BAB I PENDAHULUAN Penyakit-penyakit jaringan lunak rongga mulut telah menjadi perhatian serius oleh para ahli terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang diakibatkan oleh kanker yang ada di rongga mulut terutama sekali pada negara-negara yang sedang berkembang. Kanker rongga mulut merupakan kira-kira 5% dari semua keganasan yang terjadi pada kaum pria dan 2% pada kaum wanita (Lynch,1994). Telah dilaporkan bahwa kanker rongga mulut merupakan kanker utama di India khususnya di Kerala dimana insiden rata-rata dilaporkan paling tinggi, sekitar 20% dari seluruh kanker (Balaram dan Meenattoor,1996). Walaupun ada perkembangan dalam mendiagnosa dan terapi, keabnormalan dan kematian yang diakibatkan kanker mulut masih tinggi dan sudah lama merupakan masalah didunia. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk ini adalah terutama karena kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi, serta kegagalan untuk mengontrol lesi primer dan metastase nodus limfe servikal (Lynch,1994; Balaram dan Meenattoor,1996). Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh kanker mulut, WHO telah membuat petunjuk untuk mengendalikan kanker mulut, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang. Pengendalian tersebut berdasarkan pada tindakan pencegahan primer dimana prinsip utamanya mengurangi dan mencegah paparan bahan-bahan yang bersifat karsinogen. Pendekatan kedua adalah melalui penerapan pencegahan sekunder, yaitu berupa deteksi dini lesi-lesi kanker 1
Kedokteran umu, bagian bedah onkologi Kesehatan Tumor
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
Penyakit-penyakit jaringan lunak rongga mulut telah menjadi perhatian serius oleh para
ahli terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang diakibatkan oleh kanker yang ada di
rongga mulut terutama sekali pada negara-negara yang sedang berkembang.
Kanker rongga mulut merupakan kira-kira 5% dari semua keganasan yang terjadi pada
kaum pria dan 2% pada kaum wanita (Lynch,1994). Telah dilaporkan bahwa kanker rongga
mulut merupakan kanker utama di India khususnya di Kerala dimana insiden rata-rata dilaporkan
paling tinggi, sekitar 20% dari seluruh kanker (Balaram dan Meenattoor,1996).
Walaupun ada perkembangan dalam mendiagnosa dan terapi, keabnormalan dan
kematian yang diakibatkan kanker mulut masih tinggi dan sudah lama merupakan masalah
didunia. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk ini adalah terutama karena kurangnya deteksi
dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi, serta kegagalan untuk mengontrol lesi primer
dan metastase nodus limfe servikal (Lynch,1994; Balaram dan Meenattoor,1996).
Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh kanker mulut, WHO telah membuat
petunjuk untuk mengendalikan kanker mulut, terutama bagi negara-negara yang sedang
berkembang. Pengendalian tersebut berdasarkan pada tindakan pencegahan primer dimana
prinsip utamanya mengurangi dan mencegah paparan bahan-bahan yang bersifat karsinogen.
Pendekatan kedua adalah melalui penerapan pencegahan sekunder, yaitu berupa deteksi dini lesi-
lesi kanker dan prakanker rongga mulut (Subita,1997). Folson dkk, 1972, memperkirakan bahwa
80% dari semua kasus kematian akibat kanker rongga mulut dapat dicegah dengan deteksi dini
keganasan dalam mulut (Folson dkk,1972).
Pada umumnya, untuk mendeteksi dini proses keganasan dalam mulut dapat dilakukan
dengan melalui anamnese, pemeriksaan klinis dan diperkuat oleh pemeriksaan tambahan secara
laboratorium. Dalam makalah ini akan dikemukakan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
dokter gigi untuk mendeteksi dini proses keganasan dalam mulut. Dengan demikian diharapkan
dokter gigi dapat menemukan lesi-lesi yang dicurigai sebagai proses keganasan lebih awal
sehingga prognosis kanker rongga mulut lebih baik.
1
BAB IIKANKER RONGGA MULUT
II.1 DEFINISI
A. Batasan
Kanker rongga mulut ialah kanker yang berasal dari epitel baik berasal dari mukosa atau kelenjar
liur pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut.
Batas-batas rongga mulut ialah :
Depan : tepi vermilion bibir atas dan bibir bawah
Atas : palatum durum dan molle
Lateral : bukal kanan dan kiri
Bawah : dasar mulut dan lidah
Belakang : arkus faringeus anterior kanan kiri dan uvula, arkus
glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah,
papilla sirkumvalata lidah.
Ruang lingkup kanker rongga mulut meliputi daerah spesifik dibawah ini :
a. bibir
b. lidah 2/3 anterior
c. mukosa bukal
d. dasar mulut
e. ginggiva atas dan bawah
f. trigonum retromolar
g. palatum durum
h. palatum molle
Tidak termasuk kanker rongga mulut ialah :
a. Sarkoma dan tumor ganas odontogen pada maksila atau mandibula
b. Sarkoma jaringan lunak dan syaraf perifer pada bibir atau pipi.
c. Karsinoma kulit bibir atau kulit pipi.
2
II.2 EPIDEMIOLOGI
1. Insidens dan frekwensi relatif
Berapa besar insidens kanker rongga mulut di Indonesia belum kita ketahui dengan pasti.
Frekwensi relatif di Indonesia diperkirakan 1,5%-5% dari seluruh kanker. Insidens kanker
rongga mulut pada laki-laki yang tinggi terdapat di Perancis yaitu 13.0 per 100.000, dan yang
rendah di Jepang yaitu 0.5 per 100.000, sedang pada perempuan yang tinggi di India yaitu
5.8 per 100.000 dan yang rendah di Yugoslavia yaitu 0.2 per 100.000 (Renneker, 1988).
Angka kejadian kanker rongga mulut di India sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% dari
seluruh kanker, sedangkan di Amerika dan Eropa sebesar 3-5 per 100.000 atau 3-5% dari
seluruh kanker. Kanker rongga mulut paling sering mengenai lidah (40%), kemudian dasar
mulut (15%), dan bibir (13%).
2. Distribusi kelamin
Kanker rongga mulut lebih banyak terdapat pada laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 3/2 - 2/1
3. Distribusi umur
Kanker rongga mulut sebagian besar timbul pada usia diatas 40 tahun (70%).
4. Distribusi geografis
Kanker rongga mulut tersebar luas di seluruh dunia. Yang tinggi insidensnya di Perancis dan
India, sedang yang rendah di Jepang.
5. Etiologi dan faktor resiko
3
Etiologi kanker rongga mulut ialah paparan dengan karsinogen, yang banyak terdapat pada
rokok atau tembakau.
RIsiko tinggi mendapat kanker rongga mulut terdapat pada orang yang perokok,
nginang/susur, peminum alkohol, gigi karies, higiene mulut yang jelek
II.3 KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI
A. Tipe Histologi
NO TIPE HISTOLOGI ICD.M
1 Squamous cell carc. 5070/3
2 Adenocarcinoma 8140/3
3 Adenoid cyst.carc 8200/3
4 Ameloblastic carc 9270/2
5 Adenolymphoma 8561/3
6 Mal. mixed tumor 8940/3
7 Pleomorphic carc 8941/3
8 Melanoma maligna 8720/3
9 Lymphoma maligna 9590/3-9711/3
Sebagian besar (90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang berupa karsinoma
epidermoid atau karsinoma sel skwamosa dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula
berdiferensiasinya sedang, jelek atau anaplastik. Bila gambaran patologis menunjukkan suatu
rabdomiosarkoma, fibrosarkoma, malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak
lainnya, perlu diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut
(C00-C06) ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit atau tulang yang mengadakan
invasi ke rongga mulut.
B. Derajat Diferensiasi
4
DERAJAT DIFERENSIASIGRADE
KETERANGAN
G1 Differensiasi baikG2 Differensiasi sedangG3 Differensiasi jelekG4 Tanpa differensiasi =
anaplastik
C. Laporan Patologi Standard
Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari spesimen operasi meliputi :
1. tipe histologis tumor
2. derajat diferensiasi (grade)
3. pemeriksaan TNM untuk menentukan stadium
patologis (pTNM)
T = Tumor primer
- Ukuran tumor
- Adanya invasi kedalam pembuluh darah/limfe
- Radikalitas operasi
N = Nodus regional
- Ukuran KGB
- Jumlah KGB yang ditemukan
- Level KGB yang positif
- Jumlah KGB yang positif
- Invasi tumor keluar kapsel KGB
- Adanya metastase ekstra nodal
M = Metastase jauh
5
II.4 KLASIFIKASI STADIUM KLINIS
Menentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai sistem TNM dari UICC,
2002. Tatalaksana terapi sangat tergantung dari stadium. Sebagai ganti stadium untuk
melukiskan beratnya penyakit kanker dapat pula dipakai luas ekstensi penyakit.
