Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut sebelumnya (tuberculosis fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru - paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di 1
43

KANKER PARU

Nov 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KANKER PARU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat

kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih

besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara

sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Menurut

hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat

limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti

menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut

sebelumnya (tuberculosis fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru mengacu pada

lapisan epithelium saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru

dan kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok

dihilangkan.

Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru - paru

yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat

1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi

kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan

173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki

peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor

paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Namun,

karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum

diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar

peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk

1:13 dan pada wanita 1:20.

Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka

insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.

Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik membahas Asuhan

Keperawatan pada Tn.M dengan Kanker Paru stadium IV.

1

Page 2: KANKER PARU

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu kanker paru ?

1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisisologi kanker paru ?

1.2.3 Tipe-tipe apa saja yang termasuk kanker paru ?

1.2.4 Apa saja etiologi atau faktor risiko dari kanker paru ?

1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari kanker paru tersebut ?

1.2.6 Bagaimana woc dari kanker paru ?

1.2.7 Manifestasi apa saja yang ditimbulkan oleh penyakit ini ?

1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan dari kanker ini ?

1.2.9 Bagaimana bentuk asuhan keperawatan kanker paru ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian, anatomi, tipe kanker paru dan penyebabnya

1.3.2 Memahami bagaimana patofisiologi, woc, dan manifestasi klinis dari kanker

paru

1.3.3 Memahami asuhan keperawatan bagi pasien kanker paru

2

Page 3: KANKER PARU

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kanker Paru

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami

proliferasi dalam paru ( underwood, patologi, 2000 ).

Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat

terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen

lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

Kanker paru-paru adalah salah satu jenis kanker yang ganas dan paling

sering ditemui, sebagian besar kanker paru-paru berasal dari epitel bronkus, juga

dikenal sebagai karsinoma bronkogenik. Gejala awal kanker paru-paru biasanya

tidak terlalu jelas sehingga sering diabaikan dan ditunda pengobatannya.

Kanker paru (karsinoma bronkhogenik) timbul dari epitel saluran

pernapasan. Penyebab kanker paru yang paling umum adalah merokok. Perokok

berat mempunyai peluang sekitar 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker

paru dibanding bukan perokok. Asap rokok mengandung beberapa karsinogen

spesifik-organ, dan merokok telah menunjukkan adanya kaitan penyebab dengan

karsinogenesis pada beberapa bagian tubuh, termasuk laring, rongga mulut,

esofagus, dan kandung kemih.

2.2 Anatomi dan Fosiologi Paru

Anatomi Paru-paru adalah struktur atau bagian-bagian dari paru-paru.

Paru-paru itu sendiri sangat penting bagi tubuh manusia, sebab salah satu fungsi

paru-paru adalah memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida ketika

tubuh menghirup udara.

3

Page 4: KANKER PARU

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelebung alveoli

ini terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas

permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara,

O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya

gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah yang terdapat pada paru-

paru kiri dan kanan.

Paru-paru sendiri dibagi menjadi dua, yakni :

1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru),

Lobus pulmo dekstra superior,

Lobus medial

Lobus inferior

2. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior.

Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil bernama

segment.

Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu :

5 buah segment pada lobus superior dan,

5 buah segment pada inferior

Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni :

5 buah segment pada lobus inferior

2 buah segment pada lobus medialis

3 buah segment pada lobus inferior

Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang

bernama lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh

jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf,

dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus

4

Page 5: KANKER PARU

ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus.

Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 –

0,3 mm.

Letak Anatomi Paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah

rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-

paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus

oeh selaput selaput yang bernama pleura.

Pleura dibagi menjadi dua :

Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang

langsung membungkus paru-paru.

Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding

dada.

Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum

pleura. Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga

paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat)

yang berguna unuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan

antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernafas bergerak.

Mekanisme Fisiologi Paru

Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada

pernapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada

waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan

dapat erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan

membran , yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah.

Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah

dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.

Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat

ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida

5

Page 6: KANKER PARU

adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-

kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan

trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan pengeluaran

udara pernapasan disebut dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran udara

pernapasan berlangsung di alveolus disebut pernapasan eksternal. Udara

pernapasan selanjutnya diangkut oleh hemoglobin dalam eritrosit untuk

dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa pertukaran udara pernapasan dari darah

menuju sel disebut pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada saat

bernapas selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa otot

yang ada pada tulang rusuk dan otot diafragma (selaput pembatas rongga dada

dengan rongga perut). Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh

perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.

Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya,

apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan

pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua

macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut

terjadi secara bersamaan.

2.3 Klasifikasi Kanker Paru

Tipe dari kanker paru mencakup empat tipe histologis mayor yaitu :

1. Karsinoma sel skuamosa

Karsinoma sel skuamosa merupakan karsinoma bronkhogenik histologis

yang paling sering ditemukan. Kanker ini ditemukan pada permukaan sel epitel

bronkhus. Perubahan epitel termasuk metaplasia atau displasia terjadi akibat

kebiasaan merokok jangka panjang secara khas mendahului timbulnya tumor.

Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke

dalam bronkhi besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan

cendrung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada,

6

Page 7: KANKER PARU

dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa sering kali disertai batuk dan

hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan abses akibat

obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam

bermetastasis, maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis.

2. Karsinoma sel kecilnya

Karsinoma sel kecil seperti tipe sel skuamosa, biasanya terdapat di tengah

sekitar percabangan utama bronkhi. Tidak seperti kanker paru lain, jenis tumor ini

timbul pada sel-sel kulchitsky yang merupakan komponen normalepitel bronkus.

Secara mikroskopis, tumor ini terbentuk dari sel-sel kecil (sekitar 2 kali ukuran

limfosit) denagn inti hiperkromatik pekat dan sedikit sitoplasma. Sel-sel ini mirip

biji oat sehingga diberi nama karsinoma sel oat. Karsinoma sel kecil memiliki

waktu pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan

dengan semua karsinoma bronkhogenik. Metastasis awal dapat tercapai

mediastinum dan kelenjar limfe hilus, sering pula dijumpai penyebaran

hematogen ke organ-organ distal.

3. Karsinoma sel besar

Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi

sangat cepat. Karsinoma ini memiliki sitoplasma yang besar dan bermacam-

macam ukuran inti. Sel-sel ini cendrung tumbuh di jaringan paru perifer. Sel ini

juga memiliki daya tumbuh yang cepat dengan penyebaran ekstensif ke tempat

lainnya.

4. Adenokarsinoma

Adenokarsinoma memperlihatkan susunan selular mirip bronkhus dan

sering kali mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian

perifer segmen bronkhus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan

parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronis. Lesi sering kali meluas

melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium awal dan secara klinis tetap tidak

menunjukkan gejala-gejala tertentu sampai terjadi metastasis yang luas.

7

Page 8: KANKER PARU

Karsinoma sel bronkhial-alveolar merupakan sebtipe adenokarsinoma

yang jarang ditemukan dan yang berasal dari epitel alveolar atau bronkhiolus

terminalis. Awitan (onset) pada umumnya tidak nyata dan sertai tanda-tanda yang

menyerupai pneumonia. Secara makroskopis neoplasma ini pada beberapa kasus

mirip konsolidasi uniform pneumonia. Secara mikroskopis, tampak kelompok-

kelompok alveolus yang dibatasi oleh sel-sel jernih penghasil mukus dan terdapat

banyak sputum mukoid. Prognosisnya buruk, kecuali dilakukan pembuangan

lobus yang terserang pada saat penyakit masih stadium awal. Adenokarsinoma

adalah satu-satunya tipe histologi kanker paru yang tidak belum diketahui secara

jelas berkaitan dengan kebiasaan merokok.

2.4 Etiologi / Faktor Resiko

1. Merokok

Kanker paru berisiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat

dibandingkan dengan bukan perokok. Peningkatan faktor risiko ini berkaitan

dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang

8

Page 9: KANKER PARU

digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai

merokok (semakin muda individu merokok , semakin besar risiko terjadinya

kanker paru). Faktor lain yang juga dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis

rokok yang diisap (kandungan tar, rokok filter, dan kretek).

Perokok pasif juga beresiko tinggi untuk mengalami kanker paru. Dengan

kata lain, individu yang secara tidak sengaja terpajan asap rokok, juga berisiko

tinggi mengalami kanker paru.

