Page 1
Kampanye Earth Hour dan
Ramah Lingkungan
(studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada
program kampanye di twitter terhadap opini tentang
gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)
Dimyati (dalam Khasanah, 2007) menyatakan bahwa teori kognitif merupakan proses untuk
mengetahui sesuatu atau belajar yang dipandang sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu, dari pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa
belajar juga dilihat sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformas i
pengalaman (Kolb 1984, h. 41). Pengertian lain menyebutkan bahwa teori kognitif merupakan cara mempersepsikan dan menyusun informas i
yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. Cara aktif yang dilakukan dapat berupa mencari
pengalaman baru, memecahkan suatu masalah, mencari informasi, mencermati lingkungan,
mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna mencapai tujuan. Kesimpulannya tingkat kognitif setiap orang berbeda-beda tergantung dari apa
yang mereka pelajari dan memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi,
terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus atau informasi yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manus ia
ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses penyampaian dan pengolahan informas i
(Rifai dan Catharina, 2009, h.106).
Proses pengolahan dan penyampaian
sebuah informasi setiap orang yang berbeda-beda yang menyebabkan opini setiap individu terhadap
informasi dan media yang digunakan untuk penyampaian informasi pun berbeda. Menurut jurnal The American Behavioral Scientist (Potter,
2004, h. 266) tingkat kognisi mempunyai dua prinsip, prinsip yang pertama yaitu individu itu
sendiri sedangkan prinsip yang kedua adalah pikiran individu tersebut. Oleh karena itu tingkat kognisi sangatlah penting dalam memahami
informasi termasuk dalam memahami informas i yang ada di media karena hal ini dapat merubah
perilaku seseorang dan cara menanggapinya, tergantung bagaimana cara individu tersebut memahami informasi tersebut.
Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi bukan hanya melalui
koran ataupun televisi tetapi juga melalui media yang lebih modern, yaitu melalui media sosial
atau yang biasa disebut new media. Menurut Flew (2005, h. 3) “The Idea of New Media Captures
Both the Development of Unique Forms of Digital Media, and the Remakings of More Traditional Media forms to Adopt and Adapt to the Media
Technology”. Dalam hal ini beberapa pakar sepakat bahwa istilah new media digunakan untuk
membedakan dari media lama atau media tradisional yang lebih dahulu ada (Simotorang, 2012). Hal tersebutlah yang mendasari kenapa
banyak sekali informasi yang dilakukan di media sosial, karena tergolong mudah dan efektif.
Menurut Potter (The American Behavioral Scientist, 2004) membuat masyarakat melek media sangatlah susah terutama media sosial,
karena selain membuat mereka sadar akan media, mereka juga perlu membangun pemahaman yang
mendalam tentang bagaimana menggunakan media dalam kehidupan sehari-hari serta cara penggunaan media agar mencapai tujuan mereka,
dan efek yang tidak diinginkan terakumulas i sebagai produk sampingan dari paparan sehari-hari.
Dari informasi tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern seperti sekarang
ini media sosial lebih banyak memberikan informasi dari pada media lainnya. Perubahan ini dalam model komunikasi merupakan pergeseran
industri dari paradigma broadcast ke paradigma yang lebih dialogis (Baumgarten, 2011). Penelit ian
lebih lanjut telah menyelidiki kualitas utama yang membedakan komunikasi dialogis ke mode media tradisional, dimana menurut Kanter Fine dan
Zuckerberg (2010), ciri utama komunikas i dialogis adalah umpan balik segera, berbeda
dengan media tradisional yang tidak bisa mewujudkannya karena kekurangan saluran yang memungkinkan untuk melakukan hal tersebut
(Baumgarten, 2011).
2.1. Tingkat Kognitif dalam Memahami
Program Kampanye “Earth Hour Malang”
Program kampanye “Earth Hour” merupakan kegiatan peduli lingkungan yang
dipelopori oleh organisasi WWF (World Wide Fund for Nature) Australia, dimulai sejak 2007
dan diadakan pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret setiap tahunnya (Rachmatunisa, 2010) . Kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat
untuk melakukan gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik
yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. Kampanye ini dilakukan melalui media sosial yaitu “Twitter”, namun masih banyak masyarakat
yang belum memahami benar kampanye ini. Hal
Page 2
ini dipengaruhi oleh tingkat kognitif akan informasi kampanye ini yang berbeda-beda.
Kognitif adalah proses mental dari persepsi, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan persoalan, dan merencanakan masa depan.
Kognisi merupakan proses internal yang tidak nampak. Pengetahuan (teori-teori atau model-model) yang dikembangkan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dibangun atas dasar asumsi-asumsi tertentu.
Teori kognitif yang dikemukakan oleh Greenwald (1968) dan Petty, Ostrom & Brack (1981) dalam Baron & Byme (1991) memusatkan
perhatiannya pada analisis respons kognitif, yaitu suatu usaha untuk memahami apa yang difikirkan
orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus persuasive, dan bagaimana fikiran serta proses kognitif menetukan apakah mereka mengalami
perubahan sikap & sejauh mana perubahan itu terjadi” (Azwar 1997, h. 18). Kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Malang ini ditujukan
untuk para responden yang telah mengetahui kampanye ini agar ikut mendukung program
kampanye yang dibuat oleh Earth Hour Malang. Menurut Ruslan (2005, h. 80) untuk
mencapai keberhasilan dalam melaksanakan
kampanye ada beberapa aspek yaitu tujuan, sasaran, ruang lingkup, jangka waktu, tema, efek,
sarana yang digunakan, serta visi dan misi dari kegiatan kampanye tersebut. Dari hal tersebutlah peneliti mengadopsi aspek-aspek tersebut yang
kemudian diaplikasikan pada program kampanye earth hour Malang yang kemudian dapat
dijadikan indikator-indikator yaitu: a. Tujuan: tujuan dari program
kampanye “Earth Hour Malang ”
yaitu mengajak masyarakat untuk mempunyai gaya hidup yang lebih
ramah lingkungan. b. Sasaran: program kampanye
“Earth Hour Malang” ini
mempunyai sasaran kampanye yaitu masyarakat yang mempunyai
akun twitter. c. Ruang lingkup: program kampanye
“Earth Hour Malang” meliputi
seluruh warga Malang. d. Jangka waktu: program kampanye
“Earth Hour Malang” adalah 60 hari, yaitu 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah dan ditutup pada hari
bumi 22 April.
e. Tema: tema dalam program kampanye “Earth Hour Malang ”
yaitu tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
f. Efek: warga Malang diharapkan
setelah mendapatkan terpaan kampanye “Earth Hour Malang ”
dapat merubah gaya hidup mereka menjadi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
g. Sarana dan cara penyampaiannya: sarana yang digunakan dalam
penyampaian kampanye “Earth Hour Malang” adalah melalui media sosial berupa twitter.
h. Visi Misi program kampanye “Earth Hour”: Pengetahuan
responden tentang Visi dan Misi dalam program kampanye yang dilakukan oleh “Earth Hour” dari
hasil wawancara peneliti dengan saudari Hendita Khairina selaku koordinator earth hour Malang
dapat diketahui visi dan misi dari earth hour malang yaitu
Visi utama kampanye Earth Hour Malang
1. Untuk melanjutkan target efisiens i
energi dan perubahan gaya hidup di Malang dengan konsumsi listr ik tinggi,
2. Berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru
terbarukan yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan
3. Mengangkat dan memanc ing semangat kepemimpinan
pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan
sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan
mereka.
Misi kampanye Earth Hour Malang
1. Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga, dan pemerintahan Malang untuk ikut
mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap
perubahan iklim
Page 3
2. Mengajak dan mengedukas i masyarakat mengenai pemanasan
global dan apa yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk
mengurangi penggunaan emisi mereka
3. Menjaring partisipasi korporasi untuk mengomunikasikan EARTH HOUR, baik staf mau pun jejaring
eksternal untuk berkomitmen mematikan lampunya dan
melakukan perubahan kebijakan dalam pengunaan energi
4. Terbentuknya kegiatan komunitas
hijau masyarakat di Malang. Dukungan dari makin banyak
pemimpin Daerah dan Kota di seluruh wilayah Indonesia, Presiden, Menteri Lingkungan
Hidup berupa perubahan kebijakannya terkait penghematan energi. "Bergaya hidup hemat energi
tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di EARTH HOUR
saja, tetapi harus terus dibuktikan setiap hari, dan diikuti dengan mengubah gaya hidup ramah
lingkungan lainnya, seperti: mengendalikan penggunaan listr ik,
hemat penggunaan kertas/tisu, aktivasi transportasi publik, mengurangi potensi sampah/
melakukan pemilahan sampah, dan lain-lain."
