i │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015 K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2015 dapat diselesaikan. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau yang dilakukan setiap triwulan dikenal dengan KEKR Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan informasi perekonomian bagi stakeholder eksternal dan Kantor Pusat Bank Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau sebagai sumber penyedia data PDRB Provinsi Kepulauan Riau setiap triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita semua. Batam, Agustus 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ttd Gusti Raizal Eka Putra Kepala Perwakilan
81
Embed
K A T A P E N G A N T A R - bi.go.id · i │ KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2015 K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
K A T A P E N G A N T A R
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, Kajian
Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2015 dapat
diselesaikan. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian regional menjadi
semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi
daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam
pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau.
Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi,
perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau yang
dilakukan setiap triwulan dikenal dengan KEKR Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR
dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan informasi perekonomian bagi stakeholder
eksternal dan Kantor Pusat Bank Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan
Riau sebagai sumber penyedia data PDRB Provinsi Kepulauan Riau setiap triwulan, ucapan
terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami
hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari
isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami
mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian
sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan
memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita
semua.
Batam, Agustus 2015
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
ttd
Gusti Raizal Eka Putra
Kepala Perwakilan
ii │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Halaman ini sengaja dikosongkan
iii │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. vi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................... vii
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xii
vi │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran ................................................... 6
Tabel 1.2. Komoditas Utama Ekspor Non Migas Kepri ....................................................... 10
Tabel 1.3. Negara Tujuan Utama Ekspor Kepri .................................................................. 11
Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha ............................................ 13
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa ................ 23
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa ............. 24
Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Menurut Kota ................................................................. 25
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Utama Bank Umum .................................................... 34
Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Utama BPR ................................................................. 41
Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau .................................... 45
Tabel 4.1. Realisasi APBD Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2015 .................. 55
Tabel 4.2. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri
Triwulan II 2015 ............................................................................................... 57
Tabel 4.3. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Wilayah Kepri
Triwulan II 2015 ............................................................................................... 58
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama,
Provinsi Kepulauan Riau Februari 2012 - Agustus 2014 ..................................... 59
Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi
Kepulauan Riau Februari 2012 - Agustus 2014 .................................................. 60
Tabel 5.3. Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri ........................................................................ 62
Tabel 5.4. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Pedesaan ............................................ 63
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global ............................................................. 66
vii │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
DAFTAR GRAFIK
Share Perekonomian Kepri ......................................................................... 6 Grafik 1.1.
Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ............................................... 7
Grafik 1.3 Perkembangan Inflasi (%, yoy) .................................................................... 7
Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi .................................................................. 8
Grafik 1.5 Pergerakan Suku Bunga .............................................................................. 8
Grafik 1.6 Perkembangan Impor Barang Modal ........................................................... 9
Grafik 1.7 Perkembangan Jredit Investasi ..................................................................... 9
Grafik 1.8 Likert Scale Liaison ...................................................................................... 9
Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi Investasi ................................................................ 9
Grafik 1.10 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas .............................................................. 10
Grafik 1.11 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas .............................................. 10
Grafik 1.12 Pertumbuhan Ekspor Komoditas Utama (Non Migas) ................................... 11
Grafik 1.13 Permintaan Ekspor ke Negara Tujuan Utama (Non Migas) ............................ 11
Grafik 1.14 Komposisi Impor Migas dan Non Migas ....................................................... 12
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Impor Migas dan Migas ............................................... 12
Grafik 1.16 Komposisi Impor Non Migas ....................................................................... 12
Grafik 1.17 Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%, yoy) ................................... 13
Grafik 1.18 Kapasitas Utilisasi (Survei Liaison) ................................................................ 14
Grafik 1.19 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri ...................................................... 14
Grafik 1.20 Perkembangan Konsumsi Semen Kepri ........................................................ 15
Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Konstruksi ................................................................ 15
Grafik 1.22 Hasil SKDU Sektor Bangunan ...................................................................... 15
Grafik 1.23 Perkembangan Kunjungan Wisman Kepri .................................................... 16
Grafik 1.24 Volume Bongkar Muat Barang Pelabuhan Batam ......................................... 16
Grafik 1.25 Hasil SKDU Sektor PHR ............................................................................... 17
Grafik 1.26 Volume Lifting Gas Kepri ............................................................................ 17
Grafik 1.27 Volume Lifting Minyak Kepri ....................................................................... 17
Grafik 1.28 Harga Gas Alam ......................................................................................... 18
Grafik 1.29 Harga Minyak ............................................................................................. 18
Grafik 1.30 Volume Ekspor Hasil Pertambangan & Penggalian ....................................... 18
Grafik 2.1 Daerah Sumber Pasokan Cabai Batam ......................................................... 22
Grafik 2.2 Inflasi Tw II 2015 (yoy) Regional Sumatera ................................................... 23
Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulan II 2015 Kawasan Sumatera .......................... 23
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera dan Nasional .................. 24
viii │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Batam dan Tanjungpinang ................. 25
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Sumatera dan Nasional ...................... 26
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Komoditas Volatile Food ............................................ 27
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Administred Price ...................................................... 28
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Kelompok Inti............................................................ 28
Grafik 2.10 Ekspektasi Inflasi Konsumen ....................................................................... 28
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum (BU) ......................................................... 35
Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum ............................. 35
Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum (BU) ......................................................... 35
Grafik 3.4 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya ................................................... 35
Grafik 3.5 Porsi DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) ........................................................ 36
Grafik 3.6 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) ......................................... 36
Grafik 3.7 Komposisi DPK Berdasarkan Nominal/Rekening ........................................... 36
Grafik 3.8 Komposisi DPK Berdasarkan Jumlah Rekening ............................................. 36
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum ............................................................. 37
Grafik 3.10 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan .................................. 37
Grafik 3.11 Penggunaan Kredit Konsumsi ..................................................................... 37
Grafik 3.12 Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna ............................................................. 37
Grafik 3.13 Suku Bunga Kredit MK, Investasi dan Konsumsi ........................................... 38
Grafik 3.14 Porsi Kredit Berdasarkan Kelompok Bank .................................................... 38
Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank ....................................... 38
Grafik 3.16 Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral ..................................................... 39
Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral ........................................ 39
Grafik 3.18 Kredit UMKM oleh Bank Umum .................................................................. 40
Grafik 3.19 Risiko Kredit Bank Umum ........................................................................... 41
Grafik 3.20 Perkembangan Aset BPR ............................................................................. 42
Grafik 3.21 Perkembangan DPK BPR ............................................................................. 43
Grafik 3.22 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya ................................................... 43
Grafik 3.23 Perkembangan Kredit BPR .......................................................................... 44
Grafik 3.24 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan ................................... 44
Grafik 3.25 Kredit BPR Secara Sektoral .......................................................................... 44
Grafik 3.26 Perkembangan Kredit UMKM Oleh BPR ....................................................... 44
Grafik 3.27 Perkembangan LDR dan NPL BPR ................................................................ 45
Grafik 3.28 Perkembangan Set Perbankan Syariah ......................................................... 46
Grafik 3.29 Perkembangan DPK Syariah ........................................................................ 46
Grafik 3.30 Perkembangan DPK Syariah Berdasarkan Jenisnya ....................................... 46
ix │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Grafik 3.31 Perkembangan Pembiayaan Syariah ............................................................ 47
Grafik 3.32 Perkembangan Pembiayaan Syariah Berdasarkan Jenisnya ............................ 47
Grafik 3.33 Perkembangan FDR dan NPF Perbankan Syariah .......................................... 48
Grafik 3.34 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri .................................................... 49
Grafik 3.35 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow ....................................... 49
Grafik 3.36 Perkembangan Pemusnahan UTLE .............................................................. 50
Grafik 3.37 Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli ....................................... 50
Grafik 3.38 Perkembangan Kliring Kepri ........................................................................ 51
Grafik 3.39 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri .................................................. 51
Grafik 3.40 Perkembangan Transaksi RTGS ................................................................... 52
Grafik 3.41 Perkembangan Transksi KUPVA .................................................................. 53
Grafik 3.42 Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah ................................... 53
Grafik 3.43 Perkembangan Transaksi PTD...................................................................... 53
Grafik 3.44 Jenis Transaksi PTD ..................................................................................... 53
Grafik 4.1 Komposisi Realisasi Pendapatan Tw II 2015 ................................................. 55
Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda Tw II 2015 ...................................................... 55
Grafik 4.3 Komposisi Realisasi Belanja Tw II 2015 ........................................................ 56
Grafik 4.4 Realisasi Belanja Pemda Tw II 2015 ............................................................. 56
Grafik 4.5 Perkembangan Dana Simpanan Pemda ....................................................... 57