2. Polusi udara

Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah

sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dari pabrik. Bukti-

bukti menunjukkan bahwah insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan

sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

3. Polusi lingkungan kerja

Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkhogenik tampaknya merupakan

suatu penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri,

yang paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali diproduksi dan

digunakan pada bagunan. Resiko kanker paru di antara para pekerja yang

berhubungan atau lingkungannya mengandung asbes + 10 kali lebih besar

daripada masyarakat umum. Peningkatan risiko ini juga dialami oleh mereka yang

bekerja dengan uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan

untuk pertanian), besi, dan oksida besi.Risiko kanker paru baik akibat kontak

dengan asbes maupun uranium akan menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga

perokok.

4. Rendahnya asupan vitamin A

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya

rendah vitamin A dapat memperbesar risiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini

didapatkan dari beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat

menurunkan risiko peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan

fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.

9

Page 10: KANKER PARU

5. Faktor herediter

Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru

memiliki risiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama.Walaupun

demikian masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter

atau karena faktor-faktor familial.

2.5 Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi

pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang

terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti

dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,

hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar

pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya

metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –

struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,

tulang rangka.

2.6 WOC

Terlampir

10

Page 11: KANKER PARU

2.7 Manifestasi Klinis

Gejala yang muncul tergantung pada pasien dengan CA paru biasanya

meliputi berbagai gejala klienis diantaranya ;

a. Gejala Awal

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi

bronkus

b. Gejala Umum

Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara lain

yaitu:

Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk

kering tanpa membentuk sputum , tetapi berkembang sampai titik

dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon

terhadap infeksi sekunder .

Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang

mengalami ulserasi

Anoreksia, lelah , berkurangnya berat badan.

Dahak berdarah berubah warna dan makin banyak

Nafas sesak ( pendek )

Sakit kepala , nyeri dada , bahu dan bagian punggung

2.8 Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi dalam penatalaksanaan kanker paru.

1. Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal napas, terutama ketika sistem

jantung paru terganggu sebelum pembedahan dilakukan.

2. Terapi radiasi dapat dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru.

3. Fibrosis paru, perikarditis, mielitis, dan kor pulmonal adalah sebagian dari

komplikasi yang diketahui.

11

Page 12: KANKER PARU

4. Kemoterapi, terutama dalam kombinasi dengan terapi radiasi, dapat

menyebabkan pneumonitis.Toksisitas paru dan leukimia adalah potensial

efek samping dari kemoterapi

2.9 Penatalaksanaan Medis

Sasaran penatalaksanaan medis adalah untuk memberikan penyembuhan,

jika memungkinkan. Pengobatan tergantung pada tipe sel, tahap penyakit, dan

status fisiologi (terutama status jantung dan paru) pasien. Secara umum,

pengobatan dapat mencakup pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan imuno

terapi, yang digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi

1. Pembedahan

Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien

dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatik dan mereka

yang fungsi jantung paru yang baik. Tiga tipe reseksi paru mungkin

dilakukan : lobektomi (satu lobus paru diangkat), lobektomi sleeve (lobus

yang mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus besar direseksi),

dan pneumonektomi (pengangkatan seluruh paru).

Reseksi bedah yang menghasilkan penyembuhan sempurna sangat

jarang terjadi. (Biasanya pembedahan untuk kanker sel kecil paru tidak

disarankan karena tipe kanker ini berkembang dengan cepat serta cepat

bermetastasis dan sangat luas). Sayangnya, pada banyak pasien dengan

kanker bronkogenik, lesi kanker tidak dapat dioperasi pada waktu

didiagnosa. Operasi yang lazim untuk tumor paru yang kecil yang

tampaknya dapat disembuhkan adalah labektomi (pengangkatan lobus

paru). Keseluruhan paru dapat diangkat (pneumonektomi) dalam

kombinasi dengan prosedur bedah lainnya, seperti reseksi yang mencakup

nodus limfe mediastinal. Sebelum pembedahan, status jantung paru pasien

harus ditentukan

12

Page 13: KANKER PARU

2. Terapi radiasi

Terapi radiasi dapat menyembuhkan pasien dalam persentasi yang

kecil. Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma

yang tidak dapat direseksi tetapi yang reponsif terhadap radiasi. Radiasi

dapat juga digunakan untuk mengurangi ukuran tumor untuk membuat

tumor yang tidak dapat dioperasi menjadi dapat dioperasi atau radiasi

dapat digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan

tumor pada struktur vital. Terapi radiasi dapat mengendalikan metastasis

medula spinalis dan kompresi vena kava superior. Juga, iradiasi otak

profilaktik digunakan pada pasien tertentu untuk mengatasi metastasis

mikroskopik ke otak. Radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri

dada, dispnea, hemoptisis, dan nyeri tulang, dan hepar.

