Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin adalah suatu sistem baik sederhana maupun kompleks yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Banyak sekali mesin yang telah dipakai dalam berbagai aspek kehidupan manusia seperti industri, kantor, bahkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah pompa. Pompa adalah alat yang digunakan untuk menaikkan/memindahkan fluida cair (liquid) dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Dalam kehidupan sehari-hari, pompa digunakan hanya untuk memindahkan fluida, sedangkan dalam industri, penggunaan pompa lebih kompleks, seperti menaikkan tekanan, menambah laju aliran hingga mengontrol jenis aliran. Seperti halnya mesin yang lain, pompa juga mempunyai karakteristik tersendiri. Dengan mempelajari dan mengetahui karakteristik pompa, engineer dapat merancang pompa agar berada pada kondisi maksimalnya. Oleh karena itu pengetahuan tentang karakteristik pompa sangatlah penting. 1.2 Tujuan 1. Mendapatkan grafik karakteristik pompa 2. Mengetahui hubungan antara karakteristik dan instalasi pompa 3. Menentukan titik operasi pompa 1.3 Manfaat 1. Dapat mengetahui karakteristik pompa 2. Mengetahui performa, head, debit dan umur pemakaian pompa 3. Mengetahui masalah pada instalasi pompa
41

Karakteristik Pompa

Sep 24, 2015

Download

Documents

Edho M E

Memapaparkan laporan mengenai praktikum karakteristik pompa yang telah dilakukan. Karakteristik yang dianalisa adalah berdasarkan head dan debit
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Mesin adalah suatu sistem baik sederhana maupun kompleks yang

    digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Banyak sekali mesin yang

    telah dipakai dalam berbagai aspek kehidupan manusia seperti industri, kantor,

    bahkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah pompa.

    Pompa adalah alat yang digunakan untuk menaikkan/memindahkan fluida

    cair (liquid) dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Dalam kehidupan

    sehari-hari, pompa digunakan hanya untuk memindahkan fluida, sedangkan dalam

    industri, penggunaan pompa lebih kompleks, seperti menaikkan tekanan,

    menambah laju aliran hingga mengontrol jenis aliran.

    Seperti halnya mesin yang lain, pompa juga mempunyai karakteristik

    tersendiri. Dengan mempelajari dan mengetahui karakteristik pompa, engineer

    dapat merancang pompa agar berada pada kondisi maksimalnya. Oleh karena itu

    pengetahuan tentang karakteristik pompa sangatlah penting.

    1.2 Tujuan

    1. Mendapatkan grafik karakteristik pompa

    2. Mengetahui hubungan antara karakteristik dan instalasi pompa

    3. Menentukan titik operasi pompa

    1.3 Manfaat

    1. Dapat mengetahui karakteristik pompa

    2. Mengetahui performa, head, debit dan umur pemakaian pompa

    3. Mengetahui masalah pada instalasi pompa

  • 1.4 Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN. Memuat latar belakang, tujuan, manfaat dan

    juga sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berisi teori umum

    mengenai pompa, teori khusu mengenai karakteristik pompa dan juga teori khusu

    alat ukur. BAB III METODOLOGI PERCOBAAN. Berisi prosedur praktikum, alat

    dan bahan yang digunakan, serta asumsi-asumsi. BAB IV HASIL DAN

    PEMBAHASAN. Berisi hasil dari percobaan dan pembahasannya. BAB V

    PENUTUP. Berisi kesimpulan dan saran dari percobaan yang dilakukan. Daftar

    Pustaka. Memuat daftar referensi dalam membuat tulisan.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Teori Umum

    2.1.1 Pompa

    Pompa adalah suatu alat pengangkut untuk memindahkan zat cair dari

    suatu tempat ke tempat lain dengan memberikan gaya tekan terhadap zat yang akan

    dipindahkan,seperti misalnya pemindahan crude oil dari tanki penampungan bahan

    baku yang akan dialirkan ke kolom Destilasi. Pada dasarnya gaya tekan yang

    diberikan untuk mengatasi friksi yang timbul karena mengalirnya cairan di dalam

    pipa saluran karena beda evevasi (ketinggian) dan adanya tekanan yang harus

    dilawan.

    Gambar 2.1. Pompa mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi

    Perpindahan zat cair dapat terjadi menurut arah horizontal maupun

    vertical, seperti zat cair yang berpindah secara mendatar akan mendapatkan

    hambatan berupa gesekan dan turbulensi, sedangkan zat. Pada zat cair dengan

    perpindahan ke arah vertical, hambatan yang timbul terdiri dari hambatan-

    hambatan yang diakibatkan dengan adanya perbedaan tinggi antara permukaan isap

    (suction) dan permukaan tekan (discharge).

  • 2.1.2 Klasifikasi Pompa

    Pompa dibagi berdasarkan head atau berdasarkan debit. Klasifikasi pompa

    dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2. Klasifikasi pompa

    Positive displacement pump bekerja dengan cara memberikan gaya

    tertentu, berupa energi kinetik pada volume fluida yang tetap dari inlet sampai

    outlet. Non positive displacement pump adalah pompa yang beroperasi dengan

    menghasilkan kecepatan fluida tinggi. Jenis pompa ini memiliki efisiensi yang

    rendah.

