Top Banner
KabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 2012 1 www.rcl.or.id #4 Kabar Pesisir Restorasi Penghidupan Pesisir Edisi 4 | Oktober - November 2012 inisiatif mengembangkan usaha dari sekolah lapang bangkit setelah hampir bubar berdayakan perempuan: produksi teh kalli-kalli
12

Kabar Pesisir 4

Jan 02, 2016

Download

Documents

aryatarta
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kabar Pesisir 4

KabarPesisirEdisi 4 | Oktober - November 2012 1

www.rcl.or.id

#4

KabarPesisirRestorasi Penghidupan PesisirEdisi 4 | Oktober - November 2012

inisiatif mengembangkan usaha dari sekolah lapang

bangkit setelah hampir bubar

berdayakan perempuan:produksi teh kalli-kalli

Page 2: Kabar Pesisir 4

KabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 20122

Sejumlah aksi yang dilakukan baik itu oleh perorangan, kelompok, lembaga/organisasi dan pemerintah dalam memperingati hari pangan sedunia pada tgl 16 oktober

2012, sekedar merefleksikan kepedulian mereka akan keter-sediaan pangan Indonesia. Aksi ini sebenarnya sebagai ben-tuk apresiasi masyarakat yang menuntut adanya perubahan peningkatan, penyempurnaan dan pengembangan seluruh aspek dalam penyelenggaraan ketahanan pangan nasional.

Provinsi Sulawesi Selatan memegang peran strategis se-bagai salah satu provinsi penyangga lumbung pangan Indo-nesia. Produksi hasil pertanian dan perikanan menjadi keku-atan Sulsel dalam memberikan kontribusi kepada pemerintah Indonesia dalam ketahanan pangan nasional Dalam mem-perkuat basis ketahanan pangan lokal, Restoring Coastal Livelihood project yang dilaksanakan oleh Oxfam bekerjasa-ma dengan Pemerintah Indonesia melalui kementerian sosial membangun ketersediaan pangan khususnya di 4 kabupaten wilayah pesisir sulawesi selatan dalam upaya pengembangan usaha mikro dan berbasis pada sumber daya lokal.

Berbagai kegiatan dilakukan untuk mengkoordinasikan, memperluas dan mengeksplorasi sumber daya lokal sebagai penyangga ekonomi keluarga, serta menjaring aspirasi dan partisipasi masyarakat baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam project Restorasi Penghidupan Pesisir di Sulawesi Selatan.

Peringatan hari pangan sedunia menjadi agenda tahunan yang mendorong pelaku ekonomi dan pemerintah untuk dapat berkolaborasi dalam melaksanakan kegiatan pembangunan pangan Nasional. Selain itu juga pengembangan pangan lo-kal juga perlu dipercepat khususnya dalam mendukung Desa mandiri pangan (mapan) yang dicanangkan oleh pemerintah daerah. Dibutuhkan kerjasama lintas sektor antara Pemerin-tah, akademisi, pihak swasta, LSM dan masyarakat sehingga dapat tercapainya ketahanan pangan nasional yang mandiri dan kreatif. n

DAFTAR ISI

BERITA UTAMA

LINTAS PESISIR

PROFIL TOKOH

SPECIAL EVENT

LENSA RCL

DARI REDAKSI

KabarPesisirRestorasi Penghidupan Pesisir

www.rcl.or.id

Redaksi:Pelindung

Agus BudiartoPenanggung Jawab

Boedi Sardjana JuliantoPemimpin RedaksiAlauddin Latief

KontributorRCL Team

Asri AbdullahLayout Grafis

Riesvan Anwar

Canadian InternationalDevelopment Agency

Akhirnya Ibu-Ibu Punya Aktivitas

Bangkit Setelah Hampir Bubar

Belajar dari Kegagalan dan Pelatihan

Hemat dan sehat melalui pemanfaatan lahan pekarangan

Gender; Bagaimana membagi Peran

Muhammad JufriKepala Desa Cikoang

3

4

8

910

OXFAMJl. Ketilang No. 10 Makassar - 90125Telp. 0411 858468 Fax 0411 873180

email pengaduan: [email protected]

In partnership with:

Kabar Pesisir merupakan wahana penyebaran informasi kegiatan restorasi penghidupan pesisir yang diterbitkan oleh Oxfam Area Indonesia Timur, Makassar. Pendanaan kegiatan RCL Oxfam sepenuhnya mendapat dukungan CIDA (Canadian International Development Agency). Dalam pelaksanaan program Restoring Coastal Livelihood, Ox-fam bekerjasama dengan mitra lokal MAP dan YKL. Kabar Pesisir diterbitkan 2 bulan sekali untuk memberikan informasi seputar program RCL di Sulawesi Selatan. Kabar Pesisir ditujukan untuk masyarakat, Pemerintah Daerah, Lembaga Mitra, Media, dan seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam Restorasi Penghidu-pan Masyarakat Pesisir.

