Top Banner
BAGIAN IKM DAN IKK JUNI 2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI RS SYEKH YUSUF GOWA Disusun oleh : St. Maghfira Ananda C 111 09 367 Putra Imanullah C 111 10 123 Fadiah Gazzani Rahman C 111 10 809 Muh. Saifuddin Bin Hassan C 111 10 874 Pembimbing : dr. Sultan Buraena MS, Sp.OK DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KERJA DAN
66

K3 Limbah Cair Edit

Jul 13, 2016

Download

Documents

Fadiah Gazzani

Pengolahan Limbah Cair di RSUD Gowa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: K3 Limbah Cair Edit

BAGIAN IKM DAN IKK JUNI 2015FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI RS

SYEKH YUSUF GOWA

Disusun oleh :

St. Maghfira Ananda C 111 09 367

Putra Imanullah C 111 10 123

Fadiah Gazzani Rahman C 111 10 809

Muh. Saifuddin Bin Hassan C 111 10 874

Pembimbing :

dr. Sultan Buraena MS, Sp.OK

DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KERJA DAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

BAB I

Page 2: K3 Limbah Cair Edit

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Rumah sakit dan institusi kesehatan lain adalah sebuah bentuk

industri jasa yang tidak berbeda dengan industri barang. Komponen manusia,

mesin, dan peralatan serta energi merupakan aset industri yang akan

menentukan tujuan perusahaan. Proses dalam rumah sakit dan institusi

kesehatan lain sangat kompleks bagi dihasilkannya keluaran (output) yang

memuaskan dan tentunya dari proses kerja yang sehat dan selamat. Rumah

sakit merupakan pelayanan kesehatan terhadap individu, pasien dan

masyarakat dengan inti pelayanan medik baik pencegahan, pemeliharaan,

pengobatan dan penyembuhan yang diproses secara terpadu agar mencapai

pelayanan kesehatan paripurna.

Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai salah satu

unsur kesejahteraan umum, besar artinya bagi pengembangan sumber daya

manusia Indonesia seutuhnya. Masyarakat Indonesia pada masa yang akan

datang diharapkan mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu

secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Salah satu institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan

pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif adalah rumah sakit.

Sarana dan kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif.

Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,

sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah sampah dan limbah medis

maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang

perlu perhatian khusus. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan

rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan

bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah

rumah sakit.

Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena

dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif. Selain itu, karena kegiatan

atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit menjadi depot segala

Page 3: K3 Limbah Cair Edit

macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber

distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh

orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit.

Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8

kasus pekerja kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang

menangani limbah medis. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan

limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis tajam tetapi meliputi limbah

rumah sakit secara keseluruhan. Namun, berdasarkan hasil Rapid Assessment

tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Direktorat Penyediaan Air

dan Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota,

menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang

ada, yang memiliki insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas

limbah cair yang telah melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat baru

mencapai 52% .

Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari

dukungan pengelolaan limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang

baik sangat dibutuhkan dalam mendukung hasil kualitas effluent sehingga

tidak melebihi syarat baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak

menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar.

A. TUJUAN PENELITIAN

I. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja

pada petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit.

II. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas

pengolahan limbah cair di rumah sakit.

2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat

mengganggu kesehatan petugas.

Page 4: K3 Limbah Cair Edit

3. Untuk mengetahui tentang Alat pelindung Diri (APD) yang

digunakan petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit pada saat

bekerja.

4. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja

petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit.

5. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan

sesuai peraturan.

6. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang

berhubungan dengan pekerjaan pada petugas pengolahan limbah

cair di rumah sakit.

7. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan, seperti

adanya penyuluhan atau pelatihan, pengukuran atau pemantauan

lingkungan tentang hazard yang pernah dilakukan.

8. Untuk mengetahui informasi tentang konstruksi bangunan.

9. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

A. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi peneliti, sebagai suatu pengalaman belajar dalam kegiatan

penelitian sehingga dapat memperoleh pengalaman dan meningkatkan

wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku pekerja pengolahan limbah cair dalam keselamatan dan

kesehatan lingkungan kerja.

2. Bagi petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit, sebagai bahan

informasi tentang manfaat cara pencegahan terjadinya kecelakaan

dalam bekerja dan penanggulangannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 5: K3 Limbah Cair Edit

Limbah cair adalah sisa cairan yang tidak lagi dianggap bermanfaat bagi

pengguna dan dibuang kembali ke lingkungan air. Secara umum ada kegiatan

yang menjadi sumber limbah cair yaitu antara lain kegiatan penduduk di

perkotaan/pedesaan (domestik), industri, pertanian, dan pertambangan. Limbah

cair domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat

perdagangan maupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat-tempat umum,

lalulintas, dan lain-lain. Limbah rumah sakit sendiri pada khususnya mengandung

bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit dan tingkat

pengolahannya sebelum dibuang.

Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak

mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat

membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari

sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling

perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji

laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-

bahan itu mengandung logam berat dan inveksius, sehingga harus disterilisasi atau

dinormalkan sebelum ”dilempar” menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto

rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup

berbahaya. Setelah bahan ini digunakan limbahnya dibuang. Untuk itu diperlukan

pemahaman dan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab terhadap

pengelolaan limbah cair dirumah sakit.

Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini. Namun, lemahnya

peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah sakit mengakibatkan

hingga saat ini hanya sedikit rumah sakit yang memiliki IPAL (Instalasi

Pengolahan Air Limbah) khusus pengolahan limbah cairnya.

Landasan Hukum Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit

U.U.no 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Page 6: K3 Limbah Cair Edit

U.U.no 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

U.U.no 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

U.U.no 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

U.U.no 1. Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

PP no 18 Tahun 1999 Jo No. 85 Tahan 1999 Tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun.

Kep Men Kes no 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit

Kep Gub Provinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004 Baku Mutu Limbah

Kep Gub Provinsi Jawa Tengah no 5 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Air

Limbah

Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan

dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :

- Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi

dan rasa dari bahan kimia organik.

- Kerusakan harta benda

Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang

berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di

sekitar rumah sakit.

- Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam

nutrien tertentu dan fosfor.

- Gangguan terhadap kesehatan manusia

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa

kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian

kedokteran gigi.

- Gangguan genetik dan reproduksi

Page 7: K3 Limbah Cair Edit

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,

namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan

genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

Upaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,

konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui

proses fisika, kimia atau hayati. Upaya pertama yang harus dilakukan adalah

upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke

lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya

pemanfaatan limbah. Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai

digalakkan, bagi RS masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk

mengurangi jumlah limbah dan pengolahan limbah yang masih mempunyai nilai

ekonomis.

Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan

teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah

berbahaya antara lain reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste

minimization), pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran

(waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction) (Hananto,

1999).

Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus

dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif ,yaitu mencegah

atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi

limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas

dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif

langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni

meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan

pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai cara yang digunakan

untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah (Arthono, 2000) :

1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam

menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,

Page 8: K3 Limbah Cair Edit

tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi

dengan sebaik mungkin.

2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah

menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat

mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan

limbah.

3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat

atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.

4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar

persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses

kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan

lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.

5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik : sesuai dengan petunjuk

pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.

6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan

yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang

cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit

baru atau penggantian sebagian unitnya.

Teknologi Pengolahan Limbah

Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan

hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang

terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran

rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang

ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut

langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai

mengandung zat medis.

Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah

medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS

menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat

Page 9: K3 Limbah Cair Edit

beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu

tumbuhnya kanker pada tubuh.

Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukaannya

teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode

sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States

Environmental Protection Agency (U.S.EPA) tahun 1999. Teknologi ini

sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit,

dan lain-lain.

OZONISASI

Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses

ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies

dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906.

Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun

waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air

minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika.

Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi

bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada

ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari

sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa

disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat

dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge.

Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam

mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis

A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998). Melalui

proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel

mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses

oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical

(OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan

teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah

cair domestik dan industri.

Page 10: K3 Limbah Cair Edit

OZONISASI LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur,

laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi

lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon

yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan

membunuh bakteri patogen pada limbah cair.

Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki

koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki

berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil

proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan.

Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki

ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang

terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan

karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak

mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini

karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara

dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang

dengan aman ke sungai.

Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH),

sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V),

jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan

oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,

atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh

hidroksil radikal akan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk

kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa

organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen

yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan

karbon dioksida dan air.

Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga

dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma,

Page 11: K3 Limbah Cair Edit

menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair. Dengan

demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri

patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit.

Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses

penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila

seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti.

Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara dicuci.

Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu

ultraviolet atau hidrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini akan

didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan

dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat

menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus

menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga

mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah

sakit tidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan

kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain

efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi

yang luas.

Proses Pengolahan Limbah Cair RSUD Syekh Yusuf Gowa

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di rumah sakit dirancang secara

khusus untuk menggunakan "Biomedia Synthetic Porous Plastic" sebagai tempat

untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dimana mikroorganisme tersebut berfungsi

menguraikan materi organik yang terkandung dalam air limbah domestik. Di

samping itu, biomedia tersebut berfungsi juga sebagai saringan dalam mengurai

nilai atau kadar suspended solid dalam air limbah domestik sehingga kualitas air

olahan menjadi lebih baik. Proses yang terjadi adalah sistem lumpur aktif

(activated sludge) dengan pertumbuhan mikroorganisme yang melekat pada

media (attach growth bacteria), yaitu pada kondisi tidak ada udara (anaerobik)

dan ada udara (aerobik).

Proses I

Page 12: K3 Limbah Cair Edit

Dari seluruh pembuangan air limbah gedung akan masuk ke bak kontrol yang

berjumlah 10 buah. Dari bak kontrol inilah yang dilakukan pembersihan

setiap hari untuk membersihkan seluruh partikel-partikel kasar sebelum

mengalir ke tangki equalizer.

Proses II

Di tangki ini terdapat kain filter dan pompa pengisap, kain filter tersebut

untuk menahan partikel-partikel kasar yang terlewatkan dari bak kontrol

sehingga air yang masuk ke tangki ini diupayakan tanpa ada lagi partikel-

partikel kasar yang bisa menghambat kerja mesin pompa pengisap,

selanjutnya air akan dialirkan ke tangki kontrol.

Proses III

Proses air limbah di tangki kontrol ini mengatur pembagian air limbah

menuju ke pipa-pipa tangki dengan proses biomedia (anaerobik dan aerobik).

Proses IV

Di dalam proses biomedia dalam tangki 1 ini (anaerobik) diproses tanpa udara

sehingga air limbah dapat menumbuhkan mikroorganisme yang dapat

mengurai kualitas air hingga 70% dari air limbah awal, selanjutnya diproses

ke tangki 2 dengan cara proses udara (aerob).

Proses V

Di antara tangki 1 dan 2 terdapat mesin pompa udara yang akan menciptakan

gelembung-gelembung udara di dalam tangki 2, untuk mencapai 30% proses

hasil air olahan dari air limbah awal. Dalam tangki ini terdapat proses

penggelembungan udara di dalam air limbah sehingga di dalam tangki air

limbah dapat menumbuhkan mikroorganisme yang akan menurunkan nilai

BOD dan dari seluruh bagian bawah tangki 1 dan 2 yang berjumlah 12 tangki,

terdapat pipa yang saling terintegrasi untuk membuang air limbah ke tangki

equalizer pada saat pembersihan lumpur yang mengendap dalam tangki

anaerob dan aerob.

Proses VI

Dalam proses ini, air limbah olahan akan didosiskan dengan larutan kaporit

dengan bantuan pompa kimia untuk mensterilkan air olahan sehingga air

Page 13: K3 Limbah Cair Edit

olahan tidak mengandung bakteri yang bersifat infeksius, selanjutnya air

olahan bisa dialirkan ke saluran drainase.

Alur Pengolahan limbah cair IPAL di RSUD. Syekh Yusuf Kabupaten Gowa

Laboratorium Perawatan Ruang Operasi

Page 14: K3 Limbah Cair Edit

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU

1. Lokasi

Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang kami jalankan adalah

mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan

kerja pada petugas pengolahan limbah cair di RS Syekh Yusuf Gowa.

2. Waktu

Sumur Dalam

T. Aerob T. Aerob T. Aerob T. Aerob T. Aerob T. Aerob

T. Anaerob T. Anaerob T. Anaerob T. Anaerob T. Anaerob T. Anaerob

Page 15: K3 Limbah Cair Edit

Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada tanggal

15-20 Juni 2015.

B. BAHAN DAN CARA

1. Peralatan yang diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survei

jalan sepintas) dalam rangka untuk survei kesehatan dan kedokteran kerja

petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit, antara lain :

Alat tulis menulis

Berfungsi sebagai media untuk mencatat selama survei jalan sepintas

Kamera

Digunakan untuk mencatat situasi kerja di dalam salon kecantikan

Check list (kuisioner)

Digunakan untuk mendapatkan data primer mengenai survei yang

dilakukan

Komputer dan printer

2. Cara pemantauan

Kami merencanakan untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan yang

dilakukan petugas pengolahan limbah cair di RS Syekh Yusuf Gowa yang

berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja serta kesehatan

lingkungan kerja pada lingkungan RS Syekh Yusuf Gowa. Pemantauan ini

dilakukan dengan metode walk through survey dengan menggunakan

check list.

Page 16: K3 Limbah Cair Edit

BAB IV

HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

A. HASIL SURVEY

1. Perawatan

Hazard Lingkungan Kerja

Faktor fisik

Kebisingan

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada

tempat kerja

Page 17: K3 Limbah Cair Edit

Getaran

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada

tempat kerja

Sumber cahaya

sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa

lampu

Temperatur

suhu di ruangan kerja cukup baik karena menggunakan

pendingin ruangan (air conditioner) sehingga petugas merasa

nyaman saat bekerja

Faktor kimia

Bahan kimia berupa benda padat

tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang

digunakan pada bagian ini

Bahan kimia berupa benda cair

tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan

pada bagian ini

Bahan kimia berupa gas

tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada

bagian ini

Faktor biologi

Urin pasien

terdapat urin pasien yang berasal dari kateter yang harus

dibuang oleh petugas

Darah dan cairan tubuh pasien

terdapat darah dan cairan tubuh pasien yang harus

dibersihkan dan dibuang oleh petugas

Faktor ergonomis

Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap

pada suatu posisi dalam waktu yang lama

Faktor psikososial

Page 18: K3 Limbah Cair Edit

Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan

malam

Hubungan sesama petugas baik

Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan

Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan

APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain masker,

sarung tangan (handschoen), dan celemek

APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai

dan langsung dibuang setelah digunakan

Celemek dibersihkan setelah digunakan

Keluhan Kesehatan

Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat

kerja

Pemeriksaan Kesehatan

Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai

resep dokter saat sakit

Informasi tentang Kotak P3K

Terdapat kotak P3K di dalam perawatan satu buah, petugas juga

pernah menggunakan kotak P3K tersebut

Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak

P3K tersebut

Informasi tentang Konstruksi Bangunan

Page 19: K3 Limbah Cair Edit

Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak

bocor, ventilasi cukup

Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,

alarm, dan sarana evakuasi

2. Laboratorium

Hazard Lingkungan Kerja

Faktor fisik

Kebisingan

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada

tempat kerja

Getaran

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada

tempat kerja

Sumber cahaya

sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa

lampu

Temperatur

suhu di ruangan kerja cukup baik karena menggunakan

pendingin ruangan (air conditioner) sehingga petugas merasa

nyaman saat bekerja

Faktor kimia

Bahan kimia berupa benda padat

tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang

digunakan pada bagian ini

Page 20: K3 Limbah Cair Edit

Bahan kimia berupa benda cair

tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan

pada bagian ini

Bahan kimia berupa gas

tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada

bagian ini

Faktor biologi

Urin pasien

terdapat urin pasien yang merupakan sisa dari hasil

pemeriksaan

Darah dan cairan tubuh pasien

terdapat darah dan cairan tubuh pasien yang merupakan sisa

dari hasil pemeriksaan

Faktor ergonomis

Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap

pada suatu posisi dalam waktu yang lama

Faktor psikososial

Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan

malam

Hubungan sesama petugas baik

Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan

Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan

APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain masker,

sarung tangan (handschoen), dan celemek

APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai

dan langsung dibuang setelah digunakan

Celemek dibersihkan setelah digunakan

Keluhan Kesehatan

Page 21: K3 Limbah Cair Edit

Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat

kerja

Pemeriksaan Kesehatan

Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai

resep dokter saat sakit

Informasi tentang Kotak P3K

Terdapat kotak P3K di dalam laboratorium dua buah, petugas juga

pernah menggunakan kotak P3K tersebut

Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak

P3K tersebut

Informasi tentang Konstruksi Bangunan

Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak

bocor, ventilasi cukup

Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,

alarm, dan sarana evakuasi

3. Ruang Operasi

Hazard Lingkungan Kerja

Faktor fisik

Kebisingan

Page 22: K3 Limbah Cair Edit

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada

tempat kerja

Getaran

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada

tempat kerja

Sumber cahaya

sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa

lampu

Temperatur

suhu di ruangan kerja cukup baik karena menggunakan

pendingin ruangan (air conditioner) sehingga petugas merasa

nyaman saat bekerja

Faktor kimia

Bahan kimia berupa benda padat

tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang

digunakan pada bagian ini

Bahan kimia berupa benda cair

tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan

pada bagian ini

Bahan kimia berupa gas

tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada

bagian ini

Faktor biologi

Urin pasien

terdapat urin pasien yang berasal dari kateter selama operasi

Darah dan cairan tubuh pasien

terdapat darah dan cairan tubuh pasien yang tertampung

selama proses operasi

Faktor ergonomis

Page 23: K3 Limbah Cair Edit

Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap

pada suatu posisi dalam waktu yang lama

Faktor psikososial

Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan

malam

Hubungan sesama petugas baik

Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan

Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan

APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain masker,

sarung tangan (handschoen), penutup kepala, dan celemek

APD seperti masker, penutup kepala, dan sarung tangan merupakan

alat sekali pakai dan langsung dibuang setelah digunakan

Celemek dibersihkan setelah digunakan

Keluhan Kesehatan

Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat

kerja

Pemeriksaan Kesehatan

Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai

resep dokter saat sakit

Informasi tentang Kotak P3K

Terdapat kotak P3K di dalam ruang operasi dua buah, petugas juga

pernah menggunakan kotak P3K tersebut

Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak

P3K tersebut

Page 24: K3 Limbah Cair Edit

Informasi tentang Konstruksi Bangunan

Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak

bocor, ventilasi cukup

Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,

alarm, dan sarana evakuasi

4. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap I

Hazard Lingkungan Kerja

Faktor fisik

Kebisingan

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada

tempat kerja

Getaran

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada

tempat kerja

Sumber cahaya

sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya

matahari

Temperatur

suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena

tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak

menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin

Faktor kimia

Bahan kimia berupa benda padat

Page 25: K3 Limbah Cair Edit

tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang

digunakan pada bagian ini

Bahan kimia berupa benda cair

tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan

pada bagian ini

Bahan kimia berupa gas

tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada

bagian ini

Faktor biologi

Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit

dialirkan ke dalam bak kontrol

Faktor ergonomis

Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap

pada suatu posisi dalam waktu yang lama

Faktor psikososial

Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan

malam

Hubungan sesama petugas baik

Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan

Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan

APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,

celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala

(helm), sepatu boot

APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai

dan langsung dibuang setelah digunakan

Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan

setiap 2 minggu sekali

Page 26: K3 Limbah Cair Edit

Keluhan Kesehatan

Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat

kerja

Pemeriksaan Kesehatan

Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai

resep dokter saat sakit

Informasi tentang Kotak P3K

Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K

tersebut

Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak

P3K tersebut

Informasi tentang Konstruksi Bangunan

Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak

bocor, ventilasi cukup

Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,

alarm, dan sarana evakuasi

5. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap II

Hazard Lingkungan Kerja

Faktor fisik

Page 27: K3 Limbah Cair Edit

Kebisingan

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada

tempat kerja

Getaran

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada

tempat kerja

Sumber cahaya

sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya

matahari

Temperatur

suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena

tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak

menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin

Faktor kimia

Bahan kimia berupa benda padat

tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang

digunakan pada bagian ini

Bahan kimia berupa benda cair

tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan

pada bagian ini

Bahan kimia berupa gas

tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada

bagian ini

Faktor biologi

Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit

dialirkan ke dalam tangki equalizer

Faktor ergonomis

Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap

pada suatu posisi dalam waktu yang lama

Page 28: K3 Limbah Cair Edit

Faktor psikososial

Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan

malam

Hubungan sesama petugas baik

Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan

Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan

APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,

celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala

(helm), sepatu boot

APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai

dan langsung dibuang setelah digunakan

Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan

setiap 2 minggu sekali

Keluhan Kesehatan

Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat

kerja

Pemeriksaan Kesehatan

Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai

resep dokter saat sakit

Informasi tentang Kotak P3K

Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K

tersebut

Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak

Page 29: K3 Limbah Cair Edit

P3K tersebut

Informasi tentang Konstruksi Bangunan

Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak

bocor, ventilasi cukup

Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,

alarm, dan sarana evakuasi

6. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap III

Hazard Lingkungan Kerja

Faktor fisik

Kebisingan

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada

tempat kerja

Getaran

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada

tempat kerja

Sumber cahaya

sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya

matahari

Temperatur

suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena

tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak

menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin

Faktor kimia

Page 30: K3 Limbah Cair Edit

Bahan kimia berupa benda padat

tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang

digunakan pada bagian ini

Bahan kimia berupa benda cair

tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan

pada bagian ini

Bahan kimia berupa gas

tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada

bagian ini

Faktor biologi

Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit

dialirkan ke pipa-pipa biomedia

Faktor ergonomis

Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap

pada suatu posisi dalam waktu yang lama

Faktor psikososial

Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan

malam

Hubungan sesama petugas baik

Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan

Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan

APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,

celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala

(helm), sepatu boot

APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai

dan langsung dibuang setelah digunakan

Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan

setiap 2 minggu sekali

Page 31: K3 Limbah Cair Edit

Keluhan Kesehatan

Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat

kerja

Pemeriksaan Kesehatan

Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai

resep dokter saat sakit

Informasi tentang Kotak P3K

Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K

tersebut

Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak

P3K tersebut

Informasi tentang Konstruksi Bangunan

Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak

bocor, ventilasi cukup

Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,

alarm, dan sarana evakuasi

7. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap IV

Hazard Lingkungan Kerja

Page 32: K3 Limbah Cair Edit

Faktor fisik

Kebisingan

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada

tempat kerja

Getaran

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada

tempat kerja

Sumber cahaya

sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya

matahari

Temperatur

suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena

tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak

menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin

Faktor kimia

Bahan kimia berupa benda padat

tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang

digunakan pada bagian ini

Bahan kimia berupa benda cair

tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan

pada bagian ini

Bahan kimia berupa gas

tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada

bagian ini

Faktor biologi

Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit

dialirkan ke dalam tangki anaerob

Faktor ergonomis

Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap

pada suatu posisi dalam waktu yang lama

Faktor psikososial

Page 33: K3 Limbah Cair Edit

Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan

malam

Hubungan sesama petugas baik

Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan

Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan

APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,

celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala

(helm), sepatu boot

APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai

dan langsung dibuang setelah digunakan

Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan

setiap 2 minggu sekali

Keluhan Kesehatan

Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat

kerja

Pemeriksaan Kesehatan

Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai

resep dokter saat sakit

Informasi tentang Kotak P3K

Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K

tersebut

Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak

Page 34: K3 Limbah Cair Edit

P3K tersebut

Informasi tentang Konstruksi Bangunan

Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak

bocor, ventilasi cukup

Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,

alarm, dan sarana evakuasi

8. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap V

Hazard Lingkungan Kerja

Faktor fisik

Kebisingan

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada

tempat kerja

Getaran

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada

tempat kerja

Sumber cahaya

sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya

matahari

Temperatur

suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena

tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak

menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin

Faktor kimia

Page 35: K3 Limbah Cair Edit

Bahan kimia berupa benda padat

tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang

digunakan pada bagian ini

Bahan kimia berupa benda cair

tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan

pada bagian ini

Bahan kimia berupa gas

tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada

bagian ini

Faktor biologi

Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit

dialirkan ke dalam tangki aerob

Faktor ergonomis

Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap

pada suatu posisi dalam waktu yang lama

Faktor psikososial

Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan

malam

Hubungan sesama petugas baik

Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan

Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan

APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,

celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala

(helm), sepatu boot

APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai

dan langsung dibuang setelah digunakan

Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan

setiap 2 minggu sekali

Page 36: K3 Limbah Cair Edit

Keluhan Kesehatan

Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat

kerja

Pemeriksaan Kesehatan

Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai

resep dokter saat sakit

Informasi tentang Kotak P3K

Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K

tersebut

Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak

P3K tersebut

Informasi tentang Konstruksi Bangunan

Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak

bocor, ventilasi cukup

Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,

alarm, dan sarana evakuasi

9. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap VI

Hazard Lingkungan Kerja

Faktor fisik

Page 37: K3 Limbah Cair Edit

Kebisingan

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada

tempat kerja

Getaran

tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada

tempat kerja

Sumber cahaya

sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya

matahari

Temperatur

suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena

tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak

menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin

Faktor kimia

Bahan kimia berupa benda padat

tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang

digunakan pada bagian ini

Bahan kimia berupa benda cair

terdapat penggunaan klorin dan kaporit pada bagian ini yang

bertujuan untuk mensterilkan air olahan sehingga aman

dialirkan ke lingkungan

Bahan kimia berupa gas

tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada

bagian ini

Faktor biologi

Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit

dialirkan ke dalam bak kontrol

Faktor ergonomis

Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap

pada suatu posisi dalam waktu yang lama

Page 38: K3 Limbah Cair Edit

Faktor psikososial

Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan

malam

Hubungan sesama petugas baik

Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan

Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan

APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,

celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala

(helm), sepatu boot

APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai

dan langsung dibuang setelah digunakan

Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan

setiap 2 minggu sekali

Keluhan Kesehatan

Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat

kerja

Pemeriksaan Kesehatan

Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai

resep dokter saat sakit

Informasi tentang Kotak P3K

Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K

tersebut

Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak

Page 39: K3 Limbah Cair Edit

P3K tersebut

Informasi tentang Konstruksi Bangunan

Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak

bocor, ventilasi cukup

Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,

alarm, dan sarana evakuasi

B. PEMBAHASAN

1. Hazard Lingkungan Kerja

Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan–gangguan kesehatan

terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya terpapar kebisingan

intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan

kurang memadai, getaran, radiasi.

Faktor fisik

a. Sumber kebisingan, tidak ada pada lokasi kerja sehingga tidak

ditemukan adanya faktor kebisingan yang dapat mengganggu

kesehatan dan keselamatan kerja

b. Sumber cahaya, berasal dari cahaya matahari

c. Sumber getaran, tidak ada pada lokasi kerja sehingga tidak

ditemukan adanya faktor getaran yang dapat mengganggu

kesehatan dan keselamatan kerja

d. Sumber radiasi, tidak ada pada lokasi kerja sehingga tidak

ditemukan adanya faktor radiasi yang dapat mengganggu

kesehatan dan keselamatan kerja

e. Temperatur, kurang baik karena tempat kerja bersifat terbuka

sehingga para petugas sering merasa kepanasan. Suhu udara

Page 40: K3 Limbah Cair Edit

yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya semangat

kerja petugas dalam melaksanakan pekerjaan.

Faktor kimia

Faktor kimia merupakan potensi bahaya yang berasal dari bahan-

bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya

ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui

inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran

pencernaan), skin contact (melalui kulit).

Bahan kimia yang digunakan oleh petugas adalah klorin dan kaporit

pada tahap keenam dari proses pengolahan air limbah namun zat

kimia ini masih relatif aman bagi para petugas.

Faktor biologi

Faktor biologi merupakan bahan organik yang berasal dari sumber–

sumber biologi yang berbeda, seperti virus, bakteri, jamur, protein

dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat

alam yang terdegradasi.

Faktor biologi yang terdapat pada IPAL, antara lain urin, darah, dan

cairan tubuh pasien.

Faktor ergonomi

Faktor ergonomi merupakan potensi bahaya yang berasal atau yang

disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak

sesuai dengan norma–norma ergonomi yang berlaku, dalam

melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk sikap dan cara

kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban

kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun

ketidakserasian antara manusia dan mesin.

Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa faktor ergonomi pada

IPAL ini telah memadai karena petugas bekerja dengan posisi yang

nyaman dan tidak perlu menetap pada suatu posisi dalam waktu yang

lama.

Faktor psikososial

Page 41: K3 Limbah Cair Edit

Faktor psikososial merupakan potensi bahaya yang berasal atau

ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan

yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.

Respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan.

Jika respon terhadap tubuh berlebihan maka akan menimbulkan

stress. Gangguan emosional yang ditimbulkan adalah cemas, gelisah,

gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, pecandu alkohol atau

psikotropika. Penyakit-penyakit psikosomatis, antara lain jantung

koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar,

gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,

dan lain-lain.

Jam kerja petugas pada IPAL hanya berkisar tujuh jam setiap harinya

sehingga petugas masih dapat beristirahat dengan baik. Hubungan

sesama petugas juga baik sehingga dari hasil observasi tidak

didapatkan adanya faktor psikososial yang terganggu.

2. Alat Kerja yang Digunakan

Alat yang digunakan pada IPAL pada umumnya merupakan alat mesin

sehingga petugas harus mengetahui cara menggunakannya

3. Alat Pelindung Diri yang Digunakan

Alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk

melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya

kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat

kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya.

Berikut ini akan disebutkan beberapa perlengkapan APD yang digunakan

di industri baik formal maunpun informal mulai dari kaki sampai kepala :

a. Pelindung kepala, seperti helm yang dilengkapi oleh perisai dan

lain sebagainya.

b. Pelindung mata, seperti kaca mata dan kaca pengaman yang

dimana kaca mata atau kaca pengeman ini tidak mudah hancur

Page 42: K3 Limbah Cair Edit

c. Pelindung pendengaran, seperti earplugs dan earmuffs

d. Pelindung muka, seperti perisai yang biasa digunakan pada usaha

las

e. Pelindung pernapasan

f. Pelindung badan

g. Pelindung jari dan tangan, seeperti kaos tangan yang terbuat dari

asbes atau yang lainnya

h. Pelindung kaki

i. Pengaman dari kejatuhan, seperti tali penolong, atau ikat pinggang

pengaman, pakaian pengaman dan jarring

Dari hasil observasi pada IPAL RS Syekh Yusuf, APD yang digunakan

oleh petugas adalah pelindung kepala (helm), pelindung pernapasan

(masker), baju khusus, celemek, sarung tangan, dan sepatu boot.

4. Pemeriksaan Kesehatan

Upaya pengendalian agar sumber yang dapat menimbulkan gangguan

dapat dikurangi agar tidak menimbulkan efek terhadap orang

sekelilingnya. Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa pendekatan

teknis, administratif, dan medis.

Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh petugas ke

puskesmas atau ke klinik

Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, petugas hanya

memeriksakan diri ke puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu

Sehingga upaya penanganan permasalahan penyakit yang timbul akibat

kerja kerja sudah dilaksanakan cukup baik oleh pekerja dengan

melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau klinik saat sakit.

5. Keluhan Kesehatan

Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, flu) merupakan keluhan

yang kadang-kadang dialami petugas

Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat kerja

Page 43: K3 Limbah Cair Edit

Jadi secara signifikan, tidak ada gangguan kesehatan yang berhubungan

dengan pekerjaan pada petugas di IPAL RS Syekh Yusuf.

6. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lainnya

Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada

Kotak P3K di lokasi kerja ada

Petugas K3 ada

Pada IPAL RS Syekh Yusuf sudah mulai terlaksana upaya kesehatan dan

keselamatan kerja lainnya karena telah disediakan kotak P3K.

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi walk through survey yang dilakukan di Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) RS Syekh Yusuf Gowa maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor hazard yang dialami petugas IPAL berupa faktor fisik yang berupa

temperatur lokasi kerja yang kurang nyaman karena bersifat terbuka dan

Page 44: K3 Limbah Cair Edit

tidak ada pendingin ruangan sehingga petugas sering merasa kepanasan;

faktor biologi berupa urin, darah, dan cairan tubuh pasien; serta faktor kimia

berupa penggunaan klorin dan kaporit pada proses pengolahan limbah.

2. Alat kerja yang digunakan pada umumnya merupakan alat mesin sehingga

petugas jarang kontak langsung dengan air limbah.

3. Alat pelindung diri yang digunakan saat bekerja berupa baju khusus,

celemek, penutup kepala (helm), masker, sarung tangan, dan sepatu boot

sehingga risiko kecelakaan kerja dan terganggunya kesehatan akibat kerja

dapat dicegah.

4. Petugas mengetahui isi kotak P3K dan mengetahui kegunaannya.

5. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan secara berkala sesuai

peraturan.

6. Keluhan atau penyakit yang berhubungan langsung dengan pekerjaan pada

petugas di IPAL RS Syekh Yusuf tidak ada.

7. Petugas mengetahui upaya K3 lainnya melalui penyuluhan atau pelatihan

tentang keselamatan kerja di rumah sakit.

8. Pengetahuan tentang konstruksi bangunan dan hubungannya dengan

kesehatan dan keselamatan kerja petugas cukup baik.

9. Pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada

petugas cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 2004. Keputuan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Depkes

RI.

Page 45: K3 Limbah Cair Edit

2. Depkes RI, 1995. Keputuan Menteri Lingkungan Hidup

No.58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit,

Jakarta : Depkes RI.

3. Depkes RI, 2004. Keputuan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Depkes

RI.

4. Depkes RI, 1995. Keputuan Menteri Lingkungan Hidup

No.58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit,

Jakarta : Depkes RI.

5. Mahida, 1994. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Jakarta :

Rajawali Pers.

6. Siregar A., 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah, Yogyakarta : Kanisius.

L

Page 46: K3 Limbah Cair Edit

A

M

P

I

R

A

N