-
Menim
Mengi
KEPU
PEDI LIN
mbang : a
b
ingat : 1
2
3
4
5
6
7
8
K EDIR
J
UTUSAN
ENGESAHANGKUNGAN
DIRE
a. bahwa uNomor DepartemAnalisis Air;
b. bahwa uProsedurSumber Air;
1. PeraturaSumber Nomor 84858);
2. PeraturaSistem M
3. PeraturaStandar
4. Keputusa427/KPTDaerah P
5. Keputusa509/KPT
6. KeputusaPedoman
7. Keputusatentang J
8. PeraturaOrganisa
E M E NREKTO
Jl.Pattimura N
DIREKTUNomor :
AN PROSEN DIREKT
EKTUR JEN
untuk men04/PRT/M
men PekerHidrologi
untuk makr Mutu AnDaya Air d
an PemerinDaya Air
82, Tamba
an Menteri Manajemen
an Menteri dan Pedom
an MenteTS/M/2001Pengelolaan
an MenteTS/M/2001
an Mentern Monitorin
an MenteJaminan/K
an Menteri asi dan Tat
N T E R RAT JNo. 20/7 Ke
UR JENDE 322 / KP
Tentang
EDUR MUTTORAT JE
NDERAL SU
nindaklanjuM/2009 rjaan Umudi Lingkun
ksud tersenalisis Hidrdengan Kep
ntah Nomo(Lembaran
ahan Lemb
Pekerjaann Mutu Dep
Pekerjaanman Pengad
ri Permuk1 tentang n Hidrologi
ri Permuk1 tentang P
ri Kimprasng dan Pen
eri PekerjaKepastian M
Pekerjaanta Kerja Kem
I A N JENDEbayoran Bar
ERAL SUPTS/ D/20
g
TU ANALISENDERAL S
UMBER DA
uti Kepututentang
um, perlu ngan Direk
ebut padarologi di Liputusan D
or 42 Tahn Negara Rbaran Nega
n Umum Npartemen P
n Umum Ndaan Jasa
kiman danPedoman
i;
kiman danPengelolaan
swil Nomongawasan P
aan UmuMutu;
n Umum Nmenterian
P E K ERAL Sru Jakarta 12
UMBERDA011
SIS HIDROSUMBER D
AYA AIR
san MenteSistem
pengesahktorat Jen
a huruf a,ingkungan irektur Jen
hun 2008 Republik Inara Repub
omor 04/PPekerjaan U
omor 43/PKonstruksi
n PrasaraTeknik Pe
n Prasaran Hidrologi
or 404/KPPos Hidrolog
um Nomor
omor 08/P Pekerjaan
E R J SUMBE110.Telp. 73
AYA AIR
OLOGI DAYA AIR
eri PekerjaaManajeme
han Prosednderal Sum
, perlu Pe Direktoratnderal Sum
tentang Pndonesia Talik Indone
PRT/M/200Umum;
PRT/M/200i;
ana Wilayanyusunan
ana Wilaya;
PTS/M/200gi;
r 67/KPT
PRT/M/20 Umum;
A A N ER DAY396616, Fax
R
an Umum en Mutu dur Mutu
mber Daya
engesahan t Jenderal
mber Daya
Pengelolaanahun 2008esia Nomor
09 tentang
07 tentang
ah Nomor Peraturan
ah Nomor
02 tentang
TS/M/1998
10 tentang
U M U MYA AIR7247564
n 8 r
g
g
r n
r
g
8
g
M R
-
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR TENTANG
PENGESAHAN PROSEDUR MUTU ANALISIS HIDROLOGI DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR.
KESATU : Mengesahkan Prosedur Mutu Analisis Hidrologi
sebagaimana tercantum
dalam lampiran Keputusan Direktur Jenderal ini yang terdiri
atas:
1. Lampiran I : Prosedur dan Instruksi Kerja Perhitungan Debit
Andalan;
2. Lampiran II : Prosedur dan Instruksi Kerja Perhitungan Debit
Banjir Rencana;
3. Lampiran III : Prosedur dan Instruksi Kerja Perhitungan
Indeks Kekeringan Meteorologi; dan
4. Lampiran IV : Prosedur dan Instruksi Kerja Penentuan Status
Mutu Air dengan Metode Storet dan Indeks Pencemaran.
KEDUA : Semua unit yang melaksanakan kegiatan pengelolaan
hidrologi di
lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, wajib
menerapkan:
a. prosedur mutu dimaksud pada diktum KESATU;
b. prosedur dan instruksi kerja pengelolaan hidrologi; dan
c. prosedur mutu pelaksanaan penerapan jaminan mutu (quality
assurance) yang ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Sumber
Daya Air Nomor 177/KPTS/D/2003, meliputi: 1) Prosedur Tindakan
Preventif; 2) Prosedur Pengendalian Produk Cacat;
3) Prosedur Aksi Koreksi; 4) Prosedur Audit Mutu Internal;
5) Prosedur Pengendalian Catatan Mutu; dan
6) Prosedur Kaji Ulang Manajemen.
KETIGA : Dalam hal pengawasan, penyebarluasan, penampungan saran
serta
penyempurnaan prosedur mutu sebagaimana dimaksud pada DIKTUM
KESATU dan KEDUA pelaksanaannya dilakukan oleh Direktur Bina
Program Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktur Bina
Pengelolaan Sumber Daya Air.
-
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta – Telp. 7396616, Fax.
7208285
Prosedur dan Instruksi Kerja Perhitungan Debit Andalan
No. : QA/HDR/ANL/01/2011
-
2
PROSEDUR DAN INSTRUKSI KERJA PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN
1. Tujuan : Sebagai pedoman dalam pelaksanaan perhitungan debit
andalan.
2. Ruang Lingkup : Dokumen ini dibuat dan untuk diterapkan di
lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air guna memberikan
acuan teknis dalam perhitungan debit andalan dengan lengkung
kekerapan (flow duration curve).
3. Definisi : 3.1. Debit adalah jumlah volume air yang mengalir
melewati suatu penampang basah melintang saluran atau sungai per
satuan waktu.
3.2. Kala ulang adalah peluang terjadinya kembali suatu
peristiwa yang sama dalam kurun waktu tertentu.
3.3. Debit andalan adalah debit yang dapat diandalkan dengan
tingkat keandalan tertentu dimana besarnya debit yang kejadiannya
dihubungkan dengan peluang atau kala ulang tertentu
3.4. Debit minimum tahunan adalah debit minimum dalam satu
tahun.
3.5. Lengkung kekerapan adalah lengkung yang menunjukkan
hubungan antara kumulatif frekuensi atau persen waktu dan
debit.
3.6. Distribusi normal adalah distribusi data yang memiliki
grafik setangkup dimana rata-rata sama dengan nilai yang sering
muncul dan sama dengan nilai tengah.
4. Referensi : 4.1. SNI No. 19-6638-2002 tentang Metode
Perhitungan Debit Andal Air Sungai dengan Analisis Lengkung
Kekerapan.
4.2. Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-06-2004-A tentang
Peramalan Debit Aliran Sungai
4.3. Prosedur dan Instruksi Kerja Hidrologi dan Kualitas Air No.
QA/HDR/07/2009 tentang Validasi Data Hidrologi
4.4. Modul Pelatihan Perhitungan Debit Andalan (Ketersediaan
Air), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan
Umum, 2011.
-
3
5. Ketentuan Umum : 5.1. Persyaratan data untuk perhitungan
debit andalan, antara lain :
a. Data debit yang tersedia lebih dari 10 tahun terakhir dan
berurutan.
b. Tersedia data debit :
1) rata-rata harian atau
2) mingguan atau
3) 10 harian, atau
4) 2 mingguan atau
5) bulanan.
c. Data yang akan dianalisa telah dilakukan pengujian data
(verifikasi/validasi terhadap data debit)
5.2. Updating perhitungan debit andalan dilakukan 1 tahun
sekali
6. Kegiatan dan Tanggung Jawab : 6.1. Prosedur perhitungan debit
andalan, selanjutnya dapat
dilihat pada Lampiran 1. Dengan rincian tahapan, sebagai
berikut:
a. Kegiatan persiapan :
a) susun dan tetapkan jadual updating serta personil yang
terlibat dalam pelaksanaan pengolahan data.
b) Kumpulkan dan lakukan pemeriksaan data debit, serta siapkan
peralatan/perangkat lunak yang diperlukan yang akan digunakan untuk
menyusun debit andalan.
b. Tahap perhitungan debit andalan:
a) Perhitungan debit andalan (tersedia seri data debit minimum
10 Tahun)
• Lengkung Kekerapan Langkah-langkah penyusunan lengkung
kekerapan :
1. Susun data debit setiap selang waktu :
a. rata-rata harian atau
b. mingguan atau
c. 10 harian, atau
d. 2 mingguan atau
e. bulanan.
-
4
2. Urutkan data dari besar kekecil.
3. Hitung besaran peluang. Dengan rumus:
Pr = (m - α) / (N + 1 - 2α) x 100% .....(1)
Keterangan:
Pr : Peluang terjadinya debit yang dilampaui
m : nomor urut
N : jumlah data
α : nilai ini tergantung jenis distribusi data
α = 0,375 (Bloom formula berdasarkan distribusi normal)
α = 0,44 (Gringorten formula berdasarkan distribusi Gumbel)
α = 0 (Weibull formula)
Untuk analisa hidrologi biasa digunakan weibull formula sehingga
menjadi :
Pr = m / (N + 1) x 100% ............(2)
4. Buat kurva kekerapan (data debit dengan peluang).
5. Tentukan data debit andalan dengan peluang yang
diinginkan.
6.2. Tanggung Jawab
a. Koordinator Pelaksana
a) Menyusun jadual updating debit andalan.
b) Memeriksa kesiapan data yang akan digunakan
c) Memeriksa hasil perhitungan data yang telah dilakukan
petugas.
d) Memeriksa penyebab data tidak benar
e) Memeriksa hasil koreksi data
-
5
b. Petugas
a) Menyiapkan data yang akan digunakan
b) Melakukan perhitungan debit andalan.
c) Merangkum dan menyimpulkan hasil perhitungan
c. Kabid/Kasi Perencanaan dan OP melaksanakan :
a) Memeriksa program kegiatan
b) Menyetujui program kegiatan
c) Pengesahan hasil perhitungan debit andalan
7. Kondisi Khusus : 7.1. Apabila data debit yang tersedia kurang
dari 10 tahun, maka perlu dilakukan pengisian data kosong atau
perpanjangan data debit dengan menggunakan model hujan – aliran,
dengan syarat:
1) Tersedia data curah hujan rata-rata DAS (hasil perhitungan
metoda Thiesen, isohyets, aritmatika) minimum 10 tahun.
