Top Banner
KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
96

KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Mar 12, 2019

Download

Documents

trantram
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR

DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI MUTIA FANI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Page 2: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

RINGKASAN

MUTIA FANI. D14051402. 2010. Kajian Kualitas dan Keamanan Telur Ayam Konsumsi pada Peternakan Ayam Petelur dengan Kepemilikan yang Berbeda di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, STP., MSi Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA

Telur ayam merupakan bahan makanan yang mengandung gizi yang baik untuk tubuh manusia. Telur ayam dalam pemasarannya menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah cemaran mikroba. Peran mikroorganisme dalam telur cukup penting karena akan menyebabkan perubahan yang tidak menguntungkan misalnya kerusakan fisik telur, bernoda dan adanya bau yang kurang sedap serta dapat menjadi penyebab penyakit. Penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi di peternakan ayam petelur sangat menentukan keamanan dan kesehatan telur yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas dan keamanan telur ayam konsumsi berdasarkan pada kualitas fisik dan karakteristik mikrobiologi, yaitu Total Plate Count (TPC), Salmonella sp., Coliform dan Escherichia coli pada peternakan ayam petelur dengan kepemilikan yang berbeda di Kabupaten Bogor.

Materi yang digunakan pada penelitian adalah telur ayam segar konsumsi yang diperoleh dari sepuluh peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok I adalah telur-telur yang berasal dari lima peternakan dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan kelompok II dengan kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan dengan dua taraf dan lima ulangan. Peubah yang diamati adalah kualitas fisik telur (bobot telur, HU, ketebalan kerabang dan pH) dan kualitas mikrobiologi (TPC, Salmonella sp., Coliform dan Escherichia coli). Analisa data tentang kualitas fisik telur menggunakan uji ragam dengan sidik ragam pada α= 0,05. Data sifat mikrobiologi dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ayam petelur tidak mempengaruhi kualitas fisik telur ayam (bobot telur, nilai pH, HU dan ketebalan kerabang). Kualitas mikrobiologi telur di Kabupaten Bogor belum memenuhi keamanan pangan sesuai yang disyaratkan SNI 01-6366-2000. Biosekuriti, higien dan sanitasi belum dilakukan oleh kelompok kepemilikan 10.000-50.000 ekor dengan baik, sedangkan kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi dengan baik. Peternakan dengan populasi ayam yang lebih besar (>50.000 ekor) cenderung melaksanakan aturan biosekuriti, higien dan sanitasi dengan lebih ketat dibandingkan peternakan yang lebih kecil (10.000-50.000 ekor).

Kata-kata kunci: kualitas fisik telur ayam, keamanan telur ayam, biosekuriti peternakan ayam

Page 3: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

ABSTRACT

Egg Quality and Safety Analysis in Layer Industry with Various Ownership in Bogor

Fani, M., Z. Wulandari and R. R. A. Maheswari

Egg is a food containing good nutrition for human body. Egg has various problems, one of them is microbial contamination on marketing. Microorganism played an important role because it has ability to cause negative changing such as egg damage, got nodes and bad smell, in the worst case, it may cause diseases. Biosecurity implementation, hygiene and sanitation in layer industry determines health and safety for producing eggs. This research objective was to know microbiological number (Total Plate Count, Salmonella sp., Coliform and Escherichia coli) and egg quality in layer industries in Bogor. Fresh eggs as raw material were taken from 10 layer industry in Bogor. Egg sample classified into two groups based on chicken population number in layer industry, they were 10.000-50.000 group and more than 50.000 group. Completely randomized design was used in this research with different chicken population number with various owner as treatments using five times sampling of each treatments. Egg physical quality (egg weight, HU value, pH and thickness of shield) were analyzed by ANOVA. Microbiological quality of egg were determined descriptively. The whole egg liquid samples examined for microbial content such as Total Plate Count, Salmonella sp., Coliform and Escherichia coli. The result showed that physical quality had no influence by various ownership in layer industry. Egg microbiological quality not thoroughly as according rules of microbe stated in SNI 01-6366-2000 yet. Execution of biosecurity, hygiene and sanitation had not been being implemented by 10.000-50.000 population group yet, otherwise more than 50.000 population group had already been implementing biosecurity well.

Keywords: egg quality, egg safety, biosecurity in layer industry

Page 4: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR

DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR

MUTIA FANI

D14051402

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Page 5: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Judul Skripsi : Kajian Kualitas dan Keamanan Telur Konsumsi pada Peternakan Ayam Petelur dengan Kepemilikan yang Berbeda di Kabupaten Bogor

Nama : Mutia Fani

NIM : D14051402

Menyetujui:

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB

Prof.Dr.Ir.Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal ujian: 15 Januari 2010 Tanggal lulus:

Pembimbing Utama Zakiah Wulandari, S.TP., M. Si. NIP. 19750207 19980 2 2001

Pembimbing Anggota Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA NIP. 19620504 19870 3 2002

Page 6: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1987 di Bogor. Penulis merupakan

anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak R. Teddy Muchtar (Alm.)

dan Ibu Ida Widiarsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN Cibodas,

Sukabumi. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2002 di

SLTP Negeri 1 Cibadak, Sukabumi dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada

tahun 2005 di SMA Negeri 1 Cibadak, Sukabumi.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB USMI pada tahun 2005. Penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor

Teknologi Peternakan di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Selama mengikuti

pendidikan, penulis aktif di Ikatan Alumni Mahasiswa Sukabumi Ikamasi,

Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak Himaproter dan Famm Al-An’am Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada

mata kuliah Teknologi Pengolahan Telur dan Daging Unggas. Penulis merupakan

salah satu penerima beasiswa SPP plus-plus pada tahun 2007 dan beasiswa Bantuan

Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2009.

Page 7: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI
Page 8: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat, karunia, rizki dan nikmat iman dan Islam yang telah

diberikan sehingga penulis memperoleh kemudahan dalam menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kajian Kualitas dan Keamanan Telur

Ayam Konsumsi pada Peternakan Ayam Petelur dengan Kepemilikan yang

Berbeda di Kabupaten Bogor”. Shalawat dan salam semoga selalu kita curahkan

kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini

juga bertujuan untuk memberikan satu sumbangan untuk kemajuan di dunia

peternakan, khususnya mikrobiologi keamanan telur konsumsi.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium bagian Teknologi Hasil Ternak dan

bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

pada bulan Juni-Oktober 2009. Sampel telur diambil dari sepuluh peternakan ayam

petelur di Kabupaten Bogor. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kandungan

mikrobiologi dan kualitas telur konsumsi di peternakan ayam petelur dengan

kepemilikan yang berbeda di Kabupaten Bogor sesuai Dewan Standar Nasional

(DSN).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Penulis mengharapkan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi salah satu sumber

ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2010

Penulis

Page 9: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ..................................................................................

ABSTRACT .....................................................................................

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................

DAFTAR TABEL ............................................................................

DAFTAR GAMBAR .......................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................

PENDAHULUAN ............................................................................

Latar Belakang .................................................................... Tujuan ..................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

Telur .................................................................................... Putih Telur ................................................................ Kuning Telur ............................................................

Kualitas Telur ...................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Telur ............. Kerusakan Biologis Telur ...................................................

Before Laying (sebelum Bertelur) ......................... After Laying (setelah Bertelur) ................................

Mikrobiologi Telur................................................................. Good Farming Practices (GFP) .......................................... Biosekuriti pada Peternakan Ayam Petelur ........................

METODE .........................................................................................

Lokasi dan Waktu ............................................................... Materi ..................................................................................

Sampel Telur ............................................................ Bahan Penelitian ....................................................... Alat Penelitian ...........................................................

Peubah yang Diamati ........................................................... Pengamatan Kualitas Fisik Telur .............................. Kualitas Eksterior ..................................................... Kualitas Interior ....................................................... Pengujian Kualitas Mikrobiologi Telur .................... Pengujian Total Plate Count ..................................... Pengujian Escherichia coli ........................................ Pengujian Coliform .................................................... Pengujian Salmonella sp. ...........................................

i

ii

iii

iv

v

vii

viii

ix

1

1 2 3

3 4 4 5 7 7 8 8

10 12 13

14

14 14 14 14 14 14 14 15 15 15 16 16 17 17

Page 10: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Prosedur Pelaksanaan Biosekuriti ......................................... Rancangan Penelitian ............................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

Kualitas Fisik Telur Ayam Konsumsi ................................. Kualitas Mikrobiologi Telur ............................................... Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan....

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

Kesimpulan ......................................................................... Saran ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................

UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................

LAMPIRAN ......................................................................................

18 23

24 24 28 30

41

41 41

42

45

46

Page 11: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Struktur Bagian-bagian Telur. ...................................................... 3 2. Kondisi Kuning Telur .................................................................. 25

Page 12: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Telur Segar.................................................................. 4 2. Persyaratan Tingkatan Mutu Telur ................................................ 6

3. Kelompok Bakteri Patogen ........................................................... 9 4. Batas Cemaran Maksimum Mikroba pada Telur............................ 11

5. Peternakan Ayam Petelur Kelompok I .......................................... 18 6. Peternakan Ayam Petelur Kelompok II ......................................... 19

7. Checklish Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Petelur .......................................................................................... 19

8. Penentuan Peringkat Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Petelur .......................................................................................... 22

9. Rataan dan Simpangan Baku Bobot Telur Ayam ........................... 24 10. Rataan dan Simpangan Baku Ketebalan Kerabang ........................ 26

11. Rataan dan Simpangan Baku Nilai HU ......................................... 27 12. Rataan dan Simpangan Baku Nilai pH .......................................... 28

13. Kualitas Mikrobiologi Telur .......................................................... 29 14. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan

Kelompok I ................................................................................... 31 15. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan

Kelompok II ................................................................................. 32

Page 13: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Ragam Bobot Telur .............................................................. 47 2. Analisis Ragam Nilai HU .................................................................. 47

3. Analisis Ragam Ketebalan Kerabang ................................................. 47 4. Analisis Ragam Nilai pH ................................................................... 47

5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH ....... 48 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan NR ....... 51

7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan AT ....... 55 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan SK ........ 59

9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan NW ...... 62 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan KM ....... 66

11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TT ........ 69 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan SG ........ 73

13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan KG ....... 76 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH ...... 80

Page 14: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

PENDAHULUAN

Latar Belakang Produk peternakan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan protein

hewani. Telur merupakan protein hewani dengan kandungan gizi yang baik dan

konsumsi yang tinggi karena harganya terjangkau oleh konsumen. Telur sebagai

sumber protein hewani harus dijamin keamanan pangannya bagi konsumen sebab

telur merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroba yang dapat menyebabkan

terjadinya keracunan makanan (foodborne diseases) pada konsumen (Fardiaz, 1996).

Kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh produk-produk unggas di Indonesia

belum banyak dilaporkan dan dicatat dengan baik karena gejala yang timbul pada

umumnya bukan merupakan penyakit menular tetapi suatu gejala keracunan.

Penerapan Good Farming Practices (GFP) di peternakan merupakan salah satu

sistem pengendalian keamanan pangan yang efektif untuk mencegah terjadinya

foodborne diseases.

Penerapan GFP pada peternakan akan menentukan kualitas dan keamanan

telur konsumsi. GFP adalah cara beternak yang baik dengan memperhatikan

lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi serta kesejahteraan ternak. GFP

pada peternakan ayam petelur dalam proses produksinya sangat penting untuk

menjamin dihasilkannya telur-telur yang berkualitas, nutrisi tinggi, aman, utuh, halal

dan menyehatkan konsumen (ASUH). Produsen pangan primer seperti peternak pada

umumnya belum sepenuhnya menerapkan GFP dengan baik dan belum menerapkan

teknologi produsen berwawasan lingkungan untuk menjamin keamanan pangan.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah penghasil telur konsumsi

untuk daerah Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi). Penerapan GFP dan

biosekuriti perlu dikaji pada peternakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

kualitas fisik dan mikrobiologi telur konsumsi yang beredar di pasaran, sehingga

dapat diketahui keamanan produk. Skala peternakan ayam petelur dikelompokkan

berdasarkan jumlah kepemilikannya yaitu kurang dari 10.000 ekor ayam petelur

sebagai peternakan tradisional dan lebih dari 10.000 ekor ayam petelur sebagai

peternakan industri. Peternakan ayam petelur yang telah memiliki izin dinas

peternakan Kabupaen Bogor menurut data yang diperoleh mempunyai jumlah

kepemilikan antara 10.000 sampai 100.000 ekor ayam petelur, sehingga pada

Page 15: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

penelitian ini peternakan dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu pada skala

kepemilikan 10.000-50.000 dan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur.

Keamanan dan kualitas telur yang dihasilkan dari peternakan ayam petelur di

Kabupaten Bogor tersebut perlu dipelajari kesesuaiannya dengan persyaratan yang

telah ditentukan didalam SNI 01-6366-2000. Pengujian kualitas fisik dan

karakteristik mikrobiologi pada telur di peternakan ayam petelur di wilayah

Kabupaten Bogor penting dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan telur.

Kualitas fisik yang diteliti adalah bobot telur, keadaan putih dan kuning telur, nilai

Haugh Unit (HU), pH dan ketebalan kerabang. Karakteristik mikrobiologi yang

diteliti adalah Total Plate Count (TPC), Salmonella sp., Coliform dan Escherichia

coli pada telur segar.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas dan keamanan telur ayam

konsumsi dengan mengkaji kualitas fisik (bobot telur, nilai pH, HU dan ketebalan

kerabang) dan karakteristik mikrobiologi yaitu TPC, Salmonella sp., Coliform dan

Escherichia coli pada peternakan ayam petelur dengan kepemilikan yang berbeda di

Kabupaten Bogor.

Page 16: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

TINJAUAN PUSTAKA

Telur

Telur ayam segar konsumsi menurut Dewan Standardisasi Nasional (1995)

dalam SNI 01-3926-1995 adalah telur ayam yang tidak mengalami proses

pendinginan dan tidak mengalami penanganan pengawetan serta tidak menunjukkan

tanda-tanda pertumbuhan embrio yang jelas, kuning telur belum tercampur dengan

putih telur, utuh dan bersih. Telur tersusun atas tiga bagian utama yaitu kerabang

dengan membran kerabang, putih telur dan kuning telur. Struktur bagian-bagian telur

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Bagian-Bagian Telur Sumber: Mine, 2008

Kuning telur dikelilingi oleh putih telur dan dibungkus oleh kerabang (United

States Department of Agriculture, 2000). Komposisi telur mempengaruhi jenis

mikroorganisme yang tumbuh. Telur terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai

komposisi berbeda sehingga jumlah dan jenis mikroorganisme yang tumbuh pada

masing-masing bagian tersebut juga berbeda-beda (Fardiaz, 1992). Komposisi dan

keadaan telur dapat dilihat pada Tabel 1.

