Page 1
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tinjauan Tentang Identifikasi Bakteri
Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu
dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Nalole, 2014). Identifikasi
adalah penentu atau penetapan identitas orang, benda, dan sebagainya. Pengertian
identifikasi secara umum merupakan memberikan tanda yang sesuai golongan
pada benda, barang, atau sesuatu, dengan tujuan membedakan komponen yang
satu dengan yang lainnya (KBBI, 2012).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa identifikasi adalah penempatan atau penentu identitas seseorang atau benda
pada suatu saat tertentu.
2.1.2 Tinjauan tentang Uji Identifikasi Bakteri
1) Uji Morfologi Bakteri
Uji morfologi bakteri dilakukan dengan cara pengamatan makroskopis bakteri
dimulai dari sterilisasi alat dan bahan, pembuatan media biakan bakteri,
pemurnian bakteri, dan pengamatan makroskopis langsung (Fitri & Yasmin,
2011).
2) Uji Fisiologis Bakteri (Pewarnaan Gram)
Uji fisiologis bakteri dilakukan dengan metode pewarnaan gram. Pembuatan
preparat dengan metode pewarnaan gram dilakukan melalui dua tahap yaitu
Page 2
8
membuat biakan bakteri dan melakukan pewarnaan gram terhadap isolat
bakteri (Fitri & Yasmin, 2011).
3) Uji Biokimia
Uji biokimia dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisiologis koloni bakteri
hasil isolasi. Biokimia bakteri berkaitan dengan proses metabolisme sel bakteri.
Identifikasi bakteri tidak dapat dilakukan dengan mengetahui sifat mofologinya
saja, namun harus mengetahui sifat fisiologis bakteri juga. Sifat fisiologis
bakteri sangat penting diketahui apabila melakukan identifikasi bakteri karena
sifat moroflogis bakteri dapat tampak serupa bahkan tidak dikenal sehingga
dengan melakukan uji biokimia terhadap koloni bakteri dapat mengetahui sifat
dan menentukan spesies bakteri. Uji biokimia yang dilakukan menggunakan
reagen test (Handayani, Ekowati, & Pakpahan, 2013).
a) Uji Indol
Uji indol berfungsi untuk mengetahui apakah bakteri memiliki enzim
triptophanase sehingga bakteri tersebut mampu mengoksidasi asam amino
triptophan membentuk indol. Adanya indol dapat diketahui dengan
penambahan reagen Ehrlich/Kovac’s yang berisi paradimetil amino
bensaldehid. Hasil uji indol dapat diketahui negatif (-) ditandai dengan tidak
adanya bentukan berwarna merah seperti lapisan cincin di permukaan biakan.
Apabila positif (+) ditandai dengan adanya bentukan berwarna merah seperti
lapisan cincin di permukaan biakan bakteri, dapat diartikan bahwa sumber
karbon berasal dari triptophan yang membentuk indol (Lumantouw,
Rondonuwu, & Singkoh, 2013).
Page 3
9
b) Uji Methyl Red (MR)
Uji MR berfungsi untuk mengatahui ada tidaknya fermentasi asam campuran
(metilen glikon) pada koloni bakteri. Hasil uji MR dapat diketahui negatif (-)
ditandai dengan setelah penambahan methyl red, media tidak mengalami
perubahan warna menjadi merah. Apabila positif (+) ditandai dengan setelah
penambahan methyl red, media mengalami perubahan warna menjadi merah,
dapat diartikan bahwa asam campuran (metilen glikon) dihasilkan oleh bakteri
melalui proses fermentasi glukosa pada media methyl red (Rahayu & Gumilar,
2017).
c) Uji Voges-Prokauer (VP)
Uji VP berfungsi untuk mengetahui hasil fermentasi glukosa membentuk
(asetoin) asetil metil karbinol. Hasil uji VP dapat diketahui negatif (-) ditandai
dengan setelah media ditambahkan reagen a napthol dan KOH tidak
mengalami perubahan warna menjadi merah. Apabila positif (+) ditandai
dengan setelah media ditambahkan reagen a napthol dan KOH mengalami
perubahan warna menjadi merah, dapat diartikan bahwa hasil fermentasi
glukosa dapat membentuk (asetoin) asetil metil karbinol (Antriana, 2014).
d) Uji Citrat
Uji citrat berfungsi untuk mengetahui sumber karbon bakteri menggunakan
sitrat atau tidak menggunakan sitrat. Hasil uji citrat dapat diketahui negatif (-)
ditandai dengan media bakteri tidak mengalami perubahan warna dari hijau
menjadi warna biru. Apabila positif (+) ditandai dengan media bakteri
Page 4
10
mengalami perubahan warna dari hijau menjadi biru, dapat diartikan bahwa
salah satu sumber karbon bakteri menggunakan sitrat (Ummamie et al., 2017).
e) Uji Motilitas
Uji motilitas berfungsi untuk mengetahui gerak. Hasil uji motilitas dapat
diketahui negatif (-) ditandai dengan pada bekas tusukan inokulasi saja terdapat
bentukan warna putih sepeti akar yang menyebar. Apabila positif (+) ditandai
dengan disekitar inokulasi terdapat bentukan warna putih seperti akar yang
menyebar, dapat diartikan bahwa bakteri yang diinokulasi memiliki flagel
sehingga dapat melakukan pergerakan (Handayani et al., 2013).
f) Uji Urease
Uji urease berfungsi untuk mengetahui kandungan enzim urease apda bakteri
sehingga dapat menguraikan urea membentuk amoniak. Hasil uji urease dapat
diketahui negatif (-) ditandai dengan pada media tidak mengalami perubahan
warna menjadi warna merah jambu atau pink. Apabila positif (+) ditandai
dengan pada media mengalami perubahan warna menjadi wana merah jambu
atau pink, dapat diartikn bahwa bakteri memiliki enzim urease sehingga dapat
memecah urea membentuk amoniak (Antriana, 2014).
g) Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Uji TSIA berfungsi untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam fermentasi
karbohidrat (glukosa, laktosa, dan sukrosa). Hasil uji TSIA dapat diketahui
bakteri dapat memfermentasi glukosa saja ditandai dengan warna kuning
(asam) pada dasar media dan berwarna merah pada lereng (basa) Alk/A atau
Alkali/Acid. Apabila bakteri dpaat memfermentasi semua karbohidrat ditandai
Page 5
11
dengan warna kuning pada dasar media (asam) dan berwarna kuning juga pada
lereng media (asam) A/A atau Acid/Acid. Apabila bakteri tidak dapat
memfermentasi semua karbohidrat ditandai dengan warna merah pada dasar
media (basa) dan berwarna merah juga pada lereng media (basa) Alk/Alk atau
Alkali/Alkali (Anggraini, Aliza, & Mellisa, 2016).
h) Uji Produksi H2S dan Gas
Hasil uji H2S dan Gas terhadap isolat bakteri menunjukkan sebagian kecil
isolat bakteri dapat mereaksikan Fe menjadi FeS yang berwarna hitam atau
terjadi kehitaman karena pembentukan metal sulfide (H2S +) yaitu: MZ-3, CS-
2, dan CS-4. Pengujian hydrogen sulfide (H2S) dilakukan untuk mengamati
kemampuan bakteri dalam mengubah asam amino alanine dan H2S, sedangkan
isolat bakteri yang tidak dapat mereaksikan Fe menjadi FeS yang ditunjukkan
dengan tidak adanya warna hitam atau kehitaman (Lumantouw et al., 2013).
i) Uji Katalase
Uji katalase berfungsi untuk mengetahui mampu atau tidaknya bakteri
memproduksi enzim katalase. Hasil uji katalase positif ditunjukkan dengan
adanya gelembung udara setelah bakteri ditetesi larutan H2O2 (katalase +)
(Handayani et al., 2013).
j) Uji Lysine
Uji Lysine berfungsi untuk mengetahui kemampuan bakteri mendekarboksilase
lysine membentuk amin kadaverin (basa). Hasil uji lysine positif ditandai
dengan perubahan warna dari coklat menjadi warna ungu pada indikator
Page 6
12
bromkresol ungu. Apabila negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan
warna pada indikator bromkresol ungu (Anggraini et al., 2016).
Pada pengujian yang lengkap untuk determinasi bakteri, hasil-hasil pengujian
dimasukkan dalam daftar pengamatan yang disebut Discriptive chart dan
disesuaikan dengan buku pedoman Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology. Buku tersebut memuat semua sifat-sifat bakteri yang telah dikenal.
2.1.3 Tinjauan Tentang Lindi
2.1.3.1 Definisi Lindi
Lindi (leachate) adalah cairan yang meresap melalui sampah atau cairan
yang melewati landfill dan bercampur serta tersuspensi dengan zat-zat atau
materi yang ada dalam tempat penimbunan (landfill) tersebut. Cairan dalam
landfill merupakan hasil dari dekomposisi sampah dan cairan yang masuk ke
tempat pembuangan seperti aliran atau drainase permukaan, air hujan dan air
tanah. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air, baik air tanah
maupun permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik (Hadiwidodo et al.,
2012).
2.1.3.2 Mekanisme Pembentukan Lindi
Proses adanya lindi dapat terjadi karena dua hal, yaitu cairan yang berasal
dari sampah itu sendiri dan cairan yang berasal dari luar, terutama dari air
hujan yang jatuh ke lokasi penimbunan sampah. Cairan tersebut kemudian akan
mengisi rongga-rongga pada sampah dan bila kapasitasnya sudah melebihi
kapasitas tekanan air dari sampah, maka cairan tersebut akan keluar sebagai
cairan lindi. Hasil dari proses tersebut maka lindi biasanya mengandung bahan-
Page 7
13
bahan organik terlarut serta ion-ion anorganik dalam konsentrasi tinggi (Yusuf,
Marsudi, & Friadi, 2015).
Proses dekomposisi terjadinya lindi yaitu pada saat penumpukan sampah
yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, biologis, dan kimia pada
sampah. Proses yang terjadi yaitu ;
a) Penguraian biologis bahan organik secara aerob dan anaerob yang
menghasilkan gas dan cairan
b) Oksidasi kimiawi
c) Pelepasan gas dari timbunan sampah
d) Pelarutan bahan organik dan anorganik oleh air dan lindi yang melewati
timbunan sampah
e) Perpindahan materi terlarut karena gradien konsentrasi dan osmosis
f) Penurunan permukaan yang disebabkan oleh pemadatan sampah yang
mengisi ruang kosong pada timbunan sampah (Yusuf, Marsudi, & Friadi,
2015).
Kuantitas dan kualitas lindi akan sangat bervariasi dan berfluktuasi .
Kuantitas dan kualitas lindi juga dapat dipengaruhi oleh iklim. Infiltrasi air
hujan dapat membawa kontaminan dari tumpukan sampah dan memberikan
kelembaban yang dibutuhkan bagi proses penguraian biologis dalam
pembentukan air air lindi. Meskipun sumber dari kelembabannya mungkin
dibawa oleh sampah masukkannya, tetapi sumber utama dari pembentukkan air
lindi ini adalah adanya infiltrasi air hujan. Jumlah hujan yang tinggi dan sifat
timbunan yang tidak solid akan mempercepat pembentukkan dan
Page 8
14
meningkatkan kuantitas air air lindi yang dihasilkan (Ali, 2011). Skema
terjadinya lindi terdapat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Skema Terjadinya Lindi pada Landfill TertutupSumber : (Yusuf et al., 2015)
Gambar 2.1 menunjukkan proses terbentuknya lindi yang dimulai dengan
air hujan yang jatuh dan sebagian mengalami run off (RO) dan sebagian lain
terinfltrasi ke dalam tanah. Sebagian yang terinfltrasi akan menguap melalui
tumbuhan dan sisanya akan bergerak ke bawah dan akan membentuk lindi
(Yusuf et al., 2015).
Lindi sangat berpotensi menimbulkan masalah karena lindi bisa datang
dan mengalir dari mana saja tergantung dari karekteristik material yang ada di
sekitar lindi tersebut. Lindi yang telah mencemari lingkungan dapat
mengurangi nilai estetika lingkungan tersebut dan akan menyebabkan
ketidakseimbangan kehidupan dalam air bahkan kematian pada hewan air
apabila mencemari air. Pencemaran pada air dan tanah akan terus menerus
dalam periode yang lama. Penanggulangan dan pencegahan pencemaraan
Page 9
15
membutuhkan waktu lama dan biaya yang sangat besar (Saleh & Purnomo,
2014).
2.1.3.3 Komposisi Lindi
Lindi memiliki komposisi yang bervariasi tergantung dari komposisi
sampah maupun aktivitas fisika, kimia, dan biologis yang terjadi pada sampah
(Rezagama et al., 2017). Karakteristik lindi di TPST sangat bervariasi sehingga
sulit untuk dikarakteristikkan dan disimpulkan. Komposisi lindi bervariasi
disebabkan oleh interaksi antara komposisi sampah, kondisi lahan, umur
sampah, iklim, musim dan air yang melalui timbunan sampah. Komposisi lindi
dipengaruhi juga oleh jenis tanah dan air pada tanah apabila lindi telah keluar
dari timbunan sampah (Ali, 2011). Kandungan Lindi sampah secara umum
seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan Lindi Sampah Secara UmumParameter Satuan Range
COD mg/liter 150 – 100000
BOD5 mg/liter 100 – 90000
pH - 5,3-8,5
Alkalinitas (mg CaCo3/liter) 300-11500
Hardness (mg CaCo3/liter) 500-8900
NH4 mg/liter 1 – 1500
N-Organik mg/liter 1 – 2000
N-Total mg/liter 50 – 5000
NO3 (Nitrit) mg/liter 0,1 – 50
NO2 (Nitrat) mg/liter 0 – 25
P-Total mg/liter 0, 1 – 30
PO4 mg/liter 0, 3 – 25
Ca mg/liter 10 – 2500
Page 10
16
Mg mg/liter 50 – 1150
Na mg/liter 50 – 4000
K mg/liter 10 – 2500
SO4 mg/liter 10 – 1200
Cl mg/liter 30 – 4000
Fe mg/liter 0, 4 – 2200
Zn mg/liter 0, 05 – 170
Mn mg/liter 0,4 – 50
CN mg/liter 0, 04 – 90
Aoxa µg/liter 320 – 3500
Phenol mg/liter 0, 04 – 44
As µg/liter 5 – 1600
Cd µg/liter 0, 5 – 140
Co µg/liter 4 – 950
Ni µg/liter 20 – 2050
Pb µg/liter 8 – 1020
Cr µg/liter 300 – 1600
Cu µg/liter 4 – 1400
Hg µg/liter 0, 2 – 50
Sumber: Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Surabaya (2005)
Penelitian karakteristik lindi telah banyak dilakukan, hasil pada
umumnya lindi mengandung BOD dan COD yang jauh lebih besar daripada air
buangan. Lindi yang dihasilkan oleh sampah baru ditandai dengan kandungan
asam lemak, COD, dan BOD yang tinggi, tetapi lindi yang dihasilkan oleh
timbunan sampah lama biasanya mengandung BOD, COD, dan konsentrasi
pencemar yang lebih rendah. Kandungan lindi disebabkan oleh timbunan
sampah yang masih baru mengalami biodegradasi umum yang berlangsung
cepat yang ditandai dengan penurinah pH air dan kenaikan produksi asam
Page 11
17
sehingga dapat mengakibatkan kemampuan pelarutan bahan-bahan sampah
oleh air menjadi tinggi.
BOD dan COD timbunan sampah baru memiliki perbandingan sekitar 0,4
sampai 0,8%. Material sampah pada landfill terdegradasi dengan proses
biologis. Aktivitas biologis juga berhubungan langsung dengan produksi lindi
dan perubahan secara fisik maupun kimiawi lindi. Aktivitas biologis yang
terjadi memiliki 3 fase, yaitu ; (1) dekomposisi aerobic di dalam landfill
dengan oksigen, (2) Dekomposisi anaerobic oleh organisme fakultatif dan
anaerobic sehingga menghasilkan kokmponen yang dapat ladur lebih
sederhana, (3) methan dan CO2 dihasilkan oleh bakteri methanogenic
(Sudarwin, 2008 dalam Rezagama et al., 2017).
2.1.4 Tinjauan Tentang Bakteri
2.1.4.1 Definisi Bakteri
Bakteri merupakan mikroba uniseluler yang berkembangbiak secara
aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri hidup secara saprofit, parasit, bebas,
dan patogen terhadap manusia, hewan, maupun tumbuhan. Bakteri dapat hidup
di segala tempat, seperti di tanah, air, atmosfer, dandi dalam lumpur. Bentuk
bakteri bervariasi ada yaang spiral, bulat, dan batang. Bakteri tidak memiliki
membran inti dan memiliki sitoplasma sebagai tempat molekul DNA yang
mengandung komponen genetik. Bakteri juga memiliki ukuran sel yang
bervariasi, tetapi pada umumnya 0,5-1 x 2-5 µm (Riskawati, 2016).
Sel bakteri terdiri dari dinding luar,sitoplasma, dan ada bahan inti.
Dinding luar terdiri dari tiga lapis, mulai dari luar secara berurut yaitu lapisan
Page 12
18
lendir, dinding sel dan membran sitoplasma.Ukuran bakteri adalah mikrometer
(µm) yang setara dengan 1/1000 mm. Bakteri kira-kira berukuran 0,5-1,0 x 2,0-
5,0 µm. Namun bebrapa spesies bakteri memiliki sel dengan panjang sel
melebihi 100 µm dan berdiameter 0,1-0,2 µm. sel-sel bakteri muda umumnya
memiliki ukuran yang lebih besar dari pada ukuran sel-sel bakteri yang tua
(Pratiwi, 2008).
2.1.4.2 Bentuk-bentuk bakteri
Bakteri mempunyai banyak bentuk, oleh karena itu bakteri dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu :
(1) Kokus, kokus adalah bakteri yang memepunyai bentuk bulat seperti bola-
bola kecil. Jumlah dari bakteri golongan ini tidak sebanyak golongan basil.
Kelompok ini ada yang bergerombol dan bergandengan membentuk koloni.
Berdasarkan jumlah koloni, kokus dapat dibedakan menjadi beberapa
kelompok, yaitu : monokokus apabila kokus hidup menyendiri, diplokokus
apabila kokus membentuk koloni terdiri dari dua kokus, streptokokus
apabila kokus berbentuk seperti rantai, stafilokokus apabila koloni bakteri
kokus membentuk untaian seperti buah anggur, sarsina apabilakoloni
bakteri mengelompok serupa kubus, dan tetrakokus apabila koloni terdiri
dari empat kokus (Waluyo, 2018).
(2) Basil, basil merupakan bakteri yang mempunyai bentuk tongkat
pendek/batang kecil dan silindris. Sebagian bakteri berbentuk basil. Basil
dapat bergandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu
sama lain. Berdasarkan jumlah koloni, basil dapat dibagi menjadi beberapa
Page 13
19
kelompok, yaitu : monobasil apabila basil yang hidup menyendiri atau tidak
bergerombol, diplobasil apabila koloni basil terdiri dari 2 basil, dan
streptobasil apabila koloni bakteri berbentuk rantai (Waluyo, 2018).
(3) Spiril, spiril merupakan bakteri yang berbentuk bengkok atau berbengkok-
bengkok seperti spiral. Bakteri yang berbentuk spiral sangat sedikit
jenisnya. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil jika
dibandingkan dengan golongan basil dan kokus. Bakteri yang berbentuk
spiral tidak banyak jumlahnya. Adapun bentuk-bentuk bakteri seperti pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2. Bentuk-bentuk bakteriSumber : (Waluyo, 2018)
2.1.4.3 Struktur Sel Bakteri
Sel bakteri memiliki karakter anatomi dan morfologi yang berbeda
daripada sel-sel makhluk hidup lain, sehingga apabila mempelajari dan
membicarakan kehidupan dan sifat mikroba ahrus menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Penggolongan struktur sel bakteri oleh para ahli tebagi
menjadi 3, bahan inti, sitoplasma, dan dinding luar (Waluyo, 2018).
Page 14
20
1. Struktur Luar Bakteri
a. Bulu cambuk atau flagel
Flagel berasal darikata flagellum yang berarti bulu cambuk berfungsi
untuk membantu pergerakan bakteri. Bakteri yang banyak dapat bergerak
merupakan bakteri golongan spiril karena memiliki flagel, bakteri yang tidak
banyak bergerak merupakan bakteri golongan kokus, dan bakteri golongan
basil merupakan bakteri yang memiliki flagel dan tersebar baik pada sisi-sisi
maupun pada ujung sehingga dapat melakukan pergerakan. Bakteri dapat
dikategorikan menurut tempat melekatnya flagel yaitu : monotrik apabila flagel
melekat pada ujung sel dan hanya satu flagel, lofotrik apabila banyak flagel
yang menempel pada salah satu ujung sel, amfitrik apabila pada kedua ujung
sel banyak flagel yang melekat, peritrik apabila pada ujung sampai ke sisi-sisi
sel tersebar flagel yang melekat, dan atrik jika spesies tidak mempunyai flagel
sama sekali (Waluyo, 2018). Adapun kedudukan flagel seperti gambar 2.3
sebagai berikut :
Gambar 2.3. Macam-macam kedudukan flagelSumber : (Waluyo, 2018)
Page 15
21
b. Pili atau fimbrae
Pili bearasal dari kata pilus yang berarti rambut atau benang-benang. Pili
keluar dari dinding sel dan bisa ditemukan pada bakteri gram negatif berbentuk
batang saja. Pili ini lebih halus dari pada flagel dan bentuknya tidak berlekuk-
lekuk. Pili memiliki sifat saling melekat satu sama lain karena pili termasuk
golongan protein yang disebut lektin dan melekat pada polisakarida permukaan
sel (Waluyo, 2018).
c. Kapsula atau lapisan lendir
Kapsula merupakan lapisan yang cukup tebal terdiri atas karbohidrat.
Kapsula memiiki peran untuk melindungi sel dari faktor luar yang merugikan
dan untuk memudahkan bagi manusia dalam mengidentifikasi dan mengenali
spesies bakteri. Dinding sel seluruh bakteri diselubungi oleh lapisan lendir.
Spesies bakteri tertentu lapisan lendir juga mengandung unsur N atau P.
Lendiri ini merupakan hasil pertukaran zat bukan suatu bagian integral dari sel.
d. Dinding Sel
Dinding sel memiliki fungsi untuk memberi bentuk pada bakteri,
berperan dalam pembelahan sel, dan sebagai pengatur keluar masuknya zat
kimia. Dinding sel bakteri memiliki sifat elastis dan sangat tipis, terdapat
diantara membran sitoplasma dan kapsula serta memiliki susunan kimia
kompleks. Bahan-bahan organik yang terdapat pada dinding sel seperti
selulosa, hemiselulosa, dan karbohidrat yang mengandung unsur N (kitin),
tetapi bahn tersebut juga tergantung pada spesies bakteri. Bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif memiliki struktur dinding sel yang berbeda. Bakteri
Page 16
22
gram positif memiliki struktur dinding sel yang tebal dan hanya satu lapis,
sedangkan bakteri gram negatif memiliki struktur dinding sel yang berlapis.
Bagian dinding sel yang memberikan sifat kaku dinamakan peptidoglikan
(Waluyo, 2018). Adapun gambar dinding sel bakteri terdapat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Dinding sel bakteriSumber : (Waluyo, 2018)
2. Struktur dalam sel bakteri
a. Membran sitoplasma
Membran sitoplasma merupakan bungkus dari sitoplasma yang terletak di
bagian bawah dinding sel tetapi tidak terikat. Plasmolema atau lapisan hialin
adalah nama lain dari membran sitoplasma. Penyusun membran sitoplasma
yaitu asam nukleat, senyawa protein, dan lipid. Membran sitoplasma yang
tersusun oleh protein sangat mudah dalam menghisap warna yang bersifat
alkalis. Sifat selektif membran berfungsi sebagai mekanisme pengangkutan
nutrien dan sisa metabolisme, yang dilakukan dengan bantuan enzim permease.
Page 17
23
b. Protoplasma
Protoplasma merupakan isis sel yang disebut juga sitoplasma atau plasma
sel. Protoplasma merupakan koloid yang mengandung karbohidrat, protein,
enzim, belerang, kalsium karbonat, dan volutin yaitu suatu zat yang
mengandung asam ribonukleat dan yang mudah menghisap zat warna tertentu,
yang bersifat basa. Volutin ini tampak sebagai titik-titik metakromatis
(berwarna) yang terdapat pada basil difteri (Waluyo, 2018).
c. Inti atau Nukleus
Nukleus meruapakan lokasi utama bahan genetik, dan berfungsi sebagai
pusat pengendalian sel. Bakteri mempunyai inti yang terdiri atas asam
deoksiribonukleat dan asam ribonukleat. Inti bakteri tidak memiliki selaput inti
atau membran yang disebut dengan prokarion, apabila inti memiliki membran
disebut dengan eukarion (Waluyo, 2018).
d. Organel-organel yang lain
Organel adalah struktur-stuktur yang terbatasi oleh membran di dalam
sitoplasma (organel artinya organ yang kecil) yang melakukan fingsi-fungsi
khusus di dalam sel. Bakteri tidak mempunyai organel nukleolus, tidak
mempunyai retikulum endoplasma, tidak mempunyai mitokondria, dan tidak
mempunyai badan golgi, seperti lazimnya sel-sel makhlik hidup berderajat
tinggi.
3. Spora Bakteri
Istilah spora biasanya dipakai untuk menyebut alat perkembangbiakan
pada jamur, ganggang, lumut, dan tumbuhan paku-pakuan. Pada bakteri
Page 18
24
mempunyai istilah yang lain, yaitu bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
melindungi (mengamankan) diri dari pengaruh yang bururk dari luar. Spora
bakteri mempunyai fungsi sama seperti kista amoeba, sebab spora ini
merupakan suatu fase, dimana mikroorganisme berubah bentuk untuk
melindungi diri terhadap fakto-faktor luar yang tidak menguntungkan. Spora
pada bekteri lazimnya adalah endospora, karena spora dibentuk di dalam sel
(Waluyo, 2018).
2.1.4.4. Faktor-Faktor Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Gaman
& Sherrington (1994) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ada dua
yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.
a) Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari sifat bahan itu sendiri.
Berikur faktor yang tergolong dalam faktor instrinsik : Pertama yaitu waktu,
waktu yang dibutuhkan oleh perkembangbiakan bakteri bervariasi sesuai
dengan spesies dan pertumbuhan bakteri. Namun, pada kondisi optimum
bakteri memperbanyak diri setiap 20 menit sekali dengan cara pembelahan
biner. Faktor kedu yaitu makanan, semua makhluk hidup memerlukan
makanan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Faktor ketiga
yaitu suhu, masing-masing bakteri memerlukan suhu yang berbeda-beda
untuk pertumbuhannya. Bakteri digolongkan menjadi 3 kelompok
berdasarkan suhu yang diperlukan untuk pertumbuhannya yaitu psikrofil,
mesofil, dan termofil. Golongan psikrofil dapat hidup di suhu 100C-200C,
golongan mesofil dapat hidup pada suhu 200C – 450C, dan termofil dapat
Page 19
25
hidup pada suhu 500C-600C. Faktor keempat yaitu oksigen, bakteri
digolongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan kebutuhan oksigen yaitu
aerob obligat merupakan bakteri yang hanya dapat tumbuh pada kodisi
banyak oksigen, aerob fakultatif merupakan bakteri yang dapat tumbuh
dalam kondisi oksigen yang cukup dan juga dapattumbuh secara anaerob,
anaerob fakultatif merupakan bakteri yang dapat tumbuh baik dalam kondisi
tidak ada oksigen dan juga dapat tumbuh secara aerob.
b) Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari kondisi lingkungan
seperti penanganan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, produk
bahan pangan (Gaman & Sherrington, 1994).
2.1.4.5 Fase Pertumbuhan Bakteri
Bakteri memiliki fase dalam pertumbuhannya. Adapun fase pertumbuhan
bakteri sebagai berikut : (a) fase adaptasi, merupakan fase penyesuaian bakteri
dengan substrat dan kondisi lingkungan, (b) fase pertumbuhan awal,
merupakan fase bakteri mengalami pembelahan sel tetapi dengan kecepatan
yang masih rendah, (c) fase logaritmik, merupakan fase bakteri melakukan
pembelahan yang cepat dan konstan, (d) fase pertumbuhan lambat, merupakan
fase berkurangnya nutrisi dalam media tubuh bakteri karena adanya zat hasil
metabolisme yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, (e) fase
pertumbuhan teteap, merupakan fase jumlah populasi sel bakteri yang hidup
sama dengan jumlah sel bakteri yang mati, (f) fase menuju kematian, fase
sebagian populasi bakteri mulai mengalami kematian dikarenakan nutrisi pada
Page 20
26
media pertumbuhan dan energi cadangan dalam sel bakteri sudah habis
(Mariana, Liviawaty, & Buwono, 2011).
2.1.4.6 Klasifikasi Bakteri
Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan dinding sel bakteri.
Berdasarkan dinding sel bakteri dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu,
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. (1) Dinding sel bakteri gram
positif, tersusun atas peptidoglikan lebih tinggi daripada dinding sel bakteri
gram negatif. Beberapa genus bakteri gram positif memiliki asam teikoat yang
berfungsi untuk mengikat ion magnesium sehingga ion magnesium memiliki
peran dalam membran sitoplasma yang dpaat memberikan ketahanan bakteri
pada suhu tinggi. Dinding sel bakteri gram positif juga mengandung lipid yang
rendah kecuali Mycobacterium. (2) Dinding sel bakteri gram negatif, memiliki
susunan yang lebih komplek daripada dinding sel bakteri gram positif.
Perbedaan dinding sel bakteri gram positif dan negatif terletak pada lapisan
membran luar, dimana lapisan membran luar bakteri gram negatif
menyebabkan dinding sel bakteri gram negatif kaya akan lipid. Lapisan luar
dinding sel bakteri gram negatif bersifat impermeable terhadap molekul besar,
namun dapat melakukan terhadap molekul kecil seperti asam amino,
monosakarida dan oligosakarida (Waluyo, 2018).
2.1.4.7 Bakteri Pada Lindi
Bakteri patogen yang biasanya disebarkan melalui air limbah merupakan
bakteri yang menyebabkan penyakit diare, disentri, kolera, atau tifus. Bakteri-
Page 21
27
bakteri tersebut tumbuh dalam suasana yang cocok bagi dirinya yaitu usus
manusia dan hewan berdarah panas. Oleh karena jumlah penderita dan
pengidap dibandingkan keseluruhan populasi yang ada sangat kecil, maka
secara teknis penelusuran bakteri patogen secara langsung sangat sulit
dilakukan karena konsentrasinya yang rendah (Nurhasanah, 2012). Oleh karena
itu, untuk menduga keberadaan bakteri patogen dalam lindi diperlukan bakteri
indikator untuk menduga terdapatnya bakteri patogen ataupun tidak. Sebagai
indikatornya digunakan bakteri E. coli. Pemilihan bakteri E. coli sebagai
bakteri indikator didasarkan pada beberapa hal, yaitu bakteri E. coli terdapat
pada tinja dalam jumlah yang besar; E. coli hidup secara komensalisme dengan
bakteri pathogen, bakteri tersebut dapat dihitung dengan mudah dan hasilnya
dapat dipercaya dan tidak dapat tumbuh di luar tubuh, kecuali di dalam media
biakan bakteri (Santika, 2012).
Tabel 2.2 Organisme Patogen yang Sering Ditemukan di Sampah
Organisme Penyakit Sumber
Bacillus anthracis AntraxSampah. Spora sulitditangani
Ascaris spp Cacing
Air buangan danlumpur yang digunakanuntuk pupuk.
Berbahaya bagimanusia.
Mycobacteriumtuberculosis
TuberculosisAir buangan dan limbahdari Sanatorium.
Samonella paratyphi Demam TyphoidAir buangan.Kadang-kadang bersifatendemik.
Shigella spp Bacillary dysentery Air tercemar.
Page 22
28
Leptaspiraicterohaemorhagiae
Leptospirosis Selokan
Taenia spp Cacing pta Air Buangan.
Vibrio cholerae KoleraAir buangan dan airtercemar.
Ebtamoeba hystotytica DisentriAir tercemar dan airyang digunakan untukpupuk.
Sumber: TSO (1990)
2.1.5 Tinjauan Tentang TPST
2.1.5.1 Definisi TPST
TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) merupakan tempat yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan pengumpulan, pengolahan,
penanganan, pendaur ulangan, dan pemrosesan akhir sampah (Devi, 2016).
2.1.5.2 TPST 3R Mulyoagung Bersatu
TPST 3R Mulyoagung Bersatu Kecamatan Dau Kabupaten Malang
terletak diperbatasan Kabupaten Malang dan Kota Batu. Kondisi TPST saat ini
telah banyak memiliki program kepedulian terhadap sampah. TPST telah
melakukan kegiatan pengolahan sampah dengan cara 3R yaitu Reduce, Reuse,
dan Recycle. Sampah yang dikelola oleh TPST dapat dijadikan pupuk dan
pakan ternak.
Jumlah volume sampah yang diterima oleh TPST 3R Mulyoagung
Bersatu pada tahun 2010 adalah 11,86 ton/hari dengan komposisi sampah yang
bervariasi. Adapun komposisi sampah yang masuk meliputi sampah basah
(68,24%), sampah kertas (7,48%), sampah plastik (11,54%), Diapers bayi
(7,08%), kayu (0,60%), kabel (0,07%), sterofoam (0,32%), kain (1,53%),
Page 23
29
sampah B3 (0,40%), karet (0,25%), kaca (1,34%), logam (0,13%), kaleng
(0,15%), dan kulit (0,05%). TPST 3R Mulyoagung dapat mengolah sampah
menjadi kompos (6,1 ton/hari), pemilahan limbah nasi (1,8 ton/hari), dan
sampah kering (2,4 ton/hari) (Darmawan, 2010).
Pengelolaan sampah di TSPT Mulyoagung menggunakan sistem 3R,
yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Penerapan sistem 3R sebagai berikut :
1. Reduce (Membatasi/Mengurangi)
Reduce merupakan kegiatan membatasi atau mengurangi aktivitas yang
dapat menimbulkan sampah. Kegiatan awal mengurangi sampah dapat
dilakukan dengan meminimalisir sampah dari sumber yang dapat
menimbulkan sampah seperti sampah dari tempat umum, tempat industri,
tempat tinggal penduduk, dan sampah pertanian. Kegiatan mengurangi
timbulnya sampah dari sumbernya dapat dilakukan juga dengan kegiatan
penyuluhan, demonstrasi pelatihan bagi masyarakat untuk dapat
memanfaatkan kembali sampah dan menginformasikan bagaimana teknik
pengelolaan sampah.
2. Reuse (Menggunakan Kembali)
Reduce merupakan kegiatan pemanfaatan sampah kembali dari sampah-
sampah yang masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
produk atau dengan fungsi yang sama. TPST erlebih dahulu melakukan
proses pemilahan agar dapat mengambil sampah-sampah yang dapat
digunakan seperti mebedakan sampah organik dan non-organik. Sampah
organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos maupun penghasil gas
Page 24
30
metana, sedangkan sampah non organik akan diberikan perlakuan khusus
untuk dapat digunakan kembali.
3. Recycle (Mengolah Kembali)
Recycle merupakan kegiatan megolah kembali atau mendaur ulang kembali
sampah menjadi produk yang lebih bermanfaat. Proses daur ulang sampah
organik dengan melalui bebrapa cara seperti pengumpulan, pencacahan,
pengeringan, pengoalah, dan penambahan reagen sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, sedangkan sampah non organik
memerlukan proses yang tidak bisa langsung didaur ulang karena
keterbatasan sarana dan prasarana sehingga dapat dijual langsung kepada
pengepul untuk diserahkan dan diolah ditempat pengolahan sampah non
organik yang tepat dan dapat dimanfaatkan dengan lebih baik (Devi, 2016).
2.1.6 Tinjauan Tentang Sumber Belajar
2.1.6.1 Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar memiliki definisi yang sangat luas. Menurut Jailani &
Hamid (2016) sumber belajar merupakan sesuatu yang dapt memberikan
informasi atau dapat dijadikan sebagai informasi untuk proses pembelajaran
formal maupun non formal. Sumber balajar juga diartikan sebagai lingkungan
atau tempat, benda, dan orang yang dapat dijadikan dan memberikan informasi
sehingga bisa menjadi wahana bagi guru dan peseta didik dalam melakukan
perubahan perilaku.
Menurut Supriadi (2015) sumber belajar yang ideal harus memenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut:
Page 25
31
1. Kejelasan potensi: dapat memberikan suatu manfaat yang diinginkan bagi
peserta didik.
2. Kesesuaian dengan tujuan belajar: memiliki kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan berdasarkan kompetensi inti (K.I) dan
kompetensi dasar (K.D)
3. Kejelasan sasaran: hendaknya terdiri dari objek dan subjek.
4. Kejelasan informasi: terdapat 2 aspek yaitu proses maupun produk
penelitian yang telah disesuaikan dengan kurikulum.
5. Kejelasan pedoman eksplorasi: tergambar jelas produk kerja yang akan
dilakukan selama proses pembelajaran.
6. Kejelasan perolehan yang diharapkan: berupa proses dan produk penelitian
yang berdasarkan aspek-aspek dalam tujuan belajar biologi.
2.1.6.2 Klasifikasi Sumber Belajar
Klasifikasi sumber belajar menurut Jailani & Hamid (2016) yaitu people,
message, device, materials, setting, dan technique. Berikut penjelasan enam
jenis sumber belajar :
1) People (orang), yaitu manusia yang berperan sebagai pengolah, penyaji, dan
penyimpan pesan seperti guru, dosen, dan tentor.
2) Message (pesan), yaitu ajaran atau informasi dalam bentuk fgagasan, fakta,
dan data yang dapat diteruskan oleh kelompok.