Grafik 5.1 Struktur Pekerja Kepri ................................................................................. 61
Grafik 5.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen ................................................. 62
Grafik 5.3 Perkembangan NTP .................................................................................... 63
Grafik 5.4 NTP Berdasarkan Subsektor ........................................................................ 63
Grafik 5.5 Indikator Kemiskinan .................................................................................. 64
Grafik 5.6 Perkembangan GINI Ratio Kepri .................................................................. 64
Grafik 6.1 Data Investasi Kota Batam .......................................................................... 66
Grafik 6.2 Pola Realisasi Belanja Pemerintah Daerah .................................................... 67
Grafik 6.3 Pola Realisasi Belanja Modal Pemerintah ...................................................... 67
Grafik 6.4 Perkiraan Kegiatan Usaha Berdasarkan SKDU .............................................. 68
Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen................................................................................ 68
Grafik 6.6 Harga Minyak ............................................................................................. 68
1 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan II 2015
Provinsi Kepulauan Riau
Pertumbuhan
ekonomi Kepulauan Riau (Kepri) sebesar
5,57% (yoy) melambat dibanding
triwulan lalu
Perlambatan pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi
melambatnya investasi dan
konsumsi rumah tangga
Dari sisi lapangan usaha, sektor ekonomi
utama masih memberikan kontribusi positif meski melambat
Laju inflasi triwulan II 2015 sebesar 8,21%
(yoy) lebih tinggi dibanding inflasi nasional sebesar
7,26% (yoy)
Pada triwulan II 2015 Kepri mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,57% (yoy), melambat dibanding triwulan I 2015 sebesar 7,14% (yoy). Sejalan dengan Nasional dan Kawasan Sumatera yang juga melambat sebesar 4,67% (yoy) dan 2,85% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 4,71% (yoy) dan 3,53% (yoy). Melambatnya perekonomian Kepri sangat dipengaruhi oleh perlambatan permintaan global dan domestik. Dari sisi pengeluaran, melambatnya perekonomian Kepri terutama dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan konsumsi rumah tangga, serta melemahnya ekspor dan impor. Investasi dan konsumsi rumah tangga tumbuh melambat sebesar 1,82% (yoy) dan 7,50% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,30% (yoy) dan 7,76% (yoy). Kinerja investasi melambat terpengaruh oleh penurunan permintaan global dan domestik, serta masih terbatasnya realisasi belanja modal pemerintah. Sementara itu, menurunnya pendapatan masyarakat akibat melambatnya kinerja sektor utama ditengah laju inflasi yang meningkat (khususnya komoditas volatile foods), turut memengaruhi daya beli masyarakat sehingga berdampak pada tingkat konsumsi. Meski demikian, kinerja net ekspor masih tumbuh menguat sebesar 25,19% (yoy) dengan andil pertumbuhan sebesar 4,20% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, terjadi perlambatan kinerja pada hampir keseluruhan lapangan usaha, antara lain: industri pengolahan (5,05%), konstruksi (5,10%), perdagangan (10,46%) serta pertambangan dan penggalian (4,55%) dibanding periode sebelumnya sebesar (7,31%), (5,92%), (12,71%), dan (5,37%). Sektor industri pengolahan melambat, searah dengan penurunan ekspor, sementara perlambatan sektor konstruksi searah dengan pelemahan investasi dan belanja modal pemerintah. Melemahnya konsumsi masyarakat menekan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor. Di sisi lain, perlambatan di sektor pertambangan dan penggalian dipengaruhi oleh penurunan lifting minyak dan gas serta penurunan harga minyak dunia. Inflasi tahunan Kepri melaju lebih tinggi dan berada pada urutan ke-2 inflasi tertinggi di regional Sumatera, juga lebih tinggi dari inflasi Nasional. Inflasi Kepri pada triwulan laporan sebesar 8,21% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,66% (yoy). Inflasi Kepri tersebut lebih tinggi dibanding inflasi di regional Sumatera sebesar 7,74%
2 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Perlambatan ekonomi Kepri
menekan kinerja perbankan yang
tercermin dari perlambatan
pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit.
Aktivitas sistem pembayaran tunai dan
non tunai secara umum meningkat
(yoy), juga lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 7,26% (yoy). Ditinjau dari inflasi triwulanan, inflasi Provinsi Kepri pada triwulan II 2015 sebesar 2,05% (qtq), meningkat dibanding periode sebelumnya dengan deflasi 0,64% (qtq). Inflasi Kepri tersebut sedikit lebih rendah dibanding inflasi Sumatera sebesar 2,08% (qtq), namun lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 1,40% (qtq). Andil terbesar inflasi triwulanan disumbang oleh kelompok bahan makanan dengan komoditas utama penyumbang inflasi berasal dari aneka cabai dan beras. Pasokan cabai mulai menurun seiring dengan berakhirnya masa panen serta momen Ramadhan yang jatuh pada pertengahan Juni turut memicu peningkatan permintaan bahan makanan, dan mendorong laju kenaikan harga. Selain itu, penyesuaian harga bahan bakar (bensin dan solar) masing-masing sebesar 7,3% dan 7,8% mendorong laju inflasi besar pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Inflasi triwulanan pada kelompok tersebut sebesar 1,9% (qtq) dengan total andil terhadap inflasi triwulanan sebesar 0,4%. Kinerja perbankan pada triwulan laporan tercatat melambat, tercermin dari menurunnya indikator aset, DPK dan kredit. Indikator bank umum, total aset, DPK dan kredit pada triwulan II 2015 masing-masing tercatat sebesar Rp47.715 miliar, Rp41.183 miliar dan Rp29.887 miliar tumbuh melambat 4,80% (yoy), 3,48% (yoy) dan 3,62% (yoy) dibandingkan triwulan I 2015 yang tumbuh 7,73% (yoy), 7,13% (yoy) dan 7,58% (yoy) dengan indikator NPL dan LDR tercatat stabil sebesar 2,14% dan 72,57%. Indikator BPR juga melambat, total aset dan DPK dan kredit pada triwulan II 2015 masing-masing tercatat sebesar Rp5.012 miliar, Rp4.092 miliar dan Rp3.806 miliar tumbuh melambat 19,62% (yoy), 23,37% (yoy) dan 17,37% (yoy) dibandingkan triwulan I 2015 yang tumbuh 21,70% (yoy), 23,68% (yoy) dan 18,92% (yoy) dengan indikator NPL dan LDR sebesar 3,73% dan 93,01%. Sebaliknya, perbankan syariah tumbuh menguat, dengan total aset dan DPK tercatat sebesar Rp2.815 miliar dan Rp2.637 miliar tumbuh menguat 2,68% (yoy) dan 4,45% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 2,68% (yoy) dan -17,25% (yoy). Namun, pembiayaan tercatat sebesar Rp1.636 miliar atau melambat 9,43% (yoy) dibanding periode sebelumnya 11,34% (yoy) dengan indikator NPL dan FDR 2,27% dan 161,12%. Secara umum, aktivitas pembayaran (tunai dan non tunai) mengalami peningkatan yang dipengaruhi peningkatan transaksi di masyarakat dan meningkatnya kebutuhan uang kartal berkenaan dengan momen Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Total inflow senilai Rp598 miliar sementara outflow sebesar Rp2.720 miliar, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp2.122 miliar. Secara tahunan, inflow dan outflow tumbuh
3 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Realisasi belanja Pemda dan APBN
relatif masih terbatas, sementara realisasi pendapatan Pemda lebih rendah
realisasinya.