Kuning Telur Bintik punat (germinal) Leher latebra Lapisan kuning telur cerah Lapisan kuning telur gelap Membran vitelin

Membran Sel Kantung udara Membran luar telur Membran dalam telur

Sel Kutikula

Lapisan bunga karang (CaCO3) Lapisan mammilari

Putih Telur Lapisan encer luar

Lapisan kental Lapisan encer dalam

Lapisan khalaza Khalaza

Page 17: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Tabel 1. Komposisi Telur Segar

Komponen Telur Komposisi

Kadar Air Protein Lemak Karbohidrat Mineral

--------------------------------- % -------------------------------------

Telur Utuh (100%) 66,1 12,8-13,4 10,5- 11,8 0,3-1,0 0,8-1,0

Kerabang (9- 11%) 1,6 6,2-6,4 0,03 - 91- 92

Putih Telur (60-63%) 87,6 9,7-10,6 0,03 0,4-0,9 0,5-0,6

Kuning Telur (28-29%) 48,7 15,7-16,6 31,8- 35,5 0,2-1,0 1,1 Sumber: Mine (2008)

Putih Telur Putih telur terdiri atas 12% protein dan 88% air. Komposisi asam amino pada

putih dan kuning telur merupakan sumber berharga dari asam amino essensial. Asam

amino essensial merupakan asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh (Well

dan Belyavin, 1987). Putih telur tersusun atas empat lapisan yang berbeda yaitu

lapisan encer luar (hampir dekat dengan membran luar kerabang) sebesar 23%,

lapisan kental luar sebesar 57%, lapisan encer dalam sebesar 19% dan lapisan kental

sebesar 11% dengan chalaziferus. Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh

perbedaan kandungan air pada masing-masing lapisan tersebut. Bagian putih telur

yang mengikat putih telur dengan kuning telur adalah khalaza. Khalaza adalah

serabut-serabut protein telur yang membentuk spiral. Susunan putih telur mungkin

berubah, tergantung pada induk, kondisi lingkungan, ukuran telur dan tingkat

produksi (Mine, 2008).

Warna jernih atau kekuningan pada putih telur disebabkan oleh pigmen

ovoflavin. Kandungan air putih telur lebih banyak dibandingkan dengan bagian

lainnya sehingga selama penyimpanan bagian inilah yang paling mudah rusak.

Kerusakan ini terjadi terutama disebabkan oleh keluarnya air dari serabut ovomucin

yang berfungsi sebagai pembentuk struktur putih telur (Romanoff dan Romanoff,

1963).

Kuning Telur Kuning telur terletak di pusat telur dan berwarna kuning dan terdiri 30% dari

telur utuh. Kuning telur terdiri dari dua tipe emulsi lipoprotein yaitu kuning agak tua

Page 18: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

dan kuning cerah. Kuning telur berwarna mulai dari kuning pucat sekali sampai

orange tua kemerahan. Hal ini disebabkan oleh pigmen dalam pakan ternak ayam,

seperti betakaroten (Brown, 2000). Kuning telur mengandung zat warna (pigmen)

yang umumnya termasuk dalam golongan karotenoid yaitu santofil, lutein dan

zeasantin serta sedikit betakaroten dan kriptosantin. Warna atau pigmen yang

terdapat dalam kuning telur sangat dipengaruhi oleh jenis pigmen yang terdapat

dalam ransum yang dikonsumsi (Winarno, 2002).

Kualitas Telur

Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa definisi kualitas adalah

ciri-ciri atau sifat yang sama dari suatu produk yang menentukan derajat

kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen. Mutu telur utuh

dinilai secara candling yaitu dengan meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar yang

kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan bagian dalam dengan candling. Ini

memungkinkan penemuan keretakan pada kulit telur, ukuran serta gerakan kuning

telur, ukuran kantung udara, bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh

mikroorganisme dan pertumbuhan benih.

Nilai HU untuk telur yang baru ditelurkan adalah 100, sedangkan untuk telur

dengan mutu terbaik nilainya 75. Telur yang busuk biasanya memiliki nilai HU

dibawah 50 (Buckle, 1987). Penurunan nilai HU pada telur akan mempengaruhi

kualitas telur. Tingkatan kualitas telur berdasarkan nilai HU yaitu jika <72 termasuk

kualitas AA, nilai HU antara 60-71 termasuk kualitas A dan nilai HU antara 31-59

termasuk kualitas B (Brown, 2000).

Telur dikelilingi oleh kulit setebal 0,2 sampai 0,4 mm yang berkapur dan

berpori. Kantung udara mempunyai diameter sekitar 5 mm pada telur segar dan

bertambah besar ukurannya selama penyimpanan. Kantung udara dapat digunakan

untuk menentukan umur telur (Winarno, 2002). Tebal kerabang telur dipengaruhi

oleh faktor-faktor genetik dan pada masing-masing bangsa ayam adalah berbeda-

beda. Selain itu juga dipengaruhi oleh perubahan musim, temperatur, makanan, umur

dan kesehatan ayam. Bila makanan kekurangan mineral Ca, P dan vitamin maka

kerabang yang dihasilkan akan kurang baik. Warna kerabang telur tergantung dari

produksi pigmen pada bangsa ayam tertentu. Warna tersebut tidak ada hubungannya

dengan nilai gizi telur dan tidak dipengaruhi oleh ransum yang dimakan induk ayam

Page 19: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

(Romanoff dan Romanoff, 1963). Persyaratan tingkatan mutu telur dapat dilihat pada

Tabel 2.

Nilai pH putih telur yang masih segar umumnya sekitar 7,6 dan setelah

disimpan di udara terbuka pH-nya naik sebanding dengan lamanya penyimpanan.

Kenaikan pH tersebut dapat mencapai 9,0 sampai 9,7. Kenaikan pH ini karena telur

memproduksi CO2 dari proses respirasinya. Hilangnya CO2 ini menyebabkan putih

telur menjadi bersifat basa (Winarno, 2002). Nilai pH campuran antara putih dan

kuning telur adalah sekitar pH 7,0-7,6 dan merupakan pH yang baik sekali untuk

pertumbuhan mikroorganisme (Fardiaz, 1992).

Tabel 2. Persyaratan Tingkatan Mutu Telur

No. Faktor Mutu Faktor Mutu

Mutu I Mutu II Mutu III

1

Kerabang a. Keutuhan Utuh utuh utuh b. Bentuk Normal normal abnormal c. Kelicinan licin (halus) boleh ada bagian

yang kasar boleh kasar

d. Kebersihan

bersih bebas dari kotoran yang menempel atau pun noda

bersih bebas dari kotoran yang menempel, boleh ada sedikit noda

bersih bebas dari kotoran yang menempel, boleh ada noda

2

Kantung udara (dilihat dengan peneropongan)

a. Kedalaman kurang dari 0,5 cm 0,5 - 0,9 cm 1 cm atau lebih b. Kebebasan

bergerak diam ditempat bebas bergerak bebas bergerak dan

mungkin seperti busa 3 Keadaan putih

telur bebas dari noda, darah, daging, dan benda asing lainnya

bebas dari noda, darah, daging, dan benda asing lainnya

boleh ada sedikit noda tapi tidak boleh ada benda asing lainnya

Kekentalan Kental sedikit encer encer, tetapi putih telur belum bercampur dengan kuning telur

4

Keadaan kuning telur

a. Bentuk Cembung agak gepeng gepeng b. Posisi Ditengah ditengah agak jelas agak kepinggir c. Bayangan

batas-batas tidak jelas agak jelas jelas

d. Kebersihan bersih bersih boleh ada sedikit noda

Sumber: SNI 01-3926-1995 (DSN, 1995)

Page 20: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Telur

Kualitas telur dipengaruhi oleh umur induk ayam. Bertambahnya umur induk

ayam akan menurunkan kualitas telur. Umur induk ayam menyebabkan menurunnya

kemampuan fungsi fisiologis alat reproduksi. Besar telur dipengaruhi oleh umur

unggas. Semakin tua umur unggas maka semakin besar telur yang dihasilkan sampai

umur tertentu, kemudian menurun dengan bertambahnya umur (Romanoff dan

Romanoff, 1963).

Ransum yang kurang sempurna kandungan nutrisinya, seperti kekurangan Ca

menyebabkan kerabang tipis. Pakan yang diberikan kepada induk petelur merupakan

faktor yang dapat menentukan kualitas telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Suhu

di dalam badan ayam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu ruangan. Saat telur

keluar dari rongga badan ayam, telur tersebut mengalami perubahan suhu lingkungan

yang besar yaitu dari 41 oC ke 25 oC. Akibatnya terjadi pendinginan dan penyusutan

isi telur dan terjadilah kantung udara diantara dua lapisan diantara selaput kulit,

biasanya di ujung tumpul dari lapisan kulit telur. Telur jika disimpan pada suhu 20 oC atau lebih akan menyebabkan terjadinya penguapan air dan CO2 dari dalam telur.

Hal ini menyebabkan kantung udara semakin membesar. Suhu yang tinggi

menyebabkan terjadinya penipisan kerabang telur Hardjosworo et al. (1989)

Manajemen peternakan salah satunya yang berhubungan dengan penanganan

telur pada saat pengepakan. Pengemasan akan berpengaruh terhadap kerusakan telur

karena telur pecah akan mempercepat kerusakan komponen dan sifat fisikokimia

lainnya (Romanoff dan Romanoff, 1963). Beberapa sifat kemasan telur yang berguna

dalam pemasaran antara lain dapat menghindari kerusakan fisik, mengurangi

evaporasi air, mengurangi kontaminasi kotoran dan penyerapan bau yang tidak

diinginkan (Winarno, 1992).

Kerusakan Biologis Telur

Messen et al. (2005) menyatakan bahwa kerusakan pada telur dapat

disebabkan oleh mikroba yang diawali dengan masuknya mikroba kedalam telur

melalui pori-pori dan selaput telur. Penetrasi mikroba ke dalam telur dipengaruhi

oleh beragam faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik misalnya

kandungan kutikula pada kulit telur, komponen membran kulit telur dan karakteristik

kulit telur (kualitas kerabang, porositas dan kecacatan). Faktor ekstrinsik antara lain

Page 21: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

jumlah dan jenis bakteri, suhu, kelembaban, imersi dan kondisi penyimpanan.

Gaman (1992) menyatakan bahwa bakteri yang masuk ke dalam telur melalui kulit

telur yang berpori, jika semakin lama telur tersebut maka semakin banyak bakteri

yang akan masuk melalui pori-pori yang ada pada kerabang tersebut.

Sejak dikeluarkan dari kloaka, telur mengalami berbagai perubahan karena

pengaruh waktu dan kondisi lingkungan yang akhirnya dapat menyebabkan

kerusakan pada telur. Kerusakan tersebut dapat terjadi di luar dan di dalam isi telur.

Kerusakan yang disebabkan mikroba pada mulanya berasal dari luar telur, merambat

dari kulit telur ke putih telur dan akhirnya ke kuning telur. Saat telur baru

dikeluarkan oleh ayam, telur masih cukup steril. Mikroba akan mengkontaminasi

kulit telur dan seterusnya akan memasuki pori-pori telur dan membran telur.

Organisme kontaminan tersebut dapat tumbuh pada membran kulit telur, pada putih

telur bahkan dapat memasuki kuning telur. Kerusakan ini ditandai oleh adanya

penyimpangan warna dan timbulnya bau busuk dari isi telur (Winarno, 2002).

Before Laying (sebelum Bertelur)

Tiga rute infeksi pada telur yaitu transovarian kuning telur tertular ketika

menempel pada indung telur, oviducal membran vitelin dan putih telur

terkontaminasi sepanjang melalui oviduc, serta trans shell beberapa penyebab bakteri

terjadi pada pertukaran lokasi antara permukaan luar dan dalam pada kulit. Sumber

kontaminasi terpenting adalah debu, tanah dan feses. Kontaminasi akan nyata

meningkat pada kondisi telur yang kotor, misalnya oleh feses. Association Human

Salmonellosis International melaporkan bahwa kasus penularan pada rute oviducal

sangat penting terjadinya infeksi telur oleh Salmonella. Sangat sedikit telur yang

mengandung mikroorganisme Saprophytic pada saat bertelur. Ketika ovari

terkontaminasi oleh bakteri Saprophyitic, jumlahnya sangat rendah. Status mikrobial

telur pada oviposisi sebagai insiden penyebab kebusukan berasal dari faktor

penyimpanan telur pada periode yang lama (Stadelman dan Cotteriil, 1995).

After Laying (setelah Bertelur)

Kerabang pertama kali terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika melewati

kloaka. Mulai melewati kloaka sampai telur digunakan, kesempatan mikroorganisme

untuk mengkontaminasi kerabang pada setiap permukaan yang berhubungan dengan

Page 22: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

kerabang cukup tinggi. Survei umum menunjukkan bahwa pada kerabang telur;

kisaran populasi mulai <1,0×101 sampai 1,0×106 jumlah bakteri per kerabang dengan

rata-rata 1,0×105, kecuali pada kerabang telur yang kotor memiliki korelasi yang

rendah pada level kontaminasi dan penampilan kerabang (Stadelman dan Cotteriil,

1995). Kontaminasi akan nyata meningkat pada kondisi telur yang kotor.

Kontaminasi tercapai melalui kontak kerabang dengan peralatan simpan dan saat

penanganan. Salah satu survei menemukan bahwa sumber kontaminasi terpenting

adalah debu, tanah dan feses. Informasi yang ada menunjukkan bahwa bakteri gram

positif toleran terhadap kondisi kering dan berpengaruh besar untuk

mengkontaminasi kerabang telur. Sebaliknya bakteri gram negatif mengkontaminasi

telur busuk (Stadelman dan Cotteriil, 1995). Kelompok bakteri patogen dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Kelompok Bakteri Patogen

Tingkat Bahaya dan Penyebaran Spesies bakteri

Bahaya sedang dan penyebaran terbatas

Staphylococcus aureus Bacillus cereus Champylobacter jejuni Vibrio parahaemolyticus Clostridium perfringens Yesrinia enterocolitica Vibrio cholerae

Bahaya sedang dan penyebaran cepat

Salmonella (non typhi) Escherichia coli Listeria monocytogenes Streptococcus pyogenes Shigella sp.

Sangat berbahaya

Clostridium botulinum Vibrio cholerae Shalmonella typhi dan paratyphi Brucella obortus Shigella dysenteriae

Sumber: Fardiaz (1996)

Daya tahan produk-produk unggas dapat diketahui dari kandungan

mikroorganisme pembusuk di dalam produk tersebut. Jenis pembusukan yang umum

terjadi dipengaruhi oleh jenis produk, komposisi produk, proses termal yang

diterapkan terhadap produk, kontaminasi selama pengolahan dan pengepakan, cara

pengepakan dan suhu serta waktu penyimpanan (Fardiaz, 1992). Kerusakan pada

Page 23: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

telur dengan timbulnya bau menyimpang dapat disebabkan oleh spesies bakteri

Alcaligenes, E. coli, Flavobacterium dan Aerobacter (Winarno, 2002).

Salmonella sp. merupakan mikroba yang paling banyak terdapat dalam telur,

sehingga digunakan sebagai uji mikroba kontaminan pada telur (Winarno, 2002).

Sumber utama Salmonella yaitu pada telur segar yang belum mengalami pengolahan.

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kontaminasi Salmonella pada telur

terjadi saat bakteri menginfeksi jaringan reproduksi ayam betina dan kerabang telur.

Komponen telur yang kaya nutrisi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi pada

telur (Michalski et al., 1999).

Ada dua kemungkinan cara masuknya Salmonella ke dalam telur yaitu secara

langsung (vertikal) melalui kuning telur dan albumen (putih telur) dari ovari induk

ayam yang terinfeksi Salmonella, sebelum telur tertutup oleh kerabang telur. Cara

kedua yaitu secara horizontal Salmonella masuk melalui pori-pori kerabang setelah

telur tertutup kulit. Beberapa laporan menyatakan bahwa kontaminasi Salmonella

enteridis biasanya terjadi secara vertikal, sedangkan Salmonella lain secara

horizontal. Keberadaan Salmonella dalam telur menyebabkan kasus Salmonellosis

bisa berasal dari telur-telur grade A, yang dari luar terlihat sehat dan bersih tetapi

dikonsumsi mentah atau dimasak kurang sempurna (Winarno, 2002).

Mikrobiologi Telur

Kontaminasi pada telur umumnya berasal dari sekam saat bertelur, tanah dan

kotoran unggas. Mikroorganisme yang sering mengkontaminasi telur terutama adalah

bakteri kokus gram positif, selain itu bakteri gram negatif batang juga terdapat dalam

jumlah kecil. Mutu isi telur dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi dan

mutu telur, cara pencucian dan sanitasi telur, sanitasi wadah, cara pemecahan telur,

dan suhu serta waktu penyimpanan isi telur. Tidak dilakukannya pemasakan atau

pemanasan terhadap telur maka resiko untuk menimbulkan penyakit atau keracunan

juga sangat tinggi. Proses pasteurisasi dapat mengurangi jumlah Salmonella

sebanyak 6-8 logaritmik (Fardiaz, 1992).

Kandungan gizi yang tinggi pada telur merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan dan perkembangan kuman, baik kuman yang menyebabkan kerusakan

pada telur maupun kuman yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia

yang mengonsumsi telur tersebut. Kuman dapat terbawa sejak ternak masih hidup

Page 24: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

atau masuk di sepanjang rantai pangan hingga ke tangan konsumen. Berbagai

cemaran tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada konsumen (Gorris,

2005).

Salah satu hal penting dalam persyaratan kualitas produk asal hewan adalah

bebas patogen mikrobiologi termasuk Salmonella sp. Salmonelosis adalah penyakit

yang disebabkan bakteri Salmonella sp. Penyakit ini dapat menyerang unggas, hewan

mammalia dan manusia sehingga memiliki arti penting bagi manusia karena penyakit

ini dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan/air yang tercemar Salmonella sp.

(Doyle dan Cliver, 1990). Salmonella sering ditemukan pada produk-produk dan

unggas yang masih mentah atau telah diolah setengah matang. Kasus keracunan

makanan yang disebabkan oleh produk-produk daging dan unggas belum banyak

dilaporkan dan dicatat dengan baik karena gejala yang timbul pada umunya bukan

merupakan penyakit menular tetapi suatu gejala keracunan. Pengolahan yang cepat

pada suhu relatif rendah mengurangi kesempatan bakteri enterik, termasuk E. coli

untuk berkembang biak (Fardiaz, 1992). Batas maksimum cemaran mikroba di dalam

telur dan produk telur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Telur

Indikator Telur Segar Tepung Telur Telur Beku

--------------------------------(cfu/g)------------------------------

TPC 1,0×105 <2,5×103 <2,5×103 Coliform <1,0×102 <1,0×101 <1,0×101 E. coli 1,0×101 1,0×101 1,0×101 S. aureus <1,0×102 0 1,0×101 Salmonella sp. Negatif Negatif Negatif

Sumber: SNI 01-6366-2000 (DSN, 2000)

Jenis dan jumlah mikroorganisme di dalam saluran unggas dipengaruhi oleh

umur ternak, dimana pertambahan jenis dan jumlah mikroorganisme berlangsung

secara bertahap serta semakin tua ternak semakin banyak dan beragam

mikroorganisme yang terdapat di dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaan

merupakan suatu saluran panjang yang terdiri dari beberapa bagian seperti crop,

oesofagus, proventikulus, gizard, usus halus dan usus besar termasuk sekum dan

kolon. Jadi tahap-tahap perkembangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan

Page 25: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

selain dilihat dari segi umur ternak juga harus dilihat dari bagian saluran pencernaan

dan spesies serta jumlah mikroorganisme (Fardiaz, 1992).

Infeksi Salmonella pada unggas selain merugikan industri peternakan unggas

dapat juga merupakan sumber penyebaran penyakit Salmonellosis pada manusia.

Penyebab infeksi Samonella pada unggas dapat berasal dari bibit yang terinfeksi,

makanan ternak yang terkontaminasi dan lingkungan yang terkontaminasi.

Salmonella yang terdapat didalam mesin serta serangga, burung dan tikus yang

terinfeksi dapat mengkontaminasi anak-anak unggas. Sumber infeksi dari lingkungan

mungkin lebih kecil dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya seperti bibit

unggas dan makanannya (Fardiaz, 1992).

Good Farming Practices (GFP)

Good Farming Practices (GFP) menurut Department of Agriculture, Food

and Rural Development (2001) merupakan cara beternak yang baik dan benar dengan

memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi serta

kesejahteraan ternak. GFP juga termasuk didalamnya aturan yang berlaku di

lingkungan, higien atau sanitasi, kesejahteraan ternak, identifikasi dan registrasi

ternak serta kesehatan ternak. Aspek-aspek dalam GFP adalah manajemen nutrisi,

manajemen lahan rumput, perlindungan sungai dan sumber air, pemeliharaan habitat

liar, pemeliharaan batas peternakan, penggunaan pestisida dan bahan kimia yang

berhati-hati. Aspek lain dalam GFP adalah pemeliharaan lingkungan, pemeliharaan

catatan peternakan, kesejahteraan ternak, higien atau sanitasi, tidak menggunakan

bahan yang dilarang dan penggunaan obat hewan yang bertanggung jawab serta

pengetahuan peternak tentang GFP.

GFP ternak ayam petelur menurut Keputusan Menteri Pertanian (2001)

merupakan pedoman dalam pelaksanaan budidaya ternak ayam petelur yang baik

sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Tujuan yang ingin dicapai dari

penerapan pedoman budidaya ternak ayam petelur ini adalah meningkatkan populasi,

produksi dan produktivitas ternak, meningkatkan mutu hasil ternak (telur),

menciptakan lapangan pekerjaan, pendapatan dan kesejahteraan peternak serta

mendorong ekspor komoditas ternak khusus telur ayam. Aspek-aspek utama dalam

pedoman budidaya ternak ayam petelur yang baik adalah persyaratan lokasi,

penyediaan air dan alat penerangan, bangunan yang sesuai dengan fungsi,

Page 26: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

ketersediaan alat dan mesin peternakan, kesehatan bibit, manajemen pakan,

penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan persyaratan

tenaga kerja dalam peternakan.

Produsen pangan primer seperti peternak pada umumnya belum menerapkan

GFP dengan baik dan belum menerapkan teknologi produsen berwawasan

lingkungan untuk menjamin keamanan pangan. Produsen pangan terutama yang

berskala kecil pada umumnya belum mempunyai pengetahuan atau kesadaran untuk

menerapkan GFP yang merupakan sistem pengendalian keamanan pangan yang

sangat efektif. Keberadaan zoonosis pada ayam dapat menjadi resiko terhadap

kesehatan hewan dan keamanan masyarakat bila tidak diterapkan sistem kesehatan

hewan dan keamanan pangan (Fardiaz, 1996). Pencemaran dapat dicegah dengan

penerapan cara beternak yang baik (GFP) dan penanganan panen yang baik pula

(Cullor 1997).

Biosekuriti pada Peternakan Ayam Petelur

Biosekuriti merupakan sistem yang merupakan bagian integral dari suksesnya

sistem produksi suatu peternakan unggas, khususnya ayam petelur dalam

mengurangi resiko dan konsekuensi dari masuknya penyakit infeksius terhadap

unggas maupun manusia. Biosekuriti merupakan semua praktek-praktek manajemen

yang diberlakukan untuk mencegah organisme penyebab penyakit ayam serta

zoonosis yang masuk dan keluar peternakan (Payne, 2000).

Menjaga kebersihan perkandangan terutama di sekitar area kandang dan

gudang penyimpanan telur sangat penting dilakukan dalam pelaksanaan biosekuriti.

Kotoran ayam sebaiknya tidak ditampung di dalam area peternakan terlalu lama. Hal

ini penting dan baik untuk meminimalisir adanya hewan mengerat dan serangga

(lalat) dan memaksimalkan sinar matahari sebagai desinfektan masuk ke dalam

lingkungan perkandangan. Pengunjung diharapkan tidak memasuki area

perkandangan karena merupakan salah satu agen berbahaya untuk keamanan dan

kesehatan ternak di dalam kandang (Arzey, 2007).

Page 27: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium bagian Teknologi Hasil Ternak dan

laboratorium bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Juli 2009

sampai Oktober 2009.

Materi

Sampel Telur Sampel yang digunakan pada penelitian adalah telur ayam segar konsumsi

dengan kepemilikan yang berbeda dari sepuluh peternakan ayam petelur di

Kabupaten Bogor yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok I adalah

telur-telur yang berasal dari lima peternakan dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor

ayam petelur dan kelompok II dengan kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam

petelur.

Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada saat pengujian mikroba adalah tipol,

alkohol 70%, sabun, spiritus, aquades, plastik wrept, aluminium foil, plastik tahan

panas, kapas, label, tisu, karet, Buffer Pepton Water (BPW), Plate Count Agar

(PCA), Eosyn Methylen Blue Agar (EMBA), Violet Red Bile Agar (VRBA),

Salmonella and Shigella Agar (SSA).

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan adalah water bath, botol schoot duran, timbangan

digital dengan ketelitian 0,01 g, cawan petri, blender, autoclave, tabung reaksi,

erlenmayer, rak tabung reaksi, pipet man, tip, inkubator, vortex, oven, pH meter, yolk

colour fan, mikrometer, jangka sorong, candler, meja kaca, spatula, official egg air

cell gauge dan kamera digital.

Peubah yang Diamati

Pengamatan Kualitas Fisik Telur Pengamatan kualitas fisik telur dapat dilihat secara eksterior dan interior.

Kualitas eksterior telur dapat dilihat melalui bobot telur, kedalaman kantung udara,

Page 28: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

posisi kuning telur dan keadaan kerabang telur. Kualitas interior telur dapat dilihat

melalui keadaan kuning telur, keadaan putih telur, nilai HU dan pH.

Kualitas Eksterior

Pengamatan kualitas eksterior telur yang diamati adalah bobot telur dan

keadaan kantung udara.

Bobot Telur. Telur dibersihkan menggunakan air hangat pada suhu antara 40-60 0C.

Telur ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dalam satuan gram (g).

Keadaan Kantung Udara. Telur diteropong menggunakan candler untuk melihat

kantung udara dengan posisi bagian tumpul diatas. Kantung udara dilingkari dengan

menggunakan pensil. Kedalaman kantung udara diukur dengan menggunakan official

egg air cell gauge. Semakin besar kantung udara maka semakin rendah kualitas telur

tersebut. Telur masih tetap diteropong. Telur diputar ke kiri dan ke kanan untuk

melihat pergerakan isi telur. Apabila bayangan kuning telur tidak jelas dan posisinya

masih di tengah serta gerakannya tidak terlihat berarti putih telurnya masih kental

dan kuning telurnya masih kuat diikat khalaza dan kualitas telurnya masih baik.

Kualitas Interior Pengamatan kualitas interior telur yang diamati adalah pengukuran HU, pH,

keadaan kuning dan putih telur serta ketebalan kerabang telur.

Pengukuran Nilai HU. Bobot telur ditimbang menggunakan timbangan digital.

Telur dipecahkan dengan menggunakan pisau ke atas meja kaca. Tinggi albumen

tebal (H) diukur dengan menggunakan jangka sorong kurang lebih 1 cm dari kuning

telur dalam satuan milimeter (mm). Nilai HU (Haugh Unit) menurut Mountney

(1976) dihitung sebagai satuan kualitas telur dengan rumus sebagai berikut:

HU=100 log ((H+7,57)-(1,7.W0.37))

Keterangan : H= tinggi putih telur kental (mm) W= bobot telur (g)

Keadaan Kuning Telur dan Putih Telur. Warna kuning telur diamati dan

dibandingkan dengan yolk colour fan. Keadaan kuning dan putih telur diamati baik

bentuk, kebersihan dari noda dan kekentalan mengacu pada standar USDA.

Page 29: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Ketebalan Kerabang. Telur dipecah secara melintang. Kerabang telur bagian

tengah, ujung atas dan ujung bawah dibersihkan dari selaput yang melapisinya.

Ketebalan kerabang tersebut diukur dengan menggunakan mikrometer.

Pengujian Kualitas Mikrobiologi Telur

Pengujian mikrobiologi dilakukan sebanyak dua kali berdasarkan dua

kelompok kepemilikan ayam dari 10 peternakan di Kabupaten Bogor, dilakukan

sebanyak tiga ulangan. Sampel telur utuh (kuning telur dan putih telur) dipersiapkan

terlebih dahulu sebelum dilakukan uji mikrobiologi dengan cara, telur dari lima

peternakan kelompok pertama diambil dua butir per peternakan kemudian dilap

dengan menggunakan air hangat lalu dikeringkan. Seluruh telur tersebut dikomposit

menjadi satu dan dihomogenkan didalam blender yang sudah bersih. Sebanyak 10 g

sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi larutan BPW steril sebanyak 90 ml

kemudian dihomogenkan menggunakan vortex hingga diperoleh campuran yang

homogen dengan konsentrasi 0,1 g/ml. Sampel ini kemudian diencerkan dengan

larutan pengencer sesuai dengan kebutuhan dan siap untuk plating. Jumlah bakteri

ditentukan dengan metode hitungan cawan dan untuk melaporkan hasil analisis

digunakan Standard Plate Count (SPC).

