Top Banner
OBSERVASI DI BENGKEL LAS YAKIN INDRALAYA KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA DISUSUN OLEH : Kelompok 13 Mitra Yuni Ratnasari (04121003029) Indah Prahitaningtias (04121003034) Intan Sukma Utami (04121003041) Dosen Pembimbing : Ns. Antarini Idriansari, M.Kep, Sp.Kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
14

k3 kel. 13

Jul 09, 2016

Download

Documents

Nia Septiani

keperawatan kesehatan kerja
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: k3 kel. 13

OBSERVASI DI BENGKEL LAS YAKIN INDRALAYA

KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA

DISUSUN OLEH :

Kelompok 13

Mitra Yuni Ratnasari (04121003029)

Indah Prahitaningtias (04121003034)

Intan Sukma Utami (04121003041)

Dosen Pembimbing : Ns. Antarini Idriansari, M.Kep, Sp.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2015-2016

Page 2: k3 kel. 13

BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai ilmu terapan, yang bersifat multidisiplin

didalam era global dewasa hadir dan berkembang dalam aspek keilmuannya (di bidang

pendidikan maupun riset) maupun dalam bentuk program-program yang dilaksanakan di

berbagai sektor yang tentunya penerapannya didasari oleh berbagai macam alasan.

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 45% penduduk dunia dan 58%

penduduk yang berusia diatas sepuluh tahun tergolong tenaga kerja. Diperkirakan dari jumlah

tenaga kerja diatas, sebesar 35% sampai 50% pekerja di dunia terpajan bahaya fisik, kimia,

biologi dan juga bekerja dalam beban kerja fisik dan ergonomi yang melebihi kapasitasnya,

termasuk pula beban psikologis serta stress. Dikatakan juga bahwa hampir sebagain besar

pekerja didunia, sepertiga masa hidupnya terpajan oleh bahaya yang ada di masing-masing

pekerjaanya. Dan yang sangat memperihatinkan adalah bahwa hanya 5% hingga 10% dari

tenaga kerja tadi yang mendapat layanan kesehatan kerja di Negara yang sedang berkembang.

Sedangkan di negara industri tenaga kerja yang memperoleh layanan kesehatan kerja

diperkirakan baru mencapai 50%.

  Kenyataan diatas jelas menggambarkan bahwa sebenarnya hak azasi pekerja untuk

hidup sehat dan selamat dewasa ini belum dapat terpenuhi dengan baik. Masih banyak

manusia demi untuk dapat bertahan hidup justru mengorbankan kesehatan dan

keselamatannya dengan bekerja ditempat yang penuh dengan berbagai macam bahaya yang

mempunyai risiko langsung maupun yang baru diketahui risikonya setelah waktu yang cukup

lama. Dari uraian diatas akan dapat dipahami bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja

sebagai ilmu maupun sebagai program memang sangat diperlukan untuk menegakkan hak

azasi manusia (khususnya pekerja) untuk hidup sehat dan selamat.

Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah secara filosofis suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan adalah merupakan ilmu

Page 3: k3 kel. 13

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan

dan penyakit akibat kerja. Seirama dengan derap langkah pembangunan negara ini kita akan

memajukan industri yang maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi.

Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan

modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-

pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya mungkin makin meningkat.

Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi

meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di

lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi

dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis

kecelakaannya.

Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena

manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapatdigantikan oleh teknologi apapun.

Kerugian langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan

dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan kerugian tak langsung yang tidak nampak ialah

kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian

alat produksi dan hilangnnya waktu kerja.Berbagai potensi bahaya di tempat kerja senantiasa

dijumpai. Mengenai potensi bahaya industri merupakan langkah awal dalam upaya

pencegahan kecelakaan kerja,sedang tindakan represif berupa upaya menghindari terulangnya

kejadian kecelakaan kerja perlu dilakukan melalui penyelidikan dan analisis dalam kasus

tersebut. Potensi bahaya atau sering disebut juga sebagai hazard merupakan sumber risiko

yang potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan maupun manusia.

Page 4: k3 kel. 13

BAB II

HASIL OBSERVASI

A. Lokasi Bengkel

Kelompok 13 melakukan observasi di Bengkel Las Yakin yang berada di depan

SPBU samping Universitas Sriwijaya.

