Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3 ) Bidang Kelistrikan Dibuat Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik ListrikPoliteknik Negeri Sriwijaya Disusun Oleh : Nama : Syuratman Kelas : 6 LB NIM : 0607 3031 0172 POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG 2011
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995) Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrument yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya. K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, dll.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3 ) Bidang Kelistrikan
Dibuat Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik
ListrikPoliteknik Negeri Sriwijaya
Disusun Oleh :
Nama : Syuratman
Kelas : 6 LB
NIM : 0607 3031 0172
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2011
1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan
kondisi pekerja .
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera
yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan
Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologisfisikal dan psikologis tenaga
kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab
keselamatan kerja adalah:
a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik pengaturan
penerangan.
Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja :
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat
diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa
keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat
didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah
keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi
kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau
mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti
apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik baiknya selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrument yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh
dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai
bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada
masa yang akan datang.
Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3
yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja
merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak
diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak
kondusif. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga
mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah
terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah
pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan
kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara
derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja,
misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain
yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan,
kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet,
kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen
perusahaan. K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja,
shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan
pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi
yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.
Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di
Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di Amerika
Serikat. Era ini ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan mesin-
mesin produksi menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya berperan sebagai
operator. Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang dalam jumlah
berlipat ganda dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja sebelumnya.
Revolusi IndustriNamun, dampak penggunaan mesin-mesin adalah
pengangguran serta risiko kecelakaan dalam lingkungan kerja. Ini dapat menyebabkan
cacat fisik dan kematian bagi pekerja. Juga dapat menimbulkan kerugian material
yang besar bagi perusahaan.
Revolusi industri juga ditandai oleh semakin banyak ditemukan senyawa-
senyawa kimia yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan fisik dan jiwa
pekerja (occupational accident) serta masyarakat dan lingkungan hidup.
Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian integral dalam
perusahaan. Pada era in kecelakaan kerja hanya dianggap sebagai kecelakaan atau
resiko kerja (personal risk), bukan tanggung jawab perusahaan. Pandangan ini
diperkuat dengan konsep common law defence (CLD) yang terdiri atas contributing
negligence (kontribusi kelalaian), fellow servant rule (ketentuan kepegawaian), dan
risk assumption (asumsi resiko) (Tono, Muhammad: 2002). Kemudian konsep ini
berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab
pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar lingkungan
kerja.Dalam konteks bangsa Indonesia, kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak
pemerintahan kolonial Belanda.
Misalnya, pada 1908 parlemen Belanda mendesak Pemerintah Belanda
memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan penerbitan Veiligheids
Reglement, Staatsblad No. 406 Tahun 1910. Selanjutnya, pemerintah kolonial
Belanda menerbitkan beberapa produk hukum yang memberikan perlindungan bagi
keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-
masing sektor ekonomi.
Beberapa di antaranya yang menyangkut sektor perhubungan yang mengatur
lalu lintas perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen Betreffende de
Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend voor Algemene Verkeer
in Indonesia (Peraturan umum tentang pendirian dan perusahaan Kereta Api dan Trem
untuk lalu lintas umum Indonesia) dan Staatblad 1926 No. 334, Schepelingen
kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.”
Sedangkan Kewajiban penerapannya ada dalam pasal 87: “Setiap Perusahaan
wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.”
Keempat, Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per- 05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang terdiri dari 10 bab dan 12 pasal
ini, berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K-3 (SMK3), mirip
OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris.
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Bekerja di bengkel Kacamata pengaman Resiko mata terluka selamanya ada di bengkel atau laboratorium. Karena luka pada mata mungkin berakibat fatal, beberapa alat telah dibuat untuk melindungi mata dalam situasi kerja. Salah satu yang paling lumrah ialah kacamata biasa dengan kaca anti pecah. Perlengkapan ini melindungi mata dari bram dan partikel kecil di bengkel. Jenis kacamata ini memberikan perlindungan yang lebih baik untuk bekerja di bengkel. Jenis khusus dari kacamata pengaman dibuat untuk pekerjaan khusus seperti mengelas. Rangka kacamata menutup mata dengan sempurna. Salah satu yang paling lumrah ialah kacamata biasa dengan kaca anti pecah. Perlengkapan ini melindungi mata dari bram dan partikel kecil di bengkel. Jenis kacamata ini memberikan perlindungan yang lebih baik untuk bekerja di bengkel. Jenis khusus dari kacamata pengaman dibuat untuk pekerjaan khusus seperti mengelas. Rangka kacamata menutup mata dengan sempurna.
