Top Banner
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN DINDING RANGKA BAJA TIPE BALTIMORE TRUSS DI ATAS SUNGAI CIMENENG KABUPATEN CILACAP Disusun Oleh: Nama Agus Setiawan No. Mhs 98 511078 Nama Erwin Fuadi No. Mhs 98 511 178 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2003
259

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Oct 19, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JEMBATAN DINDING RANGKA BAJA

TIPE BALTIMORE TRUSS DI ATAS SUNGAI CIMENENG

KABUPATEN CILACAP

Disusun Oleh:

Nama Agus Setiawan

No. Mhs 98 511078

Nama Erwin Fuadi

No. Mhs 98 511 178

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2003

Page 2: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JEMBATAN DINDING RANGKA BAJATIPE BALTIMORE TRUSS DI ATAS SUNGAI CIMENENG

KABUPATEN CILACAP

Diselesaikan oleh

Agus SetiawanErwin Fuadi

98 511078

98 511 178

Telah diperiksa dan disetujui oleh

lr. Fatkhurrahman NS, MT

Dosen Pembimbing I

lr. Helmy Akbar Bale, MT

Dosen Pembimbing II Tanggal

Page 3: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

KATA PENGANTAR

5 ffig a

Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua, khususnya kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang merupakan salah

satu syarat guna memperoleh derajat kesarjanaan S-1 ( Strata Satu ) pada Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.

Selama proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini

penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Ir. H. Widodo, MSCE, PhD, selaku Dekan Fakultas Teknik

Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.

2. Bapak Ir. Fatkhurrahman NS, MT, selaku Dosen Pembimbing I.

3. Bapak Ir. Helmy Akbar Bale, MT, selaku Dosen Pembimbing II.

4. Bapak Ir. H. Ilman Noor, MSCE, selaku Dosen Tamu.

5. Bapak Ir. H. Munadir, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.

6. Kedua Orang Tua dan Saudara-saudara Kami tercinta yang dengan kasih

sayangnya telah membekali penulis dengan doa dan semangat.

iii

Page 4: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

7. Sahabat dan rekan-rekan di lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Islam Indonesia yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu.

8. Semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu tugas akhir ini hingga selesai.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik dari segi

materi maupun susunan bahasanya yang membuat tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat

memberikan manfaat dan dorongan bagi peningkatan kemampuan penulis.

Akhir kata, semoga tulisan yang sederhana ini sungguh-sungguh berguna

bagi pembaca.

AlhamduHUahirrabbil'alamin

Yogyakarta, Juli 2003

Penulis

IV

Page 5: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL j

HALAMAN PENGESAHAN n

KATA PENGANTAR jjj

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL xil

DAFTAR SIMBOL xiii

DAFTAR ISTILAH xv

DAFTAR LAMPIRAN xvii

ABSTRAKSI xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan Penulisan 3

1.3. Batasan Masalah 3

1.4. Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Komponen Struktur Jembatan Rangka Baja Tipe Baltimore Truss

10

v

Page 6: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

3.2. Pembebanan Menurut AASHTO-LRFD

Bridge Specification 13

3.2.1. Beban Gravity 13

3.2.2. Beban Lateral 16

3.3. Analisis Jembatan Rangka Berdasarkan AASHTO-LRFD 1994

17

3.3.1. Asumsi 17

3.3.2. Kapasitas Nominal BatangTekan 17

3.3.3. Menentukan Kapasitas Batang Tarik 21

3.3.4. Analisis Sistem Batang Pengekang (Lateral

Bracing) 23

3.3.5. KekuatanBaut 25

3.3.6. Perhitungan Blok Geser [Blok Shear) 28

3.3.7. Perhitungan Keadaan Batas Menurut

LRFD-AASHTO 1994 28

3.3.8. Perencanaan Struktur Bawah 31

3.3.8.1. Perencanaan Abutment 31

3.3.8.2. Perencanaan TiangPancang 33

BAB IV METODOLOGI PERENCANAAN

4.1. Waktu Penulisan 38

4.2. Data Struktur 38

4.3. Variabel Penulisan 38

4.4. Tahap Analisa 38

vi

Page 7: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

4.5. Flow C'hart Perhitungan 40

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Perencanaan Awal Pembebanan 43

5.2. Pembebanan Menurut AASHTO-LRFD Bridge Specification

.43

5.2.1. Perhitungan Beban Hidup 43

5.2.2. Perhitungan Beban Mati 45

5.2.2.1. Perhitungan Pelat Lantai 48

5.2.2.2. Perhitungan Gelagar Memanjang 54

5.2.2.3. Perhitungan Lenturan Biaksial

{Biaxial Bending) 56

5.3 Perhitungan Beban Angin 59

5.4 Perhitungan GayaRem 66

5.5 Perhitungan Kombinasi Pembebanan Berdasarkan Metode

AASHTO-LRFD 1994 67

5.6 Perencanaan Batang Tekan 68

5.7 Perencanaan Batang Tarik 71

5.8 Perhitungan Sambungan Joint 73

5.9 Perhitungan Kapasitas Ujung Jembatan Rangka Baja 78

5.10 Perhitungan Kapasitas Ujung Profil Pada Portal 79

5.11 Perhitungan Defleksi Dengan Metode Virtual Work 83

5.12 Perhitungan Beban Rangka Jembatan 85

5.13 Perhitungan Kontruksi Bagian bawah 86

VI1

Page 8: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

4.5. blow ('hart Perhitungan 40

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Perencanaan Awal Pembebanan 43

5.2. Pembebanan Menurut AASHTO-LRFD Bridge Specification

43

5.2.1. Perhitungan Beban Hidup 43

5.2.2. Perhitungan Beban Mati 45

5.2.2.1. Perhitungan Pelat Lantai 48

5.2.2.2. Perhitungan Gelagar Memanjang 53

5.2.2.3. Perhitungan Lenturan Biaksial

(Biaxial Bending) 55

5.3 Perhitungan Beban Angin 59

5.4 Perhitungan Gaya Rem 66

5.5 Perhitungan Kombinasi Pembebanan Berdasarkan Metode

AASHTO-LRFD 1994 67

5.6 Perencanaan Batang Tekan 68

5.7 Perencanaan Batang Tarik 71

5.8 Perhitungan Sambungan Joint 73

5.9 Perhitungan Kapasitas Ujung Jembatan Rangka Baja 78

5.10 Perhitungan Kapasitas Ujung Profil Pada Portal 79

5.11 Perhitungan Defleksi Dengan Metode Virtual Work 83

5.12 Perhitungan Beban Rangka Jembatan 85

5.13 Perhitungan Kontruksi Bagian bawah 86

vn

Page 9: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5.13.1 Mencari Nilai Data Tanah dari Data Sondir 86

5.13.2 Mencari Reaksi-reaksi Pada Abutment 89

5.13.3 Perencanaan Penulangan Abutment 93

5.13.4 Perencanaan Tulangan Konsol 96

5.13.5 Mencari Reaksi-reaksi yang Terjadi Pada Poor (Kaki

Abutment) 98

5.13.6 Menentukan Jumlah Tiang Pancang 106

5.13.7 Perhitungan Reaksi-reaksi yang Terjadi Pada Poor ..114

5.13.8 Perencanaan Tulangan Poor 116

5.13.9 Mencari Momen Nominal (Mn) Maksimum Pada Tiang

Pancang 121

5.13. lOPerencanaan Penulangan Tiang Pancang 123

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan 126

8.2. Saran 127

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vm

Page 10: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagian-bagian jembatan rangka baja pendekatan tipe Baltimore

truss

Gambar 3.2 Beban rencana AASHTO untuk Truk

Gambar 3.3 Beban rencana AASHTO untuk Tandem

Gambar 3.4 Beban rencana AASHTO untuk Beban jalur

Gambar 3.5 Gay a-gaya yang bekerja pada saat pengereman

Gambar 3.6 Kurva untuk desain kolom

Gambar 3.7 Rasio batas lebar-tebal profil I

Gambar 3.8 Pola lubang penampang pada elemen tarik

Gambar 3.9 Distribusi angin pada Top lateral bracing

Gambar 3.10 Distribusi angin pada Bottom lateral bracing

Gambar 3.11 Blok geser pelelehan geser dan patah tarik

Gambar 3.12 Blok geser pelelehan patah dan geser

Gambar 3.13 Penampang Abutment

Gambar 3.14 Grafik hubungan gaya horisontal (Ho) dan momen luar (Mo)

Gambar 3.15 Gambar momen tiang pancang pada tanah

Gambar 5.2 Potongan tampang lintang dari jembatan rangka baja

Gambar 5.3 Distribusi beban mati pada rangka

Gambar 5.4 Pelat lantai dengan dukungan tepi terjepit elastis

ix

Page 11: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gambar 5.5 Penulangan pelat lantai jembatan

Gambar 5.6 Penampang komposit

Gambar 5.7 Gambar bidang tekan-tarik penampang komposit

Gambar 5.8 Profil penampang gelagar melintang

Gambar 5.9 Tabel beban slab, aspal, girder dan kendaraan pada gelagar

Gambar 5.10 Momen dan gaya lintang lenturan dua arah pada gelagar melintang

Gambar 5.11 Gaya angin yang bekerja pada rangka atas dan bawah pengaku

angin pada kondisi unloaded dan loaded

Gambar 5.12 Gaya angin yang bekerja pada rangka atas pengaku angin

( Unloaded)

Gambar 5.13 Gaya angin yang bekerja pada rangka bawah pengaku angin

( Unloaded)

Gambar 5.14 Gaya angin yang bekerja pada rangka atas pengaku angina

( Loaded)

Gambar 5.15 Gaya angin yang bekerja pada rangka bawah pengaku angina

(Loaded)

Gambar 5.16 Gaya rem yang bekerja

Gambar 5.17 Kurva untuk desain kolom

Gambar 5.18 Penempatan gaya yang bekerja pada portal ujung struktur jembatan

rangka baja

Gambar 5.19 Portal I struktur jembatan rangka baja

Gambar 5.20 Penempatan beban 1 kN di tengah bentang

Gambar 5.21 Penempatan beban mati pada tiap joint

Page 12: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

DAF

<. dinamik

in yang bekerj

Jesain dari ban

stan untuk kon

ng maksimum

ig akibat bebar

r gaya dan mor

ig akibat beban

ig akibat beban

ig akibat beban

ig akibat beban

uk masing-masi

aat tekan rencan

aat tarik rencana

geser tumpu dan

in beban rangka

Gambar 5.22 Penampang Abutment

Gambar 5.23 Gaya-gaya pada penampang Abutment

Gambar 5.24 Pondasi tiang pada Abutment

Gambar 5.25 Simpangan dan momen lentur ujung atas tiang tak ditahan

Gambar 5.26 Gambar penulangan tiang pancang

XI

Page 13: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

DAFTAR SIMBOL

Ab = Luas penampang lintang

Ag = Luas penampang lintang bruto

As = Luas tampang profil

b = Setengah dari lebar sayap pada baja profil I

bf = Lebar sayap profil baja

d = Diameter nominal baut

Dc = Panjang badan bagian tekan pada daerah elastis

Dcp= Panjang badan bagian tekan pada daerah elastis

E = Modulus elastisitas baja

Fc = Tegangan pada sayap profil

Fn = Ketahanan nominal untuk tampang kompak

Fu = Kekuatan tarik baja yang membentuk bagian yang disambungkan

Fbu = Kekuatan tarik bahan baut

Fy = Tegangan leleh baja

FyC ~ Tegangan leleh pada sayap profil baja

h = Tinggi baja profil I

k = Koefisien tekuk pelat

K = Faktor panjang efektif

n = Banyaknya bidang geser yang terlibat pada sambungan

Xitl

Page 14: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Mn= Momen nominal

Mp= Momen plastis

Pn = Kekuatan nominal dari batang tekan

Pr = Kekuatan nominal dari batang tekan yang telah direduksi

Pny= Kekuatan tarik nominal untuk leleh

Qi = Efek beban

Rn = Ketahanan nominal

t = Ketebalan pada bagian yang disambung

tf = Ketebalan sayap profil untuk klasifikasi tampang

tw = Tebal badan profil

X = Nilai kelangsingan batang tekan

<!> = Faktor ketahanan

Of = Faktor ketahanan untuk lendutan

<I>y = Faktor ketahanan untuk tegangan leleh pada batang tekan

n = Konstanta dengan nilai 3.14159

r\ = Faktor pengali beban

yi = Faktor beban

Kit/xiv

Page 15: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

DAFTAR ISTILAH

Fatigue load : Beban grafitasi berupa beban lelah struktur.

Garis Pengaruh : Garis yang menunjukkan be.sarnya ordinat, yangjika dikalikan

dengan muatan yang pada perjalanannya berada tepat diatas

ordinat tersebut mendapatkan besarnya besaran itu untuk suatu

titik tertentu ( potongan tetap, muatan bergerak ).

: Beban angin atas pada rangka pengaku angin ( pihak angin ).

: Beban angin bawah pada rangka pengaku angin ( sisi belakanu

angin ).

: Keadaan batas kekuatan dengan kombinasi beban ulama (tetap)

yang berhubungan erat dengan ialu-lintas normal yang

digunakan pada perencanaan jembatan dengan kecepatan angin

90 km/jam.

: Keadaan batas layan pada kombinasi beban yang digunakan

hanyan untuk elemen struktur baja, dan untuk mengontrol

luasan dan slip dari slip kritis yang berhubungan tepat dengan

beban lalu-lintas.

Windward

Leeward

Strength V

Service II

Loaded Suatu keadaan terbebani.

Unloaded : Suatu keadaan tak terbebani.

Top chord : Rangka pengaku angin bagian atas.

xv

Page 16: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Bottom chord

AISC

ASTM.

AASHTO

: Rangka pengaku angin bagian bawah.

American Institute ofSteel Construction.

American Society for Testing andMaterials.

American Association of Slate Highway and Transporta!ion

Officials.