2) data curah hujan dan data debit pada tahun yang sama harus
tersedia minimum 2 tahun, untuk keperluan kalibrasi model.
7.2. Apabila setelah perhitungan mengindikasikan ketidaksesuaian
debit andalan pada periode kering dengan debit minimum tahunan yang
diamati di lapangan maka perlu dilakukan validasi ulang data debit
atau data curah hujan yang dipakai.
8. Rekaman : 8.1. Tabel perhitungan debit andalan.
8.2. Rekap perhitungan debit andalan setiap Daerah Aliran Sungai
dan Wilayah Sungai
9. Lampiran : 9.1. Bagan alir pelaksanaan perhitungan debit
andalan.
9.2. Contoh tabel perhitungan debit andalan berdasarkan lengkung
kekerapan.
9.3. Daftar Simak
-
Lampiran 1
No. Kabid / Kasi Perencanaan & OP Koordinator Pengolah Data
Petugas Target Pelaksanaan
1.
1 hari2.
3.3 hari
a. Tersedia minimal 10 tahun data debit, atau
b. Tersedia minimal 10 tahun data curah hujan dari 2 tahun data
curah hujan dan debit dalam periode yang sama
4.1 hari
5.1 hari
Melaksanakan perhitungan debit andalan
Memeriksa proses pelaksanaan perhitungan debit andalan
Bagan Alir Pelaksanaan Perhitungan Debit Andalan
Uraian Kegiatan
Menyusun program dan usulan petugas pelaksana
Memeriksa usulan program kegiatan perhitungan debit andalan
Menyiapkan dan validasi data yang akan digunakan, yaitu:
Mulai
Penyusunan program dan usulan petugas pelaksana
Memeriksa program
Disetujui?
Penyiapan dan validasi data yang akan digunakan
Tidak
Ya
Memeriksa kesiapan data
Siap?Tidak
YaPelaksanaan perhitungan
debit andalan
Memeriksa pelaksanaan perhitungan
debit andalan
6.1 hari
7.1 hari
8.
1 hari
9. 1 hariMengesahkan data debit andalan yang siap untuk
dimasukkan ke basi data hidrologi
Merangkum dan menyimpulkan hasil akhir perhitungan debit
andalan
Memeriksa hasil perhitungan debit andalan
Apabila tidak sesuai, temukan penyebabnya dan lakukan koreksi
dengan mengacu pada prosedur pada butir 7.1
Sesuai?Tidak
Ya
Hasil perhitungan debit andalan
Memeriksa hasil perhitungandebit andalan
Sesuai?Tidak
Ya
Temukan penyebabnya
Memeriksa penyebab data tidak benar
Benar?Tidak
Ya
Koreksi data
Memeriksa koreksi dataPengesahan hasilperhitungan data debit
andalan
Benar?
Tidak
YaSelesai
-
Lampiran 2
Provinsi :Kabupaten/kota :Balai :Sungai :Wilayah Sungai :Daerah
Aliran Sungai :Pos :
Tahun Debit Rank (m) Debit1 2 3 4 5
Disetujui, Mengetahui,Kepala Unit Hidrologi Koordinator
Pelaksana, Petugas,
(............................) (............................)
(............................)
*catatan :- Probabilitas (Pr) = m/(N+1) x 100%
Tabel Perhitungan Debit Andalan Berdasarkan Lengkung
Kekerapan
Jumlah Data (N)Perkiraan Debit Andalan ...%
Sebelum Diurutkan Setelah Diurutkan (Debit dari besar ke kecil)
Probabilitas (Pr), %
-
Lampiran 3
Tanggal : ............................... Tahun 20.....Unit yang
diaudit : Balai ..........................................Kegiatan
: Perhitungan Debit Andalan (Instruksi Kerja Analisis Hidrologi No.
1)
Ya Tidak Ada Tidak1 3 4 5 6 7I
a.
b. Persiapan datac. Persiapan peralatan/perangkat lunak pengolah
datad. Pemeriksaan kelengkapan datae. Hasil validasi data
IIa. Hasil perihtungan debit andalanb. Pemeriksaan hasil
perhitungan debit andalan
IIIa. Pengesahan hasil perhitungan debit andalanb. Penyerahan ke
bagian basis data
Daftar Simak
No. Dibuat / Dilaksanakan Bukti Tertulis KeteranganUraian
Kegiatan
2
Persetujuan jadual dan pelaksanaan kegiatan (personel pelaksana,
metode, target/sasaran pengelolaan hidrologi)
(..................................................)
Pelaksana Kegiatan................ ,
.......................20.....
(..................................................)
Kepala Unit HidrologiMengetahui
Kegiatan Persiapan
Pelaksanaan Perhitungan Debit Andalan
Pengesahan Perhitungan Debit Andalan
-
Prosedur dan Instruksi Kerja
Perhitungan Indeks Kekeringan
Meteorologi
NO. : QA/HDR/ANL/03/2011
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA
AIR
Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta – Telp. 7396616,
Fax. 7208285
-
2
PROSEDUR DAN INSTRUKSI KERJAPERHITUNGAN INDEKS KEKERINGAN
METEOROLOGI
1. Tujuan : Sebagai pedoman dalam perhitungan indeks
kekeringanmeteorologi.
2. Ruang Lingkup : Dokumen ini dibuat dan untuk diterapkan di
lingkunganDirektorat Jenderal Sumber Daya Air guna memberikanacuan
teknis dalam perhitungan indeks kekeringanmeteorologi dengan
menggunakan teori run.
3. Definisi : 3.1. Nilai hujan bulanan normal adalah nilai
rata-rata hujansetiap bulan dihitung dari satu seri data
pengamatan.
3.2. Kekeringan meteorologi adalah kekurangan curah hujandari
biasanya atau kondisi normal yang terjadiberkepanjangan sampai
mencapai satu musim ataulebih.
3.3. Indeks kekeringan meteorologi adalah nilai tunggalyang
menggambarkan tingkat keparahan kekeringanberupa durasi kekeringan
terpanjang dan jumlahkekeringan terbesar masing-masing dengan kala
ulangtertentu.
3.4. Pemepatan, truncation Y (mm), adalah nilai normal seridata
(rata-rata atau median) atau dapat berupa nilaiyang mewakili
kebutuhan air seperti kemungkinan 90%atau 80% terlampaui. Untuk
pertanian diambilpemepatan pada tingkat kemungkinan 80%
terlampaui.
3.5. Run adalah deret yang berada di atas atau di bawahnilai
pemepatan, hitungan dibuat berdasarkan jumlahderet yang berada di
atas pemepatan (surplus) atau dibawah pemepatan (defisit) dari seri
data alami.
3.6. Durasi kekeringan (Ln) adalah lamanya curah hujanbulanan
mengalami defisit (berada di bawah) terhadapnilai pemepatan yang
dipilih seperti rata-rata, median,atau besaran hujan dengan
kemungkinan lainnya.
3.7. Durasi kekeringan maksimum tahunan adalah durasikekeringan
maksimum dalam 1 tahun.
3.8. Durasi kekeringan terpanjang adalah rata-rata daridurasi
kekeringan maksimum tahunan (dalam unitbulan) selama T tahun
pertama, kedua dan seterusnya.
-
3
Misal :Jika jumlah data 32 tahun dan T =10 tahun, maka ada
3kelompok 10 tahunan, sehingga durasi kekeringanterpanjang
merupakan 1 nilai yang dihasilkan dari rata-rata 10 nilai kelompok
pertama, kedua, dan ketiga.
3.9. Durasi kekeringan terpanjang dengan periode ulang Ttahun
(LnT) adalah durasi kekeringan terpanjang rata-rata selama n x T
tahun, yang dianggap mewakilipopulasinya.
Misal :Jika data ada 32 tahun dan T = 10 tahun, maka
durasikekeringan terpanjang periode ulang 10 tahun = rata-rata dari
3 nilai durasi kekeringan terpanjang.
3.10. Jumlah kekeringan (Dn) adalah jumlah defisit
(bernilainegatif dengan satuan mm) selama durasi kekeringan.
3.11. Jumlah kekeringan maksimum tahunan adalah jumlahnilai
defisit terbesar selama 1 tahun.
3.12. Jumlah kekeringan terbesar adalah rata-rata dari
jumlahkekeringan terbesar tahunan (dalam unit mm) selamaT tahun
pertama, kedua dan seterusnya.
3.13. Jumlah kekeringan terbesar periode ulang T tahun
(DnT)adalah jumlah kekeringan terbesar rata-rata selama n xT tahun,
yang dianggap mewakili populasinya.
4. Referensi : 1. Pd. T-02-2004-A, Perhitungan Indeks
KekeringanMenggunakan Teori Run;
2. Pd. T-22-2004-A, Pengisian Data Kosong Hujan DenganMetode
Korelasi Distandarisasi Nonlinier Bertingkat;
3. Prosedur dan Instruksi Kerja Validasi Data HidrologiNomor
QA/HDR/07/2009.
5. KetentuanUmum : 5.1. Persyaratan penyusunan indeks
kekeringan, adalah :
a. Data yang harus disediakan :a) Seri data hujan bulanan
minimal 20 tahun, ataub) Seri data hujan mingguan atau tengah
bulanan
dengan panjang data minimal 20 tahun.
b. Penyaringan data (lihat pada prosedur dan instruksikerja
validasi data hidrologi No. QA/HDR/07/2009) :a) Menggunakan metode
manual.b) Menggunakan metode statistik (stasionaritas,
homogenitas dan keacakan).
-
4
c. Peralatan yang harus disediakan :a) Komputer yang dilengkapi
program excel dan
kalkulator untuk alat bantu perhitungan.b) Perangkat lunak
pemetaan (Arc GIS, Arc View,
dll) untuk penggambaran isoline indekskekeringannya.
5.2. Syarat - syarat yang harus dipenuhi dalam penyiapandata
hujan, sebagai berikut :
a. Seri data hujan tidak diperbolehkan ada yangkosong (tidak ada
data dalam tahun tertentu),apabila terjadi perlu dilakukan
pengisian data.
b. Harus dilakukan penyaringan data terlebih dahulusebelum
dilakukan analisis selanjutnya.
6. Kegiatan danTanggung Jawab : 6.1. Prosedur penyusunan indeks
kekeringan, selanjutnya
dapat dilihat pada Lampiran 1. Dengan rinciantahapan, sbb:
a. Kegiatan persiapan :a) susun dan tetapkan jadual penyusunan
informasi
indeks kekeringan.b) periksa dan berikan persetujuan atas jadual
yang
diusulkan oleh petugas.c) siapkan data dan peralatan yang
diperlukan.
b. Tahap perhitungan indeks kekeringan, adalah :
a) lakukan valuasi, pengisian data kosong (jikadiperlukan) dan
penyaringan data.
b) Pilih nilai pemepatan yang diinginkan.
Keterangan :Nilai pemepatan dengan menggunakan nilai rata-rata
digunakan untuk keperluan informasikekeringan secara umum.
Nilai Pemepatan dengan menggunakan nilaikemungkinan 80%
digunakan untuk keperluanpertanian.
c) hitung jumlah datanya (N) dan nilai rata-ratanyauntuk setiap
diskrit waktu yang digunakan(misalnya mingguan atau setengah
bulanan,atau bulanan).
-
5
d) kurangkan nilai data hujan tiap diskrit waktu yangdigunakan
setiap tahunnya dengan nilaipemepatan.
e) Lakukan perhitungan durasi kekeringan, dengan:Jika, Y(m) <
X(t,m), maka :
݉,ݐ)ܦ ) = ݉,ݐ)ܺ ) − ܻ(݉ ) ........................... (1)
݊ܦ = ݉,ݐ)ܦ ݉,ݐ)ܣ( )
ୀଵ
݊ܮ = ݉,ݐ)ܣ )
ୀଵ
Keterangan :A(t,m) : indikator defisit atau surplus.A(t,m) :
Indikator bernilai 0, jika Y(m)≥X(t,m) A(t,m) : Indikator bernilai
1, jika Y(m)
-
6
i) hitung jumlah defisit. Jika durasi kekeringanberurutan dan
lebih dari satu maka pada bulanselanjutnya merupakan nilai
kumulatifnya,demikian pula halnya dengan jumlah defisit.
j) buat pada tabel baru perhitungan jumlahkekeringan maksimum
(selama T tahun), tuliskanhanya jumlah kekeringan maksimumnya
sajayang diabsolutkan.
k) buat tabel baru kembali, tentukan nilaimaksimum jumlah
kekeringan selama T tahun.Nilai maksimum selama selang waktu
T=10tahun tersebut dihitung rata-ratanya danmerupakan nilai periode
ulang untuk 10 tahundan seterusnya.
l) Jika jumlah data hujan berkisar antara 20-40tahun, maka kala
ulang yang dapat dihitungadalah 2, 5, dan 10 tahunan. Sedangkan
untukjumlah data hujan lebih besar 40 tahun, makakala ulang yang
dapat dihitung 2, 5, 10, dan 20tahunan.
m) Buat rekap per-pos untuk nilai durasi kekeringanterpanjang
dan defisit terbesar dengan berbagaikala ulang
n) Berdasarkan nilai yang dihitung pada butir n,maka dapat
dibuat isoline-nya
o) Gambarkan isolinenya dengan perangkat lunak(Arc GIS, Arc
View, dll).
6.2. Tanggung Jawab :
a. Koordinator pelaksana :a) menyusun usulan jadual dan petugas
pelaksana.b) memeriksa hasil pengumpulan data.c) memeriksa hasil
valuasi, pengisian data kosong
(jika diperlukan) dan penyaringan data.a) memeriksa hasil
perhitungan indeks kekeringan.d) memeriksa penyusunan iso indeks
kekeringan.
b. Petugasa) melakukan pengumpulan data dan penyiapan
alat.b) melakukan valuasi, pengisian data kosong (jika
diperlukan) dan penyaringan data.c) melakukan perhitungan indeks
kekeringan.
-
7
d) menyusun peta iso indeks kekeringan.
c. Kabid/Kasi perencanaan dan OP melaksanakan :a) memeriksa dan
menyetujui usulan jadual.b) pengesahan hasil perhitungan.
7. Kondisi Khusus : 7.1. Jika jumlah pos hujan yang dapat
diterapkanperhitungan indeks kekeringan meteorologi kurang dari5
pos tidak perlu dibuat isoline,tetapi cukup dituliskanpada lokasi
posnya informasi tentang indeks kekeringanmeteorologinya
7.2. Jika jumlah data hujan yang tersedia kurang dari 20tahun,
belum diperbolehkan untuk menghitung indekskekeringan
meteorologi.
7.3. Pengisian data kosong perlu dilakukan sebelum
analisisindeks kekeringan dilakukan.
8. Rekaman : 8.1. Gambar durasi dan jumlah defisit pada setiap
pos.
8.2. Tabel perhitungan.
8.3. Pemetaan iso indeks kekeringan.
9. Lampiran : 9.1. Bagan alir perhitungan indeks kekeringan.
9.2. Daftar Simak
-
8
Lampiran 1
Bagan Alir Perhitungan Indeks Kekeringan Meteorologi
No. Uraian Kegiatan Kabid/KasiPerencanaan & OP
KoordinatorPelaksana
Petugas TargetPelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Menyusun jadual pelaksanaandan usulan petugaspelaksananya.
Memeriksa dan menetapkanjadual dan usulan
petugaspelaksananya.
Melakukan pengumpulan datadan penyiapan data.
Memeriksa hasil pengumpulandata dan penyiapan data.
Melakukan valuasi, pengisiandata kosong (jika diperlukan)dan
penyaringan data.
Melakukan pemeriksaan hasilvaluasi, pengisian data kosong(jika
diperlukan) danpenyaringan data.
Melakukan perhitungan indekskekeringan.
Melakukan pemeriksaan hasilperhitungan indeks kekeringan.
Melakukan penyusunan peta isoindeks kekeringan
Pengesahan hasil.
1 hari
1 hari
6 hari
1 hari
2 hari
3 hari
1 hari
5 hari
1 hari
1 hari
5 hari
1 hari
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Mulai
PenyusunanJadual updating dan
usulan petugaspelaksananya
Memerikasa jadual
updating dan usulan
petugas
Disetujui ?
Melakukan pengumpulandata dan penyiapan alat.
Memeriksa hasilpengumpulan data dan
penyiapan alat
Sesuai
ketentuan ?
Lakukan valuasi, isi datakosong dan penyaringan
data
Pemeriksaan hasilvaluasi, pengisian data
kosong dan penyaringandata
Sesuai
ketentuan ?
Melengkapi ketentuanyang belum terpenuhi
Hitung Indeks Kekeringan
Selesai
Pemeriksaan hasilperhitungan indeks
kekeringan.
Sesuai
ketentuan ?
Pengesahan perhitungandan peta indeks
kekeringan
Penyusunan peta Indekskekeringan.
Benar ?
-
TANGGAL : ………………………. TAHUN 20...........
UNIT YANG DIAUDIT : Balai ……………………………………………………………Kegiatan :
Perhitungan Indeks Kekeringan Meteorologi (Instruksi Kerja Analisis
Hidrologi No. 3)
Ya Tidak Ada TidakKegiatan Persiapana
b
c
Pelaksanaan Perhitunganabc Peta isolinenyac
III Pemeriksaan dan Pengesahan Hasil Perhitungana
b
c
d Pengesahan hasil akhir
Berdasarkan program kerja tahunan yang telah disusun
Pelaksana Kegiatan
(………………..........…………………….)
………………….., ........................................20.....…
Hasil perhitungan indeks kekeringan
Kepala Unit Hidrologi
(………………..........…………………….)
Mengetahui,
Pemeriksaan hasil valuasi data dan penyaringan data
Pemeriksaan hasil perhitungan indeks kekeringan
Lampiran 2DAFTAR SIMAK
No. Uraian Kegiatan Dibuat/dilaksanakan Bukti Tertulis
Keterangan
I
Pemerisksaan hasil persiapan peralatan
II
Persetujuan jadwal dan pelaksanaan kegiatan
Pemeriksaan hasil pengumpulan dan penyiapan data
Pemeriksaan peta isoline
Hasil valuasi dan penyaringan data
-
Prosedur dan Instruksi Kerja
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode
Storet dan Metode Indeks Pencemaran
No . : QA/HDR/ANL/04/2011
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA
AIR
Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta – Telp. 7396616,
Fax. 7208285
-
PROSEDUR DAN INSTRUKSI KERJA
PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN METODESTORET DAN METODE INDEKS
PENCEMARAN
1. Tujuan : Sebagai pedoman dalam penentuan status mutu air
denganmenggunakan metode storet dan metode indeks pencemaran.
2. Ruang Lingkup : Dokumen ini dibuat dan untuk diterapkan di
lingkunganDirektorat Jenderal Sumber Daya Air guna memberikanacuan
teknis dalam penentuan status mutu air denganmenggunakan metode
STORET dan metode indekspencemaran.
3. Definisi : 3.1. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang
diukur dan ataudiuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan
metodetertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yangberlaku.
3.2. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air
yangmenunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatusumber
air dalam waktu tertentu dengan membandingkandengan baku mutu air
yang ditetapkan.
3.3. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhlukhidup,
zat, energi atau komponen yang ada atau harus adadan atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannyadi dalam air.
4. Referensi : 4.1. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungandan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4.2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentangPengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
4.3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun2003
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
5. Ketentuan Umum : 5.1. Metode yang dapat digunakan untuk
penentuan status mutuair (tergantung ketersediaan data) adalah
:
a. Metode STORET, digunakan untuk menentukan statusmutu air dari
data kualitas air yang berupa time seriesdata, atau
b. Metode Indeks Pencemaran, digunakan untukmenentukan status
mutu air dari data kualitas air yangmerupakan data hasil analisa
sample air dari pos
-
pemantauan.
5.2. Metode STORET :
a. Untuk menentukan status mutu air digunakan sistem nilai.
b. Sistem nilai untuk menentukan klasifikasi mutu air
denganmetode STORET :
Kelas KategoriKelas
Skor Kategori
A Baik sekali 0 MemenuhiBaku Mutu
B Baik -1 s/d -10 Cemar ringanC Sedang -11 s/d -30 Cemar sedangD
Buruk ≤ -31 Cemar berat
5.3. Metode Indeks Pencemaran :a. Evaluasi mutu air untuk metode
Indeks pencemaran
berdasarkan nilai IP, sbb:
Rentang Nilai Indeks Kategori0 < IPj < 1,0 memenuhi baku
mutu
(kondisi baik).1,0 < IPj < 5,0 cemar ringan5,0 < IPj
< 10 cemar sedang
IPj > 10 cemar berat
b. Beberapa ketentuan dalam penentuan status mutu airdengan
metode Indeks Pencemaran, yaitu :
1) Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i)yang
tercantum dalam Baku Mutu Air sesuaipemanfaatan/peruntukan (j)
2) Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i)yang
diperoleh dari hasil analisis sample air pospemantauan
3) IPj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j)yang
merupakan fungsi dari Ci/Lij.IPj = (C1/L1j, C2/L2j,…,Ci/Lij)
4) Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif
yangdiakibatkan oleh parameter kualitas air.
5.4. Baku mutu air yang digunakan sesuai dengan peraturandaerah
yang berlaku,
6. Kegiatan danTanggung Jawab : 6.1 Prosedur penentuan status
mutu air dengan menggunakan
metode STORET dan Indeks Pencemaran ini, selanjutnyadapat
dilihat pada Lampiran 1. Untuk rincian kegiatansetiap tahapan,
diuraikan sbb :
a. Penentuan status mutu air dengan Metode STORET
1) Susun dan tetapkan jadual serta personil yang terlibatdalam
pelaksanaan penentuan status mutu air
-
2) Siapkan data kualitas air hasil pengukuran minimal 3data
(terdiri dari beberapa parameter kualitas air) yangmewakili musim
kemarau, hujan, dan peralihan.
3) Ambil nilai minimum, maksimum, dan rata-rata untuksetiap
parameter.
4) Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masingparameter
air dengan nilai baku mutu yang sesuaidengan peruntukan air
5) Tentukan nilai/skor untuk penentuan status mutu airdengan
kriteria sebagai berikut :
a) Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air(hasil pengukuran
< baku mutu), maka diberi skor 0
b) Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai bakumutu air
(hasil pengukuran > baku mutu), makadiberi skor seperti
tercantum pada Lampiran 2,Tabel 2.1.
c) Jika parameter kualitas air yang ada pada bakumutu tidak
tersedia datanya atau tidak diukur, makadianggap melebihi baku mutu
dan diberi skor sepertitercantum pada Lampiran 2, Tabel 2.1.
d) Hitung jumlah nilai/skor dari seluruh parameter.
6) Tentukan status mutu air berdasarkan jumlah nilai/skoryang
didapat dengan menggunakan sistem nilai sepertiyang disebutkan pada
ketentuan umum (butir 5.2 b).
b. Penentuan status mutu air dengan mengunakan MetodeIndeks
Pencemaran
1) Susun dan tetapkan jadual serta personil yang terlibatdalam
pelaksanaan penentuan status mutu air.
2) Siapkan data kualitas air yang akan dianalisis.
3) Siapkan tabel yang terdiri dari 5 (lima) kolom danjumlah
baris tergantung jumlah parameter yang akandianalisis. Kolom (1)
nama parameter kualitas air;Kolom (2) konsentrasi sampel pengukuran
(Ci); Kolom(3) nilai konsentrasi parameter kualitas air
yangtercantum dalam baku mutu air sesuaipemanfaatan/peruntukan
(Lij).
4) hitung harga (Ci/Lij)pengukuran untuk tiap parameter dikolom
(4) dan hitung (Ci/Lij) baru di Kolom (5) tabel padabutir b. 3.
Ci/Lij baru (kolom 5), dibedakan dalam 4 (empat) kondisiyaitu
:
a) Jika (Ci/Lij)pengukuran ≤ 1, maka (Ci/Lij)baru yang
dipakaiadalah nilai (Ci/Lij)pengukuran.
-
b) Jika (Ci/Lij)pengukuran > 1, maka (Ci/Lij)baru
dihitungdengan rumus:
൫ܥ/ܮ൯௨= 1,0 + 5 log൫ܥ/ܮ൯௨௨
.... (1)
c) Untuk parameter-parameter kualitas air, yang jikanilainya
turun maka kualitas airnya akan menurun(contoh : parameter DO),
maka (Ci/Lij)baru dihitungdengan tahapan dan rumus, sbb :
(1). tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum (Cim)dari
parameter tersebut. (misalkan nilai teoritikatau nilai maksimum DO
(DOmaks.) adalah 7untuk temperature 25o C).
(2). hitung harga (Ci/Lij)baru, dengan :
)௨ܥ) =ܥ − ܥܥ ܮ −
… … … … … … . . (2)
൫ܥ/ܮ൯௨=
)௨ܥ)ܮ
… … … … … . (3)
d) Untuk parameter-parameter kualitas air yang nilai Lij(nilai
baku mutu) memiliki rentang (contohnya :parameter pH), maka
(Ci/Lij)baru dihitung dengantahapan dan rumus, sbb :(1). tentukan
nilai rata-rata Lij, dengan rumus :
൫ܮ൯௧ି௧=൫ܮ൯
− ൫ܮ൯ ௦.2
… … … … . . (4)
(2). Jika nilai Ci < Lij rata-rata, maka nilai
(Ci/Lij)barudihitung dengan rumus :
൫ܥ/ܮ൯௨=
ቄܥ− ൫ܮ൯௧ି௧ቅ
ቄ൫ܮ൯ − ൫ܮ൯௧ି௧ቅ
… . (5)
-
(3). Jika nilai Ci > Lij rata-rata rata-rata, maka
nilai(Ci/Lij)baru dihitung dengan rumus :
൫ܥ/ܮ൯௨=
ቄܥ− ൫ܮ൯௧ି௧ቅ
ቄ൫ܮ൯ ௦.− ൫ܮ൯௧ି௧ቅ
… … . (6)
5) Penentuan harga IPij
(1). Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum darikeseluruhan
Ci/Lij , sehingga didapatkan nilai(Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M.
Dimana :
(Ci/Lij)R : nilai rata-rata dari (Ci/Lij)
(Ci/Lij)M : nilai maksimum dari (Ci/Lij)
(2). Hitung harga IPj
ܲܫ =ඨ൫/ೕ൯ಾ
మା൫/ೕ൯ೃ
మ
ଶ.............(7)
6) Tentukan status mutu air berdasarkan harga IPijsesuai dengan
butir 5.3.a.
6.2 Tanggung Jawab
a. Koordinator Pelaksana
1) Menyusun program dan usulan petugas pelaksana
2) Memeriksa kelengkapan data
3) Memeriksa hasil penentuan status mutu air
b. Petugas
1) Mempersiapkan data kualitas air
2) Melakukan penentuan status mutu air denganmetode STORET atau
metode Indeks Pencemaran
c. Kabid/Kasi Perencanaan dan OP melaksanakan
1) Memeriksa usulan program dan petugas pelaksana
2) Mengesahkan hasil penentuan status mutu air
7. Kondisi Khusus : Jika Perda baku mutu air tidak tersedia,
maka digunakan kriteriamutu air sebagai pembanding bagi data
kualitas air sesuai denganyang tercantum pada PP Nomor 82 Tahun
2001 tentangPengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
-
8. Rekaman : 8.1 Tabel penentuan status mutu air dengan metode
storet
8.2 Daftar simak penentuan status mutu air dengan
metodestoret
8.3 Tabel penentuan status mutu air dengan metode
indekspencemaran
8.4 Daftar simak penentuan status mutu air dengan metodeindeks
pencemaran.
9. Lampiran : 9.1 Bagan alir pelaksanaan penentuan status mutu
air denganmetode STORET.
9.2 Bagan alir pelaksanaan penentuan status mutu air
denganmetode Indeks Pencemaran.
9.3 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air.
-
Lampiran 1Bagan Alir Pelaksanaan Penentuan Status Mutu Air
dengan Metoda STORET
Kabid/Kasi Koordinator Target
Perencanaan & OP Pelaksana Pelaksanaan
1 Menyusun program dan 1 hari
petugas pelaksananya
2 Memeriksa usulan program 1 hari
3 Mempersiapkan data 1 hari
1 hari
4 Memeriksa kelengkapan data
5 Membandingkan hasil pengukuran
dengan baku mutu
No Uraian Kegiatan Petugas
Mulai
Penyusunan program dan usulan petugas pelaksananya
Memeriksa program
Disetujui?Tidak
Mempersiapkan data kualitas air time series
Ya
Memeriksa kelengkapan data
Lengkap ?Tidak
Ya
maksimum, dan rata‐rata untuk setiap parameter
mut
u ai
r TO
RE
T
6 Menentukan nilai/skor dan
menghitung jumlah total niai/skor 2 hari
7 Menentukan status mutu air
berdasarkan jumlah nilai/skor
8 Melakukan pemeriksaan 1 hari
hasil penentuan status mutu air
9 Pengesahan hasil penentuan 1 hari
status mutu air
benar?Tidak
Memeriksa hasil penentuan status mutu air
Mengesahkan hasil penentuan status mutu air
Selesai
Menentukan nilai/skor dan menghitung jumlah nilai/skor
Menentukan status mutu airberdasarkan jumlah nilai/skor
Pen
entu
an s
tatu
s m
deng
an m
etod
aS
T
Ya
Membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu
-
Lampiran 2Bagan Alir Pelaksanaan Penentuan Status Mutu Air
dengan Metoda Indeks Pencemaran
Kabid/Kasi Koordinator Target
Perencanaan & OP Pelaksana Pelaksanaan
1 Menyusun program dan 1 hari
petugas pelaksananya
2 Memeriksa usulan program 1 hari
3 Mempersiapkan data 1 hari
1 hari
4 Memeriksa kelengkapan data
5 Menghitung nilai (Ci/Lij), (Ci/Lij)R
dan (Ci/Lij)M
No Uraian Kegiatan Petugas
Mulai
Penyusunan program dan usulan petugas pelaksananya
Memeriksa program
Disetujui?Tidak
Mempersiapkan data kualitas air
Ya
Memeriksa kelengkapan data
Lengkap ?Tidak
Ya
Menghitung nilai (Ci/Lij), (Ci/Lij)Rdan (Ci/Lij)M
mut
u ai
r nd
eks
n
6 Menghitung nilai PIj
2 hari
7 Menentukan status mutu air
berdasarkan nilai Pij
8 Melakukan pemeriksaan 1 hari
hasil penentuan status mutu air
7 Pengesahan hasil penentuan 1 hari
status mutu air
benar?Tidak
Memeriksa hasil penentuan status mutu air
Mengesahkan hasil penentuan status mutu air
Selesai
Menghitung nilai PIj
Menentukan status mutu airberdasarkan nilai PIj
Pen
entu
an s
tatu
s m
deng
an m
etod
aIn
Pen
cem
aran
Ya
-
Lampiran 3
Tabel 2.1 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu
air
Jumlah Contoh1) NilaiParameter
Fisika Kimia Biologi< 10 Maksimum
MinimumRata-rata
-1-1-3
-2-2-6
-3-3-9
> 10 MaksimumMinimumRata-rata
-2-2-6
-4-4-12
-6-6-18
Tidak diukur -5 -10 -15Sumber : Canter (1977) dalam KepMen LH No
115 Tahun 2003
Catatan : 1) jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan
status mutu air
-
Sungai : …………..Lokasi Titik Pengamatan :
…………..Posisi Geografis ‐ Lintang ‐ Bujur :
…………..Tanggal : ……….. s/d ………..
Maks. Min. Rata-rata Maks. Min Rata-rata
FISIKA123
dstKIMIA
123
dstBIOLOGI
123
dst
Status mutu air :
TOTAL SKOR
Tabel Penentuan Status Mutu Air dengan Metoda STORET
Hasil PengukuranNo Parameter Satuan Baku Mutu Jumlah
SkorSkor
Status mutu air : ………
-
TANGGAL : ……………………….TAHUN 20…
UNIT YANG DIAUDIT : Balai …………………………………………
Kegiatan : Penentuan Status Mutu Air dengan Metoda STORET
No Keterangan
Ya Tidak Ada Tidak
1 3 4 5 6 7
I Kegiatan Persiapan
a. Persetujuan program dan pelaksanaan kegiatan
b. Persiapan data
c. Pemerikasaan kelengkapan data
II Pelaksanaan Penentuan Status Mutu Air
a. Menetukan nilai minimum, maksimum, dan rata-rata
b. Membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu
c. Menentukan nilai/skor dan menghitung jumlah nilai/skor
tersebut.
d. Menentukan status mutu air berdasarkan umlah nila/skor
III Pengesahan Hasil Penentuan Status Mutu Air
DAFTAR SIMAK
Dibuat/dilaksanakan Bukti TertulisUraian Kegiatan
2
PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN METODA STORET
Mengetahui ………………………. 20……..
Kepala Unit Hidrologi Pelaksana Kegiatan
(……………………………………….) (………………………………….)
-
Sungai : …………..Lokasi Titik Pengamatan :
…………..Posisi Geografis ‐ Lintang ‐ Bujur :
…………..Tanggal : ………..
No Parameter Ci Lij Ci/Lij (Ci/Lij)baru
123
Nilai PIj :Status Mutu Air :
Maksimum = (Ci/Lij)MRata‐rata = (Ci/Lij)R
Tabel Penentuan Status Mutu Air dengan Metoda Indeks
Pencemaran
-
TANGGAL : ……………………….TAHUN 20…
UNIT YANG DIAUDIT : Balai …………………………………………
Kegiatan : Penentuan Status Mutu Air dengan Metoda Indeks
Pencemaran
No Keterangan
Ya Tidak Ada Tidak
1 3 4 5 6 7
I Kegiatan Persiapan
a. Persetujuan program dan pelaksanaan kegiatan
b. Persiapan data
c. Pemerikasaan kelengkapan data
II Pelaksanaan Penentuan Status Mutu Air
a. Menghitung (Ci/Lij), (Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M
b. Menghitung nilai PIj
c. Menentukan status mutu air berdasarkan nilai PIj
III Pengesahan Hasil Penentuan Status Mutu Air
DAFTAR SIMAK
Uraian Kegiatan Dibuat/dilaksanakan Bukti Tertulis
2
PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN METODA INDEKS PENCEMARAN
Mengetahui ………………………. 20……..
Kepala Unit Hidrologi Pelaksana Kegiatan
(……………………………………….) (………………………………….)
-
Prosedur dan Instruksi Kerja
Perhitungan Debit Banjir Rencana
No. : QA/HDR/ANL/02/2011
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA
AIR
Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta – Telp. 7396616,
Fax. 7208285
-
2
PROSEDUR DAN INSTRUKSI KERJA
PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RENCANA
1. Tujuan : Sebagai pedoman dalam pelaksanaan perhitungan debit
banjirrencana.
2. Ruang Lingkup : Dokumen ini dibuat dan untuk diterapkan di
lingkunganDirektorat Jenderal Sumber Daya Air guna memberikan
acuanteknis dalam pelaksanaan perhitungan debit banjir
denganmenggunakan metode analisis frekuensi.
3. Definisi : 3.1. Debit banjir maksimum tahunan adalah debit
aliransesaat dengan puncak hidrograf tertinggi selama satutahun
pencatatan.
3.2. Debit banjir rata-rata tahunan adalah jumlah debit
banjirmaksimum tahunan dibagi jumlah tahun kejadian.
3.3. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayahdaratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungaidan anak-anak sungai, yang
berfungsi menampung,menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curahhujan ke danau atau ke laut secara alamiah yang batas
didarat merupakan pemisah topografis dan batas di lautsampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruhaktivitas daratan.
3.4. Debit banjir rencana adalah debit maksimum dari
suatusungai, atau saluran yang besarannya didasarkan kalaulang
tertentu.
3.5. Kala ulang adalah peluang terjadinya kembali suatuperistiwa
yang sama dalam kurun waktu tertentu.
3.6. Peluang kejadian debit banjir adalah kemungkinanterjadinya
banjir yang sama atau dilampaui, padasembarang tahun (P).
4. Referensi : 4.1. PP No. 38 tahun 2011 tentang Sungai.
4.2. SNI 03-2415-1991, Tata cara perhitungan debit banjir
4.3. SNI 03-3413-1994, Tata cara pengukuran debit puncakdengan
cara tidak langsung.
4.4. Pedoman BWRM tentang Pengelolaan Hidrologi.
5. Ketentuan
Umum : 5.1. Data dan peralatan yang dibutuhkan untuk
melaksanakanperhitungan debit banjir rencana, sebagai berikut:
a. Data umum :
1) Peta jaringan pos duga air.
-
3
b. Data khusus :
1) Panjang data debit sesaat maksimum tahunanyang dibutuhkan
minimal 20 tahun pengamatan.
2) Data tinggi muka air sesaat maksimum tahunandari berbagai
tahun kejadian.
3) Lengkung debit (Rating Curve) pada lokasi posyang
bersangkutan.
c. Peralatan yang harus disediakan :
1) Kertas grafis Gumbel
2) Penggaris
3) Komputer yang dilengkapi program excel dankalkulator untuk
alat bantu perhitungan.
5.2. Metode perhitungan yang dapat dipergunakan, adalah :
Data pengamatan debit sesaat maksimum (banjir)tersedia ≥ 20
tahun.
1) cara grafis dengan metode Gumbel.
2) cara analisis
a) metode Gumbel
b) metode Log Normal
c) metode Log Pearson III
d) metode Pearson
6. Kegiatan dan
Tanggung Jawab : 6.1. Prosedur perhitungan debit banjir rencana,
selanjutnyadapat dilihat pada Lampiran 1.
a. Kegiatan persiapan :
1) susun dan tetapkan jadual penyusunan informasidebit banjir
rencana.
2) periksa dan berikan persetujuan atas jadual yangdiusulkan
oleh petugas.
3) siapkan data dan peralatan yang diperlukan.
b. Tahapan perhitungan :
1) Data pengamatan debit sesaat maksimum(banjir) tersedia ≥ 20
tahun
a) Cara Grafis Metode Gumbel, prosedurnya :
(a) tentukan puncak banjir setiap tahunnya.
(b) urutkan puncak-puncak banjir selamaperiode data yang
tersedia dari nilaibesar ke kecil.
-
4
(c) hitung besarnya frekuensi dari fungsidistribusi yang
dipilih.
(d) tentukan kala ulang banjir denganmenghitung :
ܶ =ଵ
................................................(1)
ܲ =ି ఈ
ାଵିଶఈ.......................................(2)
Keterangan :
T : Periode ulang
P : Peluang
݊ : Jumlah data
i : Urutan data
α : Karakteristik distribusi
α = 0,44 (Gringorten Formula, Gumbel Distribusi).
(e) Plot titik-titik hubungan antara besarnyaperiode ulang
dengan debit yang telahdiurutkan ke kertas gumbel.
(f) Tarik garis lurus secara visual yangmewakili titik-titik
pada butir (5).
(g) Menentukan debit banjir rencana 2, 5,10, 25, 50, 100
tahunan.
b) Cara Analisis
(1) Metode Gumbel
(a) Kumpulkan data banjir sesaatmaksimum sebanyak ≥ 20
tahun.
(b) Hitung parameter statistik data banjirsesaat, mencakup
rata-rata, standardeviasi, skewness dan koefisienkurtosis, dengan
rumus:
௦ܥ =
(ିଵ)(ିଶ)∑ቀ
௫ି ௫̅
௦ೣቁଷ
.................................(3)
ܥ =(ାଵ)
(ିଵ)(ିଶ)(ିଷ)∑ቀ
௫ି ௫̅
௦ೣቁସ
−ଷ(ିଵ)మ
(ିଶ)(ିଷ).......(4)
=ҧݔଵ
∑ ݔ௫ୀଵ ..................................................(5)
-
5
௫ܵ = ට∑(௫ି ௫̅)
మ
(ିଵ)..............................(6)
Keterangan :
௦ܥ : Skewness
ܥ : Kurtosis
௫ݏ : Simpangan baku
n : Jumlah data
ݔ : Data ke-i
ҧݔ : Rata-rata
(c) Periksa apakah skewness ≈ 1,14 dan kurtosisnya 5,4, jika iya
maka dapatdigunakan formula Gumbel, jika tidakpilih distribusi
lainnya.
(d) Jika memenuhi persyaratan di butir (c),cari besarnya Yn dan
Sn yangtergantung banyaknya data (n) (daritabel Gumbel pada
lampiran 3)dan XTr dari persamaan di bawah ini.
்ܺ = +ҧݔ ௫ܵ ݇ ............................(7)
݇= ܵ(ܻ− ܻ) ............................(8)
ܻ = − ln(− ln(்ିଵ
்)) ......................(9)
Keterangan :തܺ : rata-rata tahunanܵݔ : simpangan bakuܻ :
perubahan reduksiܰ : jumlah data்ܺ : besarnya debit banjir
rencanaܶ : periode ulang
(e) Menentukan debit banjir rencana 2, 5,10, 25, 50, 100
tahunan.
(2) Metode Log Normal
(a) Kumpulkan data banjir sesaatmaksimum sebanyak ≥ 20
tahun.
(b) Data puncak-puncak banjir setiaptahunnya di-log-kan.
(c) Hitung parameter statistik data logbanjir sesaat, mencakup
rata-rata,
-
6
standar deviasi, skewness dankoefisien kurtosis. (lihat formula
3 - 6)
(d) Periksa apakah skewness ≈ + 3 atau nilai skewnessnya ≈ 3
kali nilai dari koefisien variasinya jika iya makadapat digunakan
formula log normal,jika tidak pilih distribusi lainnya.
(e) Tentukan besarnya periode ulangbanjir rencana 2, 5, 10, 25,
50, 100tahunan yang akan dihitung.
(f) Hitung probabilitas kemungkinanterjadi (P) = 1/T dan
kemungkinantidak terjadi (nP) = 1 – (1/T)
(g) Lihat tabel standar normal, tentukannilai k dari (nP) yang
dihitung.
(h) Hitung besarnya ்ܼ = തܺ+ ௫ܵ݇
(i) Hitung besarnya debit banjir rencanadengan formula :
்ܺ = 10 .................................(10)
(3) Metode Log Pearson Tipe III
(a) Kumpulkan data banjir sesaatmaksimum sebanyak ≥ 20
tahun.
(b) Data puncak-puncak banjir setiaptahunnya di-log-kan.
(c) Hitung parameter statistik data logbanjir sesaat, mencakup
rata-rata,standar deviasi, skewness dankoefisien kurtosis.
(d) Distribusi ini, tidak memiliki cirrikhusus. Jadi jika tidak
masuk dalam 3distribusi jenis di atas, maka dapatdigunakan
distribusi ini.
(e) Tentukan besarnya periode ulangbanjir yang akan
dihitung.
(f) Hitung probabilitas kemungkinanterjadi (P) = 1/T dan
kemungkinantidak terjadi (nP) = 1 – (1/T)
(g) Lihat tabel standar log pearson tipe III,tentukan nilai K
dari nilai koefisienkemencengan (Cs) dan nilai P. RumusCs seperti
terdapat pada formula 4
(h) Hitung besarnya ்ܼ = തܺ+ ௫ܵ݇
(i) Hitung besarnya debit banjir rencanadengan formula :
்ܺ = 10 ...............................(11)
-
7
6.2. Tanggung Jawab :
a. Koordinator pelaksana :
a) menyusun usulan jadual dan petugas pelaksana.
b) memeriksa hasil pengumpulan data.
c) memeriksa hasil valuasi dan penyaringan data.
d) memeriksa hasil analisis.
b. Petugas
a) melakukan pengumpulan data dan penyiapan alat.
b) melakukan valuasi, dan penyaringan data.
c) melakukan analisis.
c. Kabid/Kasi perencanaan dan OP melaksanakan :
a) memeriksa dan menyetujui usulan jadual.
b) pengesahan hasil perhitungan.
7. Kondisi Khusus : 7.1. Apabila setelah perhitungan
mengindikasikanketidaksesuaian debit banjir rencana 2 tahunan
dengandebit banjir rata-rata tahunan maka perlu dilakukanvalidasi
ulang data debit yang dipakai dan/ataupelaksanaan perhitungan yang
dilakukan.
7. Rekaman : 8.1. Hasil valuasi dan penyaringan data.
8.2. Gambar ploting data pada kertas distribusi Gumbel
8.3 Hasil hitungan debit banjir rencana.
8.Lampiran : 9.1. Bagan alir pelaksanaan perhitungan debit
banjir rencana.
9.2. Bagan alir pemilihan metode perhitungan debit
banjirrencana.
9.3. Tabel Rata-Rata Tereduksi Gumbel dan Tabel StandarDeviasi
Tereduksi Gumbel
9.4. Tabel Nilai k Distribusi Normal
9.5. Tabel Nilai k Distribusi Pearson Tipe III
9.6. Daftar simak.
-
8
Lampiran 1
Bagan Alir Perhitungan Debit Banjir Rencana
No. Uraian Kegiatan Kabid/KasiPerencanaan & OP
KoordinatorPelaksana
Petugas TargetPelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menyusun jadual pelaksanaandan usulan petugaspelaksananya.
Memeriksa dan menetapkanjadual dan usulan
petugaspelaksananya.
Melakukan pengumpulan datadan penyiapan data.
Memeriksa hasil pengumpulandata dan penyiapan data.
Melakukan valuasi, danpenyaringan data.
Melakukan pemeriksaan hasilvaluasi, dan penyaringan data.
Melakukan perhitungan debitbanjir.
Melakukan pemeriksaan hasilperhitungan debit banjir.
Pengesahan hasil.
1 hari
5 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Mulai
PenyusunanJadual updating dan
usulan petugaspelaksananya
Memerikasa jadual
updating dan usulan
petugas
Disetujui ?
Melakukan pengumpulandata dan penyiapan alat.
Memeriksa hasilpengumpulan data dan
penyiapan alat
Sesuai
ketentuan ?
Lakukan valuasi, danpenyaringan data
Pemeriksaan hasilvaluasi, dan penyaringan
data
Sesuai
ketentuan ?
Melengkapi ketentuanyang belum terpenuhi
Hitung debit banjir
Selesai
Pemeriksaan hasilperhitungan debit banjir.
Sesuai
ketentuan ?
Pengesahan perhitungandebit banjir rencana
-
Lampiran 2
Bagan Alir Pemilihan Metode Perhitungan Banjir Rencana
Mulai
Cara Analisis Metode GumbelApakah skewness
≈ 1,14 & kurtosisnya 5,4 ?
Apakah skewness dari data log ≈ + 3 atau 3 kali nilai dari
koefisien
variasinya ?
Cara Analisis Metode Log Normal
Pakai Cara Grafis atau Analisis ? Cara Grafis Metode Gumbel
Analisis
Grafis
Ya
Ya
Tidak
Cara Analisis Metode Log Pearson
Tidak
-
9
Lampiran 3
Tabel Rata-Rata Tereduksi Gumbel
Tabel Standar Deviasi Tereduksi Gumbel
-
10
Lampiran 4
Nilai k Distribusi Normal
-
11
Lampiran 5
Nilai k Distribusi Pearson Tipe III
-
Lampiran 6
Tanggal :
............................... Tahun 20.....Unit yang diaudit
:
Balai ...........................................Kegiatan
:
Perhitungan Debit Banjir Rencana (Instruksi Kerja Analisis Hidrologi No. 2)
Ya Tidak Ada Tidak1 3 4 5 6 7I
a.
b. Persiapan datac.
Persiapan peralatan/perangkat lunak pengolah datad.
Pemeriksaan kelengkapan data
II
Pelaksanaan Perhitungan Debit Banjir Rencanaa.
Hasil Valuasi dan Penyaringan Datab.
Pemeriksaan hasil perhitungan debit banjir rencana
III
Pengesahan Perhitungan Debit Banjir Rencanaa.
Pengesahan hasil perhitungan debit banjir rencanab.
Penyerahan ke bagian basis data
Daftar Simak
No. Uraian KegiatanDibuat / Dilaksanakan
Bukti Tertulis
Keterangan
(..................................................)
(..................................................)
2
Persetujuan jadual dan pelaksanaan kegiatan (personel pelaksana, metode, target/sasaran pengelolaan hidrologi)
Mengetahui
................ , .......................20.....Kepala Unit Hidrologi
Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Persiapan
-
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 82 TAHUN 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
a. bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki
fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia,
serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal
dasar dan faktor utama pembangunan;
b. bahwa air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting
bagi kelangsungan hidup clan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya;
c. bahwa untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan
pengelolaan kualitas air clan pengendalian pencemaran air secara
bijaksana dengan memperlihatkan kepentingan generasi sekarang dan
mendatang serta keseimbangan ekologis;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, clan huruf c serta untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 14 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan hidup, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air;
Mengingat :
a. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana
telah diubah dengan Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar
1945;
b. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah
diubah dengan Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945;
c. Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan Lembaran Negara
Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, tambahan Lembaran Negara Nomor
3046);
d. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
-
e. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3839);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR.
BAB 1 KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah
permukaan tanah kecuali air laut dan air fosil;
2. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di
bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata
air, Sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara;
3. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya
untuk menjadi agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya;
4. Pengendalian rnncemaran air adalah upaya pencegahan dan
penangulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk
menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air;
5. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau
diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih
layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu;
7. Kriteria mutu air adalah tolok ukur mutu air untuk setiap
kelas air;
8. Rencana pendayagunaan air adalah rencana yang memuat potensi
pemanfatan atau penggunaan air, pencadangan air berdasarkan
ketersediaannya, baik kualitas maupun kuantitasnya, dan atau fungsi
ekologis;
-
9. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air;
10. Status mutu air adalah tingkat . kondisi mutu air yang
menunjukkanl kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air
dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang
ditetapkan;
11. Pencemaran air adalah memasuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan mannusia, sehinga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya;
12. Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang
terkandung didalam air atau ,air limbah;
13. Daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada
suatu sumber air,untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa
mengakibatkan air tersebut menjadi cemar;
14. Air Iimbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan
yang berwujud cair;
15. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaanya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan;
16. Pemerintah adalah Presiden beserta para menteri dan Ketua/
Kepala Lembaga Pemerintah Nondepartemen;
17. Orang adalah orang perseorangan,dan atau kelompok orang dan
atau badan hukum ;
18. Menteri adalah menteri yang ditugasi untuk mengelola
lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan.
Pasal 2
(1) Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemmaran air
diselengarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem.
(2) Keterpaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
Pasal 3
Penyelengaraan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dapat
dilaksanakan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang -
undangan.
-
Pasal 4
(1) Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjamin kualitas
air yang dinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi
alamiahnya.
(2) Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya
pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan
kualitas air.
(3) Upaya pengelolaan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan pada :
a. sumber yang terdapat di dalam hutan lindung; b. mata air yang
terdapat di luar hutan lindung; dan c. akuifer air tanah dalam
(4) Upaya pengendalian pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dilakukan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud didalam
ayat (3).
(5) Ketentuan mengenai pencemaran kualitas air sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf c ditetapkan dengan peraturan
perundang - undangan .
BAB II PENGELOLAAN KUALITAS AIR
Bagian Pertama Wewenang
Pasal 5
(1) Pemerintah dilakukan pengelolaan kualitas air lintas
propinsi dan atau lintas bataas negara.
(2) Pemerintah Propinsi mengkoordinasikan pengelolaan kualitas
air lintas Kabupaten / Kota.
(3) Pemerintah Kabupaten / Kota melakukan pengelolaan kualitas
air di Kabupaten / Kota.
Pasal 6
Pemerintah dalam melakukan pengelolaan kualitas air sebagamana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat menugaskan Pemerintah
Propinsi atau Pemerintah Kabupaten / Kota yang bersangkutan.
-
Bagian Kedua Pendayagunaan Air
Pasal 7
(1) Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten /
Kota menyusun rencana pendayagunaan air.
(2) Dalam merencanakan pendayagunaan air sebagaimana,dimaksud
dalam ayat (1) wajib memperhatikan fungsi ekonomis dan fungsi
ekologis, nilai-nilai agama serta adat istiadat yang hidup dalam
masyarakat setempat
(3) Rencana pendayagunaan air sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi potensi pemanfaatan atau penggunaan air, pencadangan
air berdasarkan ketersediaannya, baik kualitas maupun kuailtitas
dan atau fungsi ekolosis.
Bagian Ketiga Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air
Pasal 8
(1) Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas : a.
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
air bakti air minum, dan atau peruntukan lain yang
imempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk imengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
(2) Kriteria mutu air dari setiap kelas air sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah
ini.
-
Pasal 9
(1) Penetapan kelas air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 pada;
a. sumber air yang berada dalam dua atau lebih wilayah
Propinsi dan atau merupakan lintas batas wilayah negara
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
b. sumber air yang berada dalam dua atau lebih wilayah Kabupaten
/ Kota dapat diatur dengan Peraturan Daerah Propinsi.
c. sumber air yang berada dalam wilayah Kabupaten / Kota
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten / Kota .
(2) Penetapan kelas air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diajukan berdasarkan pada hasil pengkajian yang dilakukan oleh
Pemerintah ,Pemerintah Propinsi, dan atau Peinerintah Kabupaten /
Kota berdasarkan wewenangnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemerintah dapat menugaskan Pemerintah Propinsi yang
bersangkutan untuk melakukan pengkajian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a.
(4) Pedoman pengkajian untuk menetapkan kelas air sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Keempat Baku Mutu Air, Pemantauan Kualitas Air,dan
Status Mutu Air
Pasal 10
Baku mutu air ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian kelas air
dan kriteria mutu air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal
9.
Pasal 11
(1) Pemerintah dapat menetapkan baku mutu air yang lebih ketat
dan atau penambahan parameter pada air yang lintas Propinsi dan
atau lintas batas negara, serta sumber air yang pengelolaannya di
bawah kewenangan Pemerintah.
(2) Baku mutu air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri dengan memperhatikan saran masukan dari
instansi terkait.
-
Pasal 12
(1) Pemerintah propinsi dapat menetapkan;
a. baku mutu air lebih ketat dari kriteria mutu air untuk kelas
yang ditetapkan sebagamiana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); dan
atau
b. Tambahan parameter dari yang ada dalam kriteria mutu air
sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 ayat (2).
(2) Baku mutu air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Propinsi.
(3) Pedoman penetapan baku mutu air dan penambahan parameter
baku mutu air sebagaimana dalam ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 13
(1) Pemantauan kualitas air pada a. sumber air yang berada dalam
wilayah Kabupaten / Kota
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota; b. sumber air
yang berada dalam dua atau lebih daerah
Kabupaten / Kota dalam satu propinsi dikoordinasikan oleh
Pemerintah Propinsi dan dilaksanakan oleh masing-masing Pemerintah
Kabupaten / Kota;
(2) Pemerintah dapat menugaskan Propinsi Propinsi yang
bersangkutan untuk melakukan pemantauan kualitas air pada sumber
air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c.
(3) Pemantauan kualitas air sebagamana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan sekurang-kurangnya 6 (enam )bulan sekali.
(4) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
dan huruf b, disampaikan kepada Menteri.
(5) Mekanisme dan prosedur pemantauan kualitas air ditetapkan
lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
Pasal 14
(1) Status mutu air ditetapkan untuk menyatakan; a. kondisi
cemar, apabila mutu air tidak memenuhi baku
mutu air ; b. kondisi baik , apabila mutu air memenuhi baku mutu
air.
(2) Ketentuan mengenai tingkatan cemar dan tingkatan baik status
mutu air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan pedoman penentuan
status mutu air ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri.
-
Pasal 15
(1) Dalam hal status mutu air menunjukkan kondisi cemar; maka
Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota
sesuai dengan kewenangan masing-masing melakukan upaya
penanggulangan pencemaran dan pemulihan kualitas air dengan
menetapkan mutu air sasaran.
(2) Dalam hal status mutu air menunjukkan kondisi baik, maka
pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota
sesuai dengan kewenangan masing-masing mempertahankan dan atau
meningkatkan kualitas air.
Pasal 16
(1) Gubernur menunjuk laboratorium lingkungan yang telah
diakreditasi untuk melakukan analisis mutu air dan mutu air limbah
dalam rangka pengendalian pencemaran air.
(2) Dalam hal Gubernur belum menunjuk laboratorium sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), maka analisis mutu air dan mutu air limbah
dilakukan oleh laboratorium yang ditunjuk Menteri.
Pasal 17
Dalam hal terjadi perbedaan hasil analisis mutu air atau mutu
air Iimbah dari dua atau lebih laboratoriummaka dilakukan
verifikasi ilmiah terhadap analisis yang dilakukan. Verifikasi
ilmiah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Menteri
dengan menggunakan laboratorium rujukan nasional.
BAB III
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Bagian Pertama
Wewenang
Pasal 18
(1) Pemerintah melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber
air yang lintas Propinsi dan atau lintas batas negara.
(2) Pemerintah Propinsi melakukan pengendalian pencemaran air
pada sumber air yailg lintas Kabupaten / Kota.
-
(3) Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengendalian pencemaran
air pada sumber air yang berada pada Kabupaten/ Kota.
Pasal 19
Pemerintah dalam melakukanpengendalian pencemaran air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dapat menugaskan
Pemerintah propinsi atau Pemerintah Kabupaten / Kota yang
bersangkutan.
Pasal 20
Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota
sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam rangka pengendalian
pencemaran air pada sumber air berwenang: a. menetapkan daya
tampung beban pencemaran; b. melakukan inventarisasi dan
identifikasi sumber pencemar; c. menetapkan persyaratan air Iimbah
untuk aplikasi pada tanah; d. menetapkan persyaratan pembuangan air
Iimbah ke air atau
sumber air; e. memantau kwalitas air pada sumber air; dan f.
memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu
air.
Pasal 21
(1) Baku mutu air Iimbah nasional ditetapkan dengan Keputusan
Menteri dengan memperhatikan saran masukan dari instansi
terkait.
(2) Baku mutu air Iimbah daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Propinsi dengan ketentuan sama atau lebih ketat dari baku
mutu air Iimbah nasional sebagaiimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Hasil inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, yang dilakukan oleh
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota disampaikan kepada
Menteri secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
1
(4) Pedoman inventarisasi ditetapkan dengan Keputusan
Menteri.
Pasal 22
Berdasarkan hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (3), Menteri menetapkan kebijakan nasional pengendalian
pencemaran air.
-
Pasal 23
(1) Dalam rangka upaya pengendalian pencemaran air
ditetapkan
daya tampung beban pencemmaran air pada sumber air. (2)
Penetapan daya tampung beban pencemaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara berkala
sekurang-kurangnya 5 (Iima) tahun sekali.
(3) Daya tampung beban pencemaran sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dipergunakan untuk
a. pemberian izin lokasi; b. pengelolaan air dan sumber air ; c.
penetapan rencana tata ruang ; d. pemberian izin pembuangan air
limbah; e. penetapan mutu air sasaran dan program kerja
pengendalian pencemaran air. (4) Pedoman penetapan daya tampung
beban pencemaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Menteri.
Bagian Kedua Retribusi Pembuangan Air Limbah
Pasal 24
(1) Setiap orang yang membuang air Iimbah ke prasarana dan atau
sarana pengelolaan air Iimbah yang disediakan oleh Pemerintah
Kabupatenl / Kota dikenakan retribusi.
(2) Retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten / Kota.
Bagian Ketiga Penangulangan Darurat
Pasal 25
Setiap usaha dan atau kegiatan wajib membuat rencana
penanggulangan pencemaran air pada keadaan darurat dan atau keadaan
yang tidak terduga lainnya.
Pasal 26
Dalam hal terjadi keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25, maka penangung jawab usaha dan atau kegiatan wajib
melakukan penangulangan dan pemulihan.
-
BAB IV PELAPORAN
Pasal 27
(1) Setiap orang yang menduga atau mengetahui terjadinya
pencemaran ,air, wajib melaporkan kepada Pejabat yang
berwenang.
(2) Pejabat yang berwenang yang menerima laporan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib mencatat
a. tanggal pelaporan; b. waktu dan tempat; c. peristiwa yang
terjadi; d. sumber penyebab; e. perkiraan dampak.
(3) Pejabat yang berwenang yang menerima laporan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dalam iangka waktu selambat-lambatnya 3
(tiga) hari terhitung sejak tanggal diterimanya laporan, wajib
meneruskanya kepada Bupati / Walikota / Menteri.
(4) Bupati / Walikota / Menteri sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) wa,iib negeri melakukan verifikasi untuk mengetahui tentang
kebenaran terjadinya pelanggaran terhadap pengelolaan kualitas air
dan atau terjadinya pencemaran air
(5) Apabila hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4)
menunjukkan telah terjadinya pelanggaran, maka Bupati / Walikota
/ Menteri wajib memerintahkan penanggung jawab usaha dan atau
kegiatan untuk menanggulangi pelanggaran dan atau pencemaran airr
serta dampaknya.
Pasal 28
Dalam hal penanggung jawab usaha dan atau kegiatan tidak
melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 27
ayat (5) Bupati / walikota / Menteri dapat melaksanakan atau
menugaskan pihak ketiga untuk melaksanakannya atas beban biaya
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan.
-
Pasal 29
Setiap penanggung,jawab usaha dan atau kegiatan atau pihak
ketiga yang ditunjuk untuk melakukan penanggulangan pencemaran air
dan pemulihan kualitas air, wajib menyaimpaikan laporannya kepada
Bupati / Walikota / Menteri.
BAB V HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Pertama
Hak
Pasal 30
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama atas kualitas air yang
baik.
(2) Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan
informasi mengenai status mutu air dan pengelolaan kualitas air
serta pengendalian pencemaran air.
(3) Setiap orang mempunyai hak untuk berperan serta dalam rangka
pengelolaan , kualitas air dan pengendalian pencemaran air sesuai
peraturan perundang - undangan yang berlaku.
Bagian Kedua Kewajiban
Pasal 31
Setiap orang wajib : melestarikan kualitas air pada sumber air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) mengendalikaan
pencemaran air pada sumber air sebagaimana dimaksud didalam Pasal 4
ayat (4).
Pasal 32
Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pelaksanaan
kewajiban pengelolan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air.
Pasal 33
-
Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota
wajib memberikan lnformasi kepadamasyarakat mengenai pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Pasal 34
(1) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib
menyampaikan laporan tentang penataan persyaratan izin aplikasi air
limbah pada tanah
(2) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegitan wajib
menyampaikan laporan tentang penaatan persyaratan izin pembuangan
air Iimbah ke air atau sumber air.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
wajib disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan
kepada Bupati /Walikota dengan tembusan disampaikan kepada
Menteri.
(4) Ketentuan mengenai pedoman pelaporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri.
BAB VI
PERSYARATAN PEMANFAATAN DAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH
Bagian Pertama
Pemanfaatan Air Limbah
Pasal 35
(1) Setiap usaha dan atau kegiatan yang akan memanfaatkan air
Iimbah ke tanah untuk aplikasi pada tanah wajib mendapat izin
tertulis dari Bupat / Walikota.
(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didasarkan pada hasil kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
atau kajan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan .
(3) Ketentuan mengenai syarat, tata cara perizinan ditetapkan
oleh Bupati / Walikota dengan memperhatian pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri.
Pasal 36
(1) Pemrakarsa melakukan kajian mengenai pemanfaatan air limbah
ke tanah Hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang
-kurangnya :aplikasi pada tanah.
-
(2) Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), pemrakarsa mengajukan permohonan izin kepada Bupati /
Walikota.
a. pengaruh terhadap pembudidayaan ikan, hewan, dan
tanaman ; b. pengaruh terhadap kualitas tanah dan air tanah; dan
c. pengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
(3) Bupati / Walikota melakukan evaluasi terhadap hasil kajian
yang diajukan oleh pemkarssa sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3)
(4) Apabila berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (4) menunjukkan bahwa pemanfaatan air limbah ke tanah
untuk aplikasi pada tanah layak lingkungan, maka Bupati/ Walikota
menerbitkan izin pemanfaatan air limbah
(5) Penerbitan pemanfaatan air limbah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (5) diterbitkan dalam jangka waktu selambat-selambatnya 90
(sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
permohonan izin
(6) Pedoman pengkajian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
Bagian kedua Pembuangan Air Limbah
Pasal 37
Setiap penanggung usaha dan atau kegiatan yang membuang air
limbah ke air atau sumber air wajib mencegah dan menangulangi
terjadinya pencemaran air
Pasal 38
(1) Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan yang membuang
air limbah ke air atau sumber air wajib mentaati persyaratan yang
ditetapkan dalam izin
(2) Dalam persyaratan izin Pembuangan air Iimbah sebagaimana
dimaksud didalam ayat (1) waiib dicantumkan
a. kewajiban untukmengoloa Iimbah; b. persyaratan mutu dan
kuantitas air limbah yang boleh
dibuang ke media lingkungan ; c. persyaratan cara pembuangan air
limbah ;
-
d. persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur
penanggulamgan keadaan darurat ;
e. persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air
limbah ;
f. persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil pemeriksaan
analisis mengenai dampak lingkungan yang erat kaitannya dengan
pengendalian pencemaran air bagi usaha dan atau kegiatan yang wajib
melaksanakan analisis mengenai dampak lingkungan ;
g. larangan pembuangan secara sekaligus dalam satu atau
pelepasan dadakan ;saat
h. larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dalam upaya
penataan batas kadar yang diperyaratkan;
i. kewajiban melakukan swapantau dan kewajiban untuk melaporkan
hasil swapantau.
(3) Dalam penetapan peryaratan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) bagi air limbah yang mengandung radioaktif, Bupati/
Walikota wajib mendapat rekomendasi tertulis dari lembaga
pemerintah yang bertanggung jawab di bidang tenaga atom.
Pasal 39
(1) Bupati / Walikota dalam menentukan baku mutu air limbah yang
diinginkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (2) didasarkan
pada daya tampung beban pencemaran pada sumber air ;
(2) Dalam hal daya tampung beban pencemaran sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) belum dapat ditentukan, maka batas mutu air limbah
yang diizinkan ditetapkan berdasarkan bku mutu air limbah nasional
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1)
Pasal 40
(1) Setiap usaha dan kegiatan yang akan membuang air limbah ke
air atau sumber air wajib mendapatkan izin tertulis dari Bupati /
Walikota.
(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didasarkan pada hasil kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
atau kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
Pasal 41
(1) Pemrakarsa melakukan kajian mengenai pembuangan air limbah
ke air atau sumber air.
-
(2) Hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
sekurang-kurangnya :
a. pengaruh terhadap pembudidayaan ikan, hewan, dan
tanaman b. pengaruh terhadap kualitas tanah dan air tanah; dan
c. pengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
(3) Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), pemrakarsa mengajukan permohonan izin kepada Bupati / Walikota
.
(4) Bupati / Walikota melakukan evaluasi terhadap hasil kajian
yang diajukan oleh pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3).
(5) Apabila berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana diamksud
dalam ayat (4) menunjukakan bahwa pembuangan air limbah ke air atau
sumber air layak lingkungan, maka Bupati / Walikota menerbitkan
izin pembungan air limbah.
(6) Penerbitan izin pembungan air limbah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (5) diterbitkan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 90
(sembilan puluh ) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
permohonan izin.
(7) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara perizinan pembungan
air limbah ditetapkan oleh Bupati /Walikota dengan memperhatikan
pedoman yang ditetapkan Menteri
(8) Pedoman kajian pembungan air limbah sebagaimana dimaksudkan
dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri.
Pasal 42
Setiap orang dilarang membuang limbah padat dan atau gas ke
dalam air dan sumber air.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Pertama Pembinaan
Pasal 43
(1) Pemerintah, pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota
melakukan pembinaan untuk meningkatkan ketaatan penanggung jawab
usaha dan atau kegiatan dalam pengelolaan kualitas air dan
pengendaliaan pencemaran air.
-
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksudkan dalam yat (1) meliputi: a.
pemberian penyuluhan mengenai peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pengelola lingkungan hidup; b.
penerapan kebijakan insentif dan atau disinsentif
(3) Pemerintah, pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota
melakukan upaya pengelolaan dan atau pembinaan pengelolaan air
limbah rumah tangga.
(4) Upaya pengelolaan air limbah rumah tangga sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) dapat dilakukan oleh pemerintah Propinsi,
pemerintah Kabupaten / Kota dengan membangun sarana dan prasarana
pengelolaan limbah rumah tangga terpadu.
(5) Pembangunan saran dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga
sesuai dengan peraturan perundang -undangan yang berlaku.
Bagian Kedua Pengawasan
Pasal 44
(1) Bupati / Walikota wajib melakukan pengawasan terhadap
penataan persyaratan yang tercantum dalam izin sebagaimana dimaksud
dalam pasal 38 ayat (2)
(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan oleh pejabat pengawas lingkungan daerah.
Pasal 45
Dalam hal tertentu pejabat pengawas lingkungan melakukan
pengawasan terhadap penataan persyaratan yang tercantum dalam izin
melakukan usaha dan atau kegiatan.
Pasal 46
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam pasa 44 ayat (2) dan pasal 45
berwenang :
a. melakukan pemantauan yang meliputi pengamatan, pemotretan,
perekaman audio visual, dan pengukuran;
b. meminta keterangan kepada masyarakat yang berkepentingan,
karyawan yang bersangkutan, konsultan, kontraktor, dan perangkat
pemerintahan setempat;
-
c. membuat salinan dari dokumen dan atau membuat catatan yang
diperlukan, antara lain dokumen perizinan, dokumen AMDAL, UKI, UPL,
data hasil swapantau, dokumen surat keputusan organisasi
perusahaan;
d. memasuki tempat tertentu; e. mengambil contoh dari air limbah
yang dihasilkan, air
limbah yang dibuang, bahan baku, dan bahan penolog; f. memeriksa
peralatan yang digunakan dalam proses
produksi, utilitas, dan instansi pengolahan limbah; g. memeriksa
instansi, dan atau alat transportasi;
(2) Kewenangan membuat catatan sebagaimana dimaksud (3) dalam
ayat (1) huruf c meliputi pembuatan denah, sketsa,
gambar, peta, dan atau dekripsi yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas pengawasan.
Pasal 47
Pejabat pengawas dalam melaksanakan tugasnya wajib
memperlihatkan surat tugas dan atau tanda pengenal.
BAB VIII
SANKSI
Bagian Pertama Sanksi Administrasi
Pasal 48
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatn yang melanggar
ketentuan Pasal 24 ayat (1), Pasal 25, Pasal 32, Pasal 34, Pasal
35, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 40,dan Pasal 42, Bupati / Walikota
berwenang menjatuhkan sanksi administrasi.
Pasal 49
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang melanggar
ketentuan Pasal 25, Bupati / Walikota / Mentri berwenang menerapkan
paksaan pemerintahan atau uang paksa.
-
Bagian Kedua Ganti Kerugian
Pasal 50
(1) Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan atau
perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan
atau kegiatan untuk membayar ganti kerugian dan aatau melakukan
tindakan tertentu.
(2) Selain pembeban untuk melakukan tindakkan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hakim dapat menetapkan
pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian
tindakkan tertentu tersebut.
Bagian Ketiga Sanksi Pidana
Pasal 51
Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 26, Pasal 31, Pasal 32,
Pasal 37, Pasal 38, Pasal 41, Pasal 42, yang mengakibatkan
terjadinya pencemaran air, diancam dengan pidana sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 41, pasal 42, pasal 43, pasal 44, pasal 45,
pasal 46, pasal 47 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 52
Baku mutu air limbah untuk jenis usah dan atau kegiatan tertentu
yang telah ditetapkan oleh daerah, tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan PeraturanPemerintah ini.
Pasal 53
(1) Bagi usaha dan atau kegiatan yang menggunakan air limbah
untuk aplikasi pada tanah, maka dalam jangka waktu satu tahun
setelah diundangkannya Peraturan Pemerintah ini wajib memiliki izin
pemanfaatan air limbah pada tanah dari Bupati / Walikota.
(2) Bagi usaha dan atau kegiatan yang sudah beroperasi belum
memiliki izin pembuangan air limbah ke air atau sumber air, maka
dalam waktu satu tahun sejak diundangkannya Peraturan
-
Pemerintah ini wajib memperoleh izin pembuangan air limbah ke
air atau sumber air Bupati / Walikota.
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Penetapan daya tampung beben pencemaran sebagaimana dimaksud
dalam pasal 38 ayat (3) wajib ditetapkan selambat-lambatnya 3 (tiga
) tahun sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah ini
Pasal 55
Dalam hal baku mutu air pada sumber air sebagaimana dimaksud
dalam pasal 11 dan pasal 12 ayat (1) belum atau tidak ditetapkan,
berlaku kreteria mutu air untuk kelas II sebagaimana tercantum
dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini sebagai baku mutu air.
Pasal 56
(1) Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun sejak
diundangkannya Peraturan Pemerintah ini, baku mutu air yang telah
ditetapkan sebelumnya wajib disesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini
(2) Dalam hal baku mutu air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
lebih ketat dddari baku mutu air dalam peraturan pemerintah ini,
maka baku mutu air sebelimnya tetap berlaku.
Pasal 57
(1) Dalam hal jenis usaha dan atau kegiatan belum ditentukan
baku mutu air limbahnya, maka baku mutu air limbah yang berlaku di
daerah tersebut dapat ditetepkan setelah mendapat rekomendasi dari
Menteri.
(2) Ketentuan mengenai baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetepkan dengan Peraturan Daerah Propinsi.
Pasal 58
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini semua peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air yang telah ada, tetap brlaku
-
sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti
berdasarkan peraturan pemerintah ini.
Pasal 59
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Penendalian Pencemaran Air (
Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3409) dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 60
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 2001 PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 2001 SEKRETARIS
NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG KESOWO
-
LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001
TANGGAL 14 DESEMBER 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS A