Top Banner

of 16

Karakteristik Sensor

Mar 05, 2016

Download

Documents

Muhammad Balyan

Sensor
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. UDARA BERSIH

    Udara yang bersih dari zat pencemar mempunyai arti yang sangat penting di

    dalam kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan keberadaan benda lainnya.

    Sehingga udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk

    kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya. Hal ini bahwa pembuangan zat ke

    udara harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan

    generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk mendapatkan udara sesuai dengan

    tingkat kualitas yang diinginkan, maka pengendalian udara menjadi sangat penting

    untuk dilakukan. Kandungan karbon dioksida di udara segar bervariasi antara

    0,03% (300ppm) sampai dengan 0,06% (600 ppm) bergantung pada lokasi.

    2.2. GAS-GAS RUMAH KACA

    Adanya zat pencemar yang dibuang ke udara akibat aktivitas manusia,

    industri, kenderaan bermotor telah mencemari udara. Dari sekian banyak jenis gas

    yang terbuang ke udara, gas-gas rumah kaca (GRK) seperti CO2, CFC, CH4, O3,

    NO2, dan N2O , telah diketahui sebagai penyebab naiknya suhu bumi atau yang

    lebih tren pemanasan bumi global. Dari jenis gas rumah kaca, maka gas CO2

    merupakan gas yang terbanyak memberikan konstribusi dalam pemanasan global.

    4Universitas Sumatera Utara

  • 5Tabel 2.1. Gas rumah kaca dan kontribusinya terhadap Pemanasan Global

    No Gas Rumah Kaca Rumus Kimia Kontribusi (%)

    1 Karbon dioksida CO2 50

    2 Metana CH4 13

    3 Klorofluro karbon R-12 CFC R-12 12

    4 Ozon O3 7

    5 Kloro fluro karbon R-11 CFC R-11 5

    6 Nitro oksida N2O 5

    Sumber : http//www.student unimess/a.andano/global warming.

    2.3. MEKANISME TERJADINNYA EFEK RUMAH KACA

    Sebagian panas sinar matahari yang diterima permukaan bumi dipantulkan kembali

    sebagai radiasi sinar infra merah ke angkasa. Karena adanya gas-gas rumah kaca

    dilapisan atmosfer bawah maka sinar matahari yang dipantulkan akan tertahan.

    Akibatnya, panas yang timbul di dalam lapisan atmosfer bawah, dekat dengan

    permukaan bumi, akan terperangkap. Keseimbangan energi antara energi yang

    masuk dan energi yang keluar terganggu. Akibatnya meningkatkan temperatur

    rata-rata di permukaan bumi dan menimbulkan pemanasan Global (fenomena

    rumah kaca). Fenomena rumah kaca sudah berlangsung sejak lama di lapisan

    troposfer.

    Pengaruh Gas-gas Rumah Kaca terhadap terjadinya pemanasan Global.

    tergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di

    atmosfer dan kemampuan penyerapan energi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel. 2.2. Lama waktu tinggal di atmosfer dan nilai Green House Warning Potensial ( GWP ) gas rumah kaca.

    No Gas Rumah Kaca Lama Waktu tinggal (tahun)

    GWP(Relative)

    1 Karbon dioksida 50 200 1

    2 Metana 10 21

    3 Klorofluro karbon R-12 130 15.800

    4 Ozon 0,1 2000

    5 Kloro fluro karbon R-11 65 12.400

    6 Nitro oksida 150 206

    6

    Sumber : http//www.student unimess/a.andano/global warming.

    2.4. KARBON DIOKSIDA DAN KARAKTERISTIKNYA

    Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang merupakan

    senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen

    dengan sebuah atom karbon. Struktur dan gambar molekul sebagai berikut :

    Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m, kira

    kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O)

    mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Senyawa ini tidak begitu

    reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam seperti

    magnesium, karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna , tidak berbau, titik

    leleh 57 C (216 K) (di bawah tekanan), Titik didih 78 C (195 K) (menyublim), kelarutan dalam air 1,45 g/L, Keasaman (pKa) 6,35 dan 10,33 ,

    Viskositas 0,07 cP pada 78 C, dan Momen dipol nol.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7

    2.5. KRISTAL KARBON DIOKSIDA (DRY ES)

    Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1

    atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 C. Dalam

    bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering.

    a b

    Gambar 2.1. (a) Pelet kecil dari es kering yang menyublim di udara

    (b) Struktur kristal es kering

    2.6. SUMBER KARBON DIOKSIDA

    Karbon dioksida secara garis besar dihasilkan dari enam proses:

    1. Sebagai hasil samping dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana

    metana dikonversikan menjadi CO2.

