Top Banner
KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana S-1 Program Studi Fisika Teknik Jurusan Teknik Fisika diajukan oleh SUHONO 04/176573/TK/29430 Kepada JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2010
116

KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

Feb 02, 2018

Download

Documents

dokhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN

PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

untuk memperoleh derajat Sarjana S-1

Program Studi Fisika Teknik

Jurusan Teknik Fisika

diajukan oleh

SUHONO

04/176573/TK/29430

Kepada

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2010

Page 2: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

ii  

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISMA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suhono

NIM : 04/176573/TK/29430

Judul Skripsi : Kajian Perencanaan Permintaan dan Penyediaan energi listrik di

Wilayah Kabupaten Sleman menggunakan perangkat lunak LEAP

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul tersebut di atas saya susun dengan

sejujurnya berdasarkan norma akademik dan bukan merupakan hasil plagiat.

Adapun semua kutipan di dalam skripsi ini telah saya sertakan nama

pembuatnya/penulisnya dan telah saya cantumkan ke dalam Daftar Pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabiila ternyata di kemudian

hari ternyata saya terbukti melanggar pernyataan saya tersebut di atas, saya

bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Yogyakarta, 29 Januari 2010

Yang menyatakan,

Suhono

04/176573/TK/29430

Page 3: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

K

D

N

P

D

N

D

KAJIAN P

LISTRIK

Ketua

Dr.Eng. M K

NIP : 197407

Penguji Utam

Dr.-Ing. Siha

NIP : 19651

Diterima dan

PERENCAN

K DI WILA

Tela

Kholid Ridw

7111999031

ma

ana

1301990031

n dinyatakan

HALAMA

NAAN PERM

AYAH KAB

PERANGK

04/17

ah dipertahan

pada tang

Susun

an, S.T.,M.S

1002

1002

n memenuhi

Ketua Jur

Fakult

Dr

NIP : 196

iii

AN PENGE

SKRIPSI

MINTAAN

BUPATEN S

KAT LUNA

oleh

SUHONO

76573/TK/29

nkan di depa

ggal 29 Janua

nan Tim Pen

Sc.

Sekr

Ahm

NIP

Ang

Dr.

NIP

syarat kelul

rusan Teknik

tas Teknik U

r.-Ing. Sihan

6511301990

ESAHAN

N DAN PEN

SLEMAN M

AK LEAP

9430

an Tim Peng

ari 2010

nguji

retaris

mad Agus Se

P : 19750816

ggota Penguj

Ir. Andang W

P : 19660304

lusan pada ta

k Fisika

UGM

na

0031002

YEDIAAN

MENGGUN

guji

etiawan, S.T

62002121001

ji

Widi Harto,M

41994031003

anggal 29 Ja

ENERGI

NAKAN

T.,M.Sc., Ph.D

1

M.T.

3

anuari 2010

D.

Page 4: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

iv  

........Karya ini kupersembahkan untuk Almarhum Ayahanda tercinta..........

Ibunda, Kakak dan Adik-adikku tercinta

Yunita

Oktiawati

Nelviana Novita Budiarti

dan

Muhammad Rizqi Saputra

.................Untuk Agamaku dan Bangsaku

Semoga ini menjadi awal pengabdianku padamu................................

Page 5: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

v  

Hidup adalah untuk beribadah karena kita telah memilih surga daripada neraka

Hidup adalah pembelajaran, sukses adalah mendapatkan sesuatu atau belajar

sesuatu (win or learn)

Hidup adalah bermimpi, tanpa mimpi orang seperti kita akan mati

Bermimpilah dan buktikan seberapa besar diri kita terhadap mimpi itu

Page 6: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

vi  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT karena dengan limpahan

rahmat dan anugerah-Nya yang tak ada habisnya, penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini. Tugas akhir yang berjudul “Kajian Perencanaan Permintaan dan

Penyediaan Energi Listrik di Wilayah Kabupaten Sleman Menggunakan

Perangkat Lunak LEAP” ini dapat menjadi sumbangan bagi kekayaan ilmu

pengetahuan.

Telah banyak tenaga, pikiran dan waktu yang penulis curahkan untuk

mewujudkan tugas akhir ini dan banyak pula bantuan-bantuan dari pihak-pihak

yang dengan ikhlas membantu terselesaikannya tugas akhir ini. Penghargaan yang

tinggi serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr.-Ing. Sihana selaku Ketua Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Teknik Universitas Gadjah Mada.

2. Bapak Dr. Muhammad Kholid Ridwan, S.T.,M.Sc. sebagai

Pembimbing Utama dalam pelaksanaan tugas akhir.

3. Bapak Dr. Ahmad Agus Setiawan, S.T.,M.Sc. sebagai Pembimbing

Pendamping dalam pelaksanaan tugas akhir.

4. Bapak dan Ibu Pengajar serta para staf di Jurusan Teknik Fisika

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

5. Bapak Yudi Utomo Imarjoko, Bapak Haryono Budi Santoso dan Bapak

Susetyo Hario Putero yang telah memberikan sumbangan dalam

pelaksanaan tugas akhir.

6. Staf PT PENSA, Sulis, Ari, Diah, Lian dan Saiful atas kerja samanya

dalam mengolah data untuk tugas akhir.

7. Ayahanda yang memberi inspirasi dan warisan asset terbesar dalam

hidup berupa kekuatan jiwa, Ibunda, kakak dan adik-adik atas

kebersamaan dan kasih sayang selama ini.

8. Ranny Adi Pratiwi dan keluarga yang tanpa henti memberikan motivasi

dan doa.

Page 7: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

vii  

9. Granada, Bayu Mukti, Firdaus Hanif, Heri, dan seluruh teman-teman

mahasiswa Fisika Teknik angkatan 2004 atas bantuan dan kebersamaan

selama ini.

10. Vida Yuri dan teman-teman CV Miconos Transdata Nusantara atas

kemurahan hati selama ini.

11. Semua staf E-nergy Magazine atas kerjasama selama ini, semoga akan

menjadi penyalur aspirasi kita semua.

12. Ridwan, Arifin, Hari, Astuti, dan keluarga besar KKN PBA unit

Kecamatan Pajangan atas motivasi dan kebersamaan yang terjalin

hingga saat ini.

Page 8: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

viii  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

INTISARI ......................................................................................................... xvii

ABSTRACT ...................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

I.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

I.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 2

I.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

I.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

BAB II STUDI PUSTAKA ................................................................................. 5

BAB III DASAR TEORI .................................................................................... 7

III.1. Kondisi Kelistrikan Kabupaten Sleman .................................................. 7

III.2. Teori Perencanaan Ketenagalistrikan ...................................................... 9

III.2.1.Perencanaan Ketenagalistrikan di Indonesia ................................ 9

III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan

Energi Listrik ........................................................................... 15

Page 9: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

ix  

III.2.3. Model dan Pendekatan Perencanaan Energi ........................... 17

III.2.3.1. Pendekatan Model Ekonometri ............................ 17

III.2.3.2. Pendekatan Proses ................................................ 18

III.2.3.3. Pendekatan Trend .................................................... 18

III.2.3.4. Pendekatan End-use ................................................. 19

III.2.4. Teori Permintaan dan Penawaran ........................................... 20

III.2.4.1. Pergeseran Kurva Permintaan ................................. 20

III.2.4.2. Pergeseran Kurva Penawaran .................................. 21

III.2.5. Perangkat Lunak Untuk Perencanaan Energi ......................... 22

III.2.5.1. Cities for Climate Protection Software (CCP) ........ 23

III.2.5.2. COMPEED XL ........................................................ 23

III.2.5.3. EnergyPLAN ........................................................... 24

III.2.5.4. Energy Costing Tool ................................................ 24

III.2.5.5. ENPEP ..................................................................... 25

III.2.5.6. HOMER ................................................................... 25

III.2.5.7. LEAP ....................................................................... 25

III.2.5.8. MESSAGE .............................................................. 26

III.2.5.9. RETScreen ............................................................... 26

III.2.5.10. SUPER ................................................................... 27

III.2.5.11. TIMES/MARKAL ................................................. 27

III.3. Perangkat Lunak LEAP ......................................................................... 28

III.3.1 Bagian-bagian LEAP .................................................................. 29

III.3.2. Modul Variabel Penggerak ....................................................... 31

III.3.3. Modul Permintaan (Demand) .................................................... 32

III.3.3.1. Analisis Permintaan Energi Final ........................... 32

III.3.3.2. Analisis Permeintaan Energi Terpakai ................... 33

III.4. Elastisitas Energi .................................................................................... 34

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................... 35

IV.1. Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 35

IV.2. Tata Laksana Penelitian ......................................................................... 37

Page 10: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

x  

IV.2.1. Studi Pustaka ............................................................................. 37

IV.2.2. Pengumpulan Data ................................................................... 38

IV.2.3. Pengolahan Data ....................................................................... 38

IV.2.3.1. Pengelompokan Data ............................................. 38

IV.2.3.2. Pengolahan Data untuk Simulasi ............................ 39

IV.2.4. Validasi Data ............................................................................ 43

IV.2.5. Simulasi LEAP ......................................................................... 43

IV.2.5.1. Metode Simulasi ..................................................... 44

IV.2.5.2. Basic Parameter ...................................................... 44

IV.2.5.3. Key Assumption ..................................................... 44

IV.2.5.4. Demand Analysis ................................................... 46

IV.2.5.5. Skenario(Scenario) ................................................. 46

IV.2.5.6. Analisis Hasil ......................................................... 47

IV.3. Rencana Analisis Hasil .......................................................................... 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 48

V.1. Intensitas Energi .................................................................................... 48

V.2. Konsumsi Listrik ................................................................................... 49

V.2. 1. Sektor Bisnis ............................................................................. 56

V.2. 2. Sektor Industri .......................................................................... 61

V.2. 3. Sektor Publik ............................................................................ 66

V.2. 4. Sektor Sosial ............................................................................. 72

V.2. 5. Sektor Rumah Tangga .............................................................. 76

V.3. PDRB dan Elastisitas Energi ................................................................. 79

V.4. Potensi Sumber Energi Terbarukan ....................................................... 81

V.4.1. Potensi Mikrohidro ..................................................................... 81

V.4.2. Potensi Tenaga Surya ................................................................. 83

V.4.3. Potensi Biomassa Sampah Kota/Kabupaten ............................... 87

V.4.4. Potensi Biogas ............................................................................ 87

Page 11: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

xi  

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 88

VI.1. Kesimpulan .................................................................................... 88

VI.2. Saran .............................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91

LAMPIRAN ........................................................................................................ 94

 

 

Page 12: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

xii  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Gardu penyulang wilayah Kabupaten Sleman .................................. 9

Tabel 4.1. Alat penelitian ................................................................................... 35

Tabel 4.2. Bahan Penelitian ................................................................................ 37

Tabel 4.3. Data PDRB Kabupaten Sleman 2003-2007 ....................................... 38

Tabel 4.4. Data konsumsi dan pelanggan listrik Kabupaten Sleman 2006-2009 39

Tabel 4.5. PDRB 2003-2012 harga berlaku ....................................................... 40

Tabel 4.6. Rata-rata pertumbuhan intensitas energi listrik 17 Kecamatan ........ 42

Tabel 4.7. Rata-rata pertumbuhan pelanggan listrik 17 Kecamatan .................. 43

Tabel 5.1. Hasil proyeksi konsumsi listrik Kabupaten Sleman 2009-2015 ....... 49

Tabel 5.2. Komposisi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman .................. 51

Tabel 5.3. Pertumbuhan permintaan energi listrik per kecamatan ..................... 52

Tabel 5.4. Komposisi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman ................... 53

Tabel 5.5. Data PDRB 17 kecamatan di Kabupaten Sleman 2003-2007 ........... 55

Tabel 5.6. Pertumbuhan permintaan energi listrik sektor Bisnis ....................... 57

Tabel 5.7. Komposisi permintaan listrik per kecamatan ................................... 58

Tabel 5.8. Data beberapa pelanggan bisnis di Kecamatan Depok ..................... 60

Tabel 5.9. Data pelanggan dan konsumsi listrik

sektor bisnis Kecamatan Depok ........................................................ 60

Tabel 5.10. Pertumbuhan konsumsi energi listrik sektor Industri ..................... 62

Tabel 5.11. Komposisi konsumsi listrik sektor Industri .................................... 63

Tabel 5.12. Data konsumsi dan pelanggan listrik sektor Industri di

Kecamatan Sleman ......................................................................... 65

Tabel 5.13. Data pelanggan dan jumlah konsumsi sektor Industri

Kecamatan Sleman ......................................................................... 66

Tabel 5.14. Pertumbuhan permintaan energi listrik sektor Publik ..................... 67

Tabel 5.15. Komposisi permintaan energi listrik sektor Publik ......................... 68

Tabel 5.16. Beberapa pelanggan listrik sektor Publik di Kecamatan Depok ..... 69

Tabel 5.17. Data pelanggan LPJU di Kecamatan Depok ................................... 70

Page 13: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

xiii  

Tabel 5.18. Pertambahan pelanggan Publik di Kecamatan Depok .................... 71

Tabel 5.19. Data konsumsi listrik beberapa kantor Pemerintah Sleman ............ 71

Tabel 5.20. Pertumbuhan konsumsi listrik sektor Sosial ................................... 73

Tabel 5.21. Komposisi konsumsi listrik sektor Sosial ....................................... 74

Tabel 5.22. Data beberapa pelanggan listrik tarif Sosial di Kecamatan Depok ... 75

Tabel 5.23. Pertambahan pelanggan Tarif Sosial di Kecamatan Depok ............ 76

Tabel 5.24. Pertumbuhan konsumsi listrik sektor Rumah tangga ...................... 78

Tabel 5.25. Proporsi konsumsi listrik sektor Rumah tangga ............................. 79

Tabel 5.26. Pertumbuhan PDRB(harga berlaku), konsumsi energi

dan elastisitas energi Kabupaten Sleman 2006-2015 ....................... 80

Tabel 5.27. Pertumbuhan PDRB(harga berlaku), konsumsi energi

dan elastisitas energi Kabupaten Sleman 2006-2015 ....................... 80

Tabel 5.28. Potensi PLTMH Kabupaten Sleman ................................................ 82

Tabel 5.29. Data Radiasi Matahari ..................................................................... 83

Page 14: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

xiv  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Pergeseran kurva permintaan ......................................................... 20

Gambar 3.2 Pergeseran kurva penawaran .......................................................... 22

Gambar 3.3 Tampilan LEAP .............................................................................. 29

Gambar 3.4 Struktur model LEAP ..................................................................... 31

Gambar 4.1 .Spesifikasi Notebook sebagai alat penelitian ................................ 36

Gambar 4.2. Lisensi serial Perangkat Lunak LEAP .......................................... 36

Gambar 4.3. Trend Analysis PDRB Sleman (Harga Berlaku) ........................... 40

Gambar 4.4. PDRB per Kecamatan (Harga Berlaku) ........................................ 41

Gambar 4.5. PDRB per Kecamatan (Harga Konstan) ........................................ 41

Gambar 4.6. Bagan alur simulasi ....................................................................... 44

Gambar 4.7. Tampilan Key Assumptions ........................................................... 45

Gambar 4.8. Ekspresi dalam simulasi LEAP ..................................................... 46

Gambar 5.1. Hasil proyeksi intensitas energi Kabupaten Sleman 2009-2015 ... 48

Gambar 5.2. Hasil proyeksi konsumsi listrik Kabupaten Sleman 2009-2015 .... 49

Gambar 5.3. Konsumsi listrik Kabupaten Sleman tahun 2006-2015 ................. 50

Gambar 5.4. Konsumsi listrik per kecamatan tahun 2008-2015 ........................ 51

Gambar 5.5. Proporsi permintaan energi listrik per kecamatan tahun 2015 ...... 53

Gambar 5.6. Konsumsi listrik sektor Bisnis tahun 2008-2015 ........................... 57

Gambar 5.7. Proporsi permintaan energi listrik sektor Bisnis 2015 .................. 58

Gambar 5.8. Konsumsi listrik sektor Industri tahun 2008-2015 ........................ 62

Gambar 5.9. Proporsi permintaan energi listrik sektor Industri 2015 ... ............. 64

Gambar 5.10. Konsumsi energi listrik sektor Publik tahun 2008-2015 ............. 66

Gambar 5.11. Proporsi permintaan energi listrik sektor Publik ......................... 68

Gambar 5.12. Konsumsi listrik sektor Sosial 2008-2015 ................................... 72

Gambar 5.13. Proporsi konsumsi listrik sektor Sosial tahun 2015 .................... 74

Gambar 5.14. Konsumsi listrik sektor Rumah tangga tahun 2008-2015 ........... 77

Gambar 5.15. Proporsi konsumsi listrik sektor Rumah tangga tahun 2015 ...... 78

Page 15: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

xv  

Gambar 5.16. Salah satu titik potensi PLTMH di Saluran Van der Wicjk ........ 82

Gambar 5.17 Instalasi SHS milik Bapak Walidi dan Ibu Mantodiharjo ............ 86

Page 16: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

xvi  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran Hasil Proyeksi Permintaan Energi Listrik .......................................... 94

Page 17: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

xvii  

KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP

oleh

Suhono 04/176573/TK/29430

Diajukan kepada Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada pada tanggal 29 Januari 2010

untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh derajat sarjana S-1 Program Studi Fisika Teknik

INTISARI

Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dalam Bab

VI Pasal 7 mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksikan besarnya tingkat konsumsi (permintaan) energi listrik tahun 2009 hingga 2015 per sektor tarif untuk Kabupaten Sleman dengan masing-masing kecamatan di wilayahnya. Selain itu dihitung pula tingkat elastisitas energi serta potensi sumber energi terbarukan yang ada di wilayah Kabupaten Sleman. Data yang diperlukan antara lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman, data PLN tentang jumlah pelanggan dan konsumsi energinya di masing-masing kecamatan periode 2006-2008, serta beberapa data lain yang mendukung.

Pengolahan data untuk memprediksi tingkat konsumsi energi listrik menggunakan perangkat lunak LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning System). Permintaan dihitung berdasarkan besarnya aktivitas pemakaian energi listrik dan besarnya pemakaian energi listrik per aktivitas (intensitas energi). Tahun 2008 sebagai tahun dasar perhitungan. Hasil yang diperoleh dari prediksi permintaan energi listrik pada tahun 2008-2015 menunjukkan tren positif yaitu meningkat dari 668,5 GWh menjadi 1.126,9 GWh. Pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya adalah 7,9 %. Di Kabupaten Sleman, terdapat 17 titik lokasi potensial untuk PLTMH, potensi radiasi matahari rata-rata 0,4 kWh/m2, potensi biogas 83 GJ atau setara 23 MWh, serta sampah rata-rata 1.268 m3/hari, dan direncanakan pembangunan pengolahan sampah menjadi listrik di salah satu kecamatan.

Dari penelitian ini dihasilkan gambaran dan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam pengambilan kebijakan bidang energi pada khususnya dan perencanaan pembangunan kewilayahan pada umumnya. Kata kunci : energi listrik, elastisitas energi, intensitas energi, LEAP, energi terbarukan Pembimbing Utama : Dr.Eng. M. Kholid Ridwan, S.T., M.Sc. Pembimbing Pendamping : Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D.

Page 18: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

xviii  

STUDY OF ENERGY SUPPLY AND DEMAND IN SLEMAN REGENCY USING LONG-RANGE ENERGY

ALTERNATIVE PLANNING SYSTEM (LEAP)

by

Suhono 04/176573/TK/29430

Submitted to The Department of Engineering Physics

Faculty of Engineering Universitas Gadjah Mada January 29, 2010 in partial fulfillment of the Degree of

Bachelor of Engineering in Engineering Physics

ABSTRACT

Act No. 30 Year 2009 on Electricity in Chapter VI mandate that local governments must develop the General Plan of Regional Electricity. This study aims to predict the level of consumption (demand) of electricity in 2009 to 2015 per sector tariffs for Sleman regency with each district in the region. In addition the elasticity of energy levels and the potential of renewable energy resources in Sleman Regency are also calculated. Data needed for this research include the Gross Regional Domestic Product (GDP) for Sleman regency, PLN data on the number of customers and energy consumption in each tariff level sub period 2006-2008, and several other supporting data.

Processing data for predicting energy consumption levels of electricity using LEAP software (Long-range Energy Alternatives Planning System). Demand is calculated based on the amount of electrical energy consumption activity and the amount of electrical energy consumption per activity (energy intensity). Year 2008 is used as the base year calculation. The results obtained from the electrical energy demand forecast is totally in the year 2008-2015 shows a positive trend that is increasing from 668.5 to 1126.9 GWh. The average growth per year is 7.9%. As for the potential of renewable energy sources in the area of Sleman regency, there are 17 data points for PLTMH potential locations, potential of solar radiation on average 0,4 kWh/m2, biogas potential of more than 83 GJ or equal to 23 MWh, and the average waste 1268 m3/day, which is currently being planned construction waste into electricity in one district.

This research expected to provide input for the local government of Sleman District in the energy policy in particulary and regional development planning in general. Key word : electricity, energy elasticity, energy intensity, LEAP, renewable energy Supervisor : Dr.Eng. M. Kholid Ridwan, S.T., M.Sc. Co Supervisor : Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D.

Page 19: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

1  

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Ketersediaan energi listrik merupakan aspek yang sangat penting dan

bahkan menjadi suatu parameter untuk mendukung keberhasilan pembangunan

suatu daerah. Pengelolaan sumber daya energi listrik yang tepat dan terarah

dengan jelas akan menjadikan potensi yang dimiliki suatu wilayah berkembang

dan termanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, perencanaan dan pengelolaan

energi secara umum termasuk di dalamnya adalah energi listrik perlu

mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Daerah. Hal tersebut tentu juga

seiring dan searah dengan peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam mengelola

sumber daya energi.

Ketersediaan energi listrik yang memadai dan tepat sasaran akan memacu

perkembangan pembangunan daerah seperti sektor industri, komersial, pelayanan

publik dan bahkan kualitas hidup masyarakat dengan semakin banyaknya warga

yang menikmati energi listrik. Kemudian secara langsung maupun tidak langsung,

hal itu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan

masyakarat.

Kabupaten Sleman merupakan suatu wilayah dengan potensi sumber daya

alam cukup potensial seperti sumber air bersih, saluran irigasi berupa selokan

mataram dan sungai-sungai, penambangan pasir, letak yang strategis di utara Kota

Yogyakarta, dan potensi lain yang cukup mampu dijadikan sebagai landasan dan

modal pembangunan. Selain itu dari segi sumber daya manusia juga memiliki

keunggulan dibanding daerah lain di mana di Kabupaten Sleman terdapat banyak

pendatang yang sebagian besar merupakan mahasiswa yang sedang belajar di

Yogyakarta dan sekitarnya. Hal ini menjadikan potensi pemanfaatannya secara

ekonomi juga sangat besar.

Dari berbagai potensi yang dimilki tersebut, arah pembangunan juga

disesuaikan dan dituangkan di dalam perencanaan pembangunan, di antaranya

adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana

Pembangunan Jangka Pendek (RPJP). Dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintah

Page 20: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

2  

Daerah Kabupaten Sleman tahun 2008, jumlah potensi alam yang termanfaatkan

di antaranya adalah penggunaan PLTS sebagai alternatif sumber listrik. Energi

tenaga surya dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan listrik masyarakat yang

tidak terjangkau layanan listrik PLN. Pada tahun 2008 telah terpasang 14 unit

PLTS di wilayah Kecamatan Prambanan, sehingga selama empat tahun terakhir

dalam periode RPJM 2004-2010 telah terpasang 127 unit namun pada saat ini

masih terdapat 42 KK yang belum menggunakan listrik. Selain itu, dilaksanakan

pula pembangunan jaringan 1 unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di

Kecamatan Turi dan 2 unit di Kecamatan Minggir. Pengembangan energi

alternatif juga dilakukan dengan memanfaatkan potensi energi biogas baik

dengan memanfaatkan kotoran sapi maupun MCK komunal.

Perencanaan ketenagalistrikan di Indonesia dan di manapun perlu dilakukan

untuk mengantisipasi adanya krisis energi. Apabila terjadi krisis energi, maka

akan menghambat pertumbuhan ekonomi di sektor industri, komersial, bisnis,

pelayanan publik dan sebagainya yang tentunya akan menghambat peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Dari adanya data perkembangan penduduk dan juga

pertumbuhan ekonomi, serta profil konsumsi energi, maka dengan menggunakan

perangkat lunak LEAP (Long-range Energy Alternative Planning system) hal itu

bisa diprediksikan. Sebagai contoh, apabila Pemerintah Kabupaten Sleman

memiliki kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan di sektor industri, maka

akan terbentuk suatu pola mengenai alokasi energi listrik yang diperlukan.

I.2. Perumusan Masalah

Perencanaan ketenagalistrikan di Indonesia sudah sejak lama dilakukan.

Metode yang digunakan sebagian besar menggunakan MARKAL. Namun yang

menjadi masalah adalah bahwa perencanaan ketenagalistrikan yang dituangkan

dalam dokumen Rancangan Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD) masih

dikeluarkan atau disusun di tingkat Propinsi. Hal ini tentunya berlaku umum

untuk seluruh Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk Kabupaten

Sleman. Kabupaten Sleman yang berlaku sebagai Daerah Tingkat

Kabupaten/Kota tentu belum mempunyai dokumen perencanaan ketenagalistrikan

Page 21: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

3  

seperti tingkat Propinsi. Padahal dalam UU No 30 Tahun 2009 Tentang

Ketenagalistrikan diatur bahwa Pemerintah Daerah termasuk Kabupaten/Kota

memiliki wewenang dalam pengembangan energi di wilayahnya. Oleh karena itu

perlu adanya suatu kajian tentang perencanaan ketenagalistrikan.

Salah satu solusi yang bisa digunakan adalah melakukan kajian dan simulasi

menggunakan perangkat lunak LEAP (Long-range Energy Alternative Planning

system). Dengan menggunakan perangkat lunak ini dapat diperoleh tentang

prediksi permintaan dan penyediaan energi listrik sepanjang tahun periode yang

diinginkan. Namun dalam penelitian ini, yang menjadi lingkup kajian atau batasan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Prakiraan permintaan energi listrik per sektor pemakai yang digunakan di

wilayah Kabupaten Sleman dengan tahun 2008 sebagai dasar proyeksi dan

tahun 2015 sebagai batas akhir proyeksi.

2. Prakiraan permintaan energi listrik per sektor pemakai di masing-masing

Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman periode 2008-2015.

3. Penelitian ini tidak mengkaji secara teknis distribusi dan jaringan kelistrikan

yang ada di Kabupaten Sleman.

4. Penyediaan energi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah potensi

pemanfaatan sumber energi terbarukan di Kabupaten Sleman.

5. Faktor ekonomi hanya digunakan dalam kaitannya dengan elastisitas energi

dan tidak dimasukkan dalam kerangka perhitungan prediksi permintaan

energi listrik karena LEAP tidak memiliki fasilitas untuk perhitungan

proyeksi di bidang ekonomi.

Dalam melakukan analisis permintaan dan penyediaan energi digunakan alat

bantu berupa perangkat lunak komputer yaitu LEAP (Long-range Energy

Alternative Planning system). Metode perhitungan dalam LEAP didasarkan pada

perhitungan analitis (end-use) dan ekonometrika.

Page 22: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

4  

I.3. Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil prakiraan permintaan

dan ketersediaan energi listrik di wilayah Kabupaten Sleman yang berupa:

1. Prakiraan permintaan energi listrik per sektor pemakai di wilayah

Kabupaten Sleman periode 2008-2015.

2. Tingkat pemanfaatan energi listrik Kabupaten Sleman ditinjau dari

elastisitas energi.

3. Kajian penyediaan energi berdasarkan potensi sumber energi terbarukan di

wilayah Kabupaten Sleman.

I.4. Manfaat

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan mempermudah perencanaan dan

pengembangan bidang ketenagalistrikan di Kabupaten Sleman. Selain itu, dari

penelitian ini diharapkan juga mampu menjadi salah satu bahan studi dalam

melakukan penelitian tentang perencanaan bidang energi listrik maupun energi

secara umum.

Page 23: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

5  

BAB II

STUDI PUSTAKA

Pemerintah daerah memiliki tugas untuk menyusun Rencana Umum Energi

Daerah berdasarkan Pasal 18 UU No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi. Rencana

Umum Energi Daerah digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan

energi nasional. Pasal 26 juga menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki

wewenang untuk membuat aturan daerah yang berkaitan dengan kebijakan energi

daerah[1].

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dalam

BAB VI Pasal 7 mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah menyusun Rencana

Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD)[2]. Penyusunan RUKD mengikuti

pedoman yang ditetapkan oleh kementrian yang berwenang. Selama ini RUKD

sudah disusun oleh Pemerintah Daerah Provinsi, namun belum dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota[2].

Perencanaan energi di Indonesia sudah sejak lama dilakukan dan

menggunakan berbagai metode. Agus Sugiyono dan Endang Suarna melakukan

simulasi perencanaan energi nasional menggunakan perangkat lunak MARKAL

(Market Allocation)[3]. Konsep yang digunakan adalah konsep optimasi dengan

membagi sumber penyedia energi menjadi empat kategori, yaitu batubara, bahan

bakar minyak (BBM), gas dan sumber energi terbarukan.

Penelitian menggunakan LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning)

telah dilakukan [4] untuk menentukan kebijakan pengembangan energi di Cape

Town. Penelitian serupa juga pernah dilakukan di China untuk memperoleh

proyeksi permintaan energi hingga tahun 2030 dan menentukan kebijakan

teknologi yang akan diterapkan[5].

Penggunaan LEAP sebagai media analisis telah digunakan [6] untuk

penelitian mengenai kajian optimasi sumber energi geothermal sebagai alternative

energi ramah lingkungan dengan wilayah kajian Jawa, Madura dan Bali.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan [7] untuk kajian perencanaan peningkatan

ketersediaan energi listrik dan mitigasi CO2 di Indonesia. LEAP juga digunakan

Page 24: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

6  

untuk kajian perencanaan pengembangan jaringan kelistrikan Jawa-Madura-Bali

(JAMALI) [8].

Kajian mengenai perencanaan permintaan dan penyediaan energi

menggunakan perangkat lunak LEAP pernah dilakukan [9] dengan mengambil

area penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan secara simulasi

menggunakan tahun 2003 sebagai tahun dasar dan tahun 2018 sebagai tahun akhir

proyeksi. Hasil yang diperoleh adalah proyeksi permintaan per jenis energi dan

per sektor energi serta potensi sumber energi terbarukan yang ada di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Page 25: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

7  

BAB III

DASAR TEORI

III.1. Kondisi Kelistrikan Kabupaten Sleman

Ketersediaan energi listrik Kabupaten Sleman masih sangat tergantung

kepada pasokan dari jaringan Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Sejak akhir tahun

2002, kehandalan sistem interkoneksi JAMALI mengalami penurunan akibat dari

meningkatnya permintaan energi listrik yang tidak diikuti dengan penambahan

kapasitas pembangkit. Bahkan pada tahun 2003, cadangan yang tersedia (reserve

margin) pada kondisi normal tinggal 25 %. Hal ini semakin memburuk pada

waktu berlangsung perawatan dan perbaikan pada pembangkit yang berlangsung

pada bulan Mei dan Juni. Akibatnya, pada tahun-tahun yang telah berjalan,

terjadi pemadaman listrik secara bergiliran, tak terkecuali pada pelanggan di

wilayah Kabupaten Sleman.

Di sisi yang lain, lingkungan strategis kewilayahan mengalami berbagai

perubahan baik pada lingkup nasional, regional maupun internasional. Perubahan

tersebut dipengaruhi banyak hal, di antaranya perdagangan bebas, liberalisasi, dan

globalisasi. Selain itu, kebijakan pemerintah juga mempunyai andil dalam

perubahan, misalnya otonomi daerah, deregulasi BUMN, debirokratisasi,

swastanisasi dan korporasi. Semua perubahan yang telah dan tengah berlangsung

jelas akan sangat meningkatkan dinamika ketersediaan tenaga listrik. Hal ini

menuntut adanya perencanaan yang sangat matang baik dalam penyediaan tenaga

listrik maupun pendayagunaannya. Oleh karena itu RUKD menjadi semakin

penting peran dan fungsinya. Kebijakan Pemerintah Daerah di sektor

ketenagalistrikan yang tertuang di dalam RUKD akan menjadi pedoman dalam

pelaksanaan restrukturisasi sektor ketenagalistrikan dan menjadi pedoman dalam

pembangunan dan pengembangan sektor ini di masa yang akan datang.

Di sektor ketenagalistrikan, melalui Rencana Pembangunan Jangka

Menengah tahun 2005 (RPJM), Pemerintah Kabupaten Sleman telah menyatakan

misinya, yaitu Menjaga Keberlanjutan Kegiatan Perekonomian Masyarakat.

Dalam rangka tetap menjaga keberlanjutan kegiatan perekonomian masyarakat,

Page 26: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

8  

pemerintah daerah berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

melaksanakan fungsi ekonomi, pariwisata, lingkungan hidup, perumahan dan

fasilitas umum. Program yang dijalankan adalah Program Peningkatan

Pemanfaatan Energi Terbarukan, (Misi II, Program 30).

Atas dasar berbagai pertimbangan dan perkembangan yang telah

berlangsung, Kabupaten Sleman berkehendak untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pengelolaan ketenagalistrikan dalam rangka mencapai Visi dan

menjalankan Misi pembangunan. Untuk kepentingan ini, Pemerintah Daerah

Kabupaten Sleman melakukan kegiatan Kajian Potensi dan Kebutuhan Listrik. Di

dalam kajian ini berlangsung analisis energi-ekonomi untuk mengetahui

pencapaian pembangunan ditinjau dari indikator makro. Berdasarkan pencapaian

ini, dilakukan pula Prediksi energi-ekonomi hingga tahun 2015. Selanjutnya

dilakukan pula pendataan tentang Potensi Ketersediaan Tenaga Listrik dan

Potensi Sumber Daya Energi Terbarukan di wilayah Kabupaten Sleman.

Kondisi kelistrikan Kabupaten Sleman tetap mengandalkan pasokan dari

sistem jaringan listrik PLN Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Untuk penanggung

jawab pengelolaan dilakukan oleh Kantor perwakilan PLN APJ Yogyakarta. Dari

APJ PLN Yogyakarta, Kabupaten Sleman dilayani oleh penanggung jawab yang

lebih spesifik lagi yaitu Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ), terdiri dari UPJ

Sleman, UPJ Sedayu, UPJ Yogyakarta Utara dan UPJ Kalasan.

Lingkup pelayanan masing-masing UPJ tidaklah sama dengan pelayanan

secara administratif pemerintahan.Seperti pada UPJ Sedayu, UPJ Yogyakarta

Utara dan UPJ Kalasan yang juga melayani kelistrikan untuk sebagian wilayah

Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Hal ini yang kurang memberikan

kemudahan dalam melakukan perencanaan kelistrikan untuk wilayah Kabupaten

Sleman. Daftar gardu induk penyulang untuk wilayah Kabupaten Sleman seperti

ditunjukkan oleh Tabel 3.1.

Page 27: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

9  

Tabel 3.1. Gardu penyulang wilayah Kabupaten Sleman[10] No GARDU

INDUK WILAYAH UPJ KAPASITAS BEBAN KAPASITAS JUMLAH

PASOKAN (MVA) PUNCAK (%) FEEDER

1 Kentungan Sleman,Yk Utara,Kalasan

60 44.5 74.16 7 60 17.2 28.67 3

2 Gejayan Kalasan,Yk Utara,Yk Selatan

60 25 41.67 4

60 25 41.67 4

3 Godean Sleman, Sedayu

30 8.5 28.33 3 30 14.1 47 3

4 Medari Sleman 30 21 70 6

III.2. Teori Perencanaan Ketenagalistrikan

III.2.1. Perencanaan Ketenagalistrikan di Indonesia

Perencanaan ketenagalistrikan di Indonesia dilakukan dalam lingkup

nasional maupun daerah. Perencanaan ketenagalistrikan seperti yang tercantum

dalam Undang-undang No 30 tahun 2009, merupakan kewajiban bagi

penyelenggara pemerintahan yaitu Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Rencana

kebijakan bidang ketenagalistrikan dituangkan dalam Rencana Umum

Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Umum Ketenagalistrikan

Daerah (RUKD). Dalam melakukan penyusunan RUKD harus

mempertimbangkan RUKN dan disusun sesuai pedoman yang dikeluarkan oleh

pemerintah[1,2].

Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) merupakan dokumen

kebijakan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam lingkup nasional. RUKN

berisikan antara lain prakiraan kebutuhan tenaga listrik nasional, potensi dan

pemanfaatan sumber energi primer nasional, Jaringan Transmisi Nasional,

kebijakan pengembangan ketenagalistrikan nasional, sasaran dan rencana

pembangunan pengembangan ketenagalistrikan (pembangkit, transmisi dan

distribusi), rencana desa dan rumah tangga yang akan memperoleh tenaga listrik,

dan kelestarian fungsi lingkungan, serta kebutuhan dana pembangunan

ketenagalistrikan nasional.

Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD) adalah dokumen

kebijakan Pemerintah Daerah di bidang Ketenagalistrikan dalam lingkup daerah

Page 28: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

10  

baik untuk tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi. RUKD mencakup antara

lain prakiraan kebutuhan tenaga listrik daerah, potensi dan pemanfaatan sumber

energi primer setempat, jalur lintas transmisi sesuai dengan Rencana Umum Tata

Ruang Daerah, kebijakan pengembangan ketenagalistrikan daerah, sasaran dan

rencana pengembangan ketenagalistrikan daerah (pembangkit, transmisi dan

distribusi), rencana desa dan rumah tangga yang akan memperoleh tenaga listrik,

dan kelestarian fungsi lingkungan serta kebutuhan dana pembangunan tenaga

listrik. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik daerah mencakup yang

terhubung ke Jaringan Transmisi Nasional maupun yang tidak terhubung ke

Jaringan Transmisi Nasional.

Alur pikir dalam penyusunan RUKD adalah dengan mempertimbangkan

dan mengakomodasi hasil dari dokumen RUKN. Karena RUKD merupakan

dokumen kebijakan Pemerintah Daerah di bidang ketenagalistrikan yang memuat

sifat-sifat spesifik kedaerahan, maka isinya hendaknya merupakan perpaduan dari

RUKN namun dengan menambahkan unsur atau sifat spesifik kedaerahan[1,2,11].

Asas yang digunakan dalam upaya perencanaan ketenagalistrikan adalah

mengacu kepada biaya terendah (least cost) dan tidak hanya bersifat

konvensional. Dengan kata lain tidak hanya melingkupi perencanaan pada sisi

penyediaan tenaga listrik (supply side), namun juga termasuk pada sisi pemakaian

tenaga listrik dan harus berhubungan secara terintegrasi. Berikut adalah beberapa

asas dalam perencanaan ketenagalistrikan [11]:

1) Kebutuhan sarana dan pra sarana tenaga listrik

Sarana dan prasarana yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan

dan terintegrasi dalam sistem ketenagalistrikan. Selain itu juga harus ada

keterjaminan dalam sisi mutu, kehandalan, serta keseimbangan antara

kebutuhan dan ketersediaan tenaga listrik.

2) Alternatif biaya terendah

Dalam upaya mewujudkan keseimbangan antara kebutuhan dan

ketersediaan tenaga listrik, sarana dan prasarana harus mengedepankan

pertimbangan terhadap berbagai alternatif. Dari alternatif yang ada

kemudian dipertimbangkan juga tentang biaya investasi dan operasi

Page 29: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

11  

terendah untuk jangka waktu usia proyek yang sedang dilakukan (Least

Total Cost Ownership Alternatives).

3) Cakrawala perencanaan (Planning Horizon)

Perencanaan ketenagalistrikan jika ditinjau dari cakrawala waktu, bisa

dibagi menjadi 3, yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

panjang. Perencanaan jangka pendek adalah untuk kurun waktu 5 tahun

dan mencakup perencanaan distribusi. Perencanaan jangka menengah

memiliki jangka waktu 5 sampai dengan 10 tahun meliputi bidang

pembangkitan, transmisi dan gardu induk. Perencanaan yang lebih dari

10 tahun dikategorikan sebagai perencanaan jangka panjang yang berisi

tentang sistem ketenagalistrikan dan akan berfungsi sebagai pedoman

dalam penyusunan rencana jangka pendek dan menengah.

Proses perencanaan ketenagalistrikan melingkupi 9 hal berikut [11]:

1) Perencanaan pemenuhan kebutuhan tenaga listrik diawali dengan proyeksi

kebutuhan (demand) atau ramalan beban tenaga listrik untuk 15 (lima

belas) tahun ke depan di setiap sektor pemakai tenaga listrik, yaitu sektor

industri, komersial (bisnis), rumah tangga, sosial dan umum (publik) serta

pemerintahan. Rencana pemenuhan kebutuhan tenaga listrik ini

dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi daerah setempat, program

elektrifikasi dan mempertimbangkan kemungkinan pemanfaatan captive

power kedalam sistem secara keseluruhan atau dari kelebihan suplai

tenaga listrik yang tersedia. Ada berbagai model pendekatan untuk

menyusun proyeksi kebutuhan tenaga listrik yang tersedia antara lain

pendekatan ekonometrik, pendekatan proses, pendekatan time series,

pendekatan end use, pendekatan trend maupun gabungan dari berbagai

model pendekatan perencanaan.

2) Perencanaan pengembangan pembangkitan (generation expansion

planning) disusun berdasarkan asas optimasi atau biaya terendah (least

total cost ownership) dengan memperhatikan ketersediaan sumber energi

primer setempat, sifat ragam beban, beban puncak, teknologi/jenis

pembangkitan, dan faktor eksternal lain yang perlu diperhatikan, seperti

Page 30: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

12  

dampak lingkungan hidup dan dampak sosial. Metode optimasi biaya

penyediaan tenaga listrik dan pemilihan teknologi pembangkit harus

memperhatikan ketersediaan energi primer, biaya tetap dan biaya variable.

Ada berbagai perangkat lunak yang dapat dipergunakan untuk proses

optimasi penyediaan tenaga listrik antara lain piranti lunak Wien

Automatic Sistem Planning (WASP). Piranti WASP ini dapat

menghasilkan keluaran (output ) berupa jenis dan kebutuhan kapasitas

pembangkit serta waktu operasi yang paling optimal untuk memenuhi

kebutuhan tenaga listrik.

3) Tingkat kehandalan dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik dengan

adanya cadangan tenaga listrik yang memadai. Hal ini akan menjadi

pertimbangan sebagai kriteria dalam perencanaan ketenagalistrikan.

Tingkat cadangan atau kehandalan ini juga memperhatikan penalti

ekonomi yang akan diterima masyarakat apabila terjadi pemadaman.

Selain itu hendaknya mempertimbangkan faktor kebijakan setempat yang

akan mempengaruhi biaya penyediaan dan tarif tenaga listrik.

4) Mengedepankan ketersediaan energi primer, terutama dari sumber energi

baru dan terbarukan. Selain itu juga mempertimbangkan alternatif pilihan

teknologi dan jenis pembangkitan agar dapat tercapai hasil yang optimal

pada pemanfaatan potensi, efisiensi, keekonomian, dan dampak yang tidak

merugikan terhadap lingkungan sehingga terjamin keberlanjutannya

hingga kurun waktu yang dikehendaki.

5) Pemanfaatan sumber energi setempat dan prioritas pemilihan aneka ragam

energi yang tersedia dengan urutan prioritas energi terbarukan, bahan

bakar gas, batubara, dan bahan bakar minyak.

6) Perencanaan penyediaan tenaga listrik hendaknya diintegrasikan dengan

perencanaan pemanfaatan energi pada sisi pemakaian tenaga listrik,

sehingga program-program Demand Side Management, antara lain

program pemanfaatan tenaga listrik untuk tujuan yang produktif dan

program hemat energi lainnya merupakan bagian yang integral dari proses

perencanaan ketenagalistrikan secara keseluruhan.

Page 31: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

13  

7) Perencanaan pengembangan sistem transmisi dan distribusi hendaknya

dilakukan selaras dengan keseimbangan antara kebutuhan dan kapasitas,

berdasar pada kriteria perencanaan yang digunakan.

8) Setelah dibuat proyeksi kebutuhan tenaga listrik suatu sistem tertentu,

disusun prakiraan beban gardu induk yang memberi informasi

pertumbuhan kebutuhan beban sesuai lokasi geografis gardu induk, dapat

berupa penambahan kapasitas trafo atau pembuatan gardu induk baru,

berikut kebutuhan fasilitas jaringan transmisi dan distribusinya.

9) Bersama dengan pengembangan transmisi, dilakukan juga perencanaan

distribusi. Metode yang dapat digunakan adalah menggunakan faktor

elastisitas antara panjang Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan

Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dengan penjualan energi listrik, dan

elastisitas antara penambahan pelanggan dengan trafo distribusi

Pemerintah Kabupaten/Kota mendapatkan peran dan posisi yang sangat

penting dalam menyusun rencana umum ketenagalistrikan karena perlu

mempertimbangkan potensi, kondisi perekonomian dan keterkaitan tanggung

jawab wilayah administrasi dengan pengelolaan sistem ketenagalistrikan. Hal itu

karena Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan pelaksana perencanaan energi

pada tingkatan paling bawah.

Rencana ketenagalistrikan pada tingkat Kabupaten/Kota seluruh Indonesia

mempunyai format yang sama dan mencakup hal-hal sebagai berikut[11]:

1) Perkembangan dan prakiraan kebutuhan tenaga listrik Kabupaten/Kota

yang on-grid dan off-grid. Kebutuhan tenaga listrik mencakup kebutuhan

listrik menurut sektor kegiatan ekonomi yaitu di sektor industri, sektor

rumah tangga, sektor komersial (bisnis) dan lainnya.

2) Perkembangan dan rencana penyediaan tenaga listrik yang on-grid dan off-

grid. Penyediaan tenaga listrik mencakup pembangkitan, gardu induk,

gardu distribusi dan gardu trafo, transmisi (JTT dan JTM), distribusi (JTR)

dan listrik perdesaan.

Page 32: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

14  

3) Neraca daya untuk on-grid dan off-grid. Neraca daya berisi prakiraan

kebutuhan tenaga listrik dan rencana pembangunan pembangkit tenaga

listrik.

4) Rencana kebutuhan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik.

5) Rencana Umum Tata Ruang Wilayah untuk JTR, JTM dan JTT.

6) Rencana pendanaan.

7) Perkembangan Captive Power.

8) Potensi energi primer setempat.

9) Kebijakan ketenagalistrikan daerah.

Berdasarkan masukan dari IUPL dan ketersediaan sumberdaya energi

setempat, perencanaan ketenagalistrikan dibedakan menjadi 4 tipe. Berikut adalah

jenis/tipe perencanaan RUKD Kabupaten/Kota berkaitan dengan tanggung jawab

Pemerintah Kabupaten/Kota dan pelaku usaha di sektor ketenagalistrikan[11].

1) Tipe I

Kabupaten/Kota yang termasuk dalam klasifikasi perencanaan tipe I

menggambarkan bahwa wilayah administrasi dari suatu Kabupaten/Kota

sama persis dengan wilayah usaha dari suatu pelaku usaha atau Pemegang

IUPL. RUKD dari Kabupaten/Kota dari tipe I ini berisi seperti diuraikan di

atas dan sebagian besar isi RUKD bersumber dari RPTL dari suatu pelaku

usaha atau Pemegang IUPL dan Pemegang Izin Operasi yang beroperasi di

wilayah administrasinya.

2) Tipe II

Kabupaten/Kota yang termasuk dalam klasifikasi perencanaan tipe II

menggambarkan bahwa wilayah administrasi dari suatu Pemerintah

Kabupaten/Kota terdiri dari beberapa wilayah usaha dari beberapa

Pemegang IUPL. Isi RUKD Kabupaten/Kota tipe II sama dengan isi

RUKD tipe I, akan tetapi sebagian besar isinya berasal dari RPTLRPTL

semua pelaku usaha atau para Pemegang IUPL dan Pemegang Izin Operasi

yang berada di wilayah administrasinya.

Page 33: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

15  

3) Tipe III

Kabupaten/Kota yang termasuk dalam klasifikasi perencanaan tipe III

menggambarkan bahwa wilayah administrasi dari suatu Kabupaten/Kota

merupakan bagian dari suatu wilayah usaha dari satu Pemegang IUPL. Isi

RUKD Kabupaten/Kota tipe III sama dengan isi RUKD tipe I dan tipe II,

akan tetapi sebagian besar isinya berasal dari sebagian RPTL pelaku usaha

atau Pemegang IUPL dan Pemegang Izin Operasi yang beroperasi di

wilayah administrasinya. Hal ini karena wilayah usaha suatu Pemegang

IUPL tersebut terdiri dari beberapa wilayah administrasi Kabupaten/Kota.

4) Tipe IV

Kabupaten/Kota yang termasuk dalam klasifikasi perencanaan tipe IV

menggambarkan bahwa wilayah administrasi dari suatu Kabupaten/Kota

merupakan bagian dari beberapa wilayah usaha dari beberapa Pemegang

IUPL. Isi RUKD Kabupaten/ Kota tipe IV sama dengan isi RUKD tipe I,

II, dan III, akan tetapi sebagian besar isinya berasal dari sebagian RPTL-

RPTL semua pelaku usaha atau Pemegang IUPL dan Pemegang Izin

Operasi yang berada di wilayah administrasinya.

Alur proses keterkaitan penyusunan kebutuhan tenaga listrik, penyediaan

tenaga listrik, neraca daya dan kebijakan spesifik daerah menunjukkan bahwa

kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik yang ada dalam neraca daya berasal dari

prakiraan atau proyeksi kebutuhan tenaga listrik dan rencana pembangunan

penyediaan tenaga listrik. Sedang kebijakan ketenagalistrikan setempat dapat

diturunkan dari neraca daya yang ada, di mana kebijakan ini selanjutnya akan

mempengaruhi kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik kabupaten dimasa yang

akan datang.