Teori kognitif meliputi kegiatan-kegia tan
mental yang sadar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti:
sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang kemudian itu merupakan faktor yang menentukan di dalam perilaku. Di dalam teori kognitif ini
terdapat suatu interes yang kuat dalam jawaban (response) atas akibat dari perilaku yang tertutup.
Sebab di dalam hal ini sulit mengamati secara langsung proses berfikir dan pemahaman , dan juga sulit menyentuh dan melihat sikap, nilai, dan
kepercayaan (Marlena. 2013) Berdasarkan pendapat dari para ahli yang
telah dijelaskan di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat kognitif atau tingkat pemahaman seseorang berbeda-beda karena
tingkat kognitif merupakan kemampuan manus ia dalam menerima stimulus dari luar, kemampuan
ini berhubungan dengan pengenalan dan pengetahuan. Kognitif merupakan peristiwa yang
terjadi di luar diri kemudian direduksi dan diubah dari dalam diri. Peristiwa yang terjadi diluar diri kemudian diterima melalui alat indra untuk di
proses di dalam diri. Proses perubahan dan mereduksi input yang diterima dari alat indra
berdasarkan pengalaman masa lalu yang dimilik i seseorang selain itu berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang.
Seseorang yang menerima stimulus dari luar kemudian memberikan respon terhadap
stimulus yang diterima. Kegiatan atau proses tersebut merupakan aktifitas kognitif. Menurut Woodwotrh dan Marquis (dalam Walgito, 2002)
ada beberapa aktifitas kognitif, diantaranya adalah persepsi, ingatan dan berpikir.
a. Persepsi adalah proses penerimaan stimulus dari luar individu melalui alat indra kemudian
diorganisasikan dan dapat diinterpratsikan dari stimulus yang diterima.
b. Ingatan merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
kemampuan individu untuk menerima atau memasukan, menyimpan dan menimbulkan
kembali hal-hal yang telah lampau.
c. Berpikir adalah proses mengolah dan memanipulasi informasi dari lingkungan dengan simbol-simbo l
atau materi-materi yang disimpan dalam ingatannya.
Ada tiga hal yang umum terdapat di dalam pembicaraan teori kognitif, antara lain:
1) Elemen kognitif
Teori kognitif percaya bahwa perilaku seseorang itu disebabkan adanya satu rangsangan
(stimulus), yakni suatu objek fisik yang mempengaruhi seseorang dalam banyak cara. Teori ini mencoba melihat apa yang terjadi
diantara stimulus dan jawaban seseorang terhadap rangsangan tersebut. Atau dengan kata lain,
bagaimana rangsangan tersebut diproses dalam diri seseorang.
Menurut teori kognitif, semua perilaku itu
tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk
mengetahui (cognition) yang kemudian mamacaknya ke dalam susunan kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentukan
jawaban (response) seseorang. Cognition
Page 4
menurut Neisser adalah: “Aktivitas untuk mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai
yang dikehendaki pengaturannya, dan penggunaan pengetahuan. Hal ini adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan baik oleh organisme atau
pun oleh orang perorang” (Bagus, 2011). Keisla (dalam perilaku individu dan
organisasi, 2013) Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif ia merupakan representasi interna l yang terjadi antara suatu jawaban (response), dan
yang bisa menyebabkan terjadinya jawaban. Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Hubungan Kognisi
Responden mengetahui adanya stimulus, stimulus disini yaitu berupa program kampanye
“Earth Hour” kemudian memprosesnya kedalam tingkat pemahaman atau tingkat kognitif yang pada akhirnya tingkat pemahaman ini
menghasilkan atau menyebabkan jawabannya (respon) yaitu berupa opini tentang gaya hidup
yang ramah lingkungan. 2) Struktur Kognitif
Menurut teori kognitif, aktivita s
mengetahui dan memahami sesuatu (cognition) itu tidaklah berdiri sendiri. Aktivitas ini selalu
dihubungkan dengan rencana yang disempurnakan oleh kognisi yang lain. Proses penjalinan dan tata hubungan diantara kognisi-
kognisi ini membangun suatu struktur dan sistem. Struktur dan sistem ini dinamakan struktur
kognitif. Sifat yang pasti dari sistem kognitif ini tergantung akan karakteristik dari stimuli yang diproses kedalam kognisi dan pengalaman dari
masing-masing individu. 3) Fungsi Kognitif
Sistem kognitif mempunyai beberapa fungs i. Diantara fungsi- fungsi, antara lain: a. Memberikan pengertian
Pada kognitif baru menurut teori kognitif, pengertian terjadi jika suatu kognitif baru
dihubungkan dengan system kognitif yang telah ada. Kognisi membentuk atribut-atribut tertentu, tergantung pada bagaimana ia berinteraksi dengan
satu atau lebih system kognitif. b. Menghasilkan emosi
Interaksi antara kognisi dan sistem kognitif tidak hanya memberikan pengertian pada kognisi saja, tetapi dapat pula memberikan
pengertian pada kognisi saja, tetapi dapat pula
memberikan konsekuensi-konsekuensi yang berupa perasaan, misalnya perasaan senang dan
tidak senang, baik atau buruk, dan lain sebagainya. c. Membentuk sikap
Menurut teori kognitif jika suatu sistem kognitif dari sesuatu memerlukan komponen-
komponen yang mengandung efektif emosi, maka sikap untuk mencapai suatu tujuan atau objek itu telah terbentuk. Bersatunya sistem kognitif dan
komponen afektif menghasilkan tendensi perilaku untuk mencapai suatu objek sikap seseorang itu
mempunyai kognitif (pengetahuan), afektif (emosi), dan tindakan (tendensi perilaku).
d. Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku
Relevansi teori kognitif untuk menganalisa dan memahami perilaku manus ia yang mudah diamati adalah terletak pada motivas i
dari perilaku seseorang. Hal ini disebabkan karena perilaku tidak hanya terdiri dari tindakan-tindakan yang terbuka saja, melainkan juga
termasuk faktor-faktor internal, seperti: berfikir, emosi, persepsi, dan kebutuhan. Perilaku itu
dihasilkan oleh ketidakselarasan yang timbul dalam struktur kognitif. 2.1.1 Peran PR dalam Kampanye “Earth
Hour”
Istilah Public Relations sering diartikan
menjadi “hubungan masyarakat (humas)”. Arti kata “public” dalam Public Relations berbeda dengan kata “masyarakat” dalam hubungan
masyarakat. Istilah masyarakat terlalu luas, sedangkan public (publik) hanyalah bagian dari
masyarakat yang luas itu. Public merupakan sekumpulan orang atau kelompok dalam masyarakat yang memiliki kepentingan atau
perhatian yang sama terhadap semua hal. Jadi, public bercirikan:
a. Mempunyai kepentingan atau perhatian yang sama terhadap suatu isu atau objek tertentu.
b. Tidak harus berada dalam satu wilayah geografis.
Banyak ahli di bidang Public Relations yang mengemukakan definisi mereka tentang Public Relations. Menurut Kotler & Keller (2009,
h. 563) Public Relations merupakan berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan
atau menjaga citra perusahaan atau produknya. Menurut Cutlip, Center dan Broom (Yulianti 2007, h. 34) Publik Relations adalah fungs i
manajemen yang menyertakan, membentuk dan
Respon Stimulu
s
Kognitif
Page 5
memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan
berbagai macam publik, dimana hal tersebut dapat menentukan sukses atau gagalnya organisas i. Sementara menurut British Institute of Public
Relations (Jefkins 1992, h. 8) Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisai dengan
segenap khalayak. Public Relations juga merupakan fungs i
manajemen dalam melaksanakan kegiatan komunikasi, maka pada dasarnya tujuan Public Relations adalah tujuan-tujuan komunikasi Public
Relations dalam praktik realitas diperusahaan, tujuan Public Relations antara lain:
a. Menciptakan pemahaman (Mutual Understanding) antara perusahaan dan publiknya.
b. Membangun Citra Korporat (Corporate Image).
c. Citra Korporat Melalui Program CSR.
d. Membentuk Opini Publik yang Favorable.
e. Membentuk Good Will dan Kerja Sama.
