Top Banner
KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS BULOK DAS SEKAMPUNG REGISTER 21 KPH PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG (Skripsi) Oleh AZHARY TAUFIQ UNIVERSITAS LAMPUNG 2019
48

KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

Jan 02, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS

BULOK DAS SEKAMPUNG REGISTER 21 KPH PESAWARAN PROVINSI

LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

AZHARY TAUFIQ

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

ABSTRAK

KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS

BULOK DAS SEKAMPUNG REGISTER 21 KPH PESAWARAN PROVINSI

LAMPUNG

Oleh

AZHARY TAUFIQ

Daerah Aliran Sungai (DAS) Khilau merupakan salah satu sub-sub DAS yang

berada dalam status harus dipulihkan. Kondisi biofisik lahan di wilayah DAS

harus dikaji, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan tindakan yang

paling tepat dilaksanakan dalam rangka rehabilitasi. Tujuan penelitian ini

untuk mendapatkan data dasar analisis deskriptif mengenai kondisi biofisik

wilayah Sub-sub DAS Khilau berdasarkan parameter edafis (pH tanah, C-

organik, kapasitas tukar kation, nitrogen total, fosfor tersedia, kalium,

kemiringan lereng, tekstur dan permeabilitas tanah) dan klimatis (tipe iklim,

suhu dan kelembapan). Metode pengambilan data dilakukan dengan contoh

sampling menggunakan plot 20 × 20 m pada lima kelas tutupan lahan yaitu

hutan primer, sawah, kebun campuran, semak belukar dan tanaman semusim.

Sampel diambil pada bagian kiri atas, kanan atas, kiri atas, kiri bawah dan

tengah plot secara destructive dan non destructive. Analisis data dilakukan

dengan analisis data spasial dan analisis laboratorium. Hasil penelitian

Page 3: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

Azhary Taufiq

menunjukkan kebun campuran dan tanaman semusim berada pada kelerengan

agak curam hingga curam (15-45%) dan hutan primer berada pada kelerengan

sangat curam (>45%). Secara umum, seluruh kelas tutupan lahan memiliki

tanah ultisol. Hutan primer memiliki kandungan KTK, N-total, P-tersedia, dan

C-organik tertinggi dibandingkandengan tutupan lahan lainnya. Tutupan lahan

kebun campuran memiliki pH terendah dibandingkan tutupan lahan lainnya.

Hutan primer memiliki permeabilitas tercepat, suhu terendah dan kelembapan

tertinggi dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya.

Kata Kunci: Biofisik tanah, daerah aliran sungai, Khilau, tutupan lahan.

Page 4: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

ABSTRACT

BIOPHYSICAL STUDIES IN KHILAU SUB-SUB WATERSHED, BULOK SUB

WATERSHED, SEKAMPUNG WATERSHED REGISTER 21 KPH PESAWARAN

LAMPUNG PROVINCE

By

AZHARY TAUFIQ

Khilau Watershed is one of the sub-watersheds with the status should be

restored. The biophysical conditions of the watershed must be assessed, to

determine the suitable actions for land rehabilitation. The purpose of this study

was to provide a descriptive analysis of baseline data on the biophysical

conditions of the Khilau Sub-watershed area based on edaphic parameters (soil

pH , C-organic, CEC, total nitrogen, P-available, K, slopes, soil texture and

permeability) and climatic factors (types of climate, temperature dan

humidity). Data collection method was using cluster examples in five types of

land cover, namely primary forest, agroforest, rice field, shrub and annual crop.

Samples were taken at the top left, top right, bottom left, bottom right and

centre of the 20 × 20 m plot. The data analysis used spatial and laboratory

analysis. The results showed that agroforests and annual crops mostly were on

moderately steep to steep slopes (15-45%) and all primary forests were in steep

slopes (> 45%). All the land covers were ultisol. The primary forest has the

Page 5: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

Azhary Taufiq

highest CEC, N-total, P-availability, and C-organic among other land covers.

The agroforest has the lowest pH soil among other land covers. The primary

forest has the most rapid soil permeability compared to other land covers. The

primary forest has the lowest temperature and the highest humidity compared

to other land covers.

Keywords: Khilau, land cover, soil biophysics, watershed.

Page 6: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB

DAS BULOK DAS SEKAMPUNG REGISTER 21 KPH PESAWARAN

PROVINSI LAMPUNG

Oleh

AZHARY TAUFIQ

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

2019

Page 7: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH
Page 8: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH
Page 9: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18

Oktober 1996, merupakan anak kedua dari dua bersaudara

pasangan Merry dan Berlina. Penulis menempuh

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SD Kartika II-5

Bandar Lampung pada tahun 2002‒2008, kemudian

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

di SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2008‒2011 dan Sekolah Menengah

Atas (SMA) YP Unila pada tahun 2011‒2014. Tahun 2014 penulis melanjutkan

pendidikan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama kuliah penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di

Waringin Jaya Kecamatan Bandar Sribhawono Lampung Timur pada bulan

Januari hingga Februari 2018. Bulan Juli hingga Agustus 2017 penulis

melaksanakan Praktik Umum (PU) di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)

Pekalongan Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Penulis aktif di berbagai

organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA) sebagai

anggota utama.

Page 10: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

Untuk Orang Tua dan Keluargaku

Page 11: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

iii

SANWACANA

Puji syukur Kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan

Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kajian Biofisik Lahan di Wilayah

Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung Register 21 KPH

Pesawaran Provinsi Lampung ” skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan

kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini

perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada.

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan dan pembimbing

pertama jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis mulai dari awal

mengikuti mata kuliah Metodologi Penelitian hingga skripsi ini terselesaikan.

3. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari

Page 12: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

iii

awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

4. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku pembahas yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari

awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

5. Seluruh pihak yang terkait dalam CCCD (Cross Country Capacity

Development) baik yang ada di lokasi penelitian maupun yang berada di

lokasi lainnya yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan

penelitian ini.

6. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M.Si., selaku pembimbing akademik yang selalu

memberikan arahan dan didikan selama masa perkuliahan.

7. Seluruh dosen Jurusan Kehutanan dan Staf yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu atas ilmu, pengalaman, bantuan materi maupun motivasi kepada

penulis selama berada di Jurusan Kehutanan.

8. Teruntuk kedua orang tua penulis (Bapak Merry dan Ibu Berlina) atas

dukungan yang selalu membuat penulis bersemangat.

9. Teruntuk keluarga besar “Lugosyl” Kehutanan 2014. Terima kasih atas

segala kebersamaan dan keharmonisan baik senang maupun sedih yang telah

dilalui bersama.