III.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan Energi

Listrik

Penggunaan tenaga listrik diperkirakan akan selalu meningkat setiap

tahunnya. Hal ini dikarenakan oleh semakin berkembangnya kebutuhan

Page 34: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

16  

masyarakat yang harus dipenuhi. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap

tingkat kebutuhan tenaga listrik, seperti faktor ekonomi, kependudukan,

kewilayahan, dan lain-lain. Menurut [10] tingkat kebutuhan energi listrik

dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

1) Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat kebutuhan tenaga listrik

adalah pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Secara

umum, PDRB dapat dibagi menjadi 3 sektor, yaitu PDRB sektor

komersial (bisnis), sektor industry dan sektor publik. Kegiatan ekonomi

yang dikategorikan sebagai sektor komersial/bisnis adalah sektor listrik,

gas dan air bersih, bangunan dan konstruksi, perdagangan, serta

transportasi dan komunikasi. Kegiatan ekonomi yang termasuk sektor

publik adalah jasa dan perbankan, termasuk lembaga keuangan selain

perbankan. Sektor Industri sendiri adalah mencakup kegiatan industri

migas dan manufaktur.

2) Faktor Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh besar terhadap kebutuhan

tenaga listrik selain faktor ekonomi. Sesuai dengan prinsip demografi,

pertumbuhan penduduk akan terus turun setiap tahunnya sampai pada

suatu saat akan berada pada kondisi yang stabil.

3) Faktor Perencanaan Pembangunan Daerah

Berjalannya pembangunan daerah akan sangat dipengaruhi oleh tingkat

perekonomian daerah itu sendiri. Dalam hal ini baik langsung maupun

tidak langsung, faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kebutuhan

energi listrik seiring dengan berjalannya pembangunan. Pemerintah

Daerah sebagai pelaksana pemerintahan di tingkat daerah akan

mengambil peran penting dalam perencanaan pengembangan wilayah.

Hal itu berbentuk kebijakan yang tertuang dalam berbagai produk

peraturan daerah. Termasuk di dalamnya adalah perencanaan tentang

tata guna lahan, pengembangan industri, kewilayahan, pemukiman dan

faktor geografis.

Page 35: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

17  

4) Faktor Lain-lain

Selain 3 faktor di atas, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi

tingkat kebutuhan energi listrik di antaranya luas bangunan konsumen,

tingkat pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan lain-lain. Namun

beberapa faktor tersebut hanya berpengaruh dalam kajian spesifik

masing-masing sektor tarif dan bukan dalam skala makro.

III.2.3. Model dan Pendekatan Perencanaan Energi

Untuk melakukan perencanaan dalam bidang apapun, tentu harus ada

metode yang baku yang digunakan. Ada berbagai model pendekatan untuk

menyusun prakiraan kebutuhan tenaga listrik yang tersedia antara lain pendekatan

ekonometrik, pendekatan proses, pendekatan time series, pendekatan end-use,

pendekatan trend maupun gabungan dari berbagai model pendekatan perencanaan.

Dari beberapa metode tersebut, yang sering digunakan sebagai pendekatan untuk

proyeksi kebutuhan energi listrik adalah metode pendekatan ekonometri dan

pendekatan end-use. Perbedaan utama dari kedua metode tersebut adalah pada

jenis data yang dimasukkan (data input). Pada model ekonometri, data yang

digunakan sebagai data masukan seperti pendapatan daerah, pendapatan per kapita

dan data lain yang bersifat ekonomi, kemudian dihubungkan dengan kebutuhan

energi.

III.2.3.1. Pendekatan Model Ekonometri

Komponen utama dari analisis dengan model ekonometri adalah pada data

masukkan atau variabel yang bersifat ekonomi yang kemudian dihubungkan

dengan tingkat kebutuhan energi listrik. Kelebihan dari model ini adalah tidak

terlalu banyaknya data yang harus digunakan sebagai variabel input. Biasanya

proyeksi kebutuhan energi listrik dengan pendekatan model ini tidak

memperhitungkan secara detail teknologi yang digunakan dalam

ketenagalistrikan.

Sebagian besar dari model ekonometri mendasarkan perhitungan bidang

energi pada fungsi Cobb-Douglas seperti pada persamaan (3.1)[8].

Page 36: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

18  

E = aYα P-β (3.1)

Di mana,

E = kebutuhan energi (permintaan energi/energy demand)

Y = pendapatan (income)

P = harga energi

a = koefisien

α = elastisitas pendapatan dari permintaan energi

β = elastisitas harga energi dari permintaan energi

Dari persamaan (3.1) menunjukkan adanya faktor elastisitas harga energi

dan pendapatan. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan tingkat kebutuhan

energi sebagai hasil dari perubahan pendapatan dan harga energi dalam

pendekatan menggunakan model ekonometri.

III.2.3.2. Pendekatan Proses

Pendekatan proses secara umum tidak bisa digunakan untuk bidang di luar

energi. Hal ini karena dalam pendekatan model ini menguraikan aliran energi dari

awal hingga akhir permintaan. Proses yang dilalui mulai dari ekstraksi sumber

daya energi, penyulingan, konversi, transportasi, penimbunan, transmisi dan

distribusi menjadi variable yang diperhitungkan. Kelemahannya adalah tidak

adanya variabel dari faktor ekonomi sehingga tidak terjadi interaksi antara

ekonomi dan energi[9]. Oleh sebab itu hasilnya belum bisa secara tegas digunakan

dalam kebijakan yang berhubungan dengan bidang ekonomi. Manfaat yang

menjadi keunggulan dari pendekatan proses adalah mudah mengakomodasi bahan

bakar tradisional, dapat dilakukan dengan perhitungan sederhana dan metode

paling cocok dalam menguraikan alternatif teknologi yang ada saat ini.

III.2.3.3. Pendekatan Trend

Pendekatan trend dilakukan dengan melakukan proyeksi berdasarkan data

historis di masa lalu. Data tersebut kemudian diekstrapolasikan berdasarkan

kecenderungan yang terjadi. Bisa dihubungkan dangan rata-rata dari data tersebut

maupun dengan memilih jenis kurva yang diinginkan. Keunggulannya adalah data

Page 37: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

19  

yang diperlukan bersifat sederhana. Namun, ada juga kelemahannya terutama

karena tidak dapat menggambarkan perubahan struktural yang terjadi dari masing-

masing variabel yang berpengaruh baik untuk faktor teknologi maupun ekonomi.

Selain itu, ada kecenderungan bahwa kejadian di masa lalu tidak secara tegas akan

menggambarkan kondisi pada masa yang akan datang[9].

III.2.3.4. Pendekatan end-use

Model pendekatan end-use juga dikenal sebagai pendekatan engineering

model. Pendekatan ini akan lebih detail walaupun secara perhitungan

menggunakan fungsi yang lebih sederhana. Pertimbangan teknologi yang

digunakan dalam proses aliran energi juga menjadi variabel perhitungan.

Pendekatan ini sangat cocok untuk keperluan proyeksi efisiensi energi karena

dimungkinkan untuk secara eksplisit mempertimbangkan perubahan teknologi dan

tingkat pelayanan.

Permintaan energi dari masing-masing kegiatan merupakan produk dari dua

faktor, yaitu tingkat aktivitas (layanan energi) dan intensitas energi (penggunaan

energi per unit layanan energi). Selain itu, permintaan total maupun permintaan

energi sektoral dipengaruhi oleh rincian kegiatan yang berbeda yang membentuk

komposisi, atau struktur permintaan energi[8].

. 3.2

Dimana,

Qi = jumlah dari layanan energi i

Ii = intensitas penggunaan energi untuk layanan energi i

Jumlah aktivitas energi Qi tergantung pada beberapa faktor, termasuk di

dalamnya jumlah populasi, proporsi penggunaan akhir energi, pola konsumsi

energi, dan pada keadaan tertentu di mana diperlukan pembagian pada klasifikasi

pengguna atau pelanggan. Pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan

trend dan end-use.

Page 38: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

20  

III.2.4. Teori Permintaan dan Penawaran

III.2.4.1. Pergeseran Kurva Permintaan

Permintaan dan penawaran adalah model ekonomi yang berdasarkan pada

harga, utilitas dan kuantitas pasar. Hal itu berarti bahwa harga berfungsi sebagai

tolok ukur perhitungan kuantitas permintaan dari pelanggan, jumlah penawaran

dari produsen, kemudian akan menghasilkan keseimbangan ekonomi dari harga

dan kuantitas. Peningkatan jumlah yang diproduksi atau permintaan biasanya akan

mengakibatkan penurunan harga dan juga berlaku sebaliknya[8].

Gambar 3.1 Pergeseran kurva permintaan

dimana

D : kurva permintaan (Demand)

S : kurva penawaran (Supply)

Q : kuantitas equilibrium (Equilibrium Quantity)

P : harga equilibrium (Equilibrium Price)

Ketika konsumen meningkatkan kuantitas yang diminta pada harga tertentu,

ini disebut sebagai peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan dapat

digambarkan pada grafik sebagai kurva yang bergeser ke luar. Pada setiap titik

harga, kuantitas yang lebih besar yang dituntut, sebagai ditampilkan dari awal D1

kurva ke kurva baru D2. Dalam Gambar 3.1, menunjukkan meningkatnya harga

ekuilibrium dari P1 ke P2 yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan kuantitas

ekuilibrium dari Q1 ke Q2 yang lebih tinggi. Sebuah pergerakan sepanjang kurva

digambarkan sebagai sebuah "perubahan dalam kuantitas yang diminta" untuk

membedakannya dari sebuah "perubahan permintaan," yaitu pergeseran

Page 39: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

21  

kurva. Dalam contoh di atas, telah terjadi peningkatan permintaan yang telah

menyebabkan peningkatan (ekuilibrium) kuantitas. Peningkatan permintaan juga

bisa datang dari perubahan selera dan mode, pendapatan, melengkapi dan

pengganti perubahan harga, ekspektasi pasar, dan jumlah pembeli. Hal ini akan

menyebabkan seluruh kurva permintaan bergeser mengubah harga dan kuantitas

ekuilibrium.

Jika permintaan berkurang, maka yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu

pergeseran kurva ke dalam. Jika permintaan dimulai pada D2, dan menurun

hingga D1, harga akan berkurang, dan kuantitas akan berkurang. Ini adalah efek

dari perubahan permintaan. Kuantitas yang ditawarkan pada masing-masing harga

adalah sama seperti pada perubahan permintaan sebelumnya (baik pada Q1 dan

Q2). Perbedaannya terletak pada ekuilibrium kuantitas, harga dan permintaan.

Pada setiap titik, jumlah yang lebih besar dituntut untuk dipenuhi (bila ada

pergeseran dari D1 ke D2).

Kurva permintaan "bergeser" karena harga non-determinan dari permintaan

telah berubah. Secara grafis, pergeseran ini disebabkan oleh perubahan dalam x-

intercept. Sebuah pergeseran dalam kurva permintaan akibat perubahan harga

non-determinan dari permintaan akan mengakibatkan pasar berada dalam keadaan

non-ekuilibrium. Jika kurva permintaan bergeser keluar, hasilnya akan menjadi

berkurang, kuantitas permintaan dengan harga pasar yang baru akan melebihi

kuantitas yang ditawarkan. Jika kurva permintaan bergeser ke dalam, maka terjadi

surplus karena kuantitas penawaran dengan harga pasar yang baru akan melebihi

jumlah yang diminta. Proses di mana kesetimbangan baru terbentuk bukan bagian

dari statika komparatif. Jawaban terhadap isu-isu tentang kapan, apa dan

bagaimana keseimbangan baru akan dibentuk adalah isu-isu yang ditangani oleh

model stokastik dinamika ekonomi.

III.2.4.2. Pergeseran Kurva Penawaran

Ketika perubahan biaya penawaran untuk suatu output, kurva penawaran

bergeser ke arah yang sama. Gambar 3.2 menyajikan kurva penawaran

bergeser. Produsen akan bersedia untuk menyediakan lebih banyak produk di

Page 40: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

22  

setiap harga dan ini menggeser kurva penawaran ke luar S1 ke S2, mewakili

kenaikan penawaran. Peningkatan pasokan ini menyebabkan harga ekuilibrium

untuk penurunan dari P1 ke P2. Kuantitas ekuilibrium meningkat dari Q1 ke Q2

sebagai hasil dari kuantitas permintaan yang meluas pada harga baru yang lebih

rendah. Dalam pergeseran kurva penawaran, harga dan kuantitas bergerak dalam

arah yang berlawanan.

Gambar 3.2 Pergeseran kurva penawaran[8]

dimana

D : kurva permintaan (Demand)

S : kurva penawaran (Supply)

Q : kuantitas equilibrium (Equilibrium Quantity)

P : harga equilibrium (Equilibrium Price)

Jika kuantitas yang ditawarkan berkurang pada harga tertentu, maka yang

terjadi adalah sebaliknya. Jika kurva penawaran dimulai pada S2, dan bergeser ke

kiri untuk S1, permintaan menyempit, harga ekuilibrium akan meningkat, dan

kuantitas keseimbangan akan berkurang. Ini adalah efek perubahan pasokan.

Kuantitas yang diminta pada tiap harga adalah sama seperti sebelum terjadi

pergeseran (baik pada Q1 dan Q2). Pada keadaan ekuilibrium kuantitas, harga dan

suplai berubah.

III.2.5. Perangkat Lunak untuk Perencanaan Energi[15]

Energi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Pada decade terakhir perhatian terhadap isu energi semakin meningkat

bersamaan dengan isu lingkungan. Oleh karena itu, muncul banyak perangkat

Page 41: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

23  

lunak yang dapat digunakan sebagai media dalam melakukan perencanaan energi.

Developer yang menyediakan program untuk ini juga muncul dari berbagai

kalangan, dari akademisi hingga pelaku usaha, dan dari yang bersifat profit

sampai non-profit.

III.2.5.1. Cities for Climate Protection Software (CCP)

CCP adalah sebuah perangkat lunak yang dirancang terutama untuk

membantu anggota ICLEI untuk Kampanye Perlindungan Iklim (Climate

Protection Campaign) mengembangkan rencana aksi iklim lokal. ICLEI adalah

Dewan Internasional untuk Inisiatif Lingkungan Lokal (International Council for

Local Environmental Initiatives). Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk

mengembangkan persediaan emisi gas rumah kaca untuk kota-kota berdasarkan

penggunaan energi dan limbah generasi. Selain itu juga dapat digunakan untuk

membantu menghitung penghematan keuangan, pengurangan polutan udara dan

manfaat lain dari strategi pengurangan emisi gas rumah kaca.

III.2.5.2. COMPEED XL

XL COMPEED Excel berbasis biaya-manfaat dan efektivitas biaya toolbox

untuk pribadi dan pengambil keputusan publik. Program ini dirancang untuk

melakukan berorientasi eksternalitas techno-proyek energi ekonomi analisis.

Untuk pembuat kebijakan, COMPEED dapat digunakan untuk membandingkan

proyek-proyek yang berbeda dan panjang, sehingga memungkinkan untuk

menentukan prioritas di antara berbagai alternatif. Bagi investor finansial,

COMPEED dapat digunakan untuk studi investasi swasta, sehingga dapat untuk

memperhitungkan keputusan "go-no-go". COMPEED menawarkan biaya-manfaat

dan analisis efektivitas biaya yang didasarkan pada berbagai manfaat dan biaya

penting yang mengelilingi sebuah keputusan, termasuk sumber daya energi,

lingkungan, biaya ekonomi, biaya keuangan, kesempatan kerja, neraca

pembayaran, biaya fiskal. Selain itu, program ini juga dapat menggabungkan efek

dari waktu ke waktu, membuat proyek-proyek atau program yang memiliki

perbedaan kondisi pada variabel keuangan atau sumber-sumber ekonomi.

Page 42: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

24  

III.2.5.3. EnergyPLAN

EnergyPLAN adalah sebuah alat berbasis Windows yang dibuat untuk

membantu dalam desain nasional atau regional tentang strategi perencanaan

energi. Program ini menggunakan model deterministik masukan/keluaran. Secara

umum, inputnya berupa data sumber energi terbarukan, kapasitas stasiun energi,

biaya dan sejumlah pilihan yang berbeda menekankan pada strategi peraturan

impor/ekspor dan kelebihan produksi listrik. Hasil/keluaran yang dihasilkan

berupa keseimbangan energi dan hasil produksi tahunan, konsumsi bahan bakar,

impor/ekspor listrik, dan biaya total termasuk pendapatan dari pertukaran listrik.

EnergyPLAN telah diterapkan di Denmark dan sejumlah negara Eropa lainnya.

Ini adalah model deterministik dengan menggunakan beban simulasi per jam

untuk satu tahun.Model ini mampu mengoptimalkan pengoperasian sistem

tertentu di semua bahan bakar yang bertentangan dengan model-model yang

mengoptimalkan dalam sistem investasi. EnergyPLAN didasarkan pada

pemrograman sebagai lawan dari iterasi, pemrograman dinamis atau alat

matematika lanjutan.

III.2.5.4. Energy Costing Tool

Sebagai pengakuan atas peran penting yang dimainkan energi dalam

mencapai MDGs, UNDP Program Energi Berkelanjutan (UNDP's Sustainable

Energy Programme ) telah mengembangkan seperangkat alat untuk membantu

perhitungan energi utama ke dalam MDGs berbasis strategi pembangunan

nasional. Sebuah bagian penting dari MDG pengembangan berbasis strategi

pembangunan nasional adalah penetapan biaya MDG, yang secara spesifik

menghitung keuangan dan sumber daya manusia yang diperlukan, serta

infrastruktur yang diperlukan, untuk memenuhi MDGs. Perangkat biaya energi

telah dirancang secara khusus untuk membantu pemerintah perencana dan

pengambil keputusan memperkirakan jumlah dan jenis investasi energi yang

dibutuhkan untuk memenuhi MDGs. Hasil penilaian tersebut dapat membentuk

dasar bagi negara berkembang strategi khusus untuk memenuhi MDGs pada tahun

Page 43: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

25  

2015. Selain itu, menyediakan kerangka kerja bagi penganggaran yang transparan

terhadap pengeluaran publik untuk memenuhi MDGs.

III.2.5.5. ENPEP (The Energy and Power Evaluation Program)

ENPEP adalah satu alat analisis energi, lingkungan, dan ekonomi yang

memiliki 10 set modul. ENPEP dikembangkan oleh Argonne National Laboratory

Amerika Serikat dengan dukungan dari US Department of Energy. Beberapa

modul ENPEP dikembangkan oleh dan merupakan properti dari Badan Energi

Atom Internasional (IAEA).ENPEP dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh

sistem energi (penawaran dan sisi permintaan), melakukan analisis rinci dari

sistem tenaga listrik, dan mengevaluasi dampak lingkungan dari strategi energi

yang berbeda. Setiap modul memiliki keterkaitan otomatis dengan modul ENPEP

lain serta kemampuan berdiri sendiri.

III.2.5.6. HOMER

Homer menyederhanakan tugas mengevaluasi pilihan desain baik untuk off-

grid dan grid-connected untuk pengendalian, stand-alone, dan aplikasi distribusi

hasil pembangkitan. Homer memiliki optimasi dan algoritma analisis sensitivitas

yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi dan teknis dari

sejumlah besar pilihan teknologi dan untuk memperhitungkan variasi dalam biaya

teknologi serta ketersediaan sumber daya energi. Homer dapat memodelkan

berbagai teknologi energi konvensional dan teknologi energi terbarukan. Sumber

daya yang dapat dimodelkan meliputi panel surya (PV), turbin angin, mikrohidro,

solar, bensin, biogas, microturbines dan bahan bakar sel.

III.2.5.7. LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning)

LEAP adalah perangkat yang sangat komprehensif dalam merencanakan

energi. Banyak variabel yang bisa menjadi input variabel seperti pendapatan

(PDRB), populasi, teknologi, hingga proyeksi permintaan. Untuk selengkapnya

tentang LEAP akan dibahas di bagian lain dalam bab ini.

Page 44: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

26  

III.2.5.8. MESSAGE

MESSAGE digunakan untuk merumuskan dan mengevaluasi strategi

pasokan energi alternatif di bawah yang ditetapkan pengguna yang berbeda dan

kendala fisik. Contohnya antara lain membatasi investasi baru, tingkat penetrasi

pasar untuk teknologi baru, ketersediaan dan perdagangan bahan bakar, emisi

lingkungan, dll. MESSAGE sangat fleksibel dan dapat juga digunakan untuk

menganalisa energi/listrik pasar dan isu perubahan iklim. Model ini memiliki

karakteristik yang sama model sebagai MARKAL, EFOM dan KALI. MESSAGE

dapat memilih biaya yang paling efektif dan sistem teknologi termasuk sistem

distribusi energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan layanan energi yang

sudah ditentukan. Tidak seperti model optimasi lain, aplikasi ini tidak

memerlukan pembelian GAMS, atau solver komersial. Di dalamnya sudah

tersedia Linear Programming (LP) sebagai solver gratis.

III.2.5.9. RETScreen

RETScreen International Clean Energy Project Analysis Software dapat

digunakan di seluruh dunia untuk mengevaluasi produksi energi, biaya siklus-

hidup dan pengurangan emisi gas rumah kaca untuk berbagai jenis hemat energi

dan teknologi energi terbarukan (RETs). Software ini juga mencakup produk,

biaya dan database cuaca. The RETScreen International Online Product Database

menyediakan akses informasi ke lebih dari 1.000 produsen teknologi energi bersih

di seluruh dunia, termasuk situs web dan internet langsung link dari dalam

perangkat lunak dan RETScreen dari Situs Marketplace. Selain itu, database

menyediakan akses ke sejumlah produsen produk yang terkait dengan data kinerja

dan spesifikasi produk. Data ini dapat "disisipkan" ke sel-sel yang relevan dalam

perangkat lunak RETScreen. Perangkat lunak RETScreen ini termasuk modul

untuk mengevaluasi energi angin, hydro kecil, tenaga surya fotovoltaik (PV),

gabungan panas dan tenaga, biomassa pemanas, pemanas air matahari, pemanas

tenaga surya pasif dan pendinginan.

Page 45: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

27  

III.2.5.10. SUPER

SUPER adalah model yang berguna untuk studi perencanaan koneksi energi

dalam kurun waktu beberapa tahun. Parameter yang digunakan seperti hydro-risk,

fitur reservoir, pertumbuhan permintaan, karakteristik parameter per jam,

konservasi energi dan program pengelolaan beban, biaya bahan bakar, periode

pelaksanaan proyek, interkoneksi, dll. Program ini digunakan oleh lebih dari 10

negara, oleh entitas perencanaan listrik nasional, regulasi sektor listrik dan

lembaga kontrol, konsultan, serta perusahaan pembangkitan dan transmisi.

III.2.5.11. TIMES/MARKAL

MARKAL (Market Allocation) adalah perangkat untuk pemodelan terkait

dengan energi, ekonomi dan lingkungan. Hal ini dikembangkan sebagai upaya

kolaborasi yang berada di bawah pengawasan Badan Energi Internasional

Teknologi Energi Program Analisis Sistem (ETSAP). MARKAL adalah model

generik yang disesuaikan dengan data input untuk mewakili perubahan selama

periode tertentu, biasanya 20-50 tahun dari energi spesifik-sistem lingkungan di

tingkat nasional, regional, negara bagian atau provinsi, maupun tingkatan tertentu

dalam masyarakat. Sistem yang ada direpresentasikan sebagai jaringan,

menggambarkan semua kemungkinan aliran energi dari ekstraksi sumber daya,

melalui transformasi energi dan perangkat dalam pengguna akhir (end-use), dan

berguna untuk pemenuhan permintaan energi. Setiap link dalam jaringan dicirikan

oleh satu set koefisien teknis (misalnya, kapasitas, efisiensi), koefisien emisi

lingkungan (misalnya, CO2, Sox, Nox), dan koefisien ekonomi (misalnya, biaya

modal, tanggal komersialisasi). Banyak pilihan sistem jaringan energi atau

Referensi Energy Systems (RES) yang layak untuk setiap jangka waktu

tertentu. MARKAL mampu menemukan RES terbaik untuk setiap jangka waktu

dengan memilih serangkaian pilihan yang meminimalkan total biaya untuk

masing-masing sistem perencanaan. Banyak model yang terpadu di dalam

perangkat lunak ini sehingga akan memperoleh banyak pilihan alternatif.

Page 46: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

28  

Data secara lengkap tentang spesifikasi dan informasi perangkat lunak untuk

perencanaan energi ada di bagian lampiran. Dalam penelitian ini akan

menggunakan perangkat lunak LEAP.

III.3. Perangkat Lunak LEAP

Sumber pembahasan mengenai LEAP ini merupakan rangkuman kombinasi

dari sumber [6,7,8,9,15,16]. LEAP adalah alat pemodelan dengan skenario

terpadu yang komprehensif berbasis pada lingkungan dan energi. LEAP mampu

merangkai skenario untuk berapa konsumsi energi yang dipakai, dikonversi dan

diproduksi dalam suatu sistem energi dengan berbagai alternatif asumsi

kependudukan, pembangunan ekonomi, teknologi, harga dan sebagainya. Hal ini

memudahkan untuk pengguna aplikasi ini memperoleh fleksibilitas, transparansi

dan kenyamanan.

LEAP bukan hanya merupakan sebuah alat hitung dan analisis, tetapi juga

dapat menyesuaikan keinginan pengguna dengan menentukan model perhitungan

lain berbasis ekonometri. Pengguna dapat melakukan kombinasi dan

mencocokkan metodologi ini seperti yang diperlukan dalam suatu

analisis. Sebagai contoh, pengguna dapat membuat top-down proyeksi permintaan

energi di satu sektor yang didasarkan pada beberapa indikator makroekonomi

(harga, PDB), sekaligus menciptakan dengan rinci perkiraan bottom-up

berdasarkan analisis pengguna akhir (end-use) di sektor lain.

LEAP mendukung untuk proyeksi permintaan energi akhir maupun

permintaan pada energi yang sedang digunakan secara detail termasuk cadangan

energi, transportasi, dan lain sebagainya. Pada sisi penawaran, LEAP mendukung

berbagai metode simulasi untuk pemodelan baik perluasan kapasitas maupun

proses pengiriman dari pembangkit. Di dalam LEAP terdapat database

Teknologi dan Lingkungan Database (TED) berisi data mengenai biaya, kinerja

dan faktor emisi lebih dari 1000 teknologi energi. LEAP dapat digunakan untuk

menghitung profil emisi dan juga dapat digunakan untuk membuat skenario emisi

dari sektor non- energi (misalnya dari produksi semen, perubahan penggunaan

lahan, limbah padat, dll).

Page 47: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

29  

LEAP memiliki fitur yang dirancang untuk membuat dan menciptakan

skenario, mengelola dan mendokumentasikan data dan asumsi, serta melihat

laporan hasil dengan mudah dan fleksibel. Sebagai contoh, struktur data utama

LEAP secara intuitif ditampilkan sebagai hirarki "pohon" (tree) yang dapat diedit

dengan “menyeret dan menjatuhkan” (drag and drop) atau copy dan paste setiap

“cabang” (branch) yang ada. Tabel standar neraca energi dan diagram Reference

Energy System (RES) secara otomatis digenerasi dan terus disinkronisasi

bersamaan dengan pengguna (user) mengedit pohon. Hasil tampilan adalah

laporan yang digenerasikan dengan sangat kuat sehingga mampu menghasilkan

ribuan laporan dalam bentuk diagram atau tabel.

LEAP dirancang untuk dapat bekerja secara terhubung dengan produk

Microsoft Office (Word, Excel, PowerPoint) sehingga mudah untuk impor, ekspor

dan menghubungkan ke data serta model yang dibuat di tempat lain. Perancang

program aplikasi ini adalah dari Stokholm Environment Institute (SEI) dan

memiliki komunitas yang saling berinteraksi yaitu COMMEND (Community for

Energy Environment and Development). Administrator dan moderatornya adalah

Dr. Charles Heaps.

III.3.1. Bagian-bagian LEAP

Ketika pertama membuka aplikasi LEAP, maka akan muncul tampilan seperti

pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Tampilan LEAP

Perangkat lunak LEAP yang digunakan adalah keluaran tahun 2008 seri

2008.0.0.65, Dictionary Version 285. Lisensi yang digunakan adalah lisensi untuk

Page 48: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

30  

pendidikan seperti ditunjukkan pada lampiran. Bagian-bagian menu yang ada

pada tampilan windows sangat mudah dimengerti dan dapat disesuaikan

bahasanya sesuai yang tersedia pada Operating System Windows yang digunakan.

LEAP memiliki beberapa terminologi umum, di antaranya sebagai berikut :

Area : sistem yang sedang dikaji (contoh : negara atau wilayah)

Current Accounts : data yang menggambarkan Tahun Dasar (tahun awal) dari

jangka waktu kajian.

Scenario : sekumpulan asumsi mengenai kondisi masa depan

Tree : diagram yang merepresentasikan struktur model yang disusun seperti

tampilan dalam Windows Explorer. Tree terdiri atas beberapa Branch. Terdapat

empat Branch utama, yaitu Driver Variable, Demand, Transformation, dan

Resources. Masing-masing Branch utama dapat dibagi lagi menjadi beberapa

Branch tambahan (anak cabang).

Branch : cabang atau bagian dari Tree, Branch utama ada empat, yaitu Modul

Variabel Penggerak (Driver Variable), Modul Permintaan (Demand), Modul

Transformasi (Transformation) dan Modul Sumber Daya Energi (Resources).

Expression : formula matematis untuk menghitung perubahan nilai suatu variabel.

Saturation : perilaku suatu variabel yang digambarkan mencapai suatu kejenuhan

tertentu. Persentase kejenuhan adalah 0% ≤ X ≤ 100%. Nilai dari total persen

dalam suatu Branch dengan saturasi tidak perlu berjumlah 100%.

Share : perilaku suatu variabel yang mengambarkan mencapai suatu kejenuhan

100%. Nilai dari total persen dalam suatu Branch dengan Share harus berjumlah

100%.

LEAP terdiri dari 4 modul utama yaitu Modul Variabel Penggerak (Driver

Variable) yang dalam versi baru disebut juga Key Assumptions, Modul

Permintaan (Demand), Modul Transformasi (Transformationn) dan Modul

Sumber Daya Energi (Resources). Proyeksi penyediaan energi dilakukan pada

Modul Transformasi dan Modul Sumber Daya Energi. Sebelum memasukkan data

ke dalam Modul Transformasi untuk diproses, terlebih dahulu dimasukkan data

cadangan sumber energi primer dan sekunder ke Modul Sumber Daya Energi

yang akan diakseskan ke Modul Transformasi. Demikian juga data permintaan

Page 49: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

31  

dengan beberapa skenario yang telah dimasukkan ke dalam Modul Permintaan,

diakseskan ke Modul Transformasi. Pada penelitian ini hanya akan menggunakan

2 modul yaitu modul variabel penggerak dan modul demand. Hal ini karena data

yang ada dan kondisi Kabupaten Sleman yang tidak memiliki penyediaan energi

mandiri. Struktur model LEAP ditunjukkan oleh Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Struktur model LEAP

III.3.2. Modul Variabel Penggerak (Driver Variable/Key Assumptions)

Modul variabel penggerak (Driver Variable) yang cabangnya dinamakan

dengan cabang “Key Assumptions” digunakan untuk menampung parameter-

parameter umum yang dapat digunakan pada Modul Permintaan maupun Modul

Transformasi. Parameter umum ini misalnya adalah jumlah penduduk, PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto), jumlah rumah tangga, intensitas energi,

tingkat aktivitas dan sebagainya. Modul Variabel Penggerak bersifat komplemen

terhadap modul yang lain. Pada model yang sederhana dapat saja modul ini tidak

digunakan.

Page 50: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

32  

III.3.3. Modul Permintaan (Demand)

Modul Permintaan (Demand)digunakan untuk menghitung permintaan

energi. Analisis yang digunakan dalam model ini menggunakan metode yang

didasarkan pada pendekatan end-use (pengguna akhir) secara terpisah untuk

masing-masing sektor pemakai (dalam penelitian ini dengan sektor tarif) sehingga

diperoleh jumlah permintaan energi per sektor pemakai dalam suatu wilayah pada

rentang waktu tertentu. Informasi mengenai variabel ekonomi, demografi dan

karakteristik pemakai energi dapat digunakan untuk membuat alternatif skenario

kondisi masa depan sehingga dapat diketahui hasil proyeksi dan pola perubahan

permintaan energi berdasarkan skenario-skenario tersebut. Sedangkan penentuan

proyeksinya menggunakan trend yang terjadi dalam beberapa waktu yang

ditentukan. Dalam penelitian ini menggunakan data tahun 2006 s/d 2008 (3

tahun).

Analisis permintaan energi dalam penelitian ini menggunakan metode

analisis berdasarkan aktivitas (Activity Level Analysis). Pada metode ini jumlah

permintaan energi dihitung sebagai hasil perkalian antara aktivitas energi dengan

intensitas energi (jumlah energi yang digunakan per unit aktivitas). Metode ini

terdiri atas dua model analisis yaitu Analisis Permintaan Energi Final (Final

Energy Demand Analysis) dan Analisis Permintaan Energi Terpakai (Useful

Energy Demand Analysis).

III.3.3.1. Analisis Permintaan Energy Final (Final Energy Demand Analysis)

Permintaan energi dihitung sebagai hasil perkalian antara aktivitas total

pemakaian energi dengan intensitas energi pada setiap cabang teknologi

(technology branch). Dalam bentuk persamaan matematika perhitungan

permintaan energi menggunakan final energy demand analysis adalah :

Db,s,t = TAb,s,t × EIb,s,t (3.3)

di mana D adalah Permintaan (Demand), TA adalah aktivitas total (Total

Activity), EI adalah Intensitas Energi (Energy Intensity), b adalah “cabang”

(branch), s adalah tipe skenario (scenario), dan t adalah tahun di mana dilakukan

perhitungan (mulai tahun dasar hingga tahun akhir perhitungan). Intensitas energi

Page 51: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

33  

merupakan rata-rata tahunan konsumsi energi (Energy Consumption=EC) per unit

aktivitas (activity level). Secara matematik ditunjukkan dengan persamaan (3.4).

3.4

Aktivitas total teknologi adalah hasil dari activity level pada semua cabang

teknologi yang akan mempengaruhi demand branch.

TAb,s,t = Ab’,s,t × Ab’’,s,t × Ab’’’,s,t……. (3.5)

dimana Ab adalah level aktivitas pada cabang tertentu b, b’ adalah induk dari

cabang b, b’’ induk cabang b’, dan seterusnya.

III.3.3.2. Analisis Permintaan Energi Terpakai (Useful Energy Demand

Analysis)

Pada metode ini, intensitas energi ditentukan pada cabang Intensitas Energi

Gabungan (Aggregate Energy Intensity Branch), bukan pada cabang Teknologi

(Technology Branch). Pada tahun dasar, ketika digunakan 2 metode sekaligus

(yakni Final Energy Demand dan Useful Energy Demand), maka intensitas energi

untuk tiap cabang teknologi adalah ditunjukkan seperti pada Persamaan (3.6).

UEb.0 = EIAG,0 × FSb,0 × EFFb,0 (3.6)

dimana UEb.0 adalah useful energy intensity cabang b pada tahun dasar, EIAG,0

adalah final energy intensity cabang intensitas energi gabungan pada tahun dasar, FSb,0 adalah fuel share cabang b pada tahun dasar, dan EFFb,0 adalah efisiensi

cabang b pada tahun dasar.

Intensitas energi terpakai dari cabang intensitas energi gabungan adalah

penjumlahan dari intensitas energi terpakai pada setiap cabang teknologi. Dalam

persamaan matematika ditulis seperti Persamaan (3.7).

, ,

..

3.7

Bagian aktivitas (activity share) yakni bagian aktivitas suatu teknologi pada

suatu cabang teknologi terhadap aktivitas teknologi cabang intensitas energi

gabungan ditunjukkan oleh Persamaan (3.8).

Page 52: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

34  

,,

, (3.8)

dimana ASb,0 = activity share cabang b pada tahun dasar.

III.4. Elastisitas Energi

Elastisitas energi adalah perbandingan pertumbuhan konsumsi energi

terhadap pertumbuhan produk atau keluaran (∆ konsumsi energi terhadap ∆

produk atau keluaran) [12]. Menurut [13], elastisitas energi yakni perbandingan

pertumbuhan konsumsi listrik dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin rendah

angka elastisitas, semakin efisien pemanfaatan energinya. Elastisitas energi

merupakan perbandingan antara pertumbuhan konsumsi intensitas energi terhadap

GDP (Gross National Product) [14]. Secara matematik dapat ditulis dengan

Persamaan (3.9).

3.9

Dengan pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi 5% per tahun dan

pertumbuhan konsumsi listrik 6% per tahun, angka elastisitas energi Indonesia

lebih dari 1,sedangkan rata-rata di negara maju berada di angka 0,5. Pertumbuhan

ekonominya dua kali lebih tinggi dari pertumbuhan konsumsi listrik [13].

Page 53: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

35  

  

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

IV.1. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Alat penelitian

No Nama Alat Spesifikasi Fungsi

1 Notebook/Laptop Pentium® Dual-Core CPU T4200@2,00 GHz(2CPUs), RAM 1GB, Operating System Windows XP SP3

Perangkat keras(hardware) untuk pengolahan data dan simulasi.

2 Microsoft Access Microsoft Office Access 2007

Sebagai alat pengolahan data awal dari PLN

3 Microsoft Excel Microsoft Office Excel 2007

Sebagai perangkat lunak pengolahan data (shorting) setelah pengolahan dengan Microsoft Access.

4 LEAP (Long-range Energy Alternative Planning)

LEAP seri 2008.0.0.65, Dictionary Version 285, Borland Database Engine System : 5,00, Lisence:akhisuhono

Sebagai perangkat lunak untuk simulasi dan proyeksi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman.

5 Microsoft Word Microsoft Office Word 2007

Sebagai perangkat lunak dalam penyusunan laporan.

6 Alat Tulis Kertas dan Pulpen Melakukan pencatatan terhadap semua hal yang berkaitan dengan penelitian.

Page 54: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

36  

  

Gambar 4.1 .Spesifikasi Notebook sebagai alat penelitian

Gambar 4.2. Lisensi serial Perangkat Lunak LEAP

Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini ditunjukkan oleh Tabel 4.2.

Page 55: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

37  

  

Tabel 4.2. Bahan Penelitian

No Nama Sumber Data Keterangan

1 Data Jumlah Pelanggan PLN wilayah Kabupaten Sleman

PT PLN (Persero) APJ Yogyakarta

Data per bulan Juni tahun 2006-2009 dalam format Microsoft Access

2 Data Konsumsi Listrik Kabupaten Sleman

PT PLN (Persero) APJ Yogyakarta

Data per bulan Juni tahun 2006-2009 dalam format Microsoft Access

3 Data Daya Terpasang Listrik Kabupaten Sleman

PT PLN (Persero) APJ Yogyakarta

Data per bulan Juni tahun 2006-2009 dalam format Microsoft Access

4 Data PDRB Kabupaten Sleman

BPS-Bappeda Sleman

Data dalam bentuk Buku Laporan

5 Data Administrasi Kewilayahan Kabupaten Sleman

BPS-Bappeda Sleman

Data dalam bentuk Buku Laporan terdiri nama Dusun & Desa

6 Data Kependudukan Kabupaten Sleman

BPS-Bappeda Sleman

Data dalam bentuk Buku Laporan

IV.2 Tata Laksana Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dengan enam tahap sebagai

berikut:

IV.2.1. Studi Pustaka

Sebelum melakukan penelitian maka perlu dilakukan studi pustaka. Studi

pustaka dilakukan untuk memperoleh teori mengenai perencanaan energi,

perangkat lunak LEAP, data-data variabel yang mempengaruhi tingkat konsumsi

energi listrik dan referensi lain yang mendukung dalam penelitian. Sumber

pustaka diperoleh baik melalui buku teks, literature dari internet, jurnal, makalah,

laporan teknis, tesis, skripsi, maupun peraturan perundangan dan dokumen

perencanaan pengembangan dari Kabupaten Sleman.

Page 56: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

38  

  

IV.2.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi beberapa instansi terkait

seperti PT PLN APJ Yogyakarta, BAPPEDA Kabupaten Sleman, BPS Kabupaten

Sleman dan melibatkan beberapa instansi seperti PLN UPJ Sedayu, PLN UPJ

Sleman, PLN UPJ Kalasan dan Depertemen Energi dan Sumber Daya Mineral

DIY.

IV.2.3. Pengolahan Data

Pengolahan data yang sudah diperoleh dilakukan dalam 2 tahap yaitu

pengelompokan data dan perhitungan data untuk simulasi.

IV.2.3.1. Pengelompokan Data

Data yang sudah diperoleh dari BPS dan BAPPEDA Sleman berupa data

kependudukan dan PDRB. Secara lengkap ditunjukkan oleh Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Data PDRB Kabupaten Sleman 2003-2007[17]

PDRB Harga Berlaku(juta Rp)  Harga Konstan(juta Rp) 

Kecamatan  2003  2004  2005  2006  2007  2003  2004  2005  2006  2007 

Berbah  236673  250022  304411  354028  399023  187258  189138  208401  218207  229379 

Cangkringan  132402  141401  165755  191964  217340  106874  107103  112824  120470  126269 

Depok  1007468  1102284  1273085 1489931 1641768 769710 786728 811560  852581  877452

Gamping  314988  347152  415388  484786  540922  246820  256978  278559  291522  303935 

Godean  320501  358425  413002  485327  543083  250561  263952  275573  292389  304350 

Kalasan  331555  385644  457262 530438 614701 260793 287194 306197  320279  344919

Minggir  162041  186564  208095  243057  272034  130017  141972  142213  150092  157063 

Mlati  416268  489441  575820  677034  764224  323140  357006  378002  401371  420239 

Moyudan  200485  226609  243654 285478 302392 158849 172884 167107  177948  174640

Ngaglik  388176  431512  489626  571554  658842  303676  316148  325868  344275  368378 

Ngemplak  251574  291060  345795  404654  460862  200235  218456  235712  249152  264449 

Pakem  273076  316310  363892  390506  443734  214393  234925  243317  236301  250722 

Prambanan  248515  281182  317333  370306  409447  200550  213301  217590  229496  236220 

Seyegan  196619  226539  262164  304753  344244  156451  170427  179425  188604  198576 

Sleman  1012944  1116078  1256449 1451308 1591441 764423 772375 790939  813742  841800

Tempel  249654  278396  351043  403021  464803  199894  209030  245345  253201  271887 

Turi  149726  180523  226661  272262  303150  122582  139756  161885  176242  183220 

Total  5892665  6609142  7669435 8910407 9972010 4596226 4837373 5080517  5315872  5553498

Page 57: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

39  

  

Data yang berasal dari PT PLN APJ Yogyakarta masih berupa data mentah

yaitu data pelanggan, daya terpasang dan konsumsi listrik per sektor tarif. Data

dibagi ke dalam 17 Kecamatan dan masing-masing terbagi menjadi 5 sektor tarif,

yaitu Bisnis, Industri, Publik, Sosial dan Rumah tangga. Data yang ada

merupakan data untuk tahun 2006 s/d 2009. Data yang sudah dikelompokkan

dapat dilihat pada halaman lampiran. Untuk wilayah Kabupaten Sleman secara

keseluruhan datanya ditunjukkan oleh Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Data konsumsi dan pelanggan listrik Kabupaten Sleman 2006-2009[18]

Tahun  BISNIS  INDUSTRI PUBLIK  SOSIAL Rumah 

JUMLAH tangga 

PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (GWh)          2006  119,30  92,05 27,99 23,92 311,90  575,16 2007  120,58  102,81 31,39 31,37 333,44  619,58 2008  124,89  114,52 35,59 31,25 356,60  662,84 2009  144,03  114,43 35,77 36,60 384,75  715,57 

                    PELANGGAN                

2006  10053  166 687 4612 221649  237167 2007  10077  172 755 4736 227920  243660 2008  10976  175 838 5028 233515  250532 

2009  11569  187 914 5108 241743  259521 

IV.2.3.2. Pengolahan Data untuk Simulasi

Data yang diperlukan untuk simulasi adalah data PDRB, Intensitas energi

listrik dan pertumbuhannya, jumlah pelanggan dan pertumbuhannya.

Data PDRB untuk tahun 2003-2008 digunakan untuk dasar proyeksi PDRB

tahun 2009-2015. Metode yang digunakan adalah forcasting menggunakan

perangkat lunak MINITAB. Hasil dari proyeksi ini ditunjukkan oleh Tabel 4.5,

Gambar 4.3, Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.

Page 58: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

40  

  

Tabel 4.5. PDRB 2003-2012 harga berlaku(dalam juta rupiah)[19]

Tahun  PDRB  Forecast  Fit  Pertumbuhan 2003  5.892.665    5.852.395   2004  6.609.142 6.692.952 716.477 2005  7.669.435 7.672.246 1.060.293 2006  8.898.867    8.790.278  1.229.432 2007  9.972.191    10.047.047  1.073.324 2008  11.455.172  11.384.510  11.442.554  1.482.981 2009    12.870.804    1.415.632 2010    14.483.217 1.612.413 2011    16.221.749 1.738.532 2012    18.086.400    1.864.651 

2012201120102009200820072006200520042003

17500000

15000000

12500000

10000000

7500000

5000000

Year

Tota

l

MAPE 1MAD 53826MSD 4367985833

Accuracy Measures

ActualFitsForecasts

Variable

Trend Analysis Plot for TotalQuadratic Trend Model

Yt = 5150575 + 632451*t + 69369*t**2

 

Gambar 4.3. Trend Analysis PDRB Sleman (Harga Berlaku)

Page 59: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

41  

  

20072006200520042003

10000000

8000000

6000000

4000000

2000000

0

Tahun

Dat

a

KalasanNgemplakNgaglikSlemanTempelTuriPakemCangkringanTotal

MoyudanMinggirSeyeganGodeanGampingMlatiDepokBerbahPrambanan

Variable

Time Series Plot of Moyudan; Minggir; Seyegan; Godean; Gamping; ...

 

Gambar 4.4. PDRB per Kecamatan (Harga Berlaku)

20072006200520042003

6000000

5000000

4000000

3000000

2000000

1000000

0

Tahun

Dat

a

KalasanNgemplakNgaglikSlemanTempelTuriPakemCangkringanTotal

MoyudanMinggirSeyeganGodeanGampingMlatiDepokBerbahPrambanan

Variable

Time Series Plot of Moyudan; Minggir; Seyegan; Godean; Gamping; ...

 

Gambar 4.5. PDRB per Kecamatan (Harga Konstan)

Page 60: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

42  

  

Pengolahan data untuk masukan simulasi menggunakan LEAP adalah

menghitung intensitas energi dan pertumbuhannya serta jumlah pelanggan dan

pertumbuhannya. Perhitungan intensitas energi menggunakan Persamaan (3.4)

dan perhitungan pertumbuhan intensitas energi menggunakan Persamaan (4.1).

100% (4.1)

Untuk perhitungan pertumbuhan jumlah pelanggan menggunakan

Persamaan (4.2) yang hampir sama dengan perhitungan pertumbuhan intensitas

energi.

100% (4.2)

Setelah diperoleh pertumbuhan dari pelanggan dan intensitas energi masing-

masing tahun, kemudian dihitung rata-rata pertumbuhannya. Rata-rata

pertumbuhan (Growth-rate) inilah yang digunakan dalam simulasi. Rata-rata

pertumbuhan dihitung menggunakan Persamaan (4.3).

(4.3)

Data yang dihasilkan untuk digunakan dalam simulasi ditunjukkan oleh

Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Rata-rata pertumbuhan intensitas energi listrik 17 Kecamatan (%) Kabupaten/  Sektor TarifKecamatan  Bisnis Industri Publik Sosial Rumahtangga Kab Sleman  1,78  3,59  ‐1,22  12,27  4,19 Berbah  28,26  2,59  ‐3,14  7,43  9,47 Cangkringan 5,94 ‐ ‐7,87 1,05 2,75 Depok  ‐0,02  ‐4,00  1,48  4,32  3,44 Gamping  2,97 6,52 ‐2,38 9,40 5,39 Godean  11,73 9,11 ‐4,24 6,83 4,26 Kalasan  ‐4,69  9,46  ‐8,85  12,55  3,95 Minggir  18,16  ‐5,65  4,14  7,38  0,80 Mlati  10,04 4,65 ‐11,68 1,72 6,27 Moyudan  17,11  ‐  ‐2,37  8,50  ‐1,59 Ngaglik  1,05  10,93  ‐0,99  4,40  4,52 Ngemplak  5,38 10,38 ‐3,22 58,49 3,57 Pakem  18,94  51,35  ‐1,29  3,83  3,52 Prambanan  13,64  18,41  3,21  1,67  1,86 Seyegan  28,04 0,63 ‐2,13 12,34 1,49 Sleman  13,68  1,06  10,09  2,17  7,58 Tempel  21,94  12,12  8,44  1,88  14,26 Turi  27,28 ‐5,23 ‐3,20 ‐4,34 ‐0,55 

Page 61: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

43  

  

Tabel 4.7. Rata-rata pertumbuhan pelanggan listrik 17 Kecamatan (%) Kabupaten/  Sektor tarif Kecamatan  Bisnis  Industri  Publik  Sosial  Rumahtangga Kab Sleman  4,85 4,07 9,99 3,48 2,94 Berbah  9,87  0,00  14,44  6,40  2,55 Cangkringan  ‐0,28  ‐  13,59  4,91  0,20 Depok  5,54 1,37 13,97 3,66 2,78 Gamping  2,67  ‐0,95  6,14  5,57  5,10 Godean  10,19  ‐5,56  9,92  6,58  4,09 Kalasan  5,70 5,50 13,16 5,97 3,16 Minggir  3,60  0,00  5,33  3,42  1,34 Mlati  5,20  2,38  16,57  3,44  4,57 Moyudan  4,87 ‐ 5,27 4,82 1,68 Ngaglik  4,53  0,00  0,02  3,58  4,02 Ngemplak  6,18  ‐6,67  8,74  ‐13,45  3,80 Pakem  3,63 0,00 3,46 2,86 2,91 Prambanan  4,00  0,60  6,75  7,77  1,15 Seyegan  ‐0,63  0,00  5,37  3,50  0,01 Sleman  6,14 5,85 7,11 4,71 2,90 Tempel  2,51  0,00  2,45  2,17  ‐0,23 Turi  6,13  0,00  4,17  2,51  1,52 

IV.2.4. Validasi Data

Setelah selesai melakukan pengolahan data, maka data yang dihasilkan

kemudian dikonsultasikan dengan pihak terkait yaitu BAPPEDA Sleman dan PLN

APJ Yogyakarta. Hal ini dilakukan agar diperoleh data yang valid. Validasi data

dilakukan tidak hanya sekali, namun berulang kali sampai diperoleh data yang

sesuai. Tentu saja hal itu diiringi dengan pengolahan data yang berulang kali.

IV.2.5. Simulasi LEAP

Untuk melakukan simulasi menggunakan LEAP, perlu melihat kembali data

yang dimiliki. Hal ini dimungkinkan karena algoritma LEAP yang memiliki

fleksibilitas tinggi yang memberi keleluasaan bagi pengguna dalam melakukan

simulasi. LEAP dapat diatur sesuai data yang dimiliki. Apabila data yang dimiliki

sangat lengkap seperti data emisi buang, teknologi pembangkitan, hingga

peralatan elektronik dan penerangan dalam bangunan mampu diakomodasi oleh

LEAP. Demikian juga apabila data yang dimiliki sangat terbatas seperti simulasi

pada penelitian ini dimana hanya memiliki data yang berkaitan dengan konsumsi

energi listrik pun dapat digunakan.

Page 62: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

44  

  

IV.2.5.1. Metode Simulasi

Metode yang digunakan dalam simulasi ini berdasar pada final energy

demand analysis atau bisa dikategorikan model end-use. Persamaan yang

digunakan sebagai analisis adalah persamaan (3.3) dengan mengakomodasi

variabel intensitas energi dan jumlah pelanggan yang berfungsi sebagai unit

activity level.

Driver VariableScenario And Assumption

Activity And Energy Intensity Data

Activity Level Growth

Energy Intensity Growth

Demand Modul Energy Demand

Gambar 4.6. Bagan Simulasi

IV.2.5.2. Basic Parameter

Langkah pertama dalam simulasi adalah mengatur dan menentukan

parameter dasar simulasi. Di dalam parameter dasar, lingkup kerja ditentukan

yaitu hanya pada analisis permintaan (demand). Kemudian menentukan tahun

dasar simulasi. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai tahun dasar adalah

tahun 2008. Alasannya adalah data yang diperoleh sudah pasti dan data PDRB

tidak ada untuk 2009. Setelah itu menentukan batas akhir periode simulasi yaitu

tahun 2015. Yang terakhir adalah menentukan unit satuan yang digunakan seperti

unit energi, unit panjang, massa dan mata uang.

IV.2.5.3. Key Assumptions

Key Assumptions merupakan bagian dari cabang (branch) yang berfungsi

sebagai variabel penggerak. Asumsi yang digunakan sebagai kunci adalah

intensitas energi dan pelanggan untuk masing-masing sektor tarif, misalnya

energy intensity bisnis, energy intensity industri, pelanggan bisnis, pelanggan

industri, dan seterusnya. Secara detail nama-nama tersebut ditunjukkan oleh

Page 63: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

45  

  

Gambar 4.6. Untuk unit satuan yang digunakan pada intensitas energi adalah

MWh/Pelanggan, sedangkan untuk level aktivitas adalah Pelanggan.

Gambar 4.7. Tampilan Key Assumptions

Setelah pembuatan asumsi kunci, maka selanjutnya adalah memberikan

masukan dalam kondisi current account yaitu kondisi tahun dasar (base year).

Karena tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2008 maka input awalnya yang

ditulis pada bagian expression seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.7. Data yang

dimasukkan adalah data untuk masing-masing Area, yaitu terdiri dari Kabupaten

Sleman dan 17 Kecamatan. Jumlah Area yang dibuat berjumlah 18.

Page 64: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

46  

  

Gambar 4.8. Ekspresi dalam simulasi LEAP

IV.2.5.4. Demand Analysis

Demand Analysis adalah cabang yang menentukan akan seperti apa

karakteristik perhitungan nilai permintaan. Dalam penelitian ini permintaan

dihitung berdasarkan 2 variabel yaitu intensitas energi dan pelanggan seperti

ditunjukkan oleh persamaan (3.3). Tingkat permintaan ditentukan dengan

mengalikan nilai proyeksi intensitas energi dan pelanggan yang ada pada asumsi

kunci. Sehingga bentuk dari masukkan untuk expression pada Final Energy

Intensity adalah Key\Pelanggan Bisnis[Pelanggan]*Key\energy intensity

bisnis[MWh/Pelanggan]. Satuan yang digunakan dan diharapkan sebagai satuan

keluaran/hasilnya adalah MWh. Demand dibagi menjadi 5 sektor tarif yaitu bisnis,

industri, publik, sosial dan rumah tangga.

IV.2.5.5. Skenario (Scenario)

Setelah masukkan data current account selesai, maka perlu menentukan

scenario yang digunakan. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Business As Usual (BAU). BAU merupakan skenario dimana proyeksi didasarkan

pada anggapan bahwa pertumbuhan konsumsi listrik akan berjalan sebagaimana

biasanya seperti waktu sebelumnya. Untuk menggunakan skenario BAU dapat

dilakukan dengan memilih Refference (REF) pada kotak Scenario. Setelah itu

muncul tampilan dimana harus memasukkan data expression.

Page 65: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

47  

  

Skenario BAU merupakan suatu kondisi dengan mendasarkan bahwa dalam

rentang waktu simulasi(2009-2015) tidak ada kebijakan baru di bidang

ketenagalistrikan di Kabupaten Sleman. Pada skenario BAU asumsi yang

digunakan untuk area Kabupaten Sleman berupa pertumbuhan intensitas

energinya untuk Sektor Bisnis adalah 1,7%, Sektor Industri 3,59%, Sektor Publik

(-1,22%), Sektor Sosial 12,27% dan Sektor Rumah Tangga 4,19%.

Untuk pertumbuhan pelanggan menggunakan pertumbuhan per tahun untuk

Sektor Bisnis adalah 4,85%, Sektor Industri 4,07%, Sektor Publik 9,99%, Sektor

Sosial 3,48% dan Sektor Rumah Tangga 2,94%. Data masukkan adalah data

pertumbuhan intensitas energi listrik dan pertumbuhan pelanggan masing-masing

sektor tarif. Data masukkan sesuai dengan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7.

IV.2.5.6. Analisis Hasil

Apabila semua data masukkan telah selesai, berikutnya adalah

menyimulasikannya dengan memilih Result View. Result View akan

menampilkan hasil simulasi berupa proyeksi konsumsi energi listrik masing-

masing kecamatan dan Kabupaten Sleman.

IV.3. Rencana Analisis Hasil

Dari hasil simulasi diharapkan memperoleh data proyeksi konsumsi listrik

dari tahun 2008 hingga 2015. Data tersebut kemudian akan dianalisis dan

dibandingkan terhadap masing-masing data kecamatan sehingga data dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan pengembangan kewilayahan. Selain itu

akan dilakukan perhitungan elastisitas energi untuk Kabupaten Sleman.

Page 66: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

48  

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1. Intensitas Energi

Hasil proyeksi intensitas energi Kabupaten Sleman ditunjukkan oleh

Gambar 5.1.

 

Gambar 5.1. Hasil proyeksi intensitas energi Kabupaten Sleman 2009-2015

Dari Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa intensitas energi untuk Kabupaten

Sleman akan mencapai 905,5 MWh/Pelanggan pada tahun 2015. Hal ini

menunjukkan pertumbuhan tingkat aktivitas energi sekitar 3,4% tiap tahunnya.

Total pertumbuhan tingkat aktivitas energi listrik dari tahun 2008 ke 2015

meningkat 26,47%. Meningkatnya tingkat aktivitas energi ini akan mempengaruhi

peningkatan konsumsi energi.

Perubahan komposisi atau proporsi setiap sektor terhadap intensitas energi

total tidak terlalu signifikan, yaitu hanya berkisar 1%. Intensitas energi yang juga

menunjukkan tingkat aktivitas energi masih didominasi oleh sektor industri

dengan 837,6 MWh/Pelanggan pada tahun 2015. Nilai tersebut berkontribusi

sebesar 92,5%, naik dari 91,4% pada tahun 2008. Sektor Bisnis proporsinya turun

dari 1,59% pada tahun 2008 menjadi 1,42% pada tahun 2015. Proporsi intensitas

Industri837.6

Kab Sleman Total 905.5

01002003004005006007008009001000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

MW

h/Pe

lang

gan

Tahun

Bisnis

Industri

Publik

Sosial

Rumahtangga

Total

Page 67: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

49  

energi pada sektor Publik juga mengalami penurunan menjadi 4,31% dari 5,49%.

Sektor sosial naik dari 0,87% menjadi 1,55%, sedangkan pada sektor Rumah

tangga peningkatannya tidak terlalu signifikan yaitu dari 0,21% menjadi 0,22%.

V.2. Konsumsi Energi Listrik

Tingkat konsumsi energi listrik sesuai pemodelan dalam penelitian ini

dipengaruhi oleh tingkat intensitas energi dan pelanggan. Pertumbuhan kedua

faktor tersebut menjadi dasar perhitungan dengan tahun 2008 sebagai tahun dasar.

Hasil dari proyeksi konsumsi/permintaan energi listrik Kabupaten Sleman

ditunjukkan oleh Gambar 5.2 dan Tabel 5.1.

Gambar 5.2. Hasil proyeksi konsumsi listrik Kabupaten Sleman 2009-2015

Tabel 5.1. Hasil proyeksi konsumsi listrik Kabupaten Sleman 2009-2015

Sektor Konsumsi Listrik (GWh) Tarif 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Bisnis 124,91

133,30

142,25

151,80

162,00

172,88

184,49

196,88

Industri 114,51

123,45

133,09

143,48

154,68

166,75

179,77

193,81

Publik 35,59

38,67

42,01

45,65

49,59

53,88

58,54

63,60

Sosial 31,27

36,33

42,21

49,04

56,97

66,19

76,90

89,34

Rumah Tangga

357,28

383,19

410,99

440,80

472,77

507,06

543,84

583,28

Total 663,56

714,94

770,55

830,76

896,01

966,76

1.043,53

1.126,91

Page 68: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

50  

Hasil proyeksi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman menunjukkan

adanya peningkatan dari tahun 2008 dengan total konsumsi 663,56 GWh menjadi

1.126,91 GWh. Dengan kata lain peningkatan konsumsinya selama 7 tahun adalah

69%. Nilai ini menjadi sangat signifikan. Bila dibandingkan dengan periode 2006-

2008, maka peningkatannya sekitar 15,2% dalam kurun waktu 2 tahun.

Karakteristik pertumbuhan konsumsi listrik rata-rata pada tahun 2006-2008 adalah

7,4%, sedangkan untuk tahun 2009-2015 rata-rata pertumbuhannya 7,9% tiap

tahunnya. Perbedaan tingkat pertumbuhannya hanya meningkat 0,5%. Namun,

peningkatan secara akumulasi pada akhir tahun 2015 menjadi sangat signifikan.

Karakteristik pertumbuhannya ditunjukkan oleh Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Konsumsi listrik Kabupaten Sleman tahun 2006-2015

Komposisi permintaan energi listrik pada tahun dasar (2008) terdiri dari

Sektor Bisnis 18,8%, Sektor Industri 17,3%, Sektor Publik 5,4%, Sektor Sosial

4,7% dan sektor Rumah tangga dengan 53,8%. Untuk tahun 2015 juga masih

didominasi oleh sektor Rumah tangga dengan 51,3%. Angka ini turun 2,5% dari

tahun 2008. Demikian juga dengan sektor Bisnis yang turun menjadi 17,5% dan

sektor Industri menjadi 17,2%. Peningkatan terjadi pada sektor yang lain, yaitu

Publik menjadi 5,6% dan Sosial secara signifikan meningkat menjadi 7,9%.

Page 69: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

51  

Komposisi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman secara lengkap

ditunjukkan oleh Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Komposisi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman

Sektor Proporsi (%) Tarif 2006 2008 2015

Bisnis 20,7 18,8 17,5 Industri 16,0 17,3 17,2 Publik 4,9 5,4 5,6 Sosial 4,2 4,7 7,9 Rumahtangga 54,2 53,8 51,8 Total 100,0 100,0 100,0

Untuk konsumsi energi listrik setiap kecamatan menunjukkan bahwa

permintaan energi yang tertinggi terjadi di Kecamatan Depok. Pada tahun 2015

tingkat permintaan energi listrik akan mencapai 324,19 GWh sehingga terjadi

peningkatan bila dibandingkan dengan tahun dasar (2008) yang berada pada

angka 205,47 GWh. Hasil proyeksi permintaan energi listrik per kecamatan dapat

dilihat pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Konsumsi listrik per kecamatan tahun 2008-2015

Page 70: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

52  

Namun untuk tingkat pertumbuhan paling tinggi terjadi di Kecamatan

Berbah dengan rata-rata 16,6% per tahun. Kemudian disusul Kecamatan Pakem

dengan 15,6%, Kecamatan Tempel 13%, Kecamatan Ngemplak sebesar 12% dan

Kecamatan Mlati 11,5%. Pertumbuhan terendah terjadi di Kecamatan Moyudan,

Cangkringan, Seyegan dan Turi masing-masing 3,3%, 3,7%, 4,4% dan 4,8%.

Angka pertumbuhan secara lengkap tersaji pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Pertumbuhan permintaan energi listrik per kecamatan

Pertumbuhan per tahun 

Area  %     Area  % 

Kab Sleman  7,9    Moyudan  3,3 Berbah  16,6    Ngaglik  8,1 Cangkringan  3,7    Ngemplak  12,0 Depok  6,7    Pakem  15,6 Gamping  9,7    Prambanan  10,8 Godean  10,9    Seyegan  4,4 Kalasan  9,2    Sleman  10,0 Minggir  5,2    Tempel  13,0 Mlati  11,5    Turi  4,8 

Komposisi pada tahun 2015 masih didominasi oleh Kecamatan Depok

dengan angka 26,2%. Proporsi tersebut menurun bila dibandingkan dengan tahun

2008, yaitu 31%. Berikutnya adalah Kecamatan Sleman dengan 16,2% dan

Kecamatan Mlati dengan 9,8% dari total konsumsi listrik Kabupaten Sleman.

Proporsi terendah adalah Kecamatan Moyudan dan Kecamatan Cangkringan

masing-masing mengkonsumsi 0,8% dari total Kabupaten. Berikutnya adalah

Kecamatan Turi dengan 0,9% dan Kecamatan Seyegan 1%.

Secara umum komposisi permintaan listrik Kabupaten Sleman akan

semakin merata di tiap Kecamatan. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya

proporsi dari Kecamatan Depok dan peningkatan pada beberapa kecamatan yang

lain. Peningkatan proporsi permintaan energi listrik terjadi di 8 kecamatan, 8

kecamatan mengalami penurunan dan 1 kecamatan tidak mengalami perubahan

yang berarti sehingga dapat dikatakan tetap. Kecamatan yang dapat dikatakan

tetap tersebut adalah Kecamatan Kalasan dengan proporsi 5,6%. Komposisi

Page 71: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

53  

permintaan energi listrik Kabupaten Sleman per kecamatan ditunjukkan oleh

Tabel 5.4 dan Gambar 5.5.

Tabel 5.4. Komposisi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman

Kecamatan  Proporsi (%) 

Kabupaten  2008  2009  2012  2015 

Kab Sleman  100 100 100 100 Berbah  2,5 2,7 3,2 4,0 Cangkringan  1,1 1,1 0,9 0,8 Depok  31,0 30,4 28,5 26,2 Gamping  6,7 6,8 6,9 6,9 Godean  3,2 3,2 3,4 3,5 Kalasan  5,6 5,6 5,6 5,6 Minggir  1,0 1,0 0,9 0,8 Mlati  8,6 8,8 9,4 9,8 Moyudan  1,1 1,1 0,9 0,8 Ngaglik  8,7 8,7 8,4 8,0 Ngemplak  3,4 3,4 3,6 4,0 Pakem  2,0 2,1 2,4 3,0 Prambanan  2,3 2,4 2,4 2,6 Seyegan  1,4 1,3 1,1 1,0 Sleman  15,5 15,6 16,0 16,2 Tempel  4,7 4,9 5,4 5,9 

Turi  1,2 1,1 1,0 0,9 

Gambar 5.5. Proporsi permintaan energi listrik per kecamatan tahun 2015

Page 72: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

54  

Dari hasil proyeksi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman, sebagian

besar tidak memiliki keanehan dibandingkan dengan karakteristik data sebelum

tahun dasar (2008). Namun, ada beberapa hal yang perlu dicermati mengenai

pertumbuhan yang sangat signifikan atau nilai pertumbuhan yang bernilai negatif.

Pada tingkat konsumsi energi listrik secara umum di wilayah Kabupaten Sleman,

konsumsi terbesar ada di Kecamatan Depok, Kecamatan Sleman dan Gamping.

Hal ini tentu terkait dengan kondisi di masing-masing wilayah.

Kecamatan Depok memiliki tingkat konsumsi yang tinggi karena wilayah

ini sangat strategis dengan adanya penduduk yang lebih banyak dibandingkan

dengan kecamatan yang lain. Pada tahun 2008, Kecamatan Depok memiliki

jumlah penduduk 122.742 orang. Terbanyak di Kabupaten Sleman. Penyebab lain

yang berpengaruh pada tingginya tingkat konsumsi listrik di Kecamatan Depok

adalah jumlah pelanggannya. Pada tahun 2008, jumlah pelanggan listrik PLN di

Kecamatan Depok mencapai 46.761 pelanggan, sedangkan Kecamatan Ngaglik

yang terbanyak kedua hanya 28.664 pelanggan. Selain itu, kapasitas VA

tersambung juga terbesar dengan 112.477.947 VA. Kecamatan Depok merupakan

pusat hunian bagi pendatang yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa.

Hal ini menyebabkan pusat bisnis dan hunian meningkat dengan pesat.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan energi listrik di

Kecamatan Depok adalah tingkat ekonomi masyarakatnya yang cukup baik. Hal

ini ditunjukkan oleh data PDRB Kecamatan Depok yang lebih tinggi daripada

kecamatan yang lain. Data PDRB masing-masing kecamatan ditunjukkan oleh

Tabel 5.5.

Tingkat permintaan energi berbanding lurus dengan tingkat pendapatan atau

tingkat ekonomi. Hubungan ini diperkuat dengan mengacu pada konsep

ekonometri yang ditunjukkan oleh Persamaan (3.1).

E = aYα P-β

Di mana,

E = kebutuhan energi (permintaan energi/energy demand)

Y = pendapatan (income)

Page 73: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

55  

P = harga energi

a = koefisien

α = elastisitas pendapatan dari permintaan energi

β = elastisitas harga energi dari permintaan energi

Dari persamaan di atas dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat

pendapatan atau tingkat ekonomi, maka kecenderungan yang terjadi adalah

permintaan energinya juga akan semakin meningkat ditunjukkan oleh variabel

pendapatan (Y). Dapat diambil kesimpulan bahwa kecamatan dengan tingkat

pendapatan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat permintaan energi yang lebih

tinggi. Hal ini dikarenakan variabel lain seperti harga energi (P) sama untuk

semua wilayah di Kabupaten Sleman karena berada di wilayah pelayanan yang

sama yaitu PLN APJ Yogyakarta. Perbedaan harga energi hanya didasarkan pada

sektor tarif pelanggan, yaitu Bisnis, Industri, Publik, Sosial dan Rumah Tangga.

Tabel 5.5. Data PDRB 17 kecamatan di Kabupaten Sleman 2003-2008 (juta rupiah)

Wilayah  2003  2004  2005  2006  2007  2008 

Berbah  236.673  250.022  304.411  354.028  399.023  528.279 Cangkringan  132.402  141.401  165.755  191.964  217.340  276.272 Depok  1.007.468  1.102.284  1.273.085  1.489.931  1.641.768  2.120.141 Gamping  314.988  347.152  415.388  484.786  540.922  695.143 Godean  320.501  358.425  413.002  485.327  543.083  681.086 Kalasan  331.555  385.644  457.262  530.438  614.701  712.607 Minggir  162.041  186.564  208.095  243.057  272.034  321.249 Mlati  416.268  489.441  575.820  677.034  764.224  920.790 Moyudan  200.485  226.609  243.654  285.478  302.392  377.440 Ngaglik  388.176  431.512  489.626  571.554  658.842  789.232 Ngemplak  251.574  291.060  345.795  404.654  460.862  556.438 Pakem  273.076  316.310  363.892  390.506  443.734  475.901 Prambanan  248.515  281.182  317.333  370.306  409.447  500.709 Seyegan  196.619  226.539  262.164  304.753  344.244  408.368 Sleman  1.012.944  1.116.078  1.256.449  1.451.308  1.591.441  1.970.851 Tempel  249.654  278.396  351.043  403.021  464.803  570.889 Turi  149.726  180.523  226.661  272.262  303.150  392.815 Total  5.892.665  6.609.142  7.669.435  8.910.407  9.972.010  12.298.210 

Page 74: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

56  

Fakta yang terjadi ditunjukkan oleh besarnya pendapatan di Kecamatan

Depok dan Kecamatan Sleman pada Tabel 5.5 dibandingkan dengan data

permintaan energi listrik pada Tabel 5.4. Dari data Tabel 5.4 tersebut

menunjukkan bahwa porsi permintaan energi listrik terbesar berada di Kecamatan

Depok dan Kecamatan Sleman. Dari Tabel 5.5 menunjukkan tingkat

perekonomian tertinggi juga berada di Kecamatan Depok dan Kecamatan Sleman.

korelasi ini menunjukkan perbandingan lurus antara tingkat perekonomian dengan

tingkat permintaan energi. Data permintaan energi secara ekonometri memang

masih belum bersifat kuantitatif karena perhitungannya memerlukan data yang

lebih banyak lagi di bidang ekonomi dan pembahasannya akan sangat panjang dan

melebar dari topic kajian. Hal ini menyebabkan perbandingan data antara hasil

proyeksi menggunakan LEAP dan hasil perhitungan secara ekonometri tidak

dapat dilakukan secara kuantitatif, namun hanya bersifat kualitatif. Walaupun

demikian, hal ini secara jelas telah menunjukkan korelasi antara tingkat

permintaan energi dengan tingkat perekonomian adalah berbanding lurus.

V.2.1. Sektor Bisnis

Hasil proyeksi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman menunjukkan

bahwa sektor Bisnis memiliki proporsi 17,5% pada tahun 2015. Hal itu berarti

turun bila dibandingkan tahun 2006 dan 2008. Secara spesifik, proyeksi

permintaan energi listrik Kabupaten Sleman sektor Bisnis ditunjukkan oleh

Gambar 5.6.

Permintaan energi listrik di Sektor Bisnis Kabupaten Sleman meningkat

6,7% per tahun sehingga pada tahun 2015 mencapai 196,88 GWh. Permintaan

energi listrik tertinggi di Kecamatan Depok dengan 101,76 GWh. Pertumbuhan

permintaan energi listrik sektor Bisnis tertinggi di Kecamatan Berbah dengan

angka mencapai 40,9% per tahun. Tentu angka ini sangat tinggi dan signifikan.

Untuk pertumbuhan terendah adalah di Kecamatan Kalasan dengan 0,7%.

Pertumbuhan permintaan energi listrik masing-masing kecamatan ditunjukkan

oleh Tabel 5.6.

Page 75: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

57  

Gambar 5.6. Konsumsi listrik sektor Bisnis tahun 2008-2015

Tabel 5.6. Pertumbuhan permintaan energi listrik sektor Bisnis

Pertumbuhan per tahun sektor Bisnis 

Area  %    Area  % 

Kab Sleman  6,7   Moyudan  22,8Berbah  40,9   Ngaglik  5,6Cangkringan  5,6   Ngemplak  11,9Depok  5,3   Pakem  23,3Gamping  5,7   Prambanan  18,2Godean  23,1   Seyegan  27,2Kalasan  0,7   Sleman  20,7Minggir  22,4   Tempel  25,0Mlati  15,8   Turi  35,1

Untuk sektor Bisnis, Kecamatan Cangkringan merupakan wilayah yang

permintaan listriknya paling rendah, yaitu 1,25 GWh atau 0,5% dari total

permintaan di tahun 2015. Sedangkan untuk permintaan tertinggi adalah di

Kecamatan Depok dengan proporsi 40,7%. Meskipun proporsi tersebut

mengalami penurunan dari tahun 2008. Kemudian Kecamatan Mlati dengan

proporsi 13,6%, Kecamatan Sleman 8% dan Kecamatan Ngaglik 7,7%.

Page 76: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

58  

Komposisi permintaan energi listrik per kecamatan ditunjukkan oleh Tabel 5.7

dan Gambar 5.7.

Gambar 5.7. Proporsi permintaan energi listrik sektor Bisnis 2015

Tabel 5.7. Komposisi permintaan listrik per kecamatan

Kecamatan  Proporsi Sektor Bisnis (%) 

Kabupaten  2008  2009  2012  2015 

Kab Sleman  100 100 100 100 Berbah  1,2 1,5 3,3 6,6 Cangkringan  0,7 0,7 0,6 0,5 Depok  56,7 54,9 48,5 40,7 Gamping  4,2 4,1 3,7 3,1 Godean  1,9 2,2 3,0 4,1 Kalasan  3,5 3,2 2,5 1,8 Minggir  0,4 0,4 0,6 0,8 Mlati  9,8 10,4 12,2 13,6 Moyudan  0,4 0,5 0,6 0,8 Ngaglik  10,5 10,2 9,1 7,7 Ngemplak  1,9 2,0 2,1 2,1 Pakem  2,4 2,7 3,9 5,2 Prambanan  0,9 1,0 1,2 1,4 Seyegan  0,3 0,4 0,6 0,9 Sleman  4,3 4,8 6,4 8,0 Tempel  0,6 0,7 1,0 1,4 

Turi  0,3 0,4 0,7 1,2 

Page 77: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

59  

Sektor Bisnis sangat didominasi oleh Kecamatan Depok. Konsumsinya

terbesar kemungkinan besar disebabkan oleh faktor lokasi yang strategis dimana

wilayah ini menjadi pusat hunian mahasiswa. Selain itu ada beberapa universitas

berada di kecamatan ini. Hal inilah yang mendorong pertumbuhan sektor bisnis

sehingga secara signifikan mempengaruhi tingginya tingkat permintaan energi

listrik.

Keberadaan beberapa universitas ternama yang ada di Kecamatan Depok

sangat berperan terhadap tumbuhnya sektor bisnis. Universitas tersebut seperti

Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sanatha

Dharma, Universitas Atma Jaya, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Veteran dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Dengan adanya

universitas-universitas tersebut, maka akan mengakibatkan bertambahnya

populasi mahasiswa sehingga meningkatkan peluang usaha di berbagai bidang.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti Fakultas Ekonomi UPN

(Ardhito, 2008) yang dipertegas oleh Komisi B DPRD DIY, pengeluaran

mahasiswa hanya dalam waktu satu bulan sudah mendekati Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Yogyakarta tahun 2008 yang mencapai Rp485 miliar. Sedangkan

wilayah yang menjadi pusat lokasi universitas tersebut berada di Kecamatan

Depok.

Dengan asumsi keuntungan sebesar 30% untuk usaha makan minum,

pondokan, dan komunikasi sudah bisa mendatangkan keuntungan sebesar Rp4,8

triliun per tahun. Peluang-peluang usaha yang berkaitan untuk memenuhi

kebutuhan mahasiswa mulai dari pondokan, rumah makan, lesehan, foto copy,

internet, tempat hiburan, dan masih banyak lainya. Sehingga tidaklah heran

karena memenuhi kebutuhan mahasiswa akan internet banyak warung atau bahkan

toko butik yang menyediakan hot spot. Kebiasaan mahasiswa yang begadang pada

malam hari pun di respon dengan baik oleh pelaku usaha makanan misalnya

warung burjo yang biasa buka selama 24 jam. Dan juga warung-warung lesehan

di jalan- jalan utama seperti di jalan Solo, Babarsari dan Seturan yang buka

sampai menjelang pagi.

Page 78: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

60  

Permintaan energi listrik di Kecamatan Depok khususnya sektor bisnis

cukup besar dipengaruhi oleh adanya pusat perbelanjaan seperti Ambarukmo

Plaza, Makro, Saphire Square dan lain-lain. Sarana hiburan yang diprediksikan

akan mengakibatkan peningkatan di sektor bisnis adalah munculnya pusat-pusat

hiburan seperti Empire XXI dan pusat olahraga seperti fasilitas futsal.

Tabel 5.8. Data beberapa pelanggan bisnis di Kecamatan Depok

NAMA PELANGGAN  TARIP DAYA (Watt) 

JUMLAH KWH 

Jun‐06  Jun‐07  Jun‐08  Jun‐09 PT PUTRA MATARAM MITRA (AMPLAZ)  B3  8660000  1872000  1690000  1600000  1660000 

PT ANGKASA PURA I  B3  865000  319000  342400  387200  406400 PERCETAKAN KANISIUS  B3  240000  56400  67600  88000  72800 

PT INDOSAT  B3  240000  49200  54000  64800  121200 

Tabel 5.8. menunjukkan adanya kecenderungan kenaikan pada permintaan

energi listrik pada sektor bisnis. Beberapa pelanggan yang mengalami kenaikan

konsumsi bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun yang berbeda

adalah PT Angkasa Pura I, Percetakan Kanisius dan PT Indosat. Trend seperti

inilah yang akan terjadi pada kurun waktu 2009-2015 di Kecamatan Depok

dengan catatan tidak terjadi kebijakan baru di bidang kelistrikan ataupun peristiwa

luar biasa.

Untuk pelanggan terbesar seperti Ambarukmo Plasa memang tidak terjadi

kenaikan jumlah konsumsi, namun trend kenaikan jumlah permintaan energi

listrik sektor bisnis di Kecamatan Depok secara keseluruhan juga dapat dilihat

dengan kenaikan jumlah pelanggan dan konsumsi listriknya dalam 1 tahun. Hal

ini seperti ditunjukkan oleh Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Data pelanggan dan konsumsi listrik sektor bisnis Kecamatan Depok

Tahun  PelangganPertambahanPelanggan 

Konsumsi Listrik (GWh) 

2007  3.437  68,46 2008  3.645  208  70,76 2009  3.928  283  78,04 

Page 79: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

61  

Jumlah pelanggan listrik sektor bisnis di kecamatan Depok meningkat 208

unit dari bulan Juni 2007 hingga bulan Juni 2008. Sedangkan dari bulan Juni 2008

hingga Juni 2009 meningkat 283 unit. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

kecenderungan yang terjadi adalah peningkatan jumlah pelanggan di sektor bisnis

secara signifikan.

Beberapa pengembang yang ada di jogja juga melirik pembuatan perumahan

untuk mahasiswa yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Alasan orang tua

mahasiswa yang di luar kota akan membelikan rumah untuk ditempati mahasiswa

selama pendidikan sekaligus untuk melakukan investasi. Sehingga tak jarang

usaha bidang property demikian berkembang di sekitar kampus.

Pertumbuhan yang sangat signifikan pada sektor bisnis terjadi di Kecamatan

Berbah. Pertumbuhan per tahunnya mencapai 40%. Hal ini dapat terjadi karena

beberapa kemungkinan, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan intensitas energi

listrik, tingginya tingkat pertumbuhan pelanggan, atau terjadi kesalahan dalam

pengolahan data. Pertumbuhan rata-rata intensitas energi listrik di kecamatan ini

adalah 28,26%, sedangkan pertumbuhan pelanggannya mencapai 9,87%. Kedua

faktor inilah yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap tingginya konsumsi

listrik.

V.2.2. Sektor Industri

Sektor Industri memiliki proporsi 17,2% dari total konsumsi energi listrik

Kabupaten Sleman tahun 2015. Pada tahun 2008, permintaan energi listrik di

sektor Industri adalah 114,51 GWh dan pada tahun 2015 meningkat menjadi

193,81 GWh. Pertumbuhan rata-rata per tahunnya adalah 7,8%. Kecamatan

dengan pertumbuhan konsumsi listrik terendah yaitu Kecamatan Seyegan dengan

0,7%, sedangkan 3 kecamatan mengalami pertumbuhan negatif. Kecamatan yang

mengalami pertumbuhan negatif adalah Kecamatan Depok, Kecamatan Turi dan

Kecamatan Minggir dengan masing-masing -2,7%, -5,2% dan -5,6% per tahun.

Pertumbuhan tertinggi terjadi di Kecamatan Pakem dengan 51,3% setiap tahun.

Angka pertumbuhan konsumsi energi listrik di Kabupaten Sleman sektor Industri

Page 80: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

62  

ditunjukkan oleh Tabel 5.10. Untuk hasil proyeksi permintaan energi listrik sektor

Industri ditunjukkan oleh Gambar 5.8.

Tabel 5.10. Pertumbuhan konsumsi energi listrik sektor Industri

Pertumbuhan sektor Industri per tahun 

Area  %    Area  % Kab Sleman  7,8   Moyudan  ‐ Berbah  2,6   Ngaglik  10,9Cangkringan  ‐    Ngemplak  3,0Depok  ‐2,7   Pakem  51,3Gamping  5,5   Prambanan  19,1Godean  3,0   Seyegan  0,7Kalasan  15,5   Sleman  7,0Minggir  ‐5,6   Tempel  12,1Mlati  7,1   Turi  ‐5,2

Gambar 5.8. Konsumsi listrik sektor Industri tahun 2008-2015

Komposisi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman untuk sektor

Industri terdiri dari 17 kecamatan dengan Kecamatan Sleman sebagai area dengan

tingkat permintaan tertinggi. Kecamatan Sleman memiliki permintaan listrik di

sektor Industri mencapai 103,5 GWh pada tahun 2015. Angka tersebut merupakan

Page 81: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

63  

46,6% dari total konsumsi sektor Industri. Proporsi tersebut turun bila

dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 55,9%. Proporsi terbesar

berikutnya adalah Kecamatan Tempel dengan 19,8% dan Kecamatan Kalasan

dengan 11,1%.

Dari 14 kecamatan yang memiliki sektor Industri, 7 Kecamatan mengalami

penurunan proporsi, 5 kecamatan mengalami kenaikan dan 1 kecamatan

mengalami perubahan yang sangat kecil sehingga dapat dianggap tetap, yaitu

Kecamatan Turi. Kecamatan Cangkringan, Minggir dan Seyegan merupakan 3

kecamatan yang tidak mempunyai permintaan di sektor Industri. Secara lengkap

angka proporsi masing-masing kecamatan ditunjukkan oleh Tabel 5.11 dan

Gambar 5.9.

Tabel 5.11. Komposisi konsumsi listrik sektor Industri

Kecamatan  Proporsi Sektor Industri (%) 

Kabupaten  2008  2009  2012  2015 

Kab Sleman  100 100 100 100 Berbah  1,2 1,1 0,9 0,7 Cangkringan  0,0 0,0 0,0 0,0 Depok  1,5 1,3 0,9 0,6 Gamping  4,4 4,3 3,8 3,3 Godean  0,3 0,3 0,2 0,2 Kalasan  7,8 8,3 9,7 11,1 Minggir  0,0 0,0 0,0 0,0 Mlati  4,6 4,5 4,3 3,9 Moyudan  0,0 0,0 0,0 0,0 Ngaglik  2,6 2,7 2,8 2,8 Ngemplak  0,2 0,2 0,2 0,1 Pakem  0,4 0,6 1,6 4,1 Prambanan  3,8 4,1 5,3 6,7 Seyegan  0,0 0,0 0,0 0,0 Sleman  55,9 54,9 51,3 46,6 Tempel  17,1 17,6 18,9 19,8 Turi  0,1 0,1 0,1 0,1 

Page 82: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

64  

Gambar 5.9. Proporsi permintaan energi listrik sektor Industri 2015

Sektor Industri memiliki tingkat pertumbuhan konsumsi listrik tertinggi di

Kecamatan Pakem. Pertumbuhannya mencapai 51,3% setiap tahunnya.

kemungkinan penyebabnya adalah tingkat intensitas energi yang tumbuh dengan

pesat. Intensitas energi di kecamatan ini memiliki pertumbuhan lebih dari 50% per

tahun. Hal ini juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Kenyataan yang ada adalah

bertambahnya nilai intensitas energi ini tidak disertai oleh naiknya jumlah

pelanggan Industri. Kemungkinan yang terjadi adalah kebutuhan energi di

sejumlah industri di kawasan Pakem mengalami pemingkatan yang besar karena

permintaan terhadap produknya meningkat.

Pada sektor industri juga terjadi trend pertumbuhan konsumsi listrik yang

menurun atau bernilai negatif. Hal ini terjadi di Kecamatan Depok, Turi dan

Minggir. Penyebabnya adalah karena intensitas energi per tahunnya juga

mengalami penurunan. Selain itu, untuk Kecamatan Minggir dan Turi, tidak

terjadi pertumbuhan jumlah pelanggan. Hal ini sebenarnya bisa dianggap sebagai

dampak yang positif karena dapat diartikan bahwa di 3 kecamatan tersebut terjadi

penghematan pemakaian listrik.

Permintaan energi listrik sektor Industri tertinggi terjadi di Kecamatan

Sleman. Secara umum memang akan sangat sulit menentukan prediksi

Page 83: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

65  

pertumbuhan permintaan energi listrik di sektor ini karena karakteristik dari

masing-masing bidang industri berbeda-beda. Hal ini juga dipengaruhi oleh

tingkat produksi yang dailakukan masing-masing industri dan kemungkinan besar

sangat tergantung kepada tingkat permintaan terhadap produk yang dihasilkan.

Data yang mendukung adalah data konsumsi listrik beberapa industri di

Kecamatan Sleman seperti ditunjukkan oleh Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Data konsumsi dan pelanggan listrik sektor Industri di Kecamatan Sleman

NAMA PELANGGAN  TARIP DAYA (WATT) 

JUMLAH KWH 

Jun‐06  Jun‐07  Jun‐08  Jun‐09 

PT PAB SA PRIMISSIMA  I3  6930000  2776000  2560000  2448000  2528000 

PABRIK CAMBRIC GKBI  I3  2180000  984000  1095000  1125000  1101000 

GE LIGHTING IND  I3  2770000  572000  480000  282000  268000 

PT SUPRATIK SURYAMAS  I3  345000  188400  269200  304400  366400 

DRA RIBKA LUSINAWATI  I2  197000  69120  69180  45900  31380 

PT SPORT GLOVE IND.  I3  345000  32400  36800  34800  33200 

PT DELTA NUSANTARA  I3  1730000  8000  524000  1024000  366400 

PT SABDA PERKASATEX  I2  197000  79980  95580 

Jumlah permintaan energi listrik di bulan yang sama pada tahun yang

berbeda, untuk sektor industri memang tidaklah secara linier mengalami kenaikan.

Bahkan yang terjadi adalah jumlah konsumsi listrik tiba-tiba naik pada bulan yang

sama dengan besar kenaikan bisa dua kali lipatnya seperti yang terjadi di PT

Supratik Suryamas dan PT Delta Nusantara. Namun, untuk jumlah pelanggan baru

yang kemudian akan menambah jumlah pasokan permintaan listrik selalu terjadi

dari bulan Juni tahun 2007 hingga Juni 2009. Seperti dengan munculnya

pelanggan baru yaitu PT Sabda Perkasatex pada tahun 2008. Secara keseluruhan

data ditunjukkan oleh Tabel 5.13.

Page 84: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

66  

Tabel 5.13. Data pelanggan dan jumlah konsumsi sektor Industri Kecamatan Sleman

Tahun  Pelanggan PertambahanPelanggan 

Konsumsi Listrik GWh) 

2007  11  60,85 

2008  13  2  64,57 

2009  14  1  65,90 

V.2.3. Sektor Publik

Hasil proyeksi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman sektor Publik

ditunjukkan oleh Gambar 5.10.

Gambar 5.10. Konsumsi energi listrik sektor Publik tahun 2008-2015

Permintaan energi listrik sektor Publik meningkat dari 35,6 GWh pada

tahun 2008 menjadi 63,6 GWh. Rata-rata pertumbuhan per tahun adalah 8,6%.

Pertumbuhan di Kecamatan Depok yang mencapai 15,7% per tahun. Hal itu

mengakibatkan konsumsi listriknya meningkat dari 10,7 GWh menjadi 29,6 GWh.

Kecamatan Sleman menjadi yang tertinggi dengan pertumbuhan 17,9% per tahun,

sehingga permintaannya meningkat dari 9,2 GWh menjadi 29 GWh. Pertumbuhan

Page 85: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

67  

negatif terjadi di Kecamatan Ngaglik, yaitu -1% per tahun. Tabel 5.14

menunjukkan pertumbuhan permintaan energi listrik sektor Publik.

Tabel 5.14. Pertumbuhan permintaan energi listrik sektor Publik

Pertumbuhan sektor Publik per tahun 

Area  %     Area  % Kab Sleman  8,6    Moyudan  2,8 Berbah  10,8    Ngaglik  ‐1,0 Cangkringan  4,7    Ngemplak  5,2 Depok  15,7    Pakem  2,1 Gamping  3,6    Prambanan  10,2 Godean  5,3    Seyegan  3,1 Kalasan  3,1    Sleman  17,9 Minggir  9,7    Tempel  11,1 Mlati  3,0    Turi  0,8 

Demikian juga untuk proporsi masing-masing kecamatan. Komposisinya

masih didominasi oleh kecamatan Depok dan Kecamatan Sleman. Kecamatan

Depok memiliki proporsi 36,4% pada tahun 2015, meningkat dari 30% pada tahun

2008. Kecamatan Sleman juga mengalami peningkatan dari 25,7% menjadi

35,7%. Apabila dilihat dari Gambar 5.7, maka garis permintaan yang berada di

posisi teratas adalah 2 kecamatan tersebut. Peningkatannya juga cukup signifikan

ditunjukkan dengan grafik yang meningkat paling tinggi dibandingkan kecamatan

yang lain. proporsi terendah berada di Kecamatan Moyudan dengan angka 0,1%.

Hal ini seperti ditunjukkan oleh Tabel 5.15 dan Gambar 5.11.

Page 86: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

68  

Tabel 5.15. Komposisi permintaan energi listrik sektor Publik

Kecamatan  Proporsi Sektor Publik (%) 

Kabupaten  2008  2009  2012  2015 

Kab Sleman  100 100 100 100 Berbah  4,3 4,3 4,3 3,9 Cangkringan  4,8 4,5 4,5 2,9 Depok  30,0 31,1 31,1 36,4 Gamping  3,6 3,4 3,4 2,1 Godean  0,6 0,5 0,5 0,4 Kalasan  7,2 6,7 6,7 3,9 Minggir  0,5 0,5 0,5 0,4 Mlati  5,5 5,1 5,1 2,9 Moyudan  0,3 0,3 0,3 0,1 Ngaglik  2,2 1,9 1,9 0,9 Ngemplak  6,5 6,1 6,1 4,1 Pakem  2,7 2,5 2,5 1,4 Prambanan  2,6 2,6 2,6 2,3 Seyegan  0,5 0,4 0,4 0,3 Sleman  25,7 27,2 27,2 35,7 Tempel  2,2 2,1 2,1 2,0 

Turi  0,8 0,7 0,7 0,4 

Gambar 5.11. Proporsi permintaan energi listrik sektor Publik

Page 87: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

69  

Sektor Publik dengan tingkat konsumsi energi listrik terbesar berada di

Kecamatan Sleman dan Kecamatan Depok. Hal ini terjadi karena Kecamatan

Sleman merupakan ibukota Kabupaten Sleman dimana terdapat komplek

perkantoran administrasi. Sedangkan untuk Kecamatan Depok sangat dipengaruhi

oleh banyaknya fasilitas umum yang ada. Selain itu juga adanya beberapa

universitas. Universitas yang termasuk ke dalam pelayanan listrik sektor Publik

adalah UNY dengan berbagai fasilitasnya termasuk GOR dan laboratorium.

Keberadaan pangkalan udara Adi Sucipto juga sangat signifikan pengaruhnya

terhadap konsumsi listrik, begitu juga beberapa GOR di wilayah Kecamatan

Depok.

Proyeksi untuk sektor Publik di dua kecamatan tersebut akan meningkat

seperti halnya sebagian besar kecamatan di Kabupaten Sleman. Kecamatan Depok

memiliki ruang publik yaitu bandara Adi Sucipto yang pemakaian listriknya

sangat besar. Beberapa ruang publik yang lain yang mempunyai tingkat

permintaan energi listrik cukup besar di Kecamatan Depok ditunjukkan oleh

Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Beberapa pelanggan listrik sektor Publik di Kecamatan Depok

NAMA  TARIP  DAYA JUMLAH KWH 

Jun‐06  Jun‐07  Jun‐08  Jun‐09 

LANUMA ADISUCIPTO  P2  865000  165000  226000  234000  228000 

GED AKADEMI AU  P2  555000  145600  188800  161600  158400 

PPNY BATAN  P2  690000  41000  55000  50000  51000 

LP PENERANGAN JALAN  P3  95470  35801  35801  35801  35801 

LP PENERANGAN JALAN  P3  74290  27859  27859  27859  27859 

LP PENERANGAN JALAN  P3  65340  24503  24503  24503  24503 

KANTOR PAJAK PROP DIY  P1  33000  5642  56000  96000  107200 F MIPA UNIV NEGERI YOGYAKARTA 

P1  105000    

8200  11080 

Dari Tabel 5.16 memang tidak secara jelas akan menggambarkan profil dan

karakter dari trend yang terjadi pada tahun-tahun yang akan datang yaitu tahun

2009-2015. Data tersebut merupakan data jumlah konsumsi listrik di masing-

masing pelanggan pada bulan juni pada tahun 2006-2009. Sebagian besar

Page 88: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

70  

pelanggan mengkonsumsi listrik dengan jumlah yang relatif tidak berubah dengan

tajam seperti contohnya untuk lampu penerangan jalan. Karena sifat

pemakaiannya yang konstan pada tiap hari dan bulannya, maka jumlah KWH

yang tercatat juga tidak jauh berbeda. Namun yang dapat dijadikan indikator

pertumbuhannya adalah sifat atau trend pertmbahan pelanggannya. Sebagai

contoh adalah munculnya Fakultas MIPA UNY sebagai pelanggan baru yang pada

bulan Juni 2008 sudah mulai menggunakan listrik. Peningkatan pemakaiannya

untuk tahun 2009 juga meningkat hingga 30%. Hal ini mungkin hanya sebagai

salah satu contoh saja dan mungkin tidak juga mewakili trend secara umum.

Hal yang dapat dijadikan sebagai bukti fakta trend yang terjadi adalah pada

pertambahan pelanggan dan pemakaian untuk penerangan jalan umum. Secara

fakta tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah penerangan jalan setiap tahunnya akan

mengalami peningkatan. Secara data, dari bulan Juni tahun 2006 hingga bulan

Juni 2007, terjadi penambahan 9 unit penerangan jalan yang baru di Kecamatan

Depok. Setahun kemudian penambahan terjadi sebanyak 20 unit pada tahun 2008.

Daya terpasangnya juga meningkat sekitar 30 KW antara tahun 2006 hingga 2007,

sedangkan untuk tahun 2008 meningkat lebih besar lagi seiring meningkatnya

jumlah unit terpasang yang baru, yaitu 90 KW. Hal inilah yang dapat menjadi

tolok ukur dan gambaran seperti apa trend yang mendasari peningkatan

permintaan listrik di Kecamatan Depok khususnya sektor Publik. Dengan semakin

berkembangnya kewilayahan kecamatan ini, maka akan semakin tinggi pula

tingkat permintaan energi listriknya. Faktor pendapatan atau PDRB juga memiliki

pengaruh terhadap tingkat permintaan energi. Tabel 5.17 menunjukkan data

pertambahan unit lampu penerangan jalan umum di Kecamatan Depok.

Tabel 5.17. Data pelanggan LPJU di Kecamatan Depok

Bulan‐Tahun  Jumlah Pelanggan  Daya(Watt) 

Jun‐06  65  501927 Jun‐07  74  531927 Jun‐08  94  639927 

Page 89: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

71  

Selain ditinjau dari jumlah pelanggan pada sektor penerangan jalan, dapat

juga dilihat dari pertambahan pelanggan sektor Publik secara umum di Kecamatan

Depok. Antara tahun 2006 hingga tahun 2007 pelanggan sektor Publik bertambah

163 unit dan tahun 2008 bertambah 41 unit. Hal tersebut tentu saja akan

menambah jumlah daya terpasang dan tentu saja jumlah permintaan energi

listriknya. Trend pertambahannya pada tahun 2006-2008 dapat dilihat pada Tabel

5.18.

Tabel 5.18. Pertambahan pelanggan Publik di Kecamatan Depok

TAHUN  PELANGGAN PERTAMBAHAN PELANGGAN 

2006                    163  

2007                    187                             24  

2008                    228                             41  

Demikian juga yang terjadi di Kecamatan Sleman di mana sebagian besar

pelanggan sektor Publik merupakan kompleks perkantoran Pemerintah Daerah

Kabupaten Sleman di Dusun Beran, Tridadi. Konsumsi listrik terbesar pada tahun

Juni 2006 hingga 2008 adalah Kantor Gedung Sekretariat Pemda Tk II Kabupaten

Sleman dengan daya terpasang sebesar 53 kVA. Karakteristik sebagian besar

kantor pemerintahan di Kecamatan Sleman juga menunjukkan kecenderungan

untuk mengalami kenaikan setiap tahunnya. Beberapa pelanggan PLN sektor

Publik di Kecamatan Depok ditunjukkan oleh Tabel 5.19. Sedangkan secara

umum terjadi pertambahan jumlah pelanggan sektor Publik selama tahun 2006

hingga 2008. Pada tahun 2006 hingga 2007 terjadi pertambahan, demikian juga

untuk tahun 2007 hingga 2008.

Tabel 5.19. Data konsumsi listrik beberapa kantor Pemerintah Sleman

NAMA PELANGGAN  ALAMAT  TARIP  DAYA JUMLAH KWH 

Jun‐06  Jun‐07  Jun‐08 

GED SEKR PEMDA TK 2  JL PARASAMYA BERAN  P1  53000  7640  11120  13380 

KT KEPEG DAERAH/BKD  JL PARASAMYA BERAN  P1  23000  1965  2393  2421 

KADIN NAKERSOS & KB  JL PARASAMYA BERAN  P1  23000  1758  2200  3015 

KANT.KAB.SLEMAN  JL KRATON BOKO RT.1BERAN  P1  7700  2217  2381  2337 

Page 90: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

72  

V.2.4. Sektor Sosial

Hasil proyeksi permintaan energi listrik Kabupaten Sleman menunjukkan

bahwa konsumsi sektor Sosial memiliki proporsi 4,7% pada tahun 2008,

meningkat menjadi 7,9% pada tahun 2015. Angka tersebut mengalami

peningkatan yang signifikan, yaitu dari 31,3 GWh menjadi 89,3 GWh. Dari

Gambar 5.8 dapat dilihat kenaikannya cukup besar ditandai oleh kurva yang

bergerak naik secara tajam. Peningkatan juga dialami oleh Kecamatan Depok dan

Kecamatan Ngemplak. Hasil proyeksi secara lengkap ditunjukkan oleh Gambar

5.12.

Gambar 5.12. Konsumsi listrik sektor Sosial 2008-2015

Sektor Sosial mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 16,2% per tahun.

Kecamatan Ngemplak mengalami peningkatan dengan pertumbuhan yang sangat

tinggi yaitu 37,2%. Kecamatan Kalasan berada di urutan berikutnya dengan

19,3%, disusul Kecamatan Seyegan dengan 16,3% dan Kecamatan Gamping

dengan 15,5%. Total ada 8 kecamatan yang mengalami pertumbuhan di atas 10%

per tahun. Delapan kecamatan yang lain pertumbuhannya di bawah 10% dan 1

kecamatan pertumbuhannya bernilai negatif. Kecamatan yang mengalami

Page 91: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

73  

penurunan untuk konsumsi listriknya di sektor Sosial adalah Kecamatan Turi.

Secara lengkap, pertumbuhan permintaan energi listrik sektor Sosial tersaji pada

Tabel 5.20.

Tabel 5.20. Pertumbuhan konsumsi listrik sektor Sosial

Pertumbuhan sektor Publik per tahun 

Area  %     Area  % Kab Sleman  16,2    Moyudan  13,7 Berbah  14,3    Ngaglik  8,1 Cangkringan  6,0    Ngemplak  37,2 Depok  8,1    Pakem  6,8 Gamping  15,5    Prambanan  9,6 Godean  13,9    Seyegan  16,3 Kalasan  19,3    Sleman  7,0 Minggir  11,0    Tempel  4,1 Mlati  5,2    Turi  ‐1,9 

Kecamatan Depok dan Kecamatan Ngemplak menjadi wilayah dengan

konsumsi listrik paling besar di tahun 2015 untuk sektor Sosial. Kecamatan

Depok memiliki proporsi 46,3% dan Kecamatan Ngemplak 21,1%. Apabila

dilihat proporsi pada tahun 2008, sebenarnya Kecamatan Depok mengalami

penurunan dan sebaliknya Kecamatan Ngemplak mengalami peningkatan yang

tajam. Pada tahun 2008 proporsi Kecamatan Depok adalah 58,9% dan Kecamatan

Ngemplak hanya 5,1%.

Untuk kecamatan yang lain sebagian besar proporsinya berkurang. Ada 11

kecamatan yang proporsinya berkurang, sedangkan 6 kecamatan yang lain

mengalami peningkatan. Proporsi terendah berada di Kecamatan Turi dengan

0,2%. Kemudian Kecamatan Cangkringan dengan 0,3%, Kecamatan Moyudan

0,6% dan Kecamatan Minggir dengan 0,8%. Total ada 5 kecamatan yang

proporsinya di bawah 1%. Selain 4 kecamatan di atas, satu lagi adalah Kecamatan

Tempel. Proporsi masing-masing kecamatan ditunjukkan oleh Tabel 5.21 dan

Gambar 5.13.

Page 92: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

74  

Tabel 5.21. Komposisi konsumsi listrik sektor Sosial

Kecamatan  Proporsi Sektor Sosial (%) 

Kabupaten  2008  2009  2012  2015 

Kab Sleman  100 100 100 100 Berbah  1,0 1,0 1,1 1,2 Cangkringan  0,5 0,5 0,4 0,3 Depok  58,9 57,8 53,3 46,3 Gamping  4,5 4,7 5,3 5,6 Godean  1,2 1,2 1,3 1,3 Kalasan  3,5 3,8 4,7 5,4 Minggir  0,7 0,7 0,7 0,6 Mlati  8,0 7,6 6,5 5,2 Moyudan  0,5 0,6 0,6 0,6 Ngaglik  4,9 4,9 4,5 3,9 Ngemplak  5,1 6,3 11,9 21,1 Pakem  2,9 2,8 2,5 2,1 Prambanan  1,2 1,2 1,2 1,1 Seyegan  0,8 0,8 0,9 1,0 Sleman  4,6 4,5 4,0 3,4 Tempel  1,3 1,2 1,0 0,8 

Turi  0,5 0,4 0,3 0,2 

Gambar 5.13. Proporsi konsumsi listrik sektor Sosial tahun 2015

Sektor Sosial juga didominasi oleh Kecamatan Depok. Hal ini tentu terkait

dengan banyaknya jumlah universitas di wilayah ini seperti UPN Veteran,

Universitas Sanatha Dharma, Atma Jaya, UNY dan lain-lain. Pertumbuhan yang

tertinggi adalah Kecamatan Ngemplak. Hal ini disebabkan oleh tingginya

Page 93: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

75  

pertumbuhan tingkat intensitas energi di wilayah ini yang menandakan

penggunaannya cenderung boros.

Dengan semakin meningkatnya intensitas energi, maka berdasarkan

scenario BAU yang menggunakan asumsi pertumbuhan intensitas energi rata-rata

dan pertumbuhan pelanggan rata-rata akan menghasilkan proyeksi permintaan

energi listrik yang sulit untuk dilakukan validasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya

suatu pembanding dari penelitian serupa. Apabila ditinjau dari karakteristik dan

trend pada masing-masing pelanggan, itupun belum cukup valid karena tidak

melibatkan adanya pertumbuhan pelanggan yang tentunya akan berdampak pada

perhitungan intensitas energinya.

Apabila ditinjau dari trend penggunaan energi listrik di masing-masing

pelanggan, maka terjadi kecenderungan peningkatan yang signifikan dari tahun

2006 ke tahun 2007. Sedangkan untuk tahun 2007 ke tahun 2008 ada yang

mengalami kenaikan dan ada pula yang menurun. Penurunan yang terjadi masih

tetap berada di atas tahun 2006. Secara lengkap data pelanggan beberapa

pelanggan tarif Sosial di Kecamatan Depok ditunjukkan oleh Tabel 5.22.

Tabel 5.22. Data beberapa pelanggan listrik tariff social di Kecamatan Depok

NAMA  TARIP  DAYA JUMLAH KWH 

2006  2007  2008 

UNIV SANATA DHARMA  S3  345000  60800  72800  68400 

GARDU TIMUR UNY  S3  345000  57600  80400  90000 

ASRAMA MAHASISWA MM‐UGM  S3  345000  53600  80800  80000 

GARDU FT UNY  S3  345000  40400  48800  44000 

STMIK AMIKOM  S2  197000  31920  38160  36180 

YYS.SANATA DHARMA  S2  197000  31620  35940  35700 

GARDU BARAT UNY  S2  197000  20460  30900  32760 

FAK EKONOMI D3 UGM  S3  240000  14000  19600  20800 

UNIVERSITAS ATMAJAYA  S2  147000  13850  21300  17800 

KAMPUS URINDO YK  S2  105000  13640  18640  19360 

RS. LANUD ADISUCIPTO  S3  345000  10000  20400  26000 

RS. CONDONG CATUR  S2  164000  9150  18050  18800 

IR.ILHAM NUR,MSCE  S2  33000  8744  111200  142400 

STT NASIONAL  S3  240000  6800  12400  13600 

UNIV ATMAJAYA  S2  66000  5760  7060  7820 

Page 94: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

76  

Sebagian besar pengguna listrik tarif Sosial memang berasal dari perguruan

tinggi baik negeri maupun swasta, walaupun sebagian dari pelanggan tersebut

juga memiliki rekening lain dengan tarif bisnis. Untuk permintaan energi listrik

di Kampus UNY memang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan ini

yang menjadi gambaran karakteristik peningkatan dari proyeksi permintaan energi

listrik secara umum di Kecamatan Depok dari tahun 2009 hingga 2015.

Apabila dilihat dari trend pertumbuhan pelanggannya, maka

karakteristiknya ditunjukkan oleh Tabel 5.. Dalam table tersebut dapat dilihat

pertambahan pelanggan yang terjadi dari tahun 2006 hingga 2007 bertambah 16

pelanggan, sedangkan dari tahun 2007 ke 2008 bertambah 39 pelanggan. Trend

yang terjadi dari hanya 2 tahun dini tentu belum bisa digunakan sebagai bukti

bahwa pertumbuhan pelanggan dan pertumbuhan konsumsi listriknya akan sesuai

seperti itu. Namun, dari data tersebut akan memberikan bukti bahwa jumlah

pelanggan setiap tahunnya akan selalu bertambah. Hal itu tentu akan berpengaruh

terhadap bertambahnya kapasitas daya terpasang dan tentunya berpengaruh

terhadap pertambahan permintaan energi listriknya.

Tabel 5.23. Pertambahan pelanggan Tarif Sosial di Kecamatan Depok

TAHUN  PELANGGAN PELANGGAN 

BARU 

2006  652 

2007  668  16 

2008  707  39 

Perlu diakui bahwa sulit memberikan validasi dan pembuktian apakah hasil

proyeksi yang diperoleh dari simulasi LEAP tersebut akan sesuai dengan

kenyataannya nanti.

V.2.5 Sektor Rumah Tangga

Sektor yang memiliki proporsi terbesar dalam konsumsi energi listrik

Kabupaten Sleman adalah sektor Rumah tangga. Bahkan untuk tahun 2006-2015

komposisinya mencapai 50%. Pada tahun 2006 proporsi sektor ini mencapai

Page 95: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

77  

54,2%, tahun 2008 53,8% dan hasil proyeksi tahun 2015 menjadi 51,8%. Hasil

proyeksi permintaan energi listrik sektor Rumah tangga ditunjukkan oleh Gambar

5.14.

Gambar 5.14. Konsumsi listrik sektor Rumah tangga tahun 2008-2015

Sektor Rumah tangga tumbuh rata-rata 7,3% per tahun. Pada tahun 2008

sebagai tahun dasar, total permintaannya mencapai 357,28 GWh dan pada tahun

2015 meningkat menjadi 583,28 GWh. Kecamatan Tempel merupakan wilayah

yang memiliki pertumbuhan permintaan energi paling tinggi di antara 16

kecamatan yang lain. Kecamatan Tempel memiliki proporsi 14% dari total

konsumsi listrik Rumah tangga. Urutan pertumbuhan dari yang tertinggi

berikutnya adalah Kecamatan Berbah (12,3%), Kecamatan Mlati (11,1%),

Kecamatan Gamping (10,8%) dan Kecamatan Sleman (10,7%). Pertumbuhan

terendah terjadi di wilayah Kecamatan Moyudan (0,1%) dan Kecamatan Turi

(1%). Pertumbuhan rata-rata setiap kecamatan ditunjukkan oleh Tabel 5.24.

Page 96: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

78  

Tabel 5.24. Pertumbuhan konsumsi listrik sektor Rumah tangga

Pertumbuhan sektor Rumah tangga per tahun 

Area  %     Area  % Kab Sleman  7,3    Moyudan  0,1Berbah  12,3    Ngaglik  8,7Cangkringan  3,0    Ngemplak  7,5Depok  6,3    Pakem  6,5Gamping  10,8    Prambanan  3,0Godean  8,5    Seyegan  1,5Kalasan  7,2    Sleman  10,7Minggir  2,2    Tempel  14,0Mlati  11,1    Turi  1,0

Sebagian besar permintaan energi listrik sektor Rumah tangga berada di

wilayah Kecamatan Depok, Kecamatan Mlati, Kecamatan Ngaglik dan kecamatan

Gamping. Pada tahun 2008 proporsi terbesar berada di Kecamatan Depok

(29,2%). Untuk tahun 2015, meskipun proporsinya turun menjadi 26%, namun

Kecamatan Depok tetap memiliki proporsi yang tertinggi. Kecamatan Ngaglik

proporsinya mengalami kenaikan dalam angka yang tidak terlalu signifikan yaitu

0,5%. Secara umum, sebagian besar kecamatan proporsinya turun. Hal ini terjadi

di 10 kecamatan. Untuk 7 kecamatan yang lain mengalami kenaikan proporsi.

Pergeseran komposisi yang terjadi tidak terlalu jauh dari tahun 2008 seperti yang

ditunjukkan oleh Tabel 5.25 dan Gambar 5.15.

Gambar 5.15. Proporsi konsumsi listrik sektor Rumah tangga tahun 2015

Page 97: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

79  

Tabel 5.25. Proporsi konsumsi listrik sektor Rumah tangga

Kecamatan  Proporsi Sektor Rumah tangga (%) 

Kabupaten  2008  2009  2012  2015 

Kab Sleman  100 100 100 100 Berbah  3,4 3,5 4,0 4,4 Cangkringan  1,4 1,3 1,1 1,0 Depok  29,2 28,8 27,5 26,0 Gamping  8,8 9,1 9,8 10,5 Godean  5,0 5,0 5,1 5,1 Kalasan  5,7 5,6 5,5 5,4 Minggir  1,6 1,5 1,3 1,1 Mlati  9,7 10,0 11,0 11,9 Moyudan  1,9 1,8 1,4 1,1 Ngaglik  11,0 11,1 11,3 11,5 Ngemplak  4,5 4,5 4,4 4,3 Pakem  2,3 2,2 2,2 2,1 Prambanan  2,5 2,4 2,0 1,8 Seyegan  2,3 2,2 1,8 1,5 Sleman  6,2 6,4 6,9 7,3 Tempel  2,7 2,8 3,3 3,9 

Turi  2,0 1,9 1,5 1,2 

Sektor Rumah Tangga merupakan sektor yang memiliki proporsi hampir

merata. Tingkat pertumbuhannya berada pada angka 7,3% per tahun. Angka ini

relatif stabil bila dibandingkan dengan sektor yang lain. Meksipun begitu, sektor

Rumah Tangga menjadi alokasi permintaan energi listrik terbesar di Kabupaten

Sleman.

V.3. PDRB dan Elastisitas Energi

Hasil proyeksi dan perhitungan elastisitas energi untuk Kabupaten Sleman

ditunjukkan oleh Tabel 5.26 dan Tabel 5.27. Proyeksi PDRB mengacu pada

Laporan Kajian Potensi Kelistrikan Kabupaten Sleman. Elastisitas energi dihitung

berdasarkan persamaan (3.9).

Elastisitas energi didefinisikan sebagai perbandingan antara pertumbuhan

konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi.

Page 98: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

80  

Tabel 5.26. Pertumbuhan PDRB(harga berlaku), konsumsi energi dan elastisitas energi Kabupaten Sleman 2006-2015

Tahun Konsumsi Energi  PDRB 

Elastisitas energi GWh 

Pertumbuhan (%) 

PDRB (juta Rp) 

Pertumbuhan(%) 

2006  575,16     8910407  16,18    

2007  619,58  7,72  9972010,00  11,91  0,65 

2008  662,84  6,98  12298210,15  23,33  0,30 

2009  714,94  7,86  14391792,05  17,02  0,46 

2010  770,55  7,78  16755931,45  16,43  0,47 

2011  830,76  7,81  19390628,35  15,72  0,50 

2012  896,01  7,85  22295882,75  14,98  0,52 

2013  966,76  7,90  25471694,65  14,24  0,55 

2014  1043,53  7,94  28918064,05  13,53  0,59 

2015  1126,91  7,99  32634990,95  12,85  0,62 

Tabel 5.27. Pertumbuhan PDRB(harga berlaku), konsumsi energi dan elastisitas energi Kabupaten Sleman 2006-2015

Tahun Konsumsi Energi  PDRB 

Elastisitas energi GWh 

Pertumbuhan(%) 

PDRB(juta Rp) 

Pertumbuhan(%) 

2006  575,16     5315872  4,63    

2007  619,58  7,72  5553498,00  4,47  1,73 

2008  662,84  6,98  5960021,56  7,32  0,95 

2009  714,94  7,86  6317878,92  6,00  1,31 

2010  770,55  7,78  6705169,40  6,13  1,27 

2011  830,76  7,81  7121907,16  6,22  1,26 

2012  896,01  7,85  7568106,96  6,27  1,25 

2013  966,76  7,90  8043784,23  6,29  1,26 

2014  1043,53  7,94  8548955,08  6,28  1,26 

2015  1126,91  7,99  9083636,33  6,25  1,28 

Pertumbuhan konsumsi energi Kabupaten Sleman rata-rata berada pada

angka 7,8%, sedangkan angka pertumbuhan ekonominya (berdasarkan harga

berlaku) rata-rata adalah 15,6%. Perbandingan dari 2 parameter tersebut

menghasilkan nilai elastisitas energi yang sangat bagus, yaitu berada pada kisaran

0,5. Apabila mengacu kepada referensi yang ada[13], maka Kabupaten Sleman

dapat dikatakan sebagai wilayah yang memiliki tingkat efisiensi yang bagus.

Angka ini jauh di bawah angka elastisitas energi secara nasional yang mencapai

pada angka 1. Bahkan angka ini dapat dikatakan mendekati elastisitas di negara

Page 99: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

81  

maju, yaitu 0,5. Namun, data elastisitas ini perlu dibandingkan juga dengan

perhitungan konsumsi energi yang melibatkan sektor energi lain seperti gas,

BBM, dan sumber energi lainnya dalam bidang yang bermacam-macam pula

seperti transportasi dan pembangkitan.

Perhitungan lain jika menggunakan data ekonomi berdasarkan harga

konstan, maka perhitungan elastisitasnya menjadi tidak efisiien. Rata-rata

pertumbuhan permintaan energinya adalah 7,8% dan pertumbuhan ekonominya

adalah 6%, sehingga elastisitasnya berada pada angka 1,30. Angka ini di atas 1

dan mempunyai karakteristik yang sama dengan elastisitas energi nasional, yaitu

bersifat boros atau tidak efisien. Namun, data inipun juga perlu dikaji dan

dibandingkan dengan perhitungan elastisitas energi yang melibatkan berbagai

sektor energi.

V.4. Potensi Sumber Energi Terbarukan

Permintaan energi listrik di Kabupaten Sleman diyakini akan semakin

meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tentunya diharapkan juga akan mampu

menambah dan meningkatkan pertumbuhan di bidang ekonomi maupun dalam

rangka pengembangan kewilayahan. Oleh karena itu, perencanaan energi dan

ketenagalistrikan akan semakin menguatkan dukungan dari sektor energi.

Kabupaten Sleman pada saat ini belum memiliki kapasitas pembangkitan

energi listrik. Selama ini Kabupaten Sleman mendapatkan pasokan listrik dari

jaringan yang terintegrasi untuk Jawa-Madura-Bali(JAMALI). Potensi sumber

daya energi di Kabupaten Sleman belum terintegrasi dan belum signifikan mampu

menyuplai kebutuhan listrik secara mandiri. Meskipun begitu, saat ini telah

dilakukan beberapa perencanaan tentang pengembangan dan pemanfaatan sumber

energi terbarukan yang ada di Kabupaten Sleman. Beberapa potensi itu adalah air,

surya, biomassa dan biogas.

V.4.1. Potensi Mikrohidro

Kabupaten Sleman memiliki beberapa potensi untuk dimanfaatkan sebagai

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Beberapa bahkan sudah

Page 100: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

82  

dimanfaatkan untuk penelitian dengan dibangun PLTMH seperti di Kecamatan

Turi dan Kecamatan Minggir. Data mengenai potensi PLTMH ditunjukkan oleh

Tabel 5.28.

Tabel 5.28. Potensi PLTMH Kabupaten Sleman[10]

No  Potensi  Lokasi Head (m) 

Debit (liter/detik) 

Pra energikeluaran (kW) 

1  Selokan Van Der Wicjk 3  Klagaran, Sendangrejo, Minggir 

6  4000  141,12 

2  Selokan Van Der Wicjk 4   Kajoran, Banyurejo, Seyegan 

8  500  23,5 

3  Selokan Van Der Wicjk 5   Kedungprahu, Sendangrejo, Minggir 

2,5  1000  14,7 

4  Selokan Mataram  1   Gasiran, Banyurejo, Seyegan 

6  250  8,82 

5  Selokan Mataram  2   Bluran, Tirtonadi, Mlati  5  1000  29,4 

6  Selokan Mataram  3   Trini, Trihanggo, Gamping  2,5  1500  22 

7  Selokan Mataram  4   Gemawang, Mlati  17,5  750  77,8 

8  Selokan Mataram  5   Depok  8  1000  47,1 

9  Selokan Mataram  6   Depok  3,5  1000  20,1 

10  Selokan Mataram  7   Kalasan  8  1000  47,1 

11  Selokan Mataram  8   Candisari, Kalasan 7,5  1000  44,18 

12  Sungai Duren, Turi   Turi 5,5  280  10 

13  Sungai Mruwe‐1, Berbah   Bendung Klontongan, Sendangtirto, Berbah 

4  500  11,7 

14  Sungai Mruwe‐2, Berbah   Bendung Sekarsuli, Berbah 5  500  14 

15  Sungai Mruwe‐3, Berbah   Bendung Klampok, Berbah 4  400  9 

16  Sungai Mruwe‐4, Berbah   Bendung Sidoarjo, Berbah 5  400  11 

17  Sungai Tambak Bayan   Bendung Glendongan, Caturtunggal 

5  300  8 

Potensi Total  539,52 

Gambar 5.16. Salah satu titik potensi PLTMH di Saluran Van der Wicjk

Page 101: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

83  

V.4.2 Potensi Tenaga Surya

Sumber energi terbarukan yang paling mudah untuk dimanfaatkan dalam

bentuk energi listrik adalah tenaga surya. Saat ini di Kabupaten Sleman telah

melakukan pemasangan panel surya dalam bentuk instalasi SHS(Solar House

System). Beberapa tempat yang sudah menjadi lokasi pemasangan antara lain di

Kecamatan Tempel dan Kecamatan Prambanan. Panel surya yang ada sebagian

merupakan bantuan dari pemerintah melalui Departemen Energi dan Sumber

Daya Mineral.

Kabupaten Sleman memiliki potensi radiasi matahari rata-rata sebesar 400

W/m2. Data besarnya radiasi matahari di Kabupaten Sleman dapat diwakili oleh

Tabel 5.29. Sebagai catatan bahwa Stasiun Geofisika Yogyakarata terletak di

Kecamatan Gamping dan masih termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman.

Tabel 5.29. Data Radiasi Matahari (Sumber : Stasiun Geofisika Yogyakarta)

Jam Radiasi Matahari (W/m2)

5-5-2008 24-5-2008 26-5-2008 27-5-2008 9-9-2008 10-9-2008 24-9-2008 6 1.05  0.81  0.92  0.67  1.06  4.91  7.50 

7 30.00  32.88  35.90  35.12  21.06  62.64  48.45 

8 139.44  136.79  146.47  143.44  151.16  162.41  186.28 

9 362.31  406.04  395.41  422.08  326.81  454.28  586.93 

10 459.81  587.09  469.49  553.60  674.76  521.20  778.25 

11 655.16  683.27  529.53  705.69  808.91  619.16  877.85 

12 768.10  720.39  728.52  752.55  802.20  849.56  933.35 

13 759.07  723.66  790.89  784.05  778.81  837.28  896.99 

14 595.77  649.86  712.97  708.58  703.75  765.23  795.82 

15 392.34  501.50  574.24  572.36  535.93  530.41  637.01 

16 204.04  315.41  392.68  310.55  398.04  366.71  424.05 

17 63.27  126.98  150.65  127.63  156.66  167.64  161.90 

18 6.96  12.10  9.78  11.88  8.19  12.62  11.97 

Rata-rata

341.33  376.67 379.80 394.48 412.87 411.85  488.18

Rata-rata yang diambil untuk perhitungan 400.74 (W/m2)

Sebagian dari panel surya yang telah dipasang di wilayah Kabupaten

Sleman menggunakan panel surya merk KYOCERA(berada di Kecamatan

Tempel dan Prambanan) dengan jumlah total mencapai 30 unit. Di Kecamatan

Tempel terdapat 17 unit dan di Kecamatan Prambanan 13 unit ditambah beberapa

Page 102: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

84  

unit jenis PV yang lain. Dari hasil penelitian[20] diperoleh bahwa sebagian besar

panggunaan SHS di Kabupaten Sleman menghasilkan 70-100 Watt-jam per hari.

Untuk perhitungan daya output yang digunakan adalah Insolasi harian (IH)

sehingga diperoleh nilai IH sebesar 2,6 kWh/m2/hari. Nilai ini diperoleh dengan

mengambil asumsi nilai insolasi radiasi matahari ≈ 400,7 W/m2, rata-rata

intensitas 0,8 dari maksimum, dan lama penyinaran rata-rata 8 jam. Nilai 0,8

diperoleh akibat adanya rugi-rugi karena pengaruh lingkungan.

Maka, telah didapatkan nilai-nilai untuk menghitung besarnya daya yang

bisa dihasilkan PV, yaitu :

Wp1 : 54 W (untuk nilai Irradian 1000 W/m2 – sesuai spesifikasi PV)

Wp2 : 38 W (untuk nilai Irradian 800 W/m2 – sesuai spesifikasi PV)

IH : 2,6 kWh/m2/hari

η : 14 % (asumsi karena setiap pengurangan nilai irradians akan

mempengaruhi nilai efisiensi – berkurangnya Irradians dari 1000

W/m2 menjadi 200 W/m2 mengakibatkan berkurangnya efisiensi

hingga 6,2 % seperti yang tercantum dalam spesifikasi)

Sedangkan nilai PSH dapat dihitung dengan persamaan (5.1)

PSH = ΣĪ.Δt/IR (5.1)

Dengan nilai Ī = 400,7 W/m2 dan Δt = 1 jam (karena pengukuran dilakukan

tiap 1 jam), dan lama penyinaran matahari diasumsikan 10 jam per hari, maka

PSH1 = Σ(400,7 W/m2.1)/ 1000 W/m2 (STC)

= 10 (400,7 W/m2.1 Jam)/ 1000 W/m2

= 4,007 Jam (dengan Wp = 54 W)

PSH2 = Σ(400,7 W/m2.1)/ 800 W/m2 (NOCT)

= 10 (400,7 W/m2.1 Jam)/ 800 W/m2

Page 103: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

85  

= 5,008 Jam (dengan Wp = 38 W)

Dengan nilai PSH = 4,007 Jam, atau pada pembandingan operasi tes

laboratorium (Standard Test Conditions) dapat dihitung nilai daya total yang

dapat disuplai oleh sistem SHS, yaitu dengan persamaan (5.2).

Wh = Nmodul . PSH . Wpeak . ηsistem (5.2)

di mana :

Wh adalah daya beban yang diperlukan

Nmodul = 1

Wpeak = 54 W

ηsistem = 0,95 . 0,85 . 0,90

= 0,72675 ≈ 0,73

maka,

Wh = 1 . 4,007 Jam . 54 W . 0,73

= 157,96 Watt-Jam per hari ≈ 158 Watt-Jam per hari

Jadi untuk SHS yang dipasang oleh Departemen ESDM tahun 2007 secara

ideal akan memberikan daya listrik sebesar 158 Watt-Jam per hari.

Sedangkan jika dihitung menggunakan PSH = 5,008 Jam dengan Wpeak = 38

Watt pada kondisi NOCT (Normal Operating Cell Temperature), maka nilai Wh

adalah sebagai berikut :

Wh = Nmodul . PSH . Wpeak . ηsistem

di mana :

Wh adalah daya beban yang diperlukan

Page 104: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

86  

Nmodul = 1

Wpeak = 38 W

ηsistem = 0,90 . 0,95 . 0,85

= 0,72675 ≈ 0,73

maka,

Wh = 1 . 5,008 Jam . 38 W . 0,73

= 138,93 Watt-Jam per hari ≈ 139 Watt-Jam per hari

Pada kenyataannya yang terjadi tidak seperti pada perhitungan ideal.

Sebagai contoh adalah SHS milik Bapak Walidi di Dusun Tegal Domban RT

02/RW 25, Desa Margorejo, Kecamatan Tempel. Daya yang dihasilkan adalah

100 Watt-jam per hari. Dengan beban yang terpasang adalah lampu 10W, maka

akan mampu bertahan 10 jam per hari.

Contoh lain adalah SHS milik Ibu Mantodiharjo di Dlingosari Pedukuhan

Klumprit 1, Desa Wukirharjo, Kecamatan Prambanan. Daya keluaran SHS yang

dihasilkan hanya mampu bertahan 7 jam per hari dengan 1 buah lampu 10W

sebagai beban, sehingga daya per harinya adalah 70 Watt-jam.

Gambar 5.17 Instalasi SHS milik Bapak Walidi dan Ibu Mantodiharjo

Page 105: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

87  

V.4.3. Potensi Biomassa

Potensi biomassa yang ada di Kabupaten Sleman adalah berupa sampah dari

sisa buangan beberapa pasar yang ada. Potensi sampah mencapai 1268 m3/hari

dengan jumlah yang terangkut 285 m3/hari[10,19]. Studi lebih lanjut mengenai

Teknologi yang dapat dipergunakan untuk mengkonversi sampah menjadi listrik

perlu dilakukan, salah satu contohnya adalah Teknologi Insinerasi (pembakaran

sampah menjadi energi). Pada tahun 2009 bahkan sedang direncanakan untuk

membangun pembangkit listrik tenaga sampah di Kecamatan Gamping[21].

V.4.4. Potensi Biogas

Potensi biogas yang ada di Kabupaten Sleman berada di 5 titik potensial

lokasi peternakan. Dari lokasi tersebut mampu menghasilkan sekitar 83

GigaJoules atau setara 23 MWh. Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk

menentukan lokasi dan teknologi yang akan digunakan[10].

Page 106: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

88  

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Permintaan energi listrik Kabupaten Sleman dari tahun 2008 hingga 2015

akan mengalami peningkatan dari 663,56 GWh menjadi 1.126,91 GWh.

Pertumbuhan selama periode tersebut adalah 7,9% per tahun. Komposisi

pada tahun 2015 terdiri dari sektor Bisnis dengan proporsi 17,5%, sektor

Industri 17,2%, sektor Publik 5,6%, sektor Sosial 7,9% dan sektor Rumah

Tangga 51,3%.

2. Permintaan energi listrik terbesar terjadi di Kecamatan Depok yaitu

mencapai 26,2% dari permintaan total Kabupaten Sleman pada tahun

2015. Permintaan energi listrik terendah berada di Kecamatan Moyudan

(0,8%), Cangkringan (0,8%) dan Turi (0,9%). Pertumbuhan tertinggi

terjadi di Kecamatan Berbah dengan 16,6% per tahun, sedangkan yang

terendah di Kecamatan Moyudan (3,3%) dan Kecamatan Cangkringan

(3,7%).

3. Elastisitas energi di Kabupaten Sleman menunjukkan angka rata-rata 0,5.

Angka tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman cukup efisien

dalam memanfaatkan energi listrik. Untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi (PDRB) sebesar 1%, maka diperlukan pertumbuhan permintaan

energi listrik sebesar 0,5%.

4. Kabupaten Sleman memiliki beberapa potensi sumber energi terbarukan

yang dapat dimanfaatkan untuk menyediakan energi listrik di masa depan.

Sumber-sumber tersebut adalah mikrohidro, tenaga matahari, biomassa

dan biogas.

Page 107: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

89  

VI.2 Saran

Dari hasil dan kesimpulan penelitian ini, dapat diajukan beberapa saran agar

penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut di masa

yang akan datang. Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Hasil proyeksi permintaan energi listrik hendaknya dapat digunakan

sebagai bagian dari penyusunan kebijakan di bidang ketenagalistrikan.

Selain itu juga dapat menjadi acuan dalam melakukan perencanaan

pengembangan wilayah di Kabupaten Sleman agar lebih merata di setiap

kecamatan. Daerah-daerah yang boros energi seperti Kecamatan Depok

dan Sleman perlu mendapat perhatian khusus. Begitu juga wilayah yang

kurang dalam memanfaatkan listrik seperti Kecamatan Minggir,

Cangkringan dan Turi.

2. Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

memanfaatkan energi listrik, ada baiknya dibangun beberapa penyulang

baru melalui wilayah yang terisolir dari jaringan listrik PLN saat ini.

Wilayah tersebut seperti Kecamatan Minggir dan Moyudan. Dari sumber

PLN juga sudah mengungkapkan bahwa pada tahun 2010 akan dilakukan

penambahan penyulang dari Gardu Induk Medari kearah barat daya yang

akhirnya menuju ke Kabupaten Kulon Progo.

3. Dengan adanya potensi sumber energi terbarukan di Kabupaten Sleman,

sebaiknya segera dilakukan kajian dan penelitian tentang kemungkinan

membangun beberapa unit pembangkit dalam skala kecil maupun

menengah sebagai investasi awal penyediaan energi listrik di masa yang

akan datang seperti yang akan dilakukan di Kecamatan Gamping dalam

bentuk pengolahan sampah menjadi energi dan beberapa proyek PLTMH.

4. Dari sisi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang, sangat

diperlukan untuk melakukan kajian proyeksi permintaan energi yang

terintegrasi dengan penyediaan energi listrik dari sumber energi

terbarukan. Hal ini menyangkut seberapa besar ketersediaan energi

terbarukan di Kabupaten Sleman yang mampu dikonversi serta rugi-rugi

yang terjadi selama proses distribusinya.

Page 108: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

90  

5. Untuk sumber data yang ada di PLN perlu dilakukan pembenahan

sehingga data yang ada akan memilki kualitas yang baik. Selama ini data

yang ada belum diperbarui mengenai identitas pelanggan sehingga apabila

diperlukan data dalam lingkup administrasi kewilayahan akan

menyulitkan. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pengelompokan data

antara PLN dengan sistem administratif pemerintahan.

6. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan variasi dalam menentukan

metode yang digunakan seperti menggunakan interpolasi untuk

menentukan pertumbuhan permintaan energi listrik. Selain itu juga dapat

menggunakan input LEAP selain annual growth.

7. Penelitian ini sebenarnya dapat dilakukan tanpa menggunakan perangkat

lunak LEAP, yaitu dengan malakukan forecasting ke depan. Selain itu,

LEAP sendiri merupakan perangkat lunak yang sangat lengkap dan luas

sehingga dapat dikatakan penelitian ini hanya menggunakan sebagian kecil

dari fasilitas dan kemampuan LEAP.

Page 109: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

91  

DAFTAR PUSTAKA

[1] UU RI No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi [2] UU RI No 30 tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan [3] Agus Sugiyono dan Endang Suarna. “Optimasi Penyediaan Energi Nasional:

Konsep Dan Aplikasi Model Markal”. Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Pendidikan Matematika. hal. 1-7, Bandung, 22 April 2006.

[4] Harald Winkler, Mark Borchers, Alison Hughes, Eugene Visage and Glen

Heinrich. Cape Town Energy Futures: Policies and Scenarios for Sustainable City Energy Development. Energy Research Centre University of Cape Town, Cape Town, 2005.

[5] Baolei Guo, Yanjia Wang and Aling Zhang. “China Energy Future: LEAP

Tool Application in China”. Tsinghua University. [6] Muhammad Ery Wijaya and Bundit Limmeechokchai. “Optimization of

Indonesian Geothermal Energy Resources for Future Clean Electricity Supply: A Case of Java-Madura-Bali System”. The Conference on Energy Network of Thailand, General of the c-5 Naresuan University, hal.2-3, Phitsanulok, 29 April -1 Mei 2009.

[7] Muhammad Ery Wijaya. Supply Security Improvement of Electricity

Expansion Planning and CO2 Mitigation in Indonesia. Tesis, The Joint Graduate School of Energy And Environment at King Mongkut’s University of Technology Thonburi, Thonburi, 2009.

[8] Muhammad Ery Wijaya and Bundit Limmeechokchai. Thammasat Int. J. Sc.

Tech, Vol. 14, No. 4, October-December: 1-14, 2009. [9] Ragil Lanang Widiatmo Tri Purnomo. Kajian Perencanaan Permintaan dan

Penyediaan Energi di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Perangkat Lunak LEAP. Skripsi. Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2005.

[10] Laporan Akhir Review Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan

Daerah (RUKD) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2008. Laporan Penelitian, RUKD, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bidang Pertambangan dan Energi Pemerintah Propinsi DIY, Yogyakarta, 2008.

[11] Pedoman Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan. Keputusan

Menteri. 2003.

Page 110: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

92  

[12] Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf b PP no 70 tahun 2009 Tentang Konservasi Energi. 2009.

[13] Administrator. Konsumsi Listrik Boros. Berita. Diakses dari URL

http://energialternatif.ekon.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=94&Itemid=51, 10 Juni 2008.

[14] Wikipedia. Energy Elasticity. Encyclopedia. Diakses dari URL

http://en.wikipedia.org/wiki/Energy_elasticity, 31 Desember 2009. [15] Commend-energycommunity.org. Modeling Software. Diakses dari URL

http://energycommunity.org/default.asp?action=71, 1 Desember 2009. [16] LEAP User Guide 2006. Dokumen Teknis, Stockholm Environment

Institute, Stockholm, 2006. [17] Pendapatan Domestik Regional Bruto. Laporan Tahunan. BPS-Bappeda

Sleman, Sleman, 2007. [18] Bidang Niaga dan Distribusi. Data Pelanggan. Data Teknis. PLN APJ

Yogyakarta, Yogyakarta, 2009. [19] Kajian Potensi dan Kebutuhan Energi Listrik 2010-2015. Pemerintah

Kabupaten Sleman. 2009. [20] Suhono. Inventarisasi Permasalahan Pada Instalasi Solar House System di

Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Kerja Praktek. Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009.

[21] Humas UGM/Grehenson. UGM Tengah Kembangkan Teknologi

Pemanfaatan Limbah Menjadi Energi Biogas. Rilis. Diakses dari URL http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1568, 31 desember 2009.

[22] LEAP Training Exercise 2008, Stockholm Environment Institute, 2008. [23] Charles Heaps, An Introduction to LEAP, Stockholm Environment Institute,

2008. [24] Data Kecamatan. Diakses dari URL

http://www.slemankab.go.id/?hal=tampil_menu.php&id_menu=9 [25] Kabupaten Sleman Dalam Angka 2008. Katalog BPS:1102001.3404, BPS-

Kabupaten Sleman, 2008.

Page 111: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

93  

[26] Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2008. BAPPEDA Sleman, 2008.

Page 112: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

94  

LAMPIRAN

HASIL PROYEKSI PERMINTAAN ENERGI LISTRIK

Kabupaten Sleman

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  124,91  133,30  142,25  151,80  162,00  172,88  184,49  196,88  1.268,50 

Industri  114,51  123,45  133,09  143,48  154,68  166,75  179,77  193,81  1.209,55 

Publik  35,59  38,67  42,01  45,65  49,59  53,88  58,54  63,60  387,53 

Sosial  31,27  36,33  42,21  49,04  56,97  66,19  76,90  89,34  448,25 

Rumah Tangga  357,28  383,19  410,99  440,80  472,77  507,06  543,84  583,28  3.699,19 

Total  663,56  714,94  770,55  830,76  896,01  966,76  1.043,53  1.126,91  7.013,03 

Kecamatan Berbah

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  1,49  2,10  2,97  4,18  5,89  8,30  11,69  16,48  53,11 

Industri  1,38  1,41  1,45  1,48  1,52  1,56  1,60  1,64  12,05 

Publik  1,53  1,70  1,89  2,09  2,32  2,57  2,85  3,16  18,10 

Sosial  0,31  0,36  0,41  0,47  0,53  0,61  0,70  0,80  4,18 

Rumah Tangga  12,06  13,54  15,20  17,06  19,16  21,50  24,14  27,10  149,76 

Total  16,78  19,11  21,91  25,28  29,42  34,54  40,98  49,18  237,20 

Kecamatan Cangkringan

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  0,85  0,90  0,95  1,00  1,06  1,12  1,18  1,25  8,30 

Industri  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 

Publik  1,71  1,78  1,87  1,95  2,05  2,14  2,24  2,34  16,08 

Sosial  0,15  0,16  0,17  0,18  0,19  0,20  0,21  0,23  1,48 

Rumah Tangga  4,87  5,01  5,16  5,31  5,47  5,63  5,80  5,97  43,21 

Total  7,57  7,85  8,14  8,45  8,76  9,09  9,43  9,78  69,08 

Page 113: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

95  

Kecamatan Depok

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  70,75  74,52  78,49  82,67  87,08  91,72  96,61  101,76  683,59 

Industri  1,68  1,64  1,59  1,55  1,51  1,47  1,43  1,39  12,26 

Publik  10,68  12,35  14,28  16,52  19,10  22,09  25,55  29,55  150,11 

Sosial  18,40  19,90  21,52  23,27  25,17  27,21  29,43  31,82  196,73 

Rumah Tangga  103,98  110,55  117,53  124,95  132,85  141,24  150,16  159,64  1.040,89 

Total  205,49  218,95  233,42  248,97  265,70  283,73  303,17  324,16  2.083,58 

Kecamatan Gamping

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  5,27  5,57  5,89  6,23  6,58  6,96  7,36  7,78  51,63 

Industri  5,08  5,36  5,65  5,96  6,29  6,64  7,00  7,39  49,37 

Publik  1,30  1,35  1,39  1,44  1,50  1,55  1,61  1,66  11,80 

Sosial  1,40  1,62  1,87  2,16  2,50  2,88  3,33  3,84  19,60 

Rumah Tangga  31,50  34,89  38,65  42,81  47,42  52,52  58,17  64,44  370,39 

Total  44,55  48,78  53,45  58,60  64,28  70,55  77,47  85,11  502,79 

Kecamatan Godean

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  2,38  2,93  3,61  4,45  5,47  6,74  8,30  10,21  44,09 

Industri  0,36  0,37  0,38  0,39  0,40  0,41  0,43  0,44  3,17 

Publik  0,20  0,21  0,23  0,24  0,25  0,26  0,28  0,29  1,96 

Sosial  0,36  0,41  0,47  0,54  0,61  0,70  0,79  0,90  4,79 

Rumah Tangga  17,69  19,19  20,83  22,61  24,53  26,62  28,89  31,36  191,72 

Total  20,99  23,12  25,52  28,22  31,27  34,74  38,69  43,20  245,74 

Kecamatan Kalasan

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  4,35  4,38  4,41  4,45  4,48  4,51  4,55  4,58  35,72 

Industri  8,99  10,38  11,99  13,84  15,98  18,46  21,32  24,62  125,57 

Publik  2,56  2,65  2,73  2,81  2,90  2,99  3,09  3,19  22,92 

Sosial  1,09  1,30  1,55  1,85  2,20  2,62  3,13  3,73  17,47 

Rumah Tangga  20,16  21,62  23,19  24,87  26,66  28,59  30,66  32,88  208,64 

Total  37,15  40,33  43,86  47,81  52,23  57,18  62,74  69,00  410,32 

Page 114: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

96  

Kecamatan Minggir

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  0,48  0,58  0,71  0,87  1,07  1,31  1,60  1,96  8,60 

Industri  0,02  0,02  0,02  0,01  0,01  0,01  0,01  0,01  0,11 

Publik  0,19  0,20  0,22  0,25  0,27  0,30  0,32  0,36  2,10 

Sosial  0,21  0,24  0,26  0,29  0,32  0,36  0,40  0,44  2,53 

Rumah Tangga  5,74  5,86  5,99  6,12  6,25  6,38  6,52  6,66  49,50 

Total  6,63  6,90  7,20  7,54  7,92  8,36  8,86  9,43  62,84 

Kecamatan Mlati

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  12,23  14,15  16,38  18,97  21,95  25,42  29,42  34,06  172,58 

Industri  5,32  5,70  6,11  6,55  7,01  7,51  8,05  8,63  54,89 

Publik  1,95  2,01  2,07  2,13  2,19  2,26  2,32  2,39  17,32 

Sosial  2,50  2,63  2,77  2,91  3,07  3,23  3,39  3,57  24,07 

Rumah Tangga  34,74  38,61  42,90  47,68  52,98  58,88  65,43  72,71  413,91 

Total  56,74  63,10  70,23  78,23  87,21  97,29  108,62  121,35  682,77 

Kecamatan Moyudan

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  0,50  0,61  0,76  0,93  1,14  1,40  1,72  2,11  9,16 

Industri  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 

Publik  0,10  0,10  0,10  0,11  0,11  0,11  0,12  0,12  0,86 

Sosial  0,17  0,19  0,22  0,25  0,28  0,32  0,36  0,41  2,19 

Rumah Tangga  6,73  6,74  6,74  6,74  6,75  6,75  6,76  6,76  53,97 

Total  7,50  7,64  7,81  8,02  8,28  8,58  8,95  9,40  66,18 

Kecamatan Ngaglik

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  13,14  13,88  14,66  15,48  16,35  17,27  18,24  19,27  128,29 

Industri  3,02  3,35  3,72  4,12  4,57  5,07  5,63  6,24  35,74 

Publik  0,78  0,77  0,76  0,76  0,75  0,74  0,73  0,73  6,02 

Sosial  1,55  1,67  1,81  1,96  2,11  2,29  2,47  2,67  16,53 

Rumah Tangga  39,20  42,61  46,33  50,37  54,77  59,54  64,74  70,38  427,94 

Total  57,68  62,28  67,28  72,69  78,56  84,92  91,82  99,30  614,52 

Page 115: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

97  

Kecamatan Ngemplak

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  2,39  2,68  3,00  3,35  3,75  4,20  4,70  5,26  29,33 

Industri  0,26  0,27  0,28  0,28  0,29  0,30  0,31  0,32  2,32 

Publik  2,32  2,44  2,57  2,70  2,84  2,99  3,15  3,31  22,33 

Sosial  1,58  2,17  2,98  4,09  5,61  7,69  10,55  14,48  49,16 

Rumah Tangga  15,98  17,18  18,47  19,85  21,34  22,94  24,67  26,52  166,94 

Total  22,53  24,74  27,29  30,28  33,84  38,13  43,38  49,89  270,08 

Kecamatan Pakem

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  3,02  3,72  4,58  5,65  6,96  8,58  10,58  13,04  56,13 

Industri  0,49  0,75  1,13  1,71  2,59  3,93  5,94  8,99  25,54 

Publik  0,97  0,99  1,01  1,04  1,06  1,08  1,10  1,13  8,38 

Sosial  0,91  0,98  1,04  1,11  1,19  1,27  1,36  1,45  9,30 

Rumah Tangga  8,08  8,61  9,17  9,77  10,41  11,09  11,81  12,58  81,51 

Total  13,48  15,04  16,94  19,28  22,21  25,94  30,79  37,19  180,87 

Kecamatan Prambanan

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  1,11  1,32  1,56  1,84  2,17  2,57  3,03  3,59  17,19 

Industri  4,36  5,19  6,18  7,36  8,77  10,45  12,44  14,82  69,56 

Publik  0,93  1,02  1,13  1,24  1,37  1,51  1,66  1,83  10,70 

Sosial  0,39  0,42  0,46  0,51  0,56  0,61  0,67  0,73  4,35 

Rumah Tangga  8,77  9,03  9,31  9,59  9,88  10,18  10,49  10,81  78,05 

Total  15,55  16,98  18,63  20,54  22,75  25,31  28,30  31,78  179,85 

Kecamatan Seyegan

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  0,40  0,51  0,65  0,83  1,05  1,34  1,70  2,16  8,64 

Industri  0,00  0,00  0,00  0,00  0,00  0,00  0,00  0,00  0,03 

Publik  0,17  0,18  0,18  0,19  0,19  0,20  0,21  0,21  1,53 

Sosial  0,24  0,28  0,32  0,37  0,44  0,51  0,59  0,68  3,43 

Rumah Tangga  8,26  8,38  8,51  8,63  8,76  8,89  9,03  9,16  69,63 

Total  9,07  9,35  9,66  10,03  10,45  10,94  11,53  12,23  83,25 

Page 116: KAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN  · PDF fileKAJIAN PERENCANAAN PERMINTAAN DAN ... III.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan ... PDRB dan Elastisitas Energi

98  

Kecamatan Sleman

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  5,39  6,51  7,85  9,47  11,43  13,79  16,64  20,08  91,18 

Industri  64,57  69,07  73,89  79,04  84,55  90,44  96,75  103,49  661,80 

Publik  9,15  10,78  12,72  14,99  17,68  20,85  24,58  28,99  139,74 

Sosial  1,44  1,54  1,65  1,76  1,88  2,01  2,16  2,31  14,74 

Rumah Tangga  22,12  24,49  27,11  30,01  33,22  36,77  40,71  45,06  259,49 

Total  102,67  112,39  123,21  135,27  148,76  163,87  180,84  199,93  1.166,94 

Kecamatan Tempel

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  0,74  0,93  1,16  1,45  1,82  2,27  2,84  3,55  14,76 

Industri  19,73  22,12  24,80  27,80  31,17  34,95  39,19  43,94  243,69 

Publik  0,77  0,85  0,95  1,05  1,17  1,30  1,44  1,60  9,12 

Sosial  0,39  0,41  0,43  0,44  0,46  0,48  0,50  0,52  3,65 

Rumah Tangga  9,47  10,79  12,30  14,03  15,99  18,23  20,78  23,69  125,28 

Total  31,10  35,10  39,64  44,78  50,61  57,23  64,75  73,29  396,50 

Kecamatan Turi

Sektor  Konsumsi listrik (GWh) 

Tarif  2008  2009  2010  2011  2012  2013  2014  2015  Total 

Bisnis  0,38  0,51  0,68  0,92  1,25  1,69  2,28  3,08  10,79 

Industri  0,17  0,16  0,15  0,14  0,14  0,13  0,12  0,12  1,12 

Publik  0,29  0,29  0,29  0,29  0,30  0,30  0,30  0,30  2,37 

Sosial  0,15  0,14  0,14  0,14  0,14  0,13  0,13  0,13  1,10 

Rumah Tangga  7,07  7,13  7,20  7,27  7,34  7,41  7,48  7,56  58,47 

Total  8,04  8,23  8,47  8,77  9,16  9,66  10,32  11,18  73,84