Page 1
K E P E M I M P I N A N
A. Defenisi Kepemimpinan
Apakah arti kepemimpinan? Menurut
sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada
abad 18. Ada beberapa pengertian
kepemimpinan, antara lain:
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi
tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and
Nassarik, 1961, 24).
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan
aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal,
Hemhiel & Coons, 1957, 7).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch &
Behling, 1984, 46).
4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk
membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati
segala keinginannya.
5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti
kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan
Page 2
untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990,
281).
Ada juga pendapat mengatakan bahawa Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari
kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti
pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam
hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya
memberikan pengajaran/instruksi. Kepemimpinan dalam bahasa Inggris
biasa disebut leadership. Beberapa definisi tentang kepemimpinan
dikemukakan oleh George R. Terry : “Leadership is the relationship in
which one person, or the leader, influences others to work togethet
willingly on related tasks to attain that which the leader desires
“(Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang
atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama
secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diiginkan
pemimpin).
James L. Gibson, Kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis
pengaruh bukan paksaan (concoersive) untuk memotivasi orang-orang
mencapai tujuan tertentu. Keith Davis (1985), kepemimpinan adalah
proses mendorong dan membantu orang lain untuk bekerja dengan
antusias mencapai tujuan. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1977)
“Leadership is the process of influencing the activities of an individual or a
Page 3
group in efforts toward goal achievement in a given situation
“(Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan – kegiatan
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam suatu
situasi tertentu). Berdasarkan definisi tersebut, kepemimpinan itu akan
terjadi apabila di dalam situasi tertentu seseorang mempengaruhi perilaku
orang lain baik secara perorangan ataupun kelompok. Menurut Blanchard
kepemimpinan sebagai proses dapat dirumuskan sebagai berikut :
L = f (l, f, s)
L = Leadership l = leader s = situation
f = function f = follower
Jadi dari rumus tersebut kepemimpinan merupakan fungsi dari interaksi
antara pemimpin, bawahan dan situasi. Jadi dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan kepemimpinan Kepala Sekolah adalah cara atau usaha
Kepala Sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing,
mengarahkan, dan menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa,
serta pihak lain yang terkait untuk bekerja, berperan serta guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa
kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik
individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja
Page 4
mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan
hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan
bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan
pengikut.
B. Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen
akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya
dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai
kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau
sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23).
C. Ciri – Ciri Seorang Pemimpin
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa
pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri - ciri tertentu yang
sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya
persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang
pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill,
Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui
Page 5
bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka
manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
1. Kepemimpinan Yang Efektif
Barangkali pandangan pesimistis tentang keahlian-keahlian
kepemimpinan ini telah menyebabkan munculnya ratusan buku
yang membahas kepemimpinan. Terdapat nasehat tentang siapa
yang harus ditiru (Attila the Hun), apa yang harus diraih (kedamaian
jiwa), apa yang harus dipelajari (kegagalan), apa yang harus
diperjuangkan (karisma), perlu tidaknya pendelegasian (kadang-
kadang), perlu tidaknya berkolaborasi (mungkin), pemimpin –
pemimpin rahasia Amerika (wanita), kualitas-kualitas pribadi dari
kepemimpinan (integritas), bagaimana meraih kredibilitas (bisa
dipercaya), bagaimana menjadi pemimipin yang otentik (temukan
pemimpin dalam diri anda), dan sembilan hukum alam
kepemimpinan (jangan tanya). Terdapat lebih dari 3000 buku yang
judulnya mengandung kata pemimipin (leader). Bagaimana menjadi
pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku. Guru
manajeman terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan
beberapa kalimat: "pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah
berpikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya dan
menegakkannya, secara jelas dan nyata.
2. Kepemimpinan Karismatik
Page 6
Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang
membahas kepemimpinan karismatik. Lebih dari seabad yang lalu,
ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu dari seseorang,
yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya
dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural,
manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-
kemampuan ini tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap
sebagai kekuatan yang bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan
hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang pemimpin.
3. Kepemimpinan Situasional
Dalam suatu organisasi sekolah. Kepala Sekolah sebagai
manajer dan sekaligus sebagi seorang pemimpin punya andil besar
terhadap kelancaran pendidikan di bawah kepemimpinanannya.
Kemampuan Kepala Sekolah untuk melakukan manajemen
pendidikan perlu untuk di kuasai dan di tingkatkan mengingat
sekolah sebagai suatu usaha yang menelorkan produk berupa
sumber daya manusia dan bukan produk berupa barang komoditas.
Kepala Sekolah mempunyai beban yang berat dipundaknya karena
dia harus memimpin sekian ratus siswa, para guru dan staf
administrasi. Ini merupakan suatu pekerjaan yang berat yang
memerlukan kejelian dan pemikiran yang matang agar Kepala
Sekolah dapat memimpin bawahan dan warga sekolah dengan
Page 7
sukses. Ada beberapa gaya kepemimpinan yang bisa diadaptasi
oleh Kepala Sekolah, dimana gaya kepemimpinan itu dapat
dijalankan oleh Kepala Sekolah jika gaya tersebut tidak
berseberangan dengan keinginan bawahan.
D. Tugas dan Peran Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang
lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan
lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas
menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai
outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk
kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat
menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya
pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-
tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur
waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
Page 8
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis
dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah
dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh
pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan
lain.
5. Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena
itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan
kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus
dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya
sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih,
direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi
dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha,
penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
Page 9
E. Prinsip Dasar Kepemimpinan
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama
berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh
yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut
Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi,
realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan
dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat
dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem
pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti;
keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip
(Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.
Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan
mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang
buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip
pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai
tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya
lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
Page 10
3. Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan
energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan
mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi
positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus
dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi
tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat
menunjukkan energi yang positif, seperti ;
a. Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf
bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan
mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu,
kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya.
Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri
antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan
juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini
tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala
konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang
dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri
Page 11
sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan,
kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu
katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya
sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi
keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier
Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja
kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada
bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat
bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk
mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya
berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri
terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1)
pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan
pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4)
mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6)
merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan
baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9)
kembali menjadi diri sendiri lagi.
Page 12
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena
beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan
dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi
pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan
pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat
penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan
pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat
dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan
untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan
menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan
emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar,
membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak
dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya,
memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong.
Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri,
diikuti dengan memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari
pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan
bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk
menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan,
ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang
Page 13
pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak
hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).
F. Beberapa Pendekatan Kepemimpinan
Dalam menghadapi perubahan lingkungan, organisasi membutuhkan
pemimpin yang tanggap, kritis, dan berani mengambil keputusan
strategis untuk mencapai organisasi yang kompetitif. Seorang
pemimpin mempunyai strategi untuk mengarahkan dan memotivasi
bawahan agar secara sadar terlibat dalam kerjasama untuk mencapai
tujuan. Perilaku kepemimpinan yang ditampilkan dalam proses
manejerial secara konsisten disebut pendekatan atau gaya
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dimaksudkan sebagai cara
berperilaku yang khas dari seorang pemimpin terhadap para anggota
kelompoknya. Dengan kata lain, gaya kepemimpinan adalah cara
pemimpin berperilaku secara konsisten terhadap bawahan sebagai
anggota kelompoknya.
Menurut Wahyudi (2009 : 123), Secara umum terdapat 4 gaya atau
pendekatan kepemimpinan, yaitu :
1. Gaya atau pendekatan kepemimpinan menurut sifat. (traist model)
2. Gaya atau pendekatan kepemimpinan menurut teori perilaku
(Behavioral model)
3. Gaya atau pendekatan kepemimpinan menurut teori kontigensi
(Kontigency model)
Page 14
4. Gaya atau pendekatan kepemimpinan Situasional .
G. Model – model Kepemimpinan
Wahyosumijo mengemukakan ada empat macam model
kepemimpinan bila dikaitkan dengan ciri kepribadian seorang
pemimpin. Yaitu :
1. Model Fiedler (l974),
2. Model Houss Path Goal (l974),
3. Model Vroom-Yetton (l973) dan
4. model situasi (l977).
Dari keempat model tersebut situasi. Menurut Miftah Toha
kepemimpinan situasional didasarkan pada saling berhubungannya di
antara hal-hal berikut ini :
1) jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,
2) jumlah dukungan emosional yang diberikan oleh pimpinan,
3) tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Dalam hal ini, maka perilaku pengikut atau bawahan ini sangat
penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional karena bukan
saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak
pimpinannya, akan tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya dapat
menentukan kekuatan pribadi apapun yang dipunyai pemimpin. Untuk
itu diperlukan gaya kepemimpinan dengan perilaku mengarahkan dan
perilaku mendukung. ” Perilaku mengarahkan dapat dirumuskan sejauh
Page 15
mana seorang pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah.
Bentuk pengarahan dalam komunikasi satu arah ini antara lain
menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan pengikut, memberi
tahu apa yang seharusnya dikerjakan di mana melakukan hal tersebut,
bagaimana melakukannya serta melakukan pengawasan yang ketat.
Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin
melibatkan dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar,
menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi dan
melibatkan pengikut dalam mengambil keputusan. Menurut teori
kontingensi dari Fiedler dalam Abi Sujak, kepemimpinan yang berhasil
bergantung pada penerapan gaya seorang pemimpin terhadap
tuntutan situasi. Aplikasi gaya kepemimpinan, dalam proses adaptasi
terhadap situasi dapat menempuh suatu proses : 1) memahami gaya
kepemimpinannya, 2) mendiagnose suatu situasi, dan 3)menerapkan
gaya kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan situasi. Teori
kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh Robert House
yang disebut The Path goal theory dalam kutipan Abi Sujak
mengemukakan pada teori “pengharapan” dalam motivasi yang
mengatakan bahwa orang akan termotivasi oleh dua harapan berupa
kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas dan rasa percayanya
bahwa jika pegawai tersebut dapat mengerjakan tugas dengan baik
akan memperoleh hadiah yang berharga bagi dirinya. Menurut House,
bila pemimpin memberi dorongan yang lebih besar terhadap
Page 16
pemenuhan harapan tersebut, maka semakin besar pula prestasi yang
akan diperoleh para pegawainya.
H. House mengemukakan empat Model kepemimpinan yang menjadi
perilaku seorang pemimpin yaitu :
1. kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi,
2. kepemimpinan direktif,
3. kepemimpinan partisipatif,
4. kepemimpinan suportif. Implikasi manajerial terhadap gaya-gaya
tersebut adalah :
1) Gaya suportif efektif diterapkan ketika bawahan sedang
melaksanakan tugas - tugas rutin dan tugas yang sederhana,
juga efektif digunakan ketika pegawai menghadapi tugas - tugas
yang sulit dikerjakan, melalui pemberian dorongan semangat
dan penanaman rasa percaya diri.
2) Gaya direktif, efektif diterapkan ketika bawahan menghadapi
tugas yang tidak rutin dan bersifat kompleks. Dengan
menerapkan gaya ini, pemimpin dapat mengurangi ambivalensi
terhadap tugas-tugas yang sedang dihadapi pegawainya.
Melalui perintah berupa petunjuk kerja, akan dapat membantu
para pegawai mencapai tujuan yang menjadi tuntutan
penyelesaian tugas - tugas yang ada padanya.
3) Gaya partisipatif, efektif digunakan ketika pemimpin
membutuhkan informasi yang diperlukan dalam rangka
Page 17
pengambilan keputusan, maupun pada saat para bawahan
menghadapi tugas-tugas yang tidak rutin dan bersifat rumit.
4) Gaya yang berorientasi pada prestasi, efektif digunakan ketika
bawahan tinggal menerima paket kerja, dan bawahan bersifat
reseptif terhadap keputusan-keputusan yang datang dari atas ke
bawah, serta tidak diikutsertakan dalam penentuan kegiatan.
Dengan teori yang dikemukakan oleh Robert House ini bahwa antara
pemimpin dengan bawahan dituntut komunikasi yang efektif, berupa
dorongan dari pemimpin kepada pegawainya dalam mempertemukan
antara tugas – tugas yang akan dikerjakan bawahan dengan harapan-
harapan yang ada pada pemimpin. Paul Hersey dan Ken Blanchard telah
mengembangkan suatu model kepemimpinan yang telah memperoleh
pengikut yang kuat di kalangan spesialis pengembangan manajemen.
Model yang disebut teori kepemimpinan situasional telah digunakan
sebagai perangkat utama pelatihan pada perusahaan Fortune 500 serti
Bank America, Caterpillar, IBM, Mobil Oil dan Xerox serta diterima secara
luas pada semua dinas militer. Kepemimpinan situasional merupakan
suatu teori kemungkinan yang memusatkan perhatian pada pengikut.
Kepemimpinan situasional menggunakan dua dimensi kepemimpinan
yang sama seperti dikenali oleh Fiedler: perilaku tugas dan hubungan.
Tetapi Hersey dan Blanchard melangkah lebih jauh dengan menganggap
masingmasing dimensi sebagai tinggi atau rendah dan kemudian
menggabung semuanya menjadi empat perilaku pemimpin yang spesifik:
Page 18
memberitahukan, menjual, berperan serta, dan mendelegasikan ( telling,
selling, participating, delegation). Keempatnya digambarkan sebagai
berikut :
1. Memberitahukan (orientasi tugas tinggi-hubungan rendah). Pemimpin
itu mendefinisikan peran dan memberitahukan kepada orang-orangya
apa, bagaimana, kapan, dan di mana berbagai tugas harus dilakukan.
Perilaku ini menekankan pada perilaku pengarah (direktif).
2. Menjual (orientasi tugas tinggi-hubungan tinggi). Pemimpin
memberikan baik perilaku pengarah maupun perilaku pendukung.
3. Berperan-serta (orientai tugas rendah-hubungan tinggi). Pemimpin dan
pengikut bersama-sama mengambil keputusan, dengan peran utama
dari pemimpin adalah mempermudah berkomunikasi.
4. Mendelegasikan (orientasi tugas rendah-hubungan rendah). Pemimpin
memberikan sedikit pengarahan dan dukungan. Komponen akhir
dalam teori Hersey dan Blanchard adalah mendefiniskan empat tahap
kesiapan pengikut :
Orang yang tidak mampu maupun tidak bersedia mengambil
tanggung jawab untuk melakukan sesuatu. Mereka tidak kompeten
atau tidak yakin.
Orang-orang yang tidak mampu tetapi bersedia melakukan tugas
pekerjaan yang perlu. Mereka termotivasi tetapi dewasa ini
kekurangan keterampilan yang memadai.
Page 19
Orang-orang yang mampu tetapi tidak bersedia melakukan apa
yang diinginkan oleh pemimpin.
Orang-orang mampu dan bersdia melakukan apa yang diminta
pada mereka.
Jadi kepemimpinan dalam teori Hersey dan Blanchard mengemukakan
tentang gaya kepemimpinan situsional yaitu pemimpin yang berhasil
menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka dengan kebutuhan situasinya.
Dalam kepemimpinan situasional ini ada empat gaya kepemimpinan yang
mewakili kombinasi yang berbeda dari perilaku pemimpin yang
mengarahkan dan mendukung, yang dapat diplih dalam situasi tertentu.
Dengan demikian dimensi dari kepemimpinan situasional oleh Kepala
Sekolah dalam penelitian ini adalah terdiri dari empat indikator yaitu :
1. Cara pimpinan mendorong guru berprestasi
2. Cara pimpinan memberi perintah, petunjuk
3. Cara pimpinan memberikan dorongan dan semangat
4. Cara pimpinan ikut berpartisipasi dengan bawahan
Page 20
DAFTAR PUSTAKA
Bush. T, Coleman. M, Manajemen stategi Kepemimpinan Pendidikan.
Yogyakarta : IRCiSoD.2006
Kambey, Daniel.C, Landasan Teori Administrasi/Manajemen,Manado : Tri
Ganesha Nusantara.2010.
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Malang :
Ar-Ruzz Media. 2008.
Sabardi, Agus, Manajemen Pengantar, Yogyakarta : UPP AMP
YKPN.2001.
Wahyudi, Dr. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi
Pembelajaran. Bandung : AlfaBeta. 2009.
Yamin.M, M.Pd, Drs, Maisah, M.Pd, Dra. Manajemen Pembelajaran Kelas.
Jakarta : GP Press. 2009