XVI

Page 17: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

DAFTAR LAM PI RAN

LAMPIRAN 1

1. Gambar 5.1 Garis pengaruh

2. Tabel 5.1 Tabel garis pengaruh

LAMPIRAN 2

1. Gambar penamaan batang rangka utama

2. Gambar penamaan batang rangka angin atas

3. gambar penamaan batang rangka angin bawah

4. Tabel 5.10 Kombinasi beban rangka utama berdasarkan metode

AASHTO-LRFD 1994

5. Tabel 5.12 Kekuatan batang tekan pada rangka utama {Main Truss)

6. Tabel 5.13 Rasio tebal batang tekan pada rangka utama (Main Truss)

1. Tabel 5.14 Rasio kelangsingan batang tekan pada rangka utama {Main

Truss)

8. Tabel 5.15 Kekuatan batang tekan pada rangka atas pengaku angin {Top

Chord)

9. Tabel 5.16 Rasio tebal batang tekan pada rangka atas pemgaku angin ( Top

Chord)

xvu

Page 18: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

10. Tabel 5.17 Rasio kelangsingan batang tekan pada rangka atas pengaku

angin ('Top Chord)

11 Tabel 5.18 Kekuatan batang tekan pada Bottom Chord

12. Tabel 5.19 Rasio tebal batang pada Bottom Chord

13. Tabel 5.20 Rasio kelangsingan batang tekan pada Bottom Chord

14. Tabel 5.22 Kriteria leleh batang tarik rangka utama (Main Truss)

15. Tabel 5.23 Rasio kelangsingan batang tarik pada rangka utama (Main

Truss)

16. Tabel 5.24 Kriteria leleh batang tank Top Chord

17. Tabel 5.25 Rasio kelangsingan batang tarik 7b/? Chord

18. Tabel 5.26 Kriteria leleh batang tarik Bottom Chord

19. Tabel 5.27 Rasio kelangsingan batang tarik Bottom Chord

20. Gambar Profil Batang Rangka Utama, Angin Atas dan Angin Bawah

LAMPIRAN 3

1. Tabel 5.29 Perhitungan Jumlah Baut Rangka Utama

2. Tabel 5.30 Perhitungan Jumlah Baut Pada Top Chord

3. Tabel 5.31 Perhitungan Jumlah Baut Pada Bottom Chord

4. Tabel 5.32.a.Jarak Baut Sayap Pada Rangka Utama

5. Tabel 5.32.b.Jarak Baut Badan Pada Rangka Utama

6. Tabel 5.33 Cek Kapasitas Profil Rangka Utama Terhadap Leleh dan

Fracture

7. Tabel 5.34 Kapasitas Profil Pada Rangka Top Chord

xvm

Page 19: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

8. Tabel 5.35 Kapasitas Profil Pada Rangka Bottom Chord

9. Tabel 5.36 Cek Kapasitas Profil Rangka Top Chord

10. Tabel 5.37 Cek kapasitas Profil Rangka Bottom Chord

11. Tabel 5.38 Perhitungan Blok Geser Pada Sayap Rangka Utama

12. Tabel 5.39 Perhitungan Blok Geser Pada Badan Rangka Utama

13. Tabel 5.40 Hasil Perhitungan Portal Ujung Jembatan Rangka Baja

14. Tabel 5.41 Tabel Defleksi Pada Rangka dengan Metode Virtual Work

Akibat Beban Hidup

15. Tabel 5.42 Tabel Defleksi Pada Rangka dengan Metode Virtual Work

Akibat Beban Hidup

16. Tabel 5.43 Tabel Defleksi Pada Rangka dengan Metode Virtual Work

Akibat Beban Mati

17. Gambar 5.27 Gambar-gambar Rangka Utama, Ikatan Angin dan Struktur

Bawah

LAMPIRAN 4

1. Lembar Kartu Peserta Tugas Akhir

2. Lembar Catatan Konsultasi Tugas Akhir

Tabel Pelengkap :

1. Tabel Data Sondir

2. Tabe1Load Combination and Load Factor

3. Tabel Load Factorfor Permanent Loads

4. Tabel Resistance Factorfor TheStrength Limit State

5. Gambar Diagram Mn-Pn

j

xix

h

Page 20: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

ABSTRAKSI

Jembatan merupakan sarana transportasi yang memudahkan masyarakatuntuk mencapai suatu daerah secara mudah dan cepat. Pada bulan Desember 2002terjadi banjir di Kabupaten Cilacap yang mengakibatkan jembatan sungaiCimeneng yang menghubungkan desa Kamulyan dan desa Bulusari runtuh karenapondasi pilar penyangga terkikis oleh air sungai Cimeneng. Untuk itu perludibangun jembatan baru dengan perencanaan tanpa pilar ditengah bentang untukmenghindari penggerusan disekitar pondasi pilar jembatan tersebut.

Perencanaan pembebanan berdasarkan Pedoman Perencanaan JembatanJalan Raya (PPPJJR) 1987, sementara dalam perkembangannya jenis Truk yangdigunakan pada saat ini cenderung lebih panjang, lebih besar dan mengangkutbeban lebih banyak seperti pada desain Truk menurut peraturan pembebananAASHTO-LRFD 1994.

Penggunaan metode AASHTO-LRFD 1994 menjadi alternatif metodeperencanaan, dengan tujuan merencanakan dimensi struktur rangka yangmenjamin tingkat keamanan dan kegunaan yang cukup baik. Jenis struktur rangkayang banyak dicapai untuk bentang panjang umumnya menggunakan rangka bajatruss, dengan keuntungan sesuai untuk bentang panjang dan lendutan yang terjadirelatif kecil sehingga dalam perencanaannya memungkinkan tanpa menggunakanpilar serta dapat dibangun dapalam waktu yang relatif pendek. Dengan bentukBaltimore truss tipe yang cukup stabil dan praktis sehingga tipe ini cocok untukkondisi dilapangan.

Analisis pembebanan rangka dilakukan dengan perhitungan beban mati danhidup berdasarkan spesifikasi AASHTO. Dan untuk analisis desain elemen rangkadigunakan metode LRFD Bridge Spesification dengan perencanaan keadaan batas( Limit State Design ). Kondisi batas terdiri dari batas layan ( Service Limit State ),kondisi batas leleh ( Fatigue Limit State ), kondisi batas fraktur dan kekuatan(Strength and Fracture Lmit State ). Dari beberapa perhitungan tersebut dapatdirencanakan dimensi elemen rangka sesuai dengan gaya batang maksimum.Perencanaan desain metode LRFD ini menggunakan pendekatan beban kerjarencana dikalikan dengan faktor beban, dan struktur direncanakan untuk menahanbeban-beban terfaktor tersebut pada kapasitas batasnya, sehingga diperolehdimensi elemen struktur rangka yang aman.

Untuk perencanaan struktur bawah digunakan tipe Abutment T terbalikdengan mempertimbangkan ketinggian Abutment yang telah direncanakan.Dengan kondisi tanah berlempung maka pondasi direncanakan denganmenggunakan tiang pancang berbentuk bujur sangkar.

Page 21: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

BAB I

PENDAHULIAN

1.1 Latar Belakang

Jembatan merupakan sarana transportasi yang memudahkan masyarakat

untuk mencapai suatu daerah secara mudah dan cepat. Mengingat kondisi

topografi Indonesia yang terdapat sungai atau laut maka jembatan adalah sarana

transportasi yang sangat diperlukan oleh masyarakat Indonesia. Pada bulan

Desember 2002 terjadi banjir di Kabupaten Cilacap yang mengakibatkan

jembatan sungai Cimeneng yang menghubungkan desa Kamulyan dan desa

Bulusari runtuh karena pondasi pilar penyangga terkikis oleh air sungai

Cimeneng. Untuk itu perlu dibangun jembatan baru dengan perencanaan tanpa

pilar ditengah bentang untuk menghindari penggerusan disekitar pondasi pilar

jembatan tersebut.

Perkembangan tranportasi menjadi pertimbangan perubahan sistem

pembebanan pada jembatan, dimana jenis kendaraan bertambah banyak dengan

berat serta ukuran yang semakin besar (dalam hal ini untuk kendaraan Truk). Jenis

Truk yang digunakan untuk peraturan pembebanan di Indonesia masih

menggunakan desain Truk berdasarkan Pedoman Perencanaan Jembatan Jalan

Raya (PPPJJR) 1987, sementara dalam perkembangannya jenis Truk yang

Page 22: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

digunakan pada saat ini cenderung lebih panjang, lebih besar dan mengangkut

beban lebih banyak seperti pada desain Truk menurut peraturan pembebanan

AASHTO-LRFD 1994.

Kontruksi rangka baja merupakan pilihan yang tepat dalam pembangunan

jembatan Cimeneng, karena jenis struktur ini cukup sesuai digunakan pada

jembatan Cimeneng yang bentangnya relatif panjang karena mempunyai lendutan

yang terjadi relatif kecil dan pengerjaannya relatif lebih baik serta tidak

memerlukan waktu yang lama. Terdapat beberapa tipe jembatan rangka baja

antara lain :

1. Warren truss

2. Double Warren truss

3. Howe truss

4. Chirved-chord Pratt truss

5. Baltimore truss

6. Pettit truss

7. K-truss

Perencanaan jembatan sungai Cimeneng ini dengan model Baltimore truss

yang dibahas lebih lanjut dalam bab selanjutnya.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah merencanakan desain jembatan

dinding rangka baja dengan meniadakan pilar penyangga dengan metode LRFD-

Page 23: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

AASHTO 1994, sehingga diharapkan ketika terjadi banjir struktur jembatan akan

tetap stabil dan kuat.

1.3 Batasan Masalah

Agar penulisan tidak menyimpang dari tujuan maka diberikan batasan-

batasan sebagai berikut:

1. Keseluruhan panjang bentang L = 60 m dan lebar bentang B = 4 m.

2. Jembatan dirancang dengan jalan kelas III A.

3. Tinggi jembatan ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk

setempat dengan tinggi sisi bawah gelagar = 8 m.

4. Rangka jembatan direncanakan dengan tipe Baltimore truss.

5. Desain elemen rangka jembatan dengan metode LRFD.

6. Kontrol kekuatan sambungan ditinjau pada kekuatan baut terhadap geser dan

tumpu.

7. Elemen-elemen struktur menggunakan baja profil I.

8. Analisis pembebanan menggunakan AASHTO.

9. Perencanaan struktur jembatan menggunakan program SAP 2000.

10. Perhitungan defleksi ditengah bentang ditinjau akibat beban hidup dan beban

mati.

11. Perencanaan Abutment menggunakan data sondir tanah lempung dari lokasi

lainnya.

Page 24: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi perencana jembatan khususnya

dengan menggunakan rangka baja tipe Baltimore truss.

2. Mensosialisasikan metode LRFD-AASHTO 1994, dimana metode ini belum

banyak digunakan di Indonesia untuk perencanaan jembatan.

Page 25: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jembatan adalah suatu fasilitas bangunan jalan yang berfungsi mendukung

lalu lintas jalan raya atau beban-beban bergerak yang terletak diatas suatu

rintangan atau tempat yang rendah seperti kali, sungai, terusan, jalan raya atau rel

kereta api. Jalan tersebut dapat berupa lintasan kereta api, jalan raya, jalan kecil,

atau kombinasi semuanya (Bindra,1992).

Struktur jembatan secara urnurn terdiri dari 2 bagian utama yaitu struktur

atas dan struktur bawah. Struktur atas adalah bagian jembatan yang mendukung

beban lalu-lintas secara langsung dan meneruskan beban tersebut ke struktur

bawah. Sedangkan struktur bawah adalah jembatan yang mendukung beban sari

struktur atas dan meneruskan beban tersebut ke tanah dasar (Troitsky M.S.,

1994)

Untuk rangka batang yang hanya memikul beban vertikal, pada batang tepi

atas umumnya timbul gaya tekan dan pada tepi bawah umumnya timbul gaya

tarik. Apabila beban-beban tersebut bekerja langsung pada batang maka akan

timbul tegangan lentur pada batang tersebut, selain juga tegangan aksial tekan

atau tarik yang umumnya ada pada rangka batang. ( Schodek, 1991).

Page 26: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Bagian konstruksi yang mengangkat beban transversal yang menghasilkan

momen lentur dan gaya lintang dengan tahanan lentur sebagai parameter desain

sering dijumpai pada balok atau gelagar (Bowles, 1980).

Balok dukunga sederhana yang diberi beban memiliki satu titik yang

momennya maksimum. Makin besar beban yang diberikan, makin besar pula

momennya. Jika beban besar, material akan terdeformasi secara cepat dan

defieksinya juga semakin besar. (Beedle, 1958).

Dalam perencanaan struktur rangka baja, tempat pertemuan batang batang

sering diasumsikan sebagai keadaan ideal seperti keadaan sendi maupun jepit

sempurna. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi

dilapangan, sambungan pada joint dipakai sambungan las, baut, dan paku keling.

Sifat dan sambungan tersebut tidak sama persis dengan keadaan ideal seperti

sendi maupun jepit sempurna. (Padosbajayo, 1991).

Untuk membentuk struktur rangka baja diperlukan alat sambung. Salah satu

alat sambung yang biasa digunakan pada struktur jembatan rangka baja adalah

baut. ASTM menunjukkan dua tipe dasar baut berkekuatan tinggi yaitu A325 dan

A490 (Salmon-Johnson,1992)

Untuk menghasilkan ketahanan terhadap lentur secara penuh pada elemen

komposit, geser horizontal harus bisa ditahan antara permukaan tampang baja

dengan slab beton. Pada jembatan komposit menerus, penyambung geser sering

digunakan di seluruh sepanjang jembatan. Perletakan penyambung geser pada

kawasan momen negatif mencegah peralihan tiba-tiba dari keadaan komposit ke

tampang non komposit dan ketidakmampuan dalam ketahanan dan kesesuaian

Page 27: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

terhadap lentur sepanjang jembatan (Slutter dan Fisher, 1967). Ada dua keadaan

batas ditentukan untuk ketahanan penahan penyambung geser (Barker-Puckett,

1997) sebagai berikut:

1. Keadaan batas kelelahan/kegagalan dapat diketahui pada level tegangan di

dalam jangkauan elastis.

2. Keadaan batas kekuatan tergantung pada perilaku plastis dan redistribusi

gaya geser horizontal antara penyambung.

Pada perencanaan terhadap tarik, elemen tidak selalu terkontrol dengan

persamaan kekuatan tarik pada umumnya dan kekuatan baut atau las pada

sambungan, kondisi mungkin dapat terkontrol dengan blok geser. Kelelahan pada

elemen dapat terjadi pada titik sambungan dengan elemen struktur yang

melibatkan tarik pada satu sisi dan geser pada arah tegak lurus sisi (Mac.

