Top Banner
Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan) Dimyati (dalam Khasanah, 2007) menyatakan bahwa teori kognitif merupakan proses untuk mengetahui sesuatu atau belajar yang dipandang sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu, dari pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa belajar juga dilihat sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformas i pengalaman (Kolb 1984, h. 41). Pengertian lain menyebutkan bahwa teori kognitif merupakan cara mempersepsikan dan menyusun informasi yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. Cara aktif yang dilakukan dapat berupa mencari pengalaman baru, memecahkan suatu masalah, mencari informasi, mencermati lingkunga n, mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna mencapai tujuan. Kesimpulannya tingkat kognitif setiap orang berbeda-beda tergantung dari apa yang mereka pelajari dan memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus atau informasi yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses penyampaian dan pengolahan infor mas i (Rifai dan Catharina, 2009, h.106). Proses pengolahan dan penyampa ia n sebuah informasi setiap orang yang berbeda-beda yang menyebabkan opini setiap individu terhadap informasi dan media yang digunakan untuk penyampaian informasi pun berbeda. Menurut jurnal The American Behavioral Scientist (Potter, 2004, h. 266) tingkat kognisi mempunyai dua prinsip, prinsip yang pertama yaitu individu itu sendiri sedangkan prinsip yang kedua adalah pikiran individu tersebut. Oleh karena itu tingkat kognisi sangatlah penting dalam memahami informasi termasuk dalam memahami infor mas i yang ada di media karena hal ini dapat merubah perilaku seseorang dan cara menanggapinya, tergantung bagaimana cara individu tersebut memahami informasi tersebut. Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi bukan hanya melalui koran ataupun televisi tetapi juga melalui media yang lebih modern, yaitu melalui media sosial atau yang biasa disebut new media. Menurut Flew (2005, h. 3) “ The Idea of New Media Captures Both the Development of Unique Forms of Digital Media, and the Remakings of More Traditional Media forms to Adopt and Adapt to the Media Technology”. Dalam hal ini beberapa pakar sepakat bahwa istilah new media digunakan untuk membedakan dari media lama atau media tradisional yang lebih dahulu ada (Simotorang, 2012). Hal tersebutlah yang mendasari kenapa banyak sekali informasi yang dilakukan di media sosial, karena tergolong mudah dan efektif. Menurut Potter (The American Behavioral Scientist , 2004) membuat masyarakat melek media sangatlah susah terutama media sosial, karena selain membuat mereka sadar akan media, mereka juga perlu membangun pemahaman yang mendalam tentang bagaimana menggunaka n media dalam kehidupan sehari-hari serta cara penggunaan media agar mencapai tujuan mereka, dan efek yang tidak diinginkan terakumulas i sebagai produk sampingan dari paparan sehari- hari. Dari informasi tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern seperti sekarang ini media sosial lebih banyak memberikan informasi dari pada media lainnya. Perubahan ini dalam model komunikasi merupakan pergeseran industri dari paradigma broadcast ke paradigma yang lebih dialogis (Baumgarten, 2011). Penelit ia n lebih lanjut telah menyelidiki kualitas utama yang membedakan komunikasi dialogis ke mode media tradisional, dimana menurut Kanter Fine dan Zuckerberg (2010), ciri utama komunikasi dialogis adalah umpan balik segera, berbeda dengan media tradisional yang tidak bisa mewujudkannya karena kekurangan saluran yang memungkinkan untuk melakukan hal tersebut (Baumgarten, 2011). 2.1. Tingkat Kognitif dalam Memahami Program Kampanye “Earth Hour Malang” Program kampanye Earth Hour merupakan kegiatan peduli lingkungan yang dipelopori oleh organisasi WWF (World Wide Fund for Nature) Australia, dimulai sejak 2007 dan diadakan pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret setiap tahunnya (Rachmatunisa, 2010) . Kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat untuk melakukan gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. Kampanye ini dilakukan melalui media sosial yaitu “ Twitter”, namun masih banyak masyarakat yang belum memahami benar kampanye ini. Hal
19

Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

Jul 20, 2015

Download

Social Media

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

Kampanye Earth Hour dan

Ramah Lingkungan

(studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada

program kampanye di twitter terhadap opini tentang

gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

Dimyati (dalam Khasanah, 2007) menyatakan bahwa teori kognitif merupakan proses untuk

mengetahui sesuatu atau belajar yang dipandang sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu, dari pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa

belajar juga dilihat sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformas i

pengalaman (Kolb 1984, h. 41). Pengertian lain menyebutkan bahwa teori kognitif merupakan cara mempersepsikan dan menyusun informas i

yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. Cara aktif yang dilakukan dapat berupa mencari

pengalaman baru, memecahkan suatu masalah, mencari informasi, mencermati lingkungan,

mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna mencapai tujuan. Kesimpulannya tingkat kognitif setiap orang berbeda-beda tergantung dari apa

yang mereka pelajari dan memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi,

terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus atau informasi yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manus ia

ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses penyampaian dan pengolahan informas i

(Rifai dan Catharina, 2009, h.106).

Proses pengolahan dan penyampaian

sebuah informasi setiap orang yang berbeda-beda yang menyebabkan opini setiap individu terhadap

informasi dan media yang digunakan untuk penyampaian informasi pun berbeda. Menurut jurnal The American Behavioral Scientist (Potter,

2004, h. 266) tingkat kognisi mempunyai dua prinsip, prinsip yang pertama yaitu individu itu

sendiri sedangkan prinsip yang kedua adalah pikiran individu tersebut. Oleh karena itu tingkat kognisi sangatlah penting dalam memahami

informasi termasuk dalam memahami informas i yang ada di media karena hal ini dapat merubah

perilaku seseorang dan cara menanggapinya, tergantung bagaimana cara individu tersebut memahami informasi tersebut.

Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi bukan hanya melalui

koran ataupun televisi tetapi juga melalui media yang lebih modern, yaitu melalui media sosial

atau yang biasa disebut new media. Menurut Flew (2005, h. 3) “The Idea of New Media Captures

Both the Development of Unique Forms of Digital Media, and the Remakings of More Traditional Media forms to Adopt and Adapt to the Media

Technology”. Dalam hal ini beberapa pakar sepakat bahwa istilah new media digunakan untuk

membedakan dari media lama atau media tradisional yang lebih dahulu ada (Simotorang, 2012). Hal tersebutlah yang mendasari kenapa

banyak sekali informasi yang dilakukan di media sosial, karena tergolong mudah dan efektif.

Menurut Potter (The American Behavioral Scientist, 2004) membuat masyarakat melek media sangatlah susah terutama media sosial,

karena selain membuat mereka sadar akan media, mereka juga perlu membangun pemahaman yang

mendalam tentang bagaimana menggunakan media dalam kehidupan sehari-hari serta cara penggunaan media agar mencapai tujuan mereka,

dan efek yang tidak diinginkan terakumulas i sebagai produk sampingan dari paparan sehari-hari.

Dari informasi tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern seperti sekarang

ini media sosial lebih banyak memberikan informasi dari pada media lainnya. Perubahan ini dalam model komunikasi merupakan pergeseran

industri dari paradigma broadcast ke paradigma yang lebih dialogis (Baumgarten, 2011). Penelit ian

lebih lanjut telah menyelidiki kualitas utama yang membedakan komunikasi dialogis ke mode media tradisional, dimana menurut Kanter Fine dan

Zuckerberg (2010), ciri utama komunikas i dialogis adalah umpan balik segera, berbeda

dengan media tradisional yang tidak bisa mewujudkannya karena kekurangan saluran yang memungkinkan untuk melakukan hal tersebut

(Baumgarten, 2011).

2.1. Tingkat Kognitif dalam Memahami

Program Kampanye “Earth Hour Malang”

Program kampanye “Earth Hour” merupakan kegiatan peduli lingkungan yang

dipelopori oleh organisasi WWF (World Wide Fund for Nature) Australia, dimulai sejak 2007

dan diadakan pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret setiap tahunnya (Rachmatunisa, 2010) . Kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat

untuk melakukan gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik

yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. Kampanye ini dilakukan melalui media sosial yaitu “Twitter”, namun masih banyak masyarakat

yang belum memahami benar kampanye ini. Hal

Page 2: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

ini dipengaruhi oleh tingkat kognitif akan informasi kampanye ini yang berbeda-beda.

Kognitif adalah proses mental dari persepsi, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh

pengetahuan, memecahkan persoalan, dan merencanakan masa depan.

Kognisi merupakan proses internal yang tidak nampak. Pengetahuan (teori-teori atau model-model) yang dikembangkan untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dibangun atas dasar asumsi-asumsi tertentu.

Teori kognitif yang dikemukakan oleh Greenwald (1968) dan Petty, Ostrom & Brack (1981) dalam Baron & Byme (1991) memusatkan

perhatiannya pada analisis respons kognitif, yaitu suatu usaha untuk memahami apa yang difikirkan

orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus persuasive, dan bagaimana fikiran serta proses kognitif menetukan apakah mereka mengalami

perubahan sikap & sejauh mana perubahan itu terjadi” (Azwar 1997, h. 18). Kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Malang ini ditujukan

untuk para responden yang telah mengetahui kampanye ini agar ikut mendukung program

kampanye yang dibuat oleh Earth Hour Malang. Menurut Ruslan (2005, h. 80) untuk

mencapai keberhasilan dalam melaksanakan

kampanye ada beberapa aspek yaitu tujuan, sasaran, ruang lingkup, jangka waktu, tema, efek,

sarana yang digunakan, serta visi dan misi dari kegiatan kampanye tersebut. Dari hal tersebutlah peneliti mengadopsi aspek-aspek tersebut yang

kemudian diaplikasikan pada program kampanye earth hour Malang yang kemudian dapat

dijadikan indikator-indikator yaitu: a. Tujuan: tujuan dari program

kampanye “Earth Hour Malang ”

yaitu mengajak masyarakat untuk mempunyai gaya hidup yang lebih

ramah lingkungan. b. Sasaran: program kampanye

“Earth Hour Malang” ini

mempunyai sasaran kampanye yaitu masyarakat yang mempunyai

akun twitter. c. Ruang lingkup: program kampanye

“Earth Hour Malang” meliputi

seluruh warga Malang. d. Jangka waktu: program kampanye

“Earth Hour Malang” adalah 60 hari, yaitu 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah dan ditutup pada hari

bumi 22 April.

e. Tema: tema dalam program kampanye “Earth Hour Malang ”

yaitu tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

f. Efek: warga Malang diharapkan

setelah mendapatkan terpaan kampanye “Earth Hour Malang ”

dapat merubah gaya hidup mereka menjadi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

g. Sarana dan cara penyampaiannya: sarana yang digunakan dalam

penyampaian kampanye “Earth Hour Malang” adalah melalui media sosial berupa twitter.

h. Visi Misi program kampanye “Earth Hour”: Pengetahuan

responden tentang Visi dan Misi dalam program kampanye yang dilakukan oleh “Earth Hour” dari

hasil wawancara peneliti dengan saudari Hendita Khairina selaku koordinator earth hour Malang

dapat diketahui visi dan misi dari earth hour malang yaitu

Visi utama kampanye Earth Hour Malang

1. Untuk melanjutkan target efisiens i

energi dan perubahan gaya hidup di Malang dengan konsumsi listr ik tinggi,

2. Berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru

terbarukan yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan

3. Mengangkat dan memanc ing semangat kepemimpinan

pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan

sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan

mereka.

Misi kampanye Earth Hour Malang

1. Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga, dan pemerintahan Malang untuk ikut

mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap

perubahan iklim

Page 3: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

2. Mengajak dan mengedukas i masyarakat mengenai pemanasan

global dan apa yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk

mengurangi penggunaan emisi mereka

3. Menjaring partisipasi korporasi untuk mengomunikasikan EARTH HOUR, baik staf mau pun jejaring

eksternal untuk berkomitmen mematikan lampunya dan

melakukan perubahan kebijakan dalam pengunaan energi

4. Terbentuknya kegiatan komunitas

hijau masyarakat di Malang. Dukungan dari makin banyak

pemimpin Daerah dan Kota di seluruh wilayah Indonesia, Presiden, Menteri Lingkungan

Hidup berupa perubahan kebijakannya terkait penghematan energi. "Bergaya hidup hemat energi

tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di EARTH HOUR

saja, tetapi harus terus dibuktikan setiap hari, dan diikuti dengan mengubah gaya hidup ramah

lingkungan lainnya, seperti: mengendalikan penggunaan listr ik,

hemat penggunaan kertas/tisu, aktivasi transportasi publik, mengurangi potensi sampah/

melakukan pemilahan sampah, dan lain-lain."

Teori kognitif meliputi kegiatan-kegia tan

mental yang sadar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti:

sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang kemudian itu merupakan faktor yang menentukan di dalam perilaku. Di dalam teori kognitif ini

terdapat suatu interes yang kuat dalam jawaban (response) atas akibat dari perilaku yang tertutup.

Sebab di dalam hal ini sulit mengamati secara langsung proses berfikir dan pemahaman , dan juga sulit menyentuh dan melihat sikap, nilai, dan

kepercayaan (Marlena. 2013) Berdasarkan pendapat dari para ahli yang

telah dijelaskan di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat kognitif atau tingkat pemahaman seseorang berbeda-beda karena

tingkat kognitif merupakan kemampuan manus ia dalam menerima stimulus dari luar, kemampuan

ini berhubungan dengan pengenalan dan pengetahuan. Kognitif merupakan peristiwa yang

terjadi di luar diri kemudian direduksi dan diubah dari dalam diri. Peristiwa yang terjadi diluar diri kemudian diterima melalui alat indra untuk di

proses di dalam diri. Proses perubahan dan mereduksi input yang diterima dari alat indra

berdasarkan pengalaman masa lalu yang dimilik i seseorang selain itu berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang.

Seseorang yang menerima stimulus dari luar kemudian memberikan respon terhadap

stimulus yang diterima. Kegiatan atau proses tersebut merupakan aktifitas kognitif. Menurut Woodwotrh dan Marquis (dalam Walgito, 2002)

ada beberapa aktifitas kognitif, diantaranya adalah persepsi, ingatan dan berpikir.

a. Persepsi adalah proses penerimaan stimulus dari luar individu melalui alat indra kemudian

diorganisasikan dan dapat diinterpratsikan dari stimulus yang diterima.

b. Ingatan merupakan kemampuan yang berkaitan dengan

kemampuan individu untuk menerima atau memasukan, menyimpan dan menimbulkan

kembali hal-hal yang telah lampau.

c. Berpikir adalah proses mengolah dan memanipulasi informasi dari lingkungan dengan simbol-simbo l

atau materi-materi yang disimpan dalam ingatannya.

Ada tiga hal yang umum terdapat di dalam pembicaraan teori kognitif, antara lain:

1) Elemen kognitif

Teori kognitif percaya bahwa perilaku seseorang itu disebabkan adanya satu rangsangan

(stimulus), yakni suatu objek fisik yang mempengaruhi seseorang dalam banyak cara. Teori ini mencoba melihat apa yang terjadi

diantara stimulus dan jawaban seseorang terhadap rangsangan tersebut. Atau dengan kata lain,

bagaimana rangsangan tersebut diproses dalam diri seseorang.

Menurut teori kognitif, semua perilaku itu

tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk

mengetahui (cognition) yang kemudian mamacaknya ke dalam susunan kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentukan

jawaban (response) seseorang. Cognition

Page 4: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

menurut Neisser adalah: “Aktivitas untuk mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai

yang dikehendaki pengaturannya, dan penggunaan pengetahuan. Hal ini adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan baik oleh organisme atau

pun oleh orang perorang” (Bagus, 2011). Keisla (dalam perilaku individu dan

organisasi, 2013) Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif ia merupakan representasi interna l yang terjadi antara suatu jawaban (response), dan

yang bisa menyebabkan terjadinya jawaban. Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Hubungan Kognisi

Responden mengetahui adanya stimulus, stimulus disini yaitu berupa program kampanye

“Earth Hour” kemudian memprosesnya kedalam tingkat pemahaman atau tingkat kognitif yang pada akhirnya tingkat pemahaman ini

menghasilkan atau menyebabkan jawabannya (respon) yaitu berupa opini tentang gaya hidup

yang ramah lingkungan. 2) Struktur Kognitif

Menurut teori kognitif, aktivita s

mengetahui dan memahami sesuatu (cognition) itu tidaklah berdiri sendiri. Aktivitas ini selalu

dihubungkan dengan rencana yang disempurnakan oleh kognisi yang lain. Proses penjalinan dan tata hubungan diantara kognisi-

kognisi ini membangun suatu struktur dan sistem. Struktur dan sistem ini dinamakan struktur

kognitif. Sifat yang pasti dari sistem kognitif ini tergantung akan karakteristik dari stimuli yang diproses kedalam kognisi dan pengalaman dari

masing-masing individu. 3) Fungsi Kognitif

Sistem kognitif mempunyai beberapa fungs i. Diantara fungsi- fungsi, antara lain: a. Memberikan pengertian

Pada kognitif baru menurut teori kognitif, pengertian terjadi jika suatu kognitif baru

dihubungkan dengan system kognitif yang telah ada. Kognisi membentuk atribut-atribut tertentu, tergantung pada bagaimana ia berinteraksi dengan

satu atau lebih system kognitif. b. Menghasilkan emosi

Interaksi antara kognisi dan sistem kognitif tidak hanya memberikan pengertian pada kognisi saja, tetapi dapat pula memberikan

pengertian pada kognisi saja, tetapi dapat pula

memberikan konsekuensi-konsekuensi yang berupa perasaan, misalnya perasaan senang dan

tidak senang, baik atau buruk, dan lain sebagainya. c. Membentuk sikap

Menurut teori kognitif jika suatu sistem kognitif dari sesuatu memerlukan komponen-

komponen yang mengandung efektif emosi, maka sikap untuk mencapai suatu tujuan atau objek itu telah terbentuk. Bersatunya sistem kognitif dan

komponen afektif menghasilkan tendensi perilaku untuk mencapai suatu objek sikap seseorang itu

mempunyai kognitif (pengetahuan), afektif (emosi), dan tindakan (tendensi perilaku).

d. Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku

Relevansi teori kognitif untuk menganalisa dan memahami perilaku manus ia yang mudah diamati adalah terletak pada motivas i

dari perilaku seseorang. Hal ini disebabkan karena perilaku tidak hanya terdiri dari tindakan-tindakan yang terbuka saja, melainkan juga

termasuk faktor-faktor internal, seperti: berfikir, emosi, persepsi, dan kebutuhan. Perilaku itu

dihasilkan oleh ketidakselarasan yang timbul dalam struktur kognitif. 2.1.1 Peran PR dalam Kampanye “Earth

Hour”

Istilah Public Relations sering diartikan

menjadi “hubungan masyarakat (humas)”. Arti kata “public” dalam Public Relations berbeda dengan kata “masyarakat” dalam hubungan

masyarakat. Istilah masyarakat terlalu luas, sedangkan public (publik) hanyalah bagian dari

masyarakat yang luas itu. Public merupakan sekumpulan orang atau kelompok dalam masyarakat yang memiliki kepentingan atau

perhatian yang sama terhadap semua hal. Jadi, public bercirikan:

a. Mempunyai kepentingan atau perhatian yang sama terhadap suatu isu atau objek tertentu.

b. Tidak harus berada dalam satu wilayah geografis.

Banyak ahli di bidang Public Relations yang mengemukakan definisi mereka tentang Public Relations. Menurut Kotler & Keller (2009,

h. 563) Public Relations merupakan berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan

atau menjaga citra perusahaan atau produknya. Menurut Cutlip, Center dan Broom (Yulianti 2007, h. 34) Publik Relations adalah fungs i

manajemen yang menyertakan, membentuk dan

Respon Stimulu

s

Kognitif

Page 5: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan

berbagai macam publik, dimana hal tersebut dapat menentukan sukses atau gagalnya organisas i. Sementara menurut British Institute of Public

Relations (Jefkins 1992, h. 8) Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan

secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisai dengan

segenap khalayak. Public Relations juga merupakan fungs i

manajemen dalam melaksanakan kegiatan komunikasi, maka pada dasarnya tujuan Public Relations adalah tujuan-tujuan komunikasi Public

Relations dalam praktik realitas diperusahaan, tujuan Public Relations antara lain:

a. Menciptakan pemahaman (Mutual Understanding) antara perusahaan dan publiknya.

b. Membangun Citra Korporat (Corporate Image).

c. Citra Korporat Melalui Program CSR.

d. Membentuk Opini Publik yang Favorable.

e. Membentuk Good Will dan Kerja Sama.

Tujuan Public Relationss di atas

diapresiasikan WWF dalam melakukan kampanye “Earth Hour” yaitu untuk membentuk

opini publik yang favorable, yaitu opini pubik yang merupakan ekspresi public yang baik mengenai persepsi dan sikap terhadap

perusahaan. Ada tiga jenis opini, yaitu opini positif (mendukung atau favorable), negative

(menentang), dan netral. Dalam kaitan ini Earth Hour Malang melakukan kampanye melalui media sosial ini untuk menciptakan opini publik

yang positif.

2.1.2 Teori S-M-C-R-E

Menurut Ruslan dalam bukunya kiat dan strategi Kampanye Public Relations (Ruslan

2008, h. 68) bahwa Floyd Shoemaker dalam bukunya yang berjudul Communication of

Innovations, dengan menampilkan a common model of communications process is that of.

Gambar 2.2 A Common Model of

Communications Process

Dari teori di atas dapat dijelaskan bahwa

Earth Hour Malang (source) memberikan pesan

atau gagasan atau isu (message) kepada para khalayak (receiver) melalui media sosial

(channel) yang diharapkan dapat memberikan dampak (effect) yaitu berupa perubahan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

Model komunikasi SMCRE di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Source, yaitu individu atau pejabat humas yang berinisiatif sebagai sumber atau komunikator untuk menyampaikan pesan-

pesannya. b. Message, adalah suatu gagasan, ide berupa

pesan, informasi, pengetahuan, ajakan, bujukan atau ungkapan yang akan disampaikan komunikator kepada

komunikan. c. Receiver, merupakan pihak yang menerima

pesan dari komunikator. Receiver seringkali disebut sebagai komunikan.

d. Channel, berupa media, sarana, atau saluran

yang dipergunakan oleh komunikator dalam mekanisme penyampaian pesan-pesan kepada khalayaknya.

e. Effect, suatu dampak yang terjadi dalam proses penyampaian pesanpesan tersebut,

yang dapat berakibat positif maupun negatif menyangkut tanggapan, persepsi, dan opini dari hasil komunikasi tersebut.

Peneliti menggunakan model S-M-C-R-E (Short-Message-Chanel-Receiver -Effect)

karena kredibilitas sumber, isi pesan, dan media dijadikan sebagai indikator dari pengertian opini yang peneliti angkat. Karena diperlukannya

sumber atau responden yang memang sudah paham dalam permasalahan ini. Karena jika

sumbernya tidak paham akan permasalahan ini dikhawatirkan berita yang ditampilkan tidak bisa diterima dengan baik oleh penerimanya.

Disamping sumber yang telah paham mengena i masalah ini adapun tahapan berikutnya yaitu isi

pesan yang diberitakan menjadi salah satu faktor penunjang dari keberhasilan komunikasi yang efektif. Isi pesan akan diterima baik jika

didukung oleh media pendukungnya, karena jika isi pesan yang disampaikan baik tetapi tidak

adanya alat pembantu dalam penyampaian informasi maka dirasa tidak akan efektif baik bagi sumber maupun penerima.

2.1.3 Twitter sebagai alat berkampanye

“Earth Hour” Malang

Penggunaan media sosial saat ini berkembang dengan sangat pesat, dimana

penggunaan media sosial saat ini banyak tidak

CS R

E

M

E

E

F

Page 6: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

hanya sebagai alat untuk menjalin pertemanan, bersosialisasi dan mempromosikan suatu produk

(Jonie Bonnes, 2010), sekarang media sosial juga digunakan sebagai alat untuk berkampanye. Berkembangnya media sosial di kalangan

pebisnis ini menunjukan bahwa media sosial bisa digunakan sebagai alat promosi yang real time

dengan demikian para praktisi PR mengasumsikan bahwa media sosial mempunya i peranan penting dalam mempromosikan sebuah

informasi yang penting (How can social media monitoring assist in the planning of PR

campaigns?, 2009) Para praktisi PR semakin memanfaa tkan media sosial seperti blog, twitter dan youtube

untuk menyebarkan informasi lebih cepat serta memberikan pengaruh dengan jangkauan yang

luas, dan membangun sebuah rumor atau opini (Johna Burke, VP, BurrellesLuce, 2009). Hal ini lah yang membuat Earth Hour Malang

menggunaka media sosial twitter sebagai alat untuk berkampanye. Twitter digunakan Earth Hour Malang

untuk berkampanye karena menurut penelit ian yang dilakukan CNW pada tahun 2009, dampak

twitter di kancah media sosial dalam dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2009, hanya 39% dari para profesional komunikasi dilaporkan

menggunakan twitter dalam kehidupan profesional mereka. Pada tahun 2011,

penggunaan twitter telah melonjak menjadi 76% di antara kelompok ini. Penonton mereka, bagaimanapun, adalah hanya menggunakan

twitter 32% dari waktu ke waktu. Sementara ini masih kurang signifikan, menyoroti pertumbuhan

300% dalam dua tahun terakhir, naik dari 8% pada tahun 2009". Media sosial terus menjadi salah satu daerah yang paling cepat berkembang

dari profesi Public Relations, belum lagi topik hangat diskusi baik online dan off, " kata Laurie

Smith, Wakil Presiden, Kebudayaan dan Komunikasi di CNW. " Dua tahun adalah waktu yang lama di dunia online dan banyak yang telah

berubah. Kami sangat gembira untuk bermitra lagi dengan Leger Pemasaran untuk memerik sa

kembali hasil 2009 Media Social Reality Check dan melihat apa yang baru”. Dari hasil itulah Earth Hour Malang berharap agar kampanye yang

dilakukan di twitter ini mampu membuat responden untuk merubah gaya hidup yang lebih

ramah lingkungan.

2.1.4 Kampanye dan Opini Gaya Hidup yang

Lebih Ramah Lingkungan

Opini publik tidak terbentuk begitu saja melainkan melalui proses tertentu. Proses ini sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku

manusi baik secara individu maupun sebagai anggota kelompok terhadap suatu fenomena.

Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup

menurut (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup

dan menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time and money), menurut Kotler (2009) gaya hidup adalah pola

hidup seseorng di dunia diekspreskan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Assael (1984) menuturkan gaya hidup adalah

“A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), ehat they consider important in their environtment

(interest) and what they think of themeselves and the world arround them (opinions)”

Haryanto (2005) dalam penelitiannya

bahwa di dalam kajian literatur mengindikas ikan

tiga pendekatan untuk mengeksplorasi profil gaya hidup yaitu Pendekatan analitis dan sintesis,

Pendekatan Value and Lifestyle (VALS), dan Pendekatan Activities, Interests, and Opinions (AIO) (listyorini, 2012).

Pada dasarnya opini publik terbentuk dari hasil interaksi antara sikap-sikap individu dengan

keyakinanya masing-masing mengenai suatu persoalan yang ada di dalamnya terdapat kontroversi. Selain itu opini publik tidak berasal

dari satu pendapat perorangan saja, melainkan dari hasil diskusi suatu kelompok individu. Dalam

praktik kehumasan ada 3 cara untuk menciptakan opini publik yaitu:

1. Tekanan (presure)

2. Membeli (buying) 3. Bujukan atau persuasi (Persuasive)

Untuk memperoleh opini publik melalui tekanan (pressure) biasanya lebih banyak menggunakan pengaruh, baik secara individu

yang memunyai kewajiban atau kharisma pribadi maupun berdasarkan kekuasann jabatan atau

kekuatan tertentu. Sedangkan melalui buying atau sama saja dengan membeli suara alias menyogok dengan sejumlah uang (money politic) agar bisa

memperoleh dukungan, dan cara yang terakhir

Page 7: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

adalah melalui teknik persuasi yaitu dengan cara membujuk. Teknik persuasi ini digunakan untuk

mengubah opini publik yang bermusuhan dengan cara minimal adalah menetralisasi bahkan perlu direkayasa menjadi opini piblik yang

menguntungkan melalui PR Campaign atau the PR transfer percess.

Menurut Cutlip (Ruslan 2005, h. 51) ada pola atau tahapan dalam proses terjadinya opini publik yaitu:

a) Mengangkat kepermukaan suatu isu melalui agenda setting bekerja sama dengan pihak

pers, dan public relations bertindak sebagai power maker atau news maker dan bertindak sebagai sumber berita (source) serta makes

a publicity. b) Melemparkan isu atau topik tersebut

kemudian di perdebatkandan diupayakan mencari jalan keluar atau pemecahannya.

c) Mengarahkan atau menggiring isu atau

topik tersebut ke arah pemecahan yang dapat diterima oleh umum

Semua hal yang di atas bertujuan untuk

membentuk opini publik sesuai dengan keinginan komunikator. Kemudian opini tersebuat yang

sesuai dengan isu diangkat ke permukaan akan mempunyai akibat, yaitu bisa positif (bila diterima oleh masyarakat) atau menghadap i

resiko negatif yaitu di tolak oleh masyarakat. George Carslake Thompson dalam “The

Nature of Public Opinion“ (Sastropoetro 1990, h. 106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai

kondisi yang berbeda-beda, yaitu : a. Mereka dapat setuju terhadap fakta

yang ada atau mereka pun boleh tidak setuju.

b. Mereka dapat berbeda dalam

perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan.

c. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda.

Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro 1990, h. 41), opini adalah suatu ekspresi tentang

sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversia l,

yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Menurut Dan Nimmo (2001, h. 10) opini

adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretas i personal yang diturunkan dan turut membentuk

citra. Merril dan Lowestein berpendapat bahwa

tindakan mengungkapkan apa yang di percayai, dinilai, dan di harapkan seseorang dari objek-

objek dan situasi tertentu (Nimmo 2004, h. 12). Tindakan itu bisa merupakan pemberian suara, pernyataan verbal, dokumen tertulis, atau behkan

diam, singkatnya tindakan apa pun yang bermakna adalah ungkapan opini

Sementara William Albing mengemukakan bahwa opini itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontroversial atau

sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini

timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa

reaksi pertama dimana orang yang mempunya i perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari

kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertentangkannya (Sunarjo

1984, h. 31). Sedangkan pengertian publik menurut

Emory. S. Bagardus, adalah sejumlah orang yang

dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau setidak-

tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Sunarjo 1984, h. 20). John Dewey dalam The Publik and its Problem

mendefenisikan publik sebagai kelompok individual yang sama-sama terpengaruh oleh

suatu tindakan atau gagasan tertentu. Jadi, setiap persoalan, problem, atau kepentingan menciptakan publiknya sendiri (Djamaludd in

1994, h. 105). Menurut Bernard Berelson dalam

tulisannya berjudul “Communication and Public Opinion” mengemukakan bahwa dengan pendapat publik diartikan people’s response atau

jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak

acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasiona l,

kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok

etnik (Sastropoetro 1990, h. 55). Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya “Effective Public Relations”, opini publik adalah suatu hasil

penyatuan dari pendapat individu- individu tentang masalah umum (Sastropoetro 1990, h 52).

Hennessy menegaskan bahwa, pada setiap persoalan yang muncul, opini publik merupakan kumpulan pandangan yang terukur atau

tersimpulkan, yang dipegang oleh orang-orang

Page 8: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

yang menaruh kepentingan terhadap kepentingan tersebut (Djamaluddin 1994, h. 105).

Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun secara pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang

dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata-kata yang sangat halus dan

tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut-muka, simbol-simbol tertulis,

pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui

refrensi, nilai-nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan (Moore, H. Frazier 2005, h. 51). 2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan

berbagai konsep yang ada dalam perumusan masalah (Kriyantono 2010, h. 81). Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah

kampanye yang dilakukan oleh bagian humas Earth Hour Malang dengan menggunakan teori-teori yang dianggap relevan dengan penelit ian

ini serta konsep-konsep yang berhubungan dengan teori tersebut, teori-teori tersebut adalah

teori S-M-C-R-E (Source-Message-Receiver-Chanel-Effect), teori kognitif dan opini responden terhadap gaya hidup yang ramah

lingkungan. Humas atau PR berdasarkan tujuan

kegiatannya, yang dirumuskan oleh seorang praktisi Public Relationss, Dr. Carter McNamara (Iriantara 2005, h. 9) yaitu humas sebagai aktivitas

berkelanjutan untuk menjamin perusahaan memiliki citra yang kuat di mata publik. Definis i

tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya PR merupakan proses komunikasi kepada publik untuk menjalin relasi yang baik sehingga tercapai

tujuan untuk membangun, membina, dan menjaga citra yang positif atau reputasi baik.

Masalah yang sedang dihadapi oleh Earth Hour Malang yaitu kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Malang tentang gaya hidup yang

ramah lingkungan telah digalakkan oleh Earth Hour Malang namun kenyataannya masih banyak

respondeng yang tidak menerapkan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini didasari karena setiap masyarakat mempunyai tingkat kognitif

yang berbeda-beda, selain itu informasi yang diberitakan belum banyak diketahui oleh

masyarakat secara luas serta masih banyak informasi yang tidak tepat, hanya beberapa pihak yang mengetahui hal tersebut, oleh karena itu

Earth Hour Malang selaku pelaksana kampanye

Earth Hour melakukan pemberitahuan kepada publik melalui bagian Public Relations agar

publik mengetahui informasi yang lebih akurat. Public Relations melalui media sosial melakukan kampanye untuk mencari dukungan

dalam menyuarakan gaya hidup yang ramah lingkungan, kampanye yang dilakukan oleh Earth

Hour Malang adalah “Kampanye Earth Hour” kampanye ini bertujuan untuk memberitahukan bahwa kampanye earth hour bukan hanya

kampanye hemat energi yaitu dengan mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak

dipakai selama 1 jam, pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat. Namun Earth Hour mengajak semua pihak melakukan gaya hidup hemat energi yang

tidak hanya sekedar mematikan lampu. Melalui penjelasan di atas penelit i

mengaplikasikan masalah di atas dengan menggunakan teori S-M-C-R-E. Peneliti akan mengukur kredibilitas sumber, isi pesan, dan

media yang dijadikan sebagai indikator dari keefektivitas kampanye yang peneliti angkat. Sumber atau responden yang dibutuhkan harus

sudah paham dalam permasalahan ini. Karena jika sumbernya tidak paham akan permasalahan ini

dikhawatirkan berita yang ditampilkan tidak bisa diterima dengan baik oleh penerimanya. Disamping sumber yang telah paham mengena i

masalah ini adapun tahapan berikutnya yaitu isi pesan yang diberitakan menjadi salah satu faktor

penunjang dari keberhasilan komunikasi yang efektif. Isi pesan akan diterima baik jika didukung oleh media pendukungnya, karena jika

isi pesan yang disampaikan baik tetapi tidak adanya alat pembantu dalam penyampaian

informasi maka dirasa tidak akan efektif baik bagi sumber maupun penerima selain itu peneliti juga menggunakan teori kognitif sebagai teori

pendukung untuk melakukan penelitian ini mengingat dasar dari teori ini adalah mencoba

melihat apa yang terjadi diantara stimulus dan jawaban seseorang terhadap rangsangan tersebut. Atau dengan kata lain, bagaimana rangsangan

tersebut diproses dalam diri seseorang. Menurut teori kognitif, semua perilaku itu

tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition) yang kemudian

mamacaknya ke dalam susunan kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentukan

jawaban (response) seseorang. Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif ia merupakan representasi internal yang terjadi antara suatu

jawaban (response), dan yang bisa menyebabkan

Page 9: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

terjadinya jawaban. Seseorang mengetahui adanya stimulus kemudian memprosesnya ke

dalam kognisi, yang pada akhirnya kognisi ini menghasilkan dan menyebabkan jawabannya (respon).

Dalam penjelasan di atas terlihat bahwa opini yang nanti dihasilkan tergantung tingkatan

pemahaman seseorang dalam memahami permasalahan tersebut, selain itu media sosial (twitter) yang di gunakan oleh Earth Hour

Malang dalam melakukan kampanye juga mempengaruhi opini responden.

3.1 Metode dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan atau metodologi kuantitatif. Metodologi

penelitian kuantitatif digunakan dalam menelit i status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu

sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada waktu tertentu. Sehingga melalui metode ini diperoleh data dan informasi tentang gambaran suatu

fenomena, fakta, sifat serta hubungan fenomena tertentu secara komperehensif dan integra l. Dengan demikian pengulangan dalam penelit ian

kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan konsistensi atau reliabilitas data penelitian yang

ada (Sugiono 2003, h. 19). Metodologi penelitian kuantitatif adalah

penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-

bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitat if

adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses

pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan

hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.

Metodologi riset kuantitatif berdasarkan pendekatan positivisme (klasik/objektif)

(Kriyantono 2006,h. 51). Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan di luar kemauan mereka

sendiri (Kriyantono 2006, h. 54). Riset kuantiatif adalah riset yang menggambarkan atau

menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono 2006, h. 55). Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah survei dan

tipe penelitiannya eksplanatif. Metode survei adalah metode riset dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan

datanya (Kriyantono 2006, h. 59). Jenis survei ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi

tertentu terjadi atau apa yang menyebabkan terjadinya sesuatu. Dengan kata lain, penelit i

ingin menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel.

Jenis penelitian eksplanatif adalah jenis

penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan penjelasan apakah ada hubungan yang signifikan

antara dua variabel atau lebih (Sugiyono 2008, h. 11). Dalam penelitian eksplanatif, periset menghubungkan atau mencari sebab akibat antara

dua atau lebih konsep (variabel yang akan diteliti) (Kriyantono 2006, h. 69). Hal ini sesuai dengan

tujuan dalam penelitian ini yang ingin mengetahui bagaimana pengaruh tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour” melalui

“Twitter” terhadap opini responden terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

3.3 Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri dari dua variabe l,

yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Variabel bebas atau variabel pengaruh (X)

adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel

lainnya (Kriyantono 2006, h. 21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat kognitif responden yaitu

cara berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti: sikap,

kepercayaan, dan pengharapan, yang kemudian itu merupakan faktor yang menentukan di dalam perilaku dalam

memahami program kampanye Earth Hour. Dari pengertian diatas terdapat

empat aspek yang kemudian menjadi variabel-variabel yang terdiri dari indikator yang siap diukur, yaitu program

kampanye, tujuan dari program kampanye tersebut, visi dan misi dari kampenye

tersebut dan cara penyampaian pesan kampanye.

2. Variabel terikat atau variabel tergantung

(Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel ini disebut juga

kejadian, luaran, manfaat, efek atau dampak. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah opini responden

terhadap gaya hidup yang ramah lingkungan. Berdasarkan pendapat

Suratno dan Rusmiati (2001) opini gaya hidup terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dapat dioperasionalkan

menjadi skor setuju atau tidaknya

Page 10: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

responden terhadap program kampanye tersebut adalah skor pengakuan verbal

tentang penerapan atau tidaknya gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Opini responden terhadap gaya hidup yang lebih

ramah lingkungan ini kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator

yang diadopsi peneliti dari engel, et al (kriyantono 2007, h. 338) mengklasifikasikan gaya hidup menjadi

tiga indikator yaitu aktifitas, interes, dan opini. Pengakuan verbal. Berdasarkan

tulisan ruslan yang ada di bab 2 maka variabel X dioperasionalkan skor sebagai pernyataan responden tentang hal-hal

berikut Selanjutnya, untuk memudahkan pengukuran masing-masing konsep

dioperasionalkan sebagai berikut: 1. Pengaruh tingkat kognitif responden

terhadap kampanye Earth Hour (variabel X)

i. Tujuan (Indikator) Pengetahuan responden tentang tujuan dari program kampanye

“Earth Hour” (deskriptor) yaitu mengajak masyarakat untuk

mempunyai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

j. Sasaran (Indikator)

Program kampanye “Earth Hour” ini mempunyai sasaran kampanye

yaitu masyarakat yang mempunyai akun twitter (deskriptor).

k. Ruang lingkup (Indikator)

Program kampanye “Earth Hour” meliputi seluruh Negara di belahan

dunia hal ini dibuat oleh WWF agar seluruh penduduk dunia mempunyai gaya hidup yang lebih

ramah lingkungan. Namun di sini peneliti hanya memfokuskan pada

wilayah Malang (deskriptor). l. Jangka waktu (Indikator)

Pengetahuan responden tentang

jangka waktu Program kampanye “Earth Hour” (deskriptor) adalah

60 hari, yaitu 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah dan ditutup pada hari bumi 22 April.

m. Tema (Indikator) Pengetahuan responden tentang

topic-topik yang dibahas di dalam Program kampanye “Earth Hour” (deskriptor) yaitu tentang gaya

hidup yang lebih ramah lingkungan..

n. Efek (Indikator) Pengetahuan responden tentang apa yang dilakukan setelah

mendapatkan terpaan dari program kampanye “Earth Hour”

(deskriptor) agar masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

o. Sarana dan cara penyampaiannya (Indikator)

Pengetahuan responden tentang Program kampanye “Earth Hour” yang dilakukan melalui media

sosial khususnya twitter (deskriptor).

p. Visi Misi program kampanye “Earth Hour” (Indikator) Pengetahuan responden tentang

Visi dan Misi dalam program kampanye yang dilakukan oleh “Earth Hour” (deskriptor). Dan

berikut adalah visi dan misi Earth Hour Malang yang di dapat dari

hasil wawancara dengan saudari Hendita Khairina selaku coordinator earth hour malang pada

tanggal 7 juli 2014. Visi utama kampanye Earth Hour

Malang, yaitu :

4. Untuk melanjutkan target efisiens i energi dan perubahan gaya hidup di

Malang dengan konsumsi listr ik tinggi,

5. Berusaha mengaitkannya dengan

potensi sumber energi baru terbarukan yang lebih bersih dan

berdampak minimal pada lingkungan

6. Mengangkat dan memanc ing

semangat kepemimpinan pemerintahan dan korporasi untuk

secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi baru terbarukan

sebagai bagian dari kebijakan mereka.

Misi kampanye Earth Hour Malang,

yaitu :

Page 11: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

5. Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga, dan

pemerintahan Malang untuk ikut mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap

perubahan iklim 6. Mengajak dan mengedukas i

masyarakat mengenai pemanasan global dan apa yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjadi

bagian dari perubahan untuk mengurangi penggunaan emisi

mereka 7. Menjaring partisipasi korporasi

untuk mengomunikasikan EARTH

HOUR, baik staf mau pun jejaring eksternal untuk berkomitmen

mematikan lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam pengunaan energi

8. Terbentuknya kegiatan komunitas hijau masyarakat di Malang.

9. Dukungan dari makin banyak

pemimpin Daerah dan Kota di seluruh wilayah Indonesia,

Presiden, Menteri Lingkungan Hidup berupa perubahan kebijakannya terkait penghematan

energi. "Bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan

berpartisipasi di EARTH HOUR saja, tetapi harus terus dibuktikan setiap hari, dan diikuti dengan

mengubah gaya hidup ramah lingkungan lainnya, seperti:

mengendalikan penggunaan listr ik, hemat penggunaan kertas/tisu, aktivasi transportasi publik,

mengurangi potensi sampah/ melakukan pemilahan sampah, dan

lain-lain."

Skor tingkat kognitif responden terhadap kampanye “Earth Hour” akan diukur

menggunakan kuesioner yang menggunakan skala Likert, yaitu Sangat Setuju (4), Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1).

Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkategorian jawaban responden mengenai

tingkat koginitif ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus mencari interval sebagai berikut:

(nilai tertinggi) − (nilai terendah)

jumlah interval

2. Opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan (variabel Y).

Berdasarkan tulisan kriyantono yang ada

di bab 2 maka variabel Y dioperasionalkan skor sebagai

pernyataan responden tentang hal-hal berikut Selanjutnya, untuk memudahkan pengukuran masing-masing konsep

dioperasionalkan sebagai berikut a. Aktivitas (Indikator)

Sebuah kegiatan atau tindakan nyata untuk menghabiskan waktu (deskriptor). Kegiatan tersebut meliputi mematikan

barang elektronik yang tidak terpakai, menggunakan kain lap daripada tisu, dan

membawa tas belanja daripada memakai kantong kresek.

b. Interest (Indikator)

Minat responden untuk menngubah gaya hidup yang dulu menjadi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan

(deskriptor). c. Opini responden (Indikator)

Pendapat responden tentang gaya hidup yang ramah lingkungan (deskriptor).

Skor pengakuan verbal akan diukur

menggunakan kuesioner yang menggunakan Skala Likert, yaitu Sangat Setuju (4), Setuju (3),

Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkategorian jawaban responden mengenai

tingkat koginitif ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah

3.4.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan (Sugiyono 2007, h. 61). Populasi dari penelitian ini adalah follower dari twitter @EHMalang yang mendapatkan terpaan

atau yang pernah mengikuti kampanye “Earth Hour” di Twitter.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Earth Hour Malang diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini pada tanggal 20

April 2014 2.628 orang yang kemudian diambil 1500 follower, hal ini dilakukan peneliti karena

peneliti melihat bahwa adanya akun twitter yang tidak berhubungan dengan penelitian ini, karena hal ini lah peneliti kemudian membuat karateristik

- karateristik yang dibuat untuk memudahkan

Page 12: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

penelitian ini, karateristik penelitian adalah sebagai berikut.

a. Mempunyai akun twitter. b. Merupakan followers aktif (membuka

twitter lebih dari 3x dalam sehari) dari

akun twitter @EHMalang. c. Berdomisili di Malang karena target

sasaran dari EH Malang adalah masyarakat Malang.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono 2007, h. 62). Maka peneliti akan mengambil sebagian dari 1.500 follower dari twitter

@EHMalang untuk dijadikan sampel penelitian. 1) Metode Penentuan Jumlah Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan untuk

menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya (Kriyanto, 2007, h. 164). Rumusnya adalah:

𝒏 =𝑵

𝟏 +𝑵𝒆𝟐

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran popuplasi

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, misalnya 2%, kemudian e ini

dikuadratkan. Batas kesalahan yang ditolerir ini bagi setiap populasi tidak sama. Ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,

5% atau 10% (Kriyantono, 2007:164) Maka, jumlah sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini dengan presisi 5% adalah: 𝑛 =1500

1+(1500 .5% )2 = 300

2) Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-

kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset (Kriyantono 2006, h. 158). Kriteria

responden dalam penelitian ini adalah follower aktif twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang.

3.4 Jenis Data

3.5.1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di

lapangan (Kriyantono 2006, h. 41). Data primer dalam penelitian ini adalah data-data atau

jawaban responden yang dihimpun dari penyebaran kuesioner. Kuesioner adalah daftar

pernyataan yang harus diisi oleh responden (Kriyantono 2006, h. 97).

3.5.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh

dari sumber kedua atau sumber sekunder (Kriyantono 2006, h. 42). Data sekunder dalam penelitian ini ada dua, yaitu data follower dari

twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini.

Serta hasil wawancara dengan saudari Hendita Khairina selaku koordinator dari Earth Hour kota Malang yang memberikan informasi mengenai

program kampanye Earth Hour Malang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat langsung dari objek dan dalam penelitian ini didapat melalui kuesioner yang

disebarkan pada tanggal 7 Juni 2014 di Balai Kota Malang ketika “Earth Hour Malang”

mengadakan acara pemilihan Putra Putri Hemat Energi (PPHE). Selanjutnya kuesioner disebarkan melalui internet dengan alamat link

https://docs.google.com/forms/d/1_7_lLDWkqmCNG327fhnhRbcX4yulBa1_-gJ-

kDsQXVU/viewform?usp=send_form. Kemudian langkah terakhir, kuesioner disebar pada tanggal 8 juni 2014 di acara “Car Free Day.”

Sedangkan data sekunder merupakan data yang berkaitan dengan penelitian ini seperti catatan

mengenai follower dari twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang.

Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dalam bentuk skala untuk mengukur

sikap yang lebih dikenal dengan skala Likert. Metode ini merupakan alat pengumpul data yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dari objek penelitian sebagai bentuk

respon (Nazir, 2005). Alasan penelit i menggunakan kuesioner, sebagaimana diungkapkan oleh Hadi (1996), yaitu:

1. Objek adalah orang yang tahu tentang dirinya sendiri,

2. Pernyataan-pernyataan objek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya,

Page 13: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

3. Interpretasi objek terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan

kepadanya adalah sama dengan peneliti.

Cara kuesioner disebarkan yaitu dengan

bekerja sama dengan EH Malang dalam berbagai acara yang dilakukan oleh pihak EH Malang,

selain itu peneliti juga menyebarkan di CFD (Car Free Day) dimana EH Malang juga melakukan kampanye di CFD.

3.5 Uji Instrumen (Kuesioner)

3.5.1 Uji Validitas Validitas dimaksudkan untuk menyatakan

sejauh mana instrumen (misalnya kuesioner) akan

mengukur apa yang ingin diukur (Kriyantono, 2006, h. 143). Suatu kuesioner dikatakan valid

apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji coba skala tingkat kognitif

pada program kampanye “Earth Hour Malang” dilaksanakan pada tanggal 1-2 Juni 2014 dan diberikan kepada 30 anggota komunitas “Earth

Hour Malang” dengan karakteristik sama dengan subjek yang sesungguhnya.

Dalam penelitian ini, uji validitas akan dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Instrumen

bisa dikatakan valid jika item pertanyaan memiliki koefisien korelasi yang positif, lebih

besar dari 0.30, dan p-value hasil analisis kurang dari α = 0,05. Atau dengan kata lain terdapat korelasi yang signifikan antara item pertanyaan

dengan nilai totalnya. Sebaliknya, jika hasil analisis didapatkan nilai korelasi kurang dari 0,30

dan signifikansi lebih besar daripada α = 0.05, bisa dipastikan bahwa item pertanyaan tersebut tidak valid dan tidak diikutkan dalam analisis

berikutnya (Azwar, 2009, h. 25). Berikut hasil pengujian validitas instrumen dengan

menggunakan bantuan software SPSS 16 for windows dengan taraf signifikansi 5%. 3.5.2. Uji Reliabilitas

3.6 Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Dengan kata lain, suatu alat ukur

memiliki reliabilitas bila hasil pengukurannya relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali oleh peneliti yang sama

atau oleh peneliti lainnya (Kriyantono, 2006, h. 144). Dalam penjian reliabilitas dalam penelit ian

ini rnenggunakan koefisien-𝝰 (Cronbach Alpha). Nilai Cronbach Alpha selanjutnya dievaluas i,

apabila r-Alpha > 0.60, maka alat ukur dinyatakan reliabel, atau dapat dikatakan bahwa hasil

pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada waktu berlainan.

Sebaliknya, apabila r-Alpha < 0.60, maka alat ukur dinyatakan tidak reliabel (Santoso, 2002, h. 270). Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data dalam penelitian kuantitat if merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden terkumpul (Sugiyono, 2008, h. 206). Kegiatan dalam analisis data adalah:

1. Mengelompokkan data

berdasarkan variabel. 2. Mentabulasi data berdasarkan

variabel dari seluruh responden, kemudian dihitung mean skor-nya

3. Mean skor masing-mas ing

variabel dimasukan ke rumus statistik untuk dihitung agar dapat

mengetahui apakah hipotesis terbukti atau tidak

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif ini dimaksudkan untuk mengetahui distribus i frekuensi jawaban responden dari hasil kuesioner

yang telah disampaikan ke responden. Kegunaan dari distribusi frekuensi adalah membantu penelit i

untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuens i dari data penelitian (Kriyantono, 2006, h. 169).

3.6.2 Analisis Regresi Analisis regresi dilakukan jika korelasi

antara dua variabel mempunyai hubungan kausal (sebab-akibat) atau hubungan fungsiona l. Menurut Mustikoweni (2002, h. 1) regresi

ditujukan untuk mencari bentuk hubungan dua variabel atau lebih dalam bentuk fungsi atau

persamaan sedangkan analisis korelasi berrtujuan untuk mencari derajat keeratan hubungan dua variabel atau lebih.

Teknik regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana.

Teknik ini digunakan jika terdapat data dari dua variabel riset yang sudah diketahui yang maa variabel bebas X dan yang mana varibel terikat Y

sedangkan nilai-nilai Y lainnya dapat dihitung atau diprediksi berdasarkan suatu nilai X tertentu

(Kriyantono, 2007:184). Rumusnya adalah sebagai berikut (Kriyantono 2007, h. 184):

𝒀 = 𝒂 + 𝒃𝒙

Di mana:

Y = Variabel terikat X = Variabel Bebas a = nilai intercept (konstan)

b = koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau penurunan variabel

Page 14: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

dipenden yang didasarkan pda variabel independen.

Sedangkan untuk melakukan perhitungan tersebut, penulis menggunakan program SPSS 16.00 for windows. Sebelum data dapat dianalis is

dengan menggunakan teknik analisis tersebut, dipersyaratkan adanya 4 asumsi yang harus

terpenuhi, yaitu asumsi normalitas, linierita s, autokorelasi, dan heteroskedastisitas (Ghozali, 2011, h. 56).

a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah kedua variabel berdistribus i normal atau tidak. Jika p > 0,05 maka sebarannya dinyatakan normal. Sedangkan jika p < 0,05 maka

sebarannya dinyatakan tidak normal. Uji normalitas menggunakan 1-Sample K-S

(Kolmogorov Smirnov) dengan bantuan program SPSS 16 for Windows.

b) Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji linieritas sebagai salah satu syarat yang baik sebagai sebuah data penelitian yang akan diuji

dan agar makna kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran. Pedoman yang

digunakan dengan nilai signifikansi F, jika nilai F kurang dari 0,05 (sig<0,05) maka hubungan antar kedua variabel tersebut linier (membentuk garis

lurus), namun jika F lebih dari 0,05 (sig>0,05) maka hubungan antar kedua variabel tersebut

tidak linier (tidak membentuk garis lurus). c) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu atau residual pada periode tertentu

dengan variabel pengganggu atau residual periode sebelumnya. Pada penelitian ini uji autokorelas i menggunakan statistik Durbin-Watson.

d) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik. Heterokedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua

pengamatan pada model regresi. Pada penelit ian ini uji asumsi heterokedastisitas dilakukan dengan

menggunakan scatter plot antara nilai prediksi variabel Y dengan Studentized Residual 4.6.Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskripsi variabel betujuan untuk melihat distibutif frekuensi dari tiap-

tiap jawaban responden terhadap skala yang disebarkan untuk mengetahui gambaran tingkat kognitif responden pada program

kampanye “Earth Hour Malang” melalui

“Twitter” dan gambaran opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah

lingkungan. Berikut uraian mengena i deskripsi variabel penelitian baik variabel bebas dan variabel terikat. Dengan

menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows, diperoleh gambaran umum

mengenai tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” dan variabel opini responden

tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan sebagai berikut :

Tabel 4.6.1 Gambaran Umum Mengenai

Variabel tingkat kognitif responden pada

program kampanye “Earth Hour Malang”

melalui “twitter” dan variabel opini

responden tentang gaya hidup yang lebih

ramah lingkungan

Variabel Deskriptif Empirik

X

Minimum 23

Maksimum 92

Mean 71,373

Std.

Deviasi 9,425

Y

Minimum 11

Maksimum 44

Mean 35,79

Std. Deviasi

4,038

Skor hipotetik diperoleh dengan cara penghitugan secara manual. Variabel tingkat kognitif responden pada program

kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” tersusun atas 23 item pertanyaan

dengan skor terendah untuk pilihan jawaban adalah 1 dan skor tertinggi untuk jawaban adalah 4. Sehingga, diperoleh nilai terendah

dari variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan 1 × 23 =

23 dan nilai tertinggi sebesar 4 × 23 = 92. Rentang jarak hipotetik atau luas jarak sebarannya adalah 92-23=69. Dengan

demikian, setiap satuan deviasi standarnya bernilai SD = 69 / 299 = 0,231 dan rata-rata

(mean) hipotetiknya sebesar μ = 69-0,231= 68,769

Dari skor empirik dan hipotetik

tersebut, maka diperoleh gambaran mengena i Variabel tingkat kognitif responden pada

program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” dan variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah

Page 15: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

lingkungan. Objek penelitian (responden) digolongkan dalam tiga kategori pada masing-

masing variabel. Kriteria pengkategor ian mengacu pada norma oleh Azwar yang dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 4.6.2. Norma Pengkategorian

Responden

Kategori Daerah Keputusan

Rendah X < (μ – 1SD)

Sedang (μ – 1SD) ≤ X < (μ + 1SD)

Tinggi (μ + 1SD) ≤ X

Berdasarkan norma tersebut, untuk

setiap variabel penelitian yakni Variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui

“twitter” dan variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan

dengan jumlah objek penelitian sebanyak 300 orang, diperoleh hasil pengkategorian sebagai berikut :

. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana, dapat dijelaskan bahwa tingkat kognitif

responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) memilik i

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan (Y). Model regresi yang

didapatkan berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut :

Y = 17,065 + 0,262 X + e dimana : Y : opini responden tentang gaya

hidup yang lebih ramah lingkungan X : tingkat kognitif responden pada

program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” e : error

Berdasarkan pada model regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa Variabel tingkat kognitif

responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) memilik i koefisien regresi sebesar 0,262. Koefisien yang

positif mengindikasikan bahwa variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye

“Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) memiliki pengaruh yang positif terhadap opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah

lingkungan (Y). Semakin tinggi tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour

Malang” melalui “Twitter” , maka opini

responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan akan semakin baik. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter”, akan berdampak pada menurunnya

opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

Opini reponden tentang gaya hidup yang ramah lingkungan sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu sumber (source) yang memberikan

informasi dimana earth hour Malang menjadi sumber dari pesan (message) yang disampaikan

hendita selaku koordinator earth hour Malang mengatakan bahwa sudah saatnya kita sebagai warga malang mulai hidup dengan gaya yang

lebih ramah lingkungan, dengan cara mematikan energi yang tidak terpakai salah satunya lampu,

yang dipublikasikan melalui media (channel) twitter dengan jumlah followers sebanyak 1500 responden dimana mereka berharap bahwa

followers earth hour malang yang sekaligus menjadi penerima (receiver) isi pesan tersebut dapat mengakibatkan (effect) opini mereka

tentang opini gaya hidup yang lebih ramah lingungan menjadi nyata atau bisa terwujud

seperti yang diharapkan oleh earth hour Malang. Selain itu opini yang terbentuk juga

dipengaruhi oleh tingkat kognitif seseorang.

Dimana hal ini di dukung oleh teori kognitif yang di kemukakan oleh Greenwald (1968) dan Petty,

Ostrom & Brack (1981) dalam Baron & Byme (1991) yang memusatkan perhatiannya pada analisis respons kognitif, yaitu suatu usaha untuk

memahami apa yang difikirkan orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus persuasive, dan

bagaimana fikiran serta proses kognitif menetukan apakah mereka mengalami perubahan sikap & sejauh mana perubahan itu terjadi”

(Azwar 1997, h. 18). Oleh karna itu earth hour Malang memberikan stimulus berupa program

kampanye yang dilakukan di twitter agar para follower-nya mau mengikuti isi program kampanye tersebut yaitu mengikuti gaya hidup

yang lebih ramah lingkungan. Opini merupakan tujuan dari diadakannya program kampanye ini.

Namun dalam menentukan tingkat pengetahuan mereka tentang Earth Hour ada beberapa aspek yang ditentukan agar pengetahuan

mereka tentang earth hour bisa bertambah yaitu: Tujuan, Sasaran, Ruang lingkup, Jangka waktu,

Tema, Efek, Sarana, Visi dan Misi sehingga dari beberapa aspek tersebut dapat diukur tingkat pengetahuan mereka tentang program kampanye

tersebut.

Page 16: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti kepada follower akun twitter @EHMalang yang bertempat tinggal di

Kota Malang, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang positif sebesar 0,262 antara tingkat kognitif responden pada program

kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” terhadap opini responden tentang gaya

hidup yang lebih ramah lingkungan, dimana dalam hal tersebut tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour” melalui

Twitter para responden berada pada katori tinggi yaitu sebesar 69,33% atau sebanyak 208

responden dari 300 responden, sedangkan untuk opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan para responden juga berada pada

katori tinggi yaitu sebesar 78,67% atau sebanyak 236 responden dari 300 responden.

Dari deskriptif objek penelitian, diketahui responden di malang mempunyai tingkat kognitif yang tinggi dalam memahami kampanye earth

hour yang diadakan oleh earth hour malang melalui twitter. Serta responden di Malang juga

mempunyai opini responden yang tinggi terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. 5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Penelitian Selanjutnya

1. Menggali lebih dalam mengenai objek

penelitian sehingga hasil penelitian bisa lebih mendalam dan valid.

2. Menggunakan alat ukur yang bervariasi

sehingga bisa diketahui alat ukur mana yang lebih valid dan reliabel.

