Top Banner
Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018 ISBN: 978-602-60286-1-7 TR - 9 KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI CEPAT PENGHUBUNG JAKARTA - YOGYAKARTA Okkie Putriani 1 , Dwijoko Ansusanto 2 dan Imam Basuki 3 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Email: [email protected] 2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Email: [email protected] 3 Program Pascasarjana, Magister Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 43 Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRAK Kajian pembangunan Hyperloop sebagai moda transportasi cepat, teknologi transportasi menggunakan sistem maglev beserta tabung vakum udara mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam) senada dengan kriteria operasional proyek usulan baru Proyek Strategis Nasional Komite Percepatan Penyediaan Infrastuktur Prioritas (KPPIP). Sesuai dengan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) 2030 dibutuhkan transportasi yang lebih baik, cepat, dan aman. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan CLIOS process (complex, large-scale, interconnected, open, sociotechnical) sebagai barometer transportasi berkelanjutan, HAZOP (Hazard and Operability Study) untuk dampak lingkungan terhadap bahaya serta perhitungan potensi penumpang, geografis, tata ruang, finansial. Rute Hyperloop tujuan Jakarta Yogyakarta dipilih trase Jakarta Cirebon - Purwokerto Yogyakarta. Biaya yang dibutuhkan Rp100.775.796.600.268,00 setara $7.457 juta USD. Pergerakan dan pertumbuhan penduduk Jakarta Yogyakarta menggunakan data ATTN 2011 1.020.228.734,22 dengan perkiraan di tahun 2020 mencapai 1.540.203.515,69. Perhitungan NPV menunjukkan nilai lebih dari 0 yang artinya proyek dapat dijalankan. Identifikasi awal dampak lingkungan terkait kontrol terhadap keselamatan akan kecepatan dan kebisingan suara. Kata kunci: Hyperloop, CLIOS process, kelayakan studi, NPV, potensi penumpang 1. PENDAHULUAN Rencana Induk Perkeretaapian Nasional telah disusun oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan pada tahun 2010 yang dituangkan dalam bentuk Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) Tahun 2030. Rencana tata ruang wilayah nasional dan rencana induk jaringan moda transportasi lain ini menyatakan kebutuhan transportasi dengan layanan yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih aman (RIPNas 2030, 2011). Terbatasnya kapasitas layanan jalan, moda transportasi semakin menunjukkan keunggulan kompetitif, atas peran kemajuan teknologi dan informasi menuntut transportasi yang lebih cepat, aman, hemat energi, dan ramah lingkungan. Penduduk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang mencapai 10,177 juta menurut BPS 2015, dengan luasan daerah 661,52km 2 angka besar ini menunjukkan tidak hanya sebagai mobilitas perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat, keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Peran tersebut mencakup urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan. Sistem jaringan transportasi dapat dilihat dari segi efektivitas, dalam arti keselamatan, aksesibilitas, keterpaduan, kapasitas, keteraturan, kelancaran, ketepatan, kecepatan, dan kemudahan. Efisiensi beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan sistem transportasi. Transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah (Munawar, 2007). Transportasi akan berkembang seiring dengan perkembangan aktivitas ekonomi dan kombinasi tiga faktor produksi, yaitu lahan, pekerja, dan modal berkaitan dengan kepuasan manusia dengan perubahan posisi geografis, penduduk, atau barang (Banister, 1995). Pada Rakornas Pengawasan Internal Pemerintah 2017 di Istana Negara, 18 Mei 2017 lalu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyatakan bahwa dunia berubah begitu cepat. Salah satunya dengan teknologi sistem transportasi baru super cepat Hyperloop yang dicetuskan oleh Elon Musk, technopreneur Tesla Motor dan SpaceX. (Kompas, 2017). Tahun 2012 ide menarik berkembang untuk revolusi angkutan massal sistem transportasi dengan tabung vakum berkecepatan melebihi maskapai penerbangan (Musk, 2017). Pods yang akan bergerak cepat bertenaga listrik dan meluncur di atas lintasan magnet pasif levitasi atau bantalan udara berkecepatan maksimal hingga 750 mph (1200 km / jam) dengan kecepatan rata-rata 600 mph atau setara 965,6 km/jam. Sebuah
10

KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

Apr 15, 2019

Download

Documents

truongcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018

ISBN: 978-602-60286-1-7 TR - 9

KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI CEPAT

PENGHUBUNG JAKARTA - YOGYAKARTA

Okkie Putriani1, Dwijoko Ansusanto2 dan Imam Basuki3

1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta

Email: [email protected] 2Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta

Email: [email protected] 3Program Pascasarjana, Magister Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 43 Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kajian pembangunan Hyperloop sebagai moda transportasi cepat, teknologi transportasi menggunakan

sistem maglev beserta tabung vakum udara mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam) senada dengan

kriteria operasional proyek usulan baru Proyek Strategis Nasional Komite Percepatan Penyediaan

Infrastuktur Prioritas (KPPIP). Sesuai dengan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) 2030

dibutuhkan transportasi yang lebih baik, cepat, dan aman. Metodologi penelitian menggunakan

pendekatan CLIOS process (complex, large-scale, interconnected, open, sociotechnical) sebagai

barometer transportasi berkelanjutan, HAZOP (Hazard and Operability Study) untuk dampak

lingkungan terhadap bahaya serta perhitungan potensi penumpang, geografis, tata ruang, finansial. Rute

Hyperloop tujuan Jakarta – Yogyakarta dipilih trase Jakarta – Cirebon - Purwokerto – Yogyakarta.

Biaya yang dibutuhkan Rp100.775.796.600.268,00 setara $7.457 juta USD. Pergerakan dan

pertumbuhan penduduk Jakarta – Yogyakarta menggunakan data ATTN 2011 1.020.228.734,22 dengan

perkiraan di tahun 2020 mencapai 1.540.203.515,69. Perhitungan NPV menunjukkan nilai lebih dari 0

yang artinya proyek dapat dijalankan. Identifikasi awal dampak lingkungan terkait kontrol terhadap

keselamatan akan kecepatan dan kebisingan suara.

Kata kunci: Hyperloop, CLIOS process, kelayakan studi, NPV, potensi penumpang

1. PENDAHULUAN

Rencana Induk Perkeretaapian Nasional telah disusun oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian

Perhubungan pada tahun 2010 yang dituangkan dalam bentuk Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas)

Tahun 2030. Rencana tata ruang wilayah nasional dan rencana induk jaringan moda transportasi lain ini menyatakan

kebutuhan transportasi dengan layanan yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih aman (RIPNas 2030, 2011).

Terbatasnya kapasitas layanan jalan, moda transportasi semakin menunjukkan keunggulan kompetitif, atas peran

kemajuan teknologi dan informasi menuntut transportasi yang lebih cepat, aman, hemat energi, dan ramah lingkungan.

Penduduk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang mencapai 10,177 juta menurut BPS 2015, dengan luasan

daerah 661,52km2 angka besar ini menunjukkan tidak hanya sebagai mobilitas perpindahan manusia atau barang dari

suatu tempat, keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Peran tersebut mencakup urat

nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan. Sistem jaringan transportasi dapat dilihat dari segi

efektivitas, dalam arti keselamatan, aksesibilitas, keterpaduan, kapasitas, keteraturan, kelancaran, ketepatan,

kecepatan, dan kemudahan. Efisiensi beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan sistem

transportasi. Transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan

wilayah (Munawar, 2007).

Transportasi akan berkembang seiring dengan perkembangan aktivitas ekonomi dan kombinasi tiga faktor produksi,

yaitu lahan, pekerja, dan modal berkaitan dengan kepuasan manusia dengan perubahan posisi geografis, penduduk,

atau barang (Banister, 1995). Pada Rakornas Pengawasan Internal Pemerintah 2017 di Istana Negara, 18 Mei 2017

lalu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyatakan bahwa dunia berubah begitu cepat. Salah satunya dengan

teknologi sistem transportasi baru super cepat Hyperloop yang dicetuskan oleh Elon Musk, technopreneur Tesla

Motor dan SpaceX. (Kompas, 2017). Tahun 2012 ide menarik berkembang untuk revolusi angkutan massal sistem

transportasi dengan tabung vakum berkecepatan melebihi maskapai penerbangan (Musk, 2017). Pods yang akan

bergerak cepat bertenaga listrik dan meluncur di atas lintasan magnet pasif levitasi atau bantalan udara berkecepatan

maksimal hingga 750 mph (1200 km / jam) dengan kecepatan rata-rata 600 mph atau setara 965,6 km/jam. Sebuah

Page 2: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

TR - 10

ISBN: 978-602-60286-1-7

konsep sistem hemat energi, tidak berisik, dan otonom. Tahun 2020 Abu Dhabi akan segera merealisasikannya dalam

perwujudan teknologi kemudahan transportasi penumpang dan barang.

Awal Maret 2017 (Kompas, 2017) Hyperloop Transportation Technologies (HTT) mengumumkan penandatanganan

kontrak feasibility study senilai 2,5 juta dollar Amerika Serikat (AS) dengan investor swasta Hyperloop Transtek

Indonesia atau sekitar Rp 33,52 miliar (kurs Rp. 13.410,00 per dollar AS). Perjanjian kelayakan studi ini

memungkinkan untuk mengeksplorasi sistem transportasi hyperloop di Indonesia menghubungkan Jawa dan

Sumatera. Hal ini merupakan perjanjian kelayakan studi pertama hyperloop di Asia Tenggara. Penandatangan studi

kelayakan telah dilakukan di Kementerian Perhubungan yang disaksikan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya

Sumadi. Hyperloop diklaim tidak butuh lahan besar untuk mewujudkan layanan. Pembangunan dilakukan di atas jalan

tol, sehingga pemerintah hanya perlu memberikan izin pengembangan, yang selanjutnya pengoperasian diserahkan

kepada pihak yang berminat, baik kepada Kementerian Perhubungan.