    2.1.3 Macam-macam Pompa

    2.1.3.1 Pompa Dinamik (Non Positive Displacement Pump)

    Dynamic pump atau pompa dinamik terbagi menjadi beberapa macam

    yaitu pompa sentrifugal, pompa aksial, dan pompa spesial-efek (special-effect

    pump). Pompa-pompa ini beroperasi dengan menghasilkan kecepatan fluida tinggi

    Pumps

    Vane

    Gear

    Reciprocating Rotary

    Non Positive

    Displacement Positive

    Displacement

    Screw

    Sobe

    Centrifugal Special Effect

    Piston

    diaphragm

    mmm

  • dan mengkonversi kecepatan menjadi tekanan melalui perubahan penampang aliran

    fluida. Jenis pompa ini biasanya juga memiliki efisiensi yang lebih rendah daripada

    tipe positive displacement pump, tetapi memiliki biaya yang lebih rendah untuk

    perawatannya. Pompa dinamik juga bisa beroperasi pada kecepatan yang tinggi dan

    debit aliran yang juga tinggi.

    1. Pompa Sentrifugal

    Sebuah pompa sentrifugal tersusun atas sebuah impeler dan saluran inlet

    di tengah-tengahnya. Dengan desain ini maka pada saat impeler berputar, fluida

    mengalir menuju casing di sekitar impeler sebagai akibat dari gaya sentrifugal.

    Casing ini berfungsi untuk menurunkan kecepatan aliran fluida sementara

    kecepatan putar impeler tetap tinggi. Kecepatan fluida dikonversikan menjadi

    tekanan oleh casing sehingga fluida dapat menuju titik outletnya. Beberapa

    keuntungan dari penggunaan pompa sentrifugal yakni aliran yang halus (smooth)

    di dalam pompa dan tekanan yang seragam pada discharge pompa, biaya rendah,

    serta dapat bekerja pada kecepatan yang tinggi sehingga pada aplikasi selanjutnya

    dapat dikoneksikan langung dengan turbin uap dan motor elektrik. Penggunaan

    pompa sentrifugal di dunia mencapai angka 80% karena penggunaannya yang

    cocok untuk mengatasi jumlah fluida yang besar daripada pompa positive-

    displacement.

    Gambar 2.3. Pompa Sentrifugal

  • 2. Pompa Aksial

    Pompa aksial juga disebut dengan pompa propeler. Pompa ini

    menghasilkan sebagian besar tekanan dari propeler dan gaya lifting dari sudu

    terhadap fluida. Pompa ini banyak digunakan di sistem drainase dan irigasi. Pompa

    aksial vertikal single-stage lebih umum digunakan, akan tetapi kadang pompa aksial

    two-stage (dua stage) lebih ekonomis penerapannya. Pompa aksial horisontal

    digunakan untuk debit aliran fluida yang besar dengan tekanan yang kecil dan

    biasanya melibatkan efek sifon dalam alirannya.

    Gambar 2.4. Pompa Aksial

    3. Special Effect Pump

    Pompa jenis ini digunakan pada industri dengan kondisi tertentu. Yang

    termasuk ke dalam pompa jenis ini yaitu jet (eductor), gas lift, hydraulic ram, dan

    electromagnetic. Pompa jet-eductor (injector) adalah sebuah alat yang

    menggunakan efek venturi dari nozzle konvergen-divergen untuk mengkonversi

    energi tekanan dari fluida bergerak menjadi energi gerak sehingga menciptakan

    area bertekanan rendah, dan dapat menghisap fluida di sisi suction.

    Gambar 2.5. Pompa Injektor

  • Gas Lift Pump adalah sebuah cara untuk mengangkat fluida di dalam

    sebuah kolom dengan jalan menginjeksikan suatu gas tertentu yang menyebabkan

    turunnya berat hidrostatik dari fluida tersebut sehingga reservoir dapat

    mengangkatnya ke permukaan.

    Pompa hydraulic ram adalah pompa air siklik dengan menggunakan tenaga

    hidro (hydropower).

    Gambar 2.6. Pompa hidram

    Dan pompa elektromagnetik adalah pompa yang menggerakkan fluida

    logam dengan jalan menggunakan gaya elektromagnetik.

    Gambar 2.7. Pompa elektromagnetik

  • 2.1.3.2 Pompa Positive Displacement

    Pompa positive displacement bekerja dengan cara memberikan gaya

    tertentu pada volume fluida tetap dari sisi inlet menuju titik outlet pompa.

    Kelebihan dari penggunaan pompa jenis ini adalah dapat menghasilkan power

    density (gaya per satuan berat) yang lebih besar. Dan juga memberikan perpindahan

    fluida yang tetap/stabil di setiap putarannya.

    Pompa positive displacement memiliki tipe yang lebih bervariasi daripada

    pompa dinamik. Secara general pompa positive displacement dibagi kedalam dua

    kelompok besar, yakni pompa jenis rotari dan jenis reciprocating.

    1. Tipe Rotary

    Pompa positive displacement tipe rotari ini memindahkan fluida kerja

    melalui mekanisme rotari dengan jalan menimbulkan efek vakum sehingga dapat

    menghisap fluida kerja dari sisi inlet, dan memindahkannya ke sisi outlet. Jika ada

    udara yang terperangkap di dalam pompa rotari, secara natural pompa ini akan

    mengeluarkan udara tersebut, sehingga mengurangi kebutuhan untuk mengeluarkan

    udara yang terperangkap di dalam pompa secara manual.

    Berikut adalah macam-macam pompa positive displacement tipe rotari :

    a. Pompa Roda Gigi Internal (Internal Gear Pump)

    Pompa ini menggunakan dua roda gigi sebagai penggerak fluida kerja di

    dalam casing pompa. Satu roda gigi menjadi penggerak dan yang lainnya menjadi

    yang digerakkan. Roda gigi penggerak berada di dalam roda gigi yang digerakkan.

    Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan gambar berikut.

    Gambar 2.8. Pompa roda gigi internal

  • Dan berikut adalah proses dimana fluida kerja dipompa oleh pompa roda

    gigi internal ini.

    Gambar 2.9. Prinsip kerja pompa roda gigi internal

    Terlihat bahwa fluida kerja masuk melalui inlet pompa menuju sela-sela

    roda gigi luar yang diputar oleh roda gigi dalam. Fluida tersebut bergerak menuju

    sisi outlet akibat dorongan dari roda gigi luar. Selanjutnya roda gigi dalam masuk

    ke sela-sela roda gigi luar sehingga mendorong fluida kerja untuk keluar ke sisi

    outlet pompa.

    b. Pompa Roda Gigi Eksternal (External Gear Pump)

    Sama dengan pompa roda gigi internal, pompa roda gigi eksternal ini juga

    menggunakan dua roda gigi sebagai komponen utamanya. Yang membedakan

    adalah kedua roda gigi berada pada posisi yang sejajar, dan roda gigi penggerak

    tidak berada di dalam roda gigi yang digerakkan.

    Gambar 2.10. Pompa roda gigi eksternal

  • c. Pompa Screw (Ulir)

    Pompa ulir pertama kali dikembangkan oleh Archimedes, ia menggunakan

    satu buah ulir untuk memindahkan air dari tempat yang rendah ke sawah-sawah

    untuk keperluan irigasi. Oleh karena hal inilah pompa ulir dengan satu ulir disebut

    juga Pompa Ulir Archimedes.

    Gambar 2.11. Pompa Ulir

    Desain pompa ulir telah berkembang menjadi beberapa tipe seperti twin-

    rotor, triple-rotor, dan 5-rotor. Perbedaan ketiganya ada pada jumlah rotor ulirnya.

    Berikut adalah video pompa ulir dengan twin-rotor.

    Prinsip kerja pompa ulir dengan multi-rotor adalah fluida kerja yang

    masuk melalui sisi inlet pompa dipindahkan oleh rotor ulir melalui sela-sela ulir sisi

    luar. Saat sampai di sisi outlet, fluida akan terdorong keluar dari pompa.

    d. Progressive Cavity Pump

    Pompa jenis ini adalah pengembangan dari pompa jenis ulir. Prinsip

    kerjanya pertama kali dikenalkan oleh Rene Moineau pada tahun 1930-an. Pompa

    ini terdiri atas sebuah rotor yang berbentuk spiral, serta stator yang juga berbentuk

    spiral namun didesain memiliki jarak pitch spiral yang 2 kali lebih besar dari pitch

    rotor. Rotor pompa progressive cavity terhubung dengan shaft yang digerakkan

    oleh motor listrik. Diantara shaft dengan rotor dihubungkan oleh flexible coupling

    yang apabila shaft berputar, kopling ini bergerak mengikuti gerakan rotor dan shaft.

  • Gambar 2.12. Progressive cavity pump

    Pompa progressive cavity dapat digunakan pada berbagai macam jenis

    fluida kerja, dari fluida encer sampai dengan fluida berviskositas tinggi. Namun

    pompa ini tidak cocok dengan partikel-partikel solid. Untuk operasionalnya, pompa

    ini perlu dilakukan proses pengisian awal (priming) serta pembuangan udara yang

    terperangkap (venting) di dalamnya sebelum beroperasi. Hal ini bertujuan untuk

    memperpanjang umur pompa.

    e. Rotary Lobe Pump dan Rotary Piston Pump

    Pompa rotary lobe mirip dengan pompa roda gigi, hanya saja

    menggunakan semacam rotor berbentuk cuping (lobe). Terdapat dua rotor cuping

    di dalam casing pompa, yang keduanya digerakkan oleh sumber penggerak dan

    diatur sedemikian rupa oleh roda gigi yang berada di luar bodi pompa sehingga

    kedua rotor berputar seirama. Putaran dari rotor ini menimbulkan ruang kosong

    sehingga fluida dapat masuk ke dalamnya dan ikut berpindah ke sisi outlet. Pada

    sisi outlet kedua cuping rotor bertemu sehingga menutup rongga yang ada dan

    mendorong fluida kerja keluar melalui outlet pompa.

    Gambar 2.13. Rotary lobe pump

  • Pompa rotary piston adalah pengembangan dari pompa rotary lobe. Rotor

    pompa rotary piston didesain sedemikian rupa sehingga volume rongga pompa

    menjadi lebih luas. Selain itu pada sisi outlet pompa, rotor pompa tidak lagi

    menghimpit fluida kerja agar keluar seperti pada pompa rotary lobe, namun

    bentuk rotor pompa rotary piston akan mendorong fluida agar keluar ke sisi outlet

    pompa.

    Gambar 2.14. Rotary piston pump

    f. Vane Pump

    Dalam Bahasa Indonesia vane pump berarti pompa baling-baling. Pompa

    rotari ini menggunakan silinder di bagian rotor, pangkal silinder terpasang pegas

    yang terhubung dengan rotor pompa. Sumbu rotor tidak segaris dengan sumbu

    casing pompa, sehingga saat rotor berputar, silinder rotor akan mengikuti bentuk

    casing dan mendorong fluida kerja untuk menuju outlet pompa.

    Gambar 2.15. Vane Pump

  • g. Pompa Peristaltik

    Pompa tipe rotari yang terakhir adalah pompa peristaltik. Pompa jenis ini

    menggunakan prinsip kerja yang mirip dengan gerakan peristaltik pada

    kerongkongan. Pompa ini menggunakan semacam selang elastis sebagai saluran

    fluida kerja. Selang tersebut ditekan oleh rotor dengan ujung berupa roller sehingga

    membentuk gerakan dorongan.

    Gambar 2.16. Pompa peristaltik

    Pompa peristaltik awalnya banyak digunakan pada laboratorium-

    laboratorium saja, namun seiring dengan pengembangan teknologi karet, saat ini

    pompa peristaltik dapat digunakan untuk memompa bahan-bahan yang lebih

    berat termasuk bahan-bahan solid.

    2. Tipe Reciprocating

    Pompa resiprocating menggunakan piston yang bergerak maju-mundur

    sebagai komponen kerjanya, serta mengarahkan aliran fluida kerja ke hanya satu

    arah dengan bantuan check valve. Pompa positive displacement ini memiliki rongga

    kerja yang meluas pada saat menghisap fluida, dan akan mendorongnya dengan

    mempersempit rongga kerja tersebut. Dengan bantuan check valve untuk mengatur

    arah aliran fluida, maka akan terjadi proses pemompaan yang harmonis. Pompa

    resiprocating terdiri atas beberapa macam, yaitu :

    a. Pompa piston

    Pompa ini menggunakan piston untuk menghisap dan mendorong fluida

    kerja. Jumlah dari piston tergantung dari desain pabrikan yang menyesuaikan pula

    dengan kebutuhan sistem. Semakin sedikit jumlah piston pada pompa piston, maka

  • akan semakin tidak stabil pula besar debit aliran air yang keluar dari pompa ini.

    Untuk mendapatkan aliran fluida yang stabil dapat dipergunakan pressure relief

    valve atau pompa dengan piston lebih banyak.

    Gambar 2.17. Pompa Piston

    b. Plunger pump

    Pompa jenis ini mirip dengan pompa piston. Yang membedakan adalah

    pompa ini tidak menggunakan piston, bagian pompa yang mendorong fluida tidak

    secara penuh memenuhi ruangan silinder. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar

    perbedaan antara pompa piston dengan pompa plunger berikut ini.

    Gambar 2.18. Perbedaan piston pum dan plunger pump

  • c. Pompa Diafragma

    Pompa ini juga mirip dengan pompa piston namun komponen pompa yang

    melakukan gerakan maju-mundur adalah diafragma yang terhubung dengan engkol

    penggerak. Diafragma akan bergerak maju dan mundur untuk menciptakan

    perubahan rongga ruang di dalam pompa. Dengan bantuan check valve maka aliran

    fluida kerja dapat terjadi.

    Gambar 2.19. Pompa Diafragma

    Pompa diafragma umumnya beroperasi pada tekanan yang lebih rendah

    daripada pompa piston maupun pompa plunger. Namun, karena desainnya yang

    unik, pompa diafragma dapat terus beroperasi sekalipun suatu saat tidak ada fluida

    yang mengalir di dalamnya. Dan secara otomatis apabila fluida kerja tersedia lagi,

    pompa ini dapat secara alami melakukan pengisian fluida (priming) dan

    pengeluaran udara (venting).

    d. Swashplate Pump

    Jenis pompa yang terakhir akan kita bahas adalah pompa swashplate.

    Pompa ini merupakan pengembangan dari pompa piston. Beberapa piston disusun

    secara sejajar dengan ujung yang satu terhubung dengan plate tegak, sedangkan

    ujung yang lain terhubung dengan plate miring. Saat poros pompa berputar piston-

    piston yang terusun sejajar tadi ikut berputar sehingga menghasilkan gerakan maju-

    mundur.

  • Gambar 2.20. Swash plate pump

    2.1.4 Karakteristik Pompa Berdasarkan Head

    Setiap pompa yang dibuat oleh produsen memiliki karakteristik yang

    berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan desain pembuatannya. Hal ini dipengaruhi

    oleh ukuran besar dan desain pompa, ukuran dari diameter impeler, serta besar

    putaran operasionalnya. Karakteristik sebuah pompa ditunjukkan melalui sebuah

    kurva Head vs. Debit pompa.

    Gambar 2.21. Kurva head vs flow rate pompa

    Kurva karakteristik pompa di atas juga biasa dikenal di dunia engineering

    dan industri sebagai Kurva Performa Pompa.

    Jika pada sebuah pompa tertentu dijaga konstan putaran porosnya, maka

    kita dapat menggeser kurva performansinya dengan cara memvariasikan besar

    diameter impellernya.

  • Gambar 2.22. Head vs capacity pompa dengan diameter impeller bervariasi

    Begitu pula jika kita menjaga diameter impeller pompa pada kondisi

    konstan, lalu kita memvariasikan besar putaran porosnya, maka kita juga dapat

    menggeser kurva performansi pompa ke kanan maupun ke kiri.

    Gambar 2.23 head vs capacity dengan putaran poros bervariasi

    Pemvariasian kondisi pompa di atas memang tampak kurang lazim.

    Namun di dunia industri hal tersebut menjadi hal yang lumrah. Pada Pembangkit

    Listrik Tenaga Uap misalnya, pompa utama yang mensupply air menuju boiler

  • harus dapat memvariasikan besar debit air yang dikeluarkan sesuai dengan

    kebutuhan uap air yang akan diproduksi boiler. Perubahan beban listrik maka

    kebutuhan uap airnya juga berbeda-beda. Pemvariasian putaran pompa menjadi

    solusi yang masuk akal untuk digunakan pada industri ini.

    2.1.5 Klasifikasi Pompa Sentrifugal Menurut Jumlah Tingkatnya

    1. Pompa Satu Tingkat

    Pompa ini hanya mempunyai satu impeler. Head total yang ditimbulkan

    hanya berasal dari satu impeler, jadi relatif rendah, namun konstruksinya relatif

    sederhana.

    Gambar 2.24. Pompa sentrifugal satu tingkat

    2. Pompa Bertingkat Banyak

    Pompa ini menggunakan beberapa impeler yang dipasang secara berderet

    (seri) pada satu poros. Zat cair yang keluar dari impeler pertama dimasukkan ke

    impeler berikutnya dan seterusnya hingga impeler terakhir. Head total pompa ini

    merupakan jumlahan dari head yang ditimbulkan oleh masingmasing impeler

    sehingga relatif tinggi.

    Gambar 2.25. Pompa sentrifugal bertingkat banyak

  • 2.1.6 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal

    Gambar 2.26. Bagian-bagian pompa sentrifugal

    Keterangan:

    A. Stuffing Box: Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah

    dimana poros pompa menembus casing.

    B. Packing: Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari

    casing pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.

    C. Shaft: Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama

    beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar lainnya.

    D. Shaft Steeve: Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi

    dan keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage

    joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.

    E. Vane: Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.

    F. Casing: Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai

    pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane), inlet

    dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan

    mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage).

    G. Eye of Impeller: Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.

    H. Impeller: Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa

    menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu,

    sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi

    kekosongan akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.

  • I. Casing Wear Ring: Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan

    yang melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan

    cara memperkecil celah antara casing dengan impeller.

    J. Bearing: Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari

    poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial. Bearing

    juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap pada

    tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.

    K. Discharge Nozzle: Berfungsi untuk menambah kecepatan aliran keluar pompa

    2.1.7 Head Pompa

    Head pompa adalah sebuah satuan linier vertikal untuk menunjukkan

    ketinggian maksimum sebuah pompa spesifik saat memompa fluida menuju

    outletnya. Umumnya yang menjadi pertanyaan kita di awal mempelajari pompa

    adalah Mengapa satuan yang digunakan adalah meter (SI) atau feet (CGS), dan

    bukan satuan tekanan?

    Jawabannya sangat sederhana, sebuah pompa dengan spesifikasi tertentu

    akan menghasilkan meter ketinggian (head) yang sama sekalipun memompa

    berbeda-beda fluida dengan massa jenis yang berbeda-beda pula. Di sisi lain, ia

    akan menghasilkan tekanan yang berbeda antara fluida-fluida tersebut sesuai

    dengan massa jenisnya.

    Gambar 2.27. Tekanan keluaran pompa pada dua fluida yang berbeda

    Jika ada dua pompa yang identik memompa dua fluida yang berbeda massa

    jenisnya, pembacaan tekanan di sisi keluaran pompa akan berbeda sekalipun di titik

    ketinggian yang sama. Oleh karena itulah digunakan satuan meter ketinggian

    untuk merepresentasi besar head pompa.

  • 2.2 Teori Khusus

    2.2.1 Pompa Sentrifugal

    Pompa sentrifugal bekerja berdasarkan prinsip gaya sentrifugal yaitu

    bahwa benda yang bergerak secara melengkung akan mengalami gaya yang

    arahnya keluar dari titik pusat lintasan yang melengkung tersebut. Besarnya gaya

    sentrifugal yang timbul tergantung dari masa benda, kecepatan gerak benda, dan

    jari-jari lengkung lintasannya.

    Impeller adalah semacam piringan berongga dengan sudu-sudu

    melengkung di dalamnya dan dipasang pada poros yang digerakkan oleh motor

    listrik, mesin uap atau turbin uap. Pada bagian samping dari impeller dekat dengan

    poros, dihubungkan dengan saluran isap, dan cairan (air, minyak, dll) masuk ke

    dalam impeller yang berputar melalui saluran tersebut. Dan karena gerakan berputar

    dari impeller maka cairan yang terdapat pada bagian tersebut ikut berputar akibat

    gaya sentrifugal yang terjadi, air didesak keluar menjauhi pusat, dan masuk dalam

    ruangan antara keliling impeller bagian luar dan rumah pompa, dan menuju ke

    saluran keluar.

    Cairan dipaksa menuju sebuah impeler oleh tekanan atmosfir, atau dalam

    hal ini jet pump oleh tekanan buatan. Baling-baling impeler meneruskan energi

    kinetik ke cairan, sehingga menyebabkan cairan berputar. Cairan meninggalkan

    impeler pada kecepatan tinggi. Impeler dikelilingi oleh volute casing atau dalam

    hal pompa turbin digunakan cincin diffuser stasioner. Volute atau cincin diffuser

    stasioner mengubah energi kinetik menjadi energi tekanan.