    2. Dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil;

    3. Sebagai hasil samping dari fermentasi gula pada proses peragian bir, wiski, dan

    minuman beralkohol lainnya;

    4. Dari proses penguraian termal batu kapur, CaCO3;

    5. Sebagai produk samping dari pembuatan natrium fosfat;

    6. Secara langsung di ambil dari mata air yang karbon dioksidanya dihasilkan dari

    pengasaman air pada batu kapur atau dolomit.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8

    2.7. PERANAN GAS CO2 PADA BIOLOGIS Tumbuh-tumbuhan mengurangi kadar karbon dioksida di atomosfer dengan

    melakukan fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang menggunakan

    energi cahaya untuk memproduksi materi organik dengan mengkombinasi karbon

    dioksida dengan air dengan reaksi berikut :

    CO2 (g) + H2O (g) C6H12O6 + O2 (g)

    UV

    Klorofil

    2.8. TOKSISITAS GAS CO2 Menurut Otoritas Keselamatan Maritim Australia, "Paparan berkepanjangan

    terhadap konsentrasi karbon dioksida dapat menyebabkan asidosis dan efek-efek

    merugikan pada metabolisme kalsium fosforus yang menyebabkan peningkatan

    endapan kalsium pada jaringan lunak. Karbon dioksida beracun kepada jantung dan

    menyebabkan menurunnya gaya kontraktil. Pada konsentrasi tiga persen

    berdasarkan volume di udara, ia bersifat narkotik ringan dan menyebabkan

    peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, dan menyebabkan penurunan daya

    dengar. Pada konsentrasi sekitar lima persen berdasarkan volume, ia menyebabkan

    stimulasi pusat pernapasan, pusing-pusing, kebingungan, dan kesulitan pernapasan

    yang diikuti sakit kepala dan sesak napas. Pada konsentrasi delapan persen, ia

    menyebabkan sakit kepala, keringatan, penglihatan buram, tremor, dan kehilangan

    kesadaran setelah paparan selama lima sampai sepuluh menit.

    2.9. GAS CO2 DAN FISIOLGI MANUSIA

    Gas CO2 diangkut di darah dengan tiga cara yang berbeda:

    Kebanyakan (sekitar 70% 80%) dikonversikan menjadi ion bikarbonat HCO3 oleh enzim karbonat anhidrase di sel-sel darah merah, dengan reaksi :

    CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3. 5% 10% larut di plasma 5% 10% diikat oleh hemoglobin sebagai senyawa karbamino

    Universitas Sumatera Utara

  • 9

    2.10. SENSOR GAS SEMIKONDUKTOR

    Sensor gas semikondutor adalah sejumlah komponen elektronik yang

    menggunakaan sifat-sifat materi semikonduktor, yaitu Silikon, Germanium dan

    Gallium Arsenide. Alat-alat semikonduktor ini menggunakan konduksi elektronik

    dalam bentuk padat (solid state), bukannya bentuk hampa (vacuum state) atau

    bentuk gas (gaseous state). Bahan detektor yang digunakan adalah material Tin

    oksida (SnO2). Sensor ini tidak mahal, kecil, sudah tersedia luas dan memiliki

    sensitifitas tinggi.

    Mekanisme utama untuk reaksi gas dengan metal oksida terjadi pada

    temperatur tinggi yaitu 2000C 6000C. Mikrosensor kimia yaitu sensor yang dibuat

    dalam bentuk miniatur untuk penggantian alat penginderaan yang mahal,

    menunjukkan penciptan teknologi analitik yang memiliki kemampuan dan

    mengkuantifiaksi zat kimia dalam waktu real termasuk penyediaan analisis online

    dari perubahan tingkat atau kadar zat.