Page 3: Kabar Pesisir 4

KabarPesisirEdisi 4 | Oktober - November 2012 3

Kelompok BERKAH merupakan salah satu kelompok perempuan yang mengikuti kegiatan sekolah lapang di Kabupaten Barru, Desa Tamangapa, Dusun Kalu-kua. Saat ini jumlah anggotanya sudah mencapai 12

orang.Menurut Sa’di, sebelumnya, ibu-ibu di desa ini tak banyak

yang memiliki aktivitas rutin selain mengurus rumah tangga. Namun demikian perubahan terasa sejak mengikuti sekolah lapang program (Restoring Coastal Livelihood), kemudian me-reka berinisiatif membentuk usaha mandiri kelompok dalam-mengembangkan kelompok yang mereka beri nama “Berkah”.

Kelompok yang dipimpin oleh Sa’di ini memproduksi kue, se-perti snack kacang (kacang sembunyi), kripik bawang, doi-doi (makanan khas Pangkep), dan tenteng. Dua produknya memi-liki ciri khas tersendiri dibandingkan produk yang ada di pasa-ran. Kripik bawang dan snack kacang dibuat dari bahan rumput laut. “Rasanya lebih gurih dibandingkan yang ada di kios-kios,” ujar Sa’di.

Bahan baku rumput laut diperoleh dari aktivitas ibu-ibu di de-sanya yang sebagian besar berprofesi sebagai pengikat rumput laut. Kehadiran kelompok BERKAH memberikan jalan untuk pemasaran rumput laut selain ke pedagang pengumpul.

Semua produk hasil olahan ibu-ibu kelompok BERKAH su-dah mempunyai kemasan yang dilabel dengan logo kelompok. Namun demikian sertifikasi produksi sementara dalam penguru-san untuk terdaftar di dinas kesehatan. Hanya saja, Sa’di meng-aku belum ada tertera diproduknya tulisan ‘halal’. “Tak tahu mau urus dimana,” ungkapnya menahan tawa.

Menurut Ibu Sadi’, Makanan hasil olahan Kelompok BERKAH telah menjangkau beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, di-antaranya Pare-pare, Maros, Enrekang, dan Kota Makassar.

Bahkan sudah ada yang ke Kalimantan. Biasanya, pemuda atau warga yang ingin merantau keluar Sulawesi, memesan da-lam jumlah banyak untuk dibawa sebagai oleh-oleh khas. Selain itu, sejumlah kios-kios juga telah memasarkannya. Kata Sa’di, untuk yang dekat-dekat, anggotanya yang langsung mengantar. Kalau yang jauh, agen kadang datang mengambil.

Proses produksinya pun memiliki standar kerja/menajemen produksi yang telah disepakati bersama oleh anggota kelompok. Mulai dari aturan jam kerja hingga pembagian peran. “Aturan ini dibuat agar anggota terbiasa disiplin, dan menghargai anggota yang serius,” katanya.

kelompok Berkah telah mampu memproduksi 6 – 12 kilo-gram/hari. “Keuntungannya bisa mencapai Rp 200 –300 ribu per anggota setiap bulan,” ungkap Sa’di.

Dalam kegiatan produksi, kelompok ini menggunakan rumah Sadi sebagai tempat produksi. Alat produksinya pun beragam seperti panci, timbangan, wajan, kompor gas, alat press, blend-er, dan penggiling. Alat-alat produksi, menurut Sa’di, sebagian besar adalah bantuan OXFAM melalui mitranya MAP. Tapi, saat ini, kelompok ini sudah mampu mandiri.

Melalui kelompoknya, Sa’di dan beberapa anggotanya juga mengaku bisa mengenal yang namanya pelatihan, dan mera-sakan tinggal di hotel. “Seumur-umur, saya baru injak yang na-manya hotel berkat pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh kelom-pok,” ungkapnya sambil tertawa. n

inisiatifmengembangkan usaha dari sekolah lapang

“Berkat sekolah lapang, kami bisa produksi makanan olahan.”

beritaUTAMA

Ibu Sa’di, 42 tahun, tak pernah membay-angkan dirinya mempunyai kesibukan mem-buat kue bersama Ibu-ibu di Dusun Kalukua, Kabupaten Pangkep. Sebelumnya, Ibu Sa’di dan sebagian besar ibu-ibu di daerahnya hanya mengurus rumah tangga dan menon-ton TV. setelah mengikuti aktifitas kelompok perempuan BERKAH yang berdiri Oktober tahun 2011, Ibu-ibu bahkan tak punya waktu lagi untuk nonton TV.

Page 4: Kabar Pesisir 4

KabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 20124

bangkit setelah hampir bubar

Itulah fenomena yang sering terjadi, kita kesulitan keluar dari pandangan patriarki yang telah menjadi budaya sebagian masyarakat. Banyak fakta

yang menunjukkan kelompok perempuan dalam pembangunan seringkali menjadi pihak yang tertinggal. Seperti dari segi pemberdayaan dan kepemimpinan. Pa-dahal, keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari dua indikator yakni, akses pembangunan dapat dilakukan atau di-dapatkan oleh perempuan dan laki-laki, dan hasil pembangunan bisa diterima oleh perempuan dan laki-laki secara pro-porsional, berkeadilan dan berkelanjutan.

Keberhasilan kelompok perempuan dalam memberdayakan diri merupakan indikator kesejahteraan. Olehnya itu, me-lalui indikator tersebut, saatnya perem-puan menjadi kelompok terdidik, memiliki hak-hak kepemilikan serta bebas bekerja di luar rumah secara mandiri yang memi-liki pendapatan sendiri. Dalam hal kepe-mimpinan, perempuan juga mampu men-gorganisir kelompoknya sendiri.

Seperti halnya kelompok Baji Minasa, mampu bergerak secara mandiri yang dipimpin oleh seorang guru benama Salawati. Salaswati bagi kelompoknya merupakan pemimpin yang memberi-kan harapan dan perubahan. Salah satu kunci keberhasilan dalam memimpin

adalah kedisiplinan. “Saya mulai dari pertemuan-pertemuan yang digelar tiga kali seminggu. Semua harus menghargai waktu dengan menghadiri pertemuan te-pat waktu,” kata Salawati yang akrab di-sapa Daeng (Dg.) Sugi. “atas permintaan dari kelompok Baji Minasa, saya didaulat untuk menjadi ketua kelompok pada awal Mei 2012, menggantikan ketua ter-dahulu” ujarnya.

Kelompok Bajiminasa yang merupa-kan salah satu binaan OXFAM kerjasama dengan lembaga mitra MAP dan YKL melalui Program RCL. Baji minasa mem-produksi keripik pisang dalam jumlah be-sar dan dipasarkan kesejumlah kios-kios di Takalar. Bahkan kelompok ini telah melibatkan masyarakat di luar kelom-poknya sebagai pengantar kripik.

Dg. Sugi mengungkapkan, melalui sekolah Lapang, mereka mendapatkan pemahaman mengidentifikasi potensi lokal yang mereka miliki. Salah satunya adalah pengolahan pisang yang banyak terdapat di Tanakeke. “Kami berterima kasih kepada OXFAM melalui pelatihan, pendampingan, dan bantuan beberapa alat produksi,” ujarnya.

Kelompok Bajimanasa memproduksi kripik pisang 2.400 bungkus perminggu. Aktivitas produksi dimulai jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Semuanya dikerjakan di sekretariat kelompok Bajiminasa, ber-tempat di pulau Tanakeke, Dusun Kam-pung Bugis, Kecamatan Mangarabom-bang, Kabupaten Takalar.

Kripik pisang dijual perbungkus di ki-os-kios dan pasar dengan harga Rp 400. “Keuntungannya digunakan untuk proses

produksi lagi, dan dibagi ke anggota ke-lompok,” ujar perempuan kelahiran Pata-lassang, 1981 ini.

Mengenai pemasaran produk, kelom-pok Bajiminasa memiliki dua anggota yang disebut ‘peluncur’. Peluncur yang akan mengantarkan kripik ke kios-kios termasuk ke kota Takalar melalui jalur laut. Tak jarang Ombak besar menemani perjalanan meraka selama 1 jam.

Hingga saat ini, sudah ada 56 kios yang menjadi langganan tempat penju-alan kripik. “Syukur alhamdulillah, setiap harinya pelanggan dan pemesan terus bertambah,” kata Dg. Sugi.

Sejak menjadi ketua kelompok, Dg. Sugi, terus berusaha memberikan sema-ngat kepada seluruh anggotanya untuk terus beraktivitas dan mengembangkan produksi kripik pisang. Dg. Sugi menjadi inspirasi bagi anggota kelompoknya un-tuk terus maju dan berkembang.