Hilangnya gejala-gejala dapat berlangsung dari beberapa minggu

sampai beberapa bulan dan penting dalam meningkatkan kualitas sisa

hidup yang masih tersisa

Terapi radiasi biasanya adalah toksik bagi jaringan normal di

dalam bidang radiasi. Komplikasi radiasi termasuk esofagitis,

pneumonitis, dan radiasi fibrosis paru yang dapat merusak kapasitas

ventilas dan difusi serta secara signifikan mengurangi ketersediaan paru.

Radiasi juga mempengaruhi jantung.

Status nutrisi dan tampilan psikologis pasien dipantau sepanjang

pengobatan, sejalan dengan tanda-tanda anemia dan infeksi

3. Kemoterapi

Kemuterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan

tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan

metastasis luas, dan untuk melengkapi bedah atau terapii radiasi.

Kombinasi dua atau lebih pengobatan mungkin lebih menguntungkan

dibanding pemberian dosis tunggal. Sejumlah besar pengobatan bekerja

terhadap kanker paru. Berbagai agens kemoterapeutik, termasuk agens

penfkelat (ifosfamid), platinum analogus (cisplantin dan karboplantin),

mitomisin C, vinka alkaloid (vinblastin dan vindestin) dan eroposid (V-16)

13

Page 14: KANKER PARU

digunakan. Pilihan agens tergantung pada pertumbuhan sel tumor dan fase

spersifik siklus sel yang dipengaruhi oleh obat. Agents ini toksik dan

mempunyai batas keamanan yang sempit.

Kemoterapi memberikan peredaan, terutama nyeri, terapi

kemoterapi tetapi menyembuhkan dan jarang dapat memperpanjang hidup.

Kemoterapi bermanfaat dalam mengurangi gejala-gejala tekanan dari

kanker paru dan dalam mengobati metastasis otak, medula spinalis dan

pericardium.

14

Page 15: KANKER PARU

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KARSINOMA BRONKHOGENIK (KANKER PARU)

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Anamnesis

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama

atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan,

pekerjaan klien, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi dan

asuransi kesehatan.

a) Keluhan utama

Keluhan utama klien dengan karsinoma bronkhogenik biasanya

bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk darah, dan

sesak napas.

b) Riwayat penyakit saat ini

Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lainnya dan

tidak mempunyai awitan (onset) yang khas. Seringkali karsinoma ini

menyerupai pneumonitis yang tidak ditanggulangi. Batuk merupakan

gejala umum yang sering kali diabaikan oleh klien dengan bronkhitis

kronis, batuk akan timbul lebih sering dan volume sputum bertambah.

c) Riwayat penyakit sebelumnya

Walaupun tidak terlalu spesifik, biasanya akan didapatkan adanya

keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara

signifikan.

d) Riwayat penyakit keluarga

Terdapat juga bukti bahawa anggota keluarga dari kliaen dengan

kanker paru beresiko lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun

15

Page 16: KANKER PARU

masih belum dapat dipastikan apakah hal ini benar-benar karena faktor

herediter atau karena faktor-faktor familial.

B. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Klien mengeluh batuk yang berkepanjangan,dengan /tidak disertai

sekret,nyeri pada dada ,malaise dan keletihan fisik.

b) Pola aktivitas dan latihan

Klien memiliki kesulitan pada aktifitasnya karena klien merasa lemah dan

keletihan fisik.

c) Pola nutrisi dan metabolik

Pemenuhan nutrisi pada klien kanker paru-paru menurun dikarena

biasanya nafsu makan buruk dan intake nutrisi yang tidak adekuat.

d) Pola eliminasi

Eleminasi alvi: sukar BAB ,dikarnakan gerak peristaltik usus menurun.

Eliminasi urin: pengukuran volume output urin dilakukan dalam hubungan

intake cairan

e) Pola tidur dan istirahat

Kesukaran untuk istirahat karena batuk , penumpukan sputum serta nyeri

dada yang menyebabkan gangguan kenyamanan pada klien.

f) Pola kognitif dan perseptual

Klien dan keluarganya biasanya tidak terlalu mengerti tentang penyakit

yang diderita (kanker paru-paru) ini.

g) Pola konsep diri

Adanya perasaan takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.

h) Pola koping

Mekanisme koping biasanya mal adaptif yang diikuti perubahan

mekanisme peran dalam keluarga, kemampuan ekonomi untuk

pengobatan, serta prognosis yang tidak jelas merupakan faktor-faktor

pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan keluarga.

i) Pola seksual dan reproduksi

16

Page 17: KANKER PARU

Pola seksualnya kurang terpenuhi karena kondisinya tersebut.

j) Pola peran hubungan

Hubungan klien dengan keluarganya terganggu karena klien tidak dapat

menjalankan aktifitasnya seperti biasa.

k) Pola nilai kepercayaan

Pemenuhan aspek spiritual seperti ibadah biasanya tidak dapat terpenuhi

secara lengkap karena nyeri dada, batuk dan kelemahan fisik yang

dirasakan.

C. Pemeriksaan Fisik

a) Pernafasan

Inspeksi

Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk,

dengan/tanpa peningkatan produksi sekret. Pergerakan dada biasanya

asimetris apabila terjadi komplikasi efusi pleura dengan hemoragi.

Nyeri dada dapat timbul dalam berbagai bentuk tapi biasanya sebagai

rasa sakit atau tidak nyaman akibat penyebaran neoplastik ke

mediastinum. Selain itu, dapat pula timbul nyeri pleuritis bila terjadi

serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neoplastik atau

pneumonia. Gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan

berkurangnya berat badan merupakan gejala-gejala lanjutan.

Palpasi

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya

menurun.

Perkusi

Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor.

Auskultasi

Didapatkan bunyi stidor lokal, wheezing unilateral didapatkan

apabila karsinoma melibatkan penyempitan bronkun dan ini merupakan

tanda khas pada tumor bronkhus. Penyebaran lokal tumor ke struktur

mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat terangsangnya

17

Page 18: KANKER PARU

saraf rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan esofagus, dan paralisis

hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus.

(Alsagaff, 1996 dalam Muttaqin,A, 2008)

D. Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi.

Foto thorax.

Untuk mengetahui adanya pembesaran massa atau tidak dan letak

pembesaran tersebut.

CT Scan.

Dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi – lesi

yang dicurigai.

Bronkoskopi.

Bronkoskopi yang sertai dengan biopsi untuk mendiagnosis jenis

karsinoma yang terjadi.

Biopsi kelenjar skalenus.

Cara terbaik untuk mendiagnosis kanker yang tidak terjangkau oleh

bronkoskopi.

2. Pemeriksaan Sitologi.

Sputum rutin, dikerjakan terutama bila ada keluhan seperti batuk.

Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil yang berarti karena

tergantung pada :

Letak tumor terhadap bronkus.

Jenis tumor.

Teknik mengeluarkan sputum.

Jumlah sputum yang diperiksa (dianjurkan pemeriksaan 3 – 5 hari

berturut – turut).

18

Page 19: KANKER PARU

Waktu pemeriksaan sputum.

Pada kanker paru yang letaknya sentral pemeriksaan sputum yang baik

dapat memberikan hasil positif sampai 67 – 85 % pada karsinoma sel

skuamosa. Sehingga untuk Tn. J dapat dilakukan sitologi ini untuk mamastikan

apakah termasuk dalam kanker paru sel skuamosa.

19

Page 20: KANKER PARU

3.2 NANDA, NOC, NIC Kanker Paru

N

O

Dx NOC NIC

1 Bersihan jalan

napas tidak

efektif

Status respirasi : kepatenan

jalan nafas

Indikator:

rata- rata pernafasan

ritme pernafasan

kedalaman inspirasi

kemampuan

membersihkan sekresi

Status respirasi : ventilasi

Indikator :

rata-rata pernafasan

ritme perafasan

kedalaman inspirasi

suara perkusi

volume tidal

kapasitas vital

Monitor Respirasi

Aktifitas:

- buka jalan nafas dengan meggunakan

teknik chin lift atau jaw thrust, bila perlu

- monitor frekuensi, ritme, dan usaha

respirasi

- catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan.