Stadium karsinoma rongga mulut :
ST T N M TNM KETERANGAN
0 TIS N0 M0 T0 Tidak ditemukan tumor
TIS Tumor in situ
I T1 N0 M0 T1 2 cm
T2 >2 cm - 4 cm
II T2 N0 M0 T3 > 4 cm
T4a
T4b
Bibir :infiltrasi tulang, n.alveolaris inferior,
dasar
mulut, kulit
Rongga mulut : infiltrasi tulang, otot lidah
(ekstrinsik /deep), sinus maksilaris, kulit
6
Infiltrasi masticator space, pterygoid plates,
dasar tengkorak, a.karotis interna
III T3 N0 M0
T1 N1 M0 N0 Tidak terdapat metastase regional
T2 N1 M0 N1 KGB Ipsilateral singel, 3 cm
T3 N1 M0 N2a KGB Ipsilateral singel, >3 - 6 cm
N2b KGB Ipsilateral multipel, < 6 cm
IVAT4
Tiap T
N0,N1
N2
M0
M0N2c KGB Bilateral /kontralateral, < 6 cm
N3 KGB > 6 cm
IVB Tiap T N3M0
IVC Tiap TTiap N M1 M0 Tidak ditemukan metastase jauh
M1 Metastase jauh
Luas ekstensi kanker:
NO LUAS EKSTENSI
1 Kanker In Situ
2 Kanker lokal
3 Ekstensi lokal
4 Metastase jauh
5Ekstensi lokal disertai meta
jauh
I1.5 GAMBARAN KLINIS
Kebanyakan pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi/keadaan prakanker
mulut sebelumnya, seperti leukoplakia, eritrplakia, submukus fibrosis dan lain-lain. Untuk itu
7
dokter gigi seharusnya mengenali gambaran klinis lesi-lesi tersebut (Balaram dan
Meenattoor,1996).
Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak menimbulkan gejala, diameter kurang
dari 2 cm, kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih, licin, halus
dan memperlihatkan elevasi yang minimal (Lynch,1994). Seringkali awal dari keganasan
ditandai oleh adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus yang tidak sembuh-sembuh dalam waktu 2
minggu, maka keadaan ini sudah dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda-tanda
lain dari ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung, lebih tinggi dari
sekitarnya dan indurasi (lebih keras), dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas.
Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai pertumbuhan endofitik
(Williams,1990; Tambunan,1993). Selain itu karsinoma mulut juga terlihat sebagai pertumbuhan
yang eksofitik (lesi superfisial) yang dapat berbentuk bunga kol atau papiler, mudah berdarah.
Lesi eksofitik ini lebih mudah dikenali keberadaannya dan memiliki prognosa lebih baik
(Williams; 1990; Tambunan,1993).
Gambaran klinis kanker rongga mulut pada berbagai lokasi rongga mulut mungkin
memiliki beberapa perbedaan (Daftary,1992). Untuk lebih jelas, gambaran klinis akan dibahas
secara terpisah menurut lokasinya.
Kanker pada lidah.
Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 anterior lidah (umumnya pada tepi lateral dan
bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada posterior lidah (Daftary,1992; Tambunan,1993;
Pinborg,1986). Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut. Bila terletak pada
bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa
tidak sakit. Bila timbul pada 1/3 posterior, kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita
dan rasa sakit yang dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan.
Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih dapat dideteksi dini daripada rang terletak
pada 1/3 posterior lidah. Kadang-kadang metastase limph node regional mungkin merupakan
indikasi pertama dari kanker kecil pada lidah :Pinborg,1986).
Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam berbagai
bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan eksofitik atau endofitik
bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus :Daftary,1992). Lama-kelamaan ulkus
8
ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang mengalami indurasi (Pinborg,1986).
Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada infeksi sekunder.
Kanker pada bibir.
Kanker bibir selalu dihubungkan dengan orang-orang yang memiliki aktivitas diluar
seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin terlibat dalam Datogenese kanker bibir.
Umumnya lebih banyak terjadi pada bibir bawah jaripada bibir atas (Daftary,1992;
Pinborg,1986; Smith,1989).
Pada awal pertumbuhan, lesi dapat berupa nodul kecil atau ulkus yang tidak sembuh-
sembuh. Deteksi tumor pada keadaan ini memberikan kesempatan untuk menemukan karsinoma
dini (Daftary,1992; Pinborg,1986,Tambunan,1993). Lesi yang lebih lanjut dapat berbentuk
papillari, ulseratif atau infiltratif. Tipe papilomatous dapat diawali dari epitel yang menebal dan
sebagian dari epitel ini tetap berada pada superficial. Lesi-lesi yang ulseratif dan infiltratif
diawali dari epitel yang menebal tetapi selanjutnya mengalami infiltrasi lebih dalam
(Daftary,1992). Tanda yang paling penting adalah terdapat indurasi yang didapat pada pinggiran
ulkus.
Kanker dasar mulut.
Kanker pada dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan alkohol dan
tembakau. Pada stage awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila lesi berkembang pasien
9
akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman (Pinborg,1986;
Daftary,1992).
Secara klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa ulserasi dengan tepi yang
timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum lingual (Pinborg,1986). Bentuk yang lain
adalah penebalan mukosa yang kemerah-merahan, nodul yang tidak sakit atau dapat berasal dari
leukoplakia (Daftary, 1992). Pada kanker tahap lanjut dapat terjadi pertumbuhan eksofitik atau
infiltratif.
Kanker pada mukosa pipi.
Di negara yang sedang berkembang, kanker pada mukosa pipi dihubungkan dengan
kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau. Susur tersebut
berkontak dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama beberapa jam (Daftary,1992).
Pada awalnya lesi tidak menimbulkan simptom, terlihat sebagai suatu daerah eritematus,
ulserasi yang kecil, daerah merah dengan indurasi dan kadang-kadang dihubungkan dengan
leukoplakia tipe nodular (Daftary,1992; Pinborg,1986). Dengan meningkatnya ukuran tumor,
akan menjadi target trauma pada waktu mengunyah, sehingga cenderung menjadi ulserasi dan
infiltratif.
Kanker pada gingiva.
Kanker pada gingiva umumnya berasal dari daerah dimana susur tembakau ditempatkan
pada orang-orang yang memiliki kebiasaan ini. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada
gingiva mandibula daripada gingiva maksila (Daftary,1992; Pinborg,1986).
Lesi awal terlihat sebagai ulger indolen, granuloma yang kecil atau sebagai nodul. Sekilas
lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hiperplasia inflamatori
(Daftary,1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau pertumbuhan infiltratif
yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik seperti bunga kol, mudah berdarah. Pertumbuhan
infiltratif biasanya tumbuh invasif pada tulang mandibula dan menimbulkan desdruktif
(Tambunan,1993).
Kanker pada palatum.
Pada daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan menghisap rokok secara terbalik,
kanker pada palatum merupakan kanker rongga mulut yang umum terjadi dari semua kanker
10
mulut. Perubahan yang terjadi pada mukosa mulut yang dihubungkan dengan menghisap rokok
secara terbalik adalah adanya ulserasi, erosi, daerah nodul dan bercak. Reddy dkk, 1974.
menggambarkan suatu microinvasive carcinoma untuk melukiskan suatu lesi awal dalam bentuk
yang kecil, oval atau bulat berwarna kemerah-merahan, erosi yang licin dengan daerah
hiperkeratosis disekelilingnya lesi ini biasanya terjadi pada zona glandular palatum keras dan
asimptomatik. Jika mendapatkan tekanan dapat berdarah (Daftary, 1992).
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dan dasar yang luas
dengan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang mungkin akan mengisi seluruh palatum.
Kanker pada palatum dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga
hidung (Daftary, 1992).
Predileksi.
Selain mengenali gambaran klinis awal proses keganasan dan keganasan, dokter gigi
harus mengetahui faktor-faktor predileksi umur, jenis kelamin dan tempat dari kanker rongga
mulut. Sebagaimana dengan kanker pada bagian tubuh lainnya, sebagian besar kasus-kasus
kanker mulut terjadi pada usia tua diatas 40 tahun. Keadaan ini dihubungkan dengan daya tahan
tubuh yang menurun dengan semakin bertambahnya usia. Pria lebih sering terkena, kemungkinan
dihubungkan dengan kebiasaan merokok dan minum alkohol.
Walaupun kanker rongga mulut dapat terjadi disemua daerah mukosa mulut, penting
untuk mengetahui predileksi tempat. Kanker dini yang tidak bergejala pada dasarnya terlokalisir
pada tiga tempat yang spesifik dalam rongga mulut, meliputi dasar mulut, kompleks palatum
lunak dan bagian permukaan ventral lidah dan sepertiga tengah serta sepertiga posterior dari
aspek lateral lidah (Pinborg,1986; Lynch,1994).
II.6 PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Klinis
a. Anamnesa
Anamnesa dengan cara kwesioner kepada penderita atau keluarganya.
1. Keluhan
2. Perjalanan penyakit
11
3. Faktor etiologi dan risiko
4. Pengobatan apa yang telah diberikan
5. Bagaimana hasil pengobatan
6. Berapa lama kelambatan
b. Pemeriksaan fisik
1) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki
Tentukan tentang : a. penampilan
b. keadaan umum
c. metastase jauh
2) Status lokal
Dengan cara : 1. Inspeksi
2. Palpasi bimanual
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi
dengan bantuan spatel lidah dan penerangan memakai lampu senter atau lampu
kepala. Seluruh rongga mulut dilihat, mulai bibir sampai orofaring posterior.
Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam
mulut. Untuk menentukan dalamnya lesi dilakukan dengan perabaan bimanuil.
Satu atau 2 jari tangan kanan atau kiri dimasukkan ke dalam rongga mulut dan
jari-jari tangan lainnya meraba lesi dari luar mulut.
Untuk dapat inspeksi lidah dan orofaring maka ujung lidah yang telah
dibalut dengan kasa 2x2 inch dipegang dengan tangan kiri pemeriksa dan ditarik
keluar rongga mulut dan diarahkan kekanan dan kekiri untuk melihat permukaan
dorsal, ventral, dan lateral lidah, dasar mulut dan orofaring. Inspeksi bisa lebih
baik lagi bila menggunakan bantuan cermin pemeriksa
Tentukan dimana lokasi tumor primer, bagaimana bentuknya, berapa
besarnya dalam cm, berapa luas infiltrasinya, bagaimana operabilitasnya
3) Status regional
12
Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher leher ipsilateral dan
kontralateral. Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukurannya
( yang terbesar ), dan mobilitasnya.
2. Pemeriksaan Radiografi
a. X-foto polos
o X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramik, oklusal, dikerjakan pada
tumor gingiva mandibula atau tumor yang lekat pada mandibula
o X-foto kepala lateral, Waters, oklusal, dikerjakan pada tumor gingiva, maksila
atau tumor yang lekat pada maksila
o X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durum
o X-foto thorax, untuk mengetahui adanya metastase paru
b. Imaging ( dibuat hanya atas indikasi )
o USG hepar untuk melihat metastase di hepar
o CT-scan atau MRI untuk menilai luas ekstensi tumor lokoregional
o Scan tulang, kalau diduga ada metastase ke tulang
Karsinoma dasar mulutT1 : eksisi luas atau radioterapi T2 : tidak lekat periosteum eksisi luas
Lekat periosteum eksisi luas dengan mandibulektomi marginalT3,4 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Letak lesi ditengah (midline) : Untuk T 3,4 penanganan N negatif bilateralN positif bilateral : RND dapat dikerjakan satu tahap dengan preservasi 1 v.jugularis interna atau dikerjakan 2 tahap dengan jarak waktu 3-4 minggu.
24
*) Indikasi radioterapi ajuvan pada leher setelah RND :1. Kelenjar getah bening yang mengandung metastase > 1 buah2. Diameter kelenjar getah bening > 3 cm3. Ada pertumbuhan ekstrakapsuler4. High grade malignancy