Cormac, 1995). Berdasarkan spesifikasi LRFD keadaan perencanaan ketahanan

blok geser ditentukan sebagai berikut:

1. Perhitungan kondisi patah tarik dan pelelehan geser.

2. Perhitungan kondisi patah geser dan pelelehan tarik.

Pembebanan pada metode AASHTO-LRFD, beban pada jembatan

digolongkan menjadi dua yaitu :beban gravity dan beban lateral. Beban gravity

yang terdiri dari beban tetap dan beban sementara yaitu beban kendaraan, fatigue

load, beban pejalan kaki, beban dek, beban dinamik, dan beban rem. Beban

lateral yang terdiri dari beban angin.

Page 28: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Struktur jembatan baja harus keamanan dan kenyamanan terhadap

kemungkinan kelebihan beban (over load) atau kekurangan kekuatan (under

strength). Untuk itu perlu adanya kondisi batas yaitu kondisi dibawah suatu sistem

jembatan atau komponen jembatan yang bekerja untuk mencapai fungsi sesuai

dengan perencanaan. Kondisi batas terdiri dari kondisi batas layan (service limit

state), kondisi batas leleh fatigue limit state), kondisi batas fracture) dan kondisi

batas kekuatan (strenght limit state). (Puckett-Barker, 1997).

Dalam perhitungan, kekuatan material dalam menahan beban harus lebih

besar dari beban yang bekerja, bahwa kekuatan (resistensi) yang disediakan dalam

desain paling tidak harus sama dengan pemfaktoran beban-beban yang bekerja

(efek dari pembebanan).

Abutment mempunyai dua fungsi pokok. Yaitu mendukung ujung-ujung

jembatan dan menyediakan dukungan lateral paling tidak bagi tanah atau batu

sekitar jembatan dimana arus lalu-lintas melintas diatasnya. Oleh karena itu

abutment merupakan kombinasi dari fungsi pilar dan dinding penahan tanah.

(Peck, Hanson, Thornburn, 1973).

Plastisitas tanah lanau plastis berasal dari prosentase tinggi partikel pelapis

atau zat organik yang besar. Tebal lapisan lanau, jumlah zat organiknya

dipengaruhi oleh keberadaanya, misalnya terbentuk di daerah pantai, danau,

lapisan karang, atau sungai kuno. Bila tanah berada di bawah pennukaan air tanah

dan tidak pernah kering, tanah akan lunak dan kompresibel seperti lempung yang

mempunyai beban pada batas cair. Oleh karena itu lanau plastis mempunyai sifat

serupa dengan lempung lunak sampai mendekati medium. Perencanaan pondasi

Page 29: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

pada tanah lanau plastis dianggap sama dengan perencanaan pada tanah lempung.

Karena pertimbangan ini, pada bab ini lempung dan lanau plastis dianggap sama.

Pada keadaan tertentu pondasi telapak, plat, sumuran, dan tiang pancang

sebagai pendukung sruktur, dibuat diatas tanah lempung dan lanau plastis. Untuk

tiap tipe fondasi diperlukan penelitian tersendiri guna menentukan faktor aman

kapasitas daya dukung fondasi dan perkiraan jumlah penurunan. (Peck, Hanson,

Thornburn,1973)

Ada berbagai bentuk dan jens kepala jembatan dan pilar, tetapi dalam

pemilihannya perlu dipertimbangkan tinggi, macam bangunan atas, kondisi tanah

pondasi, demikian pula kondisi bangunannya. Bentuk struktur dari kepala

jembatan yang umum terdiri dari tiga bentuk yaitu tipe gravitasi, tipe T terbalik,

dan kepala jembatan dengan penopang. (Kazuto Nakazawa, 1983).

Page 30: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Komponen Struktur Jembatan Rangka Baja Tipe Baltimore Truss

Perencanaan ini menggunakan tipe Baltimore Truss karena merupakan tipe

yang cukup sederhana sehingga model ini lebih ekonomis dari segi struktur dan

mengingat penerapannya yang mudah dilapangan dibandingkan tipe lainnya.

Dengan asumsi teori diagram momen bahwa lendutan akan terjadi paling besar

ditengah bentang dan semakin ketepi lendutannya semakin mengecil sehingga

perencanaan rangka utama bagian atas dan bawah jembatan ketengah semakin

besar.

Rangka batang yang dibuat dalam bentuk segitiga adalah stabil sehingga

model rangka batang utama dibuat trapesium yang dapat membuat rangka tetap

stabil dalam menahan gaya-gaya aksial dan lateral.

Batang-batang vertikal dan diagonal yang merupakan rangka utama dan

ikatananginatas maupun bawah berfungsi mengikat joint-jointpada batang utama

yang masih labil dalam menerima gaya-gaya aksial dan lateral menjadi batang

yang stabil selain itu berfungsi untuk mengurangi panjang tekuk setiap batang

utama.

Page 31: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

11

Gaya tarik semakin mengecil ketengah bentang sehingga batang diagonal

yang merupakan batang tank direncanakan semakin ketengah dimensinya

semakin kecil, sebaliknya gaya tekan akan semakin kecil di tengah bentang

sehingga batang vertikal yang merupakan batang desak direncanakan dimensinya

semakin kecil. Komponen struktur jembatan rangka baja dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

Pelat lantai

Ikatan anszin atas

z_

Batang bagian atas (Top chord)(b)

Rangka utama jembatan (a)

\ / \ / \ A \ / \ / \ / \ / \ / \ / \ /

A A A A^A A A A X\ A/ "Vueia«ar meiinianu ' (ielagar memanjang

Batang bagian bawah(Bottom chord)(c)

Gambar 3.1 Bagian-bagian jembatan rangka baja model Baltimore truss

Page 32: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

12

Bagian-bagian struktural dari jembatan rangka bajaadalah sebagai berikut:

a. Lapis permukaan

Lapis permukaan adalah komponen yang berhubungan langsung

dengan pengguna lalu-lintas. Ketebalan lapisan ini bervariasi dari 5-10

cm.

b. Pelat Lantai

Pelat lantai adalah komponen struktural jembatan yang secara

langsung mendukung beban lalu lintas satu arah (one way). Pelat ini

didukung oleh balok-balok gelagar memanjang dan melintang.

c. Gelagar memanjang

Gelagar memanjang adalah balok lantai/girder yang dipasang sejajar

jembatan untuk menerima beban lantai secara langsung yang kemudian

ditumpu oleh gelagar melintang. Prinsip gelagar memanjang

diasumsikan sebagai gelagar sederhana (sendi-rol).

d. Gelagar melintang

Gelagar melintang merupakan gelagar yang menerima beban dari

gelagar memanjang untuk diteruskan ke gelagar induk.

e. Rangka utama

Rangka utama merupakan struktur utama yang mendukung seluruh

beban yang bekerja pada struktur jembatan rangka baja, baik beban

eksternal maupuin beban akibat beban sendiri yang diterima batang-

batang pada rangka sehingga mengalami tarikan aksial (gaya tarik) dan

tekanan aksial (gaya tekan) dapat dilihat pada Gambar 3.1(a). Terdapat

Page 33: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

dua buah rangka pada masing-masing bentang jembatan yang

keduanya diikat secara lateral oleh gelagarmelintang dan ikatan angin.

f. Ikatan Angin

Ikatan angin atas merupakan gaya arah lateral pada rangka yang

diakibatkan oleh gaya angin atas, dimana perencanaan rangkanya

disesuaikan dengan joint pada bagian atas rangka utama jembatan.

Pada rangka diagonal struktur ini berupa rangka batang. diletakkan

pada batang atas dan batang bawah rangka utama, seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 3.1(b)dan (c).

3.2. Pembebanan Menurut AASHTO-LRFD Bridge-Specification

3.2.1 Beban Gravity

Beban gravity adalah beban-beban yang disebabkan oleh berat obyek pada

jembatan. Beban-beban seperti beban tetap dan beban berjalan, dan keduanya

bekerja kearah bawah terhadap pusat bumi (Puckett-Barker, 1997).

1. Beban tetap (Permanent Load)

Beban-beban yang termasuk beban tetap menurut beban AASHTO

1994 yang digunakan dalam perencanaan ini adalah beban mati dari

komponen struktur dan perlengkapan nonstruktur (DC).

2. Beban sementara (Transient Toad) menurut AASHTO 1994

Beban sementara digunakan untuk perencanaan gelagar, terdiri dan

beban truk rencana, beban tandem rencana, beban jalur rencana.

Page 34: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

14

- Truk rencana

Konfigurasi pertama adalah beban Truk rencana yang diiliustrasikan

pada Gambar 3.2.

1 45 KN 145 KN13 M 9.0 r„ | 4 "-: „, I

.35 KN

rnrnn 9.3 N/mrri

Gambar 3.2 Beban rencana AASHTO untuk Truk

- Tandem rencana

Konfigurasi kedua adalah beban tandem rencana dan diilustrasikan

pada Gambar 3.3 terdiri dari 2 sumbu dengan berat 110 KN masing-

masing jaraknya 1200 mm.

110 KN1.2 m

110 KN

\ i

1 i1

tit IHv 9.3 N/mm

Gambar 3.3 Beban rencana AASHTO untuk tandem

-Beban jalur rencana

Merupakan konfigurasi beban yang terdiri dari beban distribusi merata

sebesar 9,3 N/mm dan diasumsikan menempati bagian 3000 mm

secara melintang (Gambar 3.4)

Page 35: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

145 KN 145 KN 35 KN 145 KN 145 KN 35 KN

4. i m

^ ^5=-4.3

^ >*£? ^15 m

V V W M/

4.3 n

<5? 5*4.3 m

•<e 5f

V \s

15

9.3 N/mm

3

Gambar 3.4 Beban rencana AASHTO untuk beban jalur

Gaya Rem (Breaking force)

W

Ma,.

TL TL

FB

N

Gambar 3.5 Gaya-gaya yang bekerja pada saat pengereman

Dari Gambar 3.5 gaya rem (FB) adalah :

FB b.W (3.l.a)

I fv2}b

- KK-SJ,(3.l.b)

v adalah kecepatan rencana kendaraan (m/s), g adalah percepatan

gravitasi (m/s"), W adalah berat kendaraan (kN), s adalah jarak

pengereman (m). Mac adalah energi kinetik karena pengaruh massa dan

kecepatan truk. Untuk kecepatan rencana 90 km/h = 25 m/s dan jarak

pengereman 122 m didapat b adalah 25 %.

Page 36: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

- Beban Dinamik (Dynamic Load)

Beban hidup dapat bersifat statik serta memiliki efek dinamik dan

diperhitungkan pada perencanaan jembatan jalan raya yaitu :

U|.+i = Ui.(l + IM) (3.2)

dengan IM adalah efek beban hidup tambah beban dengan syarat dari beban

dinamik, UL adalah efek beban hidup, IM adalah fraksi dari Tabel 3.1

abel 3.1 Faktor Efek Dinamik

Komponen IM (%)

Join dek-semua kondisi batas 75

Semua komponen lain

Kondisi batas fatigue dan fracture 15

Semua kondisi batas yang lain

3.2.2 Beban Lateral

Beban lateral yang bekerja pada rangka jembatan sungai Cimeneng yang

diperhitungkan adalah gaya angin. Gaya angin menurut AASHTO-LRFD 1994

dapat dilihat pada Tabel 3.2. Gaya angin juga ada pada kendaraan sebesar 1.46

N/m dengan lokasi pada 1.8 m dari permukaan jalan.

Tabel 3.2 Beban Angin yang Bekerja Pada Rangka BajaKomponen struktur Beban Angin Tekan Beban Angin Hisap

(Mpa) (Mpa)

Rangka, kolom, lengkung 0,0024 0,0012

Balok 0,0024 N/A

Permukaan rata yang luas/besar 0,0019 N/A

Page 37: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

17

Kombinasi beban yang digunakan menurut AASHTO-LRFD dalam perencanaan

ini adalah :

- Batas Kekuatan V (Strength Limit V ) : 1,0 DC + 1,35 BR + 1.35 IM +

1,35 LL±0,4 WL

- Batas layan II (Service Limit II) : Defleksi beban kendaraan ditengah

bentang < L/800 dimana L adalah panjang bentang.

Dengan DC (Dead loads component siructure), BR (Breaking force), IM

(Dinamic Load), LL (Vehicular live load), WL (Wind load on Structure).

3.3 Analisis Jembatan Rangka Berdasarkan AASHTO-LRFD 1994

3.3.1Asumsi

Dalam analisis jembatan rangka baja, gaya aksial pada batang diasumsikan

sebagai berikut (Ram Chandra, 1990):

1. Semua batang dari jembatan rangka adalah lurus dan bebas berotasi

pada joint.

2. Semua joint dari jembatan rangka terdapat pada pertemuan pusat gaya

berat batang.

3. Semua beban tennasuk berat sendiri dari batang di tempatkan pada

joint.

3.3.2 Kapasitas Nominal Batang Tekan

Dalam perencanaan batang tekan terhadap dua kriteria yaitu :

a. Kriteria Tekuk Keseluruhan (Overall buckling)

Page 38: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tekuk menyeluruh terjadi pada penampang kompak. Untuk rumus-

rumus kolom pada kriteria tekuk keseluruhan secara ringkas

ditunjukkan pada Gambar 3.6

Pn

By

1.00

0.39

U 0.5 1.0

kolom panjang menengah

Pn = 0.66' Pv

io 2.0 2.5

kolom panjang

——•«

Gambar 3.6 Kurva untuk desain kolom

Fungsi kerampingan Ax diambil sebagai parameter kerampingan

(sebagai ganti KL/r) menurut spesifikasi LRFD. Parameter

kerampingan ax didefinisikan sebagai :

/. AC

/.c- 1 5

( Kb Y Fy\7ir ) E

>.c~ =1.5' = 2.25

•(3.3)

LRFD bertujuan memberikan keamanan yang konstan bagi semua

kolom. Bila kekuatan tersebut bervanasi menurut kerampingan,

tentulah vanasi ini harus dicakup dalam kekuatan nominal Pn .

Page 39: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Kekuatan nominal Pn dari kolom kriteria tekuk keseluruhan :

- Untuk kolom panjang menengah (X < 2.25), kekuatan nominal (Pn)

yaitu :

Pn= 0.66;~ FyAs (3.4)

- Untuk panjang kolom (X > 2.25), kekuatan nominal yaitu :

OMFvAsp„= -: (35)A

Kekuatan tekan (Pr) dari kolom ditentukan dengan mengalikan

kekuatan nominal (Pn) dengan faktor ketahanan untuk kompresi (d>c).

Pr 0c.Pn (3.6)

b. Kriteria tekuk lokal (Tocal buckling)

Untuk kolom dengan rasio lebar/tebal terlalu besar masuk dalam

kriteria tekuk lokal. Batas rasio kriteria tekuk lokal di jelaskan pada

Gambar 3.7.

I b

t„

t ^^Fyh % E

Gambar 3.7 Rasio batas lebar-tebal profil I

Page 40: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Untuk rasio lebar terhadap tebal menggunakan rumus :

Fcrn\E.k

supaya tidak terjadi tekuk lokal maka Fcr = Fy

i-Vn-.E.k

12(1-//v. /;

mencan nilai

( , Vn

persamaan 3.8

fhX 7t2.EE

\t) S2(l-/r)/v

20

.(3.7)

.(3.8)

(3.9)

dengan memasukkan nilai u = 0.3 maka persamaan 3.9 menjadi

n2.E.k

\2(\-0,3').Fy

persamaan 3.10 menjadi

fh'Y _3,\42.E.k\t) I0,92./-V

(3.10)

(3.11)

dengan menghilangkan nilai kuadrat maka persamaan 3.11 menjadi

fh\ .E.k(3.12)

\t J V l'V

karena nilai k adalah konstanta maka nilai k dapat dikeluarkan menjadi

(h\ nr(3.13)

dengan nilai E = 29000 Ksi atau E = 2.105 MPa

Page 41: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

21

sehingga rasio lebar terhadap tebal pada sayap :

b , [bT/ V hy

k koefisien tekuk plat sayap, b adalah lebar plat (mm), t adalah tebal

plat (mm),

pada badan :

h , pr— <k— (3.15)K Vh'

k adalah koefisien tekuk plat badan, h adalah tinggi dari badan (mm),

t Madalah tebal badan (mm).

- Batas rasio kelangsingan

Jika kolom menjadi terlalu ramping, maka hanya akan mempunyai

kekuatan yang kecil.

r Batang yang dianjurkan untuk batang utama adalah (Kl/r) < 120

r- Batang yang dianjurkan untuk pengaku adalah (Kl/r) < 140

3.3.3 Menentukan Kapasitas Batang Tarik

Kekuatan batang tarik ditentukan dengan berdasarkan dua macam kegagalan

yaitu kegagalan karena pelelehan dan kegagalan fracture (Puckett-Burker,1997),

yaitu :

a. Berdasarkan pelelehan : <f>v.Pm =<f>vFvA (3.16)

Page 42: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

11

dimana <I\ = 0.95, adalah faktor resistan, Pnv adalah kekuatan tarik nominal

untuk leleh (N), Fy adalah kekuatan leleh (Mpa), Ag adalah luas penampang

melintang brutto (mm"),

b. Berdasarkan kondisi fracture : <j)n Pnu - </>„.!'],.AL. (3.17)

<I>„ = 0.80, adalah faktor resistan karena fracture pada batang tarik, Prm

adalah kekuatan tarik nominal untuk retakan (N), Fu adalah kekuatan tarik

(MPa), dan Ac adalah luas efektif (mm"), luas efektif untuk jenis sambungan

sebagai berikut:

Luas efektif pada sambungan baut

Luas efektif pada sambungan baut dapat dijelaskan dengan persamaan :

Ae =U.A„ (3.18)

Ae adalah luas efektif untuk sambungan baut, U adalah koefisien reduksi

akibat eksentrisitas antara pusat elemen dengan pusat elemen

penghubung, koefisien reduksi untuk memperhitungkan eksentrisitas

lubang dan nilai U tergantung pada bentuk profil dan jenis sambungan

yang digunakan. Nilai koefisien reduksi untuk sambungan baut:

v =1~[7l <319)

x adalah jarak eksentrisitas, L adalah jarak antara lubang awal dengan

lubang akhir pada satu baris, dijelaskan dalam Gambar 3.8.

Luas penampang bersih (Ant) akibat lubang baut, secara lengkap juga

dijelaskan pada Gambar 3.8 berikut:

Page 43: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gambar 3.8 Pola lubang penampang pada elemen tarik

Luas penampang bersih pada :

a. Potongan lurus

Potongan 1-3 An - A,,-n.d.t

b. Potongan diagonal/zig-zag

.vVPotongan 1-2-3 : An =A -n.d.l +'Y\ '-—I 4u

.(3.20)

(3.2i;

Ag adalah penampang brutto (mm2), t adalah tebal penampang, d adalah

diameter lubang (mm), n adalah banyaknya lubang, s adalah jarak antara

sumbu lubang pada arah sejajar sumbu lubang pada arah sejajar sumbu

komponen struktur (mm), u adalah jarak antara sumbu lubang pada arah

tegak lurus sumbu komponen struktur (mm). Nilai penampang bersih

diambil yang terkecil dan dalam satu potongan jumlah luas lubang tidak

boleh melebihi 15 % luas penampang utuh.

3.3.4 Analisis Sistem Batang Pengekang (Lateral Bracing)

a. Batang Pengekang Lateral Atas (Top lateral bracing)

Page 44: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

24

Dalam analisis diasumsikan bahwa batang diagonal tertentu yang akan

mengalami gaya tarik sesuai dengan arah angin (Gambar 3.9).

Wind loadTop chord windward

11/1Batang diagonal ' Top chord leeward girder

Gambar 3.9 Distribusi angin pada Toplateral bracing

Top lateral bracing berlaku sebagai Simply supported horisontal

girder sehingga batang atas yang terkena angin arah depan (Top chord

windward girder) akan mengalami tekan dan batang atas yang terkena

angin hisap {Top chord leeward girder) akan mengalami tarik.

Batang Pengekang Lateral Bawah (Bottom lateral bracing)

Beban maksimum lateral (beban angin pada unload span dan loaded

span) digunakan dalam perhitungan untuk mencari gaya batang

pengekang lateral bawah. Dalam analisis batang diagonal tertentu

mengalami tarik tergantung dari arah angin dan batang diagonal yang

lain tidak akan mengalami gaya apapun (Dummy). Batang diagonal

didesain dengan beban lateral maksimum dari loaded span dan

unloaded span (Gambar 3.10).

Page 45: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

J't

YYYYYTYTTTTYYTYYYYTYT

Batane diagonal Gelaaar memaniane

Gambar 3.10 Distribusi angin pada Bottom lateral bracing

3.3.5 Kekuatan Baut

Jembatan rangka baja tipe Baltimore truss ini menggunakan sambungan

baut. Persyaratan keamanan yang diberikan LRFD untuk sambungan baut adalah :

ip.Rn >2Zy'-Qi (3.22)

<p.i<n>i'u (j.li)

O adalah faktor resistan, Rn adalah resistan nominal, yi adalah faktor kelebihan

beban, Qi adalah beban-beban, Pu adalah beban terfaktor.

a. Kekuatan geser desain (Tanpa ulir pada bidang geser)

Pada struktur rangka jembatan model Baltimore truss digunakan baut

A325 dengan ulir terpisah dari bidang geser, lihat Tabel 3.3

0.Rn 0.(0.60. hi )mAb (3.24)

& = 0.65, F° adalah kekuatan tarik baut, m adalah banyaknya bidang

geser yang terlibat, Ab adalah luas penampang lintang pada arah

melintang tangkai tak berulir dari baut tersebut.

Page 46: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

26

Tabel 3.3 Kekuatan desain dari baut mutu tinggi A325Penyambung F„'(Ksi) Kekuatan tarik

(ksi)Kekuatan geser

(ksi) O-0.65

Baut A325, bila

ulir terpisah dari

bidang geser

120 0(0.75 FHh)

0.75(90) = 67.5

0(0.60/•„*)

0.65(72) = 46.8

b. Kekuatan tumpu desain

Kekuatan desain O Rn bergantung pada yang terlemah dari baut atau

komponen pelat yang disambung. Apabila jarak lubang tepi terdekat

dengan sisi pelat dalam arah kerja gaya lebih besar daripada 1.5 kali

diameter lubang, jarak antara lubang lebih besar daripada 3 kali

diameter lubang, dan ada lebih dari satu baut dalam arah kerja gaya,

maka kuat rencana tumpu dapat dihitung sebagai berikut:

Rd = <f,fRn = 2A<f>fdbtpfi (3.25)

kuat tumpu yang didapat dari perhitungan di atas berlaku untuk semua

jenis lubang baut. Sedangkan untuk lubang baut selot panjang tegak

lurus arah kerja gaya berlaku persamaan berikut:

Rd=+fRH=2.00jfdbtpfn (3.26)

Dengan keterangan <f) f - 0,80 adalah faktor reduksi kekuatan untuk

fraktur, dh adalah diameter baut nominal pada daerah tak berulir,

th adalah tebal plat dan fu adalah tegangan tarik putus yang terendah

dari pelat.

Page 47: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

27

3.3.6 Perhitungan Blok Geser (Block Shear)

Menurut perencanaan LRFD, ada dua kondisi perencanaan kekuatan pada

blok geser, yang ditentukan sebagai berikut:

1. Jika FuAat > 0.6 FvAnv terjadi pelelehan geser dan patah tarik, digunakan

persamaan dibawah ini :

^RH=^Q.6FyA^+FttAm) (3.27)

Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 3.11 berikut:

leleh »eser

K^S

P«" •>P

patah tarik

Gambar 3.11 Blok geser pelelehan geser dan patah tarik

2. 0.6 FuAne > FuAn, terjadi pelelehan tarik dan patah tarik, digunakan

persamaan dibawah ini:

(/>!<„= MQ.6FuAm + b\.Axl) (3.28)

kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 3.12 berikut:

patah geser

leleh tarik

Gambar 3.12 Blok shear pelelehan tarik dan geser

Page 48: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

dimana O = 0.8, Ag> adalah luas brutto geser, Agt adalah luas brutto

untuk tank, Any adalah luas netto untuk geser, An, adalah luas netto untuk

tarik. Selain itu perlu diperiksa kuat blok plat ujung terhadap geser pada

baut dengan persamaan sebagai berikut:

0TH=0(O.6fH)AIL, (3.29)

3.3.7 Perhitungan Keadaan Batas Menurut LRFD-AASHTO 1994

Jembatan struktur baja harus didesain sehingga kinerja saat pembebanan

tidak diatas keadaan batas yang telah ditentukan oleh LRFD-AASHTO 1994

0.Rn>nXyi.Oi (3.30)

dimana O adalah faktor resistan, Rn adalah nominal resistan, n adalah pengali

beban yang berhubungan dengan daktilitas, redundan dan kepentingan

operasional, yi adalah faktor beban, Qi adalah efek beban.

a. Kondisi batas kekuatan (Strength limit).

Kondisi batas kekuatan diatur oleh kekuatan statis dari material atau

stabilitas yang diberikan oleh penampang lintang.

- Klasifikasi penampang lintang

Bentuk tampang lintang diklasifikasikan sebagai tampang kompak,

non kompak, atau langsing tergantung dari rasio lebar-tebal pada

elemen tekan atau pengaku.

Tampang kompak adalah tampang yang dapat mencapai momen puntir

(Mp) sebelum tekuk torsi lateral (lateral torsional buckling) atau tekuk

lokal (local buckling) yang terjadi pada sayap dan badan.

Page 49: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

29

Tampang nonkompak adalah tampang yang dapat menghasilkan

momen lebih besar dari My, tapi lebih kecil dari momen plastis (Mp),

sebelum tekuk lokal (local buckling) terjadi pada elemen kompresi

atau tekan terjadi.

Tampang langsing adalah tampang yang bagian elemen tekan terlalu

langsing sehingga akan terjadi tekuk lokal sebelum My tercapai.

- Keadaan Batas

Keadaan batas pada kekuatan (StrengthLimit State):

a. Untuk tampang kompak

Mr = 0j. Mn (3.31)

dimana O/ adalah faktor resistensi

Mn - Mp (3.32)

b.Untuk tampang nonkompak

Fr - 0f.Fn (3.33)

dimana Fn = ketahanan nominal dari tampang nonkompak.

Dengan <f>f= 1.00, adalah faktor resistensi dan Fn adalah ketahanan

nominal dari tampang non kompak. Untuk ketahanan nominal lendutan

berdasarkan profil yang akan digunakan. Dan faktor resistan dari

kondisi kekuatan batas diberikan pada Tabel pada AASHTO-LRFD

Bridge Design Specifications.

Pada struktur jembatan rangka baja sungai Cimeneng digunakan batas

kekuatan (Strengh limit Vr). Resistan faktor dari kondisi kekuatan batas

diberikan dari Tabel 3.4

Page 50: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

30

Tabel 3.4 Faktor resistan untuk kondisi kekuatan batas

Ragam perilaku Faktor resistan

Lendutan

Kompresi aksial pada baja

Tarik, leleh di tampang lintang

Of = 1.00

Oc = 0.90

Oy = 0.95

Keadaan batas layan (Sevice Limit)

Pada rangka jembatan sungai Cimeneng digunakan batas layan II

(Sevice limit II) untuk beban kendaraan atau beban hidup. Keadaan

batas layan (Service limit) adalah terhadap defleksi dengan syarat nilai

ditengah bentang < L/800 dimana L adalah panjang bentang jembatan.

Page 51: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

3.3.8 Perencanaan Struktur Bawah

Kontruksi bagian bawah merupakan pendukung kontruksi bagian atas

jembatan.

Kontruksi bagian bawah terdiri dari :

1. Pangkal j embatan.

2. Pilar jembatan.

3. Pondasi.

Beban yang bekerja :

1. Beban mati.

2. Beban hidup.

3. Tekanan tanah.

4. Gaya rem.

3.3.8.1 Perencanaan Abutment

Bentuk struktur kepala jembatan pada perencanaan ini menggunakan tipe

kepala jembatan tipe T terbalik sesuai dengan tinggi jembatan antara 5-12 m yang

ditunjukkan pada Gambar 3.13 berikut:

~xmc

">^K"

Gambar 3.13 Penampang Abutment

Page 52: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gaya-gaya yang bekerja digolongkan dalam :

1. Akibat berat sendiri abutment.

2. Akibat berat tanah isian.

3. Akibat tekanan tanah.

4. Akibat beban terbagi merata.

5. Akibat kohesi tanah.

6. Akibat beban mati.

7. Akibat beban hidup.

8. Akibat gaya gesekan pada tumpuan (Gg).

Menghitung keamanan terhadap penggulingan :

y mvn = 4l >1,5 (3.34)J^MH

dimana : YMV = jumlah momen dari beban vertikal.

