Page 1
i
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI)
KARAKTERISTIK FISIK NANOPARTIKEL IBUPROFEN
Tim Pengusul :
Ketua Peneliti (Pramulani Mulya Lestari, M.Farm., Apt NIDN 0301118401)
Nomor Surat Kontrak Penelitian : 526/F.03.07/2017
Nilai Kontrak : Rp. 12.000.000,00
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
TAHUN 2018
Page 5
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. . iv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. . v
IDENTITAS USULAN PENELITIAN ……………………………………. . vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
A. Ibuprofen ................................................................................................ 3
B. Nanopartikel .......................................................................................... 4
C. Road Map Penelitian .............................................................................. 8
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 9
A. Alur Penelitian ........................................................................................ 9
B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 9
C. Alat dan Bahan ....................................................................................... 9
D. Prosedur Penelitian ................................................................................. 10
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ . 12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ . 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 19
iii
Page 6
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Formula Nanosuspensi Ibuprofen ……………………………….. 10
Tabel 2. Hasil Evaluasi Nanosuspensi Ibuprofen …………………………. 15
iv
Page 7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rumus Bangun Ibuprofen …………………………………… 4
Gambar 2. Hasil Evaluasi SEM setelah Ibuprofen di Milling ………… 12
Gambar 3. Diagram Ukuran Partikel Nanosuspensi Ibuprofen ………. 12
Gambar 4. Grafik Viskositas Nanosuspensi Ibuprofen ……………….. 14
Gambar 5. Grafik pH Nanosuspensi Ibuprofen ……………………….. 14
v
Page 8
IDENTITAS USULAN PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Karakteristik Fisik Nanopartikel Ibuprofen
2. Tim Peneliti :
No Nama Jabatan Bidang
Keahlian
Institusi
asal
Alokasi
waktu
(jam/minggu
1 Pramulani Mulya
Lestari, M. Farm., Apt Ketua
Teknologi
Farmasi UHAMKA 10
2 Septiana Tri Pamungkas,
S.Si., Apt. Anggota
Teknologi
Farmasi UHAMKA 8
3. Objek Penelitian : Nanopartikel Ibuprofen
4. Masa Pelaksanaan : mulai tahun 2017, berakhir tahun 2018
5. Usulan Biaya : Rp. 12.000.000
6. Instansi lain yang terlibat : UHAMKA
7. Temuan yang ditargetkan : Nanopartikel yang memenuhi persyaratan
karakteristik fisik
8. Kontribusi mendasar suatu bidang ilmu : Teknologi Farmasi
9. Rencana luaran yang menjadi sasaran : Pemakalah Forum Ilmiah atau Jurnal
Nasional berISSN
vi
Page 9
ABSTRAK
Ibuprofen termasuk salah satu dari golongan obat antiinflamasi nonsteroid
(AINS) yang banyak digunakan sebagai analgesik, antiinflamasi dan antipiretik.
Ibuprofen sering digunakan tetapi obat ini memiliki permasalahan kelarutan pada
proses formulasi. Karakteristik ibuprofen termasuk dalam Biopharmaceutics
Classification System (BCS) kelas II dengan ciri sifat permeabilitas tinggi dan
kelarutannya rendah (Amidon dkk., 1995). Teknik yang digunakan untuk
memperbaiki kelarutan obat BCS kelas II antara lain dengan penggunaan
kosolven, pembentukan kompleksasi, dan pendekatan melalui prodrug(Agoes,
2012) serta tehnologi nano. Nanosuspensi adalah dispersi koloidal partikel obat
ukuran nano yang distabilkan oleh surfaktan (Lakhsmi, et al., 2010).
Nanosuspensi ibuprofen dibuat menjadi 3 formula yang masing-masing terdiri
dari HPMC 0,5%, 0,75% dan 1%. Ibuprofen yang dipergunakan, diperkecil
ukurannya menggunakan teknik ballmill selama 10 jam. Setelah itu, ibuprofen
tersebut didispersikan ke dalam HPMC yang telah dikembangkan, lalu dilakukan
evaluasi. Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa ukuran partikel ibuprofen pada
nanosuspensi ibuprofen memenuhi persyaratan suatu nanosuspensi dengan proses
sonikasi selama 15 dan 30 menit.