Tujuan Public Relationss di atas
diapresiasikan WWF dalam melakukan kampanye “Earth Hour” yaitu untuk membentuk
opini publik yang favorable, yaitu opini pubik yang merupakan ekspresi public yang baik mengenai persepsi dan sikap terhadap
perusahaan. Ada tiga jenis opini, yaitu opini positif (mendukung atau favorable), negative
(menentang), dan netral. Dalam kaitan ini Earth Hour Malang melakukan kampanye melalui media sosial ini untuk menciptakan opini publik
yang positif.
2.1.2 Teori S-M-C-R-E
Menurut Ruslan dalam bukunya kiat dan strategi Kampanye Public Relations (Ruslan
2008, h. 68) bahwa Floyd Shoemaker dalam bukunya yang berjudul Communication of
Innovations, dengan menampilkan a common model of communications process is that of.
Gambar 2.2 A Common Model of
Communications Process
Dari teori di atas dapat dijelaskan bahwa
Earth Hour Malang (source) memberikan pesan
atau gagasan atau isu (message) kepada para khalayak (receiver) melalui media sosial
(channel) yang diharapkan dapat memberikan dampak (effect) yaitu berupa perubahan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
Model komunikasi SMCRE di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Source, yaitu individu atau pejabat humas yang berinisiatif sebagai sumber atau komunikator untuk menyampaikan pesan-
pesannya. b. Message, adalah suatu gagasan, ide berupa
pesan, informasi, pengetahuan, ajakan, bujukan atau ungkapan yang akan disampaikan komunikator kepada
komunikan. c. Receiver, merupakan pihak yang menerima
pesan dari komunikator. Receiver seringkali disebut sebagai komunikan.
d. Channel, berupa media, sarana, atau saluran
yang dipergunakan oleh komunikator dalam mekanisme penyampaian pesan-pesan kepada khalayaknya.
e. Effect, suatu dampak yang terjadi dalam proses penyampaian pesanpesan tersebut,
yang dapat berakibat positif maupun negatif menyangkut tanggapan, persepsi, dan opini dari hasil komunikasi tersebut.
Peneliti menggunakan model S-M-C-R-E (Short-Message-Chanel-Receiver -Effect)
karena kredibilitas sumber, isi pesan, dan media dijadikan sebagai indikator dari pengertian opini yang peneliti angkat. Karena diperlukannya
sumber atau responden yang memang sudah paham dalam permasalahan ini. Karena jika
sumbernya tidak paham akan permasalahan ini dikhawatirkan berita yang ditampilkan tidak bisa diterima dengan baik oleh penerimanya.
Disamping sumber yang telah paham mengena i masalah ini adapun tahapan berikutnya yaitu isi
pesan yang diberitakan menjadi salah satu faktor penunjang dari keberhasilan komunikasi yang efektif. Isi pesan akan diterima baik jika
didukung oleh media pendukungnya, karena jika isi pesan yang disampaikan baik tetapi tidak
adanya alat pembantu dalam penyampaian informasi maka dirasa tidak akan efektif baik bagi sumber maupun penerima.
2.1.3 Twitter sebagai alat berkampanye
“Earth Hour” Malang
Penggunaan media sosial saat ini berkembang dengan sangat pesat, dimana
penggunaan media sosial saat ini banyak tidak
CS R
E
M
E
E
F
Page 6
hanya sebagai alat untuk menjalin pertemanan, bersosialisasi dan mempromosikan suatu produk
(Jonie Bonnes, 2010), sekarang media sosial juga digunakan sebagai alat untuk berkampanye. Berkembangnya media sosial di kalangan
pebisnis ini menunjukan bahwa media sosial bisa digunakan sebagai alat promosi yang real time
dengan demikian para praktisi PR mengasumsikan bahwa media sosial mempunya i peranan penting dalam mempromosikan sebuah
informasi yang penting (How can social media monitoring assist in the planning of PR
campaigns?, 2009) Para praktisi PR semakin memanfaa tkan media sosial seperti blog, twitter dan youtube
untuk menyebarkan informasi lebih cepat serta memberikan pengaruh dengan jangkauan yang
luas, dan membangun sebuah rumor atau opini (Johna Burke, VP, BurrellesLuce, 2009). Hal ini lah yang membuat Earth Hour Malang
menggunaka media sosial twitter sebagai alat untuk berkampanye. Twitter digunakan Earth Hour Malang
untuk berkampanye karena menurut penelit ian yang dilakukan CNW pada tahun 2009, dampak
twitter di kancah media sosial dalam dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2009, hanya 39% dari para profesional komunikasi dilaporkan
menggunakan twitter dalam kehidupan profesional mereka. Pada tahun 2011,
penggunaan twitter telah melonjak menjadi 76% di antara kelompok ini. Penonton mereka, bagaimanapun, adalah hanya menggunakan
twitter 32% dari waktu ke waktu. Sementara ini masih kurang signifikan, menyoroti pertumbuhan
300% dalam dua tahun terakhir, naik dari 8% pada tahun 2009". Media sosial terus menjadi salah satu daerah yang paling cepat berkembang
dari profesi Public Relations, belum lagi topik hangat diskusi baik online dan off, " kata Laurie
Smith, Wakil Presiden, Kebudayaan dan Komunikasi di CNW. " Dua tahun adalah waktu yang lama di dunia online dan banyak yang telah
berubah. Kami sangat gembira untuk bermitra lagi dengan Leger Pemasaran untuk memerik sa
kembali hasil 2009 Media Social Reality Check dan melihat apa yang baru”. Dari hasil itulah Earth Hour Malang berharap agar kampanye yang
dilakukan di twitter ini mampu membuat responden untuk merubah gaya hidup yang lebih
ramah lingkungan.
2.1.4 Kampanye dan Opini Gaya Hidup yang
Lebih Ramah Lingkungan
Opini publik tidak terbentuk begitu saja melainkan melalui proses tertentu. Proses ini sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku
manusi baik secara individu maupun sebagai anggota kelompok terhadap suatu fenomena.
Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup
menurut (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup
dan menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time and money), menurut Kotler (2009) gaya hidup adalah pola
hidup seseorng di dunia diekspreskan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Assael (1984) menuturkan gaya hidup adalah
“A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), ehat they consider important in their environtment
(interest) and what they think of themeselves and the world arround them (opinions)”
Haryanto (2005) dalam penelitiannya
bahwa di dalam kajian literatur mengindikas ikan
tiga pendekatan untuk mengeksplorasi profil gaya hidup yaitu Pendekatan analitis dan sintesis,
Pendekatan Value and Lifestyle (VALS), dan Pendekatan Activities, Interests, and Opinions (AIO) (listyorini, 2012).
Pada dasarnya opini publik terbentuk dari hasil interaksi antara sikap-sikap individu dengan
keyakinanya masing-masing mengenai suatu persoalan yang ada di dalamnya terdapat kontroversi. Selain itu opini publik tidak berasal
dari satu pendapat perorangan saja, melainkan dari hasil diskusi suatu kelompok individu. Dalam
praktik kehumasan ada 3 cara untuk menciptakan opini publik yaitu:
1. Tekanan (presure)
2. Membeli (buying) 3. Bujukan atau persuasi (Persuasive)
Untuk memperoleh opini publik melalui tekanan (pressure) biasanya lebih banyak menggunakan pengaruh, baik secara individu
yang memunyai kewajiban atau kharisma pribadi maupun berdasarkan kekuasann jabatan atau
kekuatan tertentu. Sedangkan melalui buying atau sama saja dengan membeli suara alias menyogok dengan sejumlah uang (money politic) agar bisa
memperoleh dukungan, dan cara yang terakhir
Page 7
adalah melalui teknik persuasi yaitu dengan cara membujuk. Teknik persuasi ini digunakan untuk
mengubah opini publik yang bermusuhan dengan cara minimal adalah menetralisasi bahkan perlu direkayasa menjadi opini piblik yang
menguntungkan melalui PR Campaign atau the PR transfer percess.
