maria

dipakai mat-rush atau tikar jerami untuk memudahkan penanganan dan

pengangkutan.

Bentuk-bentuk pengepakan mencakup kantong jerami dan bentuk bal.

Pada pengepakan kantong jerami, 20 tukal diperlakukan sebagai satu book dan 24

book menjadi satu kantong (60 kg). Pada pengepakan bal, 15 tukal diperlakukan

sebagai sebuah book dan 18 book menjadi 1 bal (37,5 kg). Dalam tahun-tahun

belakangan ini pengepakan bal dipergunakan secara luas. Sutera mentah untuk

ekspor mempunyai berat bersih dari tiap kantong, tidak termasuk taranya., untuk

berat benang untuk pemeriksaan dari 60 kg sebagai standar.

3.5 PENGUJIAN SUTERA MENTAH

Pengujian sutera mentah dilakukan untuk memeriksa mutu sutera mentah

dan untuk menilai penilaiannya dan dengan menjamin perdagangan sutera mentah

yang lancar dan memberikan suatu penggarisan untuk peningkatan mutu. Untuk

ekspor dan niaga, pada dasarnya sutera mentah harus diuji di gedung penyiapan

sutera nasional sesuai dengan aturan.

Sebagai tambahan dari pengujian mutu dan pengujian bera yang talah

disiapkan, pengujian sutera mentah mencakup pengujian pilihan untuk

pelaksanaan persyaratan jenis dari hasil-hasil. Kecuali pengujian yang telah

ditentukan untuk sutera untuk niaga dalam negeri tertentu, pengujian sustera

untuk ekspor dan perdagangan dalam negeri sesuai juga dengan standar yang

sama. Penilaiannya didasarkan atas sistem delapan nilai. Pengujian sutera mentah

diringkaskan sebagai berikut:

3.5.1 Pengujian yang Diisyaratkan

Berat yang disyaratkan dari sutera mentah berarti berat mutlak dari sutera

mentah ditambah faktor 11% dari standar pemulihan. Pengujian berat yang

diisyaratkan mencakup pengujian berat orisinil, yang menentukan berat bersih

dari suatu jumlah dan pengujian kandungan air, yang menentukan kandungan air

25

Page 26: Karya Ilmiah Maria

dalam sutera mentah. Dari hasil-hasil pengujian tersebut berat sutera mentah yang

diisyaratkan dihitung.

3.5.2 Pengujian Mutu

1) Pemeriksaan penyempurnaan umum : book dan bungkusan tukal

diperiksa kerataannya dan penyempurnaan umum.

2) Pengujian putus dari penggulungan kembali : contoh tukal diuji

frekwensi putus pada penggulungan kembali.

3) Pengujian ukuran : pengukuran tukal dengan panjang 450 m atau 112,5

m dengan mengukur deniernya untuk menentukan penyimpangan

ukuran, penyimpangan maksimum dan ukuran rata-rata.

4) Pengujian kerataan : sebagai contoh : benang digulung pada sebuah

papan (sebuah papan segi empat berwarna hitam untuk pemeriksaan

sacara visuil) dengan jarak-jarak tertentu dan diuji besarnya perbedaan

dalam ketidakrataan dari benang untuk menilainya sebgai tingkat dua

atau tiga.

5) Pemeriksaan terhadap kerusakan : sebagai contoh, benang digulung

pada sebuah papan dan diuji besarnya kerusakan kerapian.

6) Pengujian ketahanan dan perpanjangan : dengan mempergunakan

sebuah alat penguju kekuatan tarik, disebut serigraph. Sebagai contoh,

benang diuji ketahanan dan perpanjangannya pada saat patah untuk

menghitung ketahanan dan perpanjangan per denier.

3.5.3 Pengujian Pilihan (Optional)

1) Pengujian sifat: jumlah seluruhnya diperiksa secara visuil untuk

corak, kekilauan, dan penanganan.

2) Pengujian penyempurnaaan skein-finish: pengujian dilakukan

untuk jenis dan besarnya kesukaran pada penggulungan yang

diakibatkan oleh kerusakan penyempurnaan.

3) Pengujian kerataan tingkat 1: contoh bengang digulung pada

sebuah papan seri dan diteliti untuk kerataan tingkat 1.

26

Page 27: Karya Ilmiah Maria

4) Pengujian kerapian: contoh benang digulung pada sebuah papan

dan diteliti besarnya kerusakan kerapiannya, untuk menentukan

harga rata-rata dari seluruh panil penguji dan harga rata-rata dari

luas yang jelek mutunya sama dengan seperempat dari luas

seluruhnya.

5) Pengujian kohesi: dengan mempergunakan penguji kosehi

dupuran, contoh benang digosok-gosok hingga patah. Jumalh

gosokannya dihitung.

6) Pengujian penggodokan: contoh benang dicuci dengan laritan

sodium karbonat 0,5% dan kandungan serisin dari sutera mentah

ditentukan dengan jumlah serisin yang larut.

7) Pengujian pengelupasan: contoh benang digulung pada

penggulung penguji lalu setelah dicuci dan dikeringkan, uji

terhadap bulu-bulu halus pada permukaannya yang akan merusak

keindahannya.

3.5.4 Penggolongan

Penggolongan didasarkan atas hasil atas persiapan dan

penyelesaian dari seluruh jumlah, kerusakan pada penggulungan

kembali, penyimpangan ukuran, penyimpangan maksimum, karataan

kelas 2 atau 3, kerusakan, ketahanan dan perpanjangan, dan juga

sesuai dengan tabel penggolongan yang telah ditentukan.

27

Page 28: Karya Ilmiah Maria

BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Sutera mentah adalah sutera yang masih menjadi benang. Sutera mentah

biasa disebut benang sutera. Proses produksi sutera mentah ini mencakup:

1) Membunuh kepompong dan mengeringkan kepompong yang

segar: untuk mencegah perkembangan kepompong-

kepompongnya menjadi kupu-kupu dan memisahkan kelembaban

dalam kepompong, dengan demikian menghindari memburuknya

mutu selama transpor dan penyimpanan.

2) Penyusunan dan penggolongan gabungan kepompong: menyusun

kepompong untuk memisahkan yang cacat dan menyiapkan

kepompong yang mempunyai bentuk dan mutu yang seragam.

3) Pemasakan kepompong: memasak kepompong dengan air panas

dan uap agar filamen kepompongnya dapat ditarik keluar dari

kepompong.

4) Penggulungan: menggulung filamen kepompong dari

kepompongnya dengan memisahkan filamen dari kepompong

yang telah dimasak dan disatukan menjadi benang.

5) Penyusunan dan penyempurnaan: menggulung kembali sutera

mentah yang telah digulung menjadi gulungan (hank) dengan

panjang tertentu, untuk memudahkan penanganan dan

pengangkutan.

28

Page 29: Karya Ilmiah Maria

4.2 SARAN

Dari hasil karya ilmiah ini, penulis hanya dapat memberikan sedikit saran

kepada para pembaca terutama khususnya kepada para mahasiswa atau mahasiswi

yang mengambil jurusan tentang tekstil atau yang bekerja dibagian pertekstilan.

Saran tersebut adalah para pembaca harus mengetahui dulu bagaimana proses

produksi sutera mentah sebelum mengetahui proses produksi sutera yang sudah

dibuat kain atau pakaian. Proses produksi sutera mentah bisa diibaratkan sebagai

dasar dari produksi kain atau pakaian berbahan dasar sutera. Oleh karena itu,

sebagaimana dengan pengetahuan lainnya, mengetahui pengetahuan dasar sangat

penting sebelum mengetahui pengetahuan luasnya. Setiap proses dari proses

produksi sutera mentah harus dilakukan dengan sangat baik karena proses-proses

ini sangat penting dan akan mempengaruhi proses selanjutnya hingga hasil

produksi akhirnya.

29

Page 30: Karya Ilmiah Maria

Daftar Pustaka

B.E, Soekarsono, Drs. Sumarian D.S & R. Soemarto. 1978. Pengetahuan Bahan

Tekstil. Jakarta : P.T Garuda Metropolitan Press.

Hartanto, N. Sugiarto & Shigeru Watanabe. 2003. Teknologi Tekstil. Jakarta : P.

T. Pradnya Paramita.

Kartasubrata, Junus. dkk. 2000. Sutera Alam Indonesia. Jakarta : Yayasan Sarana

Wana Jaya.

Fir tana, Hadi . Tugas Serat Sutera Sutra.

http://www.firtanahadi.blogspot.com/2011/03/tugas-serat-sutera-sutra.html

(diakses pada tanggal 14 November 2013)

S e d a r l a h ! . S u t r a – “ R a t u n y a S e r a t ” . http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-

in/102006207.html (diakses pada tanggal 26 Agustus 2012)

Sutra. http://id.wikipedia.org/wiki/sutra.html (diakses pada tanggal 23 November

2013)

Ngengat Sutra. http://id.wikipedia.org/wiki/Ngengat_sutra (diakses pada tanggal

14 November 2013)

Operator Warnet Vast Raha. 9. Bleaching Sutera.

http://www.slideshare.net/septianraha/9-bleaching-sutera.html (diakses pada

tanggal 12 Oktober 2013)

Sariputri, Rissa. Proses Pembuatan benang Sutra. http://rissasari.blogspot.com

(diakses pada tanggal 7 juni 2013)

Anggara, Brisna. Serat Sutera. http://skematis_blogspot.com/2012/04/serat-

sutera.html (diakses pada tanggal 11 April 2012)

30