Top Banner
edisi : 5 - Juni 2011 Samsul Bakri Camat Spesialis Bencana Iwa Sutardjo Rus Sudarso Menyatukan Tiga Kaki Juara Dunia Gara-gara Bubur Bayi
40

Kabar UGM edisi Juni

Mar 22, 2016

Download

Documents

Kabar UGM edisi Juni
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kabar UGM edisi Juni

edisi : 5 - Juni 2011

Samsul BakriCamat Spesialis BencanaIwa Sutardjo Rus SudarsoMenyatukan Tiga KakiJuara Dunia Gara-gara Bubur Bayi

Page 2: Kabar UGM edisi Juni

2. Juni - 2011 - kabar ugm

UGM Juara Umum dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXIVUniversitas Hasanuddin Makassar 2011.

Page 3: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .3

Banyak pihak meyakini, sebuah proses sama pentingnya dengan hasil yang didapatkan. Proses yang baik dan berkualitas, kemungkinannya lebih besar untuk menciptakan hasil yang lebih baik dan lebih

berkualitas tentunya.

Di dunia kampus, kedua hal itu memiliki bobot yang sama. Kita meyakini bahwa proses pembelajaran di bangku kuliah akan menentukan seberapa besar kualitas yang dihasilkan.

Karena itulah, adalah sebuah langkah strategis apabila universitas mulai mendorong mahasiswa untuk belajar ranah baru, yaitu wirausaha, semenjak berada di kampus. Kita tahu bahwa sempitnya lapangan pekerjaan masih menjadi problem besar di negeri ini dan kita meyakini bahwa kewirausahaan adalah salah satu jalan keluar dari berbagai solusi yang telah ada.

Kabar UGM pun terus berproses untuk menjadi lebih baik dan nantinya bisa memberikan hasil yang terbaik untuk Anda semua.

PELINDUNGRektor UGM

PENANGGUNG JAWABDjoko Moerdiyanto

PEMIMPIN REDAKSISuryo Baskoro

REDAKSIGusti Grehenson, Agung Nugroho, Satria Ardhi

Nugraha, Kurnia Ekaptiningrum

EDITOR BAHASAFarida Yuliani

FOTOGRAFERBudi Hardjana

PEMASARAN / IKLANDiah Listianingsih

KEUANGANSudarmana

SIRKULASISuharno, Artha Wahana

Kabar UGMAlamat Redaksi :

Humas UGM Gedung Pusat Lantai 1 Sayap Selatan,Bulaksumur, Sleman Yogyakarta 55281Telp / Fax : (0274) 649 1936

Page 4: Kabar UGM edisi Juni

4. Juni - 2011 - kabar ugm

daftar isi

18. Suara

22. Civitas

32. Peristiwa

34. Tamu

36. Gelanggang

38. TempoDoeloe

Page 5: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .5

laporan utama

Sepuluh tahun terakhir ini semakin banyak orang berbicara mengenai kewirausahaan (entrepreneurship) di perguruan tinggi, sebagai salah satu keterampilan (soft skills) yang perlu

diberikan kepada mahasiswa. Keterampilan lain yang juga perlu diberikan untuk membekali mahasiswa sebelum terjun ke dalam kehidupan profesional adalah, misalnya, kepemimpinan, keterampilan berkomunikasi dan berpresentasi, serta public speaking.

Dalam hal diseminasi semangat kewirausahaan, UGM membentuk kelompok-kelompok wirausaha, bekerja sama dengan mitra. Berbekal

ilmu yang mereka pelajari, kelompok-kelompok yang anggotanya berasal dari disiplin ilmu yang berbeda tersebut membuat proposal bisnis. Proposal bisnis yang bagus akan didanai sehingga mahasiswa dapat langsung melakukan riset dan proses-proses lainnya, sampai hasil bisnis riilnya. Semangat kewirausahaan ini juga telah menjalar hingga fakultas, jurusan, dan program studi. Beberapa program studi bahkan

telah memasukkan kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib di dalam kurikulumnya.

Di kalangan mahasiswa UGM, semangat kewirausahaan ini juga berkembang bagus. Mereka telah mampu memanfaatkan ilmu yang dipelajari untuk

mengeksplorasi potensi bisnis dan akhirnya menghasilkan bisnis yang mendatangkan keuntungan. Jika kita pelajari kisah sukses para pebisnis muda ini, kita akan menemukan beberapa kiat; yang paling menonjol adalah inovasi.

Sebut saja Agung Susatyo Nugroho, S.H. Alumnus Fakultas Hukum ini, dengan usaha inovatif laundry kiloannya (berlabel Simply Fresh), saat ini sudah memiliki 110 outlet

dan 200 keagenan di seluruh Indonesia dengan omzet 3 miliar rupiah/bulan dan mampu menyerap ribuan karyawan. Agung pun terpilih sebagai juara I kategori Alumni Industri dan Jasa dalam ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM)

2009. Ada juga Indra Haryadi (alumnus Ilmu Komputer) yang membuka usaha hotspot center (Dojo Hotspot Center). Usahanya memiliki keunggulan dalam hal penyediaan kecepatan akses tinggi, tempat yang bernuansa Jepang, dan operator yang kompeten. Atas suksesnya, Indra meraih juara dua kategori Mahasiswa Industri Kreatif pada WMM 2009. Berikutnya, Saiqa Ilham Akbar, mahasiswa Manajemen, juara 2 kategori Mahasiswa Industri Boga WMM 2009, sukses mengelola resto masakan Jepang (Hotaru Japanese Resto). Contoh lain ialah Fajar Handika, mahasiswa Magister Manajemen UGM, yang sukses dengan usaha kulinernya. Sebagai General Manager FoodFezt, Fajar berinovasi melalui konsep integrated kitchen system sehingga waiter dapat terhubung ke dapur-dapur secara nirkabel dengan PDA. Atas keberhasilannya, Fajar dihadiahi Terbaik II dalam Kompetisi Wirausaha Mandiri 2010 kategori Boga Kelompok Pascasarjana.

Untuk terus menghasilkan sosok-sosok mahasiswa yang sukses dalam berwirausaha mandiri, UGM menggulirkan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)

pada tahun 2009. Pada program tersebut, mahasiswa menerima pinjaman dari Ditjen Dikti antara 8 hingga 40 juta rupiah. PMW telah menghasilkan wirausahawan muda, seperti Saptuari Sugiharto (alumnus Fakultas Geografi) dengan Kedai Digital-nya, Mirza Akbar dan Arum Dewi Suci (Fakultas Peternakan) dengan Jogja Ice Cream, dan Nur Kartika Indah Mayasti (alumnus Fakultas Teknologi Pertanian) melalui Nata de Cassava yang berhasil menyabet Shell LiveWIRE Business Start-Up Awards 2010.

Entrepreneurial spirit yang semakin membumi di kampus UGM ini diyakini mampu menghasilkan semakin banyak wirausahawan. Mereka akan mampu membuka

usaha sendiri dan memberikan lapangan pekerjaan pada banyak orang.

Selamat memberikan solusi pada masalah pengangguran di negeri ini!

UGM, Juni 2011.

Page 6: Kabar UGM edisi Juni

6. Juni - 2011 - kabar ugm

laporan utama

Page 7: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .7

laporan utama

kesungguhannya dalam berbisnis, kampus juga memberikan dukungan yang tidak kecil. Meskipun belum dapat dikatakan sebagai usaha yang besar dan mapan, tentu apa yang dilakukan Gentur telah membawa manfaat. Tidak hanya secara materi yang dapat dinikmati saat ini, tetapi yang lebih penting ialah proses belajar menjadi wirausaha yang kelak dapat dipetik manfaatnya.

Tidak mengherankan Gentur memandang penting jika kampus memberi bekal lebih kepada mahasiswa tentang seluk-beluk wirausaha. Ekstrimnya, ia bahkan berpendapat semestinya ada mata kuliah tersendiri. “Saya lebih sepakat jika kewirausahaan ini masuk sebagai mata kuliah wajib universitas, seperti halnya mata kuliah Pancasila, Pendidikan Agama, dan Kewarganegaraan,” ujar Gentur.

Hanya saja, harapan Gentur itu butuh jalan

Gentur Adiprabawa, mahasiswa Program Studi Gizi Kesehatan FK UGM angkatan 2008, belakangan ini sering mengikuti

pameran kuliner dan bahkan diundang oleh ibu-ibu PKK untuk demo memasak. Jangan salah paham, aktivitas itu memang terkait erat dengan kegiatan sampingan Gentur yang kini juga menjadi pengusaha. Ya, mahasiswa kreatif ini bersama sejumlah kawannya adalah pengelola Sukun Bakery (Sukry), yang memproduksi roti dan aneka macam kue.

Proses Gentur menjadi wirausahawan tentu tidak sederhana dan singkat (baca kisah selengkapnya dalam: Mereka yang Tampil Beda). Selain karena minat dan

Dunia wirausaha belakangan ini memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan mahasiswa. Selain karena sempitnya lapangan pekerjaan, wirausaha juga dianggap menjadi jalan keluar strategis karena menjanjikan masa depan yang mapan. Karena itulah, Universitas Gadjah Mada berupaya membantu mahasiswa untuk memasuki dunia itu.

UGM adalah institusi yang terikat oleh berbagai aturan,

termasuk tentang mata kuliah yang diajarkan

Page 8: Kabar UGM edisi Juni

8. Juni - 2011 - kabar ugm

laporan utama

panjang untuk terwujud. Bagaimanapun juga, UGM adalah institusi yang terikat oleh berbagai aturan, termasuk tentang mata kuliah yang diajarkan. Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Retno Sunarminingsih, Apt., M.Sc., kepada Kabar UGM mengatakan sampai saat ini UGM belum membuat mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah tersendiri.

Hingga saat ini, semangat kewirausahaan di kalangan mahasiswa diserahkan sepenuhnya kepada prodi atau fakultas masing-masing. “Saat ini, kita sedang menyiapkan konsep muatan nilai-nilai kewirausahaan dalam setiap mata kuliah karena sistem pembelajaran di pendidikan tinggi seperti diamanahkan Dikti memuat empat hal, entrepreneur, pendidikan karakter, EfSD, dan antikorupsi,” kata Retno.

Retno menekankan kewirausahaan yang dibangun di kalangan mahasiswa seharusnya tidak hanya terkonsentrasi pada bisnis saja. Menurutnya, kewirausahaan erat hubungannya dengan sikap dan nilai-nilai tentang ketangguhan, keuletan, kecepatan mengambil kesempatan, sikap profesionalisme, dan ketaatan pada peraturan. Nilai-nilai itu juga harus ditanamkan kepada mahasiswa untuk mengiringi pengasahan kemampuan bisnisnya.

Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., mengatakan pendidikan kewirausahaan memang sudah menjadi wacana, baik Diknas maupun Dikti. Yang sedang dicoba untuk dikembangkan ialah menyisipkan kewirausahaan dalam mata kuliah yang saat ini ada. Selain itu, Direktorat Kemahasiswaan juga sedang berkonsentrasi untuk mengemasnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. “Ada beberapa kegiatan yang terkait kegiatan ini, seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian, pengabdian masyarakat, penerapan teknologi, dan kewirausahaan. Di samping itu, masih ada gagasan tertulis dan artikel ilmiah,” ujar Haryanto.

Haryanto menjelaskan PKM kewirausahaan menjadi pintu untuk mengasah mahasiswa agar memiliki satu sikap mental, skill,

dan knowledge tentang kewirausahaan. Sementara itu, ada pula Program Mahasiswa Wirausaha (PMW),sebuah kegiatan yang dimulai pada 2009 oleh Dikti untuk mendorong mahasiswa agar memiliki jiwa wirausaha. Dalam program ini, terdapat program individual dan kelompok. Untuk program individual, masing-masing mahasiswa memperoleh dana inisiasi 8 juta rupiah, sedangkan untuk kelompok mencapai 40 juta rupiah. “Nah, dari kegiatan ini diharapkan kemudian di masing-masing perguruan tinggi ada pusat kewirausahaan mahasiswa. Kalau di UGM ada namanya CED (Center of Entrepreneur Development), di samping mendorong mahasiswa mengikuti kompetisi bisnis yang dilakukan oleh berbagai lembaga,” tambah Haryanto.

Kita juga sering menyelenggarakan berbagai seminar

bertema kewirausahaan bagi para calon wirausaha

mahasiswa dengan menghadirkan mahasiswa wirausaha

UGM yang telah berhasil dalam menjalankan bisnisnya

sebagai narasumber

Lulusan perguruan tinggi antri dalam Job Fair

Page 9: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .9

laporan utama

Khusus mengenai CED ini, Dr. Ir. Edi Suryanto, M.Sc. selaku ketuanya menjelaskan tujuan utama dibentuknya lembaga ini ialah untuk mengembangkan semangat wirausaha. Di samping itu, juga untuk mengembangkan skill kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Dibentuknya CED merupakan wujud komitmen UGM dalam upaya mendorong terbentuknya mahasiswa wirausaha yang terdidik, berkarakter, dan memiliki konsep bisnis yang jelas untuk mempercepat pertumbuhan pembangunan ekonomi bangsa menuju bangsa yang mandiri dan sejahtera.

Secara struktural, CED UGM berada di bawah koordinasi Direktorat Kemahasiswaan UGM berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor 383/P/SK/HT/2009 tanggal 16 Oktober 2009. Visi lembaga ini menjadi pusat pengembangan dan pengkajian pembelajaran

bertema kewirausahaan bagi para calon wirausaha mahasiswa dengan menghadirkan mahasiswa wirausaha UGM yang telah berhasil dalam menjalankan bisnisnya sebagai narasumber,” tambah Edi Suryanto.

Secara rutin, Direktorat Kemahasiswaan UGM juga menyelenggarakan Entrepreneurship Event (EE). Penyelenggaraan EE dimulai pada 2010 dan ditangani oleh CED. EE ketujuh tahun 2011 direncanakan dilaksanakan pada Agustus 2011. Acara yang akan digelar, antara lain, adalah pameran produk mahasiswa wirausaha, seminar nasional, dan temu bisnis. Selain seminar juga digelar workshop dengan tujuan untuk membentuk mindset wirausaha.

CED secara khusus memang melakukan pendampingan pada mahasiswa yang terjaring dalam PKM-K dan PMW. Bentuk pendampingan yang dilakukan ialah memberikan pelatihan usaha kurang lebih selama satu tahun. Selanjutnya, melakukan monitoring usaha yang telah berjalan. Selain itu, CED juga turut menangani dan mendampingi para mahasiswa atau kelompok mahasiswa yang mengikuti berbagai kompetisi kewirausahaan nasional yang ada, seperti Wirausaha Usaha Mandiri (WMM), Shell Live Wire, dan Innovative Entrepreneurship Challenge (IEC). Hasil positifnya sudah ada karena mahasiswa

kewirausahaan terbaik dan menjadi media pembelajaran kewirausahaan bagi civitas akademika UGM dan masyarakat Indonesia pada umumnya Sementara itu, misinya ialah menumbuhkan pengusaha Indonesia yang berasal dari kampus dengan bekal jiwa kewirausahaan, komitmen sosial, dan kemandirian dalam lingkungan bisnis yang kondusif dan menjunjung tinggi etika bisnis.

Kegiatan utama CED UGM adalah melaksanakan pembinaan kewirausahaan bagi mahasiswa, seperti Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) dan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). PMW merupakan program yang diluncurkan Dikti sejak tahun 2009 lalu untuk dilaksanakan dan dikembangkan oleh perguruan tinggi di Indonesia. “Kita juga sering menyelenggarakan berbagai seminar

Page 10: Kabar UGM edisi Juni

10. Juni - 2011 - kabar ugm

laporan utama

UGM selalu menjadi salah satu juara dalam ajang kompetisi nasional kewirausahaan.

Meskipun telah menunjukkan hasil positif, mencetak wirausaha mahasiswa bukanlah hal mudah. Menurut Ketua Program Wirausaha Mahasiswa (PMW) UGM 2009-2011, Ibnu Wahid Fakhrudin Aziz, S.T.P., M.T., sejak digulirkan pada 2009 oleh Dikti, mahasiswa UGM yang mengikuti program PWM belum sesuai dengan target yang dicanangkan Rektor UGM, yakni 15% dari total mahasiswa atau sekitar 900 mahasiswa per tahun. Sampai dengan saat ini, setidaknya baru sekitar 2% atau 100 mahasiswa per tahun yang dicetak melalui program PMW ini.

Program Peningkatan Pertumbuhan

Terakhir, kami melakukan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan

usaha serta peningkatan jejaring sebagai upaya pengembangan bisnis lebih lanjut

Kepemimpinan Berkualitas (PPKB) yang dirintis sejak tahun 2003 merupakan upaya UGM dalam mengembangkan jiwa kepemimpinan mahasiswa. Salah satu titik beratnya ialah peningkatan jiwa kewirausahaan yang difasilitasi dalam program Bussino Grant (Business Innovation Grant/inovasi pembelajaran berbasis kewirausahaan).

Pada awalnya, indikator keberhasilan program pembinaan kewirausahaan secara intensif kepada mahasiswa semata-mata didasarkan pada prestasi penghargaan di ajang kompetisi kewirausahaan nasional. Namun dalam perkembangannya, beberapa usaha yang tumbuh dari kampus, yang berprestasi dengan perolehan penghargaan

kewirausahaan ini justru kemudian kinerja bisnisnya biasanya menurun.

Berangkat dari kondisi itu, UGM menyimpulkan indikator keberhasilan peserta mahasiswa dalam proses pembelajaran kewirausahaan tidak cukup hanya berprestasi di ajang penghargaan, tetapi lebih kepada sistem bisnis yang berkelanjutan (business sustainability). “Indikator ini dapat berupa peningkatan omzet usaha yang konsisten, keberlanjutan usaha, bahkan sampai yang bersangkutan lulus kuliah, serta peningkatan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat sekitar,” jelas Ibnu Wahid.

Ibnu juga mengakui untuk mencetak wirausaha bukanlah persoalan yang

Page 11: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .11

laporan utama

gampang dan tidak dapat dilakukan secara instan. Mahasiswa yang berminat mengikuti kompetisi PMW dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan. Tahun 2009 terdapat sekitar 300 mahasiswa yang mendaftar, selanjutnya pada 2010 meningkat menjadi 400 mahasiswa, dan tahun ini terdapat 700-an mahasiswa. Namun, meskipun peminat PMW semakin meningkat, kelompok usaha yang terpilih justru semakin menyusut dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan dana yang digulirkan Dikti juga mengalami penurunan.

Pada 2009, UGM mendapat dana hibah dari Dikti sebesar 2 miliar rupiah yang didistribusikan dalam bentuk modal kerja

kepada 56 kelompok usaha. Kemudian, pada 2010 diperoleh dana sebesar 1,5 miliar rupiah yang disalurkan kepada 48 kelompok usaha. “Tahun ini, kita hanya memperoleh dana sebesar 600 juta untuk pelaksanaan PMW. Dana tersebut disalurkan pada 20 kelompok usaha yang terdiri dari 70 mahasiswa,” terangnya.

Dana hibah disalurkan bagi mahasiswa perseorangan ataupun kelompok yang telah memiliki proposal dan embrio bisnis. Pinjaman yang diberikan kepada mahasiswa sama sekali tanpa bunga. Ada tahapan yang harus diikuti untuk memperoleh dana hibah ini. Pertama, melalui penjaringan dalam bentuk kuesioner soft skill, lalu diseleksi, bootcamp,

dan seleksi business plan. Pola tahapan kegiatan PMW UGM 2011 memang diawali dengan seleksi bagi mahasiswa yang benar-benar berminat untuk berwirausaha. Lantas, mahasiswa yang telah terjaring diberikan workshop dengan metode bootcamp. Metode ini dimaksudkan untuk membangun visi berwirausaha, mindset, keberanian mengambil risiko dan motivasi. Peserta dibekali dengan kemampuan berwirausaha yang visioner dalam manajerial usaha dan mampu mengelola bisnis secara positif.

Pola berikutnya berupa pemagangan untuk meningkatkan pemahaman tentang proses bisnis yang sebenarnya. Dalam pelaksanaannya, dengan kemitraan bersama perusahaan akan berkolaborasi dengan Co-Op berbagai perusahaan BUMN. Lalu dilakukan pendampingan dan pengembangan usaha oleh dosen bersertifikat coach bisnis secara berkesinambungan, terukur, dan sistematis. “Terakhir, kami melakukan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan usaha serta peningkatan jejaring sebagai upaya pengembangan bisnis lebih lanjut,” ujar Ibnu.

Semua program ini dilakukan UGM untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman yang lebih luas tentang dunia kewirausahaan. Tujuannya jelas, UGM ingin lulusannya nanti tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan kerja, tetapi justru mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Tantangan ke depan masih sangat berat, tetapi semua tergantung kepada pihak-pihak terkait untuk merealisasikan mimpi besar ini.

Jadi, mengapa tidak memulai bisnis ketika masih kuliah?Kurnia Ekaptiningrum , Gusti Grehenson,Satria Ardhi Nugraha

Page 12: Kabar UGM edisi Juni

12. Juni - 2011 - kabar ugm

laporan utama

Pak Sahid, kabarnya FEB merupakan fakultas yang ikut memprakarsai adanya kurikulum kewirausahaan? Bisa diceritakan sejarahnya seperti apa?

Sejarahnya adalah pada sekitar tahun 1994, kami menyelenggarakan Workshop Kurikulum Jurusan Manajemen di Kaliurang, Yogyakarta. Pada workshop tersebut, diusulkan mata kuliah (MK) baru, yakni Kewirausahaan, sebagai mata kuliah pilihan untuk membekali mahasiswa yang barangkali memilih jalur karier sebagai pengusaha.

Seusai workshop, MK Kewirausahaan tidak langsung ditawarkan karena mind-set pada

waktu itu memang kurikulum jurusan lebih diarahkan untuk mendidik mahasiswa

menjadi seorang manajer. Pada dua tahun kemudian, yakni

sekitar tahun 1996, MK Kewirausahaan ini baru mulai resmi ditawarkan dengan diampu oleh dua dosen, yakni saya sendiri dan Dr. Wakhid S. Ciptono, M.B.A., M.P.M. Sambutan mahasiswa pada waktu itu cukup positif diukur dari jumlah mahasiswa yang mengambil MK tersebut karena ini adalah sekadar MK pilihan.

MK tersebut adalah baru sama sekali sehingga materi kuliah dan pedagogi pengajaran dikembangkan sedikit demi sedikit berbasis paradigma experiential learning (learning by doing). Paradigma pembelajaran ini sejauh ini masih yang terbaik untuk MK Kewirausahaan.

Karena kami berkepentingan untuk membangun karakter dan spirit kewirausahaan, jadi tidak cukup sekadar teori. Mahasiswa harus diberi kesempatan untuk berproses cipta, rasa, karsa, dan karya melalui sebuah business project

Berbicara mengenai kewirausahaan di UGM tidak dapat terlepas dari peran Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB). Jurusan Manajemen di FEB UGM mulai merintis mata kuliah khusus untuk mendorong mahasiswa terjun berwirausaha pada tahun 1994. Tentu saja, banyak kendala selama pengembangan mata kuliah itu, tetapi banyak pula manfaat yang sudah dirasakan. Kabar UGM mewawancarai Ketua Jurusan Manajemen FEB UGM, Dr. Sahid Susilo Nugroho, M.Sc., untuk mengorek lebih dalam tentang sejarah dan pengembangan mata kuliah kewirausahaan.

Page 13: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .13

laporan utama

riil yang dilakukan dalam formasi tim.

Memang selalu ada kegalauan apakah wirausaha itu bisa diciptakan atau memang sebagai bagian dari takdir atas dasar keturunan atau keberuntungan? Kami di Jurusan Manajemen meyakini bahwa sepanjang ilmu kewirausahaan bisa dipelajari dari aspek karakter dan keperilakuan, maka terbuka kesempatan bagi kami untuk menciptakan sosok sarjana wirausaha melalui rekayasa proses pendidikan.

Sampai saat ini perkembangannya seperti apa?

Seiring dengan konteks permasalahan ekonomi Indonesia yang mengalami kelangkaan sosok pelaku ekonomi asli Indonesia, semakin banyak orang menyadari bahwa Indonesia memang memerlukan jumlah wirausaha yang lebih banyak. Ada opini umum yang menyatakan bahwa untuk membangun perekonomian nasional yang maju setidaknya dibutuhkan jumlah pengusaha sebesar dua persen dari total jumlah penduduk. Jadi, kalau diasumsikan penduduk Indonesia 250 juta, berarti kita memerlukan paling tidak lima juta pengusaha Indonesia.

Perubahan mind-set seperti di atas juga berpengaruh ke kurikulum Jurusan Manajemen. Saat ini, MK Kewirausahaan bahkan sudah menjadi mata kuliah wajib fakultas, dari dulunya hanya MK pilihan Jurusan Manajemen. Sungguh luar biasa dan sangat membahagiakan

bagi pihak-pihak yang dulu ikut membidani kelahiran MK ini.

Perkembangan menarik lainnya, kewirausahaan juga sudah mulai menjadi bidang konsentrasi di Program MM FEB UGM dan mendapatkan animo masyarakat yang sangat positif. Jadi, hal ini menjadi salah satu tanda tentang semakin kuat minat generasi muda untuk berkarier sebagai pengusaha. Menjadi pengusaha adalah pilihan karier yang mandiri dan mulia karena menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Materi kuliah Kewirausahaan di Program MM tetap menonjolkan aspek experiential learning, namun juga dibekali MK alat yang lebih lengkap sebagai prasyarat, yakni MK Business Plan dan MK Business Model.

Apa manfaat yang didapat dengan diterapkannya kurikulum tersebut, baik bagi mahasiswa maupun dosen serta fakultas ?

Kewirausahaan sesungguhnya tidak bisa hanya diartikan sebagai bidang pembangunan sebuah bisnis baru, namun dalam konteks keorganisasian atau yang disebut sebagai intrapreneurship. Kewirausahaan juga bisa dimanifestasikan sebagai bidang pengembangan inovasi untuk mencapai kinerja organisasi yang lebih baik. Jadi, secara luas kita bisa menyimpulkan semua orang memerlukan spirit kewirausahaan, apa pun profesinya. Saya sebagai dosen juga memerlukan spirit kewirausahaan

agar saya bisa mengajar lebih baik dengan materi yang lebih terkini dan gaya pengajaran yang lebih sesuai perkembangan zaman.

Dalam pandangan Bapak, apakah kurikulum kewirausahaan ini juga perlu diterapkan di fakultas/jurusan lain?

Nilai yang dulu mengilhami saya sewaktu mengusulkan MK pada tahun 1994 adalah nilai semangat 'kemandirian' atau 'berdikari'. Dengan membekali mahasiswa ilmu kewirausahaan, sarjana UGM diharapkan memiliki semangat berdikari untuk mampu berperan lebih banyak dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka tidak hanya sekadar menjadi angkatan kerja, namun mampu menciptakan lapangan kerja itu sendiri. Semangat berdikari ini akan membentuk karakter positif dan menstimulasi semangat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik seusai lulus dari UGM. Jadi, saya menganggap bahwa semangat berdikari adalah nilai universal yang dibutuhkan setiap sarjana UGM apa pun fakultas dan jurusannya. Untuk fakultas-fakultas teknis, seperti misalnya Pertanian, Peternakan, Teknik Mesin, dan lainnya, sungguh luar biasa kemanfaatannya. Karena mereka menguasai aspek teknologi sehingga dengan dibekali MK Kewirausahaan, lulusan mereka akan menguasai bidang produksi dan bidang komersial.

Apa ada hubungan antara penerapan kurikulum tersebut dengan pekerjaan mahasiswa setelah lulus kelak?