Menurut Cutlip (Ruslan 2005, h. 51) ada pola atau tahapan dalam proses terjadinya opini publik yaitu:
a) Mengangkat kepermukaan suatu isu melalui agenda setting bekerja sama dengan pihak
pers, dan public relations bertindak sebagai power maker atau news maker dan bertindak sebagai sumber berita (source) serta makes
a publicity. b) Melemparkan isu atau topik tersebut
kemudian di perdebatkandan diupayakan mencari jalan keluar atau pemecahannya.
c) Mengarahkan atau menggiring isu atau
topik tersebut ke arah pemecahan yang dapat diterima oleh umum
Semua hal yang di atas bertujuan untuk
membentuk opini publik sesuai dengan keinginan komunikator. Kemudian opini tersebuat yang
sesuai dengan isu diangkat ke permukaan akan mempunyai akibat, yaitu bisa positif (bila diterima oleh masyarakat) atau menghadap i
resiko negatif yaitu di tolak oleh masyarakat. George Carslake Thompson dalam “The
Nature of Public Opinion“ (Sastropoetro 1990, h. 106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai
kondisi yang berbeda-beda, yaitu : a. Mereka dapat setuju terhadap fakta
yang ada atau mereka pun boleh tidak setuju.
b. Mereka dapat berbeda dalam
perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan.
c. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda.
Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro 1990, h. 41), opini adalah suatu ekspresi tentang
sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversia l,
yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Menurut Dan Nimmo (2001, h. 10) opini
adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretas i personal yang diturunkan dan turut membentuk
citra. Merril dan Lowestein berpendapat bahwa
tindakan mengungkapkan apa yang di percayai, dinilai, dan di harapkan seseorang dari objek-
objek dan situasi tertentu (Nimmo 2004, h. 12). Tindakan itu bisa merupakan pemberian suara, pernyataan verbal, dokumen tertulis, atau behkan
diam, singkatnya tindakan apa pun yang bermakna adalah ungkapan opini
Sementara William Albing mengemukakan bahwa opini itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontroversial atau
sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini
timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa
reaksi pertama dimana orang yang mempunya i perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari
kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertentangkannya (Sunarjo
1984, h. 31). Sedangkan pengertian publik menurut
Emory. S. Bagardus, adalah sejumlah orang yang
dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau setidak-
tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Sunarjo 1984, h. 20). John Dewey dalam The Publik and its Problem
mendefenisikan publik sebagai kelompok individual yang sama-sama terpengaruh oleh
suatu tindakan atau gagasan tertentu. Jadi, setiap persoalan, problem, atau kepentingan menciptakan publiknya sendiri (Djamaludd in
1994, h. 105). Menurut Bernard Berelson dalam
tulisannya berjudul “Communication and Public Opinion” mengemukakan bahwa dengan pendapat publik diartikan people’s response atau
jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak
acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasiona l,
kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok
etnik (Sastropoetro 1990, h. 55). Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya “Effective Public Relations”, opini publik adalah suatu hasil
penyatuan dari pendapat individu- individu tentang masalah umum (Sastropoetro 1990, h 52).
Hennessy menegaskan bahwa, pada setiap persoalan yang muncul, opini publik merupakan kumpulan pandangan yang terukur atau
tersimpulkan, yang dipegang oleh orang-orang
Page 8
yang menaruh kepentingan terhadap kepentingan tersebut (Djamaluddin 1994, h. 105).
Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun secara pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang
dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata-kata yang sangat halus dan
tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut-muka, simbol-simbol tertulis,
pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui
refrensi, nilai-nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan (Moore, H. Frazier 2005, h. 51). 2.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan
berbagai konsep yang ada dalam perumusan masalah (Kriyantono 2010, h. 81). Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah
kampanye yang dilakukan oleh bagian humas Earth Hour Malang dengan menggunakan teori-teori yang dianggap relevan dengan penelit ian
ini serta konsep-konsep yang berhubungan dengan teori tersebut, teori-teori tersebut adalah
teori S-M-C-R-E (Source-Message-Receiver-Chanel-Effect), teori kognitif dan opini responden terhadap gaya hidup yang ramah
lingkungan. Humas atau PR berdasarkan tujuan
kegiatannya, yang dirumuskan oleh seorang praktisi Public Relationss, Dr. Carter McNamara (Iriantara 2005, h. 9) yaitu humas sebagai aktivitas
berkelanjutan untuk menjamin perusahaan memiliki citra yang kuat di mata publik. Definis i
tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya PR merupakan proses komunikasi kepada publik untuk menjalin relasi yang baik sehingga tercapai
tujuan untuk membangun, membina, dan menjaga citra yang positif atau reputasi baik.
Masalah yang sedang dihadapi oleh Earth Hour Malang yaitu kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Malang tentang gaya hidup yang
ramah lingkungan telah digalakkan oleh Earth Hour Malang namun kenyataannya masih banyak
respondeng yang tidak menerapkan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini didasari karena setiap masyarakat mempunyai tingkat kognitif
yang berbeda-beda, selain itu informasi yang diberitakan belum banyak diketahui oleh
masyarakat secara luas serta masih banyak informasi yang tidak tepat, hanya beberapa pihak yang mengetahui hal tersebut, oleh karena itu
Earth Hour Malang selaku pelaksana kampanye
Earth Hour melakukan pemberitahuan kepada publik melalui bagian Public Relations agar
publik mengetahui informasi yang lebih akurat. Public Relations melalui media sosial melakukan kampanye untuk mencari dukungan
dalam menyuarakan gaya hidup yang ramah lingkungan, kampanye yang dilakukan oleh Earth
Hour Malang adalah “Kampanye Earth Hour” kampanye ini bertujuan untuk memberitahukan bahwa kampanye earth hour bukan hanya
kampanye hemat energi yaitu dengan mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak
dipakai selama 1 jam, pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat. Namun Earth Hour mengajak semua pihak melakukan gaya hidup hemat energi yang
tidak hanya sekedar mematikan lampu. Melalui penjelasan di atas penelit i
mengaplikasikan masalah di atas dengan menggunakan teori S-M-C-R-E. Peneliti akan mengukur kredibilitas sumber, isi pesan, dan
media yang dijadikan sebagai indikator dari keefektivitas kampanye yang peneliti angkat. Sumber atau responden yang dibutuhkan harus
sudah paham dalam permasalahan ini. Karena jika sumbernya tidak paham akan permasalahan ini
dikhawatirkan berita yang ditampilkan tidak bisa diterima dengan baik oleh penerimanya. Disamping sumber yang telah paham mengena i
masalah ini adapun tahapan berikutnya yaitu isi pesan yang diberitakan menjadi salah satu faktor
penunjang dari keberhasilan komunikasi yang efektif. Isi pesan akan diterima baik jika didukung oleh media pendukungnya, karena jika
isi pesan yang disampaikan baik tetapi tidak adanya alat pembantu dalam penyampaian
informasi maka dirasa tidak akan efektif baik bagi sumber maupun penerima selain itu peneliti juga menggunakan teori kognitif sebagai teori
pendukung untuk melakukan penelitian ini mengingat dasar dari teori ini adalah mencoba
melihat apa yang terjadi diantara stimulus dan jawaban seseorang terhadap rangsangan tersebut. Atau dengan kata lain, bagaimana rangsangan
tersebut diproses dalam diri seseorang. Menurut teori kognitif, semua perilaku itu
tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition) yang kemudian
mamacaknya ke dalam susunan kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentukan
jawaban (response) seseorang. Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif ia merupakan representasi internal yang terjadi antara suatu
jawaban (response), dan yang bisa menyebabkan
Page 9
terjadinya jawaban. Seseorang mengetahui adanya stimulus kemudian memprosesnya ke
dalam kognisi, yang pada akhirnya kognisi ini menghasilkan dan menyebabkan jawabannya (respon).
Dalam penjelasan di atas terlihat bahwa opini yang nanti dihasilkan tergantung tingkatan
pemahaman seseorang dalam memahami permasalahan tersebut, selain itu media sosial (twitter) yang di gunakan oleh Earth Hour
Malang dalam melakukan kampanye juga mempengaruhi opini responden.
3.1 Metode dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan atau metodologi kuantitatif. Metodologi
penelitian kuantitatif digunakan dalam menelit i status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada waktu tertentu. Sehingga melalui metode ini diperoleh data dan informasi tentang gambaran suatu
fenomena, fakta, sifat serta hubungan fenomena tertentu secara komperehensif dan integra l. Dengan demikian pengulangan dalam penelit ian
kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan konsistensi atau reliabilitas data penelitian yang
ada (Sugiono 2003, h. 19). Metodologi penelitian kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-
bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitat if
adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses
pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan
hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Metodologi riset kuantitatif berdasarkan pendekatan positivisme (klasik/objektif)
(Kriyantono 2006,h. 51). Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan di luar kemauan mereka
sendiri (Kriyantono 2006, h. 54). Riset kuantiatif adalah riset yang menggambarkan atau
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono 2006, h. 55). Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah survei dan
tipe penelitiannya eksplanatif. Metode survei adalah metode riset dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan
datanya (Kriyantono 2006, h. 59). Jenis survei ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi
tertentu terjadi atau apa yang menyebabkan terjadinya sesuatu. Dengan kata lain, penelit i
ingin menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel.
Jenis penelitian eksplanatif adalah jenis
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan penjelasan apakah ada hubungan yang signifikan
antara dua variabel atau lebih (Sugiyono 2008, h. 11). Dalam penelitian eksplanatif, periset menghubungkan atau mencari sebab akibat antara
dua atau lebih konsep (variabel yang akan diteliti) (Kriyantono 2006, h. 69). Hal ini sesuai dengan
tujuan dalam penelitian ini yang ingin mengetahui bagaimana pengaruh tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour” melalui
“Twitter” terhadap opini responden terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
3.3 Definisi Operasional
Penelitian ini terdiri dari dua variabe l,
yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Variabel bebas atau variabel pengaruh (X)
adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel
lainnya (Kriyantono 2006, h. 21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat kognitif responden yaitu
cara berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti: sikap,
kepercayaan, dan pengharapan, yang kemudian itu merupakan faktor yang menentukan di dalam perilaku dalam
memahami program kampanye Earth Hour. Dari pengertian diatas terdapat
empat aspek yang kemudian menjadi variabel-variabel yang terdiri dari indikator yang siap diukur, yaitu program
kampanye, tujuan dari program kampanye tersebut, visi dan misi dari kampenye
tersebut dan cara penyampaian pesan kampanye.
2. Variabel terikat atau variabel tergantung
(Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel ini disebut juga
kejadian, luaran, manfaat, efek atau dampak. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah opini responden
terhadap gaya hidup yang ramah lingkungan. Berdasarkan pendapat
Suratno dan Rusmiati (2001) opini gaya hidup terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dapat dioperasionalkan
menjadi skor setuju atau tidaknya
Page 10
responden terhadap program kampanye tersebut adalah skor pengakuan verbal
tentang penerapan atau tidaknya gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Opini responden terhadap gaya hidup yang lebih
ramah lingkungan ini kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator
yang diadopsi peneliti dari engel, et al (kriyantono 2007, h. 338) mengklasifikasikan gaya hidup menjadi
tiga indikator yaitu aktifitas, interes, dan opini. Pengakuan verbal. Berdasarkan
tulisan ruslan yang ada di bab 2 maka variabel X dioperasionalkan skor sebagai pernyataan responden tentang hal-hal
berikut Selanjutnya, untuk memudahkan pengukuran masing-masing konsep
dioperasionalkan sebagai berikut: 1. Pengaruh tingkat kognitif responden
terhadap kampanye Earth Hour (variabel X)
i. Tujuan (Indikator) Pengetahuan responden tentang tujuan dari program kampanye
“Earth Hour” (deskriptor) yaitu mengajak masyarakat untuk
mempunyai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
j. Sasaran (Indikator)
Program kampanye “Earth Hour” ini mempunyai sasaran kampanye
yaitu masyarakat yang mempunyai akun twitter (deskriptor).
k. Ruang lingkup (Indikator)
Program kampanye “Earth Hour” meliputi seluruh Negara di belahan
dunia hal ini dibuat oleh WWF agar seluruh penduduk dunia mempunyai gaya hidup yang lebih
ramah lingkungan. Namun di sini peneliti hanya memfokuskan pada
wilayah Malang (deskriptor). l. Jangka waktu (Indikator)
Pengetahuan responden tentang
jangka waktu Program kampanye “Earth Hour” (deskriptor) adalah
60 hari, yaitu 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah dan ditutup pada hari bumi 22 April.
m. Tema (Indikator) Pengetahuan responden tentang
topic-topik yang dibahas di dalam Program kampanye “Earth Hour” (deskriptor) yaitu tentang gaya
hidup yang lebih ramah lingkungan..
n. Efek (Indikator) Pengetahuan responden tentang apa yang dilakukan setelah
mendapatkan terpaan dari program kampanye “Earth Hour”
(deskriptor) agar masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
o. Sarana dan cara penyampaiannya (Indikator)
Pengetahuan responden tentang Program kampanye “Earth Hour” yang dilakukan melalui media
sosial khususnya twitter (deskriptor).
p. Visi Misi program kampanye “Earth Hour” (Indikator) Pengetahuan responden tentang
Visi dan Misi dalam program kampanye yang dilakukan oleh “Earth Hour” (deskriptor). Dan
berikut adalah visi dan misi Earth Hour Malang yang di dapat dari
hasil wawancara dengan saudari Hendita Khairina selaku coordinator earth hour malang pada
tanggal 7 juli 2014. Visi utama kampanye Earth Hour
Malang, yaitu :
4. Untuk melanjutkan target efisiens i energi dan perubahan gaya hidup di
Malang dengan konsumsi listr ik tinggi,
5. Berusaha mengaitkannya dengan
potensi sumber energi baru terbarukan yang lebih bersih dan
berdampak minimal pada lingkungan
6. Mengangkat dan memanc ing
semangat kepemimpinan pemerintahan dan korporasi untuk
secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi baru terbarukan
sebagai bagian dari kebijakan mereka.
Misi kampanye Earth Hour Malang,
yaitu :
Page 11
5. Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga, dan
pemerintahan Malang untuk ikut mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap
perubahan iklim 6. Mengajak dan mengedukas i
masyarakat mengenai pemanasan global dan apa yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjadi
bagian dari perubahan untuk mengurangi penggunaan emisi
mereka 7. Menjaring partisipasi korporasi
untuk mengomunikasikan EARTH
HOUR, baik staf mau pun jejaring eksternal untuk berkomitmen
mematikan lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam pengunaan energi
8. Terbentuknya kegiatan komunitas hijau masyarakat di Malang.
9. Dukungan dari makin banyak
pemimpin Daerah dan Kota di seluruh wilayah Indonesia,
Presiden, Menteri Lingkungan Hidup berupa perubahan kebijakannya terkait penghematan
energi. "Bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan
berpartisipasi di EARTH HOUR saja, tetapi harus terus dibuktikan setiap hari, dan diikuti dengan
mengubah gaya hidup ramah lingkungan lainnya, seperti:
mengendalikan penggunaan listr ik, hemat penggunaan kertas/tisu, aktivasi transportasi publik,
mengurangi potensi sampah/ melakukan pemilahan sampah, dan
lain-lain."
Skor tingkat kognitif responden terhadap kampanye “Earth Hour” akan diukur
menggunakan kuesioner yang menggunakan skala Likert, yaitu Sangat Setuju (4), Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1).
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkategorian jawaban responden mengenai
tingkat koginitif ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus mencari interval sebagai berikut:
(nilai tertinggi) − (nilai terendah)
jumlah interval
2. Opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan (variabel Y).
Berdasarkan tulisan kriyantono yang ada
di bab 2 maka variabel Y dioperasionalkan skor sebagai
pernyataan responden tentang hal-hal berikut Selanjutnya, untuk memudahkan pengukuran masing-masing konsep
dioperasionalkan sebagai berikut a. Aktivitas (Indikator)
Sebuah kegiatan atau tindakan nyata untuk menghabiskan waktu (deskriptor). Kegiatan tersebut meliputi mematikan
barang elektronik yang tidak terpakai, menggunakan kain lap daripada tisu, dan
membawa tas belanja daripada memakai kantong kresek.
b. Interest (Indikator)
Minat responden untuk menngubah gaya hidup yang dulu menjadi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan
(deskriptor). c. Opini responden (Indikator)
Pendapat responden tentang gaya hidup yang ramah lingkungan (deskriptor).
Skor pengakuan verbal akan diukur
menggunakan kuesioner yang menggunakan Skala Likert, yaitu Sangat Setuju (4), Setuju (3),
Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkategorian jawaban responden mengenai
tingkat koginitif ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah
3.4.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono 2007, h. 61). Populasi dari penelitian ini adalah follower dari twitter @EHMalang yang mendapatkan terpaan
atau yang pernah mengikuti kampanye “Earth Hour” di Twitter.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Earth Hour Malang diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini pada tanggal 20
April 2014 2.628 orang yang kemudian diambil 1500 follower, hal ini dilakukan peneliti karena
peneliti melihat bahwa adanya akun twitter yang tidak berhubungan dengan penelitian ini, karena hal ini lah peneliti kemudian membuat karateristik
- karateristik yang dibuat untuk memudahkan
Page 12
penelitian ini, karateristik penelitian adalah sebagai berikut.
a. Mempunyai akun twitter. b. Merupakan followers aktif (membuka
twitter lebih dari 3x dalam sehari) dari
akun twitter @EHMalang. c. Berdomisili di Malang karena target
sasaran dari EH Malang adalah masyarakat Malang.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono 2007, h. 62). Maka peneliti akan mengambil sebagian dari 1.500 follower dari twitter
@EHMalang untuk dijadikan sampel penelitian. 1) Metode Penentuan Jumlah Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan untuk
menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya (Kriyanto, 2007, h. 164). Rumusnya adalah:
𝒏 =𝑵
𝟏 +𝑵𝒆𝟐
Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran popuplasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, misalnya 2%, kemudian e ini
dikuadratkan. Batas kesalahan yang ditolerir ini bagi setiap populasi tidak sama. Ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,
5% atau 10% (Kriyantono, 2007:164) Maka, jumlah sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini dengan presisi 5% adalah: 𝑛 =1500
1+(1500 .5% )2 = 300
2) Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-
kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset (Kriyantono 2006, h. 158). Kriteria
responden dalam penelitian ini adalah follower aktif twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang.
3.4 Jenis Data
3.5.1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di
lapangan (Kriyantono 2006, h. 41). Data primer dalam penelitian ini adalah data-data atau
jawaban responden yang dihimpun dari penyebaran kuesioner. Kuesioner adalah daftar
pernyataan yang harus diisi oleh responden (Kriyantono 2006, h. 97).
3.5.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari sumber kedua atau sumber sekunder (Kriyantono 2006, h. 42). Data sekunder dalam penelitian ini ada dua, yaitu data follower dari
twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini.
Serta hasil wawancara dengan saudari Hendita Khairina selaku koordinator dari Earth Hour kota Malang yang memberikan informasi mengenai
program kampanye Earth Hour Malang.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat langsung dari objek dan dalam penelitian ini didapat melalui kuesioner yang
disebarkan pada tanggal 7 Juni 2014 di Balai Kota Malang ketika “Earth Hour Malang”
mengadakan acara pemilihan Putra Putri Hemat Energi (PPHE). Selanjutnya kuesioner disebarkan melalui internet dengan alamat link
https://docs.google.com/forms/d/1_7_lLDWkqmCNG327fhnhRbcX4yulBa1_-gJ-
kDsQXVU/viewform?usp=send_form. Kemudian langkah terakhir, kuesioner disebar pada tanggal 8 juni 2014 di acara “Car Free Day.”
Sedangkan data sekunder merupakan data yang berkaitan dengan penelitian ini seperti catatan
mengenai follower dari twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dalam bentuk skala untuk mengukur
sikap yang lebih dikenal dengan skala Likert. Metode ini merupakan alat pengumpul data yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dari objek penelitian sebagai bentuk
respon (Nazir, 2005). Alasan penelit i menggunakan kuesioner, sebagaimana diungkapkan oleh Hadi (1996), yaitu:
1. Objek adalah orang yang tahu tentang dirinya sendiri,
2. Pernyataan-pernyataan objek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya,
Page 13
3. Interpretasi objek terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan peneliti.
Cara kuesioner disebarkan yaitu dengan
bekerja sama dengan EH Malang dalam berbagai acara yang dilakukan oleh pihak EH Malang,
selain itu peneliti juga menyebarkan di CFD (Car Free Day) dimana EH Malang juga melakukan kampanye di CFD.
3.5 Uji Instrumen (Kuesioner)
3.5.1 Uji Validitas Validitas dimaksudkan untuk menyatakan
sejauh mana instrumen (misalnya kuesioner) akan
mengukur apa yang ingin diukur (Kriyantono, 2006, h. 143). Suatu kuesioner dikatakan valid
apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji coba skala tingkat kognitif
pada program kampanye “Earth Hour Malang” dilaksanakan pada tanggal 1-2 Juni 2014 dan diberikan kepada 30 anggota komunitas “Earth
Hour Malang” dengan karakteristik sama dengan subjek yang sesungguhnya.
Dalam penelitian ini, uji validitas akan dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Instrumen
bisa dikatakan valid jika item pertanyaan memiliki koefisien korelasi yang positif, lebih
besar dari 0.30, dan p-value hasil analisis kurang dari α = 0,05. Atau dengan kata lain terdapat korelasi yang signifikan antara item pertanyaan
dengan nilai totalnya. Sebaliknya, jika hasil analisis didapatkan nilai korelasi kurang dari 0,30
dan signifikansi lebih besar daripada α = 0.05, bisa dipastikan bahwa item pertanyaan tersebut tidak valid dan tidak diikutkan dalam analisis
berikutnya (Azwar, 2009, h. 25). Berikut hasil pengujian validitas instrumen dengan
menggunakan bantuan software SPSS 16 for windows dengan taraf signifikansi 5%. 3.5.2. Uji Reliabilitas
3.6 Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Dengan kata lain, suatu alat ukur
memiliki reliabilitas bila hasil pengukurannya relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali oleh peneliti yang sama
atau oleh peneliti lainnya (Kriyantono, 2006, h. 144). Dalam penjian reliabilitas dalam penelit ian
ini rnenggunakan koefisien-𝝰 (Cronbach Alpha). Nilai Cronbach Alpha selanjutnya dievaluas i,
apabila r-Alpha > 0.60, maka alat ukur dinyatakan reliabel, atau dapat dikatakan bahwa hasil
pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada waktu berlainan.
Sebaliknya, apabila r-Alpha < 0.60, maka alat ukur dinyatakan tidak reliabel (Santoso, 2002, h. 270). Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Analisis data dalam penelitian kuantitat if merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden terkumpul (Sugiyono, 2008, h. 206). Kegiatan dalam analisis data adalah:
1. Mengelompokkan data
berdasarkan variabel. 2. Mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden, kemudian dihitung mean skor-nya
3. Mean skor masing-mas ing
variabel dimasukan ke rumus statistik untuk dihitung agar dapat
mengetahui apakah hipotesis terbukti atau tidak
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ini dimaksudkan untuk mengetahui distribus i frekuensi jawaban responden dari hasil kuesioner
yang telah disampaikan ke responden. Kegunaan dari distribusi frekuensi adalah membantu penelit i
untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuens i dari data penelitian (Kriyantono, 2006, h. 169).
3.6.2 Analisis Regresi Analisis regresi dilakukan jika korelasi
antara dua variabel mempunyai hubungan kausal (sebab-akibat) atau hubungan fungsiona l. Menurut Mustikoweni (2002, h. 1) regresi
ditujukan untuk mencari bentuk hubungan dua variabel atau lebih dalam bentuk fungsi atau
persamaan sedangkan analisis korelasi berrtujuan untuk mencari derajat keeratan hubungan dua variabel atau lebih.
Teknik regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana.
Teknik ini digunakan jika terdapat data dari dua variabel riset yang sudah diketahui yang maa variabel bebas X dan yang mana varibel terikat Y
sedangkan nilai-nilai Y lainnya dapat dihitung atau diprediksi berdasarkan suatu nilai X tertentu
(Kriyantono, 2007:184). Rumusnya adalah sebagai berikut (Kriyantono 2007, h. 184):
𝒀 = 𝒂 + 𝒃𝒙
Di mana:
Y = Variabel terikat X = Variabel Bebas a = nilai intercept (konstan)
b = koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau penurunan variabel
Page 14
dipenden yang didasarkan pda variabel independen.