3) Device (alat), yaitu suatu perangkat keras yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan seperti slide, proyektor, dan tape
recorder
Page 26
32
4) Materials (bahan), merupakan perangkat lunak yang dapat membawa pesan
yang disajikan dengan menggunakan perangkat keras atau oleh dirinya
sendiri seperti film, audio, transportasi, majalah, buku, booklet, dan buku
panduan.
5) Setting (lingkungan), merupakan kondisi dan situasi saat menyampaikan
pesan baik lingkungan fisik maupun non fisik.
6) Technique (teknik), merupakan cara atu prosedur yang digunakan untuk
menyampaikan pesan seperti teknik mengajar, demonstrasi, simulasi
maupun tanya jawab.
2.1.6.3 Pengertian Booklet
Booklet merupakan salah satu media yang tergolong dalam jenis media
grafis yaitu media gambar/foto. Booklet merupakan perpaduan antara buku dan
leaflet. Ukuran booklet kecil dan tipis, tidak melebihi 30 lembar bolak-balik
yang berisi gambar dan tulisan. Struktur booklet hampir sama dengan buku
yaitu pendahuluan, isi, dan penutup tetapi isi booklet lebih singkat dariapada
buku (Gustaning, 2014).
Penyusunan booklet harus semenarik mungkin dari segi materi maupun
bentuk booklet. Pengembangan booklet diharapkan dengan membaca dalam
waktu singkat masyarakat memperoleh informasi dan pengetahuan (Gustaning,
2014).
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penyusunan booklet, yaitu:
(1) kalimat yang digunakan harus sesuai EYD, ringkas, dan kalimat sederhana
(2) huruf dicetak tebal dan besar, (3) kemasan yang baik dan menarik, (4)
Page 27
33
materi sesuai dan jelas, (5) materi dapat memotivasi pembaca maupun
masyarakat, dan (6) manfaat dan tujuan harus tersampaikan.
2.1.6.4 Keunggulan Booklet
Booklet memiliki keunggulan. Adapun keunggulan booklet, yaitu ; (1)
dapat dipelajari setiap saat karena design yang simpel, (2) informasi yang
dimuat lebih banyak daripada poster, (3) praktis sehingga mudah untuk dibawa
(4) proses pembuatan, perbanyakan, dan perbaikan dapat dilakukan dengan
mudah, (5) Mampu mengurangi kebutuhan mencatat, (6) baiya pembuatan
relatif murah, dan (7) tahan lama.
2.1.6.5 Kekurangan Booklet
Booklet juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan booklet, yaitu :
(1) proses pembuatan dan pencetakan yang lama karena harus disesuaikan
dengan pesan yang akan disampaikan, (2) apabila pesan atau informamsi
terlalu banyak, dapat menurangi minat membaca booklet, dan (3) Perawatan
harus baik agar tidak mudah rusak dan hilang (Gustaning, 2014).
2.1.6.6 Prinsip Penyusunan Booklet
Prinsip penyusunan booklet Menurut Masnur (2007) dalam Gustaning
(2014) memiliki 3 aspek sehingga layak dan dapat digunakan di sekolah, yaitu:
1) Aspek materi
Materi dalam booklet disesuaikan dengan tujuan pendidikan sehingga
diharapkan dapat membantu mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan
perkembangan ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni),
meningkatkan kemampuan bernalar, dan meningkatkan kemampuan
Page 28
34
pembaca dalam berpikir. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada materi,
yaitu :
a) Keseuaian, booklet harus memuat materi yang relevan dengan tuntutan
kurikulum yang berlaku, relevan dengan kompetensi sesuai tingkat
pendidikan dan dimiliki oleh lulusan, serta harus relevan dengan karakter
peserta didik.
b) Kecukupan, booklet harus memuat materi yang memadai untuk mencapai
tujuan dan kompetensi pendidikan.
c) Keakuratan, materi harus akurat dari segi keilmuan dan harus sesuai
sengan hakikat ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi kehidupan.
d) Proporsionalitas, booklet harus semibang dan lengkap antara materi
pokok dan materi pendukung.
2) Aspek penyajian
Penyajian booklet harus lengkap, sistemis, mudah dipahami oleh pembaca
dan dilengkapi dengan ilustrasi sehingga dapat menimbulkan suasana
menyenangkan dalam membaca dan dapat mengarahkan kerangka berpikiri
pembaca.
3) Aspek bahasa dan keterbacaan
Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang jelas dan sesuai dengan
perkembangan pembaca sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang
bahasa dan ilustrasi pembaca. Penggunaan bahasa harus tepat dalm
penggunaan kata, ejaan, maupun istilah serta penggunaan kalimat yang baik
dan benar.
Page 29
35
4) Aspek grafika
Grafika berkaitan dengan kondisi fisik booklet meliputi jenis kertas, ukuran,
cetakan, huruf, ilustrasi, dan warna booklet. Penggunaan gambar, foto,
maupun ilustrasi harus tepat dan sesuai serta fungsional. Apabila semua
komponen ada dalam booklet dapat membuat pembaca terutama peserta
didik menyenangi dan menikmati untuk membaca booklet tersebut.
Page 30
36
2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Sampah
Timbulan Sampah
Organik Anorganik
Lindi
Bakteri
Dampak
Identifikasi Bakteri
Laporan Penelitian (Skripsi)
Sumber Belajar (Booklet)
ResiduKompos
Virus Jamur
Masyarakat Lingkungan
Hasil Identifikasi Bakteri
Keterangan:
Tidak Diteliti
Diteliti
Masyarakat Lingkungan
Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian