Page 1
KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN
BUBUTAN, KOTA SURABAYA
STUDY OF SOLID WASTE MANAGEMENT AT BUBUTAN
DISTRICT, SURABAYA CITY
TISNA AYUNINGTYAS dan YULINAH TRIHADININGRUM
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
email: [email protected]
Uraian Singkat
Pemerintah Kota Surabaya bekerja sama dengan Yayasan Unilever Peduli Indonesia
mengadakan suatu program rutin setiap tahun yaitu, Surabaya Green and Clean (SGC). Kecamatan
Bubutan, mempunyai lima kelurahan, tiga kelurahan sudah mengikuti SGC sedangkan dua kelurahan
lainnya belum mengikuti. Pada laporan tugas akhir ini akan dilakukan kajian pengelolaan sampah di
Kecamatan Bubutan Surabaya.
Pengambilan dan pengukuran contoh timbulan, densitas dan komposisi sampah dilakukan
sebanyak 8 kali sesuai dengan SNI No. 19-3964 1995. Hasil penelitian menunjukkan, timbulan
sampah di permukiman yang sudah mengikuti SGC adalah 0,28 kg/orang.hari atau 1,67 L/orang.hari,
densitas sampah 168,66 kg/m3, persentase komposisi sampah basah 52%, sampah kering 41%,
sampah lain-lain 7%. Potensi reduksi sampah yang telah dicapai di permukiman penduduk yang
sudah mengikuti SGC sebesar 67%. Timbulan sampah di permukiman yang belum mengikuti SGC
adalah 0,35 kg/orang.hari atau 2,37 L/orang.hari, densitas sampah sebesar 146,98 kg/m3 dan
persentase komposisi sampah basah 51%, sampah kering 44%, sampah lain-lain 5%. Perencanaan
target potensi reduksi di permukiman yang belum mengikuti SGC selama lima tahun perencanaan
Page 2
yaitu; pada tahun 2011 sebesar 15%, tahun 2012 sebesar 30%, tahun 2013 sebesar 45%; tahun
2014 sebesar 60% dan pada tahun 2015 sebesar 67%.
Kata kunci : SGC, Kecamatan Bubutan, Pengelolaan Sampah
Abstract
The government of Surabaya City have made a collaboration with Unilever Peduli Indonesia
foundation to implementation annual program, called Surabaya Green and Clean (SGC). The study
area was Bubutan district, which consisted of five subdistricts. Three of five subdistricts were
participated in SGC program. This study was aimed to evaluate the solid waste management in
Bubutan District.
Sampling activities and measurements of solid waste generation, density and composition was
done eight times following the standard methods as described in SNI 19-3964 1995. Result of this
study showed the solid waste generation in residential area which participated the SGC program is
0,28 kg/person.day or 1,67 L/person.day, the density is 168,66 kg/m3, the composition of garbage
52%, rubbish 41%, others 7 %. Potention of reduction solid waste which has done in this residential
area is up to 67%. Solid waste generation in residential area which has not participated SGC
program yet is 0,35 kg/person.day or 2,37 L/person.day, the density is 146,98 kg/m3, solid waste
composition of garbage 51%, rubbish 44%, others 5 %. Planning of potention reduction planning
during five years are, 15% in 2011, 30% in 2012, 45% in 2013, 60% in 2014 and 67% in 2015.
Keywords: SGC, Bubutan District, Solid Waste Management
1. Pendahuluan
Surabaya, sebagai kota besar yang sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan, mengadakan program Surabaya Green and Clean (SGC) yang
merupakan kerjasama antara Yayasan Unilever Peduli Indonesia dengan Pemerintah Kota
Surabaya. Program ini dimulai pada tahun 2005, dimana dalam program tersebut diadakan
banyak kegiatan yang bertema kebersihan dan keindahan lingkungan (Anonim, 2009).
Page 3
. Kecamatan Bubutan terdiri dari lima kelurahan, yaitu Kelurahan Gundih, Kelurahan
Jepara, Kelurahan Tembok Dukuh, Kelurahan Bubutan dan Kelurahan Alon-Alon Contong.
Tiga kelurahan di Kecamatan Bubutan yaitu Kelurahan Gundih, Kelurahan Jepara dan
Kelurahan Tembok Dukuh sudah mengikuti program SGC sedangkan dua kelurahan lainnya
yaitu Kelurahan Bubutan dan Alon-Alon Contong belum mengikuti program tersebut.
Terlihat sekali perbedaan yang sangat mencolok antara permukiman yang sudah mengikuti
SGC dan permukiman yang belum mengikutinya. Permukiman penduduk yang belum
mengikuti SGC masih terlihat kotor dan belum terlihat adanya penghijauan dirumah warga
sedangkan permukiman yang sudah mengikuti SGC akan terlihat banyak tanaman hijau yang
penuh dengan warna warni bunga dan bersih dari sampah yang berserakan. Sayangnya
belum semua kelurahan di Kecamatan Bubutan ini mempunyai minat dan semangat untuk
mengikuti SGC. Oleh karena itu, pada laporan tugas akhir ini akan dilakukan kajian
pengelolaan sampah di Kecamatan Bubutan Surabaya dan rekomendasi pengelolaan sampah
di permukiman penduduk yang belum mengikuti SGC.
Studi pengelolaan sampah di Kecamatan Bubutan ini bertujuan untuk:
1. Menghitung timbulan dan komposisi sampah rumah tangga di permukiman penduduk
Kecamatan Bubutan yang mengikuti SGC dan di permukiman penduduk Kecamatan
Bubutan yang belum mengikuti program SGC.
2. Membandingkan sistem pengelolaan sampah di di permukiman penduduk Kecamatan
Bubutan yang mengikuti program SGC dan di permukiman penduduk Kecamatan
Bubutan yang belum mengikuti program SGC.
3. Menganalisis potensi reduksi sampah permukiman penduduk kecamatan Bubutan
yang mengikuti program SGC dan di permukiman penduduk Kecamatan Bubutan
yang belum mengikuti program SGC.
4. Memberikan rekomendasi perencanaan pengelolaaan sampah dikawasan permukiman
yang belum mengikuti program SGC.
Page 4
Sampah
Menurut Suprapto (2007), sampah adalah benda padat yang tidak terpakai lagi, tidak
diinginkan keberadaanya yang berasal dari aktivitas manusia. Sampah akan menimbulkan
masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Permasalahan tentang sampah di perkotaan
semakin kompleks seiring meningkatnya jumlah penduduk dan semakin terbatasnya lahan
pembuangan sampah. Menurut Departemen Pekerjaan Umum RI (1994) dalam Pandebesie
(2005), sampah yang dihasilkan bersumber dari :
a. Daerah permukiman
b. Daerah komersial
c. Daerah institusi
d. Sampah jalan dan tembat-tempat terbuka
e. Sampah industri
f. Tempat pembangunan, pemugaran dan pembongkaran
g. Rumah sakit dan balai pengobatan
h. Sampah pertanian
i. Lain-lain
Tipe sampah dibedakan atas sampah organik mudah busuk (garbage), sampah
organic tidak mudah busuk (rubbish), sampah abu (ashes), sampah bangkai binatang (dead
animal), sampah sapuan jalan (street sweeping), sampah industri (industrial waste),
(Departemen Pekerjaan Umum RI, 1994, dalam Pandebesie, 2005).
Menurut Tchobanoglous, Theisen dan Vigil (1993), pengelolaan sampah merupakan
suatu teknik pengendalian terhadap timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan cara dan
prinsip yang memperhatikan aspek kesehatan masyarakat, ekonomi, konservasi, estetika,
pertimbangan lingkungan lainnya dan juga responsif terhadap perilaku masyarakat.
Pengelolaan persampahan, sebagai salah satu utilitas yang dapat mempengaruhi
Page 5
perkembangan kota, membutuhkan penanganan yang benar karena keberadaan volume
sampah yang semakin hari semakin bertambah besar seiring pertambahan jumlah penduduk,
sedangkan sampah bersifat sebagai polutan yang mencemari tanah, air, udara dan estetika
pandangan suatu kota serta dapat mengganggu kesehatan (Aryanti, dkk, 2000). Skema teknik
operasional pengelolaan persampahan menurut SNI 19-2454 2002 dapat dilihat pada
Gambar.1.
Gambar 1 Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan
Pewadahan Sampah
Menurut SNI 19-2454-2002, pewadahan merupakan aktivitas penampungan sampah
sementara dalam suatu wadah individual ataupun komunal di tempat sumber sampah. Dalam
merencanakan pewadahan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Persyaratan bahan pewadahan adalah sebagai berikut (Pandebesie, 2005):
- Tidak mudah rusak dan kedap air.
- Mudah untuk diperbaiki.
- Ekonomis.
- Mudah dan cepat dikosongkan.
b. Ukuran volume pewadahan ditentukan berdasarkan:
- Jumlah penghuni tiap rumah.
Page 6
- Tingkat kehidupan masyarakat.
- Frekuensi pengambilan/pengumpulan sampah.
- Cara pengambilan sampah (manual/mekanik)
- Sistem pelayanan (individual/komunal)
c. Penempatan pewadahan secara individual:
- Di halaman depan rumah.
- Mudah diambil.
- Sumber sampah besar (hotel, restoran) boleh ditaruh dibelakang dengan alasan
estetika dan kesehatan, dengan syarat mudah diambil.
d. Penempatan pewadahan secara komunal
- Tidak mengambil lahan trotoar
- Tidak dipinggir jalan raya
- Dekat dengan sumber sampah
- Tidak mengganggu pemakai jalan dan sarana umum lainnya.
- Ditepi jalan besar, pada suatu lokasi yang mudah pengoperasiaanya.
Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan
dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sampah
sementara, atau ke pengolahan sampah skala kawasan, atau langsung ke tempat pembuangan
akhir tanpa melalui proses pemindahan (Damanhuri dan Tri, 2004).
Menurut SNI 19-2454 2002 dalam proses pengumpulan sampah ada beberapa pola
pengumpulan yang biasanya dilakukan, yaitu:
• Pola individual langsung
Pola ini biasanya diterapkan di daerah dengan kondisi topografi yang bergelombang
dengan kondisi jalan yang cukup lebar (jalan protokol) dimana hanya alat pengumpul
mesin yang dapat beroperasi. Selain itu jumlah timbulan sampah harus > 0,3 m3/hari
Page 7
dan kondisi serta jumlah alat memadai. Mesin pengumpul/kendaraan pengumpul
sampah langsung mengambil sampah dari sumber dan mengangkut sampah tersebut
ke TPA setelah kontainer pada mesin pengumpul/kendaraan pengumpul sudah penuh.
• Pola individual tidak langsung
Pola ini biasanya dilakukan di daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif, kondisi
topografinya relatif datar sehingga bisa dilalui gerobak sampah ataupun becak
sampah. Daerah yang menggunakan sistem ini harus mempunyai lahan untuk
memindahkan sampah dari gerobak sampah ataupun becak sampah ke kontainer
sampah yang akan kemudian akan diangkut ke TPA.
• Pola komunal langsung
Pola komunal langsung oleh truk pengangkut dilakukan dengan persyaratan alat
pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual, kemampuan
pengendalian personil dan peralatan relatif rendah, merupakan daerah permukiman
yang tidak teratur dan tidak mempunyai lahan yang digunakan sebagai lokasi
pemindahan sampah (transfer depo).