3. Waktu penelitian yang panjang sehingga bisa mempersiapkan penelitian dengan lengkap dan detil.

5.2.2 Saran untuk Earth Hour Malang

Berdasar pada hasil penelitian ini, diketahui

bahwa tingkat kognitif berpengaruh dalam mempengaruhi responden dalam kampanye yang dilakukan earth hour Malang selain itu Penelit i

memberi saran untuk Earth Hour Malang yaitu agar pihak Earth Hour Malang lebih memperluas

jangkauan kampanye, hingga diharapkan seluruh lapisan masyarakat di Kota Malang khususnya dapat mendapatkan terpaan kampanye Earth Hour

Malang.

DAFTAR PUSTAKA

A. JURNAL

Baumgarten, C. (2011). nonprofit organizations

use twitter for dialogic

communication. The elon journal of

undergraduate research in

communications, 2 (2), 5.

Engel, J. F., R.D. Blackwell and P.W. Miniard.

(1995). consumer behaviour. The

Dryden Press, 8, 449 – 455.

James, D.N. (2007). Framing Public Opinion in

Competitive Democracies. The

American Political Science Review,

101 (4), 637-655.

Jones, J. (2010). human resource consultant

Sample social media policy, legal

consultant. Social media as a tool For

tennessee Municipalities Bonnie jones.

Listyorini, Sari. (2012). Jurnal Administrasi

Bisnis 1(I),14

Marlena, Hj (2013). Strategi komunikasi

persuasif perkumpulan keluarga

berencana indonesia (pkbi) dalam

penanggulangan bahaya hiv aids

dikalangan remaja samarinda. e-Jurnal

ilmu Komunikasi Fisip Unmul

Potter, J. (2004). argument for the need for a

cognitive theory of media

literacy. The american behavioral

scientist 48 (2) , 266-272.

Situmorang, J. (2012). Jurnal administrasi bisnis

8 (1), 73-87

Mustikoweni, (2002). Regresi dan Korelasi,

Makalah Penataran Penelitian dan

Statistik, Kopertis VII

Page 17: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

B. BUKU

Allen, J. H & Denton, Robert. E. Jr. (2010).

Communicator in chief; how barack

obama used new media technology to

win the white house. Estover road,

United Kingdom:lexington books

Antar Venus, drs, m.a. (2009). Manajemen

kampanye. Bandung:simbiosa

rekatama media

Assael, Henry. (1984). Consumer Behavior and

Marketing Action. Secon Edition.

California: Kent Publishing co.

Azwar, Dr. Saifuddin. (1997). Sikap manusia

teori dan pengukurannya.

Yogyakarta:pustaka belajar.

Azwar, Dr. Saifuddin. (2009). Sikap Manusia;

Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Djamaluddin, Dedi Malik dan Yosal. (1994).

Komunikasi Persuasif. Bandung:

remaja rosdakarya.

Dra. Djoenaesih S. Sunarjo. (1984). Opini

publik. Yogyakarta: Liberty

Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu

Komunikasi: Teori dan praktek .

Bandung: remaja rosda karya.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang:BP Universitas Diponegoro

Ghozzali, I, Prof, Dr, M. Com, MPM, Akt,

(2011). Ekonomitrika, (3nd ed.)

Canada:john Wiley & Sons Inc.

Gregory, A. (2004). Perencanaan dan

manejemen kampanye public

relations, 120 pentonville road,

London: Erlangga

Helena Olii (2007). Opini Publik. Jakarta: Indeks

Iriantara, Yosal. (2005) Media relations konsep

pendekatan, dan praktik.

Bandung: simbiosa rekatama media.

Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. (2003). Public

relations, (5 th ed.) Jakarta: Erlangga

Jefkins, Frank. (1992). Public relations (4th ed).

Jakarta:Erlangga.

Jefkins, Frank. (1998). Public Relations (4th ed.)

Jakarta: Erlangga.

Kanter, B., Fine, A., & Zuckerberg, R. (2010).

The networked nonprofit: Connecting

with social media to drive change. San

Francisco, CA: Jossey-Bass

Kotler, P and Keller, KL. (2009). Marketing

management. (13th Edition). Upper

Saddle River, New Jersey: Prentice

Hall.

Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran

(2nd ed Milinium). Jakarta: .

Prenhallindo

Kriyantono, Rachmat. (2006) Teknik praktik

riset dan komunikasi. Jakarta:kencana

prenada media group.

Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta:Kencana Prenada

Media Group.

Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi serba ada

serba makna. Jakarta:Kencana.

Moore, Frazier.(2005). Humas:membangun citra

dengan komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Nazir. 2005. ”Metode Penelitian”. Bogor: Ghalia Indonesia

Nimmo, Dan. (2001). Komunikasi politik.

Bandung:Remaja Rosdakarya

Page 18: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

Nimmo, Dan. (2004). Komunikasi politik

khalayak dan efek,. Bandung: .

Remaja Rosdakarya,

Rachmadi, F. (1992). Public Relations dalam

Teori dan Praktek. Jakarta: . Gramedia

Pustaka Utama.

Rifai,A, dan Catharina, A,T. (2009). Psikologi

pendidikan. Semarang:unnes press.

Ruslan, Rosadi. (1999). Manajemen Humas dan

Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi,

Jakarta: . Raja Grafindo Persada

Ruslan, Rosady. (2001). Etika Kehumasan,

Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : Raja

Grafindo Persada.

Ruslan, Rosady. (2005). Kiat & Strategi

Kampanye Public Relations (4th).

Jakarta: raja grafindo persada.

Ruslan, Rosady. (2008). Manajemen public

relations & media

komunikasi:konsepsi dan aplikasi.

Jakarta:rajawali pers.

Ruslan, Rosady. (2006) Metode penelitian public

relations dan komunikasi.

Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Santoso, Singgih. (2002). Buku Latihan SPPSS

Statistik Multivariat. Jakarta: Elex

Media Komputindo.

Sastropoetro, Santoso, (1990). Komunikasi

sosial. Bandung: .remaja rosdakarya.

Smith, E. E. Atkinson, R. L. Hilgard, E. R.

(2003). Introduction to psychology,

Universitas Michigan:wadworth

thomson learning

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. (2003). Statistik untuk

Penelitian.Bandung:alfabeta.

Sugiyono. (2007). “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan RAD.

Bandung:Alfabeta.

Sunarjo, Djoenaesih S. (1984). Opini Publik.

Yogyakarta: Liberty.

Sutrisno Hadi. (1996). Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset.

Walgito bimo. (2004). Pengantar psikologi

umum. Yogyakarta: andi

Yulianita, Neni. (2007). Dasar dasar public

relations. Bandung:pusat penerbitan

universitas

C. INTERNET

Alamendah. (2012). Mengenal earth hour.

Diakses pada tanggal 23 Mei 2014,

dari

http://alamendah.org/2012/03/12/meng

enal-earth-hour/

Bagus, Sihnu. (2011, 10 November ). Psikologi

kognitif. Pesan ditulis di http://all-about-

theory.blogspot.com.

Cerita mengenai earth hour di dunia. (2010).

Diakses pada tanggal 25 Mei 2014,

dari

http://lifestyle.kompasiana.com/catata

n/2014/04/10/12-cerita-mengenai-

earth-hour-di-dunia-646096.html

Earth hour kampanye green capitalism. (2013).

Diakses pada tanggal 25 Mei 2014,

dari http://anarkis.org/earth-hour-

kampanye-green-capitalism/

Page 19: Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

Frequently Asked Questions. (2013) . Diakses

pada tanggal 25 Mei 2014 dari

http://earthhour.wwf.or.id/

Gairah kampanye earth hour 2014 di kota

Malang. (2014). Diakses pada tanggal

25 Mei 2014 dari

http://display.ub.ac.id/ .

Keisla, Ayma. (2013).Perilaku individu dalam

organisasi. Diakses pada tanggal 3

februari 2014, dari

http://aymakeislaaa.blogspot.com/201

3/09/perilaku- individu-dalam-

organisasi.html?m=1

Khazanah, U. (2013). Teori kognitif (part I).

Diakses pada tanggal 29 Januari 2014,

dari http://psikologi.or.id/psikologi-

kognitif/teori-kognitif-part-i.htm

Psikologi pendidikan. (n.d). Diakses tanggal 30

Januari 2014, dari

http://moshimoshi.netne.net/materi/psi

kologi_pendidikan/bab_8.htm

Rachmatunisa. (2010). Asal ususl earth hour.

Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, dari

http://techno.okezone.com/read/2010/

03/26/56/316378/asal-usul-earth-hour

Teori belajar kognitif (n.d). Diakses tanggal 30

Januari 2014, dari http://bappeda

Annonymous.

Yesicha, chelsy, S,Sos, M.I.Kom. (2012).

Diakses pada tanggal 3 februari 2014,

dari

http://chelsyyesicha.staff.unri.ac.id/file

s/2012/03/OP1.pdf.