Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan sebagai prioritas utama pembangunan Indonesia masa depan dalam rangka menggerakkan kembali roda ekonomi Indonesia yang telah lama mengalami krisis ekonomi. Hal ini sangat penting mengingat sektor daratan yang selama ini dijadikan sebagai prioritas utama pembangunan nasional sudah mengalami kejenuhan, disamping itu, sektor kelautan dan perikanan mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Dalam mencermati pembangunan Indonesia selama ini, secara empiris pembangunan kelautan dan perikanan kurang mendapat perhatian dan selalu diposisikan sebagai pinggiran dalam pembangunan ekonomi nasional. Menurut Muhammad (2009), kondisi ini sangat ironis, mengingat hampir 70% wilayah Indonesia merupakan lautan yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar. Salah satu sektor kelautan dan perikanan yang merupakan sumber daya potensial adalah wilayah pesisir yang merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km
40

Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

Jan 01, 2016

Download

Documents

ikafitrianifeub

karya tulis ilmiah yang dipresentasikan pada acara INOVASI di Universitas Hassanuddin, Makassar, 2011
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan sebagai prioritas utama

pembangunan Indonesia masa depan dalam rangka menggerakkan kembali roda

ekonomi Indonesia yang telah lama mengalami krisis ekonomi. Hal ini sangat

penting mengingat sektor daratan yang selama ini dijadikan sebagai prioritas

utama pembangunan nasional sudah mengalami kejenuhan, disamping itu, sektor

kelautan dan perikanan mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan.

Dalam mencermati pembangunan Indonesia selama ini, secara empiris

pembangunan kelautan dan perikanan kurang mendapat perhatian dan selalu

diposisikan sebagai pinggiran dalam pembangunan ekonomi nasional. Menurut

Muhammad (2009), kondisi ini sangat ironis, mengingat hampir 70% wilayah

Indonesia merupakan lautan yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar.

Salah satu sektor kelautan dan perikanan yang merupakan sumber daya

potensial adalah wilayah pesisir yang merupakan suatu wilayah peralihan antara

daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis

pantai sepanjang sekitar 81.000 km (Dahuri et al. 2001). Garis pantai yang

panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu

diantaranya potensi hayati dan non hayati. Potensi hayati misalnya: perikanan,

hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi nonhayati misalnya:

mineral dan bahan tambang serta pariwisata (Yuniarti, 2007).

Keberadaan potensi yang besar tersebut belum dieksplorasi secara baik oleh

masyarakat pesisir. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat

pesisir yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan, dimana pekerjaan

tersebut masih berfokus pada penangkapan ikan saja, belum menjamah pada

potensi laut yang lain. Padahal, jika ditinjau lebih lanjut, pekerjaan sebagai

nelayan bukanlah pekerjaan yang menjanjikan bagi kehidupan masyarakat pesisir.

Page 2: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

2

Menurut Muhammad (2009), sebanyak 83% nelayan di Indonesia masih hidup

miskin dan berusaha dengan cara tradisional dengan menggunakan armada

penangkapan sangat sederhana, sehingga hasil tangkapannya hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

lainnya, dengan mengandalkan profesi sebagai seorang nelayan dan hidup di era

moderen seperti sekarang ini, semakin membuat mereka tertinggal dan tetap hidup

dalam kekurangan.

Salah satu potensi sektor kelautan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat

pesisir adalah rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang

pembudidayaannya sedang digalakkan oleh pemerintah dalam rangka menjadi

penyedia rumput laut terbesar di dunia. Rumput laut merupakan komoditas yang

dapat dijadikan sebagai bahan makanan seperti agar-agar, sayuran, kue dan

menghasilkan bahan algin, karaginan dan fluseran yang digunakan dalam industri

farmasi, kosmetik, tekstil, dan lain sebagainya. Menurut Cocon (2011),

pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat dan kompleksitas nilai guna

rumput laut yang begitu besar sebagai penunjang kebutuhan hidup masyarakat

dunia, maka tidak heran memang jika saat ini rumput laut menjadi komoditas

yang prospektif dan telah menjadi bagian dari kebutuhan global. Betapa tidak

sejak kita bangun tidur sampai pada saat melakukan aktivitas, sebenarnya kita

telah terbiasamenggunakan produk berbahan baku rumput laut.

Saat ini, pemerintah telah membuat sistem kluster untuk budidaya rumput

laut. Daerah kluster rumput laut tersebut adalah Sumenep Jawa Timur, Gorontalo,

Pangkep Sulawesi Selatan, Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB), Kabupeten

Serang Banten, Kepulauan Riau, Minahasa Utara, Parigi Moutang Sulawesi

Tengah, Polewalimandar Sulawesi Barat dan Bau Bau Sulawesi Tenggara.

Namun, hingga tahun 2008, hanya 15% rumput laut yang diekspor dalam bentuk

olahan oleh Indonesia, sementara sisanya diekspor dalam bentuk kering

(www.antaranews.com). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan rumput

laut di Indonesia masih sangat minim.

Pengolahan rumput laut menjadi salah satu hal yang perlu mendapat perhatian

khusus baik dari pemerintah maupun dari masyarakat, mengingat Indonesia

Page 3: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

3

merupakan penghasil rumput laut terbesar kedua di dunia setelah Filipina. Dalam

hal ini, masyarakat pesisir dapat memberikan sumbangsih nyata dalam

pengolahan rumput laut.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menggerakkan masyarakat pesisir

agar memberikan sumbangsih nyata dalam pengolahan rumput laut adalah melalui

pembentukan Kampung Pesisir Kreatif (KPK). Kampung Pesisir Kreatif (KPK)

ini akan membuat diversivikasi produk rumput laut berupa lampu hias rumput

laut, dimana produk ini nantinya akan dijadikan sebagai produk unggulan. Agar

Kampung Pesisir Kreatif (KPK) ini dapat diwujudkan, diperlukan adanya

kerjasama antar elemen masyarakat pesisir yang terdiri dari petani rumput laut,

ibu-ibu rumah tangga, dan juga pemuda. Selain itu, dibutuhkan pula bantuan dari

pemerintah dan akademisi sebagai pemberi penyuluhan dan juga pendampingan.

Agar pembentukan Kampung Pesisir Kreatif dapat berjalan lancar, maka dapat

dilaksanakan melalui Linkage Channeling Program, dimana Linkage Channeling

Program merupakan sistem kemitraan antara perbankan dengan Usaha Mikro dan

Kecil (UMK).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengangkat karya

tulis yang berjudul "Pembentukan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) Melalui

Linkage Channeling Program Sebagai Upaya Diversifikasi Produk Rumput Laut

Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Pesisir"

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka rumusan masalah dalam karya tulis ini

adalah "Bagaimana pembentukan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) melalui

Linkage Channeling Program sebagai upaya diversivikasi produk rumput laut

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir?"

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui pembentukan

Kampung Pesisir Kreatif (KPK) melalui Linkage Channeling Program sebagai

Page 4: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

4

upaya diversivikasi produk rumput laut dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat pesisir.

1.4.Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pembentukan Kampung

Pesisir Kreatif (KPK) melalui Linkage Channeling Program sebagai upaya

diversivikasi produk rumput laut dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat pesisir

2. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan pembuatan kebijakan dan regulasi mengenai

pengelolaan dan pengembangan perekonomian masyarakat pesisir

3. Bagi Perbankan

Merupakan salah satu sarana untuk pemberian bantuan permodalan bagi

usaha kecil dalam mengembangkan perekonomian Indonesia

4. Bagi Masyarakat Pesisir

Menjadi salah satu upaya pemberdayaan masyarakat pesisir untuk

meningkatkan perekonomian di daerahnya dengan menggunakan sumber

daya lokal.

Page 5: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Mengenai Masyarakat Pesisir

Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama

dan menghasilkan kebudayaan. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu

struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat

adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia

yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal

di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian

besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

Menurut Bappenas (1999) Kawasan Pesisir adalah daerah pertemuan antara

darat dan laut dengan batas kearah darat meliputi bagiandaratan, baik kering

maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin

laut, sedangkan kearah laut mencakup bagian perairan pantai sampai batas terluar

dari paparan benua, dimana cirri-ciri perairan tersebut masih dipengaruhi oleh

proses alamiah yang terjadi didarat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, serta

proses-proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat maupun di laut

(misalnya penggundulan hutan, pencemaran akibat industri, limbah tambak,

penangkapan ikan dll). Sedangkan menurut UU Nomor 27 tahun 2007, Wilayah

Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang

dipengaruhi olehperubahan di darat dan laut.

Menurut Direktur Pemberdayaan Masyarakat, Departemen Kelautan dan

Perikanan, Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal

di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara

langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. terdiri dari nelayan

pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang

ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan serta kelompok

masyarakat lainnya yang memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan pesisir

Page 6: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

6

untuk menyokong kehidupannya. Sebagian masyarakat nelayan pesisir ini adalah

pengusaha skala kecil dan menengah.

Definisi lain menyatakan bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat yang

bersifat subsisten, menjalani usaha dan kegiatan ekonominya untuk menghidupi

keluarga sendiri, dengan skala yang begitu kecil sehingga hasilnya hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu sangat pendek. Menurut Dr. Ir. Victor

P.H. Nikijuluw, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang didominasi

kelompok nelayan dan pembudidaya ikan serta pedagang dan pengolah ikan serta

secara langsung mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui

kegiatan penangkapan dan budidaya. mendominasi pemukiman di wilayah pesisir

di seluruh Indonesia, di pantai pulau-pulau besar dan kecil.

Kondisi masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir merupakan kelompok

masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal

akses pendidikan dan layanan kesehatan), dan kultural dibandingkan dengan

kelompok masyarakat lain. (kompas.com). Masyarakat pesisir (wikipedia dalam

Muhammad Adi.2003) merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal

secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses pendidikan dan layanan

kesehatan), dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kondisi

masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan diberbagai kawasan pada umumnya

ditandai oleh adanya beberapa ciri, seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial-

budaya, rendahnya sumber daya manusia (SDM) karena sebagian besar

penduduknya hanya lulus sekolah dasar atau belum tamat sekolah dasar, dan

lemahnya fungsi dari keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga

Keuangan Mikro (LKM), atau kapasitas berorganisasi masyarakat.

2.2. Tinjauan Mengenai Linkage Channeling Program

Menurut Ali (2009) dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Linkage Program adalah program

kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta KUR dengan koperasi

dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Page 7: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

7

Adapun Tujuan dan sasaran Linkage Program adalah sebagai berikut:

A. Tujuan

1. Memperluas dan meningkatkan akses UMK terhadap fasilitas

kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi melalui Linkage

Program antara bank umum dengan koperasi;

2. Mengembangkan kerjasama antara bank umum termasuk bank

umum peserta KUR dengan koperasi;

3. Meningkatkan peran KSP/USP-Koperasi dan KJKS/UJKS-Koperasi

sebagai lembaga keuangan mikro yang mampu melayani UMK dalam

mendukung upaya perluasan kesempatan kerja dan

pengentasan kemiskinan, terutama untuk daerah-daerah yang jauh

dari layanan perbankan.

B. Sasaran

1. Tersalurnya kredit/pembiayaan untuk modal kerja dan atau investasi

dari bank umum termasuk bank umum peserta KUR kepada UMK

melalui Linkage Program antara bank umum dengan koperasi;

2. Terwujudnya kerjasama antara bank umum termasuk bank umum

peserta KUR dengan koperasi;

3. Terwujudnya peningkatan modal kerja dan atau investasi bagi UMK

yang disalurkan melalui koperasi;

4. Terwujudnya peningkatan produktivitas koperasi, usaha mikro dan

kecil anggota koperasi sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraannya.

Linkage Channeling Program merupakan salah satu bentuk Linkage Program,

yaitu pinjaman yang diberikan oleh bank umum kepada anggota koperasi melalui

koperasi yang bertindak sebagai agen dan tidak mempunyai kewenangan memutus

kredit kecuali mendapat surat kuasa dari Bank Umum. Pencatatan di Bank Umum

sebagai pinjaman kepada anggota koperasi, sedangkan pencatatan di Koperasi

pada off balance sheet. Pelaksanaan Linkage Channeling Program adalah sebagai

berikut:

Page 8: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

8

1. Risiko pemberian kredit kepada anggota koperasi, ditanggung oleh bank

umum. KSP/USP-Koperasi hanya bertindak selaku penyalur/agen yang

tidak menanggung risiko, namun tetap melaksanakan prosedur penyaluran

kredit sesuai yang disepakati dan senantiasa menjaga dan memelihara agar

kredit tetap lancar;

2. Pendapatan bunga untuk bank umum, adalah sebesar suku bunga yang

dibebankan kepada anggota Koperasi, di kurangi channeling fee bagi

KSP/USP-Koperasi;

3. Besarnya channeling fee kepada KSP/USP-Koperasi dari bank umum

ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak;

4. Kriteria dan besarnya plafon kredit kepada anggota koperasi, ditetapkan

oleh bank umum dengan memperhatikan masukan dari KSP/USP-

Koperasi;

5. Jaminan/agunan kredit kepada anggota koperasi, sesuai Undang-Undang

Pokok Perbankan dan ketentuan masing-masing bank umum;

6. Akad kredit kepada anggota koperasi dilakukan masing-masing anggota

koperasi dengan pengurus KSP/USP-Koperasi untuk dan atas nama bank

umum;

7. Jangka waktu proses persetujuan kredit dalam rangka Linkage Program

maksimal 1 (satu) bulan setelah data dan persyaratan dipenuhi secara

lengkap.

2.3. Tinjauan Mengenai Kampung Kreatif

Kampung adalah suatu tempat yang masih menyimpan etika kesopanan dan

tatakrama, suatu tempat dimana manusia masih menyandang status makhluk

sosial sejati, suatu tempat yang menyejukkan hati.

Kreatif adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau

anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang

sudah ada. (www.wikipedia.com). Menurut John Adair kreativitas adalah daya

pikir dan semangat yang memungkinkan kita untuk mengadakan sesuatu yang

Page 9: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

9

memiliki kegunaan, tatanan, keindahan, atau arti penting dari sesuatu yang

kelihatannya tidak ada.

Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kampung

Kreatif merupakan lembaga yang konsen terhadap pemberdayaan masyarakat

berbasis pengembangan potensi lokal dalam rangka membantu pemerintah untuk

menjadikan masyarakat yang mandiri mampu mengembangkan potensi diri dan

lingkungan sehingga berdaya dan mandiri.

Page 10: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

10

BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Jenis Penulisan

Penulisan karya tulis ini merupakan penulisan deskriptif yang memberikan

gambaran dan penjelasan mengenai realisasi penerapan kampung kreatif yang

memiliki sumberdaya pada daerah pesisir. Menurut Nazir (1999), tujuan penulisan

deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat, serta hubungan antara

fenomena yang diselidiki.

Pendekatan yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini adalah

pendekatan kualitatif. Menurut Sudikin (2002), penulisan dengan pendekatan

kualitatif adalah penulisan yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

tentang kenyataan atau kejadian melalui proses berpikir induktif (logico indicative

abstraktif)

3.2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data – data yang berasal bukan langsung dari pihak yang

bersangkutan (objek yang diteliti), melainkan berasal dari pihak – pihak lain

seperti literatur – literatur kepustakaan, artikel – artikel dalam majalah, jurnal –

jurnal penelitian yang berkaitan, dan sumber media massa lainnya dan hasil

penelitian terdahulu (Moleong, 2000). Dalam karya tulis ini, data sekunder

diperoleh dari literatur – literatur kepustakaan dan artikel – artikel internet yang

berkaitan dengan isi karya tulis.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam karya tulis ini adalah kepustakaan.