    Gambar 2.28. Pompa Sentrifugal

  • 2.2.2 Head Losses pada Pipa

    Kerugian tinggi-tekan terdiri atas kerugian tinggi-tekan mayor dan minor,

    atau head losses mayor dan head losses minor. Head losses mayor disebabkan

    karena kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan head losses minor disebabkan karena

    kerugian di dalam belokan-belokan, reduser, katup-katup, dan sebagainya.

    1. Head Losses Mayor

    Untuk menghitung kerugian gesek antara dinding pipa dengan aliran fluida

    tanpa adanya perubahan luas penampang di dalam pipa dapat dipakai rumus Darcy

    yang secara matematis ditulis sebagai berikut:

    = 2

    2

    dengan:

    hf = head loss mayor (m)

    f = koefisien gesekan

    L = panjang pipa (m)

    D = diameter dalam pipa (m)

    v = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)

    g = percepatan gravitasi (m/s2)

    2. Head Losses Minor

    Secara umum head losses minor dinyatakan secara umum dengan rumus:

    = 2

    2

    dengan:

    h = head loss minor

    K = koefisien resistansi valve atau fitting berdasarkan bentuk dan ukuran

    v = kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/s)

    g = percepatan gravitasi (m/s2)

  • 2.2.3 V-Notch Weir

    Adalah alat untuk mengukur debit aliran air dengan memanfaatkan

    naiknya permukaan air akibat bertambahnya debit aliran. Secara sederhana

    digambarkan sebagai sebuah cek dan dengan alur yang berbentuk V. jika debit

    aliran bertambah, maka tinggi permukaan air dalam satuan V juga bertambah.

    Tinggi permukaan air dijadikan parameter untuk menghitung debit.

    Gambar 2.29. V-notch weir

    Debit yang melewati V-notch dirumuskan dengan:

    = 8

    15 2

    2

    52

    Dengan:

    Q = debit (m3/s)

    K = Konstanta

    g = percepatan gravitasi, 9.8 m/s2

    = sudut takik

    H = ketinggian

  • Dalam mendesain v-notch, perbandingan antara h dan p sangat perlu

    diperhatikan. Adapun ketentuan-ketentuannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Tabel v-notch

    Partially contracted Fully contracted

    hi/p 1,2 hi/p 0,4

    hi/B 0,4 hi/B 0,2

    0,05 m < hi 0,6 m 0,05 < hi 0,38 m

    p 0,01 m

    B1 0,06 m

    p 0,045 m

    B1 0,09 m

  • BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1 Diagram Alir

    Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

    Mulai

    Studi Literatur

    Studi Lapangan

    Pengujian

    Pengambilan Data

    Hasil dan Pembahasan

    Kesimpulan

    Selesai

  • 3.2 Skema Alat Uji

    Alat uji diilustrasikan seperti pada Gambar 3.2.

    Gambar 3.2 Skema alat uji

    3.3 Bagian-bagian Alat Uji

    Alat yang digunakan dalam percobaan karakteristik pompa dan instalasi

    dapat dilihat pada Gambar 3.2

    Gambar 3.3. Skema alat pengujian karakteristik pompa dan instalasi

    1

    2

    3

    4

    5

    6 7 8

    9

    10

    11

  • Keterangan:

    1. Bak penampung air: untuk menampung air dari v-notch

    2. Pompa 3: Pompa ke 3 yang akan diuji karateristiknya

    3. Pompa 2: Pompa ke 2 yang akan diuji karakteristiknya

    4. Pompa 1: Pompa ke 1 yang akan diuji karakteristiknya

    5. Katub pengatur aliran: untuk membuka atau menutup jalur pipa

    6. Pipa: untuk mengalirkan fluida

    7. Pressure Gauge: untuk mengukur tekanan dalam pipa

    8. Gate valve: untuk mengatur tekanan dan debit aliran

    9. Rangka: temapat semua alat bertumpu

    10. V-notch: alat ukur debit

    11. Pipa pengalir: untuk mengalirkan air dari v-notch ke bak penampung

    3.4 Alat Ukur Adapun alat ukur yang digunakan pada pengujian karakteristik pompa

    adalah:

    1. Pressure gauge

    Digunakan untuk mengukur tekanan dalam pipa.

    Gambar 3.4 Pressure gauge

  • 2. V-notch weir

    Adalah alat yang digunakan untuk mengukur debit aliran yang dihasilkan

    oleh pompa

    Gambar 3.5. V-notch weir

    3. Mistar

    Digunakan untuk mengukur perubahan ketinggian air pada v-notch

    Gambar 3.6. Mistar

    4. Stopwatch

    Digunakan untuk mengukur lama waktu pompa dihidupkan. Dalam

    percobaan ini lama pompa dihidupkan adalah 1 menit. Stopwatch yang digunakan

    adalah stopwatch yang terdapat pada hp.

    Gambar 3.7. Stopwatch

  • 3.5 Asumsi-asumsi

    1. Pada karakteristik pompa, semakin besar head, maka debit yang

    dihasilkan akan semakin besar

    2. Performa setiap pompa adalah sama

    3. Pompa yang lebih banyak akan menghasilkan debit yang lebih

    banyak.

    3.6 Prosedur Percobaan

    1. Hubungkan pompa ke sumber listrik

    Menggunakan kabel yang terhubung dengan motor pada pompa, dimana

    ujungnya berupa colokan.

    Gambar 3.8. Menghubungkan pompa ke sumber listrik

    2. Kenali pompa 1, pompa 2 dan pompa 3

    Dilakukan agar lebih mudah menganalisa masing-masing pompa

    Gambar 3.9. Pompa 1, 2 dan 3

    Pompa 1

    Pompa 2

    Pompa 3

  • 3. Posisikan katup pengatur debit (tipe gate valve) terbuka penuh

    Gambar 3.10. Gate valve terbuka penuh

    4. Posisikan katup pembuka dan penutup aliran pompa 1 terbuka penuh

    Gambar 3.11. Katub pompa 1 terbuka penuh

    5. Tutup katup pompa 2 dan 3 (untuk pengujian pompa 1)

    Gambar 3.12. Tutup katub pompa 2 dan 3

    Terbuka penuh

  • 6. Catat posisi ketinggian awal air pada v-notch

    Gambar 3.13. Catat ketinggian awal air

    7. Atur keran tipe gate valve pengatur debit

    Gambar 3.14. Atur gate valve

    8. Hidupkan pompa 1 dengan menekan sakelarnya

    Biarkan selama 1 menit.

    Gambar 3.15. Hidupkan pompa 1

  • 9. Ukur ketinggian akhir air pada v-notch

    Dilakukan setelah pompa telah dihidupkan selama 1 menit.

    Gambar 3.16. Ketinggian akhir air

    10. Catat besar tekanan pada pressure gauge

    Juga dilakukan setelah pompa dihidupkan selama 1 menit

    Gambar 3.17. Besar tekanan yang ditunjukkan pressure gauge

  • 11. Ulangi prosedur 6-10 untuk posisi gate valve yang bervariasi

    12. Ulangi langkah 1-11 untuk pompa 2 dan pompa 3 dengan posisi masing-

    masing katup menyesuaikan

    13. Ulangi langkah 1-11 untuk kombinasi keseluruhan pompa dengan

    keseluruhan katup pompa terbuka.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Tabel 4.1. Hasil pengujian performa pompa 1

    No. P (Psi) H V-Notch (cm)

    1 4 1.6

    2 10 1.4

    3 19 1.3

    4 24 1.1

    Tabel 4.2. Hasil pengujian performa pompa 2

    No. P (Psi) H V-Notch (cm)

    1 9 2.4

    2 11 2.2

    3 14 2

    4 21 1.3

    Tabel 4.3. Hasil pengujian performa pompa 3

    No. P (Psi) H V-Notch (cm)

    1 2 0.6

    2 5 0.4

    3 8 0.3

    4 10 0.1

    Tabel 4.4. Hasil pengujian performa pompa kombinasi

    No. P (Psi) H V-Notch (cm)

    1 16 2.1

    2 19 1.9

    3 20 1.6

    4 24 1.3

  • 4.2 Perhitungan

    4.2.1 Perhitungan debit

    Persamaan yang digunakan adalah:

    = 8

    15 2

    2

    52

    Diketahui: K= 1, g = 9.8 m/s2, =900, H = tinggi air pada v-notch

    1. Debit pompa 1, percobaan 1

    H = 1.6 cm = 0.016 m

    = 1 8

    15 2 9.8

    90

    2 0.016

    5

    2 = 7.64587 105 3/

    2. Debit pompa 2, percobaan 1

    H = 2.4 cm = 0.024 m

    = 1 8

    15 2 9.8

    90

    2 0.024

    5

    2 = 2.10695 104 3/

    3. Debit pompa 3, percobaan 1

    H = 0.6 cm = 0.006 m

    = 1 8

    15 2 9.8

    90

    2 0.006

    5

    2 = 6.58423 106 3/

    4. Debit pompa kombinasi, percobaan 1.

    H = 2.1 cm = 0.021 m

    = 1 8

    15 2 9.8

    90

    2 0.021

    5

    2 = 1.50895 104 3/

  • Dari hasil perhitungan, didapat nilai debit pada seluruh percobaan.

    Seperti terlihat pada tabel berikut:

    Tabel 4.5. Hasil perhitungan debit pompa 1

    No. P (Pa) Q (m3/s)

    1 27579.04 7.64587 x 10-5

    2 68947.6 5.47579 x 10-5

    3 131000.44 4.54972 x 10-5

    4 165474.24 2.99646 x 10-5

    Tabel 4.5. Hasil perhitungan debit pompa 2

    No. P (Pa) Q (m3/s)

    1 62052.84 0.000210695

    2 75842.36 0.000169505

    3 96526.64 0.000133568

    4 144789.96 4.54972 x 10-5

    Tabel 4.5. Hasil perhitungan debit pompa 3

    No. P (Pa) Q (m3/s)

    1 13789.52 6.58423 x 10-6

    2 34473.8 2.38933 x 10-6

    3 55158.08 1.16394 x 10-6

    4 68947.6 7.46667 x 10-8

    Tabel 4.5. Hasil perhitungan debit pompa kombinasi

    No. P (Pa) Q (m3/s)

    1 110316.16 0.000150895

    2 131000.44 0.000117493

    3 137895.2 7.64587 x 10-5

    4 165474.24 4.54972 x 10-5

  • 4.3 Grafik

    Grafik 4.1. Debit vs tekanan pompa 1

    Grafik 4.2. Debit vs tekanan pompa 2

    Grafik 4.3. Debit vs tekanan pompa 3

  • Grafik 4.4. Debit vs tekanan pompa kombinasi

    Grafik 4.5. perbandingan performa pompa 1, 2, 3 dan kombinasi

    0

    20000

    40000

    60000

    80000

    100000

    120000

    140000

    160000

    180000

    0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025

    Teka

    nan

    , P (

    Pa)