Keyword : ibuprofen, nanopartikel, nanosuspensi, HPMC
vii
Page 10
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibuprofen ketika digunakan secara oral akan diabsorpsi secara cepat oleh usus
dengan konsentrasi puncak dalam plasma terjadi dalam waktu1-2 jam. Ibuprofen
akanterikat oleh protein plasma sekitar 90-99%. Ibuprofen sering digunakan tetapi
obat ini memiliki permasalahan kelarutan pada proses formulasi. Karakteristik
ibuprofen termasuk dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) kelas II
dengan ciri sifat permeabilitas tinggi dan kelarutannya rendah (Amidon dkk.,
1995). Obat yang termasuk dalam karakteristik BCS kelas II memiliki ciri
bioavailabilitas obat tergantung pada jenis sediaan dan kecepatan pelepasan zat
aktifnya. Teknik yang digunakan untuk memperbaiki kelarutan obat BCS kelas II
antara lain dengan penggunaan kosolven, pembentukan kompleksasi, dan
pendekatan melalui prodrug (Agoes 2012) serta teknologi nano.
Kelarutan suatu bahan obat merupakan faktor penentu dalam keberhasilan
proses preformulasi dan formulasi sediaan obat yang dapat mempengaruhi
bioavailabilitas dalam proses terapi. Sebelum obat diabsorpsi oleh tubuh, obat
harus mengalami proses pelarutan terlebih dahulu. Setelah obat sudah terlarut,
maka obat akan dapat mengalami proses absorpsi, sehingga pada akhirnya dapat
memberikan efek farmakologi yang diinginkan dalam jangka waktu tertentu
(Florence dan Attwood 2006).
Nanoteknologi merupakan pendekatan dari abad ke 21 yang berkaitan
dengan cara memproduksi partikel dalam ukuran nano (Chingunpituk J. 2011).
Pembuatan sistem berstruktur nano diharapkan mampu untuk memperkuat aksi
obat sehingga dapat menurunkan dosis dan efek samping, serta meningkatkan
bioaktivitas (Bailey MM, Berkland CJ. 2009). Pada penelitian ini, akan dirancang
pembuatan nanopartikel ibuprofen dengan HPMC sebagai polimer.
1
Page 11
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah Apakah Ibuprofen dapat
dibuat nanopartikel dan menjadi bentuk sediaan nanosuspensi.
C. Tujuan Penelitian
Hidroksi Propil Metil Celulosa dapat digunakan sebagai pembawa pada
nanopartikel Ibuprofen yang memenuhi persyaratan karakteristik fisik yang telah
ditentukan.
D. Manfaat Penelitian
Ukuran partikel yang dikurangi hingga 100 nm, sifat partikel akan berubah.
Berkurangan ukuran partikel akan meningkatkan kelarutan obat sehingga dapat
meningkatkan bioavaibilitas obat dalam tubuh. Oleh karena itu pengembangan
obat berukuran nano, dengan menggunakan teknik milling dapat membuat
nanokristal.
2
Page 12
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan suatu bahan obat yang memiliki kelarutan yang buruk
dalam air atau praktis tidak larut dalam air (Hadisoewignyo 2011). Selain itu
ibuprofen mempunyai daya kohesifitas yang tinggi sehingga menghasilkan daya
alir yang jelek. Ibuprofen termasuk salah satu dari golongan obat antiinflamasi
nonsteroid (AINS) yang banyak digunakan sebagai analgesik, antiinflamasi dan
antipiretik.
Ibuprofen merupakan obat kelas II berdasarkan Biopharmaceutics
Classification System (BCS). Obat-obat golongan BCS kelas II menunjukkan
permeabilitas yang tinggi dan kelarutan yang rendah. Obat-obat dengan kelarutan
rendah memiliki disolusi yang rendah. Obat-obat dengan disolusi rendah menjadi
suatu permasalahan dalam industri farmasi karena pada umumnya obat diabsorpsi
dari saluran cerna dengan mekanisme difusi pasif sehingga kecepatan disolusi
obat akan menurun. Penelitian sebelumnya menyebutkan disolusi ibuprofen
meningkat jika ukuran partikelnya diperkecil ke skala nano (dibandingkan
dengan ibuprofen baku) (Sofwan 2013).
Ibuprofen turunan asam propionat dengan efek analgesik, antipiretik dan
antiinflamasi yang menonjol, mencerminkan suatu penghambatan dari sintesis
prostaglandin. Turunan asam propionate sama bergunanya dengan salisilat dalam
mengobati berbagai bentuk arthritis termasuk osteoarthritis, rheumatoid arthritis,
arthritis gout akut (Sofwan 2013).
Rumus molekul : C13H18O2
Beratmolekul : 206,28
3
Page 13
i
Pemerian : Serbuk hablur ; putih hingga hamper putih ; barbau khas
lemah
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam
aseton dan dalam kloroform; sukar larut dalam etilasetat;
praktis tidak larut dalam air (Anonim 2014).
Gambar 1. Rumus Bangun Ibuprofen (Bushradan Aslam 2010)
B. Nanopartikel
Nanoteknologi mempunyai peran penting dalam program penemuan obat dan
sistem penghantaran obat. Nanopartikel adalah partikel berukuran 1 – 1000 nm.
Nanopartike; dalam faramasi memiliki dua pengertian yaitu senyawa obat yang
melalui suatu cara tertentu dibuat berukuran nanometer yang disebut nano Kristal
dan senyawa obat yang dienkapsulasi dalam suiatu system pembawa tertentu
berukuran nm yang disebut nanocarrier (Rachmawati 2007).
1. Nanokristal
Nanokristal adalah gabungan dari banyak molekul yang membentuk suatu
kristal, merupakan senyawa obat murni dengan penyaluran tipis menggunakan
surfaktan. Nanokristal tidak membutuhkan banyak surfaktan agar stabil karena
gaya elektrostatik sehingga mengurangi kemungkinan keracunan oleh bahan
tambahan (Rawat et al., 2006).
Berkurangnya ukuran partikel dapat mempengaruhi efesiensi distribusi obat
dalam tubuh karena dengan berkurangnya ukuran partikel dapat meningkatkan
disolusi dan kejenuhan larutan yang berhubub=ngan dengan peningkatan kinerja
obat secara in vivo. Jadi secara umum obat – obat nanokristal tidak sama dengan
senyawa obat dalam ukuran partikel yang lebih besar (Rachmawati 2007).
4
Page 14
2. Nanocarrier
Nanocarrier merupakan suatu sIstem pembawa dalam ukuran nanometer.
Nanocarrier meliputi :
a. Nanotube
b. Liposom
c. Nanopartikel Lipid Padat
d. Misel
e. Dendrimer
f. Nanopartikel Polimerik
Nanosuspensi adalah dispersi koloidal partikel obat ukuran nano yang
distabilkan oleh surfaktan (Lakhsmi et al., 2010). Dalam 10 tahun terakhir ini
telah dikembangkan pendekatan lain untuk meningkatkan kelarutan dan kecepatan
pelarutan senyawa aktif farmasi, yaitudengan mereduksi ukuran partikel senyawa
aktif farmasi sampai ke ukuran yang ada dalam rentang nanometer atau
submikron. Penurunan ukuran partikel tersebut berarti peningkatan luas
permukaan, peningkatan kecepatan pelarutan dan dapat pula meningkatkan
kelarutan senyawa aktif farmasi tersebut dalam air. Beberapa senyawa aktif
farmasi dapat ditingkatkan bioavailabilitasnya setelah mereduksi ukuran
partikelnya menjadi ukuran nanometer (Mauludin et al., 2010).
Tujuan pembuatan nanopartikel antaralain untuk meningkatkan stabilitas
senyawa aktif, memperbaiki system penghantaran obat, memperbaiki absorpsi
senyawa, menutupi rasa dan bau yang tidak menyenangkan serta meningkatkan
kelarutan.
Beberapa kelebihan nanopartikel adalalah kemampuan untuk menembus
ruang-ruang antar sel yang dapat ditembus oleh partikel koloidal. Selain itu,
nanopartikel fleksibel untuk dikombinasikan dengan berbagai teknologi lain.
Kemampuan ini membuka potensi luas untuk dikembangkan pada berbagai
keperluan dan target. Kelebihan lain adalah adanya peningkatan afinitas dari
system karena peningkatan luas permukaan kontak pada jumlah yang sama
(Buzea et al., 2007).
Pemilihan metode pembuatan nanopartikel bergantung pada polimer dan sifat
obat. Secara konvensional nanopartikel dibuat dengan dua metode, yaitu
6
5
Page 15
polimerisasi monomer sintesis dan dispersi polimer sintesis. Pada dasarnya,
monomer yang tidak larut air didispersikan dalam air kemudian polimerisasi
dikendalikan dengan penambahan inisiator kimia. Senyawa obat akan terjerat
dalam dinding polimer ketika ditambahkan dalam medium polimerisasi atau
diabsorpsi di permukaan partikel (Delie 2005).
Pembuatan nanopartikel dapat diklasifikasikan secara luas menjadi dua
kategori yaitu:
1. Proses top-down
Proses top-down terdiri atas pengurangan ukuran partikel dari partikel obat
yang besar menjadi partikel yang lebih kecil dengan menggunakan teknik
penggilingan yang bervariasi seperti penggilingan media, mikrofluidisasi dan
homogenisasi tekanan tinggi. Tidak ada pelarut keras yang digunakan dalam
teknik ini. Walaupun demikian, semua proses penggilingan media membutuhkan
energi yang tinggi dan tidak efisien. Pertimbangan terhadap banyaknya panas
yang dihasilkan dalam metode ini membuat pengolahan material yang termolabil
menjadi sulit (Patravale 2004).
2. Proses bottom up
Pembuatan bottom-up berupa pembentukan nanostruktur atom demi atom atau
molekul demi molekul. Pada pendekatan bottom-up, obat dilarutkan dalam pelarut
organik dan kemudian diendapkan pada penambahan antisolvent dalam adanya
stabilizer (Patravale 2004).
Penentuan karakteristik nanopartikel diperlukan untuk mendapat pengertian
mekanis dari perilaku nanopartikel. Hal ini dapat digunakan untuk memperkirakan
kinerja dan untuk merancang partikel, pengembangan formulasi dan mengatasi
masalah-masalah dalam proses pembuatan nanopartikel.
1. Sifat Organoleptis, Mengetahui morfologi dari nanopartikel yang
mempengaruhi sifat pelepasan zat aktif dari nanopartikel tersebut. Pengamatan
ini dapat dilakukan menggunakan mikroskop optic dengan perbesaran yang
disesuaikan. Pengamatan kejernihan dilakukan untuk mengetahui morfologi
dan ukuran dari nanocarrier secara visual. (Perdana 2007).
6
Page 16
2. Ukuran dan Distribusi Ukuran Nanopartikel Ukuran dan distribusi
nanopartikel diukur menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) menggunakan
prinsip Photon Correlation Spectroscopy dan Electrophoretic Light
Scattering. Rentang pengukuran dengan alat ini yaitu 0,6 μm – 7 nm (Coulter,
2008) Ukuran dan distribusi partikel merupakan karakteristik yang paling
penting dalam sistem nanopartikel. Hal ini digunakan untuk memperkirakan
distribusi secara in vivo, biologis, toksisitas, dan kemampuan membidik dari
sistem nanopartikel (Mohanraj, 2006). Penentuan ukuran dan distribusi ukuran
nanopartikel harus dilakukan karena mempengaruhi secara langsung keunikan
sifat nanopartikel. Metode yang dapat digunakan antara lain Dynamic Light
Scattering (DLS), Statis Light Scattering (SLS), NMR, turbidimetri, dan lain
sebagainya (Haskell 2006).
3. Morfologi Nanopartikel, Bentuk dan keadaan permukaan nanopartikel dapat
memberi informasi tentang sifat pelepasan obat. Dapat digunakan Scanning
Electron Microscopy (SEM), Transmission Electron Microscopy (TEM), dan
mikroskop daya atom (Haskell 2006).
4. Potensial Zeta. Potensial zeta biasanya digunakan untuk mengkarakterisasi
sifat muatan permukaan nanopartikel, berkaitan dengan interaksi elektrostatik
nanopartikel. Interaksi elektrostatik akan menentukan kecenderungan agregasi
dan tolak menolak. Potensial zeta adalah ukuran muatan permukaan partikel
yang tersebar dalam medium pendispersi. Idealnya, muatan potensial zeta
partikel harus lebih tinggi daripada medium pendispersi untuk mencegah
agregasi. Potensial zeta harus dapat dikendalikan (Vaughn dan Williams,
2007). Nanopartikel dengan nilai potensial zeta lebih kecil dari -30 mV dan
lebih besar dari +30 mV memiliki stabilitas lebih tinggi (Murdock et al.,
2008). Sistem dispersi dengan nilai zeta potensial yang rendah lebih mudah
membentuk agregat seiring dengan gaya Van der Waals dalam interaksi
partikel (Nanocomposix 2012).
7
Page 17
2018
C. Road Map Penelitian
Batch 2- 2017
Pengump
ulan
bahan
penelitian
Pembuatan
nanopartik
el
ibuprofen
Pembuatan
nanosuspe
nsi
ibuprofen
Evaluasi fisik
nanosuspensi
ibuprofen
Evaluasi
kimia
nanocarier
Ibuprofen
8
Page 18
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
A. Alur Penelitian
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Farmasi & Sains UHAMKA dan BATAN
Serpong.
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, alat-alat gelas, botol
timbang, timbangan analitik, Ultrasonik, Homogenizer, PSA, Ballmill. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibuprofen, Hidroksi Propil Metil
Selulosa (HPMC), aquadest.
Pengumpulan
bahan
penelitian
Orientasi
Pembuatan
nanokristal
ibuprofen
Pembuatan
nanokristal
Menentukan
ukuran
nanokristal
Pembuatan
nanosuspensi
ibuprofen
Evaluasi
nanosuspensi
Ibuprofen, etanol, HPMC, aquadest
Ibuprofen dibuat nanokristal dengan menggunakan ballmill, dilakukan
orientasi kecepatan dan lamanya waktu hingga didapat ukuran partikel yang
memenuhi standar
Pembuatan nanokristal berdasarkan hasil orientasi sebelumnya
Didapat ukuran 1.000 nm
Proses pembuatan nanosuspensi dengan HPMCsebagai polimer
1. Organoleptik 3. Viskositas
2. Ukuran Partikel 4. pH
3. kompresibilitas
4. Distribusi ukuran partikel
9
Page 19
D. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan dan Penyediaan Bahan
Ibuprofen didapat dari PT Indofarma Tbk. setelah itu di ball mill di BATAN,
Serpong, Tanggerang Selatan.
2. Formula
Tabel 1. Formula Nanosuspensi Ibuprofen
Bahan Formula
1
Formula
2
Formula
3
Formula
4
Formula
5
Formula
6
Ibuprofen 2,5 g 2,5 g 2,5 g 2,5 g 2,5 g 2,5 g
HPMC 0,5 % ad 500 g ad 500 g - - - -
HPMC 0,75 % - - ad 500 g ad 500 g - -
HPMC 1 % - - - - ad 500 g ad 500 g
Perlakuan Sonikasi
15 menit
Sonikasi
30 menit
Sonikasi
15 menit
Sonikasi
30 menit
Sonikasi
15 menit
Sonikasi
30 menit
3. Cara Pembuatan Formula
Serbuk Ibuprofen diperkecil ukuran partikel dengan ballmill selama 10 jam
hingga didapat ukuran partikel serbuk 1.000 nm. Selanjutnya ibuprofen
didispersikan ke dalam polimer HPMC. Polimer HPMC sebelumnya dilarutkan
dengan air dingin sampai semua bagian serbuk mengembang. Campuran serbuk
ibuprofen dengan larutan HPMC disonikasi dengan sonikator selama 15 menit &
30 menit untuk membentuk nanosuspensi. selanjutnya dihomogenizer dengan
kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit (Iskandarsyah 2010) dilakukan
pengukuran ukuran partikel nano.
4. Evaluasi nanopartikel
a. Ukuran dan Distribusi Ukuran Nanopartikel Ukuran dan distribusi
nanopartikel diukur menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) Penentuan
ukuran dan distribusi ukuran nanopartikel harus dilakukan karena
mempengaruhi secara langsung keunikan sifat nanopartikel.
b. Viskositas
Sediaan nanosuspensi dituang dalam wadah beaker glass sebanyak 400 mL,
selanjutnya dipasang spindle. Kemudian spindle diturunkan ke dalam sediaan
hingga batas yang ditentukan. Pengukuran dilakukan dengan viskometer
10
Page 20
Brookfield tipe LV pada spindle 3 dan kecepatan 50 rpm. Catat angka yang
menunjukkan nilai viskositas.
c. pH
Tingkat keasaman (pH) diukur menggunakan pH meter. Sampel nanosuspensi
ditimbang sebanyak 30 gram. Elektroda dikalibrasi menggunakan dapar
standar pH 4 dan pH 7 terlebih dahulu, lalu elektroda dicelupkan ke dalam
larutan sampel. Dicatat nilai pH yang muncul.
5. Analisa Data
Data dianalisa menggunakan ANAVA dua arah dengan membandingkan
waktu sonikasi dan konsentrasi polimer HPMC terhadap ukuran partikel
11
Page 21
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nanosuspensions adalah dispersi koloid dari partikel obat dalam ukuran nano
(Patravale VB, 2004). Dapat juga didefinisikan sebagai suatu sistem biphasic
terdiri dari partikel obat murni yang terdispersi dalam polimer berair dimana
diameter partikel tersuspensi adalah berukuran kurang dari 1μm.
a. Mengurangi ukuran partikel
Serbuk Ibuprofen yang digunakan diperkecil ukuran partikelnya dengan
alat Ballmill selama 10 jam. Pengurangan ukuran partikel selama 10 jam
menghasilkan partikel berukuran 1.000 nm.
Gambar 2. Hasil Evaluasi SEM setelah Ibuprofen di Milling
b. Ukuran partikel
Gambar 3. Diagram Ukuran Partikel Nanosuspensi Ibuprofen
12
Page 22
Pembawa yang digunakan dalam nanosuspensi ini adalah Hidroksi Profil
Metil Selulosa (HPMC) yang dibuat larutan 0.5 %, 0,75% dan 1 %. Dari tabel
tersebut diatas terlihat bahwa konsentrasi polimer mempengaruhi ukuran dari
partikel ibuprofen. Dari ke tiga sample yang terbentuk dari 3 variasi
konsentrasi polimer (F1&2, F3&4, F5&6) Semakin tinggi konsentrasi polimer
semakin kecil ukuran partikel ibuprofen dalam nanosuspensi ini. Pada
formula dengan pembawa 1 % ukuran partikelnya lebih kecil dibanding
polimer pembawa dengan konsentrasi 0,5 % & 0,75 %. Hal ini disebabkan
karena semakin banyak HPMC yang digunakan maka akan semakin banyak
partikel ibuprofen yang terselubungi oleh polimer pembawa.
Pembuatan nanosuspensi ibuprofen dilakukan dengan variasi waktu
sonikasi untuk mengetahui waktu yang tepat dalam pembuatan nanosuspensi
berdasarkan variasi kadar HPMC. Waktu sonikasi memiliki pengaruh terhadap
ukuran partikel ibuprofen, semakin lama waktu sonikasi semakin kecil ukuran
partikel yang dihasilkan, hal ini terlihat dari grafik yang terus menurun dari F1
sampai dengan F6. Dari ketiga sampel nanosuspensi dengan variasi waktu
sonikasi, hasil PSA memperlihatkan bahwa sonikasi selama 15 menit (F1, F3
& F5) dan 30 menit (F2, F4 & F6 untuk mengetahui waktu yang tepat dalam
pembuatan nanosuspensi dengan variasi konsentrasi HPMC.