Melambatnya sektor ekonomi utama
menyebabkan terbatasnya
lapangan pekerjaan
Pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan III
2015 diperkirakan menguat pada kisaran
6,0 6,5% (yoy) dengan laju inflasi diprakirakan pada
kisaran 8,3% 8,6% (yoy)
signifikan sebesar 62,00% (yoy) dan 6,98% (yoy) dibanding triwulan I 2015 yang tumbuh 32,25% (yoy) dan 5,27% (yoy). Nilai transaksi RTGS pada triwulan II 2015 sebesar Rp24.181 miliar, tumbuh menguat 4,4% (yoy) dibanding triwulan I yang hanya tumbuh 1,21% (yoy). Sementara total nominal transaksi kliring sebesar Rp5.856 miliar melambat 5,56% (yoy) dibanding pada triwulan sebelumnya 21,95% (yoy). Realisasi belanja Pemda sebesar Rp3.521 miliar atau mencapai 27,4%, lebih tinggi dibanding realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp3.200 miliar atau 26,3% dari total anggaran belanja 2014. Sama halnya dengan APBN, meski anggaran APBN Infrastruktur 2015 meningkat signifikan, namun realisasi pada triwulan I 2015 masih terbatas yaitu sebesar 8,3%. Sementara itu, realisasi pendapatan Pemda pada triwulan II 2015 sebesar Rp3.804 miliar atau hanya mencapai 33,5%, lebih rendah dibanding realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp4.160 miliar atau 38,4% dari total anggaran pendapatan 2014. Masih lesunya perekonomian baik di tingkat global, nasional dan regional sampai semester I berdampak terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan yang jumlahnya mengalami penurunan sejak 2014. Pada Februari 2015, tercatat jumlah angkatan kerja yang bekerja sebanyak 814.427 orang, menurun 3,6% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain, jumlah angkatan kerja meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, tercatat angkatan kerja tumbuh 0,4% (yoy) atau sebanyak 895.443 orang. Pada triwulan III 2015 perekonomian Kepri diprakirakan menguat ditopang oleh peningkatan realisasi belanja pemerintah. Demikian juga investasi diperkirakan menguat, didukung oleh realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh stabil pada triwulan III 2015 yang akan ditopang oleh peningkatan permintaan masyarakat pada Juli dengan adanya Hari Raya Idul Fitri. Hasil Survei Konsumen juga menunjukkan peningkatan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini, setelah pada triwulan kedua sempat menyentuh level pesimis dua bulan berturut-turut. Kinerja ekspor dan impor diperkirakan masih pada trend melambat, seiring dengan pemulihan permintaan global yang berjalan lambat. Singapura sebagai negara tujuan utama ekspor Kepri, mencatatkan perlambatan ekonomi triwulan kedua 2015 terutama disebabkan oleh kontraksi sektor manufaktur sebesar 4,9% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan III 2015 diprakirakan pada kisaran 6,0 6,5% (yoy), sementara untuk keseluruhan 2015 perekonomian Kepri diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,3 6,7% (yoy).
4 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Laju inflasi berpotensi meningkat pada triwulan III 2015. Peningkatan laju inflasi triwulan ketiga masih akan bersumber dari kelompok volatile food dan administered price, sementara laju inflasi kelompok inti diperkirakan relatif stabil. Pada Agustus dan September, inflasi tinggi masih berpotensi terjadi pada kelompok volatile food. Risiko inflasi volatile food yang paling dikhawatirkan yaitu kemungkinan penurunan hasil panen sebagai dampak El Nino. Inflasi kelompok administered price juga berpotensi meningkat, searah dengan trend rebound harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia akan memengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM). Komoditas inti juga diperkirakan mencatatkan kenaikan harga, namun relatif stabil dibanding triwulan II 2015. Risiko depresiasi nilai tukar dan inflasi volatile food dan administered price akan berpengaruh pada komoditas inti. Mencermati perkembangan tersebut, laju inflasi Kepri pada triwulan III 2015 diprakirakan pada kisaran 8,3% 8,6% (yoy), sementara target inflasi keseluruhan tahun 2015 sebesar 4,0±1%. Proyeksi inflasi triwulan III tersebut lebih tinggi dibanding angka inflasi periode yang sama tahun lalu sebesar 4,42% (yoy).
5 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
BAB I PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tercatat 5,57% (yoy)
melambat cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,14% (yoy),
namun masih tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi di regional Sumatera.
Pertumbuhan ekonomi global yang cenderung lambat memengaruhi laju pertumbuhan
ekonomi nasional pada triwulan II 2015 sebesar 4,67% (yoy), sedikit melambat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,72% (yoy). Perlambatan ekonomi nasional turut
berdampak pada perlambatan ekonomi di regional Sumatera. Perekonomian Sumatera tumbuh
2,85% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 3,53% (yoy). Belum membaiknya harga
komoditas global semakin memberikan tekanan pada perekonomian Sumatera yang masih
mengandalkan komoditas hasil tambang, migas, dan perkebunan (CPO dan karet) sebagai
penopang pertumbuhan. Di level provinsi se-Sumatera, pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh
Kepri sebesar 5,57% (yoy), diikuti oleh Bengkulu 5,33% (yoy) dan Sumatera Barat 5,27% (yoy).
Perlambatan ekonomi Kepri masih berlanjut dan terjadi cukup dalam pada triwulan II
2015 seiring melambatnya komponen konsumsi rumah tangga dan investasi. Meskipun net
ekspor masih meningkat, kinerja ekspor dan impor cenderung melemah cukup dalam. Demikian
juga berdasarkan lapangan usaha, sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi Kepri, yaitu
sektor industri pengolahan, konstruksi, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan besar-
eceran dan reparasi mobil-sepeda mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Selain sektor utama,
hampir seluruh sektor ekonomi lainnya juga melambat, hanya sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan serta sektor pengadaan air yang mengalami peningkatan pertumbuhan.
SISI PENGELUARAN 1.1.
Investasi dan konsumsi rumah tangga masih menjadi mesin penggerak utama
perekonomian Kepri dari sisi permintaan. Struktur ekonomi Kepri rata-rata selama tahun
2010 2014 masih didominasi oleh komponen investasi yang tercermin dari pembentukan
modal tetap bruto (PMTB) sebesar 41,6%, kemudian diikuti oleh konsumsi rumah tangga
sebesar 36,6%, dan net ekspor sebesar 15,8%. Pada triwulan II 2015, komposisi struktur
tersebut relatif tidak ada perubahan. Porsi investasi terhadap total perekonomian masih
menjadi yang tertinggi sebesar 38,9%, diikuti konsumsi rumah tangga sebesar 36,6%,
kemudian net ekspor dengan pangsa sebesar 19,8%.
6 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Grafik 1.1
Share Perekonomian Kepri
Kinerja perekonomian Kepri melambat cukup dalam terutama didorong oleh
perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi, serta melemahnya ekspor dan
impor. Meskipun tumbuh 7,56% (yoy) melambat dari triwulan lalu 7,76% (yoy), peranan
konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi, tercermin dari kontribusinya pada perekonomian
Kepri sebesar 2,72%. Sementara itu, kinerja investasi tumbuh 1,82% (yoy) berada pada trend
yang semakin melambat dari triwulan lalu sebesar 3,30% (yoy). Dari kontribusinya pun
semakin menurun, pada triwulan laporan hanya sebesar 0,72% lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya sebesar 1,39%. Di sisi lain, neraca perdagangan Kepri tercermin dari net
ekspor tumbuh 25,19% (yoy) menguat dibanding dari triwulan lalu sebesar 23,62% (yoy).
Kontribusi net ekspor masih cukup tinggi yaitu sebesar 4,20%, namun lebih rendah dari
triwulan lalu 4,58%. Melemahnya ekspor yang dibarengi dengan impor yang melambat lebih
dalam dibanding ekspor semakin menekan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.
Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran Tabel 1.1.
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
Nasional Kepulauan Riau Sumatera
Inflasi, % QTQ
Sumber: BPS, diolah
26 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
relatif terjaga. Kondisi tersebut mendorong perbaikan tingkat inflasi tahunan Tanjungpinang.
Di sisi lain, tingkat permintaan yang lebih tinggi di Batam ditengah keterbatasan pasokan
menyebabkan harga cenderung melaju lebih tinggi.
Perkembangan Inflasi Menurut Kota Tabel 2.3.
Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri,
Batam, dan Tanjungpinang
Andil terbesar inflasi Batam disumbang oleh kelompok bahan makanan dan
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok bahan makanan
mencatatkan inflasi 12,15% (yoy) dengan andil 2,52%. Inflasi tertinggi terjadi pada
komoditas aneka cabai, bayam dan kacang panjang, dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan.
Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mencatatkan inflasi 9,41%
(yoy) dengan andil 1,92%, dan inflasi tertinggi pada komoditas bensin, serta angkutan dalam
kota. Secara tahunan, tingginya inflasi bensin disebabkan oleh kenaikan harga BBM pada
November, Desember 2014 dan 28 Maret 2015. Sementara itu, kenaikan tarif angkutan
dalam kota merupakan dampak lanjutan kenaikan harga bensin.
Di Tanjungpinang, andil terbesar inflasi disumbang oleh kelompok bahan
makanan dan kelompok perumahan, listrik, gas dan air bersih. Kelompok bahan
makanan mencatatkan inflasi 12,54% (yoy), dengan andil inflasi 2,89%. Inflasi tertinggi
tercatat pada komoditas aneka cabai, beras, dan ikan selar. Sementara itu, kelompok
I II III IV I II
Kota Batam
Inflasi, % yoy 7.57 6.10 4.57 7.61 5.84 8.27
Inflasi, % qtq 1.15 -0.19 2.13 4.52 -0.67 2.11
Kota Tanjungpinang
Inflasi, % yoy 10.58 8.01 3.54 7.49 4.98 7.84
Inflasi, %qtq 2.41 -1.37 2.19 4.26 -0.45 1.68
Sumber : BPS, diolah
2014 2015Kelompok
0.0
2.5
5.0
7.5
10.0
12.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
Kepulauan Riau Batam Tanjungpinang
Inflasi, % YOY
Sumber: BPS, diolah
27 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
perumahan, listrik,gas, dan air bersih mengalami inflasi 7,37% (yoy) dengan andil 1,90%.
Andil Inflasi bersumber dari tarif listrik, dan tarif sewa rumah. Inflasi tarif listrik searah dengan
kebijakan penyesuaian tarif oleh PT. PLN Persero sejak Juni 2014. Selain itu, kenaikan tarif
sewa rumah terjadi karena pihak penyewa cenderung menyesuaikan dengan kenaikan harga
rumah dan biaya-biaya lainnya.
2.3. DISAGREGASI INFLASI8)
Sepanjang triwulan II 2015, tekanan inflasi terutama bersumber dari
kelompok inflasi volatile food and administered price, sementara inflasi inti relatif
stabil. Kenaikan harga volatile food dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan akibat hasil
panen sejumlah komoditas yang diperkirakan menurun dibanding periode yang sama tahun
lalu. Inflasi administered price didorong oleh kenaikan harga BBM pada 28 Maret 2015, dan
dampak inflasinya paling terasa pada April. Sementara inflasi inti relatif stabil, dipengaruhi
oleh melambatnya ekonomi domestik dan melemahnya daya beli masyarakat.
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Sumatera, dan Nasional
2.3.1. Inflasi Volatile Food9)
Inflasi volatile food melaju tinggi pada triwulan laporan, karena keterbatasan
pasokan pada sejumlah komoditas strategis. Laju inflasi kelompok volatile food pada
triwulan II 2015 sebesar 14,95% (yoy), meningkat signifikan dibanding inflasi triwulan
sebelumnya sebesar 0,05% (yoy). Inflasi tertinggi tercatat pada komoditas aneka cabai, beras,
daging ayam ras dan telur ayam ras.
8)
Diagregasi inflasi adalah pengelompokan yang dilakukan berdasarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Barang/jasa dikelompokkan atas tiga kelompok, antara lain: kelompok inti, kelompok administered price dan kelompok volatile food.
9) Inflasi volatile food adalah inflasi komoditas bahan makanan yang harganya bergejolak.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
INTI ADMINISTERED PRICE VOLATILE FOODS
Sumber: BPS Kepulauan Riau, diolah
(%, yoy)
28 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Secara umum, peningkatan inflasi volatile food dipengaruhi penurunan pasokan
khususnya komoditas aneka cabai, sedangkan permintaan cenderung meningkat memasuki
Ramadhan. Penurunan pasokan cabai disebabkan tidak adanya sumber pasokan melalui
impor sepanjang 2015, dan penurunan hasil panen dari sejumlah daerah pemasok baik dari
Jawa maupun Sumatera. Sementara itu, inflasi beras dan daging ayam ras mulai meningkat
pada Mei dan Juni, sebagai dampak kenaikan permintaan memasuki periode Ramadhan.
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Komoditas Volatile
Food
2.3.2. Inflasi Administered Price10)
Inflasi kelompok administered price juga tercatat meningkat. Secara total
tahunan, inflasi administered price sebesar 12,45% (yoy), lebih tinggi dibanding inflasi
periode sebelumnya sebesar 10,28% (yoy). Sumbangan administered price terhadap inflasi
triwulan II sebesar 2,53%. Andil terbesar inflasi disumbang oleh komoditas bensin dan tarif
angkutan udara.
Penyesuaian harga bahan bakar (bensin dan solar) dipengaruhi oleh harga minyak
dunia yang mulai mengalami rebound dan kenaikan harga dilakukan pemerintah pada 28
Maret 2015. Sementara itu kenaikan tarif angkutan udara diperkirakan dilakukan sebagai
penyesuaian atas berbagai kenaikan biaya operasi.
10)
Administered price: kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah.
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
Nop Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2014 2015
Beras Cabai Merah Cabai Rawit Daging Ayam Ras
Sumber: BPS, diolah
(%, mtm)
29 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Administered Price
2.3.3. Inflasi Inti11)
Pergerakan inflasi inti relatif terkendali. Kenaikan harga pada komoditas inti
diperkirakan tertahan oleh melemahnya daya beli masyarakat seiring dengan perlambatan
ekonomi. Inflasi inti sebesar 5,98% (yoy), relatif stabil dibanding inflasi periode sebelumnya
sebesar 5,31% (yoy). Berdasarkan komoditas, inflasi tertingi terjadi pada komoditas tukang
bukan mandor, nasi dengan lauk dan harga mobil. Secara umum, kenaikan harga pada
komoditas inti lebih dipengaruhi oleh penyesuaian harga/tarif dan juga dampak dari kenaikan
permintaan khususnya pada periode Ramadhan. Sementara itu, ekspektasi inflasi konsumen
relatif terkendali dan mampu menahan laju inflasi inti. Hasil survei konsumen menunjukkan
ekspektasi inflasi triwulan kedua rata-rata sebesar 156,6, sedikit menurun dibanding rata-rata
ekspektasi inflasi triwulan sebelumnya sebesar 163,6.
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Kelompok Inti Grafik 2.10 Ekspektasi Inflasi Konsumen
11) Inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung menetap atau persistent dalam pergerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi permintaan penawaran, nilai tukar, maupun ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen.
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
Pembelian (LHS) Penjualan (LHS)
Rata-Rata Kurs Tengah SGD (RHS) Rata-rata Kurs Tengah USD (RHS)
Sumber: Bank Indonesia
(Rp miliar) (Rp)
-50
0
50
100
150
200
250
300
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Total Transaksi PTD (LHS) Pertumbuhan Transaksi PTD (RHS)
Sumber: Bank Indonesia
(Rp miliar) (%, yoy)
Antar Wilayah RI; 29.1%
Ke Luar Wilayah RI; 53.1%
Dari Luar Wilayah RI;
17.8%
Sumber: Bank Indonesia
55 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Realisasi belanja Pemerintah Daerah (Pemda) dan belanja Pemerintah Pusat melalui
APBN di daerah relatif masih rendah, sementara realisasi pendapatan Pemda
menurun.
Meskipun postur anggaran pendapatan dan belanja Pemda di wilayah Kepri
relatif14)
lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya, realisasi belanja yang masih
rendah belum mampu menjadi stimulus di tengah perlambatan ekonomi Kepri. Pada
triwulan II 2015, realisasi pendapatan tercatat sebesar Rp3.804 miliar atau hanya mencapai
33,5% lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja
sebesar Rp3.521 miliar atau mencapai 27,4% dari total pagu anggaran, lebih tinggi
dibanding realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp3.200 miliar atau 26,3% dari total
anggaran belanja 2014. Total anggaran pendapatan Pemda di Kepri15) pada 2015 sebesar
Rp11.366 miliar meningkat dibanding 2014 sebesar Rp11.184 miliar. Sementara total
anggaran belanja Pemda di Kepri pada 2015 sebesar Rp12.862 miliar, meningkat
dibandingkan 2014 sebesar Rp12.771 miliar.
REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU 4.1.
Anggaran dan Realisasi Pendapatan 4.1.1.
Realisasi pendapatan Pemda di wilayah provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2015
sebesar Rp3.804 miliar atau hanya mencapai 33,5% dari total anggaran pendapatan.
Capaian realisasi pendapatan Pemda sampai akhir semester I tersebut lebih rendah dibanding
realisasi pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp4.160 miliar atau 38,4% dari total
anggaran pendapatan 2014. Menurunnya realisasi pendapatan terutama dipengaruhi
rendahnya realisasi pendapatan asli daerah (PAD) yang hanya sebesar 19,8% atau Rp470
miliar pada triwulan II 2015 lebih rendah dibanding pada triwulan II 2014 sebesar 38,59%
atau Rp782 miliar. Sementara realisasi pendapatan Pemda dari dana perimbangan relatif
sama dengan tahun sebelumnya sebesar 37,5% atau sebesar Rp2.867 miliar.
14)
Berdasarkan rasio kemandirian, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan I 2015 dengan rasio kemandirian 2015 sebesar 0,31 lebih tinggi dibanding rasio anggaran 2014 sebesar 0,29.
15) Terdiri atas Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kab.Karimun, Kab. Bintan, Kab. Lingga, Kab.
Natuna, dan Kab. Anambas.
56 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Rendahnya realisasi PAD terjadi pada seluruh komponennya baik pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang
sah. Menurunnya PAD dipengaruhi melambatnya kinerja sektor ekonomi utama Kepri
sehingga menekan pendapatan dari pajak daerah. Pendapatan pajak daerah hanya terealisasi
sebesar Rp364 miliar atau 18,9% lebih rendah dibanding pada triwulan II 2014 yang
mencapai Rp478 miliar.
Berdasarkan wilayah, nilai pendapatan terbesar yang dianggarkan Pemda antara lain
Kepri dengan porsi sebesar 28,39%, diikuti Batam sebesar 19,02%, kemudian Natuna
sebesar 12,14% sedangkan Tanjungpinang memiliki porsi pendapatan terkecil sebesar
7,31%. Sementara itu, realisasi pendapatan terbesar sampai dengan triwulan II 2015
dicatatkan oleh Bintan dengan realisasi sebesar 51,16%, kemudian Batam sebesar 40,78%,
dan Tanjungpinang sebesar 39,99%.
Grafik 4.1
Komposisi Realisasi Pendapatan Tw II 2015 Grafik 4.2
Realisasi Pendapatan Pemda Tw II 2015
Tabel 4.1 Realisasi APBD Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2015
Pendapatan Asli Daerah, 20.9%
Dana Perimbangan,
67.3%
Transfer pemerintah pusat
lainnya, 1.9%
Transfer Pemerintah
Provinsi, 2.9%
Lain-lain pendapatan
daerah yang sah, 7.0%
Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pendapatan AsliDaerah
Dana Perimbangan Transfer pemerintahpusat lainnya
Transfer PemerintahProvinsi
Lain-lainpendapatan daerah
yang sah
Anggaran
Realisasi
Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah)
(Rp triliun)
Rp STRUKTUR (%) RpPersentase
Realisasi
Pendapatan Asli Daerah 2,380,654,905,658 20.9% 470,434,067,650 19.8%
Pajak daerah 1,931,739,998,700 17.0% 364,827,811,226 18.9%
Retribusi daerah 132,596,289,371 1.2% 14,427,182,930 10.9%
Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 26,520,801,932 0.2% 18,960,157,643 71.5%
Lain-lain PAD yang sah 289,797,815,655 2.5% 72,218,915,851 24.9%
Dana Perimbangan 7,649,090,563,107 67.3% 2,867,378,970,242 37.5%
62 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Grafik 5.1 Struktur Pekerja Kepri
Meningkatnya jumlah pengangguran tidak hanya berdampak terhadap kondisi
ekonomi tetapi juga kondisi sosial. Dampak negatif peningkatan jumlah pengangguran
terhadap kondisi sosial tercermin dari meningkatnya kriminalitas di Kepri (khususnya Batam).
Kasus kriminal tercatat meningkat, sampai triwulan I 2015 tercatat sekitar 325 kasus kriminal
di Kepri. Masalah sosial lain yang umumnya muncul sebagai dampak peningkatan jumlah
pengangguran antara lain peningkatan kemiskinan, meningkatnya anak putus sekolah, anak
jalanan, pengemis dan gelandangan. Permasalahan sosial tersebut dapat menyebabkan
lingkungan kurang kondusif yang memengaruhi kegiatan bisnis dan investasi, dan bila tidak
segera diatasi akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.2.
Pendapatan Rumah Tangga 5.2.1.
Hasil Survei Tendensi Konsumen16 menunjukkan peningkatan yang tercermin dari
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan II 2015 sebesar 108,82 meningkat dibanding
triwulan sebelumnya sebesar 101,8. Meningkatnya ITK terutama didorong oleh peningkatan
pendapatan masyarakat dan volume konsumsi barang/jasa yang berkenaan dengan pencairan
THR (Tunjangan Hari Raya) dan konsumsi yang meningkat selama Ramadhan dan Idul Fitri.
Meskipun terjadi kenaikan pendapatan dan konsumsi barang/jasa secara umum, namun
kenaikannya tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya sebesar 113,06.
16)
Indeks Tendensi Konsumen adalah indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang yang dihasilkan BPS melalui Survei Tendesi Konsumen (STK)
Pekerja bebas di pertanian; 01% Berusaha dibantu
buruh tetap; 03%
Pekerja bebas di non pertanian;
03%Berusaha dibantu buruh tidak tetap;
04%
Pekerja keluarga/tak dibayar; 04%
Berusaha Sendiri; 17%
Buruh/karyawan; 68%
Sumber: BPS
63 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Grafik 5.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen
Nilai Tukar Petani (NTP) 5.2.2.
Kesejahteraan petani menurun pada triwulan II 2015, tercermin dari peningkatan Nilai
Tukar Petani. NTP17) pada triwulan laporan sebesar 98,92, lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya sebesar 100,14. NTP yang menurun menunjukkan penurunan nilai tukar produk
pertanian dengan barang/jasa yang diperlukan petani baik untuk dikonsumsi maupun untuk
memenuhi kebutuhan produksi pertanian. Angka NTP sebesar 98,92 mengindikasikan bahwa
terjadi defisit dimana hasil yang didapatkan lebih rendah dari biaya yang telah dikeluarkan.
Tabel 5.3
Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri
17)
NTP diatas 100 menunjukkan bahwa nilai indeks yang diterima oleh petani lebih tinggi dibanding nilai indeks yang dibayarkan oleh petani (terjadi surplus). Sementara NTP dibawah 100 menunjukkan bahwa nilai indeks yang diterima oleh petani lebih rendah dibanding nilai indeks yang dibayarkan oleh petani (terjadi defisit)
90
95
100
105
110
115
120
125
130
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Indeks Tendensi Konsumen Pendapatan Rumah Tangga
Pengaruh inflasi thd tingkat konsumsi Tingkat Konsumsi makanan dan non makanan
Sumber : BPS Provinsi Kepri
I II III IV I II
1. Tanaman Pangan
a. Indeks yang Diterima (It) 108.24 109.45 109.48 110.44 111.58 116.37
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 107.75 108.12 109.22 112.88 115.78 117.19
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 100.45 101.23 100.24 97.89 96.37 99.30
2. Hortikultura
a. Indeks yang Diterima (It) 106.57 105.81 108.09 112.47 117.21 117.28
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 107.52 107.86 109.04 112.06 114.61 115.78
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 99.13 98.10 99.13 100.37 102.27 101.30
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks yang Diterima (It) 103.10 102.43 102.14 98.91 99.67 100.68
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 108.40 108.69 109.87 113.09 116.05 117.38
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 97.95 94.24 93.27 87.49 85.88 85.43
4. Peternakan
a. Indeks yang Diterima (It) 110.33 111.00 114.18 114.41 115.49 115.42
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 104.57 104.81 105.67 108.10 109.42 110.51
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 105.51 105.91 108.05 105.86 105.55 104.44
5. Perikanan
a. Indeks yang Diterima (It) 113.43 113.88 117.90 121.15 126.15 123.55
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 106.78 107.14 107.83 111.83 114.61 116.04
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 106.23 106.28 109.34 108.39 110.07 106.57
Umum
a. Indeks yang Diterima (It) 108.30 108.27 110.43 111.47 114.36 114.24
b. Indeks yang Dibayar (Ib) 107.07 107.39 108.37 111.66 114.20 115.49
c. Nilai Tukar Petani (NTP) 101.15 100.82 101.91 99.86 100.14 98.92
Sumber: BPS Kepri
2015Keterangan
2014
64 │KEKR Provinsi Kepulauan Riau ▪ Triwulan II 2015
Berdasarkan subsektor, penurunan NTP tertinggi dicatatkan oleh subsektor tanaman
pangan dan tanaman perkebunan rakyat yang mengalami defisit sebesar 99,30 dan 85,43.
Kondisi tersebut dipengaruhi menurunnya harga pada komoditas sayur-sayuran yang
sebelumnya mengalami kenaikan cukup tinggi serta harga jual komoditas hasil perkebunan
yang masih rendah di pasar global. Secara triwulanan, hampir seluruh sektor mengalami
penurunan kecuali sektor tanaman pangan.
Grafik 5.3
Perkembangan NTP Grafik 5.4
NTP Berdasarkan Subsektor
Di sisi lain, Indeks Konsumsi Rumah Tangga Pedesaan (IKRT) masih meningkat 1,37%
(qtq) pada triwulan laporan, meski demikian peningkatannya masih lebih rendah dibanding
triwulan 3,15% (qtq). Secara umum terjadi kenaikan pada keseluruhan kelompok barang,
namun kenaikan IKRT terutama didorong kelompok transportasi dan komunikasi dan
kelompok sandang yang meningkat sebesar 3,58% (qtq) dan 3,26% (qtq).
Tabel 5.4 Perkembangan Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Sampai September 2014, tingkat kesejahteraan penduduk Kepulauan Riau masih
lebih baik dibanding nasional. Hal tersebut terlihat dari indikator kemiskinan antara lain:
persentase penduduk miskin 6,40% (124.171 orang), sementara nasional mencapai 10,96%.
97
98
99
100
101
102
103
90
95
100
105
110
115
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (rhs)
Sumber: BPS
80
85
90
95
100
105
110
115
I II III IV I II
2014 2015
Umum Tanaman PanganTanaman Perkebunan Rakyat HortikulturaPeternakan Perikanan