Selain menjadi ketua kelompok Ba-jiminasa, Dg. Sugi mempunyai tanggung jawab sebagai Ketua Forum Komunitas Perempuan Tanakeke yang membawahi lima desa. Diantaranya Desa Maccini Baji, Sompotana, Balangdatu, dan Mat-tiro Baji. Setiap desa memiliki lima ang-gota.

Kelompok Bajiminasa dan Dg. Sugi merupakan salah satu fakta sosial dima-na kelompok perempuan tidak lagi dipan-dang sebagai kelompok yang tertinggal, tapi kelompok perempuan yang mampu mandiri secara ekonomi.

n

lintaspesisir

Pemimpin adalah orang yang mau mengangkat batu kerikil satu-persatu untuk memindahkan gunung, pemimpin adalah orang yang harus menghargai proses untuk mencapai kesuksesan yang besar. Pemimpin ibarat nahkoda dalam ditengah samudera untuk sampai kepada tujuan. Pemimpin harus kuat dan berjiwa besar, namun apakah pemimpin yang ideal adalah kaum lelaki?

TAKALAR

KabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 20124

Page 5: Kabar Pesisir 4

KabarPesisirEdisi 4 | Oktober - November 2012 5

“DULU saya tidak tahu cara membuat telur asin. Tapi se-telah bergabung menjadi anggota

kelompok Bunga Melati, ibu-ibu anggota

kelompok mengajarkan saya cara mem-buatnya, dan akhirnya saya bisa mem-buatnya sendiri,” ucap Hasmawati, ang-gota kelompok Bunga Melati.

Hasmawati, 25 tahun, mengaku ba-nyak mendapatkan manfaat ketika terli-bat dalam kelompok Bunga Melati hingga saat ini. Salah satunya adalah mendapat-

kan keterampilan membuat telur asin. “Ibu-ibu anggota kelompok mengajarkan saya dengan praktek langsung cara pem-buatannya,” ujarnya.

Telur yang akan diproduksi menjadi telur asin dibeli oleh kelompok Bunga Melati diambil dari peternak bebek diseki-tar desa, namun demikian ada kalanya kami kekurangan bahan sehingga harus membeli dari pasar. Harga setiap telurnya dibeli fluktuatif tergantung pasar. “Paling murah kami beli Rp 1300 per butir, dan paling mahal Rp 1700 per butir,” katanya.

Proses produksi, lanjut Hasmawati, sa-ngat sederhana. Telur dibungkus dengan abu gosok, kemudian disimpan selama seminggu. Setelah disimpan dengan ber-balut abu gosok, kemudian dibersihkan dan siap untuk dipasarkan. “Setelah pro-ses produksi, kami jual di pasar dan te-tangga dengan harga Rp 2000 per butir. Jika di atas harga Rp 2000, maka jarang orang membelinya karena dinilai terlalu mahal. Keuntungannya disimpan untuk kepentingan kelompok,” ucap Hasmawa-ti. Dalam seminggu, kelompok Bunga

Melati mampu menghasilkan telur asin sebanyak 50 butir.

Keterampilan dan pengetahuan Has-mawati dalam mengembangkan kelom-poknya bersama anggota lainnya tak lu-put dari pelatihan-pelatihan yang sering diikuti oleh anggota kelompok Bunga Mel-ati. Kelompok yang berdomisili di Dusun

Parasangangberu, Desa Pa’jukukang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros ini sudah memproduksi telur sejak awal tahun 2012. Hasmawati mengaku sejak terlibat di kelompok ini, Ia telah meng-ikuti pelatihan sebanyak lima kali. Salah satunya yang di laksanakan OXFAM, yakni pelatihan analisis sosial dan per-encanaan partisipatif Restoring Coastal Livelihood, Oktober di Malino Provinsi Sulawesi Selatan.

Selain mendapatkan pelatihan dan dampingan dalam produksi, kelompok bunga Melati juga telah mendapatkan bantuan berupa blender, timbangan, dan kompor gas yang digunakan untuk produksi telur asin. Hasmawati mengakui bahwa meskipun keuntungan yang me-reka peroleh relatif belum bisa menutupi seluruh kebutuhan keluarga, namun me-lalui kegiatan RCL, sudah mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk peningkatan ekonomi ke-luarganya.

n

belajardari kelompok

Kelompok Bunga Melati, Kabupaten Maros

MAROS

lintaspesisir

KabarPesisirEdisi 4 | Oktober - November 2012 5

Berawal dari Kegiatan Kelompok, akhirnya saya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, khususnya dalam proses pembuatan telur asin.