HTT memilih Indonesia dengan pertimbangan populasi penduduk lebih dari 260 juta jiwa sebagai negara keempat

dengan populasi tertinggi di dunia. Kota Jakarta sendiri berpopulasi lebih dari 10 juta orang (Liputan6, 2017). Kendala

permasalahan kemacetan terparah di dunia urutan ke 4 setelah Bangkok-Thailand, Mexico City-Mexico, Bucharest-

Rumania. Rute percontohan lain rute Hyperloop Jakarta menuju Yogyakarta akan memakan waktu kurang lebih 25

menit, jika dibandingan dengan menggunakan dengan mobil yang dapat memakan waktu hingga hampir 10 jam,

selengkapnya terilustrasi pada Gambar 1.

Gambar 1. Moda transportasi pesawat, mobil, dan kereta api Jakarta - Yogyakarta (sumber Google Map, 2017)

Berdasarkan Lampiran II Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No 26 Tahun 2008, Sistem Perkotaan Nasional,

menyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) - Jawa Barat - Banten, masuk dalam Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Jabodetabek (I/C/3), sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masuk Pusat

Kegiatan Nasional (PKN) Yogyakarta (I/C/3), dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Bantul (I/D/1), (II/C/1) dan

Sleman (II/C/1) seperti pada Tabel 1. Angka I dan II menunjukkan tahapan pengembangan, huruf C menunjukkan

pertumbuhan revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat, C/3 mengartikan revitalisasi kota-kota yang

telah berfungsi. Sedangkan C/1 menunjukkan pertumbuhan nasional dalam pengembangan/peningkatan fungsi.,

sedangkan D/1 rehabilitasi kota akibat bencana alam.

Tabel 1. Lampiran II peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 26 tahun 2008

Dari keterangan lampiran menunjukkan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten masuk kawasan perkotaan Jabodetabek

tahapan pengembangan I, revitalisasi kota yang telah berfungsi. Sedangkan DIY Yogyakarta masuk tahapan

pengembangan I, revitalisasi kota yang telah berfungsi, Bantul termasuk tahapan pengembangan I rehabilitasi kota

akibat bencana alam dan pengembangan II dengan peningkatan fungsi, dan Sleman termasuk tahapan pengembangan

II dengan peningkatan fungsi. Ada tiga jalur di Indonesia yang disepakati Hyperloop Transportation Technologies

dan Hyperloop Transtek Indonesia, yaitu Tangerang, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera. Secara lebih jelas

dapat dilihat dari Gambar 2.

Page 3: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

TR - 11

ISBN: 978-602-60286-1-7

Gambar 2. Rute Hyperloop Pulau Jawa

Pada kesempatan berbeda, Visiting Professor Program, Initiation of International Academic Collaboration between

University of Cape Town and Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang terselenggara September 2017 lalu,

dalam sesi Group Discussions on Research Experiences Transport Planning and Engineering, secara khusus Prof.

Dr. Mark Zuidgeest, menjelaskan adanya kelayakan studi Hyperloop harus menampilkan supply and demand dari

kebutuhan akan transportasi yang dikaji. Penjelasan berikut ini terdapat pada Gambar 3.

Gambar 3. Aspek kelayakan studi transportasi oleh Prof. Dr. Mark Zuidgeest

Prof. Joseph M. Sussman (2007), JR East Professor of Civil and Environmental Engineering and Engineering

Systems, Massachusetts Istitute of Technology, menyampaikan gagasan membangun relasi dengan jalur kereta kelas

dunia dengan edukasi tingkat dunia bersama dengan penelitian dari akademis perguruan tinggi. Ketiga relasi ini telah

membuktikan keuntungan saling terkait, CLIOS System, meliputi Complex, Large-scale, Interconnected, Open,

Sociotechnical System tersampaikan pada Gambar 4. Pendekatan sistem teknik dengan jangkauan luas dampak

lingkungan dan sosial. Tahap CLIOS Process terdiri tiga tahapan yang meliputi representasi dari struktur dan perilaku,

desain, evaluasi dan seleksi strategis sistem alternatif, dan implementasi dan adaptasi dari strategi alternatif.

Gambar 4. Transportation as CLIOS Systems Gambar 5. Kerangka studi kelayakan proyek

Spesifikasi Hyperloop yang digunakan menggunakan pendekatan open-source dari publikasi NASA, Hyperloop One,

dan Hyperloop Transportation Technologies. Pemetaan geografis menggunakan software Google Earth, US Dept of

State Geographer, GeoBasis-DE/BKG, Data SIO, NOAA, U.S. Navy, NGA, GEBCO pada pemetaan kota Yogyakarta

dan Jakarta. Serta menggunakan CLIOS Process untuk mengurai studi kelayakan proyek dalam perencanaan

transportasi berkelanjutan. Manfaat penelitian yang ingin dicapai mengetahui secara lebih spesifik dari sudut pandang

sistem transportasi tentang inovasi Hyperloop sebagai moda transportasi umum., memperhitungkan kondisi kesiapan

Indonesia menerima transportasi dari beberapa aspek serta menganalisa kelayakan studi sebagai moda transportasi

berkelanjutan masa depan di Indonesia. Tujuan penelitan ini sebagai referensi dalam perencanaan dan pembangunan,

rekomendasi pertimbangan pengambilan keputusan opsi pilihan moda trasnportasi pilihan masa depan, serta

memberikan perhitungan dan analisa dari kelayakan studi pembangunan Hyperloop jurusan Jakarta-Yogyakarta.

Page 4: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

TR - 12

ISBN: 978-602-60286-1-7

2. TINJAUAN PUSTAKA

Studi Kelayakan Proyek

Studi kelayakan merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau

bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau setidaknya usaha tersebut dijalankan (Syahyunan,

2014). Studi atau pengkajian suatu usulan proyek/gagasan usaha apabila dilaksanakan dapat berjalan dan berkembang

sesuai dengan tujuannya atau tidak. Obyek atau subyek studi kelayakan adalah usulan proyek atau gagasan usaha.

Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek apakah memenuhi persyaratan untuk dapat

berkembang atau tidak (Suratman, 2001). Beberapa aspek kerangka kelayakan studi ada pada Gambar 5. Aspek studi

kelayakan transportasi dalam penelitian kali ini mengikuti pola pada Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu

Jabodetabek 2004. Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) dibentuk dengan tujuan sebagai

unit koordinasi dalam pengambilan keputusan untuk mendorong penyelesaian masalah yang muncul akibat kurang

efektifnya koordinasi beragam kepentingan. KPPIP merupakan point of contract dalam implementasi koordinasi

untuk debottlenecking Proyek Strategis Nasional dan Proyek Prioritas.

Interaksi Sistem Kegiatan dengan Sistem Jaringan Transportasi

Konsep perencanaan transportasi sendiri dilakukan secara berturut dari sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem

pergerakan Gambar 6 (Tamin, 1997), dari aksesibilitas, pembangkit, sebaran pergerakan, pemilihan moda transportasi,

pemilihan rute, hubungan waktu, serta kapasitas arus. Transportasi memiliki beberapa dimensi meliputi lokasi (asal

dan tujuan), alat (teknologi), dan keperluan tertentu di lokasi tujuan seperti ekonomi, sosial, dan lainnnya (Miro,

2012). Secara skematis terlihat pada Gambar 7. Transportasi Nasional berdasarkan tataran kewilayahan, memiliki

pengertian sebagai sistem transportasi yang melayani perjalanan dari lokasi asal ke lokasi tujuan dengan jarak yang

lebih jauh daripada transportasi regional dan melampaui batas wilayah regional. Pelayanan transportasi paralel dengan

hirarki wilayah, Transportasi Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) melayani lokasi asal dan tujuan antar kota namun

sudah melampaui batas propinsi, dengan kata lain dari kota ke kota lain di propinsi yang berbeda.

Gambar 6. Interaksi transportasi dan tata ruang Gambar 7. Skema transportasi

Ekonomi Transportasi

Ekonomi transportasi (Khusty, 2005) merupakan salah satu cabang dari mikro ekonomi terapan. Cabang ilmu

membicarakan masalah khusus yang dihadapi oleh para insiyur dan perencana transportasi dan ditemu dalam disiplin

ilmu transportasi.

Angkutan Umum Penumpang

Sriastuti dan Asmani (2015) menyampaikan Angkutan Umum Penumpang (AUP) merupakan salah satu sarana

transportasi yang memerlukan perhatian secara khusus oleh pihak-pihak yang terkait yaitu pihak pemerintah sebagai

pembuat kebijakan (regulator), pihak penyelenggara sebagai penyedia jasa (operator) dan masyarakat sebagai

pengguna jasa (user).