    Debit, Q (m3/s)

    Perbandingan Performa Pompa 1, 2 3, dan Kombinasi

    Pompa 1 Pompa 2 Pompa 3 Pompa Kombinasi

  • 4.4 Pembahasan

    Pada pompa 1, debit paling besar yaitu 7.64587 x 10-5 m3/s didapat pada saat

    tekanan terkecil, yaitu 27579.04 Pascal. Seiring dengan penurunan tekanan, terjadi

    penambahan debit, dengan kata lain hubungan antara debit dan tekanan alah

    berbanding terbalik atau jika dikaitkan dengan kurva, maka kurva hubungan

    keduanya adalah kurva linear negatif. Selisih antara debit terbesar dan terkecil yaitu

    4.64941 x 10-5 m3/s.

    Pada pompa 2, debit paling besar yaitu 2.10695 x 10-4 m3/s, terjadi saat

    tekanan terkecil yaitu 62052.84 Pascal. Debit terkecil yaitu 4.54972 x 10-5 m3/s

    terjadi saat tekanan terbesar yaitu 144289.96 Pascal. Selisih antara debit terbesar

    dan terkecil yaitu 1.65198 x 10-4 m3/s.

    Pada pompa 3, debit terbesar yaitu 6.58423 x 10-6 m3/s terjadi pada saat

    tekanan terkecil 110316.16 Pascal. Pada percobaan selanjutnya, seiring dengan

    penambahan tekanan, besar debit semakin kecil. Debit paling kecil yaitu 7.46667 x

    10-8 m3/s terjadi saat tekanan terbesar, yaitu 68947.6 Pascal. Selisih antara debit

    terkecil dan terbesar pada pompa 3 yaitu 6.50956 x 10-6 m3/s. Dari selisih tersebut

    dapat diketahui bahwa peningkatan performa pompa 3 sangat kecil.

    Pada pompa kombinasi ( pompa 1, pompa 2 dan pompa 3 dihidupkan

    bersamaan) didapat nilai debit terbesar 1.50895 x 10-4 m3/s saat tekanan terkecil

    110316.16 Pa. Tekanan terbesar yaitu 165474.24 Pa menghasilkan debit terkecil

    yaitu 4.54972 x 10-5 m3/s. Selisih antara debit terbesar dan terkecil yaitu 1.05398

    m3/s.

    Dari keempat percobaan menggunakan pompa 1, pompa 2, pompa 3 dan

    kombinasi ketiganya didapat bahwa pompa 2 menghasilkan debit terbesar, diikuti

    pompa kombinasi, pompa 1 dan debit terkecil dihasilkan oleh pompa 3. Tetapi jika

    ditinjau pada tekanan yang sama, pompa kombinasi menghasilkan debit yang paling

    besar diantara keempat sistem pompa, diikuti oleh pompa 2, pompa 1 dan terkecil

    pompa 3.

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    1. Debit paling besar dihasilkan oleh pompa 2 yaitu 2.10695 x 10-4 m3/s diikuti

    oleh pompa kombinasi yaitu 1.50895 x 10-4 m3/s dan kemudian pompa 1

    yaitu 7.64587 x 10-5 m3/s dan terakhir pompa 3 dengan debit 6.58423 x10-6

    m3/s

    2. Pada tekanan yang sama pompa yang menghasilkan debit paling besar

    adalah pompa kombinasi, diikuti dengan pompa 2, pompa 1 dan terakhir

    pompa 3.

    3. Pompa kombinasi memiliki performa paling tinggi diikuti oleh pompa 2,

    pompa 1 dan performa terburuk oleh pompa 3.

    5.2. Saran

    1. Sebaiknya saat menguji debit aliran, tekanan pompa 1, 2, dan 3

    dikondisikan konstan

    2. Tambah pressure gauge dan gantikan pressure gauge yang lama dengan

    yang lebih sensitive

  • Daftar Pustaka

    Anonimous. 2015. Modul Praktikum Prestasi Mesin. Bengkulu: Lab. Konversi

    Energi

    Anonimous. 16 mei 2015. Pompa Sentrifugal (Centrifugal Pumps).

    http://mechanicalsains.blogspot.com/2011/11/pompa-ini-digerakkan-

    oleh-motor.html

    Anonimous. 16 mei 2015. Pompa Sentrifugal.

    http://www.sandaipump.com/INFORMATION/info%20pompa%20sentri

    fugal%202.html

    Hendrayudi. 16 mei 2015. Kerugian Tinggi-Tekan (Head Losses).

    https://ilmupembangkit.wordpress.com/2013/05/11/kerugian-tinggi-

    tekan-head-losses/

    Technoart staff. 16 mei 2015. Macam-macam pompa positive displacement.

    http://artikel-teknologi.com/macam-macam-pompa-positive-

    displacement/

    Tecnoart staff. 16 mei 2015. Macam-macam pompa. http://artikel-

    teknologi.com/pompa-2-macam-macam-pompa/

    Technoart staff. 16 mei 2015. Dasar-dasar Pompa (2): Kurva Karakteristik Pompa.

    http://artikel-teknologi.com/dasar-dasar-pompa-2-kurva-karakteristik-

    pompa/

    Technoart staff. 16 mei 2015. Dasar-dasar Pompa. http://artikel-

    teknologi.com/dasar-dasar-pompa/