Sedangkan untuk melakukan perhitungan tersebut, penulis menggunakan program SPSS 16.00 for windows. Sebelum data dapat dianalis is
dengan menggunakan teknik analisis tersebut, dipersyaratkan adanya 4 asumsi yang harus
terpenuhi, yaitu asumsi normalitas, linierita s, autokorelasi, dan heteroskedastisitas (Ghozali, 2011, h. 56).
a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah kedua variabel berdistribus i normal atau tidak. Jika p > 0,05 maka sebarannya dinyatakan normal. Sedangkan jika p < 0,05 maka
sebarannya dinyatakan tidak normal. Uji normalitas menggunakan 1-Sample K-S
(Kolmogorov Smirnov) dengan bantuan program SPSS 16 for Windows.
b) Uji Linearitas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji linieritas sebagai salah satu syarat yang baik sebagai sebuah data penelitian yang akan diuji
dan agar makna kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran. Pedoman yang
digunakan dengan nilai signifikansi F, jika nilai F kurang dari 0,05 (sig<0,05) maka hubungan antar kedua variabel tersebut linier (membentuk garis
lurus), namun jika F lebih dari 0,05 (sig>0,05) maka hubungan antar kedua variabel tersebut
tidak linier (tidak membentuk garis lurus). c) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu atau residual pada periode tertentu
dengan variabel pengganggu atau residual periode sebelumnya. Pada penelitian ini uji autokorelas i menggunakan statistik Durbin-Watson.
d) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik. Heterokedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi. Pada penelit ian ini uji asumsi heterokedastisitas dilakukan dengan
menggunakan scatter plot antara nilai prediksi variabel Y dengan Studentized Residual 4.6.Hasil Analisis Deskriptif
Analisis deskripsi variabel betujuan untuk melihat distibutif frekuensi dari tiap-
tiap jawaban responden terhadap skala yang disebarkan untuk mengetahui gambaran tingkat kognitif responden pada program
kampanye “Earth Hour Malang” melalui
“Twitter” dan gambaran opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah
lingkungan. Berikut uraian mengena i deskripsi variabel penelitian baik variabel bebas dan variabel terikat. Dengan
menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows, diperoleh gambaran umum
mengenai tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” dan variabel opini responden
tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan sebagai berikut :
Tabel 4.6.1 Gambaran Umum Mengenai
Variabel tingkat kognitif responden pada
program kampanye “Earth Hour Malang”
melalui “twitter” dan variabel opini
responden tentang gaya hidup yang lebih
ramah lingkungan
Variabel Deskriptif Empirik
X
Minimum 23
Maksimum 92
Mean 71,373
Std.
Deviasi 9,425
Y
Minimum 11
Maksimum 44
Mean 35,79
Std. Deviasi
4,038
Skor hipotetik diperoleh dengan cara penghitugan secara manual. Variabel tingkat kognitif responden pada program
kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” tersusun atas 23 item pertanyaan
dengan skor terendah untuk pilihan jawaban adalah 1 dan skor tertinggi untuk jawaban adalah 4. Sehingga, diperoleh nilai terendah
dari variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan 1 × 23 =
23 dan nilai tertinggi sebesar 4 × 23 = 92. Rentang jarak hipotetik atau luas jarak sebarannya adalah 92-23=69. Dengan
demikian, setiap satuan deviasi standarnya bernilai SD = 69 / 299 = 0,231 dan rata-rata
(mean) hipotetiknya sebesar μ = 69-0,231= 68,769
Dari skor empirik dan hipotetik
tersebut, maka diperoleh gambaran mengena i Variabel tingkat kognitif responden pada
program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” dan variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah
Page 15
lingkungan. Objek penelitian (responden) digolongkan dalam tiga kategori pada masing-
masing variabel. Kriteria pengkategor ian mengacu pada norma oleh Azwar yang dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.6.2. Norma Pengkategorian
Responden
Kategori Daerah Keputusan
Rendah X < (μ – 1SD)
Sedang (μ – 1SD) ≤ X < (μ + 1SD)
Tinggi (μ + 1SD) ≤ X
Berdasarkan norma tersebut, untuk
setiap variabel penelitian yakni Variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui
“twitter” dan variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan
dengan jumlah objek penelitian sebanyak 300 orang, diperoleh hasil pengkategorian sebagai berikut :
. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana, dapat dijelaskan bahwa tingkat kognitif
responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) memilik i
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan (Y). Model regresi yang
didapatkan berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut :
Y = 17,065 + 0,262 X + e dimana : Y : opini responden tentang gaya
hidup yang lebih ramah lingkungan X : tingkat kognitif responden pada
program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” e : error
Berdasarkan pada model regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa Variabel tingkat kognitif
responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) memilik i koefisien regresi sebesar 0,262. Koefisien yang
positif mengindikasikan bahwa variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye
“Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) memiliki pengaruh yang positif terhadap opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah
lingkungan (Y). Semakin tinggi tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour
Malang” melalui “Twitter” , maka opini
responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan akan semakin baik. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter”, akan berdampak pada menurunnya
opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
Opini reponden tentang gaya hidup yang ramah lingkungan sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu sumber (source) yang memberikan
informasi dimana earth hour Malang menjadi sumber dari pesan (message) yang disampaikan
hendita selaku koordinator earth hour Malang mengatakan bahwa sudah saatnya kita sebagai warga malang mulai hidup dengan gaya yang
lebih ramah lingkungan, dengan cara mematikan energi yang tidak terpakai salah satunya lampu,
yang dipublikasikan melalui media (channel) twitter dengan jumlah followers sebanyak 1500 responden dimana mereka berharap bahwa
followers earth hour malang yang sekaligus menjadi penerima (receiver) isi pesan tersebut dapat mengakibatkan (effect) opini mereka
tentang opini gaya hidup yang lebih ramah lingungan menjadi nyata atau bisa terwujud
seperti yang diharapkan oleh earth hour Malang. Selain itu opini yang terbentuk juga
dipengaruhi oleh tingkat kognitif seseorang.
Dimana hal ini di dukung oleh teori kognitif yang di kemukakan oleh Greenwald (1968) dan Petty,
Ostrom & Brack (1981) dalam Baron & Byme (1991) yang memusatkan perhatiannya pada analisis respons kognitif, yaitu suatu usaha untuk
memahami apa yang difikirkan orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus persuasive, dan
bagaimana fikiran serta proses kognitif menetukan apakah mereka mengalami perubahan sikap & sejauh mana perubahan itu terjadi”
(Azwar 1997, h. 18). Oleh karna itu earth hour Malang memberikan stimulus berupa program
kampanye yang dilakukan di twitter agar para follower-nya mau mengikuti isi program kampanye tersebut yaitu mengikuti gaya hidup
yang lebih ramah lingkungan. Opini merupakan tujuan dari diadakannya program kampanye ini.
Namun dalam menentukan tingkat pengetahuan mereka tentang Earth Hour ada beberapa aspek yang ditentukan agar pengetahuan
mereka tentang earth hour bisa bertambah yaitu: Tujuan, Sasaran, Ruang lingkup, Jangka waktu,
Tema, Efek, Sarana, Visi dan Misi sehingga dari beberapa aspek tersebut dapat diukur tingkat pengetahuan mereka tentang program kampanye
tersebut.
Page 16
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti kepada follower akun twitter @EHMalang yang bertempat tinggal di
Kota Malang, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang positif sebesar 0,262 antara tingkat kognitif responden pada program
kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” terhadap opini responden tentang gaya
hidup yang lebih ramah lingkungan, dimana dalam hal tersebut tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour” melalui
Twitter para responden berada pada katori tinggi yaitu sebesar 69,33% atau sebanyak 208
responden dari 300 responden, sedangkan untuk opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan para responden juga berada pada
katori tinggi yaitu sebesar 78,67% atau sebanyak 236 responden dari 300 responden.
Dari deskriptif objek penelitian, diketahui responden di malang mempunyai tingkat kognitif yang tinggi dalam memahami kampanye earth
hour yang diadakan oleh earth hour malang melalui twitter. Serta responden di Malang juga
mempunyai opini responden yang tinggi terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. 5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Penelitian Selanjutnya
1. Menggali lebih dalam mengenai objek
penelitian sehingga hasil penelitian bisa lebih mendalam dan valid.
2. Menggunakan alat ukur yang bervariasi
sehingga bisa diketahui alat ukur mana yang lebih valid dan reliabel.
3. Waktu penelitian yang panjang sehingga bisa mempersiapkan penelitian dengan lengkap dan detil.
5.2.2 Saran untuk Earth Hour Malang
Berdasar pada hasil penelitian ini, diketahui
bahwa tingkat kognitif berpengaruh dalam mempengaruhi responden dalam kampanye yang dilakukan earth hour Malang selain itu Penelit i
memberi saran untuk Earth Hour Malang yaitu agar pihak Earth Hour Malang lebih memperluas
jangkauan kampanye, hingga diharapkan seluruh lapisan masyarakat di Kota Malang khususnya dapat mendapatkan terpaan kampanye Earth Hour
Malang.