XMH = jumlah momen dari beban horisontal.

Keamanan terhadap penggeseran :

b.2?C + lV.tg<f>

I"

dimana : 0 = besar sudut gesek tanah.

Tegangan yang terjadi :

b YaMV ~YuMH1 2>'

dimana : b = lebar pondasi.

a max = -=—. 1 HA \h

(3.35)

(3.36)

< crtanah (3.37)

Page 53: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

e = eksentrisitas pusat berat ke pusat gaya.

A = luas dasar abutment.

3.3.8.2 Perencanaan Tiang Pancang

Kapasitas dukung ultimit dari sebuah tiang pancang dapat diketahui dengan

menggunakan perhitungan sederhana dengan menjumlahkan daya dukung tanah

dipusat tiang dengan total friksi dari selimut tiang pancang :

Qu = Qp + Qs (3.38)

dimana : Qu = kapasitas daya dukung tiang.

Qp = kapasitas daya dukung tiang dipusat tiang.

Qs = kapasitas daya dukung tiang dari total friksi (gesekan) seluas

selimut tiang.

Untuk mencari nilai-nilai Qp atau Qs menggunakan rumus :

Op = Ap.qp = Ap.(c.Nc* +q'.Nq*) (3.39)

dimana : Ap = luas ujung tiang.

c = nilai kohesi.

qp = faktor resistansi diujung tiang.

q" = gaya tekan vertikal efektif diujung tiang.

Nc*, Nq* = faktor kapasitas daya dukung tiang.

Untuk tiang ditanah jenuh pada kondisi undrained:

Qp = Nc*.Cu.Ap = 9Cu.Ap (3.40)

dimana : Cu = kohesi Undrainedtanah dibawah ujung pondasi.

tts= J>.AA./ (3-4])

Page 54: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

dimana : P = rangkaian segmen tiang pancang.

AL = tinggi tiap segmen tanah.

f = nilai resistansi gesekan tiap segmen.

Nilai resistansi gesekan dihitung dengan menggunakan metode :

1. Metode X

fav = A.(av'+2Cu) (3-42)

dimana : ov' = tekanan vertikal efektif rata-rata.

Cu= nilai rata-rata gaya geser Undrained.

2. Metode a

f =a.Cu (3-43)

dimana : a = faktor empirik adhesi

Kemudian dari kedua nilai f tersebut diambil yang terkecil.

Kapasitas daya dukung ultimit (akhir) dari tiang pancang dihitung dengan

cara-cara sebagai berikut:

1. Menentukan ££>w =«l.w2.(0? +£te) (3.44)

Qp =Ap$CulP)\ (3.45)

dimana : Cu(P) = faktor kohesi undrained dan tanah lempung ujung

pancang.

Qs =Y,aPCuAL (3'46)

sehingga :

Y^Qu =nl.i^^Ap.Cu^^ap.Cu.M] (3.47)

Page 55: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

35

2. Menentukan asumsi kapasitas ultimit tiang-tiang pancang dalam

kelompok bekerja pada daerah blok dengan dimensi Lg x Bg x L. Nilai

resistansi selimut pada daerah blok :

J]/^.('u.A/. =^2.(4' +%).('m.A/, (3.48)

Besar kapasitas daya dukung dihitung dengan rumus :

Ap.qp= Ap.Cu,rrNc* = (hg.Bg).CuiP).Nc* (3.49)

Kemudian beban ultimit:

Y,Qu = I<g-Bg<\,>yNc* +YJWx+BgHu-M. (3.50)

3. Menentukan ^Qu dengan cara NSPT

Y^Qu^C.Nc (3.51)

dimana : C = nilai kohesi tanah.

Nc = jumlah pukulan pada uji lapangan.

4. Bandingkan ketiga nilai TQii tersebut, kemudian nilai YQU diambil

yang terkecil.

Momen pada telapak tiang pancang

Total reaksi tiap tiang diperoleh dengan menjumlahkan beban sebagai berikut:

TV jMd/J =-=—±4^-- (3.52)

n 2^

dimana : P = total resultan reaksi tiang pancang dan beban langsung.

TV = jumlah beban vertikal yang terjadi pada pondasi.

TM= jumlah momen pada pusat gravitasi grup TM kadang-kadang

dinyatakan dengan T ve.

n = jumlah tiang dalam grup.

Page 56: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

36

d = jarak dari pusatberatke tiang.

Vd2 = jumlah kuadrat jarak tiap tiang dan pusat berat grup.

Gaya-gaya dalam di dalam tiang pancang pada tanah kohesif:

Kohesi rencana Cr yang diperlukan untuk perhitungan selanjutnya, dengan

mengalikan kekuatan kohesi Cu dengan 0,5 (dalam Kg/m").

Ho adalah beban horisontal akibat beban kerja yang menangkap di ujung

atas tiang, D adalah diameter tiang.

Gambar 3.14 Grafik Hubungan Gaya honsontal (Ho) dan Momen Luar(Mo)

3. Mo adalah momen luar akibat beban kerja yang menangkap di ujung atas

tiang.

4. Penulangan tiangterhadap Mo dan P dengan perencanaan kekuatan batas.

5. Kedalaman dimana momen lentur maksimum adalah Lj dan kedalaman

dimana momen lentur nol adalah L?, menurut rumus-rumus berikut:

Li = f + 1,5 D (3.53)

Page 57: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

37

L2 = 2,2L (3.54)

Dimana :

f= H" (3.55)9Cr.D

Pembagian momen lentur sepanjang tiang atau sumuran dapat didekati

menurut perbandingan yangditunjukkan dalam Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Gambar momen tiang pancang pada tanah

Page 58: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

;ifikasi dan k

in-beban yan

dengan gar

emen-elemen

asil.

BAB IV

METODOLOGIPERENCANAAN

4.1 Waktu Penulisan

Waktu penulisan ini dilakukan mulai bulan Januari 2003 dan direncanakan

selesai bulan Juli 2003.

4.2 Data Struktur

Dipakai rangka baja terpasang yang sudah ditentukan sebagai objek

perencanaan yaitu : Rangka Baja Australia tipe Baltimore truss. Dengan

spesifikasi mutu bahan sebagai berikut:

1. Baja profil pada struktur rangka, Fy = 50 Ksi = 350 Mpa.

2. Baja profil untuk rangka dan plat buhul, Fu = 65 Ksi = 455 Mpa.

3. Mutu beton, fc' = 35 Mpa.

4. Baja tulangan, Fy = 400 Mpa.

4.3 Variabel Penulisan

Variabel yang digunakan adalah pembebanan berdasarkan metode

AASHTO-LRFD.

Page 59: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

39

4.4 Tahap Analisa

1. Menentukan spesifikasi dan konfigurasi struktur rangka baja jembatan.

2. Menentukan beban-beban yang bekerja dengan menggunakan AASHTO.

3. Analisis struktur dengan garis pengaruh menggunakan program SAP

2000.

4. Merencanakan elemen-elemen batang struktur dengan metode LRFD.

5. Pembahasan.

6. Menyimpulkan hasil.

Page 60: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

40

FLOW CHART PENGHITUNGAN

DINDING RANGKA BAJA PADA JEMBATAN MODEL BALTIMORE TRUSS

DENGAN METODE AASHTO-LRFD

Mulai

Memilih kombinasi

Beban yang digunakan

Merencanakan bentuk

rangka jembatan

Menghitung gaya batang pengaruh Beban Gravity danLateral:

1. Menghitung beban-beban gravity dengan metode garispengaruh.

2. Menghitung gaya batang maksimum karena pengaruh bebankendaraan dan beban merata

3 Menghitung gaya batang karenapengaruh beban mati, yaitubeban slab dan berat elemen rangka baja, dan beban hidup.

-t. iviciignuuiig ucuan angin.

5. menghitung gaya rem.

©

<D

Page 61: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Merencanakan gelagar melintang dan memanjangserta portalujung batang :1. " "

?

3.

4.

5.

6.

Menghitung momen pada profil ujung jembatan.Merencanakantampang profil dan menhitungkapasitas pada portal.Menghitung momem pada gelagarmelintang.Merencanakan tampang profil dan menghitungkapasitas gelagar melintang.Menghitung momen pada gelagar memanjang.Merencanakantampang profil dan menghitungkapasitas gelagar memanjang.

Merencanakan serta menganlisis batang tekan dantarik:

1 Mengkombinasikan gaya-gaya yang bekerjapadabatang tekan dan tarik rangka jembatan.

2. Merencanakan dimensi dan menghitung kapasitaspada batang tekan dan tarik rangkajembatan.

3. menghitung rasio tebal dan rasio kelangsinganbatang tekan rangka baja.

4. Menghitung rasio kelangsingan batang tarikrangka jembatan

Memilih resistance factor

Memilih loadfactor

41

Page 62: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Merencanakan Abutment:

1.Menentukan tipe dari dimensi abutment.2. Menghitung gaya-gaya yang bekerja pada

Abutment

3. Cek stabilitas keamanan.

4. Menentukan tipe dan jumlah tiang pancang

IHasil

1Gambar

Selesai

42

Page 63: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

BABV

PEMBAHASAN

5.1 Perencanaan Awal Pembebanan

Perhitungan perencanaan rangka jembatan diawali dengan perencanaan

pembebanan menggunakan pembebanan menurut AASHTO-LRFD Bridge

Specification.

5.2 Pembebanan Menurut AASHTO-LRFD Bridge Specification

5.2.1 Perhitungan Beban Hidup

1. Mencari gaya batang akibat beban bergerak

Untuk mendapatkan gaya batang pada rangka utama struktur jembatan

rangka baja dilakukan dengan cara mengalikan beban rencana kendaraan

( Truk rencana, Tandem rencana dan Jalur rencana ) dengan ordinat garis

pengaruh. Pada rangka utama arah horisontal dibagi menjadi 10 segmen,

panjang tiap segmennya sebesar 6 meter. Garis pengaruh diperoleh

dengan menggunakan program SAP 2000 dan dapat dilihat pada Gambar

5.1 lampiran 1, sedangkan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.1.

43

Page 64: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

44

2. Gaya batang akibat beban merata diperoleh dengan cara mengalikan

beban merata dengan luasan bidang garis pengaruh ( lihat garis pengaruh

lampiran 1 ). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Gaya Batang Maksimum Karena Pengaruh Beban Bergerak dan Beban

Merata

No Batang Gaya Batang (kN)Truk Rencana (kN) Tandem Rencana (kN) Jalur Rencana (kN)

1 1 = 10 487.4877 412.3627 614.34772 2 =9 542.1836 469.2986 677.6939

3 =8 1189.6103 1038.4203 1215.74034 4 =7 1246.4926 1077.2276 1505.09265 5 =6 1447.3140 1236.6990 1547.74906 11=29 -708.5110 -629.0110 -899.19107 12=28 167.7955 230.1898 258.96388 13=27 595.0650 519.6400 615.28009 14=26 7.2760 5.9210 7.432510 15=25 -482.9530 -422.988 -532.128011 16=24 234.3850 257.6850 277.802412 17=23 313.5680 349.2780 401.263013 18=22 5.0007 4.1657 5.288914 19=21 -325.1920 -265.3020 -335.197015 20 229.7875 246.4175 270.032516 30=37 -904.6420 -788.7070 -992.457017 31=36 -878.8990 -797.0240 -994.804018 32=35 -1331.1120 -1175.4900 1490.442019 33=34 -1339.8210 -1189.9560 -1448.1210

Dan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa gaya batang maksimum yang terbesar untuk

beban hidup adalah yang diakibatkan oleh beban jalur rencana. Maka dalam

analisis untuk batang tekan dan tarik digunakan beban hidup akibat beban jalur

rencana.

Page 65: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

45

5.2.2 Perhitungan Beban Mati

1. Beban mati struktur dan perlengkapan non struktur (DC)

Perhitungan beban mati adalah beban mati dari komponen stuktur dan

perlengkapan non struktur seperti berat slab, berat aspal dan berat elemen

struktur jembatan rangka baja yang dapat dilihat pada gambar berikut:

TOP CHORD BRACING

iTT

50 mm ASPHALT IC CONCRETE\

4^200 mm T 240 mm

CROSS

4000 mm

Gambar 5.2 Potongan tampang lintang dari jembatan rangka baja

Berat Slab Beton permeter Panjang

r oi i i . / 200mm + 240mm ,„Luaspenampang Slab beton = ( x4000mm)

= 880.000 mm2 = 0,88 m2

6000

mm

Page 66: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

46

Berat Slab beton per meter panjang = 0,88 m" x 24 kN/m

= 21,12 kN/m

r, . • • , 21,12 kN/mBerat Slab beton per meter panjang untuk satu sisi rangka =

= 10,56 kN/m

Berat Aspal per meter panjang

Luas penampang aspal = 4000 mm x 50 mm

= 200000 mm2 = 0,20 m2

Berat Aspal per meter panjang = 0,2 m2 x 22,50 kN/m' = 4,5 kN/m

o . a i . , • 4,5 kN/mBerat Aspal per meter panjang untuk satu sisi rangka =

= 2,25 kN/m

Berat rangka dengan asumsi pendekatan = 26 kN/m, berat alat sambung

(baut) = 10 % x 26 = 2,6 kN/m. Dipakai asumsi berat untuk satu sisi

rangka = 28,6 kN/m

Beban gelagar

n i • . • 3 m.3.1,634 kN/m „„„ ,_Gelagar memanjang tepi = = 7,355 kN

T . 6 m.3.1,634 kN/m 1.^1A1XTTengah = - = 14,710 kN

r^ i i- * * • 4m. 1,5914kN/mGelagar melintang tepi = = 3,183 kN

T , 4 m.1,5914kN/m _10.,1XTTengah = - = 3,183 kN

PI tepi = (10,56 + 2,25 + 28,6) kN/m.3 m + (7,355 kN + 3,183 kN)

= 134, 768 kN

Page 67: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

47

P2 tengah = (10,56 + 2,25 + 28,6) kN/m.6 m + (14,710 kN + 3,183 kN)

= 266,353 kN

Setelah dihitung beban maka seluruh beban merata diperhitungkan menjadi

beban titik, sehingga yang mengenai rangka pada perhitungan mekanika

adalah beban titik, dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 5.3 Distribusi beban mati pada rangka

Perhitungan gaya batang akibat beban mati dilakukan dengan program SAP

2000 dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3 Gaya batang akibat beban mati

atang Gaya Batang Batang Gaya Batang1 729.61688 21 -126.49265

2 734.78583 22 1.85052

3 1702.63464 23 387.70193

4 1705.98083 24 198.53172

5 2029.14600 25 -641.31384

6 2029.14600 26 3.92327

7 1705.98083 27 899.04144

8 1702.63464 28 201.17813

9 734.78583 29 -1166.58655

10 729.61688 30 -1296.21643

11 -1166.58655 31 -1301.64954

12 201.17813 32 -1948.35120

13 899.04144 33 -1950.05603

14 3.92327 34 -1950.05603

15 -641.31384 35 -1948.35120

16 198.53172 36 -1301.64954

17 387.70193 37 -1296.21643

18 1.85052

19 -126.49265

20 198.39922

Page 68: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5.2.2.1 Perhitungan Pelat Lantai

1 Menghitung beban-beban yang bekerja dengan faktor beban

qD beton =0,22.24 =5,28 kN/m2

=0,05.22,5= 1,125 kN/m2

= 1 kN/m2

= 7,405 kN/m2

= 154,3 kN/m2

qu = l,2.qD+ 1,6 qL

= 1,2.7,405+ 1,6.154,3

= 255,766 kN/m2

Pelat dianggap terjepit elastis pada keempat sisinya :

qD aspal

qD air

qD total

qL

Lx= 1,5 Ijc 1,5

48

Ly = 6

Gambar 5.4 Pelat lantai sebagai pelat satu arah

Koefisien momen (C) pada tabel 13.3.2 halaman 203 PBBI 1971 NI-2 Nilai

koefisien momen untuk ly/lx = 4 adalahsebagai berikut:

Kefisien momen pelat (C)

Mlx=-Mtx 63

Mly 13

-Mty 38

Digunakan tulangan pokok D16 mm.

Penutup beton ( Pb) digunakan 20 mm.

Page 69: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

ulangan pela Tinggi manfaaat tulangan pelat lantai

= h- Pb - 1/ Arah x ; dx = h- Pb- 1/2.DtuI

= 200-20- =200-20-1/2.16

= 172 mm

= h- Pb - D

= 200-20-

= 158 mm

= 172 mm

Arah y ; dy = h-Pb- Dtulx- 1/l.Dtuly

= 200-20-16-1/2.12

= 158 mm

ang bekerja p Momen-momen yang bekerja pada pelat:

utx = 0,001 .q( Mulx = -Mutx = 0,001 .qU.lx1.63

11.255,766.1,5

l tulangan lx c

utx = 36,255 k

>55,/0,8

1,4/

= 45,31

~~ /400

0,008(/c'-30)

r 600

0,

A600 + F

5.pb = 0,75.0,(

_ 45,318.106~ 1000.(172)2

-400/.- ~ /0,85.3f

= 0,001.255,766.1,52.63 = 36,255 kNm

Perencanaan tulangan lx dan tx

Mulx = -Mulx = 36,255 kNm

Mu/ =36>255/0 =45,318 kNm/</> /0,8

/?min =^ =1' /nn =0,0035^ fy /400

fix =0,85 - 0,008(/c'-30) =0,85 - 0,008(35 - 30) =0,81

pb =0,85./c'

Fy ft600

600 + Fy

0,85.35

4000,81

600

600 + 400

pmak = 0,15.pb = 0,75.0,0446 = 0,0335

Mu

Rn =<f> 45,318.106

b.d2 1000.(172)'= 1,532 Mpa

mfy - 400/

0,85./c' A85-3513,445

V

49

= 0,0446

Page 70: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tinggi manfaaat tulangan pelat lantai :

Arahx; dx = h- Pb-\/2.Dlul

= 200-20-1/2.16

= 172 mm

Arah y ; dy =h- Pb - Diulx - 1/ l.Dtuly

= 200-20-16-1/2.12

= 158 mm

Momen-momen yang bekerja pada pelat:

Mulx = -Mutx = 0,001 .q UJx2.63

= 0,001.255,766.1,52.63 = 36,255 kNm

1. Perencanaan tulangan Ix dan tx

Mulx = -Mutx = 36,255 kNm

Mu/ =36-255/0 =45,318 kNm/ <h /0,8

pmm =^ =lA/nn =0,0035Jy

'400

A=085 _0,008(^-30) =0,85 - 0,008(35 - 30) =0,81

pb =— Aby

600

600 + /<>

0,85.35

4000,81.

prnak =0,75.pb = 0,75.0,0446 =0,0335

Mu

Rn =^45,318.10' ,=l532Mpa

b.d2 1000.(172)'

m & - 400/ =13 445m=^p- A85-35 '

600 A

600 + 400,= 0,0446

50

Page 71: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

= 47,994

dipakaiI

Perencan

As. . =

digunakar

m=/a

jarak tulari

dipakai s si

dipakai tuk

Pin

2m. Rn

fy 13,445

2.13,445.1,532

400

= 0,0039 > p min = 0,0035 dan < p mak = 0,0335

pmin < p < pmak Ppakai ~ P = 0,0039

Asp = piMka,.b.d>0,002.b.h

= 0,0039.1000.172 > 0,002.1000.200

= 670,8 > 400mm2

dipakai Asp = 670,8 mm"

digunakan tulangan pokok D16 mm.

sehingga Amc= Ya71-^2 - Ya71-^2 ~ 200,96 mm2

A bJarak tulangan (s) - 'J16'

Asp

200,96.1000

670,8= 299,58mm « 280mm

dipakai s =280, maka tulangan pokok D16-280

As;ida =A\n.b 200,96.1000

280= 717,714 mm"

Kontrol kapasitas lentur pelat (arah x)

Asada.fy 717,719.400a =

0,85./'c.6 0,85.35.1000

Mn =Asada.Jy(d-</2)>Mu<t>

= 9,65 mm

717,714.400.fl72-9'6^]>45,318kNm

51

Page 72: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

= 47,994 > 45,318 kNm Ok

dipakai tulangan pokok Dl6-280

Perencanaan Tulangan Susut:

As_„ = 0,002./,./.

= 0,002.1000.200 = 400 mm2

digunakan tulangan susut012 mm, sehingga

Al4>= l/4.7r.D2 =YA.n. 122 =113,097 mm2

jarak tulangan susut (s) ~ 'As

susut

3,097.1000 _- = 282,7425 mm

400

dipakai s susut = 280 mm.

dipakai tulangan susut 012-280

52

Page 73: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

rejuinW

P6.UBSuBinuad

s'SJequiB

f)

IIIfr

Page 74: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5.2.2.2 Perhitungan Gelagar Memanjang

bE= 1250 mm

<- ->

/V200 mmV

Gambar 5.6 Penampang komposit

bE<L/4 = 6/4= 1,5 m

bE < bo = 1,5 m

bE < Vi bo + bl = 1/2 .1,5 + 0,5 = 1,25 m

bE= 1250 mm

ProfilW10x112

As = 21225,764 mm2

d = 288,544 mm

tf= 31,75 mm

tw= 19,177 mm

bf= 264,541 mm

Fy = 350 Mpa

Fc' = 35 MPa

h^=288,544-2.31,75=1 735<MTi=64L=34;210tw 19,177 Afy V350

Mn • dicari dengan distribusi tegangan plastis dengan 0 b = 0,85

As.Fy 21225,764.350 inn™ . . . ... .a = 1 = ! = 199,772 mm < ts, gnp berada di beton.0,85.Fc'.bE 0,85.35.1250

Gambar 5.7 Gambar bidang tekan-tarik penampang komposit

54

Page 75: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

55

Gaya desak = C = 0,85. Fc'. Ac = 0,85.35.(1250.199,722) = 7427161,875 N

Mn = C. di = 77427161,875.244,411

= 1815280061 Nmm.

0 Mn = 0,85.1815280061 = 1542988052 Nmm = 1542,988 kNm.

Untuk perhitungan Mu diperoleh dengan program SAP 2000 Tabel 5.4 Lampiran

1, nilai Mu = 421,063 kNm.

Mu < Mn = 421,063 kNm< 1542,988 kNm Aman!

Page 76: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

56

5.2.2.3 Perhitungan Lenturan Biaksial (Biaxial Bending )

Gelagar melintang menerima gaya akibat beban gravity dan beban lateral

(gaya rem) yang saling tegak lurus maka terjadi lenturan dua arah (Biaxial

Bending). Profil W 14 x 109

As = 32 in2 = 20645,12 mm2

bf= 14,605 in = 370,967 mm

tf= 0,86 in = 21,844 mm

tw = 0,525 in = 13,335 mm

h= 14,32 in = 363,728 mm

Zx =3146316,288 mm3

Zy= 1519080,833 mm3

Gambar 5.8 Profil penampang gelagar melintang

Urutan perhitungan Biaxial Bending adalah sebagai berikut:

- Mencari Mn(momen nominal) dimana penempatan beban seperti pada gambar

Slab : 6 m x 0,22 m x 24 kN/m2 = 31,68 kN/m

Aspal : 6 m x 0,05 m x 22,5 kN/m2 = 6,75 kN/m

13,335

21,'844

Girder: 6 mx 1,5914 kN/m

P2

PI

I

Keterangan :PI = Berat kendaraan

P2 = Gaya rem

38,43 kN/m

9,5484 kN

9,5484 kN 145 kN 9,5484 kN 145 kN 9,5484 kN/ 9,3 kN/m

. q = 38,43 kN/mJl 11 If iW jf H V V V ^V w y wW ^ \%•>' y w y

il^l^k-

T

2m , 0,5 0,5 .

Gambar 5.9 Penempatan beban slab, aspal, girder dan kendaraan pada gelagar

Page 77: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Y by = 145 + 145 + 3.9,5484 + 9,3.3 +38,43.4 = 500,265 kN

RA =RB =^^- =250,133 kN

Momen tengah atau Momen nominal

1= RA.{0,5 + 1,5)-145.1 .9,3.1,52 --38,34.22 -9,5484.1,5

= 253,62 kNm

Cek klasifikasi elemen

1. Cek kompak pada badan

A,,,49 ULtw "y Fy

^363,728-2.21,844^ /200000

V 13,336/

23,998<35,618

2. Cek kompak pada sayap :

bf<0,56 IJL2tf Fy

370,967 n cr 1200000< 0,56.

2.21,844 350

350

.OK

8,491< 13,387 OK

Sehingga klasifikasi tampang termasuk tampang kompak dimana

Mn = Mp

Mn - Mp - Z.Fy

Mpx = Zx.Fy

57

Page 78: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Mpy = Zy.b'y

Mpx = Zx.Fy

= 3146316,288.350

= 1101210701 Nmm = 1101,211 kNm

Mpy = Zy.Fy

= 1519080,833.350

= 531678291,6 Nmm = 531,678 kNm

P = 325 kN

2 m

______ —-"'$

Ml =253,62 kNm

58

Gambar 5.10 Momen dan gaya rem lenturan dua arah pada gelagar melintang.

Dari nilai hasil perhitungan momen nominal ditengah bentang gelagar melintang

dan gaya rem lalu dikontrol terhadap syarat keamanan biaksial bending dengan

perhitungan sebagai berikut :

- Momen tengah bentang ( Ml ) = 253,62 kNm

- Momen horizontal ( M2 )

M2 =164,5.(0,5 +1,5) =325 kNm

Menurut metode LRFD :

Ml

<f>b.Mpx

1.6

+M2

<f)b.Mpy

1.6

1.6

<1

525254,015

0,9.110,211+

0,9.531,678

1.6

<1

0,651 < 1 Aman

Page 79: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

59

5.3 Perhitungan Beban Angin

Perhitungan beban angin adalah pada rangka atas dua pengekang angin

(bop Chord) dan rangka bawah pengekang angin (Bottom Chord) yamg menerima

beban lateral akibat angin. Beban angin yang bekerja dapat dilihat pada Gambar

5.11 (a)dan(b)

•> ->

P,->

•* d p4—> p2—t] n(a) (b)

Gambar 5.11 Gaya Angin yang bekerja pada rangka atas dan bawah

pengaku angin pada kondisi unloaded (a) dan loaded (b)

Saat jembatan dalam kondisi Unloaded :

- Beban angin pada windwardgirder

1. Beban angin pada batangatas pengaku angin :

( 6 m x 8 x 0.4 m x 2.4 kN/m2) = 46.08 kN

2. Beban angin pada batang bawah pengaku angin :

( 6 m x 10 x 0.4 m x 2.4 kN/m2) = 57.60 kN

3. Beban angin pada batang rangka tengah :

( 8,485 x 10 + 6 x 8) x 0.3 m x 2.4 kN/m2 = 95,652 kN

4. Beban angin pada Top Gusset :

( 0.5 m x 9 x 2.4 kN/m2) = 10.80 kN

5. Beban angin pada Bottom

Page 80: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

( 0.5 m x 11 x 2.4 kN/m2 ) = 13.20 kN

- Beban angin pada leeward girder

1. Beban angin pada batang atas pengaku angin

( 6 m x 8 x 0.4 m x 1.2 kN/m2 ) = 23.04 kN

2. Beban angin pada batang bawah pengaku angin

(6mx 10x0.4mx 1.2 kN/m2 ) = 28.80 kN

3. Beban angin pada batang rangka tengah

( 8.485 x 10 + 8 x 6 ) x 0.3 m x 1.2 kN/m2 = 47,826 kN

4. Bebanangin pada Top Gusset

( 0.5 m x 9 x 1.2 kN/m2) = 5.40 kN

5. Beban angin pada Bottom Gusset

(0.5mxllxl.2kN/m2) = 6.6kN

Beban angin yang bekerja pada batang atas (Gambar 5.12)

Pa = Pl +0.5P3 + P4

( 46.08 + 23.04 )+ 0.5 ( 95,652 +47,826 )+( 10.80 + 5.40 )

131.14 kN

8.2 16.39 16.39 16.39 16.39 16.39 16.39 16.39 8.2

Gambar 5.12 Gaya Angin yang bekerja pada rangka atas pengaku angin

(Unloaded)

60

Page 81: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

61

Tabel 5.5 Gaya batang akibat beban angin pada rangka atas (UNLOADED)

Batang Gaya Batang Batang Gaya Batang1 5.264 42 -76.310

2 86.502 43 7.549

3 144.335 44 -61 038

4 178.474 45 1.378

5 188.904 46 -43.661

6 175.625 47 -3.987

7 138.698 48 -24.602

8 78 567 49 -8.177

9 82.119 50 -3.772

10 61.520 51 -11.209

11 39.629 52 18.824

12 17.013 53 -13.105

13 -6.336 54 43.213

|_ 14 -30.386 55 -14.127

L 15 -54.870 56 69.517

16 -79.561 57 -10.934

17 -64.123 58 -9.523

18 -25.890 59 9.621

19 -19.659 60 3.464

20 -13.231 61 -3.007

21 -6.439 62 -9.797

22 0.686 63 -16.925

23 8.182 64 -24.381

24 15.712 65 -32.162

25 -39.882 66 -33.102

26 76.002 67 -82.352

27 -7.709 68 -61.745

28 60.737 69 -39.761

29 -1.524 70 -17.145

30 43.462 71 6.208

31 3.850 72 30.31232 24.403 73 55.411

33 8.040 74 78.181

34 3.573 75 -4.968

35 11.069 76 -86.209

36 -19.022 77 -144.141

37 12.904 78 -178.279

38 -43.449 79 -188.709

39 13.247 80 -175.425

40 -70.826 81 -138.388

41 10.753 82 -77.328

Page 82: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

62

Beban angin yang bekerja pada batang bawah ( Gambar 5.13)

Pb = P2 + 0.5P3 + P5

= ( 57.60 + 28.80 ) + 0.5 ( 95.652 + 47.826 ) + ( 13.20+ 6.6 )

= 152.02 kN

7.6 15.2 15.2 15.2 15.2 15.2 15.2 15.2 15.2 15.2 7.6

Gambar 5.13 Gaya angin yang bekerja pada rangka bawah pengaku angin

(I Jnloaded)

Tabel 5.6 Gaya batang akibat beban angin pada rangka bawah (UNLOADED)

Batang Gaya Batang Batang Gaya Batang1 53.73484 37 -6.15196

2 140.40494 38 -6.15071

3 207.49255 39 -6.21102

^ 4 252.13637 40 -4.63088

5 274.46033 41 -39.18266

6 274.46033 42 55.33978

7 252.13637 43 -66.07745

8 207.49255 44 43.82654

9 140.40494 45 -51.17129

10 53.73484 46 28.76348

._ 11 -64.09232 47 -39.05786

12 57.60055 48 14.33134

13 -45.94215 49 -26.3635414 49.01188 50 0.32838

15 -31.20910 51 -13.23649

16 36.61665 52 -13.23649

17 -16.76204 53 0.32838

18 23.93247 54 -26.3635419 -2.75964 55 14.33134

20 10.80526 56 -39.05786

21 10.80526 57 28.76348

22 -2.75964 58 -51.17129

23 23.93247 59 43.82654

24 -16.76204 60 | -66.07745

Page 83: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

25 36.61665 61 55.33978

26 -31.20910 62 -46.70565

27 49.01188 63 -138.67383

28 -45.94215 64 -205.52783

29 57.60055 65 -250.17979

30 -64.09232 66 -272.50366

31 -39.18266 67 -272.50366

32 -4.63088 68 -250.17979

33 -6.21102 69 -205.52783

34 -6.15071 70 -138.67383

35 -6.15196 71 -46.70565

36 -6.15206

b. Saat jembatan dalam kondisi loaded

Tekanan angin 1.46 N/mm2= 1.46 kN/m2

1. Beban angin yang bekerja pada batang atas (Gambar 5.14):

P L = ( Pa x tekanan angin ) = 131.14 x 1.46 = 79.7768 kN

2.4 2.4

4.98 9.97 9.97 9.97 9.97 9.97 9.97 9.97 4.98

V V V V V V

Gambar 5.14 Gaya angin yang bekerja pada rangka atas pengaku angin

(loaded)

Tabel 5.7 Gaya batang akibat beban angin pada rangka atas (LOADED)

Batang Gaya Batang Batang Gaya Batang1 3.2023 42 -46.4193

2 52.6190 43 4.5923

3 87.7989 44 -37.1291

4 108.5654 45 0.8385

5 114.9100 46 -26.5588

6 106.8325 47 -2.4252

7 84.3696 48 -14.9654

8 47.7918 49 -4.9739

63

Page 84: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

9 49.9529 50 -2.2946

10 37.4227 51 -6.8185

11 24.1062 52 11.4505

12 10.3488 53 -7.9720

13 -3.8542 54 26.2866

14 -18.4836 55 -8.5936

15 -33.3775 56 42.2869

16 -48.3964 57 -6.6514

17 -38.9977 58 -5.7850

18 -15.7489 59 5.8522

19 -11.9583 60 2.1073

20 -8.0481 61 -1.8289

21 -3.9168 62 -5.9593

22 0.4175 63 -10.2952

23 4.9772 64 -14.8308

24 9.5577 65 -19.5638

25 -24.2521 66 -20.1278

26 46.2318 67 -50.0945

27 -4.6895 68 -37.5593

28 36.9462 69 -24.1865

29 -0.9268 70 -10.4292

30 26.4380 71 3.7762

31 2.3422 72 18.4389

32 14.8442 73 33.7066

33 4.8907 74 47.5578

34 2.1737 75 -3.0218

35 6.7330 76 -52.4409

36 -11.5713 77 -87.6804

37 7.8493 78 -108.4465

38 -26.4300 79 -114.7911

39 8.0580 80 -106.7105

40 -43.0830 81 -84.1813

41 6.5413 82 -47.0383

64

2. Beban angin yang bekerja pada batang bawah :

P2' = ( Pb x Tekanan angin ) = ( 152.02x1.46) = 92.4788 kN

2.4 2.4

3. Beban angin pada saat Truk bergerak melewati jembatan :

P3'= 28.8 x 1.46x3= 126.144 kN

Beban angin yang bekerja pada batang bawah saat Truk lewat ( Gambar 5.15)

P4' = P2' + P3' = 92.4788 + 126.144 = 218.6228 kN

Page 85: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

65

10.94 21.86 21.86 21.86 21.86 21.86 21.86 21.86 21.86 21.86 10.94

Gambar 5.15 Gaya Angin bekerja pada rangka bawah pengaku angin (loaded)

Tabel 5.8 Gaya batang akibat beban angin pada rangka bawah (LOADED)

Batang Gaya Batang Batang Gaya Batang1 77.2799 37 -8.8475

2 201.9244 38 -8.8457

3 298.4070 39 -8.9324

4 362.6119 40 -6.6595

5 394.7173 41 -56.3603

6 394.7173 42 79.5864

7 362.6119 43 -95.0307

8 298.4070 44 63.0295

9 201.9244 45 -73.5924

10 77.2799 46 41.3664

11 -92.1758 47 -56.1714

12 82.8378 48 20.6107

13 -66.0720 49 -37.9149

14 70.4869 50 0.4723

15 -44.8836 51 -19.0362

16 52.6605 52 -19.0362

17 -24.1065 53 0.4723

18 34.4187 54 -37.9149

19 -3.9688 55 20.6107

20 15.5397 56 -56.1714

21 15.5397 57 41.3664

22 -3.9688 58 -73.5924

23 34.4187 59 63.0295

24 -24.1065 60 -95.0307

25 52.6605 61 79.5864

26 -44.8836 62 -67.1694

27 70.4869 63 -199.4349

28 -66.0720 64 -295.5815

29 82.8378 65 -359.7980

30 -92.1758 66 -391.9033

31 -56.3603 67 -391.9033

32 -6.6595 68 -359.7980

33 -8.9324 69 -295.5815

34 -8.8457 70 -199.4349

35 -8.8475 71 -67.1694

36 -8.8476

Page 86: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

66

5.4 Perhitungan Gaya Rem

Gaya rem yang bekerja pada struktur jembatan rangka baja merupakan gaya

tekan yang ditransfer ke batang tepi atas pada rangka utama ( Gambar 5.16 ).

Besar gaya rem yang bekerja adalah sebagai berikut:

P = gaya rem

P = b. W

= 0,25 . 650

= 162.5 kN

b adalah faktor gaya rem terdapat berat kendaraan sebesar 0.25

W = berat kendaraan

= 145 + 145 + 35 + 145 + 145 + 35

= 650 kN

R, r<DA

X2 = 4.2 m

P= 162.5 kN ^A

XI = 1.8 m

Kb >kl V

R,=P. XI

XI + X2

162,5.1,8

48.75 kN

Gambar 5.16 Gaya rem yang bekerja

Page 87: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

67

5.5 Perhitungan Kombinasi Beban Berdasarkan Metode AASHTO-LRFD

1994

Untuk menentukan gaya batang terbesar gaya batang terbesar sebagai dasar

perencanaan desain profil yang akan digunakan, digunakan kombinasi gaya

batangakibat beban DC, beban jalur, gaya rem, impact dan gaya angin.

Kombinasi pembebanan untuk variasi kombinasi beban tetap (Permanent

loads) dan beban bergerak (Transient load) berdasarkan kondisi elemen rangka,

ditentukan sebagai berikut:

1. Kondisi Batas Kekuatan (Strength Limit State)

Strength V: Pu = 77 (DC +1,35LL+ 1,35 IM +0,4WL+ 1,35 BR)

2. Kondisi Batas Layan (Service Limit State)

Service II : Pu =^(DC +l,3 LL +1,3IM +1,3BR)

3. Kondisi Batas Gagal dan Patah (Fatigue andFracture Limit State)

Fatigue :Pu = 77 (0,75 LL + IM)

4. Kondisi Beban Ekstrim (Extreme Event Limit State)

Exteme event I: Pu =77 (l ,25 DC +0,5 (LL +IM) +0,5 BR)

Dengan nilai 77 untuk masing-masing kondisi pada Tabel 5.8 berikut :

Tabel 5.9 Tabel nilai 77 untuk masing-masing kondisi batasKondisi Strength V Service II E. Event Fatigue

V 1 1 1 0,95

Secara lengkap hasil kombinasi pembebanan rangka jembatan dapat ditulis

di Tabel 5.10 pada lampiran 2.

Page 88: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

68

5.6 Perencanaan Batang Tekan

Rumus AASHTO-LRFD digunakan untuk perencanaan komponen struktur

tekan pada jembatan jalan raya. Dengan perhitungan salah satu batang tekan pada

rangka utama sebagai berikut:

1 Setelah nilai Pu diperoleh dari kombinasi pembebanan, maka diperoleh

gaya tekan maksimal rencana(Pu), dengan panjang L(mm), tegangan

leleh (Fy), serta elastisitas (E)

2. Menganalisa kuat tekan rencana, dengan menentukan :

a. Gaya nominal yang yang terjadi (Pn), pada batang 32 (Pu = 4820.435

kN)

b. Menentukan i minimum perlu (\wun = iymm)

IA 6000

200 200= 30 mm = 1.181 in

3. Memilih Profil yang memiliki i minimum > i perlu

Dipihh profil W14 x 176 dengan i mm = 4.02 in = 102.11 mm

Cek kestabilan elemen :

L 6000— • — -'O /u

imm 102.11

abel analisis kuat tekan

V ^ IZU .... vJls.

Tabel 5.11 T rencana

No Batang L (mm) Pu (kN) Pn perluL pakai

(mm)i min

(mm)i min

(inc)1 11=29 8485 2846.896 3163.218 8485 42.43 1.672 15=25 8485 1596.750 1774.167 8485 42.43 1.673 19=21 8485 728.339 809.266 8485 42.43 1.674 30=37 6000 3147.181 3496.868 6000 30.00 1.185 31=36 6000 3209.093 3565.659 6000 30.00 1.186 32=35 6000 4729.116 5254.573 6000 30.00 1.187 33=34 6000 4820.435 5356.039 6000 30.00 1.18

Page 89: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

69

4. Menentukan k (Faktor Panjang Efektif), ditentukan nilai k = 1

5. Untuk krteria tekuk keseluruhan digunakan fungsi kerampingan Ac

sebagai parameter kerampingan, sebagai berikut :

A = Ac" =

0.39-

'KLV

V m )

by

E

1.6000V

3,14.102.11

Dengan r = 102.11 mm; As = 33419.29 mm2

6. Menghitung Kekuatan nominal

Dengan nilai X= 0,6129 termasuk kolom panjang menengah

(X< 2,25) dengan Pn:

350

2000000.6129

Pn = 0.66'- Py

Ac = V A

0 0.5 1.0

kolom panjang menengah•5 2.0 2.5

kolom panjang

Gambar 3.17 Kurva untuk desain kolom

Pn =0,66x Fy.As =0,6606129.350. 33419,29 =90671.451 kN

7. Menghitung kekuatan tekan dari elemen

Pr = 0c. Pn = 0,9. 90671.451 = 81604.435 N

Page 90: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

70

8. Cek rasio kuat tekan rencana dengan kuat tekan elemen yang terjadi

„ . Pu 4820,435 n ^, ,Rasio=— = = 0.591 < 1 Aman

Pr 8160,435

9. Cek kriteria tekuk lokal dengan profil W14xl76 :

^<k] [K -J!L!Lso.56jl-~-5.973< 13J87 Aman2.t f \Fy 2.33,274 V 350

£^,[£ =32004 (K«§j Aman/„. y<y 21.082 V 350

10. Cek rasio kelangsingan :

Kl 1 8485a. Batang utama = —- = = 83.0967 < 120 Aman

r 102.11

b. Batang pengaku (KL/r) < 140

Dapat disimpulkan bahwa batang elemen 32 aman terhadap tekan. Untuk

perhitungan batang selanjutnya untuk batang rangka utama (Main Truss) dan

batang pengaku angin (Top Chord) dan (Bottom Chord) dapat dilihat pada

Tabel 12-20 pada lampiran 3.