Sekali lagi saya menekankan bahwa kewirausahaan dapat dimanifestasikan dalam konteks bisnis dan konteks keorganisasian. Dalam konteks bisnis, mereka akan mampu menjadi pengusaha tangguh dalam membangun kerajaan bisnisnya, sedangkan pada konteks keorganisasian, mereka akan menjadi manajer atau pemimpin yang inovatif dan mampu menjadi agen perubahan untuk kinerja organisasi yang lebih baik.

Apa ada kendala di dalam penerapan kurikulum tersebut?

Tentu saja masih banyak yang harus dilakukan untuk menyempurnakan materi dan pedagogi pengajaran MK Kewirausahaan. Kami di Jurusan Manajemen sudah mulai melakukan kajian-kajian untuk proses pengembangan lebih lanjut. Kami mulai melibatkan alumni kami yang sudah sukses menjadi pengusaha guna memberi masukan-masukan bermanfaat untuk memperkaya pengajaran kewirausahaan di lingkungan FEB UGM.

Dr. Sahid Susilo Nugroho, M.Sc.(Ketua Jurusan Manajemen FEB UGM)

Page 14: Kabar UGM edisi Juni

14. Juni - 2011 - kabar ugm

sosok sosok

Bagaimana pengalaman Anda menangani korban erupsi Merapi?

Terus terang, saya sedih, tapi kita sudah berusaha maksimal. Kita sudah siapkan sedemikian rupa dari awal hingga akhir untuk meminimalisir korban karena tahapan peningkatan status Merapi dari normal, waspada, siaga, hingga waspada sangat cepat, tidak sampai dua bulan. Padahal, sebelumnya memerlukan waktu berbulan-bulan. Untuk sampai level satu ke empat sangat cepat. Kita berusaha dengan semua komponen yang ada.

Pada 25 Oktober 2010, kami briefing untuk merencanakan langkah selanjutnya. Di status awas, kita melakukan evakuasi warga di wilayah Cangkringan bagian atas untuk kita kosongkan, Desa Glagaharjo, Umbulharjo, dan Kepuharjo. Itu sudah bisa berjalan dengan baik meski tidak semudah yang dibayangkan. Masih ada kendala yang menyangkut budaya dan adat masing-masing wilayah terkait aktivitas Merapi.

Korban yang terbanyak kala itu terdapat di Desa Umbulharjo, khususnya Dusun Kinahrejo. Mengapa ada korban? Karena ada pengaruh budaya dan tokoh sentralnya, Mbah Maridjan, membuat mereka merasa belum mau untuk turun dievakuasi. Ketika sudah terjadi letusan, disuruh turun saja tidak mau. Itu yang menjadi hambatan dalam proses evakuasi untuk menekan korban tidak banyak jatuh. Yang pasti, kita sudah berusaha maksimal untuk meminimalisir korban.

Bagaimana cara Anda mengurusi pengungsi yang ribuan orang?

Kebetulan untuk menangani bencana tidak hanya di Merapi, tapi juga punya referensi menangani gempa di 2006. Saat itu, saya

jadi Kades Sumberharjo, Prambanan. Ada warga saya yang meninggal sekitar 60 orang. Artinya, di Kabupaten Sleman korban gempa yang paling banyak justru warga saya. Makanya, mengurusi pengungsi hingga tahap rehab-rekons dan berhari-hari tidak pulang dan kurang tidur, saya sudah biasa. Ketika terjadi di Cangkringan, saya menemui hal yang sama meski dalam konteks yang lain. Dari sisi psikologis dan fisik, saya tidak masalah, sudah biasa. Misalnya, saya seharian di tempat pengungsi, siang dan malam tidak pulang. Itu tidak masalah. Menghadapi pengungsi harus gimana, sudah biasa.

Ada pengalaman menarik?

Saya berhari-hari tidak pulang ke rumah. Kebetulan, rumah mertua saya dari kantor hanya berjarak 1 km. Kalau dari rumah, saya sudah bawa pakaian ganti untuk beberapa hari. Sekian hari jika tidak pulang, paling tidur di kantor atau di rumah mertua. Kalau 3-4 hari bekalnya habis, baru pulang ke rumah.

Bagaimana mengurusi evakuasi pengungsi yang harus berpindah-pindah karena berubahnya radius bahaya Merapi?

Waktu itu, ada tiga titik yang menjadi pusat konsentrasi pengungsi. Glagaharjo, Kepuharjo, dan Umbulharjo. Dengan kades, saya banyak komunikasi dari sana lewat HT dan HP. Keduanya harus stand by, tidak pernah berhenti, terutama penanganan pengungsi maupun perkembangan apa yang perlu dilakukan oleh kades dan jajarannya.

Sering diminta saran oleh para kades saat genting waktu erupsi?

Ya, memang itu. Di lapangan harus mengambil tindakan labih cepat. Hal seperti itu menjadi

Usianya baru 38 tahun saat dilantik menjadi Camat Cangkringan pada Januari 2010 dan menjadi camat termuda di Kabupaten Sleman, DIY. Baru sepuluh bulan menjabat, Samsul Bakri, S.I.P., M.M., harus menghadapi bencana erupsi Merapi pada Oktober lalu. Pria lulusan Fisipol tahun 1998 dan MM UGM tahun 2007 ini mencurahkan seluruh konsentrasinya untuk mengurusi warga Cangkringan yang kala itu banyak menjadi korban. Bahkan, hingga saat ini ia harus mengurusi 2.600-an kepala keluarga yang masih tinggal di hunian sementara (huntara).

Bagaimana pengalamannya dalam menangani bencana erupsi Merapi? Berikut wawancara Gusti Grehenson dengan pria asal Prambanan ini.

Page 15: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .15

sosok sosok

sehari-hari saya.

Apa yang menjadi kendala saat melakukan evakuasi warga?

Mengajak warga yang berada di atas untuk turun mengungsi. Sementara itu, hewan ternak masih berada di atas. Setiap hari, mereka maunya sejak pagi berangkat naik ke atas (lereng Merapi), sorenya balik lagi ke bawah (tempat pengungsian). Di atas, seharian mereka mengurusi ternaknya, padahal kondisi Merapi selalu meningkat terus dan berbahaya. Akhirnya, pemerintah menyampaikan demi keselamatan warga, tidak usah memikirkan ternak yang di atas. Seandainya mati, maka pemerintah yang akan mengganti. Filosofi pergantian ternak itu bukan semata-mata ternak yang mati akan diganti, tetapi demi keselamatan warga. Kalau tidak dijanjikan untuk diganti, maka warga akan selalu naik. Bayangkan jika warga saat itu selalu naik, padahal aktivitas Merapi seperti itu. Akan sangat repot jika terjadi korban banyak.

Ada pengalaman berkesan?

Sampai saat ini, mungkin yang tidak terlupakan menjelang

letusan tanggal 5 November dini hari. Begitu paniknya, saya merasakan sendiri. Habis magrib, hujan abu tidak berhenti. Usai rapat bersama satkorlak kabupaten, saya kembali ke kantor jam 22.00 bersama Danramil untuk mengondisikan masing-masing pos pengungsi untuk pindah ke Stadion Maguwoharjo.

Tengah malam, saya menuju Glagaharjo sambil telepon dengan beberapa kades untuk mengondisikan warga untuk pengosongan tiga desa. Saat melintas Kali Gendol, terjadi letusan besar. Suasana sangat panik. Saya melihat masyarakat panik, ada yang teriak, ada yang lari bawa motor. Ada ibu lari teriak 'tolong! panas...panas...’. Asap dari puncak kian tebal. Saya berpikir ini sudah kejadian (letusan). Danramil suruh balik (putar mobil) untuk kembali ke kantor. Saya ambil kemudi, dengan sekencang-kencangnya kembali pulang. Dari arah kali, ada gulungan asap

Page 16: Kabar UGM edisi Juni

16. Juni - 2011 - kabar ugm

sosok sosoksosok sosok

tebal (mendekat). Di depan saya sudah jatuh korban, kulit hitam hangus terbakar. Saya ambil jalan pintas melewati jalan setapak yang bisa dilewati mobil untuk menjauh dari bahaya letusan. Jalan itu bebatuan, tapi aman untuk menjauh dari Kali Gendol. Di tengah jalan, saya lihat orang lari, saya masukkan ke dalam mobil. Ada dua orang saat itu. Kita menuju arah timur, bertemu rombongan pengungsi Glagaharjo. Karena suasana mencekam, mobil saya tertabrak truk yang membawa pengungsi, tapi akhirnya semua selamat dan diarahkan ke Stadion Maguwoharjo.

Ada yang mengeluh?

Mereka panik. Ada satu orang ibu merangkul saya sambil menangis, bersyukur bisa selamat. Saat itu betul-betul kacau. Kita berusaha menenangkan, padahal fasilitas (stadion) belum siap sama sekali. Stadion itu kan baru diputuskan tempat pengungsi dalam beberapa jam sebelumnya. Semuanya seadanya, tapi bagaimana kita berusaha menenangkan mereka dulu. Itu yang bisa kita lakukan. Mereka juga bingung bagaimana menemui keluarganya yang masih tercerai-berai karena semua panik mencari perlindungan.

Mengapa di Cangkringan banyak jatuh korban?

Letusan Merapi tanggal 5 di luar perkiraan, tidak mengira sebesar dan sejauh itu. Makanya yang banyak meninggal di sekitar Kali Gendol. Sebelumnya, mereka tidak termasuk warga yang diungsikan, makanya mereka masih tidur di rumah masing-masing. Apalagi proses pengosongan belum selesai. Mereka yang dekat Kali Gendol kalah duluan dengan awan panas yang datang lebih awal. Di sana korban cukup banyak.

Sampai sekarang dampak bencana erupsi Merapi belum juga kelar. Apa pengalaman yang bisa Bapak petik dari semua ini?

Ya, yang jelas untuk urusan masalah pengungsi, antara gempa dan letusan Merapi mirip, tapi punya karakteristik sendiri. Kalau gempa, mereka bisa membangun rumah di tempat semula. Tapi, bencana Merapi butuh waktu lama karena untuk membangun di lokasi yang lama tidak memungkinkan karena tertimbun material yang dalam dan tebal. Di sisi lain, masalah relokasi. Tidak semua warga bisa menerima relokasi karena menyangkut masalah budaya dan lainnya. Itu yang menghambat, diperparah dengan pengaruh dari pihak NGO yang jalan sendiri dan ajakan mereka berlawanan dengan kebijakan pemerintah.

Apa yang Bapak lakukan untuk menenangkan warga yang menjadi korban Merapi?

Kita sudah memberikan penjelasan dan pemahaman kepada warga. Meski mereka tahu dan akrab dengan karakter Merapi, tapi mengetahui mitigasi bencana. Kita juga tidak

mengulangi kesalahan-kesalahan, misalnya kita membangun di atas sekarang aman, tapi itu akan terulang kembali saat Merapi meletus. Padahal, Merapi meletus secara periodik, misalnya selama 4 tahunan. Apalagi kawah Merapi begitu lebar dan menganga ke selatan. Artinya, dampak letusan potensial mengarah ke selatan, entah dalam seberapa besar volume lahar yang dimuntahkan. Misalnya, nanti kita bangun rumah dan infrastruktur di sana , apa ya tidak eman-eman jika 4 tahun lagi akan musnah. Kita hanya mengulangi kejadian yang sebenarnya sudah tahu. Apa yang kita lakukan akhirnya menjadi sia-sia.

Ini semua sudah kita sampaikan ke mereka. Mungkin secara logika, mereka bisa menerima, tapi secara emosional terkait dengan ikatan tanah kelahiran mungkin masih merasa berat untuk meninggalkan. Namun, itu tetap kita lakukan. Tidak hanya lewat kades, berbagai kesempatan kita lakukan, memang tidak mudah. Apalagi karakter masing-masing warga masih sangat kuat memegang budaya.

Selama menangani bencana Merapi, apakah ini menjadi beban bagi Bapak?

Berat ataupun tidak tergantung bagaimana kita merasakan. Ketika itu, pekerjaan yang sudah ada di depan kita. Itu sudah kita yakini harus kita lakukan dan itu saya lakukan dengan senang dan ikhlas. Kadang secara fisik dan pikiran pernah merasakan lelah, tapi saya tidak merasa itu menjadi beban yang memberatkan. Karena bagi saya, semua itu sebagai sesuatu yang mau tidak mau harus saya lakukan dan itu sudah jadi tanggung jawab saya diberi kepercayaan. Mau tidak mau saya harus melaksanakan itu dengan baik. Ketika melakukan itu dengan perasaan senang, maka tidak ada beban. Meskipun saya siang dan malam yang libur tidak dibuat libur, itu tidak masalah. Yang penting, semua dilakukan dengan senang hati. Itu saja.

Jumlah pengungsi Merapi sekarang berapa?

Kalo Cangkringan, yang di huntara ada sekitar 2.600-an KK. Hampir semua warga huntara adalah warga Cangkringan. Kalau di luar Cangkringan, yang berasal dari Ngemplak sekitar 26 KK.

Bagaimana tanggapan keluarga atas waktu yang habis mengurusi Merapi selama 10 bulan ini?

Awalnya anak-anak (2 anak) sempat protes. Sekarang, mereka sudah bisa memahami. Anak pertama umur 11 tahun, yang kedua umur 6 tahun.

Sering dipanggil mendadak saat genting?

Dulu awal erupsi, yang namanya HT (handy talky) saya taruh dekat kepala saya, misalnya pas jam 1 dini hari, sambil tiduran, meski tidak bisa tidur nyenyak. Biasanya HP saya nada deringnya kecil, tanpa getar. Tapi, saat Merapi meletus, saya maksimalkan (volume dering)

dan ada getarnya. Jika ada panggilan yang penting, saya langsung bisa tahu.

Ada kepuasan secara batin setelah selesai menghadapi masa-masa sulit itu?

Secara pibadi dan naluri akan merasa senang dan puas memberikan seuatu yang baik bagi masyarakat, makanya saya berusaha mencurahkan segala waktu, tenaga, dan pikiran untuk mereka. Karena saya ingin memberikan yang terbaik bagi mereka, apa yang mampu dan bisa saya lakukan untuk mereka, baik secara pribadi dan kedinasan.

Saya bisa memahami perasaan mereka. Apalagi mereka yang kehilangan segalanya, rumah, mata pencaharian, harta benda, dan sanak keluarga, itu jauh lebih berat. Sampai saat ini pun mereka belum bisa berbuat apa-apa. Yang dulu punya pekerjaan dan memiliki ternak atau jadi penambang pasir, sekarang belum bisa beraktivitas normal.

Solusi yang sudah Anda berikan?

Dalam berbagai kesempatan, kami selalu mengusulkan ke pemerintah (Pemkab Sleman) dilakukan terobosan dan strategi untuk memberikan kegiatan yang bisa mendatangkan penghasilan secara cepat agar secara ekonomi bisa bangkit dan memiliki aktivitas dan hasilnya cepat. Warga butuh pemulihan ekonomi cepat. Yang kita lakukan, pemberian keterampilan. Mau tidak mau,

Page 17: Kabar UGM edisi Juni

sosok sosok

kabar ugm - 2011 - Juni .17

sosok sosok

mereka harus beralih profesi dan itu tidak mudah. Yang tadinya jadi penambang, mungkin sekarang kita ajak buat batako dan kerajinan kayu. Kita berikan bantuan alat dan modal serta diberikan keterampilan agar bisa usaha. Apalagi nanti tahap rehab-rekons butuh ribuan batako. Peluang untuk itu cukup bagus.

Untuk kalangan ibu-ibu, kita bantu penguatan modal untuk mereka jualan kecil-kecilan, ada yang budi daya jamur dan ternak kambing. Itu yang bisa mereka lakukan saat-saat sekarang.

Oh ya, bagaimana ceritanya dulu Anda bisa menjadi camat?

Kalau menjadi camat, itu urusannya bupati kenapa bisa milih saya (tertawa). Saya lulus UGM (Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol) tahun 1998. Kemudian, lulus Magister Manajemen tahun 2007. Sebelum di sini (Camat Cangkringan), saya lama di Kecamatan Prambanan. Di Prambanan, saya sudah lama (bekerja), terakhir saya dipercaya jadi sekcam. Tidak lama jadi sekcam, saya dipercaya jadi Camat Cangkringan. Tidak tahu, apa karena mau meletus kemudian ditaruh camat yang muda, ha..ha..ha....

Sejak kapan menjadi camat?

Sebetulnya belum lama, per 1 Januari 2010. Jadi, sejak saya diangkat jadi camat hingga terjadi letusan sekitar 10 bulan.

Terbayangkan sebelumnya akan menjadi camat?

Saya tidak pernah membayangkan jadi apa. Karena prinsip saya, saya berusaha melaksanakan tugas dan tanggung jawab itu dengan sebaik-baiknya. Masalah nanti jabatan dan materi sebagai kompensasi dari pelaksanaan tugas itu kalau memang saya bisa melaksanakan tugas itu dengan baik, kemudian dapat kepercayaan mengemban tanggung jawab yang lebih tinggi, jabatan dan materi itu dengan sendirinya akan mengikuti. Artinya, semua itu bukan tujuan utama, tapi yang jadi prinsip utama adalah melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Perkara mau jadi apa dan ditaruh di mana, itu tidak masalah.

Sempat kaget saat ditunjuk menjadi camat?

Awalnya sempat kaget, saya tidak menyangka secepat itu. Saya berumur 38 tahun. Jadi kades umur 34. Mungkin untuk camat termasuk yang termuda di Sleman. Sempat tidak percaya karena yang lebih senior untuk masa jabatan dan kepangkatan masih ada.

Dari ilmu yang pernah didapatkan di UGM, seberapa besar membantu kerja Anda sebagai camat?

Terus terang, ilmu yang didapat sangat bermanfaat bagi saya melaksanakan tugas di lapangan di mana setiap hari bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena baik dari sisi pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, dari ilmu pemerintahan mencakup keseluruhan itu, sedang ilmu MM membantu saya dalam mengubah pola pikir. Dengan bekal ilmu, kita bisa lebih baik menghadapi masyarakat, berpikir cepat dalam mengembangkan potensi dari sisi eknomi, lingkungan, dan pemerintahan.

Apa prinsip yang Anda pegang dalam memimpin masyarakat?

Kita melaksanakan kegiatan itu secara bersama-sama, saling memberdayakan. Apapun kegiatan itu, bukan dari saya, tapi bagi masyarakat yang bisa melakukan sesuatu untuk mereka sendiri. Bukan semata-mata dioyak dan dikejar terus. Tapi, bagaimana menumbuhkan kesadaran dari mereka bagaimana membangun fisik dan nonfisik untuk kemakmuran bersama dengan nanti bisa diberdayakan dengan baik. Lalu, partisipasi mereka jadi lebih tinggi. Mereka bisa melakukan secara bersama-sama. Itu nanti hasilnya lebih baik. Kepedulian mereka untuk lingkungannya menjadi lebih tinggi. Ketika ada sesuatu yang kurang pas, mereka secara cepat merespon untuk memperbaiki, apakah itu dengan kemampuan sendiri atau dengan mengajukan proposal ke pemerintah. Itu yang perlu dan selama ini saya lakukan. Sehebat apa pun pemimpin kalau tidak ada partisipasi masyarakat tidak akan mungkin bisa berhasil dan berjalan sendiri. Paling utama, kita tumbuhkan kesadaran dan partisipasi mereka agar mereka ikut sama-sama.

Itu yang Bapak tularkan kepada para kades dan staf Bapak?

Saya selalu mengingatkan pengurus kecamatan dan desa sebagai pelayan masyarakat yang terdepan dan terdekat dengan masyarakat, secara langsung selalu bersinggungan dengan masyarakat. Sebagai pelayan, harus menumbuhkan prinsip harus bisa melayani mereka dengan sebaik-baiknya. Artinya, apa yang dimaui masyarakat harus direspon dengan baik tanpa meninggalkan mekanisme dan prosedur aturan yang sudah ada. Jangan sampai ada kesan justru kita yang dilayani oleh mereka. Justru kita melayani dan menghormati.

Kalau boleh tahu, berapa anggaran yang dikelola Kecamatan Cangkringan?

Untuk anggaran sekitar 600-an juta. Untuk desa, lain lagi. Anggaran ini untuk kegiatan masyarakat dalam bentuk bantuan.

Program yang dirasakan berhasil selama 18 bulan?

Terutama penyadaran. Saya tidak semata-mata menonjolkan secara (pembangunan) fisik. Pertama, saya ingin memberdayakan masyarakat karena saat awal jadi camat saya melihat minat masyarakat untuk membuat proposal ke pemerintah masih sangat rendah dibanding saat saya sekcam atau kades di Prambanan. Dengan bantuan pemerintah lewat proposal yang diajukan akan memotivasi dan menstimulan masyarakat untuk bergerak. Mau tidak mau, akan menambah swadaya mereka dan lebih cepat perkembangannya, baik fisik maupun nonfisik. Bentuknya macama-macam, dana gotong-royong, dana pemberdayaan masyarakat untuk ekonomi produktif dan simpan pinjam.

Infrastruktur yang sudah kita bangun hancur akibat erupsi Merapi. Kita pun harus mulai dari nol lagi. Saat ini, kita fokus ke recovery, membangun permukiman dan kondisi ekonomi.

Apa enaknya menjadi camat?

Ini pertanyaan susah. Enaknya sih, punya banyak saudara. Dengan saya jadi camat, terus terang saya bisa kenal dengan berbagai lapisan masyarakat, baik di wilayah Cangkringan, dari tua sampai muda, lapis bawah sampai atas, dari semua instansi dan stakeholders hingga wartawan. Itu semua tidak bisa dinilai dengan uang. Meskipun nanti saya tidak di Cangkringan lagi, hubungan baik itu masih tetap terjaga.

Apa tidak enaknya menjadi camat?

Sebagai konsekuensi jadi camat, pucuk pimpinan selalu jadi sorotan masyarakat, termasuk apa pun yang saya lakukan. Jadi, saya harus berhati-hati. Kalau bertindak, berlaku, atau berkata yang salah sudah pasti akan jadi konsumsi publik. Kadang ini membatasi ruang gerak saya. Kalau dulu sebelum jadi camat, saya dengan bebasnya mau nongkrong di mana saja atau berlaku di mana. Sekarang tidak bisa seperti itu.

Page 18: Kabar UGM edisi Juni

18. Juni - 2011 - kabar ugm

suara

Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih merupakan dambaan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Lihat saja ketika lowongan penerimaan CPNS dibuka di berbagai daerah, ratusan bahkan ribuan pencari kerja dari berbagai strata, SD, SMP, SMA, hingga

sarjana rela antre untuk dapat mendaftar menjadi PNS. Belum lagi mereka yang kemudian harus menyogok oknum tertentu untuk bisa menyandang status pegawai negeri. Ratusan juta pun melayang untuk dapat menjadi seorang ambtenaar.

Menjadi PNS saat ini seakan-akan menjadi dambaan setiap pencari kerja karena posisinya yang kian strategis dan mapan. Itu pula salah satunya yang diharapkan oleh ribuan tenaga honorer (pegawai tidak tetap) yang bekerja di UGM. Ribuan tenaga kerja honorer di UGM juga banyak berharap nasib akan membawa mereka menjadi seorang PNS atau pegawai tetap di UGM. Nah, berikut ini rangkuman pandangan mereka tentang nasib tenaga honorer UGM, yang dirangkum dalam rubrik SUARA.

Dhimas Willy Saputro, S.I.P.Tenaga kependidikan Tidak Tetap di Fakultas Biologi

Bisa mengabdi sebagai tenaga honorer di Fakultas Biologi UGM bagi saya merupakan sebuah kebanggaan, apalagi saya juga

alumnus UGM dari Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fisipol. Saya senang bekerja sebagai

memang sering muncul rasa was-was sebagai pegawai honorer mengingat statusnya

sebagai pegawai tidak tetap

Page 19: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .19

suara

Restu Nastiti, S.I.P.Staf Kantor Alumni dan Pengembangan Usaha (APU)

Saya baru saja diangkat sebagai pegawai honorer SK Rektor di Kantor APU per Januari 2011

kemarin. Namun sebelumnya, sejak 2009 saya sudah bekerja di Kantor APU, tetapi dengan SK Tim Simfoni (Sistem Informasi Alumni). Setelah diangkat sebagai pegawai honorer dengan SK Rektor, yang jelas saya merasa senang. Ada perbedaan dari SK Tim menjadi SK Rektor, gajinya naik, terus dapat insentif, seperti uang makan, kepangkatan, uang absen/tiga bulanan. Selain itu, juga dapat tunjangan kesehatan (GMC). Kalau dulu kan tidak dapat seperti itu.

Meski sudah diangkat sebagai honorer dengan SK Rektor, saya masih saja belum tenang, apakah statusnya akan diperpanjang atau tidak? Beda lagi kalau sudah jadi pegawai tetap, apalagi PNS, lebih terjamin statusnya. Harapannya sih bisa lebih diperjelas lagi masa depan honorer UGM. Kurnia E.

Amung PracoyoPetugas Parkir Kantor Pusat UGM

Saya sudah 12 tahun bekerja sebagai honorer di Kantor Pusat, dengan mengantongi SK Rektor. Yang saya rasakan UGM

cukup memperhatikan pegawai honorer. Dibanding dengan pegawai honorer lainnya, seperti di Pemda, UGM jauh lebih baik dalam memperlakukan pegawai honorernya. Semisal dari segi pemberian honor, UGM lebih dari yang lain. Selain gaji pokok, ada kepangkatan, tiga bulanan, dan yang lainnya. Honornya juga naik dari waktu ke waktu. Ke depan, kalau bisa UGM memberikan fasilitas-fasilitas yang semakin baik untuk pegawai honorer.

Selain itu, besar harapan saya masih bisa diangkat sebagai PNS. Sampai sekarang, umur 46 tahun masih honorer. Sebenarnya, dulu pernah ikut pemberkasan, waktu pemberkasan pertama, tapi tidak bisa diangkat PNS karena berkas yang dikumpulkan untuk diajukan ke BKN hilang di tangan petugas. Ya, saya sangat kecewa karena kesempatan untuk jadi PNS hilang begitu saja karena orang lain. Saya ini cuma orang kecil, tidak bisa berbuat apa-apa. Besar harapan saya ada kebijakan dari UGM untuk saya karena kalau diangkat PNS ada jaminan untuk hari tua.Kurnia E

Silva Meliana, A.Md.Tenaga kependidikan Tidak Tetap pada Pusat Studi Pancasila UGM

Menurut saya, pihak Universitas sudah memperhatikan tenaga honorer melalui proses

pengangkatan menjadi tenaga tetap setiap tahunnya. Hanya saja, saya mengusulkan agar

pegawai honorer di UGM karena selain diberikan gaji pokok juga ada beberapa tambahan, seperti uang makan, insentif tenaga kependidikan, dan insentif kehadiran yang setahu saya hanya untuk pegawai honorer di UGM, sedangkan di instansi lain sepertinya tidak ada.

Meskipun untuk gaji saat ini masih di bawah gaji pegawai honorer SK Rektor, menurut saya tidak ada pembedaan dengan pegawai lain yang berstatus PNS: fasilitas di kantor sama, diberi seragam, terlibat dalam proyek, dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan lain, seperti rekreasi yang dibiayai fakultas untuk seluruh keluarga.

Hanya saja, memang sering muncul rasa was-was sebagai pegawai honorer mengingat statusnya sebagai pegawai tidak tetap, apabila SK tidak diperpanjang karena dalam SK ada masa berakhirnya. Selain itu, di dalam SK juga tidak ada tunjangan kesehatan dan tunjangan keluarga.

Saya sendiri masuk sebagai staf administrasi Fakultas Biologi sejak 1 Oktober 2010. Saya tentu berharap agar pegawai honorer SK Dekan bisa diangkat menjadi SK Rektor atau diangkat sebagai pegawai tetap seperti pada pengumuman dari Direktorat SDM tentang pengangkatan pegawai honorer menjadi pegawai tetap UGM. Dengan begitu, secara otomatis kesejahteraan kami akan meningkat dan ada jaminan kesehatan dan jaminan purnatugas (ada asuransi) meskipun untuk mengusulkan harus memenuhi masa kerja minimal 2 tahun.

Saya berharap ketika ada kesempatan atau formasi nanti bisa diangkat atau lolos seleksi menjadi PNS di UGM karena cita-cita saya memang bekerja di lingkungan pendidikan. Sementara UGM merupakan institusi pendidikan yang besar dengan memiliki status kepegawaian yang tetap atau kuat.Satria A.N.

proses pengangkatan perlu dilakukan setahun dua kali mengingat honorer UGM yang tidak sedikit pada tahun 2011 ini, yakni sejumlah 1.663 orang berdasarkan penuturan Ibu Budi Ngestiningsih dari Direktorat SDM pada acara Sosialisasi Jabatan Fungsional Arsiparis di Sekolah Vokasi, tanggal 25 Mei 2011.

Di samping itu, Universitas diharapkan bisa turut membantu pusat studi, bisa dalam bentuk tunjangan untuk tenaga honorer pusat studi ataupun dalam bentuk lain karena pada dasarnya semua kegiatan yang diadakan oleh pusat studi bertujuan untuk mendukung kegiatan akademik Universitas.

Saya bergabung di Pusat Studi Pancasila sejak bulan Maret 2010 lalu. Sejak bergabung menjadi honorer di Pusat Studi Pancasila, saya sendiri menilai banyak peluang yang

dimiliki untuk menjadi tenaga tetap UGM. Selain itu, pengalaman pelatihan-pelatihan yang digelar oleh unit kerja di UGM banyak pula saya diperoleh. Ya, kalau bicara tentang pendapatan tentu tidak sama dengan tenaga tetap, tetapi bagi saya itu tidak menjadi soal karena yang terpenting bisa menikmati aktivitas yang saya jalankan.

Harapan saya, tentu saja ingin adanya peningkatan menjadi tenaga honorer SK Rektor meskipun pada dasarnya tidak ada perbedaan yang terlalu jauh antara tenaga honorer SK Kepala dengan SK Rektor karena semua berpulang kembali pada kemampuan pusat studi dalam memberikan honorarium bagi pegawainya.Satria Ardhi Nugraha

Page 20: Kabar UGM edisi Juni

20. Juni - 2011 - kabar ugm

essay photo

Page 21: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .21

essay photo

Sebagai kampus educopolis, gerakan budaya bersepeda di kalangan

civitas akademika mulai digalakkan. Dengan jargon, 'UGM Ngepit'. Selain membuat badan tetap sehat, bersepeda tentunya menciptakan lingkungan kampus yang bebas polusi asap kendaraan bermotor.

Page 22: Kabar UGM edisi Juni

22. Juni - 2011 - kabar ugm

civitas

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM, Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo Rus Sudarso, S.U., Sp.KGA (K), menyebut penyatuan tiga unsur di

perguruan tinggi itu sebagai cita-cita lama. Karena itulah, begitu ia terpilih menjadi dekan, upaya untuk mewujudkan hal itu terus dilakukan. Hasilnya, kegiatan riset kini sudah melibatkan tenaga kependidikan, padahal sebelumnya hanya dipegang oleh tenaga pendidik. “Kita libatkan kalau memang diperlukan, tergantung proposalnya. Jadi, kalau di proposal ada tenaga administrasi, jangan dipegang oleh dosen lagi. Kalau dulu kan tidak, tenaga administrasi dipegang dosen semua. Sekarang karyawan dilibatkan,” katanya.

Perhatian dan kepedulian Iwa akan kebersamaan tenaga pendidik dan kependidikan merupakan keinginan yang terpendam sejak lama. Saat menjabat Ketua

Korpri FKG, ia pernah mengutarakan ide itu kepada dekan pendahulunya, tetapi belum terlaksana. Oleh karena itu, saat terpilih sebagai dekan, ia mencoba merealisasikan ide tersebut. “Memang cita-cita saya jika jadi dekan arahnya ke sana, ingin menyatukan ketiga komponen ini dengan baik,” tambahnya.

Menurut Iwa, meskipun sulit disatukan, kebersamaan ketiga komponen tersebut penting dalam memajukan FKG. “Terus terang, saya sebagai pimpinan untuk menyatukan hal itu sangat sulit. Saya tanya dengan dekan (fakultas) yang lain, keluhannya hampir sama,” katanya.

Dalam pandangan Iwa, proses kegiatan belajar-mengajar di fakultas tidak akan

berhasil hanya dengan mengandalkan tenaga pendidik saja, tetapi juga membutuhkan tenaga kependidikan sebagai faktor kunci. Keduanya harus menjadi satu kesatuan, satu paket yang tidak dapat dipisahkan. Tidak heran, kini Iwa mempunyai program kegiatan piknik bersama dan direncanakan juga akan dilakukan outbound. Di suatu kesempatan, ia juga meminta dalam setiap kegiatan olahraga, ketiga komponen harus dilibatkan. Jika tidak, proposal dan izin kegiatan ditangguhkan.

Mengakomodasi Semua Pihak

Di bidang pendidikan, kualitas dan kuantitas tenaga pendidik terus dibenahi dalam rangka mendukung misi Universitas menjadi universitas riset kelas dunia. Dari sisi manajemen, Iwa menerapkan kebijakan

Page 23: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .23

civitas

bottom up dan top down. Hal itu dilakukannya untuk mengakomodasi semua pihak. “Saya coba mendengarkan suara atas disatukan dengan aspirasi dari bawah. Jangan sampai ada pihak merasa tersisihkan,” tuturnya.

Demi mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi berbagai pihak, untuk urusan kantin pun Iwa membuat aturan khusus. Hanya para pensiunan dosen dan karyawan FKG, organisasi dharma wanita, dan koperasi pegawai UGM yang diizinkan berjualan. “Ketiga komponen organisasi ini coba kita rangkul,” katanya.

Dalam hal pengelolaam keuangan, Iwa banyak melakukan berbagai perubahan. Namun, semua ia lakukan mengikuti aturan yang diterapkan oleh Universitas. “Keuangan merupakan urusan yang sangat sensitif. Kita selalu mengacu pada pola yang dicanangkan Universitas,” tambahnya.

Walaupun UGM telah mencanangkan manjadi universitas riset, menumbuhkan kegiatan riset di kalangan tenaga pendidik tidaklah mudah meski hal itu sudah menjadi tugas wajib. Oleh karena itu, bagi dosen yang kurang rajin melakukan penelitian, Iwa memiliki treatment khusus. Ia tidak segan-segan untuk memanggil mereka dan meminta segera melakukan penelitian. “Saya sudah dua kali memanggil dengan surat resmi bagi dosen yang kewajiban penelitiannya masih minim. Tidak lama lagi, saya akan memanggil sekitar 20 orang lagi,” katanya.

Pengelolaan RSGM

FKG juga memberikan pelayanan bagi masyarakat di Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM) Prof. Soedomo sebagai salah satu unit penunjang utama kegiatan Tridarma. Dari tahun ke tahun, jumlah pasien kian meningkat. Sebagai satu-satunya RSGM terlengkap dari RSGM 26 FKG di Indonesia, pihaknya terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, baik pelayanan media maupun fasilitas teknologi mutakhir. Baru-baru ini, FKG telah mengganti 20 kursi periksa gigi yang rusak. “Masing-masing harganya 20 juta rupiah hingga 100 juta rupiah. Kita coba tingkatkan pelayanan,” ujarnya.

RSGM Prof. Soedomo saat ini pelayanannya belum 24 jam. Hal tersebut disebabkan rumah sakit ini belum ada klinik bedah mayor. Jika sudah dibangun, rencananya pelayanan rumah sakit ini berlangsung 24 jam. Iwa pun merujuk rumah sakit yang sama di China dengan fasilitas hingga 200 kamar. “Kita sudah mengusulkan ke pemerintah untuk gedung sentral bedah mulut ini,” katanya.

Ingin Jadi Insinyur

Iwa dilahirkan di Ciamis, 62 tahun lalu. Anak ke-7 dari 11 bersaudara ini tumbuh dan besar di Kota Ciamis. Setelah lulus SMAN 1 Ciamis pada tahun 1968, Iwa sempat bercita-cita untuk berkuliah di jurusan geologi atau teknik industri. Sayang, kedua pilihan ini tidak diterima. Ibunda Iwa, mantan perawat revolusi, akhirnya menyarankan Iwa untuk masuk kedokteran, mengikuti jejak sang ibu sebagai tenaga medis. “Berkat doa ibu, saya diterima di kedokteran gigi,” katanyaGusti Grehenson

Pria asal Ciamis ini memiliki keinginan yang sederhana, yakni menyatukan mahasiswa, tenaga pendidik (dosen), dan tenaga kependidikan (nondosen) dalam berbagai aktivitas. Kedengarannya gampang, tetapi penerapannya di lapangan ternyata tak semudah yang dibayangkan.

Page 24: Kabar UGM edisi Juni

24. Juni - 2011 - kabar ugm

prestasi

Laporan perkumpulan dokter (2007) menyebutkan sekitar 27,7% balita di Indonesia mengalami anemia atau penyakit kurang darah setiap tahunnya. Artinya, setiap tahun

terdapat hampir 8 juta balita di negara ini yang mengalami kekurangan darah.

Kenyataan itu mengusik lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Aprilita Kusumawardhani, Afni Fitriana, Avelia Genetika Indriani, Gaung Ranggatama,

dan Haritsah Setya N.A., yang merupakan mahasiswa semester 8 Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, untuk mencari solusi dalam mengatasi persoalan serius tersebut. Mereka kemudian membuat produk makanan bagi balita berupa bubur dengan memanfaatkan produk pangan lokal, yakni beras poorboiled (gabah yang tidak disosoh bersih), yang mengandung zat besi tinggi, baik dikonsumsi untuk balita yang menderita anemia.

Page 25: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .25

suara

Produk yang diberi label SAE, Soy-Rice Porridge, ini ternyata mampu mengantarkan Aprilita dan kawan-kawan menjadi pemenang kedua dalam Student Competition yang diadakan International of Food Technology (IFT) pada 13 Juni lalu di New Orleans, Amerika Serikat. Untuk juara pertama diraih tim dari Universitas Brawijaya, sedangkan posisi ketiga ditempati Universitas Chemmical Technology India.

Aprilita menuturkan pada November 2010 silam timya yang diberi nama 'Soya', mengirimkan proposal untuk mengikuti kompetisi IFT. Selanjutnya, pada Februari 2011 mereka mendapat kabar proposal yang diajukan lolos ke final bersama dengan 33 proposal lain dari berbagai belahan dunia.

IFT menyelenggarakan kompetisi dengan tema pemanfaatan ilmu dan teknologi pangan untuk mengatasi masalah kekurangan zat besi, terutama bagi anak-anak di negara berkembang. Dari tema tersebut, kelima mahasiswa UGM ini melakukan sejumlah riset cara menangani anemia pada balita. “Kami melakukan riset bagaimana cara mengatasi anemia pada balita karena berdasar laporan dari perkumpulan dokter, kasus anemia pada balita Indonesia mencapai 27,7% per tahun, Jadi, ada sekitar 8 juta balita Indonesia tiap tahunnya mengalami kekurangan darah. Hal ini merupakan persoalan yang cukup serius. Untuk itu, kami ingin memberikan kontribusi bagi penyelesaian masalah tersebut,” kata Aprilita pada Kabar UGM beberapa waktu lalu.

Setelah melakukan riset, akhirnya mereka menemukan formula khusus produk makanan yang dapat dikonsumsi oleh balita penderita anemia. Dipilihnya beras poorboiled sebagai bahan baku dengan alasan kandungan zat besi dalam beras yang tinggi, yakni 40 persen lebih tinggi dibandingkan dengan beras biasa. Beras poorboiled diperoleh dari gabah yang telah direndam selama 24 jam, yang selanjutnya dikukus 30 menit. Gabah yang telah dikukus kemudian dikeringkan dan digiling, tetapi tidak sampai halus. “Hasil gilingan tersebut yang dinamakan beras poorboiled. Beras poorboiled ini kandungan gizi dan zat besinya jauh lebih tinggi dibanding beras putih lain yang mengalami berkali-kali penggilingan hingga kulit arinya hilang. Karena tidak digiling sampai bersih, kulit arinya masih tersisa, warna berasnya pun menjadi agak kecokelatan,” terangnya.

Dalam membuat SAE, tim UGM memilih kedelai varietas Grobogan, yang memiliki kandungan protein 40 persen lebih tinggi dari kedelai varietas lainnya. Bahan lain yang digunakan untuk membuat bubur SAE ialah kedelai, minyak kedelai, minyak kelapa

sawit, dan gula. Beras poorboiled lalu diolah menjadi tepung, sedangkan kedelai direbus hingga menjadi bubur. Selanjutnya, kedua bahan tersebut dicampur dengan minyak kedelai, minyak sawit, gula, dan ditambah dengan sedikit bekatul. Adonan tersebut lantas dikeringkan hingga membentuk padatan. “Padatan ini kita hancurkan menjadi bubuk halus/tepung dan selanjutnya dikemas menjadi bubur siap saji bagi balita,” tambah Aprilita.

Ditambahkan oleh Haritsah Setya, produk ciptaan mereka sangat bermanfaat dan aman dikonsumsi oleh balita, apalagi balita penderita anemia. Bubur tersebut mengandung 50 persen zat besi, 55 persen protein, dan 30 persen kalori dalam setiap 74 gram penyajian. Satu kemasan SAE dipak dengan berat 120 gram. “Seperti diketahui, angka kebutuhan zat besi setiap balita sebesar 8 mg/hari. Nah, bubur bayi yang kami buat ini dalam satu kali penyajian, 74 gram, mampu memenuhi separuh kebutuhan zat besi yang diperlukan balita,” jelas Haritsah.

Meskipun berpotensi secara industri, lima sekawan ini belum berencana memproduksi secara massal bubur tersebut. Namun, ke depan mereka tidak menutup kemungkinan untuk dapat memasarkan hasil ciptaannya secara luas. “Ke depan, tidak menutup kemungkinan bagi kami untuk bisa memproduksi secara massal dan memasarkannya, tapi butuh dukungan dan kerja sama dengan dunia industri juga,” imbuh Haritsah.Kurnia Ekaptiningrum

Mahasiswa FTP UGM

menorehkan prestasi

gemilang dalam Student

Competition yang digelar

The Institute of Food

Technology (IFT) di Amerika

Serikat, 13 Juni lalu. Mereka

menciptakan bubur yang

mengandung zat besi

tinggi untuk balita, yang

bermanfaat bagi balita

penderita anemia.

Page 26: Kabar UGM edisi Juni

26. Juni - 2011 - kabar ugm

liputan 1

Hutan seluas 25 hektar di Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, tidak hanya indah dan sejuk, tetapi kini juga menjadi laboratorium alam bagi banyak peneliti. Sedikitnya ada 41 jenis tanaman, 16 tumbuhan obat, juga

sejumlah jenis jamur hidup dan tumbuh di hutan lestari Wonosadi. Di sana, terdapat pula sebanyak 40-an jenis burung, amfibi, reptil, mamalia, dan serangga. Berbagai jenis tumbuhan langka, seperti bunga bangkai (Amorphophallus titanum) berwarna putih dan anggrek tanah (Pecteilis Susannae), merupakan daya tarik tersendiri. Anggrek ini langka karena tumbuh di permukaan tanah dan baru

ditemukan di Maluku, Madura, dan Nusa Tenggara Timur.

Selain itu, terdapat pula hewan langka dan dilindungi, misalnya elang bido, elang jenis alap-alap, belalang merah, burung funglor atau anis kembang, dan kelompok tawon gung. Mereka hidup nyaman dalam rimbunnya pepohonan yang telah berusia ratusan tahun. “Di sini dulu juga ada elang jawa dan elang bodol. Namun, karena permukiman semakin bertambah mengakibatkan dua jenis elang bermigrasi,” ujar Muh. Kasno, salah satu tokoh pengelola hutan Wonosadi.

Di puncak hutan, akan ditemui sejumlah pohon tua berusia lebih dari 200 tahun. Di samping itu, terdapat banyak bebatuan vulkanik dari gunung api purba di sekitar hutan ini. Itulah yang menjadi daya tarik kawasan ini sebagai desa wisata dan pengunjung dapat menikmati hamparan Ledok Wonosari, Baturagung, sekaligus rangkaian bukit-bukit karst.

Masyarakat setempat memiliki cerita tersendiri terkait keberadaan hutan ini. Mereka percaya bila roh Onggoloco, putra salah seorang selir Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit yang melarikan diri dari kejaran pasukan Kerajaan Demak, dulu pernah bertapa dan kini bersemayam di tempat ini. Onggoloco memiliki ilmu kebatinan tinggi. Untuk bertapa, ia membuat hutan agar penduduk tidak kekurangan air. Hutan ini pada akhirnya diberi nama Wonosadi, “wono” berarti alas dan “sadi” berarti sandi/ rahasia. “Namun, rahasia apa dari hutan ini masih belum dapat terungkap,” kisah Muh. Kasno.

WONOSADI ADALAH SEBUAH HUTAN ADAT DI DESA BEJI, KECAMATAN NGAWEN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. KESERIUSAN MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIANNYA, DENGAN BIMBINGAN DARI UGM, MEMBUAT DAERAH INI HIJAU DAN KAYA AIR SERTA MENJADI PELESTARI KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA.

Page 27: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .27

liputan 1

Banaran sebagai Desa Caping

Sekitar 1 kilometer dari hutan Wonosadi, terdapat Dusun Banaran, yang menjadi pusat pengrajin caping (tudung kepala yang dibuat dari anyaman bambu, bentuknya lancip ke atas dan melebar kelilingnya). Meski kerajinan topi petani ini tidak selaris dulu, masih banyak pengrajin yang bertahan, antara lain, Ibu Ahmadi (47) dan Noto Sukatno (56). Ibu Ahmadi mengaku rata-rata setiap minggu mampu menghasilkan 9-10 caping. Dengan harga jual antara 8 ribu hingga 15 ribu rupiah, dapat ditebak berapa pendapatan yang diperoleh. Meski dirasa kurang, Ibu Ahmadi merasa bersyukur. Sebagai pendapatan== sambilan sesudah dari kebun, dirasa sudah cukup untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Hanya saja, banyak pengrajin yang kini mengeluhkan pasokan bahan untuk membuat caping. Bahan yang harus didatangkan dari Tempel, Sleman, menjadikan harga bambu mahal. Sementara itu, harga caping cenderung

tidak mengalami kenaikan. “Dengan seratus ribu seminggu sakjane nggih kirang. Nanging kados pundi malih? Tambah malih sakniki lare-lare sami mboten mbantu (Dengan seratus ribu seminggu sebenarnya kurang, Namun, bagaimana lagi? Ditambah lagi sekarang anak-anak tidak lagi membantu -red.),” keluh Ibu Ahmadi.

Dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan bahan membuat caping, suatu ketika masyarakat di Banaran, Beji, Ngawen, Gunung Kidul, menanam bambu. Bambu-bambu itu pada akhirnya tumbuh seperti di daerah lain. Namun sayang, tidak memenuhi kualitas untuk membuat caping.

Respon UGM

Terhadap keberadaan hutan Wonosadi dan pengrajin caping ini, UGM sudah lama merespon dengan menerjunkan mahasiswa KKN. Berbalut program desa binaan, UGM sejak tahun 1999 memulai perannya membina Desa Bejiharjo.

Soenarwan Hery Poerwanto, S.Si., M.Kes., dosen Fakultas Biologi UGM dari Laboratorium Parasitologi, mengatakan seiring dengan program IMHERE, program-program

pembinaan semakin diintensifkan sejak tahun 2011. “Program ini di sana ingin melakukan edukasi pada masyarakat tentang sustainable development, yaitu dengan menjaga kelestarian lingkungan dan memanfaatkan potensi yang ada di sana,” ujar Soenarwan.

Menurut Soenarwan, tim UGM pernah mengenalkan potensi uwi yang diolah menjadi Nata de Uwi, uwi goreng, dan berbagai macam olahan lainnya. Pernah pula dilakukan pelatihan tanaman obat sebagai obat anti kanker. Program lainnya ialah mengenalkan pupuk organik karena secara umum tingkat kesuburan tanah di Gunung Kidul rendah. “Semua itu kita kenalkan di setiap dusun,” ujarnya lagi.

Sebagai Team Leader Aktivitas 3.1.1-II Hibah Penelitian Berbasis EfSD untuk Program Pascasarjana di lingkungan UGM, Soenarwan mengatakan pemanfaatan potensi di Bejiharjo dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dalam dua tahun ke depan, UGM ingin membentuk UMKM di daerah ini. “Meski untuk memanfaatkan potensi yang ada di sana prosesnya sangat panjang, Fakultas Biologi sering melakukan penelitian dan mengadakan pelatihan sumber daya manusia untuk pembentukan jiwa wirausaha sehingga masyarakat mampu mengenal potensi yang ada,” tutur Soenarwan Hery.

Di beberapa dusun terdapat pula demplot-demplot, sementara untuk konservasi anggrek dapat ditemui di hutan Wonosadi. Di hutan ini, para peneliti dan pengunjung dapat mengenal tanaman anggrek dari cara budidaya, perbanyakan, dan sebagainya. “Sesungguhnya banyak tanaman berkhasiat di sana, maka pernah pula kita mengenalkan apotek hidup pada masyarakat dan juga pembinaan UKM,” tambahnya.

Tidak hanya berhenti di pelatihan, program ini pun memberikan tambahan dana bergulir pada masyarakat. IMHERE mengucurkan dana 100 juta rupiah untuk dua desa, Kemadang dan Beji. Dana 50 juta rupiah yang diterima masing-masing desa akan dibagi kepada 10 kelompok. “Dana ini sebenarnya hibah. Karenanya, untuk pengembalian akan diputar kembali ke masyarakat. Untuk keperluan ini, bersama dengan LPPM UGM akan dilakukan pendampingan UMKM agar setelah kita bentuk bisa lebih berhasil dan berkembang. Sementara bekerja sama dengan MM UGM, kita mengadakan pelatihan kewirausahaan secara khusus di sana,” terangnya.Agung Nugroho

Page 28: Kabar UGM edisi Juni

28. Juni - 2011 - kabar ugm

feature

Perpustakaan Fakultas Kedokteran (FK) merupakan salah satu tempat sumber ilmu di lingkungan UGM yang melayani mahasiswa hingga malam hari. Pilihan untuk buka di malam hari tentu saja memiliki banyak risiko, seperti terbatasnya mahasiswa yang datang

ke perpustakaan seusai kuliah. Belum lagi, fakultas juga harus menyediakan tenaga tambahan untuk melayani mahasiswa yang belajar selepas hari gelap itu.

Namun, ada pula sejumlah kelebihan perpustakaan malam yang dapat dimanfaatkan mahasiswa. Mereka yang sibuk dengan tugas dan kuliah pada siang hari, mempunyai waktu luang lebih banyak di malam hari yang dapat digunakan untuk pergi ke perpustakaan. Seperti halnya Jacobus Alfin, mahasiswa FK UGM angkatan 2009. “Belajar di perpustakaan pada waktu malam lebih sepi dan tenang dibanding siang hari. Jadi, belajar pun nyaman,” aku Alfin.

Alfin yang datang bersama dengan sejumlah temannya menilai koleksi buku di Perpustakaan UGM relatif lengkap. Hanya saja, terkadang untuk fasilitas jaringan internet melalui Wi-Fi masih kurang di beberapa lokasi. “Sudah lengkap referensinya. Cuma untuk internet dengan Wi-Fi, ada di beberapa bagian perpustakaan ini yang tidak ter-cover,” kata mahasiswa asal Cirebon itu.

Teman satu angkatan Alfin, Arindra Mahardika, menambahkan mereka lebih intensif belajar di perpustakaan terutama menjelang ujian semester. Mereka bahkan sudah mulai belajar di perpustakaan sejak siang hari. Sama halnya dengan Alfin, Arindra juga sepakat jika belajar bersama dengan teman-temannya akan lebih menyenangkan daripada pergi sendiri. “Kalau bareng-bareng seperti ini ketika ada hal-hal atau kasus yang sulit dijawab bisa tanya ke teman-teman,” jelasnya.

Lain lagi dengan Gendisya Damarinda Alfiana dan Novika Handayani, mahasiswi FK angkatan 2008. Keduanya belajar di perpustakaan karena akan menempuh ujian praktik klinis. Ketika akan menghadapi ujian seperti ini, mereka mengaku frekuensi belajar di perpustakaan diperbanyak. “Kalau malam, meskipun harus rela kena hawa dingin bisa lebih fokus belajarnya,” tutur Gendisya.

Selain mahasiswa UGM, Perpustakaan FK juga banyak dikunjungi mahasiswa atau dosen dari luar, salah satunya ialah Pri Hastuti, S.SiT. Pri adalah salah seorang pengajar di Akademi Kebidanan Yogyakarta (AKBID-YO). Ia mengatakan baru dapat ke Perpustakaan FK UGM pada malam hari karena pagi hingga sore waktunya dipakai untuk mengajar di kampus. Meskipun hanya mempunyai waktu belajar di perpustakaan pada malam hari, ia lebih senang karena suasana yang lebih tenang dan nyaman. "Sepertinya tidak ada perpustakaan

PERTENGAHAN TAHUN, SAAT KEMARAU MASIH MELANDA, MENJADI WAKTU KETIKA HAWA DINGIN TERASA BEGITU MENUSUK SETIAP MALAM DAN PAGI HARI. NAMUN, BAGI SEBAGIAN ORANG, HAWA DINGIN ITU TAK BANYAK BERARTI DIBANDINGKAN DENGAN SEMANGAT MEREKA UNTUK MENYERAP ILMU DI PERPUSTAKAAN.

Page 29: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .29

feature

yang buka hingga malam hari seperti di FK sehingga sangat membantu sekali,” ujarnya.

Pri Hastuti mengaku menjadi pelanggan Perpustakaan FK UGM sejak menjadi mahasiswi kebidanan tahun 1998 silam. Koleksi buku-buku kesehatan, termasuk skripsi atau tesis di bidang kebidanan, menurutnya cukup lengkap. Prosedur masuk ke perpustakaan hingga memfotokopi buku referensi pun mudah. Ia hanya perlu mendaftar untuk mendapatkan kartu baca dengan biaya 5 ribu rupiah setiap kali datang ke perpustakaan. “Sebagai pihak luar, saya lihat prosedurnya mudah dan praktis,” kata Pri Hastuti yang saat ini tengah menempuh studi S-2 Ilmu Kebidanan di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Perpustakaan FK UGM memang salah satu perpustakaan di lingkungan UGM yang menyediakan layanan hingga waktu malam. Bisri Mustofa selaku Koordinator Layanan

Sore dan Layanan Stok WHO Perpustakaan FK UGM menuturkan layanan Perpustakaan FK buka pada pukul 07.30-21.30 setiap hari Senin-Jumat. Sementara pada hari Sabtu, layanan dimulai pada pukul 07.30-14.00. ”Kita tetap buka terus dan tidak ada waktu tutup untuk istirahat. Dibuat gantian saja kalau mau makan, Mas. Nah, kecuali hari Jumat, istirahat dari pukul 11.00-13.30 untuk shalat Jumat,” terang Bisri.

Ia mengungkapkan rata-rata jumlah mahasiswa yang memanfaatkan waktu belajar di perpustakaan pada malam hari antara 50-70 orang. Ini memang tergantung pada musim liburan semester atau tidak. Pada musim liburan semester, pengunjung memang relatif lebih sedikit dan longgar dibandingkan dengan musim kuliah biasa. Selain mahasiswa dan dosen FK UGM, pengunjung perpustakaan juga berasal dari kampus lain yang memiliki fakultas atau jurusan

kesehatan, baik kedokteran, keperawatan, gizi, maupun kebidanan, seperti UMY, UII, UNS, dan AKBID YO. “Bahkan dari jauh, seperti dari Unpad Bandung, juga mencari referensi buku kesehatan di sini. Mungkin agar referensi lebih lengkap lagi,” kata Bisri yang sudah lebih dari empat tahun bertugas pada jadwal malam hari di Perpustakaan FK.

Dijelaskan Bisri, Perpustakaan FK ini terdiri atas beberapa bagian, yakni sirkulasi, spot kontrol, loker, jurnal, karya ilmiah, komputer dan internet, serta bagian layanan dan stok buku WHO. Banyak pengalaman yang diperolehnya selama menjadi petugas malam hari Perpustakaan FK UGM. Dalam pandangannya, mahasiswa sekarang relatif lebih kooperatif dan tertib, termasuk dalam hal keterlambatan peminjaman buku. “Yang lucu itu kadang meskipun sudah terlambat mengembalikan buku, mahasiswa masih saja minta keringanan denda,” pungkasnya.Satria A.N.

Page 30: Kabar UGM edisi Juni

30. Juni - 2011 - kabar ugm

liputan 2

Sebanyak 15 delegasi perguruan tinggi dari Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam, Laos, dan Indonesia unjuk kebolehan dalam

menampilkan seni dan budaya masing-masing. Berbagai kegiatan yang diikuti oleh para mahasiswa, antara lain, workshop, pentas musik tradisional dan tari-tarian, kuliah, kuliner, hingga fieldtrip ke desa wisata. Saat acara pembukaan, Selasa (24/5) malam, ditampilkan kesenian dari budaya masing-masing peserta. Mahasiswa Burapha University Thailand sebagai pembuka penampilan menyajikan tarian Manora. Tarian ini menggambarkan bidadari yang sayapnya hilang dicuri oleh seorang pangeran. Dalam tarian yang diiringi dengan suara dentingan lonceng dan tabuhan gendang ini dikisahkan si bidadari tidak dapat kembali ke kayangan. Oleh sang pangeran, sayap milik bidadari akan diserahkan kembali dengan syarat mau dipersunting menjadi istri pangeran. Cerita yang digambarkan dalam tarian tersebut mirip dengan cerita Jaka Tarub di Indonesia.

Lima orang mahasiswa asal Filipina kemudian tampil dengan lagu dan tarian tradisional yang dinamakan A Glimpse of the Barrio. Tarian dan nyanyian yang ditampilkan menggambarkan suasana kehidupan masyarakat pedesaan Filipina pada masa penjajahan kolonial. Berikutnya, peserta asal Universitas Kebangsaan Malaysia juga tidak mau ketinggalan. Mereka menampilkan tarian One Malaysia, dengan mengenakan busana yang mewakili etnis-etnis di negara itu, seperti Melayu, Cina, dan India. Irama musiknya pun memadukan irama khas musik etnis masing-masing.

Sementara itu, peserta dari Nanyang Technological University, Singapura, menampilkan permainan akustik gitar. Yang menarik, permainan gitar mereka mewakili lagu-lagu dari berbagai negara ASEAN. Lagu Caca Marica, Gelang Sipatu Gelang, hingga lagu tema Doraemon diperdengarkan dalam kesempatan itu. Lagu yang terakhir ini mampu membuat penonton secara spontan bernyanyi bersama. Mafhum, penonton kerap mendengarnya setiap kali film Doraemon

HUBUNGAN DIPLOMATIK NEGARA-NEGARA ASEAN TIDAK HANYA DILAKUKAN OLEH PARA PEMIMPIN NEGARA MASING-MASING, TETAPI JUGA ANTARGENERASI MUDA. YANG LEBIH MENARIK IALAH DIALOG YANG DILAKUKAN LEWAT AJANG PENTAS SENI BUDAYA. ITULAH YANG DILAKUKAN BEBERAPA DELEGASI MAHASISWA DALAM RANGKAIAN KEGIATAN THE 9TH ASEAN YOUTH CULTURAL FORUM DI PUSAT KEBUDAYAAN KOESNADI HARDJASOEMANTRI, 23-27 MEI 2011.

Page 31: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .31

liputan 2

tayang di televisi.

Penampilan peserta dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi penutup dari rangkaian pentas seni malam itu. Mewakili Indonesia, peserta dari UGM menampilkan tarian kontemporer yang diberi tajuk Mutiara Nusantara. Tarian hasil kreasi baru dari sepuluh mahasiswa ini menggabungkan komposisi dan unsur tradisi serta alunan gamelan gaya Jogja. Mutiara Nusantara mengisahkan petualangan Hanoman bersama dengan kekasihnya, Trijata, yang terbang berkeliling ke seluruh pelosok nusantara. Keduanya singgah ke berbagai daerah, mulai dari Jogja, Bali, hingga Papua. Setiap singgah, keduanya menyaksikan salah seorang penari menampilkan kesenian di daerahnya. Di Bali, misalnya, mereka menikmati suguhan tari Pendet.

ASEAN Rainbow

Pementasan ASEAN Rainbow atau Pelangi ASEAN berhasil memukau penonton. Pertunjukan tarian hasil garapan tiga mahasiswa dan alumni Program Doktor Prodi

Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana UGM ini sekaligus menutup kegiatan ASEAN Youth Cultural Forum, Jumat (27/5) malam.

Tarian ini cukup unik karena dibawakan oleh 90 orang yang semuanya adalah peserta delegasi dari 15 perguruan tinggi di Asia Tenggara. Namun, tidak semua tampil menjadi penari, ada juga yang menyanyi, menabuh gamelan, memainkan siter dan alat musik lainnya. Sesuai dengan namanya, tarian tersebut memadukan unsur gerak, musik, dan kostum yang mewakili masing-masing negara. Cerita yang dibawakan dalam ASEAN Rainbow mengambil lakon Rama Tambak dari kisah cerita Ramayana.

Penanggung jawab acara, Eddy Pursubaryanto, mengatakan proses latihan tarian baru ini memakan waktu 6,5 jam untuk pentas 15 menit di atas panggung. Dalam proses latihan dibantu oleh tiga orang instruktur, Pamardi (mahasiswa S-3 Program Seni Pertunjukan), Sukisno (pelatih gamelan UGM), dan Untung Mulyono (alumnus S-2 Pertunjukan).

Ditambahkan Eddy, setiap negara menampilkan hasil kreasi baru dengan menggabungkan dua budaya yang berbeda dari dua negara. Hal itu dilakukan untuk mengajarkan kepada mahasiswa berdiplomasi lewat seni. ”Bagaimana dua budaya berbeda bertemu lewat seni, itu spiritnya,” kata dosen Fakultas Ilmu Budaya ini.

Intan Diana (25), delegasi dari Universitas Malaya, Malaysia, mengaku sangat senang mengikuti pertemuan mahasiswa ASEAN ini. Meski baru pertama kali mengikutinya, Intan mengaku dapat memetik pengalaman karena mengenal berbagai budaya. “Banyak kendala untuk mengenal budaya mereka,” ujar mahasiswa Jurusan Drama, Fakultas Kebudayaan ini. Dalam pementasan kali ini, Intan bersama dengan tiga rekannya berkolaborasi dengan National University of Laos.

Sebelumnya, Universitas Putera Malaysia dan Universitas Indonesia menampilkan tarian kontemporer kreasi baru dengan menggabungkan tarian Zapin dan Saman. Setelah itu, tarian Rama Mencari Shinta dipentaskan oleh mahasiswa UGM dan Chulalongkorn University-Thailand. Terakhir, acara ditutup dengan penampilan delegasi Burapha University Thailand yang berkolaborasi dengan Universitas Sains Malaysia.

Sekretaris Eksekutif (SE) UGM, Drs. Djoko Moerdiyanto, M.A., menuturkan UGM telah menjadi tuan rumah kegiatan ini untuk yang kedua kalinya. Pada 2005 silam, UGM juga menjadi tuan rumah ASEAN Youth Cultural Forum. Djoko menyebutkan kegiatan kali ini mengangkat tema Arts: Identity and Diversity in Unity ini diharapkan mampu menjadi jembatan antarmahasiswa di ASEAN untuk berbagi ide dan pengalaman. Dengan adanya hubungan dan komunikasi yang dirajut melalui seni dan budaya, nantinya akan ada kedekatan antarmahasiswa dan antaruniversitas di ASEAN. "Kedekatan diplomasi budaya bisa mendukung pengembangan program studi, pengembangan kualitas akademik, pertukaran mahasiswa," tutur Djoko.

Direktur Eksekutif ASEAN University Network (AUN), Nantana Gajaseni, menuturkan kegiatan semacam ini semakin memperkuat saling kesepahaman, persahabatan, dan kerja sama antarmasyarakat ASEAN. “Warisan budaya merupakan bagian identitas yang patut dipertahankan. Saya harap akan terbangun jaringan dan masa depan yang lebih baik bagi generasi ASEAN,” pungkasnya. Gusti Grehenson

Page 32: Kabar UGM edisi Juni

32. Juni - 2011 - kabar ugm

peristiwa

Sebanyak 247 pegawai negeri di lingkungan UGM menerima tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI, Senin (2/5), di Balai Senat UGM. Penghargaan diserahkan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat (WRS P3M), Prof. Dr. Retno Sunarminingsih, M.Sc., Apt., dan Ketua Senat Akademik, Prof. Marsetyawan HNE, M.Sc., Ph.D.

Dari 247 pegawai tersebut, 99 orang menerima Satyalancana Karya Satya 30 tahun, 104 orang mendapat Satyalancana Karya Satya 20 tahun, dan 44 orang memperoleh Satyalancana Karya Satya 10 tahun. Tampak di antara ratusan penerima penghargaan, WRS AKSM, Prof. Ainun Na’im, Ph.D., WR APU, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D., dan beberapa dekan dari sejumlah fakultas di UGM.

Fakultas Biologi UGM mulai Rabu (4/5), melakukan ekskavasi dan rekonstruksi tulang gajah Keraton Yogyakarta, Nyi Bodro, yang berada di Alun-alun Selatan. Ekskavasi dan rekonstruksi ditandai dengan upacara serah terima dari pihak Keraton Yogyakarta yang diwakili oleh GBPH Prabukusomo kepada Fakultas Biologi, yang diwakili oleh Dekan Dr. Retno Peni Sancayaningsih, M.Sc. Setelah itu, secara simbolis dilakukan penggalian di lokasi Nyi Bodro dikuburkan.Satria AN

UGM dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) meresmikan program Zakat Community Development dalam rangka pengembangan Desa Srimartani sebagai wilayah agropolitan untuk mendukung program ketahanan pangan. Peresmian ditandai dengan penyerahan bantuan secara simbolis alat dan mesin pertanian berupa traktor, pompa air, dan power thresher kepada perwakilan kelompok tani di Desa Srimartani, Rabu (4/5). Kegiatan yang berlangsung di Balai Desa Srimartani ini dihadiri oleh Ketua Baznas, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, Wakil Bupati Bantul, Drs. Sumarno, dan Asisten Wakil Rektor Senior P3M Bidang Akademik UGM, Prof. Dr. Ir. Zuprizal. Gusti Grehenson

PenghargaanSatyalancana Karya Satya

Ekskavasi dan Rekonstruksi

Nyi Bodro

Peresmian Kawasan Agropolitan

Page 33: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .33

peristiwa

UGM meraih juara dalam Lomba Rancang Bangun Kuda-Kuda Tingkat Nasional yang digelar di Fakultas Teknik UGM, 1-3 Mei 2011. UGM mengungguli tim Civ Eng (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa/Untirta) di posisi kedua dan tim Insan Harapan (Politeknik Negeri Malang/Polinema) di tempat ketiga. Sementara itu, C2B dari ITB menjadi juara inovasi dan Mahadigdaya (Itenas) menjadi juara favorit. Satria AN

Mahasiswa Arsitektur UGM memamerkan maket tentang konsep desain kawasan heritage sepanjang 2,4 kilometer dari Tugu Yogyakarta-kawasan titik nol kilometer. Salah satu desain adalah tersedianya spot bangunan heritage di sepanjang jalur tersebut dan jalur andhong tracking untuk memperluas peran andhong sebagai media transportasi alternatif. Maket merupakan hasil Kuliah Kerja Arsitektur tahun 2011 yang melakukan penelitian tentang bangunan heritage di daerah Jogja, Solo, dan Malaka, Malaysia. Gusti Grehenson

UGM meluncurkan logo resmi UGM Residence dalam penutupan UGM Residence Fair 2011, Minggu (8/5), di pelataran Darmaputra Residence. Logo tersebut merupakan pemenang karya mahasiswa UGM dalam sayembara desain logo. Desain logo yang tersusun atas 27 ribu foto tentang kegiatan mahasiswa di lingkungan UGM ini berhasil mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI). Gusti Grehenson

Juara 1 Rancang Bangun

Kuda-Kuda

Pameran DesainKawasan Heritage

Page 34: Kabar UGM edisi Juni

34. Juni - 2011 - kabar ugm

tamu

Musikus Fariz Rustam Munaf (52) yang lebih dikenal dengan nama Fariz R.M. mengaku terharu dan bangga, banyak musisi muda muncul karena terinspirasi oleh lagu Barcelona dan Sakura, yang ia ciptakan di era 80-an. “Mereka banyak hafal lagu saya. Lagu itu mungkin saya ciptakan jauh sebelum mereka lahir,” kata Fariz

saat akan tampil dalam pentas Economic Jazz.

Menurut pengakuan Fariz, apa yang ia ungkapkan tersebut berdasarkan hasil survei yang pernah dilakukan sebuah komunitas musik. Hasil survei itu menyulut semangatnya untuk eksis kembali di dunia musik. Kendati begitu, tidak mudah bagi Fariz untuk dapat memuaskan para generasi muda yang menikmati genre musik yang berbeda dibandingkan dengan dirinya. Menggandeng Barry Likumahuwa, keduanya mengaransmen ulang lagu-lagu lama Fariz, seperti Sakura, Barcelona , Nada Kasih, juga Hasrat dan Cita. “Kita menyeleksi 58 lagu jadi 10 lagu dalam dua tahun. Muncullah album Fenomena,” kata pria kelahiran Jakarta, 5 Januari 1961 ini.

Meski mengaku sudah tidak muda lagi, Fariz mengkritik lagu-lagu yang diciptakan musisi saat ini sangat berbeda dengan era 80-an. Manurutnya, sebaiknya musik yang disampaikan harus peka terhadap permasalahan yang dihadapi anak-anak muda. “Janganlah jadi orang lain dalam bermusik,” pesannya. Gusti Grehenson

Siapa yang tak kenal dengan Adrie Subono? Ia bersama Java Musikindo seolah-olah menjadi jaminan kedatangan artis dunia ke Indonesia. Mereka yang sudah dibawa Adri sebut saja Avril Lavigne, Linkin Park, Hoobastank, Norah Jones, Enrique Iglesias, Korn, Gareth Gates, dan Mariah

Carey serta sederet artis dunia lainnya. Dalam waktu dekat, ia akan menghadirkan Owl City. Rencananya, Owl City akan manggung di Tennis Indoor Jakarta pada 28 Oktober mendatang.

Namun, di tengah-tengah persiapan konser yang akan segera digelar, Adri justru mengurangi aktivitasnya mengurusi tetek-bengek konser. “Kemarin habis operasi jantung. Jadi, gak bisa terlalu aktif seperti dulu. Sekarang mesti istirahat dulu beberapa bulan. Mungkin puasa

Page 35: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .35

tamu

Mantan finalis Miss Indonesia 2010, Anggit Fityay Adzhani, mendukung Gerakan Anti Nyamuk Awas Jentik (Gegana) di Dusun Bulusari, Desa Srimartani, Piyungan, Bantul. Kegiatan tersebut merupakan hasil Program Kreativitas Mahasiswa UGM (PKM) bidang pengabdian kepada

masyarakat. Anggit sengaja diundang khusus untuk memandu puluhan jumantik cilik berkeliling ke rumah-rumah penduduk untuk memeriksa jentik nyamuk di bak-bak penampungan air milik warga. “Siswa-siswa cukup antusias diajak periksa jentik nyamuk, ada yang sampai menghitung jumlah jentiknya,” kata Anggit sumringah.

Perempuan kelahiran Jakarta tahun 1990 ini mengaku tidak menyangka para siswa yang disiapkan menjadi kader juru pemantau jentik (jumantik) cilik sangat menikmati kegiatan tersebut. Selain memeriksa jentik nyamuk, kader-kader jumantik ini juga diajari praktik mencuci tangan untuk menggalakkan perilaku hidup sehat.

Karena tidak ada selang keran air dan ember yang disiapkan panitia. Anggit pun tidak kehilangan ide, keran air di mushola ia jadikan tempat untuk praktik. Siswa-siswa pun mengikuti arah Anggit. Yang jelas, dipandu si ‘Mbak cantik’, siswa-siswa menjadi lebih manut. “Mereka semangat sekali,” kata mahasiswi Fakultas Kedokteran UGM angkatan 2008 ini. Gusti Grehenson

baru aktif lagi,” katanya kepada KU saat mendampingi Habibie yang menjadi narasumber pada Presidential Lecture di UGM bulan Mei lalu.

Adrie memang baru saja menjalani operasi jantung. “Sebenarnya sih enggak mau dioperasi, tapi dokter bilang harus dioperasi karena parah kondisinya. Ya sudah, akhirnya dioperasi,” jelasnya.

Dalam operasi tersebut, dokter memasang lima ring di pembuluh darah di jantungnya. “Kemarin dipasang lima ring. Saking banyaknya ring, makanya saya sekarang jadi 'Adrie, Lord of The Ring',” tuturnya sambil tergelak.

Di sela-sela masa rehatnya, kini Adrie juga meluangkan waktu untuk menemani sang paman yang pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia, Prof. B.J. Habibie, ke berbagai acara. “Sejak Ibu (Ainun Habibe-red) meninggal, saya sering menemani beliau. Karena jarak kantor juga dekat, makanya sering menemani hanya sekadar untuk makan siang maupun dalam berbagai kegiatan Pak Habibie. Bulan depan, rencananya mau menemani Bapak umroh dan ke Jerman,” ujarnya. Kurnia E.

Page 36: Kabar UGM edisi Juni

36. Juni - 2011 - kabar ugm

gelanggang

Lomba fin swimming antarmahasiswa dan pelajar se-Indonesia kali ini digelar dengan diikuti 55 peserta dari sejumlah universitas di Indonesia, antara

lain, ITS, Universitas Diponegoro, Universitas Trunojoyo, Universitas Katholik Petra, Universitas Hang Tuah, dan UGM. Tim Selam UGM berjaya setelah berhasil meraih empat medali emas. Tiga medali dipersembahkan oleh Respaty Yudha Putranto (Fakultas Biologi) dan satu medali lainnya dari nomor estafet oleh tim yang beranggotakan M. Akbar (D-3 Teknik Elektro), M. Nur Hafid (Fakultas Peternakan), Respaty Yudha Putranto (Fakultas Biologi), dan Ronggo Rian Wicaksono (Fakultas Farmasi).

Respaty Yudha berhak membawa pulang tiga medali emas setelah menjuarai nomor fin swimming 50 meter, 100 meter, dan 200 meter dengan catatan waktu berturut-turut 24 detik, 59 detik, dan 2 menit 6 detik. “Sementara dari nomor estafet, emas sukses disabet dengan raihan catatan waktu 2 menit 20 detik,” kata Budi, Manajer Tim Selam UGM, kepada Kabar UGM.

Dalam perlombaan ini, UGM mengirimkan 7 orang yang terdiri atas 2 penyelam putri, 4 penyelam putra, dan 1 manajer tim. “Tidak seperti tim putra, tim putri kali ini belum

berhasil membawa pulang medali untuk UGM,” tutur Budi.

Kemenangan yang diperoleh tim UGM tidaklah diperoleh dengan mudah. Tim Selam UGM harus menghadapi lawan-lawan yang tangguh. “Salah satu lawan terberat adalah dari Universitas Petra. Kebanyakan individu yang diterjunkan adalah atlet-atlet profesional yang telah sering mengikuti berbagai kejuaraan, seperti PON, sementara kami sendiri hanyalah berasal dari unit selam di universitas,” imbuh Respaty Yudha.

Menurutnya, kesulitan terbesar yang dialami dalam perlombaan ialah mempertahankan alat bantu renang, seperti fin/kaki katak, masker, dan snorkel, saat berenang. “Dalam lomba, kami dituntut untuk berlomba dengan kecepatan sembari mempertahankan alat bantu renang. Karena jika salah satu dari alat bantu tersebut jatuh, maka akan langsung didiskualifikasi. Itulah tantangan terbesarnya,” ujar Respaty Yudha.

Unit Selam UGM terbentuk pada 8 Agustus 1987. Berdirinya unit yang juga dikenal dengan sebutan 'Unyil' (Unit Nyilem) ini tidak terlepas dari jasa Rektor UGM kala itu, Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, yang juga pernah menjadi Penasihat PB POSSI di Jakarta. Pada Juli 1987, Prof. Koesnadi mengirim empat orang mehasiswa untuk mengikuti paket pendidikan

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Selam belum lama ini sukses menjadi juara umum dalam lomba fin swimming antarmahasiswa dan pelajar se-Indonesia. Kompetisi diselenggarakan pada 7-8 Mei lalu di Universitas Hang Tuah, Surabaya.

Page 37: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .37

gelanggang

selam yang diselenggarakan PB POSSI di Jakarta. Keempat mahasiswa inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Unit Selam UGM.

Unit Selam merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa di UGM yang dijadikan sebagai wadah untuk membina dan meningkatkan kualitas keterampilan penyelaman dan pengetahuan kelautan bagi setiap anggotanya dan masyarakat. Saat ini terdapat sedikitnya 75 anggota yang aktif dalam unit ini.

Guna melatih kemampuan menyelam, Unit Selam secara rutin menggelar latihan setiap dua kali dalam seminggu, yakni pada Selasa untuk latihan fisik dan Sabtu untuk latihan kolam di kolam renang UNY. Di samping latihan kolam, juga diadakan latihan perairan terbuka yang biasa dilaksanakan pada bulan Juli di perairan Karimunjawa dan Situbondo.

Selain aktif melakukan kegiatan penyelaman, Unit Selam UGM juga secara aktif ikut berpartisipasi dalam upaya konservasi bahari bersama dengan pemerintah, swasta, dan masyarakat. Di samping itu, secara berkala unit ini menggelar kegiatan dan pameran underwater photography.

Tertarik untuk bergabung?Kurnia Ekaptiningrum

Tak ada salahnya memiliki banyak kegiatan saat memasuki masa pensiun. Dari berbagai alternatif, dapat dipilih kegiatan

sesuai dengan minat masing-masing, misalnya aktif di organisasi sosial ataupun organisasi keagamaan, atau bahkan terjun di bidang bisnis.

Itulah yang dilakoni Ch. Tri Mulyani (62). Ketika memasuki pensiun pada bulan Juni 2011 dari Fakultas Psikologi UGM, ia merasa lega karena telah secara penuh menjalankan tugas-tugas sebagai PNS di UGM. Hampir separuh usianya dihabiskan untuk bekerja di UGM, 35 tahun 3 bulan. “Bukan waktu yang sedikit. Berbagai perasaan pun mengharu biru. Memang tidak bisa dipungkiri dengan pensiun ini ada perasaan bahagia, lega, syukur, namun juga sedih harus meninggalkan pekerjaan yang telah berpuluh tahun saya lakoni,” ujar Tri.

Sejak tercatat mulai bekerja pada 1 Maret 1976, Tri mengalami banyak tantangan di berbagai tugas. Pertama kali di UGM , ia bertugas di Humas dan Protokoler UGM. Pekerjaan itu ditekuninya selama delapan tahun. Tepat pada tahun 1984, ia dipindahtugaskan ke Rektorat UGM

menjadi sekretaris. Pengalaman pertama menjadi sekretaris Rektor Prof. Dr. T. Jacob, M.S., M.D. “Semua pasti sudah paham Prof. Jacob, seorang yang tidak mudah menerima staf yang bekerja di sana. Namun, Alhamdulillah saya bisa menjalankan tugas-tugas hingga sampai akhir masa jabatannya,” imbuh Tri.

Tri merasa bersyukur sebab setelah periodisasi kepemimpinan Prof. Jacob, ia tetap mendapatkan kepercayaan menjalankan tugas sebagai sekretaris rektor berikutnya. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ia telah melakoni tugas sekretaris selama periode lima rektor, mulai dari Prof. Jacob, Prof. Koesnadi, Prof. Adnan, Prof. Sukanto, hingga Prof. Ichlasul Amal. “Saya sangat mensyukuri kepercayaan ini. Yang sangat berharga, bisa memetik berbagai pengalaman berharga. Senang bisa bekerja untuk beliau- beliau dalam kurun waktu 17 tahun dan tahun 2001 saya pindah ke Fakultas Psikologi,” tambahnya.

Kini memasuki pensiun, aktivitas Tri tidak malah berkurang, tetapi justru kian bertambah. Selain aktif di komunitas Senam Sehat Lansia, ia pun semakin terlibat di berbagai kegiatan kemasyarakatan, seperti arisan dan pengajian. “Kalau tadinya hanya ikut, sekarang menjadi pengurus,” ujarnya.

Tidak hanya itu, istri Machfud Subowo, mantan Kasubbag Pendidikan Fisipol UGM ini, kini juga menggeluti bidang wirausaha. Ia menjajal usaha fotokopi. “Ya, tadinya sekadar tanam saham di bidang ini, tapi lama kelamaan kok menjanjikan. Ya, keterusan,” katanya.

Tri mengaku usaha fotokopi telah dirintisnya sejak menjelang pensiun. Saat masih aktif bekerja, ia telah membuka usaha ini sebagai sambilan. Namun, kini ia dapat secara penuh mengelolanya. “Hidup harus tetap seimbang. Usaha ini saya kerjakan setelah mengurus suami dan rumah. Lainnya, untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga, tiap hari saya baca Al Quran, shalat berjamaah di masjid, pengajian, olahraga senam tiga kali seminggu, dan saya bersyukur masih puasa sunnah Senin Kamis dan tiga hari di bulan purnama,” tutur nenek delapan cucu ini.Satria Ardhi Nugraha

Page 38: Kabar UGM edisi Juni

38. Juni - 2011 - kabar ugm

tempo doeloe

Pada tahun 1951, keinginan masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan begitu besar. Sayangnya, pemerintah belum memiliki cukup guru untuk

mengajar di sekolah lanjutan. Selain jumlah guru masih sangat terbatas, juga banyak guru yang gugur di medan juang. Untuk memenuhi kebutuhan guru inilah, mulai tahun 1951 UGM menerjunkan mahasiswanya untuk mengajar dan mendirikan sekolah-sekolah lanjutan di luar Jawa. Kegiatan tersebut lebih dikenal dengan sebutan PTM (Pengerahan Tenaga Mahasiswa).

Hingga tahun 1962 jumlah mahasiswa UGM yang diterjunkan sebagai PTM sebanyak 1.218 orang, tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Sedangkan Perguruan Tinggi lain (UI, UNAER, UNAN, UNHAS, UNPAD, USU dan ITB) baru ikut menerjunkan PTM pada tahun 1953, dengan total mahasiswa sampai tahun 1962 sebanyak 225 orang.

Dengan adanya PTM ini, sekolah yang kekurangan guru tidak jadi ditutup bahkan bisa membuka sekolah-sekolah baru. Apabila pada tahun 1951 di luar Jawa baru ada 25 SLA maka pada tahun 1960 telah meningkat menjadi 134 SLA. Proyek PTM ini selain mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, juga mampu mendorong terwujudnya integrasi yang sehat karena mahasiswa yang diterjunkan sebagai PTM berasal dari berbagai suku bangsa , sehingga menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan yang sangat diperlukan untuk keutuhan bangsa. (Sumber: 60 Tahun Sumbangsih UGM Bagi Bangsa).

Page 39: Kabar UGM edisi Juni

kabar ugm - 2011 - Juni .39

feature

Page 40: Kabar UGM edisi Juni

40. Juni - 2011 - kabar ugm