Luka pada mata Alat pelindung
Kacamata Jenis lain Kacamata khusus Pandangan lebih luas
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Penggunaan kacamata pengaman Hendaknya selalu mengenakan kacamata pengaman jika : - Memahat dengan pahat dan palu - Menggergaji dengan jenis gergaji logam - Mengebor dengan bor tangan atau bor mesin - Mengoperasikan mesin seperti : Membubut Memfrais Menyekrap Menggerinda
Memahat Menggergaji Mengebor Pekerjaan mesin
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Las asetilin Pada pekerjaan las asetilin dipakai kacamata jenis khusus. Kacamata ini memerisai mata dari sinar dan percikan api. Dibandingkan dengan las listrik dalam mengerjakan las asetilin pekerjaan memerlukan kedua tangan : satu untuk memegang gagang las (brander) dan yang lain memegang kawat las. Oleh sebab itu kacamata pelindung harus dipasang secara mantap pada kepala. Las listrik Dalam mengerjakan las listrik sebuah perisai digunakan untuk melindungi mata. Perisai berfungsi seperti jendela yang dapat dibuka dan ditutup. Perisai bukan hanya melindungi mata dari sinar yang kuat dari las listrik, tapi juga melindungi kepala dari percikan pi dan bram. Perisai dipegang oleh tangan yang tidak digunakan untuk memegang elektroda.
Kacamata Khusus Memerisai Menggunakan kedua tangan Memasang Perisai las listrik Perlindungan Mata Memegang perisai
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Jenis pelindung lain Gambar samping menunjukkan Berbagai jenis lain dari pelindung mata. Disarankan untuk menentukan jenis kacamata pengaman atau kedok muka yang cocok untuk pekerjan khusus tersebut. Dalam banyak situasi yang memerlukan banyak pekerjaan diatas kepala, resiko mata terluka jauh lebih besar daripada biasanya. Helm atau topi yang kuat dipakai dalam situasi kerja, dimana terdapat kemungkinan benda jatuh, misalnya di lokasi pembangunan atau di pelataran kawasan industri. Gabungan helm, kacamata pengaman, perisai, sarung tangan dan sepatu lars diperlukan dalam situasi seperti pemadaman kebakaran dan kecelakaan akibat bahan beracun.
Jenis lain Pilih yang sesuai untuk pekerjaan tertentu Situasi kerja Helm Gabungan helm dan pengaman lain
KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Perkakas tangan Pekerjaan dengan perkakas tangan mengandung resiko minimal, bila perkakas itu dipakai secara baik dan dirawat dengan benar. Luka mata dan tangan merupakan bahaya yang paling sering timbul. Pencegahan adalah lebih baik daripada penanggulangan. Tindakan preventif yang sederhana dapat membantu menciptakan tempat kerja menjadi lebih aman. Misalnya : - Pasanglah ram kawat diatas bangku kerja diantara para pekerja pada ragum bangku yang saling berhadapan. Hal ini dapat melindungi mereka dari bram yang berhamburan kesekelilingnya. - Ganti bagian ragum yang sudah rusak agar jepitannya tetap kuat dan menghindari lepas saat pengerjaan. Palu Bagian yang mudah patah pada palu adalah : - Gagang - Penghubung antara gagang dan kepala palu.
Resiko Kecelakaan Luka Pencegahan Mudah patah
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Gambar menunjukkan posisi aman dalam alur dan bentuk daun. Gambar ini menunjukkan beberapa bentuk daun yang salah sehingga tidak pas ke dalam alur. Jenis ini akan merusak alur dan membahayakan. Kunci pas Kunci pas digunakan untuk mengencangkan dan mengendorkan mur dan baut. Kebanyakan kunci pas terbuat dari baja kualitas tinggi untuk menghindarkan kerusakan bentuk atau pegangannya. Mulut pada kunci pas harus bersesuaian dengan ukuran mur yang biasanya tertera pada cakram/mulut dari kunci pas itu. Kunci pas selamanya aman bila lubangnya sesuai dengan ukuran mur. Memakai kunci tabung (sok) atau kunci pas yang lubangnya tidak sesuai dengan ukuran mur, merupakan pekerjaan yang kurang aman. Mur ini menunjukkan hasil kerja yang tidak trampil dalam penggunaan perkakas. Tidak adanya pegangan membuatnya tidak bisa dipakai lagi untuk selanjutnya.
Bentuk daun Bentuk yang Salah Membahayakan Kunci pas Pegangan Lubang jarak Mur Ukuran yang Sesuai KURANG AMAN Terbuang
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Roda gerinda Diantara sumber bahaya yang dekat di bengkel ialah batu gerinda dan jenis peralatan gerinda lainnya. Benda kerja tertarik ke dalam celah di antara landasan dan batu gerinda. Biasanya batu gerinda berputar pada kecepatan tinggi. Roda gerinda terbuat dari biji-biji abrasive yang direkat sekaligus. Perkakas senantiasa diasah menentang arah rotasi. Batu gerinda menghasilkan bram yang sangat halus dan percikan api yang berbahaya terhadap mata. Benda kerja yang digerinda harus diletakkan pada landasan mesin gerinda. Harus tersedia jarak maksimal 1,5 mm antara landasan dan batu gerinda. Roda gerinda harus dilengkapi perisai mata yang dapat digerakkan. Bahaya utama dari batu gerinda ialah pasangannya lepas dari senter/poros. Karena terdapatnya bagian gaya yang tidak sama, batu bisa pecah.
Batu gerinda Kecepatan tinggi Bram halus Landasan gerinda Perisai Keluar dari posisi senter
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Menggerinda Benda yang akan digerinda diletakkan pada landasan dan digerakkan dari samping ke samping sesuai dengan bentuk yang dikehendaki. Selama gaya yang keluar dari benda kerja makin kuat, benda kerja itu jangan dipegang dengan tangan telanjang. Untuk menggerinda benda kerja yang besar diperlukan sarung tangan. Jika menggerinda benda kerja kecil, tang atau kunci dapat dipakai untuk memegang benda kerja. Bagian samping roda gerindapun dapat dipakai untuk menggerinda. Tapi bagaimanapun harus diperhatikan agar pemakaiannya tetap sama pada kedua sisi dari batu gerinda. Sisi-sisi tersebut jangan sampai cekung. Diasah menentang arah rotasi, tetapi pada permukaan lingkarannya, jangan pada bidang sampingnya.
Landasan Gerinda Sarung tangan Tang kunci Sisi roda gerinda
1. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
1) Tentang Istilah
Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1) Tempat kerja, ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk suatu keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber
sumber bahaya sebagai mana terperinci pada pasal 2, termasuk tempat kerja
semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
2) Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagian yang berdiri.
3) Pengusaha ialah :
a. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan
untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada a) dan b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar
Indonesia.
4) Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan undang-undang ini.
5) Pegawai Pengawas, ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen
enaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6) Ahli keselamatan kerja, ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
epartemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
engawasi ditaatinya undang-undang ini.
2) Ruang Lingkup
Pasal 2
1) Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, yang berada
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2) Ketentuan pada ayat (1) tersebut berlaku pada tempat kerja di mana :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya yang termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya
atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengolahan kayu
atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.
e. Dilakukan usaha perkembangan dan pengolahan emas, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas minyak atau mineral lainnya, baik
dipermukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan.
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, melalui terowongan,
di permukaan air, dalam air maupun di udara.
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan kapal, perahu, dermaga, dek, stasiun
atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.
i. Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi dan
rendah.
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting.
l. Dilakukan pekerjaan di dalam tangki, sumur atau lubang.
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau
telepon.
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat teknis.
q. Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan, listrik, gas, minyak atau air.
r. Diputar film, dipertunjukan sandiwara, atau diselenggarakan rekreasi lainnya
yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
3) Dengan peraturan perundang-undangan dapat ditunjukkan sebagai tempat kerja,
ruangan atau lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau
kesehatan yang bekerja dan atau berada di ruangan atau lapangan itu dapat diubah
perincian tersebut pada ayat (2)
3) Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Pasal 3
1) Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya