Top Banner
7 II. TINJAUAN PUSTAKA Kematangan Gonad Ikan Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25 persen dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin rneningkat tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada dalam gonad akan menjadi semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh Kuo et al . (1974) bahwa kematangan seksual pada ikan dicirikan oleh perkembangan diameter rata-rata telur dan melalui distribusi penyebaran ukuran telurnya. Ikan lele (Clarias batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun (Chinabut et al . 1991) dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 sampai 200 gram (Mollah dan Tan 1983; Suyanto 1986). Di Thailand, ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai Oktober (Chinabut et al . 1991). Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada "diploten" dari profase meiosis pertama. Pada stadia, ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer (Harder 1975). Oosit primer kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis (Zohar 1991; Jalabert dan Zohar 1982). Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada
15

Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

Dec 31, 2016

Download

Documents

VuHanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kematangan Gonad Ikan

Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan

sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk

perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan

memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung

sampai selesai. Menurut Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot gonad ikan

betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25 persen dari bobot tubuh

dan pada ikan jantan 5-10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin

rneningkat tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada dalam gonad akan

menjadi semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh Kuo et al. (1974) bahwa

kematangan seksual pada ikan dicirikan oleh perkembangan diameter rata-rata telur dan

melalui distribusi penyebaran ukuran telurnya.

Ikan lele (Clarias batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun

(Chinabut et al. 1991) dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat

tubuh 100 sampai 200 gram (Mollah dan Tan 1983; Suyanto 1986). Di Thailand, ikan

lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai

Oktober (Chinabut et al. 1991).

Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam

lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium

menjalankan suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada "diploten" dari profase

meiosis pertama. Pada stadia, ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer

(Harder 1975). Oosit primer kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi

dua fase. Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar

akibat pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun

belum terjadi akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika

terjadi akumulasi material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian

dibebaskan ke darah dan dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis (Zohar

1991; Jalabert dan Zohar 1982). Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau

perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada

Page 2: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

8

saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang mencirikan stadianya.

Menurut Nagahama (1983) stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume

sitoplasma, penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning

telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa

kelas. Yamamoto dalam Nagahama (1983) membaginya ke dalam 8 kelas, yaitu

stadia kromatin-nukleolus, perinukleolus (yang terdiri atas awal dan akhir

nukleolus), stadium oil drop stadium yolk primer, sekunder, tertier, dan stadium

matang. Sedangkan Chinabut et al. (1991) membagi oosit dalam 6 kelas untuk

Clarias sp, dimana stadia nukleolus dan perinukleolus dikategorikan sebagai

stadium pertama, dan setiap stadium dicirikan sebagai berikut:

-stadium 1 : Oogonia dikelilingi satu lapis set epitel dengan pewarnaan

hematoksilin-eosin plasma berwarna merah jambu, dengan inti

yang besar di tengah.

-stadium 2 : Oosit berkembang ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti

biru terang dengan pewarnaan, dan terletak masih di tengah

sel. Oosit dilapisi oleh satu lapis epitel.

-stadium 3 : Pada stadium ini berkembang sel folikel dan oosit membesar dan

provitilin nukleoli mengelilingi inti.

-stadium 4 : Euvitilin inti telah berkembang dan berada disekitar selaput inti

Stadium ini merupakan awal vitelogenesis yang ditandai dengan

adanya butiran kuning telur pada sitoplasma. Pada stadium ini,

oosit dikelilingi oleh dua lapis sel dan lapisan zona radiata

tampak jelas pada epitel folikular.

-stadium 5 : Stadia peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur.

Butiran kuning telur bertambah besar dan memenuhi sitoplasma

dan zona radiata terlihat jelas.

-stadium 6 : Inti mengecil dan selaput inti tidak terlihat, inti terletak di tepi.

Zona radiata, sel folikel, dan sel teka terlihat jelas.

Pengetahuan tingkat kematangan gonad sangat penting dan sangat menunjang

keberhasilan dalam membenihkan ikan karena berkaitan erat dengan pemilihan calon-

calon induk ikan yang akan dipijahkan. Semakin tinggi tingkat perkembangan gonad,

Page 3: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

9

telur yang terkandung di dalamnya semakin membesar sebagai hasil dari akumulasi

kuning telur, hidrasi, dan pembentukan butir-butir minyak yang berjalan secara

bertahap.

Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap,

yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan

selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai dari ikan

menetas hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan

mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan

normal (Lagler et al. 1977).

Tam et al. (1986) menyatakan bahwa pada saat menjelang ovulasi akan terjadi

peningkatan diameter oosit karena diisi oleh massa kuning telur yang homogen akibat

adanya peningkatan kadar estrogen dan vitelogenin. Sementara itu, menurut Bagenal

(1969), ukuran telur juga berperan dalam kelangsungan hidup ikan. Benih ikan brown

trout yang berasal dari telur yang berukuran besar mempunyai daya hidup yang lebih

tinggi daripada benih ikan yang berasal dari telur yang berukuran kecil. Hal ini terjadi

karena kandungan kuning telur yang berukuran besar lebih banyak sehingga larva yang

dihasilkan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk membuat daya tahan

tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan telur-telur yang berukuran kecil.

Woynarovich dan Horvath (1980) menyatakan bahwa induk yang pantas

dipijahkan adalah induk yang telah melewati fase pembentukan kuning telur (fase

vitellogenesis) dan masuk ke fase dorman. Fase pembentukan kuning telur dimulai

sejak terjadinya penumpukan bahan-bahan kuning telur da!am sel telur dan berakhir

setelah sel telur mencapai ukuran tertentu atau nukleolus tertarik ke tengah nukleus.

Setelah fase pembentukan kuning telur berakhir, sel telur tidak mengalami perubahan

bentuk selama beberapa saat, tahap ini disebut fase istirahat (dorman). Menurut Lam

(1985), apabila rangsangan diberikan pada saat ini, maka akan menyebabkan

terjadinya migrasi inti ke perifer, kemudian inti pecah atau melebur pada saat

pematangan oosit, ovulasi (pecahnya folikel), dan oviposisi. Menurut Suyanto (1986),

bilamana kondisi lingkungan tidak cocok dan rangsangan tidak tersedia maka telur

dorman tersebut akan mengalami degenerasi (rusak) lalu diserap kembali oleh lapisan

folikel melalui atresia. Faktor-faktor eksternal lain yang menyebabkan terjadinya atresia

adalah ketersediaan pakan (Bagenal 1978), sedangkan faktor internal adalah umur telur.

Page 4: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

10

Ukuran sel telur ada hubungannya dengan fekunditas. Makin banyak telur yang

dipijahkan ukuran telurnya makin kecil, misalnya ikan cod (diameternya 1-1,7mm)

produksinya 10 juta telur. Salmon Atlantik yang memiliki diameter telur 5-6 mm,

produksi telurnya 2.000-3.000 butir (Blaxter 1969), sedangkan untuk ikan belut dengan

diameter telur 1–1,5 mm produksinya 2.200–5.400 telur (Sidthimunka 1972).

Vitelogenesis

Sintesis vitelogenin (prekursor kuning telur) di dalam hati disebut vitelogenesis.

Vitelogenin diangkut dalam darah menuju oosit, lalu diserap secara selektif dan

disimpan sebagai kuning telur. Vitelogenin ini berupa glikofosfoprotein yang

mengandung kira-kira 20% lemak, terutama fosfolipid, trigliserida, lipoprotein, dan

kolesterol. Berat molekul vitelogenin untuk beberapa jenis ikan diketahui antara 140-

220 kDa (Tyler 1991; Komatsu dan Hayashi 1997).

Proses oogenesis pada teleost terdiri atas dua fase, yaitu pertumbuhan oosit

(vitelogenesis) dan pematangan oosit. Vitelogenesis merupakan aspek penting dalam

pertumbuhan oosit yang meliputi rangkaian proses (1) adanya sirkulasi estrogen

(estradiol-17β) dalam darah menggertak hati untuk mensintesis dan mensekresikan

vitelogenin yang merupakan prekursor protein kuning telur; (2) vitelogenin diedarkan

menuju lapisan permukaan oosit yang sedang tumbuh; (3) secara selektif, vitelogenin

akan ditangkap oleh reseptor dalam endositosis, dan (4) terjadi translokasi sitoplasma

membentuk badan kuning telur bersamaan dengan pembelahan proteolitik dari

vitelogenin menjadi subunit lipoprotein kuning telur, lipovitelin, dan fosvitin. Adanya

vitelogenin menunjukkan terjadinya akumulasi lipoprotein kuning telur di dalam oosit.

Pada beberapa jenis ikan selama pertumbuhan oosit terjadi peningkatan Indeks Somatik

Gonad (IGS) 1 sampai 20% atau lebih.

