Page 1
SKRIPSI
KARAKTERISTIK DAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN LABORATORIUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KOTA MAKASSAR
A. FIAR MALAYADI
K111 11 292
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan
Masyarakat
BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
Page 4
iv
RINGKASAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN
MAKASSAR, OKTOBER 2017
A. FIAR MALAYADI
‘‘KARAKTERISTIK DAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3
LABORATORIUM UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR”
Dibimbing oleh Anwar Malongi dan Agus Bintara Birawida
(xiv + 95 Halaman + 23 Tabel + 5 Lampiran)
Laboratorium Universitas Hasanuddin merupakan bagian integral dari
kegiatan belajar mengajar dan sebagai penunjang aktifitas pembelajaran dan
penelitian. Laboratorium akan menghasilkan limbah yang dapat berupa limbah padat,
limbah cair, ataupun limbah yang berbentuk gas. Penelitian ini bertujuan mengetahui
gambaran karakteristik dan sistem pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik dan
sistem pengelolaan limbah B3 laboratorium Universitas Hasanuddin Kota Makassar.
Jenis penelitian ini survey observasional dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan
data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan observasi langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik limbah B3 yang ada di
laboratorium Universitas Hasanuddin ada 6 yaitu bahan mudah terbakar, bahan
mudah meledak, bahan yang menimbulkan korosif, buangan oksidasi, buangan
infuksius dan bahan toksik (beracun). Untuk sistem pengelolaan limbah yang
dilakukan dalam penelitian yang dilakukan di empat fakultas yang ada di Universitas
Hasanuddin yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta Fakultas Kedokteran diperoleh hasil
yaitu tidak ada satupun fakultas yang melakukan sistem pengelolaan yang sesuai
dengan aturan, ada beberapa tahapan yang harus dilalui seperti pengurangan,
penyimpan, pengumpulan dan pengangkutan.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan Setiap
laboratorium harus menampung limbah B3 berdasarkan karakteristiknya secara
konsisten dan diperlukan pengawasan untuk kegiatan penampungan ini. Demi
mengetahui kuantitas limbah B3 yang dihasilkan, pelaku kegiatan di laboratorium
sebaiknya melakukan inventaris asiter lebih dahulu terhadap bahan yang akan
digunakan dan limbah yang akan dihasilkan. Demikian juga untuk mengetahui
tanggal kadaluarsa bahan kimia.
Kata kunci : Limbah B3, Karakterstik, Pengelolaan
Daftar pustaka : 20 (1995-2015)
Page 5
v
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuh
Alhamdulillahirabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
keridhaan dan cinta-Nya kepada penulis dalam penulisaan skripsi ini, puja dan puji
senantiasa kita kirimkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberi rahmat dan
hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat dan
para pengikutnya. Merupakan karunia Allah SWT dan rasa syukur yang berlimpah
ketika skripsi ini berjudul “Karakteristik dan Sistem Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun di Laboratorium Universitas Hasanuddin Kota
Makassar” merupakan salah persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program
Studi Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Dengan sepenuh rasa cinta dan kasih sayang serta rasa hormat terdalam,
skripsi ini untuk dipersembahkan kepada kepada orang tuaku Alm. Andi Isranuddin
K. SH dan Andi Nuraeni serta Orang tua yang merawat saya dari kecil Alm. Husain
L. S.Sos dan Andi St. Nurbaya, atas segala Doa, Harapan dan Tenaga yang telah di
berikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada saudaraku Andi Firga Utary, Andi Fizar Mandara dan
Page 6
vi
Andi Nur Inaya, yang sudah begitu banyak membantu, menjadi penyemangat dan
pendorong dalam belajar serta menyelesaikan studi semoga apa yang kita cita-citakan
sama-sama tercapai Aamiin.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis persembahkan kepada Kakanda
Jumriani Ansar. SKM,. M. Kes sebagai penasehat akademik atas segala kesabarannya
memotivasi dan mendukung untuk terus meningkatkan prestasi akademik dan
organisasi dari awal semester perkulihan hingga sekarang. Rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada Bapak Anwar Mallongi, SKM.,M.Sc.,Ph.D Sebagai Pembimbing
I dan Bapak Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel.,M.kes sebagai II Pembimbing yang
selalu memberikan masukan, bimbingan dan arahan serta motivasi sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada tim penguji Bapak dr.
Makmur Selomo, MS, Indra Dwinata, SKM., MPH dan A. Wahyuni, SKM.,M.Kes
atas segala masukan, kritik dan sarannya serta motivasi yang telah diberikan kepada
penulis. Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan banyak-banyak
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini,
yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Drg. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta jajaran dan seluruh staf atas
bantuannya selama menempuh pendidikan.
2. Dr. Stang, M. Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Page 7
vii
3. Anwar Mallongi, SKM., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Departemen Kesehatan
Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
4. Para Dosen dan Staff Departemen Kesehatan Lingkungan Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis
menempuh pendidikan perkuliahan di FKM Unhas.
5. Kepada teman-teman, junior-junior dan senior-senior KM FKM Unhas (
JALANGKUNG 06, CAPILA 07, ROMUSA 08, GALETER 09, KANIBAL 10,
DEMENTOR 12, REMPONG 13, VAMPIR 14, GAMMARA 15 dan GOBLIN
16) penulis ucapkan terima kasih atas kaderisasi yang telah dihadirkan selama
penulis berproses di KM FKM Unhas.
6. Kepada teman-teman KALASI (Kader Intelektual Berjiwa Militansi) 2011 yang
selalu memberikan keceriaan selama di kampus, kalian teman angkatan terbaik
yang telah membuat angkatan kita tetap solid sampai saat ini.
7. Kepada saudara Kalasiku, Angga, Tio, Fikri, Fahry (ardog), Anugerah (ugha),
Adi, Wandi, Sabri, Fahrezi, Zul, Kamil, Rico, Azwar (cebbang), Amma,
Amirullah, Gusfar, Satria, Saipul, Yusrin, Haris, Septian, Imanuel, Ripal,
Mahdin, Mahyuddin (edit), Jepson, Jasjus, Syahrul, Aming, Akmal, Afdal dan
terkhusus buat yang saya tuakan Saudara Muh. Ilham Majid telah memberikan
dedikasinya dalam menjaga tali persaudaraan ini.
Page 8
viii
8. Kepada teman teman, sahabat, “L A P A Z” Edo, Eman, dan Pakle. Terimakasih
untuk motivasinya.
9. Kepada keluarga kedua BEM FKM Unhas periode 2014-2015, teman-teman
pengurus khususnya para Presidium (Ugha, Dare, Erna, Laksmi, Nining), Para
Menteri (Fikri, Iman, Widya, Yusrin, Mahyuddin, Prasetio, Ilham Majid), dan
semua Anggota Pengurus (kawan-kawan KALASI dan DEMENTOR) untuk
segala motivasi dan pengalaman yang telah dihadirkan.
10. Kepada Komunitas BOSSKA yang berperan aktif dalam penyusunan Skripsi ini.
Khusus untuk Adinda Tri Sofiatun dan Adinda Ratna Jannatin. Serta adik
Harfiah, Putri Rezky dan Syahruni, Terima kasih waktu dan pemikiran yang
sudah kalian sisipkan dalam Skripsi ini.
11. Kepada para penghuni LORONG HITAM manusia-manusia hebat yang telah
memberikan cerita terbaik buat penulis. Kak Sudirham SKM., M.Kes, Kak Fajar
SKM, Kak Fadly Kaimuddin SKM, Kak Arif SKM, Kak Ilham Jaya SKM, Kak
Natalon Delon SKM, Kak Haerul Anwar. SKM, Kak Firnasruddin.SKM, Kak
Muh. Akbar Nurdin SKM, Kak Dian Ayu SKM, Kak Andi Eka Resky SKM,
Kak Dandi. SKM, Ikram, Ari Rahman, Mario, Arul, Ruslan, Rahman Syam,
Syah, Priantomo, Sandy, Jordan, Chandra, Baso, Rian, Wawan, Terimakasih
untuk pengalaman dan ilmu yang diberikan dalam cerita hidup penulis selama
menyelesaikan studinya.
12. Kepada Orang yang telah penulis anggap sebagai Orang Tua di kampus. Pemilik
saham terbesar di Lorong Hitam Nenek dan Kak Sale` yang telah memberikan
Page 9
ix
penulis kesempatan untuk makan dan minum kopi pasca bayar serta Pak
Saharuddin yang telah banyak meluangkan waktu untuk menasehati di waktu
malam.
13. Serta teman-teman yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
banyak karena telah hadir mengoreskan kisah kedalam kehidupan penulis selama
menempuh bangku kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Makassar.
“Iman, Ilmu, Amal Padu Mengabdi”
“Yakin Usaha Sampai”
“Berlembaga Mencintai Berkarya”
Wassalamu‘alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuh
Makassar, 23 November 2017
Penulis
Page 10
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ..................................................... iii
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ......................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian. ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian. ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Limbah Laboratorium. ...................................... 8
B. Tinjauan Umum tentang Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun. ............................................................................................. 14
C. Tinjauan Umum tentang Laboratorium. .................................................... 25
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikirian Variabel Penelitian. ...................................................... 50
B. Kerangka Konsep ...................................................................................... 51
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif. .............................................. 52
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 53
B. Waktu dan Lokasi Penelitian. .................................................................... 53
C. Populasi dan Sampel. ................................................................................ 53
D. Metode Penarikan Sampel. ....................................................................... 54
D. Pengumpulan Data .................................................................................... 54
Page 11
xi
E. Pengolahan dan Analisis Data. .................................................................. 56
F. Penyajian Data ........................................................................................... 57
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ........................................................ 58
B. Hasil Penelitian. ........................................................................................ 59
C. Pembahasan. .............................................................................................. 82
D. Keterbatasan Penelitian. ............................................................................ 85
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan. .............................................................................................. 96
B. Saran. ......................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 12
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Beberapa Contoh Bahan Pengoksidasi 18
Tabel 5.1 Daftar Bahan Mudah Terbakar di FKM Unhas 2017 60
Tabel 5.2 Daftar Bahan Korosif Laboratorium FKM Unhas 2017 61
Tabel 5.3 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Laboratorium FKM Unhas 61
2017
Tabel 5.4 Daftar Bahan Infeksius Laboratorium FKM Unhas 2017 62
Tabel 5.5 Daftar Bahan Buangan Toksik (Beracun) Laboratorium FKM 63
Unhas 2017
Tabel 5.6 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium Farmasi Unhas 64
2017
Tabel 5.7 Daftar Bahan Mudah Meledak Laboratorium Farmasi Unhas 64
2017
Tabel 5.8 Daftar Bahan Menimbulkan Korosif Laboratorium Farmasi 65
Unhas 2017
Tabel 5.9 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Laboratorium Farmasi Unhas 66
2017
Tabel 5.10 Daftar Bahan Buangan Beracun Laboratorium Farmasi Unhas 67
2017
Tabel 5.11 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium MIPA Unhas 2017 67
Tabel 5.12 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium MIPA Unhas 2017 70
Tabel 5.13 Daftar Bahan Menimbul Karat (Korosif) Laboratorium MIPA 71
Unhas 2017
Tabel 5.14 Daftar Bahan Menimbul Karat (Korosif) Laboratorium MIPA 72
Unhas 2017
Tabel 5.15 Daftar Bahan Buangan Beracun Laboratorium MIPA Unhas 2017 73
Tabel 5.16 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium FK Unhas 2017 76
Tabel 5.17 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium FK Unhas 2017 77
Page 13
xiii
Tabel 5.18 Daftar Bahan Menimbulkan Karat (Corrosive) Laboratorium FK 77
Unhas 2017
Tabel 5.19 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Laboratorium FK Unhas 2017 78
Tabel 5.20 Daftar Bahan Buangan Infeksius Laboratorium FK Unhas 2017 79
Tabel 5.21 Daftar Bahan Buangan Beracun Laboratorium FK Unhas 2017 80
Tabel 5.22 Sistem Pengolahan Limbah B3 di Laboratorium Unhas 2017 82
Page 14
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Pengoksidasi (Oxidizing) 12
Gambar 2.2 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Mudah Meledak (Explosive) 13
Gambar 2.3 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Korosif (Corrosive) 20
Gambar 2.4 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Pengoksidasi (Oxidizing) 23
Gambar 2.5 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Korosif (Corrosive) 25
Gambar 2.6 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Berbahaya (Harmful) 26
Gambar 2.7 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Beracun 27
Gambar 2.8 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Berbahaya bagi Lingkungan 28
Gambar 2.9 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Karsinogenik, Teratogenik dan 29
Mutagenik
Gambar 2.10 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Gas Bertekanan 30
Page 15
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Kuesioner Penelitin .................................................................................... 1
Surat Izin Penelitian dari Fakultas .............................................................. 2
Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal .................................... 3
Surat Izin Penelitian dari Walikota Makassar ............................................. 4
Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 5
Page 16
xvi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Istilah/ Singkatan Kepanjangan/ Pengertian
B3 Bahan Berbahaya Beracun dan
CFC Chlorofluorocarbon
LFL Lower Flammability Limit
PCBs Polychlorinated Biphenyls
UFL Upper Flammability Limit
Page 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah limbah menjadi perhatian serius dari masyarakat dan
pemerintah Indonesia, khusunya sejak tiga dekade terakhir ini, terutama akibat
perkembangan industri yang merupakan tulang punggung peningkatan
perekonomian Indonesia. Peraturan-peraturan tentang masalah ini telah
banyak dikeluarkan karena masalah limbah semakin meningkat dan tersebar
luas di semua sektor. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai pengganti Undang-
Undang Nomor 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(menggantikan UU No. 4/1982), menempatkan masalah bahan dan limbah
berbahaya sebagai salah satu perhatian utama, akibat dampaknya terhadap
manusia dan lingkungan bila tidak dikelola secara baik, penanganan limbah
merupakan suatu keharusan guna terjaganya kesehatan manusia serta
lingkungan pada umumnya namun pengadaan dan pengoperasian sarana
pengolah limbah ternyata masih dianggap memberatkan bagi sebagian
industri.
Univertsitas Hasanuddin merupakan salah satu universitas terbaik di
Indonesia yang mengembangkan aktifitas pendidikan dan penelitian untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Dengan
Page 18
1
adanya pengembangan di bidang penelitian ini, maka terdapat kecenderungan
meningkatnya aktivitas ilmiah melalui riset atau pengujian. Dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian,
Universitas Hasanuddin beserta fakultas-fakultas di dalamnya mendirikan
laboratorium yang merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar
dan sebagai penunjang aktifitas pembelajaran dan penelitian. Dengan adanya
laboratorium, maka diharapkan proses pengajaran sains dapat dilaksanakan
seoptimal mungkin.
Di laboratorium, mahasiswa ataupun para pengguna laboratorium
melakukan kegiatan tertentu yang menunjang pembelajaran dan penelitiannya.
Dari kegiatan ini, laboratorium akan menghasilkan limbah, baik limbah padat,
limbah cair, ataupun limbah yang berbentuk gas yang berasal dari hasil cucian
peralatan, hasil atau sisa reaksi bahan kimia, bahan sekali pakai, atau bahan
berbahaya dan beracun yang telah digunakan saat kegiatan berlangsung.