Kepustakaan yaitu membaca literatur – literatur yang berkaitan serta menunjang

penulisan ini. Literatur yang digunakan adalah literatur – literatur tentang

kampung kreatif dan Linkage Channeling Program.

Page 11: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

11

3.4. Teknik Analisis Data

Adapun tahapan proses analisis data dalam karya tulis ini yaitu :

1. Pengumpulan data (data collection)

Pengumpulan data yang dimaksud adalah proses awal untuk

mengumpulkan informasi atau fakta – fakta yang ada, yang berupa

data sekunder.

2. Reduksi data (data reduction)

Setelah tahap pengumpulan data, selanjutnya data – data yang telah

diperoleh dipilah – pilah berdasarkan tujuan penulisan, sehingga dapat

direduksi untuk mendukung karya tulis yang dibuat.

3. Penyajian data (data display)

Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk yang

sesuai dengan kebutuhan penulisan sehingga mudah untuk dimengerti.

4. Kesimpulan, penarikan, dan verifikasi (conclusion, drawing, and

verification)

Tahap akhir yang perlu dilakukan adalah membuat kesimpulan dari

data – data yang telah diperoleh, lalu menarik suatu hubungan antara

data – data tersebut kemudian mencocokkan dengan data – data yang

relevan (verifikasi). (Miles dan Huberman, 1994).

Page 12: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

12

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Kondisi sosial ekonomi masyarakat saat ini masih didominasi oleh kegiatan

penangkapan ikan yang dilakukan dalam skala kecil, dengan produksi yang belum

memadai di satu sisi, dan biaya operasional yang tinggi, dimana semua hal

tersebut menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir (Tuwo,

201:131).

Kemiskinan menjadi salah satu hal yang paling menonjol dalam kehidupan

masyarakat pesisir, khususnya nelayan. Tingkat kemiskinan nelayan jauh lebih

tinggi jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan petani. Menurut Rahardjo

dalam Tuwo (2011: 132), hal ini disebabkan oleh: (1) adanya tantangan alam yang

sangat berat, termasuk faktor musim, (2) pola kerja yang homogeny dan hanya

bergantung pada satu sumber penghasilan, (3) keterbatasan penguasaaan modal,

perahu, dan alat tangkap, (4) keadaan perumahan dan pemukiman yang tidak

memadai, dan (5) karakteristik sosial ekonomi yang belum mengarah pada sektor

lingkungan seperti kegiatan wisata.

4.2. Gambaran Umum Pembudidayaaan Rumput Laut di Indonesia

Produksi rumput laut Indonesia, khususnya jenis-jenis rumput laut yang

tumbuh di daerah tropis adalah yang terbesar di dunia. Kontribusi Indonesia

dalam bahan baku sudah diakui internasional, tetapi peran dan kontribusi

Indonesia dalam industri pengolahan rumput laut masih harus ditingkatkan dan

masih memiliki peluang cukup besar, seperti untuk industri agar-agar dan industri

karaginan. Program pengembangan industri rumput laut nasional, sejalan dengan

program-program pembangunan sektor dan pengembangan komiditi lainnya,

terutama dalam hal pro-job, pro-poor dan pro-growth (Anggardiredja, 2010).

Sebagai komoditas unggulan, produksi rumput laut menyumbang utama

produksi perikanan budidaya. Saat ini Kementrian Kelautan dan Perikanan

bersama Pemerintah Daerah (Pemda) dan swasta telah membangun 12 klaster

Page 13: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

13

rumput laut yang tersebar di Sumenep Jawa Timur, Gorontalo, Pangkep Sulawesi

Selatan, Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB), Kabupeten Serang Banten,

Kepulauan Riau, Minahasa Utara, Parigi Moutang Sulawesi Tengah,

Polewalimandar Sulawesi Barat dan Bau Bau Sulawesi Tenggara.  Adapun

produksi rumput laut di Indonesia tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut:

Dari Grafik di atas, dapat dilihat bahwa produksi rumput laut di Indonesia

terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seiring dengan produksi

rumput laut yang terus meningkat tersebut, jumlah ekpor rumput laut Indonesia

juga mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan oleh grafik di bawah ini:

Grafik 4.1. Produksi Rumput Laut Nasional Tahun 206-2010Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 4.2. Perkembangan Volume dan nilai ekspor rumput laut Indonesia Tahun 2006-2010

Sumber: Statistik Ekspor-Impor Produk Perikanan, 2010

Page 14: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

14

Meskipun volume dan nilai ekspor rumput laut Indonesia terus mengalami

peningkatan, ekspor tersebut belumlah hasil yang memuaskan. Menurut berita

yang dilansir oleh Antaranews, 4 Oktober 2011, disebutkan bahwa hingga tahun

2008, sebanyak 15% rumput laut yang diekspor dalam bentuk olahan oleh

Indonesia, sementara sisanya diekspor dalam bentuk kering. Hal tersebut

merupakan gambaran bahwa pengolahan rumput laut di Indonesia masih sangat

minim.