Pada ikan betina, ovari berespons terhadap peningkatan konsentrasi gonadotropin

dengan meningkatkan secara tidak langsung produksi estrogen, yakni estradiol-17β

(E2). Estradiol-17β beredar menuju hati, memasuki jaringan dengan cara difusi dan

secara spesifik merangsang sintesis vitelogenin (Ng dan Idler 1983). Aktivitas

vitelogenesis ini menyebabkan nilai indeks hepatosomatik (IHS) dan indeks

gonadosomatik (IGS) ikan meningkat (Cerda et al. 1996).

Page 5: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

11

Pembesaran oosit disebabkan terutama oleh penimbunan kuning telur. Seperti

pada kebanyakan ikan, kuning telur merupakan komponen penting oosit ikan Teleostei.

Ada tiga tipe material kuning telur pada ikan Teleostei: butiran kecil minyak,

gelembung kuning telur (yolk vesicle) dan butiran kuning telur (yolk globule). Secara

umum, butiran kecil minyak yang kita kenal dengan lipid yang berantai panjang (asam

lemak tidak jenuh) pertama kali muncul di daerah perinuklear dan kemudian berpindah

ke periferi (tepi sel) pada tahap selanjutnya. Urutan kemunculan material kuning telur

bervariasi antarspesies. Pada rainbow trout, butiran kecil muncul segera setelah

dimulainya pembentukan gelembung kuning telur (Yamamoto et al. 1965 dalam

Nagahama 1983).

Fenomena penimbunan material kuning telur oleh oosit ikan dibagi menjadi dua

fase, yakni sintesis kuning telur di dalam oosit atau vitelogenesis endogen dan

penimbunan prekursor (bahan pembentuk) kuning telur yang disintesis di luar oosit

atau vitelogenesis eksogen (Matty 1985). Gelembung kuning telur positif-PAS

(mukopolisakarida atau glikoprotein) umumnya merupakan struktur yang pertama

muncul dalam sitoplasma oosit selama pertumbuhan sekunder oosit, dan pertama kali

muncul di zona terluar dan zona midkortikal pada oosit.

Ketika vitelogenesis berlangsung, sebagian besar sitoplasma telur matang

ditempati oleh banyak gelembung kuning telur yang padat dengan asam lemak dan

dikelilingi oleh selapis membran pembatas. Selama tahap akhir vitelogenesis, globula

kuning telur beberapa ikan Teleostei bergabung satu sama lain membentuk masa

tunggal kuning telur.

Perkembangan gonad ikan betina terdiri atas beberapa tingkat yang dapat

didasarkan atas pengamatan secara mikroskopis dan makroskopis. Secara mikroskopis

perkembangan telur diamati untuk menilai perkembangan ovarium antara lain tebal

dinding indung telur, keadaan pembuluh darah, inti butiran minyak, dan kuning telur.

Secara makroskopis perkembangan ovarium ditentukan dengan mengamati warna

indung telur, ukuran butiran telur, dan volume rongga perut ikan.

Pada ovarium ikan terdapat bakal sel telur yang dilindungi suatu jaringan

pengikat yang bagian luarnya dilapisi peritoneum dan bagian dalamnya dilapisi

epitelium. Sebagian dari sel-sel epitelium akan membesar dan berisi nukleus, yang

kemudian butiran ini kelak akan menjadi telur. Selama perkembangannya, ukuran oosit

Page 6: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

12

akan bervariasi. Pada tahap perkembangan awal, oogonia terlihat masih sangat kecil,

berbentuk bulat dengan inti sel yang sangat besar dibandingkan dengan sitoplasmanya.

Oogonia terlihat berkelompok tapi kadang-kadang ada juga yang berbentuk tunggal.

Sementara itu oogonia terus membelah diri dengan cara mitosis. Pada ikan yang

mempunyai siklus reproduksi tahunan atau tengah tahunan akan terlihat adanya

puncak-puncak pembelahan oogonia. Pada ikan yang memijah sepanjang tahun,

perbanyakan oogonia akan terus menerus sepanjang tahun.

Transformasi oogonia menjadi oosit primer banyak terjadi pada tahap

pertumbuhan yang ditandai dengan munculnya kromosom. Segera setelah itu, folikel

berubah bentuk, dari semula yang berbentuk skuamosa menjadi berbentuk kapsul oosit.

Inti sel terletak pada bagian sentral dibungkus oleh lapisan sitoplasma yang tipis. Pada

perkembangan selanjutnya, oosit membentuk lapisan korion, membran, granulosa,

membran, dan teka. Juga butir-butir lemak mulai terlihat ditumpuk pada sitoplasma

dan bersamaan dengan itu muncul cortical alveoli. Pada saat ini, ketersediaan vitamin

C mutlak diperlukan karena dengan peningkatan kadar asam lemak, kebutuhan vitamin

C semakin meningkat pula. Vitamin C dapat mencegah terjadinya oksidasi pada unit-

unit asam lemak, terutama asam lemak tidak jenuh (Machlin 1990). Butir-butir lemak

ini selanjutnya akan bertambah besar pada vitelogenesis yang diawali dengan

pembentukan vakuola-vakuola yang kemudian diikuti dengan munculnya globula

kuning telur, bersamaan dengan itu oosit membengkak secara menyolok. Kuning telur

pada ikan terdiri atas fosfoprotein dan lipoprotein yang dihasilkan oleh hati kemudian

disalurkan ke dalam peredaran darah.

Peranan Vitamin C pada Reproduksi Ikan

Vitamin C adalah nutrien yang dibutuhkan untuk proses fisiologi hewan, termasuk ikan (Tolbert 1979 dalam Al Amoudi et al. 1992). Sebagai vitamin yang larut dalam air, vitamin C disintesis dari asam glukuronat oleh beberapa hewan, namun ikan tidak dapat mensintesisnya walaupun sel-selnya membutuhkan (Masumoto et al. 1991). Oleh sebab itu, vitamin C harus tersedia dalam pakan (Faster dalam Sandnes 1991). Ketidakmampuan ikan mensintesis vitamin C disebabkan oleh tidak adanya enzim L--gulunolakton oksidase yang berperan dalam konversi L-gulunolakton ke bentuk 2-keto-L-gulunolakton sebagai tahapan akhir dalam sintesis vitamin C (Dabrowski 1991).

Page 7: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

13

Variasi kadar vitamin C ovarium pada saat siklus reproduksi dari berbagai spesies ikan telah dicatat oleh beberapa peneliti sehingga menimbulkan spekulasi kemungkinan pentingnya senyawa ini saat ovarium berkembang. Kadar vitamin C ikan karper Krusian (Carassius carassius) saat siklus reproduksi berkisar dari 92 sampai 203 ug/g (Saeymour 1981), ikan cod Atlantik (Gadus morrhua) berkisar dari 80 sampai 203 ug/g (Sandnes dan Braekkan 1981), dan karper India dari 225 sampai 286 ug/g) (Agrawal dan Mahajan 1980). Cho et al. (1979) mendapatkan bahwa kadar vitamin C ovarium ikan trout (Oncorhynchus mykiss) mencapai maksimum pada 451 ug/g bobot basah pada saat akan ovulasi. Dengan memperhatikan indeks gonad somatik, Sandnes dan Braekkan (1981) mencatat bahwa akumulasi vitamin C tertinggi menjelang GSI mencapai maksimum, kemudian menurun saat terjadi ovulasi. Pengamatan pada ikan kod Atlantik memperlihatkan bahwa kandungan vitamin C pada stadia awal pertumbuhan ovarium adalah 150 ug/g dan tertinggi mencapai 500 ug/g (Sandnes 1984). Menurut Ishibashi et al. (1994), perubahan vitamin C ovarium selama periode pematangan berkaitan dengan peningkatan ukuran oosit karena akumulasi material kuning telur. Agrawal dan Mahajan (1980) mencatat bahwa kandungan vitamin C darah ikan karper India yang ditangkap di alam mencapai titik terendah saat musim pemijahan, yaitu 17,95-19,65 ug/ml, dan saat pertumbuhan ovarium kadar vitamin C mencapai kisaran 20,39-25,95 ug/ml. Disimpulkan pula bahwa ada mobilisasi vitamin C yang diperoleh dari pakan alami ke ovarium saat siklus reproduksi.

Soliman et al. (1986) menyatakan bahwa tingginya kandungan vitamin C saat ovarium berkembang berkaitan dengan fungsinya sebagai kofaktor enzim prolil dan lisil hidroksilase yang mengkatalis hidroksilasi prolin dan lisin, dan esensial untuk perkembangan normal jaringan kolagen yang banyak terdapat dalam ovarium. Kolagen merupakan penyusun utama dinding dalam kantung ovarium (Sandnes et al. 1984). Waagbo et al. (1989) telah mengamati adanya akumulasi vitamin C di jaringan kolagen yang mengitari sel telur sehingga disimpulkan bahwa pada saat gonad berkembang vitamin C digunakan untuk sintesis kolagen. Pendapat lain dikemukakan oleh Sandnes (1984) bahwa peningkatan kadar vitamin C dalam siklus reproduksi berhubungan dengan proses vitelogenesis. Proses ini dikontrol oleh hormon estrogen yang mampu menstimulasi hati untuk mensintesis protein spesifik, yang kemudian diakumulasikan pada oosit bersama senyawa lipida. Vitamin C pada ovarium berperan dalam reaksi hidroksilasi sintesis hormon steroid reproduksi.

Page 8: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

14

Penelitian Alava et al. (1993) memperlihatkan bahwa pemberian askorbil-2-fosfat magnesium, suatu bentuk turunan vitamin C, dalam ransum dapat menstimulasi perkembangan gonad induk udang Penaeus japonicus betina. Percobaannya dengan menggunakan pakan yang disuplementasi askorbil-monofosfat magnesium masing-masing 500, 1000, dan 1500 mg/kg. Setelah pemeliharaan 170 hari, nilai IGS induk betina mencapai 2.40, 2.51, dan 1.81%, sedangkan nilai IGS induk jantan adalah 0.76, 0.87, dan 0.91%. Untuk kontrol tidak diperoleh data karena induk mati sebelum berakhimya percobaan. Penelitian Ishibasi et al. (1994) terhadap ikan Japanese parrot (Oplegnathus fasciatus) memperlihatkan peningkatan indeks gonad somatik dengan peningkatan dosis vitamin C yang diberikan. Ikan yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C 0, 300, 1000, dan 3000 mg/kg memperlihatkan nilai IGS masing-masing 0.5, 0.9, 1.4, dan 2.2 % untuk induk betina, dan 0.4, 0.6, 0.5, dan 0.8 untuk induk jantan. Pengamatan secara mikrokospis terhadap ovarium juga memperlihatkan persentase induk yang mencapai aktivitas vitelogenesis meningkat dengan peningkatan dosis vitamin C. Induk yang menerima pakan tanpa suplementasi vitamin C tidak menunjukkan adanya oosit pada fase vitelogenesis, sedangkan dengan perlakuan suplementasi vitamin C 300, 1000, dan 3000 mg/kg pakan, jumlah induk yang ovarinya mencapai stadium vitelogenesis hingga matang adalah 20, 40, dan 80%. Soliman et al. (1986) mengamati pengaruh asam askorbat pada penampilan reproduksi ikan Oreochromis mossambicus melaporkan bahwa ikan yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C biasa 1250 mg/kg memperlihatkan gejala siap mijah lebih cepat dua minggu dibandingkan induk yang menerima pakan tanpa suplementasi vitamin C.

Percobaan Priyono et al. (1996) mencatat bahwa ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) yang menerima pakan dengan suplementasi askorbil-2-fosfat magnesium 1500 mg/kg pakan menunjukkan frekuensi bertelur lebih tinggi dibandingkan dengan induk yang menerima pakan dengan suplementasi 1000 mg/kg pakan, dan tidak ditemukan induk yang memijah pada kontrol. Vitamin C ovarium induk yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C lebih tinggi dibandingkan dengan induk yang menerima pakan tanpa suplementasi vitamin C, namun kadar vitamin C ovarium dapat mencapai kadar tertentu (Ishibashi et al. 1994). Percobaannya memperlihatkan bahwa kandungan vitamin C ovarium induk yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C masing-masing 0, 300, 1000, dan 3000 mg/kg pakan mencapai 70.6, 657.1, 898.4, dan 866.2 ug/g bobot basah. Soliman et al. (1986) mengemukakan bahwa

Page 9: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

15

vitamin C dalam ransum yang diterima oleh induk dapat ditransfer ke telur, dan disiapkan untuk perkembangan embrio. Pengamatannya pada telur ikan Oreochromis mossambicus dimana induk yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C 1250 mg/kg pakan mengandung vitamin C 201.83 ug/g dan daya tetas telur mencapai 89.33%, sedangkan kandungan vitamin C telur dari induk yang menerima pakan tanpa vitamin C tidak terdeteksi dan mempunyai daya tetas 56.90%, dan 85% pascalarva yang dihasilkan mengalami gangguan pertumbuhan tulang belakang. Percobaan Akiyama et al. (1990) pada ikan sardin (Sardinops sagaxmelanosticia) menunjukkan bahwa tidak ditemui telur yang menetas dari induk yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C 80 mg/kg pakan, sedangkan induk yang menerima pakan dengan suplementasi vitamin C lebih tinggi, yaitu 3200 mg/kg pakan menghasilkan daya tetas telur lebih baik. Vitamin C yang ditransfer dari induk ke material telur berperan dalam mendukung perkembangan embrio (Sandnes 1991). Menurut Sandnes et al. (1984) kandungan vitamin C telur 20 ug/g merupakan batas terendah untuk perkembangan normal embrio ikan trout.

Peranan Estradiol-17β pada Reproduksi Ikan

Proses vitelogenesis pada ikan melibatkan beberapa hormon, dan pada ikan ada

dua macam hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh adenohipofisis yang berperan

sebagai follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Hormon

tersebut adalah FSH (GTH I), yang bekerja merangsang perkembangan folikel melalui

sekresi estradiol-17β pada ovari dan LH (GTH II) yang dibutuhkan untuk proses

pematangan akhir oosit (Nagahama 1983). Gonadotropin yang dihasilkan akan bekerja

pada sel teka sebagai tempat sintesis testosteron. Testosteron yang dihasilkan oleh

lapisan sel teka akan masuk ke dalam lapisan granulosa. Di dalam lapisan granulosa

testosteron diubah menjadi estradiol-17β dengan bantuan enzim aromatase.

Estradiol-17β merupakan perangsang dalam biosintesis vitelogenin di hati. Di

samping itu, estradiol-17β yang terdapat dalam darah memberikan rangsangan balik

terhadap hipofisis dan hipotalamus ikan. Rangsangan yang diberikan oleh estradiol-17β

terhadap hipofisis ikan adalah rangsangan dalam proses pembentukan gonadotropin.

Rangsangan terhadap hipotalamus adalah dalam memacu proses GnRH. GnRH yang

dihasilkan ini bekerja untuk merangsang hipofisis melepaskan gonadotropin yang

Page 10: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

16

nantinya berperan dalam proses biosintesis estradiol-17β pada lapisan granulosa. Siklus

hormonal terus berjalan di dalam tubuh ikan selama terjadinya proses vitelogenesis

(Nagahama 1983 dan Yaron 1995). Menurut Aida et al. (1991) proses vitellogenesis

pada ikan terjadi seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses vitelogenesis pada ikan (Aida et al. 1991)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi estradiol-

17β akan meningkatkan konsentrasi vitelogenin darah dan konsentrasi estradiol-

17β tinggi pada saat vitelogenesis pada European sea bass (Dicebtrachus labrax)

(Hassin et al. 1991); salmon (Salmo gairdneri) (Van Bohemen et al. 1981); mas

koki (Pankhurst et al. 1986); jambal siam (Pangasius hypophthalmus) (Indriastuti

2000 dan Monijung 2002). Penelitian untuk melihat hubungan tersebut telah

dilakukan pada ikan trout, Salmo trutta dan rainbouw trout Salmo gairdneri

(Hjartarson et al. 1991), Striped bass Morone sexatilis (Sullivan et al. 1991), dan

Clarias macrocepalus (Tan-Fermin et al. 1997). Sintesis vitelogenin di hati sangat

dipengaruhi oleh estradiol-17β yang merupakan stimulator dalam biosintesis

vitelogenin. Selain itu, sintesis tersebut dipengaruhi juga oleh androgen yang ada

Umpan balik Lonjakan

Page 11: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

17

dalam tubuh ikan (testosteron) dan melalui perubahan androgen menjadi estrogen

oleh enzim aromatase hati (Yaron 1995). Dengan demikian, peningkatan GtH

dapat meningkatkan estradiol, dan pola kandungan estradiol seiring dengan

perkembangan telur (Yaron 1995; Tan-Fermin et al. 1997).

Kualitas Telur Ikan

Kualitas telur adalah kemampuan telur untuk menghasilkan larva yang berdaya

hidup. Kemampuan telur untuk menghasilkan larva yang berdaya hidup dapat

ditentukan dengan beberapa faktor antara lain faktor fisik, kimia, genetik, dan fisiologi

selama terjadi proses awal pada telur. Jika salah satu faktor essensial ini tidak ada,

perkembangan telur akan gagal dalam beberapa stadia. Telur merupakan hasil akhir

dari proses gametogenesis setelah oosit mengalami fase pertumbuhan yang panjang

yang sangat bergantung pada gonadotropin dari pituitari. Perkembangan diameter telur

pada oosit teleostei umumnya karena akumulasi kuning telur.

Ada tiga macam material kuning telur yang berbeda, yaitu 1) oil droplet (butir

minyak), 2) yolk vesicle (vesikula kuning telur), dan 3) yolk globule (bola kecil kuning

telur). Dalam vitelogenesis yang sedang berkembang, sitoplasma telur yang matang

ruangannya diisi oleh bola-bola kecil kuning telur saling bersatu dengan yang lainnya

membentuk menjadi massa kuning telur.

Pembuahan atau fertilisasi adalah proses bergabungnya inti sperma dengan inti

sel telur dalam sitoplasma sehingga membentuk zigot, dimana asosiasi ini merupakan

mata rantai awal dan sangat penting pada proses fertilisasi. Laju pembuahan sering

digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi kualitas telur.

Fertilisasi dan proses aktivasi pada telur ikan menjadi penting untuk beberapa

perkembangan embrio. Selama fertilisasi dan aktivasi, pada telur-telur ikan teleost

terjadi reaksi kortikal. Alveoli kortikal melebur dan melepaskan kandungannya

(koloids) dari lapisan kortikal, dan selanjutnya memulai pembentukan ruang perivitelin

(Yamamoto 1961 dalam Kjorsvik et al. 1990). Kortikal alveoli muncul setelah

terjadinya fertilisasi dan reaksi kortikal yang tidak lengkap menunjukkan kualitas telur

yang jelek. Tidak lengkapnya proses aktivasi ini menyebabkan ruang perivitelin

sempit sehingga diameter telur tidak berkembang (Kjorsvik et al. 1984). Pengerasan

Page 12: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

18

korion telur selama proses aktivasi akibat dari reaksi enzim. Telur yang kualitasnya

bagus memiliki korion yang keras.

Selain hal-hal di atas parameter lain yang dapat juga menjadi patokan kualitas

telur adalah transparansi telur dan distribusi butiran lemak (Mc Evoy 1984). Kualitas

telur yang baik umumnya transparan dan jelas kelihatan serta pembelahan awal yang

simetris.

Selama oogenesis, kuning telur mengakumulasi sejumlah besar granula kuning

telur dan lipid yang terisi pada bagian tengah. Kisaran diameter granula telah diukur

antara 6-24 µm (Linhart et al. 1995). Jumlah dan distribusi lemak (butir lemak) sangat

bervariasi. Ukuran diameternya antara 1-1.5µm, dan diketahui bahwa butir lemak

berfungsi sebagai cadangan energi dan fungsi hidrostatik. Distribusi butir-butir lemak

ini juga menjadi parameter kualitas telur.

Ukuran telur berkorelasi dengan ukuran larva. Larva yang besar lebih tahan tanpa

pakan dibandingkan dengan larva yang kecil yang ditetaskan dari telur yang kecil.

Hubungan positif antara ukuran larva dan ukuran telur telah dilaporkan untuk Salmon

salar, Onchorhynchus mykiss (Kamler 1992), dan turbot (Scopththalmus maximus L)

(Kjorsvik et al. 2003).

Beberapa peneliti menunjukkan bahwa telur yang berukuran besar menghasilkan

kelangsungan hidup yang lebih tinggi. Kamler (1992) mengajukan sebuah persamaan

kelangsungan hidup untuk ikan pelagis laut, laju mortalitas telur dan larva berbanding

terbalik dengan ukuran telur. Bila tidak ada makanan eksternal, larva yang lebih besar

yang berasal dari telur yang besar dapat bertahan hidup lebih lama dibanding larva yang

berasal dari telur yang kecil.

Pada kondisi yang baik seperti di pembenihan, ukuran telur tidak memberikan

dampak secara langsung pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan pada ikan

Rainbow trout (Salmo gairdneri: Pitman 1979; Springate dan Bromage 1985), Salmo

salar (Thorpe et al. 1984), catfish Clarias macrocepalus. (Reagen dan Conley 1977),

dan carp (Kirpchnikov 1966 dalam Kjorsvik et al. 1990).

Telur harus mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh embrio yang

sedang berkembang dan larva setelah telur dibuahi sampai pada saat ikan dapat

memenuhi keperluannya untuk mengawali konsumsi makanan dari luar. Komposisi

biokimia telur yang sehat menggambarkan kebutuhan embrio terhadap nutrisi dan

Page 13: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

19

pertumbuhan. Komponen yang diketahui esensial untuk kehidupan organisme

(terutama untuk organisme yang tidak dapat mensintesis nutrien), seperti vitamin C

harus ada dalam pakan dalam jumlah tertentu untuk kebutuhan biologi organisme

tersebut. Oleh karena itu, parameter biokimia kualitas telur dapat digunakan untuk

mengevaluasi kandungan biokimia telur bahkan sebelum fertilisasi.

Materi yang diperlukan selama perkembangan dapat dibagi dua, yaitu 1)

diperlukan secara langsung untuk sintesis jaringan embrionik dan 2) digunakan untuk

energi metabolisme. Jumlah nutrien yang diperlukan jelas bervariasi bergantung pada

beberapa faktor, antara lain waktu inkubasi, ukuran ikan pada waktu menetas, dan

lamanya anak-anak ikan memerlukan persediaan makanan endogen sebelum

menemukan semua keperluan dari sumber lain. Kandungan protein lipid dan

karbohidrat berkorelasi positif dengan kelangsungan hidup larva (Kamler 1992)

Kerangka Teoretis

Secara alami proses vitellogenesis memerlukan interaksi antara faktor eksternal

dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi vitelogenesis antara lain

temperatur, curah hujan, debit air, feromon, dan pakan. Pakan merupakan komponen

penting dalam proses pematangan gonad karena proses vitelogenesis pada dasarnya

adalah proses akumulasi nutrien dalam sel telur sehingga ketersediaan nutrien pada sel

telur akan menentukan kualitas telur dan pada akhirnya juga pada perkembangan larva.

Di pihak lain, faktor internal yang terpenting adalah tersedianya hormon-hormon

steroid gonad terutama estradiol-17β pada tingkat yang dapat merangsang

vitelogenesis.

Proses perkembangan gonad ikan dimulai dengan adanya respons dari

hipotalamus terhadap sinyal lingkungan, kemudian merangsang pituitari untuk

menghasilkan gonadotropin yang nantinya akan mempengaruhi sintesis testosteron

yang diaromatasi menjadi estradiol-17β. Estradiol-17β merupakan perangsang

biosintesis vitelogenin di hati, dan dapat memberikan umpan balik terhadap hipofisis

serta hipotalamus ikan untuk menghasilkan gonadotropin. Sintesis vitelogenin ini

distimulir oleh estradiol-17β yang masuk ke dalam sistem vaskuler dan merangsang

hati untuk mensintesis dan mensekresi vitelogenin. Selanjutnya vitelogenin ini dilepas

ke dalam darah dan kemudian secara selektif diserap oleh oosit yang kemudian

Page 14: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

20

ditimbun sebagai komponen kuning telur. Peningkatan konsentrasi estradiol-17β akan

meningkatkan konsentrasi vitelogenin darah. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi

estradiol-17β dalam tubuh ikan sejalan dengan perubahan konsentrasi vitelogenin

darah.

Vitamin C mempunyai peranan dalam proses vitelogenesis dan embriogenesis.

Hal ini terjadi karena vitamin C mempunyai peranan penting dalam reaksi hidroksilasi

biosintesis hormon steroid, metabolisme lemak, dan sintesis kolagen (Masumoto et al.

1991; Linder 1992: Piliang 1995).

Vitamin C memainkan peranan penting dalam reaksi hidroksilasi biosintesis

hormon steroid yang diperlukan bagi berlangsungnya proses tersebut. Selain itu,

vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan. Pada proses embriogenesis, vitamin C

berperan dalam metabolisme lemak, yaitu dalam reaksi biosintesis karnitin, yang

berfungsi mentransfer asam lemak rantai panjang dari sitosol ke mitokondria untuk

dikonversi menjadi energi melalui proses β-oksidasi. Dengan demikian, kebutuhan

energi selama proses tersebut berlangsung dapat dipasok dalam jumlah yang cukup

sesuai kebutuhan. Sumber energi dan nutrien esensial bagi perkembangan larva ikan

ketika telur menetas bergantung pada materi bawaan yang telah dipersiapkan oleh

induk.

Vitamin C mempunyai fungsi sebagai kofaktor enzim prolil dan lisil hidroksilase

yang mengkatalis hidroksilasi prolin dan lisin, dan esensial untuk perkembangan

normal jaringan kolagen yang banyak terdapat pada ovarium. Kolagen merupakan

penyusun utama dinding dalam kantong ovarium. Hal inilah yang menyebabkan

adanya fluktuasi kandungan vitamin C ovarium selama berlangsungnya siklus

reproduksi. Selain itu, kolagen dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan larva,

karena kolagen merupakan komponen utama pada kulit dan jaringan ikat serta zat-zat

pembentuk tulang dan gigi.

Defisiensi vitamin C pada ikan dapat disebabkan kurang tersedianya

senyawa ini dalam pakan yang diberikan karena mudah larut dalam air dan

hilang selama proses pembuatan pakan. Di samping itu, ikan tidak mampu

mensintesis vitamin C, walaupun sel-selnya membutuhkan vitamin C. Dari

hasil percobaan Azwar (1977) diketahui bahwa ascorbyl phosphate magnesium

memiliki ketersediaan biologi yang tinggi terhadap ikan nila dan tahan terhadap

Page 15: Kajian penampilan reproduksi ikan lele (Clarias gariepinus) betina ...

21

oksidasi sehingga bioaktivitasnya sebagai sumber vitamin C dalam pakan tetap

tinggi setelah melalui proses pembuatan pakan.