KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MUTIA FANI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR
DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI MUTIA FANI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
MUTIA FANI. D14051402. 2010. Kajian Kualitas dan Keamanan Telur Ayam Konsumsi pada Peternakan Ayam Petelur dengan Kepemilikan yang Berbeda di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, STP., MSi Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA
Telur ayam merupakan bahan makanan yang mengandung gizi yang baik untuk tubuh manusia. Telur ayam dalam pemasarannya menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah cemaran mikroba. Peran mikroorganisme dalam telur cukup penting karena akan menyebabkan perubahan yang tidak menguntungkan misalnya kerusakan fisik telur, bernoda dan adanya bau yang kurang sedap serta dapat menjadi penyebab penyakit. Penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi di peternakan ayam petelur sangat menentukan keamanan dan kesehatan telur yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas dan keamanan telur ayam konsumsi berdasarkan pada kualitas fisik dan karakteristik mikrobiologi, yaitu Total Plate Count (TPC), Salmonella sp., Coliform dan Escherichia coli pada peternakan ayam petelur dengan kepemilikan yang berbeda di Kabupaten Bogor.
Materi yang digunakan pada penelitian adalah telur ayam segar konsumsi yang diperoleh dari sepuluh peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok I adalah telur-telur yang berasal dari lima peternakan dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan kelompok II dengan kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan dengan dua taraf dan lima ulangan. Peubah yang diamati adalah kualitas fisik telur (bobot telur, HU, ketebalan kerabang dan pH) dan kualitas mikrobiologi (TPC, Salmonella sp., Coliform dan Escherichia coli). Analisa data tentang kualitas fisik telur menggunakan uji ragam dengan sidik ragam pada α= 0,05. Data sifat mikrobiologi dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ayam petelur tidak mempengaruhi kualitas fisik telur ayam (bobot telur, nilai pH, HU dan ketebalan kerabang). Kualitas mikrobiologi telur di Kabupaten Bogor belum memenuhi keamanan pangan sesuai yang disyaratkan SNI 01-6366-2000. Biosekuriti, higien dan sanitasi belum dilakukan oleh kelompok kepemilikan 10.000-50.000 ekor dengan baik, sedangkan kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi dengan baik. Peternakan dengan populasi ayam yang lebih besar (>50.000 ekor) cenderung melaksanakan aturan biosekuriti, higien dan sanitasi dengan lebih ketat dibandingkan peternakan yang lebih kecil (10.000-50.000 ekor).
Kata-kata kunci: kualitas fisik telur ayam, keamanan telur ayam, biosekuriti peternakan ayam
ABSTRACT
Egg Quality and Safety Analysis in Layer Industry with Various Ownership in Bogor
Fani, M., Z. Wulandari and R. R. A. Maheswari
Egg is a food containing good nutrition for human body. Egg has various problems, one of them is microbial contamination on marketing. Microorganism played an important role because it has ability to cause negative changing such as egg damage, got nodes and bad smell, in the worst case, it may cause diseases. Biosecurity implementation, hygiene and sanitation in layer industry determines health and safety for producing eggs. This research objective was to know microbiological number (Total Plate Count, Salmonella sp., Coliform and Escherichia coli) and egg quality in layer industries in Bogor. Fresh eggs as raw material were taken from 10 layer industry in Bogor. Egg sample classified into two groups based on chicken population number in layer industry, they were 10.000-50.000 group and more than 50.000 group. Completely randomized design was used in this research with different chicken population number with various owner as treatments using five times sampling of each treatments. Egg physical quality (egg weight, HU value, pH and thickness of shield) were analyzed by ANOVA. Microbiological quality of egg were determined descriptively. The whole egg liquid samples examined for microbial content such as Total Plate Count, Salmonella sp., Coliform and Escherichia coli. The result showed that physical quality had no influence by various ownership in layer industry. Egg microbiological quality not thoroughly as according rules of microbe stated in SNI 01-6366-2000 yet. Execution of biosecurity, hygiene and sanitation had not been being implemented by 10.000-50.000 population group yet, otherwise more than 50.000 population group had already been implementing biosecurity well.
Keywords: egg quality, egg safety, biosecurity in layer industry
KAJIAN KUALITAS DAN KEAMANAN TELUR AYAM KONSUMSI PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR
DENGAN KEPEMILIKAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOGOR
MUTIA FANI
D14051402
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Kajian Kualitas dan Keamanan Telur Konsumsi pada Peternakan Ayam Petelur dengan Kepemilikan yang Berbeda di Kabupaten Bogor
Nama : Mutia Fani
NIM : D14051402
Menyetujui:
Mengetahui: Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB
Prof.Dr.Ir.Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal ujian: 15 Januari 2010 Tanggal lulus:
Pembimbing Utama Zakiah Wulandari, S.TP., M. Si. NIP. 19750207 19980 2 2001
Pembimbing Anggota Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA NIP. 19620504 19870 3 2002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1987 di Bogor. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak R. Teddy Muchtar (Alm.)
dan Ibu Ida Widiarsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN Cibodas,
Sukabumi. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2002 di
SLTP Negeri 1 Cibadak, Sukabumi dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada
tahun 2005 di SMA Negeri 1 Cibadak, Sukabumi.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB USMI pada tahun 2005. Penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor
Teknologi Peternakan di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Selama mengikuti
pendidikan, penulis aktif di Ikatan Alumni Mahasiswa Sukabumi Ikamasi,
Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak Himaproter dan Famm Al-An’am Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada
mata kuliah Teknologi Pengolahan Telur dan Daging Unggas. Penulis merupakan
salah satu penerima beasiswa SPP plus-plus pada tahun 2007 dan beasiswa Bantuan
Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, karunia, rizki dan nikmat iman dan Islam yang telah
diberikan sehingga penulis memperoleh kemudahan dalam menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kajian Kualitas dan Keamanan Telur
Ayam Konsumsi pada Peternakan Ayam Petelur dengan Kepemilikan yang
Berbeda di Kabupaten Bogor”. Shalawat dan salam semoga selalu kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini
juga bertujuan untuk memberikan satu sumbangan untuk kemajuan di dunia
peternakan, khususnya mikrobiologi keamanan telur konsumsi.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium bagian Teknologi Hasil Ternak dan
bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
pada bulan Juni-Oktober 2009. Sampel telur diambil dari sepuluh peternakan ayam
petelur di Kabupaten Bogor. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kandungan
mikrobiologi dan kualitas telur konsumsi di peternakan ayam petelur dengan
kepemilikan yang berbeda di Kabupaten Bogor sesuai Dewan Standar Nasional
(DSN).
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Penulis mengharapkan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi salah satu sumber
ilmu pengetahuan.
Bogor, Februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................
Latar Belakang .................................................................... Tujuan ..................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
Telur .................................................................................... Putih Telur ................................................................ Kuning Telur ............................................................
Kualitas Telur ...................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Telur ............. Kerusakan Biologis Telur ...................................................
Before Laying (sebelum Bertelur) ......................... After Laying (setelah Bertelur) ................................
Mikrobiologi Telur................................................................. Good Farming Practices (GFP) .......................................... Biosekuriti pada Peternakan Ayam Petelur ........................
METODE .........................................................................................
Lokasi dan Waktu ............................................................... Materi ..................................................................................
Sampel Telur ............................................................ Bahan Penelitian ....................................................... Alat Penelitian ...........................................................
Peubah yang Diamati ........................................................... Pengamatan Kualitas Fisik Telur .............................. Kualitas Eksterior ..................................................... Kualitas Interior ....................................................... Pengujian Kualitas Mikrobiologi Telur .................... Pengujian Total Plate Count ..................................... Pengujian Escherichia coli ........................................ Pengujian Coliform .................................................... Pengujian Salmonella sp. ...........................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
1
1 2 3
3 4 4 5 7 7 8 8
10 12 13
14
14 14 14 14 14 14 14 15 15 15 16 16 17 17
Prosedur Pelaksanaan Biosekuriti ......................................... Rancangan Penelitian ............................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
Kualitas Fisik Telur Ayam Konsumsi ................................. Kualitas Mikrobiologi Telur ............................................... Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan....
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
Kesimpulan ......................................................................... Saran ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................
LAMPIRAN ......................................................................................
18 23
24 24 28 30
41
41 41
42
45
46
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Struktur Bagian-bagian Telur. ...................................................... 3 2. Kondisi Kuning Telur .................................................................. 25
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Komposisi Telur Segar.................................................................. 4 2. Persyaratan Tingkatan Mutu Telur ................................................ 6
3. Kelompok Bakteri Patogen ........................................................... 9 4. Batas Cemaran Maksimum Mikroba pada Telur............................ 11
5. Peternakan Ayam Petelur Kelompok I .......................................... 18 6. Peternakan Ayam Petelur Kelompok II ......................................... 19
7. Checklish Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Petelur .......................................................................................... 19
8. Penentuan Peringkat Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Petelur .......................................................................................... 22
9. Rataan dan Simpangan Baku Bobot Telur Ayam ........................... 24 10. Rataan dan Simpangan Baku Ketebalan Kerabang ........................ 26
11. Rataan dan Simpangan Baku Nilai HU ......................................... 27 12. Rataan dan Simpangan Baku Nilai pH .......................................... 28
13. Kualitas Mikrobiologi Telur .......................................................... 29 14. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan
Kelompok I ................................................................................... 31 15. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan
Kelompok II ................................................................................. 32
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Analisis Ragam Bobot Telur .............................................................. 47 2. Analisis Ragam Nilai HU .................................................................. 47
3. Analisis Ragam Ketebalan Kerabang ................................................. 47 4. Analisis Ragam Nilai pH ................................................................... 47
5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH ....... 48 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan NR ....... 51
7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan AT ....... 55 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan SK ........ 59
9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan NW ...... 62 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan KM ....... 66
11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TT ........ 69 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan SG ........ 73
13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan KG ....... 76 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH ...... 80
PENDAHULUAN
Latar Belakang Produk peternakan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan protein
hewani. Telur merupakan protein hewani dengan kandungan gizi yang baik dan
konsumsi yang tinggi karena harganya terjangkau oleh konsumen. Telur sebagai
sumber protein hewani harus dijamin keamanan pangannya bagi konsumen sebab
telur merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroba yang dapat menyebabkan
terjadinya keracunan makanan (foodborne diseases) pada konsumen (Fardiaz, 1996).
Kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh produk-produk unggas di Indonesia
belum banyak dilaporkan dan dicatat dengan baik karena gejala yang timbul pada
umumnya bukan merupakan penyakit menular tetapi suatu gejala keracunan.
Penerapan Good Farming Practices (GFP) di peternakan merupakan salah satu
sistem pengendalian keamanan pangan yang efektif untuk mencegah terjadinya
foodborne diseases.
Penerapan GFP pada peternakan akan menentukan kualitas dan keamanan
telur konsumsi. GFP adalah cara beternak yang baik dengan memperhatikan
lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi serta kesejahteraan ternak. GFP
pada peternakan ayam petelur dalam proses produksinya sangat penting untuk
menjamin dihasilkannya telur-telur yang berkualitas, nutrisi tinggi, aman, utuh, halal
dan menyehatkan konsumen (ASUH). Produsen pangan primer seperti peternak pada
umumnya belum sepenuhnya menerapkan GFP dengan baik dan belum menerapkan
teknologi produsen berwawasan lingkungan untuk menjamin keamanan pangan.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah penghasil telur konsumsi
untuk daerah Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi). Penerapan GFP dan
biosekuriti perlu dikaji pada peternakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
kualitas fisik dan mikrobiologi telur konsumsi yang beredar di pasaran, sehingga
dapat diketahui keamanan produk. Skala peternakan ayam petelur dikelompokkan
berdasarkan jumlah kepemilikannya yaitu kurang dari 10.000 ekor ayam petelur
sebagai peternakan tradisional dan lebih dari 10.000 ekor ayam petelur sebagai
peternakan industri. Peternakan ayam petelur yang telah memiliki izin dinas
peternakan Kabupaen Bogor menurut data yang diperoleh mempunyai jumlah
kepemilikan antara 10.000 sampai 100.000 ekor ayam petelur, sehingga pada
penelitian ini peternakan dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu pada skala
kepemilikan 10.000-50.000 dan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur.
Keamanan dan kualitas telur yang dihasilkan dari peternakan ayam petelur di
Kabupaten Bogor tersebut perlu dipelajari kesesuaiannya dengan persyaratan yang
telah ditentukan didalam SNI 01-6366-2000. Pengujian kualitas fisik dan
karakteristik mikrobiologi pada telur di peternakan ayam petelur di wilayah
Kabupaten Bogor penting dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan telur.
Kualitas fisik yang diteliti adalah bobot telur, keadaan putih dan kuning telur, nilai
Haugh Unit (HU), pH dan ketebalan kerabang. Karakteristik mikrobiologi yang
diteliti adalah Total Plate Count (TPC), Salmonella sp., Coliform dan Escherichia
coli pada telur segar.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas dan keamanan telur ayam
konsumsi dengan mengkaji kualitas fisik (bobot telur, nilai pH, HU dan ketebalan
kerabang) dan karakteristik mikrobiologi yaitu TPC, Salmonella sp., Coliform dan
Escherichia coli pada peternakan ayam petelur dengan kepemilikan yang berbeda di
Kabupaten Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA
Telur
Telur ayam segar konsumsi menurut Dewan Standardisasi Nasional (1995)
dalam SNI 01-3926-1995 adalah telur ayam yang tidak mengalami proses
pendinginan dan tidak mengalami penanganan pengawetan serta tidak menunjukkan
tanda-tanda pertumbuhan embrio yang jelas, kuning telur belum tercampur dengan
putih telur, utuh dan bersih. Telur tersusun atas tiga bagian utama yaitu kerabang
dengan membran kerabang, putih telur dan kuning telur. Struktur bagian-bagian telur
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Bagian-Bagian Telur Sumber: Mine, 2008
Kuning telur dikelilingi oleh putih telur dan dibungkus oleh kerabang (United
States Department of Agriculture, 2000). Komposisi telur mempengaruhi jenis
mikroorganisme yang tumbuh. Telur terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai
komposisi berbeda sehingga jumlah dan jenis mikroorganisme yang tumbuh pada
masing-masing bagian tersebut juga berbeda-beda (Fardiaz, 1992). Komposisi dan
keadaan telur dapat dilihat pada Tabel 1.
Kuning Telur Bintik punat (germinal) Leher latebra Lapisan kuning telur cerah Lapisan kuning telur gelap Membran vitelin
Membran Sel Kantung udara Membran luar telur Membran dalam telur
Sel Kutikula
Lapisan bunga karang (CaCO3) Lapisan mammilari
Putih Telur Lapisan encer luar
Lapisan kental Lapisan encer dalam
Lapisan khalaza Khalaza
Tabel 1. Komposisi Telur Segar
Komponen Telur Komposisi
Kadar Air Protein Lemak Karbohidrat Mineral
--------------------------------- % -------------------------------------
Telur Utuh (100%) 66,1 12,8-13,4 10,5- 11,8 0,3-1,0 0,8-1,0
Kerabang (9- 11%) 1,6 6,2-6,4 0,03 - 91- 92
Putih Telur (60-63%) 87,6 9,7-10,6 0,03 0,4-0,9 0,5-0,6
Kuning Telur (28-29%) 48,7 15,7-16,6 31,8- 35,5 0,2-1,0 1,1 Sumber: Mine (2008)
Putih Telur Putih telur terdiri atas 12% protein dan 88% air. Komposisi asam amino pada
putih dan kuning telur merupakan sumber berharga dari asam amino essensial. Asam
amino essensial merupakan asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh (Well
dan Belyavin, 1987). Putih telur tersusun atas empat lapisan yang berbeda yaitu
lapisan encer luar (hampir dekat dengan membran luar kerabang) sebesar 23%,
lapisan kental luar sebesar 57%, lapisan encer dalam sebesar 19% dan lapisan kental
sebesar 11% dengan chalaziferus. Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh
perbedaan kandungan air pada masing-masing lapisan tersebut. Bagian putih telur
yang mengikat putih telur dengan kuning telur adalah khalaza. Khalaza adalah
serabut-serabut protein telur yang membentuk spiral. Susunan putih telur mungkin
berubah, tergantung pada induk, kondisi lingkungan, ukuran telur dan tingkat
produksi (Mine, 2008).
Warna jernih atau kekuningan pada putih telur disebabkan oleh pigmen
ovoflavin. Kandungan air putih telur lebih banyak dibandingkan dengan bagian
lainnya sehingga selama penyimpanan bagian inilah yang paling mudah rusak.
Kerusakan ini terjadi terutama disebabkan oleh keluarnya air dari serabut ovomucin
yang berfungsi sebagai pembentuk struktur putih telur (Romanoff dan Romanoff,
1963).
Kuning Telur Kuning telur terletak di pusat telur dan berwarna kuning dan terdiri 30% dari
telur utuh. Kuning telur terdiri dari dua tipe emulsi lipoprotein yaitu kuning agak tua
dan kuning cerah. Kuning telur berwarna mulai dari kuning pucat sekali sampai
orange tua kemerahan. Hal ini disebabkan oleh pigmen dalam pakan ternak ayam,
seperti betakaroten (Brown, 2000). Kuning telur mengandung zat warna (pigmen)
yang umumnya termasuk dalam golongan karotenoid yaitu santofil, lutein dan
zeasantin serta sedikit betakaroten dan kriptosantin. Warna atau pigmen yang
terdapat dalam kuning telur sangat dipengaruhi oleh jenis pigmen yang terdapat
dalam ransum yang dikonsumsi (Winarno, 2002).
Kualitas Telur
Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa definisi kualitas adalah
ciri-ciri atau sifat yang sama dari suatu produk yang menentukan derajat
kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen. Mutu telur utuh
dinilai secara candling yaitu dengan meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar yang
kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan bagian dalam dengan candling. Ini
memungkinkan penemuan keretakan pada kulit telur, ukuran serta gerakan kuning
telur, ukuran kantung udara, bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh
mikroorganisme dan pertumbuhan benih.
Nilai HU untuk telur yang baru ditelurkan adalah 100, sedangkan untuk telur
dengan mutu terbaik nilainya 75. Telur yang busuk biasanya memiliki nilai HU
dibawah 50 (Buckle, 1987). Penurunan nilai HU pada telur akan mempengaruhi
kualitas telur. Tingkatan kualitas telur berdasarkan nilai HU yaitu jika <72 termasuk
kualitas AA, nilai HU antara 60-71 termasuk kualitas A dan nilai HU antara 31-59
termasuk kualitas B (Brown, 2000).
Telur dikelilingi oleh kulit setebal 0,2 sampai 0,4 mm yang berkapur dan
berpori. Kantung udara mempunyai diameter sekitar 5 mm pada telur segar dan
bertambah besar ukurannya selama penyimpanan. Kantung udara dapat digunakan
untuk menentukan umur telur (Winarno, 2002). Tebal kerabang telur dipengaruhi
oleh faktor-faktor genetik dan pada masing-masing bangsa ayam adalah berbeda-
beda. Selain itu juga dipengaruhi oleh perubahan musim, temperatur, makanan, umur
dan kesehatan ayam. Bila makanan kekurangan mineral Ca, P dan vitamin maka
kerabang yang dihasilkan akan kurang baik. Warna kerabang telur tergantung dari
produksi pigmen pada bangsa ayam tertentu. Warna tersebut tidak ada hubungannya
dengan nilai gizi telur dan tidak dipengaruhi oleh ransum yang dimakan induk ayam
(Romanoff dan Romanoff, 1963). Persyaratan tingkatan mutu telur dapat dilihat pada
Tabel 2.
Nilai pH putih telur yang masih segar umumnya sekitar 7,6 dan setelah
disimpan di udara terbuka pH-nya naik sebanding dengan lamanya penyimpanan.
Kenaikan pH tersebut dapat mencapai 9,0 sampai 9,7. Kenaikan pH ini karena telur
memproduksi CO2 dari proses respirasinya. Hilangnya CO2 ini menyebabkan putih
telur menjadi bersifat basa (Winarno, 2002). Nilai pH campuran antara putih dan
kuning telur adalah sekitar pH 7,0-7,6 dan merupakan pH yang baik sekali untuk
pertumbuhan mikroorganisme (Fardiaz, 1992).
Tabel 2. Persyaratan Tingkatan Mutu Telur
No. Faktor Mutu Faktor Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
1
Kerabang a. Keutuhan Utuh utuh utuh b. Bentuk Normal normal abnormal c. Kelicinan licin (halus) boleh ada bagian
yang kasar boleh kasar
d. Kebersihan
bersih bebas dari kotoran yang menempel atau pun noda
bersih bebas dari kotoran yang menempel, boleh ada sedikit noda
bersih bebas dari kotoran yang menempel, boleh ada noda
2
Kantung udara (dilihat dengan peneropongan)
a. Kedalaman kurang dari 0,5 cm 0,5 - 0,9 cm 1 cm atau lebih b. Kebebasan
bergerak diam ditempat bebas bergerak bebas bergerak dan
mungkin seperti busa 3 Keadaan putih
telur bebas dari noda, darah, daging, dan benda asing lainnya
bebas dari noda, darah, daging, dan benda asing lainnya
boleh ada sedikit noda tapi tidak boleh ada benda asing lainnya
Kekentalan Kental sedikit encer encer, tetapi putih telur belum bercampur dengan kuning telur
4
Keadaan kuning telur
a. Bentuk Cembung agak gepeng gepeng b. Posisi Ditengah ditengah agak jelas agak kepinggir c. Bayangan
batas-batas tidak jelas agak jelas jelas
d. Kebersihan bersih bersih boleh ada sedikit noda
Sumber: SNI 01-3926-1995 (DSN, 1995)
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Telur
Kualitas telur dipengaruhi oleh umur induk ayam. Bertambahnya umur induk
ayam akan menurunkan kualitas telur. Umur induk ayam menyebabkan menurunnya
kemampuan fungsi fisiologis alat reproduksi. Besar telur dipengaruhi oleh umur
unggas. Semakin tua umur unggas maka semakin besar telur yang dihasilkan sampai
umur tertentu, kemudian menurun dengan bertambahnya umur (Romanoff dan
Romanoff, 1963).
Ransum yang kurang sempurna kandungan nutrisinya, seperti kekurangan Ca
menyebabkan kerabang tipis. Pakan yang diberikan kepada induk petelur merupakan
faktor yang dapat menentukan kualitas telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Suhu
di dalam badan ayam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu ruangan. Saat telur
keluar dari rongga badan ayam, telur tersebut mengalami perubahan suhu lingkungan
yang besar yaitu dari 41 oC ke 25 oC. Akibatnya terjadi pendinginan dan penyusutan
isi telur dan terjadilah kantung udara diantara dua lapisan diantara selaput kulit,
biasanya di ujung tumpul dari lapisan kulit telur. Telur jika disimpan pada suhu 20 oC atau lebih akan menyebabkan terjadinya penguapan air dan CO2 dari dalam telur.
Hal ini menyebabkan kantung udara semakin membesar. Suhu yang tinggi
menyebabkan terjadinya penipisan kerabang telur Hardjosworo et al. (1989)
Manajemen peternakan salah satunya yang berhubungan dengan penanganan
telur pada saat pengepakan. Pengemasan akan berpengaruh terhadap kerusakan telur
karena telur pecah akan mempercepat kerusakan komponen dan sifat fisikokimia
lainnya (Romanoff dan Romanoff, 1963). Beberapa sifat kemasan telur yang berguna
dalam pemasaran antara lain dapat menghindari kerusakan fisik, mengurangi
evaporasi air, mengurangi kontaminasi kotoran dan penyerapan bau yang tidak
diinginkan (Winarno, 1992).
Kerusakan Biologis Telur
Messen et al. (2005) menyatakan bahwa kerusakan pada telur dapat
disebabkan oleh mikroba yang diawali dengan masuknya mikroba kedalam telur
melalui pori-pori dan selaput telur. Penetrasi mikroba ke dalam telur dipengaruhi
oleh beragam faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik misalnya
kandungan kutikula pada kulit telur, komponen membran kulit telur dan karakteristik
kulit telur (kualitas kerabang, porositas dan kecacatan). Faktor ekstrinsik antara lain
jumlah dan jenis bakteri, suhu, kelembaban, imersi dan kondisi penyimpanan.
Gaman (1992) menyatakan bahwa bakteri yang masuk ke dalam telur melalui kulit
telur yang berpori, jika semakin lama telur tersebut maka semakin banyak bakteri
yang akan masuk melalui pori-pori yang ada pada kerabang tersebut.
Sejak dikeluarkan dari kloaka, telur mengalami berbagai perubahan karena
pengaruh waktu dan kondisi lingkungan yang akhirnya dapat menyebabkan
kerusakan pada telur. Kerusakan tersebut dapat terjadi di luar dan di dalam isi telur.
Kerusakan yang disebabkan mikroba pada mulanya berasal dari luar telur, merambat
dari kulit telur ke putih telur dan akhirnya ke kuning telur. Saat telur baru
dikeluarkan oleh ayam, telur masih cukup steril. Mikroba akan mengkontaminasi
kulit telur dan seterusnya akan memasuki pori-pori telur dan membran telur.
Organisme kontaminan tersebut dapat tumbuh pada membran kulit telur, pada putih
telur bahkan dapat memasuki kuning telur. Kerusakan ini ditandai oleh adanya
penyimpangan warna dan timbulnya bau busuk dari isi telur (Winarno, 2002).
Before Laying (sebelum Bertelur)
Tiga rute infeksi pada telur yaitu transovarian kuning telur tertular ketika
menempel pada indung telur, oviducal membran vitelin dan putih telur
terkontaminasi sepanjang melalui oviduc, serta trans shell beberapa penyebab bakteri
terjadi pada pertukaran lokasi antara permukaan luar dan dalam pada kulit. Sumber
kontaminasi terpenting adalah debu, tanah dan feses. Kontaminasi akan nyata
meningkat pada kondisi telur yang kotor, misalnya oleh feses. Association Human
Salmonellosis International melaporkan bahwa kasus penularan pada rute oviducal
sangat penting terjadinya infeksi telur oleh Salmonella. Sangat sedikit telur yang
mengandung mikroorganisme Saprophytic pada saat bertelur. Ketika ovari
terkontaminasi oleh bakteri Saprophyitic, jumlahnya sangat rendah. Status mikrobial
telur pada oviposisi sebagai insiden penyebab kebusukan berasal dari faktor
penyimpanan telur pada periode yang lama (Stadelman dan Cotteriil, 1995).
After Laying (setelah Bertelur)
Kerabang pertama kali terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika melewati
kloaka. Mulai melewati kloaka sampai telur digunakan, kesempatan mikroorganisme
untuk mengkontaminasi kerabang pada setiap permukaan yang berhubungan dengan
kerabang cukup tinggi. Survei umum menunjukkan bahwa pada kerabang telur;
kisaran populasi mulai <1,0×101 sampai 1,0×106 jumlah bakteri per kerabang dengan
rata-rata 1,0×105, kecuali pada kerabang telur yang kotor memiliki korelasi yang
rendah pada level kontaminasi dan penampilan kerabang (Stadelman dan Cotteriil,
1995). Kontaminasi akan nyata meningkat pada kondisi telur yang kotor.
Kontaminasi tercapai melalui kontak kerabang dengan peralatan simpan dan saat
penanganan. Salah satu survei menemukan bahwa sumber kontaminasi terpenting
adalah debu, tanah dan feses. Informasi yang ada menunjukkan bahwa bakteri gram
positif toleran terhadap kondisi kering dan berpengaruh besar untuk
mengkontaminasi kerabang telur. Sebaliknya bakteri gram negatif mengkontaminasi
telur busuk (Stadelman dan Cotteriil, 1995). Kelompok bakteri patogen dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Kelompok Bakteri Patogen
Tingkat Bahaya dan Penyebaran Spesies bakteri
Bahaya sedang dan penyebaran terbatas
Staphylococcus aureus Bacillus cereus Champylobacter jejuni Vibrio parahaemolyticus Clostridium perfringens Yesrinia enterocolitica Vibrio cholerae
Bahaya sedang dan penyebaran cepat
Salmonella (non typhi) Escherichia coli Listeria monocytogenes Streptococcus pyogenes Shigella sp.
Sangat berbahaya
Clostridium botulinum Vibrio cholerae Shalmonella typhi dan paratyphi Brucella obortus Shigella dysenteriae
Sumber: Fardiaz (1996)
Daya tahan produk-produk unggas dapat diketahui dari kandungan
mikroorganisme pembusuk di dalam produk tersebut. Jenis pembusukan yang umum
terjadi dipengaruhi oleh jenis produk, komposisi produk, proses termal yang
diterapkan terhadap produk, kontaminasi selama pengolahan dan pengepakan, cara
pengepakan dan suhu serta waktu penyimpanan (Fardiaz, 1992). Kerusakan pada
telur dengan timbulnya bau menyimpang dapat disebabkan oleh spesies bakteri
Alcaligenes, E. coli, Flavobacterium dan Aerobacter (Winarno, 2002).
Salmonella sp. merupakan mikroba yang paling banyak terdapat dalam telur,
sehingga digunakan sebagai uji mikroba kontaminan pada telur (Winarno, 2002).
Sumber utama Salmonella yaitu pada telur segar yang belum mengalami pengolahan.
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kontaminasi Salmonella pada telur
terjadi saat bakteri menginfeksi jaringan reproduksi ayam betina dan kerabang telur.
Komponen telur yang kaya nutrisi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi pada
telur (Michalski et al., 1999).