• Pola komunal tidak langsung.
Daerah yang menerapkan pola komunal tidak langsung hampir sama seperti daerah
dengan pola pengumpulan komunal langsung, yang membedakan hanyalah pada pola
komunal tidak langsung ini tersedia lahan yang digunakan sebagai tempat untuk
transfer depo. Sehingga, gerobak sampah langsung mengambil sampah di wadah-
wadah komunal warga kemudian membawanya ke lokasi transfer depo untuk dibawa
truk kontainer ke TPA.
• Pola penyapuan jalan
Pola penyapuan jalan dilakukan dengan persyaratan; juru sapu harus mengetahui
bagaimana cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan; penanganan penyapuan
jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada fungsi dan nilai yang dilayani;
Page 8
pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan untuk
kemudian diangkut ke TPA.
2. Gambaran Umum Wilayah Studi
Kecamatan Bubutan secara geografis terletak di wilayah Surabaya Pusat, dengan
ketinggian 4 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Bubutan dibatasi oleh beberapa
kecamatan yang berada di sekitar Kecamatan Bubutan. Berikut ini adalah batas administratif
Kecamatan Bubutan:
Sebelah Utara :Kecamatan Krembangan.
Sebelah Timur :Kecamatan Genteng
Sebelah Selatan :Kecamatan Sawahan.
Sebelah Barat :Kecamatan Krembangan dan Asemrowo
Kecamatan Bubutan terbagi atas 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Bubutan, Kelurahan
Tembok Dukuh, Kelurahan Gundih, Kelurahan Jepara dan yang terakhir adalah Kelurahan
Alon-Alon Contong. Kecamatan Bubutan mempunyai 53 RW dan 406 RT yang tersebar di
lima kelurahan tersebut.
Keadaan Eksisting
Permukiman penduduk di Kecamatan Bubutan yang belum mengikuti program SGC,
yaitu Kelurahan Bubutan dan Alon-Alon Contong, sistem pewadahan dan pengumpulan
sampahnya masih dilakukan dengan sistem tercampur.. Pengumpulan sampah belum
terjadwal dengan baik karena keterbatasan tenaga operasional sehingga menyebabkan
penumpukan sampah di sumber. Hal ini mengakibatkan penurunan estetika lingkungan dan
mendatangkan banyak penyakit. Belum terlihat adanya pengelolaan sampah yang baik di
permukiman ini.
Permukiman penduduk di Kecamatan Bubutan yang sudah mengikuti SGC, yaitu
Kelurahan Gundih, Jepara dan Tembok Dukuh sudah menerapkan sistem pemilahan sampah
disumber dan pemanfaatan sampah kembali. Ketiga kelurahan ini memiliki pengurus
Page 9
pengelolaan sampah di tingkat RT yang terdiri dari kader lingkungan dan ketua dasawisma.
Wilayah penelitian pada tugas akhir ini dibedakan menjadi dua tipe permukiman, yaitu
wilayah permukiman penduduk yang belum mengikuti SGC di Kecamatan Bubutan
(Kelurahan Bubutan) dan wilayah permukiman di Kecamatan Bubutan yang sudah mengikuti
SGC (Kelurahan Gundih). Letak wilayah studi pada tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar
2.
Gambar 2. Lokasi Wilayah Studi
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pengukuran timbulan sampah dan komposisi sampah dilakukan dengan
menggunakan kotak kayu berukuran 1m x 1m x 0,5m. Sedangkan untuk pengukuran densitas
dilakukan dengan menggunakan kotak kayu berukuruan 0,2m x 0,2m x 1m. Metode
pengukuran dan pengambilan ini dilakukan sesuai dengan SNI 19-3964 1995 tentang
pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah rumah tangga.
Page 10
4%
5%
7%
6%
2%
1%4%
7%
2%
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di permukiman penduduk yang sudah
mengikuti SGC dan di permukiman penduduk yang belum mengikuti SGC, akan diuraikan
sebagai berikut ini.
a. Permukiman Penduduk Yang Mengikuti SGC
Timbulan sampah yang dihasilkan oleh warga di Kelurahan Gundih sebagai contoh
wilayah yang sudah mengikuti program SGC adalah sebesar 0,28 kg/orang.hari atau
1,67 L/orang. hari dengan densitas sa
di Kelurahan Gundih dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Persentase Komposisi Sampah di Kelurahan Gundih
b. Permukiman Penduduk Yang Belum Mengikuti SGC
Timbulan sampah yang dihasilkan oleh warga di Kelura
wilayah yang sudah mengikuti program SGC adalah sebesar 0,35kg/orang.hari atau
2,37 L/orang. hari dengan densitas sampah sebesar 168,66 kg/m
di Kelurahan Bubutan dapat dilihat pada Gambar 5.
0%
24%
5%
2%
3%28%
2%
1 Sampah Makanan
(nasi+lauk+tulang) (%)
2 Plastik bermotif (%)
3 Plastik polos (%)
4 Karet (%)
5 Sampah sayuran dan buah(%)
6 aluminium(%)
7 Kertas(%)
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di permukiman penduduk yang sudah
mengikuti SGC dan di permukiman penduduk yang belum mengikuti SGC, akan diuraikan
Permukiman Penduduk Yang Mengikuti SGC
Timbulan sampah yang dihasilkan oleh warga di Kelurahan Gundih sebagai contoh
wilayah yang sudah mengikuti program SGC adalah sebesar 0,28 kg/orang.hari atau
1,67 L/orang. hari dengan densitas sampah sebesar 168,66 kg/m3. Komposisi sampah
di Kelurahan Gundih dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Persentase Komposisi Sampah di Kelurahan Gundih
Permukiman Penduduk Yang Belum Mengikuti SGC
Timbulan sampah yang dihasilkan oleh warga di Kelurahan Gundih sebagai contoh
wilayah yang sudah mengikuti program SGC adalah sebesar 0,35kg/orang.hari atau
2,37 L/orang. hari dengan densitas sampah sebesar 168,66 kg/m3. Komposisi sampah
di Kelurahan Bubutan dapat dilihat pada Gambar 5.
1 Sampah Makanan
(nasi+lauk+tulang) (%)
2 Plastik bermotif (%)
3 Plastik polos (%)
5 Sampah sayuran dan buah(%)
6 aluminium(%)
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di permukiman penduduk yang sudah
mengikuti SGC dan di permukiman penduduk yang belum mengikuti SGC, akan diuraikan
Timbulan sampah yang dihasilkan oleh warga di Kelurahan Gundih sebagai contoh
wilayah yang sudah mengikuti program SGC adalah sebesar 0,28 kg/orang.hari atau
. Komposisi sampah
Gambar 4. Persentase Komposisi Sampah di Kelurahan Gundih
han Gundih sebagai contoh
wilayah yang sudah mengikuti program SGC adalah sebesar 0,35kg/orang.hari atau
. Komposisi sampah
Page 11
22%
4%
5%
8%
6%4%
3% 1%
5%
Gambar 5. Persentase Komposisi Sampah di Kelurahan Bubutan
c. Pengolahan Data Kuisioner
Pengukuran pengetahuan masyarakat tentang SGC dan pengelolaan sampah,
dilakukan dengan wawancara dan kuisioner yang telah dibagikan pada 70 responden
di permukiman penduduk yang b
responden di permukiman penduduk yang sudah mengikuti SGC (Kelurahan Gundih).
Pengelolaan sampah di Kelurahan Gundih sudah sangat berkembang dengan baik.
Sampah di Kelurahan Gundih dikelola send
dasawisma-dasawisma serta kader lingkungan yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab sendiri-sendiri. Alat pengolahan sampah di Kelurahan
komposter dan keranjang takakura dimanfaatkan dengan baik oleh warga
membuat kompos. Selain itu sampah kering yang berjenis plastik bisa dibuat bahan
baku pembuatan tas, kotak pensil dan pernak
warga belum melakukan usaha reduksi dan pemilahan sampah karena sebagian besar
dari mereka belum mengetahui manfaat dan tujuan dari hal tersebut. Setelah mereka
diberi penjelasan tentang permasalahan sampah permukiman di perkotaan dan cara
cara untuk mengatasi masalah tersebut mereka mau melakukan pemilahan sampah
dan usaha reduksi sampah. Has
0%
29%
5%
3%3%
22%
2%
Sampah Makanan
(nasi+lauk+tulang)
Plastik bermotif
Plastik polos
Karet
Sampah sayuran dan buah
aluminium
Kertas
Persentase Komposisi Sampah di Kelurahan Bubutan
Pengolahan Data Kuisioner
Pengukuran pengetahuan masyarakat tentang SGC dan pengelolaan sampah,
dilakukan dengan wawancara dan kuisioner yang telah dibagikan pada 70 responden
di permukiman penduduk yang belum mengikuti SGC (Kelurahan Bubutan) dan 70
responden di permukiman penduduk yang sudah mengikuti SGC (Kelurahan Gundih).
Pengelolaan sampah di Kelurahan Gundih sudah sangat berkembang dengan baik.
Sampah di Kelurahan Gundih dikelola sendiri oleh warga dengan membentuk
dasawisma serta kader lingkungan yang mempunyai tugas dan tanggung
sendiri. Alat pengolahan sampah di Kelurahan Gundih yang berupa
komposter dan keranjang takakura dimanfaatkan dengan baik oleh warga
membuat kompos. Selain itu sampah kering yang berjenis plastik bisa dibuat bahan
baku pembuatan tas, kotak pensil dan pernak-pernik lain. Di Kelurahan Bubutan
warga belum melakukan usaha reduksi dan pemilahan sampah karena sebagian besar
belum mengetahui manfaat dan tujuan dari hal tersebut. Setelah mereka
diberi penjelasan tentang permasalahan sampah permukiman di perkotaan dan cara
cara untuk mengatasi masalah tersebut mereka mau melakukan pemilahan sampah
dan usaha reduksi sampah. Hasil pengolahan kuisioner dapat dilihat pada Gambar 6.
Sampah Makanan
(nasi+lauk+tulang)
Plastik bermotif
Plastik polos
Sampah sayuran dan buah
aluminium
Persentase Komposisi Sampah di Kelurahan Bubutan
Pengukuran pengetahuan masyarakat tentang SGC dan pengelolaan sampah,
dilakukan dengan wawancara dan kuisioner yang telah dibagikan pada 70 responden
elum mengikuti SGC (Kelurahan Bubutan) dan 70
responden di permukiman penduduk yang sudah mengikuti SGC (Kelurahan Gundih).
Pengelolaan sampah di Kelurahan Gundih sudah sangat berkembang dengan baik.
iri oleh warga dengan membentuk
dasawisma serta kader lingkungan yang mempunyai tugas dan tanggung
Gundih yang berupa
komposter dan keranjang takakura dimanfaatkan dengan baik oleh warga untuk
membuat kompos. Selain itu sampah kering yang berjenis plastik bisa dibuat bahan
pernik lain. Di Kelurahan Bubutan
warga belum melakukan usaha reduksi dan pemilahan sampah karena sebagian besar
belum mengetahui manfaat dan tujuan dari hal tersebut. Setelah mereka
diberi penjelasan tentang permasalahan sampah permukiman di perkotaan dan cara-
cara untuk mengatasi masalah tersebut mereka mau melakukan pemilahan sampah
ner dapat dilihat pada Gambar 6.
Page 12
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
A (
san
ga
t p
en
tin
g)
B (
pe
nti
ng
)
C (
tid
ak
pe
nti
ng
)
A (
ad
a,
be
rfu
ng
si)
B (
ad
a,
tdk
be
rfu
ng
si)
C (
tid
ak
ad
a)
A (
pe
rlu
)
B(b
elu
m p
erl
u)
C(t
ida
k p
erl
u)
A (
tert
utu
p)
B (
terb
uk
a)
1 2 3 4
Gambar 6. Pendapat Responden Tentang Pengelolaan Sampah Eksisting di Kelurahan Gundih dan Kelurahan Bubutan
B (
terb
uk
a)
A(b
an
be
ka
s)
B(p
last
ik)
C(k
ay
u)
D(t
on
g)
E(p
asa
ng
an
b
ata
)
F(g
lan
gsi
ng
)
A (
ya
)
B(k
ad
an
g-k
ad
an
g)
C(t
ida
k p
ern
ah
)
A(m
en
ye
dia
ka
n s
en
dir
i)
B(p
en
ga
da
an
pe
md
a)
C(l
ain
ny
a)
A(d
ibu
an
g k
e T
PS
)
B(d
itim
bu
n)
C(d
iba
ka
r)
A(s
eti
ap
ha
ri)
B(d
ua
ha
ri s
ek
ali
)
C(t
iga
ha
ri s
ek
ali
)
5 6 7 8 9
Gundih Bubutan
Gambar 6. Pendapat Responden Tentang Pengelolaan Sampah Eksisting di Kelurahan Gundih dan Kelurahan Bubutan
C(t
iga
ha
ri s
ek
ali
)
A(d
iba
wa
ge
rob
ak
sa
mp
ah
)
B(d
iba
wa
tru
k s
am
pa
h)
A(s
ela
lu)
B(k
ad
an
g-k
ad
an
g)
C(t
ida
k a
da
)
A(d
iam
bil
pe
mu
lun
g)
B(m
em
ila
h s
nd
ri u
tk d
iju
al)
C(d
ija
dik
an
ko
mp
os)
10 11 12
Gambar 6. Pendapat Responden Tentang Pengelolaan Sampah Eksisting di Kelurahan Gundih dan Kelurahan Bubutan
Page 13
d. Analisis Potensi Reduksi
Mengacu pada data sekunder mengenai reduksi sampah di Kelurahan Gundih yang
dicapai dari tahun ke tahun sejak tahun 2007 hingga 2010, sangat dimungkinkan
bahwa di Kelurahan Bubutan bisa mencapai prosentase reduksi sampah seperti di
Kelurahan Gundih. Pada tahun 2007 reduksi sampah di Kelurahan Gundih mencapai
30% , pada tahun 2008 mencapai 53% dan pada tahun 2009 reduksi sampah mencapai
65,5%. Perencanaan reduksi sampah di Bubutan menggunakan persentase reduksi
sampah yang sama seperti di Kelurahan Gundih. Untuk mengetahui jenis sampah di
Kelurahan Bubutan, prosentase reduksi yang akan digunakan untuk perencanaan
reduksi sampah di Kelurahan Bubutan dan rata-rata prosentase komposisi yang
didapatkan dari hasil sampling di Kelurahan Bubutan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis, Persentase Reduksi dan Rata-Rata Persentase Komposisi Sampah
Jenis Sampah Reduksi
Sampah (%)
Rata-Rata
Komposisi (%)
Sampah Basah 80 52,37
Plastik 75 14,42
Kertas 50 5,15
Kardus 45 7,72
Kaca 65 1,51
Logam 90 2,76
Kaleng/aluminium 95 4,47
Kayu 5 4,02
Karet 10 2,54
Lainnya 0 5,05
kain 10 1,77
Sumber: Hasil Perhitungan Persentase Reduksi dan Rata-Rata Persentase Komposisi
Sampah
Pada perencanaan ini akan dihitung potensi reduksi total yang bisa dicapai selama 5
tahun agar bisa menentukan target reduksi pada setiap tahunnya. Berikut ini
Page 14
merupakan perhitungan reduksi sampah di Kelurahan Bubutan pada tahun 2015. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Potensi Reduksi Sampah Kelurahan Bubutan Tahun 2015
Komposisi
Berat
Sampah
(ton)=a
Reduksi
(%)=b
Berat
Tereduksi
(ton)=a x b
Berat Residu
(ton)=a-(axb)
Sampah Basah 3,06 80 2,45 0,61
Plastik 0,84 75 0,63 0,21
Kertas 0,30 50 0,15 0,15
Kardus 0,45 45 0,20 0,25
Kaca 0,88 65 0,57 0,31
Logam 0,16 90 0,14 0,02
Kaleng/alumin
ium 0,26 95 0,25 0,01
Kayu 0,23 5 0,01 0,22
Karet 0,15 10 0,02 0,13
Lainnya 0,29 0 0,00 0,29
Kain 0,10 10 0,01 0,09
Jumlah 5,84 3,92 1,92
Sumber: Hasil Perhitungan Potensi Reduksi Sampah Kelurahan Bubutan
Reduksi sampah di Kelurahan Bubutan selama lima tahun tahap perencanaan
dilakukan secara bertahap pada setiap tahunnya. Target reduksi per tahun dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penentuan Target Reduksi per Tahun
Tahun
RW
Jumlah (%)
1 2 3 4 Target
Reduksi (%)
Target Reduksi
(%)
Target Reduksi
(%)
Target Reduksi
(%) 1 15 0 0 0 15 2 15 15 0 0 30 3 15 15 15 0 45 4 15 15 15 15 60
Page 15
Tahun
RW
Jumlah (%)
1 2 3 4 Target
Reduksi (%)
Target Reduksi
(%)
Target Reduksi
(%)
Target Reduksi
(%) 5 17 17 17 16 67
Sumber : Hasil Penentuan Target Reduksi per Tahun
Tabel 3. menunjukkan bahwa target reduksi pada tahun pertama adalah sebesar 15%
dari total timbulan sampah di Kelurahan Bubutan dengan asumsi bahwa ketika
diadakan sosialisasi tentang pemilahan sampah, warga RW 1 adalah warga yang
paling siap melakukannya sehingga yang ikut SGC pada tahun pertama adalah RW 1.
Kemudian pada tahun kedua target reduksi sampah di Kelurahan Bubutan adalah
sebesar 30%, 15% di RW 1 dan 15% di RW 2 dengan asumsi RW 2 adalah RW yang
pada tahun kedua sudah siap melakukan reduksi sampah. Pada tahun kedua ini
sosialisasi di RW lain yang belum melakukan pemilahan sampah tetap dan terus
dilakukan agar warga semakin siap dan benar-benar paham tentang pengelolaan
sampah. Pada tahun ketiga reduksi sampah di Kelurahan Bubutan ditargetkan sebesar
45 % dengan asumsi RW 3 sudah ikut melakukan reduksi sampah dan pada tahun
keempat reduksi sampah di Kelurahan Bubutan ditargetkan mencapai 60% dengan
asumsi tiap RW melakukan reduksi sampah. Pada tahun kelima reduksi sampah di
Kelurahan Bubutan diharapkan sesuai dengan perencanaan yaitu reduksi total yang
dicapai adalah 67% dengan mengoptimalkan reduksi sampah di setiap RW, RW 1
bisa menambah reduksi sebesar 2%, RW 2 sebesar 2%, RW 3 sebesar 2% dan RW 4,
1 %.
e. Perencanaan Pewadahan
Pewadahan direncanakan menggunakan sistem pemilahan di sumber dengan pola
individual. Ukuran, volume, sifat dan bahan wadah sampah terpilah didasarkan pada
ketentuan-ketentuan dalam SNI 19-2454-2002. Wadah sampah terpilah didesain
Page 16
dengan model 3in1 berbentuk kotak, terbuat dari bahan plastik HDPE dengan
kapasitas 90L. Warna hijau untuk sampah plastik, warna kuning untuk sampah
kertas dan warna oranye untuk sampah kaca dan logam. Wadah sampah residu
berwarna merah dengan kapasitas 20L. Wadah terbuat dari bahan plastik HDPE
dengan penyangga dari besi semi permanen. Wadah sampah 3in1 diletakkan di dalam
pagar dengan pertimbangan faktor keamanan, sedangkan wadah residu diletakkan
diluar rumah. Desain wadah sampah dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) (b)
Gambar 7. Desain Wadah Sampah (a) Wadah sampah 3in1 (b) wadah sampah residu
f. Perencanaan Pengumpulan
Dalam perencanaan ini alat pengumpul sampah atau gerobak sampah yang akan di
desain adalah gerobak sampah dengan volume 1 m3. Bentuk gerobak yang akan
didesain ditentukan berdasarkan hasil perhitungan timbulan sampah dan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi seperti fungsi, bahan, efisiensi biaya, dan model yang
menarik. Dimensi gerobak mempunyai panjang 1,5 m, tinggi 1m dan lebar 0,70 m.
Gerobak terbuat dari bahan plat besi dengan tebal 2mm. Untuk menghindari korosi
dilakukan pengecatan pada gerobak. Pada pegangan gerobak dilengkapi dengan
Page 17
pengait agar bisa ditarik oleh sepeda ataupun sepeda motor sehingga bisa lebih
mempermudah dan memperingan beban kerja petugas sampah. Jika gerobak ditarik
dengan sepeda motor maka tenaga operasional yang diperlukan adalah dua orang
dengan pertimbangan 1 orang sebagai pengemudi dan 1 orang lagi sebagai petugas
yang mengambil sampah residu di setiap rumah. Desain gerobak dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Desain Gerobak Sampah
g. Perencanaan Pengurus Pengelolaan Sampah
Untuk mencapai suatu pengelolaan sampah yang baik disuatu wilayah harus didukung
sepenuhnya oleh warga di wilayah tersebut. Di daerah yang sudah mengikuti program
SGC umumnya sudah terbentuk pengurus pengelola sampah yang bertugas
melakukan pengelolaan sampah di daerah tersebut. Semua pengurus sampah tersebut
adalah warga sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak luar, hanya petugas
pengumpul sampah yang biasanya berasal dari luar daerah tersebut. Di wilayah
perencanaan dalam tugas akhir ini yaitu Kelurahan Bubutan belum ada pengurus
Page 18
pengelolaan sampah untuk mendukung tercapainya target potensi reduksi yng sudah
direncanakan pada tiap tahunnya. Oleh karena itu, pada tugas akhir ini dilakukan
perencanaan pengurus pengelolaan sampah di Kelurahan Bubutan yang melibatkan
semua elemen pemerintahan kelurahan dan warga kelurahan itu sendiri.
Skema pengurus pengelolaan sampah di Kelurahan Bubutan dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Pengurus Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bubutan
Lurah Bubutan
Ketua RW 1
Ketua RT 1
Kader Lingkungan 1. Kader Kebersihan dan Penghijauan Lingkungan 2. Kader Pemilahan Sampah 3. Kader Pemilahan Sampah Kering 4. Kader Penjualan dan Pemanfaatan Sampah Kering 5. Kader Pemilahan Sampah di Sumber
1. Ketua Dasawisma I 5. Ketua Dasawisma V 2. Ketua Dasawisma II 6. Ketua Dasawisma VI 3. Ketua Dasawisma III 7. Ketua Dasawisma VII 4. Ketua Dasawisma IV 8. Ketua Dasawisma …
Fasilitator Kelurahan Fasilitator Kelurahan
Ketua RW 2
Ketua RW ..
Ketua RW 3
Ketua RT 2
Ketua RT 4
Ketua RT 3
Ketua RT ..
Ketua RT 5
: Garis koordinasi administratif Kelurahan Bubutan
: Garis koordinasi pengurus pengelolaan sampah Kelurahan Bubutan
Page 19
h. Aspek Pembiayaan
Dalam aspek pembiayaan akan dibahas biaya yang dibutuhkan untuk membuat wadah
sampah, gerobak sampah, iuran yang akan dibayar oleh warga serta biaya operasional
dan pemeliharaan. Akan tetapi dalam perencanaan ini warga tidak diharuskan untuk
mengadakan semua wadah sampah yang sama persis seperti dalam perencanaan. Bagi
warga yang tidak bisa mengadakan wadah sampah, warga tersebut bisa memanfaatkan
barang-barang yang dimiliki ataupun barang bekas yang bisa didaur ulang untuk
membuat wadah sampah dengan kapasitas minimal seperti dalam perencanaan dan
warna yang sama dalam perencanaan. Hal ini dilakukan agar warga tidak terlalu
terbebani oleh biaya yang tinggi dalam usaha awal melakukan pengelolaan sampah di
tempat mereka. Pada perhitungan pengadaan biaya ini laju inflasi tiap tahun diabaikan
sehingga harga diperkirakan tetap. Pengadahan wadah sampah terpilah sebanyak 1995
akan dibagi menjadi lima tahap pengadaan dengan menyesuaikan target reduksi pada
tahun tersebut. Pengadaan wadah residu baru sebanyak 698 juga diadakan secara
bertahap dengan menyesuaikan target reduksi tiap tahunnya. Untuk pengadaan alat
pengumpul baru sebanyak lima buah langsung diadakan pada tahun pertama
perencanaan karena menyesuaikan volume sampah yang dibuang warga ke TPS pada
tahun pertama perencanaan. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
4.
Tabel 4. Biaya Pengadaan Alat di Permukiman Menengah
Tahun Nama Alat Jumlah (unit)
Harga Satuan (Rp)
Harga Total (Rp)
1
Wadah Sampah 3in1 450 75.000 33.750.000
Wadah Sampah Residu Baru
300 20.700 6.210.000
Perbaikan wadah sampah eksisiting
150
Cat (1 galon) 1 70.000 70.000
Page 20
Tahun Nama Alat Jumlah (unit)
Harga Satuan (Rp)
Harga Total (Rp)
Thinner (1L) 2 17.000 34.000
Gerobak Sampah Baru 5 1.500.000 7.500.000
Perbaikan gerobak sampah eksisiting
10 50.000 500.000
Sekop 15 15.500 232.500 Jumlah 48.296.500
2
Wadah Sampah 3in1 450 75.000 33.750.000
Wadah Sampah Residu Baru
300 20.700 6.210.000
Perbaikan wadah sampah eksisiting
150 0
Cat (1 galon) 1 70.000 70.000 Thinner (1L) 2 17.000 34.000
Jumlah 40.064.000
3
Wadah Sampah 3in1 450 75.000 33.750.000
Wadah Sampah Residu Baru
300 20.700 6.210.000
Perbaikan wadah sampah eksisiting
150 0
Cat (1 galon) 1 70.000 70.000 Thinner (1L) 2 17.000 34.000
Jumlah 40.064.000
4
Wadah Sampah 3in1 450 75.000 33.750.000
Wadah Sampah Residu Baru
300 20.700 6.210.000
Perbaikan wadah sampah eksisiting
150 0
Cat (1 galon) 1 70.000 70.000 Thinner (1L) 2 17.000 34.000
Jumlah 40.064.000
5
Wadah Sampah 3in1 195 75.000 14.625.000
Wadah Sampah Residu Baru
97 20.700 20.07.900
Perbaikan wadah sampah eksisiting
98 0
Cat (2,5 kg) 1 25.000 25.000
Page 21
Tahun Nama Alat Jumlah (unit)
Harga Satuan (Rp)
Harga Total (Rp)
Thinner (1L) 1 17.000 17.000 Jumlah 16.674.900
Jumlah Total Selama 5 tahun 185.163.400 Sumber : Hasil Perhitungan Biaya Pengadaan Alat
Biaya operasional setiap bulannya yaitu upah petugas sampah, ditentukan berdasarkan
UMR (Upah Minimum Regional) Kota Surabaya tahun 2010 sebesar Rp. 1.031.500.
Direncanakan jumlah petugas sampah di Kelurahan Bubutan berjumlah 24 orang
sehingga biaya yang harus dikeluarkan warga untuk membayar upah petugas sampah
adalah sebesar Rp. 28.882.000. Biaya pemeliharaan alat setiap bulannya digunakan
untuk biaya pembersihan, perbaikan dan penggantian alat apabila terjadi kerusakan.
Total biaya yang dikeluarkan warga setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Biaya Operasional dan Pemeliharaan
No Kegiatan Biaya Satuan
(Rp) Jumlah Biaya Total(Rp)
1
Operasional (Upah Petugas
Sampah) 1.031.500
28
orang 28.882.000
2
Biaya Pemeliharaan
Pengecatan 50.000 4 RW 200.000
Penggantian wadah yang
rusak 75.000 4RW 300.00
Jumlah 293.820.000
Sumber : Hasil Perhitungan Biaya Operasional dan Pemeliharaan.