    2.10.1 Prinsip Kerja Sensor Gas Semikonduktor

    Sensor Gas Semikonduktor terdiri dari elemen sensor yang dilengkapi

    bahan pemanas, bahan elemen sensor yang terbuat dari oksida metal (seperti :

    SnO2, WO3, ZnO,RuO2, dll, sesuai gas yang disensor) dan bahan pemanas yang

    berfungsi untuk memanaskan elemen. Struktur sensor ini dapat dilihat pada gambar

    berikut :

    Gambar 2.2. Struktur sensor gas semikonduktor

    Universitas Sumatera Utara

  • 10

    Prinsip Kerja sensor semikonduktor, ketika bahan detektor seperti kristal

    SnO2 dipanaskan pada temperatur tertentu, oksigen akan diserap pada permukaan

    kristal dan oksigen di udara akan terionisasi dan terikat pada SnO2 dalam bentuk

    ion-ion negatif. Kemudian elektron donor pada permukaan kristal SnO2 akan

    ditransfer ke oksigen penyerap, sehingga dihasilkan listrik . Didalam sensor, arus

    listrik mengalir melewati daerah sambungan (grain boundary) dari kristal SnO2.

    Pada daerah sambungan penyerapan oksigen mencegah muatan untuk bergerak

    bebas. Jika konsentrasi gas menurun, proses deoksidasi akan terjadi, kerapatan

    permukaan dan muatan negatif oksigen akan berkurang dan mengakibatkan

    menurunnya ketinggian penghalang dari daerah sambungan, misalnya terdapat

    adanya gas CO2 yang terdeteksi. Ilustrasi gambar ketika terjadi penyerapan gas O2

    oleh sensor, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

    Gambar 2.3. Pembentukan tegangan barrier saat tanpa gas pereduksi

    Persamaan reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:

    O2 + ( SnO2 x) * O-ad (SnO2x) CO2 + O-ad (SnO2x) CO2O + ( SnO2x)* * = elektron bebas

    Dengan menurunnya penghalang maka resistansi sensor juga akan turut menurun.

    Skema reaksi antara gas CO2 dan oksigen penyerapan pada permukaan SnO2

    sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • 11

    Gambar 2.4 Penurunan tegangan barrier saat adanya gas pereduksi

    Elektron Daerah Sambungan

    eVs didalam gas pereduksi

    Gas Pereduksi CO2

    Untuk mengukur karakteristik sensitivitas dari gas sensing, semua data diuji pada

    kondisi standar. Hubungan antara tahanan dalam sensor dengan konsentrasi gas

    pereduksi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

    Rs = A C - dengan = Rs/Ro

    Rs = Resistansi Keluaran sensor dari berbagai konsentrasi gas.

    R0 = Resistansi sensor dalam udara bersih

    A = Konstanta

    C = Konsentrasi gas pereduksi

    = Kemiringan dari kurva Rs (rasio resistansi sensor (Rs/R0) 2.10.2 Sensor Kimia

    Sensor kimia adalah alat yang mampu menangkap fenomena berupa zat

    kimia (baik gas maupun cairan) untuk kemudian diubah menjadi sinyal elektrik.

    Sensor kimia terutama digunakan untuk mengukur konsentrasi senyawa khusus

    dalam lingkungan gas dan cair, dimana sensor secara khusus merubah informasi

    kimia ke dalam sinyal listrik. Ada peningkatan permintaan untuk melakukan

    Universitas Sumatera Utara

  • 12

    pengukuran analitik terhadap zat tertentu dengan cepat, halus dan dalam beberapa

    kasus dilakukan secara terus menerus. Karena sifat-sifat fisika dari gas dan cairan

    itu berhubungan erat dengan konsentrasi senyawa kimia, sensor untuk penentuan

    sifat fisika, seperti viskositas dan kerapatan terus mengalami peningkatan.

    Sensor kimia diajukan untuk berbagai kondisi lingkungan terutama dalam

    pengolahan makanan atau sistem pembuangan dimana konsentrasi berbagai

    senyawa dinyatakan pada sensor. Masalah penting dalam sensor kimia adalah

    mendapatkan beberapa tingkat selektivitas yang ideal dan tertinggi. Rata-rata

    selektivitas ideal, respon terhadap senyawa spesifik dan juga respon nol terhadap

    senyawa lain.

    2.10.2.1 Perkembangan Sensor Kimia

    Sensor Kimia eletrolit padat yang bekerja berdasarkan prinsip elektrokimia,

    merupakan prinsip sensor yang paling tua yang telah berkembang. Pengembangan

    yang cukup pesat tentang membran sensor dari elektrolit padat telah terjadi sejak

    tahun 1930 an. Sensor elektrolit padat adalah sensor yang menggunakan

    lempengan sel elektrolit yang disekat dengan dua elektroda dan biasanya

    ditambahkan dengan pengatur temperatur. Sensor komersial jenis ini yang sangat

    populer adalah sensor oksigen yang menggunakan lempengan Yttria-doped zirconia

    dan biasanya digunakan pada temperatur tinggi untuk mengontrol aliran zat buang

    pada suatu mesin. Pengembangan berikutnya juga terus terjadi pada sensor jenis ini

    yang pada decade belakangan dikenal dengan sebuat NASICON sensor. Dengan

    usianya yang relatif lebih tua dibandingkan dengam moteode sensor lainnya,

    elektrolit padat merupakan sensor kimia yang paling banyak diproduksi dalam

    dunia sensor komersial dibandingkan dengan jenis sensor lainnya.

    1. Sensor Kimia Optik, Metode sensor ini adalah dengan berdasarkan pada

    teknologi optik dimana penyerapan suatu gas atau cairan kimia tertentu pada suatu

    bahan akan mengakibatkan perubahan pada fenomena optik seperti daya pantul

    ataupun daya absorpsi suatu cahaya. Meskipun metode ini juga menjanjikan sistem

    Universitas Sumatera Utara

  • 13

    sensor yang akurat, pengembangan yang relatif lebih sulit disamping instrumen

    yang lebih mahal membuat sensor optik pada kenyataannya tidak terlalu banyak

    dilirik oleh para peneliti.

    2. Sensor kimia model sensitif berat. Sensor tipe ini bekerja dengan

    berdasarkan bahan sensor yang mampu menghasilkan gelombang akustik sehingga

    saat suatu zat kimia melewatinya bahan ini mampu mengkonfersi informasi kimia

    dari zat tersebut menjadi informasi fisik yaitu dalam bentuk berat (meskipun sangat

    kecil perubahannya).

    3. Sensor Kimia Semikonduktor adalah sensor yang berdasarkan metal oksida.

    Teknologi yang memanfaatkan keunggulan sifat semikonduktor suatu bahan

    merupakan teknologi yang cukup menjanjikan bagi masa depan mengingat

    harganya yang murah, bentuknya yang lebih kecil, serta lebih tahan lama. Tidak

    mengherankan jika dunia sensor masa depan diprekdisikan akan didominasi oleh

    jenis sensor tipe metal oksida ini. Penelitian tentang pengembangan sensor yang

    ada saat ini pun banyak dialakukan seputar semikonduktor sensor ini. Teknologi

    semikonduktor memiliki peran yang siginifikan dalam teknologi sensor mengingat

    kemampuan konduktifitas dari semikonduktor yang dapat berubah ubah. Sensor

    jenis semikonduktor ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1953 setelah

    seorang peneliti Amerika yaitu John Bardeen dan Walter H Brattain menemukan

    perubahan konduktifitas suatu bahan semikonduktor setelah terjadi penyerapan gas

    kimia pada bahan semikonduktor tersebut.

    Pada perkembangan berikutnya dari sensor semikonduktor ini, sentuhan teknologi

    nano yang pada kenyataannya mampu menghasilkan bahan semikonduktor yang

    lebih baik membuat daya tarik lebih besar bagi para peneliti sensor semikonduktor.

    2.10.2.2 Sifat Sensor Kimia

    Empat sifat sensor kimia yang harus dipenuhi agar berkualitas baik yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    1. Sensitifitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor mengenali zat yang

    dideteksinya. Sensor yang baik akan mampu mendeteksi zat meskipun jumlah zat

    tersebut sangat sedikit dibandingkan gas disekelilingnya. Sebagai gambaran sebuah

    riset dengan menggunakan material nano porous terhadap gas O2 sudah mampu

    mendeteksi gas NO2 hanya dengan jumlah 300 ppb (part per billion), artinya

    sejumlah 300 partikel NO2 yang ada dalam 1 milyar partikel udara sudah bisa

    membuat sensor ini mendeteksi keberadaannya .

    2. Selektifitas, yaitu sejauh mana sensor memiliki kemampuan menyeleksi gas

    atau cairan yang ingin dideteksinya. Sifat ini tidak kalah penting dengan sensitifitas

    mengingat gas atau cairan yang dideteksi tentunya akan bercampur dengan zat lain

    yang ada disekelilingnya.

    3. Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor

    untuk mengenali zat yang dideteksinya. Semakin cepat waktu respon dan waktu

    recoveri maka semakin baik sensor tersebut. Beberapa gas berbahaya bahkan dapat

    sangat cepat bereaksi dengan tubuh manusia yang dapat berakibat sangat fatal

    seperti gas CO2 atau NO2 yang dalam hitungan dibawah 5 menit dapat

    mengakibatkan kematian. Karenanya kemampuan mendeteksi gas seperti ini

    harulah lebih cepat dari kemampuan gas tersebut beraksi dengan tubuh manusia.

    4. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten

    memberikan besar sensitifitas yang sama untuk suatu gas, serta seberapa lama

    sensor tersebut dapat terus digunakan. Keempat sifat sensor ini merupakan sifat

    yang senantiasa diidentifikasi oleh para peneliti untuk mendapatkan sensor yang

    berkualitas baik.

    2.10.2.3Dasar Teoritis Sensor Kimia

    Struktur Kristal dari semikonduktor tipe-n seperti SnO2 mengandung

    elektron berlebihan dan saat sensor kontak dengan di udara, oksigen diserap secara

    kimia pada permukaan dengan reaksi berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • O2 + 2e 2O-ad Berikut gambar pelat tipis sensor gas :

    reaksi dipermukaan dengan oksigen, gas oksigen menyerap elektron dari dari SnO2

    memiliki kelebihan elektron. Reaksi ini mengarah pada konduktivitas listrik yang

    diukur sebagai resistensi listrik yang tinggi. Setelah kontak dengan gas , maka

    reaksi permukaan diperlihatkan dalam persamaan :

    Gas + O-ad GasO + e

    dalam hal ini, gas menyerap oksigen secara kimia dan teroksidasi. Gas teroksidasi

    dapat bertindak sebagai zat pereduksi yang dirasakan dengan tipe sensor , melalui

    reaksi diatas mengarah pada oksidasi dan reduksi yang melibatkan tranfer elektron.

    Reaksi Gas + O-ad GasO + e, apabila konsentrasi gas meningkat maka

    O-ad yang diadsorbsi semakin banyak. Elektron yang lepas dari permukaan

    lapisan SnO2 meningkat mengakibatkan peningkatan konduktivitas listrik pada

    lapisan SnO2 dan pengurangan resistensi listrik. Dalam hal ini, gas dapat dianggap

    sebagai donor elektron. Karena jumlah elektron yang dimiliki setiap gas tidak sama

    maka pembacaan sensor kimia secara spesifik untuk setiap gas yang akan disensing

    dengan konsentrasi tertentu.

    SiO2

    SnO2

    RuO2

    Elek. AuGas

    Elek. Au

    Elek. Au

    Elek. Au

    Gambar 2.5. Pelat Tipis

    15

    Universitas Sumatera Utara

  • 16

    2.11. SENSOR TGS 4160

    Taguci Gas Sensor (TGS) 4160 adalah Fujia logika menghasilkan model

    solid-state elektrokimia untuk sensor gas karbon dioksida (CO2). TGS 4160

    memiliki karakteristik ukuran kecil, umur panjang, selektivitas yang baik, stabilitas

    tinggi, tahan terhadap kelembapan tinggi dan temperatur rendah. TGS 4160 dapat

    digunakan dalam sistem ventilasi otomatis atau pemantauan jangka panjang dari

    aplikasi gas CO2 (www.8085 project.info).

