Top Banner
TESIS WAKTU PERENDAMAN PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED SELAMA 15 MENIT, 30 MENIT DAN 60 MENIT DALAM EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA) 40 % MENURUNKAN JUMLAH KOLONI CANDIDA ALBICANS KADEK AYU WIRAYUNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
98

kadek ayu wirayuni

Dec 09, 2016

Download

Documents

duongnhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: kadek ayu wirayuni

TESIS

WAKTU PERENDAMAN PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED SELAMA 15 MENIT, 30 MENIT DAN 60 MENIT

DALAM EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA) 40 % MENURUNKAN JUMLAH KOLONI

CANDIDA ALBICANS

KADEK AYU WIRAYUNI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 2: kadek ayu wirayuni

TESIS

WAKTU PERENDAMAN PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED SELAMA 15 MENIT, 30 MENIT DAN 60 MENIT

DALAM EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA) 40 % MENURUNKAN JUMLAH KOLONI

CANDIDA ALBICANS

KADEK AYU WIRAYUNI

NIM : 1290761033

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 3: kadek ayu wirayuni

TESIS

WAKTU PERENDAMAN PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED SELAMA 15 MENIT, 30 MENIT DAN 60

MENIT DALAM EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA) 40 %

MENURUNKAN JUMLAH KOLONI CANDIDA ALBICANS

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

KADEK AYU WIRAYUNI NIM : 1290761033

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 4: kadek ayu wirayuni

Lembar Persetujuan Pembimbing

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 5 Januari 2015

Mengetahui

Pembimbing II,

Dr. dr. I D Made Sukrama, M.Si.,Sp.MK(K)

NIP. 195810101987021001

Pembimbing I,

Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro NIP. 196404171996011001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K)

NIP. 195902151985102001

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS

NIP. 194612131971071001

Page 5: kadek ayu wirayuni

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 5 Januari 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK. Rektor Universitas Udayana, No: 029/UN14.4/HK/2015

Tanggal 2 Januari 2015 Ketua : Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro

Sekretaris : Dr. dr. I D Made Sukrama, M.Si.,Sp.MK(K)

Anggota : 1. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And 2. Prof. dr. IGM. Aman, Sp.FK 3. Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si

Page 6: kadek ayu wirayuni
Page 7: kadek ayu wirayuni

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Waca, Tuhan

Yang Maha Esa karena seijin dan berkatNYA penulis dapat menyelesaikan tesis

dengan judul Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15 menit,

30 menit dan 60 menit dalam ekstrak daun sambiloto (andrographis paniculata)

40 % menurunkan jumlah koloni Candida albicans. Tesis ini dibuat sebagai

syarat untuk menyelesaikan pendidikan yang ditempuh di Program Magister,

Program Studi Ilmu Biomedik Universitas Udayana Denpasar.

Terimakasih yang sebesar-besarnya, penulis ingin sampaikan kepada

pembimbing satu yaitu, Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro, yang telah

penuh perhatian dan kesabaran memberikan pengarahan, bimbingan,saran,serta

waktunya kepada penulis selama tesis ini dibuat sampai dengan selesai.

Terimakasih pula penulis sampaikan kepada Dr. dr I D Made Sukrama,

M.Si.,Sp.MK(K), selaku pembimbing kedua yang di dalam berbagai

kesibukannya dapat menyempatkan diri untuk memberikan pengarahan,

bimbingan, dorongan, waktunya serta kritikan untuk pembuatan tesis ini.

Ucapan terimakasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Udayana Denpasar atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister

Universitas Udayana Denpasar.

2. Direktur Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar, Prof. Dr. dr. A.A.

Raka Sudewi, Sp. S (K) yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program

Magister Universitas Udayana Denpasar.

3. Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas

Udayana Denpasar, Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp. And., FAACS

Page 8: kadek ayu wirayuni

atas bimbingan dan kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Universitas Udayana

Denpasar.

4. Seluruh penguji yaitu, Prof.Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And.,Prof.

dr. IGM Aman, Sp.FK., dan Dr. dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si., atas

masukan dan kritiknya kepada penulis sehinga dalam penulisannya tesis ini

dapat menjadi lebih baik.

5. Seluruh dosen dan pengelola Program Studi Ilmu Biomedik Program

Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, dan Seluruh Dosen Bagian

Farmakologi yang telah mendidik, mengarahkan serta membantu penulis

selama menempuh pendidikan

6. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar, Dekan FKG Universitas

Mahasaraswati Denpasar, Direktur RSGM Universitas Mahasaraswati

Denpasar, dan Kepala Laboratorium Mikrobiologi Universitas Gadjah Mada

atas kesempatan yang diberikan untuk menggunakan labnya selama penelitian

ini dilakukan.

7. Teman-teman di FKG Universitas Mahasaraswati, khususnya Bagian

Prostodonsia yang telah memberikan kesempatan dan dukungan pada saat

menempuh pendidikan. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu

Biomedik angkatan 2012 khususnya Ilmu Kedokteran Dasar yang telah

bersama-sama menemani baik dalam keadaan suka maupun duka dalam

menempuh masa pendidikan.

8. Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan Nasional melalui Tim

Managemen Program Magister yang telah memberikan bantuan financial

dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban penulis dalam mengikuti

program ini.

9. Kedua orang tua Drs. I Nyoman Suaryana,MS dan Ni Made Sukawati, mertua

Sang Putu Dana (alm) dan Sang Ayu Putu Suryani, serta seluruh keluarga

Page 9: kadek ayu wirayuni

tersayang yang telah mendukung baik moril dan materiil pada saat

menempuh pendidikan.

10. Kepada suami tercinta dan terkasih Dewa Made Darma Wijaya, SE. yang

telah berkorban dan menemani semenjak awal perkuliahan, teman yang selalu

memberikan inspirasi, motivasi sehingga memberikan rasa optimis dalam

menyelesaikan pendidikan dan tesis ini.

11. Putra dan putriku tersayang Dw Ayu Anindya Damayanti. dan Dw Md

Bramasta Wijaya, yang telah memberikan kepada penulis keempatan untuk

lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

12. Serta semua pihak yang belum tersebutkan, yang telah membantu dan

memberikan dukungan samapai terselesaikannya tesis ini.

Penulis sadar bahwa tesis ini tidak sempurna, sehingga masukan dan kritik

untuk perbaikan kearah yang lebih baik untuk tesisi ini sangat diharapkan. Akhir

kata penulis berharap, tesis ini dapat membawa manfaat untuk para pembaca,

khususnya para individu yang bergerak dalam bidang kedokteran gigi.

Denpasar, November 2014

Penulis

Page 10: kadek ayu wirayuni

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................. iv

SURAT PERNYATAAN ............................................................................. v

UCAPAN TERIMAKASIH ......................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................. ix

ABSTRACT ................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

1.3.1 Tujuan umum ........................................................................ 6

1.3.2 Tujuan khusus ....................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

1.4.1 Manfaat akademik ................................................................ 7

1.4.2 Manfaat praktis ..................................................................... 8

Page 11: kadek ayu wirayuni

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik atau Polimetil Metacrilate ............................................ 9

2.1.1 Klasifikasi resin .................................................................... 9

2.1.2 Komposisi resin akrilik ......................................................... 11

2.1.3 Syarat Resin sebagai basis gigi tiruan .................................... 12

2.1.4 Manipulasi resin akrilik ........................................................ 13

2.1.5 Mekanisme pembersihan gigi tiruan ...................................... 15

2.2 Candida Albicans ............................................................................... 16

2.2.1 Klasifikasi candida albicans .................................................. 17

2.2.2 Morfologi candida albican .................................................... 18

2.2.3 Kandidiasis rongga mulut ..................................................... 19

2.2.4 Hubungan gigi tiruan resin dengan candida albicans ........... 20

2.3 Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) ....................................... 22

2.3.1 Gambaran Umum Sambiloto ................................................. 22

2.3.2 Taksonomi ............................................................................ 23

2.3.3 Kandungan Kimia dan bahan aktif daun sambiloto ................ 24

2.3.4 Mekanisme anti jamur ........................................................... 254

2.3.5 Farmakokinetik dan farmakodinamik andrographolide .......... 27

2.3.6 Efek Farmakologis Sambiloto ............................................... 28

BAB III Kerangka berpikir, konsep dan Hipotesa Penelitian

3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 30

3.2 Konsep Penelitian ............................................................................. 32

3.3 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 33

BAB IV Metode Penelitian

4.1 Rancangan Penelitian ....................................................................... 34

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 35

4.3 Sampel Penelitian ............................................................................. 36

4.4 Variabel Penelitian ........................................................................... 37

Page 12: kadek ayu wirayuni

4.4.1 Variabel bebas ...................................................................... 37

4.4.2 Variabel tergantung ............................................................... 37

4.4.3 Variabel terkendali ................................................................ 37

4.4.4 Hubungan antar variabel ....................................................... 38

4.5 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 38

4.6 Bahan Penelitian ............................................................................... 40

4.7 Instrument Penelitian ........................................................................ 40

4.8 Prosedur Penelitian ........................................................................... 41

4.8.1 Pengisian Akrilik .................................................................. 41

4.8.2 Proses Curing Akrilik ........................................................... 42

4.8.3 Cara Pembuatan Ekstrak metanol daun sambiloto ................. 42

4.8.4 Pembuatan suspensi candida albicans .................................... 43

4.8.5 Pembuatan saliva steril .......................................................... 43

4.8.6 Perlakuan Sampel ................................................................. 43

4.9 Alur Penelitian ................................................................................. 45

4.10 Analisis Data .................................................................................... 46

4.10.1 Analisis Deskriptif ................................................................ 46

4.10.2 Uji normalitas dan homogenitas ............................................ 46

4.10.3 Uji efek perlakuan ................................................................. 47

4.10.4 Uji Least Significant Difference (LSD) ................................. 47

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Uji Normalitas Data .......................................................................... 48

5.2 Uji Homogenitas data ....................................................................... 49

5.3 Koloni Candida Albicans ................................................................... 49

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

6.1 Subyek Penelitian ............................................................................. 53

6.2 Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Daun Sambiloto .................... 53

6.3 Pengaruh Waktu Perendaman plat resin akrilik selama 15 menit,

30 menit dan 60 menit dalam Ekstrak Metanol Daun Sambilot

Page 13: kadek ayu wirayuni

terhadap Candida albicans ............................................................... 57

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan .......................................................................................... 60

7.2 Saran ................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62

LAMPIRAN ................................................................................................. 67

DAFTAR TABEL

5.1 Hasil Uji Normalitas Data Koloni Candida Albicans ........................ 48

5.2 Homogenitas Data Koloni Candida Albicans antar Kelompok

Perlakuan .......................................................................................... 49

5.3 Perbedaan Rerata Koloni Candida Albicans antar Kelompok

Sesudah Diberikan Ekstrak Metanol Daun Sambiloto ....................... 49

5.4 Analisis Komparasi Koloni Candida Albicans Sesudah

Perlakuan antar Kelompok ................................................................ 51

Page 14: kadek ayu wirayuni

DAFTAR GAMBAR

2.1 Perendaman gigi tiruan dengan larutan pembersih ............................ 16

2.2 Candida albicans dalam mikroskop ................................................... 18

2.3 Candida albicans dalam rongga mulut .............................................. 19

2.4 Gigi tiruan yang terpapar candida albicans ....................................... 21

2.5 Sambiloto ........................................................................................ 24

2.6 Struktur molekul andrographolide .................................................... 25

3.1 Kerangka konsep ............................................................................... 32

4.1 Skema rancangan penelitian .............................................................. 34

4.2 Bagan hubungan antara variabel ....................................................... 38

4.3 Alur Penelitian ................................................................................. 45

Page 15: kadek ayu wirayuni

5.1 Perbandingan Koloni Candida Albicans antara Kelompok Kontrol

dengan Kelompok Perlakuan ............................................................ 50

5.2 Jumlah koloni Candida albicans dalam media Sabouraud,s dextrose

agar, hasil perontokan plat resin akrilik setelah direndam dalam

aquades, ekstrak metanol daun sambiloto 40 % selama

15 menit, 30 menit dan 60 menit ........................................................ 52

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

µm : mikron

TCM : Traditional Chinese Medicine

PMMA : Poly Metyl Metakrilat

Page 16: kadek ayu wirayuni

℃ : Derajat Celcius

DNA : Deoxyribose Nucleic Acid

RNA : Ribose Nucleic Acid

HIV : Human Imunodeficiensi Virus

P : Populasi

R : Random

S : Sampel

RA : Random Alokasi

K- : Kontrol negatif

P1 : Perlakuan

O1 : Jumlah koloni

n : Banyaknya ulangan

t : Jumlah perlakuan

PBS : Phosphat Buffer Saline

RPMI : Roswel Park Memorial Institute

CFU : Colony Forming Unit

SPPS : Statistical Package For The Social Science

LSD : Least Significant Difference

Page 17: kadek ayu wirayuni

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Keterangan Kelaikan Etik ................................................... 67

Lampiran 2 : Hasil Uji Fitokimia ekstrak daun sambiloto ......................... 68

Lampiran 3 : Hasil Penelitian ................................................................... 69

Lampiran 4 : Foto perendaman plat resis akrilik ....................................... 70

Lampiran 5 : Hasil analisis data dengan SPSS .......................................... 72

Page 18: kadek ayu wirayuni

ABSTRAK

WAKTU PERENDAMAN PLAT RESIN AKRILIK HEAT CURED SELAMA 15

MENIT, 30 MENIT DAN 60 MENIT DALAM EKSTRAK DAUN SAMBILOTO

(ANDROGRAPHIS PANICULATA) 40 % MENURUNKAN JUMLAH KOLONI

CANDIDA ALBICANS

Gigi tiruan lepasan dari bahan resin akrilik memiliki rongga - rongga mikro yang dapat menjadi tempat perlekatan sisa - sisa makanan yang dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut, salah satunya yaitu jamur Candida albicans. Pertumbuhan yang pesat dari jamur Candida albicans merupakan penyebab utama infeksi pada mukosa rongga mulut yang disebut denture stomatitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sambiloto sebagai larutan disinfektan gigi tiruan akrilik terhadap keberadaan jamur Candida albicans.

Penelitian ini menggunakan rancangan yang bersifat eksperimental laboratorium, memakai kelompok kontrol menggunakan Randomized Post test only control group desain. Pada penelitian ini dilakukan perendaman plat resin akrilik 10x10x1mm pada larutan ekstrak metanol daun sambiloto 40 % selama 15 menit, 30 menit dan 60 menit dan aquades sebagai kontrol. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji One Way Anova untuk mengetahui jumlah koloni Candida albicans.

Hasil menunjukkan bahwa rerata jumlah koloni Candida albicans kelompok kontrol adalah 31,671,86 CFU/ml, rerata kelompok perlakuan 1 adalah 13,001,27 CFU/ml, rerata kelompok perlakuan 2 adalah 7,00±0,89 CFU/ml, dan rerata kelompok perlakuan 3 adalah 1,170,75 CFU/ml. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 651,98 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata koloni Candida albicans pada keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Penelitian ini meyimpulkan bahwa perendaman plat resin akrilik dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dengan bertambahnya waktu perendaman dari 15 menit, 30 menit dan 60 menit menunjukan jumlah koloni jamur Candida albicans semakin menurun.

Kata kunci : Resin akrilik, Candida albicans, ekstrak daun sambiloto.

Page 19: kadek ayu wirayuni

ABSTRACT

THE IMMERSION DURATION FOR 15, 30 AND 60 MINUTES OF HEAT

CURED ACRYLIC RESIN PLATE IN 40% BITTER LEAF EXTRACT

(ANDOGRAPHIS PANICULATA)

DECREASE THE NUMBER OF CANDIDA ALBICANS COLONY

Removable denture made of acrylic resin material has micro hollow in which the leftover food sticks increasing the number of micro organisms in oral cavity; one of the micro organisms is Candida albicans. The rapid growth of Candida albicans is the major cause of infection in the oral mucosa which is called denture stomatitis. The purpose of this study is to determine the effectiveness of bitter leaf extract as an acrylic denture cleanser solution on the existence of the fungus Candida albicans.

This research applied an experimental laboratory design, using a control group called Randomized Post Test only control group design. This research was done by immersing acrylic resin plate 10 x 10 x 1 mm in 40 % methanol solution of bitter leaf extract for 15 minutes, 30 minutes and 60 minutes and aquades as controller. The data were analyzed by One Way Anova test to find out the number of Candida albicans.

The result showed that the average number of Candida albicans in the control group was 31,671,86 CFU/ml, average number of treatment group 1 was 13,001,27 CFU/ml, the average number of treatment group 2 was 7,00±0,89 CFU/ml, and the average number of treatment group 3 was 1,170,75 CFU/ml. Analysis of Significance with One Way Anova test showed F value = 651.98 and p value = 0.001. This result indicated that the average numbers of Candida Albicans in the four groups were significantly different after the treatment (p<0.05).

The results of this study concluded that the number of fungus Candida albicans colonies was most effectively decreased in 15, 30 and 60 minutes immersion of the acrylic plate into 40 % methanol solution of bitter leaf extracts.

Key words: acrylic resin, Candida albicans, bitter leaf extract.

Page 20: kadek ayu wirayuni

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi pada manusia merupakan bagian tubuh yang penting untuk

mempertahankan kehidupan. Banyak orang mengatakan bahwa jumlah gigi yang

memadai akan membantu mereka mengunyah makanan dengan mudah, namun

demikian, tampaknya gigi tidak hanya penting dalam aspek pengunyahan semata.

Kehilangan gigi yang tidak diikuti dengan penggantian pada gigi yang

bersangkutan akan menyebabkan terjadinya berbagai keadaan yang dapat

mengganggu kehidupan sehari – hari.

Riset Kesehatan Dasar melaporkan bahwa di Indonesia terdapat

kehilangan gigi pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 1,8%, 55-64 tahun

sebesar 5,9%, dan pada kelompok umur 65 tahun ke atas, kehilangan gigi

mencapai 17,6%. Sedangkan kehilangan gigi pada anak-anak dan remaja umur 10

- 14 tahun sebesar 0,8 % dan umur 15-24 tahun sebesar 2% ( RISKESDAS,

2007).

Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang, hilangnya gigi dari mulut

seseorang akan mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis maupun

fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan trauma fisiologis. Salah satu

faktor yang mempengaruhi keadaan ini adalah pertambahan usia yang

menyebabkan kerentaan seseorang untuk kehilangan gigi. Keadaan ini berdampak

pula pada meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan. Gigi tiruan terdiri dari dua

Page 21: kadek ayu wirayuni

macam, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan. Basis gigi tiruan lepasan

dapat terbuat dari bahan akrilik atau metal. Bahan yang masih sering dipakai

sampai saat ini adalah resin akrilik polimetil metakrilat (Craig dkk., 2004).

Resin akrilik terutama poli metyl metakrilat atau PMMA memiliki sifat

yang menguntungkan yaitu estetis, warna dan tekstur mirip dengan gingiva

sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan

dimensi kecil. Lebih dari 95% plat gigi tiruan dibuat dari bahan resin akrilik.

Resin akrilik heat cured memenuhi persyaratan sebagai bahan plat gigi tiruan

karena tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi jaringan, sifat fisik dan estetik baik,

harga relatif murah, dapat dipreparasi, mudah cara manipulasi dan pembuatannya

(Wahyuningtyas, 2008).

Pada pemakaian gigi tiruan terjadi akumulasi plak yang disebabkan

karena kasarnya permukaan resin akrilik. Tekstur permukaan suatu restorasi

berpengaruh terhadap perlekatan plak. Plak pada gigi tiruan merupakan faktor

penting yang dapat menyebabkan inflamasi pada mukosa palatal dan terjadinya

denture stomatitis (Inayati, 2001).

Denture stomatitis adalah keradangan pada mukosa rongga mulut yang

diakibatkan oleh pemakaian gigi tiruan lepasan. Tanda khas berupa erythema,

edema dan berwarna lebih merah dibandingkan dengan jaringan sekitarnya yang

tidak tertutup oleh gigi tiruan. Infeksi jamur pada rongga mulut menyebabkan rasa

tidak nyaman disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme Candida (Shibata

dkk., 2007). Candida albicans dapat melepaskan endoktoksin yang merusak

mukosa mulut dan menyebabkan terjadinya denture stomatitis. Desinfeksi gigi

Page 22: kadek ayu wirayuni

tiruan merupakan faktor penting yang harus dilakukan untuk mencegah

pertumbuhan Candida albicans (Hamada dkk., 1985).

Ada dua cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigi tiruan, yaitu

cara mekanik dilakukan dengan sikat gigi atau alat ultrasonic cleaner, cara kimia

dilakukan dengan merendam gigi tiruan ke dalam larutan bahan pembersih

(Sesma dkk., 2005). Menurut penelitian Silva dkk. (2009), perlakuan penyikatan

yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan efisien untuk membunuh

bakteri dan jamur.

Kebersihan gigi tiruan resin akrilik dan kebersihan rongga mulut dapat

dijaga dari kontaminasi jamur Candida albicans dengan cara merendam gigi

tiruan dalam bahan pembersih gigi tiruan pada malam hari. Bahan-bahan

pembersih gigi tiruan yang beredar di pasaran pada saat ini memiliki kekurangan

harga relatif mahal, sehingga diperlukan adanya bahan alternatif sebagai

pengganti bahan pembersih gigi tiruan yang relatif lebih murah (Erna dkk.,

2010).

Selama ini banyak digunakan larutan pembersih yang kebanyakan

berbahan dasar dari bahan kimia dengan harga yang mahal. Salah satu bahan

alternatif yang bisa digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur ini

adalah berasal dari bahan-bahan dari tanaman obat yang dijadikan bahan

desinfeksi tradisional, salah satunya adalah daun sambiloto.

Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dikenal sebagai “King of

Bitters”. Sambiloto merupakan tanaman asli India dan Cina. Sambiloto termasuk

dalam jenis tumbuhan family Acanthaceae yang telah digunakan selama beberapa

Page 23: kadek ayu wirayuni

abad di Asia dalam sistem pengobatan. Buku resmi tanaman obat Indonesia,

menyatakan bahwa herba sambiloto digunakan sebagai diuretika dan antipiretika.

Saat ini sambiloto telah ditetapkan sebagai tanaman obat yang dikembangkan

sebagai obat fitofarmaka. Sambiloto mampu tumbuh secara alami mulai dataran

pantai sampai dataran tinggi dengan kondisi jenis tanah dan iklim beragam

(Yusron, 2005)

Sambiloto mengandung beberapa senyawa aktif, yaitu andrographolide,

flavonoid, saponin, tannin, dan alkaloid yang telah diteliti dan terbukti memiliki

berbagai efek farmakologis, di antaranya sebagai antijamur. Penelitian

membuktikan infusa herba sambiloto memiliki efek antijamur terhadap Candida

albicans, Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton

rubrum, dan Epidermophyton floccosum (Anonim, 2008). Sementara ekstrak air

sambiloto berefek antijamur terhadap Candida dan Cryptococcus neoformans

(Sunity, 2010). Senyawa antijamur yang berasal dari tanaman sebagian besar

diketahui merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama golongan fenolik dan

terpen dalam minyak atsiri (Nychas, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh

Pratiwi (2008), senyawa fitokimia dapat berkhasiat sebagai antijamur seperti

alkaloid, saponin, tannin, fenolik, flavonoid dan triterpenoid.

Efek anti jamur pada ekstrak metanol daun sambiloto disebabkan karena

adanya senyawa kimia pada daun sambiloto. Senyawa kimia tersebut antara lain

golongan senyawa tannin, fenolat, flavonoid, triterpenoid,steroid dan alkaloid.

Pengaruh senyawa fenol terhadap Candida albicans adalah dengan cara

mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel menjadi

Page 24: kadek ayu wirayuni

lisis dan kemungkinan fenol untuk menembus ke dalam inti sel. Masuknya fenol

ke dalam inti sel dapat menyebabkan jamur Candida albicans tidak berkembang.

Menurut Aniszewki (2007), alkaloid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas

antimikroba, yaitu menghambat esterase dan juga DNA dan RNA polymerase,

juga menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA. Senyawa

flavonoid telah dilaporkan berfungsi sebagai anti jamur. Sebagai anti jamur

flavonoid dapat menghambat pertumbuhan jamur secara in vitro (Gholib, 2009).

Flavonoid dapat mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga

pertumbuhan jamur terhenti atau sampai jamur tersebut mati.

Ekstrak etanol daun sambiloto mempunyai efek antijamur terhadap

Candida albicans yang ditandai dengan terbentuknya daerah bening di sekitar

cakram yang telah ditetesi ekstrak etanol daun sambiloto. Konsentrasi 1 gr/ml

dengan diameter daerah bening rata-rata 14,33µm mempunyai efek antijamur

terbaik terhadap Candida albicans (Hannifa dkk., 2011).

Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya diupayakan bahan pembersih

alternatif gigi tiruan yang murah, efektif dan mudah didapatkan dengan dilakukan

penelitian terhadap ekstrak daun sambiloto dalam menghambat pertumbuhan

koloni Candida albicans pada resin akrilik heat cured secara in vitro.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15 menit

dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans ?

Page 25: kadek ayu wirayuni

2. Apakah waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 30 menit

dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu perendaman selama 15

menit ?

3. Apakah waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 60 menit

dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu perendaman selama 30

menit ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan konsentrasi 40 % ekstrak

daun sambiloto dan waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15

menit, 30 menit dan 60 menit dalam ekstrak daun sambiloto yang dapat

menurunkan jumlah koloni Candida albicans .

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk membuktikan waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama

15 menit dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan

jumlah koloni Candida albicans.

2. Untuk membuktikan waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama

30 menit dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan

Page 26: kadek ayu wirayuni

jumlah koloni Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu

perendaman selama 15 menit.

3. Untuk membuktikan waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama

60 menit dalam ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan

jumlah koloni Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu

perendaman selama 30 menit.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademik

Dari sisi akademik penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Memberikan informasi ilmiah tentang efektivitas larutan ekstrak metanol

daun sambiloto 40 % dan waktu perendaman plat resin akrilik selama 15

menit, 30 menit dan 60 menit dalam larutan ekstrak daun sambiloto yang

dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans.

2. Penemuan konsentrasi larutan ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dan

waktu perendaman plat resin akrilik selam 15 menit, 30 menit dan 60 menit

digunakan sebagai dasar dalam penentuan pemakaian larutan tersebut

sebagai salah satu alternatif bahan pembersih gigi tiruan.

3. Sumber data dan informasi mengenai ekstrak metanol daun sambiloto

sebagai bahan pembersih gigi tiruan lepasan akrilik.

Page 27: kadek ayu wirayuni

1.4.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah:

1. Didapatkan konsentrasi ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dalam

menurunkan jumlah koloni Candida albicans pada plat resin akrilik heat

cured, sehingga ekstrak daun sambiloto dapat digunakan sebagai bahan

perendam/pembersih alternatif untuk mencegah infeksi Candida albicans

pada pemakai gigi tiruan lepasan akrilik.

2. Bermanfaat bagi dokter gigi dan operator dalam memberikan instruksi dan

nasehat kepada pasien untuk menjaga kebersihan gigi tiruan lepasan yang

dipakainya.

Page 28: kadek ayu wirayuni

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik atau Polimetil Metacrilate (PMMA)

Resin akrilik murni tidak berwarna, transparant dan padat, merupakan

turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya, memiliki

persyaratan bahan basis gigi tiruan dimana memiliki warna yang sama dengan

jaringan disekitar, mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga dalam

kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah, mempunyai spesifik gravity yang

rendah supaya gigi tiruan menjadi ringan, mempunyai thermal conduvity yang

tinggi, sehingga pemakainya mampu mempertahankan kesehatan mukosa rongga

mulut dan merasakan rangsangan panas dan dingin yang normal (Mc. Cabe,

2008).

2.1.1 Klasifikasi resin

Berdasarkan proses polimerisaasinya, ada 4 jenis resin akrilik yaitu

(Nuryanti, 2001):

a. Resin akrilik heat cured.

Terdiri dari campuran monomer dan polimer yang mencapai polimerisasi

setelah dipanaskan dalam water bath pada temperatur tertentu.

b. Resin akrilik cold cured

Mencapai polimerisasi dengan bantuan inisiator berupa benzoil peroksid dan

activator dimetil p-toluidin tanpa dilakukan pemanasan. Cold cured

Page 29: kadek ayu wirayuni

mempunyai porusitas 2-5 % lebih besar dari pada heat cured sehingga

kekuatan transversalnya hanya 80% dari resin akrilik heat cured.

c. Resin akrilik microwave cured

Konsep utama dari polimerisdasi resin akrilik heat cured gelombang mikro

adalah bahwa pemanasan microwave merupakan perubahan energi dan bukan

konduksi panas seperti pada teknik polimerisasi konvensional. Keuntungan

teknik ini dapat memproses resin akrilik dalam waktu yang lebih singkat dan

keakuratan dimensi lebih baik. Pada proses resin akrilik microwave cured

yang mengandung metil metakrilat jumlah porusitasnya lebih banyak

daripada polimerisasi resin akrilik konvensional dan berbeda bermakna.

d. Resin akrilik visible light cured

Berpolimerisasi dengan bantuan sinar tampak. Komposisi resin akrilik ini

hampir sama dengan komposisi resin visible light cured, tetapi bahan pengisi

organiknya lebih banyak. Bahan pengisi anorganiknya yang terdiri atas

matrik uretan dimetakrilat ditambah sedikit mikrofin silica untuk mengontrol

reologi. Bahan pengisi terdiri dari serbuk resin dengan berbagai bentuk dan

ukuran.

Perbedaan tingkat kesempurnaan polimerisasi dapat mengakibatkan

perbedaan porusitas dan kekuatan bahan. Adapun faktor yang mempengaruhi

porusitas resin akrilik adalah (Nuryanti, 2001):

a. ketebalan plat dasar gigi tiruan.

b. kurang homogennya campuran monomer dan polimer.

c. pemanasan yang terlalu cepat.

Page 30: kadek ayu wirayuni

d. saat packing dan processing campuran terlalu plastis.

e. tekanan saat processing tidak cukup.

Porusitas dalam jumlah besar dapat melemahkan gigi tiruan dimana

mudah patah dan makanan mudah menempel sehingga gigi tiruan cepat berbau.

Perlekatan mikroorganisme pada gigi tiruan dipengaruhi oleh kekasaran

permukaan dan porusitas bahan gigi tiruan sehingga mikroorganisme dapat

berpenetrasi ke dalamnya. Pemakaian gigi tiruan lepas yang kurang baik akan

menyebabkan iritasi setempat yang terus menerus pada selaput lendir. Penurunan

volume saliva dapat mengakibatkan perubahan pada mukosa mulut dan

merupakan predisposisi invasi jamur Candida. Denture stomatitis dapat terjadi

akibat jumlah Candida albicans yang meningkat. Candida albicans yang berperan

pada infeksi ini biasanya terdapat pada permukaan palatal pemakai gigi tiruan,

sehingga gigi tiruan rahang atas merupakan sumber infeksi (Nuryanti, 2001).

2.1.2 Komposisi resin akrilik

Menurut Anusavice, (1996) komposisi resin akrilik:

a. Heat cured acrylic

Bubuk (powder) mengandung :

1. Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama.

2. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%.

3. Reduces Translucency : Titanium dioxide.

4. Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan jaringan

mulut : 1%.

5. Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil.

Page 31: kadek ayu wirayuni

Cairan (liquid) mengandung :

1. Monomer: methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah

menguap.

2. Stabilisator: 0,006% inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang

polimerisasi selama penyimpanan.

3. Cross linking agent: 2% ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat

membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai menjadi

panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.

Menurut Craig dan Power, (2002) , saat ini bahan untuk basis gigi tiruan

yang paling sering digunakan adalah tipe heat cured poly methyl methacrylate.

b. Self cured acrylic

Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan aktivator

seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnya.

2.1.3 Syarat Resin sebagai basis gigi tiruan

Bahan untuk basis gigi tiruan lepasan idealnya harus memenuhi kriteria

sebagai berikut (Noort, 1994):

1. Tidak beracun, tidak mengiritasi dan tidak dipengaruhi lingkungan mulut

sehingga tidak larut atau mengabsorbsi cairan mulut.

2. Mempunyai kekuatan mekanis yang cukup, antara lain :

a. Modulus elastisitas tinggi sehingga dalam ukuran yang sangat tipis

mempunyai kekuatan yang cukup.

b. Proporsional limit tinggi, sehingga gigi tiruan tidak mudah berubah bentuk

apabila mendapat beban tekanan.

Page 32: kadek ayu wirayuni

c. Kekuatan transversa atau daya lentur besar.

d. Mempunyai impact strength yang besar, sehingga tidak mudah

patah apabila terjatuh.

e. Mempunyai fatique strength yang besar dan kekasaran permukaan

yang cukup agar pada pemakaian tahan terhadap abrasi.

3. Mempunyai pemuaian termal yang sesuai dengan bahan gigi, titik cairnya

harus lebih tinggi dari bahan makanan dan cairan yang masuk ke dalam

mulut.

4. Tidak berubah bentuk pada saat pembuatan dan pemakaian.

5. Mudah pembuatannya dengan biaya yang ekonomis.

6. Mudah diperbaiki.

7. Mudah dibersihkan.

2.1.4 Manipulasi resin akrilik

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap

sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang berkaitan guna

mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Sebelum diaplikasikan

pada pasien, resin akrilik harus diolah dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga

memenuhi kriteria pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan dalam memanipulasi resin akrilik, antara lain

(Khindria, 2009):

a. Perbandingan monomer dan polimer

Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1

satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer sanggup

Page 33: kadek ayu wirayuni

dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi

akan bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena

dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan resin akrilik.

b. Pencampuran

Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan dalam

tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai mencapai fase

dough. Pada saat pencampuran ada empat tahapan yang terjadi, yaitu:

a. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai

pasir basah.

b. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut

dalam cairan dan berserat ketika ditarik.

c. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak

melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk

memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam

waktu 10 menit.

d. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk

dengan kompresi konvensional.

e. Pengisian

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin

kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada

tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould, dengan

pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya

setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press

Page 34: kadek ayu wirayuni

dengan pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar

1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200 psi selama 5 menit juga.

Selama proses press ini biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan

bahan. Flash ini harus dibersihkan dan dipisahkan dengan bagian resin

yang mengisi mould. Setelah dilakukan tahap ini, tahap berikutnya adalah

dilakukannya curing.

f. Curring.

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap jenis

resin akrilik memiliki spesialisasi tersendiri.

1. Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh

adanya panas.

2. Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu

ruang karena adanya aktivator amin tersier.

3. Light cured acrylic resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya

cahaya tampak

2.1.5 Mekanisme pembersihan gigi tiruan

Ada dua cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigi tiruan, yaitu

cara mekanik dilakukan dengan sikat gigi atau alat ultrasonic cleaner, cara kimia

dilakukan dengan merendam gigi tiruan ke dalam larutan bahan pembersih.

Pembersihan dengan cara mekanik menggunakan sikat gigi dengan atau tanpa

bahan abrasif bersifat efektif dalam menghilangkan plak, tetapi jika dilakukan

berulang-ulang dapat menyebabkan keausan pada plat resin akrilik yang nantinya

dapat menyebabkan gigi tiruan menjadi tidak retentif (Sesma dkk., 2005).

Page 35: kadek ayu wirayuni

Pembersihan secara kimia dilakukan dengan cara merendam gigi tiruan

dengan larutan pembersih. Penelitian Silva dkk., (2009), melaporkan bahwa

perlakuan penyikatan yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan efisien

untuk membunuh bakteri dan jamur. Perendaman gigi tiruan dalam larutan

pembersih dapat dilakukan selama 30 menit, 1 jam, 2 jam dan sepanjang malam,

tergantung dari bahan pembersih yang digunakan (Sesma dkk., 2005).

Gambar 2.1 Perendaman gigi tiruan dengan larutan pembersih (Anna, 2009)

2.2 Candida albicans

Candida albicans adalah spesies jamur pathogen dari golongan

deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik

yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa

karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis

dengan diameter 3-5 um dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies Candida

albicans memiliki dua morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa.

Selain itu, fenotife atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari

berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang,

Page 36: kadek ayu wirayuni

lingkaran, bentuk seperti topi dan tidak tembus cahaya. Jamur ini memiliki

kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi. Candida

albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam

dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi

blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu

(Tjampakasari, 2006).

Pada sediaan hapusan eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong,

kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, berukuran 2-3x4 6μm,

yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa). Candida membentuk pseudohifa

ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai

sel sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi diantara

sel. Candida albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga

bisa menghasilkan hifa sejati (Brooks, 2007).

2.2.1 Klasifikasi Candida albicans (Web, 2010)

1) Kingdom : Fungi

2) Filum : Ascomycota

3) Upafilum : Saccharomycotina

4) Class : Saccharomycetes

5) Ordo : Saccharomycetales

6) Famili : Saccharomycetaceae

7) Genus : Candida

8) Species : Candida albican

Page 37: kadek ayu wirayuni

Gambar 2.2 Candida albicans dalam mikroskop (Anonim, 2004)

2.2.2 Morfologi Candida albicans

Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga

sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses

penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel

tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari

lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang

kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan,

manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2 – 30 % dari berat

kering dinding sel, -1-D-glukan dan 1,6-D-glukan sekitar 47-60%, khitin sekitar

0,6-9, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium

memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel

Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda (Tjampakasari, 2010).

Candida albicans merupakan salah satu dari 70 spesies yang berbeda dari

jamur Candida. Istilah kandidiasis diterapkan untuk proliferasi Candida albicans

dalam usus, mulut, kerongkongan, atau vagina. Kandidiasis sistemik melibatkan

proliferasi dari Candida albicans pada seluruh tubuh. Candida albicans bisa

mendiami seluruh tubuh manusia, tetapi biasanya hanya dalam jumlah kecil.

(Golding, 2010).

Page 38: kadek ayu wirayuni

2.2.3 Kandidiasis rongga mulut

Gambar 2.3 Candida albicans dalam rongga mulut (David dan Michael, 2011).

Ada beberapa jenis kandidiasis orofaringeal yang termasuk

pseudomembran akut, atropic akut, kronis hiperplastik, atrofi kronis, median

rhomboid glossitis dan cheilitis angular (Lewis, 1995).

1. Kandidiasis pseudomembran (thrush) ditandai dengan pseudomembranes

putih yang luas yang terdiri dari sel-sel epitel desquamated, fibrin, dan hifa

jamur. bercak putih ini terjadi pada permukaan labial dan bukal mukosa,

palatum keras dan lunak, lidah, jaringan periodontal dan orofaring.

2. Kandidiasis hiperplastik kronis khas terjadi pada mukosa bukal atau batas

lateral lidah sebagai berbintik-bintik atau lesi putih homogen. Lesi

biasanya terjadi pada mukosa bukal atau perbatasan lateral lidah.

3. Kandidiasis atrofi kronis juga dikenal sebagai "denture stomatitis”

ditandai dengan eritema kronis lokal pada jaringan yang ditutupi oleh gigi

tiruan. Lesi biasanya terjadi pada langit-langit mulut dan rahang atas,

tetapi juga dapat mempengaruhi jaringan mandibula.

Page 39: kadek ayu wirayuni

4. Median rhomboid glossitis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah

ke papila sirkumvalata. Hal ini merupakan atrofi papila filiform. Biopsi

dari daerah ini biasanya menghasilkan Candida di lebih dari 85% kasus.

5. Angular cheilitis adalah eritematosa pecah-pecah pada satu atau kedua

sudut mulut dan biasanya dikaitkan dengan infeksi Candida intraoral.

2.2.4 Hubungan gigi tiruan resin akrilik dengan Candida albicans

Resin akrilik terutama polimetil metakrilat atau PMMA memiliki sifat

yang menguntungkan yaitu estetis, warna dan tekstur mirip dengan gingival

sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan

dimensi kecil. Lebih dari 95% plat gigi tiruan dibuat dari bahan resin akrilik.

Resin akrilik heat cured memenuhi persyaratan sebagai bahan plat gigi tiruan

karena tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi jaringan, sifat fisik dan estetik baik,

harga relatif murah, dapat dipreparasi, mudah cara manipulasi dan pembuatannya

(Wahyuningtyas, 2008).

Gigi tiruan yang digunakan sehari hari tanpa dilkukan pembersihan akan

terjadi akumulasi plak yang disebabkan karena kasarnya permukaan resin akrilik.

Tekstur permukaan suatu restorasi berpengaruh terhadap perlekatan plak (Inayati,

2001). Semakin kasar permukaan resin akrilik maka perlekatan plak semakin

meningkat. Plak merupakan deposit lunak yang melekat pada permukaan gigi

tiruan yang mengandung banyak mikroorganisme . Akumulasi plak dapat terjadi

karena mukosa dibawah gigi tiruan sebagian besar tertutup plat dasar gigi tiruan,

sehingga pembersihan oleh saliva dan lidah pada permukaan mukosa akan

terhalang (Basker dkk., 1996).

Page 40: kadek ayu wirayuni

Candida Albicans merupakan flora normal yang terdapat pada membran

mukosa mulut, saluran pencernaan dan vagina. Candida albicans dapat

menyebabkan terjadinya infeksi (Brannon, 2002).

Kandidiasis superficial ditemukan adanya mycelial dan hyphae pada

epitel. Sedangkan denture stomatitis pada pemakai gigi tiruan disebabkan oleh

karena adanya proliferasi Candida albicans dalam plak yang terdapat pada basis

gigi tiruan lepasan, dijumpai jumlah hyphae yang sangat banyak, tetapi invasi

intra epitel tidak terlihat. Adanya blastospore dan germ tube form dari Candida

albicans ini yang memungkinkan sel melekat pada mukosa dan mengadakan

pelepasan dinding sel yang kemudian berpenetrasi pada epitel untuk memulai

keradangan (Dowd dkk., 2008).

Kepadatan koloni Candida albicans pada pemakai gigi tiruan tergantung

dari lama dan kebiasaan pemakaian. Bila gigi tiruan dipakai terus menerus

termasuk tidak dilepas pada malam hari maka mukosa akan tertutup sehingga

menghalangi pembersihan oleh lidah dan saliva sehingga jumlah Candida

albicans akan meningkat dan cenderung mengakibatkan terjadinya denture

stomatitis (Sudiono dkk., 2006).

Gambar 2.4 gigi tiruan yang terpapar Candida albicans (Heasman, 2000)

Page 41: kadek ayu wirayuni

2.3 Sambiloto (Andrographis paniculata Ness).

2.3.1 Gambaran umum sambiloto

Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dikenal sebagai “King of

Bitters”. Sambiloto merupakan tanaman asli India dan Cina. Sambiloto termasuk

dalam jenis tumbuhan family Acanthaceae yang telah digunakan selama beberapa

abad di Asia dalam system pengobatan. Buku resmi tanaman obat Indonesia

menyatakan bahwa herba sambiloto digunakan sebagai diuretika dan antipiretika.

Saat ini sambiloto telah ditetapkan sebagai tanaman obat yang dikembangkan

sebagai obat fitofarmaka. Secara alami, sambiloto mampu tumbuh mulai dataran

pantai sampai dataran tinggi dengan kondisi jenis tanah dan iklim beragam

(Yusron, 2005).

Pada Traditional Chinese Medicine (TCM), sambiloto diketahui penting

sebagai tanaman ”cold property” dan digunakan sebagai penurun panas serta

membersihkan racun di dalam tubuh (Lukas, 1998). Tanaman ini kemudian

menyebar ke daerah tropis Asia hingga ke Indonesia. Sambiloto dapat tumbuh di

semua jenis tanah dan tanaman ini terdistribusi luas di belahan bumi. Habitat

aslinya adalah tempat-tempat terbuka yang teduh dan agak lembab, seperti kebun,

tepi sungai, pekarangan, semak atau rumpun bamboo (Prapanza dan Marianto,

2003).

Sambiloto dikenal dengan berbagai nama, masyarakat Jawa Tengah dan

Jawa Timur menyebutnya dengan bidara, sambiroto, sandiloto, sadilata, takilo,

paitan, dan sambiloto, Jawa Barat disebut dengan kioray, takila, atau ki peurat.

Bali lebih dikenal dengan samiroto. Masyarakat Sumatera dan sebagian besar

Page 42: kadek ayu wirayuni

masyarakat Melayu menyebutnya dengan pepaitan atau ampadu. (Prapanza dan

Marianto, 2003).

Sambiloto memiliki bagian seperti daun, batang, bunga, dan akar, terasa

sangat pahit jika dimakan atau direbus untuk diminum. Rasa pahit ini berasal dari

andrographolide yang dikandungnya. Sambiloto bisa dimanfaatkan sebagai obat,

termasuk bunga dan buahnya. Namun bagian yang paling sering digunakan

sebagai bahan ramuan obat tradisional adalah daun dan batangnya (Prapanza dan

Marianto, 2003).

2.3.2 Taksonomi

Sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Prapanza dan Marianto, 2003) :

Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Subkelas : Gamopetalae

Ordo : Personales

Famili : Acanthaceae

Subfamili : Acanthoidae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata Nees

Page 43: kadek ayu wirayuni

Gambar 2.5 Sambiloto (Anonim, 2008)

Sambiloto (Gambar 2.5) merupakan tanaman asli India dan Cina.

Sambiloto termasuk dalam jenis tumbuhan family Acanthaceae yang telah

digunakan selama beberapa abad di Asia dalam sistem pengobatan.

2.3.3 Kandungan kimia dan bahan aktif daun sambiloto

Andrographis paniculata mengandung diterpene, laktone, dan flavanoid.

Flavanoid terutama ditemukan diakar tanaman, tetapi juga ditemukan pada bagian

daun. Bagian batang dan daun mengandung alkana, ketone dan aldehid. Senyawa

yang menimbulkan rasa pahit adalah senyawa lakton Andrographolide, lebih

lanjut diketahui bahwa daun sambiloto mengandung dua senyawa yang

menimbulkan rasa pahit yakni andrographolide dan senyawa yang disebut dengan

kalmeghin. Empat senyawa lakton yang ditemukan dalam daun sambiloto (Akbar,

2011) adalah :

1. Deoxyandrographolide

2. Andrographolide

3. Neoandrographolide dan

4. 14-deoxy-11, 12-didehydrandrographolide

Page 44: kadek ayu wirayuni

Andrographolide, yang merupakan senyawa yang masuk dalam grup

trihidroksilakton memiliki rumus molekul C20H30O5. Struktur molekul

andrographolide disajikan pada gambar 2.6

Gambar 2.6 Struktur Molekul Andrographolide (Kumoro, 2007).

Andrographolide merupakan komponen utama daun sambiloto yang

dapat dengan mudah larut dalam methanol, ethanol, pyridine, asam asetat, dan

aceton, tetapi sedikit larut dalam ether dan air. Sifat fisika dari andrographolide

adalah sebagai berikut: titik leleh 228—230oC, spektrum ultraviolet dalam etanol

maskimal 223nm (Kumoro, 2007). Ada juga yang mengatakan biasanya sambiloto

distandarisasi dengan kandungan andrographolide sebesar 4-6% (Siripong dkk.,

2003).

2.3.4 Mekanisme anti jamur

Antijamur merupakan zat berkhasiat yang digunakan untuk penanganan

penyakit jamur. Umumnya suatu senyawa dikatakan sebagai zat antijamur apabila

senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan jamur. Zat antijamur bekerja

Page 45: kadek ayu wirayuni

menurut salah satu dari berbagai cara, antara lain menyebabkan kerusakan dinding

sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat,

penghambatan kerja enzim, atau penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.

Kerusakan pada salah satu situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-

perubahan yang menuju pada matinya sel tersebut (Retno, 2009).

a. Kerusakan pada dinding sel

Dinding sel merupakan penutup lindung bagi sel lin juga berpartisipasi di

dalam proses-proses fisiologi tertentu. Strukturnya dapat dirusak dengan cara

menghambat pembentukannya atau mengubah setelah selesai terbentuk.

b. Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta

secara selektif mengatur aliran keluar-masuknya zat antara sel dengan

lingkungan luarnya. Membran memelihara integritas komponen-komponen

seluler. Membran ini juga merupakan situs beberapa reaksi enzim. Kerusakan

pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

matinya sel.

c. Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul molekul protein

dan asam nukleat pada membran alamiahnya. Suatu kondisi atau substansi

yang mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam

nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan

konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi

Page 46: kadek ayu wirayuni

(denaturasi) ireversibel (tak dapat balik) komponen-komponen seluler yang

vital ini.

d. Penghambatan kerja enzim

Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel

merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat.Banyaknya

zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan

ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.

e. Panghambatan sintesis asam nukleat dan protein

DNA, RNA, dan protein memegang peranan sangat penting di dalam proses

kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi

pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan

kerusakan total pada sel.

2.3.5 Farmakokinetik dan farmakodinamik andrographolide

Farmakokinetik

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah efek tubuh terhadap obat.

Farmakokinetik mencakup 4 proses yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan

ekskresi. Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk

aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).

Berdasarkan penelitian , andrographolide memiliki bioavailabilitas tinggi

pada manusia. Setelah pemberian per oral, 20 mg andrographolide segera

diabsorbsi, mencapai nilai puncak plasma dalam waktu 1,5 sampai 2 jam dengan

waktu paruh 6,6 jam (Panossian dkk., 2000).

Page 47: kadek ayu wirayuni

Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek

biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari

farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat

dengan sel dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang

terjadi (Gunawan, 2009)

Distribusi yang luas di jaringan dan organ tubuh serta adanya khasiat yang

mengatur dan meningkatkan sistem imun menyebabkan sambiloto menjadi suatu

alternatif untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Pemberian sambiloto

menunjukkan efek protektif terhadap aktivitas enzim superoxide dismutase,

catalase, glutathione peroxidase dan glutathione yang menurun dengan

pemberian hexachloro cyclohexane. Hasilnya menunjukan adanya khasiat

antioksidan dan hepatoprotektif dari sambiloto (Trivedi dan Rawal, 2001).

2.3.6 Efek farmakologis sambiloto

Efek anti jamur pada ekstrak metanol daun sambiloto disebabkan karena

adanya senyawa kimia pada daun sambiloto. Senyawa kimia tersebut antara lain

golongan senyawa tannin, fenolat, flavonoid, triterpenoid, steroid dan alkaloid.

Pengaruh senyawa fenol terhadap Candida albicans adalah dengan cara

mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel menjadi

lisis dan kemungkinan fenol untuk menembus ke dalam inti sel. Dengan

masuknya fenol ke dalam inti sel dapat menyebabkan jamur Candida albicans

tidak berkembang. Menurut Aniszewki (2007), alkaloid merupakan senyawa yang

Page 48: kadek ayu wirayuni

memiliki aktivitas antimikroba, yaitu menghambat esterase dan juga DNA dan

RNA polymerase, juga menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi

DNA. Senyawa flavonoid telah dilaporkan berfungsi sebagai anti jamur. Sebagai

anti jamur, flavonoid dapat menghambat pertumbuhan jamur secara in vitro

(Gholib, 2009). Flavonoid dapat mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel

sehingga pertumbuhan jamur terhenti atau sampai jamur tersebut mati.

Sambiloto memiliki sifat analgesik, antipiretik, antiviral, vermisidal,

menghambat replikasi virus HIV, meningkatkan jumlah limfosit T (Zein, 2005),

dan sebagai penawar racun (Prakoso, 2003).

Page 49: kadek ayu wirayuni

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kehilangan gigi yang dialami seseorang menyebabkan orang tersebut

menggunakan gigi tiruan, untuk mendukung fungsi fonetik, estetik, mastikasi dan

penelanan serta mencegah kerusakan lebih lanjut dari struktur organ dalam

rongga mulut. Pemakaian gigi tiruan yang terus-menerus dan tidak bersih dapat

menyebabkan peningkatan jumlah pertumbuhan Candida albicans, adanya

penumpukan sisa makanan yang merupakan predisposisi terjadinya plak yang

melekat pada gigi geligi di sekitar gigi tiruan, gigi geligi antagonis dan basis gigi

tiruan yang menutupi mukosa. Peningkatan jumlah pertumbuhan Candida

albicans pada pemakai gigi tiruan penuh lebih banyak bila dibandingkan dengan

pemakai gigi tiruan sebagian lepasan, karena seluruh mukosa pada rahang atas

tertutup oleh basis gigi tiruan penuh.

Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah

banyak diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, plat

ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan

hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Selain itu

resin digunakan untuk reline dan perbaikan protesa, gigi palsu parsial. Resin juga

telah digunakan untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi,

pelindung mulut dan bruxism mahkota gigi.

Page 50: kadek ayu wirayuni

Material ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain estetik baik,

kekuatan tinggi, daya serap air rendah, daya larut rendah, mudah dilakukan

reparasi, proses manipulasi mudah karena tidak memerlukan peralatan rumit. Sifat

resin akrilik tersebut memenuhi syarat material di bidang kedokteran gigi

terutama yang digunakan di rongga mulut harus bersifat kompatibel. Hal ini

berarti dapat diterima oleh rongga mulut, tidak toksik, tidak iritan, tidak bersifat

karsinogenik, dan tidak menimbulkan alergi. Oleh karena itu resin akrilik masih

menjadi pilihan utama dokter gigi sebagai pembuatan basis gigi tiruan, meskipun

saat ini telah banyak digunakan material logam campur sebagai basis gigi tiruan.

Gigi tiruan resin akrilik dapat merupakan tempat pengumpulan stain, tar, dan plak

dan hal ini akan berpengaruh jelek terhadap kesehatan mulut pemakai gigi tiruan

tersebut. Koloni Candida dijumpai pada penderita pemakai gigi tiruan dan koloni

tersebut akan meningkat pada penderita dengan denture stomatitis oleh karena

gigi tiruan. Keadaan tersebut juga dijumpai pada penderita yang tidak melepas

gigi tiruannya pada malam hari. Pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu

faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya Candida albicans dalam mulut.

Penutupan mukosa oleh basis gigi tiruan dapat mengurangi efek pembersihan oleh

saliva. Akibatnya sisa makanan dan mikroorganisme semakin menumpuk

Denture stomatitis adalah keradangan pada mukosa rongga mulut yang

diakibatkan oleh pemakaian gigi tiruan lepasan, mempunyai tanda khas berupa

erythema, edema dan berwarna lebih merah dibandingkan dengan jaringan

sekitarnya yang tidak tertutup oleh gigi tiruan. Infeksi jamur umum terjadi di

Page 51: kadek ayu wirayuni

Ekstrak metanol daun sambiloto (andrographis paniculata)

Faktor Internal:

- Waktu pengeraman Candida albicans

- Media pengeraman Candida albicans

- Jenis plat resin akrilik - Kekasaran permukaan plat

resin akrilik

Plat resin heat cured yang dikontaminasi Candida albicans - Koloni Candida albicans

- Waktu perendaman plat

resin akrilik

Faktor Eksternal:

- Suhu

- Cara penghitungan koloni

Candida albicans

- Sterilisasi alat dan bahan

rongga mulut yang menyebabkan rasa tidak nyaman disebabkan oleh

pertumbuhan mikroorganisme jamur Candida.

3.2 Konsep Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

Keterangan:

= Variabel Bebas

= Variabel Terkendali

= Variabel Tergantung

Page 52: kadek ayu wirayuni

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang ada dan sehubungan dengan

permasalahan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

4. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15 menit dalam

ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans.

5. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 30 menit dalam

ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu 15 menit.

6. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 60 menit dalam

ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu 30 menit.

Page 53: kadek ayu wirayuni

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan yang bersifat eksperimental

laboratorium, memakai kelompok kontrol dengan menggunakan Randomized Post

test only control group design (Marczyk dkk., 2010). Adapun bagan rancangan

penelitian sebagai berikut:

R RA

Gambar 4.1 Skema rancangan penelitian

Keterangan :

P P1

O1

O2

O3

K- O 2

S AAa

P3

P2

O4

Page 54: kadek ayu wirayuni

S = Sampel

RA = Random alokasi, proses pembagian sampel menjadi 3 kelompok

K - = Kontrol negatif (akuades steril)

P1 = Perlakuan 1, konsentrasi ekstrak metanol daun sambiloto 40 %, dengan

perendaman selama 15 menit.

P2 = Perlakuan 2, konsentrasi ekstrak metanol daun sambiloto 40 %, dengan

perendaman selama 30 menit.

P3 = Perlakuan 3, konsentrasi ekstrak metanol daun sambiloto 40 %, dengan

perendaman selama 60 menit.

O1 = Jumlah koloni Candida albicans pada kelompok kontrol negatif setelah

perlakuan

O2 = Jumlah koloni Candida albicans pada kelompok P1 setelah perlakuan

O3 = Jumlah koloni Candida albicans pada kelompok P2 setelah perlakuan

O4 = Jumlah koloni Candida albicans pada kelompok P3 setelah perlakuan

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi penelitian :

1. Pembuatan ekstrak metanol daun sambiloto dilakukan di laboratorium

Biofestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

4.2.2 Waktu penelitian :

Page 55: kadek ayu wirayuni

2 bulan (Oktober s/d Desember 2014)

4.3 Sampel Penelitian :

Sampel penelitian menggunakan plat akrilik. Untuk mendapatkan data yang

valid dilakukan pengulangan menggunakan rumus Federer (2008) :

(n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (4-1) ≥ 15

(n- 1) 3 ≥ 15

3n – 3 ≥ 15

3n ≥ 18

n ≥ 18/3

n ≥ 6

n = banyak pengulangan

t = perlakuan, P1 (40 % ekstrak daun sambiloto, 15 menit), P2 (40 %

ekstrak daun sambiloto, 30 menit), dan P3 (40 % ekstrak daun

sambiloto, 60 menit).

Jadi Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini untuk masing –

masing perlakuan adalah 4.

Pembagian kelompok sampel :

Sampel dibagi dalam 3 kelompok waktu perendaman dan 1 kelompok

kontrol, yaitu :

1. Kelompok I : Kontrol negatif (akuades steril ), dengan waktu

Page 56: kadek ayu wirayuni

perendaman 15 menit.

2. Kelompok II : Konsentrasi larutan ekstrak 40 %, dengan waktu

perendaman 15 menit.

3. Kelompok III : Konsentrasi larutan ekstrak 40 %, dengan waktu

perendaman 30 menit.

4. Kelompok IV : Konsentrasi larutan ekstrak 40 %, dengan waktu

perendaman 60 menit.

4.4 Variabel Penelitian :

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

4.4.1 Variabel bebas :

a. Ekstrak metanol daun sambiloto 40%.

b. Waktu perendaman dalam larutan ekstrak metanol daun sambiloto

selama 15 menit, 30 menit, 60 menit.

4.4.2 Variabel tergantung:

- Jumlah koloni Candida albicans yang dihitung secara langsung pada

saboroud dextrose agar.

- Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured.

4.4.3 Variabel terkendali:

a. Suhu dan waktu pengeraman Candida albicans

b. Media pengeraman dan pembuatan Candida albicans

c. Cara penghitungan koloni Candida albicans

d. Plat resin akrilik heat cured

Page 57: kadek ayu wirayuni

e. Sterilisasi alat dan bahan.

4.4.4 Hubungan antar variabel

Pada penelitian ini, hubungan antara variabel ditampilkan pada gambar secara

bagan :

Gambar 4.2 Bagan hubungan antara variabel

4.5 Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini mendefinisikan variabel- variabel sebagai berikut :

a. Ekstrak metanol daun sambiloto merupakan sediaan pekat yang didapat

dengan mengekstrak daun sambiloto yang diambil pada daerah Bukit

Jimbaran Badung di provinsi Bali menggunakan pelarut metanol

Variabel Bebas

a. Ekstrak metanol daun sambiloto 40 %.

b. Waktu perendaman dalam ekstrak daun sambiloto selama 15 menit, 30 menit, dan 60 menit

Variabel Tergantung

Jumlah koloni C.albicans

Variabel Terkendali 1 Suhu dan waktu pengeraman Candida albicans 2 Media pengeraman dan pembuatan Candida albicans 3 Cara penghitungan koloni Candida albicans 4 Plat resin akrilik heat cured 5 Sterilisasi alat dan bahan.

Page 58: kadek ayu wirayuni

dengan alat rotary evaporator. Pada penelitian ini dibuat konsentrasi

larutan ekstrak metanol 40 %.

b. Waktu perendaman merupakan waktu kontak antara plak akrilik dengan

ekstrak metanol daun sambiloto. Pada penelitian ini menggunakan

waktu 15 menit, 30 menit dan 60 menit. Penghitungan menggunakan

alat jam dinding merek Casio.

c. Jumlah koloni Candida albicans adalah jumlah koloni yang tumbuh

pada media Sabouroud dextrose agar setelah kontaminasi dengan 0,1

ml suspensi dari 10 ml RPMI yang mengandung Candida albicans

hasil perontokan dari plat resin akrilik, dengan satuan pengukuran

Colony Forming Unit Permililiter (CFU/ml).

d. Media pengeraman yaitu media selektif untuk pertumbuhan Candida

albicans dalam hal ini berbentuk agar, yang dipakai adalah Sabouraud’s

dextrose agar dan RPMI.

e. Cara penghitungan jumlah koloni Candida albicans dengan menghitung

jumlah koloni Candida albicans dalam Colony Forming Unit (CFU/ml).

f. Plat resin akrilik heat cured merupakan jenis akrilik yang sering

digunakan dalam pembuatn gigi tiruan dimana memiliki permukaan

resin akrilik yang tidak dipoles, berasal dari stippled casting wax.

g. Sterilisasi alat dan bahan untuk membebaskan alat-alat atau bahan-

bahan dari segala macam kehidupan, terutama kehidupan

mikroorganisme.Alat sterilisasi yang digunakan yaitu autoclave.

Page 59: kadek ayu wirayuni

4.6 Bahan Penelitian

Pada Penelitian ini menggunakan bahan :

a. Heat cured resin akrilik,cross linked type (QC 20 Detrey,England)

b. Ekstrak daun sambiloto

c. Metanol

d. Could Mould Seal ( Detrey, England)

e. Gips tipe III (Moldano, Bayer Jerman)

f. RPMI 25 ml

g. Suspensi Candida albicans

h. Sabouraud′s dextrose agar

i. Larutan Phosphat Buffer Saline /PBS pH 7,0 (Merck,Germany)

j. Saliva steril 100 cc

k. Aquades

l. Alkohol 95 %

m. NaCl

n. Spiritus 500 ml

4.7 Instrumen Penelitian

Alat - alat yng digunakan pada penelitian ini :

a. Kuvet

b. Tempat untuk mncampur resin akrilik

c. Vibrator

d. Hidraulik press.

Page 60: kadek ayu wirayuni

e. Inkubator

f. Bunsen

g. Petri steril

h. Pinset steril

i. Inkubator

j. Autoclave

k. Tabung reaksi

l. Spreader

m. Kertas saring Whatman No. 4 dan no 1

n. Erlenmeyer

o. Yellow tip 1 box

p. Blue tip 1 box

q. Micropipet 100/200 μl

r. Micropipet 1000 μl

s. Label

t. Tally counter

u. Camera

4.8 Prosedur Penelitian :

4.8.1 Pengisian akrilik

a. Perbandingan bubuk dan cairan bahan resin akrilik sesuai dengan aturan

pabrik disiapkan dalam mangkok porselen yang diaduk pada suhu

Page 61: kadek ayu wirayuni

kamar (27 + 10 C), setelah adonan mencapai konsistensi dough stage

dimasukkan ke dalam mould yang telah diulasi dengan bahan separasi.

b. Selanjutnya kuvet ditutup kemudian dipres dengan hidraulik press,

selanjutnya kuvet dibuka kelebihan akrilik dipotong kemudian kuvet

ditutup dan dipress kembali sampai tekanan 22 kg / cm2 Hg

(Sudarmawan, 2009). Selanjutnya kuvet dipindahkan pada klem.

4.8.2 Proses Curing Akrilik

a. Akrilik dalam kuvet lalu dimasukkan ke dalam curing unit. Proses

kuring dilakukan dengan suhu 1000 C selama 30 menit (sesuai aturan

pabrik).

b. Setelah proses curing selesai, kuvet didiamkan sampai dingin, plat

akrilik dikeluarkan dari kuvet (Sudarmawan, 2009).

4.8.3 Cara pembuatan ekstrak metanol daun sambiloto

Sambiloto yang telah dipanen setelah berumur 2-3 bulan dicuci dengan air

mengalir kemudian dilakukan penyortiran, diambil daun yang utuh dan berwarna

hijau segar. Daun dipotong-potong sepanjang 3-5 cm, dan dilakukan pengeringan

dengan cara diangin – anginkan selama 1 minggu hingga menjadi simplisia (berat

1000 gram). Simplisia kemudian diremas sampai hancur. Bubuk simplisia

sambiloto diekstraksi dengan penyari metanol dengan perbandingan 200 : 4000

(b/v) menggunakan metode maserasi dengan tiga kali perendaman. Perendaman

pertama dengan 2 liter metanol, sedangkan perendaman kedua dan ketiga masing

masing dengan 1 liter metanol. Penyari diuapkan pada suhu 50℃ dengan rotary

evaporator sampai diperoleh ekstrak pasta (Sembiring, 2007). Kemudian dibuat

Page 62: kadek ayu wirayuni

ekstrak metanol daun sambiloto segar dengan konsentrasi sebesar 40% yang

digunakan untuk merendam plat resin akrilik selama 15 menit, 30 menit dan 60

menit.

4.8.4 Pembuatan suspensi Candida albicans

Candida albicans yang dipakai diambil dari stok Candida albicans

(ATCC 10231) dengan cara sebagai berikut :

Candida albicans diambil menggunakan ose kemudian ditanam ke dalam

Sabouraud’ dextrose agar, inkubasi selama 48 jam, dengan suhu 37℃. Kemudian

membuat suspensi Candida albicans dengan cara dilarutkan dalam Nacl fisiologis

0,85 %, 20 ml. Kekeruhan suspensi Candida albicans disesuaikan dengan

standar larutan 108 Mc Farland untuk memperoleh suspensi fungi yang

mengandung 108 CFU/ml. Suspensi ini yang dipakai untuk kontaminasi pada plat

resin akrilik (Sugianitri, 2011).

4.8.5 Pembuatan saliva steril

Larutan saliva buatan (buffer) Mc Dougall (campuran 58,80g NaHCO3,

48g Na2HPO4.7H2O, 3,42g KCl, 2,82g NaCl, 0,72g MgSO4.7H2O, 0,24g CaCl2

dalam 6 liter akuades) ( Tanuwiria dkk., 2006).

4.8.6 Perlakuan sampel

a. Plat resin akrilik (10x10x1) dicuci di bawah air mengalir selama 48

jam untuk mengurangi sisa monomer kemudian disterilisasi

menggunakan autoclave 1210C selama 18 menit (Sudarmawan,

2009).

Page 63: kadek ayu wirayuni

b. Plat akrilik direndam dalam saliva 1 jam, kemudian dibilas PBS dua

kali (Evans dkk., 1977).

c. Selanjutnya plat resin akrilik heat cured dimasukkan ke dalam tabung

reaksi yang berisi suspensi Candida albicans kemudian diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37 0C.

d. Plat resin akrilik setelah dikontaminasi dengan candida albicans

dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi ekstrak metanol daun

sambiloto dengan konsentrasi 40 % selama 15 menit, 30 menit dan 60

menit, untuk kontrol digunakan akuades steril.

e. Plat resin akrilik dibilas dua kali dengan PBS untuk menghilangkan sisa

ekstrak metanol daun sambiloto yang masih tertinggal dalam plat

akrilik.

f. Plat resin akrilik dimasukkan ke dalam media RPMI 10 ml,

g. kemudian divibrasi dengan vortex selama 30 detik untuk melepaskan

Candida albicans yang melekat pada plat akrilik ( Sudarmawan, 2009).

h. Mengambil 0,1 ml suspensi Candida albicans dalam media RPMI

dimasukkan ke dalam Sabouraud′s dextrose agar , dilakukan spreading

diinkubasi selama 48 jam pada suhu 370C ( Sudarmawan, 2009).

i. Menghitung jumlah koloni Candida albicans dalam pengukuran Colony

Forming Unit Permililiter (CFU/ml).

Page 64: kadek ayu wirayuni

4.9 Alur Penelitian

Cuci dengan air mengalir 48 jam

Kontaminasi Candida albicans 24 jam

Kelompok control perendaman aquades steril

Kelompok perlakuan perendaman ekstrak

sambiloto 40 %

15 menit 15 menit 30 menit 60 menit

Bilas menggunakan PBS 2 kali

Tanam dalam Sabouraud’s dextrose agar, 48 jam, 370C

Penghitungan jumlah koloni Candida albicans (CFU/ml)

Analisis data

Gambar 4.7 Alur Penelitian

Plat Resin Akrilik (permukaan tidak dipoles 10x10x1mm)

Rendam dalam saliva steril 1jam ,bilas dengan PBS 2 kali

A B C D E F A B C D E F A B C D E F A B C D E F

Page 65: kadek ayu wirayuni

4.10 Analisis Data

Data yang diperoleh, dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical

Package For The Social Science ) versi 1.0. Data dalam penelitian ini berupa

data jumlah koloni Candida albicans pada plat akrilik heat cured, baik pada

kelompok kontrol maupun perlakuan. Adapun langkah – langkah yang diambil

sebagai berikut:

4.10.1 Analisisis deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis data untuk memberikan gambaran

tentang karakteristik data yang didapatkan dari hasil penelitian.

4.10.2 Uji normalitas

Analisis normalitas data dilakukan dengan uji Shapiro wilk, Uji normalitas

menunjukan bahwa data dinyatakan berdistribusi normal dengan nilai

p>0,05.

Uji homogenitas

Analisis homogenitas data dilakukan dengan uji varians ( Levene S test of

varians ), Uji varians menunjukan bahwa data dinyatakan homogen

dengan nilai p>0,05.

Page 66: kadek ayu wirayuni

4.10.3 Uji efek perlakuan

Data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji parametrik

yaitu uji One Way Anova. Dilakukan untuk membandingkan rerata data

hasil pengukuran pada posttest yaitu antara O1,O2,O3,O4 .

4.10.4 Uji Least Significant Difference (LSD).

Mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol dan

mengetahui kelompok – kelompok lainya antar kelompok perlakuan.

Page 67: kadek ayu wirayuni

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian eksperimental dengan rancangan Randomize Post Test Only Control

Group Design, menggunakan 24 plat akrilik yang berisi Candida albicans sebagai

sampel, yang terbagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok

perlakuan 1 yang diberikan ekstrak methanol daun sambiloto 40% selama 15 menit,

kelompok perlakuan 2 yang diberikan ekstrak methanol daun sambiloto 40% selama 30

menit, dan kelompok perlakuan 3 yang diberikan ekstrak methanol daun sambiloto 40%

selama 60 menit. Dalam bab ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data,

uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.1 Uji Normalitas Data

Data koloni candida albicans diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada

Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Koloni Candida albicans

Kelompok Subjek n p Ket.

koloni Candida albicans kontrol

koloni Candida albicans perlakuan 1

koloni Candida albicans perlakuan 2

koloni Candida albicans perlakuan 3

6

6

6

6

0,737

0,110

0,167

0,212

Normal

Normal

Normal

Normal

5.2 Uji Homogenitas Data

Data koloni candida albicans diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji

Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2

Page 68: kadek ayu wirayuni

berikut.

Tabel 5.2 Homogenitas Data Koloni Candida albicans antar Kelompok Perlakuan

Variabel F p Keterangan

koloni Candida albicans 2,096 0,133 Homogen

5.3 Koloni Candida Albicans

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata koloni candida albicans antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak methanol daun sambiloto. Hasil

analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Koloni Candida albicans Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Ekstrak Methanol Daun Sambiloto

Kelompok Subjek n Rerata Koloni

Candida albicans (CFU/ml)

SB F p

Kontrol

Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

6

6

6

6

31,67

13,00

7,00

1,17

1,86

1,27

0,89

0,75

651,98 0,001

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata koloni candida albicans kelompok

kontrol adalah 31,671,86, CFU/ml rerata kelompok perlakuan 1 adalah 13,001,27

CFU/ml rerata kelompok perlakuan 2 adalah 7,00±0,89 CFU/ml dan rerata kelompok

perlakuan 3 adalah 1,170,75 CFU/ml Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

menunjukkan bahwa nilai F = 651,98 dan nilai p = 0,001, berarti bahwa rerata koloni

Page 69: kadek ayu wirayuni

Candida albicans pada keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara

bermakna (p<0,05).

Gambar 5.1 Perbandingan Koloni Candida albicans antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan

uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah

ini.

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00 31,67

13,00

7,00

1,17

Jum

lah

Koloni Candida Albicans

KontrolEM Sambiloto 40% 15 menitEM Sambiloto 40% 30 menitEM Sambiloto 40% 60 menit

(CFU/ml)

Page 70: kadek ayu wirayuni

Tabel 5.4 Analisis Komparasi Koloni Candida albicans Sesudah Perlakuan antar

Kelompok

Kelompok Beda Rerata

(CFU/ml) p Interpretasi

Kontrol dan Perlakuan 1 Kontrol dan Perlakuan 2

Kontrol dan Perlakuan 3

Perlakuan 1 dan Perlakuan 2

Perlakuan 1 dan Perlakuan 3

Perlakuan 2 dan Perlakuan 3

18,67

24,67

30,50

6,00

11,83

5,83

0,001

0,001

0,001

0,001

0,001

0,001

Berbeda

Berbeda

Berbeda

Berbeda

Berbeda

Berbeda

Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:

1. Rerata koloni Candida albicans kelompok kontrol berbeda bermakna dengan

kelompok perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata

kelompok kontrol).

2. Rerata koloni Candida albicans kelompok kontrol berbeda bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata

kelompok kontrol).

3. Rerata koloni Candida albicans kelompok kontrol berbeda bermakna dengan

kelompok perlakuan 3 (rerata kelompok perlakuan 3 lebih rendah daripada rerata

kelompok kontrol).

4. Rerata koloni Candida albicans kelompok perlakuan 1 berbeda bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata

kelompok perlakuan 1).

5. Rerata koloni Candida albicans kelompok perlakuan 1 berbeda bermakna dengan

kelompok perlakuan 3 (rerata kelompok perlakuan 3 lebih rendah daripada rerata

kelompok perlakuan 1).

Page 71: kadek ayu wirayuni

6. Rerata koloni Candida albicans kelompok perlakuan 2 berbeda bermakna dengan

kelompok perlakuan 3 (rerata kelompok perlakuan 3 lebih rendah daripada rerata

kelompok perlakuan 2).

Gambar 5.2 Jumlah koloni Candida albicans dalam media Sabouraud,s

dextrose agar, hasil perontokan plat resin akrilik setelah direndam dalam

aquades, ekstrak metanol daun sambiloto 40 % selama 15 menit, 30 menit dan 60

menit.

Data hasil penelitian berupa data jumlah koloni Candida albicans sebelum

dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Untuk uji

distribusi digunakan uji Shapiro-Wilk, yaitu untuk mengetahui normalitas data

dan uji homogenitas dengan Levene’s test. Berdasarkan hasil analisis didapatkan

bahwa masing – masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).

Page 72: kadek ayu wirayuni
Page 73: kadek ayu wirayuni

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak metanol daun sambiloto terhadap penurunan

koloni Candida albicans, maka dilakukan penelitian eksperimental dengan Randomize

Post Test Only Control Group Design, menggunakan 24 plat akrilik yang berisi Candida

albicans sebagai sampel, yang terbagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok

kontrol, kelompok perlakuan 1 yang diberikan ekstrak metanol daun sambiloto 40%

selama 15 menit, kelompok perlakuan 2 yang diberikan ekstrak metanol daun sambiloto

40% selama 30 menit, dan kelompok perlakuan 3 yang diberikan ekstrak metanol daun

sambiloto 40% selama 60 menit.

6.2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Daun Sambiloto

Uji perbandingan antara keempat kelompok sesudah perlakuan berupa pemberian

ekstrak metanol daun sambiloto menggunakan uji One Way Anova. Rerata jumlah koloni

Candida albicans kelompok kontrol adalah 31,671,86 CFU/ml rerata kelompok

perlakuan 1 adalah 13,001,27 CFU/ml rerata kelompok perlakuan 2 adalah 7,00±0,89,

dan rerata kelompok perlakuan 3 adalah 1,170,75 CFU/ml Analisis kemaknaan dengan

uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 651,98 dan nilai p = 0,001, berarti

bahwa rerata koloni Candida albicans pada keempat kelompok sesudah diberikan

perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Page 74: kadek ayu wirayuni

Hasil penelitian di atas, didapatkan bahwa pada kelompok perlakuan 1, perlakuan

2, dan perlakuan 3 terjadi penurunan koloni Candida albicans berturut-turut sebesar

58,95%, 77,90%, dan 96,31% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini

disebabkan karena sambiloto mengandung beberapa senyawa aktif, yaitu

andrographolide, flavonoid, saponin, tannin, dan alkaloid yang memiliki berbagai efek

farmakologis, di antaranya sebagai antijamur. Antijamur merupakan zat berkhasiat yang

digunakan untuk penanganan penyakit jamur. Umumnya suatu senyawa dikatakan

sebagai zat antijamur apabila senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan jamur.

Zat antijamur bekerja menurut salah satu dari berbagai cara, antara lain menyebabkan

kerusakan dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul protein dan asam

nukleat, penghambatan kerja enzim, atau penghambatan sintesis asam nukleat dan

protein. Kerusakan pada salah satu situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-

perubahan yang menuju pada matinya sel tersebut (Retno, 2009).

Efek anti jamur pada ekstrak metanol daun sambiloto disebabkan karena

adanya senyawa kimia pada daun sambiloto. Senyawa kimia tersebut antara lain

golongan senyawa tannin, fenolat, flavonoid, triterpenoid, steroid dan alkaloid.

Pengaruh senyawa fenol terhadap Candida albicans adalah dengan cara

mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel menjadi

lisis dan kemungkinan fenol untuk menembus ke dalam inti sel. Dengan

masuknya fenol ke dalam inti sel dapat menyebabkan jamur Candida albicans

tidak berkembang. Menurut Aniszewki (2007), alkaloid merupakan senyawa yang

memiliki aktivitas antimikroba, yaitu menghambat esterase dan juga DNA dan

RNA polymerase, juga menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi

DNA. Senyawa flavonoid telah dilaporkan berfungsi sebagai anti jamur.

Page 75: kadek ayu wirayuni

Flavonoid sebagai antijamur dapat menghambat pertumbuhan jamur secara in

vitro (Gholib, 2009). Flavonoid dapat mengganggu proses difusi makanan ke

dalam sel sehingga pertumbuhan jamur terhenti atau sampai jamur tersebut mati.

Diketahui bahwa Candida albicans adalah spesies jamur pathogen dari

golongan deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik

yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa

karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis dengan

diameter 3-5 um dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies Candida albicans memiliki

dua morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotife atau

penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi

kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi dan tidak tembus

cahaya. Jamur ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan

kolonisasi. Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk

tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang

menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu

(Tjampakasari, 2006).

Candida albicans berada di dalam rongga mulut sebagai saprofit tanpa menyebabkan

lesi apapun. Candida albicans merupakan spesies pathogen dan sebagai faktor penyebab

paling umum kandidiasis oral.Candida albicans dapat ditemukan dalam rongga mulut

yang sehat pada konsentrasi rendah (20 sel / cc saliva). Konsentrasi ini menyebabkan

organisme tidak bisa terdeteksi di bawah mikroskop, tetapi hanya dapat dideteksi melalui

kultur dalam media tertentu seperti pada dextroxe sabouroud agar dalam bentuk koloni.

Keseimbangan flora rongga mulut dapat berubah menimbulkan suatu keadaan patologis

atau penyakit karena beberapa faktor seperti kesehatan mulut yang buruk, obat

Page 76: kadek ayu wirayuni

imunosupresan, penyakit sistemik yang menurunkan daya tahan lokal tubuh (Sudiono,

2006).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa infus herbal sambiloto

memiliki efek antijamur terhadap Candida albicans, Microsporum canis,

Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum, dan Epidermophyton

floccosum (Anonim, 2009). Sementara ekstrak air sambiloto berefek antijamur

terhadap Candida dan Cryptococcus neoformans (Sunity, 2010). Senyawa

antijamur yang berasal dari tanaman sebagian besar diketahui merupakan

metabolit sekunder tanaman, terutama golongan fenolik dan terpen dalam minyak

atsiri (Nychas, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2008), senyawa

fitokimia dapat berkhasiat sebagai antijamur seperti alkaloid, saponin, tannin,

fenolik, flavonoid dan triterpenoid.

Ekstrak etanol daun sambiloto mempunyai efek antijamur terhadap

Candida albicans yang ditandai dengan terbentuknya daerah bening di sekitar

cakram yang telah ditetesi ekstrak etanol daun sambiloto. Konsentrasi 1 gr/ml

dengan diameter daerah bening rata-rata 14,33µm mempunyai efek antijamur

terbaik terhadap Candida albicans (Hannifa dkk., 2011).

Tanaman sambiloto mempunyai kandungan diantaranya Diterpene lakton dan

glikosidanya, seperti andrographolide, deoxyandrographolide, 11,12-didehydro-14-

eoxyandro-grapholide, dan neoandrographolide. Flavonoid juga dilaporkan ada terdapat

pada tanaman ini (Prapanza, 2003). Komponen selain lakton dan flavonoid, pada tanaman

sambiloto ini juga terdapat komponen alkane, keton, aldehid,mineral (kalsium, natrium,

kalium), asam kersik dan dammar. Kadar senyawa andrographolide di dalam daun

sebesar 2,5-4,8% dari berat keringnya (Prapanza dan Marianto, 2003).

Page 77: kadek ayu wirayuni

6.3. Pengaruh waktu perendaman plat resin selama 15 menit, 30 menit dan 60 menit

dalam ekstrak metanol daun sambiloto terhadap Candida albicans.

Kepadatan koloni Candida albicans pada pemakai gigi tiruan tergantung dari

lama dan kebiasaan pemakaian. Bila gigi tiruan dipakai terus menerus termasuk tidak

dilepas pada malam hari maka mukosa akan tertutup sehingga menghalangi pembersihan

oleh lidah dan saliva sehingga jumlah Candida albicans akan meningkat dan cenderung

mengakibatkan terjadinya denture stomatitis (Sudiono dkk., 2006).

Pembersihan secara kimia dilakukan dengan cara merendam gigi

tiruan dengan larutan pembersih. Silva dkk., (2009), melaporkan bahwa perlakuan

penyikatan yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan efisien untuk

membunuh bakteri dan jamur. Perendaman dengan klorhexidin juga dapat

menghambat virus dan aktif melawan jamur, tetapi tidak aktif melawan spora

bakteri pada suhu kamar. Pemakaian klorhexidin sebagai desinfektan untuk

merendam gigi tiruan dianjurkan 15 menit setiap hari, (Sukarsyah, 1999).

Perendaman gigi tiruan dalam larutan pembersih dapat dilakukan 30 menit, 1jam,

2 jam dan sepanjang malam, tergantung dari bahan pembersih yang digunakan

(Sesma dkk., 2005). Nalbant dkk., (2008) menemukan bahwa larutan klorhexidin

glukonat mengurangi tingkat kolonisasi Candida albicans pada protesa sebesar 19

% sampai 86 %. Pada penelitian in vitro, klorheksidin glukonat 0,2 % telah

dibuktikan tidak efektif melawan plak dental setelah 5 menit berkontak,

dibutuhkan kontak sekitar 60 menit untuk menghasilkan 2-log10 sampai 5-log10

dalam mematikan bakteri (Hope dan Wilson, 2004).

Page 78: kadek ayu wirayuni

Data penelitian Uji LSD ( Tabel 5.3), terlihat bahwa kelompok kontrol yaitu

perendaman dengan aquades steril memiliki perbedaan yang signifikan dengan semua

kelompok perlakuan. Data penelitian juga menunjukan bahwa perendaman dalam

aquades steril sebagai kontrol terjadi kecendrungan semakin lama perendaman dalam

aquades, semakin banyak pula jumlah koloni Candida albicans pada plat akrilik. Hal ini

dikarenakan aquades streril tidak mempunyai efek anti fungi dan tidak bersifat

menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans (Rianti, 2003).

Tanjong, 2011, meneliti bahwa konsentrasi 40 % ekstrak kelopak rosella memiliki

daya antifungi yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan pembersih plat

gigi tiruan yang terpapar Candida albicans dengan konsentrasi tertentu

Penelitian ini menggunakan ekstrak metanol daun sambiloto konsentrsi 40 %

dengan waktu perendaman 15 menit dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans

menjadi 13,00 CFU/ml dari 31,67 CFU/ml kontrol aquades (berkurang 58,95 %),

konsentrasi 40 % dengan waktu perendaman 30 menit dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans menjadi 7,00 CFU/ml dari 31,67 CFU/ml kontrol aquades (berkurang

77,90 %), konsentrasi 40 % dengan waktu perendaman 60 menit dapat menurunkan

jumlah koloni Candida albicans menjadi 1,17 CFU/ml dari 31,67 CFU/ml kontrol

aquades (berkurang 96,31 % ).

Pada penelitian ini didapatkan bahwa pada konsentrasi ekstrak metanol daun

sambiloto 40 %, dengan waktu perendaman plat resin akrilik selama 60 menit dapat

menurunkan jumlah koloni Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu

prendaman plat selama 30 menit, dan perendaman plat resin akrilik dalam ekstrak daun

sambiloto selama 30 menit dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans lebih

banyak dari perendaman plat selama 15 menit, terlihat bahwa bertambahnya waktu

perendaman menunjukan jumlah koloni Candida albicans yang semakin menurun (table

Page 79: kadek ayu wirayuni

5.3 ). Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Jawets dkk., (1996) bahwa daya kerja anti

mikroba tergantung dari konsentrasi bahan antiseptik, waktu dan suhu. Pada konsentrasi

yang sangat rendah dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Waktu kerja bahan

antiseptik adalah waktu yang dibutuhkan bahan antiseptik dalam menghambat

pertumbuhan mikroorganisme, semakin lama waktu kerja bahan antiseptik akan semakin

efektif dalam menghambat pertumbuhan suatu organisme. Sambiloto yang mengandung

senyawa fitokimia yaitu steroid, triterpenoid, flavooid, alkaloid, fenolat dan tanin

merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai antijamur, merupakan bahan tradisional,

mudah didapatkan dan harga relatif lebih murah dibandingkan bahan kimia pembersih

gigi tiruan yang beredar sehingga nantinya diharapkan sambiloto dapat digunakan sebagai

bahan alternatif pembersih gigi tiruan resin akrilik yang dapat digunakan pada masyarakat

luas.

Page 80: kadek ayu wirayuni
Page 81: kadek ayu wirayuni

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak metanol daun sambiloto

didapatkan simpulan sebagai berikut:

7. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 15 menit dalam

ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans.

8. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 30 menit dalam

ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu perendaman selama 15

menit.

9. Waktu perendaman plat resin akrilik heat cured selama 60 menit dalam

ekstrak metanol daun sambiloto 40 % dapat menurunkan jumlah koloni

Candida albicans lebih banyak dibandingkan waktu perendaman selama 30

menit.

. 7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:

Page 82: kadek ayu wirayuni

1. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagian zat aktif senyawa kimia

ekstrak metanol daun sambiloto yang mempunyai efek paling berpotensi

dalam menurunkan jumlah koloni Candida albicans.

2. Penelitian lebih lanjut tentang mekanisme kerja antijamur ekstrak metanol

daun sambiloto sehingga dapat digunakan sebagai bahan perendaman plat

resin akrilik dalam menurunkan jumlah koloni Candida albicans.

Page 83: kadek ayu wirayuni

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. 2011. “Andrographis paniculata: A Review of Pharmacological Activities and Clinical Effect”, Alternative Medicine Review, Vol 16 No 1:66-77”.

Anna, H. 2009 Cleaner that can ease denture pain. [cited 2014 Feb. 8] Available

from : http://www.dailymail.co.uk/health/article-1204077/Cleaner-ease-denture-pain.html#ixzz1QLUMKkMI

Anonim. 2004. Candida albicans, [cited 2008 Mar. 8] Available at :

http://en.wikipedia.org/wiki/Candida_albicans. Anonim. 2008 Tanaman Obat Indonesia: sambiloto, [cited 2014 Mar. 7 ]

Available at : http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=152

Aniszewki, T. 2007. Alkaloid-Secrets of Live, Elsevier, Amsterdam. p. 187. Anusavice, K.J. 1996 . Science of Dental Material, 10th ed. WB. Saunders Co

Philadelpia., p 237-251. Basker, R.M., Davenport, D.C., Tomlin, H.R. 1996. Perawatan Prostodonsi Bagi

Pasien Tidak Bergigi (terj.) , ed. III, h. 47-58, EGC, Jakarta. Brannon, H. 2002. Skin Conditions/ Acne “Candida Albicans”, [cited 2006 Jan.

24] Available from: http://dermatologi.about,com/cs/miscellaneous/l/blglossary.htm,

Brooks, G.F., Carrol, K.C.,Butel, J.S, & Morse, S.A. 2007.Medical Microbiology

24 thed, Mc Graw Hill, ; 642-5. Candida albicans 2010 [cited 2014 Mar. 8]. Available at :URL:

http://en.wikipedia.org/wiki/candida_albicans. Craig, R.G, And Powers . 2004. Dental Materials, Properties and Manipulation.

USA: Elsevier. David, W, and Michael, L. 2011. This is an open Acces article distributed under the terms of the Creative Commons, Journal of Oral Microbiology, 3: 5771 – DOI: 10.3402/jom.v3i0.5771 Dowd, F.J. 2008. Candida albicans Infections. The Comprehensive Pharmacology

Reference, Pages : 1-5.

Page 84: kadek ayu wirayuni

Erna, F., Rostiny., Sherman, S. 2010. Efektivitas minyak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan koloni candida albicans pada resin akrilik. Journal of Prosthodontics, Vol. 1: 50-58.

Evans, R.T., Baker, P.J., Coburrn, R.A., Genco, R.J. 1977. Comparison of A

Antiplaque Agent Using an in Vitro Assay Reflecting Oral Condition. J.Dent Res., 56 : 559-566

Federer, W. 2008. Statistics and society: data collection and interpretation. Edisi

ke-2. New York: Markel Deker. Golding. 2008 Candida albicans. [cited 2014 Feb. 14]. Available from : URL:

http://www.antiangingdoctor.co.za/p=67. Gholib, D. 2009. Uji Daya Hambat Daun Senggani (Melastoma malabathricum

L.) Terhadap Trichophyton mentagrophytees Dan Candida albicans (Inhibition Potential of Melastoma malabathricum L. Leaves Againts Trichophyton mentagrophytees and Candida albicans). Berita Biologi 9(5) – Agustus 2009 hal 253 -259

Gunawan, G.S. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta : Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hamada, T., Tamamoto, M., Miyake, Y. Suginaka, H.1985. Ability of enzymes

toremove Candida. J. Prosthet. Dent ; 53 (2):214-5. Hannifa, R., Ira,S., Maya, S . 2011. The antifungal effect of ethanol the leaves of

andrographis paniculata against candida albicans in vitro. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

Heasman, P. 2000. Periodontology. China: Churchill Livingstone. p. 14. Hope, C. K., Wilson, M. 2004. Analysis of the effect ofchlorhexidin on oral

biofilm vitality and structure based on viability profiling and an indicator of membrane integrity. J Antimicrob Agents Chemother ; 48(5): 1461, 146-7.

Inayati, E. 2001. Perbedaan Jumlah Candida albicans pada Permukaan Resin

Akrilik Heat Cured setelah Perendaman dalam Larutan Kopi dan Teh Hijau, Majalah Kedokteran Gigi (Dent.J.),FKG UNAIR, Surabaya, 34:10-12.

Jawets, E., Melnick, j. L., Adelberg, E. A.1986, Mikrobiologi Untuk Profesi

Kesehatan, Edisi 16, 16, 366, 382, 384, diterjemahkan oleh Bonang, G., EGC Press, Jakarta.

Page 85: kadek ayu wirayuni

Khindria, S. K., Mittal. S., Sukhija, V. 2009. Evolution of denture base material, J. Indian Prost Soc ; 9 : 64 – 9.

Kumoro, A.C., Hasan, M. 2007. “ Supercritical Carbon Dioxide Extraction of

Andrographolide from Andrographis paniculata: Effect of the Solvent Flow Rate, Pressure, and Temperature”, China Journal of Chemical Engineering, Vol 15, 877-883.

Lewis, M.A.O., Lamey, P.J. 1995. Clinical oral medicine. Oxford: Butterworth-

Heinemann. Lukas, R. 1998. Rahasia Herbalis Cina, Ramuan Tanaman Obat Cina. Pustaka

Delapratasa. Jakarta. Marczyk, G.R., Marczyk, G.R., DeMatteo, D, dan Festinger, D. 2010. Essentials

of Research Design and Methodology, Hoboken, NJ: John Wiley & Sons. Mc Cabe, J.F., Walls, A.W.G. 2008. Applied dental materials. 9th ed. London :

Blackwell Munsgaard, ; 110 -23 Nalbant, D., Kalkanci, A., Filliz, B., Kustimur, S. 2008. Effectiveness of different

cleaning agents against the colonization of candida spp and the invitro detection of the adherence of these yeast cells to denture acrylic surfaces. Yonsei Me3d J; 49(4): 647-8, 652.

Noort, R. 1994. Introduction to Dental Material. CV. Mosby London

p.: 183-188 Nuryanti, A., Sunarintyas ,S. 2001. Korelasi antara berbagai proses kuring akrilik

terhadap porositas dengan perlekatan Candida albicans. MIKGI Oct 6(3):128.

Nychas, G. J. E, dan C. C. Tassou. 2000. Traditional Preservatives-oil and Spices.

Academic Press. London. Panossian, A.,Ovhannisyan, A, dan Mamikonyan, G. 2000. Pharmakokinetic and

Oral Bioavailability of Andrographolide from Andrographis pani-culata Fixed Combination Kan Jang in Rats and Human. Phytomedicine. 7(5): 351- 364.

Prapanza., Marianto, L.M. 2003. Khasiat & Manfaat Sambilito: Raja Pahit

Penakluk Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Hal: 3-9. Prakoso, B. 2003. Sambiloto Tanaman Antiradang, Antibakteri, Antipiretik dan

Analgesik. [2008 Juli. 2] Available from :

Page 86: kadek ayu wirayuni

http://sehatherbal.blogspot.com/2007/05/ekstrak- sambiloto tingkatkan-stamina.html

Pratiwi., Suthanty, I. 2008. Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha

curcas L.) pada Berbagai Bakteri Salurn Pencernaan Ayanm Broiler Secara in vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Petanian Bogor, Bogor.

Retno, C. D.2009. Uji aktivitas antijamur ekstrak buah pare belut. Skripsi.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas sebelas Maret, Surakarta.

Rianti, D. 2003. “ Ekstrak Coleus Amboinicus Lour sebagai Bahan Pembersih

Terhadap Keberadaan Candida albicans dan kekuatan Transversa Resin Akrilik “ (tesis). Surabaya: Universitas Airlangga Surabaya.

Sembiring, B. 2007. Status teknologi pasca panen sambiloto. Jakarta: Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Sesma, N., Dalva, C. L., Susana, M., Carlos, G. 2005. Effect of denture surface

glazing on denture plaque formation. Ribeirão Preto May/Aug Braz. Dent. J. vol.16 no.2.

Shibata, N., Suzuki, A., Kobayashi, H, and Okawa, Y. 2007. Chemical Structure

of the Cell-Wall Mannan of Candida albicans serotype A and its Difference in Yeast and Hyphal Forms. Biochem. J., p : 365-372.

Silva, B., Cãmara, M., AndréaAlves, S., Marina, H. C. G., Marcia, A., Reinaldo,

B., Dias. 2009. Candida albicans inpatients with oronasal communication and obturator prostheses. Braz. Dent. J. vol. 20 no.4 Ribeirão Preto.

Siripong, P.B., Kongkathip, K., Preechanukool, P., Picha, K., Tunsuwan, dan

W.C.Taylor., 2003. Andrographis paniculata. [cited 2014 Okt. 20] Available from : http://www.vitamin-herbuniversity.com.

Sudarmawan. 2009. “Toksisitas dan Efektifitas Minyak Kayu Manis Dalam

Menghambat Pertumbuhan Koloni Candida albicans pada resin akrilik Heat cured”(tesis). Universitas Airlangga Surabaya.

Sudiono, J., Sabaruddin, A. 2006. Candida albicans as a risk factor of denture

stomatitis in ederly. MI. Kedokteran Gigi ; 21 (3): 91-4. 16. Sugianitri, N.K. 2011. “ Ekstrak biji buah pinang (Areca Catechu L) dapat

menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans secara in vitro pada resin akrilik heat cured”(tesis). Universitas Udayana Denpasar.

Page 87: kadek ayu wirayuni

Sukarsyah, P.M. 1999. Pengenceran bahan disinfektan untuk sanitasi gigi tiruan secara optimal. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti ; 416-21.

Sunity, S., Joshi, H. 2010. Screening of some Indian medicinal plants for

Antifungal activity. Journal of Pharmacy Research; 3(2): 379-381. Tang, W, dan Eisenbrandt, G. 1992. Chinese Drugs of Plants Origin: Chemistry,

Pharmacology, and Use in Traditional and Modern Medicine. New York: Springer-Verlag.

Tanuwiria, U .H., Budinuryanto, D.C. S., Darodjah, dan Putranto, W.S. 2006.

Studi Suplemen Kompleks Mineral Minyak dan Mineral-Organik dan Pengaruhnya terhadap Fermentabilitas dan Kecernaan Ransum in vitro serta Pertumbuhan pada Domba Jantan. Jurnal Protein vol 14 (2), p: 170.

Tanjong, A. 2011. Pengaruh konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosela (Hibiscus

Sabdariffa) terhadap koloni candida albicans yang terdapat pada plat gigi tiruan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin, Makassar.

Tjampakasari, C.K. 2006. Karakteristik Candida albicans. Cermin Dunia

Kedokteran No. 151, p.33. [cited Okt. 29] Available from : URL: http//www.kalbe.ci.id/files/cdk/files/13_15_karakteristikbiologicandida-albicans.pdf.

Trivedi, N.P,dan Rawal, U. M. 2001. Hepatoprotective and Antioxidant Property

of Andrographis paniculata (Nees)in BHC Induced Liver Damage in Mice. Indian J Exp Biol. 39 (1): 41-46.

Wahyuningtyas, E. 2008. Pengaruh ekstrak Graptophyllum Pictum terhadap

Pertumbuhan Candida Albicans Pada Plat Gigi Tiruan Resin Akrilik, UGM, Yogyakarta.

Yusron, M. 2005. “ Dukungan Teknologi Budidaya Untuk Pengembangan

Sambiloto”. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan

Kesehatan. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. [2008 Maret. 8] Available from : http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar7.pdf

Page 88: kadek ayu wirayuni
Page 89: kadek ayu wirayuni
Page 90: kadek ayu wirayuni
Page 91: kadek ayu wirayuni
Page 92: kadek ayu wirayuni
Page 93: kadek ayu wirayuni

Lampiran 4. Foto Perendaman Plat Resin Akrilik

Perendaman plat resin akrilik heat cured dalam larutan aquades selama 15

menit.

Page 94: kadek ayu wirayuni

Perendaman plat resin akrilik heat cured dalam ekstrak metanol daun

sambiloto 40 % selama 15 menit.

Perendaman plat resin akrilik heat cured dalam ekstrak metanol daun

sambiloto 40 % selama 30 menit.

Perendaman plat resin akrilik heat cured dalam ekstrak metanol daun

sambiloto 40 % selama 60 menit.

Page 95: kadek ayu wirayuni

Lampiran 5. Hasil analisis data dengan SPSS

Uji Normalitas Data Koloni Candida Albican

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koloni_candida_albican2

Kontrol .238 6 .200* .950 6 .737

EM Sambiloto 40% 15 menit .285 6 .138 .831 6 .110

EM Sambiloto 40% 30 menit .202 6 .200* .853 6 .167

EM Sambiloto 40% 60 menit .254 6 .200* .866 6 .212

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji One Way Anova Data Koloni Candida Albican antar Kelompok Perlakuan

Descriptives

Page 96: kadek ayu wirayuni

Koloni_candida_albican2

N Mean Std.

Deviation Std.

Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Kontrol 6 31.67 1.862 .760 29.71 33.62 29 34

EM Sambiloto 40% 15 menit 6 13.00 1.265 .516 11.67 14.33 12 15

EM Sambiloto 40% 30 menit 6 7.00 .894 .365 6.06 7.94 6 8

EM Sambiloto 40% 60 menit 6 1.17 .753 .307 .38 1.96 0 2

Total 24 13.21 11.755 2.399 8.24 18.17 0 34

Test of Homogeneity of Variances

Koloni_candida_albican2

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.096 3 20 .133

Page 97: kadek ayu wirayuni

ANOVA

Koloni_candida_albican2

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3145.792 3 1048.597 651.978 .000

Within Groups 32.167 20 1.608

Total 3177.958 23

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Koloni_candida_albican2

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Differenc

e (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Kontrol EM Sambiloto 40% 15 menit 18.667* .732 .000 17.14 20.19

EM Sambiloto 40% 30 menit 24.667* .732 .000 23.14 26.19

EM Sambiloto 40% 60 menit 30.500* .732 .000 28.97 32.03

EM Sambiloto 40% 15 menit

Kontrol -18.667* .732 .000 -20.19 -17.14

EM Sambiloto 40% 30 menit 6.000* .732 .000 4.47 7.53

EM Sambiloto 40% 60 menit 11.833* .732 .000 10.31 13.36

Page 98: kadek ayu wirayuni

EM Sambiloto 40% 30 menit

Kontrol -24.667* .732 .000 -26.19 -23.14

EM Sambiloto 40% 15 menit -6.000* .732 .000 -7.53 -4.47

EM Sambiloto 40% 60 menit 5.833* .732 .000 4.31 7.36

EM Sambiloto 40% 60 menit

Kontrol -30.500* .732 .000 -32.03 -28.97

EM Sambiloto 40% 15 menit -11.833* .732 .000 -13.36 -10.31

EM Sambiloto 40% 30 menit -5.833* .732 .000 -7.36 -4.31

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.