10. Teman seperjuangan Garsy (Ade, Reki, Yanfa, Yoga, Bule dan Bang Ino)

yang telah memberikan motivasi, bantuan serta tempat untuk bertukar pikiran

dari awal perkuliahan hingga akhir kuliah.

11. Teman selama Praktek Umum, Tsabita, Lailatul, Hasanatun, Diyah, Nathasya

dan Bang Juang yang telah memberikan pengalaman berharga dan tidak

terlupakan selama melakukan praktek di KPH Pekalongan Barat.

Page 13: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

iv

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dalam

menyelesaikan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah

diberikan kepada penulis.

Bandar Lampung, April 2019

Penulis

Azhary Taufiq

Page 14: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3

E. Kerangka Pemikiran........................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

A. Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................................. 8

B. Tutupan Lahan ................................................................................... 10

C. Biofisik Tanah .................................................................................... 10

D. Kandungan pH Tanah ........................................................................ 10

E. Unsur Hara Makro Tanah .................................................................. 11

F. Tekstur Tanah. ................................................................................... 11

G. C-organik Tanah ............................................................................... 12

H. Kapasitas Tukar Kation ..................................................................... 13

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 15

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 15

B. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 15

C. Jenis Data ........................................................................................... 16

D. Sampling ............................................................................................ 17

E. Pengambilan Data .............................................................................. 18

F. Tabulasi dan Analisis Data ................................................................ 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 24

A. Hasil ................................................................................................. 24

A.1 Faktor Edafik ............................................................................ 26

A.2 Faktor Klimatik ........................................................................ 30

B. Pembahasan ....................................................................................... 31

Page 15: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

vi

Halaman

V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................... 40

A. Simpulan .......................................................................................... 40

B. Saran ................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 41

LAMPIRAN .................................................................................................... 48

Gambar 5-6....................................................................................................... 49

Gambar 7-8....................................................................................................... 50

Gambar 9-10..................................................................................................... 51

Gambar 11-12................................................................................................... 52

Gambar 13-14................................................................................................... 53

Page 16: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kelas tutupan lahan, kemiringan dan luasannya ....................................... 24

2. Sifat fisik dan kimia tanah, suhu dan kelembaban

di wilayah Sub-sub DAS khilau pada berbagai tutupan lahan .................. 27

3. Klasifikasi sifat fisik dan kimia tanah, suhu dan kelembaban

di wilayah Sub-sub DAS khilau pada berbagai tutupan lahan .................. 28

4. Kondisi iklim di wilayah Sub-sub DAS Khilau,

Sub DAS Bulok, DAS Sekampung, Provinsi Lampung ........................... 30

Page 17: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ........................................................... 7

2. Peta tutupan lahan di wilayah Sub-sub DAS Khilau,

Sub DAS Bulok, Das Sekampung Provinsi Lampung .............................. 16

3. Titik sampel pada plot ............................................................................... 20

4. Peta ketinggian dan kontur ........................................................................ 25

5. Kondisi sampel tanah ................................................................................ 48

6. Sampel tanah destructive .......................................................................... 48

7. Proses pengambilan sampel tanah ............................................................ 49

8. Pengambilan sampel menggunakan bor tanah .......................................... 49

9. Tutupan lahan sawah ................................................................................. 50

10. Sawah ditengah hutan ............................................................................... 50

11. Tutupan lahan perkebunan ........................................................................ 51

12. Kondisi vegetasi di puncak ....................................................................... 51

13. Kayu mati .................................................................................................. 52

14. Pengeringan kopi ...................................................................................... 52

Page 18: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air

dan vegetasi (Arsyad, 1989). Keunikan dari berbagai macam lahan berpengaruh

pada kriteria biofisik dan lingkungan yang merupakan parameter untuk

menentukan kesesuaian lahan dalam penggunaan tertentu. Keunikan tersebut

menjadikan suatu lahan di tempat tertentu berbeda dengan lahan di tempat lain.

Keunikan lahan berhubungan dengan vegetasi dan satwa yang dapat beradaptasi

dan hidup di atasnya. Hal ini sesuai dengan persyaratan penggunaan lahan yang

terdiri dari persyaratan ekologikal, pengelolaan, konservasi dan perbaikan

(Jamulya dan Sunarto 1991). Adanya perbedaan persyaratan tersebut,

menyebabkan lahan memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang berbeda. Begitu

juga dengan bentuk penggunaan lahan yang harus sesuai dengan karakteristik

tumbuhan dan satwa yang hidup diatasnya.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Khilau merupakan salah satu sub-sub DAS utama

yang memasok air bagi daerah Kecamatan Kedondong. DAS Khilau saat ini

berada dalam status harus dipulihkan. Rusaknya DAS Khilau disebabkan oleh

penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan penggunaannya. Perubahan

Page 19: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

2

penggunaan lahan hutan menjadi berbagai penggunaan lahan, dapat merubah

karakteristik kimia, fisik dan biologi tanah (Sutanto, 2005). Pada wilayah

penelitian, kelas tutupan lahan terbagi menjadi lima, yaitu hutan primer, semak

belukar, tanaman semusim, kebun campuran dah sawah. Oleh sebab itu dalam

rangka rehabilitasi lahan, berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan No. 13 Tahun 2018 Tentang Penetapan Lokasi DAS, DAS

Khilau ditetapkan sebagai wilayah site project Cross Country Capacity

Development (CCCD). CCCD merupakan suatu bentuk kegiatan kerjasama antara

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Universitas

Lampung dengan sokongan pendanaan dari United Nations Development

Progamme (UNDP) yang bertanggung jawab atas proses rehabilitasi Sub-sub

DAS Khilau.

Keberhasilan proyek rehabilitasi lahan akan tercapai apabila bentuk kegiatan yang

dilakukan sesuai dengan kondisi biofisik dan daya dukung lahan. Kondisi biofisik

lahan harus dikaji, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan tindakan

yang paling tepat dilaksanakan dalam rangka rehabilitasi wilayah DAS. Data dan

informasi terkait kajian biofisik lahan sangat penting dalam menentukan kebijakan

yang dapat dibuat untuk penggunaan lahan di wilayah DAS tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana kondisi biofisik wilayah

Sub-sub DAS Khilau berdasarkan parameter :

1. Edafik : Sifat kimia tanah (pH tanah, C-organik, kapasitas tukar kation,

Page 20: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

3

nitrogen total, kalium, fosfor tersedia) dan sifat fisik tanah

(tekstur tanah), topografi (kemiringan lereng) dan kelas tutupan

lahan

2. Klimatik : Tipe iklim, suhu dan kelembapan

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan hasil analisis komparatif data dasar

mengenai kondisi biofisik wilayah Sub-sub DAS Khilau berdasarkan parameter :

1. Edafik : Sifat kimia tanah (pH tanah, C-organik, kapasitas tukar kation,

nitrogen total, fosfor tersedia, kalium) dan sifat fisik tanah

(tekstur tanah, permeabilitas), topografi (kemiringan lereng) dan

kelas tutupan lahan

2. Klimatik : Tipe iklim, suhu dan kelembapan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan data hasil analisis dasar berdasarkan

parameter edafik dan klimatik yang digunakan sebagai landasan untuk

merumuskan kebijakan intervensi dalam rangka rehabilitasi atau penelitian

berikutnya yang akan dilaksanakan di wilayah Sub-sub DAS Khilau.

E. Kerangka Pemikiran

Salah satu manfaat dari mengetahui kondisi biofisik lahan adalah menggambarkan

keadaan baik atau buruknya daya dukung suatu lahan. Terdapat dua faktor daya

Page 21: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

4

dukung lahan, yaitu faktor klimatik berupa suhu dan kelembaban dan faktor

edafik berupa tutupan lahan, sifat fisik dan kimia tanah. Sebagai contoh,

Kizilkaya dan Orhan (2010), menyatakan perubahan penggunaan lahan dari hutan

menjadi pertanian dan peternakan secara nyata berpengaruh terhadap penurunan

sifat kimia tanah. Azmul dkk. (2016) juga mengemukakan bahwa tanah pada

lahan hutan primer memiliki sifat kimia yang lebih baik dibandingkan lahan

kebun campuran dan perkebunan. Oleh sebab itu, informasi tentang biofisik tanah

dapat digunakan untuk mengambil keputusan terkait rehabilitasi suatu lahan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui data dasar biofisik lahan di sub-sub

DAS Khilau, Sub DAS Bulok DAS Sekampung. Data dasar yang disajikan

berupa data kelas tutupan lahan untuk mengetahui kondisi biofisik lahan dalam

rangka menentukan kebijakan intervensi atau penelitian lanjutan dalam

mengembalikan kondisi DAS tersebut.

Berdasarkan kajian Bakri dkk. (2016), perbedaan jenis tutupan lahan memiliki

karakteristik edafik dan klimatik yang berbeda. Pada tutupan lahan jenis semak

belukar, pH tanah cenderung lebih rendah dibandingkan tanah dengan tutupan

lahan kebun, disebabkan oleh penggunaan pupuk oleh para petani yang

berlebihan.

Hutan primer terkandung P-tersedia yang lebih tinggi daripada jenis tutupan lahan

campuran, semak belukar dan perkebunan. Rendahnya P-tersedia pada jenis

tutupan lahan selain hutan primer disebabkan unsur P yang terjerap oleh unsur

oksida besi dan Al.

Page 22: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

5

Ketersediaan N-total pada jenis tutupan lahan hutan primer jauh lebih tinggi

daripada jenis tutupan lahan lainnya. Hutan primer memiliki siklus nutrisi yang

terjaga dengan baik, menyediakan bahan organik yang berfungsi untuk stimulan

ketersediaan N-total. Sutedjo (2010) mengungkapkan peningkatan N-Total tanah

diperoleh langsung dari hasil dekomposisi bahan organik yang akan menghasilkan

asam-asam organik dalam tanah.

Hasil kajian dari Bakri dkk. (2016), mengungkapkan tekstur tanah pada lahan

hutan primer, memiliki kemampuan menyerap air yang lebih baik dibandingkan

pada jenis tutupan lahan lainnya. Hutan primer memiliki keragaman vegetasi

penyusun hutan primer, sehingga kandungan hara lebih baik daripada tutupan

lahan lainnya (Azmul, dkk. 2016). Baik atau buruknya sifat fisik dan kimia tanah,

berpengaruh pada aspek klimatik suatu tutupan lahan. Hutan primer yang

memiliki kandungan sifat kimia dan fisik tanah yang baik, akan memiliki suhu

dan kelembaban serta curah hujan yang baik, dikarenakan terjaganya siklus nutrisi

pada lahan hutan. Siklus nutrisi yang berjalan dengan baik, menyediakan

kandungan bahan organik yang diperoleh dari sumber hara secara terus menerus.

Seresah merupakan sumber utama unsur hara pada tanah dan berperanan besar

dalam daur unsur hara juga merupakan penyimpan karbon (carbon stock)

(Supriyo dan Prihaten, 2014). Berbeda dengan hutan primer, tutupan lahan

lainnya seperti sawah memiliki sifat kimia yang berbeda. Sawah termasuk jenis

tutupan lahan yang memiliki permasalahan pada bahan organik yang tergolong

rendah sehingga dapat menurunkan produktivitasnya. Rendahnya bahan organik

disebabkan oleh proses pengangkutan bahan organik tanpa pengembalian ke

dalam tanah (Palembang, dkk. 2013).

Page 23: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

6

Berdasarkan data dan informasi tentang kondisi biofisik lahan akan dapat

dirumuskan tindakan apa yang paling sesuai untuk diterapkan pada wilayah Sub-

sub DAS Khilau. Kondisi biofisik lahan dapat dijadikan sebagai dasar dalam

pengambilan tindakan rehabilitasi lahan. Rehabilitasi lahan dapat dilakukan

dengan tindakan berupa sipil teknis, vegetatif atau kombinasi keduanya.

Teknik rehabilitasi lahan dengan pendekatan teknik sipil adalah upaya untuk

mempertahankan atau memperbaiki daya guna lahan termasuk kesuburan tanah

dengan cara pembuatan bangunan teknik sipil disamping tanaman (vegetatif).

Bangunan yang dapat dibuat adalah teras sering, bangunan penahan dan bangunan

drainase (Masaki, 1995). Teknik rehabilitasi lahan secara vegetatif dilakukan

berdasarkan spesies, kerapatan dan bentuk penanaman yang sesuai dengan kondisi

tanah, ketinggian tempat dan iklim. Pola tanam yang digunakan dapat berbentuk

penanaman dalam strip (strip cropping), pola tanam ganda atau majemuk

(multiple cropping), sistem pertanian hutan (agroforestry), pemanfaatan sisa

tanaman (residual management) dan penanaman pada saluran pembuangan

(grassed water ways) (Wahyudi, 2014).

Hasil penelitian Wahyudi (2014), menyatakan pada lahan yang memiliki

kelerengan tinggi, menggunakan kombinasi antara metode sipil teknis dan

vegetatif, dengan pembuatan bangunan terasering yang kemudian diikuti dengan

penanaman tanaman cepat tumbuh (fast growing). Diutamakan tumbuhan fast

growing yang memiliki perakaran dalam agar agregat tanah dapat terjaga dan

tidak mudah tererosi. Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 24: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

7

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran

Register 21 KPH Pesawaran

Provinsi Lampung

Sub-sub DAS Khilau, Sub

Das Bulok DAS Sekampung

Perubahan tutupan lahan

menjadi berbagai kelas

tutupan lahan

Kelas Tutupan lahan:

1. Hutan Primer

2. Sawah

3. Semak Belukar

4. Kebun Campuran

5. Tanaman Semusim

1. Edafik

a. Kelas Tutupan Lahan

b. Sifat Fisik (Tekstur tanah, Permeabilitas Tanah)

c. Sifat Kimia ( KTK, N-total, P-total dan K-dd pH

tanah, C-organik)

d. Topografi (Kemiringan Lereng)

2. Klimatik

a. Tipe iklim

b. Suhu

c. Kelembapan

Daya Dukung Lahan

Page 25: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Definisi Daerah Aliran Sungai menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 37 Tahun 2012 adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,

menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke

laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di

laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Salah satu fungsi DAS adalah fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut sangat

dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuk lahan.

Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk mengalirkan air,

menyangga kejadian puncak hujan, melepaskan air secara bertahap, memelihara

kualitas air, serta mengurangi pembuangan. Fungsi suatu DAS merupakan fungsi

gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu

vegetasi, bentuk wilayah (topografi), tanah, dan manusia (Asdak, 2010). Apabila

salah satu faktor tersebut mengalami perubahan, maka hal tersebut akan

mempengaruhi ekosistem DAS dan akan menyebabkan gangguan terhadap

bekerjanya fungsi DAS. Apabila fungsi suatu DAS telah terganggu, maka sistem

hidrologisnya akan terganggu, penangkapan curah hujan, resapan dan

Page 26: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

9

penyimpanan airnya menjadi sangat berkurang atau sistem penyalurannya menjadi

sangat boros.

Agus dan Widianto (2004), mengemukakan bahwa sebuah DAS yang sehat dapat

menyediakan unsur hara bagi tumbuhan, sumber makanan bagi manusia dan

hewan, air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya, serta empat

berbagai aktivitas lainnya. Manusia hidup di bumi akan selalu dipengaruhi baik

secara positif dan negatif oleh adanya interaksi dari sumber daya air dengan

sumber daya alam lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012,

pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik

antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya,

agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya

kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Pada dasarnya

pengelolaan DAS merupakan upaya manusia untuk mengendalikan hubungan

timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan keserasian ekosistem

serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara

berkelanjutan (Departemen Kehutanan, 2000).

Pengelolaan DAS ditujukan untuk kesejahteraan manusia dengan

mempertimbangkan kondisi sumberdaya alam atau ekosistemnya, kondisi sosial,

politik, ekonomi, budaya, dan kelembagaan. Pengelolaan tidak hanya bertumpu

pada salah satu aspek saja tetapi juga harus memperhatikan aspek yang lain. Hal

ini bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan timbal balik ekosistem DAS

dengan manusia, sebab DAS memiliki banyak fungsi (multifungsi).

Page 27: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

10

B. Tutupan Lahan

Budiarti dkk. (2018) menyatakan penggunaan lahan berupa lahan terbuka,

pemukiman, sawah, sungai, waduk dan rawa memiliki nilai koefisien limpasan

permukaan yang besar. Air hujan yang jatuh langsung dialirkan menjadi limpasan

permukaan sehingga menggerus tanah, sebaliknya penggunaan lahan berupa hutan

rapat akan memperkecil limpasan permukaan dan resiko rusaknya tanah dan

menjaga kesuburan tanah. Alih guna lahan juga mengakibatkan penurunan

makroporositas tanah (Suprayogo dkk., 2009) dan menurunkan ketebalan seresah

dan jumlah pori makro tanah (Hairiah dan Aini, 2004). Terkait dengan perubahan

sifat biofisik tanah tersebut, Liedloff dkk. (2003) menyatakan bahwa perubahan

tutupan lahan mempengaruhi keberadaan biota tanah berupa penyusutan jumlah

makro invertebrata di dalam tanah.

C. Biofisik Tanah

Perubahan tutupan lahan mengakibatkan perubahan sifat biofisik tanah, karena

setiap jenis vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda. Hasil penelitian

Widianto dkk. (2004) menunjukkan bahwa alih guna lahan hutan menjadi kopi

monokultur di Lampung mengakibatkan perubahan sifat tanah permukaan berupa

penurunan bahan organik dan jumlah ruang pori.

D. Kandungan pH Tanah

Berdasarkan penelitian (Matano dkk., 2015) tingkat pH, nitrogen dan fosfor yang

ada di tanah dipengaruhi oleh berbagai macam penggunaan lahan dan

Page 28: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

11

karakteristiknya. pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan

tanah. pH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang

terkandung di tanah. Semakin tinggi kadar ion di dalam tanah, semakin masam

tanah tersebut. Bila kandungan H sama dengan maka tanah bereaksi netral, yaitu

mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).

E. Unsur Hara Makro Tanah

Kesuburan tanaman sangat ditentukan oleh keberadaan unsur hara dalam tanah,

baik unsur hara makro, unsur hara sekunder maupun unsur hara mikro. Unsur

hara makro meliputi nitrogen (N), pospor (P), kalium (K), dan C,H,O. Unsur hara

tanah berguna untuk memenuhi siklus kehidupan tanaman. Kegiatan metabolisme

tanaman akan terganggu jika kebutuhan unsur hara tidak terpenuhi. Tanaman

yang kekurangan unsur hara akan menunjukkan gejala pada suatu organ tertentu.

Rosmarkan dan Yuwono (2002), menyebutkan jumlah hara tanaman yang

dilepaskan tergantung pada macam tanaman, bagian tanaman, dan jumlah volume

tanaman yang digugurkan. Salah satu penyebab mudah tercucinya unsur hara oleh

air disebabkan oleh rendahnya vegetasi yang ada di atas tanah. Tanah yang

memiliki vegetasi kecil akan meningkatkan laju permeabilitas tanah yang

memudahkan unsur hara tercuci oleh air (Yamani, 2012).

F. Tekstur Tanah

Karakteristik tanah merupakan kondisi yang mencerminkan mudah atau tidaknya

curah hujan meresap ke dalam tanah (infiltrasi). Hal ini berkaitan erat dengan

Page 29: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

12

sifat fisik tanah yaitu tekstur dan permeabilitas (Anna dkk., 2015). Tekstur tanah

digunakan untuk sifat tanah dalam kemampuannya meresapkan air hujan. Fraksi

liat anah adalah komponen paling aktif dari fraksi mineral yang dijadikan struktur

dasar dalam struktur hirarki tanah (Dexter dan Horn, 1988). Fraksi lempung dan

pasir menentukan bagaiman bentuk dari fraksi tanah. Kandungan liat yang rendah

(<10%), matriks tanah dibentuk oleh pasir dan lumpur, dengan liat yang tersimpan

di pori-pori antara butiran pasir. Kandungan liat yang berada pada kandungan

10% hingga 20%, partikel liat menutupi partikel pasir dan lumpur. Kandungan

liat yang tinggi (>20%) memiliki partikel yang secara keseluruhan menutupi

partikel lumpur dan pasir (Dalrymple, 1984). Permeabilitas dapat digunakan

untuk menentukan kecepatan meresapkan air hujan (cm/jam). Tekstur tanah yang

halus dan memiliki permeabilitas kecil, akan mudah tergenang oleh air (Budiarti

dkk., 2018). Suripin (2004), mengatakan bahwa tanah yang bertekstur halus dan

permeabilitasnya rendah, akan meningkatkan aliran permukaan. Tingginya aliran

permukaan dapat membuat tanah mudah tergerus atau tererosi. Tekstur tanah

yang mudah meloloskan air kedalam tanah menurut Hanafiah (2005), adalah tanah

jenis pasir. Berdasarkan penelitian Budiarti dkk. (2018), karakteristik tanah

berpasir yang mudah dilewati oleh air tidak hanya dari tekstur tanah, melainkan

dipengaruhi oleh faktor-faktor porositas, bahan organik dan kontinuitas pori-pori

tanah.

G. C-organik Tanah

C-organik juga merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada

permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis

Page 30: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

13

senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan

organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air,

dan bahan organik yang stabil atau humus (Suprayogo dkk., 2009). Suin (2012)

mengungkapkan bahwa bahan organik tanah sangat menentukan kelimpahan

hewan tanah. Materi organik tanah merupakan sisa-sisa tumbuhan dan hewan

organisme tanah, baik yang telah terdekomposisi maupun yang sedang

terdekomposisi. Thomas dan Mitchell (1951) mengungkapkan bahwa hewan

tanah sebagai salah satu komponen organisme tanah ikut berperan penting dalam

proses dekomposisi bahan organik. Bersama organisme tanah lainnya hewan

tanah menguraikan bahan organik menjadi C-organik tanah dan melepaskan hara-

hara dalam ikatan komplek menjadi hara tanah yang tersedia bagi tanaman.

H. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas tukar kation tanah adalah kemampuan koloid tanah dalam menjerap dan

mempertukarkan kation. Kapasitas tukar kation total adalah jumlah muatan

negatif tanah dari permukaan koloid tanah yang merupakan situs pertukaran

kation-kation. Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam miliekuivalen per 100

gram tanah (Tan, 1991).

Koloid tanah terdiri dari koloid anorganik dan kolid organik. Koloid anorganik

adalah partikel liat yang berukuran 0,001 mm atau 1 μm, sedangkan koloid

organik berasal dari dekomposisi bahan organik yang mulai stabil yaitu humus.

Koloid liat bersifat mantap sedangkan koloid humus bersifat dinamis dapat

berubah (Hakim dkk., 1986). Pertukaran kation terjadi pada koloid liat dan koloid

Page 31: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

14

humus yang memiliki muatan negatif tersebut, sehingga tekstur tanah (jumlah

liat), jenis mineral liat, dan kandungan bahan organik akan mempengaruhi

kapasitas tukar kation suatu tanah.

Page 32: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada dalam wilayah KPH XI Pesawaran Sub-sub DAS Khilau,

Sub DAS Bulok, DAS Sekampung, Pesawaran, Kecamatan Kedondong,

Lampung. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2018 hingga Juli 2018.

Penetapan lokasi utama penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa lokasi tersebut strategis bagi tata air di wilayah KPH XI

Pesawaran, Kecamatan Kedondong dan kondisi DAS yang statusnya perlu

dipulihkan.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah linggis, plastik, sekop,

bor tanah, ring sampel dan label untuk pengambilan sampel tanah, dan alat

penguji kandungan tanah laboratorium yang mengacu pada referensi. Bahan yang

diperlukan pada penelitian ini adalah data peta tematik dengan skala 1:30.000

(Gambar 2) wilayah KPH XI Pesawaran Register 21 Sub-

sub DAS Khilau, Sub DAS Bulok, DAS Sekampung, Kabupaten Pesawaran,

Kecamatan Kedondong, Lampung dan peta tutupan lahan.

Page 33: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

16

Gambar 2. Peta tutupan lahan di wilayah Sub Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok,

DAS Sekampung Provinsi Lampung.

C. Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Data primer yang diperlukan adalah faktor kondisi edafik meliputi sifat kimia

tanah yaitu pH, C-organik, KTK (kapasitas tukar kation) unsur makro (N-total, P-

tersedia dan K-dapat ditukar) dan fisik tanah (tekstur tanah) dan klimatik (iklim,

suhu dan kelembaban).

Page 34: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

17

Data primer kondisi edafik meliputi sifat kimia tanah yaitu KTK (kapasitas tukar

kation) unsur makro (N-total, P-tersedia dan K-dd), pH tanah, C-organik dan fisik

tanah (tekstur tanah dan permeabilitas tanah). Data primer didapatkan dengan

analisis tanah di laboratorium. Data primer kondisi klimatik berupa suhu dan

kelembaban setiap plot didapatkan melalui observasi lapangan, diukur

menggunakan thermohygrometer.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan adalah faktor kondisi edafik dan klimatik. Data

Sekunder edafik meliputi kelas tutupan lahan yang didapatkan dari peta tahun

2017 mengenai jenis tutupan lahan dan jenis tanah di wilayah studi. Data

sekunder klimatik meliputi data curah hujan yang didapatkan dari Badan

Meteorologi dan Geofisika daerah Gedong Tataan dari tahun 2011 hingga 2016.

D. Sampling

Sampel yang diambil pada penelitian ini menggunakan metode cluster sampling

dengan pembagian sampel secara equal sampling. Equal Sampling adalah

pembagian pengambilan sampel dari setiap kelas-kelas secara merata. Pembagian

dilakukan berdasarkan lima jenis tutupan lahan yaitu hutan primer, sawah, semak

belukar, tanaman semusim dan hutan campuran. Masing-masing tutupan lahan

kemudian dibagi menjadi beberapa plot secara merata menggunakan metode

cluster sampling. Metode cluster sampling adalah pengambilan sampel dari

masing-masing sub kelompok yang heterogen (Atmosukarto, 1994).

Page 35: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

18

E. Pengambilan data

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan melalui cara sebagai berikut.

1. Data Primer

Data primer didapatkan dengan melakukan observasi lapangan dengan melakukan

pengambilan sampel tanah dan faktor klimatik pada setiap kelas tutupan lahan

berdasarkan peta sub-sub DAS Khilau. Sampel data yang diambil dapat mewakili

(representative) setiap kelas tutupan lahan. Data primer yang diambil adalah data

mengenai suhu, kelembaban, sifat fisik dan kimia tanah. Data primer edafik

berupa sifat fisik dan kimia tanah diambil secara destructive sample dan non

destructive sample. Data primer klimatik berupa suhu dan kelembapan diambil

menggunakan alat thermohygrometer.

Data primer edafik didapatkan secara destructive dan non destructive. Data

Destructive adalah sampel tanah terganggu yang diambil yang mengalami

kerusakan. Data non destructive adalah sampel tanah tidak terganggu yang

diambil tanpa merusak kondisi sampel.

Pengambilan data dilakukan secara destructive dan non destructive (Gambar 3).

Pengambilan sampel secara destructive dilakukan dengan;

1. Membuat plot ukuran 20 m × 20 m secara random pada kelas tutupan

lahan.

2. Membersihkan tanah dari vegetasi ataupun variabel yang dapat

mempengaruhi variabel utama menggunakan sekop tanah. Pengambilan

sampel destructive dilakukan dengan alat bor tanah.

Page 36: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

19

3. Mengambil sampel tanah menggunakan bor tanah sedalam 0-20 cm pada

lima kelas tutupan lahan.

4. Setiap kelas tutupan menggunakan ulangan empat plot, dengan lima titik

pengeboran, yaitu pada bagian atas kanan, atas kiri, bawah kanan, bawah

kiri dan tengah plot.

5. Tanah yang telah diambil kemudian dikompositkan dengan mencampur

semua sampel tanah, kemudian diambil seberat 0,5 kg.

6. Tanah yang diambil dimasukkan kedalam plastik dan diberi kode sampel.

Pengambilan sampel secara non destructive dilakukan dengan;

1. Membersihkan tanah dari vegetasi ataupun variabel lain yang dapat

mengganggu variabel utama menggunakan sekop tanah.

2. Menancapkan sample ring pada tanah, kemudian dibenamkan hingga

sample ring tertanam pada tanah.

3. Mengambil sample ring secara hati-hati. Hal ini bertujuan agar sampel

tidak rusak.

4. Setiap kelas tutupan menggunakan ulangan empat plot, dengan satu titik

pengeboran sample ring.

5. Memasukkan sampel kedalam plastik dan diberi kode sampel.

Page 37: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

20

Gambar 3. Titik sampel pada plot.

Sampel yang telah diambil dan dianalisis di laboratorium dengan penjelasan

sebagai berikut.

1.1 Destructive Sample

1.1.1 pH Tanah

pH tanah dianalisis di laboratorium menggunakan sampel tanah terganggu

(destrucive sample), pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan analisa uji

laboratorium menggunakan pH meter dengan metode potensiometrik.

1.1.2 C-organik Tanah

Pengujian C-organik didapatkan dari analisis sampel tanah terganggu (destructive

sample). Analisis C-organik tanah dilakukan di laboratorium menggunakan

metode Walkley and Black.

Keterangan:

Titik 1: Kiri atas plot

Titik 2: Kanan atas plot

Titik 3: Kiri bawah plot

Titik 4: Kanan bawah plot

Titik 5: Tengah Plot

20 m

20 m

Page 38: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

21

1.1.3 Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas tukar kation tanah (KTK) adalah kemampuan tanah untuk menjerap dan

melakukan pertukaran kation (Tan, 1991). Analisis KTK dilakukan dengan

metode 1 N NH4OAc pH 7 yang dilakukan di laboratorium.

1.1.4 Unsur Hara Makro Tanah

Unsur hara makro yang dianalisis adalah nitrogen total (N-total), fosfor tersedia

(P-tersedia) dan kalium (K). Analisis N-total menggunakan metode Kjehdahl,

analisis P-tersedia menggunakan metode Bray dan analisis K-dd menggunakan

metode Flamephotometry yang dianalisis di laboratorium.

1.2 Non Destructive Sample

1.2.1 Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena

terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang

terkandung pada tanah. Tekstur tanah dibagi menjadi tujuh kelas yang terdiri dari

pasir, lempung kasar, lempung halus, debu kasar, debu halus, liat debu dan liat

sangat halus. Penetapan tekstur tanah dilakukan di laboratorium menggunakan

metode hydrometer dan diklasifikasikan menggunakan Soil Texture Triangle

Chart.

Page 39: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

22

Data primer klimatik adalah data mengenai suhu dan kelembaban. Pengambilan

data dilakukan menggunakan alat thermohygrometer. Alat diletakkan di setiap

plot pengukuran, kemudian dicatat suhu dan kelembaban yang terlihat pada alat.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan melalui sumber lain selain observasi langsung

lapangan. Data sekunder berupa data mengenai data edafik (kelas tutupan lahan

dan jenis tanah) didapatkan dari peta jenis tutupan lahan dan jenis tanah tahun

2017. Data sekunder klimatik berupa data curah hujan wilayah Gedong Tataan

dari tahun 2011 hingga 2016.

2.1 Kelas tutupan lahan dan Jenis Tanah

Penentuan jenis tutupan lahan dan jenis tanah dilakukan dengan menentukan

lokasi yang berpotensi untuk diambil sampel penelitian berdasarkan data peta

tutupan lahan tahun 2017 Sub-sub DAS Khilau dengan skala 1:30.000.

Berdasarkan peta tersebut, ditentukan jenis tanah dan kelas tutupan lahan pada

Sub-sub DAS Khilau yang terbagi menjadi kelas tutupan lahan hutan primer,

sawah, semak belukar, kebun campuran dan tanaman semusim dan berjenis tanah

ultisol.

F. Tabulasi dan Analisis Data

Data disajikan dalam bentuk tabel yang dikelompokkan pada masing-masing kelas

tutupan lahan terhadap sifat fisik tanah (Tekstur dan permeabilitas tanah), sifat

Page 40: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

23

kimia tanah (KTK, N-total, P-total, K-dd, pH tanah dan C-organik), suhu, tipe

iklim, kelembaban. Data mengenai faktor edafik dan klimatik yang didapatkan

dari analisis laboratorium maupun observasi lapangan dianalisis secara deskriptif

analitik.

Page 41: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hutan primer memiliki KTK, N-total, P-tersedia , K-dd dan C-organik tertinggi

dibandingkan tutupan lahan lainnya. Sawah memiliki N-total dan C-organik

terendah. Kebun campuran memiliki pH terendah dibandingkan tutupan lahan

lainnya. Hutan primer memiliki permeabilitas tercepat dibandingkan dengan

tutupan lahan lainnya. Seluruh kelas tutupan lahan memiliki tanah berjenis

ultisol. Hutan primer memiliki suhu terendah dan kelembapan tertinggi

dibandingkan tutupan lahan lainnya.

B. Saran

Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang teknik

rehabilitasi yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisi biofisik tanah agar

fungsi DAS tetap terjaga dengan baik pada daerah penelitian.

Page 42: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

DAFTAR PUSTAKA

Page 43: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan Widianto. 2004. Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering.

Buku. World Agroforestry Centre ICRAF. Bogor. 101 p.

Anna, A.N., Suharja. dan Priyana, Y. 2015. Kajian Biofisik Lahan untuk

Penilaian Kerentanan Banjir di DAS Bengawan Solo Hulu. Buku.

University Research Colloquium 2015 Faculty of Geography UMS. ISSN

2407-9189: 9-17.

Arifin, Z. 2011. Analisis nilai indeks kualitas tanah entisol pada penggunaan

lahan yang berbeda. J. Ilmiah Ilmu Pertanian. 21(1): 47-54. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Buku. Institut Pertanian Bogor.

Bogor. 290 p.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Buku.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 646 p.

Atmosukarto, K. 1994. Cara pengambilan dan penentuan besar sampel untuk

penelitian sosial. Media Litbangkes. 4(1): 12-16.

Azmul., Yusran., dan Irmasari. 2016. Sifat kimia tanah pada berbagai tipe

penggunaan lahan di sekitar taman nasional lore lindu. J. Warta Rimba.

4(2):24-31.

Bakri, I., Thaha, A.R. dan Isrun. 2016. Status beberapa sifat kimia tanah pada

berbagai penggunaan lahan di das poboya kecamatan palu selatan. J.

Agrotekbis. 4(5): 512-520.

Budiarti, W., Gravitani, E. dan Mujiyo. 2018. Analisis aspek biofisik dalam

penilaian kerawaranan banjir di sub das samin provinsi jawa tengah.

J. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 8(1): 96-108.

Darlymple, R.W. 1984. Morphology and internal structure of sandwaves in the

Bay of Fundy. Sedimentology. 31(3): 365-382.

Page 44: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

43

Departemen Kehutanan. 2000. Pedoman Penyusunan Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai. Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. Buku.

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta. 21 p.

Departemen Pertanian. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.

Buku. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta. 246 p.

Dexter, A.R., dan Horn, R. 1988. Effects of land use clay content on soil

structures as measurred by fracture surface analysis. J. of Plant Nutrition

and Soil Science. 151(5): 325–330.

Fageria, N. K., Baligar, V.C. dan Jones, C. A. 1997. Growth and Mineral

Nutrition of Field Crops. Buku. Marcel Dekker, Inc. New York. 59 p.

Hairiah, K. dan Aini, F.K. 2004. Praktikum Biologi Tanah. Buku. Laboratorium

Biologi Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Malang. 198 p.

Hairiah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai

Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre ICRAF. Bogor.

77 p.

Hakim, N., Nyakpa, N.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Saul, M.R., Diha, M.A.,

Hong, G.B. dan Barley, H.H. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku.

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 p.

Hanafiah, A. K. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada.

Jakarta. 300p.

Hanafiah, A. K. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada.

Jakarta. 386p.

Hanafiah, A. K. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada.

Jakarta. 360 p.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Buku. Pusaka Utama. Jakarta. 248 p.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Buku. Akademika Pressindo. Jakarta.

288p.

Hartati, W. 2008. Evaluasi distribusi hara tanah dan tegakan mangium, sengon

dan leda pada akhir daur untuk kelestarian produksi hutan tanaman di umr

owa pt inhutani I unit III makassar. J. Hutan dan Masyarakat. 3(2):111-

234.

Harter, R.D. 2007. Acid Soils of The Tropics. Echo Technical Note. Paper.

University of Hampshire. New Hampshire. 7 p.

Page 45: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

44

Hasanudin. 2003. Peningkatan ketersediaan dan penyerapan n dan p serta hasil

tanaman jagung melalui proses inokulasi mikoriza, azotobakter dan bahan

organik pada ultisol. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 5(2):83-89.

Jamulya dan Sunarto. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Buku. Fakultas

Geografi UGM. Yogyakarta. 296 p.

Kasno, A., Setyorini, D. dan Tuberkih, E. 2006. Pengaruh pemupukan fosfat

terhadap produktivitas tanah inceptisol dan ultisol. Jurnal Ilmu Pertanian

Indonesia. 8(2): 91-98.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Penetapan Lokasi Proyek

Capacity Development for Implemending Rio Conventions Through

Enhancing Incentive Mechanisms for Sustainable Watersed/Land

Management (Cross Cutting Capacity Development Project/CCCD

Project). Buku. Departemen Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta.

Kizilkaya, R. dan Orhan, D. 2010. Variation of land use and land cover effects

on some soil physico-chemical characteristics and soil enzyme activity.

Zemdirbyste Agriculture. 97(2): 15-24.

Kulamasari, S.C., Syamsiah, J. dan Sumarno. 2011. Studi beberapa sifat fisik

tanah dan kimia tanah pada berbagai komposisi tegakan tanaman di sub das

solo hulu. J. Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. 8(2): 119-124.

Lahmar, R., Bationo, B.A., Lamso, N., Guero, Y. dan Tittonell, P. 2011.

Tailoring conservation agriculture technologies to west africa semi-arid

zones: building on traditional local practices for soil restoration. Field

Crops Research. http://dx.doi.org/ 10.1016/j.fcr.2011.09.013

Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Buku. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta. 189 p.

Liedloff, A.C., Ludwig, J.A. dan Coughenour, M.B. 2003. Simulating overland

flow dan soil infiltration using an ecological approach. Proceeding Natural

System Modsim, Townsville. 2: 519-525.

Lubis, D.S., Sembiring, M. dan Hanafiah, A.S. 2015. Pengaruh ph terhadap

pembentukan bintil akar, serapan hara n, p dan produksi tanaman pada

beberapa varietas kedelai pada tanah inseptisol di rumah kasa. J.

Agroteknologi. 3(3): 1111-1115.

Lynch, J. 1995. Root architecture and plant productivity. J. Plant Physiol.

109:7-13.

Masaki, I. 1995. The Watershed Management Technology Development Project.

Buku. Japan International Cooperation Agency (JICA). Ujung Pandang.

137p.

Page 46: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

45

Matano, A.S., Kanangire, K.C., Anyona, N.D., Aboum, P.O., Gelder, F.B., Dida,

G.O., Owour, P.O. dan Ofulla, A.V.O. 2015. Effects of land use change on

land degradation reflected by soil properties along Mara River, Kenya and

Tanzania. Open J. of Soil Science. 5(1):20-38.

Monde, A. dan Thaha, A. R. 2001. Perubahan sifat kimia tanah ultisol kulawi

akibat pemberian bokashi. J. Agroland. 8(3): 253-259.

Mukhlis., Sariffudin. dan Hanum, H. 2011. Kimia Tanah: Teori dan Aplikasi.

Buku. USU Press. Medan. 287 p.

Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Buku. Graha Ilmu. Yogyakarta. 214 p.

Nugroho, Y. 2009. Analisis sifat fisik-kimia dan kesuburan tanah pada lokasi

rencana hutan tanaman industri pt prima multibuana. J. Hutan Tropis

Borneo. 10(27) : 222-229.

Palembang, J. N., Jamilah. dan Sarifuddin. 2013. Kajian sifat kimia tanah sawah

dengan pola pertanaman padi semangka di desa air hitam kecamatan lima

puluh kabupaten batubara. J. Online agroteknologi. 1(4): 1154-1162.

Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta, D. A. 2006. Karakteristik, potensi, dan

teknologi pengelolaan Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering

di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25(2): 39-42.

Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah No.37 tahun 2012 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Sekretariat Negara. Buku. Jakarta.

44 p.

Rosmarkan, A. dan Yuwono, N.W. 2002. Buku. Ilmu Kesuburan Tanah.

Kanisius. Yogyakarta. 224 p.

Sanger, Y.Y.J., Johannes, E.X., Rogi. dan Rombang, J. 2016. Pengaruh tipe

tutupan lahan terhadap iklim mikro di kota bitung. J. Agri-Sosio Ekonomi

Unsrat. 12(3): 105-116.

Sapariyanto., Yuwono, S.B. dan Riniarti. M. 2016. Kajian iklim mikro di bawah

tegakan ruang terbuka hijau universitas lampung. J. Sylva Lestari. 4(3):

114-123.

Sari, M.N., Sudarsono. dan Darmawan. 2017. Pengaruh bahan organik terhadap

ketersediaan fosfor pada tanah-tanah kaya al dan fe. J. Buletin Tanah dan

Lahan. 1(1): 65-71.

Septianugraha, R. dan Suriadikusumah, A. 2014. Pengaruh penggunaan lahan

dan kemiringan lereng terhadap c-organik dan permeabilitas tanah di sub

das cisangkuy kecamatan pangalengan, kabupaten bandung. J. Agrin. 18(2):

158-166.

Page 47: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

46

Setyowati, D. L. 2007. Sifat fisik tanah dan kemampuan tanah meresapkan

airpada lahanhutan, sawah, dan permukiman. J. Geografi FIS UNNES.

4(2): 114-128.

Singh, U., Wilkens, P. W., Henao, J., Chien, S.H., Hellums, D.T. dan Hammond,

L. L. 2003. An expert system for estimating agronomic effectiveness of

freshly applied phosphate rock. Proc. International Mtg., Kuala Lumpur.

214–224 p.

Sudaryono. 2001. Pengaruh bahan pengkondisi tanah terhadap iklim mikro pada

lahan berpasir. J. Teknologi Lingkungan. 2(2): 175-184.

Sudaryono. 2003. Tingkat kesuburan tanah ultisol pada lahan pertambangan

batubara sanggata kalimantan timur. J. Teknologi Lingkungan. 10(3): 337-

346.

Suin, N.M. 2012. Ekologi Hewan Tanah IV. Buku. Bumi Aksara dan Pusat

Antar Universitas Ilmu Hayati ITB. Jakarta. 202 p.

Sukresna. 2007. Peran hutan dalam mengendalikan tanah longsor. Workshop

Peran Hutan dan Kehutanan dalam Meningkatkan Daya Dukung DAS.

Surakarta. 1-334 p.

Sujana, I.P. dan Pura, I. N. L. S. 2015. Pengelolaan tanah ultisol dengan

pemberian pembenah organik biochar menuju pertanian berkelanjutan.

Jurnal Agrimeta. 5(9): 1-69.

Suprayogo, H., Faridah, E., Dwi, A.W., Figyantika, A. dan Khairil, A.F. 2009.

Kandungan c-organik dan n-total pada seresah dan tanah ada 3 tipe

fisiognomi. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9(1):49-57.

Supriyo, H. dan Prehaten, D. 2014. Kandungan unsur hara pada daun jati yang

baru jatuh pada tapak yang berbeda. J. Ilmu Kehutanan. 8(2): 108-116.

Suriadikarta, D.A., Prihatini, T., Setyorini, D. dan Hartatiek, W. 2002. Teknologi

Pengololaan Bahan Organik Tanah. Buku. Pusat Penelitiandan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. 358 p.

Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air II. Buku. Andi Offset.

Yogyakarta. 210 p.

Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku. Kanisius. Yogyakarta.

208p.

Sutedjo, M.M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Buku. Rineka Cipta.

Jakarta. 177p.

Page 48: KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB …digilib.unila.ac.id/56642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-29 · ABSTRAK KAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH

47

Tan, K.H. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Buku. Penerbit Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. 295 p.

Thomas, C.A. dan Mitchell, G.H. 1951. Eelworms nemathodes as pest of

mushrooms. Mushroom-Growers Association. 22:61-71.

USDA. National Nutrient Data Base for Standard. 2014. Basic Report 20649,

Tapioca, pearl, dry. The National Agriculutural Library.

Wahyudi. 2014. Teknik konservasi tanah serta implementasinya pada lahan

terdegradasi dalam kawasan hutan. J. Sains dan Teknologi Lingkungan.

6(2): 71-85.

Widianto, S.D., Noveras, H., Widodo, R.H., Purnomosidi, P. dan Noordwijk,

M.V. 2004. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian: apakah fungsi

hidrologis hutan dapat digantikan sistem kopi monokultur. J. Agrivita.

26(1): 47-52.

Yamani, A. 2012. Analisis kadar hara makro tanah pada hutan lindung gunung

sebatung di kabupaten kotabari. J. Hutan Tropis. 12(2): 181-187.

Yang, X., Thornton, P.E., Ricciuoto, D.M. dan Post,W.P. 2013. The role of

phosphorus dynamic in tropical forest-a modeling study using clm-cnp.

Biogeosciences Discuss. 10: 14439–14473.

Zannah. T. I., Juso. S., Ishak. C. F. dan Roslan. I. 2016. Ftir and Xrd analysis of

highly weathered ultisols and oxisols in peninsular malaysia. Asian Journal

of Agriculture and Food Sciences. 4(4): 191-201.