Page 6: Kabar Pesisir 4

KabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 20126

Banyak yang tidak menyadari bahwa selain manfaat estetis dari sebuah rumah, pekaran-gan juga dapat menambah

penghasilan keluarga. Salah satu metode yang digunakan dalam pemanfaatan la-han Pekarangan adalah menyulap peka-rangan menjadi lahan produktif dengan tanaman pangan, buah-buahan, dan say-uran. Selain menutupi kebutuhan pangan keluarga, pemanfaatannya juga mencip-takan kawasan yang ramah lingkungan, sehat dan hemat.

Nurlina, 28 tahun, tak perlu bersusah-susah ke pasar jika hendak memasak sayur. Cukup beberapa langkah dari pintu rumahnya, Ia sudah berada di kebun yang dipenuhi berbagai tanaman sayuran. Le-taknya di samping rumah dengan luas 10 x 5 meter. Pekarangan rumahnya berha-sil disulap menjadi lahan sayuran organik yang didapatkan dari sekolah lapang ber-

sama kelompok Perempuan Talaswati.Menurut Nurlina, pemanfaatan pe-

karangan untuk berkebun sayuran di-dapatkan dari Sekolah Lapang Program Restoring Coastal Livelihood yang dilak-sanakan oleh Oxfam bekerjasama de-ngan lembaga mitranya MAP (Mangrove Action Project). “Ide ini muncul dari ke-lompok dalam sekolah lapang, kemudian saya buat sendiri memanfaatkan luasan pekarangan rumah yang ada,” katanya.

Tanaman sayur yang di tanam dipe-karangan rumah Nurlina pun beragam, seperti kangkung cabut, terung, kacang panjang, sawi, lombok, dan tomat. Setiap pagi, Ibu dua anak ini menyiram tanaman-nya dan sesekali memetik beberapa sayur untuk dikonsumsi. “pekarangan menjadi produktif dan kebutuhan sayur keluarga

dapat terpenuhi,” ungkap Nurlina.Ibu dua anak ini bergabung dengan Ke-

lompok Talaswati awal tahun 2011. Hingga saat ini kelompoknya telah memiliki ang-gota aktif sebanyak 10 orang yang semua-nya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Kelompok Talaswati dapat ditemui di Du-sun Kasuarang, Desa Tamangapa Keca-matan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2 kilometer dari jalan Trans Sulawesi.

Selain bercocok tanam di pekarangan rumah, Kelompok Talaswati juga memiliki lahan Komunal (bersama) seluas 20x50 meter yang di manfaat untuk tanaman sayuran. “Awalnya bibit tanaman kami beli dari pasar, namun melalui prog-ram RCL, kami juga mendapatkan ban-tuan pelatihan dan sekolah lapang agar pemanfaatan lahan lebih produktif dan bisa menghasilkan”, kisah Nurlina. Hasil-nya dikomsumsi sendiri oleh anggota ke-lompok dan sebagian dijual di pasar. ke-lompok Talaswati menjual hasil produksi sayurannya ke “pa’gandeng” (penjual keliling). Harganya tiap sayur, Lanjut Nur-lina seperti kacang panjang dijual dengan harga Rp 800 per ikat. Dalam satu ikat isinya delapan batang. Hasilnya disimpan untuk keperluan pembelian benih dan un-

tuk keperluan kelompok ketika ada ke-giatan.

Bukan hanya memanfaatkan pekaran-gan dengan tanaman sayuran saja, ke-lompok Talaswati juga membuat pupuk organik. Bahan bakunya berasal dari ko-toran sapi. Pupuk organik dimanfaatkan untuk tanaman pekarangan. Keteram-pilan membuat pupuk organik didapatkan kelompok Talaswati dari pelatihan dan

praktek langsung di lapangan, juga dia-jarkan cara membuat pestisida.

Lahan yang dulunya tidak produktif, kini menjadi produktif. Apa yang dilakukan oleh Ibu Nurlina bersama kelompok Talaswati sebagai salah satu upaya pemenuhunan kebutuhan pangan keluarga, juga dapat membantu menjaga ketersediaan pangan pada masa krisis serta dapat dikembang-kan menjadi usaha ekonomi kreatif yang ramah lingkungan. n

lintaspesisir

PANGKEP

Hemat dan sehat melalui pemanfaatan lahan pekarangan

Page 7: Kabar Pesisir 4

KabarPesisirEdisi 4 | Oktober - November 2012 7

PERAN perempuan dalam kehi-dupan bermasyarakat saat ini tak boleh dipandang sebelah mata. Secara sosial, perem-

puan dalam banyak fakta memiliki peran strategis baik dalam rumah tangga mau-pun bermasyarakat. Saat ini sudah ba-nyak perempuan menjadi kepala desa, lurah, camat, menteri, bahkan presiden.