Page 5: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

TR - 13

ISBN: 978-602-60286-1-7

Hyperloop

Hyperloop adalah mode transportasi penumpang dan barang menggunakan sistem tabung vakum udara yang

melebihi kecepatan pesawat udara yang mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam). Teknologi Hyperloop

menggunakan maglev, motor induksi linier yang terletak di sepanjang tabung untuk mempercepat dan memperlambat

kapsul dengan kecepatan yang sesuai setiap rute tabung. Rolling resistance dihilangkan dan hambatan udara menjadi

berkurang, kapsul dapat meluncur dengan transfer udara bertekanan tinggi ke rendah. (Musk, 2013). Konsep

Hyperloop secara eksplisit dilaksanakan dengan open-sourced oleh Elon Musk dalam hal ini Tesla dan SpaceX serta

dikompetisikan untuk dapat dikembangkan secara lebih mendalam. Beberapa perusahaan komersial dan kelompok

mahasiswa mengejar perkembangan teknologi Hyperloop dengan pesat pada Gambar 8 (Chee, 2015). Berikut adalah

komponen Hyperloop Alpha yang akan dikembangkan di Indonesia Gambar 9.

Gambar 8. Perusahaan pengembang Hyperloop Gambar 9. Spesifikasi Hyperloop

Sistem Perkotaan Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional atau RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang

wilayah negara. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan

tindak lanjut dari pelaksanaan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang. Selain sistem perkotaan nasional sebagaimana disebutkan di atas juga dikembangkan Pusat Kegiatan Strategis

Nasional atau PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara. Perubahan kebijakan nasional

dan dinamika pembangunan nasional telah mempengaruhi penataan ruang wilayah nasional sehingga telah terbit

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 13 tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor

26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

3. LANDASAN TEORI

Transportasi Berkelanjutan dengan CLIOS Process

CLIOS Process (Complex, Large-Scale, Interconnected, Open, Socio-technical) (Sussman et.al, 2007) adalah sistem

rekayasa dengan berbagai dampak sosial dan lingkungan yang disampaikan oleh Profesor Josep M Sussman, JR East

Professor of Civil and Environmental Engineering and Engineering System MIT, yang menggabungkan sistem teknik

pada manajemen, teknik, dan pengetahuan sosial. Proses CLIOS dapat digunakan sebagai mekanisme

pengorganisasian sistem transportasi struktur dan perilaku sistem yang mendasari, mengidentifikasi dan menerapkan

alternatif strategi untuk meningkatkan kinerja dan mengevaluasi. Aspek penting dari Proses CLIOS adalah integrasi

analisis fisik yang terdiri dari tiga tahap: representasi struktur dan perilaku sistem CLIOS, desain evaluasi dan

pemilihan alternatif strategi sistem CLIOS, dan implementasi alternatif strategi yang dipilih. Tahap representasi

terutama bersifat diagram. Diagram digunakan untuk mewakili struktur dan perilaku sistem CLIOS dengan

menggambarkan secara grafis sistem komponen dan interaksi dalam domain fisik, pada lingkup institusional.

Biaya Operasi Kendaraan (BOK)

Menurut Departemen Perhubungan (1995) biaya operasi kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi

terjadi dengan dioperasikan kendaraan dalam kondisi normal untuk tujuan tertentu. Biaya ekonomi merupakan biaya

sebenarnya yang meliputi biaya tetap (fixed cost) dan tidak tetap (variable cost).

Analisis Kelayakan Finansial

Dalam penelitian ini meliputi metode Net Present Value (NPV), metode Benefit Cost Ratio (BCR), Metode Internal

Rate of Return (IRR), Payback Period, Internal Rate of Return, Average Rate of Return (ARR), Profitability Index

(PI).

Page 6: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

TR - 14

ISBN: 978-602-60286-1-7

4. METODE PENELITIAN

Diagram Alir Penelitian

Dengan pendekatan studi kelayakan, penelitan dilakukan beberapa tahap seperti disampaikan melalui diagram Gambar

10. Metoda analisis hasil dan cara menganalisis menggunakan penempatan posisi geografis Google Earth, serta

analisis operasional dan kebutuhan sarana Hyperloop.

Gambar 10. Diagram alir penelitian

5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAHAN

Karakteristik Pola Pergerakan dan Permintaan Perjalanan

Pengembangan model transportasi mempertimbangkan dasar hukum Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah yang telah diubah terakhir melalui Undang-Undang No.9 Tahun 2015 dan rencana pola ruang

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Raperda RTRWP DIY 2008 serta Rencana Kerja Regional BKPRN 2016

menunjukkan lokasi New Yogyakarta International Airport di Temon, Kulonprogo. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi

stasiun Hyperloop Yogyakarta. Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 menunjukkan Bandara Halim Perdanakusuma

memiliki posisi pada kawasan terbuka hijau budidaya. Perubahan dinamika Kabupaten Cirebon dalam penyesuaian

rencana tat ruang wilayah tata ruang kota Cirebon 2011-2031. Penataan ruang mengalami perkembangan dinamika

diantaranya adanya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka. Peta rencana tata

ruang wilayah Kabupaten Banyumas provinsi Jawa Tengah tampak Purwokerto pada kawasan strategis bidang

pertumbuhan ekonomi. Lokasi ini memungkinkan dipilih sebagai jalur Hyperloop karena topografi tidak melalui

Gunung Slamet, walau melewati perbukitan. Termasuk keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 430 Tahun 2015

tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor

KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan berserta

Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS 2030), Kementerian Perhubungan Ditjen Perkeretaapian.

Data jumlah penduduk dan GDP dapat dilihat melalui aplikasi Urban World yang diterbitkan McKinsey Global

Institute (MGI), tersaji data tahun 2015 beserta prediksi di tahun 2025 seperti Gambar 11 per kota. Berikut analisa

keempat kota yang terlalui Hyperloop dari Kota Jakarta, Kota Cirebon, Kabupaten Banyumas, dan Kota Yogyakarta

pada Tabel 2.

Gambar 11. Screenshot McKinsey Urban World populasi Jakarta 2015 dan 2025

Page 7: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

TR - 15

ISBN: 978-602-60286-1-7

Tabel 2. Populasi - GDP tahun 2015 dan 2025

Hasil kajian perjalanan orang dan barang dengan moda kereta api pada tahun 2030 menurut Rencana Induk

Perkeretaapian Nasional, diperkirakan mencapai 929,5 juta/tahun meliputi perjalan antar provinsi dan internal

termasuk angkutan perkotaan. Jumlah perjalanan orang terbesar terjadi di Pulau Jawa-Bali. Sedangkan untuk

perjalanan barang diperkirakan mencapai 995,5 juta/tahun yang didominasi Pulau Jawa-Bali sebesar 534 ton/tahun.

Dalam RIPNas 2030 tersampaikan modernisasi teknologi pada perkeretaan sehingga lebih faster, better, dan safer.

Desire line Gambar 12 perjalanan peumpang dan barang menggunakan moda kereta api Jawa Bali 2030 menjadi

pertimbangan diperlukan solusi transportasi Hyperloop.

Gambar 12. Pola perjalanan penumpang dan barang perkeretaapian Pulau Jawa tahun 2030

Karakteristik jaringan transportasi wilayah Jakarta untuk kapasitas jalan sudah tidak mencukupi pergerakan orang dan

barang, hamper semua ruas jalan arteri di Jakarta sudah mengalami kemacetan. Penambahan ruas jalan hanya sekitar

1% per tahun tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 11% per tahun.

Kapasitas angkutan umum hanya mampu melayani 19%. Data tahun 2011 menunjukkan penambahan jumlah

kendaraan roda empat setiap hari mencapai 550 unit dan kendaraan roda dua 1.600 unit. Wilayah Kabupaten Cirebon

dilewati jalur kereta api lintas selatan Jawa (Cirebon-Yogyakarta-Surabaya). Wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki

ketinggian yang beragam, sekitar 53% berada pada ketinggian 0-99 mdpl. Posisi geostrategic Kabupaten Kulon Progo

terletak di bagian barat DIY dan berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah merupakan bagian koridor Jawa

MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) pembangunan bandar udara

internasional baru di Yogyakarta dilakukan karena keterbatasan daya tampung Bandara Adisutjipto serta sebagai pusat

pertumbuhan dan pelayanan wilayah selatan Jawa.

Karakteristik pola perjalanan (Ansusanto, 2013) dipertimbangkan menurut penduduk kota, tata guna lahan, struktur

kota, struktur rumah tangga, tingkat pelayanan angkutan umum dan atribut individu. Model asal tujuan orang sangat

dibutuhkan dalam perencanaan dan permodelan transportasi selanjutnya ynag dilihat dari faktor tingkat pendapatan,

kepemilikan kendaraan, kepadatan dari pengembangan tempat tinggal dan faktor soisal ekonomi lainnya. Pola

pergerakan penumpang dan barang didasari dari data ATTN (Asal Tujuan Transportasi Nasional) dengan pryeksi

beberapa tahun ke depan. Untuk membuat pola pergerakan dan permintaan perjalanan pernumpang dan barang

dilakukan zonasi dalam wilayah kajian. Zonasi terbagi dalam zona internal dalam wilayah kota/kabupaten serta zona

eksternal luar wilayah propinsi, seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Zona wilayah melalui trase Hyperloop Jakarta - Yogyakarta

Pola pergerakan penumpang dilihat per provinsi pada data ATTN (Asal Tujuan Transportasi Nasional Barang) 2011

pada Tabel 4 mencapai angka potensial antar propinsi dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DIT, namun

data ini memiliki kelemahan untuk Jawa Barat dan Jawa Tengah, karena cakupan yang terlalu luas tidak berada di

sekitar trase rute Hyperloop Jakarta – Yogyakarta.

Page 8: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

TR - 16

ISBN: 978-602-60286-1-7

Tabel 4. Pergerakan angkutan penumpang dan barang zona

trase Hyperloop Jakarta – Yogyakarta

Berdasar ATTN 2011 (ton/th)

Kajian Alternatif Rute Jalur Hyperloop

Melalui aplikasi Google Earth Pro, dapat dilihat secara perspektif 3D jarak Bandara Halim Perdanakusuma yang

terintegrasi dengan bus Damri dengan New Yogyakarta International Airport adalah 245 mile atau setara dengan

394,289 km. Gambar 13 menunjukkan beberapa alternatif rute yang memungkinkan Kota Jakarta – Kota Yogyakarta.

Dari beberapa opsi pilihan trase rute Hyperloop Jakarta – Yogyakarta dipilih rute Jakarta – Cirebon – Purwokerto –

Yogyakarta berjarak 251 mi setara 403,945 km. Topografi relatif datar dengan rerata 11 ft = 3,3528 meter, menuju

Purwokerto pada jarak 172 mi atau 276,807 meter melewati bukti ketinggian maksimal 3115 ft atau setara 949,452

meter. Dipilih pertimbangan awal ini mengingat spesifikasi dari Hyperloop memerlukan jalur lurus.

Gambar 13. Beberapa opsi pilihan trase rute Gambar 14. Trase rute Hyperloop Jakarta –

Hyperloop Jakarta – Yogyakarta Cirebon – Purwokerto - Yogyakarta

Kebutuhan Prasarana Jalur Hyperloop

Melalui perhitungan kelayakan studi Hyperloop yang telah dilakukan Volpe, The National Transportation System

Center, kantor pemerintahan federal departemen Transportasi di Cambridge, Amerika Serikat untuk NASA, Glenn

Research Center, terhitung pembiayaan terdiri dari capital costs dan operating cost. Kebutuhan fasilitas pengoperasian

Hyperloop menggunakan sistem hyperloop pada TransPod terdapat tiga macam struktur, elevasi, permukaan tanah,

dan di bawah tanah.

Analisis Kelayakan Pembangunan Hyperloop

Gambar 15. Analisis kelayakan pembangunan Hyperloop

Page 9: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

TR - 17

ISBN: 978-602-60286-1-7

Komponen manfaat ekonomi yang dihitung pada proyek pembangunan Hyperloop Jakarta – Yogyakarta adalah

manfaat secara langsung dari manfaat penghematan biaya perjalanan, waktu perjalanan, biaya polusi udara, dan

manfaat konsumsi bahan bakar.

Tingkat Kelayakan Finansial Pembangunan Jalur Hyperloop

Proyeksi pendapatan Hyperloop Jakarta – Yogyakarta (2020-2024) terhitung pada Tabel 5, serta perhitungan proyeksi

pengeluaran pada Tabel 6 dan 7. Serta perhitungan evaluasi investasi dengan metode NPV dan IRR Hyperloop Jakarta

– Yogyakarta (2020-2024).

Tabel 5. Proyeksi pendapatan Hyperloop Tabel 6. Proyeksi pengeluaran Hyperloop

Jakarta – Yogyakarta (2020-2024) Jakarta – Yogyakarta

Tabel 7. Proyeksi pengeluaran Hyperloop Jakarta – Yogyakarta (2020-2024)

Tabel 8. Evaluasi investasi dengan metode NPV dan IRR

Identifikasi Awal Dampak Lingkungan

Mengikuti penelitian yang telah dilakukan kolaborasi multi-disiplin Beijing Jiaotong University, Vega System London

United Kingdom, dan Airbous Group China, tentang analisa bahaya dan operabilitas sistem hyperloop, menggunakan

metode indikator dampak lingkungan pada Tabel 9.

Tabel 9. Tabel indikator dampak lingkungan dari Hyperloop

6. KESIMPULAN DAN SARAN

Identifikasi awal terhadap dampak lingkungan terkait pembangunan Hyperloop rute Jakarta-Yogyakarta

memperhatikan kontrol akan kecepatan beserta dampak terhadap kebisingan suara yang dimungkinkan. Evaluasi

Page 10: KAJIAN PENERAPAN HYPERLOOP MODA TRANSPORTASI …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/TR-10.pdf · Usulan proyek tersebut dikaji, diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek

TR - 18

ISBN: 978-602-60286-1-7

kelayakan studi dengan pertimbangan perjalanan, geografis, geologi, tata ruang, aspek teknis transportasi, ekonomi,

finansial, menggunakan CLIOS process sebagai barometer transportasi berkelanjutan, HAZOP sebagai tolak ukur

dampak lingkungan, perhitungan NPV menunjukkan nilai lebih daripada 0 sehingga proyek dapat dijalankan.

DAFTAR PUSTAKA

Ansusanto, J. Dwijoko, et al. (2013). Karakteristik Pola Perjalanan di Perkotaan (Studi Kasus Kota Yogyakarta), The

16th FSTPT International Symposium, UMS Surakarta, http://www.academia.edu/6913296/Karakteristik_

Pola_Perjalanan_Di_Perkotaan_Studi_Kasus_Kota_Yogyakarta_ , 22 (September 2017).

Badan Pusat Statistik Negara. (2015). Perkiraan Penduduk Beberapa Negara. Indonesia, Badan Pusat Statistik.

Banister, B. (1995). Transport and Urban Development, E&FN Spon, London.

Departemen Perhubungan. (1996). Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Biaya Operasi Kendaraan (BOK) untuk

Jalan Perkoktaan di Indonesia. Jakarta

Chee, A. (2015). The Race to Create Elon Musk’s Hyperloop Heats Up, Wall Street Journal. Amerika Serikat, 2015.

Ditjen Perkeretaapian. (2013). Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) Tahun 2030. Jakarta.

Ditjen Perkeretaapian. (2016). Studi Kelayakan Pembangunan Jalur KA Antara Palangkaraya – Sampit – Nanga

Bulik, Tahun Anggaran 2016, Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Scalarindo Utama

Consult, Jakarta.

Federal Transit Administration. (2007). The Transportation Planning Process Key Issues, A Briefing Book for

Transportation Decisionmakers, Official, and Staff, A Publication of The Transportation Planning Capacity

Building Program, Federal Highway Administration, Washington, https://www.planning.dot.gov/

documents/briefingbook/bbook_07.pdf , 22 (September 2017).

Khisty, C. Jotin dan Lall, B. Kent. (2005). Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1, Edisi 3, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Kompas. (2017). Hyperloop dan Kebangkitan RI, Harian Kompas Gramedia, https://kompas.id/baca/

opini/2017/05/23/hyperloop-dan-kebangkitan-ri/ , 10 (Oktober 2017).

Kompas, (2017). Investor AS Tertarik Bangun "Hyperloop" di Jawa dan Sumatera, Industri Transportasi, Kompas

Gramedia, Jakarta

Miro, F. (2012). Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta, Erlangga

Munawar, A. (2007). Pengembangan Transprotasi Yang Berkelanjutan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada

Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, http://munawar.staff.ugm.ac.id/wp-content/pidato-

pengukuhan.pdf , 10 (Oktober 2017)

Morlok. (1978). Introduction To Transportation Engineering And Planning, US: McGraw-Hill College.

Musk, E. (2013). Hyperloop Alpha, Space X, Aug. 2013, http://www.spacex.com/sites/spacex/files/hyperloop_alpha-

20130812.pdf , 6 (Juni 2017).

Praditya, I.S, (2017). Pembangunan Bandara Kulon Progo Dimulai Hari Ini, Liputan6, Jakarta.

http://bisnis.liputan6.com/read/2838473/pembangunan-bandara-kulon-progo-dimulai-hari-ini , 10 (Juni 2017).

Putriani, Okkie dan Ibnu, Fauzi. (2017). Studi Komparasi Kereta Api Jurusan Surabaya – Jakarta Dengan

Transportasi Cepat Hyperloop, Seminar Nasional Sains, Rekayasa & Teknologi UPH, Tangerang, 2017.

Puspasari, A. (2016). Siaran Pers, Paket Kebijakan Ekonomi Stimulus Utama Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi

ke Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta, http://www2.bkpm.go.id/images/uploads/

file_siaran_pers/Siaran_Pers_BKPM_131016-

Paket_Kebijakan_Ekonomi_Stimulus_Peningkatan_Perdagangan%2C_Pariwisata%2C_Investasi_ke_Indonesi

a.pdf , 15 (Juni 2017).

Sriastuti, D.A.N dan Asmani, A.A. (2015). Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Sebagai Dasar Penentuan Tarif

Angkutan Umum Penumpang (AUP), Paduraksa, Vol. 4, No.2, hal. 36-40.

Suratman. (2001). Studi Kelayakan Proyek: Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan, Yogyakarta, J&J Training.

Sussman, Joseph M. et.al. (2007). The "CLIOS Process", MIT, 2007, https://ocw.mit.edu/courses/engineering-

systems-division/esd-04j-frameworks-and-models-in-engineering-systems-engineering-system-design-spring-

2007/readings/clios_process.pdf , 13 (Oktober 2017)

Syahyunan. (2013). Manajemen Keuangan: Perencanaan, Analisis, dan Pengendalian Keuangan. Medan, USU Press.

Tamin, O. Z., 2008, Perencanaan, Permodelan, & Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Zhou, Datian, et al. (2015). Study on Model based Hazard Identification for the Hyperloop System, International

Seminar on Computation, Communication and Control, Atlantis Press.