BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. UDARA BERSIH
Udara yang bersih dari zat pencemar mempunyai arti yang sangat penting di
dalam kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan keberadaan benda lainnya.
Sehingga udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk
kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya. Hal ini bahwa pembuangan zat ke
udara harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan
generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk mendapatkan udara sesuai dengan
tingkat kualitas yang diinginkan, maka pengendalian udara menjadi sangat penting
untuk dilakukan. Kandungan karbon dioksida di udara segar bervariasi antara
0,03% (300ppm) sampai dengan 0,06% (600 ppm) bergantung pada lokasi.
2.2. GAS-GAS RUMAH KACA
Adanya zat pencemar yang dibuang ke udara akibat aktivitas manusia,
industri, kenderaan bermotor telah mencemari udara. Dari sekian banyak jenis gas
yang terbuang ke udara, gas-gas rumah kaca (GRK) seperti CO2, CFC, CH4, O3,
NO2, dan N2O , telah diketahui sebagai penyebab naiknya suhu bumi atau yang
lebih tren pemanasan bumi global. Dari jenis gas rumah kaca, maka gas CO2
merupakan gas yang terbanyak memberikan konstribusi dalam pemanasan global.
4Universitas Sumatera Utara
5Tabel 2.1. Gas rumah kaca dan kontribusinya terhadap Pemanasan Global
No Gas Rumah Kaca Rumus Kimia Kontribusi (%)
1 Karbon dioksida CO2 50
2 Metana CH4 13
3 Klorofluro karbon R-12 CFC R-12 12
4 Ozon O3 7
5 Kloro fluro karbon R-11 CFC R-11 5
6 Nitro oksida N2O 5
Sumber : http//www.student unimess/a.andano/global warming.
2.3. MEKANISME TERJADINNYA EFEK RUMAH KACA
Sebagian panas sinar matahari yang diterima permukaan bumi dipantulkan kembali
sebagai radiasi sinar infra merah ke angkasa. Karena adanya gas-gas rumah kaca
dilapisan atmosfer bawah maka sinar matahari yang dipantulkan akan tertahan.
Akibatnya, panas yang timbul di dalam lapisan atmosfer bawah, dekat dengan
permukaan bumi, akan terperangkap. Keseimbangan energi antara energi yang
masuk dan energi yang keluar terganggu. Akibatnya meningkatkan temperatur
rata-rata di permukaan bumi dan menimbulkan pemanasan Global (fenomena
rumah kaca). Fenomena rumah kaca sudah berlangsung sejak lama di lapisan
troposfer.
Pengaruh Gas-gas Rumah Kaca terhadap terjadinya pemanasan Global.
tergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di
atmosfer dan kemampuan penyerapan energi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 2.2. Lama waktu tinggal di atmosfer dan nilai Green House Warning Potensial ( GWP ) gas rumah kaca.
No Gas Rumah Kaca Lama Waktu tinggal (tahun)
GWP(Relative)
1 Karbon dioksida 50 200 1
2 Metana 10 21
3 Klorofluro karbon R-12 130 15.800
4 Ozon 0,1 2000
5 Kloro fluro karbon R-11 65 12.400
6 Nitro oksida 150 206
6
Sumber : http//www.student unimess/a.andano/global warming.
2.4. KARBON DIOKSIDA DAN KARAKTERISTIKNYA
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang merupakan
senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen
dengan sebuah atom karbon. Struktur dan gambar molekul sebagai berikut :
Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m, kira
kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O)
mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Senyawa ini tidak begitu
reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam seperti
magnesium, karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna , tidak berbau, titik
leleh 57 C (216 K) (di bawah tekanan), Titik didih 78 C (195 K) (menyublim), kelarutan dalam air 1,45 g/L, Keasaman (pKa) 6,35 dan 10,33 ,
Viskositas 0,07 cP pada 78 C, dan Momen dipol nol.
Universitas Sumatera Utara
7
2.5. KRISTAL KARBON DIOKSIDA (DRY ES)
Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1
atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 C. Dalam
bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering.
a b
Gambar 2.1. (a) Pelet kecil dari es kering yang menyublim di udara
(b) Struktur kristal es kering
2.6. SUMBER KARBON DIOKSIDA
Karbon dioksida secara garis besar dihasilkan dari enam proses:
1. Sebagai hasil samping dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana
metana dikonversikan menjadi CO2.
2. Dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil;
3. Sebagai hasil samping dari fermentasi gula pada proses peragian bir, wiski, dan
minuman beralkohol lainnya;
4. Dari proses penguraian termal batu kapur, CaCO3;
5. Sebagai produk samping dari pembuatan natrium fosfat;
6. Secara langsung di ambil dari mata air yang karbon dioksidanya dihasilkan dari
pengasaman air pada batu kapur atau dolomit.
Universitas Sumatera Utara
8
2.7. PERANAN GAS CO2 PADA BIOLOGIS Tumbuh-tumbuhan mengurangi kadar karbon dioksida di atomosfer dengan
melakukan fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang menggunakan
energi cahaya untuk memproduksi materi organik dengan mengkombinasi karbon
dioksida dengan air dengan reaksi berikut :
CO2 (g) + H2O (g) C6H12O6 + O2 (g)
UV
Klorofil
2.8. TOKSISITAS GAS CO2 Menurut Otoritas Keselamatan Maritim Australia, "Paparan berkepanjangan
terhadap konsentrasi karbon dioksida dapat menyebabkan asidosis dan efek-efek
merugikan pada metabolisme kalsium fosforus yang menyebabkan peningkatan
endapan kalsium pada jaringan lunak. Karbon dioksida beracun kepada jantung dan
menyebabkan menurunnya gaya kontraktil. Pada konsentrasi tiga persen
berdasarkan volume di udara, ia bersifat narkotik ringan dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, dan menyebabkan penurunan daya
dengar. Pada konsentrasi sekitar lima persen berdasarkan volume, ia menyebabkan
stimulasi pusat pernapasan, pusing-pusing, kebingungan, dan kesulitan pernapasan
yang diikuti sakit kepala dan sesak napas. Pada konsentrasi delapan persen, ia
menyebabkan sakit kepala, keringatan, penglihatan buram, tremor, dan kehilangan
kesadaran setelah paparan selama lima sampai sepuluh menit.
2.9. GAS CO2 DAN FISIOLGI MANUSIA
Gas CO2 diangkut di darah dengan tiga cara yang berbeda:
Kebanyakan (sekitar 70% 80%) dikonversikan menjadi ion bikarbonat HCO3 oleh enzim karbonat anhidrase di sel-sel darah merah, dengan reaksi :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3. 5% 10% larut di plasma 5% 10% diikat oleh hemoglobin sebagai senyawa karbamino
Universitas Sumatera Utara
9
2.10. SENSOR GAS SEMIKONDUKTOR
Sensor gas semikondutor adalah sejumlah komponen elektronik yang
menggunakaan sifat-sifat materi semikonduktor, yaitu Silikon, Germanium dan
Gallium Arsenide. Alat-alat semikonduktor ini menggunakan konduksi elektronik
dalam bentuk padat (solid state), bukannya bentuk hampa (vacuum state) atau
bentuk gas (gaseous state). Bahan detektor yang digunakan adalah material Tin
oksida (SnO2). Sensor ini tidak mahal, kecil, sudah tersedia luas dan memiliki
sensitifitas tinggi.
Mekanisme utama untuk reaksi gas dengan metal oksida terjadi pada
temperatur tinggi yaitu 2000C 6000C. Mikrosensor kimia yaitu sensor yang dibuat
dalam bentuk miniatur untuk penggantian alat penginderaan yang mahal,
menunjukkan penciptan teknologi analitik yang memiliki kemampuan dan
mengkuantifiaksi zat kimia dalam waktu real termasuk penyediaan analisis online
dari perubahan tingkat atau kadar zat.
2.10.1 Prinsip Kerja Sensor Gas Semikonduktor
Sensor Gas Semikonduktor terdiri dari elemen sensor yang dilengkapi
bahan pemanas, bahan elemen sensor yang terbuat dari oksida metal (seperti :
SnO2, WO3, ZnO,RuO2, dll, sesuai gas yang disensor) dan bahan pemanas yang
berfungsi untuk memanaskan elemen. Struktur sensor ini dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 2.2. Struktur sensor gas semikonduktor
Universitas Sumatera Utara
10
Prinsip Kerja sensor semikonduktor, ketika bahan detektor seperti kristal
SnO2 dipanaskan pada temperatur tertentu, oksigen akan diserap pada permukaan
kristal dan oksigen di udara akan terionisasi dan terikat pada SnO2 dalam bentuk
ion-ion negatif. Kemudian elektron donor pada permukaan kristal SnO2 akan
ditransfer ke oksigen penyerap, sehingga dihasilkan listrik . Didalam sensor, arus
listrik mengalir melewati daerah sambungan (grain boundary) dari kristal SnO2.
Pada daerah sambungan penyerapan oksigen mencegah muatan untuk bergerak
bebas. Jika konsentrasi gas menurun, proses deoksidasi akan terjadi, kerapatan
permukaan dan muatan negatif oksigen akan berkurang dan mengakibatkan
menurunnya ketinggian penghalang dari daerah sambungan, misalnya terdapat
adanya gas CO2 yang terdeteksi. Ilustrasi gambar ketika terjadi penyerapan gas O2
oleh sensor, dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.3. Pembentukan tegangan barrier saat tanpa gas pereduksi
Persamaan reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
O2 + ( SnO2 x) * O-ad (SnO2x) CO2 + O-ad (SnO2x) CO2O + ( SnO2x)* * = elektron bebas
Dengan menurunnya penghalang maka resistansi sensor juga akan turut menurun.
Skema reaksi antara gas CO2 dan oksigen penyerapan pada permukaan SnO2
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
11
Gambar 2.4 Penurunan tegangan barrier saat adanya gas pereduksi
Elektron Daerah Sambungan
eVs didalam gas pereduksi
Gas Pereduksi CO2
Untuk mengukur karakteristik sensitivitas dari gas sensing, semua data diuji pada
kondisi standar. Hubungan antara tahanan dalam sensor dengan konsentrasi gas
pereduksi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Rs = A C - dengan = Rs/Ro
Rs = Resistansi Keluaran sensor dari berbagai konsentrasi gas.
R0 = Resistansi sensor dalam udara bersih
A = Konstanta
C = Konsentrasi gas pereduksi
= Kemiringan dari kurva Rs (rasio resistansi sensor (Rs/R0) 2.10.2 Sensor Kimia
Sensor kimia adalah alat yang mampu menangkap fenomena berupa zat
kimia (baik gas maupun cairan) untuk kemudian diubah menjadi sinyal elektrik.
Sensor kimia terutama digunakan untuk mengukur konsentrasi senyawa khusus
dalam lingkungan gas dan cair, dimana sensor secara khusus merubah informasi
kimia ke dalam sinyal listrik. Ada peningkatan permintaan untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
12
pengukuran analitik terhadap zat tertentu dengan cepat, halus dan dalam beberapa
kasus dilakukan secara terus menerus. Karena sifat-sifat fisika dari gas dan cairan
itu berhubungan erat dengan konsentrasi senyawa kimia, sensor untuk penentuan
sifat fisika, seperti viskositas dan kerapatan terus mengalami peningkatan.
Sensor kimia diajukan untuk berbagai kondisi lingkungan terutama dalam
pengolahan makanan atau sistem pembuangan dimana konsentrasi berbagai
senyawa dinyatakan pada sensor. Masalah penting dalam sensor kimia adalah
mendapatkan beberapa tingkat selektivitas yang ideal dan tertinggi. Rata-rata
selektivitas ideal, respon terhadap senyawa spesifik dan juga respon nol terhadap
senyawa lain.