Siapa bilang perempuan hanya bisa kerja dirumah saja ? Bahkan kaum perem-puan saat ini banyak yang mengambil per-an sebagai pelaku perubahan sosial. Kini, perempuan dan laki-laki secara sosial me-miliki hak yang sama. Bahkan kesamaan ini pernah diungkapkan, Presiden pertama RI, Ir. Soekarno: “Perempuan dan laki-laki memiliki otak yang sama. Ketidakadilan terhadap perempuan disebabkan kesem-patan yang tidak diberikan kepadanya.”

Hal ini dibuktikan oleh Kelompok Wani-ta Tani Mandiri dari Kabupaten Barru me-lalui kegiatan positif yang menghasilkan. Sebut saja Ibu Ratnawati (35), Koordina-tor Kelompok Wanita Tani (KWT) dari Ka-bupaten Barru, yang sehari-harinya be-kerja sebagai Petani Tambak, yang bisa ia lakukan sebagai perempuan adalah melakukan tugas dan pekerjaan secara proporsional, tergantung kesepakatan, “Bagaimana membagi peran perempuan

dengan laki-laki, segala pekerjaan dapat kita lakukan tidak semata menilai pada perbedaan jenis kelamin, melainkan ter-gantung pada skill dan kemampuan se-seorang yang sesuai dengan proporsi dan tanggung jawab sosial,” ucapnya sambil tertawa saat mengikuti pelatihan Analisis gender partisipatif oleh OXFAM di Malino beberapa waktu lalu.

Didaerahnya, Kabupaten Barru, Rat-nawati dikenal sebagai Koordinator Ke-lompok Tani Perempuan Mandiri yang mengumpulkan kelompok perempuan produktif yang ada di kabupaten Barru. Hingga saat ini tercatat 4 kelompok dari 4 dusun yang berbeda bergabung dengan KWT mandiri, diantaranya dusun Lam-poko, Bawasalo, Wiringpulu, dan Pallae. Adapun beberapa macam produk yang telah di hasilkan oleh kelompok antara lain: pertanian organic, pupuk organic, serat beberapa produksi bahan makanan khas daerah.

Untuk pengembangan usaha, KWT bekerja sama dengan kelompok pemu-da local GAZIBU (Gabungan Pencinta Seni dan Budaya). Kelompok pemuda ini membantu KWT Mandiri dalam pro-ses produksi pupuk organic sampai ke-pada pemasaran. Pupuk organik berba-han baku kotoran sapi, dikumpulkan oleh

Gazibu yang kemudian diolah menjadi pupuk organic oleh KWT Mandiri. Setiap minggu KWT mampu memproduksi 300-500 kilogram pupuk organic tergantung kepada material yang ada. Hasilnya ke-mudian dijual dengan harga Rp 1.000 per kilogram. Hasil dari penjualan dikurangi dengan biaya operasional produksi, digu-nakan untuk kesejahteraan anggota ke-lompok. Dari keuntungan yang diperoleh, angota kelompok di 4 dusun digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi ke-luarga. Yang terpenting, katanya, “perem-puan juga bisa melakukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki, namun untuk men-dukung peningkatan kapasitas dari kelom-pok perempuan, sebaiknya perempuan tidak hanya diberikan pelatihana tentang gender saja, tapi lebih kepada pening-katan keterampilan (skill) dalam mendu-kung aktifitas mereka, sehingga mereka bisa bersaing dengan lelaki dan mandiri”

Perempuan juga bisa melakukan pe-kerjaan yang dilakukan oleh laki-laki, tergantung kepada akses dan kapasitas dari perempuan. Apa yang dilakukan oelh Ratna dalam mendukung kelom-pok perempuan bukan untuk bersaing dengan laki-laki dalam memenuhi kebu-tuhan ekonomi keluarga, tetapi lebih me-mandang pada kerjasama dan dukungan kepada kaum lelaki agar bisa seiring se-jalan.

n

perempuan bicara; Bagaimana membagi Peran

lintaspesisir

BARRU

Perlu dukungan dari semua pihak untuk memberikan

kesempatan kepada perempuan menggali

kreatifitas dan kemandirian .

~

~

Page 8: Kabar Pesisir 4

KabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 20128

berdayakan perempuan:produksi teh kalli-kalli

PROFIL TOKOH

“Inisiatif kelompok perempuan desa cikoang perlu mendapat-kan dukungan dari semua pi-

hak. Produksi teh kalli-kalli, merupakan hasil kreatifitas kelompok perempuan dalam memanfaatkan sumberdaya lokal berupa daun mangrove. hasilnya bukan hanya membantu untuk meringankan ekonomi keluarga tapi juga melestari-kan menu khas daerah pesisir Sulawesi Selatan yang sudah lama hilang”.

Hal ini diungkapkan oleh Dg Baso sewaktu tim RCL berkunjung kerumah beliau di Desa Cikoang Kabupaten Takalar. Beliau merupakan Kepala Desa terpilih yang sering mendorong kelom-pok perempuan untuk aktif dalam dalam produksi teh kalli-kalli. “Dulunya ibu-ibu di desa ini tidak memiliki aktivitas selain ka-sur, dapur dan sumur. Sekarang alham-dulillah sudah ada,” katanya tertawa.

Untuk menjangkau Desa Cikoang, dibutuhkan kurang lebih 1 jam perjalanan dari kota Makassar. Tidak sulit untuk me-nemukan produk the kalli-kalli ini, apabila kita menelusuri daerah pesisir Kabupaten

Takalar. Produk ini merupakan binaan sekolah lapang dari Project Restorasi Penghidupan Pesisir dari Oxfam dengan mitranya MAP dan YKL. Kata Tuang Baso.

Tuang Baso mengungkapkan, sejak adanya Sekolah Lapang dari program Restoring Coastal Livelihood (RCL) OX-FAM di Desa Cikoang yang telah berja-lan kurang lebih setahun, ibu-ibu rumah tangga mulai menunjukkan kemajuannya mengembangkan kapasitas yang dimiliki melalui pertemuan dan pelatihan. “Bebe-rapa diantara mereka adalah yang mem-produksi teh Kalli-Kalli,” ungkap Tuang Baso.

Teh Kalli-Kalli merupakan teh hijau yang berasal dari tanaman Acanthus tea. Tanaman ini banyak tumbuh di Desa Cikoang. Khususnya di pinggiran sungai dan pesisir. Teh hijau dikenal sebagai minuman yang baik bagi kesehatan. Di-antaranya sebagai pencegah kanker, memperlancar aliran darah, sebagai an-tioksidan serta melindungi hati. Selain itu, juga dapat membantu mengendalikan diabetes dan meningkatkan sistem daya tahan tubuh, jelas Baso.

Potensi pengembangan tanaman Acanthus tea menjadi teh Kalli-Kalli berkembang setelah beberapa ibu-ibu di Desa Cikoang mengikuti Sekolah Lapang untuk meningkatkan peran perempuan dengan memberi akses dan kendali ter-hadap sumberdaya produktif. Sehingga mendukung terciptanya penghidupan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan khususnya di kawasan pesisir.

Kemajuan kelompok perempuan di Desa Cikoang tidak lepas dari dukungan Tuang Baso selaku Kepala Desa. Ia sering terlibat dalam pertemuan-perte-muan yang digelar pemerintah, LSM, dan organisasi/lembaga. “Saya sangat mendukung setiap kegiatan yang dige-lar. Bahkan saya sampaikan kepada mereka (ibu-ibu rumah tangga) bahwa saya akan mendukung dan memban-tu. Tiap tahun ada dana di desa, bisa alokasikan untuk kelompok perem-puan,” ucapnya.

Dukungan yang diberikan Tuang Baso di ungkapkan pula dalam ber-bagai pertemuan. Salah satunya saat pertemuan yang digelar untuk pem-

bentukan kelompok perempuan di Baru-ga Maudu, yang dihadiri oleh sekitar 50-an ibu-ibu. Tuan Baso mengungkapkan rasa optimisnya dengan kegiatan OX-FAM beserta mitranya MAP di desanya. “Saya optimis desa ini bisa lebih maju. Potensi sumberdaya alam ada, tinggal bagaimana mengelolanya,” ujarnya.

Melalui pertemuan di desanya, Tuan Baso mengakui banyak informasi yang didapatkan masyarakat. Menurutnya, “Masyarakat di desa ini sangat membu-tuhkan informasi. Dengan informasi ba-nyak pengetahuan baru yang didapatkan sehingga pola pikir masyarakat, khusus-nya perempuan di desa ini bisa berubah.”

Hingga saat ini, Tuan Baso mengingat-kan kepada kelompok perempuan di de-sanya untuk terus terlibat dalam berbagai kegiatan. Tujuannya untuk mening-katkan kapa-sitas mereka s e h i n g g a bermanfaat bagi kema-juan desan-ya. n

Muhammad Jufri, Kepala Desa CikoangKabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 20128

Berikan dukungan penuh terhadap aktivitas kelompok perempuan.

Page 9: Kabar Pesisir 4

KabarPesisirEdisi 4 | Oktober - November 2012 9

specialevent

November :1. Workshop Legal drafting bagi pemerintah desa dan Komunitas (YKL)2. Lokakarya Kolaborasi membangun Desa Mandiri (Oxfam)3. Monitoring Evaluation, Documantation and Reporting Workshop (Oxfam)4. Workshop Power analisis dan Pelatihan Improving Produk (Oxfam)

Desember :1. Studi analisis CSR dan peluang pemasaran produk kelompok ekonomi di Sulsel (Oxfam)2. Dialog Kebijakan tentang Advokasi dan Kebijakan tingkat Kabupaten (YKL)3. Workshop Nasional RCL “Suistanable Coastal Economic Growth”

Lokakarya Nasional Mitra Bahari XVI tahun 2012 yang dirangkaiakan dengan Konferensi Nasional VIII Penge-lolaan Sumber Daya Pesisir, Laut, dan Pulau-Pulau Kecil yang dilaksanakan pada tgl 22-24 Oktober di Lombok Mataram NTB.

Stan Pameran Oxfam dalam “Festival Forum Kawasan Timur Indonesia” Merajut inspirasi persembahan dari timur untuk Indonesia yang diselenggarakan oleh Bakti tgl 24 - 25 September 2012 di Palu Sulawesi tengah.

Pengunjung Stand Mitra Bahari KMB Sulsel yang bertu-juan mensosialisasikan program bersama mitra yang ter-diri dari dari ACIAR (Australian Centre For International Agricultural Research), OXFAM, Mangrove Action Project.

RENCANA KEGIATAN

Staf Oxfam memberikan penyematan Pin Oxfam Go Live kepada Gubernur Sulawesi Tengah, Drs. Longky Djanggola saat mengunjungi stand Oxfam dalam Festival Forum Kawasan Timur Indonesia.

Page 10: Kabar Pesisir 4

KabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 201210

Presentase dari peserta kegiatan Cross Visit Pertanian Organik

Yogyakarta 11-15 September 2012

Peserta pelatihan Penjaminan Mutu Organik, 17 - 19 Oktober 2012 di Pare-pare Sulawesi Selatan.

lensa rcl

Suasana Semiloka Kolaborasi Membangun Desa Mandiri

Pelatihan Analisis Kebijakan dan Implementasi Program yang Responsif Gender, 09 - 12 Oktober 2012, di Malino

Kunjungan lapangan dalam Cross Visit pertanian organik, diikuti oleh kelompok perempuan, Pemda, Oxfam dan Mitra.

KabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 201210

Narasumber dan terdiri dari Kepala Daerah dan SKPD terkait, Perusahaan swasta dan LSM dan Donor.

Semiloka Kolaborasi membangun Desa Mandiri di Kabupaten Pan-gkep, dilaksanakan di Pangkep, 18 - 21 Oktober 2012

Page 11: Kabar Pesisir 4

KabarPesisirEdisi 4 | Oktober - November 2012 11

Diskusi kelompok bersama dengan pemerintah dan peserta dalam ke-giatan Cross Visit Pertanian Organik di Yogyakarta

Persiapan pembukaan pemeran produk kelompok usaha perem-puan pesisir 20 - 21 September 2012 di Kabupaten Takalar

Pengunjung stand mencicipi aneka produk dari kelompok binaan RCL, lakumi.....

Dekorasi stand dari kelompok usaha perempuan pesisir untuk menarik minat pengunjung.

Salah satu stand pameran yang menjual produk olahan kelompok binaan Sekolah Lapang RCL binaan Oxfam dan mitra YKL/MAP.

lensa rcl

11KabarPesisirEdisi 4 | Oktober - November 2012

Pelatihan Analisis Sosial dan Perencanaan Partisipatif, 15 - 18 Oktober 2012 di Malino diikuti oleh kelompok binaan RCL

Peserta Pembelajaran dan Sharing Triwulan RCL Project dalam pengelolaan sumber daya pesisir, 8-9 Agt 2012 di Makassar

Page 12: Kabar Pesisir 4

KabarPesisir Edisi 4 | Oktober - November 201212

A FUTURE WITHOUT POVERTY. WE CAN MAKE IT.

oxfam go live1 oktober 2012