Ada dua kemungkinan cara masuknya Salmonella ke dalam telur yaitu secara
langsung (vertikal) melalui kuning telur dan albumen (putih telur) dari ovari induk
ayam yang terinfeksi Salmonella, sebelum telur tertutup oleh kerabang telur. Cara
kedua yaitu secara horizontal Salmonella masuk melalui pori-pori kerabang setelah
telur tertutup kulit. Beberapa laporan menyatakan bahwa kontaminasi Salmonella
enteridis biasanya terjadi secara vertikal, sedangkan Salmonella lain secara
horizontal. Keberadaan Salmonella dalam telur menyebabkan kasus Salmonellosis
bisa berasal dari telur-telur grade A, yang dari luar terlihat sehat dan bersih tetapi
dikonsumsi mentah atau dimasak kurang sempurna (Winarno, 2002).
Mikrobiologi Telur
Kontaminasi pada telur umumnya berasal dari sekam saat bertelur, tanah dan
kotoran unggas. Mikroorganisme yang sering mengkontaminasi telur terutama adalah
bakteri kokus gram positif, selain itu bakteri gram negatif batang juga terdapat dalam
jumlah kecil. Mutu isi telur dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi dan
mutu telur, cara pencucian dan sanitasi telur, sanitasi wadah, cara pemecahan telur,
dan suhu serta waktu penyimpanan isi telur. Tidak dilakukannya pemasakan atau
pemanasan terhadap telur maka resiko untuk menimbulkan penyakit atau keracunan
juga sangat tinggi. Proses pasteurisasi dapat mengurangi jumlah Salmonella
sebanyak 6-8 logaritmik (Fardiaz, 1992).
Kandungan gizi yang tinggi pada telur merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan kuman, baik kuman yang menyebabkan kerusakan
pada telur maupun kuman yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia
yang mengonsumsi telur tersebut. Kuman dapat terbawa sejak ternak masih hidup
atau masuk di sepanjang rantai pangan hingga ke tangan konsumen. Berbagai
cemaran tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada konsumen (Gorris,
2005).
Salah satu hal penting dalam persyaratan kualitas produk asal hewan adalah
bebas patogen mikrobiologi termasuk Salmonella sp. Salmonelosis adalah penyakit
yang disebabkan bakteri Salmonella sp. Penyakit ini dapat menyerang unggas, hewan
mammalia dan manusia sehingga memiliki arti penting bagi manusia karena penyakit
ini dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan/air yang tercemar Salmonella sp.
(Doyle dan Cliver, 1990). Salmonella sering ditemukan pada produk-produk dan
unggas yang masih mentah atau telah diolah setengah matang. Kasus keracunan
makanan yang disebabkan oleh produk-produk daging dan unggas belum banyak
dilaporkan dan dicatat dengan baik karena gejala yang timbul pada umunya bukan
merupakan penyakit menular tetapi suatu gejala keracunan. Pengolahan yang cepat
pada suhu relatif rendah mengurangi kesempatan bakteri enterik, termasuk E. coli
untuk berkembang biak (Fardiaz, 1992). Batas maksimum cemaran mikroba di dalam
telur dan produk telur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Telur
Indikator Telur Segar Tepung Telur Telur Beku
--------------------------------(cfu/g)------------------------------
TPC 1,0×105 <2,5×103 <2,5×103 Coliform <1,0×102 <1,0×101 <1,0×101 E. coli 1,0×101 1,0×101 1,0×101 S. aureus <1,0×102 0 1,0×101 Salmonella sp. Negatif Negatif Negatif
Sumber: SNI 01-6366-2000 (DSN, 2000)
Jenis dan jumlah mikroorganisme di dalam saluran unggas dipengaruhi oleh
umur ternak, dimana pertambahan jenis dan jumlah mikroorganisme berlangsung
secara bertahap serta semakin tua ternak semakin banyak dan beragam
mikroorganisme yang terdapat di dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaan
merupakan suatu saluran panjang yang terdiri dari beberapa bagian seperti crop,
oesofagus, proventikulus, gizard, usus halus dan usus besar termasuk sekum dan
kolon. Jadi tahap-tahap perkembangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan
selain dilihat dari segi umur ternak juga harus dilihat dari bagian saluran pencernaan
dan spesies serta jumlah mikroorganisme (Fardiaz, 1992).
Infeksi Salmonella pada unggas selain merugikan industri peternakan unggas
dapat juga merupakan sumber penyebaran penyakit Salmonellosis pada manusia.
Penyebab infeksi Samonella pada unggas dapat berasal dari bibit yang terinfeksi,
makanan ternak yang terkontaminasi dan lingkungan yang terkontaminasi.
Salmonella yang terdapat didalam mesin serta serangga, burung dan tikus yang
terinfeksi dapat mengkontaminasi anak-anak unggas. Sumber infeksi dari lingkungan
mungkin lebih kecil dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya seperti bibit
unggas dan makanannya (Fardiaz, 1992).
Good Farming Practices (GFP)
Good Farming Practices (GFP) menurut Department of Agriculture, Food
and Rural Development (2001) merupakan cara beternak yang baik dan benar dengan
memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi serta
kesejahteraan ternak. GFP juga termasuk didalamnya aturan yang berlaku di
lingkungan, higien atau sanitasi, kesejahteraan ternak, identifikasi dan registrasi
ternak serta kesehatan ternak. Aspek-aspek dalam GFP adalah manajemen nutrisi,
manajemen lahan rumput, perlindungan sungai dan sumber air, pemeliharaan habitat
liar, pemeliharaan batas peternakan, penggunaan pestisida dan bahan kimia yang
berhati-hati. Aspek lain dalam GFP adalah pemeliharaan lingkungan, pemeliharaan
catatan peternakan, kesejahteraan ternak, higien atau sanitasi, tidak menggunakan
bahan yang dilarang dan penggunaan obat hewan yang bertanggung jawab serta
pengetahuan peternak tentang GFP.
GFP ternak ayam petelur menurut Keputusan Menteri Pertanian (2001)
merupakan pedoman dalam pelaksanaan budidaya ternak ayam petelur yang baik
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Tujuan yang ingin dicapai dari
penerapan pedoman budidaya ternak ayam petelur ini adalah meningkatkan populasi,
produksi dan produktivitas ternak, meningkatkan mutu hasil ternak (telur),
menciptakan lapangan pekerjaan, pendapatan dan kesejahteraan peternak serta
mendorong ekspor komoditas ternak khusus telur ayam. Aspek-aspek utama dalam
pedoman budidaya ternak ayam petelur yang baik adalah persyaratan lokasi,
penyediaan air dan alat penerangan, bangunan yang sesuai dengan fungsi,
ketersediaan alat dan mesin peternakan, kesehatan bibit, manajemen pakan,
penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan persyaratan
tenaga kerja dalam peternakan.
Produsen pangan primer seperti peternak pada umumnya belum menerapkan
GFP dengan baik dan belum menerapkan teknologi produsen berwawasan
lingkungan untuk menjamin keamanan pangan. Produsen pangan terutama yang
berskala kecil pada umumnya belum mempunyai pengetahuan atau kesadaran untuk
menerapkan GFP yang merupakan sistem pengendalian keamanan pangan yang
sangat efektif. Keberadaan zoonosis pada ayam dapat menjadi resiko terhadap
kesehatan hewan dan keamanan masyarakat bila tidak diterapkan sistem kesehatan
hewan dan keamanan pangan (Fardiaz, 1996). Pencemaran dapat dicegah dengan
penerapan cara beternak yang baik (GFP) dan penanganan panen yang baik pula
(Cullor 1997).
Biosekuriti pada Peternakan Ayam Petelur
Biosekuriti merupakan sistem yang merupakan bagian integral dari suksesnya
sistem produksi suatu peternakan unggas, khususnya ayam petelur dalam
mengurangi resiko dan konsekuensi dari masuknya penyakit infeksius terhadap
unggas maupun manusia. Biosekuriti merupakan semua praktek-praktek manajemen
yang diberlakukan untuk mencegah organisme penyebab penyakit ayam serta
zoonosis yang masuk dan keluar peternakan (Payne, 2000).
Menjaga kebersihan perkandangan terutama di sekitar area kandang dan
gudang penyimpanan telur sangat penting dilakukan dalam pelaksanaan biosekuriti.
Kotoran ayam sebaiknya tidak ditampung di dalam area peternakan terlalu lama. Hal
ini penting dan baik untuk meminimalisir adanya hewan mengerat dan serangga
(lalat) dan memaksimalkan sinar matahari sebagai desinfektan masuk ke dalam
lingkungan perkandangan. Pengunjung diharapkan tidak memasuki area
perkandangan karena merupakan salah satu agen berbahaya untuk keamanan dan
kesehatan ternak di dalam kandang (Arzey, 2007).
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium bagian Teknologi Hasil Ternak dan
laboratorium bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Juli 2009
sampai Oktober 2009.
Materi
Sampel Telur Sampel yang digunakan pada penelitian adalah telur ayam segar konsumsi
dengan kepemilikan yang berbeda dari sepuluh peternakan ayam petelur di
Kabupaten Bogor yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok I adalah
telur-telur yang berasal dari lima peternakan dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor
ayam petelur dan kelompok II dengan kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam
petelur.
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada saat pengujian mikroba adalah tipol,
alkohol 70%, sabun, spiritus, aquades, plastik wrept, aluminium foil, plastik tahan
panas, kapas, label, tisu, karet, Buffer Pepton Water (BPW), Plate Count Agar
(PCA), Eosyn Methylen Blue Agar (EMBA), Violet Red Bile Agar (VRBA),
Salmonella and Shigella Agar (SSA).
Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah water bath, botol schoot duran, timbangan
digital dengan ketelitian 0,01 g, cawan petri, blender, autoclave, tabung reaksi,
erlenmayer, rak tabung reaksi, pipet man, tip, inkubator, vortex, oven, pH meter, yolk
colour fan, mikrometer, jangka sorong, candler, meja kaca, spatula, official egg air
cell gauge dan kamera digital.
Peubah yang Diamati
Pengamatan Kualitas Fisik Telur Pengamatan kualitas fisik telur dapat dilihat secara eksterior dan interior.
Kualitas eksterior telur dapat dilihat melalui bobot telur, kedalaman kantung udara,
posisi kuning telur dan keadaan kerabang telur. Kualitas interior telur dapat dilihat
melalui keadaan kuning telur, keadaan putih telur, nilai HU dan pH.
Kualitas Eksterior
Pengamatan kualitas eksterior telur yang diamati adalah bobot telur dan
keadaan kantung udara.
Bobot Telur. Telur dibersihkan menggunakan air hangat pada suhu antara 40-60 0C.
Telur ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dalam satuan gram (g).
Keadaan Kantung Udara. Telur diteropong menggunakan candler untuk melihat
kantung udara dengan posisi bagian tumpul diatas. Kantung udara dilingkari dengan
menggunakan pensil. Kedalaman kantung udara diukur dengan menggunakan official
egg air cell gauge. Semakin besar kantung udara maka semakin rendah kualitas telur
tersebut. Telur masih tetap diteropong. Telur diputar ke kiri dan ke kanan untuk
melihat pergerakan isi telur. Apabila bayangan kuning telur tidak jelas dan posisinya
masih di tengah serta gerakannya tidak terlihat berarti putih telurnya masih kental
dan kuning telurnya masih kuat diikat khalaza dan kualitas telurnya masih baik.
Kualitas Interior Pengamatan kualitas interior telur yang diamati adalah pengukuran HU, pH,
keadaan kuning dan putih telur serta ketebalan kerabang telur.
Pengukuran Nilai HU. Bobot telur ditimbang menggunakan timbangan digital.
Telur dipecahkan dengan menggunakan pisau ke atas meja kaca. Tinggi albumen
tebal (H) diukur dengan menggunakan jangka sorong kurang lebih 1 cm dari kuning
telur dalam satuan milimeter (mm). Nilai HU (Haugh Unit) menurut Mountney
(1976) dihitung sebagai satuan kualitas telur dengan rumus sebagai berikut:
HU=100 log ((H+7,57)-(1,7.W0.37))
Keterangan : H= tinggi putih telur kental (mm) W= bobot telur (g)
Keadaan Kuning Telur dan Putih Telur. Warna kuning telur diamati dan
dibandingkan dengan yolk colour fan. Keadaan kuning dan putih telur diamati baik
bentuk, kebersihan dari noda dan kekentalan mengacu pada standar USDA.
Ketebalan Kerabang. Telur dipecah secara melintang. Kerabang telur bagian
tengah, ujung atas dan ujung bawah dibersihkan dari selaput yang melapisinya.
Ketebalan kerabang tersebut diukur dengan menggunakan mikrometer.
Pengujian Kualitas Mikrobiologi Telur
Pengujian mikrobiologi dilakukan sebanyak dua kali berdasarkan dua
kelompok kepemilikan ayam dari 10 peternakan di Kabupaten Bogor, dilakukan
sebanyak tiga ulangan. Sampel telur utuh (kuning telur dan putih telur) dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum dilakukan uji mikrobiologi dengan cara, telur dari lima
peternakan kelompok pertama diambil dua butir per peternakan kemudian dilap
dengan menggunakan air hangat lalu dikeringkan. Seluruh telur tersebut dikomposit
menjadi satu dan dihomogenkan didalam blender yang sudah bersih. Sebanyak 10 g
sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi larutan BPW steril sebanyak 90 ml
kemudian dihomogenkan menggunakan vortex hingga diperoleh campuran yang
homogen dengan konsentrasi 0,1 g/ml. Sampel ini kemudian diencerkan dengan
larutan pengencer sesuai dengan kebutuhan dan siap untuk plating. Jumlah bakteri
ditentukan dengan metode hitungan cawan dan untuk melaporkan hasil analisis
digunakan Standard Plate Count (SPC).
Pengujian Total Plate Count (DSN, 1992)
Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10
ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran
dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (P-1). Selanjutnya dari
P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW
untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan
sampai diperoleh P-4. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah
dilakukan (P-1 sampai P-4) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam
cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar PCA sebanyak 12-15 ml.
campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas
bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh
dilakukan setelah inkubasi 24 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah:
Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer
Pengujian Escherichia coli (DSN, 1992)
Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10
ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran
dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (P-1). Selanjutnya dari
P-1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW
untuk memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan
sampai diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah
dilakukan (P0 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam
cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar EMBA sebanyak 12-15 ml.
campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas
bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh
dilakukan setelah inkubasi 24 sampai 48 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah
sebagai berikut:
Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer
Pengujian Coliform (DSN, 1992)
Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10
ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran
dihomogenkan dan didapatkan pengenceran seper sepuluh (P-1). Selanjutnya dari P-1
dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk
memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai
diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah
dilakukan (P-1 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam
cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar VRBA lapisan pertama
sebanyak 10 ml ditunggu hingga mengeras. Lapisan kedua medium agar VRBA
dituang kembali diatas medium sebelumnya sebanyak 3-5 ml. Campuran
dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang
datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya diinkubasi
pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan
setelah inkubasi 24 jam. Cara perhitungan jumlah koloni adalah:
Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni × faktor pengencer
Pengujian Salmonella sp. (DSN, 1992)
Sampel telur yang telah dihomogenkan menggunakan blender sebanyak 10
ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi 90 ml larutan BPW steril. Campuran
dihomogenkan dan didapatkan pengenceran seper sepuluh (P-1). Selanjutnya dari p-1
dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk
memperoleh P-2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai
diperoleh P-3. Pemupukan dilakukan terhadap semua pngenceran yang telah
dilakukan (P0 sampai P-3) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam
cawan petri secara triplo dan ditambahkan medium agar SSA sebanyak 12-15 ml.
campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas
bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh
dilakukan setelah inkubasi 24 sampai 48 jam.
Prosedur Pelaksanaan Biosekuriti
Pengamatan lapang dilakukan dengan cara observasi langsung dan
wawancara ke peternakan ayam petelur di Kabupaten Bogor. Penentuan peternakan
berdasarkan jumlah kepemilikan ayam petelur di peternakan dengan melihat
pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan. Jumlah populasi ayam pada
masing-masing peternakan cukup beragam, mulai dari 10.000 sampai 250.000 ekor
ayam petelur, sehingga dibagi dua kelompok berdasarkan kepemilikan ayam di
peternakan yaitu kelompok pertama 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan kelompok
kedua lebih dari 50.000 ekor ayam petelur. Peternakan ayam petelur kelompok I
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Peternakan Ayam Petelur Kelompok I
No. Peternakan Kepemilikan ---- ekor---- 1 NR 35.000 2 AT 16.000 3 SK 30.000 4 KG 27.000 5 WH 45.000
Kelompok kedua adalah kelompok kepemilikan dengan jumlah lebih dari
50.000 ekor ayam petelur. Peternakan ayam petelur kelompok II dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Peternakan Ayam Petelur Kelompok II
No. Peternakan Kepemilikan ---- ekor---- 1 TH 250.000 2 NW 90.000 3 KM 90.000 4 TT 100.000 5 SG 100.000
Observasi dan wawancara berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan.
Kuisioner yang telah disiapkan mengacu pada Trioso (2008) yaitu mengenai
pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan ayam petelur. Kuisioner
yang telah disiapkan dapat dilihat pada Tabel 7. Masing-masing aspek diberikan
pembobotan yang didasari atas pentingnya aspek tersebut dalam biosekuriti, higien
dan sanitasi. Peringkat kondisi biosekuriti, higien dan sanitasi ditentukan berdasarkan
rataan dari bobot biosekuriti dan bobot higien sanitasi. Nilai akhir dapat menentukan
peringkatnya.
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya(1) / Tidak(0) Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) 10,0
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan 10,0
Total I 20,0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0
2 Dilakukan penanganan tikus 5,0
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya(1) / Tidak(0) Nilai Keterangan
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida 5,0
Total II 15,0
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan 10,0
Total III 10,0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang 10,0
2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan 10,0
Total IV 25,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0
Total V 30,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali) 7,5
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot 5,0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan) 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi 5,0
Total I 25,0
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya(1) / Tidak(0) Nilai Keterangan
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu 5,0
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higen dan sanitasi 2,5
Total II 7,5
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out) 2,5
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum) 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala 2,5
Total III 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur 2,5
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80% 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC 2,5
Total IV 10,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi telur 2,5
Tabel 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya(1) / Tidak(0) Nilai Keterangan
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40% 2,5
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5
Total V 7,5
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik 5,0
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 4 Egg tray/peti disimpan di atas palet
plastik yang bersih dan terawatt 2,5
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5
Total VI 15,0
VII Sanitasi Peternakan 1 Air yang digunakan memenuhi
persyaratan air bersih 7,5 2 Air diperiksa di laboratorium secara
teratur (minimal 1 tahun sekali) 5,0 3 Pengambilan sampah dan feses ayam
dilakukan secara teratur 5,0 Total VII 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0
Tabel 8. Penentuan Peringkat Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan Petelur
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir (Bobot% x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0
2 Penilaian higien sanitasi 50,0
Hasil Akhir 100,0 Sumber : Trioso (2008)
Keterangan : Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik
Nilai akhir >80 : sangat baik
Penentuan Jumlah Sampel Levy dan Lameshow (1999) menyatakan bahwa untuk menghitung jumlah
sampel yang diperlukan dalam penarikan sampel secara acak sederhana untuk data
yang bersifat proporsi dihitung dengan menggunakan rumus:
n ≥ z2 N Py (1-Py) (N-1) ε2 Py
2 + z2 Py (1-Py)
Keterangan :
N = jumlah populasi yaitu 122 peternakan ayam petelur n = jumlah sampel yang diperlukan
ε = nilai error sebesar 30% atau 0,3 z = 1,96 dengan α = 0,05 (SK = 95%)
Py = peluang jawaban 50% (0,5) karena ada dua pilihan jawaban yaitu ya (1) atau tidak (0)
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
dengan perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan dengan dua taraf dan lima
ulangan. Peubah yang diamati adalah kualitas fisik telur (bobot telur, HU, ketebalan
kerabang dan pH) dan kualitas mikrobiologi (Total Plate Count (TPC), Escherichia
coli, Salmonella sp. dan Coliform). Model matematika rancangan tersebut menurut
Steel dan Torrie (1997) adalah:
Yij = µ + Pi + €ij
Keterangan:
µ : nilai tengah umum
Pi : pengaruh perlakuan jumlah kepemilikan ke-i
€ijk : pengaruh galat percobaan pada perlakuan jumlah kepemilikan ayam di peternakan ke-j
Analisis Data
Data tentang kualitas fisik telur dianalisis menggunakan uji ragam dengan
sidik ragam pada α = 0,05. Data tentang sifat mikrobiologi dianalisis secara
deskriptif. Data tersebut sebelum dilakukan analisis ragam diuji asumsi (kenormalan,
kebebasan, kehomogenan galat dan keaditifan) terlebih dahulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Fisik Telur Ayam Konsumsi Kualitas fisik telur ayam akan berpengaruh pada penerimaan konsumen
dalam menentukan pilihan. Kualitas fisik telur dapat dilihat melalui bobot telur,
keadaan putih telur, keadaan kuning telur, keadaan kerabang telur, kedalaman
kantung udara, nilai HU dan pH.
Bobot Telur
Bobot telur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sifat fisik telur
ayam konsumsi. Berdasarkan hasil penelitian, rataan dan simpangan baku bobot telur
ayam pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan dan Simpangan Baku Bobot Telur Ayam Kepemilikan Bobot Telur
------ ekor ------ --- g/butir ---
10.000-50.000 61,08±0,84
>50.000 58,75±4,84
Rataan±SD 59,92±4,13
Jumlah kepemilikan ayam di peternakan tidak mempengaruhi bobot telur
tidak. Peternakan dengan jumlah kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan
peternakan dengan jumlah kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur di
Kabupaten Bogor memiliki kualitas bobot telur yang sama. Hal ini disebabkan umur
telur yang digunakan sama dan diperoleh dari induk ayam petelur umur 35 sampai 40
minggu. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa komposisi fisik dan kualitas telur
ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, musim, penyakit,
lingkungan (suhu dan kelembaban), pakan dan sistem pengolahan ayam tersebut.
Besar telur dipengaruhi oleh umur unggas, semakin tua umur unggas maka semakin
besar telur yang dihasilkan sampai umur tertentu kemudian besar telur stabil dengan
bertambahnya umur (Romanoff dan Romanoff, 1963).
Keadaan Kuning Telur Kondisi kuning telur dari kedua kelompok adalah sama yaitu berbentuk
cembung dan kokoh. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Posisi kuning telur
umumnya berada di pinggir permukaan telur dan sebagian berada di tengah
permukaan telur. Keadaan kuning telur secara umum sudah cukup baik hanya ada
beberapa sampel yang terdapat noda daging, noda darah dan noda putih pada
permukaan kuning telur yang dipengaruhi oleh genetik ayam. Hal ini disebabkan
strain ayam yang dipelihara pada masing-masing peternakan tidak semua sama.
Hardjosworo et al. (1989) menyatakan bahwa sifat genetik berpengaruh terhadap
kualitas telur ayam yaitu tekstur dan ketebalan kerabang telur dan adanya noda
darah.
Gambar 2. Kondisi Kuning Telur
Warna kuning telur pada kedua kelompok memiliki warna yang berbeda yaitu
antara kisaran 7 sampai 10, pada penilaian dengan menggunakan yolk colour fan.
Warna kuning telur tersebut dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi ayam. Pakan
yang digunakan pada peternakan di kedua kelompok tersebut hampir sama.
Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa pakan yang diberikan kepada
induk petelur merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas telur terutama
warna kuning telur. Pakan tersebut berpengaruh pada pigmentasi kuning telur
terutama pada pakan yang bersumber dari biji-bijian. Keadaan warna kuning telur
yang semakin pekat diduga karena kandungan betakaroten yang terdapat pada kuning
telur tersebut (Ferrier et al., 1994).
Keadaan Putih Telur
Kondisi putih telur pada kedua kelompok sudah cukup bersih hanya ada
beberapa sampel yang terdapat noda daging dan noda darah pada permukaan putih
telur. Seluruh sampel putih telur yang diamati memiliki kekentalan yang masih baik.
Hal ini dikarenakan telur yang digunakan berumur dua hari sehingga keadaan putih
telur masih kental. Keadaan putih telur dipengaruhi oleh lama penyimpanan atau
umur telur. Selama penyimpanan terjadi proses difusi berupa penguapan air dan CO2
melalui pori-pori kerabang yang menyebar pada permukaan telur, sehingga putih
telur bisa kehilangan kekentalan dan menyebabkan putih telur berair. Romanoff dan
Romanoff (1963) menyatakan bahwa hilangnya CO2 melalui pori-pori kerabang telur
menyebabkan turunnya konsentrasi ion bikarbonat dalam putih telur dan
menyebabkan rusaknya sistem buffer, sehingga kekentalan putih telur menurun.
Keadaan Kantung Udara
Keadaan isi telur yang baik dapat diketahui dengan cara meneropong telur
dengan bantuan sinar (candling). Hal ini untuk melihat keretakan pada kulit telur,
ukuran serta gerakan kuning telur dan ukuran kantung udara. Telur dari dua
kelompok tersebut memiliki kualitas dan kondisi kantung udara yang sama yaitu
dengan kedalaman kantung udara 1/8 inch dan termasuk dalam kualitas AA.
Kebebasan bergerak kuning telur kedua kelompok tersebut berada dalam kedaan
diam, tidak ada pergerakan. Kualitas telur yang baik menurut Dewan Standardisasi
Nasional (1995) dalam SNI 01-3926-1995 yaitu kedalaman kantung udara dengan
nilai kurang dari 0,5 cm dan kuning telur diam ditempat ketika dilihat pada saat
peneropongan menggunakan candler. Hal ini menunjukkan bahwa telur yang diteliti
memiliki kualitas yang bagus sesuai dengan standar.
Ketebalan Kerabang Telur
Ketebalan kerabang telur menentukan kualitas telur konsumsi yang
dipasarkan karena mempengaruhi daya tahan telur. Telur yang berkerabang tebal
lebih sulit retak/pecah dibandingkan telur yang berkerabang tipis. Rataan ketebalan
telur pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan dan Simpangan Baku Ketebalan Kerabang (mm) Kepemilikan Ketebalan Kerabang
------ ekor ------ ---- mm ----
10.000-50.000 0,38±0,04
>50.000 0,36±0,02
Rataan±SD 0,37±0,04
Telur yang baik memiliki kerabang telur setebal 0,2 sampai 0,4 mm yang
berkapur dan berpori-pori (Winarno, 2002). Ketebalan kerabang telur pada Tabel 10
baik pada kepemilikan 10.000 sampai 50.000 (0,38±0,05) dan pada kepemilikan
lebih dari 50.000 (0,36±0,03) berada pada kisaran yang ditetapkan oleh Winarno.
Jumlah kepemilikan ayam yang berbeda pada kedua kelompok tidak berpengaruh
secara nyata terhadap ketebalan kerabang telur. Romanoff dan Romanoff (1963)
menyatakan bahwa ketebalan kerabang telur dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik
dan pada masing-masing bangsa ayam adalah berbeda. Hal lain yang mempengaruhi
adalah perubahan musim, temperatur, makanan, umur dan kesehatan ayam. Bila
pakan kekurangan mineral Ca, P dan vitamin maka kerabang yang dihasilkan kurang
baik. Ransum yang kurang sempurna kandungan nutrisinya seperti kekurangan Ca
menyebabkan kerabang tipis.
Nilai Haugh Unit (HU)
Haugh Unit merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui kesegaran
isi telur terutama bagian putih telur dan juga merupakan suatu unit untuk melihat
kesegaran telur didasarkan pada ketebalan albumen. Rataan nilai HU pada
peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan dan Simpangan Baku Nilai HU Kepemilikan Nilai HU
-------- ekor --------
10.000-50.000 77,72±9,29
>50.000 79,48± 3,65
Rataan±SD 78,60± 9,45
Jumlah kepemilikan jumlah ayam yang berbeda tidak berpengaruh secara
nyata pada nilai HU. Perbandingan tinggi dan berat yang terukur saat penghitungan
HU diberi penilaian mulai dari 20-100 atau lebih. Semakin tinggi nilai HU
menunjukkan bahwa kualitas telur itu semakin baik. Kualitas HU pada telur
penelitian berdasarkan ketentuan USDA menunjukkan telur termasuk dalam kualitas
AA sebab pada kedua kelompok telur memiliki nilai HU diatas 72. Brown (2000)
menyatakan bahwa telur dengan nilai HU diatas 72 termasuk dalam kualitas AA.
Derajat kesegaran telur menurut USDA (United State Departement of Agriculture)
dibedakan atas tiga tingkatan yaitu tingkatan AA memiliki nilai HU sebesar 72,
tingkatan A memiliki nilai HU sebesar 62-72 dan tingkatan B memiliki nilai HU
sebesar 60.
Nilai pH Telur
Penilaian kualitas telur dapat dilihat juga dengan menentukan nilai pH telur.
Rataan nilai pH telur pada peternakan dengan kepemilikan yang berbeda dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rataan dan Simpangan Baku Nilai pH Kepemilikan Nilai pH
-------- ekor --------
10.000-50.000 7,47±0,12
>50.000 7,41±0,12
Rataan±SD 7,44±0,25
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ayam di
peternakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai pH pada telur. Fardiaz
(1992) menyatakan bahwa nilai pH campuran antara putih dan kuning telur adalah
sekitar 7,0-7,6 dan merupakan pH yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa ketika telur baru keluar dari
induknya telur memiliki nilai pH sekitar 7,6 dan semakin meningkat selama
penyimpanan. Nilai pH pada telur yang diteliti dari kedua kelompok kepemilikan
ayam yang berbeda menunjukkan bahwa telur berada pada kisaran pH telur segar
sesuai literatur. Umur dan waktu penyimpanan sangat mempengaruhi nilai pH pada
telur. Winarno (2002) menyatakan bahwa kenaikan pH dapat mencapai 9,0-9,7 yang
disebabkan produksi CO2 telur dari proses respirasinya. Hilangnya CO2 ini
menyebabkan putih telur menjadi bersifat basa.
Kualitas Mikrobiologi Telur
Telur sebagai sumber protein hewani harus dijamin keamanan pangannya
bagi konsumen sebab merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroba. Salah satu
persyaratan kualitas produk unggas adalah bebas mikroba patogen seperti Salmonella
sp., Staphylococcus aureus, Coliform, Escherichia coli dan Campylobacter sp. Hasil
pengujian kualitas mikrobiologi telur dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kualitas Mikrobiologi Telur Jenis Cemaran Mikroba Satuan Cemaran Mikrobiologi
Kelompok I Kelompok II DSN (2000) a
Total Plate Count (TPC) cfu/g 2,73×105 3,55×103 1,0×105
Coliform cfu/g 8,31×102 4,17×102 <1,0×102
Escherichia coli cfu/g 1,70×102 1,70×10 1,0×101
Salmonella sp. per 25 g Positif Positif Negatif Sumber : a. SNI 01-6366-2000 (DSN, 2000)
Hasil penghitungan cemaran mikrobiologi menunjukkan bahwa kualitas
mikrobiologi telur di Kabupaten Bogor belum memenuhi keamanan pangan sesuai
yang disyaratkan SNI 01-6366-2000. Nilai cemaran Coliform, E. coli dan Salmonella
pada kedua kelompok tidak memenuhi standar. Cemaran TPC kelompok I melebihi
standar Dewan Standardisasi Nasional (2000) dalam SNI 01-6366-2000 sedangkan
cemaran TPC kelompok II jumlah bakteri yang diperoleh masih dibawah standar
yaitu 1,0×105 koloni. Cemaran Coliform pada kedua kelompok melebihi standar
yaitu <1,0×102 koloni. Cemaran E. coli pada kedua kelompok melebihi standar
standar yaitu 1,0×101 koloni. Keberadaan Salmonella positif dalam telur pada kedua
kelompok dan hal ini tidak sesuai standar yaitu tidak terdapat Salmonella di dalam
telur konsumsi. Jumlah cemaran TPC, E. coli, Salmonella dan Coliform
menunjukkan perbedaan pada kedua kelompok yaitu bahwa jumlah mikroba
kelompok II lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok I.
Jumlah cemaran mikrobiologi berbeda pada kedua kelompok kepemilikan
ayam dapat dipengaruhi oleh pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada
peternakan serta kualitas fisik telur. Pelaksanaan biosekuriti pada tiap peternakan
dalam kedua kelompok tersebut tidak sama sehingga akan mempengaruhi kualitas
mikrobiologi. Pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan ayam petelur
kelompok II (kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam) lebih baik dibandingkan
dengan peternakan kelompok I (kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam). Keberadaan
noda daging, noda darah pada permukaan kuning dan putih telur serta nilai pH telur
juga mempengaruhi kualitas mikrobiologi telur. Nilai pH pada penelitian dengan
rataan 7,44±0,25 merupakan pH yang baik untuk pertumbuhan bakteri (Fardiaz,
1992).
Kotoran yang menempel pada kerabang telur merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas mikrobiologi pada telur. Setelah telur ke luar dari induk
ayam dan sebelum dibersihkan, kotoran masih menempel pada kerabang telur. Hal
ini dapat mempengaruhi nilai cemaran E. coli dan Salmonella pada telur. Sartika et
al. (2005) menyatakan bahwa kotoran merupakan sumber penularan E. coli terhadap
bahan pangan asal ternak dan manusia. Siagian (2007) menyatakan bahwa kerabang
telur kemungkinan mengandung Salmonella yang berasal dari kotoran ayam dan
mungkin mengkontaminasi isi telur pada waktu telur dipecahkan. Escherichia coli
mempunyai habitat kehidupan alami di dalam saluran pencernaan manusia dan
ternak yang dapat langsung mencemari bahan di sekelilingnya termasuk air, tanah
maupun produk peternakan.
Penularan E. coli dapat terjadi secara vertikal maupun horisontal. Penularan
secara vertikal terjadi saat proses pembentukan telur melalui induk ayam. E.coli
menginfeksi ovarium atau oviduk sehingga telur yang dihasilkan terkontaminasi.
Penularan secara horisontal terjadi selama proses penetasan maupun saat
pemeliharaan di dalam kandang. Konsentrasi E. coli pada debu kandang dapat
mencapai 105-106/g (Horrox, 1997). Proses penularan secara vertikal diawali dengan
masuknya ovum ke dalam infundibulum. Kontaminasi bakteri di dalam telur dapat
dimulai dari ovari, dimana bakteri ini masuk ke dalam ovum atau kuning telur pada
waktu ovulasi. Proses selanjutnya berjalan melalui magnum, isthmus, pembentukan
kerabang di uterus, kemudian telur dikeluarkan melalui kloaka (Rasyaf, 1994).
Adanya cemaran Salmonella sp. pada kloaka juga berasosiasi positif dengan angka
cemaran Salmonella sp. pada telur. Kloaka merupakan ruangan yang dibentuk oleh
tiga sistem yaitu sistem pencernaan, perkencingan dan reproduksi (Sisson, 1953).
Kontaminasi yang lebih sering terjadi pada telur adalah dengan cara penetrasi dari
kotoran unggas melalui kerabang telur sewaktu telur keluar dari induknya melalui
kloaka. Jika telur kemudian tidak disimpan pada suhu rendah, bakteri ini dapat
tumbuh dan berkembang biak di dalam membran kulit dan akan mengkontaminasi isi
telur sewaktu telur dipecahkan untuk diolah.
Salmonella pada telur hasil penelitian bernilai positif. Telur yang terinfeksi
Salmonella, E. coli, Coliform, baik secara langsung maupun tidak langsung dan tidak
dilakukan pasteurisasi, dapat menyebabkan foodborne diseases pada manusia.
Menurut Keswandani (1996), proses pemasakan dapat menurunkan cemaran mikroba
menjadi 1,0×103 cfu/g dan negatif terhadap Salmonella sp. Penyebab kontaminasi
pada telur tersebut bisa berasal dari luar dan dari dalam telur. Kerusakan yang
disebabkan mikroba pada mulanya berasal dari luar telur, merambat dari pori-pori
kerabang telur ke putih telur dan akhirnya ke kuning telur.
Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi di Peternakan
Good Farming Practices (GFP) merupakan cara beternak yang baik yang
memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi dan
kesejahteraan ternak. Biosekuriti, higien dan sanitasi merupakan hal-hal yang saling
berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Penilaian mengenai pelaksanaan biosekuriti,
higien dan sanitasi pada peternakan kelompok I dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Kelompok I No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Kepemilikan 10.000-50.000 NR
(35.000) AT
(16.000) SK
(30.000) KG
(27.000) WH
(45.000) --------------------------- % --------------------------- 1 Biosekuriti Sumber Ayam 0 0 10,0 0 0
2 Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta 5,0 10,0 15,0 5,0 5,0
3 Pengawasan Peti Telur 0 0 0 10,0 10,0 4 Biosekuriti Peternakan Ayam 15,0 15,0 15,0 15,0 25,0 5 Penanganan Ayam Sakit/Mati 15,0 15,0 30,0 0 30,0 Total Biosekuriti 35,0 40,0 70,0 30,0 70,0
1 Higien Sanitasi Pekerja Peternakan 12,5 12,5 12,5 5,0 12,5
2 Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
3 Sanitasi Kandang 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 4 Gudang Penyimpanan Telur 2,5 5,0 5,0 2,5 5,0 5 Gudang Pakan 0 2,5 2,5 0 0 6 Higien Penanganan Telur 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 7 Sanitasi Peternakan 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5
Total Higien dan Sanitasi 65,0 70,0 70,0 57,5 70,0
Bobot Nilai Akhir 50,0 55,0 70,0 43,7 66,2
Keterangan : Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik
Nilai akhir >80 : sangat baik
Rataan pelaksanaan biosekuriti pada kelompok kepemilikan 10.000-50.000
ekor ayam petelur bernilai 49%, artinya bahwa penerapan biosekuriti kelompok I
belum baik. Rataan pelaksanaan higien dan sanitasi pada kelompok kepemilikan
10.000-50.000 ekor ayam petelur bernilai 66,5%, artinya bahwa penerapan higien
dan sanitasi kelompok I sudah cukup baik. Rataan total keseluruhan pelaksanaan
biosekuriti, higien dan sanitasi bernilai 56,98%, artinya penerapan biosekuriti, higien
dan sanitasi peternakan kelompok I belum baik. Penilaian pelaksanaan biosekuriti,
higien dan sanitasi pada peternakan kelompok II dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Pelaksanaan Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan Kelompok II No.
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
Kepemilikan >50.000 TH
(250.000) NW
(90.000) KM
(90.000) TT
(100.000) SG
(100.000) --------------------------- % ---------------------------- 1 Biosekuriti Sumber Ayam 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
2 Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta 5,0 10,0 10,0 10,0 10,0
3 Pengawasan Peti Telur 10,0 10,0 10,0 10,0 0 4 Biosekuriti Peternakan
Ayam 25,0 15,0 25,0 25,0 25,0 5 Penanganan Ayam
Sakit/Mati 30,0 30,0 30,0 30,0 15,0 Total Biosekuriti 80,0 75,0 85,0 85,0 60,0
1 Higien Sanitasi Pekerja Peternakan 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5
2 Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
3 Sanitasi Kandang 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 4 Gudang Penyimpanan Telur 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5 Gudang Pakan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 6 Higien Penanganan Telur 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 7 Sanitasi Peternakan 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5
Total Higien dan Sanitasi 70,0 70,0 70,0 70,0 70,0 Bobot Total Akhir 75,0 75,5 77,5 76,2 65,0
Keterangan : Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik
Nilai akhir >80 : sangat baik
Pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi pada peternakan ayam kelompok
kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur terlaksana dengan baik. Peternakan
kelompok II lebih baik dalam penerapan biosekuriti serta higien sanitasi
dibandingkan dengan peternakan kelompok I. Hal ini disebabkan peternakan
melaksanakan poin-poin biosekuriti dan higien sanitasi dengan baik walaupun tidak
seluruh poin dilakukan di peternakan.
Rataan pelaksanaan biosekuriti pada kelompok kepemilikan lebih dari 50.000
ekor ayam petelur bernilai 77%, artinya bahwa penerapan biosekuriti kelompok II
sudah dilaksanakan dengan baik. Rataan pelaksanaan higien dan sanitasi pada
kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 ekor ayam petelur bernilai 70,0%, artinya
bahwa penerapan higien dan sanitasi kelompok II sudah dilaksanakan dengan cukup
baik. Rataan total keseluruhan pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi bernilai
73,84%, artinya penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan kelompok II
sudah dilaksanakan dengan baik. Biosekuriti, higien dan sanitasi belum dilakukan
oleh kelompok kepemilikan 10.000-50.000 ekor dengan baik, sedangkan kelompok
kepemilikan lebih dari 50.000 sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi
dengan baik.
1. Penilaian Penerapan Biosekuriti
Penerapan biosekuriti, higien dan sanitasi pada masing-masing peternakan
berbeda-beda. Terdapat beberapa poin dalam penilaian aspek tersebut. Aspek-aspek
tersebut adalah biosekuriti sumber ayam, penanganan burung/unggas liar, tikus dan
insekta, pengawasan peti telur, biosekuriti peternakan ayam dan penanganan ayam
sakit/mati.
Biosekuriti Sumber Ayam. DOC pada semua peternakan yang dikunjungi pada
umumnya berasal dari PT Phokphand. Bibit anak ayam petelur yang akan dipelihara
diutamakan berasal dari pembibitan ayam ras bibit induk tipe petelur yang
mempunyai izin usaha peternakan dari pemerintah (Kepmentan, 2001). Pengiriman
DOC atau ayam baru pada saat masuk ke peternakan umumnya tidak disertai dengan
SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan). Selama ini penyertaan SKKH pada
peternakan ayam petelur memang jarang diterapkan. Sebagian peternakan hanya
diberi surat jalan saja tanpa diberi SKKH dan diberi jaminan dari perusahaan
peternakan asal bibit bahwa ayam telah diberikan vaksin untuk beberapa penyakit.
SKKH ini sangat penting untuk mengetahui kesehatan DOC yang akan masuk ke
peternakan, dimana ayam hidup yang akan masuk peternakan berpotensi membawa
agen penyakit.
Isolasi merupakan penempatan atau pemeliharaan hewan di dalam
lingkungan yang terkendali atau terpisah. Isolasi ayam baru masuk ke area
peternakan dilakukan oleh beberapa peternakan. Peternakan kelompok II melakukan
isolasi secara keseluruhan sedangkan kelompok I tidak. Hal ini disebabkan kelompok
I mayoritas tidak menggunakan DOC pada pemeliharaannya melainkan
menggunakan pulet. Pulet adalah ayam petelur umur 13 minggu sampai masuk masa
prelayer (16-18 minggu). Ayam baru (DOC) masuk area peternakan langsung
dimasukkan ke dalam kandang khusus yang terpisah dari kandang ayam dewasa,
sedangkan pulet langsung dimasukkan ke dalam kandang produksi tanpa dilakukan
isolasi sebelumnya. Isolasi dilakukan dengan pembersihan kandang dan disertai
pemberian antibiotik pada DOC melalui pernafasan.
Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta. Hewan yang berpotensi
sebagai hewan pengganggu dalam peternakan ayam petelur adalah burung/unggas
liar, tikus dan insekta. Lokasi peternakan yang bagus harus tidak mudah dimasuki
binatang-binatang pengganggu tersebut sehingga peternak harus melakukan
desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga dan lalat, secara
teratur pembasmian dilakukan terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan
desinfektan yang aman bagi lingkungan (Kepmentan, 2001).
Peternakan pada kedua kelompok melakukan penanganan terhadap insekta,
sedangkan penanganan terhadap burung dan tikus jarang dilakukan. Penanganan
insekta pada umumnya dilakukan dengan pemberian insektisida seperti Snip, Betasit,
Larvadex, Agita dan Ratoli pada periode tertentu saja terutama pada saat musim
hujan. Tikus sering ditemui di gudang pakan, jika tikus tersebut memasuki karung
pakan kemudian pakan diberikan kepada ayam maka akan berbahaya. Hal tersebut
mampu menimbulkan penyakit zoonosis karena tikus merupakan reservoir
Salmonella sp. terutama Salmonella pullorium yang dapat menyebabkan penyakit
sehingga dilakukan penanganan terhadap tikus.
Pengendalian tikus (pest control) merupakan salah satu program keamanan
biologi untuk mengurangi terjadi penyebaran burung-burung liar, serangga, binatang
melata dan hewan-hewan lain ke dalam kandang yang berpotensi mempengaruhi
status kesehatan ternak. Meskipun secara teoritis sudah dimengerti namun penerapan
di lapangan sering kali tidak konsisten. Kondisi inilah yang sering menimbulkan
masalah dalam peternakan meskipun sudah ada upaya melaksanakannya (Vallincourt
dan Carver, 1999). Pengawasan dan pengendalian tikus ini harus dilakukan secara
berkelanjutan. Sistem pemeliharaan ayam dengan cara all in all out tidak berlaku
bagi tikus penghuni kandang yang merupakan agen penular yang sangat potensial
pada ayam periode pemeliharaan berikutnya (Vielitz, 1994).
Pengawasan Peti Telur. Mayoritas peternakan kelompok II sudah membuat
peraturan mengenai keluar masuknya peti telur dari luar peternakan harus masuk
kembali ke dalam peternakan, sedangkan kelompok I belum memiliki aturan
tersebut. Peternakan kelompok II pada umumnya sudah mempunyai gudang
pembuatan peti sedangkan peternakan kelompok I belum memilik gudang pembuatan
peti. Peti yang masuk dari luar pada kelompok I berasal dari tukang peti dan
pertukaran ulang dengan agen telur.
Peternakan kelompok I memperbolehkan keluar masuknya peti telur tanpa
melakukan disinfeksi terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan kemungkinan
mikroorganisme tumbuh pada peti karena kayu merupakan salah satu media yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Peti telur yang sudah berkali-kali
berpindah dari peternakan satu ke peternakan lainnya tentu menjadi sumber agen
patogen penting yang berasal dari luar peternakan.
Biosekuriti Peternakan Ayam. Biosekuriti peternakan ayam dilakukan dengan
melakukan desinfeksi pada pengunjung, kendaraan maupun peralatan yang masuk ke
lokasi peternakan melalui kolam dipping dan spraying. Biosekuriti tersebut sudah
dilakukan oleh kelompok II tetapi belum dilakukan oleh kelompok I.
Semua peralatan yang baru masuk ke dalam peternakan hendaknya dilakukan
isolasi terlebih dahulu dengan pembersihan dan fumigasi. Vaksinasi harus dilakukan
secara terpantau oleh dokter hewan di peternakan. Sepuluh peternakan dari kedua
kelompok tersebut sudah melakukan isolasi peralatan dan vaksinasi secara teratur
sesuai jadwal yang dianjurkan dokter hewan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian (2001) bahwa peternakan ayam petelur harus melakukan tindakan
pencegahan (vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit unggas sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku dalam bidang kesehatan hewan. Peternakan ayam petelur
sebaiknya menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf dan tamu serta kendaraan di
pintu masuk perusahaan peternakan.
Penanganan Ayam Sakit/Mati. Isolasi ayam sakit sangat penting dilakukan karena
ayam yang sakit atau mati dapat menjadi sumber penyakit berbahaya bagi ayam
sehat yang berdekatan dengan kandang isolasi tersebut. Kelompok II sudah memiliki
kandang isolasi, hanya satu peternakan yang tidak memiliki. Kelompok I masih
banyak yang menyimpan ayam sakit pada kandang kosong dekat kandang ayam
sehat yang dikhawatirkan dapat menulari ayam sehat di dalam kandang. Kandang
isolasi digunakan untuk ayam sakit (dipatuk ayam lain, lumpuh), sedangkan penyakit
menular atau wabah ditangani secara langsung dalam satu kandang.
Alat pembersih dari kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang
lain. Ayam yang menderita penyakit menular atau bangkai ayam dan bahan-bahan
yang berasal dari hewan bersangkutan tidak dibawa keluar komplek peternakan
melainkan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian (2001) bahwa setiap terjadi kasus penyakit terutama
yang dianggap/diduga penyakit menular segera dilaporkan kepada dinas peternakan
setempat. Peternakan ayam petelur sepenuhnya membantu pemerintah dalam usaha
pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular
2. Penilaian Penerapan Higien atau Sanitasi
Penerapan higien dan sanitasi pada kedua kelompok kepemilikan ayam di
peternakan berbeda-beda. Terdapat beberapa poin dalam penilaian aspek tersebut.
Aspek-aspek tersebut adalah higien sanitasi pekerja peternakan, higien sanitasi
pengunjung/tamu, sanitasi kandang, gudang penyimpanan telur, gudang pakan,
higien penanganan telur dan sanitasi peternakan.
Higien Sanitasi Pekerja Peternakan. Pegawai dapat menjadi sumber penyebaran
mikroorganisme sehingga perlu adanya pengawasan terhadap kebersihan pegawai di
area peternakan. Penerapan higien dan sanitasi terhadap pekerja pada kedua
kelompok tersebut belum seutuhnya dilaksanakan karena belum ada aturan terkait
mengenai sanitasi personal pegawai. Menurut Keputusan Menteri Pertanian (2001)
tenaga kerja yang diperkerjakan hendaknya berbadan sehat dan mendapat pelatihan
teknis produksi kesehatan hewan. Pelatihan rutin terkait dengan biosekuriti, higien
dan sanitasi terhadap setiap pekerja di peternakan pada kedua kelompok tidak
dilakukan.
Karyawan yang sakit berpotensi sebagai sumber pencemar sehingga tidak
diperkenankan kontak dengan produk, peralatan dan fasilitas peternakan. Hal yang
harus diperhatikan adalah menjaga tidak adanya kontaminan yang masih menempel
pada tubuh sehingga dapat menulari ayam di kandang. Pegawai dilarang keluar
masuk peternakan ayam yang berbeda pada hari yang sama untuk mencegah
masuknya mikroorganisme dari luar ke dalam peternakan. Hal ini dapat diterapkan
dengan mencuci tangan, mengganti baju yang kotor, melakukan dipping sepatu atau
alas kaki yang digunakan pegawai sebelum masuk area peternakan.
Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu. Higien sanitasi pengunjung dilakukan dengan
adanya pengawasan terhadap pengunjung dan pengunjung harus mengikuti aturan
biosekuriti, higien dan sanitasi di peternakan. Hal ini dilakukan karena tidak setiap
orang dapat keluar masuk komplek perkandangan yang memungkinkan bisa
menularkan suatu penyakit. Higien tersebut belum dilakukan dengan baik oleh
kelompok I dan kelompok II. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian (2001)
bahwa peternakan ayam petelur sebaiknya menyediakan fasilitas desinfeksi untuk
staf dan tamu serta kendaraan di pintu masuk perusahaan peternakan.
Pengawasan terhadap pengunjung/tamu yang datang umumnya sudah
dilakukan. Penerapan higien sanitasi terhadap pengunjung belum dilakukan dengan
baik. Pengunjung/tamu belum mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan
sanitasi. Pengunjung hanya diperbolehkan masuk ke area yang dianggap bersih bagi
kesehatan ayam (tidak boleh sampai masuk ke dalam area kandang terutama kandang
DOC yang rentan penyakit). Salah satu tindakan yang harus dilakukan dalam
pengamanan penyakit menurut Keputusan Menteri Pertanian (2001) yaitu peternakan
harus mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas kendaraan,
orang dan peralatan yang keluar masuk komplek peternakan maupun pada pintu-
pintu masuk kandang, gudang makanan dan lain sebagainya.
Sanitasi Kandang. Semua peternakan ayam petelur tersebut melakukan sanitasi dan
pembersihan kandang dengan baik. Jadwal pembersihan kandang dan kotoran
berbeda-beda pada setiap peternakan. Semua peternakan melakukan pengosongan
kandang sebelum ayam masuk atau pada saat pemindahan ayam dari kandang
periode sebelumnya (all in all out). Setelah itu dilakukan pembersihan kandang dari
segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (feses, bulu-bulu ayam,
debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang,
mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian menabur kapur pada alas kandang.
Bangunan kandang, tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dan didisinfeksi
kembali. Kandang battery dibersihkan, dilakukan pengapuran rak cage (kayu) dan
memperbaiki fasilitas-fasilitas kandang yang mengalami kerusakan. Seluruh isi
kandang disemprot disinfektan. Disinfektan yang digunakan adalah Long Life,
Safety Guard, Firkon, Biosit dan BKC. Alas kandang brooder ditaburi sekam yang
telah didesinfeksi. Disinfeksi dilakukan satu atau dua hari sebelum pulet masuk
kandang.
Tindakan yang harus dilakukan dalam pengamanan penyakit yaitu peternak
harus melakukan pembersihan dan pencucian kandang baik terhadap kandang yang
telah dikosongkan maupun sebelum ternak berikutnya masuk ke dalam kandang.
Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan serta sanitasi seluruh
peternakan, tidak terdapat ternak dan unggas lain yang dapat sebagai penghantar
penyakit menular dan mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas
kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk peternakan (Kepmentan, 2001).
Gudang Penyimpanan Telur. Peternakan ayam petelur pada kedua kelompok
belum memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur yang
baik. Gudang telur yang baik menurut President’s Council on Food Safety (1999)
memiliki beberapa kriteria seperti lantai dan dinding terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan dan dilakukan disinfektan, pertemuan dinding dan lantai cekung
sehingga memudahkan dalam pembersihan, adanya langit-langit yang terbuat dari
bahan yang tidak mudah mengelupas, ventilasi yang baik untuk menjaga aliran udara
di dalam ruangan yang baik, serta penerangan yang memadai.
Gudang telur kelompok II dan sebagian pada kelompok I sudah cukup baik
yaitu memiliki ventilasi yang cukup baik, terdapat langit-langit yang terbuat dari
triplek serta penerangan yang sudah cukup baik, namun masih ada yang belum
memiliki ventilasi dan penerangan yang baik. Suhu dan kelembaban gudang telur
mengikuti suhu dan kelembaban rata-rata kandang yaitu 250-300C dan kelembaban
udara 70 %.
Gudang Pakan. Kondisi gudang pakan belum memiliki struktur bangunan yang
menunjang higien dan sanitasi telur yang baik. Peternakan ayam petelur yang
dikunjungi umumnya membeli pakan dari pabrik dan hanya beberapa saja yang
membuat pakan sendiri. Pakan yang digunakan harus cukup dan sehat serta
berkualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam DSN (1995) dan
berasal dari pabrik pakan yang sudah memiliki izin (Kepmentan, 2001).
Konstruksi gudang pakan pada kedua kelompok peternakan umumnya
beralaskan lantai semen, beratap asbes, seng dan genteng, berdinding bahan batako,
kawat dan seng. Peternakan kelompok II sudah hampir memiliki struktur gudang
pakan yang cukup baik dengan dilengkapi ventilasi udara kandang yang cukup, atap
kandang dengan menggunakan asbes dan beralaskan lantai semen. Suhu dan
kelembaban gudang pakan mengikuti suhu dan kelembaban rata-rata kandang yaitu
250-300C dan kelembaban udara 70%.
Higien Penanganan Telur. Higien penanganan telur pada kedua kelompok
peternakan dilakukan dengan cukup baik. Telur dari kandang sebagian besar
ditampung terlebih dahulu pada egg tray plastik bersih yang kemudian dilakukan
pemisahan antara telur yang bagus dan telur retak di gudang telur. Hal ini dilakukan
untuk mencegah telur yang baik terkontaminasi agen patogen yang mungkin terdapat
pada telur kotor atau retak. Telur retak biasanya dijual kepada masyarakat sekitar
peternakan dan tukang kue. Telur kotor dibersihkan dengan menggunakan lap kering
tanpa dicuci dengan air. Telur kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam peti
kayu yang sebelumnya ditaburi sekam bersih guna mencegah terjadinya telur pecah
selama perjalanan yang selanjutnya akan didistribusikan ke agen telur.
Distribusi telur pada kedua kelompok peternakan tersebut tidak menggunakan
mobil boks tertutup melainkan dengan menggunakan mobil truk terbuka. Hal ini
memungkinkan telur terkontaminasi selama diperjalanan karena alat angkut yang
digunakan tidak tertutup.
Sanitasi Peternakan. Air yang digunakan oleh seluruh peternakan tersebut
memenuhi persyaratan air bersih, yaitu menggunakan air tanah untuk minum ternak
dan kegiatan peternakan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertanian (2001) bahwa persyaratan air untuk peternakan yaitu air yang digunakan
harus memenuhi baku mutu air yang sehat yang dapat diminum oleh manusia dan
ternak serta tersedia sepanjang tahun. Air diperiksa di laboratorium tetapi tidak rutin
satu tahun satu kali, hanya sekali di awal karena disarankan oleh dinas peternakan
setempat sehingga jelas air yang digunakan aman dan sehat untuk digunakan dalam
peternakan.
Kotoran ayam dan sampah yang terdapat di lingkungan peternakan dapat
menjadi salah satu sumber pencemaran di peternakan. Pengambilan sampah dan
kotoran ayam dilakukan secara teratur di peternakan. Waktu pengambilan feses
dilakukan berbeda-beda tiap peternakan, ada yang setiap hari diangkut, dua kali
dalam satu minggu, satu minggu satu kali dan ada juga yang diambil secara tidak
teratur sesuai penuhnya tempat feses. Sampah pada semua peternakan dibersihkan
setiap hari dan dibakar karena dapat mencemari lingkungan peternakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Jumlah kepemilikan ayam petelur tidak mempengaruhi kualitas fisik telur
ayam (bobot telur, nilai pH, HU dan ketebalan kerabang). Kualitas mikrobiologi telur
ayam konsumsi menunjukkan bahwa kualitas telur ayam belum memenuhi keamanan
pangan. Biosekuriti, higien dan sanitasi belum diaplikasikan sepenuhnya oleh
kelompok peternakan ayam petelur dengan kepemilikan 10.000-50.000 ekor,
sedangkan kelompok kepemilikan lebih dari 50.000 ekor sudah melaksanakan
biosekuriti, higien dan sanitasi dengan baik.
Saran
Telur ayam yang diteliti masih dideteksi adanya Salmonella sp., sedangkan di
dalam telur konsumsi menurut standar SNI 01-6366-2000 seharusnya tidak ada
(negatif) Salmonella. Konsumen perlu berhati-hati dalam melakukan penanganan
maupun pengolahan telur sehingga tidak beresiko sebagai sumber penyakit.
Penelitian lebih lanjut disarankan mengkaji pengaruh suhu dan waktu pemanasan
terhadap kualitas mikrobiologi telur khususnya Salmonella untuk memberi informasi
kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arzey, G. and E. Mac Arthur. 2007. NSW Biosecurity Guidelines for Free Range Poultry Farms. NSW Department of Primary Industries, State of New South Wales.
Baumler, A. J., B. M. Hargis and R. M. Tsolis. 2000. Tracing origin of Salmonella outbreaks. Science 287(5450): 50−52.