Page 22
Iuran sampah warga tiap bulannya adalah untuk membayar biaya operasional dan
pemeliharaan sebesar Rp. 293.820.000. Untuk mengetahui berapa iuran sampah yang
harus dikelurkan warga dilakukan perhitungan sebagai berikut.
- Jumlah rumah = 3215
- Biaya tiap rumah = Rp. 293.820.000/ 3215
= Rp. 9.200
Agar usaha pengelolaan sampah ini bisa berjalan dengan baik dan dilakukan terus
menerus, dibutuhkan semangat dan kekompakan yang tinggi terutama dari warga dan
anggota kepengurusan pengelolaan sampah yang nantinya akan dibentuk. Selain itu
untuk terus mendapatkan pengetahuan, informasi dan motivasi sebaiknya setiap ada
lomba dan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan warga selalu bersemangat
untuk ikut berpartisipasi didalamnya.
i. Rekomendasi
Masukan yang dapat diberikan pada permukiman penduduk yang sudah mengikuti
SGC (Kelurahan Gundih) adalah sebagai berikut :
1. Wadah sampah yang terbuat dari glangsing sebaiknya tidak dikaitkan dengan
paku ditembok. Agar tetap tidak terlalu membungkung ketika akan membuang
sampah wadah sampah bisa diletakkan diatas penyangga yang terbuat dari
kayu atau bahan lain yang kuat.
2. Agar lebih memudahkan dalam melakukan pemilahan rutin yang dilakukan
warga pada tiap minggunya sebaiknya wadah sampah kering dibagi menjadi
dua yaitu wadah untuk sampah plastik dan wadah untuk sampah kertas.
Masukan yang dapat diberikan pada permukiman penduduk yang belum mengikuti
SGC (Kelurahan Bubutan) adalah sebagai berikut :
0. Rekomendasi pengelolaan sampah yang sudah dibuat bisa diterapkan.
Page 23
1. Komposter-komposter rumah tangga yang sudah ada di setiap RT sebaiknya
dimanfaatkan oleh warga sebagai alat untuk membuat kompos.
2. Antusiasme dan kekompakan warga dalam usaha pengelolaan sampah lebih
ditingkatkan lagi demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
3. Kesimpulan
Timbulan sampah di permukiman yang sudah mengikuti program Surabaya Green
and Clean (SGC) adalah 0,28 kg/orang/hari atau 1,67 L/orang/hari, densitas sampahnya
sebesar 168,66 kg/m3 dan prosentase komposisi sampahnya adalah sebagai berikut; sampah
sayuran dan buah-buahan 28%, sampah makanan 24%, sampah plastik bermotif 5%, sampah
plastik polos 2%, sampah plastik botol 6%, sampah kertas 5%, sampah kardus 7%, sampah
aluminium 4%, sampah karet 3%, sampah kain 2%, sampah besi 1%, sampah kaca dan beling
4%, sampah kayu 2%, sampah lainnya 7%. Timbulan sampah di permukiman yang belum
mengikuti program SGC adalah 0,35 kg/orang/hari atau 2,37 L/orang/hari, densitas
sampahnya 146,98 kg/m3 dan prosentase komposisi sampahnya adalah sebagai berikut;
sampah sayuran dan buah-buahan 22%, sampah makanan 29%, sampah plastik bermotif 5%,
sampah plastik polos 3%, sampah plastik botol 6%, sampah kertas 5%, sampah kardus 8%,
sampah aluminium 4%, sampah karet 3%, sampah kain 2%, sampah besi 3%, sampah kaca
dan beling 1%, sampah kayu 4%, sampah lainnya 5%
Permukiman penduduk yang sudah mengikuti SGC sudah memiliki pengelolaan
sampah yang baik. Hal ini ditandai dengan pewadahan sampah mereka sudah dilakukan
dengan sistem pemilahan dan sudah adanya pengurus pengelolaan sampah. Sedangkan di
permukiman penduduk yang belum mengikuti SGC, sampah yang dibuang masih tercampur
dan belum ada usaha pengelolaan sampah yang baik dari warga.
Potensi reduksi sampah di permukiman penduduk yang sudah mengikuti program
SGC adalah sebesar 67%. Perencanaan potensi reduksi sampah di permukiman yang belum
Page 24
mengikuti SGC tiap tahun adalah sebagai berikut, tahun ke-1 15%, tahun ke-2 30%, tahun ke-
3 45%, tahun ke-4 60%, tahun ke-5 7%.
Rekomendasi perencanaan pengelolaan sampah di dikawasan permukiman yang
belum mengikuti program SGC adalah dengan sistem pemilahan sampah di sumber,
pewadahan sampah terpilah dan pengumpulan sampah residu. Untuk memudahkan warga
dalam mengelola sampah disarankan dibentuk suatu kepengurusan yang khusus bertugas
dan bertanggung jawab dalam usaha pemilahan sampah di permukiman warga yang belum
mengikuti SGC tersebut.
4. Daftar Pustaka
Anonim, 1995. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi
Sampah Perkotaan. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Anonim, 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
Aryanti, dkk, 2000. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Lingkungan
Perumahan. Vol 16 No 2. Jurnal Puslitbangkim, Jakarta
Damanhuri. E. & Tri. P, 2004. Diktat Kuliah Teknik Lingkungan Pengelolaan Sampah.
Departemen Teknik Ligkungan Institut Teknologi Bandung.
Pandebesie, E.S. 2005. Buku Ajar Teknik Pengelolaan Sampah. Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP-ITS.
Suprapto. 2005. Dampak Masalah Sampah Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jurnal
Kesehatan Vol.1 (2) (2005). Jakarta.
Tchobanoglous, G. Theisen, H. dan Vigil, S. 1993. Integrated Solid Waste
Management:Engineering Principles and Management Issues. Mc.Graw-Hill,
Inc.Singapore.