(Lasut,2006) Keaneka ragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas
industri. Mulai dari penggunaan bahan baku, pemilihan proses produksi,
pemilihan jenis mesin dan sebagainya, akan mempengaruhi karakter limbah
yang tidak terlepas dari proses industri itu sendiri. Salah satu sumber produksi
limbah B3 adalah dari limbah laboratorium. berkaitan dengan komposisi
bahan inilah yang banyak dihasilkan oleh peradaban modern, namun bahan
bahan ini pulalah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang
berbahaya (Damanhuri, 2010).
Page 19
2
Penggunaan bahan berbahaya dan beracun sering tidak dapat
dihindarkan dalam berbagai aktifitas pendidikan dan penelitian di suatu
lingkungan kampus seperti di Universitas Hasanuddin ini. Beberapa unit
aktifitas di lingkungan kampus Unhas memproduksi bahan yang umumnya
adalah bahan berbahaya dan beracun dan tidak boleh dibuang langsung ke
sistem drainase. Sebagai contoh, bahan berbahaya dan beracun diantaranya
dapat berasal dari kegiatan di laboratorium. Umumnya limbah B3 yang
dihasilkan dikelola berdasarkan standar pengelolaan yang ditetapkan
menghasilkan. Sebagai contoh The University Environmental, Health, and
Safety (EH&S) Department, sebagai pengelola limbah B3 yang berasal dari
berbagai laboratorium, umumnya mengklasifikasikan bahan berbahaya dan
beracunnya sebelum kemudian diserahkan kepada pihak yang bertanggung
jawab menanganinya (University of Texas at El Paso, 2009).
Philip Handler, kepala National Academy of Sciences mengemukakan
bahwa penanganan bahan kimia di laboratorium kurang begitu diperhatikan
karena jumlahnya yang sangat kecil, penggunaannya tidak secara berkala, dan
resiko bahaya yang ditimbulkan sering dianggap terlalu kecil. Namun, jika
prosedur yang dilakukan tidak sesuai, tidak menutup kemungkinan akan
terjadinya resiko yang tdak diinginkan. Oleh karena itu, perlu adanya
penanganan khusus dalam mengelola bahan berbahaya dan beracun di tiap
laboratorium (McKusick, 1981).
Page 20
3
Widya Larastika dalam penelitiannya pada tahun 2011 menunjukkan
bahwa limbah yang dihasilkan beberapa laboratorium di FT, FMIPA, FK, dan
FKG Universitas Indonesia berasal dari limbah laboratorium dan limbah
medis. Karakteristik limbah B3 meliputi limbah laboratorium (flammable,
harmful, korosif, toksik, eksplosif, oxidizing, karsinogenik, dangerous for the
environment, limbah organik, dan bahan kadaluarsa) dan limbah medis
(limbah benda tajam, limbah lain yang terkontaminasi, limbah patologis,
limbah cairan tubuh manusia/darah/produk darah, limbah kandang
binatang/binatang yang dimatikan/alas tidur binatang dan kotorannya, dan
limbah farmasi). Rekomendasi sistem pengelolaan limbah B3 yang dapat
diterapkan di Universitas Indonesia meliputi pengumpulan, penyimpanan
sementara, dan pengolahan. Dan berdasarkan dari hasil penelitian tersebut
dinyatakan bahwa setiap laboratorium atau rumah sakit pendidikan di
Universitas Indonesia disarankan harus melakukan upaya minimisasi limbah
B3, melakukan manajemen pengelolaan limbah B3 secara konsisten dan
pengawasan secara rutin, dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
sistem pengelolaan limbah B3 di Universitas Indonesia.
Limbah yang dihasilkan dari laboratorium, apabila tidak diolah dengan
baik, limbah tersebut akan menimbulkan pencemaran bagi lingkungan
sekitarnya, khususnya Universitas Hasanuddin, dan memberikan dampak
kesehatan yang buruk pada kesehatan manusia, khususnya para civitas
Page 21
4
akademika Universitas Hasanuddin. Pengolahan limbah ini hendaknya
dilakukan sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan.
Sebagai langkah awal studi ini akan dilaksanakan identifikasi dan
karakterisasi limbah B3 padat terahadap penghasil limbah B3, dalam hal ini
timbulan limbah B3, di Universitas Hasanuddin guna memudahkan pihak
penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah, atau penimbun
dalam mengenali limbah B3 tersebut sedini mungkin, sehingga hasilnya
diharapkan menjadi bahan awal dalam perencanaan pengelolaan limbah B3 di
Universitas Hasanuddin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui bagaimana
karakteristik limbah dan sistem pengelolaan limbah B3 laboratorium
Universitas Hasanuddin?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini yaitu:
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik dan sistem pengelolaan
limbah B3 laboratorium universitas hasanuddin
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sumber limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pada
setiap laboratorium di Universitas Hasanuddin
Page 22
5
2. Untuk mengetahui karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) pada setiap laboraturium di Universitas Hasanuddin.
3. Untuk mengetahui sistem pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) pada setiap laboraturium di Universitas Hasanuddin.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan menjadi bahan tambahan informasi dan menjadi referensi
bagi penelitian-penelitian berikutnya.
b. Manfaat Institusi
Sanitasi yang baik bagi institusi dalam upaya untuk meningkatkan
kesehatan sanitasi lingkungan laboratorium yang seharusnya.
c. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menambah dan memperluas wawasan peneliti
serta mengasah keterampilan analisis peneliti dan sebagai salah satu cara
untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh di bangku kuliah.
d. Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
pihak Universitas bahwa sanitasi lingkungan laboratorium yang baik dan
begitupun bahwa sanitasi laboratorium yang buruk, dalam kurun waktu
yang lama dapat berakibat fatal bagi lingkungan di sekitar laboratorium.
Page 23
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Limbah B3 Laboratorium
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai
sampah,yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan
Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah (Widjajanti,
2009).
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan
dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga,
industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa
gas dan debu, cair atau padat. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan
oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Di antara berbagai
jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3).
Menurut Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Bahan Berbahaya dan
Page 24
7
Beracun yang selanjutnya disingkat B3 dalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidaklangsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha
danatau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan
hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta mahluk hidup lain. Limbah B3 dengan karakteristik
tertentu yang dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat menimbulkan
bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup
lainnya (Larastika, 2011).
Laboratorium merupakan salah satu penghasil limbah cair, padat
maupun gas. Kuantitas dan frekuensi limbah laboratorium termasuk kecil,
sedangkan kandungan bahan pencemar termasuk bervariasi dan bahkan
adayang mengandung bahan buangan berbahaya. Limbah padat di
laboratorium kimia relatif kecil, biasanya berupa endapan atau kertas saring
terpakai, sehingga masih dapat diatasi. Demikian pula limbah yang berupa gas
umumnya dalam jumlah kecil, sehingga relatif masih aman untuk dibuang
langsung di udara. Tetapi berbeda dengan limbah cair, limbah cair yang
Page 25
8
meresap ke dalam airtanah dapat membahayakan lingkungan sekitar
(Widjajanti, 2009).
Di laboratorium cenderung bekerja dengan konsentrasi yang kecil,
sepertimilligram atau gram, dan cenderung bekerja dengan beragam variasi
bahan kimia. Dalam laboratorium terdiri dari beberapa bahan berbahaya.
Bahan berbahaya tersebut dapat dikelompokkan menjadi (McKusick, 1981):
a. Bahan Berbahaya Fisik.
Bahan berbahaya fisik terdiri dari api, ledakan, kejut listrik, cut.
Bahan berbahaya fisik ini selalu berhubungan dengan bahan berbahaya
kimia. Pemanas listrik dapat digunakan sebagai pengganti pemanas
Bunsen agarlebih aman dan mengurangi potensi api dan ledakan. Selain
itu, untuk menghindari timbulnya api atau ledakan, dapat dilakukan
dengan membatasijumlah cairan flammable dan explosion.
b. Bahan Berbahaya Kimia.
Semua bahan kimia berpotensi membahayakan. Upaya yang paling
tepat mengontrol bahan kimia berbahaya adalah meminimisasi exposure
bahan kimia.
B. Klasifikasi dan Karateristik Limbah B3
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 dalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
Page 26
9
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Berbagai peraturan perundang-undangan telah mengatur tentang
pengelolaan lingkungan hidup, khususnya pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah
No. 18 Tahun 1999. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, setiap kegiatan perlu
diupayakan untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah yang
dikeluarkannya, terutama dalam hal ini adalah limbah B3. Sampai saat ini,
Universitas Hasanuddin pada umumnya dan fakultas-fakultas di Universitas
Hasanuddin pada khususnya belum menerapkan upaya pengelolaan limbah
B3.
a. Klasifikasi Limbah B3
Klasifikasi limbah Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun
2014 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah
B3 berdasarkan sumbernya dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Limbah dari sumber spesifik. Limbah B3 ini merupakan sisa proses
suatu industri kegiatan tertentu.
2) Limbah dari sumber yang tidak spesifik. Untuk limbah B3 ini berasal
bukan dari proesutamanya, misalnya dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, inhibitor, korosi, pelarut perak, pengemasan dan lain-lain.
Page 27
10
3) Limbah B3 dari bahan kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah jenis ini tidak
memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan
kembali, sehingga memerlukan pengelolaan seperti limbah B3 lainnya.
Selain berdasarkan sumber, limbah B3 dibedakan atas jenis buangan
yaitu:
1) Buangan radioaktif, buangan yang mengemisikan radioaktif
berbahaya, persisten untuk periode waktu yang lama.
2) Buangan bahan kimia, umumnya digolongkan lagi menjadi:
(i) synthetic organics; (ii) anorganik logam, garam-garam, asam dan
basa; (iii) flamable dan (iv )explosive.
3) Buangan biological, dengan sumber utama: rumah sakit, penelitian
biologi.Sifat terpenting sumber ini menyebabkan sakit pada
mahluk hidup danmenghasilkan toxin.
b. Karakteristik Limbah B3
Limbah B3 dibedakan berdasarkan karakteristiknya sebagai
berikut (Padmaningrum, 2010):
1) Mudah terbakar (Flamable).
Buangan ini apabila dekat dengan api/sumber api, percikan,
gesekan mudah menyala dalam waktu yang lama baik selama
pengangkutan, penyimpanan atau pembuangan. Contoh jenis ini
Page 28
11
buangan Bahan Bakar Minyak (BBM) atau buangan pelarut
(benzena, toluen, aseton).
Gambar 2.1 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Pengoksidasi (Oxidizing)
Sumber: Permen LH No.03 Tahun 2008)
2) Mudah meledak (Explosive),
Buangan yang melalui reaksi kimia menghasilkan ledakan
dengan cepat, suhu, tekanan tinggi mampu merusak lingkungan.
Penanganan secara khusus selama pengumpulan, penyimpanan,
maupun pengangkutan. Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun
1999 Tentang Perubahan PP No.18 tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah
dengan sifat ini merupakan limbah yang pada suhu tekanan standar
(25oC, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi
yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Limbah
B3 dengan sifat mudah meledak yang paling berbahaya adalah
limbah B3 peroksida organik karena bersifat oksidator dan tidak
stabil.Senyawa ini sangat sensitif terhadap guncangan, gesekan,
Page 29
12
dan panas, serta terdekomposisi secara eksotermis dengan
melepaskan energi panas yang sangat tinggi. Contoh limbah B3
dengan sifat ini adalah asetil peroksida, benzoil peroksida, dan
jenis monomer yang mempunyai berpolimerisasi secara spontan
sambil melepaskan gas bertekanan tinggi (seperti butadien dan
metakrilat).
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan
Label Bahan Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi
bersifat mudah meledak (explosive) berwarna dasar putih dengan
garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar bom
meledak (explosive/exploded bomb) berwarna hitam. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang pada suhu dan tekanan standar
(25oC, 760 mmHg) dapat meledak dan menimbulkan kebakaran
atau melalui reaksi kimia atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan di sekitarnya.
Page 30
13
Gambar 2.2 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Mudah Meledak (Explosive)
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar
karena kontak dengan udara pada temperatur ambien;
b. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber
nyala api;
c. Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
d. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah
yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau
udara lembab;
e. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0oC dan
titik didih lebih rendah atau sama dengan 35oC;
f. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0oC-21oC;
Page 31
14
g. Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% dan/atau
pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60oC (140oF) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau
sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode ”Closed-Up
Test”;
h. Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25oC dan
760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia
secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang
hasil pengujian ”Seta Closed Cup Flash Point Test”-nya
menunjukkan titik nyala kurang dari 40oC;
i. Aerosol yang mudah menyala;
j. Padatan atau cairan piroforik; atau
k. Peroksida organik.
Kebanyakan bahan kimia mudah terbakar berupa cairan
yang menghasilkan uap yang umumnya lebih berat daripada udara
sehingga cenderung “mengendap”. Kecenderungan terbakar diukur
dengan cara memanaskan cairan pada tiap-tiap tingkat suhu sampai
campuran uap dan udara terbakar di permukaan cairan. Temperatur
saat terjadinya hal tersebut disebut titik nyala (flash point).
Page 32
15
Berdasarkan uraian di atas material mudah terbakar dapat
diklasifikasi menjadi:
a. Padatan mudah terbakar, suatu bahan yang dapat terbakar
karena gesekan atau panas yang tersisa dari pembuatannya atau
dapat menyebabkan bahaya serius bila terbakar. Bahan mudah
meledak tidak termasuk klasifikasi ini;
b. Cairan mudah terbakar (flammable liquid), bahan dengan flash
point kurang dari 37,8oC (100oF);
c. Cairan dapat terbakar (combustible liquid) mempunyai flash
point lebih tinggi dari 37,8oC (100oF) tetapi kurang dari
93,3oC; dan
d. Gas bertekanan mudah terbakar, mempunyai kriteria khusus;
batas terendah mudah terbakar (lower flammability limit) dan
kisaran mudah terbakar (flammability range).
Untuk uap mudah terbakar lower flammability limit (LFL)
berarti nilai ratio uap/udara di bawah mana penyalaan tak dapat
berlangsung karena kurangnya uap. Sedangkan upper flammability
limit (UFL) adalah nilai ratio uap/udara di atas mana penyalaan tak
dapat berlangsung karena kurangnya udara. Kisaran antara lower
flammability limit dan upper flammability limitdisebut
flammability range. Sebagai contoh metanol mempunyai titik
nyala 12oC, LFL 6,0; UFL 37% volume dalam udara.
Page 33
16
Campuran optimal bahan dapat bakar (optimal flammable
mixture, OFM) sering diistilahkan (most explosive mixture),
prosentase bahan mudah terbakar untuk pembakaran terbaik.
Misalnya untuk asetone OFM 5%.
Hal yang lebih berbahaya dapat terjadi dengan cairan
mudah terbakar adalah pendidihan cairan yang menyebabkan
ledakan uap (boiling liquid expanding vapor explosion, BLEVE).
Ini disebabkan oleh timbulnya tekanan tinggi dengan cepat saat
pemanasan cairan mudah terbakar dalam wadah tertutup. Ledakan
terjadi manakala tekanan yang timbul cukup untuk
menghancurkan dinding wadah. Dalam hal kedapat-nyalaan,
bagian partikel yang sangat halus mirip dengan uap cairan.
Sebagai contoh, semprotan kabut cairan hidrokarbon memberi
peluang terjadinya kontak partikel cairan dengan oksigen. Pada
kasus ini cairan dapat menyala pada temperatur di bawah titik
nyala.
Ledakan dari debu dapat terjadi dari berbagai jenis
padatan dalam bentuk serbuk halus (finely divided state).
Beberapa jenis debu metal, khususnya magnesium dan
paduannya, zirconium, titanium dan aluminium dapat terbakar
dan meledak di udara. Contoh:
Page 34
17
4 Al (serbuk) + O2 (dari udara) → 2 Al2O3
Debu-debu polimer seperti selulosa asetat, polietilen, dan
polistirena juga dapat meledak.
Senyawa dapat terbakar adalah bahan pereduksi yang
bereaksi dengan bahan pengoksidasi dan menghasilkan
panas.Oksigen diatomik, O2, dalam udara merupakan
pengoksidasi yang paling umum.Beberapa pengoksidasi
merupakan senyawaan kimia yang mengandung oksigen dalam
formulanya.Unsur-unsur kelompok halogen dan beberapa dari
senyawanya juga merupakan pengosidasi.
Tabel 2.1 Beberapa Contoh Bahan Pengoksidasi
Nama Formula Wujud
Kalium permanganate
KMnO4 Padat
Bromin Br2 Cair
Ozon
O3 Gas
Sumber: Soemantojo (2002)
Senyawa piroforik dapat menimbulkan api secara spontan
di udara. Beberapa di antaranya seperti fosfor putih, logam-logam
alkali, serbuk magnesium, kalsium, kobal, mangan, besi,
zirconium, dan aluminium.Termasuk pula beberapa senyawa
Page 35
18
organometal seperti etil-litium, fenillitium, kelompok karbonil-
metal seperti besi pentakarbonil, kelompok logam dan hidrida
metalloid seperti litium hidrida, LiH; pentaboran, B5H9; arsin.
AsH3. campuran dalam udara sering menjadi faktor penyalaan
spontan. Contoh:
LiH + H2O → LiOH + H2 + Q
Panas yang dibebaskan oleh reaksi cukup menimbulkan
api pada hidrida sehingga terbakar.
LiH + O2→ Li2O + H2O
Beberapa campuran pengoksidasi dan bahan dapat
teroksidasi dapat menimbulkan api spontan, sebagai contoh
campuran asam nitrat dan fenol. Campuran semacam ini disebut
hipergolat.
Bahaya lain yang serius dari peristiwa pembakaran adalah
senyawaan racun yang ditimbulkannya. Contoh yang sangat
umum adalah terbentuknya karbon mono oksida CO, yang dapat
menyebabkan keracunan atau kematian karena dapat berikatan
membentuk karboksi hemoglobin sehingga darah tidak lagi dapat
mensuplai cukup oksigen ke jaringan tubuh. Pembakaran
belerang, fosfor dan senyawa organo klorida akan menimbulkan
gas-gas racun SO2, P4O10, dan HCl. Sejumlah besar senyawa
organik noxious seperti aldehida ditimbulkan sebagai hasil serta
Page 36
19
dari pembakaran. Pembakaran dalam keadaan kurang oksigen
dapat menimbulkan hidrokarbon polisiklik aromatik, di antaranya
adalah benzo(a)piren yang bersifat prekarsinogenik.
3) Menimbulkan karat (Corrosive)
Buangan yang pH nya sangat rendah (pH <3) atau sangat
tinggi pH > 12,5) karena dapat bereaksi dengan buangan lain,
dapatmenyebabkan karat besi dengan adanya buangan lain, dapat
menyebabkan karatbaja/besi. Contoh: sisa asam terutama asam
sulfat, limbah asam dan baterai.
Gambar 2.3 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Korosif (Corrosive)
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan
Label Bahan Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi
bersifat korosif (corrosive) berwarna dasar putih dengan garis tepi
tebal berwarna merah. Simbol terdiri dari 2 gambar yang tertetesi
Page 37
20
cairan korosif. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020
dengan laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian
55oC; atau
c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa.
Sifat ini merupakan limbah dengan pH < 2 atau pH > 12,5
karena dapat bereaksi dengan buangan lain, dapat menyebabkan
karat baja/besi dan menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
Bahan korosif dipahami sebagai bahan yang dapat melarutkan
logam atau menyebabkan oksidasi material pada bagian
permukaan logam, misalnya karat besi. Pengertian korosif yang
lebih luas adalah sifat bahan yang dapat menyebabkan kerusakan
bahan, termasuk jaringan hidup yang kontak dengan zat tersebut
atau terpapari uapnya. Pada umumnya bahan korosif berupa asam
kuat, basa kuat, pahan pengoksidasi, dan bahan bersifat penarik air
(dehydrating agents).
Asam sulfat adalah salah satu bahan korosif, termasuk
asam kuat yang dalam kepekatan tinggi juga bersifat menarik air
Page 38
21
sekaligus pengoksidasi.Afinitas-nya terhadap molekul air
tergambar dari panas yang dibebaskan bila asam sulfat dicampur
dengan air. Penuangan air ke dalam asam sulfat adalah
carapencampuran yang keliru karena menyebabkan pendidihan
lokal dan dapat menyebabkan percikan yang akan melukai pekerja.
Efek kerusakan yang utama dari asam sulfat pada jaringan kulit
adalah lepasnya air disertai pembebasan panas.Uap asam yang
tehirup merusak saluran pernafasan atas dan mata. Pemaparan
jangka panjang oleh uap juga menyebabkan erosi gigi. Reaksi
dehidrasi oleh asam sulfat bisa menjadi sangat kuat, misalnya
reaksi dengan asam perklorat menghasilkan Cl2O7 yang tidak stabil
dan dapat mengakibatkan ledakan dahsyat. Reaksi dengan
beberapa senyawa menghasilkan gas-gas berbahaya; dengan asam
oksalat menghasilkan karbon mono oksida, dengan natrium
bromide menghasilkan bromin dan sulfur dioksida, dengan natrium
klorat menghasilkan klorin dioksida yang tidak stabil.
Contoh lain dari senyawa korosif adalah asam nitrat, asam
klorida, asam fluorida, alkali hidroksida, hidrogen peroksida,
golongan senyawa inter-halogen (ClF, BrF3), oksihalida (OF2,
OCl2, Cl2O7), elemental klorin, fluorin, bromine, dan soda kaustik.
4) Buangan pengoksidasi (Oxidizing waste)
Page 39
22
Buangan yang dapat menyebabkan kebakaran karena
melepaskan oksigen atau buangan peroksida (organik) yang tidak
stabil dalam suhu tinggi. Contoh: magnesium, perklorat dan metil
etil ketonperoksida.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan
Label Bahan Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi
bersifat pengoksidasi (oxidizing) berwarna dasar putih dengan
garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa bola api
berwarna hitam yang menyala. Simbol ini menunjukkan suatu
bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau menimbulkan api
ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama bahan-bahan
yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa
udara.
Gambar 2.4 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Pengoksidasi (Oxidizing)
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008)
Page 40
23
Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang
mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut:
a) Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan.
b) Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air;
c) Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap
beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan
manusia dan lingkungan;
d) Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada
kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau
asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan;
e) Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu
dan tekanan standar (25oC, 760 mmHg); dan
f) Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil dalam suhu tinggi.
Contoh limbah dengan sifat ini adalah asam sulfat bereaksi
dengan air spontan menghasilkan panas tinggi, magnesium,
perklorat, dan metil etil keton peroksida. Limbah lain yang
berbentuk debu sangat halus dari bahan logam, katalis atau
Page 41
24
batubara reaktif terhadap udara dan berpotensi untuk terbakar atau
meledak.
5) Buangan yang menimbulkan penyakit (Infectious Waste), yaitu
dapatmenularkan penyakit. Contoh: tubuh manusia, cairan tubuh
manusia yang terinfeksi,limbah laboratorium yang terinfeksi
kuman penyakit yang dapat menular.
Gambar 2.5 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Korosif (Corrosive)
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang
Perubahan PP No.18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah yang menyebabkan infeksi
yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh
manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau
limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman
penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja,
Page 42
25
pembersih jalan, dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan
limbah. Limbah jenis ini umumnya berupa limbah rumah sakit atau
laboratorium klinik, limbah laboratorium yang terinfeksi kuman
penyakit yang dapat menular, tubuh manusia, dan cairan tubuh
manusia yang terinfeksi.
6) Berbahaya (Harmful Waste) Buangan yang menimbulkan penyakit
(Harmful Waste) Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun,
simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful) berwarna
dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa
gambar silang berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan
suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika
terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
Gambar 2.6 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Berbahaya (Harmful) Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
Page 43
26
7) Buangan beracun (Toxic waste), yaitu buangan berkemampuan
meracuni,menjadikan cacat sampai membunuh mahluk hidup
dalam jangka panjang ataupun jangka pendek. Sebagai contoh
logam berat (seperti Hg, Cr), pestisida, pelarut, halogenida.
Gambar 2.7 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Beracun (Toxic)
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang
Perubahan PP No.18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun, penentuan sifat racun dalam
identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi
Toxicity Characteristic Leaching Procedure, TCLP pencemar
organik dan anorganik. Apabila konsentrasi limbah kurang dari
nilai ambang batas maka dilakukan uji toksikologi.Toksisitas
adalah hal utama yang diperhatikan menyangkut bahan
barbahaya.Hal ini mencakup efek kronis jangka panjang akibat
pemaparan kontinyu atau periodik dari bahan toksik konsentrasi
rendah dan efek akut dari pemaparan sesaat konsentrasi tinggi.
Untuk keperluan pengawasan dan remediasi dibutuhkan suatu uji
Page 44
27
standar yang dapat mengukur seperti apa suatu bahan toksik
sampai ke lingkungan dan menyebabkan bahaya bagi makhluk
hidup. Salah satu uji yang dipersyaratkan adalah TCLP.Uji ini
dirancang untuk menentukan mobilitas kontaminan organik
maupun anorganik yang terdapat dalam cairan, padatan dan limbah
multifasa.
8) Dangerous for environment (Berbahaya Bagi Lingkungan)
Gambar 2.8 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Berbahaya bagi Lingkungan
(Dangerous For Environment) Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan
Label Bahan Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi
bersifat berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment)
berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.
Simbol berupa gambar pohon dan media lingkungan berwarna
hitam serta ikan berwarna putih. Simbol ini untuk menunjukkan
Page 45
28
suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan.
Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada
ikan atau organisme aquatik lainnya atau bahaya lain yang dapat
ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC =
Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya PCBs =
Polychlorinated Biphenyls).
9) Carcinogenic, tetragenic, mutagenic (karsinogenik, teratogenik
dan mutagenik)
Gambar 2.9 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Karsinogenik, Teratogenik dan Mutagenik
Sumber: PermenLH No.03 Tahun 2008
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan
Label Bahan Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi
bersifat karsinogenik, teratogenik dan mutagenik berwarna dasar
putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa
gambar kepala dan dada manusia berwarna hitam dengan gambar
menyerupai bintang segi enam berwarna putih pada dada. Simbol
Page 46
29
ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau
berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan
sebagai berikut:
a) Karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;
b) teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio;
c) Mutagenik yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genétika;
d) Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
e) Toksisitas terhadap sistem reproduksi; atau
f) Gangguan saluran pernafasan.
10) Pressure gas (bahaya lain berupa gas bertekanan)
Gambar 2.10 Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Gas Bertekanan
Sumber: Permen LH No.03 Tahun 2008
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan
Page 47
30
Label Bahan Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi
bersifat gas bertekanan berwarna dasar putih dengan garis tepi
tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar tabung gas silinder
berwarna hitam.Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas
bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak
bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat
menyebabkan kebakaran.
Limbah yang temasuk limbah B3 adalah limbah lain yang
apabila diuji dengan metode toksikologi memiliki LD50 di bawah
nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Pengujian toksikologi
dilakukan untuk menentukan sifat akut atau kronik dan
menetapkan nilai LD50 (Lethal Dose Fifty).LD50 adalah
perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram) yang dapat
menyebabkan kematian 50 % populasi makhluk hidup yang
dijadikan percobaan. Apabila LD50 lebih besar dari 15 gram per
kilogram berat badan maka limbah tesebut bukan limbah B3.Untuk
melakukan uji toksikologi dengan bio essai dilaksanakan untuk
limbah B3 yang tidak mempunyai dosis referensi atau limbah B3
yang bersifat akut.Adapun limbah B3 yang bersifat kronis
dilakukan telaahan dengan metodologi perhitungan dan atau
berdasarkan hasil studi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang
Page 48
31
ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengendalian dampak lingkungan.
Pengelompokan limbah B3 yang lain dapat dibedakan
berdasarkan sifatnya, yaitu:
1) Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan.
2) Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan
dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan
mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus
terbakar hebat dalam waktu lama.
3) Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran
karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik
peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
4) Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang
berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat
menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit atau mulut.
5) Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium
yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman
penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan
tubuh manusia yang terkena infeksi.
Page 49
32
C. Tinjauan Umum Tentang Sistem Pengelolaan Limbah B3
1. Pengelolaan dan pengolahan limbah B3.
Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan,
pengangkutan, pemanfatan, pengolahan dan penimbunan.Setiap kegiatan
pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah
B3 harus dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di
daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga
ditembuskan ke Bapedalda setempat.
Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor
Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Pengolahan limbah B3 meliputi pengumpulan limbah di laboratorium,
pengambilan limbah dari laboratorium, penyimpanan sementara di gudang
penyimpanan sementara limbah B3 dan pengangkut ke pengolah akhir
yaitu lembaga berwenang yang ditunjuk pemerintah (Peraturan
Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun 2014 tentang Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun).
Proses penyimpanan sementara limbah B3 dan pengangkutan ke
pengolah akhir harus mengikuti beberapa persyaratan penyimpanan dan
pengangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan
Page 50
33
keselamatan proses penyimpanan dan pengangkutan mengingat besarnya
potensi bahaya dari beberapa limbah B3 (Niken, dkk., 2014). Persyaratan
penyimpanan dan pengangkutan dapat diikuti dengan melihat dari
karakteristik dan potensi bahaya dari setiap limbah B3. Karakterisasi
limbah B3 ini yang nantinya digunakan untuk menentukan perlakuan
dalam proses penyimpanan sementara dan pengemasan pada saat akan
dilakukan proses pengangkutan (Kenneth P. Fivizzani,2009)
Berdasarkan peraturan RI no 101 tahun 2014, pengelolaan limbah
B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan.
1. Pengurangan
Pengurangan limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3
untuk mengurangi jumlah dan atau mengurangi sifat bahaya dan/atau
racun dari limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha atau
kegitan. Pengurangan limbah B3 wajib dilakukan oleh penghasil
limbah B3 dengan cara:
a. Subtitusi bahan, pemilihan bahan baku dan/atau bahan penolong
yang semula mengandung B3 digantikan dengan yang tidak
mengandung B3.
b. Modifikasi proses, pemilihan dan penerapan produksi yang lebih
efisien
Page 51
34
c. Penggunaan teknologi ramah lingkungan.
2. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang
dilakukanoleh penghasil atau pengumpul atau pemanfaat atau
pengolah dan/atau penimbunlimbah B3 dengan maksud menyimpan
sementara. Penghasil limbah B3dapat menyimpan limbah B3 paling
lambat 90 hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau
pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3.Apabila limbah
B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kilogram per hari, penghasillimbah
B3 dapat menyimpan limbah B3 lebih dari 90 hari sebelum
diserahkankepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau
penimbun limbah B3,dengan persetujuan instansi yang bertanggung
jawab. Kegiatanpenyimpanan sementara limbah B3 wajib memiliki
izin dari Bupati/Walikota.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun
2014 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
penyimpanan limbah B3 dilakukan di tempat penyimpanan yang
sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan
bencana dan diluar kawasan lindung serta sesuai dengan rencana
tata ruang,
Page 52
35
b. Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik
limbah B3, dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan,
c. Desain dan konstruksi yang mampu Desain dan konstruksi yang
mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan melindungi Limbah
B3 dari hujan dansinar matahari,
d. Memiliki peneranganpenerangan dan ventilasi, dan
e. memiliki saluran drainase dan bak penampung.
3. Pengumpulan
Pengumpulan limbahB3 adalah kegiatan mengumpulkan
limbah B3 dari penghasil limbah B3 sebelum diserahkan kepada
pemanfaat limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau penimbun
limbah B3. Pengumpul limbahB3 adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3
sebelum dikirim ke tempat pengolahan atau pemanfaat atau penimbun
limbah B3. Kewajiban pengumpul limbah B3 hampir sama dengan
penghasil limbah B3 dalam urusan catatan dan penyimpanan. Kegiatan
pengumpulan limbah B3 wajib memiliki izin dari:
a. Menteri untuk pengumpulan limbah B3 skala nasional setelah
mendapat rekomendasi dari gubernur,
b. Gubernur untuk pengumpulan limbah B3 skala provinsi, atau
c. Bupati/Walikota untuk pengumpulan limbah B3 skala
kabupaten/kota.
Page 53
36
Dalam hal setiap orang yang menghasilkan mampu melakukan
sendiri Pengumpulan Limbah B3 diserahkan kepada dihasilkannya,
Pengumpulan Limbah Pengumpul Limbah B3. Penyerahan Limbah B3
kepada Pengumpul dengan bukti penyerahan Limbah B3. Salinan
bukti penyerahan Limbah B3 disampaikan oleh setiap orang kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya paling lama 7 (tujuh) hari sejak penyerahan Limbah
B3.
4. Pengangkutan
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan
limbah B3 dari penghasil atau dari pengumpul atau dari pemanfaat
atau dari pengolah kepengumpul atau ke pemanfaat atau ke pengolah
atau ke penimbun limbah B3. Setiap pengangkutan limbah B3 oleh
pengangkut limbah B3 wajib disertai dokumen limbah B3 yang
ditetapkan oleh kepala instansi yang bertanggungjawab.
Berdasarkan penjelasan Peraturan Pemerintah RI No. 101
Tahun 2014 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu
penyerahan limbahB3 oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul
limbah B3 kepada pengangkut limbah B3. Dokumen limbah B3
tersebut berisi ketentuan sebagai berikut:
Page 54
37
a. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang
menyerahkan limbah B3;
b. Tanggal penyerahan limbah B3;
c. Nama dan alamat pengangkut limbah B3;
d. Tujuan pengangkutan limbah B3; dan
e. Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3 yang
diserahkan.
Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan alat angkut khusus
yangmemenuhi persyaratan dengan tata cara pengangkutan yang
ditetapkanberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sarana pengangkutan yang dipakai mengangkut limbah B3 adalah
truk, kereta api, atau kapal. Pengangkutan dengan mengemasi limbah
B3 ke dalam container dengan drumkapasitas 200 liter. Untuk limbah
B3 cair jumlah besar digunakan tanker, sedangkan limbah B3 padat
digunakan lugger box dari baja. Kegiatan pengangkutan limbah B3
wajib memiliki izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan di
bidang perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari menteri
(Larastika, 2011).
5. Pemanfaatan
Pemanfaatan limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali,
daur ulang, dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk
mengubah limbah B3 menjadi yang dapat digunakan sebagai subtitusi
Page 55
38
bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar yang aman bagi
kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
6. Pengolahan
Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:
a. Lokasi Pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil
limbah atau di luar lokasi penghasil limbah.
1) Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
a) Daerah bebas banjir.
b) Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter.
2) Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:
a) Daerah bebas banjir.
b) Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m
untuk jalan lainnya.
c) Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas
umum minimum 300 m.
d) Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk
minimum 300 m.
e) Dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam
hutan lindung) minimum 300 m.
Page 56
39
b. Fasilitas Pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi,
meliputi:
1) Sistem kemanan fasilitas.
2) Sistem pencegahan terhadap kebakaran.
3) Sistem pencegahan terhadap kebakaran.
4) Sistem penanggulangan keadaan darurat.
5) Sistem pengujian peralatan.
6) Dan pelatihan karyawan.
c. Penanganan Limbah B3 Sebelum Diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji
analisis kandungan guna menetapkan prosedur yang tepat dalam
pengolahan limbah tersebut.Setelah uji analisis kandungan
dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna
pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan
kandungan limbah.
Penanganan limbah sebelum diolah lainnya adalah proses
penyimpanan. Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan
sementara limbah B3 sampai jumlahnya mencukupi untuk
diangkut atau diolah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
efisiensi dan ekonomis. Penyimpanan limbah B3 untuk waktu
Page 57
40
yang lama tanpa kepastian yang jrlas untuk memindahkan ke
tempat fasilitas pengolahan, penyimpanan dan pengolahan tidak
diperbolehkan. Penyimpanan dalam jumlah yang banyak dapat
dikumpulkan di lokasi pengumpulan limbah.
Limbah cair maupun limbah padat dapat disimpan, untuk
limbah cair dapat dimasukkan ke dalam drum dan disimpan dalam
gudang yang terlindungi dari panas dan hujan. Limbah B3 bentuk
padat/lumpur diismpan dalam bak penimbun yang dasarnya
dilapisi dengan lapisan kedap air. Penyimpanan terus
mempertimbangkan jenis, jumlah B3 yang dihasilkan (Anggarini,
2015).
Jenis dan karakteristik B3 akan menentukan bentuk dan
bahan pewadahan yang sesuai dengan sifat limbah B3, sedangkan
jumlah timbulan limbah B3 dan periode timbulan menentukan
vokume yang harus disediakan. Bahan yang digunakan untuk
wadah dan sarana lainnya dipilih berdasar karakteristik buangan.
Contoh untuk buangan yang korosif disimpan dalam wadah yang
terbuat dari fiber glass.
d. Pengolahan
Penentuan karakteristik limbah B3 biasanya mengacu pada
Material Safety Data Sheet (MSDS) pada setiap zat kimia yang
dominan terkandung pada limbah B3. Material Safety Data Sheet
Page 58
41
atau yang kita kenal dengan MSDS adalah suatu form yang berisi
keterangan data fisik (titik lebur, titik didih, titik flash, dsb),
toksisitas,pengaruh terhadap kesehatan, pertolongan pertama,
reaktifitas, penyimpanan danpembuangan yang aman, peralatan
proteksi, serta prosedur penanganan bahaya (Niken, dkk., 2014).
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari
karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk
pengolahan dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut:
1) Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi,
pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2) Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan
cairan dan penyisihan komponen-komponen spesifik dengan
metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.
3) Proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi
potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara
membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum
limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4) Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi
limbah menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi
pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika
suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat
Page 59
42
100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01
kg atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu
jenis limbah B3, tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik
melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.
7. Penimbunan
Penimbunan limbah B3 adalah kegiatan menempatkan limbah B3
pada fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan hidup. Adapun syarat dan lokasi penimbunan
limbah B3, yaitu:
a. Bebas banjir,
b. Permeabilitas tanah,
c. Merupakan daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak rawan
bencana, dan di luar kawasan lindung, dan
d. Tidak merupakan daerah resapan air tanah, terutama yang digunakan
untuk air minum.
D. Tinjauan Umum Tentang Laboaratorium
Laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium, adalah
unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup
atau terbuka,bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk
kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan
menggunakan peralatan danbahan berdasarkan metode keilmuan tertentu,
Page 60
43
dalam rangka pelaksanaan pendidikan,penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat (Permenpan dan Reformasi Birokrasi No.3/2010).
1. Fungsi Laboratorium
Secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima
sehinggaAntara teori dan praktek bukan merupakan dua hal yang
terpisah, melainkandua hal yang merupakan kesatuan. Keduanya
saling mengkaji dan salingmencari dasar.
b. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa/mahasiswa.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat
kebenaranilmiah dari suatu obyek dalam lingkungan alam dan
lingkungan sosial.
d. Menambah keterampilan dalam mempergunakan alat media yang
tersedia untuk mencari dan menentukan kebenaran.
e. Memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai keterampilan yang
diperoleh, penemuan yang didapat dalam proses kegiatan
kerjadilaboratorium.
2. Kategori Laboratorium
Laboratorium tentunya dibedakan sesuai bidang kajiannya masing-
masing. Ada laboratorium Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, dll.
Sedangkan menurut PeraturanBersama Mendiknas dan Kepala BKN,
2010: 3, laboratorium menjadi 4 kategorisebagai berikut:
Page 61
44
a. Laboratorium Tipe I
Laboratorium Tipe I adalah laboratorium ilmu dasar yang
terdapat di sekolahpada jenjang pendidikan menengah, atau unit
pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau
pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan
bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum untuk melayani
kegiatan pendidikan siswa.
b. Laboratorium Tipe II
Laboratorium Tipe II adalah laboratorium ilmu dasar yang
terdapat diperguruan tinggi tingkat persiapan (semester I, II), atau unit
pelaksana teknisyang menyelenggarakan pendidikan dan/atau
pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan
bahan yang dikelola adalah bahankategori umum untuk melayani
kegiatan pendidikan mahasiswa.
c. Laboratorium Tipe III
Laboratorium Tipe III adalah laboratorium bidang keilmuan
terdapat dijurusan atau program studi, atau unit pelaksana teknis yang
menyelenggarakanpendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas
penunjang peralatan kategori I,II, dan III, dan bahan yang dikelola
adalah bahan kategori umum dan khususuntuk melayani kegiatan
pendidikan, dan penelitian mahasiswa dan dosen.
d. Laboratorium Tipe IV
Page 62
45
Laboratorium Tipe IV adalah laboratorium terpadu yang
terdapat di pusat studi fakultas atau universitas, atau unit pelaksana
teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan
fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan bahan yang
dikelola adalah bahan kategoriumum dan khusus untuk melayani
kegiatan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa
dan dosen.
3. Kategori Peralatan Laboratorium.
Berdasarkan tipe laboratorium, masing-masing laboratorium memiliki
kategori peralatan sesuai dengan ketentuan umum Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 03
Tahun 2010.
a. Peralatan Laboratorium Kategori I
1) Fisika / Kimia : Alat Kaca, Tool Kit (Obeng, Mesin Bor Listrik )
2) Biologi : Coloni Counter, Lampu UV
3) Mekanik : Palu, Gergaji, Kapak
4) Listrik : Solder Listrik
b. Peralatan Laboratorium Kategori II
1) Fisika / Kimia : Spektrofotometer UV-Vis, Water Destilator, COD
Monitor, Conductifity Meter, pH Meter, Rotary Evaporator,
Fraction Collector, Freeze Dryer, Furnace, Oven, Micropippete,
Neraca Digital.
Page 63
46
2) Biologi : Inkubator CO2, Autoclave, Autometic Shive Sheker, Deep
Freezer, Electrophoresis, Elisa Reader, Laminar Air Flow.
3) Mekanik : Ball Mill, Flowmeter Gas, Opacity Meter.
4) Medis / Klinik : Haematokrit, Hematology Analyzer.
5) Listrik : Galvanometer, Amperemeter, Multitester, Termokopel,
Probe Heater.
6) Kalibrasi : Alat Multi Kalibrasi dan Maintenance, Anak
Timbangan Gram Standar, Electroparameter Calibrator
c. Peralatan Laboratorium Kategori III
1) Fisika / Kimia : AAS<GC, HPLC, HRMS, XRD, XRF, NMR,
FTIR, Scanning Electron Microscope
2) Biologi : DNA Sequencer, Ultra Centrifuge, Q-PCR / Realtime
PCR ( Poly Chain Reactions )
3) Mekanik : Computer Numerical Control Machine, Foulbll
Machine, Mesin Bubut.
4) Listrik : Osciloscope
5) Medis / Klinik : Alat Bedah
4. Kriteria Bahan Laboratorium.
Setiap aktifitas laboratorium memiliki jenis kegiatan yang berbeda
tergantung bahan yang di gunakan dalam laboratorium, bahan
laboratorium di bagi menjadi bahan khusus dan bahan umum dan seperti
yang telah di jelaskan dalam ketentuan umum Peraturan Menteri
Page 64
47
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 03
Tahun 2010 sebagai berikut :
a. Kriteria Bahan Khusus Laboratorium.
1) Fisika / Kimia : Certified Refference Material (Bahan Acuan
Bersertifikat, Asam Perklorat, Asam Nitrat, Asam Sulfat.
2) Biologi : Ecoli-ATCC 25922 (American Types Controlled
Culture), Media Tumbuh.
3) Medik / Klinik : Sampel Darah, Sampel Urine, Jaringan Mahluk
Hidup.
b. Kriteria Bahan Umum Laboratorium.
1) Fisika / Kimia : Aquades, Minyak Pelumas Mesin Mekanik.
2) Mekanik : Sampel Uji Conblok Beton.
Limbah tanpa keterangan dilakukan identifikasi terbatas, yaitu
menentukan sifat fisik dari limbah B3 dan mengukur pH limbah untuk
menentukan jenis limbah asam atau basa, sehingga dalam penempatan
limbah dapat dikelompokkan berdasarkan sifat yang telah diujikan (Niken,
dkk., 2014).Sebanyak sembilan persen limbah B3 yang dikirim oleh
laboratorium penghasil limbah merupakan limbah tanpa keterangan atau
belum teridentifikasi. Limbah B3 tersebut merupakan limbah cair yang
berasal dari Bidang Pertanian dan merupakan limbah sisa penelitian yang
telah lampau. Kesadaran para peneliti lagi-lagi dituntut untuk ikut berperan
dalam mengelola limbah B3 yang dihasilkan dari penelitiannya. Pemberian
Page 65
48
minimal label nama limbah pada setiap limbah B3 akan sangat membantu
dalam proses pengelolaan limbah selanjutnya.
Page 66
49
BAB III
KERANGKA TEORI
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Herbert O. House, ketua National Research Council (NRC), menyatakan
bahwa perlu adanya perhatian terhadap bahan berbahaya dan beracun,
terutama bahan kimia yang dihasilkan dari laboratorium penelitian. Oleh
karena itu, National Research Council (NRC) merekomendasikan adanya
penanganan dan pembuangan khusus yang aman untuk bahan kimia
berbahaya dan beracun dari laboratorium.
Sesuai yang di jelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Chandra,
2012. Pengelolaan limbah harus dilakukan dengan benar, efektif dan
memenuhi persyaratan sanitasi. Syarat yang harus dipenuhi dalam
pengelolaan limbah adalah tidak mengkontaminasi udara, air/tanah, tidak
menimbulkan bau, tidak menyebabkan kebakaran, dan sebagainya.
Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Perusahaan. Penghasil
limbah B3 wajib bertanggungjawab sejak limbah B3 dihasilkan sampai
dimusnahkan (from cradle to grave) dengan melakukan pengelolaan secara
internal dengan benar dan memastikan pihak ke 3 pengelola Limbah B3
memenuhi regulasi dan kompeten. Peraturan tersebut menjabarkan
karakteristik limbah bahan berbahaya dan beracun dan aturan pengelolaannya.
Page 67
50
Pengelolaan limbah B3 yang diatur dalam peraturan ini mencakup kegiatan
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan
limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
Atas dasar pemikiran diatas, maka yang menjadi variabel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Limbah yang dimaksud adalah buangan dari hasil
laboratorium.
2. Sistem Pengolahan Limbahadalah upaya untuk mengurangi atau
menghindari pencemaran bagi lingkungan sekitar wilayah laboratorium.
B. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan:
= Variabel yang di teliti
= Variabel yang tidak diteliti
Karakteristik - Mudah Terbakar ( Flamable) - Mudah Meledak (Explosive) - Menimbulkan Karat (Corrosive) - Buangan Oksidasi (Oxidizing Waste) - Buangan Infeksius (Infecsius Waste) - Buangan Beracun (Toxic Waste)
Sistem Pengelolaan 1. Pengurangan 5. Pemanfaatan 2. Penyimpanan 6. Pengolahan 3. Pengumpulan 7. Penimbunan 4.Pengangkutan
Limbah B3 Laboratorium Unhas
Page 68
51
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Karakteristik limbah B3
Karakteristik limbah B3 merupakan bahan yang digunakan pada
laboratorium Universitas Hasanuddin.
Kriteria Objektif:
a. Sifat bahan yang di maksud adalah bahan biofisika dan kimia.
b. Jenis bahan adalah wujud padat dan cair
2. Sistem pengelolaan limbah
Sistem pengelolaan limbah adalah upaya yang dilakukan oleh
pengelolah laboratorium di Universitas Hasanuddin untuk mengurangi
dampak limbah terhadap lingkungan.
Kriteria Objektif:
a. Sistem pengelolaan limbah tahapan lengkap apabila mencakup
kegiatan pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3.
b. Sistem pengelolaan limbah tahapan tidak lengkap apabila salah satu
tahapan kegiatan tidak dilakukan seperti pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan limbah B3.
Page 69
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey observasional dengan pendekatan
deskriptif yaitu mengambarkan karakteristik dan sistem pengelolaan limbah B3 di
Laboratorium Universitas Hasanuddin Kota Makassar.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Lokasi : Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Universitas Hasanuddin
Kota Makassar.
2. Waktu : Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Oktober 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua laboratorium yang terdapat
di Universitas Hasanuddin Kota Makassar.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah laboratorium biofisika dan kimia di
Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi, dan
Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin Kota Makassar.
3. Teknik sampling
Teknik sampling yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purpossive
sampling yang diambil secara tidak acak sesuai dengan kriteria tertentu.
Page 70
53
D. Metode Penarikan Sampel
Tindakan pertama peneliti melakukan observasi di tempat penelitian
kemudian peneliti memilih beberapa tempat untuk dijadikan sampel dengan
kriteria yaitu laboratorium biofisika dan kimia yang berpotensi menghasilkan
limbah B3, mendapakan izin dari pihak laboratorium dan memiliki modul
praktikum lengkap.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yakni dengan pengambilan
data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data diperoleh dari observasi langsung menggunakan instrumen lembar
obsevasi kuesioner dengan melakukan pemberian skor pada masing-masing
variabel penelitian yang dilakukan pada laboratorium yang berada di
Universitas Hasanuddin Kota Makassar.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperolehdari Kantor Rektorat Universitas Hasanuddin
Kota Makassar, literatur, buku, jurnal, skripsi, dan internet.
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Metode
observasi dilakukan dengan melengkapi dengan format atau blangko
pengamatan sebagai alat, meliputi data tentang kegiatan yang berlangsung di
Page 71
54
tiap laboratorium. Metode wawancara dilakukan dengan kuisioner atau tanya
jawab atau wawancara langsung kepada pekerja di tiap laboratorium guna
mendapatkan informasi tentang limbah padat dan limbah cair bahan
berbahaya dan beracun dari hasil kegiatan. Metode dokumentasi yang
digunakan adalah dengan pengumpulan arsip mengenai data bahan yang
berpotensi menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun yang terdapat di tiap
laboratorium. Metode studi pustaka digunakan untuk mengolah data dan
informasi yang didapatkan selama proses penelitian berlangsung.
Tahapan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mencari informasi mengenai sistem pengelolaan limbah B3 yang telah
dan/atau akan diterapkan di Universitas Hasanuddin. Informasi ini
didapatkan dengan metode wawancara melalui Manajer Fasilitas Umum di
Rektorat Universitas Hasanuddin.
2. Mencari informasi mengenai rencana pengembangan Kampus Universitas
Hasanuddin.
3. Menentukan lokasi studi dengan melihat potensi penggunaan bahan
berbahaya dan beracun, sehingga terpilih di Fakultas Kedokteran, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Fakultas Farmasi, Fakultas MIPA, Fakultas Teknik, FIKP,
Fakultas Kehutan dan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Kota
Makassar.
Page 72
55
4. Menentukan departemen di tiap fakultas dan laboratorium di tiap
departemen tersebut yang berpotensi menggunakan bahan berbahaya dan
beracun. Untuk mendapatkan informasi mengenai departemen dan
laboratorium/rumah sakit pendidikan tersebut dilakukan dengan metode
studi literatur melalui website Universitas Hasanuddin Makassar.
5. Melakukan perizinan dan survei lapangan ke tiap departemen dengan
metode observasi untuk melihat kelayakan penelitian yang meliputi apakah
departemen tersebut menggunakan dan menghasilkan bahan berbahaya dan
beracun dan bagaimanakah sistem pengelolaan limbah B3 yang telah
diterapkan oleh departemen tersebut.
F. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data primer yang diperoleh dari hasil observasi langsung diolah secara
manual dengan menggunakan komputerisasi.
2. Analisis Data
Dalam tahap ini, data primer diolah dan dianalisa secara deskriptif
berdasarkan kriteria objektif untuk memperoleh gambaran karakteristik dan
pengolahan limbah laboratorium di Universitas Hasanuddin. Data primer yang
telah diperoleh akan dianalisis dan diolah untuk mendapatkan karakteristik
limbah bahan berbahaya dan beracun. Tahapan pengerjaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Page 73
56
1. Melakukan identifikasi limbah apakah limbah tersebut merupakan limbah
bahan berbahaya dan beracun atau bukan
2. Melakukan karakterisasi limbah berdasarkan sifatnya, yaitu limbah
ignitability (kenyala-nyalaan), flammable (mudah terbakar), explosive
(mudah meledak), corrosive (menimbulkan karat), buangan penyebab
penyakit (infectious waste), dan buangan beracun (toxic waste).
Pengkarakterisasian ini dilakukan dengan menggunakan studi literatur, yaitu
melihat MSDS (Material Safety Data Sheet) dari tiap limbah padat atau cair
yang dihasilkan.
3. Melakukan pengelompokkan limbah berdasarkan karakteristiknya yang
sejenis.
G. Penyajian Data
Pada penelitian ini, data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel dan
diuraikan dalam bentuk narasi.
Page 74
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Universitas Hasanuddin, yang kemudian disingkat Unhas, merupakan
sebuah perguruan tinggi negeri di kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia, yang berdiri pada 10 September 1956. Perguruan tinggi ini semula
merupakan pengembangan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ketika
Bung Hatta masih menjadi Wakil Presiden. Kampus Unhas semula dibangun di
Baraya atau Kampus Baraya. Namun, awal tahun 1980-an, ketika Rektor dijabat
Prof. Dr. Ahmad Amiruddin, Kampus Unhas dipindahkan ke Tamalanrea, karena
Kampus Baraya sudah berada di tengah kota. Kini Kampus Unhas menempati
areal seluas 220 hektare di Tamalanrea dengan berbagai fasilitas, termasuk
laboratorium yang dimiliki sebanyak 30 yang bertujuan mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan. Fakultas di Universitas Hasanuddin bertambah
menjadi 15 fakultas yang sebelumnya Fakultas Keperawatan masih menjadi
bagian dari Fakultas Kedokteran. Saat ini telah dikembangkan kampus baru
UNHAS yang dikhususkan untuk Fakultas Teknik, yang terletak di bekas pabrik
kertas Gowa di Kabupaten Gowa. Kampus baru ini mulai dipergunakan sejak
tahun 2006 walaupun masih dalam tahap renovasi dan pembangunan gedung dan
pengadaan fasilitas.
Page 75
58
Univertsitas Hasanuddin merupakan salah satu universitas terbaik di
Indonesia. Berdasarkan Kementerian riset, teknologi dan pendidikan tinggi, Unhas
masuk ke dalam sepuluh besar universitas terbaik di Indonesia. hal ini dinilai
berdasarkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), kualitas kelembagaan,
kualitas kegiatan kemahasiswaan, serta kualitas penelitian dan publikasi ilmiah.
Laboratorium sebagai salah satu sarana penunjang pendidikan dan pengembangan
ilmu pengetahuan, merupakan hal yang penting.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Hasanuddin. Jenis penelitian
berupa survei dan observasional dengan pendekatan deskriptif, yaitu
menggambarkan karakteristik dan sistem pengelolaan limbah B3 di Laboratorium
Universitas Hasanuddin sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi
sebagai penjelasan tabel. Berdasarkan hasil pengelolahan darat yang dilakukan,
maka hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Data penelitian yang ditampilkan adalah data hasil penelitian berupa limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dihasilkan di lokasi penelitian.
Pembahasan meliputi hasil identifikasi limbah B3 yang selanjutnya
dikarakterisasi sesuai Material Safety Data Sheet (MSDS). Berdasarkan hasil
karakterisasi tersebut, dilakukan pembahasan mengenai rekomendasi sistem
pengelolaan limbah B3 yang meliputi rekomendasi penampungan limbah B3,
rekomendasi limbah B3, dan rekomendasi limbah B3.
Page 76
59
A. Karakteristik Bahan
1. Fakultas Kesehatan Masyarakat
a. Bahan Mudah Terbakar
Tabel 5.1 Daftar Bahan Mudah Terbakar di FKM Unhas 2017
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.1 Daftar Bahan Mudah Terbakar di FKM Unhas 2017 di atas dapat
diketahui bahwa dari praktikum yang dilakukan menghasilkan limbah yang
mengandung bahan yang mudah terbakar seperti HCL dan NO2.
No Bahan Mudah Terbakar (Flammable)
1. Canada balsam 2. CH3CH2OH 3. HCL 4. K2Cr2O7 5. Larutan malachite green 6. NO2
Page 77
b. Bahan Korosif
Tabel 5.2 Daftar Bahan Korosif Laboratorium FKM Unhas 2017
No Bahan Menimbulkan karat (Corrosive)
1. CH3COOH 2. FeCl3 3. H2SO4 4. HCl 5. HCOOH 6. HNO3 7. NaOH 8. NH4OH
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.2 Daftar Bahan Korosif Laboratorium FKM Unhas 2017 dapat
dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan menghasilkan
limbah yang mengandung bahannya korosif seperti HCL, HNO3, NaOH dan
lainnya.
c. Bahan Buangan Oksidasi
Tabel 5.3 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Laboratorium
FKM Unhas 2017
No Bahan Buangan Oksidasi
1. Ca(ClO)2 2. FeCl3 3. H2SO4 4. Larutan pereaksi O2 5. Na2S2O3 6. NH4OH
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.3 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Laboratorium FKM Unhas
2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan
Page 78
61
menghasilkan limbah yang mengandung bahan buangan oksidasi seperti FeCl3,
H2SO4 dan lainnya.
d. Bahan Infeksius
Tabel 5.4 Daftar Bahan Infeksius Laboratorium
FKM Unhas 2017
No Bahan Infeksius
1. Bakteri 2. bakteri Coliform 3. bakteri pada makanan 4. Biochemical Oxygen Demand pada air limbah Kantin. 5. Dissolved Oxygen pada air limbah Kantin 6. Nutrient agar 7. Sampel feses
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5. 4 Daftar Bahan Infeksius Laboratorium FKM Unhas 2017
dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan menghasilkan
limbah yang mengandung bahan infeksius seperti bakteri dan bahan lainnya.
Page 79
62
e. Bahan Buangan Toksik (Beracun)
Tabel 5.5 Daftar Bahan Buangan Toksik (Beracun) Laboratorium
FKM Unhas 2017
No Bahan Buangan Beracun (Toxic waste)
1. AgNO3 2. Asamborat 3. BaCl2 4. Biochemical Oxygen Demand 5. buffer hardness 6. Ca(ClO)2 7. Canada balsam 8. CH3CH2OH 9. Dissolved Oxygen
10. DPD total chlorinreagent 11. H2SO4 12. HCl 13. HNO3 14. K2Cr2O7 15. KI 16. Larutanmalachite green 17. MnSO4 18. Na2S2O3 19. NaNO2 20. NaOH 21. NH4OH 22. NO2
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.5 Daftar Bahan Buangan Toksik (Beracun) Laboratorium
FKM Unhas 2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang
dilakukan menghasilkan limbah yang mengandung bahan yang mengandung
buangan toksik seperti Hcl, HNO3, NO2, dan bahan lainnya.
Page 80
63
2. Fakultas Farmasi
a. Bahan Mudah Terbakar
Tabel 5.6 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium
Farmasi Unhas 2017
No Bahan Mudah Terbakar (Flammable)
1. C10H11N3O3S 2. C10H15NO.HCl 3. C12H12N2O3 4. C25H30ClN3
5. C6H7N3O 6. C6H8O6 7. C7H5NaO3 8. C8H10N4O2 9. CH3CH2OH
10. Na2S 11. Pb(CH3COO)2.3H2O
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.6 Daftar Bahan Mudah Terbakar Unhas 2017 dapat dilihat
bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan menghasilkan limbah yang
mengandung bahan mudah terbakar seperti C10H11N3O3S dan bahan lainnya.
b. Bahan Mudah Meledak
Tabel 5.7 Daftar Bahan Mudah Meledak Laboratorium
Farmasi Unhas 2017
No Bahan Mudah Meledak
1. HClO4 Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.7 Daftar Bahan Mudah Meledak Unhas 2017 dapat dilihat
bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan menghasilkan limbah yang
mengandung bahan mudah meledak seperti HClO4.
Page 81
64
c. Bahan Menimbulkan Karat
Tabel 5.8 Daftar Bahan Menimbulkan Korosif Laboratorium
Farmasi Unhas 2017
No Bahan Menimbulkan karat (Corrosive)
1. C10H15NO.HCl 2. CH3COOH 3. CuSO4 4. FeCl3 5. H2SO4 6. HCl 7. HClO4 8. I2 9. N2SO4.7 H2O
10. Na2CO3 11. Na2S 12. Na3PO4 13. NaCN 14. NaI 15. NaOH 16. NH4Cl 17 NH4SCN
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.8 Daftar Bahan Mudah Meledak Unhas 2017 dapat dilihat
bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan menghasilkan limbah yang
mengandung bahan mudah korosif seperti HClO4.
Page 82
65
d. Bahan Buangan Oksidasi
Tabel 5.9 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Laboratorium
Farmasi Unhas 2017
No Bahan Buangan Oksidasi
1. C10H10N4O2S 2. C10H11N3O3S 3. C10H15NO.HCl 4. C11H12Cl2N2O5 5. C11H12N4O2S 6. C12H12N2O3 7. C6H7N3O 8. C6H8N2O2S 9. C6H8O6 10 C7H5NaO3 11. C8H10N4O2 12. FeCl3 13. H2SO4 14. HClO4 15. KMnO4 16. Na2S2O3 17. Pb(CH3COO)2.3H2O
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.9 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Unhas 2017 dapat dilihat
bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan menghasilkan limbah yang
mengandung bahan buangan oksidasi seperti HClO4, FeCL4 dan lainnya.
Page 83
66
e. Bahan Buangan Beracun
Tabel 5.10 Daftar Bahan Buangan Beracun Laboratorium
Farmasi Unhas 2017
No Bahan Buangan Beracun (Toxic waste)
1. AgNO3 2. BaSO4 3. BiNO3 4. C10H10N4O2S 5. C10H11N3O3S 6. C10H15NO.HCl 7. C11H12Cl2N2O5 8. C11H12N4O2S 9. C12H12N2O3
10. C25H30ClN3
11. C6H7N3O 12. C6H8N2O2S 13. C6H8O6 14. C7H5NaO3 15. C8H10N4O2 16. CaCO3 17. CH3CH2OH 18. CH3COOH 19. Co(NO3)2 20. Cr2(SO4)3 21. CuSO4 22. Fe (NH4) (SO4)2 23. FeCl3
24. FeSO4 25. H2O2 26. H2SO4 27. HCl 28. HClO4 29. HgCl2 30 I2
31. K2CrO4 32. KAlSO4 33. KBr 34. KBrO3 35. KCl
Page 84
67
36. KI 37. KMnO4 38. MgSO4.7H2O 39. N2SO4.7 H2O 40. Na2CO3 41. Na2S 42. Na2S2O3 43. Na3PO4 44. NaBr 45. NaCN 46. NaI 47. NaNO2 48. NaOH 49. NH4Cl 50. NH4SCN 51. Pb(CH3COO)2.3H2O 52. SrCl2 53. ZnO
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.10 Daftar Bahan Buangan Beracun Unhas 2017 dapat dilihat
bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan menghasilkan limbah yang
mengandung bahan beracun seperti NaOH, NaBr dan lainnya.
3. MIPA
a. Bahan Mudah Terbakar
Tabel 5.11 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium
MIPA Unhas 2017
No Bahan Mudah Terbakar (Flammable)
MIPA Kimia Dasar
Biokimia Kimia Organik Dasar
Anorganik
1. 1-Chloromethylbenzene √ 2. C14H14N3NaO3S √ 3. C2H4O2 √ 4. C2H5NO2 √ 5. C2H5OH √ 6. C3H6O √
Page 85
68
7. C3H7NO2S.HCl.H2O √ 8. C4H10O √ √ 9. C4H7NO4 √
10. C4H8O2 √ 11. C5H12O √ 12. C6H10O3 √ 13. C6H12 √ 14. C6H5CH3 √ 15. C6H5Cl √ 16. C6H5OH √ 17. C6H6 √ 18. Ca √ 19. CH3CH(NH2)COOH √ 20. CH3CH2Br √ 21. CH3CH2OH √ √ √ √ 22. CH3CHO √ 23. CH3COONa √ √ 24. Cu √ 25. HCOH √ 26. HCOOH √ √ 27. HCOONa √ 28. KNaC4H4O6.4H2O √ 29. Mg √ 30. NaI √ 31. Parafin √ 32. Pb(CH3COO)2.3H2O √ 33. Zn √
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.11 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium MIPA Unhas
2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan
menghasilkan limbah yang mengandung bahan mudah terbakar seperti paraffin,
Mg, NaI dan lainnya.
Page 86
69
b. Bahan Mudah Meledak
Tabel 5.12 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium
MIPA Unhas 2017
No Bahan Mudah meledak
MIPA
Kimia Dasar
Biokimia Kimia Organik Dasar
Anorganik
1. HCOOH √ 2. C4H10O √ √ 3. HCOH √ 4. C6H12 √ 5. C6H6 √ 6. (NH4)2C2O4 √
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.12 Daftar Bahan Mudah Meledak Laboratorium MIPA Unhas
2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan
menghasilkan limbah yang mengandung bahan mudah terbakar seperti paraffin,
Mg, NaI dan lainnya.
Page 87
70
c. Bahan Menimbulkan Karat (Korosif)
Tabel 5.13 Daftar Bahan Menimbul Karat (Korosif) Laboratorium
MIPA Unhas 2017
No Bahan Menimbulkan
karat (Corrosive)
MIPA Kimia Dasar
Biokimia Kimia Organik Dasar
Anorganik
1. Br2 √ 2. C3H6O √ 3. C6H5OH √ 4. CH3COOH √ √ √ 5. CHCl3 √ √ √ 6. FeCl3 √ √ 7. H2SO4 √ √ √ √ 8. H3PO4 √ 9. HCl √ √ 10. HClO4 11. HCOOH √ √ 12. HNO3 √ 13. I2 √ √ 14. KOH √ 15. N2SO4.7 H2O 16. Na2CO3 √ √ 17. Na2S 18. Na2SO4 √ √ 19. NaOH √ √ √ 20. NH3 √ 21. NH4Cl √ 22. NH4OH √ √ 23. ZnCl2 √
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.13 Daftar Bahan Menimbulkan Karart (Korosif) Laboratorium
MIPA Unhas 2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang
dilakukan menghasilkan limbah yang mengandung bahan mudah terbakar seperti
NH3, NH4Cl dan lainnya.
Page 88
71
d. Bahan Buangan Oksidasi
Tabel 5.14 Daftar Bahan Menimbul Karat (Korosif) Laboratorium
MIPA Unhas 2017
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.14 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Laboratorium MIPA Unhas
No Bahan Buangan Oksidasi MIPA Kimia Dasar
Biokimia Kimia Organik Dasar
Anorganik
1. 1-Chloromethylbenzene √ 2. C14H14N3NaO3S √ 3. C2H5NO2 √ 4. C2H5OH √ 5. C3H7NO2S.HCl.H2O √ 6. C4H7NO4 √ 7. C4H8O2 √ 8. C5H12O √ 9. C6H10O3 √ 10. C6H2(NO3)3OH 11. C6H5CH3 √ 12. C6H5Cl √ 13. C6H5OH √ 14. C6H6 √ 15. C9H4O3.H2O √ 16. Ca(ClO)2 17. CH3CH(NH2)COOH √ 18. CH3CH2Br √ 19. CH3CHO √ 20. CH3COONa √ √ 21. FeCl3 √ √ 22. H2SO4 √ √ √ √ 23. HCOOH √ 24. HCOONa √ 25. KMnO4 √ √ 26. KNaC4H4O6.4H2O √ 27. Na2S2O3 √ 28. NH4OH √ √ √ 29. Pb(CH3COO)2.3H2O √
Page 89
72
2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan
menghasilkan limbah yang mengandung bahan Buangan Oksidasi seperti FeCl3,
H2SO4 dan lainnya.
e. Bahan Buangan Beracun
Tabel 5.15 Daftar Bahan Buangan Beracun Laboratorium
MIPA Unhas 2017
No Bahan Buangan Beracun (Toxic
waste)
MIPA Kimia Dasar
Biokimia
Kimia Organik Dasar
Anorganik
1. (NH4)2C2O4 √ 2. 1-
Chloromethylbenzene √
3. AgNO3 √ √ √ 4. Al √ 5. BaCl2 √ 6. Br2 √ 7. C14H14N3NaO3S √ 8. C2H4O2 √ 9. C2H5NO2 √ 10. C2H5OH √ √ 11. C3H6O √ 12. C3H7NO2S.HCl.H2O √ 13. C4H10O √ √ 14. C4H7NO4 √ 15. C5H12O √ 16. C6H10O3 √ 17. C6H12 √ 18. C6H5CH3 √ 19. C6H5Cl √ 20. C6H5OH √ 21. C6H6 √ 22. C9H4O3.H2O √ 23. Ca √ 24. Ca(ClO)2 25. CaCl2 √ √ √ 26. CaCl2.2H2O √
Page 90
73
27. CaSO4. 2H2O √ 28. CCl4 √ √ 29. CH3CH(NH2)COOH √ 30. CH3CH2Br √ 31. CH3CH2OH √ √ √ √ 32. CH3CHO √ 33. CH3COOH √ √ 34. CH3COONa √ √ 35. CH3COONa 36. CHCl3 √ √ √ 37. Cu √ 38. CuSO4 √ √ √ 39. CuSO4 5H2O √ √ 40. Deterjen √ 41. Fe √ 42. FeCl3 √ 43. H2SO4 √ √ √ √ 44. H3PO4 √ 45. HCl √ √ √ 46. HCOH √ 47. HCOOH √ √ 48. HCOOHNa √ 49. HNO3 √ 50. I2 √ √ 51. K3Fe(CN)6 √ 52. K4Fe(CN)6 √ 53. KBr √ 54. KBrO3 √ 55. KCNS √ 56. KCrO4 √ 57. KI √ 58. KMnO4 √ √ 59. KNaC4H4O6.4H2O √ 60. KOH √ 61. Mg √ 62. MgCl2 √ 63. MgCl2.6H2O √ 64. Na2CO3 √ √ 65. Na2HASO4 √ 66. Na2S2O3 √ √ 67. Na2SO4 √ √
Page 91
74
68. NaHCO3 √ 69. NaOH √ √ √ 70. NH3 √ 71. NH4Cl √ 72. NH4OH √ √ √ 73. Parafin √ 74. Pb(CH3COO)2.3H2O √ 75. Pereaksi Hopkins √ 76. SrCl2 √ 77. ZnCl2 √
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.15 Daftar Bahan Buangan Toksik (Beracun) Laboratorium MIPA
Unhas 2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan
menghasilkan limbah yang mengandung bahan Buangan Oksidasi seperti NH3,
SrCl3, dan lainnya.
Page 92
75
4. Fakultas Kedokteran
a. Bahan Mudah Terbakar
Tabel 5.16 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium
FK Unhas 2017
No Bahan Mudah Terbakar
(Flammable)
FK Biokimia
Histologi Patologi Parasitologi Mikrobiologi
1. (NH2)2CO √ 2 (NH4)2SO4 √ √ 3. Ammonium
hidroksida √
4. C11H13N2O √ 5. C16H18N3SCl √ 6. C19H18ClN3 √ 7. C21H14Br4O5S √ 8. C2H5N3O2 √ 9. C6H2(NO3)3OH √
10. C6H5ClO √ 11. C6H5Na3O7.2H2O √ 12. C6H5OH √ 13. C7H5O2Na √ 14. C8H10N4O2 √ 15. CH3CH2OH √ 16. CH3COONa √ 17. KNaC4H4O6.4H2O √ 18. KNaC4H4O6.4H2O
KI √
19. Na √ 20. Pb(CH3COO)2.3H2
O √
21. Reagen diazo √ Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.16 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium FK Unhas 2017
dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan menghasilkan
limbah yang mengandung bahan mudah terbakar seperti (NH4)2SO4 dan lainnya.
Page 93
76
b. Bahan Mudah Meledak
Tabel 5.17 Daftar Bahan Mudah Terbakar Laboratorium
FK Unhas 2017
No Bahan Mudah meledak
FK Biokimia
Histologi Patologi Parasitologi Mikrobiologi
1. C6H2(NO3)3OH √ Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.17 Daftar Bahan Mudah Meledak Laboratorium FK Unhas 2017
dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan menghasilkan
limbah yang mengandung bahan mudah terbakar seperti C6H2(NO3)3OH.
c. Bahan Menimbulkan Karat (Corrosive)
Tabel 5.18 Daftar Bahan Menimbulkan Karat (Corrosive) Laboratorium
FK Unhas 2017
No Bahan Menimbulkan
karat (Corrosive)
FK Biokimia
Histologi Patologi Parasitologi Mikrobiologi
1. C6H2(NO3)3OH √ 2. C6H5OH √ 3. CHCl3 √ 4. FeCl3 √ 5. H2SO4 √ √ 6. HCl √ √ 7. HNO3 √ 8. I2 √ 9. KOH √ 10 NaOH √ √ 11. Pereaksi
benedict √
12. Reagen fenol √ Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.18 Daftar Bahan Menimbulkan Karat (Corrosive) Laboratorium
Page 94
77
FK Unhas 2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan
menghasilkan limbah yang mengandung bahan menimbulkan karat seperti HNO3,
HCl dan lainnya.
d. Bahan Buangan Oksidasi
Tabel 5.19 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Laboratorium
FK Unhas 2017
No Bahan Buangan Oksidasi
FK Biokimia
Histologi Patologi Parasitologi Mikrobiologi
1. (NH2)2CO √ 2. C11H13N2O √ 3. C12H12N2 √ 4. C16H18N3SCl √ 5. C19H18ClN3 √ 6. C21H14Br4O5S √ 7. C2H5N3O2 √ 8. C6H2(NO3)3OH √ 9. C6H5ClO √
10. C6H5Na3O7.2H2O √ 11. C6H5OH √ 12. C7H5NaO3 √ 13. C8H10N4O2 √ 14. CH3COONa √ 15. FeCl3 √ 16. KNaC4H4O6.4H2O
KI √
17. Na √ 18. Pb(CH3COO)2.3H
2O √
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.19 Daftar Bahan Buangan Oksidasi Laboratorium FK Unhas
2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan
menghasilkan limbah yang mengandung bahan Buangan Oksidasi seperti FeCl3
Page 95
78
e. Bahan Buangan Infeksius
Tabel 5.20 Daftar Bahan Buangan Infeksius Laboratorium
FK Unhas 2017
No Bahan Infeksius FK Biokimia
Histologi Patologi Parasitologi Mikrobiologi
1. Anti tiroid peroksidase
√
2. Cairan otak √ 3. Coryneabacteriu
m diphtheria √
4. Darah √ √ √ √ 5. Darah √ 6. Dissolved
Oxygen pada air limbah Kantin
7. Empedu √ 8. Epidermophyto
n √
9. Escherechia √ 10. Isolate
streptobasil √
11. Klebsiella √ 12. Kokkus √ 13. Microsporum √ 14. Mycrobacterium
leprea √
15. Salmonella √ 16. Salmonella
typhi √ √
17. Serum √ 18. Sodium
Dodecyl √
19. Spoit √ √ √ √ 20. Tiroid
peroksidase √
21. Trichopyton √ 22. Urin √ √ √ 23. Virus HIV √ Sumber: Data primer 2017
Page 96
79
Dari tabel 5.12 Daftar Bahan Buangan Infeksius Laboratorium FK Unhas
2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan
menghasilkan limbah yang mengandung bahan Buangan Infeksius seperti serum
dan lainnya.
f. Bahan Buangan Beracun
Tabel 5.21 Daftar Bahan Buangan Beracun Laboratorium
FK Unhas 2017
No Bahan Buangan Beracun (Toxic
waste)
FK Biokimia
Histologi Patologi Parasitologi Mikrobiologi
1. (NH2)2CO √ 2. (NH4)2C2O4 3. (NH4)2SO4 √ √ 4. AgNO3 √ 5. Ammonium
hidroksida √
6. BaCl2 √ √ 7. BaSO4 √ 8. C11H13N2O √ 9. C12H12N2 √ 10. C16H18N3SCl √ 11. C19H18ClN3 √ 12. C21H14Br4O5S √ 13. C2H5N3O2 √ 14. C6H2(NO3)3OH √ 15. C6H5ClO √ 16. C6H5Na3O7.2H2
O √
17. C6H5OH √ 18. C7H5O2Na √ 19. C8H10N4O2 √ 20. CH3CH2OH √ 21. CH3COONa √ 22. CHCl3 √ 23. CuSO4 √ 24. H2O2 √
Page 97
80
25. H2SO4 √ √ 26. HCl √ √ 27. HNO3 √ 28. I2 √ 29. KNaC4H4O6.4H2
O KI √
30 KNaC4H4O6.4H2
O NaOH √
31. KOH √ 32. Magnesium
klorida √ √
33. Na √ 34. Na2[Fe(CN)5NO]
.2H2O √
35. NaNO2 √ 36. NaOH √ 37. Pereaksi benedict √ 38. Reagen diazo √ 39. Reagen fenol √ 40. Reagen Fouchet √
Sumber: Data primer 2017
Dari tabel 5.21 Daftar Bahan Buangan Beracun Laboratorium FK Unhas
2017 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan praktikum yang dilakukan
menghasilkan limbah yang mengandung bahan Buangan Beracun seperti
pereaksi-pereaksi yang ada.
Page 98
81
2. Sistem Pengolahan Limbah B3
Tabel 5.22 Sistem Pengolahan Limbah B3
di Laboratorium Unhas 2017
No Tahapan Sistem
Pengolahan Limbah
B3
FAKULTAS
FKM FARMASI MIPA FK
1. Pengurangan √ √
2. Penyimpanan √
3. Pengumpulan √
4. Pengangkutan
Sumber: Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.22 Sistem Pengolahan Limbah B3 di Laboratorium
Unhas 2017 dapat ketahui bahwa semua fakultas yang dijadikan sampel tidak
melakukan sistem pengolahan limbah B3 dengan baik hal ini terbukti dengan
hasil yang diperoleh, dimana semua fakultas tidak lengkap dalam melakukan
sistem pengolahan limbah.
B. Pembahasan
Laboratorium merupakan salah satu penghasil limbah cair, padat maupun
gas. Kuantitas dan frekuensi limbah laboratorium termasuk kecil, sedangkan
kandungan bahan pencemar termasuk bervariasi dan bahkan ada yang
mengandung bahan buangan berbahaya. Limbah padat di laboratorium kimia
relatif kecil, biasanya berupa endapan atau kertas saring terpakai, sehingga masih
dapat diatasi. Demikian pula limbah yang berupa gas umumnya dalam jumlah
Page 99
82
kecil, sehingga relatif masih aman untuk dibuang langsung di udara. Tetapi
berbeda dengan limbah cair, limbah cair yang meresap ke dalam air dan tanah
dapat membahayakan lingkungan sekitar (Widjajanti, 2009).
Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, kita sering
bersinggungan dengan berbagai bahan berbahaya dan beracun. Tidak adanya
pengetahuan mengenai pengertian, jenis dan cara pengelolaan limbah dengan
benar, akan memberikan dampak yang berkepanjangan dan beruntun terhadap
manusia dan lingkungan.
Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA (Occupational
Safety and Health of the United State Government) adalah bahan yang karena
sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan. Sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya. Mengingat penting dan dampak dari Bahan Berbahaya
dan Beracun bagi manusia, lingkungan, kesehatan, dan kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya, pemerintah melakukan pengaturan ketat.
Page 100
83
Pengaturan pengelolaan B3 ini meliputi pembuatan, pendistribusian,
penyimpanan, penggunaan, hingga pembuangan limbah B3.
Bahan Berbahaya dan Beracun adalah zat, energi, dan/atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lain.
Limbah kimia B3 dari Jurusan Kesehatan Lingkungan dan Departemen
Kesehatan Masyarakat tidak bekerja sama tentang pihak apapun, limbah sisa
laboratorium yang diadakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, sehingga limbah
cair yang mengandung B3 tidak terpisah dan tidak melewati pengelolaan yang
baik.
1. Bahan Mudah Terbakar
Sifat mudah terbakar adalah sifat apabila dekat dengan api/sumber api,
percikan, gesekan mudah menyala dalam waktu yang lama baik selama
pengangkutan, penyimpanan, atau pembuangan. Umumnya, yang termasuk
limbah ini adalah jenis pelarut organik (benzene, toluene, dan aseton), tetapi
ada juga yang berbentuk padat, seperti potasium, litium hidrida, dan sodium
hidrida, yang apabila kontak dengan udara dapaat terbakar dengan spontan.
Limbah B3 lainnya yang dapat terbakar jika kontak dengan udara adalah
trimetil aluminium. Limbah jenis ini dinamakan limbah “pyrophoric”.
Page 101
84
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diperoleh data bahwa
praktikum yang dilakukan di 4 fakultas yang dijadikan sampel banyak bahan
yang mudah terbakar seperti (NH2)2CO, (NH4)2SO4, HCl dan lainnya. Dari
banyak data terkait bahan limbah yang mudah terbakar cenderung banyak
dihasilkan oleh fakultas MIPA.
Hal yang lebih berbahaya dapat terjadi dengan cairan mudah terbakar
adalah pendidihan cairan yang menyebabkan ledakan uap (boiling liquid
expanding vapor explosion, BLEVE). Ini disebabkan oleh timbulnya tekanan
tinggi dengan cepat saat pemanasan cairan mudah terbakar dalam wadah
tertutup. Ledakan terjadi manakala tekanan yang timbul cukup untuk
menghancurkan dinding wadah. Dalam hal kedapat-nyalaan, bagian partikel
yang sangat halus mirip dengan uap cairan. Sebagai contoh, semprotan kabut
cairan hidrokarbon memberi peluang terjadinya kontak partikel cairan dengan
oksigen. Pada kasus ini cairan dapat menyala pada temperatur di bawah titik
nyala. Senyawa dapat terbakar adalah bahan pereduksi yang bereaksi dengan
bahan pengoksidasi dan menghasilkan panas. Oksigen diatomik, O2, dalam
udara merupakan pengoksidasi yang paling umum. Beberapa pengoksidasi
merupakan senyawaan kimia yang mengandung oksigen dalam formulanya.
Unsur-unsur kelompok halogen dan beberapa dari senyawanya juga
merupakan pengosidasi.
Page 102
85
2. Bahan Mudah Meledak
Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa
kimia yang apabila dikenakan panas, benturan, gesekan atau kejutan (shock)
secara cepat dengan sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic
decomposition).
Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan
standar dapat meledak karena dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi lewat reaksi fisika atau kimia sederhana. Limbah ini sangat
berbahaya baik saat penanganannya, pengangkutan, hingga pembuangannya
karena bisa menyebabkan ledakan besar tanpa diduga-duga. Adapun contoh
limbah B3 dengan sifat mudah meledak misalnya limbah bahan eksplosif dan
limbah laboratorium seperti asam prikat.
Buangan yang melalui reaksi kimia menghasilkan ledakan dengan cepat,
suhu, tekanan tinggi mampu merusak lingkungan. Penanganan secara khusus
selama pengumpulan, penyimpanan, maupun pengangkutan. Berdasarkan
penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang Perubahan PP No.18 tahun 1999
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah dengan
sifat ini merupakan limbah yang pada suhu tekanan standar (25oC, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan sekitarnya. Limbah B3 dengan sifat mudah meledak yang
Page 103
86
paling berbahaya adalah limbah B3 peroksida organik karena bersifat
oksidator dan tidak stabil.Senyawa ini sangat sensitif terhadap guncangan,
gesekan, dan panas, serta terdekomposisi secara eksotermis dengan
melepaskan energi panas yang sangat tinggi. Contoh limbah B3 dengan sifat
ini adalah asetil peroksida, benzoil peroksida, dan jenis monomer yang
mempunyai berpolimerisasi secara spontan sambil melepaskan gas bertekanan
tinggi (seperti butadien dan metakrilat).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada laboratorium yang ada di
Universitas Hasanuddin khususnya 4 fakultas yang dijadikan sampel
diperoleh hasil bahwa ada bahan yang mudah meledak yang digunkan pada
praktikum yang dilakukan. Bahan mudah meledak paling banyak terdapat
pada laboratorium di fakultas MIPA juga, dimana terdapat bahan mudah
meledak seperti HCOOH, C4H10O, HCOH, yang mudah meledak.
Bahan mudah meledak
3. Bahan Korosif
Korosif adalah sifat suatu subtantsi yang dapat menyebabkan benda lain
hancur atau memperoleh dampak negatif. Korosif dapat menyebabkan
kerusakan pada mata, kulit, sistem pernapasan, dan banyak lagi. Buangan
yang pH nya sangat rendah (pH <3) atau sangat tinggi pH > 12,5) karena
dapat bereaksi dengan buangan lain, dapat menyebabkan karat besi dengan
adanya buangan lain, dapat menyebabkan kara tbaja/besi.
Page 104
87
Korosi merupakan suatu kerusakan yang dihasilkan dari reaksi kimia
antara sebuah logam atau logam paduan dan didalam suatu lingkungan.
Fenomena korosi merupakan reaksi kimia yang dihasilkan dari dua reaksi
setengah sel yang melibatkan elektron sehingga menghasilkan suatu reaksi
elektrokimia. Dari dua reaksi setengan sel ini terdapat reaksi oksidasi pada
anoda dan reaksi reduksi pada katoda (Alfin, 2011).
4. Bahan Buangan Oksidasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi
(oxidizing) berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.
Gambar simbol berupa bola api berwarna hitam yang menyala. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau
menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama
bahanbahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa
udara.
Bahan Kimia Oksidator adalah bahan kimia yang mungkin tidak mudah
terbakar tapi dapat menimbulkan kebakaran ini dikarenakan sifat bahan kimia
ini yang dapat menghasilkan oksigen (yang merupakan salah satu syarat
terjadinya api: oksigen, bahan bakar, panas). Bahan ini dapat memberikan
oksigen pada suatu reaksi meskipun tidak ada udara. Beberapa bahan
Page 105
88
oksidator memerlukan panas untuk menghasilkan oksigen, sedangkan pada
bahan lainnya dapat menghasilkan oksigen apada suhu kamar. Alat-alat
pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran
yang disebabkan bahan kimia ini, karena oksigen menyediakan oksigen
sendiri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan limbah buangan
oksidasi yang pada tiap laboratorium yang melakukan praktikum. Padaa
pebnelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa fakultas yang memiliki
limbah buangan oksidasi terbanyak ada pada fakultas MIPA dan farmasi.
Limbah buangan oksidasi memang tidak dapat membakar dirinya sendiri
namun bahan ini bisa menjadi pemicu untuk menyebabkan bahan lain
terbakar.
5. Bahan Infeksius
Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang Perubahan PP
No.18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari
laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti
hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan
masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah. Limbah jenis ini umumnya
Page 106
89
berupa limbah rumah sakit atau laboratorium klinik, limbah laboratorium
yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular, tubuh manusia, dan
cairan tubuh manusia yang terinfeksi.
Bahan infeksius adalah bahan yang mengandung mikroorganisme hidup
seperti bakteri, virus, ricketsia, parasit, jamur atau suatu rekombinan, hybrid
atau muatan yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan.
Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya adalah suatu kegiatan dalam
menangani bahan berbahaya dan pembuangannya agar dilakukan dengan aik
sehingga tidak membahayakan diri kitasendiri dan lingkungan disekitarnya.
Limbah infeksius adalah limbah yang dicurigai mengandung bahan patogen
contoh kultur laboratorium, limbah dariruang isolasi, kapas, materi atau
peralatan yang tersentuh pasien yang terinfeksi, ekskreta
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bhwa laboratorium
yang memnghasilkan limbah infeksius paling banyak ada pada fakulltas
Kedokteran karena mereka melakukan praktikum yang banyak terkait dengan
bahan-bahan yang dapat menginfeksi sepertidarah, uriin, bakteri, jamur dan
lainnya.
6. Bahan Beracun
Adalah bahan kimia yang menyebabkan gangguan atau bahaya terhadap
kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian pada konsentrasi
Page 107
90
sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, mulut, atau kontak dengan
kulit.
Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang Perubahan PP
No.18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, penentuan sifat racun dalam identifikasi limbah ini dapat
menggunakan baku mutu konsentrasi Toxicity Characteristic Leaching
Procedure, TCLP pencemar organik dan anorganik. Apabila konsentrasi
limbah kurang dari nilai ambang batas maka dilakukan uji
toksikologi.Toksisitas adalah hal utama yang diperhatikan menyangkut bahan
barbahaya.Hal ini mencakup efek kronis jangka panjang akibat pemaparan
kontinyu atau periodik dari bahan toksik konsentrasi rendah dan efek akut dari
pemaparan sesaat konsentrasi tinggi. Untuk keperluan pengawasan dan
remediasi dibutuhkan suatu uji standar yang dapat mengukur seperti apa suatu
bahan toksik sampai ke lingkungan dan menyebabkan bahaya bagi makhluk
hidup. Salah satu uji yang dipersyaratkan adalah TCLP.Uji ini dirancang
untuk menentukan mobilitas kontaminan organik maupun anorganik yang
terdapat dalam cairan, padatan dan limbah multifasa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa
fakultas yang menghasilkan limbah beracun adalah MIPA, kemudia Fakultas
Kedokteran, Fakultas Farmasi dan Fakultas kesehatan Masyarakat yang
semua praktikumnya menhasil bahan beracun.
Page 108
91
2. Sistem pengelolaan limbah B3
Sistem pengelolaan limbah B3 sangatlah penting untuk diperhatikan oleh
semua pihak yang aktifitasnya menghasilkan limbah B3, seperti halnya universitas
yang memiliki laboratorium sebagai sumber penghasil limbah B3. Walaupun
jumlah limbah B3 yang dihasilkan laboratorium masih tergolong sedikit,
setidaknya ada upaya pencegahan yang dilakukan oleh pengelolah laboratorium
terhadap pencemaran lingkungan. sesuai peraturan pemerintah No. 101. Tahun
2014 tentang pengelolaan limbah B3 yang menjelaskan tahapan pengelolaan
limbah B3 dari tahapan pembuangan ke tempat khusus B3 sampai ke tahap
pengolahan dan menghilangkan limbah tersebut dangan cara mengubur. Namun
penerapan peraturan pemerintah tersebut dalam lingkup Universitas Hasanuddin
belum bisa di terapkan dengan baik, dari beberapa fakultas yang diteliti hanya
beberapa fakultas yang melakukan tahapan pengelolaan walaupun tahapan tersebut
hanyalah formalitas, tahapan minimal yang harus dilakukan setiap laboratoriun
ialah tahapan mulai dari pengurangan, penyimpanan, dan pengumpulan.
a) Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dari data yang didapatkan tiga tahap awal pengolahan limbah b3 seperti
pengurangan, penyimpanan, serta pengumpulan belum di lakukan oleh
pengelolah laboratorium. Usaha penguragan bahan sudah dilakukan oleh
penanggung jawab praktikum dalam menyediakan bahan sebelum praktikum
namun sebagian besar limbah kimia cair dari hasil praktikum kesehatan
Page 109
92
lingkungan dan praktikum ilmu gizi masih dibuang ke saluran drainase
melalui wastafel, namun sebelum dibuang ke saluran drainase, limbah kimia
cair ini diencerkan terlebih dahulu dengan air yang mengalir untuk mengurangi
konsentrasi limbah cair yang akan dibuang ke lingkungan. Tetapi untuk alat
yang sekali pakai seperti tissue yang sudah terkontaminasi oleh bahan cair
infeksius tidak juga dilakukan pengemasan limbah padat khusus B3 tetapi
limbah tersebut langsung dikumpulkan dengan limbah lain yang bukan limbah
B3.
b) Fakultas Farmasi
Sesuai data yang didapatkan dari laboratorium yang ada di fakultas
farmasi secara umum, limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan dari
praktikum mendapatkan perlakuan seperti pengurangan dan pengumpulan
tetapi setelah limbah B3 tersebut dikumpulkan praktikan yang bertugas
langsung membawa limbah tersebut untuk di kuburkan di sekitar laboratorium.
Seperti halnya yang di jelaskan salah satu asisten laboratorium di fakultas
farmasi, setelah melakukan tahapan pengurangan pada awal praktikum, hasil
praktikum yang termasuk limbah B3 cair dimasukkan kedalam botol plastic
kemudian dikubur sekitar laboratorium dan untuk limbah B3 padat seperti
spoit jarum bekas hewan coba dan cairan kimia di kumpulkan dalam satu
kemasan kemudian di buang ke tempat sampah bercampur dengan sampah
yang bukan limbah B3 padat.
Page 110
93
c) Fakultas MIPA
Limbah cair dari hasil praktikum di laboratorium kimia masih dibuang
ke saluran drainase melalui wastafel dengan pengenceran menggunakan air
terlebih dahulu dan ada juga yang ditampung dalam wadah jerigen plastik
atau botol kaca dengan ukuran bermacam-macam. Walaupun sudah
melakukan pengumpulan Limbah B3 namun dalam peraturan di sebutkan
bahwa setiap tempat pengumpulan limbah harus di sertai label yang
menjelaskan karakteristik dari limbah tersebut, tetapi dalam penerapan
pengumpulan yang dilakukan oleh pengelolah laboratorium fakultas MIPA
tidak memberikan label pada masing-masing wadah dikarenakan pengelolah
mencampur beberapa karakteristik limbah B3. Dan ketika wadah yang
digunakan sudah penuh, pengelolah laboratorium membuang limbah tersebut
ke drainase. Botol kaca bahan kimia yang sudah habis digunakan dan sudah
kadaluarsa masih di simpan di dalam ruangan penyimpanan bahan
laboratorium bercampur dengan bahan yang belum kadaluarsa dan banyak
juga botol kaca yang sudah kosong dikumpulkan di sekitar laboratorium.
Botol kaca yang sudah kosong tersebut masuk kedalam kategori limbah B3
padat beracun yang dapat mengakibatkan infeksi pada makhluk hidup yang
berada disekitar lingkungan laboratorium. Menurut ketua departemen kimia
menjelaskan bahwa departemen kimia sudah pernah bekerja sama dengan
pihak ketiga untuk mengelolah hasil praktikum, tapi karena keterbatasan
Page 111
94
dana dari fakultas untuk membiayai kerjasama tersebut akhirnya kerja sama
tersebut di hentikan.
d) Fakultas Kedokteran
Penanganan terhadap limbah padat yang terkontaminasi, seperti plastik,
swabs (kain penyeka), pipette tips plastik, stik kayu/tusuk kayu, dan botol
plastik, kontainer specimen berbahan plastik, syringe (tanpa jarum), sarung
tangan, masker, dan material lain yang digunakan untuk membersihkan
permukaan meja/tumpahan ditampung dalam wadah plastic yang tertutup,
tetapi karena di fakultas kedokteran sendiri tidak memiliki tempat
penyimpanan khusus limbah B3, limbah tersebut kemudian di gabung
dengan limbah non B3. limbah cair dari hasil praktikum di laboratorium
kedokteran masih dibuang ke saluran drainase melalui wastafel. Untuk
praktikum yang menggunakan hewan coba, biasanya bangkai hewan tersebut
langsung dikubur di sekitar fakultas kedokteran dan ada juga sebagian
langsung membuang ke tempat sampah yang bukan khusus limbah B3.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Penelititan ini tidak mencakup seluruh bahan yang digunakan di laboratorium.
Karena peneliti hanya menggambarkan B3 yang digunakan pada praktikum
yang masuk ke dalam mata kuliah. Adapun B3 yang tidak digambarkan namun
digunakan dilaboratorium seperti, kegiatan penelitian dan lain-lain
2. Peneliti tidak mengidentifikasi limbah yang dihasilkan dari kegiatan praktikum
di setiap laboratorium. Dikarenakan keterbatasan pada tujuan penelitian,
Page 112
95
dimana penelitian ini hanya menggambaran B3 yang di gunakan pada setiap
praktikum.
Page 113
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di tiap fakultas berbeda-
beda. Sumber limbah B3 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat berasal dari
bahan kimia cair seperti AgNO3 dan HCl. Sumber limbah B3 dari Fakultas
Matematika dan IPA berasal dari bahan kimia cair , khusus untuk Fakultas
Farmasi sumber limbah berasal dari limbah laboratorium dan limbah medis.
Sumber limbah B3 dari Fakultas Kedokteran berasal dari limbah laboratorium
dan limbah medis.
2. Karakteristik yang dihasilkan dari tiap laboratorium terdiri dari limbah
flammable, limbah harmful, limbah korosif, limbah toksik, limbah eksplosif,
limbah oxidizing, dan bahan kadaluarsa. Karakteristik yang dihasilkan dari
limbah medis terdiri dari limbah benda tajam, limbah lain yang
terkontaminasi, limbah patologis, limbah cairan tubuh manusia/darah/produk
darah, dan limbah farmasi.
3. Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang diterapkan
pada lingkungan Universitas Hasanuddin belum memenuhi standar
pemerintah. Pihak Universitas Hasanuddin Memerlukan perencanaan secara
teknis untuk pembuatan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun dikarenakan sejauh ini telah ada rekomendasi perencanaan sistem
pengelolaan limbah yang di usulkan beberapa fakultas.
Page 114
97
B. Saran
1. Setiap laboratorium harus menampung limbah B3 berdasarkan
karakteristiknya secara konsisten dan diperlukan pengawasan untuk kegiatan
penampungan ini.
2. Laboratorium sebaiknya melakukan inventarisasi bahan yang akan digunakan
dan limbah yang akan dihasilkan. Demikian juga untuk mengetahui tanggal
kadaluarsa bahan kimia. Setiap penerimaan bahan kimia dan pertama kali
bahan kimia dibuka harus tercatat dan terinventarisasi sehingga bahan kimia
yang lama diutamakan penggunaannya.
3. Berdasarkan rekomendasi yang diberikan, setiap laboratorium sebaiknya
memiliki petugas yang memiliki kemampuan khusus mengenai pengelolaan
limbah B3. Oleh karena itu, dibutuhkan pekerja yang professional di bidang
ini atau diadakan pelatihan terhadap petugas mengenai pengelolaan limbah
B3.
4. Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk mengindentifikasi dan
mengkarakterisasi limbah B3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
melengkapi dan menyempurnakan penelitian ini dengan melihat kualitas dan
kuantitas limbah B3 yang ditimbulkan dari seluruh laboratorium di seluruh
fakultas di Universitas Hasanuddin demi menjaga lingkungan tetap bisa
memberikan kehidupan bagi umat manusia.
Page 115
DAFTAR PUSTAKA
Anggarini, NH. Sistem Pengolahan Limbah B3. E-Learning Gunadarma. Jakarta: PT
Gramedia; 2015; 144-163 (7).
Azamia, Mia. Pengelolaan Limbah Cair Laboratorium Kimia dalam Penurunan Kadar
Organik serta Logam Berat Fe, Mn, Cr dengan Metode Koagulasi dan Adsorbsi.
[Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
Damanhuri, Enri. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Diktat Kuliah
TL-3204. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan. Bandung: Institusi Teknologi Bandung; 2010.
Fivvizani, Kenneth P. 2009. Chemical Safety Manual for Small Businesess.
Washington DC: American Chemical Society.
Padmaningrum, Regina T. 2010. Penanganan Limbah Laboratorium Kimia.
Yogyakarta: Kanisius.
Keputusan Kepala Bapelda No. 3 Tahun 1995. Tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/men/1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
Larastika, Widya. Studi Awal Karakterisasi dan Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di Universitas Indonesia (Studi Kasus: Beberapa
Laboratorium di FT, FMIPA, FK dan FKG. [Skripsi]. Jakarta: Universitas
Indonesia; 2011.
Lasut, Roby. Implementasi Manajemen Bahan Kimia Dan Limbah Laboratorium
Kimia (Studi Kasus di Laboratorium PT Pupuk Kaltim, Tbk ). [Skripsi].
Semarang: Universitas Semarang; 2006
McKusick, B. C. (1981). Prudent Practices for Handling Hazardous Chemical
inLaboratories.Science , 211, 777-780.
Niken Hayudanti Anggarini, Megi Stefanus dan Prihatiningsih. Pengelolaan dan
Karakterisasi Limbah B3 di PAIR berdasarkan Potensi Bahaya. Majalah Ilmiah
Aplikasi Isotop dan Radiasi Beta Gamma. 2014; Vol.5(1).
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional Dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 02/V/Pb/2010. No. 13 Tahun 2010 Pasal 1 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan Dan Angka
Kreditnya
Page 116
Undang-Undang Peraturan Menteri Negara Pedayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No. 3 Tahun 2010. Tentang Jabatan
Fungsional Pranata Laboratorium dan Angka Kreditnya. Jakarta; Kementrian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 12 Tahun 1995.
Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta; Kementerian
Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999.
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta;
Kementerian Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009.
Tentang Perlindugan dan Pengelolaan Lingkungan hidup. Jakarta; Kementerian
Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001.
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta;
Kementerian Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 Tahun 1999.
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta; Pemerintahan
Republik Indonesia.
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014.
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta;
Kementerian Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001.
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta;
Kementerian Lingkungan Hidup.
University of Texas at El Paso. 2009. Hazardous materials handling and disposal
policy and procedures.
http://admin.utep.edu/Portals/98/Hazardous%20Materials%20Handling%
20%20Disposal%20Sep%202009.pdf.
Page 117
No Variabel Yang Diteliti Ya Tidak
1. Pengurangan Limbah B3
a. Subtitusi bahan
b. Modifikasi proses
c. Menggunakan teknologi ramah lingkungan
2. Penyimpanan Limbah B3
a.Lokasi Penyimpanan
1) Bebas banjir dan tidak rawan bencana,
2) lokasi penyimpanan harus dapat direkayasa dengan
teknologi untuk perlindungan dan pengolahan
lingkungan hidup
3) lokasi harus dalam penguasaan setiap orang yang
menghasilkan limbah B3
b. Fasilitas penyimpanan limbah B3 yang sesuai dengan
jumlah limbah B3, karakreristik limbah B3, dilengkapi
upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup
1) Bangunan
2) Tangki
3) Silo
4) Tempat tumpukan limbah
5) Waste impoundmend
6) Dll, sesuai perkembangan ilmu teknologi
7) Desain dan konstruksi yang mampu melindungi
limbah
3. Peralatan Penanggulangan Darurat
a. Alat pemadam api
b. Alat penanggulangan keadaan darurat lainnya
4. Pengemasan limbah B3
a. Terbuat dari bahan yang dapat mengemas limbah b3
yang akan di simpan
b. Mampu mengungkung limbah b3 untuk tetap berada
dalam kemasan
c. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah
terjadinya tumpahan saat dilakukan penyimpanan,
Page 118
pemindahan, atau pengangkutan
d. Pemilihan symbol limbah b3 di sesuaikan dengan
karakteristik
e. Kemasan wajib dilekati label limbah b3 dan symbol
limbah b3
Label memuat keterangan
1) Nama limbah
2) Identitas limbah
3) Tanggal dihasilkan
4) Tanggal pengemasan
5. Pengumpulan limbah b3
a. Tidak mengumpulkan limbah yang tidak dihasilkan
b. Tidak melakukan pencampuran limbah yang
dikumpulkan
c. Pengumpulan dilakukan dengan
1) Segregasi limbah
2) Penyimpanan limbah
d. Tidak mampu mengumpulkan sendiri, di serahkan
kepada pengumpul limbah b3
e. Pengumpulan dilakukan dengan
1) Segregasi limbah
2) Penyimpanan limbah
6. Pemanfaatan Limbah B3
a. Subtitusi bahan
1) Ketersediaan teknologi
2) Standar produk jika hasil berupa produk
3) Standar lingkungan hidup atau baku mutu
lingkungan hidup
b. Subtitusi sumber energy
c. Sebagai bahan baku
d. Dll yang sesuai perkembagan ilmu teknologi
7. Pengolahan Limbah B3
a. Menyerahkan ke pengolah llimbah b3
b. Pengolahan limbah b3
1) Termal
2) Stabilisasi dan solidifikasi
3) Cara lain sesuai perkembangan teknologi
Page 119
8. Pengangkutan Limbah B3
a. Menggunakan alat angkut tertutup untuk limbah B3
kategori 1
b. Menggunakan alat angkut terbuka untuk limbah B3
kategori 2
Page 124
Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : A. Fiar Malayadi
Nim : K111 11 292
Program Studi : Kesehatan Masyarakat/Kesehatan Lingkungan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
merupakan hasil pekerjaan saya sendiri, bukan merupakan kegiatan plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Demikian surat penyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
Makassar, 30 November 2017
Yang Menyatakan
A. Fiar Malayadi
Page 125
DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Dokumentasi bahan yang digunakan dalam Laboratorium
Page 126
2. Dokumentasi Sistem Pengolahan dan Limbah Laboratorium
Page 127
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : A. Fiar Malayadi
Tempat / Tgl Lahir : Ujung Pandang / 10 Mei 1993
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : BTN Pao-Pao Permai Blok C4. No. 22 Kelurahan
Paccinongan,
Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1. Lulus Sekolah Dasar Tahun 2005 di SDN Sudirman III Makassar.
2. Lulus Sekolah Menengah Pertama Tahun 2008 di SMP Negeri 2 Makassar.
3. Lulus Sekolah Menengah Atas Tahun 2011 di SMA Negeri 11 Makassar.