Brown, A. 2000. Understanding Food Principle and Preparation. Wadsworth University of Hawaii, Hawaii.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Cullor, J. S. 1997. Risk and prevention of contaminant of dairy products. Rev. Sci. Tech. 16(2): 472−481.
Dewan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2897-1992. Metode Pengujian Cemaran Mikroba, Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
Dewan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3926-1995. Telur Ayam Konsumsi. Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
Dewan Standardisasi Nasional. 2000. SNI 01-6366-2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Telur. Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
Doyle, M. P. and D. O. Cliver. 1990. Salmonella: foodborne diseases D. O. Cliver. Academic Press, Inc., 185-204.
Ewen, S. A. and W. B. McNab. 1997. Contaminants of nonbiological origin in foods from animals. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 16(2): 684−693.
Fardiaz, D. 1992. Mikrobiologi Pengolahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fardiaz, S. 1996. Strategi Riset Bidang Mikrobiologi untuk Meningkatkan Keamanan Pangan di Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ferrier, L. K., Lesson, B. J. Holub, L. Easton and E. J. Squires. 1994. High linolenic acid eggs and their influence on blood lipids in humans. In : Sim, J. S. and S. Nakai (Eds.). Eggs Uses and Processing Technologies. CAB International, Kanada.
Gorris, L. G. M. 2005. Food Safety Objective: An integral part of food chain management. Food Control 16: 801−809.
Hardjosworo, E. G., P. S. Rukmiasih dan Ernawati. 1989. Penanganan Hasil Ternak. Fakultas Politeknik Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Harmayani, E., E. Santoso, T. Utami dan S. Raharjo. 1996. Identifikasi bahaya kontaminasi S. aureus dan titik kendali kritis pada pengolahan produk daging ayam dalam usaha jasa boga. Agrotech, Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian 16 (3): 7−15.
Horrox, N. 1997. Salmonella-a practical overview. International Hatchery Practice, 12 (12): 15-17.
[Kepmentan] Keputusan Menteri Pertanian. 2001. Pedoman Budidaya Ternak Ayam Petelur yang Baik (Good Farming Practices), Jakarta.
Keswandani, R. 1996. Identifikasi titik pengendalian kritis pengolahan produk daging dan ikan dari industri jasa boga golongan A-2 terhadap cemaran bakteri Salmonella sp. Skripsi. Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Levy, P. S. and S. Lemeshow. 1999. Sampling of Population. 3rd Ed. John Willey and Sons. Inc., Kanada.
Messens, W., K. Grijspeerdt and L. Herman. 2005. Eggshell penetration by Salmonella. Journal World Poultry Sci. 61 (1) : 71-85
Michalski, C. B., R. E. Brackett, Y. C. Hung and G. O. I. Ezeike. 1999. Use of capillary tubes and plate heat exchanger to validate U.S. Department of Agriculture pasteurization protocols for elimination of Salmonella enteritidis from liquid egg products. Journal Food Protect. 62 (2) : 112-117
Mine, Y. 2008. Egg Bioscience and Biotechnology. Department of Food Science University of Guelph. Wiley-interscienc A John Wiley & Sons, Inc., Publication.
Mountney, G. J. 1976. Poultry Product Technology. The 2nd Ed. The AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.
Nort, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. The 4th Ed. AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.
Payne, J. B., E. C. Kroger and S. E. Watkins. 2002. Evaluation of litter treatment on Salmonella recovery from poultry litter. Journal Appl. Poult. Res. 11: 239-243.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Bogor. Romanoff, A. L. dan A. J. Romanoff. 1963. The Avian Eggs. John Willey and Sons,
Inc, New York. Sartika, R. A. D., Y. M. Indrawani dan T. Sudiarti. 2005. Analisis mikrobiologi
Escherichia coli O157:H7 pada hasil olahan hewan sapi dalam proses produksinya. Makara Kesehatan. 9 (1) : 23-28
Siagian, A. 2002. Mikroba patogen pada makanan dan sumber pencemarannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat. USU. http://www.library.usu.ac.id [25 November 2009]
Sisson, S. 1953. The anatomy of the domestic animals. The 4th Ed. W. B. Saunders Company. Philadelphia, 940.
Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill. 1995. Egg Science and Technology. 2nd Ed. The Avi Publ. Co. Inc. Rahway, New York.
Steel, R. G. D dan J. H Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan. Bambang Sumantri. Edisi Dua. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Trioso, P. 2008. Pelatihan Penyusunan SOP Penanganan Susu dan Telur. Dinas Peternakan, Bandung.
[USDA] United States Department of Agriculture. 2000. Egg Grading Manual. Federal Crop Insurance Corporation (FCIC), Washington DC.
Vaillancourt, J. P. and D. K. Carver. 1999. Biosecurity: Perception is not reality, Poultry Digest, 28-30.
Vielitz, E. 1994. Salmonella control programmes worldwide. Poultry International. March, 32- 38.
Well, R. G. and C. G. Belyavin. 1987. Egg Quality-Current Problems and Recent Advance. Poultry Science Symposium 20. Butterworths, Borough Green, Sevenoaks, Kent TN 15 8 PH, England.
Winarno, F. G. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio Press, Bogor.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Alhamdulillah, penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang
selalu melimpahkan nikmat-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dan studi ini. Salawat dan salam semoga selalu kita curahkan
untuk suri tauladan kita Nabi Muhammad saw. Terimakasih penulis sampaikan
kepada Ibunda tercinta Ida Widiarsih, Bapak R. Teddy Muchtar (Alm.), Adik
Muhammad Herlan dan seluruh keluarga tersayang atas segala bantuan doa,
semangat, dan dukungan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IPB.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi.
selaku pembimbing akademik, Zakiah Wulandari STP., MSi. selaku pembimbing
utama, atas bimbingannya yang berharga selama penulis belajar di IPTP, melakukan
penelitian dan menyusun skripsi. Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA selaku
pembimbing anggota atas semua bimbingan, masukan dan arahannya selama penulis
melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga tahap akhir.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pihak Dinas Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Bogor, khususnya Bapak Ir. Wawan Setiawan H., MM.,
dan Bapak Indra Ridarta, S.E., dan Bapak Udin atas bantuan selama observasi ke
peternakan di Kabupaten Bogor. Ucapan terima kasih kepada para peternak ayam
petelur di Kabupaten Bogor atas bantuannya dan Bapak Dr. Hardy Priohutomo
pemilik peternakan ayam petelur Purwasari Cicurug, Sukabumi. Staf Laboratorium
bagian Teknologi Hasil Ternak, Bu Iyom dan teman-teman penelitian lab.
pengolahan susu yaitu Lia, Vivin, Awlia, Hida, Ema, Marifah, Mba Wida, Oca dan
Adri. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Talkhishul Abid, Indra
Maulana Yusup, Dianti, Tia, Ade Irma, Nolis dan Anggi atas dukungan, doa serta
bantuan selama penelitian. Semua kebaikan yang telah diberikan hanya Allah yang
pantas membalasnya. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada civitas
akademika Fakultas Peternakan, khususnya IPTP 42 serta kepada semua pihak yang
telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan dan
peternakan. Amin.
Bogor, Januari 2010
Penulis
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Ragam Bobot Telur
Sumber db JK KT F hitung Nilai P
Peternakan 1 13,69 13,69 1,13 0,318
Galat 8 96,65 12,08
Total 9 110,34
Lampiran 2. Analisis Ragam Nilai HU
Sumber db JK KT F hitung Nilai P
Peternakan 1 7,73 7,73 0,16 0,704
Galat 8 398,66 49,83
Total 9 406,38
Lampiran 3. Analisis Ragam Ketebalan Kerabang
Sumber db JK KT F hitung Nilai P
Peternakan 1 0,0006400 0,0006400 0,70 0,427
Galat 8 0,0073200 0,0009150
Total 9 0,0079600
Lampiran 4. Analisis Ragam Nilai pH
Sumber db JK KT F hitung Nilai P
Peternakan 1 0,01156 0,01156 0,86 0,382
Galat 8 0,10800 0,01350
Total 9 0,11956
Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0) Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. DOC berasal dari PT Phokphand dan hanya disertai surat jalan
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 1 10,0
Total I 20,0 10,0
II Penanganan Burung/Unggas Liar Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hanya melakukan desinfeksi terhadap insekta dengan Ratoli
2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 5,0
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik dengan adanya gudang pembuatan peti telur
Total III 10,0 10,0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik. Hanya memilki spraying untuk kendaraan saja 2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke
area peternakan 5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 10,0
Total IV 25,0 25,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik. Dokter hewan didatangkan dari petugas vaksin 2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0
Total V 30,0 30,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 80,0
Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0) Nilai Keterangan
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pelatihan berupa seminar dari pihak vaksin/obat
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0 1 5,0
Total I 25,0 12,5
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Tamu dibatasi masuk ke area tertentu saja
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5 0 0
Total II 7,5 0 5,0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik.
Pembersihan dan disinfeksi kandang dilakukan pada saat DOC masuk ke peternakan. Desinfektan yang digunakan adalah Long life dan Safety guard
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0 1 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 2,5
Total III 17,5 17,5
Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0) Nilai Keterangan
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Hanya terdapat kamar mandi. Gudang penyimpanan telur pada suhu ruang
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5 0 0
Total IV 10,0 5,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang pakan yaitu pada suhu ruang
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total V 7,5 2,5
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi dilakukan setiap pagi dengan mobil truk terbuka
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Pemeriksaan air dilakukan hanya tidak setiap tahun. Sampah dibakar
2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0 1 5,0
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0 1 5,0
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100 70,0
Lampiran 5. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan TH (Lanjutan)
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir (Bobot % x Total
Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 80,0 40,0
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0
Hasil Akhir 100,0 75,0
Keterangan : Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir >80 : sangat baik
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 75,0 karena nilai akhir ini berada diantara kisaran
antara 60-70 maka dapat disimpulkan bahwa peternakan TH sudah melaksanakan
biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur dengan baik.
Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hanya diberi surat jalan saja. Langsung ditempatkan di kandang pullet
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 0 0
Total I 20,0 0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hanya dilakukan penanganan insekta dengan Ratoli
2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 5,0
Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Peti dari agen kembali ke peternakan
Total III 10,0 0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Kendaraan atau tamu masuk tanpa dilakukan disinfeksi
2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 10,0
Total V 25,0 15,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hanya disimpan di kandang kosong yang jaraknya masih berdekatan dengan kandang ayam sehat. Dokter hewan dari pihak vaksin
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0
Total V 30,0 15,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 35,0
Data Penilaian Penerapan Biosekuriti
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pelatihan kepada pekerja yaitu dengan diberikan pengarahan
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0 1 5,0
Total I 25,0 12,5
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik.
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5 0 0
Total II 7,5 5,0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran diangkut ke karung dan tidak menentu waktunya. Desinfektan yang digunakan adalah Firkon, Biosit dan BKC.
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0 1 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 2,5
Total III 17,5 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang telur yaitu suhu ruang. Rata-rata kelembaban di Kab. Bogor adalah 80%
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5 0 0
Total IV 10,0 2,5
Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5 0 0 Pelaksanaan masih belum baik. Gudang pakan tertutup dengan seng. Penyimpanan pakan tidak menggunakan alas kayu
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total V 7,5 0
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi telur dilakukan pada truk terbuka
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Waktu pengambilan sampah tidak menentu
2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0 1 1,0
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0 1 5,0
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 65,0
Lampiran 6. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NR (Lanjutan)
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 35,0 17,5
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 65,0 32,5
Hasil Akhir 100,0 50,0
Keterangan :
Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 50,0, karena nilai akhir ini bernilai dibawah 60
maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan biosekuriti, higien dan sanitasi
peternakan petelur pada peternakan NR belum baik sehingga perlu dilakukan
peningkatan nilai biosekuriti agar dapat memenuhi GFP ayam petelur yang baik.
Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pemeliharaan ayam tidak dimulai dari DOC
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 0 0
Total I 20,0 0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Burung diberi racun burung gereja
2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 10,0
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Peti berasal dari agen telur
Total III 10,0 0
Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Kendaraan dan tamu yang masuk tidak dilakukan disinfeksi
2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 10,0
Total V 25,0 15,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Ayam sakit disimpan di kandang kosong saja.
Dokter hewan dari pihak supplier obat kadang atau dari dinas peternakan
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0
Total V 30,0 15,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 40,0
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pakai kerja tidak seragam. Pelatihan diberikan dengan diberikan pengarahan
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien, dan sanitasi
5,0 1 5,0
Total I 25,0 12,5
Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Pengunjung harus melapor sebelum ke area peternakan
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5 0 0
Total II 7,5 5,0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Pembersihan kotoran ayam dilakukan satu minggu 2-3 kali
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0 1 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 2,5
Total III 17,5 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Rata-rata kelembaban Kab. Bogor adalah 80%
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5 0 0
Total IV 10,0 5,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik
Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total V 7,5 2,5
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Telur yang kotor dilap menggunakan desifektan BKC. Pengangkutan dengan truk terbuka
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran diangkut ke karung 1 minggu 2-3 kali
2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0 1 5,0
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0 1 5,0
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0
Lampiran 7. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan AT (Lanjutan)
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 40,0 20,0
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0
Hasil Akhir 100,0 55,0
Keterangan :
Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 55,0, karena nilai akhir ini berada <60 maka dapat
disimpulkan bahwa peternakan AT ini sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan
sanitasi peternakan petelur dengan kurang baik.
Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 10,0 Pelaksanaan belum baik. DOC yang baru masuk dilakukan isolasi
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 1 10,0
Total I 20,0 10,0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 1 5,0 Pelaksanaan sudah baik. Pencampuran pakan dengan menggunakan Larvadex
2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 15,0
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Peti berasal dari agen
Total III 10,0 0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Tamu dan kendaraan tidak dilakukan disinfeksi sebelum masuk area
2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 10,0
Total V 25,0 15,0
Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik.
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0
Total V 30,0 30,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 70,0
No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pelatihan dilakukan dengan memberikan pengarahan
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0 1 5,0
Total I 25,0 12,5
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Tamu harus melapor dahulu 2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait
biosekuriti, higien dan sanitasi 2,5 0 0
Total II 7,5 5,0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran dibersihkan satu bulan sekali kalau sudah afkir, dimasukkan kedalam karung
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum, dan sebagainya)
5,0 1 5,0
Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 2,5
Total III 17,5 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higiene dan sanitasi telur
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Hanya memiliki kamar mandi. Gudang penyimpanan menggunakan suhu ruang
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5 0 0
Total IV 10,0 5,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Ventilasi bangunan sudah cukup baik
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total V 7,5 2,5
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi telur menggunakan truk terbuka
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran diangkut jika ayam sudah afkir 1 bulan 1 kali
2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0 1 5,0
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0 1 5,0
Lampiran 8. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SK (Lanjutan)
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0
Lampiran 8. Lanjutan
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 70,0 35,0
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0
Hasil Akhir 100,0 70,0
Keterangan :
Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 70,0, karena nilai akhir ini berada diantara kisaran
antara 60-70 maka dapat disimpulkan bahwa peternakan SK ini sudah melaksanakan
biosekuriti, higien, dan sanitasi peternakan petelur dengan cukup baik.
Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 10,0 Pelaksanaan belum baik.
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 1 10,0
Total I 20,0 10,0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. 2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 10,0
Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 1 10,0
Total III 10,0 10,0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pengunjung dan kendaraan yang masuk area tidak diberi desinfektan
2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 10,0
Total V 25,0 15,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 1 15,0 Pelaksanaan belum baik.
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0
Total V 30,0 30,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 75,0
No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pekerja diberi pengarahan 2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih
dan sepatu bot 5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0 1 5,0
Total I 25,0 12,5
Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik.
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5 0 0
Total II 7,5 5,0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Pembersihan kandang dilakukan setiap hari. Disinfeksi kandang dilakukan setiap perpindahan kandang
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0 1 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 2,5
Total III 17,5 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang simpan telur adalah suhu ruang
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5 0 0
Total IV 10,0 5,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang adalah suhu ruang
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
Total V 7,5 2,5
VI Higiene Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi telur dengan truk terbuka
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik.
2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0 1 5,0
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0 1 5,0
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0
Lampiran 9. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan NW (Lanjutan)
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 75,0 37,5
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0
Hasil Akhir 100,0 72,5
Keterangan :
Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik
Nilai akhir penilaian biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur adalah 72,5
berarti dalam hal ini peternakan NW sudah baik dalam pelaksanaan biosekuriti,
higien dan sanitasi di peternakan.
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Setelah isolasi dilakukan seleksi bobot badan
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 1 10,0
Total I 20,0 10,0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Penanganan tikus dengan racun tikus betasit
2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 10,0
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik baik.
Total III 10,0 10,0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik. Pengunjung dan motor disediakan kolam dipping dan spraying untuk kendaraan
2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 10,0
Total V 25,0 25,0
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik.
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0
Total V 30,0 30,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 85,0
No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pengarahan kepada kepala kandang
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien, dan sanitasi
5,0 1 5,0
Total I 25,0 12,5
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Pengunjung melewati kolam dipping
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien, dan sanitasi
2,5 0 0
Total II 7,5 5,0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Sanitasi kandang setiap hari dengan menggunakan sunchin. Desinfeksi kandang kosong dengan Bomokuat
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0 1 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 2,5
Total III 17,5 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Rata-rata kelembaban Kab. Bogor adalah 80%
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total IV 10,0 5,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang yaitu suhu ruang
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total V 7,5 2,5
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi dengan truk terbuka
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Kotoran dibersihkan dua minggu satu kali
2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0 1 5,0
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0 1 5,0
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0
Lampiran 10. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KM (Lanjutan)
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 85,0 42,5
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0
Hasil Akhir 100,0 77,5
Keterangan :
Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik
Nilai akhir yang diperoleh sebesar 77,5, dapat disimpulkan bahwa peternakan KM ini
sudah melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur dengan baik.
Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik.
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 1 10,0
Total I 20,0 10,0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. 2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0
Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 10,0
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 1 10,0 Pelaksanaan belum baik. Memiliki gudang peti
Total III 10,0 10,0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0 1 10,0 Pelaksanaan belum baik. Lengkap semua. 2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke
area peternakan 5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 10,0
Total V 25,0 25,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik.
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0
Total V 30,0 30,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 85,0
No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pekerja menggunakan baju bebas
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0 1 5,0
Total I 25,0 12,5
Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
II Higiene Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 1 5,0 Pelaksanaan sudah baik. Tamu harus melapor sebelum memasuki area. Pengunjung hanya memasuki area tertentu saja
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5 0 0
Total II 7,5 5,0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Kandang selalu di disinfeksi terutama saat pemindahan kandang
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0 1 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 2.5
Total III 17,5 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higiene dan sanitasi telur
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik. Rata-rata kelembaban Kab. Bogor adalah 80%
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5 0 0
Total IV 10,0 5,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik.
Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total V 7,5 2,5
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik.
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik.
2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0 1 5,0
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0 1 5,0
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0
Lampiran 11. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan TT (Lanjutan)
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir (Bobot % x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 85,0 42,5
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0
Hasil Akhir 100,0 77,5
Keterangan :
Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik
Nilai akhir penentuan peringkat biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur
adalah 77,5. hal ini berarti Peternakan TT sudah melakukan biosekuriti, higien dan
sanitasi yang baik.
Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik.
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 1 10,0
Total I 20,0 10,0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. 2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 1 5,0
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 10,0
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Masih ada pertukaran dari agen
Total III 10,0 0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik. Lengkap semua alat boisekuruti kendaraan dan tamu
2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 5,0
Total V 25,0 25,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 0 0 Pelaksanaan belum baik.
Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0 Ayam sakit disimpan pada kandang kosong
Total V 30,0 15,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 60,0
No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pegawai mendapatkan pengarahan 2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih
dan sepatu bot 5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0 1 5,0
Total I 25,0 12,5
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Pengunjung mengikuti aturan peternakan
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5 0 0
Total II 7,5 5,0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Pindah kandang dari DOC ke kandang remaja kurang lebih umur 1 bulan. Pembersihan kandang rutin dilakukan
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang 5,0 1 5,0
Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 2,5
Total III 17,5 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higiene dan sanitasi telur
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik.
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total IV 10,0 5,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5 1 2,5 Pelaksanaan belum baik.
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40% 2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total V 7,5 2,5
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Distribusi menggunakan truk terbuka
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap 2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih 7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. 2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal
1 tahun sekali) 5,0 1 5,0
Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0 1 5,0 Pembersihan sampah setiap hari. Feses 1 minggu 2 kali
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 70,0
Lampiran 12. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan SG (Lanjutan)
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 60,0 30,0
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 70,0 35,0
Hasil Akhir 100,0 65,0
Keterangan :
Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik
Nilai akhir penentuan peringkat biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan petelur
adalah 65,0. Hal ini menunjukkan bahwa peternakan SG sudah cukup baik dalam
melaksanakan biosekuriti, higien dan sanitasi peternakan.
Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. DOC berasal dari Multi Breeder. DOC dikarantina dahulu
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 0 10,0
Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
Total I 20,0 10,0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. 2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 5,0
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Hasil tukar dengan agen telur
Total III 10,0 0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan peralatan dan orang
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Melakukan vaksin sendiri 2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke
area peternakan 5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 10,0
Total V 25,0 15,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Ayam sakit hanya disimpan dikandang kosong dan sangat dekat dengan kandang ayam sehat
Melakukan vaksin sendiri
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 0 0
Total V 30,0 0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 30,0
Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Tidak terdapat pelatihan terhadap pegawai
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 2,5
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0 0 0
Total I 25,0 5,0
II Higiene Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik.
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5 0 0
Total II 7,5 5,0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Kandang kosong selama 3bulan. Sebelum ayam pindah kandang, kandang disemprot desinfektan. Setiap hari kotoran dijual. Disinfeksi dilakukan 3 bulan sekali pada saat ayam masuk kandang
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutu-kutu kandang, mendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum)
5,0 1 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 1,0
Total III 17,5 17,5
Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Kelembaban rata-rata Kab. Bogor 80%. Suhu rata-rata Kab. Bogor 25-33oC
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5 0 0
Total IV 10,0 2,5
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higien sanitasi pakan
2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik.
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total V 7,5 0
VI Higiene Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5 Pelaksanaan belum baik.
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik.
2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0 1 5,0
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur
5,0 1 5,0
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 57,5
Lampiran 13. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi untuk Peternakan KG (Lanjutan)
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir Bobot (%) x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 30,0 15,0
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 57,5 28,7
Hasil Akhir 100,0 43,7
Keterangan :
Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik
Nilai akhir masuk kedalam kisaran antara <60 yaitu 43,7, berarti peternakan KG ini
merupakan peternakan yang belum baik dalam menerapkan biosekuriti, higien dan
sanitasi untuk peternakan petelur walaupun belum lengkap.
Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
I Biosekuriti Sumber Ayam
1 Pengiriman DOC atau ayam baru masuk tersebut disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
10,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. SKKH hanya diperlihatkan saja ke pembeli
2 Dilakukan isolasi sebelum ayam baru masuk ke area peternakan
10,0 0 0
Total I 20,0 0
II Penanganan Burung/Unggas Liar, Tikus dan Insekta
1 Dilakukan penanganan burung/unggas liar 5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik. Penanganan tikus dengan insektisida SNIP
2 Dilakukan penanganan tikus 5,0 0 0
3 Dilakukan penanganan insekta dengan insektisida
5,0 1 5,0
Total II 15,0 5,0
Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan Biosekuriti Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
III Pengawasan Peti Telur
1 Tidak ada peti dari luar yang boleh masuk peternakan
10,0 0 10,0 Pelaksanaan belum baik. Boleh dari tukang peti dan tukar peti dari agen
Total III 10,0 10,0
IV Biosekuriti Peternakan Ayam
1 Memiliki kolam dipping dan tempat spraying pada pintu masuk untuk kendaraan, peralatan dan orang
10,0 1 10,0 Pelaksanaan sudah baik. Hanya spraying untuk mobil saja
2 Adanya isolasi sebelum peralatan masuk ke area peternakan
5,0 1 5,0
3 Dilakukan vaksinasi secara lengkap dan terpantau sesuai kebutuhan
10,0 1 10,0
Total V 25,0 25,0
V Penanganan Ayam Sakit/Mati
1 Ayam yang sakit diisolasi pada kandang terpisah dan cukup jauh dari kandang unggas sehat
15,0 1 15,0 Pelaksanaan sudah baik. Ayam sakit ditampung sementara. Didatangkan dokter hewan dari supplier obat-obatan
2 Adanya dokter hewan peternakan 15,0 1 15,0
Total V 30,0 30,0
Total Nilai Penerapan Biosekuriti 100,0 70,0
No. Data Penilaian Penerapan Higien Sanitasi
I Higien Sanitasi Pekerja Peternakan
1 Adanya pemeriksaan status kesehatan pekerja secara rutin (minimum 1 tahun sekali)
7,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Pernah dilakukan pemeriksaan sampel darah pekerja terbebas dari AI. Pekerja diberi pengarahan, ada juga yang melanggar
2 Pekerja memakai pakaian kerja yang bersih dan sepatu bot
5,0 0 0
3 Pekerja tidak memakai perhiasan di dalam area kandang (gelang, cincin, jam tangan)
2,5 1 2,5
4 Pekerja berperilaku bersih/higienis 5,0 1 5,0
5 Terdapat pelatihan rutin terhadap setiap pekerja terkait dengan biosekuriti, higien dan sanitasi
5,0 1 5,0
Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
Total I 25,0 12,5
II Higien Sanitasi Pengunjung/Tamu
1 Adanya pengawasan terhadap pengunjung/tamu
5,0 0 0 Pelaksanaan belum baik.
2 Pengunjung/tamu mengikuti aturan terkait biosekuriti, higien dan sanitasi
2,5 0 0
Total II 7,5 0
III Sanitasi Kandang
1 Mengosongkan kandang dari ayam periode sebelumnya (all in all out)
2,5 1 2,5 Pelaksanaan sudah baik. Disinfeksi alat-alat kandang dilakukan 1 kali saat pengosongan kandang. Penyemprotan disinfeksi 3 bln 1 kali dengan Benzan Kadmium
2 Membersihkan kandang dari segala jenis kotoran yang berasal dari periode sebelumnya (misalnya: feses, bulu-bulu ayam, debu) dan memberikan insektisida untuk membasmi kutumendesinfeksi menggunakan sprayer kemudian mengapur alas kandang
5,0 1 5,0
3 Alas kandang brooder ditaburi sekam yang telah didesinfeksi
2,5 1 2,5
4 Mendesinfeksi alat-alat kandang (tempat pakan, tempat minum, dan sebagainya)
5,0 1 5,0
5 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara berkala
2,5 1 2,5
Total III 17,5 17,5
IV Gudang Penyimpanan Telur
1 Memiliki struktur bangunan yang menunjang higien dan sanitasi telur
2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik.
2 Terdapat fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan air bersih, sabun cair, tisu/hand dryer, tempat sampah tertutup
2,5 0 0
3 Kelembapan gudang penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 80%
2,5 1 2,5
4 Suhu gudang penyimpanan telur antara 12-15 oC
2,5 0 2,5
Total IV 10,0 5,0
V Gudang Pakan
1 Memiliki struktur bangunan dan fasilitas higiene sanitasi pakan
2,5 0 0 Pelaksanaan belum baik. Suhu gudang adalah suhu ruang
2 Kelembaban gudang pakan tidak boleh lebih dari 40%
2,5 0 0
3 Suhu gudang pakan antara 12-15 oC 2,5 0 0
Total V 7,5 0
Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan)
No. Data Penilaian Penerapan higien Bobot Nilai (%)
Ya (1)/ Tidak (0)
Nilai Keterangan
VI Higien Penanganan Telur
1 Adanya pemisahan antara telur kotor/retak dengan telur baik
5,0 1 5,0 Pelaksanaan belum baik. Telur baik dan pecah dijual terpisah. Telur disimpan 1 hari di gudang. Truk terbuka
2 Penanganan telur kotor tidak dicuci, hanya di lap
2,5 1 2,5
3 Telur disimpan dengan egg tray/peti baru 2,5 1 2,5
4 Egg tray/peti disimpan di atas palet plastik yang bersih dan terawat
2,5 0 0
5 Distribusi telur dengan mobil boks tertutup 2,5 0 0
Total VI 15,0 10,0
VII Sanitasi Peternakan
1 Air yang digunakan memenuhi persyaratan air bersih
7,5 1 7,5 Pelaksanaan sudah baik. Air yang digunakan adalah air sumur
2 Air diperiksa di laboratorium secara teratur (minimal 1 tahun sekali)
5,0 1 5,0
3 Pengambilan sampah dan feses ayam dilakukan secara teratur5,0 1 5,0
Total VII 17,5 17,5
Total Nilai Penerapan Higien Sanitasi 100,0 62,5
Lampiran 14. Checklist Audit Biosekuriti, Higien dan Sanitasi Peternakan WH (Lanjutan)
No. Aspek yang Dinilai Bobot (%) Total Nilai Nilai Akhir (Bobot % x Total Nilai)
1 Penilaian biosekuriti 50,0 70,0 35,0
2 Penilaian higien sanitasi 50,0 62,5 31,2
Hasil Akhir 100,0 66,2
Keterangan :
Nilai akhir <60 : tidak baik Nilai akhir 60-70 : cukup baik Nilai akhir >70-80 : baik Nilai akhir > 80 : sangat baik
Kesimpulan : dilihat dari nilai akhir yaitu 66,2, berarti peternakan WH ini merupakan
peternakan yang sudah cukup baik dalam menerapkan biosekuriti, higien dan sanitasi
untuk peternakan petelur walaupun belum lengkap.