KAJIAN DAN PENYUSUNAN KONSEP STANDAR PRODUK OLAHAN KAYU 1. Ir. M. I. Iskandar, MM. 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. 3. Drs. Achmad Supriadi, MM. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, DESEMBER 2014
49
Embed
KAJIAN DAN PENYUSUNAN KONSEP STANDAR PRODUK OLAHAN KAYUdatabase.forda-mof.org/uploads/Kajian1.pdfDalam rangka pengendalian mutu dan pemasaran produk kayu perlu standar mutu produk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KAJIAN DAN PENYUSUNAN KONSEP STANDAR
PRODUK OLAHAN KAYU
1. Ir. M. I. Iskandar, MM. 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. 3. Drs. Achmad Supriadi, MM.
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
BOGOR, DESEMBER 2014
i
KAJIAN DAN PENYUSUNAN KONSEP STANDAR
PRODUK OLAHAN KAYU
Bogor, Desember 2014
Mengetahui Ketua Kelti,
Ir. Efrida Basri, M.Sc NIP. 195802241983032003
Ketua Tim Pelaksana,
Ir. M. I. Iskandar, MM NIP. 195304091982031007
Menyetujui Koordinator,
Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. NIP. 195807051989031007
Mengesahkan Kepala Pusat,
Dr. Ir. Rufi’ie, M.Sc. NIP. 196012071987031005
M.Sc. NIP. 19595021986031001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... v
Dalam rangka pengendalian mutu dan pemasaran produk kayu perlu
standar mutu produk kayu. Saat ini produk kayu yang belum ada standar mutunya (SNI) antara lain papan partikel bermuka kertas. Untuk penyusunan standar tersebut diperlukan beberapa tahap kegiatan penelitian antara lain : mempelajari beberapa standar dari beberapa negara, membuat perbandingan persyaratan produk kayu tersebut berdasarkan beberapa standar, mengumpulkan data primer dan sekunder di pabrik serta mengambil contoh produk papan partikel bermuka kertas, menguji mutu produk papan partikel bermuka kertas tersebut di laboratorium dan menyusun konsep Standar Nasional Indonesia mengenai papan partikel bermuka kertas. Untuk tahun pertama 2010 kegiatan bertujuan untuk membuat konsep Standar Nasional Indonesia kayu lapis bermuka polivinil klorida. Tahun kedua, 2011 kegiatan bertujuan untuk membuat konsep Standar Nasional Indonesia kayu lapis bermuka poliuretan. Tahun ketiga, 2012 kegiatan bertujuan untuk membuat konsep Standar Nasional Indonesia kayu lapis bermuka bahan pewarna. Tahun keempat, 2013 kegiatan bertujuan untuk membuat konsep Standar Nasional Indonesia papan partikel indah. Tahun kelima, 2014 kegiatan bertujuan untuk membuat Standar Nasional Indonesia papan partikel bermuka kertas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tersebut telah disusun dalam bentuk konsep Standar Nasional Indonesia mengenai papan partikel bermuka kertas. Persyaratan yang layak untuk dijadikan standar adalah : mutu penampilan, panjang, lebar, tebal, diagonal, kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap basa dan ketahanan terhadap pengencer.
Kata kunci : Polivinil klorida, poliuretan, bahan pewarna, indah, bermuka kertas.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri kayu termasuk industri papan partikel bermuka kertas
merupakan industri kehutanan yang penting dalam rangka pemanfaatan
sumberdaya hutan. Nilai ekspor industri kayu pada tahun 2012 sebesar
US $ 801.540.000 atau 38,45 % dari nilai ekspor hasil pertanian dan
kehutanan atau 7,81 % dari seluruh nilai ekspor (Anonim, 2013). Industri
kayu penghasil devisa tersebut antara lain kayu lapis penggunaan umum,
kayu lapis bermuka bahan pewarna, papan blok bermuka bahan pewarna,
papan partikel indah, kayu olahan, pulp, komponen furniture, dan furniture.
Beberapa kebijakan pemerintah telah mendorong perkembangan
industri kayu sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa mulai tahun 1985
ekspor kayu bundar dilarang, sehingga ekspor kayu lapis, kayu lapis
bermuka bahan pewarna, papan blok bermuka bahan pewarna, papan
partikel bermuka kertas, kayu gergajian pulp, komponen furniture dan
mebel furniture cukup pesat. Pada tahun 1989 keluar peraturan mengenai
kenaikan pajak ekspor kayu gergajian sehingga mulai tahun 1990 ekspor
kayu gergajian turun sekali tetapi ekspor kayu olahan dan produk kayu
lapis papan partikel bermuka kertas terus meningkat.