Pengujian Total Plate Count (DSN, 1992)

Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10

ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran

dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (P-1). Selanjutnya dari

P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW

untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan

sampai diperoleh P-4. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah

dilakukan (P-1 sampai P-4) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam

cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar PCA sebanyak 12-15 ml.

campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas

bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya

diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh

dilakukan setelah inkubasi 24 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah:

Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer

Page 30: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Pengujian Escherichia coli (DSN, 1992)

Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10

ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran

dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (P-1). Selanjutnya dari

P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW

untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan

sampai diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah

dilakukan (P0 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam

cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar EMBA sebanyak 12-15 ml.

campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas

bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya

diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh

dilakukan setelah inkubasi 24 sampai 48 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah

sebagai berikut:

Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer

Pengujian Coliform (DSN, 1992)

Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10

ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran

dihomogenkan dan didapatkan pengenceran seper sepuluh (P-1). Selanjutnya dari P-1

dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk

memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai

diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah

dilakukan (P-1 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam

cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar VRBA lapisan pertama

sebanyak 10 ml ditunggu hingga mengeras. Lapisan kedua medium agar VRBA

dituang kembali diatas medium sebelumnya sebanyak 3-5 ml. Campuran

dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang

datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi

pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan

setelah inkubasi 24 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah:

Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer

Page 31: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Pengujian Salmonella sp. (DSN, 1992)

Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10

ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran

dihomogenkan dan didapatkan pengenceran seper sepuluh (P-1). Selanjutnya dari p-1

dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk

memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai

diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah

dilakukan (P0 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam

cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar SSA sebanyak 12-15 ml.

campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas

bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya

diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh

dilakukan setelah inkubasi 24 sampai 48 jam.

Prosedur Pelaksanaan Biosekuriti

Pengamatan lapang dilakukan dengan cara observasi langsung dan

wawancara ke peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor. Penentuan peternakan

berdasarkan jumlah kepemilikan ayam petelur di peternakan dengan melihat

pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan. Jumlah populasi ayam pada

masing-masing peternakan cukup beragam, mulai dari 10.000 sampai 250.000 ekor

ayam petelur, sehingga dibagi dua kelompok berdasarkan kepemilikan ayam di

peternakan yaitu kelompok pertama 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan kelompok

kedua lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Peternakan ayam petelur kelompok I

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Peternakan Ayam Petelur Kelompok I

No. Peternakan Kepemilikan ---- ekor---- 1 NR 35.000 2 AT 16.000 3 SK 30.000 4 KG 27.000 5 WH 45.000

Page 32: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Kelompok kedua adalah kelompok kepemilikan dengan jumlah lebih dari

50.000 ekor ayam petelur. Peternakan ayam petelur kelompok II dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Peternakan Ayam Petelur Kelompok II

No. Peternakan Kepemilikan ---- ekor---- 1 TH 250.000 2 NW 90.000 3 KM 90.000 4 TT 100.000 5 SG 100.000

Observasi dan wawancara berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan.

Kuisioner yang telah disiapkan mengacu pada Trioso (2008) yaitu mengenai

pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan ayam petelur. Kuisioner

yang telah disiapkan dapat dilihat pada Tabel 7. Masing-masing aspek diberikan

pembobotan yang didasari atas pentingnya aspek tersebut dalam biosekuriti, higien

dan sanitasi. Peringkat kondisi biosekuriti, higien dan sanitasi ditentukan berdasarkan

rataan dari bobot biosekuriti dan bobot higien sanitasi. Nilai akhir dapat menentukan

peringkatnya.

Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya(1) / Tidak(0) Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) 10,0

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan 10,0

Total I 20,0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0

2 Dilakukan penanganan tikus 5,0

Page 33: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya(1) / Tidak(0) Nilai Keterangan

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida 5,0

Total II 15,0

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan 10,0

Total III 10,0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang 10,0

2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan 10,0

Total IV 25,0

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0

Total V 30,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali) 7,5

2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot 5,0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan) 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi 5,0

Total I 25,0

Page 34: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya(1) / Tidak(0) Nilai Keterangan

II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu 5,0

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higen dan sanitasi 2,5

Total II 7,5

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out) 2,5

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum) 5,0

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala 2,5

Total III 17,5

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur 2,5

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80% 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC 2,5

Total IV 10,0

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi telur 2,5

Page 35: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya(1) / Tidak(0) Nilai Keterangan

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40% 2,5

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5

Total V 7,5

VI Higien Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik 5,0

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 4 Egg tray/peti disimpan di atas palet

plastik yang bersih dan terawatt 2,5

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5

Total VI 15,0

VII Sanitasi Peternakan 1 Air yang digunakan memenuhi

persyaratan air bersih 7,5 2 Air diperiksa di laboratorium secara

teratur (minimal 1 tahun sekali) 5,0 3 Pengambilan sampah dan feses ayam

dilakukan secara teratur 5,0 Total VII 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0

Tabel 8. Penentuan Peringkat Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir (Bobot% x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0

2 Penilaian higien sanitasi 50,0

Hasil Akhir 100,0 Sumber : Trioso (2008)

Keterangan : Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik

Nilai akhir >80 : sangat baik

Page 36: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Penentuan Jumlah Sampel Levy dan Lameshow (1999) menyatakan bahwa untuk menghitung jumlah

sampel yang diperlukan dalam penarikan sampel secara acak sederhana untuk data

yang bersifat proporsi dihitung dengan menggunakan rumus:

n ≥ z2 N Py (1-Py) (N-1) ε2 Py

2 + z2 Py (1-Py)

Keterangan :

N = jumlah populasi yaitu 122 peternakan ayam petelur n = jumlah sampel yang diperlukan

ε = nilai error sebesar 30% atau 0,3 z = 1,96 dengan α = 0,05 (SK = 95%)

Py = peluang jawaban 50% (0,5) karena ada dua pilihan jawaban yaitu ya (1) atau tidak (0)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

dengan perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan dengan dua taraf dan lima

ulangan. Peubah yang diamati adalah kualitas fisik telur (bobot telur, HU, ketebalan

kerabang dan pH) dan kualitas mikrobiologi (Total Plate Count (TPC), Escherichia

coli, Salmonella sp. dan Coliform). Model matematika rancangan tersebut menurut

Steel dan Torrie (1997) adalah:

Yij = µ + Pi + €ij

Keterangan:

µ : nilai tengah umum

Pi : pengaruh perlakuan jumlah kepemilikan ke-i

€ijk : pengaruh galat percobaan pada perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan ke-j

Analisis Data

Data tentang kualitas fisik telur dianalisis menggunakan uji ragam dengan

sidik ragam pada α = 0,05. Data tentang sifat mikrobiologi dianalisis secara

deskriptif. Data tersebut sebelum dilakukan analisis ragam diuji asumsi (kenormalan,

kebebasan, kehomogenan galat dan keaditifan) terlebih dahulu.

Page 37: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Fisik Telur Ayam Konsumsi Kualitas fisik telur ayam akan berpengaruh pada penerimaan konsumen

dalam menentukan pilihan. Kualitas fisik telur dapat dilihat melalui bobot telur,

keadaan putih telur, keadaan kuning telur, keadaan kerabang telur, kedalaman

kantung udara, nilai HU dan pH.

Bobot Telur

Bobot telur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sifat fisik telur

ayam konsumsi. Berdasarkan hasil penelitian, rataan dan simpangan baku bobot telur

ayam pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan dan Simpangan Baku Bobot Telur Ayam Kepemilikan Bobot Telur

------ ekor ------ --- g/butir ---

10.000-50.000 61,08±0,84

>50.000 58,75±4,84

Rataan±SD 59,92±4,13

Jumlah kepemilikan ayam di peternakan tidak mempengaruhi bobot telur

tidak. Peternakan dengan jumlah kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan

peternakan dengan jumlah kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur di

Kabupaten Bogor memiliki kualitas bobot telur yang sama. Hal ini disebabkan umur

telur yang digunakan sama dan diperoleh dari induk ayam petelur umur 35 sampai 40

minggu. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa komposisi fisik dan kualitas telur

ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, musim, penyakit,

lingkungan (suhu dan kelembaban), pakan dan sistem pengolahan ayam tersebut.

Besar telur dipengaruhi oleh umur unggas, semakin tua umur unggas maka semakin

besar telur yang dihasilkan sampai umur tertentu kemudian besar telur stabil dengan

bertambahnya umur (Romanoff dan Romanoff, 1963).

Keadaan Kuning Telur Kondisi kuning telur dari kedua kelompok adalah sama yaitu berbentuk

cembung dan kokoh. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Posisi kuning telur

Page 38: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

umumnya berada di pinggir permukaan telur dan sebagian berada di tengah

permukaan telur. Keadaan kuning telur secara umum sudah cukup baik hanya ada

beberapa sampel yang terdapat noda daging, noda darah dan noda putih pada

permukaan kuning telur yang dipengaruhi oleh genetik ayam. Hal ini disebabkan

strain ayam yang dipelihara pada masing-masing peternakan tidak semua sama.

Hardjosworo et al. (1989) menyatakan bahwa sifat genetik berpengaruh terhadap

kualitas telur ayam yaitu tekstur dan ketebalan kerabang telur dan adanya noda

darah.

Gambar 2. Kondisi Kuning Telur

Warna kuning telur pada kedua kelompok memiliki warna yang berbeda yaitu

antara kisaran 7 sampai 10, pada penilaian dengan menggunakan yolk colour fan.

Warna kuning telur tersebut dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi ayam. Pakan

yang digunakan pada peternakan di kedua kelompok tersebut hampir sama.

Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa pakan yang diberikan kepada

induk petelur merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas telur terutama

warna kuning telur. Pakan tersebut berpengaruh pada pigmentasi kuning telur

terutama pada pakan yang bersumber dari biji-bijian. Keadaan warna kuning telur

yang semakin pekat diduga karena kandungan betakaroten yang terdapat pada kuning

telur tersebut (Ferrier et al., 1994).

Keadaan Putih Telur

Kondisi putih telur pada kedua kelompok sudah cukup bersih hanya ada

beberapa sampel yang terdapat noda daging dan noda darah pada permukaan putih

telur. Seluruh sampel putih telur yang diamati memiliki kekentalan yang masih baik.

Hal ini dikarenakan telur yang digunakan berumur dua hari sehingga keadaan putih

telur masih kental. Keadaan putih telur dipengaruhi oleh lama penyimpanan atau

Page 39: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

umur telur. Selama penyimpanan terjadi proses difusi berupa penguapan air dan CO2

melalui pori-pori kerabang yang menyebar pada permukaan telur, sehingga putih

telur bisa kehilangan kekentalan dan menyebabkan putih telur berair. Romanoff dan

Romanoff (1963) menyatakan bahwa hilangnya CO2 melalui pori-pori kerabang telur

menyebabkan turunnya konsentrasi ion bikarbonat dalam putih telur dan

menyebabkan rusaknya sistem buffer, sehingga kekentalan putih telur menurun.

Keadaan Kantung Udara

Keadaan isi telur yang baik dapat diketahui dengan cara meneropong telur

dengan bantuan sinar (candling). Hal ini untuk melihat keretakan pada kulit telur,

ukuran serta gerakan kuning telur dan ukuran kantung udara. Telur dari dua

kelompok tersebut memiliki kualitas dan kondisi kantung udara yang sama yaitu

dengan kedalaman kantung udara 1/8 inch dan termasuk dalam kualitas AA.

Kebebasan bergerak kuning telur kedua kelompok tersebut berada dalam kedaan

diam, tidak ada pergerakan. Kualitas telur yang baik menurut Dewan Standardisasi

Nasional (1995) dalam SNI 01-3926-1995 yaitu kedalaman kantung udara dengan

nilai kurang dari 0,5 cm dan kuning telur diam ditempat ketika dilihat pada saat

peneropongan menggunakan candler. Hal ini menunjukkan bahwa telur yang diteliti

memiliki kualitas yang bagus sesuai dengan standar.

Ketebalan Kerabang Telur

Ketebalan kerabang telur menentukan kualitas telur konsumsi yang

dipasarkan karena mempengaruhi daya tahan telur. Telur yang berkerabang tebal

lebih sulit retak/pecah dibandingkan telur yang berkerabang tipis. Rataan ketebalan

telur pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan dan Simpangan Baku Ketebalan Kerabang (mm) Kepemilikan Ketebalan Kerabang

------ ekor ------ ---- mm ----

10.000-50.000 0,38±0,04

>50.000 0,36±0,02

Rataan±SD 0,37±0,04

Telur yang baik memiliki kerabang telur setebal 0,2 sampai 0,4 mm yang

berkapur dan berpori-pori (Winarno, 2002). Ketebalan kerabang telur pada Tabel 10

Page 40: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

baik pada kepemilikan 10.000 sampai 50.000 (0,38±0,05) dan pada kepemilikan

lebih dari 50.000 (0,36±0,03) berada pada kisaran yang ditetapkan oleh Winarno.

Jumlah kepemilikan ayam yang berbeda pada kedua kelompok tidak berpengaruh

secara nyata terhadap ketebalan kerabang telur. Romanoff dan Romanoff (1963)

menyatakan bahwa ketebalan kerabang telur dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik

dan pada masing-masing bangsa ayam adalah berbeda. Hal lain yang mempengaruhi

adalah perubahan musim, temperatur, makanan, umur dan kesehatan ayam. Bila

pakan kekurangan mineral Ca, P dan vitamin maka kerabang yang dihasilkan kurang

baik. Ransum yang kurang sempurna kandungan nutrisinya seperti kekurangan Ca

menyebabkan kerabang tipis.

Nilai Haugh Unit (HU)

Haugh Unit merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui kesegaran

isi telur terutama bagian putih telur dan juga merupakan suatu unit untuk melihat

kesegaran telur didasarkan pada ketebalan albumen. Rataan nilai HU pada

peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan dan Simpangan Baku Nilai HU Kepemilikan Nilai HU

-------- ekor --------

10.000-50.000 77,72±9,29

>50.000 79,48± 3,65

Rataan±SD 78,60± 9,45

Jumlah kepemilikan jumlah ayam yang berbeda tidak berpengaruh secara

nyata pada nilai HU. Perbandingan tinggi dan berat yang terukur saat penghitungan

HU diberi penilaian mulai dari 20-100 atau lebih. Semakin tinggi nilai HU

menunjukkan bahwa kualitas telur itu semakin baik. Kualitas HU pada telur

penelitian berdasarkan ketentuan USDA menunjukkan telur termasuk dalam kualitas

AA sebab pada kedua kelompok telur memiliki nilai HU diatas 72. Brown (2000)

menyatakan bahwa telur dengan nilai HU diatas 72 termasuk dalam kualitas AA.

Derajat kesegaran telur menurut USDA (United State Departement of Agriculture)

dibedakan atas tiga tingkatan yaitu tingkatan AA memiliki nilai HU sebesar 72,

Page 41: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

tingkatan A memiliki nilai HU sebesar 62-72 dan tingkatan B memiliki nilai HU

sebesar 60.

Nilai pH Telur

Penilaian kualitas telur dapat dilihat juga dengan menentukan nilai pH telur.

Rataan nilai pH telur pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan dan Simpangan Baku Nilai pH Kepemilikan Nilai pH

-------- ekor --------

10.000-50.000 7,47±0,12

>50.000 7,41±0,12

Rataan±SD 7,44±0,25

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ayam di

peternakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai pH pada telur. Fardiaz

(1992) menyatakan bahwa nilai pH campuran antara putih dan kuning telur adalah

sekitar 7,0-7,6 dan merupakan pH yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.

Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa ketika telur baru keluar dari

induknya telur memiliki nilai pH sekitar 7,6 dan semakin meningkat selama

penyimpanan. Nilai pH pada telur yang diteliti dari kedua kelompok kepemilikan

ayam yang berbeda menunjukkan bahwa telur berada pada kisaran pH telur segar

sesuai literatur. Umur dan waktu penyimpanan sangat mempengaruhi nilai pH pada

telur. Winarno (2002) menyatakan bahwa kenaikan pH dapat mencapai 9,0-9,7 yang

disebabkan produksi CO2 telur dari proses respirasinya. Hilangnya CO2 ini

menyebabkan putih telur menjadi bersifat basa.

Kualitas Mikrobiologi Telur

Telur sebagai sumber protein hewani harus dijamin keamanan pangannya

bagi konsumen sebab merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroba. Salah satu

persyaratan kualitas produk unggas adalah bebas mikroba patogen seperti Salmonella

sp., Staphylococcus aureus, Coliform, Escherichia coli dan Campylobacter sp. Hasil

pengujian kualitas mikrobiologi telur dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 42: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Tabel 13. Kualitas Mikrobiologi Telur Jenis Cemaran Mikroba Satuan Cemaran Mikrobiologi

Kelompok I Kelompok II DSN (2000) a

Total Plate Count (TPC) cfu/g 2,73×105 3,55×103 1,0×105

Coliform cfu/g 8,31×102 4,17×102 <1,0×102

Escherichia coli cfu/g 1,70×102 1,70×10 1,0×101

Salmonella sp. per 25 g Positif Positif Negatif Sumber : a. SNI 01-6366-2000 (DSN, 2000)

Hasil penghitungan cemaran mikrobiologi menunjukkan bahwa kualitas

mikrobiologi telur di Kabupaten Bogor belum memenuhi keamanan pangan sesuai

yang disyaratkan SNI 01-6366-2000. Nilai cemaran Coliform, E. coli dan Salmonella

pada kedua kelompok tidak memenuhi standar. Cemaran TPC kelompok I melebihi

standar Dewan Standardisasi Nasional (2000) dalam SNI 01-6366-2000 sedangkan

cemaran TPC kelompok II jumlah bakteri yang diperoleh masih dibawah standar

yaitu 1,0×105 koloni. Cemaran Coliform pada kedua kelompok melebihi standar

yaitu <1,0×102 koloni. Cemaran E. coli pada kedua kelompok melebihi standar

standar yaitu 1,0×101 koloni. Keberadaan Salmonella positif dalam telur pada kedua

kelompok dan hal ini tidak sesuai standar yaitu tidak terdapat Salmonella di dalam

telur konsumsi. Jumlah cemaran TPC, E. coli, Salmonella dan Coliform

menunjukkan perbedaan pada kedua kelompok yaitu bahwa jumlah mikroba

kelompok II lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok I.

Jumlah cemaran mikrobiologi berbeda pada kedua kelompok kepemilikan

ayam dapat dipengaruhi oleh pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada

peternakan serta kualitas fisik telur. Pelaksanaan biosekuriti pada tiap peternakan

dalam kedua kelompok tersebut tidak sama sehingga akan mempengaruhi kualitas

mikrobiologi. Pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan ayam petelur

kelompok II (kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam) lebih baik dibandingkan

dengan peternakan kelompok I (kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam). Keberadaan

noda daging, noda darah pada permukaan kuning dan putih telur serta nilai pH telur

juga mempengaruhi kualitas mikrobiologi telur. Nilai pH pada penelitian dengan

rataan 7,44±0,25 merupakan pH yang baik untuk pertumbuhan bakteri (Fardiaz,

1992).

Page 43: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Kotoran yang menempel pada kerabang telur merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kualitas mikrobiologi pada telur. Setelah telur ke luar dari induk

ayam dan sebelum dibersihkan, kotoran masih menempel pada kerabang telur. Hal

ini dapat mempengaruhi nilai cemaran E. coli dan Salmonella pada telur. Sartika et

al. (2005) menyatakan bahwa kotoran merupakan sumber penularan E. coli terhadap

bahan pangan asal ternak dan manusia. Siagian (2007) menyatakan bahwa kerabang

telur kemungkinan mengandung Salmonella yang berasal dari kotoran ayam dan

mungkin mengkontaminasi isi telur pada waktu telur dipecahkan. Escherichia coli

mempunyai habitat kehidupan alami di dalam saluran pencernaan manusia dan

ternak yang dapat langsung mencemari bahan di sekelilingnya termasuk air, tanah

maupun produk peternakan.

Penularan E. coli dapat terjadi secara vertikal maupun horisontal. Penularan

secara vertikal terjadi saat proses pembentukan telur melalui induk ayam. E.coli

menginfeksi ovarium atau oviduk sehingga telur yang dihasilkan terkontaminasi.

Penularan secara horisontal terjadi selama proses penetasan maupun saat

pemeliharaan di dalam kandang. Konsentrasi E. coli pada debu kandang dapat

mencapai 105-106/g (Horrox, 1997). Proses penularan secara vertikal diawali dengan

masuknya ovum ke dalam infundibulum. Kontaminasi bakteri di dalam telur dapat

dimulai dari ovari, dimana bakteri ini masuk ke dalam ovum atau kuning telur pada

waktu ovulasi. Proses selanjutnya berjalan melalui magnum, isthmus, pembentukan

kerabang di uterus, kemudian telur dikeluarkan melalui kloaka (Rasyaf, 1994).

Adanya cemaran Salmonella sp. pada kloaka juga berasosiasi positif dengan angka

cemaran Salmonella sp. pada telur. Kloaka merupakan ruangan yang dibentuk oleh

tiga sistem yaitu sistem pencernaan, perkencingan dan reproduksi (Sisson, 1953).

Kontaminasi yang lebih sering terjadi pada telur adalah dengan cara penetrasi dari

kotoran unggas melalui kerabang telur sewaktu telur keluar dari induknya melalui

kloaka. Jika telur kemudian tidak disimpan pada suhu rendah, bakteri ini dapat

tumbuh dan berkembang biak di dalam membran kulit dan akan mengkontaminasi isi

telur sewaktu telur dipecahkan untuk diolah.

Salmonella pada telur hasil penelitian bernilai positif. Telur yang terinfeksi

Salmonella, E. coli, Coliform, baik secara langsung maupun tidak langsung dan tidak

dilakukan pasteurisasi, dapat menyebabkan foodborne diseases pada manusia.

Page 44: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Menurut Keswandani (1996), proses pemasakan dapat menurunkan cemaran mikroba

menjadi 1,0×103 cfu/g dan negatif terhadap Salmonella sp. Penyebab kontaminasi

pada telur tersebut bisa berasal dari luar dan dari dalam telur. Kerusakan yang

disebabkan mikroba pada mulanya berasal dari luar telur, merambat dari pori-pori

kerabang telur ke putih telur dan akhirnya ke kuning telur.

Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi di Peternakan

Good Farming Practices (GFP) merupakan cara beternak yang baik yang

memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi dan

kesejahteraan ternak. Biosekuriti, higien dan sanitasi merupakan hal-hal yang saling

berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Penilaian mengenai pelaksanaan biosekuriti,

higien dan sanitasi pada peternakan kelompok I dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Kelompok I No.

Data Penilaian Penerapan Biosekuriti

Kepemilikan 10.000-50.000 NR

(35.000) AT

(16.000) SK

(30.000) KG

(27.000) WH

(45.000) --------------------------- % --------------------------- 1 Biosekuriti Sumber Ayam 0 0 10,0 0 0

2 Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta 5,0 10,0 15,0 5,0 5,0

3 Pengawasan Peti Telur 0 0 0 10,0 10,0 4 Biosekuriti Peternakan Ayam 15,0 15,0 15,0 15,0 25,0 5 Penanganan Ayam Sakit/Mati 15,0 15,0 30,0 0 30,0 Total Biosekuriti 35,0 40,0 70,0 30,0 70,0

1 Higien Sanitasi Pekerja Peternakan 12,5 12,5 12,5 5,0 12,5

2 Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0

3 Sanitasi Kandang 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 4 Gudang Penyimpanan Telur 2,5 5,0 5,0 2,5 5,0 5 Gudang Pakan 0 2,5 2,5 0 0 6 Higien Penanganan Telur 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 7 Sanitasi Peternakan 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5

Total Higien dan Sanitasi 65,0 70,0 70,0 57,5 70,0

Bobot Nilai Akhir 50,0 55,0 70,0 43,7 66,2

Keterangan : Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik

Nilai akhir >80 : sangat baik

Page 45: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Rataan pelaksanaan biosekuriti pada kelompok kepemilikan 10.000-50.000

ekor ayam petelur bernilai 49%, artinya bahwa penerapan biosekuriti kelompok I

belum baik. Rataan pelaksanaan higien dan sanitasi pada kelompok kepemilikan

10.000-50.000 ekor ayam petelur bernilai 66,5%, artinya bahwa penerapan higien

dan sanitasi kelompok I sudah cukup baik. Rataan total keseluruhan pelaksanaan

biosekuriti, higien dan sanitasi bernilai 56,98%, artinya penerapan biosekuriti, higien

dan sanitasi peternakan kelompok I belum baik. Penilaian pelaksanaan biosekuriti,

higien dan sanitasi pada peternakan kelompok II dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Kelompok II No.

Data Penilaian Penerapan Biosekuriti

Kepemilikan >50.000 TH

(250.000) NW

(90.000) KM

(90.000) TT

(100.000) SG

(100.000) --------------------------- % ---------------------------- 1 Biosekuriti Sumber Ayam 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0

2 Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta 5,0 10,0 10,0 10,0 10,0

3 Pengawasan Peti Telur 10,0 10,0 10,0 10,0 0 4 Biosekuriti Peternakan

Ayam 25,0 15,0 25,0 25,0 25,0 5 Penanganan Ayam

Sakit/Mati 30,0 30,0 30,0 30,0 15,0 Total Biosekuriti 80,0 75,0 85,0 85,0 60,0

1 Higien Sanitasi Pekerja Peternakan 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5

2 Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0

3 Sanitasi Kandang 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 4 Gudang Penyimpanan Telur 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5 Gudang Pakan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 6 Higien Penanganan Telur 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 7 Sanitasi Peternakan 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5

Total Higien dan Sanitasi 70,0 70,0 70,0 70,0 70,0 Bobot Total Akhir 75,0 75,5 77,5 76,2 65,0

Keterangan : Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik

Nilai akhir >80 : sangat baik

Pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan ayam kelompok

kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur terlaksana dengan baik. Peternakan

kelompok II lebih baik dalam penerapan biosekuriti serta higien sanitasi

Page 46: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

dibandingkan dengan peternakan kelompok I. Hal ini disebabkan peternakan

melaksanakan poin-poin biosekuriti dan higien sanitasi dengan baik walaupun tidak

seluruh poin dilakukan di peternakan.

Rataan pelaksanaan biosekuriti pada kelompok kepemilikan lebih dari 50.000

ekor ayam petelur bernilai 77%, artinya bahwa penerapan biosekuriti kelompok II

sudah dilaksanakan dengan baik. Rataan pelaksanaan higien dan sanitasi pada

kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur bernilai 70,0%, artinya

bahwa penerapan higien dan sanitasi kelompok II sudah dilaksanakan dengan cukup

baik. Rataan total keseluruhan pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi bernilai

73,84%, artinya penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan kelompok II

sudah dilaksanakan dengan baik. Biosekuriti, higien dan sanitasi belum dilakukan

oleh kelompok kepemilikan 10.000-50.000 ekor dengan baik, sedangkan kelompok

kepemilikan lebih dari 50.000 sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi

dengan baik.

1. Penilaian Penerapan Biosekuriti

Penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi pada masing-masing peternakan

berbeda-beda. Terdapat beberapa poin dalam penilaian aspek tersebut. Aspek-aspek

tersebut adalah biosekuriti sumber ayam, penanganan burung/unggas liar, tikus dan

insekta, pengawasan peti telur, biosekuriti peternakan ayam dan penanganan ayam

sakit/mati.

Biosekuriti Sumber Ayam. DOC pada semua peternakan yang dikunjungi pada

umumnya berasal dari PT Phokphand. Bibit anak ayam petelur yang akan dipelihara

diutamakan berasal dari pembibitan ayam ras bibit induk tipe petelur yang

mempunyai izin usaha peternakan dari pemerintah (Kepmentan, 2001). Pengiriman

DOC atau ayam baru pada saat masuk ke peternakan umumnya tidak disertai dengan

SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan). Selama ini penyertaan SKKH pada

peternakan ayam petelur memang jarang diterapkan. Sebagian peternakan hanya

diberi surat jalan saja tanpa diberi SKKH dan diberi jaminan dari perusahaan

peternakan asal bibit bahwa ayam telah diberikan vaksin untuk beberapa penyakit.

SKKH ini sangat penting untuk mengetahui kesehatan DOC yang akan masuk ke

Page 47: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

peternakan, dimana ayam hidup yang akan masuk peternakan berpotensi membawa

agen penyakit.

Isolasi merupakan penempatan atau pemeliharaan hewan di dalam

lingkungan yang terkendali atau terpisah. Isolasi ayam baru masuk ke area

peternakan dilakukan oleh beberapa peternakan. Peternakan kelompok II melakukan

isolasi secara keseluruhan sedangkan kelompok I tidak. Hal ini disebabkan kelompok

I mayoritas tidak menggunakan DOC pada pemeliharaannya melainkan

menggunakan pulet. Pulet adalah ayam petelur umur 13 minggu sampai masuk masa

prelayer (16-18 minggu). Ayam baru (DOC) masuk area peternakan langsung

dimasukkan ke dalam kandang khusus yang terpisah dari kandang ayam dewasa,

sedangkan pulet langsung dimasukkan ke dalam kandang produksi tanpa dilakukan

isolasi sebelumnya. Isolasi dilakukan dengan pembersihan kandang dan disertai

pemberian antibiotik pada DOC melalui pernafasan.

Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta. Hewan yang berpotensi

sebagai hewan pengganggu dalam peternakan ayam petelur adalah burung/unggas

liar, tikus dan insekta. Lokasi peternakan yang bagus harus tidak mudah dimasuki

binatang-binatang pengganggu tersebut sehingga peternak harus melakukan

desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga dan lalat, secara

teratur pembasmian dilakukan terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan

desinfektan yang aman bagi lingkungan (Kepmentan, 2001).

Peternakan pada kedua kelompok melakukan penanganan terhadap insekta,

sedangkan penanganan terhadap burung dan tikus jarang dilakukan. Penanganan

insekta pada umumnya dilakukan dengan pemberian insektisida seperti Snip, Betasit,

Larvadex, Agita dan Ratoli pada periode tertentu saja terutama pada saat musim

hujan. Tikus sering ditemui di gudang pakan, jika tikus tersebut memasuki karung

pakan kemudian pakan diberikan kepada ayam maka akan berbahaya. Hal tersebut

mampu menimbulkan penyakit zoonosis karena tikus merupakan reservoir

Salmonella sp. terutama Salmonella pullorium yang dapat menyebabkan penyakit

sehingga dilakukan penanganan terhadap tikus.

Pengendalian tikus (pest control) merupakan salah satu program keamanan

biologi untuk mengurangi terjadi penyebaran burung-burung liar, serangga, binatang

melata dan hewan-hewan lain ke dalam kandang yang berpotensi mempengaruhi

Page 48: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

status kesehatan ternak. Meskipun secara teoritis sudah dimengerti namun penerapan

di lapangan sering kali tidak konsisten. Kondisi inilah yang sering menimbulkan

masalah dalam peternakan meskipun sudah ada upaya melaksanakannya (Vallincourt

dan Carver, 1999). Pengawasan dan pengendalian tikus ini harus dilakukan secara

berkelanjutan. Sistem pemeliharaan ayam dengan cara all in all out tidak berlaku

bagi tikus penghuni kandang yang merupakan agen penular yang sangat potensial

pada ayam periode pemeliharaan berikutnya (Vielitz, 1994).

Pengawasan Peti Telur. Mayoritas peternakan kelompok II sudah membuat

peraturan mengenai keluar masuknya peti telur dari luar peternakan harus masuk

kembali ke dalam peternakan, sedangkan kelompok I belum memiliki aturan

tersebut. Peternakan kelompok II pada umumnya sudah mempunyai gudang

pembuatan peti sedangkan peternakan kelompok I belum memilik gudang pembuatan

peti. Peti yang masuk dari luar pada kelompok I berasal dari tukang peti dan

pertukaran ulang dengan agen telur.

Peternakan kelompok I memperbolehkan keluar masuknya peti telur tanpa

melakukan disinfeksi terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan kemungkinan

mikroorganisme tumbuh pada peti karena kayu merupakan salah satu media yang

baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Peti telur yang sudah berkali-kali

berpindah dari peternakan satu ke peternakan lainnya tentu menjadi sumber agen

patogen penting yang berasal dari luar peternakan.

Biosekuriti Peternakan Ayam. Biosekuriti peternakan ayam dilakukan dengan

melakukan desinfeksi pada pengunjung, kendaraan maupun peralatan yang masuk ke

lokasi peternakan melalui kolam dipping dan spraying. Biosekuriti tersebut sudah

dilakukan oleh kelompok II tetapi belum dilakukan oleh kelompok I.

Semua peralatan yang baru masuk ke dalam peternakan hendaknya dilakukan

isolasi terlebih dahulu dengan pembersihan dan fumigasi. Vaksinasi harus dilakukan

secara terpantau oleh dokter hewan di peternakan. Sepuluh peternakan dari kedua

kelompok tersebut sudah melakukan isolasi peralatan dan vaksinasi secara teratur

sesuai jadwal yang dianjurkan dokter hewan. Berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian (2001) bahwa peternakan ayam petelur harus melakukan tindakan

pencegahan (vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit unggas sesuai dengan peraturan

Page 49: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

perundangan yang berlaku dalam bidang kesehatan hewan. Peternakan ayam petelur

sebaiknya menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf dan tamu serta kendaraan di

pintu masuk perusahaan peternakan.

Penanganan Ayam Sakit/Mati. Isolasi ayam sakit sangat penting dilakukan karena

ayam yang sakit atau mati dapat menjadi sumber penyakit berbahaya bagi ayam

sehat yang berdekatan dengan kandang isolasi tersebut. Kelompok II sudah memiliki

kandang isolasi, hanya satu peternakan yang tidak memiliki. Kelompok I masih

banyak yang menyimpan ayam sakit pada kandang kosong dekat kandang ayam

sehat yang dikhawatirkan dapat menulari ayam sehat di dalam kandang. Kandang

isolasi digunakan untuk ayam sakit (dipatuk ayam lain, lumpuh), sedangkan penyakit

menular atau wabah ditangani secara langsung dalam satu kandang.

Alat pembersih dari kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang

lain. Ayam yang menderita penyakit menular atau bangkai ayam dan bahan-bahan

yang berasal dari hewan bersangkutan tidak dibawa keluar komplek peternakan

melainkan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Berdasarkan

Keputusan Menteri Pertanian (2001) bahwa setiap terjadi kasus penyakit terutama

yang dianggap/diduga penyakit menular segera dilaporkan kepada dinas peternakan

setempat. Peternakan ayam petelur sepenuhnya membantu pemerintah dalam usaha

pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular

2. Penilaian Penerapan Higien atau Sanitasi

Penerapan higien dan sanitasi pada kedua kelompok kepemilikan ayam di

peternakan berbeda-beda. Terdapat beberapa poin dalam penilaian aspek tersebut.

Aspek-aspek tersebut adalah higien sanitasi pekerja peternakan, higien sanitasi

pengunjung/tamu, sanitasi kandang, gudang penyimpanan telur, gudang pakan,

higien penanganan telur dan sanitasi peternakan.

Higien Sanitasi Pekerja Peternakan. Pegawai dapat menjadi sumber penyebaran

mikroorganisme sehingga perlu adanya pengawasan terhadap kebersihan pegawai di

area peternakan. Penerapan higien dan sanitasi terhadap pekerja pada kedua

kelompok tersebut belum seutuhnya dilaksanakan karena belum ada aturan terkait

mengenai sanitasi personal pegawai. Menurut Keputusan Menteri Pertanian (2001)

tenaga kerja yang diperkerjakan hendaknya berbadan sehat dan mendapat pelatihan

Page 50: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

teknis produksi kesehatan hewan. Pelatihan rutin terkait dengan biosekuriti, higien

dan sanitasi terhadap setiap pekerja di peternakan pada kedua kelompok tidak

dilakukan.

Karyawan yang sakit berpotensi sebagai sumber pencemar sehingga tidak

diperkenankan kontak dengan produk, peralatan dan fasilitas peternakan. Hal yang

harus diperhatikan adalah menjaga tidak adanya kontaminan yang masih menempel

pada tubuh sehingga dapat menulari ayam di kandang. Pegawai dilarang keluar

masuk peternakan ayam yang berbeda pada hari yang sama untuk mencegah

masuknya mikroorganisme dari luar ke dalam peternakan. Hal ini dapat diterapkan

dengan mencuci tangan, mengganti baju yang kotor, melakukan dipping sepatu atau

alas kaki yang digunakan pegawai sebelum masuk area peternakan.

Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu. Higien sanitasi pengunjung dilakukan dengan

adanya pengawasan terhadap pengunjung dan pengunjung harus mengikuti aturan

biosekuriti, higien dan sanitasi di peternakan. Hal ini dilakukan karena tidak setiap

orang dapat keluar masuk komplek perkandangan yang memungkinkan bisa

menularkan suatu penyakit. Higien tersebut belum dilakukan dengan baik oleh

kelompok I dan kelompok II. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian (2001)

bahwa peternakan ayam petelur sebaiknya menyediakan fasilitas desinfeksi untuk

staf dan tamu serta kendaraan di pintu masuk perusahaan peternakan.

Pengawasan terhadap pengunjung/tamu yang datang umumnya sudah

dilakukan. Penerapan higien sanitasi terhadap pengunjung belum dilakukan dengan

baik. Pengunjung/tamu belum mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan

sanitasi. Pengunjung hanya diperbolehkan masuk ke area yang dianggap bersih bagi

kesehatan ayam (tidak boleh sampai masuk ke dalam area kandang terutama kandang

DOC yang rentan penyakit). Salah satu tindakan yang harus dilakukan dalam

pengamanan penyakit menurut Keputusan Menteri Pertanian (2001) yaitu peternakan

harus mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas kendaraan,

orang dan peralatan yang keluar masuk komplek peternakan maupun pada pintu-

pintu masuk kandang, gudang makanan dan lain sebagainya.

Sanitasi Kandang. Semua peternakan ayam petelur tersebut melakukan sanitasi dan

pembersihan kandang dengan baik. Jadwal pembersihan kandang dan kotoran

Page 51: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

berbeda-beda pada setiap peternakan. Semua peternakan melakukan pengosongan

kandang sebelum ayam masuk atau pada saat pemindahan ayam dari kandang

periode sebelumnya (all in all out). Setelah itu dilakukan pembersihan kandang dari

segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (feses, bulu-bulu ayam,

debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang,

mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian menabur kapur pada alas kandang.

Bangunan kandang, tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dan didisinfeksi

kembali. Kandang battery dibersihkan, dilakukan pengapuran rak cage (kayu) dan

memperbaiki fasilitas-fasilitas kandang yang mengalami kerusakan. Seluruh isi

kandang disemprot disinfektan. Disinfektan yang digunakan adalah Long Life,

Safety Guard, Firkon, Biosit dan BKC. Alas kandang brooder ditaburi sekam yang

telah didesinfeksi. Disinfeksi dilakukan satu atau dua hari sebelum pulet masuk

kandang.

Tindakan yang harus dilakukan dalam pengamanan penyakit yaitu peternak

harus melakukan pembersihan dan pencucian kandang baik terhadap kandang yang

telah dikosongkan maupun sebelum ternak berikutnya masuk ke dalam kandang.

Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan serta sanitasi seluruh

peternakan, tidak terdapat ternak dan unggas lain yang dapat sebagai penghantar

penyakit menular dan mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas

kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk peternakan (Kepmentan, 2001).

Gudang Penyimpanan Telur. Peternakan ayam petelur pada kedua kelompok

belum memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur yang

baik. Gudang telur yang baik menurut President’s Council on Food Safety (1999)

memiliki beberapa kriteria seperti lantai dan dinding terbuat dari bahan yang mudah

dibersihkan dan dilakukan disinfektan, pertemuan dinding dan lantai cekung

sehingga memudahkan dalam pembersihan, adanya langit-langit yang terbuat dari

bahan yang tidak mudah mengelupas, ventilasi yang baik untuk menjaga aliran udara

di dalam ruangan yang baik, serta penerangan yang memadai.

Gudang telur kelompok II dan sebagian pada kelompok I sudah cukup baik

yaitu memiliki ventilasi yang cukup baik, terdapat langit-langit yang terbuat dari

triplek serta penerangan yang sudah cukup baik, namun masih ada yang belum

memiliki ventilasi dan penerangan yang baik. Suhu dan kelembaban gudang telur

Page 52: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

mengikuti suhu dan kelembaban rata-rata kandang yaitu 250-300C dan kelembaban

udara 70 %.

Gudang Pakan. Kondisi gudang pakan belum memiliki struktur bangunan yang

menunjang higien dan sanitasi telur yang baik. Peternakan ayam petelur yang

dikunjungi umumnya membeli pakan dari pabrik dan hanya beberapa saja yang

membuat pakan sendiri. Pakan yang digunakan harus cukup dan sehat serta

berkualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam DSN (1995) dan

berasal dari pabrik pakan yang sudah memiliki izin (Kepmentan, 2001).

Konstruksi gudang pakan pada kedua kelompok peternakan umumnya

beralaskan lantai semen, beratap asbes, seng dan genteng, berdinding bahan batako,

kawat dan seng. Peternakan kelompok II sudah hampir memiliki struktur gudang

pakan yang cukup baik dengan dilengkapi ventilasi udara kandang yang cukup, atap

kandang dengan menggunakan asbes dan beralaskan lantai semen. Suhu dan

kelembaban gudang pakan mengikuti suhu dan kelembaban rata-rata kandang yaitu

250-300C dan kelembaban udara 70%.

Higien Penanganan Telur. Higien penanganan telur pada kedua kelompok

peternakan dilakukan dengan cukup baik. Telur dari kandang sebagian besar

ditampung terlebih dahulu pada egg tray plastik bersih yang kemudian dilakukan

pemisahan antara telur yang bagus dan telur retak di gudang telur. Hal ini dilakukan

untuk mencegah telur yang baik terkontaminasi agen patogen yang mungkin terdapat

pada telur kotor atau retak. Telur retak biasanya dijual kepada masyarakat sekitar

peternakan dan tukang kue. Telur kotor dibersihkan dengan menggunakan lap kering

tanpa dicuci dengan air. Telur kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam peti

kayu yang sebelumnya ditaburi sekam bersih guna mencegah terjadinya telur pecah

selama perjalanan yang selanjutnya akan didistribusikan ke agen telur.

Distribusi telur pada kedua kelompok peternakan tersebut tidak menggunakan

mobil boks tertutup melainkan dengan menggunakan mobil truk terbuka. Hal ini

memungkinkan telur terkontaminasi selama diperjalanan karena alat angkut yang

digunakan tidak tertutup.

Sanitasi Peternakan. Air yang digunakan oleh seluruh peternakan tersebut

memenuhi persyaratan air bersih, yaitu menggunakan air tanah untuk minum ternak

Page 53: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

dan kegiatan peternakan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri

Pertanian (2001) bahwa persyaratan air untuk peternakan yaitu air yang digunakan

harus memenuhi baku mutu air yang sehat yang dapat diminum oleh manusia dan

ternak serta tersedia sepanjang tahun. Air diperiksa di laboratorium tetapi tidak rutin

satu tahun satu kali, hanya sekali di awal karena disarankan oleh dinas peternakan

setempat sehingga jelas air yang digunakan aman dan sehat untuk digunakan dalam

peternakan.

Kotoran ayam dan sampah yang terdapat di lingkungan peternakan dapat

menjadi salah satu sumber pencemaran di peternakan. Pengambilan sampah dan

kotoran ayam dilakukan secara teratur di peternakan. Waktu pengambilan feses

dilakukan berbeda-beda tiap peternakan, ada yang setiap hari diangkut, dua kali

dalam satu minggu, satu minggu satu kali dan ada juga yang diambil secara tidak

teratur sesuai penuhnya tempat feses. Sampah pada semua peternakan dibersihkan

setiap hari dan dibakar karena dapat mencemari lingkungan peternakan.

Page 54: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Jumlah kepemilikan ayam petelur tidak mempengaruhi kualitas fisik telur

ayam (bobot telur, nilai pH, HU dan ketebalan kerabang). Kualitas mikrobiologi telur

ayam konsumsi menunjukkan bahwa kualitas telur ayam belum memenuhi keamanan

pangan. Biosekuriti, higien dan sanitasi belum diaplikasikan sepenuhnya oleh

kelompok peternakan ayam petelur dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor,

sedangkan kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 ekor sudah melaksanakan

biosekuriti, higien dan sanitasi dengan baik.

Saran

Telur ayam yang diteliti masih dideteksi adanya Salmonella sp., sedangkan di

dalam telur konsumsi menurut standar SNI 01-6366-2000 seharusnya tidak ada

(negatif) Salmonella. Konsumen perlu berhati-hati dalam melakukan penanganan

maupun pengolahan telur sehingga tidak beresiko sebagai sumber penyakit.

Penelitian lebih lanjut disarankan mengkaji pengaruh suhu dan waktu pemanasan

terhadap kualitas mikrobiologi telur khususnya Salmonella untuk memberi informasi

kepada masyarakat.

Page 55: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

DAFTAR PUSTAKA

Arzey, G. and E. Mac Arthur. 2007. NSW Biosecurity Guidelines for Free Range Poultry Farms. NSW Department of Primary Industries, State of New South Wales.

Baumler, A. J., B. M. Hargis and R. M. Tsolis. 2000. Tracing origin of Salmonella outbreaks. Science 287(5450): 50−52.

Brown, A. 2000. Understanding Food Principle and Preparation. Wadsworth University of Hawaii, Hawaii.

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Cullor, J. S. 1997. Risk and prevention of contaminant of dairy products. Rev. Sci. Tech. 16(2): 472−481.

Dewan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2897-1992. Metode Pengujian Cemaran Mikroba, Standar Nasional Indonesia, Jakarta.

Dewan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3926-1995. Telur Ayam Konsumsi. Standar Nasional Indonesia, Jakarta.

Dewan Standardisasi Nasional. 2000. SNI 01-6366-2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Telur. Standar Nasional Indonesia, Jakarta.

Doyle, M. P. and D. O. Cliver. 1990. Salmonella: foodborne diseases D. O. Cliver. Academic Press, Inc., 185-204.

Ewen, S. A. and W. B. McNab. 1997. Contaminants of nonbiological origin in foods from animals. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 16(2): 684−693.

Fardiaz, D. 1992. Mikrobiologi Pengolahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fardiaz, S. 1996. Strategi Riset Bidang Mikrobiologi untuk Meningkatkan Keamanan Pangan di Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ferrier, L. K., Lesson, B. J. Holub, L. Easton and E. J. Squires. 1994. High linolenic acid eggs and their influence on blood lipids in humans. In : Sim, J. S. and S. Nakai (Eds.). Eggs Uses and Processing Technologies. CAB International, Kanada.

Gorris, L. G. M. 2005. Food Safety Objective: An integral part of food chain management. Food Control 16: 801−809.

Hardjosworo, E. G., P. S. Rukmiasih dan Ernawati. 1989. Penanganan Hasil Ternak. Fakultas Politeknik Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Harmayani, E., E. Santoso, T. Utami dan S. Raharjo. 1996. Identifikasi bahaya kontaminasi S. aureus dan titik kendali kritis pada pengolahan produk daging ayam dalam usaha jasa boga. Agrotech, Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian 16 (3): 7−15.

Page 56: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Horrox, N. 1997. Salmonella-a practical overview. International Hatchery Practice, 12 (12): 15-17.

[Kepmentan] Keputusan Menteri Pertanian. 2001. Pedoman Budidaya Ternak Ayam Petelur yang Baik (Good Farming Practices), Jakarta.

Keswandani, R. 1996. Identifikasi titik pengendalian kritis pengolahan produk daging dan ikan dari industri jasa boga golongan A-2 terhadap cemaran bakteri Salmonella sp. Skripsi. Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Levy, P. S. and S. Lemeshow. 1999. Sampling of Population. 3rd Ed. John Willey and Sons. Inc., Kanada.

Messens, W., K. Grijspeerdt and L. Herman. 2005. Eggshell penetration by Salmonella. Journal World Poultry Sci. 61 (1) : 71-85

Michalski, C. B., R. E. Brackett, Y. C. Hung and G. O. I. Ezeike. 1999. Use of capillary tubes and plate heat exchanger to validate U.S. Department of Agriculture pasteurization protocols for elimination of Salmonella enteritidis from liquid egg products. Journal Food Protect. 62 (2) : 112-117

Mine, Y. 2008. Egg Bioscience and Biotechnology. Department of Food Science University of Guelph. Wiley-interscienc A John Wiley & Sons, Inc., Publication.

Mountney, G. J. 1976. Poultry Product Technology. The 2nd Ed. The AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.

Nort, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. The 4th Ed. AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.

Payne, J. B., E. C. Kroger and S. E. Watkins. 2002. Evaluation of litter treatment on Salmonella recovery from poultry litter. Journal Appl. Poult. Res. 11: 239-243.

Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Bogor. Romanoff, A. L. dan A. J. Romanoff. 1963. The Avian Eggs. John Willey and Sons,

Inc, New York. Sartika, R. A. D., Y. M. Indrawani dan T. Sudiarti. 2005. Analisis mikrobiologi

Escherichia coli O157:H7 pada hasil olahan hewan sapi dalam proses produksinya. Makara Kesehatan. 9 (1) : 23-28

Siagian, A. 2002. Mikroba patogen pada makanan dan sumber pencemarannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat. USU. http://www.library.usu.ac.id [25 November 2009]

Sisson, S. 1953. The anatomy of the domestic animals. The 4th Ed. W. B. Saunders Company. Philadelphia, 940.

Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill. 1995. Egg Science and Technology. 2nd Ed. The Avi Publ. Co. Inc. Rahway, New York.

Page 57: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Steel, R. G. D dan J. H Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan. Bambang Sumantri. Edisi Dua. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Trioso, P. 2008. Pelatihan Penyusunan SOP Penanganan Susu dan Telur. Dinas Peternakan, Bandung.

[USDA] United States Department of Agriculture. 2000. Egg Grading Manual. Federal Crop Insurance Corporation (FCIC), Washington DC.

Vaillancourt, J. P. and D. K. Carver. 1999. Biosecurity: Perception is not reality, Poultry Digest, 28-30.

Vielitz, E. 1994. Salmonella control programmes worldwide. Poultry International. March, 32- 38.

Well, R. G. and C. G. Belyavin. 1987. Egg Quality-Current Problems and Recent Advance. Poultry Science Symposium 20. Butterworths, Borough Green, Sevenoaks, Kent TN 15 8 PH, England.

Winarno, F. G. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio Press, Bogor.

Page 58: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Alhamdulillah, penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang

selalu melimpahkan nikmat-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dan studi ini. Salawat dan salam semoga selalu kita curahkan

untuk suri tauladan kita Nabi Muhammad saw. Terimakasih penulis sampaikan

kepada Ibunda tercinta Ida Widiarsih, Bapak R. Teddy Muchtar (Alm.), Adik

Muhammad Herlan dan seluruh keluarga tersayang atas segala bantuan doa,

semangat, dan dukungan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IPB.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi.

selaku pembimbing akademik, Zakiah Wulandari STP., MSi. selaku pembimbing

utama, atas bimbingannya yang berharga selama penulis belajar di IPTP, melakukan

penelitian dan menyusun skripsi. Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA selaku

pembimbing anggota atas semua bimbingan, masukan dan arahannya selama penulis

melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga tahap akhir.

Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pihak Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Bogor, khususnya Bapak Ir. Wawan Setiawan H., MM.,

dan Bapak Indra Ridarta, S.E., dan Bapak Udin atas bantuan selama observasi ke

peternakan di Kabupaten Bogor. Ucapan terima kasih kepada para peternak ayam

petelur di Kabupaten Bogor atas bantuannya dan Bapak Dr. Hardy Priohutomo

pemilik peternakan ayam petelur Purwasari Cicurug, Sukabumi. Staf Laboratorium

bagian Teknologi Hasil Ternak, Bu Iyom dan teman-teman penelitian lab.

pengolahan susu yaitu Lia, Vivin, Awlia, Hida, Ema, Marifah, Mba Wida, Oca dan

Adri. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Talkhishul Abid, Indra

Maulana Yusup, Dianti, Tia, Ade Irma, Nolis dan Anggi atas dukungan, doa serta

bantuan selama penelitian. Semua kebaikan yang telah diberikan hanya Allah yang

pantas membalasnya. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada civitas

akademika Fakultas Peternakan, khususnya IPTP 42 serta kepada semua pihak yang

telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan dan

peternakan. Amin.

Bogor, Januari 2010

Penulis

Page 59: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

LAMPIRAN

Page 60: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 1. Analisis Ragam Bobot Telur

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Peternakan 1 13,69 13,69 1,13 0,318

Galat 8 96,65 12,08

Total 9 110,34

Lampiran 2. Analisis Ragam Nilai HU

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Peternakan 1 7,73 7,73 0,16 0,704

Galat 8 398,66 49,83

Total 9 406,38

Lampiran 3. Analisis Ragam Ketebalan Kerabang

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Peternakan 1 0,0006400 0,0006400 0,70 0,427

Galat 8 0,0073200 0,0009150

Total 9 0,0079600

Lampiran 4. Analisis Ragam Nilai pH

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Peternakan 1 0,01156 0,01156 0,86 0,382

Galat 8 0,10800 0,01350

Total 9 0,11956

Page 61: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0) Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. DOC berasal dari PT Phokphand dan hanya disertai surat jalan

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 1 10,0

Total I 20,0 10,0

II Penanganan Burung/Unggas Liar Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hanya melakukan desinfeksi terhadap insekta dengan Ratoli

2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 5,0

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik dengan adanya gudang pembuatan peti telur

Total III 10,0 10,0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang

10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik. Hanya memilki spraying untuk kendaraan saja 2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke

area peternakan 5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 10,0

Total IV 25,0 25,0

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik. Dokter hewan didatangkan dari petugas vaksin 2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0

Total V 30,0 30,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 80,0

Page 62: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0) Nilai Keterangan

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pelatihan berupa seminar dari pihak vaksin/obat

2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot

5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi

5,0 1 5,0

Total I 25,0 12,5

II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Tamu dibatasi masuk ke area tertentu saja

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi

2,5 0 0

Total II 7,5 0 5,0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik.

Pembersihan dan disinfeksi kandang dilakukan pada saat DOC masuk ke peternakan. Desinfektan yang digunakan adalah Long life dan Safety guard

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)

5,0 1 5,0

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 2,5

Total III 17,5 17,5

Page 63: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0) Nilai Keterangan

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Hanya terdapat kamar mandi. Gudang penyimpanan telur pada suhu ruang

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC

2,5 0 0

Total IV 10,0 5,0

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang pakan yaitu pada suhu ruang

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%

2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total V 7,5 2,5

VI Higien Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi dilakukan setiap pagi dengan mobil truk terbuka

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap

2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih

7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Pemeriksaan air dilakukan hanya tidak setiap tahun. Sampah dibakar

2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)

5,0 1 5,0

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur

5,0 1 5,0

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100 70,0

Page 64: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH (Lanjutan)

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir (Bobot % x Total

Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 80,0 40,0

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0

Hasil Akhir 100,0 75,0

Keterangan : Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir >80 : sangat baik

Nilai akhir yang diperoleh sebesar 75,0 karena nilai akhir ini berada diantara kisaran

antara 60-70 maka dapat disimpulkan bahwa peternakan TH sudah melaksanakan

biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur dengan baik.

Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hanya diberi surat jalan saja. Langsung ditempatkan di kandang pullet

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 0 0

Total I 20,0 0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hanya dilakukan penanganan insekta dengan Ratoli

2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 5,0

Page 65: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Peti dari agen kembali ke peternakan

Total III 10,0 0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Kendaraan atau tamu masuk tanpa dilakukan disinfeksi

2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan

5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 10,0

Total V 25,0 15,0

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hanya disimpan di kandang kosong yang jaraknya masih berdekatan dengan kandang ayam sehat. Dokter hewan dari pihak vaksin

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0

Total V 30,0 15,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 35,0

Data Penilaian Penerapan Biosekuriti

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pelatihan kepada pekerja yaitu dengan diberikan pengarahan

2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot

5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

Page 66: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi

5,0 1 5,0

Total I 25,0 12,5

II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik.

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi

2,5 0 0

Total II 7,5 5,0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran diangkut ke karung dan tidak menentu waktunya. Desinfektan yang digunakan adalah Firkon, Biosit dan BKC.

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)

5,0 1 5,0

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 2,5

Total III 17,5 17,5

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur

2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang telur yaitu suhu ruang. Rata-rata kelembaban di Kab. Bogor adalah 80%

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC

2,5 0 0

Total IV 10,0 2,5

Page 67: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan

2,5 0 0 Pelaksanaan masih belum baik. Gudang pakan tertutup dengan seng. Penyimpanan pakan tidak menggunakan alas kayu

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%

2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total V 7,5 0

VI Higien Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi telur dilakukan pada truk terbuka

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap

2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih

7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Waktu pengambilan sampah tidak menentu

2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)

5,0 1 1,0

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur

5,0 1 5,0

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 65,0

Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan)

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 35,0 17,5

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 65,0 32,5

Hasil Akhir 100,0 50,0

Page 68: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Keterangan :

Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik

Nilai akhir yang diperoleh sebesar 50,0, karena nilai akhir ini bernilai dibawah 60

maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi

peternakan petelur pada peternakan NR belum baik sehingga perlu dilakukan

peningkatan nilai biosekuriti agar dapat memenuhi GFP ayam petelur yang baik.

Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pemeliharaan ayam tidak dimulai dari DOC

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 0 0

Total I 20,0 0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Burung diberi racun burung gereja

2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 10,0

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Peti berasal dari agen telur

Total III 10,0 0

Page 69: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Kendaraan dan tamu yang masuk tidak dilakukan disinfeksi

2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan

5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 10,0

Total V 25,0 15,0

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Ayam sakit disimpan di kandang kosong saja.