4.3.Konsep Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Program

Masyarakat pesisir umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.

Namun, biasanya hanya kaum laki-laki yang bekerja sebagai nelayan, sedangkan

kaum perempuan biasanya menjadi ibu rumah tangga. Kehidupan nelayan tersebut

menjadi sebuah ironi tersendiri. Sebagian besar nelayan, sekitar 83% masih hidup

miskin dan berusaha dengan cara traditional dengan menggunakan armada

penangkapan sangat sederhana, sehingga hasil tangkapannya hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi agar

kondisi perekonomian masyarakat pesisir menjadi lebih baik. Salah satunya

dengan memanfaatkan sumber daya lokal berupa rumput laut. Mengingat bahwa

rumput laut merupakan komoditi unggulan yang hingga saat ini belum mampu

diekspor oleh Indonesia dalam bentuk olahan.

Kampung Pesisir Kreatif (KPK) merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Kampung

Pesisir Kreatif (KPK) merupakan sebuah sentra usaha yang didirikan pada daerah

pesisir, dimana sentra usaha ini bergerak dalam bidang diversivikasi produk

rumput laut agar memiliki nilai tambah. Demi terwujudnya Kampung Pesisir

Kreatif (KPK) ini, diadakan kerja sama antar semua elemen masyarakat pesisir

yaitu petani rumput laut, kaum perempuan, serta memanfaatkan peran pemuda

yang ada di daerah pesisir tersebut. Model kerja sama ini nantinya ada pihak

pemasok, pengolah, dan pemasar dalam satu daerah. Kampung Pesisir Kreatif

(KPK) ini menggunakan Linkage Channeling Program, dimana ada bantuan

permodalan dari perbankan pada Kampung Pesisir Kreatif (KPK). Selain elemen

Page 15: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

15

masyarakat tersebut, diperlukan juga adanya peran pemerintah dan akademisi agar

pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) berjalan dengan baik. Adapun

konsep kerjasama dalam Kampung Pesisir Kreatif (KPK) adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Konsep Kampung Pesisir Kreatif (KPK)

Adapun fungsi dan peran masing-masing pihak tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Petani Rumput Laut

Petani rumput laut berperan sebagai supplier atau pemasok bahan baku

berupa rumput laut. Bahan baku ini selanjutnya langsung disetorkan

kepada kaum ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam sebuah

kelompok usaha bersama.

b. Kaum Perempuan/ ibu-ibu rumah tangga

Ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja diajak untuk bergabung dalam

kelompok usaha bersama, dimana kelompok usaha bersama bergerak di

bidang pengolahan rumput laut menjadi lampu hias rumput laut aroma

terapi.

c. Pemuda

Pemuda berperan sebagai pihak marketing melalui adanya kerjasama

dengan pemerintah dan akademisi. Dalam hal ini, pihak marketing

Perbankan

Pemerintah Akademisi

Kaum Perempuan sebagai Pengolah

Kampung Pesisir Kreatif (KPK)

Pemuda sebagai Tenaga Pemasar

Petani Rumput Laut sebagai Pemasok

Bahan baku

Page 16: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

16

bertugas untuk melakukan analisis pasar dan juga melakukan penjualan

produk.

d. Akademisi

Akademisi, khususnya mahasiswa yang memiliki konsentrasi di bidang

perikanan dan kelautan serta mahasiswa ekonomi berperan sebagai

pemberi penyuluhan mengenai cara-cara produksi serta cara-cara

menganalisis pasar. Selain itu, akademisi juga berperan dalam

pendampingan, serta melakukan penelitian dan pengembangan produk-

produk baru.

e. Pemerintah

Pemerintah, khususnya pemerintah daerah berperan sebagai regulator bagi

sistem permodalan yang diberikan perbankan pada Kampung Pesisir

Kreatif (KPK) dengan cara membuat kebijakan yang benar-benar tepat.

f. Perbankan

Perbankan berperan untuk membantu permodalan Kampung Pesisir

Kreatif (KPK). Bantuan permodalan diberikan melalui pemberian

pinjaman kepada anggota Kampung Pesisir Kreatif (KPK) dengan bentuk

linkage channeling, dimana Kampung Pesisir Kreatif (KPK) yang

bertindak sebagai agen tidak mempunyai kewenangan memutus kredit

kecuali mendapat surat kuasa dari pihak perbankan. Pencatatan di pihak

perbankan sebagai pinjaman kepada anggota Kampung Pesisir Kreatif

(KPK), sedangkan pencatatan di Kampung Pesisir Kreatif (KPK) pada off

balance sheet.

4.4.Implementasi Kampung Pesisir Kreatif (KPK) Melalui Linkage

Channeling Program Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian

Masyarakat Pesisir

Berdasarkan konsep Kampung Pesisir Kreatif (KPK) yang telah dipaparkan,

maka langkah-langkah iplementasi yang diusulkan adalah sebagai berikut:

Page 17: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

17

Keterangan:

a. Sosialisai dilakukan oleh pemerintah dengan bantuan akademisi.