B. Jumlah pekerja

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, jumlah pekerja di bengkel las tersebut

sebanyak 5 orang dengan rincian satu orang pemilik dan empat orang pegawai.

C. Jam pekerja dan jam istirahat

Menurut Bapak Iwan, selaku salah satu pegawai, jam kerja bengkel dimulai pukul

09.00 WIB sampai dengan sekitar pukul 18.00 WIB. Sementara untuk jam istirahat,

saat jam makan siang dan jam shalat.

D. Asupan makanan pada jam kerja

Menurut hasil wawancara, para pekerja membeli sendiri makanan pada jam makan

siang dan kadang pada saat sore hari saat sedang lelah bekerja.

E. Bahaya

Menurut kelompok 13, bahaya yang dapat dialami oleh para pekerja adalah antara lain

sebagai berikut:

1. Gangguan pernafasan

Terdapat beberapa segi negatif dari pekerjaan ”Tukang Las” diantaranya adalah

berasal dari faktor zat kimia yang terdiri dari elektroda, asap, debu dan gas. Dari hasil

pengamatan kami tidak semua karyawan menggunakan masker sebagai APD, apabila

karyawan terpapar secara terus menerus tanpa menggunakan APD akan berakibat

gangguan saluran pernafasan seperti batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum, dll.

2. Dari sisi Ergonomi

Bahaya selanjutnya pada tukang las dari sisi ergonomi yaitu para pekerja

mengalami sakit punggung karena pada saat bekerja selalu membungkuk, sehingga

mengalami sakit punggung.

3. Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja

Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk

istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja

melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan

Page 5: k3 kel. 13

mengadakan organisasi kerja secara khusus pula. Pengaturan kerja demikian bertujuan

agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat dipertahankan.

4. Penerangan dan dekorasi

Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan

kegairahan atas dasar faktor kejiwaan.

5. Kebisingan

Dari hasil wawancara penulis dengan pekerja. Pada saat bekerja pertama kali,

pekerja merasakan kebisingan. Namun seiring waktu hal ini sudah menjadi hal yang

biasa bagi pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas pendengaran pekerja

berkurang seiring dengan waktu yang telah dihabiskan dalam pekerjaan ini. Efek yang

ditimbulkan oleh kebisingan di lingkungan kerja ini selain penurunan intensitas

pendengaran, yaitu efek psikologis yang terjadi seperti kehilangan konsentrasi yang

dapat mengganggu pekerjaan. Selain itu gangguan komunikasi juga dapat terjadi yang

dapat mengganggu kinerja dan keamanan pekerja. Para pekerja tidak memakai APD

(aer muft dan aer plug) dengan alasan tidak nyaman.

Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:

  Kerusakan pada indera pendengaran

  Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian

  Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf

otonom

  Efek psikologis

  Kelelahan yang patologis

  Psikologis dan emotional fatique

6. Kebutaan

Dari hasil wawancara kami dampak bahaya dari pengelasan selain kebisingan juga

menyebabkan kebutaan, karena pekerja pada saat mengelas tidak selalu memakai kaca

mata. Para pekerja memakai kaca mata hanya pada saat mereka mengelas listrik saja

karena pada saat mengelas listrik percikan api ke mata tajam dan terasa panas.

Sedangkan pada saat mengelas karbit pekerja sudah biasa tidak memakai kaca mata

karena sudah terbiasa dan tidak menghiraukan akan bahaya dari percikan api ke mata

yang dapat menyebabkan kebutaan.

F. Personal Higiene

Berdasarkan hasil wawancara pada para pekerja, pekerja mencuci tangan setelah

mengelas dan hendak makan.

Page 6: k3 kel. 13

G. Pemeriksaan berkala untuk para pekerja

Di bengkel las Yakin, tidak ada program pemeriksaan berkala pada para pekerja.

H. Penggunaan APD

Berdasarkan observasi, para pekerja ada yang menggunakan APD dan ada yang

tidak menggunakannya. Selain itu APD yang digunakan hanya masker biasa dan kaca

mata hitam.

I. Luas area kerja

Luas lokasi bengkel las 10 x 8 meter dengan susunan peralatan yang terbilang

berantakan.

J. Ergonomi

Dari segi ergonomi, para pekerja sering membungkuk saat mengelas.

K. Pencahayaan dan sirkulasi udara

Bengkel las Yakin adalah bengkel las yang mengusung ruangan terbuka. Dengan

pencahayaan yang berasal dari matahari dan sirkulasi udara yang luas dan terbuka,

karena bengkel ini tidak memiliki dinding pembatas ruangan.

L. Dokumentasi

Page 7: k3 kel. 13
Page 8: k3 kel. 13
Page 9: k3 kel. 13

BAB III

ANALISIS MASALAH

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, dapat dianalisa beberapa masalah yang ada. Sebagai berikut :

1. Jam kerja di bengkel las tersebut cukup lama sekitar 9 jam termasuk jam istirahat. Dengan keadaan atau posisi tubuh yang terus membungkuk maka lama jam kerja tersebut akan mempengaruhi postur dan bentuk tubuh nantinya. Lama jam kerja juga akan menyebabkan kelelahan yang berlebihan pada anggota tubuh apalagi yang jarak digerakkan. Kondisi ini dapat menyababkan pegawai sering mengeluh mengalami sakit punggung.

2. Para pekerja jarang menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan. Sehingga dapat menyebabkan terganggunya beberapa fungsi organ terutama indra pendengaran dan penglihatan. Meskipun pegawai mengatakan hal itu sudah biasa dia lakukan namun itu tetaplah berbahaya bagi kesehatan mereka. APD yang digunakan juga tidak sesuai standar, yaitu masker biasa dan kaca mata hitam, yang sebenarnya tidak memenuhi standar.

3. Di Bengkel Las tersebut tidak ada program pemeriksaan secara berkala sehingga para pekerja tidak tau kondisi kesehatannya saat ini serta tidak dapat mengontrol keadaan kesehatannya seperti apa.

4. Kondisi ruangannya terbuka dan mengandalkan cahaya hari. Tempatnya tidak memiliki dinding pembatas ruangan. Sehingga sirkulasi udara sudah cukup baik. namun, pencahayaan yang mengandalkan sinar matahari memiliki dampak baik dan buruk juga. Dalam kondisi yang sering hujan seperti ini, tentu saja bengkel las tersebut harus mempersiapkan pencahayaan tambahan atau pengganti. Jika pencahayaan kurang maka ini akan memperparah kondisi kesehatan mata para pekerja.

5. Tata letak barang atau perabotan sendiri sudah cukup baik, namun ada beberapa besi-besi sisa pembuatan trali yang masih di letakkan di tengah ruangan atau menghalangi jalan para pekerja. Tetapi tidak terlalu banyak atau berlebihan.

Page 10: k3 kel. 13

BAB IV

SOLUSI MASALAH

1. Melakukan identifikasi bahaya secara rutin dan berkala atau pada saat ketika terjadi

kecelakaan kerja dan atau apabila ada perubahan dalam poses kegiatan sehingga

program pemantauan dan pengawasan serta keselamatan dapat ditingkatkan.

2. Sebaiknya dalam melakukan identifikasi bahaya tidak hanya melihat dari

keselamatan tetapi kesehatan kerja tetap perlu dilakukan identifikasi bahaya.

3. Di area kerja harus lebih ditingkatkan lagi mengenai housekeeping karena

peletakkan benda kerja yang tidak teratur di area kerja dapat menimbulkan bahaya

serta mengganggu proses bekerja.

4. Tetap dilakukan pemantauan dan pengawasan terhadapa peralatan kerja secarat

rutin sehingga dapat diketahui peralatan yang dapat dipakai maupun tidak dapat

lagi dan dapat segera diperbaiki atau diganti.

5. Penggunaan APD tetap dilakukan pemantauan agar pencegahan terhadap potensi

bahaya dapat dihindari

Page 11: k3 kel. 13

DAFTAR PUSTAKA

Soebandono. 2009. Keselamatan Kerja (Kebijakan Dan Prosedur K3). Probolinggo:

SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.

Solihin, Iin, dkk. 2005. Mengikuti Prosedur Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan

Lingkungan. Jakarta: Direktoran Pembinaan Sekolah Kejuruan.