Dari enam formula nanosuspensi dengan variasi waktu sonikasi dan
variasi konsentrasi HPMC, Hasil PSA menunjukkan bahwa sonikasi selama
15 menit dan 30 menit terjadi penurunan ukuran partikel. Waktu sonikasi 30
menit menujukkan ukuran partikel terkecil, yang mana sebelum disonikasi
partikel ibuprofen berukuran 1000 nm. Pada penelitian kali ini waktu sonikasi
15 dan 30 menit, karena jika waktu sonikasi lebih lama dikhawatirkan ukuran
partikelnya akan semakin kecil sehingga dapat mengalami agregasi
membentuk partikel yang besar kembali (Xiaohui, 2009).
c. Viskositas nanosuspensi Ibuprofen
Hasil pemeriksaan viskositas dengan menggunakan alat Viskometer
Brookfield tipe LV pengukuran viskositas sediaan nanosuspensi Ibuprofen
dengan spindel no 3 dan kecepatan putaran 50 rpm. Hasil uji tersebut
Page 23
menujukan perbedaan setiap formulanya, semakin meningkat konsentrasi
HPMC yang digunakan maka akan semakin tinggi viskositas sediaan
nanosuspensi. Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
semakin tinggi viskositas maka akan semakin besar tahanannya (Martin et al
2008). Laju endapan dapat berkurang cukup besar dengan menaikkan
viskositas dalam batas-batas tertentu. Tetapi suatu produk yang memiliki
viskositas yang tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan
juga sukar untuk diratakan kembali (Ansel 2008).
Gambar 4. Grafik Viskositas Nanosuspensi Ibuprofen
d. pH nanosuspensi Ibuprofen
Gambar 5. Diagram pH Nanosuspensi Ibuprofen
14
Page 24
Hasil pengukuran pH pada keenam formula yang dilakukan, terjadi
kenaikan dan penurunan pH. Hasil pH yang diperoleh berkisar 5,32 –5,51.
Keasaman suspense berada sedikit diatas persyartaan yaitu berada pada
rentang 3,5 - 5,0, hal ini dapat disebabkan karena pada formula tidak
ditambahkan buffer sebagai penyangga pH suspensi (Gowan, 1994).
Analisa Data
Analisa statistik menggunakan anova dua arah dan uji Tukey HSD
(Honestly Significant Differences) karena penelitian ini menggunakan 2 variabel
bebas yaitu waktu dan konsentrasi HPMC. Hasil uji normalitas pada ukuran
partikel menghasilkan nilai sig sebesar 0,449 lebih besar dari 0,05 hal ini
menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hasil uji homogenitas dari
data ukuran partikel yaitu menghasilkan nilai sig sebesar 0,111 lebih besar dari
0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima, berarti data ukuran partikel
memiliki varian yang sama (homogen). Hasil uji analisis anova dua arah dari
variabel waktu terhadap data ukuran partikel menghasilkan nilai sig sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, berarti ada perbedaan
bermakna dari seluruh formula yang dipengaruhi oleh waktu. Hasil uji analisis
anova dua arah dari variabel HPMC terhadap data ukuran partikel menghasilkan
nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0
ditolak, berarti ada perbedaan bermakna dari seluruh formula yang dipengaruhi
oleh konsentrasi HPMC. Hasil uji analisis anova dua arah dari variabel HPMC
dan waktu terhadap data ukuran partikel menghasilkan nilai sig sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, berarti ada perbedaan
bermakna dari seluruh formula yang dipengaruhi oleh konsentrasi HPMC dan
waktu. Kemudian pengaruh HPMC dilanjutkan uji tukey HSD dan hasilnya
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara formula 1, 2, 3, 4, 5 & 6.
Pengaruh waktu tidak dapat diuji Post Hoc karena variabelnya kurang dari 3
variable (hanya ada 2 varibel waktu yaitu 15 menit dan 30 menit). Hasil analisa
statistic tersebut menunjukkan bahwa waktu dan konsentrasi HPMC berpengaruh
terhadap ukuran partikel yang dihasilkan karena perbedaan waktu dan konsentrasi
HPMC akan menghasilkan ukuran partikel yang berbeda.
Page 25
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hidroksi Propil Metil Celulosa dengan konsentrasi 0,5% ; 0,75% dan 1 %
dapat digunakan sebagai pembawa pada pembuatan nanosuspensi Ibuprofen.
Ukuran partikel ibuprofen pada nanosuspensi ibuprofen memenuhi persyaratan
suatu nanosuspensi dengan proses sonikasi selama 15 dan 30 menit.
Saran
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk melanjutkan
penelitian ini dengan melihat morfologi partikel ibuprofen serta evaluasi
perubahan bentuk (Kristal atau amorf) dengan X-ray Diffraction yang di
kombinasi dengan Differential Scanning Calorimetry (DSC).
16
Page 26
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2012. Sediaan Farmasi Padat 6. Bandung: ITB.
Amidon, L., Lennernas, H., Shah, V., dan Crison, J., 1995. A Theorectical Basic
Product Dissolution and In Vivo Bioavailability. Pharm Res
Bailey MM, Berkland CJ. Nanoparticle formulations in pulmonary drug delivery.
Med Res Rev
Banker, G. S., Siepmann, J., dan Rhodes, C., 2002. Modern Pharmaceutics,
Buzea, C., Blandino, I. I. P, and Robbie, K.2007. Nanomaterial and Nanoparticles:
Sources and Toxicity. Biointerphases, 2:
Chingunpituk J. Nanosuspension technology for drug delivery. Walailak J Sci
Technol
Coulter, Beckman. 2008. Delsa Nano Series. Available at
http://www.dafratec.com/pdf/catalogo_ DelsaNano.pdf
Delie, F. and Blanco, M.J. 2005. Polymeric Particulate to Improve Oral
Bioavailabiliti of Peptide Drugs. Molecules
Florence, A. T., dan Attwood, D., 2006. Physicochemical Principles of Pharmacy.
for a Biopharmaceutical Drug Classification: Correlation of In Vitro Drug
Fourth Edition. New York: Marcel Dekker, Inc
Gowan, W.G., 1994. Aqueous pharmaceutical suspension for substantially water
insoluble pharmaceutical actives,(Online),
http://www.google.com/patents/US5374659
Haskell, R. J. 2006. Physical Characterization of Nanoparticles, in : Nanoparticles
London: Pharmaceutical Press
Martin A, Swarbrick J, Cammarata A. 1993. Farmasi Fisik II. Edisi 3. UI Press.
Terjemahan: Yoshita. Jakarta
Murdock, R.C., Braydich-Stole, L., Schrand, A.M., Schlager, J.J., Hussain, S.M.
2008. Characterization of Nanoparticle Dispersion in Solution Prior to In Vitro
Exposure using Dynamic Light Scattering Tehnique. Toxicol, Sci
NanoComposix. 2012. Nanocomposix's Guide To Dynamic Light Scattering Measurement And Analysis Vol 1.3. San Diego: NanoComposix.
Patravale, V.B., Date, A.A., Kulkarni, R.M. 2004. Nanosuspensions: a promising
drug delivery strategy. J Pharm Pharmacol
Page 27
Perdana, D. 2007. Pengembangan Awal Sistem Pembawa Polimerik Berbasis
Nanopartikel. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Rachmawati H., RekerSmit C., Hooge M. N. L., Loenen Weemaes A. M.
V.,Poelstra K., Beljaars L., 2007, Chemical Modification of Interleukin10 with
Mannose 6 Phosphate Groups Yields a Liver Selective Cytokine, DMD
Rawat, M.D., Singh, and S. Saraf. 2006. Nanocarriers: Promising vehicle for
Bioactive Drugs. Biological and Pharmaceutical Bulletin
Saraf S. Applications of novel drug delivery system for herbal formulations.
Fitoterapia Technology for Drug Delivery. New York : Taylor & Franncis Group
17
Page 28
Lampiran 1. Susunan Organisasi dan Pembagian Tugas Tim Peneliti
1. Ketua : Pramulani Mulya Lestari, M.Farm., Apt.
Tugas :
a. Penyusunan Proposal dan Laporan
b. Pengolahan Data
2. Anggota : Septiana Tri P, S.Farm., Apt.
Tugas :
a. Penyiapan Alat dan Bahan
b. Pembuatan Nanopartikel Ibuorofen
c. Evaluasi Nanopartikel Ibuprofen
18
Page 29
Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup Peneliti
19
Page 33
Lampiran 4. Hasil dan Proses Evaluasi
Gambar Alat Ball Mill
23
Page 34
Lampiran 4. (Lanjutan)
24