Sosialisasi ini bertujuan untuk mengenalkan konsep KPK pada masyarakat

daerah pesisir.

b. Pelatihan mengenai produksi dan pemasaran

Pelatihan ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang

beranggotakan para ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan kelompok

yang terdiri dari para pemuda. Para ibu rumah tangga diberikan pelatihan

mengenai cara pengolahan rumput laut menjadi lampu hias rumput laut.

Selain itu, para ibu rumah tangga juga diberikan pelatihan dan penyuluhan

mengenai manajemen secara sederhana.

Pelatihan yang lain adalah pelatihan pada para pemuda. Dalam hal ini,

pemerintah melalui akademisi memberikan pelatihan mengenai cara

Pengenalan dan sosialisasi program kepada pihak-pihak terkait

Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK)

Pembentukan KPK melalui Linkage Channeling Program

Pelatihan mengenai produksi dan pemasaran oleh akademisi

Gambar 4.2. Langkah Implementasi KPK

Pemberian Bantuan Permodalan oleh Perbankan

Pendampingan oleh pemerintah dan akademisi

Pengenalan dan sosialisasi program kepada pihak-pihak terkait

Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK)

Pembentukan KPK melalui Linkage Channeling Program

Pelatihan mengenai produksi dan pemasaran oleh akademisi

Pemberian Bantuan Permodalan oleh Perbankan

Gambar 4.2. Langkah Implementasi KPK

Page 18: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

18

menganalisis pasar serta cara untuk memasarkan produk baik secara online

maupun offline.

c. Pembentukan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) melalui Linkage

Channeling Program

Setelah sosialisasi dan pelatihan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah

pembentukan KPK, dimana seluruh elemen masyarakat pesisir

dikumpulkan dan dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu nelayan

sebagai kelompok supplier, ibu rumah tangga sebagai kelompok

produsen/pengolah, sedangkan pemuda sebagai kelompok

marketing/pemasar. Dalam pembentukan KPK ini, juga ditentukan

struktur organisasi sederhana mulai dari Kepala Kampung, Sekretaris

Kampung, Bendahara Kampung, serta bagian-bagian lain yang menunjang

pelaksanaan KPK.

d. Pemberian bantuan permodalan oleh perbankan

Pemberian bantuan permodalan dilakukan setelah Kampung Pesisir

Kreatif (KPK) dibentuk. Dalam hal ini, KPK yang telah dibentuk dijadikan

sebagai agen penyaluran modal pada para anggotanya yang terdiri atas

pemasok, produsen, dan pemasaran. Pada awalnya, KPK belum memiliki

badan hukum seperti UMK pada umumnya. Oleh karena itu, dalam

pemberian bantuan permodalan ini, pemerintah turut andil untuk

menentukan berapa besaran modal yang diperoleh oleh masing-masing

anggota KPK.

e. Pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK)

Setelah pembentukan, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan

kegiatan, dimana dalam pelaksanaan ini, KPK didampingi oleh pihak

akademisi yang berperan sebagai konsultan. Alur pelaksanaan KPK ini

adalah mulai dari supplier kepada produsen untuk pengolahan. Setelah

produk jadi, maka akan diserahkan pada pihak marketing.

Adapun proses pengolahan rumput laut menjadi lampu hias rumput laut

adalah sebagai berikut:

Page 19: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

19

Rumput laut ditiriskan dan dijemur sampai setengah kering agar

mudah di lem dan ditempel.

Apabila ingin warna yang bervariasi, rumput laut dapat direndam

dalam bahan pewarna sintetis yang mempunyai banyak kelebihan

dalam hal keanekaragaman warnanya, baik keseragaman maupun

kestabilan, serta penyimpanannya lebih mudah dan tahan lama.

Misalnya carbon black yang sering digunakan untuk memberikan

warna hitam, titanium oksida untuk memutihkan, dan lain-lain.

Setelah itu, rumput laut dijemur kembali setengah kering.

Rumput laut dibentuk sesuai desain yang diinginkan ketika

keadaan rumput laut masih setengah kering agar tidak keras dan

tidak retak.

Rumput laut ditempel di kaca yang dibentuk menyerupai tabung

(atau sesuai selera), atau dapat juga ditempel pada tabung dari

bahan kasa keras.

Kemudian rumput laut yang sudah dibentuk di lem ke tabung yang

sudah disediakan, kemudian di jemur sampai kering dan menempel

dengan sempurna.

Rumput laut yang sudah menempel sempurna ke tabung kemudian

dirakit dengan bohlam lampu dan rakitan pararel listrik sederhana

agar dapat menyala.

Apabila menginginkan kekenyalan rumput laut tetap terjaga

sehingga dapat dijadikan lampu hias gantung tanpa tabung

(terurai), maka rumput laut dapat direndam terlebih dahulu dalam

cairan Bleng setelah pewarnaan, sehingga mencegah pengerasan

rumput laut akibat penjemuran dan efek panas bohlam.

f. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pemerintah, akademisi dan

perbankan, dimana hal ini dilaksanakan satu bulan sekali. Monitoring dan

evaluasi ini dilakukan dengan cara membentuk forum pertemuan yang

Page 20: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

20

dihadiri oleh masing-masing pihak. Pihak supplier, produsen, dan

marketing menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi selama

pelaksanaan KPK kepada pemerintah, perbankan dan akademisi. Hal ini

bertujuan agar masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KPK dapat

dicarikan solusi serta dapat diketahui apakah model pelaksanaan yang

dilakukan telah efektif. Jika model pelaksanaan belum efektif, maka akan

dirumuskan kembali model pelaksanaan yang efektif.

4.5.Kelebihan dan Kendala Kampung Pesisir Kreatif (KPK) Melalui Linkage

Channeling Program sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian

Masyarakat Pesisir

Kampung Pesisir Kreatif (KPK) dapat dijadikan salah satu cara untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Melalui KPK akan tercipta

kerjasama antar elemen masyarakat pesisir. Melalui KPK pula, akan terbentuk

sebuah sentra usaha yang menggunakan sumber daya lokal berupa rumput laut,

dimana seluruh komponen utamanya berasal dari dan untuk masyarakat pesisir itu

sendiri. Selain itu, KPK juga memberikan peluang usaha bagi para ibu rumah

tangga dan pemuda yang menganggur untuk membuat diversifikasi produk olahan

rumput laut berupa lampu hias rumput laut. Diversifikasi tersebut diharapkan

dapat menjadi ikon tersendiri bagi daerah-daerah penghasil rumput laut. Hal

tersebut akan mampu meningkatkan tingkat perekonomian keluarga dan juga

dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

Selain kelebihan, pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) juga memiliki

beberapa kendala, diantaranya adalah sulitnya merubah mindset nelayan untuk

berubah menjadi petani rumput laut. Kendala lainnya adalah sulitnya

mengarahkan ibu rumah tangga dan pemuda untuk menjadi wirausaha yang

bergerak dalam bidang pengolahan rumput laut. Selain itu, kendala lain yang

memungkinkan terhambatnya Kampung Pesisir Kreatif (KPK) adalah sulitnya

membentuk kerjasama antar elemen dalam masyarakat pesisir.

Page 21: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

21

BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Masyarakat pesisir memiliki mata pencaharian yang didominasi oleh nelayan,

dimana ibu rumah tangga/perempuan tidak bekerja. Kampung Pesisir Kreatif

(KPK) melalui Linkage Channeling Program merupakan salah satu solusi yang

ditawarkan untuk menanggulangi masalah sosial ekonomi masyarakat pesisir.

Melalui KPK, semua elemen masyarakat akan diberdayakan. Melalui KPK pula,

akan tercipta suatu kerjasama antar elemen masyarakat, yaitu petani rumput laut,

ibu rumah tangga/perempuan, serta pemuda.

Dalam pelaksanaannya, Kampung Pesisir Kreatif (KPK) tidak hanya

dilakukan oleh masyarakat pesisir, tetapi juga melibatkan pemerintah sebagai

pemegang kebijakan tertinggi serta perbankan sebagai pembantu penyediaan

modal. Selain itu, pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) juga melibatkan

peran mahasiswa perikanan dan kelautan serta mahasiswa ekonomi, dimana

mahasiswa tersebut berperan dalam memberikan pelatihan, pendampingan,

penyuluhan, mengadakan penelitian untuk pengembangan produk serta

penyediaan jasa layanan konsultasi.

Implementasi Kampung Pesisir Kreatif (KPK) diharapkan mampu menjadi

solusi dalam menggerakkan masyarakat pesisir untuk meningkatkan

perekonomiam keluarga, dimana nantinya akan mampu meningkatkan pendapatan

asli daerah.

5.2.Saran

Saran yang diberikan dalam karya tulis ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

Hendaknya mendukung pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK)

melalui Linkage Channeling Program sebagai salah satu upaya

peningkatan perekonomian masyarakat pesisir. Dukungan yang diberikan

Page 22: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

22

berupa dukungan permodalan serta kebijakan yang berpihak pada

masyarakat pesisir.

2. Bagi Akademisi

Memberikan dukungan berupa pengadaan penyuluhan, pelatihan, serta

pendampingan bagi pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) sesuai

dengan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan.

3. Bagi Masyarakat Pesisir

Saling bekerja sama dalam pembentukan dan pelaksanaan Kampung

Pesisir Kreatif (KPK) sehingga mampu meningkatkan perekonomian

keluarga masing-masing dan juga mampu meningkatkan pendapatan asli

daerah.

Page 23: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

23

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Suryadharma, 2009. Pedoman Umum Linkage Channeling Program Antara Bank Umum dengan Koperasi. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Nomor

03/Per/M.KUKM/III/2009

Anonim, 2011. Produksi Rumput Laut Lampaui Target, (online), (http://www.antaranews.com/berita/244719/produksi-rumput-laut-

lampaui-target, diakses pada 4 November 2011)

Badan Pusat Statistik, 2010. Produksi Rumput Laut Nasional Tahun 206-2010

Cocon, 2011.Status Rumput Laut di Indonesia, Peluang dan Tantangan, (online), (http://www.scribd.com / doc/62149683/Status-Rumput-Laut-Indonesia-

Peluang-Dan-Tantangan, diakses pada 4 November 2011)

Dahuri, R. et al. 1998. “Penyusunan Konsep Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Lautan yang Berakar dari Masyarakat” Kerjasama Ditjen Bangda dengan

Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan, IPB. Laporan Akhir.

Muhammad, Dedi. 2009. “Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Pesisir Sebagai Alternatif Pembangunan Indonesia Masa Depan”, IPB.Laporan Akhir.

Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nazir, Moh. 1999. Metodologi Penelitian,Edisi kedua, Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia

Statistik Ekspor-Impor Produk Perikanan, 2010. Perkembangan Volume dan nilai ekspor rumput laut Indonesia Tahun 2006-2010.

Yuniarti. 2007. “Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia (Studi Kasus : Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat di Kepulauan Riau)”.

Karya Tulis Ilmiah.

Page 24: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

24

BIODATA PESERTA

Data Pribadi

- Nama : Ika Fitriani

- NIM : 0810220111

- Jur/Fak/ Univ. : Manajemen/Ekonomi dan Bisnis/ Brawijaya

- Tempat tanggal lahir : Blitar, 6 April 1990

- Jenis Kelamin : Perempuan

- Alamat : Jl. Watugilang I No. 3 Malang

- Email/Hp : [email protected]/ 085755539990

Prestasi yang Pernah Diraih

- Finalis Second Secment tahun 2009 dengan judul: “Penerapan Ekonomi

Syariah Pada Pesantren Melalui Quantum Learning dan Kearifan Lokal”

yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Semarang

- Lolos Pendanaan PKM-K tahun 2010 dengan judul: “Jajanan Herbal Stik

Binahong Yummy Sebagai Inovasi Makanan Ringan Sehat Berkhasiat”

- Lolos Pendanaan PKM-M tahun 2010 dengan judul: “30 Hari Membangun

Entrepreneur Pada Anak-Anak Usia Dini di Bantaran Sungai Brantas

Malang”

- Peserta PIMNAS XXIII Bidang PKM-M tahun 2010 dengan judul: “30

Hari Membangun Entrepreneur Pada Anak-Anak Usia Dini di Bantaran

Sungai Brantas Malang”

- Finalis LKTIM tahun 2010 dengan judul: “Excellent Collegian Teaching

Programme sebagai Revitalisasi Program Pengiriman Tenaga Mahasiswa

(PTM) guna Mengatasi Tantangan Kekurangan Guru SMK di Jawa

Timur” yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan SMK Jawa Timur

- Juara Harapan 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Economic &

Solidarity (Entity) tahun 2011 dengan judul “Sinergisitas Pemerintah

Daerah dengan Swasta Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

Page 25: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

25

Melalui Green Budgeting” yang diselenggarakan oleh Himpunan

Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hassanudin, Makasar

- Finalis Communication Student Summit (CS2) tahun 2011 dengan judul

“Boarding House Online (BHO): Pemanfaatan Internet Sebagai Media

Pemasaran Tempat Kos” yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya

- Finalis Konferensi Ilmuwan Muda Mipa Untuk Negeri dengan judul

“Beach Lover Community (BLC): Upaya Optimalisasi Potensi Wisata

Bahari Kabupaten Blitar” yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok

- Juara I Call For Paper Bidang Ekonomi dalam Simposium Nasional

Kepemudaan (SIMUDA) 2011 dengan judul "Implementasi Business

Development Services (BDS) Melalui Sinergisitas Triple Helix Sebagai

Pola Pengembangan Usaha Pedagang Kaki Lima (PKL)" yang

diselenggarakan oleh BEM KM Institut Pertanian Bogor

Page 26: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

26

BIODATA PESERTA

Biodata Pribadi

Nama : Adhistya Cinta Dhama Istari

NIM : 105020101111014

TTL : Kediri,19 April 1992

Alamat : Jl.MT. Haryono no 79 Malang

Email : [email protected]

Jur/Fak/ Univ. : Ilmu Ekonomi / Ekonomi dan Bisnis/Brawijaya

Karya Tulis :

- Juara 1 POMPA AWAN (Program Kerjasama Pupuk Kandang Pasar Bunga dan

Hewan) ANALISIS PENGEMBANGAN PASAR SPLENDID SEBAGAI

TUJUAN WISATA KOTA MALANG BERBASIS KEUNGGULAN

KOMPETITIF.

- PROGRAM GAM (Gerakan Ayo Menabung) PADA SISWA SD SEBAGAI

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT MENABUNG SEJAK DINI

- Implementasi Business Development Services (BDS) Melalui Sinergisitas

Triple Helix Sebagai Upaya Pengembangan Keberadaan Pedagang Kaki

Lima (PKL).

Page 27: Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Programme

27

BIODATA PESERTA

Biodata Pribadi

- Nama Lengkap : Asmaul Janah

- Fakultas/Jurusan/Univ : Ekonomi dan

Bisnis/Akuntansi/Brawijaya

- Tempat, tanggal lahir : Tulungagung, 25 Januari 1991

- Alamat : Jl Simpang Gajayana 609B Malang

- Jenis Kelamin : Perempuan

- Agama : Islam

- Telp/No Hp : 085 649 177 952

- Email : [email protected]

Karya Tulis yang pernah dibuat :

- Restruturisasi Tata Letak Pasar Minggu sebagai Usaha Peningkatan

Efektifitas Route dan Kepuasan Pengunjung.

- Politik Etis Hutan

- Remodel Sistem FJB (Forum Jual Beli) Kaskus: Strategi Mengurangi

Kasus Penipuan Di Forum Kaskus