- monitor pola nafas

- monitor kebisingan respirasi

- catat letak trakea

- palpasi kesamaan ekspansi paru

- monitor sekresi respirasi pasien

- Auskultasi bunyi paru setelah perawatan

dan catat hasilnya

- Monitor kemampuan pasien untuk batuk

secara efektif

- Monitor dyspnea dan hal-hal yang

meingkatkan atau memperburuknya

Airway Management

Aktifitas :

- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift

atau ut;ter thrust bila perlu

- Posisikan pasien untuk

memaksimalkanventilasi

- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

20

Page 21: KANKER PARU

tambahan

- Berikan bronkodilator bila perlu

- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

- Monitor respirasi dan position O2

2 Pola napas tidak

efektif

Kepatenan jalan nafas:

Indikator :- Frekuensi nafas

normal- Irama nafas normal

- Tidak ada demam

- Tidak cemas

- Bebas dari suara nafas tambahan

VentilasiIndikator :- Pengembangan dada

simetris- Kenyamanan dalam

bernafas- Frekuensi nafas

normal- Suara nafas normal

- Tidak ada suara nafas tambahan

Status tanda-tanda vitalIndikator : - suhu badan

- denyut nadi

- pernapasan

- tekanan darah diastolic

- tekanan darah sistolik

Manajemen jalan nafasAktivitas : - Buka jalan nafas dengan teknik

mengangkat dagu atau dengan mendorong rahang sesuai keadaan

- Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonic humidifier jika diperlukan

- Posisikan pasien untuk mengurangi dispnu

- Monitor pernafasan dan status oksigen

- Dorong nafas dalam, pelan dan batuk

- Identifikasi masukan jalan nafas baik yang aktual ataupun potensial

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yang potensial

Monitor pernafasanAktivitas :- Monitor frekuensi, rata-rata, irama,

kedalaman dan usaha bernafas- Catat pergerakkan dada, lihat

kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, dan supraklavikula dan retaksi otot intercostal

- Monitor bising pernafasan seperti ribut atau dengkuran

- Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu, hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Ceyne stokes, apnu, biot dan pola ataksi

3 Gangguan Keseimbangan elektrolit Manajemen asam basa

21

Page 22: KANKER PARU

pertukaran gas dan asam basa

Indikator : - Denyut jantung

- Irama jantung

- Pernapasan

- Irama napas

- Sodium serum

- Pottasium serum

- Klorida serum

- Kalsium serum

- Magnesium serum

- pH serum : DBN*

- Albumin serum : DBN

- Kreatinin serum : DBN

- Bikarbonat serum :DBN

Aktivitas : - Jaga kepatenan jalan napas

- Pantau ABG dan level elektrolit

- Monitor status hemodinamik termasuk CVP (tekanan vena sentral), MAP (tekanan arteri rata-rata), PAP (tekanan arteri paru)

- Pantau kehilangan asam (muntah, diare, diuresis, melalui nasogastrik) dan bikarbonat (drainase fistula dan diare)

- Posisikan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat seperti membuka jalan napas dan menaikkan kepala tempat tidur

- Pantau gejala gagal pernapasan seperti PaO2 yang rendah, peningkatan PaCO2, dan kelemahan otot napas

- Pantau pola napas

- Pantau factor penentu pengangkutan oksigen jaringan seperti PaO2, SaO2, kadar Hb dan cardiac output

- Sediakan terapi oksigen

- Berikan dukungan ventilasi mekanik

- Pantau factor penentu konsumsi oksigen seperti SvO2, avDO2

(perbedaan oksigen arterivena)- Pantau ketidakseimbangan elektrolit

yang semakin buruk dengan mengoreksi ketidakseimbangan asam basa

- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif dalam pengobatan ketidakseimbangan asam basa

Manajemen Jalan NafasAktivitas :

- Buka jalan nafas dengan teknik mengangkat dagu atau dengan mendorong rahang sesuai keadaan

- Posisikan pasien untuk

22

Page 23: KANKER PARU

memaksimalkan ventilasi yang potensial

- Identifikasi masukan jalan nafas baik yang aktual ataupun potensial

- Masukkan jalan nafas/ nasofaringeal sesuai kebutuhan

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction/pengisapan

- Kaji keinsetifan spirometer

- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya ventilasi yang turun atau yang hilang dan catat adanya bunyi tambahan

- Lakukan pengisapan endotrakeal atau nasotrakeal

- Beri bronkodilator jika diperlukan

- Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonic humidifier jika diperlukan

- Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan

- Posisikan pasien untuk mengurangi dispnue

- Monitor pernafasan dan status oksigen.

Monitor PernafasanAktivitas :

- Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan usaha bernafas

- Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, dan supraklavikula dan retaksi otot intercostal

- Monitor bising pernafasan seperti ribut atau dengkuran

- Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu, hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Ceyne stokes, apnu, biot dan pola ataksi

- Palpasi jumlah pengembangan paru- Perkusi anterior dan posterior torak

dari apeks sampai basis secara

23

Page 24: KANKER PARU

bilateral- Catat lokasi trakea- Monitor kelemahan otot diafragma- Auskultasi bunyi nafas, catat

ventilasi yang turun atau hilang- Tentukan apakah harus dilakukan

pengisapan dari hasil auskultasi seperti adanya ronkhi atau wheezing

- Auskultasi lagi paru setelah dilakukan treatmen

- Monitor sekresi pernafasan pasien- Monitor dispnu dan persitiwa yang

bisa meningkatkan kejadian dispnu- Monitor hasil penyinaran (X-Ray)

4 Nyeri akut Kontrol NyeriIndikator :- Menilai factor penyebab- Recognize lamanya Nyeri- Penggunaan analgesic yang

tepat- Gunakan tanda-tanda vital

memantau perawatan- Menilai gejala dari nyeri- Gunakan catatan nyeri- Laporkan bila nyeri

terkontrol

Tingkat Nyeri- Melaporkan Nyeri- Frekuensi nyeri- Panjangnya episode nyeri- Ekspresi nyeri lisan- Ekspresi wajah saat nyeri- Melindungi bagian tubuh

yang nyeri- Kegelisahan - Hilangnya Nafsu makan

Manajemen nyeri Lakukan penilaian nyeri secara

komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.

Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama untuk pasien yang tidak bisa mengkomunikasikannya secara efektif

Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan analgesic

Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran, mood, hubungan sosial, performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari)

Gunakan metoda penilaian yang berkembang untuk memonitor perubahan nyeri serta mengidentifikasi faktor aktual dan potensial dalam mempercepat penyembuhan

Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien dan rencana keperawatan

Menyediakan informasi tentang nyeri, contohnya penyebab nyeri, bagaimana kejadiannya, mengantisipasi ketidaknyamanan terhadap prosedur

Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan

24

Page 25: KANKER PARU

(farmakologis, nonfarmakologis, dan hubungan atar pribadi) untuk mengurangi nyeri

Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih metoda mengurangi nyeri

Mendorong pasien dalam memonitor nyerinya sendiri

Pemberian Analgesik Menentukan lokasi , karakteristik, mutu,

dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien

Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang ditentukan analgesik

Cek riwayat alergi obat Tentukan jenis analgesik yang

digunakan berdasarkan tipe dan tingkat nyeri.

Tentukan analgesik yang cocok, rute pemberian dan dosis optimal.

Utamakan pemberian secara IV dibanding IM sebagai lokasi penyuntikan, jika mungkin

Cek pemberian analgesik selama 24 jam untuk mencegah terjadinya puncak nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri yang menjengkelkan

Mengkaji pengetahuan pasien atau anggota keluarga mengenai analgesic, terutama sekali opioids(karena resiko kecanduan tinggi)

Dokumentasikan respon pasien tentang analgesik, catat efek yang merugikan

25

Page 26: KANKER PARU

Hipetermi TermoregulasiIndikator: Tidak adanya sakit kepala Tidak adanya ngilu pada

otot Tidak adanya iritabilitas Tidak adanya perasaan

mengantuk Tidak adanya perubahan

warna kulit Tidak adanya kejang pada

otot

Tanda-tanda vitalIndikator: Suhu tubuh Denyut jantung Ritme jantung Denyut nadi radial Tingkat pernafasan Ritme nafas Tekanan sistol darah Tekanan diastol darah Tekanan nadi

Pengobatan demamTindakan:

Pantau suhu berkali-kali jika diperlukan

Adakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jika diperlukan

Pantau warna kulit dan suhu Pantau tekanan darah, nadi dan

pernafasan, jika diperlukan Pantau untuk penurunan tingkat

kesadaran Pantau aktivitas berlebihan Pantau intake dan output Pantau selalu suhu untuk mencegah

indikasi hipotermia

Monitor tanda-tanda vitalTindakan:

Monitor tekanan darah, temperatur, status respirasi

Monitor irama paru-paru Monitor bunyi jantung Identifikasi penyebab terjadinya

perubahan tanda-tanda vital

26

Page 27: KANKER PARU

Gangguan

mobilitas fisik

Tingkat pergerakan Keseimbangan penampilan Posisi tubuh Ambulansi : berjalan Perpindahan sendi Perpindahan otot

Ambulansi : berjalan Pertahanan berat Berjalan dengan langkah

efektif Berjalan dengan langkah

sedang Berjalan dengan cepat Berjalan dengan langkah

naik Berjalan dengan langkah

turun Berjalan dengan miring ke

atas Berjalan dengan miring ke

bawah

Terapi latihan : ambulansi Mengatur tinggi rendah tempat tidur,

jika diperlukan Mengganti posisi tidur dengan mudah

dilakukan Meningkatkan kemampuan untuk

bangun dari tidur atau dari kursi roda Membantu pasien untuk duduj dan

menyamping dari tempat tidur Konsultasi dengan terapi fisik tentang

rencana ambulansi, jika diperlukan Mengintruksikan penggunaan alat bantu,

jika diperlukan Mengintruksikan pasien bagaiman posisi

yang benar dalam proses berpindah Gunakan gaitbelt untuk membentu

berpindah dan ambulansi, jika diperlukan

Menolang pasien untuk berpindah, jika dibutuhkan

Menyediakan cueing ard di kepala sebagai fasilitas untuk berpindah

Membantu pasien dengan inisial ambulansi dan jika dibutuhkan

Mengintruksikan pasien tentang keamanan berpindah dan teknik ambulansi

Mengontrol pasien menggunakan crutches atau alat bantu jalan lainya

Membantu pasien untuk berdiri dan ambulansi jarak jauh

Membantu pasien untuk meningkatkan kemandirian dalam ambulansi jarak jauh

Meningkatkan kemandirian ambulansi dengan batas aman

27

Page 28: KANKER PARU

Gangguan

pemenuhan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

Status nutrisi Asupan zat gizi Asupan makanan dan

cairan Energi Indeks masa tubuh Berat badan

Status nutrisi : intake nutrien- Intake kalori- Intake ptotein- Intake lemak- Intake karbohidrat- Intake zat besi- Intake vitamin- Intake mineral- Intake kalsium

Pengontrolan berat badan Menggunakan suplemen

nutrisi jika diperlukan Mempertahankan pola

makan yang dianjurkan Mempertahankan

keseimbanagan cairan Mengontrol berat badanMempertahankan intake

kalorioptimal harian

Manajemen nutrisiMengontrol penyerapan makanan/cairan dan

menghitung intake kalori harian, jika diperlukan

Memantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian

Menetukan kebutuhan makanan saluran nasogastric

Anjurkan pasien untuk memilih makanan ringan, jika kekurangan air liur mengganggu proses menelan

Memastikan bahwa makanan berupa makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Membantu pasien membentuk posisi duduk yang benar sebelum makan

Mengajarkan pasien dan kelurga tentang memilih makanan

Monitor NutrisiAktivitas: Timbang berat badan klien Monitor kehilangan dan pertambahan

berat badan

Monitor respon emosi klien terhadap situasi dan tempat makan

Monitor adanya mual dan muntah Monitor nilai albumin, total protein,

hemoglobin dan hematokrit Monitor nilai limfosit dan elektrolit Monitor menu makanan dan pilihannya Monitor pertumbuhan dan

perkembangan Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan

lemah Monitor intake kalori dan nutrisi

28

Page 29: KANKER PARU

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat

terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen

lingkungan terutama asap rokok.

Kanker paru (karsinoma bronkhogenik) timbul dari epitel saluran

pernapasan. Penyebab kanker paru yang paling umum adalah merokok. Perokok

berat mempunyai peluang sekitar 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker

paru dibanding bukan perokok. Asap rokok mengandung beberapa karsinogen

spesifik-organ, dan merokok telah menunjukkan adanya kaitan penyebab dengan

karsinogenesis pada beberapa bagian tubuh, termasuk laring, rongga mulut,

esofagus, dan kandung kemih.

3.2 saran

Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas penulis ingin memberikan beberapa

saran sebagai berikut :

1) Agar perawat sebagai insan kesehatan dapat memahami bagaimana

pengertian , perjalanan penyakit serta penatalaksanaan dari kanker paru

ini.

2) Kepada teman-teman mahasiswa keperawatan agar dapat menggali

pengetahuan lebih dalam lagi mengenai kanker paru terutama pada asuhan

keperawatannya.

29

Page 30: KANKER PARU

DAFTAR PUSTAKA

Brashers, V.L.2007.Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2.Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth.2009.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8

vol.1.Jakarta :Salemba Medika

Muttaqin,A.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika.

30