Dokter hewan dari pihak supplier obat kadang atau dari dinas peternakan

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0

Total V 30,0 15,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 40,0

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pakai kerja tidak seragam. Pelatihan diberikan dengan diberikan pengarahan

2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot

5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien, dan sanitasi

5,0 1 5,0

Total I 25,0 12,5

Page 70: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Pengunjung harus melapor sebelum ke area peternakan

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi

2,5 0 0

Total II 7,5 5,0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Pembersihan kotoran ayam dilakukan satu minggu 2-3 kali

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)

5,0 1 5,0

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 2,5

Total III 17,5 17,5

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Rata-rata kelembaban Kab. Bogor adalah 80%

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC

2,5 0 0

Total IV 10,0 5,0

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik

Page 71: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%

2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total V 7,5 2,5

VI Higien Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Telur yang kotor dilap menggunakan desifektan BKC. Pengangkutan dengan truk terbuka

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap

2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih

7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran diangkut ke karung 1 minggu 2-3 kali

2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)

5,0 1 5,0

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur

5,0 1 5,0

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0

Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan)

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 40,0 20,0

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0

Hasil Akhir 100,0 55,0

Keterangan :

Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik

Page 72: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Nilai akhir yang diperoleh sebesar 55,0, karena nilai akhir ini berada <60 maka dapat

disimpulkan bahwa peternakan AT ini sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan

sanitasi peternakan petelur dengan kurang baik.

Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 10,0 Pelaksanaan belum baik. DOC yang baru masuk dilakukan isolasi

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 1 10,0

Total I 20,0 10,0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 1 5,0 Pelaksanaan sudah baik. Pencampuran pakan dengan menggunakan Larvadex

2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 15,0

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Peti berasal dari agen

Total III 10,0 0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Tamu dan kendaraan tidak dilakukan disinfeksi sebelum masuk area

2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan

5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 10,0

Total V 25,0 15,0

Page 73: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik.

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0

Total V 30,0 30,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 70,0

No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pelatihan dilakukan dengan memberikan pengarahan

2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot

5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi

5,0 1 5,0

Total I 25,0 12,5

II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Tamu harus melapor dahulu 2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait

biosekuriti, higien dan sanitasi 2,5 0 0

Total II 7,5 5,0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran dibersihkan satu bulan sekali kalau sudah afkir, dimasukkan kedalam karung

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum, dan sebagainya)

5,0 1 5,0

Page 74: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 2,5

Total III 17,5 17,5

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higiene dan sanitasi telur

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Hanya memiliki kamar mandi. Gudang penyimpanan menggunakan suhu ruang

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC

2,5 0 0

Total IV 10,0 5,0

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Ventilasi bangunan sudah cukup baik

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%

2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total V 7,5 2,5

VI Higien Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi telur menggunakan truk terbuka

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap

2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih

7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran diangkut jika ayam sudah afkir 1 bulan 1 kali

2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)

5,0 1 5,0

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur

5,0 1 5,0

Page 75: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK (Lanjutan)

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0

Lampiran 8. Lanjutan

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 70,0 35,0

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0

Hasil Akhir 100,0 70,0

Keterangan :

Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik

Nilai akhir yang diperoleh sebesar 70,0, karena nilai akhir ini berada diantara kisaran

antara 60-70 maka dapat disimpulkan bahwa peternakan SK ini sudah melaksanakan

biosekuriti, higien, dan sanitasi peternakan petelur dengan cukup baik.

Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 10,0 Pelaksanaan belum baik.

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 1 10,0

Total I 20,0 10,0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. 2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 10,0

Page 76: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 1 10,0

Total III 10,0 10,0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pengunjung dan kendaraan yang masuk area tidak diberi desinfektan

2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan

5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 10,0

Total V 25,0 15,0

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 1 15,0 Pelaksanaan belum baik.

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0

Total V 30,0 30,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 75,0

No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pekerja diberi pengarahan 2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih

dan sepatu bot 5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi

5,0 1 5,0

Total I 25,0 12,5

Page 77: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik.

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi

2,5 0 0

Total II 7,5 5,0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Pembersihan kandang dilakukan setiap hari. Disinfeksi kandang dilakukan setiap perpindahan kandang

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)

5,0 1 5,0

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 2,5

Total III 17,5 17,5

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang simpan telur adalah suhu ruang

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC

2,5 0 0

Total IV 10,0 5,0

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang adalah suhu ruang

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%

2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Page 78: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

Total V 7,5 2,5

VI Higiene Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi telur dengan truk terbuka

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap

2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih

7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik.

2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)

5,0 1 5,0

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur

5,0 1 5,0

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0

Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan)

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 75,0 37,5

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0

Hasil Akhir 100,0 72,5

Keterangan :

Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik

Nilai akhir penilaian biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur adalah 72,5

berarti dalam hal ini peternakan NW sudah baik dalam pelaksanaan biosekuriti,

higien dan sanitasi di peternakan.

Page 79: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Setelah isolasi dilakukan seleksi bobot badan

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 1 10,0

Total I 20,0 10,0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Penanganan tikus dengan racun tikus betasit

2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 10,0

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik baik.

Total III 10,0 10,0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang

10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik. Pengunjung dan motor disediakan kolam dipping dan spraying untuk kendaraan

2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan

5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 10,0

Total V 25,0 25,0

Page 80: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik.

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0

Total V 30,0 30,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 85,0

No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pengarahan kepada kepala kandang

2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot

5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien, dan sanitasi

5,0 1 5,0

Total I 25,0 12,5

II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Pengunjung melewati kolam dipping

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien, dan sanitasi

2,5 0 0

Total II 7,5 5,0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Sanitasi kandang setiap hari dengan menggunakan sunchin. Desinfeksi kandang kosong dengan Bomokuat

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

Page 81: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)

5,0 1 5,0

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 2,5

Total III 17,5 17,5

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Rata-rata kelembaban Kab. Bogor adalah 80%

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total IV 10,0 5,0

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang yaitu suhu ruang

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%

2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total V 7,5 2,5

VI Higien Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi dengan truk terbuka

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap

2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih

7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran dibersihkan dua minggu satu kali

2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)

5,0 1 5,0

Page 82: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur

5,0 1 5,0

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0

Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan)

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 85,0 42,5

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0

Hasil Akhir 100,0 77,5

Keterangan :

Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik

Nilai akhir yang diperoleh sebesar 77,5, dapat disimpulkan bahwa peternakan KM ini

sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur dengan baik.

Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik.

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 1 10,0

Total I 20,0 10,0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. 2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0

Page 83: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 10,0

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 1 10,0 Pelaksanaan belum baik. Memiliki gudang peti

Total III 10,0 10,0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang

10,0 1 10,0 Pelaksanaan belum baik. Lengkap semua. 2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke

area peternakan 5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 10,0

Total V 25,0 25,0

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik.

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0

Total V 30,0 30,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 85,0

No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pekerja menggunakan baju bebas

2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot

5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi

5,0 1 5,0

Total I 25,0 12,5

Page 84: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

II Higiene Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 1 5,0 Pelaksanaan sudah baik. Tamu harus melapor sebelum memasuki area. Pengunjung hanya memasuki area tertentu saja

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi

2,5 0 0

Total II 7,5 5,0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Kandang selalu di disinfeksi terutama saat pemindahan kandang

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)

5,0 1 5,0

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 2.5

Total III 17,5 17,5

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higiene dan sanitasi telur

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Rata-rata kelembaban Kab. Bogor adalah 80%

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC

2,5 0 0

Total IV 10,0 5,0

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik.

Page 85: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%

2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total V 7,5 2,5

VI Higien Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik.

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap

2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih

7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik.

2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)

5,0 1 5,0

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur

5,0 1 5,0

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0

Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan)

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir (Bobot % x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 85,0 42,5

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0

Hasil Akhir 100,0 77,5

Keterangan :

Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik

Page 86: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Nilai akhir penentuan peringkat biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur

adalah 77,5. hal ini berarti Peternakan TT sudah melakukan biosekuriti, higien dan

sanitasi yang baik.

Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik.

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 1 10,0

Total I 20,0 10,0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. 2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 10,0

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Masih ada pertukaran dari agen

Total III 10,0 0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang

10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik. Lengkap semua alat boisekuruti kendaraan dan tamu

2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan

5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 5,0

Total V 25,0 25,0

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 0 0 Pelaksanaan belum baik.

Page 87: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0 Ayam sakit disimpan pada kandang kosong

Total V 30,0 15,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 60,0

No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pegawai mendapatkan pengarahan 2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih

dan sepatu bot 5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi

5,0 1 5,0

Total I 25,0 12,5

II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Pengunjung mengikuti aturan peternakan

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi

2,5 0 0

Total II 7,5 5,0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Pindah kandang dari DOC ke kandang remaja kurang lebih umur 1 bulan. Pembersihan kandang rutin dilakukan

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang 5,0 1 5,0

Page 88: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 2,5

Total III 17,5 17,5

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higiene dan sanitasi telur

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik.

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total IV 10,0 5,0

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan

2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik.

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40% 2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total V 7,5 2,5

VI Higien Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi menggunakan truk terbuka

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap 2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih 7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. 2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal

1 tahun sekali) 5,0 1 5,0

Page 89: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur

5,0 1 5,0 Pembersihan sampah setiap hari. Feses 1 minggu 2 kali

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0

Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan)

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 60,0 30,0

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0

Hasil Akhir 100,0 65,0

Keterangan :

Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik

Nilai akhir penentuan peringkat biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur

adalah 65,0. Hal ini menunjukkan bahwa peternakan SG sudah cukup baik dalam

melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan.

Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. DOC berasal dari Multi Breeder. DOC dikarantina dahulu

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 0 10,0

Page 90: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

Total I 20,0 10,0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. 2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 5,0

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hasil tukar dengan agen telur

Total III 10,0 0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan peralatan dan orang

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Melakukan vaksin sendiri 2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke

area peternakan 5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 10,0

Total V 25,0 15,0

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Ayam sakit hanya disimpan dikandang kosong dan sangat dekat dengan kandang ayam sehat

Melakukan vaksin sendiri

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 0 0

Total V 30,0 0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 30,0

Page 91: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Tidak terdapat pelatihan terhadap pegawai

2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot

5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 2,5

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi

5,0 0 0

Total I 25,0 5,0

II Higiene Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik.

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi

2,5 0 0

Total II 7,5 5,0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Kandang kosong selama 3bulan. Sebelum ayam pindah kandang, kandang disemprot desinfektan. Setiap hari kotoran dijual. Disinfeksi dilakukan 3 bulan sekali pada saat ayam masuk kandang

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)

5,0 1 5,0

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 1,0

Total III 17,5 17,5

Page 92: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur

2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Kelembaban rata-rata Kab. Bogor 80%. Suhu rata-rata Kab. Bogor 25-33oC

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC

2,5 0 0

Total IV 10,0 2,5

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan

2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik.

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%

2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total V 7,5 0

VI Higiene Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5 Pelaksanaan belum baik.

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap

2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih

7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik.

2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)

5,0 1 5,0

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur

5,0 1 5,0

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 57,5

Page 93: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan)

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 30,0 15,0

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 57,5 28,7

Hasil Akhir 100,0 43,7

Keterangan :

Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik

Nilai akhir masuk kedalam kisaran antara <60 yaitu 43,7, berarti peternakan KG ini

merupakan peternakan yang belum baik dalam menerapkan biosekuriti, higien dan

sanitasi untuk peternakan petelur walaupun belum lengkap.

Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

I Biosekuriti Sumber Ayam

1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)

10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. SKKH hanya diperlihatkan saja ke pembeli

2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan

10,0 0 0

Total I 20,0 0

II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta

1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Penanganan tikus dengan insektisida SNIP

2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0

3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida

5,0 1 5,0

Total II 15,0 5,0

Page 94: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

III Pengawasan Peti Telur

1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan

10,0 0 10,0 Pelaksanaan belum baik. Boleh dari tukang peti dan tukar peti dari agen

Total III 10,0 10,0

IV Biosekuriti Peternakan Ayam

1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang

10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik. Hanya spraying untuk mobil saja

2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan

5,0 1 5,0

3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan

10,0 1 10,0

Total V 25,0 25,0

V Penanganan Ayam Sakit/Mati

1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat

15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik. Ayam sakit ditampung sementara. Didatangkan dokter hewan dari supplier obat-obatan

2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0

Total V 30,0 30,0

Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 70,0

No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi

I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan

1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)

7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pernah dilakukan pemeriksaan sampel darah pekerja terbebas dari AI. Pekerja diberi pengarahan, ada juga yang melanggar

2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot

5,0 0 0

3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)

2,5 1 2,5

4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0

5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi

5,0 1 5,0

Page 95: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

Total I 25,0 12,5

II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu

1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu

5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik.

2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi

2,5 0 0

Total II 7,5 0

III Sanitasi Kandang

1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)

2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Disinfeksi alat-alat kandang dilakukan 1 kali saat pengosongan kandang. Penyemprotan disinfeksi 3 bln 1 kali dengan Benzan Kadmium

2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutumendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang

5,0 1 5,0

3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi

2,5 1 2,5

4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum, dan sebagainya)

5,0 1 5,0

5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala

2,5 1 2,5

Total III 17,5 17,5

IV Gudang Penyimpanan Telur

1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur

2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik.

2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup

2,5 0 0

3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%

2,5 1 2,5

4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC

2,5 0 2,5

Total IV 10,0 5,0

V Gudang Pakan

1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan

2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang adalah suhu ruang

2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%

2,5 0 0

3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0

Total V 7,5 0

Page 96: KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR … KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI

Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan)

No. Data Penilaian Penerapan higien Bobot Nilai (%)

Ya (1)/ Tidak (0)

Nilai Keterangan

VI Higien Penanganan Telur

1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik

5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Telur baik dan pecah dijual terpisah. Telur disimpan 1 hari di gudang. Truk terbuka

2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap

2,5 1 2,5

3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5

4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat

2,5 0 0

5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0

Total VI 15,0 10,0

VII Sanitasi Peternakan

1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih

7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Air yang digunakan adalah air sumur

2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)

5,0 1 5,0

3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur5,0 1 5,0

Total VII 17,5 17,5

Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 62,5

Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan)

No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir (Bobot % x Total Nilai)

1 Penilaian biosekuriti 50,0 70,0 35,0

2 Penilaian higien sanitasi 50,0 62,5 31,2

Hasil Akhir 100,0 66,2

Keterangan :

Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik

Kesimpulan : dilihat dari nilai akhir yaitu 66,2, berarti peternakan WH ini merupakan

peternakan yang sudah cukup baik dalam menerapkan biosekuriti, higien dan sanitasi

untuk peternakan petelur walaupun belum lengkap.