DAFTAR PUSTAKA
A. JURNAL
Baumgarten, C. (2011). nonprofit organizations
use twitter for dialogic
communication. The elon journal of
undergraduate research in
communications, 2 (2), 5.
Engel, J. F., R.D. Blackwell and P.W. Miniard.
(1995). consumer behaviour. The
Dryden Press, 8, 449 – 455.
James, D.N. (2007). Framing Public Opinion in
Competitive Democracies. The
American Political Science Review,
101 (4), 637-655.
Jones, J. (2010). human resource consultant
Sample social media policy, legal
consultant. Social media as a tool For
tennessee Municipalities Bonnie jones.
Listyorini, Sari. (2012). Jurnal Administrasi
Bisnis 1(I),14
Marlena, Hj (2013). Strategi komunikasi
persuasif perkumpulan keluarga
berencana indonesia (pkbi) dalam
penanggulangan bahaya hiv aids
dikalangan remaja samarinda. e-Jurnal
ilmu Komunikasi Fisip Unmul
Potter, J. (2004). argument for the need for a
cognitive theory of media
literacy. The american behavioral
scientist 48 (2) , 266-272.
Situmorang, J. (2012). Jurnal administrasi bisnis
8 (1), 73-87
Mustikoweni, (2002). Regresi dan Korelasi,
Makalah Penataran Penelitian dan
Statistik, Kopertis VII
Page 17
B. BUKU
Allen, J. H & Denton, Robert. E. Jr. (2010).
Communicator in chief; how barack
obama used new media technology to
win the white house. Estover road,
United Kingdom:lexington books
Antar Venus, drs, m.a. (2009). Manajemen
kampanye. Bandung:simbiosa
rekatama media
Assael, Henry. (1984). Consumer Behavior and
Marketing Action. Secon Edition.
California: Kent Publishing co.
Azwar, Dr. Saifuddin. (1997). Sikap manusia
teori dan pengukurannya.
Yogyakarta:pustaka belajar.
Azwar, Dr. Saifuddin. (2009). Sikap Manusia;
Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Djamaluddin, Dedi Malik dan Yosal. (1994).
Komunikasi Persuasif. Bandung:
remaja rosdakarya.
Dra. Djoenaesih S. Sunarjo. (1984). Opini
publik. Yogyakarta: Liberty
Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu
Komunikasi: Teori dan praktek .
Bandung: remaja rosda karya.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang:BP Universitas Diponegoro
Ghozzali, I, Prof, Dr, M. Com, MPM, Akt,
(2011). Ekonomitrika, (3nd ed.)
Canada:john Wiley & Sons Inc.
Gregory, A. (2004). Perencanaan dan
manejemen kampanye public
relations, 120 pentonville road,
London: Erlangga
Helena Olii (2007). Opini Publik. Jakarta: Indeks
Iriantara, Yosal. (2005) Media relations konsep
pendekatan, dan praktik.
Bandung: simbiosa rekatama media.
Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. (2003). Public
relations, (5 th ed.) Jakarta: Erlangga
Jefkins, Frank. (1992). Public relations (4th ed).
Jakarta:Erlangga.
Jefkins, Frank. (1998). Public Relations (4th ed.)
Jakarta: Erlangga.
Kanter, B., Fine, A., & Zuckerberg, R. (2010).
The networked nonprofit: Connecting
with social media to drive change. San
Francisco, CA: Jossey-Bass
Kotler, P and Keller, KL. (2009). Marketing
management. (13th Edition). Upper
Saddle River, New Jersey: Prentice
Hall.
Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran
(2nd ed Milinium). Jakarta: .
Prenhallindo
Kriyantono, Rachmat. (2006) Teknik praktik
riset dan komunikasi. Jakarta:kencana
prenada media group.
Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta:Kencana Prenada
Media Group.
Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi serba ada
serba makna. Jakarta:Kencana.
Moore, Frazier.(2005). Humas:membangun citra
dengan komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Nazir. 2005. ”Metode Penelitian”. Bogor: Ghalia Indonesia
Nimmo, Dan. (2001). Komunikasi politik.
Bandung:Remaja Rosdakarya
Page 18
Nimmo, Dan. (2004). Komunikasi politik
khalayak dan efek,. Bandung: .
Remaja Rosdakarya,
Rachmadi, F. (1992). Public Relations dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: . Gramedia
Pustaka Utama.
Rifai,A, dan Catharina, A,T. (2009). Psikologi
pendidikan. Semarang:unnes press.
Ruslan, Rosadi. (1999). Manajemen Humas dan
Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi,
Jakarta: . Raja Grafindo Persada
Ruslan, Rosady. (2001). Etika Kehumasan,
Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Ruslan, Rosady. (2005). Kiat & Strategi
Kampanye Public Relations (4th).
Jakarta: raja grafindo persada.
Ruslan, Rosady. (2008). Manajemen public
relations & media
komunikasi:konsepsi dan aplikasi.
Jakarta:rajawali pers.
Ruslan, Rosady. (2006) Metode penelitian public
relations dan komunikasi.
Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Santoso, Singgih. (2002). Buku Latihan SPPSS
Statistik Multivariat. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Sastropoetro, Santoso, (1990). Komunikasi
sosial. Bandung: .remaja rosdakarya.
Smith, E. E. Atkinson, R. L. Hilgard, E. R.
(2003). Introduction to psychology,
Universitas Michigan:wadworth
thomson learning
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2003). Statistik untuk
Penelitian.Bandung:alfabeta.
Sugiyono. (2007). “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan RAD.
Bandung:Alfabeta.
Sunarjo, Djoenaesih S. (1984). Opini Publik.
Yogyakarta: Liberty.
Sutrisno Hadi. (1996). Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset.
Walgito bimo. (2004). Pengantar psikologi
umum. Yogyakarta: andi
Yulianita, Neni. (2007). Dasar dasar public
relations. Bandung:pusat penerbitan
universitas
C. INTERNET
Alamendah. (2012). Mengenal earth hour.
Diakses pada tanggal 23 Mei 2014,
dari
http://alamendah.org/2012/03/12/meng
enal-earth-hour/
Bagus, Sihnu. (2011, 10 November ). Psikologi
kognitif. Pesan ditulis di http://all-about-
theory.blogspot.com.
Cerita mengenai earth hour di dunia. (2010).
Diakses pada tanggal 25 Mei 2014,
dari
http://lifestyle.kompasiana.com/catata
n/2014/04/10/12-cerita-mengenai-
earth-hour-di-dunia-646096.html
Earth hour kampanye green capitalism. (2013).
Diakses pada tanggal 25 Mei 2014,
dari http://anarkis.org/earth-hour-
kampanye-green-capitalism/
Page 19
Frequently Asked Questions. (2013) . Diakses
pada tanggal 25 Mei 2014 dari
http://earthhour.wwf.or.id/
Gairah kampanye earth hour 2014 di kota
Malang. (2014). Diakses pada tanggal
25 Mei 2014 dari
http://display.ub.ac.id/ .
Keisla, Ayma. (2013).Perilaku individu dalam
organisasi. Diakses pada tanggal 3
februari 2014, dari
http://aymakeislaaa.blogspot.com/201
3/09/perilaku- individu-dalam-
organisasi.html?m=1
Khazanah, U. (2013). Teori kognitif (part I).
Diakses pada tanggal 29 Januari 2014,
dari http://psikologi.or.id/psikologi-
kognitif/teori-kognitif-part-i.htm
Psikologi pendidikan. (n.d). Diakses tanggal 30
Januari 2014, dari
http://moshimoshi.netne.net/materi/psi
kologi_pendidikan/bab_8.htm
Rachmatunisa. (2010). Asal ususl earth hour.
Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, dari
http://techno.okezone.com/read/2010/
03/26/56/316378/asal-usul-earth-hour
Teori belajar kognitif (n.d). Diakses tanggal 30
Januari 2014, dari http://bappeda
Annonymous.
Yesicha, chelsy, S,Sos, M.I.Kom. (2012).
Diakses pada tanggal 3 februari 2014,
dari
http://chelsyyesicha.staff.unri.ac.id/file
s/2012/03/OP1.pdf.