    Sensor gas CO2 tipe semikonduktor TGS 4160 , sensor yang bekerja secara

    elektrokimia, saat terkena material di lingkungan gas CO2, maka akan memiliki

    reaksi elektrokimia sesuai reaksi berikut :

    Reaksi katodik : 4Li + 2 CO2 + O2 +4 e 2Li2CO3 Reaksi Anodik : 4Na + O2 +4 e 2Na2O

    Reaksi Redoks : Li2CO3 +2 Na Na2O +2 Li + CO2 Sebagai hasil reaksi elektrokimia, persamaan menurut Neste (Nernst),

    proses ini akan menghasilkan potensial berikut (EMF) :

    EMF = Ec-(RF) / (2F) ln (P.CO2)

    Dimana: PCO2 adalah tekanan parsial CO2; Ec adalah konstan; R adalah konstanta

    gas; T adalah suhu (K); F adalah konstanta Faraday.

    Dilihat dari rumus di atas, dengan memantau tegangan yang dihasilkan antara dua

    elektroda yakni nilai potensial dari EMF, nilai konsentrasi CO2 dapat diukur. Untuk

    menjaga sensitifitas dari sensor ,temperatur perlu diperhatikan, sehingga pemanasan

    tegangan harus stabil, ruang lingkup harus 5,0 0.2VDC. Untuk menjamin

    pengukuran konsentrasi gas CO2 yang akurat sekaligus untuk memastikan stabilitas

    tegangan pemanasan dan perubahan suhu lingkungan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    Gambar 2.6 : Sensor TGS 4160

    Berikut ini dapat dilihat gambar karakteristik sensitivitas dari emisi gas

    buang kenderaan bermotor berbahan bakar bensin diperoleh untuk TGS 4160 lebih

    sensitif terhadap gas CO2 :

    Gambar 2.7 Karakteristik Sensitifitas sensor dari

    Karakteristik Sensitivitas

    Konsentrasi Gas ( ppm )

    beberapa bahan sensing dengan TGS 4160

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    2.12 MIKROKONTROLER AT MEGA - 8535.

    Mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan

    keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara

    khusus. Alat ini dihubungkan ke rangkaian sensor untuk mengambil data yang akan

    dikirim ke komputer. (htpp://Mikrokontroler.Tripod.com/6805 bab1.html).

    Mikrokontroler adalah versi mini atau mikro dari sebuah komputer yang berfungsi

    sebagai Analog to Digital Converter (ADC) yakni mengubah data sinyal analog

    menjadi signal digital, karena mengandung beberapa peripheral yang langsung

    dimanfaatkan.

    Gambar mikrokontroler ATMega 8535 dapat dilihat dibawah ini:

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Gambar 2.8 Alat Mikrokontoler AT Mega 8535

    2.13 SENSOR INSTRUMEN AQ 5000 PRO

    Sensor Instrumen AQ 5000 Pro merupakan sensor yang secara khusus untuk

    mendeteksi kadar gas CO2 di udara. Alat ini dilengkapi dengan infrared, A/D

    Converter dan Displey. Alat sensor Instrumen AQ 5000 Pro dapat mengukur

    konsentrasi Gas CO2 di udara sangat akurat pada level tertentu.

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    Kelebihan dari alat ini, bentuknya kecil, ringan, dan dapat diketahui dengan

    cepat konsentrasi gas CO2 dengan memasukkan gas CO2 dan setelah melewati

    sensor. Salah satu kelemahan alat ini tidak langsung menunjukkan angka

    konsentrasi gas CO2 .

    Akurasi Pengukuran Instrumen AQ 5000 Pro

    Rentang 0 - 5000 ppm : kesalahan 3 % atau keterbacaan 50 ppm Rentang 0 - 20.000 ppm : kesalahan 3 % atau keterbacaan 300 ppm

    Gambar 2.9. Sensor IAQ 5000 Pro

    Gambar 2.10. Diagram IAQ 5000

    Universitas Sumatera Utara