2.10.2.1 Perkembangan Sensor Kimia
Sensor Kimia eletrolit padat yang bekerja berdasarkan prinsip elektrokimia,
merupakan prinsip sensor yang paling tua yang telah berkembang. Pengembangan
yang cukup pesat tentang membran sensor dari elektrolit padat telah terjadi sejak
tahun 1930 an. Sensor elektrolit padat adalah sensor yang menggunakan
lempengan sel elektrolit yang disekat dengan dua elektroda dan biasanya
ditambahkan dengan pengatur temperatur. Sensor komersial jenis ini yang sangat
populer adalah sensor oksigen yang menggunakan lempengan Yttria-doped zirconia
dan biasanya digunakan pada temperatur tinggi untuk mengontrol aliran zat buang
pada suatu mesin. Pengembangan berikutnya juga terus terjadi pada sensor jenis ini
yang pada decade belakangan dikenal dengan sebuat NASICON sensor. Dengan
usianya yang relatif lebih tua dibandingkan dengam moteode sensor lainnya,
elektrolit padat merupakan sensor kimia yang paling banyak diproduksi dalam
dunia sensor komersial dibandingkan dengan jenis sensor lainnya.
1. Sensor Kimia Optik, Metode sensor ini adalah dengan berdasarkan pada
teknologi optik dimana penyerapan suatu gas atau cairan kimia tertentu pada suatu
bahan akan mengakibatkan perubahan pada fenomena optik seperti daya pantul
ataupun daya absorpsi suatu cahaya. Meskipun metode ini juga menjanjikan sistem
Universitas Sumatera Utara
13
sensor yang akurat, pengembangan yang relatif lebih sulit disamping instrumen
yang lebih mahal membuat sensor optik pada kenyataannya tidak terlalu banyak
dilirik oleh para peneliti.
2. Sensor kimia model sensitif berat. Sensor tipe ini bekerja dengan
berdasarkan bahan sensor yang mampu menghasilkan gelombang akustik sehingga
saat suatu zat kimia melewatinya bahan ini mampu mengkonfersi informasi kimia
dari zat tersebut menjadi informasi fisik yaitu dalam bentuk berat (meskipun sangat
kecil perubahannya).
3. Sensor Kimia Semikonduktor adalah sensor yang berdasarkan metal oksida.
Teknologi yang memanfaatkan keunggulan sifat semikonduktor suatu bahan
merupakan teknologi yang cukup menjanjikan bagi masa depan mengingat
harganya yang murah, bentuknya yang lebih kecil, serta lebih tahan lama. Tidak
mengherankan jika dunia sensor masa depan diprekdisikan akan didominasi oleh
jenis sensor tipe metal oksida ini. Penelitian tentang pengembangan sensor yang
ada saat ini pun banyak dialakukan seputar semikonduktor sensor ini. Teknologi
semikonduktor memiliki peran yang siginifikan dalam teknologi sensor mengingat
kemampuan konduktifitas dari semikonduktor yang dapat berubah ubah. Sensor
jenis semikonduktor ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1953 setelah
seorang peneliti Amerika yaitu John Bardeen dan Walter H Brattain menemukan
perubahan konduktifitas suatu bahan semikonduktor setelah terjadi penyerapan gas
kimia pada bahan semikonduktor tersebut.
Pada perkembangan berikutnya dari sensor semikonduktor ini, sentuhan teknologi
nano yang pada kenyataannya mampu menghasilkan bahan semikonduktor yang
lebih baik membuat daya tarik lebih besar bagi para peneliti sensor semikonduktor.
2.10.2.2 Sifat Sensor Kimia
Empat sifat sensor kimia yang harus dipenuhi agar berkualitas baik yaitu :
Universitas Sumatera Utara
14
1. Sensitifitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor mengenali zat yang
dideteksinya. Sensor yang baik akan mampu mendeteksi zat meskipun jumlah zat
tersebut sangat sedikit dibandingkan gas disekelilingnya. Sebagai gambaran sebuah
riset dengan menggunakan material nano porous terhadap gas O2 sudah mampu
mendeteksi gas NO2 hanya dengan jumlah 300 ppb (part per billion), artinya
sejumlah 300 partikel NO2 yang ada dalam 1 milyar partikel udara sudah bisa
membuat sensor ini mendeteksi keberadaannya .
2. Selektifitas, yaitu sejauh mana sensor memiliki kemampuan menyeleksi gas
atau cairan yang ingin dideteksinya. Sifat ini tidak kalah penting dengan sensitifitas
mengingat gas atau cairan yang dideteksi tentunya akan bercampur dengan zat lain
yang ada disekelilingnya.
3. Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor
untuk mengenali zat yang dideteksinya. Semakin cepat waktu respon dan waktu
recoveri maka semakin baik sensor tersebut. Beberapa gas berbahaya bahkan dapat
sangat cepat bereaksi dengan tubuh manusia yang dapat berakibat sangat fatal
seperti gas CO2 atau NO2 yang dalam hitungan dibawah 5 menit dapat
mengakibatkan kematian. Karenanya kemampuan mendeteksi gas seperti ini
harulah lebih cepat dari kemampuan gas tersebut beraksi dengan tubuh manusia.
4. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten
memberikan besar sensitifitas yang sama untuk suatu gas, serta seberapa lama
sensor tersebut dapat terus digunakan. Keempat sifat sensor ini merupakan sifat
yang senantiasa diidentifikasi oleh para peneliti untuk mendapatkan sensor yang
berkualitas baik.
2.10.2.3Dasar Teoritis Sensor Kimia
Struktur Kristal dari semikonduktor tipe-n seperti SnO2 mengandung
elektron berlebihan dan saat sensor kontak dengan di udara, oksigen diserap secara
kimia pada permukaan dengan reaksi berikut :
Universitas Sumatera Utara
O2 + 2e 2O-ad Berikut gambar pelat tipis sensor gas :
reaksi dipermukaan dengan oksigen, gas oksigen menyerap elektron dari dari SnO2
memiliki kelebihan elektron. Reaksi ini mengarah pada konduktivitas listrik yang
diukur sebagai resistensi listrik yang tinggi. Setelah kontak dengan gas , maka
reaksi permukaan diperlihatkan dalam persamaan :
Gas + O-ad GasO + e
dalam hal ini, gas menyerap oksigen secara kimia dan teroksidasi. Gas teroksidasi
dapat bertindak sebagai zat pereduksi yang dirasakan dengan tipe sensor , melalui
reaksi diatas mengarah pada oksidasi dan reduksi yang melibatkan tranfer elektron.
Reaksi Gas + O-ad GasO + e, apabila konsentrasi gas meningkat maka
O-ad yang diadsorbsi semakin banyak. Elektron yang lepas dari permukaan
lapisan SnO2 meningkat mengakibatkan peningkatan konduktivitas listrik pada
lapisan SnO2 dan pengurangan resistensi listrik. Dalam hal ini, gas dapat dianggap
sebagai donor elektron. Karena jumlah elektron yang dimiliki setiap gas tidak sama
maka pembacaan sensor kimia secara spesifik untuk setiap gas yang akan disensing
dengan konsentrasi tertentu.
SiO2
SnO2
RuO2
Elek. AuGas
Elek. Au
Elek. Au
Elek. Au
Gambar 2.5. Pelat Tipis
15
Universitas Sumatera Utara
16
2.11. SENSOR TGS 4160
Taguci Gas Sensor (TGS) 4160 adalah Fujia logika menghasilkan model
solid-state elektrokimia untuk sensor gas karbon dioksida (CO2). TGS 4160
memiliki karakteristik ukuran kecil, umur panjang, selektivitas yang baik, stabilitas
tinggi, tahan terhadap kelembapan tinggi dan temperatur rendah. TGS 4160 dapat
digunakan dalam sistem ventilasi otomatis atau pemantauan jangka panjang dari
aplikasi gas CO2 (www.8085 project.info).
Sensor gas CO2 tipe semikonduktor TGS 4160 , sensor yang bekerja secara
elektrokimia, saat terkena material di lingkungan gas CO2, maka akan memiliki
reaksi elektrokimia sesuai reaksi berikut :
Reaksi katodik : 4Li + 2 CO2 + O2 +4 e 2Li2CO3 Reaksi Anodik : 4Na + O2 +4 e 2Na2O
Reaksi Redoks : Li2CO3 +2 Na Na2O +2 Li + CO2 Sebagai hasil reaksi elektrokimia, persamaan menurut Neste (Nernst),
proses ini akan menghasilkan potensial berikut (EMF) :
EMF = Ec-(RF) / (2F) ln (P.CO2)
Dimana: PCO2 adalah tekanan parsial CO2; Ec adalah konstan; R adalah konstanta
gas; T adalah suhu (K); F adalah konstanta Faraday.
Dilihat dari rumus di atas, dengan memantau tegangan yang dihasilkan antara dua
elektroda yakni nilai potensial dari EMF, nilai konsentrasi CO2 dapat diukur. Untuk
menjaga sensitifitas dari sensor ,temperatur perlu diperhatikan, sehingga pemanasan
tegangan harus stabil, ruang lingkup harus 5,0 0.2VDC. Untuk menjamin
pengukuran konsentrasi gas CO2 yang akurat sekaligus untuk memastikan stabilitas
tegangan pemanasan dan perubahan suhu lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
17
Gambar 2.6 : Sensor TGS 4160
Berikut ini dapat dilihat gambar karakteristik sensitivitas dari emisi gas
buang kenderaan bermotor berbahan bakar bensin diperoleh untuk TGS 4160 lebih
sensitif terhadap gas CO2 :
Gambar 2.7 Karakteristik Sensitifitas sensor dari
Karakteristik Sensitivitas
Konsentrasi Gas ( ppm )
beberapa bahan sensing dengan TGS 4160
Universitas Sumatera Utara
18
2.12 MIKROKONTROLER AT MEGA - 8535.
Mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan
keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara
khusus. Alat ini dihubungkan ke rangkaian sensor untuk mengambil data yang akan
dikirim ke komputer. (htpp://Mikrokontroler.Tripod.com/6805 bab1.html).
Mikrokontroler adalah versi mini atau mikro dari sebuah komputer yang berfungsi
sebagai Analog to Digital Converter (ADC) yakni mengubah data sinyal analog
menjadi signal digital, karena mengandung beberapa peripheral yang langsung
dimanfaatkan.
Gambar mikrokontroler ATMega 8535 dapat dilihat dibawah ini:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 2.8 Alat Mikrokontoler AT Mega 8535
2.13 SENSOR INSTRUMEN AQ 5000 PRO
Sensor Instrumen AQ 5000 Pro merupakan sensor yang secara khusus untuk
mendeteksi kadar gas CO2 di udara. Alat ini dilengkapi dengan infrared, A/D
Converter dan Displey. Alat sensor Instrumen AQ 5000 Pro dapat mengukur
konsentrasi Gas CO2 di udara sangat akurat pada level tertentu.
Universitas Sumatera Utara
19
Kelebihan dari alat ini, bentuknya kecil, ringan, dan dapat diketahui dengan
cepat konsentrasi gas CO2 dengan memasukkan gas CO2 dan setelah melewati
sensor. Salah satu kelemahan alat ini tidak langsung menunjukkan angka
konsentrasi gas CO2 .
Akurasi Pengukuran Instrumen AQ 5000 Pro
Rentang 0 - 5000 ppm : kesalahan 3 % atau keterbacaan 50 ppm Rentang 0 - 20.000 ppm : kesalahan 3 % atau keterbacaan 300 ppm
Gambar 2.9. Sensor IAQ 5000 Pro
Gambar 2.10. Diagram IAQ 5000
Universitas Sumatera Utara