Disamping terjadi peningkatan jumlah industri juga terjadi
peningkatan keragaman (diversifikasi) produk industri baik secara
horizontal maupun vertikal atau pengolahan yang lebih hilir (Sutigno,
2009). Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa semula produk papan
partikel bermuka kertas belum berkembang di Indonesia, kini produk
tersebut telah berkembang dan telah di ekspor. Dalam hal bentuk papan
partikel bermuka kertas dapat bervariasi baik ukuran maupun ketebalan
(Bharata, 2013).
Dalam rangka pengendalian mutu dan pemasaran produk papan
partikel bermuka kertas diperlukan antara lain standar mutu produk papan
3
partikel bermuka kertas yang bersangkutan. Umumnya standar mutu yang
digunakan adalah standar dari negara pembeli misalnya Jepang
(Japanese Agriculture Standard atau JAS dan Japanese Industrial
Standard atau JIS). Sementara itu di Indonesia belum tersedianya SNI
untuk produk papan partikel bermuka kertas.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah membuat konsep Standar Nasional
Indonesia (SNI) tentang papan partikel bermuka kertas.
2. Sasaran
Sasarannya adalah tersedianya konsep Standar Nasional
Indonesia (SNI) tentang papan partikel bermuka kertas.
C. Luaran
1. Laporan hasil penelitian yang berisi konsep Standar Nasional
Indonesia tentang papan partikel bermuka kertas.
2. Draft karya tulis ilmiah
D. Hasil yang Telah Dicapai
Pada tahun 2013 telah disusun Konsep Standar Nasional Indonesia
tentang papan partikel indah.
Mutu penampilan papan pertikel indah masing-masing termasuk
mutu A menurut standar pembeli dari Jepang, karena tidak ada cacat
pada papan partikel indah seperti goresan, perubahan warna dan kotoran
yang menempel. Nilai tebal rata-rata untuk papan partikel indah 12.0 mm,
panjang 2.440 mm, lebar 1.220 mm dan diagonal 2.728 mm. Nilai tersebut
bila dibandingkan dengan standar pembeli dari Jepang, memenuhi
persyaratan standar karena toleransi untuk tebal + 0.3 mm, panjang + 3
mm, lebar + 3 mm dan diagonal, selisih dua diagonal tidak lebih dari 25
mm dari diagonal terpendek. Nilai ini bila dibandingkan dengan hasil
pengujian papan partikel indah menurut Anonim (2013), Anonim (2013)
4
dan Bambang (2012) hasilnya hampir sama dan sama-sama memenuhi
syarat standar pembeli dari Jepang.
Berdasarkan hasil pengujian kadar air, delaminasi, ketahanan
terhadap asam, ketahanan terhadap basa dan ketahanan terhadap
pengencer papan partikel indah nilai rata-rata kadar air 9.45 %, delaminasi
0 mm, ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap basa dan
ketahanan terhadap pengencer hasil pengujian ketiga sifat tersebut
adalah tidak ada yang mengelupas, melepuh pecah dan pelunakan. Hasil
pengujian tersebut bila dibandingkan dengan standar pembeli dari Jepang
semuanya memenuhi syarat karena kadar air tidak lebih dari 14%,
delaminasi kurang dari 25 mm, pengujian ketahanan terhadap asam, basa
dan pengencer memenuhi syarat karena tidak ada yang mengelupas,
melepuh, pecah dan pelunakan. Menurut Anonim (2013), Anonim (2013)
dan Bambang (2012) yang menguji kelima sifat papan partikel bermuka
kertas, hasilnya tidak jauh beda dan sama-sama memenuhi syarat
pembeli dari Jepang.
E. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan ini mencakup pengujian visual, pembuatan contoh
uji, pengujian sifat kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap asam,
ketahanan terhadap basa dan ketahana terhadap pengencer, serta uji
banding dengan standar pembeli dari Jepang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Papan partikel bermuka kertas adalah papan partikel penggunaan
umum yang permukaannya diberi lapisan kertas bisa satu permukaan atau
kedua permukaannya (Kliwon dan Iskandar, 2009). Menurut Sunarto
(2013) papan partikel bermuka kertas adalah papan partikel biasa
kemudian permukaannya dilapisi kertas dengan tujuan untuk
memperindah papan partikel tersebut. Sedangkan menurut Yusran (2013)
papan partikel bermuka kertas adalah papan partikel pada permukaannya
dilapisi kertas agar kelihatan bermuka kertas dan mengurangi gas emisi
formaldehida.
Menurut Sunarto (2013) yang menguji papan partikel bermuka kertas
mengemukakan mutu penampilan termasuk B, panjang 2.440 mm, lebar
1.220 mm, tebal 12 mm, diagonal 2.728 mm, kadar air 9,7 %, delaminasi 0
mm, uji ketahanan terhadap asam, basa dan pengencer tidak terjadi
melepuh. Bila dibandingkan dengan standar pembeli dari Jepang
memenuhi persyaratan. Sedangkan menurut Wahyu (2013) sifat papan
partikel bermuka kertas yang diuji meliputi mutu penampilan, panjang,
lebar, tebal, diagonal, kadar air, delaminasi uji, ketahanan terhadap asam,
basa dan pengencer semua yang diuji memenuhi persyaratan standar
Jepang. Penggunaan papan partikel bermuka kertas antara lain untuk
penyekat dinding, daun mejadan lemari (Iskandar, 2009). Penggunaan
papan partikel bermuka kertas menurut Sutigno(2002) adalah untuk
lemari, meja, kabinet mesin jahit, kabinet televisi, dan barang kerajinan.
Proses pembuatan papan partikel bermuka kertas dimulai dengan
persiapan bahan baku, meliputi pembuatan partikel dan pengeringan
partikel. Haygreen dan Bowyer (1999), mengemukakan bahwa
pengeringan partikel dilakukan sampai mencapai kadar air 2 – 5 %. Bila
kadar air partikel setelah dikeringkan terlalu tinggi akan mengakibatkan
terjadinya ’blister’ pada saat pengempaan, lebih lanjut diterangkan bahwa
6
kadar air partikel yang terlalu tinggi akan mengakibatkan peningkatan
kebutuhan perekat sehingga pembuatan papan partikel menjadi tidak
ekonomis (Maloney, 2007), kemudian selanjutnya pemisahan partikel
(pengayakan). Tahapan selanjutnya berupa pencampuran perekat dan
bahan tambahan berupa emulsi parafin, kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan lembaran. Untuk kempa datar perlu pembuatan lembaran (mat
forming) lebih dahulu sedangkan untuk proses ekstrusi tidak dilakukan.
Pengempaan dilakukan setalah terjadi lembaran, dengan tekanan sebasar
35 kg/cm2 dengan suhu 200oC dan lama waktu kempa selama 10 menit
dengan tebal 12 mm untuk perekat dari jenis Urea formaldehida (Maloney,
2007). Proses selanjutnya berupa pengkondisian dengan cara
penumpukan, ini bertujuan untuk mencapai kadar air dan temperatur
keseimbangan. Selanjutnya satu permukaann atau dua permukaannya
diberi lapisan kertas, kemudian dilakukan pemotongan untuk
mendapatkan ukuran yang diinginkan.
Selanjutnya Haygreen dan Bowyer (1999) menerangkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas papan partikel untuk
mendapatkan kekuatan dan stabilitas dimensi yang baik adalah partikel
yang ketebalannya seragam dengan perbandingan panjang dan tebal
yang tinggi sehingga menghasilkan papan partikel yang stabil.
Menurut standar pembeli dari Jepang (Sunarto, 2013) sifat papan
partikel bermuka kertas yang diuji meliputi :
1. Pengujian dimensi
a. Panjang ditetapkan dari rata-rata hasil dua kali pengukuran jarak
antara kedua sisi lebar kayu lapis.
b. Lebar ditetapkan dari rata-rata hasil dua kali pengukuran jarak
antara kedua sisi panjang kayu lapis.
c. Tebal ditetapkan dari rata-rata hasil empat kali pengukuran pada ke
empat sudutnya.
d. Kesikuan ditetapkan/dinilai berdasarkan selisih panjang kedua
diagonalnya.
7
2. Pengujian mutu penampilan
a. Amati jenis, ukuran dan penyebaran cacat yang terdapat pada
venir.
b. Setiap cacat yang ada tersebut ditetapkan mutunya sesuai dengan
persyaratan.
c. Mutu penampilan adalah mutu yang terendah
d. Apabila terdapat mutu di bawah yang diinginkan maka kayu lapis
bermuka kertas jati tersebut ditolak uji.
3. Pengujian kadar air
a. Contoh uji ditimbang, untuk mengetahui berat awal;
b. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu (103 ± 2)0C;
c. Contoh uji ditimbang kembali kemudian dikeringkan dalam oven
sampai beratnya tetap (berat kering mutlak).
Kadar air contoh uji dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
- Ba adalah berat awal contoh uji (gram)
- Bk adalah berat kering mutlak contoh uji (gram)
4. Pengujian delaminasi / Keteguhan rekat
a. Tipe eksterior I
1) Contoh uji direbus dalam air mendidih selama 4 jam.
2) Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selama 20
jam.
3) Contoh uji direbus kembali dalam air mendidih selama 4 jam
4) Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selama 20
jam
5) Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang
mengelupas.
b. Tipe eksterior II
1) Contoh uji direbus dalam air mendidih selama 4 jam.
100%. XBk
BkBaairKadar
8
2) Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC ± 3oC
selama 20 jam.
3) Contoh uji direbus kembali dalam air mendidih selama 4 jam.
4) Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC ± 3oC
selama 3 jam
5) Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang
mengelupas.
c. Tipe interior I
1) Contoh uji direndam dalam air panas pada suhu 70oC ± 3oC
selama 2 jam.
2) Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC ± 3oC
selama 3 jam
3) Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang
mengelupas.
d. Tipe interior II
1) Contoh uji direndam dalam air hangat pada suhu 35oC ± 3oC
selama 2 jam.
2) Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC ± 3oC
selama 3 jam
3) Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang
mengelupas.
5. Pengujian ketahanan terhadap asam
a. Contoh uji diletakan mendatar, kemudian ditetesi larutan asam
asetat 5 %;
b. Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji selama ± 6 jam;
c. Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama ± 24 jam di
ruangan.
d. Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi, melepuh, pecah
dan pelunakan.
6. Pengujian ketahanan terhadap basa
a. Contoh uji diletakan mendatar, kemudian ditetesi larutan natrium
karbonat 1 %;
9
b. Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji selama ± 6 jam;
c. Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama ± 24 jam di
ruangan.
d. Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi, melepuh, pecah
dan pelunakan.
7. Pengujian ketahanan terhadap pengencer (thinner)
a. Contoh uji diletakan mendatar, kemudian ditetesi larutan
pengencer/thinner;
b. Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji selama ± 6 jam.
c. Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama ± 24 jam di
ruangan.
d. Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi, melepuh, pecah
dan pelunakan
10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Semarang, Propinsi Jawa Tengah, dan
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
B. Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu papan partikel
bermuka kertas yang diambil dari pabrik PT. Rimba Partikel Indonesia dan
PT. Pres Board di Semarang, Jawa Tengah dan PT. Paparti Pertama di
Sukabumi, Jawa Barat. Alat yang digunakan adalah meteran, kaliper,
timbangan, oven, gergaji mesin dan penangas.
C. Prosedur Kerja
1) Di lapangan
a. Mempelajari proses produksi papan partikel bermuka kertas di
Semarang Jawa Tengah dan di Sukabumi, Jawa Barat.
b. Mempelajari spesifikasi dan pengujian papan partikel bermuka
kertas.
c. Pengambilan contoh produk papan partikel bermuka kertas
buatan pabrik untuk bahan penelitian dan diuji di laboratorium.
d. Pengujian visual meliputi panjang, lebar, tebal, diagonal dan
mutu penampilan dari 5 contoh uji. Pengujian visual dilakukan
dengan mengukur kedua sisi panjang, kedua sisi lebar, tebal
disetiap tepi dan kedua diagonal setiap contoh uji. Pengujian
mutu penampilan dilakukan dengan mengamati cacat-cacat
yang ada pada permukaan setiap contoh uji papan partikel
bermuka kertas. Hasilnya dibandingkan dengan standar
pembeli dari Jepang.
11
2) Di laboratorium
a. Membuat contoh uji produk papan partikel bermuka kertas.
Pembuatan potongan uji sebagai berikut:
Dari setiap lembar papan partikel bermuka kertas contoh dibuat
5 (lima) buah potongan uji yang tersebar merata menurut garis
diagonal dengan ukuran 300 mm x 300 mm (lihat Gambar
berikut):
Keterangan: A, B, C, D dan E adalah potongan uji ukuran 300 mm x
300 mm
Dari potongan uji berukuran 300 mm x 300 mm kemudian
dibuat contoh uji kadar air berukuran 100 mm x 100 mm,
delaminasi berukuran 75 mm x 75 mm, pengujian terhadap
asam, basa dan pengencer masing-masing contoh ujinya
berukuran 100 mm x 100 mm.Jumlah ulangan setiap pabrik
sebanyak 5 ulangan.
b. Melakukan pengujian sifat papan partikel bermuka kertas, yaitu:
pengujian kadar air, uji delaminasi, uji ketahanan terhadap
asam, uji ketahanan terhadap basa, dan uji ketahanan terhadap
pengencer (thinner).
Selanjutnya menurut Wahyu (2013) cara pengujian kadar air,
delaminasi, uji ketahanan terhadap asam, uji ketahanan
terhadap basa dan uji ketahanan terhadap pengencer (thinner)
adalah sebagai berikut:
A
B
E
D
Papan partikel bermuka kertas
(satu panel utuh)
C
12
1) Pengujian kadar air
a) Contoh uji ditimbang, untuk mengetahui berat awal;
b) Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu (103 ±
2)oC;
c) Contoh uji ditimbang kembali kemudian dikeringkan
dalam oven sampai beratnya tetap (berat kering mutlak).
Kadar air contoh uji dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
- Ba adalah berat awal contoh uji (gram)
- Bk adalah berat kering mutlak contoh uji (gram)
2) Pengujian delaminasi
a) Tipe eksterior I
i. Contoh uji direbus dalam air mendidih selama 4 jam.
ii. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC
selama 20 jam.
iii. Contoh uji direbus kembali dalam air mendidih selama
4 jam
iv. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC
selama 20 jam
v. Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang
mengelupas.
b) Tipe eksterior II
i. Contoh uji direbus dalam air mendidih selama 4 jam.
ii. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC ±
3oC selama 20 jam.
iii. Contoh uji direbus kembali dalam air mendidih selama
4 jam.
100%. XBk
BkBaairKadar
13
iv. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC ±
3oC selama 3 jam
v. Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang
mengelupas.
c) Tipe interior I
i. Contoh uji direndam dalam air panas pada suhu 70oC
± 3oC selama 2 jam.
ii. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC ±
3oC selama 3 jam
iii. Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang
mengelupas.
d) Tipe interior II
i. Contoh uji direndam dalam air hangat pada suhu
35oC ± 3oC selama 2 jam.
ii. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC ±
3oC selama 3 jam
iii. Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang
mengelupas.
3) Pengujian ketahanan terhadap asam
a) Contoh uji diletakan mendatar, kemudian ditetesi larutan
asam asetat 5 %;
b) Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji
selama ± 6 jam;
c) Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama ± 24
jam di ruangan.
d) Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi,
melepuh, pecah dan pelunakan.
4) Pengujian ketahanan terhadap basa
a) Contoh uji diletakan mendatar, kemudian ditetesi larutan
natrium karbonat 1 %;
14
b) Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji
selama ± 6 jam;
c) Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama ± 24
jam di ruangan.
d) Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi,
melepuh, pecah dan pelunakan.
5) Pengujian ketahanan terhadap pengencer (thinner)
a) Contoh uji diletakan mendatar, kemudian ditetesi larutan
pengencer/thinner;
b) Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji
selama ± 6 jam.
c) Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama ± 24
jam di ruangan.
d) Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi,
melepuh, pecah dan pelunakan.
D. Analisis Data
Data pengujian mutu, dimensi, kadar air, kerapatan, uji delaminasi,
uji ketahanan terhadap asam, uji ketahanan terhadap basa dan uji
ketahanan terhadap pengencer (thinner), dihitung rata-ratanya kemudian
dibandingkan dengan standar pembeli dari Jepang. Hasil analisis data
dijadikan sebagai bahan untuk penyusunan konsep SNI untuk papan
partikel bermuka kertas
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji visual papan partikel bermuka kertas
Hasil pengujian visual disajikan pada Tabel 1. Sebagai pembanding
disajikan juga data hasil uji visual pabrik dari ketiga pabrik (sebagai data
sekunder) dan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 .Hasil pengujian visual papan partikel bermuka kertas
No. Sifat Yang Diuji Papan partikel bermuka kertas
(Nilai rata-rata)
1 Mutu Penampilan A
2 Tebal (mm) 12,0
3 Panjang (mm) 2.440
4 Lebar (mm) 1.220
5 Diagonal (mm) 2.728
Tabel 2. Hasil pengujian visual papan partikel bermuka kertas menurut
tiga pabrik.
No. Sifat yang Diuji Pabrik
Aa)
Bb)
Cc)
1 Mutu penampilan
A A A
2 Tebal (mm) 12,0 12,0 12,0
3 Panjang (mm) 2.440 2.441 2.440
4 Lebar (mm) 1.220 1.221 1.220
5 Diagonal (mm) 2.728 2.729 2.728
Keterangan : A = PT. Rimba Partikel Indonesia; B = PT. Pres Board; C = PT. Paparti Pertama; a) Sumber: Suparto (2013); b) Sumber: Sugeng (2013); c) Sumber: Dody (2013).
Berdasarkan nilai pada Tabel 1 dan Tabel 2 dapat diketahui bahwa
mutu penampilan papan partikel bermuka kertas yang diuji termasuk mutu
A, menurut standar pembeli dari Jepang, karena tidak ada cacat pada
16
permukaan papan partikel bermuka kertas seperti pertikel kasar
dipermukaan panel, noda serbuk, noda minyak, noda perekat dan rusak
tepi. Nilai tebal rata-rata 12,0 mm, panjang 2.440 mm, lebar 1.220 mm
untuk papan partikel bermuka kertas dan diagonal 2.728 mm. Nilai
tersebut bila dibandingkan dengan standar pembeli dari Jepang,
memenuhi persyaratan standar karena toleransi untuk tebal + 0,3 mm,
panjang + 3,0 mm, lebar + 3 mm dan diagonal selisih dua diagonal tidak
lebih dari 25 mm dari diagonal terpendek. Nilai ini bila dibandingkan
dengan hasil pengujian papan partikel bermuka kertas yang dilakukan
oleh Suparto (2013), Sugeng (2013) dan Dody (2013) hasilnya hampir
sama dan sama-sama memenuhi syarat standar pembeli dari Jepang.
B. Uji laboratoris papan partikel bermuka kertas
Uji laboratoris dilakukan di laboratorium pabrik meliputi pengujian
kadar kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap basa dan ketahanan
terhadap pengencer papan partikel bermuka kertas. Hasil pengujian
disajikan pada Tabel 3. Sebagai pembanding disajikan juga data hasil uji
laboratoris dari ketiga pabrik (sebagai data sekunder) dan disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 3. Hasil pengujian kadar air, delaminasi,ketahanan terhadapbasa
dan pengencer papan partikel bermuka kertas
No. Sifat Yang Diuji Papan partikel bermuka kertas
(Nilai rataan)
1 Kadar Air (%) 9,30
2 Delaminasi (mm) 0
3 Ketahanan terhadap basa Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan
4 Ketahanan terhadap pengencer
Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan
17
Tabel 4. Hasil pengujian laboratoris papan partikel bermuka kertasdari tiga pabrik.
No Sifat yang diuji Pabrik
Aa) Bb) Cc)
1 2 3 4
Kadar air (%) Delaminasi (mm) Ketahanan terhadap basa Ketahananterhadap pengencer
10,30 0
Tidak ada yang mengelupas,
melepuh, pecah dan pelunakan
Tidak ada yang mengelupas,
melepuh, pecah dan pelunakan
10,20 0
Tidak ada yang mengelupas,
melepuh, pecah dan pelunakan
Tidak ada yang mengelupas,
melepuh, pecah dan pelunakan
9,15 0
Tidak ada yang mengelupas,
melepuh, pecah dan pelunakan
Tidak ada yang mengelupas,
melepuh, pecah dan pelunakan
Keterangan : A = PT. Rimba Partikel Indonesia; B = PT. Pres Board; C = PT. Paparti Pertama; a) Sumber: Suparto (2013); b) Sumber: Sugeng (2013); c) Sumber: Dody (2013).
Berdasarkan hasil pengujian kadar air, delaminasi, ketahanan
terhadap basa dan ketahanan terhadapa pengencer papan partikel
bermuka kertas yang tercantum pada Tabel 3 nilai rata-rata kadar air
9,30%, delaminasi 0 mm, ketahanan terhadap basa dan ketahanan
terhadap pengencer hasil pengujian ketiga sifat tersebut adalah tidak ada
yang mengelupas, melepuh pecah dan pelunakan.
Hasil pengujian pada Tabel 3 tersebut bila dibandingkan dengan
standar pembeli dari Jepang semuanya memenuhi syarat karena kadar air
tidak lebih dari 14%, delaminasi kurang dari 25 mm, pengujian ketahanan
terhadap basa dan pengencer memenuhi syarat karena tidak ada yang
mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan. Menurut Suparto (2013),
Sugeng (2013) dan Dody (2013) yang menguji ke empat sifat papan
partikel bermuka kertas yang tercantum pada Tabel 4, hasilnya tidak jauh
beda dan sama-sama memenuhi syarat pembeli dari Jepang .
Berdasarkan data tersebut telah disusun konsep Standar Nasional
Indonesia papan partikel bermuka kertas seperti pada lampiran 1. Konsep
Standar Nasional Indonesia papan partikel bermuka kertas ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan Laporan Hasil Penelitian ini.
18
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Hasil pengujian sampel berupa uji visual, papan partikel bermuka
kertas termasuk ke dalam mutu A, hasil pengukuran panjang, lebar,
tebal dan diagonal memenuhi syarat standar pembeli dari Jepang.
2. Hasil pengujian sampel berupa uji laboratoris meliputi kadar air,
delaminasi, ketahanan terhadap basa dan ketahanan terhadap
pengencer memenuhi syarat standar dari Jepang.
3. Konsep Standar Nasional Indonesia papan partikel bermuka kertas
telah sesuai dengan Pedoman DSN 08 : 2008.
B. Saran
Konsep Standar Nasional Indonesia papan partikel bermuka kertas
dapat diusulkan melalui Pusat Standardisasi dan Lingkungan Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Badan Standardisasi Nasional
untuk diproses menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) papan partikel
bermuka kertas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Hasil Uji Papan partikel bermuka kertas. PT. Perpekta
Nusa, Tangerang. _______. 2013. Laporan Ekspor Produk Kayu. Kementrian Perdagangan,
Jakarta. _______. 2013. Uji Papan Partikel Bermuka Kertas. PT. Satya Raya
Bermuka kertas Wood Industries, Banten. Bambang. 2012. Pengujian Papan Partikel Bermuka Kertas. PT. SRIWI,
Cilegon.
19
Bharata. 2013. Mematri, Merekat dan Mengempa Produk Kayu. Karya Aksara, Jakarta.
Dody. 2013. Laporan Uji Papan Partikel Indah. PT. Paparti Pertama,
Sukabumi Haygreen, J.G dan J.L. Bowyer. 1999. Hutan dan Ilmu Kayu Suatu
Pengantar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Iskandar, M.I. 2009. Proses Produksi Kayu Lapis dan Papan Partikel.
Diktat Pelatihan Verifikasi ETPIK. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Kliwon, S., dan M.I. Iskandar. 2009. Teknologi Kayu Lapis dan Produk
Sekundernya.. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan, Jakarta.
Maloney, T.M. 2007. Modern Particleboard and Dry Process Fiberboard
Manufacturing. Miller Freeman Publications, San Fransisco. Sugeng. 2013. Pengujian Papan Partikel Indah. PT. Pres Board,
Semarang Jawa Tengah. Sunarto. 2012. Pengujian Papan Partikel Indah. Rimba Partikel Indonesia,
Semarang. Suparto. 2013. Pegujian Papan Partikel Indah. PT. Rimba Partikel
Indonesia, Semarang Jawa Tengah Sutigno, P. 2002. Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Buletin Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Wahyu. 2013. Hasil Pengujian Papan Partikel Bermuka kertas. PT. Pres
Board, Semarang Jawa Tengah. Yusran. 2013. Laporan Pengujian Kayu Lapis dan Papan Partikel. PT.
Surya Satrya Timur, Banjarmasin.
20
L A M P I R A N
21
Lampiran 1. Konsep Standar Nasional Indonesia Papan Partikel Bermuka
kertas
KONSEP STANDAR NASIONAL INDONESIA PAPAN PARTIKEL BERMUKA KERTAS
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTRIAN KEHUTANAN BOGOR, DESEMBER 2014
22
PRAKATA
Konsep Standar Nasional Indonesiapapan partikel bermuka kertas
ini merupakan standar baru yang disusun atas dasar permintaan
produsen, konsumen serta hasil penelitian Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
Tahun 2014.
Penulisan standar ini telah mengacu kepada Pedoman PSN
08:2008 tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia.
Pengujian dilakukan secara kasat mata untuk uji dimensi dan uji mutu
penampilan.
7.1.1. Perlatan
Peralatan yang digunakan dalam uji visual meliputi : meteran, jangka
sorong, mikrometer dan kaca pembesar (loupe).
7.1.2. Syarat pengujian
Pengujian dilakukan pada siang hari atau ditempat yang terang (dengan
pencahayaan yang cukup) sehingga dapat mengamati semua cacat yang
terdapat pada papan partikel bermuka kertas.
7.1.3. Pelaksanaan pengujian
7.1.3.1. Uji dimensi
1) Panjang, ditentukan dari hasil rata-rata dua kali pengukuran antara
kedua sisi lebarnya;
2) Lebar, ditetapkan dari hasil rata-rata dua kali pengukuran jarak antara
kedua sisi panjangnya;
3) Tebal, ditetapkan dari rata-rata hasil empat kali pengukuran pada
keempat sudutnya;
32
4) Kesikuan, ditetapkan dari hasil selisih dua kali pengukuran panjang
diagonalnya;
5) Kelurusan tepi, ditetapkan dengan cara mengukur kedalaman
penyimpangan dari garis lurus.
7.1.3.2. Uji mutu penampilan
1) Pengujian meliputi jenis cacat, ukuran dan penyebaran cacat yang
terdapat pada lapisan muka, lapisan dalam dan lapisan belakang;
2) Setiap cacat yang ada tersebut dinilai dan ditetapkan mutunya sesuai
dengan persyaratan;
3) Mutu penampilan adalah mutu terendah;
4) Apabila terdapat mutu di bawah yang ditetapkan dalam standar, maka
papan partikel bermuka kertas tersebut ditolak uji.
7.2. Uji laboratoris
7.2.1. Uji kadar air
7.2.1.1. Peralatan
Peralatan uji laboratoris meliputi : timbangan, jangka sorong, oven dan
desikator
7.2.1.2. Contoh uji
7.2.1.2.1. Pembuatan contoh uji kadar air
Dari setiap potongan uji dibuat 1 (satu) buah contoh uji kadar air dengan
ukuran100 mm x 100 mm, sehingga setiap lembar papan partikel bermuka
kertas contoh terdapat 5 (lima) contoh uji kadar air.
7.2.1.3. Pelaksanaan pengujian
1) Contoh uji ditimbang, untuk mengetahui berat awal;
2) Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu (103 + 2) C;
3) Contoh uji ditimbang kembali kemudian dikeringkan dalam oven
sampai beratnya tetap (berat kering mutlak).
33
7.2.1.4. Perhitungan
Kadar air contoh uji dihitung dengan rumus sebagai berikut :
100 x Bk
Bk - Ba(%)air Kadar
Keterangan : Ba = berat awal contoh uji (gram) Bk = berat kering mutlak contoh uji (gram) Kadar air tiap lembar papan partikel bermuka kertas contoh adalah rata-rata kadar air kelima contoh ujinya.
7.2.2. Uji delaminasi
7.2.2.1. Peralatan
Peralatan uji laboratoris meliputi : jangka sorong, oven dan penangas
7.2.2.2. Contoh uji
Dari setiap potongan uji dibuat 4 (empat) buah contoh uji delaminasi
dengan ukuran 75 mm x 75 mm, sehingga pada setiap lembar papan
partikel bermuka kertas contoh terdapat 20 (dua puluh) contoh uji
delaminasi.
7.2.2.3. Pelaksanaan pengujian
a) Uji delaminasi tipe eksterior I
- Contoh uji direbus dalam air mendidih selama 4 jam;
- Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60 + 3 C selama 24
jam;
- Contoh uji direbus kembali dalam air mendidih selama 4 jam;
- Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60 + 3 C selama 24
jam;
- Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang mengelupas.
b) Uji delaminasi tipe eksterior II
- Contoh uji direbus dalam air mendidih selama 4 jam;
- Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60 + 3 C selama 20
jam;
34
- Contoh uji direbus kembali dalam air mendidih selama 4 jam;
- Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 60 + 3 C selama 3
jam;
- Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang mengelupas.
c) Uji delaminasi tipe interior I
- Contoh uji direndam dalam air panas pada suhu (70 + 3) C selama
2 jam;
- Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu (60 + 3) C selama 3
jam;
- Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang mengelupas.
d) Uji delaminasi tipe interior II
- Contoh uji direndam dalam air panas pada suhu (35 + 3) C selama
2 jam;
- Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu (60 + 3) C selama 3
jam;
- Contoh uji diperiksa dan diukur panjang bagian yang mengelupas.
7.1.3. Uji ketahanan terhadap asam
7.1.3.1. Peralatan
Peralatan uji laboratoris meliputi: cawan gelas arloji dan pipet.
7.1.3.2. Contoh uji
Dari setiap potongan uji dibuat 1 (satu) buah contoh uji ketahanan
terhadap asam dengan ukuran 100 mm x 100 mm, sehingga pada setiap
lembar papan partikel bermuka kertas contoh terdapat 5 (lima) buah
contoh uji ketahanan terhadap asam.
7.1.3.3. Pelaksanaan pengujian
- Contoh uji diletakan mendatar, kemudian ditetesi larutan asam asetat
5%;
- Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji selama + 6 jam;
- Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama + 24 jam diruangan;
35
- Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi, melepuh, pecah dan
pelunakan.
7.1.4. Uji ketahanan terhadap basa
7.1.4.1. Peralatan
Peralatan uji laboratoris meliputi: cawan gelas arloji dan pipet;
7.1.4.2. Contoh uji
Dari setiap potongan dibuat 1 (satu) buah contoh uji ketahanan terhadap
basa dengan ukuran 100 mm x 100 mm, sehingga pada setiap lembar
papan partikel bermuka kertas contoh terdapat 5 (lima) buah contoh uji
ketahanan terhadap basa.
7.1.4.3. Pelaksanaan pengujian
- Contoh uji diletakan mendatar, kemudian ditetesi larutan natrium
karbonat 1%.
- Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji selama + 6 jam;
- Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama + 24 jam diruangan;
- Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi, melepuh, pecah dan
pelunakan.
7.1.5. Uji ketahanan terhadap pengencer (thinner)
7.1.5.1. Peralatan
Peralatan uji laboratoris meliputi : cawan gelas arloji, dan pipet.
7.1.5.2. Contoh uji
Dari setiap potongan dibuat 1 (satu) buah contoh uji ketahanan terhadap
pengencer/ thinner dengan ukuran 100 mm x 100 mm, sehingga pada
setiap lembar papan partikel bermuka kertas contoh terdapat 5 (lima) buah
contoh uji ketahanan terhadap pengencer (thinner).
7.1.5.3. Pelaksanaan pengujian
36
- Contoh uji diletakan mendatar, kemudian ditetesi larutan pengencer/
larutan;
- Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji selama + 6 jam;
- Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama + 24 jam diruangan;
- Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi, melepuh, pecah dan
pelunakan.
7.1.6. Uji ketahanan terhadap air mendidih dan panas
7.1.6.1. Peralatan
Peralatan uji laboratoris meliputi : oven, penangas
7.1.6.2. Contoh uji
Dari setiap potongan uji dibuat 4 (empat) buah contoh uji ketahanan
terhadap air mendidih dan air panas dengan ukuran 75 mm x 75 mm,
sehingga pada setiap lembar papan partikel bermuka kertas contoh
terdapat 20 (dua puluh) buah contoh uji ketahanan terhadap air mendidih
dan air panas.
7.1.6.3. Pelaksanaan pengujian
7.1.6.3.1. Uji ketahanan terhadap air mendidih
- Contoh uji diletakan mendatar, kemudian dibasahi dengan air
mendidih melalui pipa yang berisi air mendidih 0,5 liter. Diameter pipa