Page 91: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

71

5.7 Perencanaan Batang Tarik

Setelah diperoleh gaya batang maksimum pembebanan menurut AASHTO-

LRFD Bridge Specification, dilanjutkan dengan analisis kuat tarik dengan tahapan

analis sebagai berikut:

1. Mencari beban maksimal dan kombinasi pembebanan yang ada (Nu), pada

elemen-elemen tarik, didapat nilai maksimum gaya batang 5 = 6 = 5075.800

kN

2. Mencari nilai i min, Ag perlu, dan luas efektif(Ae perlu), berikut :

• • , L 6000 „ra. i min perlu = —— = —— = 25 mm, dengan Fu = 36 Ksi = 455 Mpa

. A , Nu 5075,800.1000 „,,„b. Ag perlu =—T-= ^rzz = 16113.650 mm'

c. Ae perlu

<f).by 0,9.350

Nu _ 5075,800.1000

<f>.Fu 0,8.455= 13944.510 mm'

Dengan hasil perhitungan i min rencana, Agperlu, dan Aeperlu keseluruhan

pada Tabel 5.21 berikut:

No BtgL

(mm)

Gaya Btg

(kN)

i min prl

(mm)

i min prl

(inc)

AgprI

(mm2)AgprI

(inc2)Ae perlu

(mm2)Ae perlu

(inc2)1 1=10 6000 1885.084 25.00 0.98425 5984.39 9.276 5178.80 8.0272 2=9 6000 2088.517 25.00 0.98425 6630.21 10.277 5737.68 8.8933 3=8 6000 4087.856 25.00 0.98425 12977.32 20.115 11230.37 17.4074 4=7 6000 4657.274 25.00 0.98425 14785.00 22.917 12794.71 19.8325 5=6 6000 5075.800 25.00 0.98425 16113.65 24.976 13944.51 21.6146 12=28 6000 696.148 25.00 0.98425 2209.99 3.425 1912.49 2.9647 13=27 8485 2003.777 35.35 1.39189 6361.20 9.860 5504.88 8.5338 14=26 6000 17.268 25.00 0.98425 54.82 0.085 47.44 0.0749 16=24 6000 692.326 25.00 0.98425 2197.86 3.407 1901.99 2.94810 17=23 8485 1108.170 35.35 1.39189 3518.00 5.453 3044.42 4.71911 18=22 6000 11.347 25.00 0.98425 36.02 0.056 31.17 0.048

Tabel 5.21 Tabel Analisis Kuat Tarik Rencana

Page 92: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

3. Memilih profil yang memiliki (i min, Ag, Ae) > (i min, Ag rencana, Ag

perlu, Ae perlu), dipilih profil I.

4. Cek rasio kelangsingan batang dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Komponen utama :

Rasio =—<240 = 60Q° =59,682 <240 (Ok)r 100,584

b. Komponen sekunder : (untuk pengaku angin)

Rasio =- <300 =^-=57,930 <300 (Ok)r 62,23

5. Setelah cek rasio kelangsingan maka batang aman, untuk hasil perhitungan

keseluruhan batang utama dan pengaku dapat dilihat pada Tabel 5.22 - 5.27

pada lampiran 3.

Page 93: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

73

5.8 Perhitungan Sambungan Joint

Pada elemen tarik penggunaan sambungan baut digunakan pada perencanaan

ini. Dengan tahapan sebagai berikut :

1. Mencari gaya yang paling menentukan dari kombinasi pembebanan yang

ada (Nu), diperoleh kombinasi gaya batang berdasarkan AASHTO-LRFD

1994, misal pada batang 5, didapat nilai batang= 5075.800 kN

2. Mencari in (i minimum) perlu

b 6000 _c/ rj = = = 25 mm

240 240

3. Mencari luas (Ag) perlu : Ag perlu = 16113.650 mm2 (perhitungan pada

perencanaan batang tarik halaman 74).

4. Mencari luas efektif (Ae) perlu : Ae perlu = 13944.510 mm2 (perhitungan

pada perencanaan batang tarik halaman 74).

5. Pilih profil yang memiliki (in, Ag, Ae) > (in, Ag, Ae) perlu

Pakai profil I dengan keterangan properties pada lampiran 3.

6. Perhitungan kekuatan baut:

a. Kekuatan geserdesain (tanpa ulir pada bidang geser)

Vd =<f>f.Vn = </>r f'mAb, Ab = -ttD2 =-;r(25,4)2 =506.707 mm24 4

Vd = 0.8.827,4.1.506,707 = 335399.497 N = 335.3995 kN

b. Kekuatan tumpu desain

Rd =^Rn = 2A<f)tdhtpfu ; Fu plat = 65 ksi = 455 Mpa, tp= 25,4 mm

Rd = 2,4.0,8.25,4.25,4.455 = 563.612 kN

Page 94: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

74

Dipakai desain kekuatan baut yang terlemah = 335.3995 kN, dan untuk

penggunaan baut diameter

berikut:

dapat dilihat pada Tabel 5.28 sebagai

Tabel 5.28 Tabel kekuatan geser tumpu dan tumpu desain dengan variasidiameter baut

Diameter Mutu Baut Fu

A325 827.4

7, A325 827.4

7. Perhitungan sambungan padajoint 6

5075.800<3~

683.243

20

Joint 6

Vd (kN) Rd (kN)335.3995 563.6L

85.127 315.870

•> 5075.800

r> ^gsavap „ , ., 16,895Psayap = . x Pu tank = '

A 42,7x5075,800 = 2008,329 kN

g total

193414] 2008 329-Banyak baut sayap (n) = ' =-—i =5.988 pakai 12 buah

P,badan

AgBadan _ 8,568Ag . ~^2J

£ total

x5075,800=1018,488kN

- Banyak baut badan (n) = 1018,48 1018,48

Rd 335,3995

Untuk perhitungan keseluruhan penggunaan baut pada masing-masing

elemen pada rangka utama serta rangka pengaku angin dapat dilihat pada

Tabel 5.29 - 5.31 pada lampiran 3.

5.037 pakai 4 buah

Page 95: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

75

Penentuan jarak baut pada rangka utama, dalam bentuk Tabel 5.32 untuk

kelengkapan gambar detail joint, keseluruhan jumlah sambungan baut pada

rangka utama serta rangka pengaku angin lengkap dengan mutu baut,

diameter pada tabel 5.32 - 5.33 (lampiran 3).

Perhitungan luas efektif (Ae) pada batang5 (n baut sayap 1sisi = 24 buah)

a. Pada Sayap :

ProfilW14x145:

^ Ag sayap = 15,5 x 1,090 = 16,895 in2

126 = 10899,978 mm2

Agbadan=12,6x 0,68 = 8568 in2 = 5527,731 mm2

Anl = Ag-n.dt = 16,895-{2(1+0,125).1,09)= 14,443 inc~ = 9317,723 mm"

A„, = 9317,723 mm2 (untuk satu sisi), U untuk profil I digunakan U = 0,9

dan untuk profil berdasarkan A1SC digunakan :

''L , dan untuk batang 5 dipakai U = 0,9U = \

Ae = U.A„, =0,9.9317,723 =8385,951 mm2 >Ae perlu = 5517,38 mm

Psayap.1000A, perlu —

A perlu

<f>.Fy

2008,329.1000

0,8.455

Psayap =1^1*5075,800 =2008,329AW42,7

= 5517,387 mm*

Page 96: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

76

b. Pada badan

15,5 Profil W 14x145:

Ag sayap = 15,5 x 1,09 = 16,895 in2

= 10899,978 mm2

Ag badan=12,6 x0,68 =8,856 in2 =5527,731 mm212.6

Ant =Ag-n.dt = &,56&- {2.(l+0,125).0,68j= 4540,637 mm"

A„, = 4540,637 mm2 (untuk satu sisi), U untuk profil I digunakan U = 0,9

dan untuk profil berdasarkan AISC digunakan :

f V

Vb- , dan untuk batang 5 dipakai U = 0,9

Ae = lI.Anl =0,9. 4540,637 =4086,573 mm2 >Ae perlu =2798,044 mm2

8,568A, perlu =

A(.' perlu

<f).Fy1018,489.1000

0,8.455

hadan-x5075,800=1018,488&V

42,7

= 2798044mm2

?. Cek kapasitas profil pada sayap batang 5:

a. Kriteria leleh : <f>.Pn = (ft.Ag.Fy

<p.Pn = 0,95.10899,978.350 = 3624,243 kN > Pu perlu

b. Kriteria fracture : tf>.Pn = <f>.Ae.Fu

<ft.Pn = 0,8.8385,951.455 = 3052,486 kN > Pu perlu

Dipakai <£>.Pn = 3052,486 kN (penggunaan 24 baut, untuk 2 sisi sayapdan badan)

Page 97: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

9.Perhitungan Blok Geser pada sayap

P <-1 savap ^^

Reaksi nominal 1 baris

22d = 558,8 mm

(!) 0 Q 0 0 0

G> Q O O Q Q

l<H 1 1 1 1 r->2d 4d 4d 4d 4d 4d 2d

£

$

Ad = 63.5 mm

,6d = 6.1.5 mm

Diameter lubang = 1" = 25,4 mm.

Agv = Luasan brutto pelelehan geser

= 27,686.(2.558,8) = 3094,178 mm2

Agt = Luas brutto leleh tarik

= 27,686.(2.63,5) = 3516,122 mm2

Ant = Luas netto fraktur tarik

= ( 2.63,5-(1.25,4)).27,686 = 2812,898 mm2

Ans = Luas netto fraktur geser

= (2.558,8-( 11,25,4)).27,686 = 23206,405 mm2

Reaksi nominal:

0,6 Fu.Ans > Fu.Ant; terjadi pelelehan tarik dan patah geser

0,6.455.23206,405 > 455.2812,898

6335,349 kN > 1279,868 kN, maka

0 Rn = 0,8 (0,6 Fu.Ans + Fy Agt)

= 0,8.((0,6.455.23206,405) + 350.3516,122) = 6052,793 kN

B Rn = 6052,793 kN > 2008,329 kN Aman

77

Page 98: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

78

5.9 Perhitungan Kapasitas Ujung Jembatan Rangka Baja

Portal ujung jembatan menerima gaya lateral akibat beban angin (nilai Pa

pada perhitungan beban angin) yang bekerja pada batang atas pada saat Unloaded

Gambar (5.18).

ABeban angin < >

B

TV

s^J>

A

<r

H,

%

4 m

«±*C

&cA

r~\

6 m

- <rV

D H,

->

Gambar 5.18 Penempatan gaya yang bekerja pada Portal Ujung StrukturJembatan Rangka Baja

Dengan adanya beban lateral akibat beban angin maka portal ujung terjadi

momen. Dengan perhitungan portal ujung menggunakan program SAP 2000 serta

gaya batang dan momen dapat dilihat pada Tabel 5.40.

Page 99: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

79

5.10 Perhitungan Kapasitas Profil Pada Portal

Kapasitas profil pada portal dihitung dengan metode "Balok-Kolom" yaitu

untuk mengontrol kapasitas profil dalam menahan gaya aksial dan momen

(Gambar 5.19).

65,566 kN Blx,

B

8,485 m

A

4m

Gambar 5.19 Portal I struktur jembatan rangka baja

Kapasitas aksial

Batang Ly 1

A =(K.L\ b

\x-r ) E

.8485 "i

3,14.95,5

350

200000= 1,401 < 2,25, maka Pn

Pn = 0fiV.Ey.As =0,66' 401.350.25032,21 =4894,950 kN

0.Pn = Pr = 0,9.4894,950 = 4405,455 kN

Pr =4450,455 kN >Pu Batang 11 =2849,896 +65,325 =2912,231 kN....Ok

Page 100: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Batang Blx

A{ 7i.r )

Fy

E

1.4000

3,14.53,848

80

550

200000= 0,979 < 2,25, maka Pn

Pn =0,66\Fy.As =0,66° w.350.12709,652 =2961,660 kN

<ft.Pn = Pr = 0,9.2961,660 = 2665,494kN

Pr = 2665,494 kN > Pu batang angin atas (btg 17) = 64,123 + 32,949

97,072 kN Ok

Kapasitas Momen

Batang Ly 1 dengan L = 8485 mm

b,-

tfl

W14 x 132, keterangan properties :

bf = 376,02 mm tw = 16,382 mm

tf = 30,162 mm ry = 95,5 mm

d = 320,04 mm As = 25032,21 mm2

Zx = 3834572,976 mm3

Cek kriteria kompak pada sayap :

A= L<Ap =o,seUL;A= ™$L<> -056 f^m2tf \bV 2.30,162 ''V

A= 6,233<Ap= 13,487

Cek kriteria kompak pada badan :

A= -<Ap= 1,49JJL. A=™&<A=l49 /200000tw 16,382

550

.(Ok)

350

Page 101: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

a= 19,537 <XV = 35,618, (Ok)

Penampang Kompak : Mn = Mp

Mn = Mp = Zx.Fv

Mp = 3834572,976.350 = 1247367471,7 Nmm = 1247,368 kNm

Dari Tabel hasil perhitungan portal ujung jembatan didapat Mux = 184,416

kNm.

Mnx = 1247,368 kNm, Pu = 2912,221 kN dan cDbpn = 4405,455 kN,

perhitungan Balok-Kolom batang 11 dengan metode LRFD :

Pu 2912,221

<fh.Pn 4405,455= 0,661 > 0,2

Pu 8• + —

<ftb.Pn 9

Mux

K<ftb.Mnx

0,661+-f 184,416

0,9.1247,368= 0,807 <1 Aman.

Batang Blx 1 dengan L = 4000 mm

W8 x 67, keterangan properties :

bf= 210,312 mm tw= 14,478 mm

tf= 23,749 mm ry = 53,848 mm

d= 181,102 mm As = 12709,652 mm2

Zx= 1150371,893 mm3

Cek kriteria kompak pada sayap :

2(/ \Iy 2.23,749 ' V 350

Page 102: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

X= 4,429 <Ap= 13,487

Cek kriteria kompak pada badan :

^<^=1,49/Z;^18U02tw }jFy 14,478

X= 12,509 <XV = 35,618,

Penampang Kompak : Mn =Mp

Mn = Mp = Zx.Fy

Mp =1150371,893.350 =297688705,65 Nmm =297,689 kNm

Dari Tabel hasil perhitungan portal ujung jembatan didapat Mux =95,159kNm.

Mnx = 297,689 kNm, Pu = 97,072 kN dan O^n = 2665,494 kN,perhitungan Balok-Kolom batang 17 dengan metode LRFD :

Pu 97,072

<ft.Pn 2665,494= 0,036 < 0,2

Pu Mux

2.<ft.Pn I <ftb Mnx• +

)

(Ok)

* K = 1,49,200000

350~

(Ok)

0,01895,159

0,9.297,689 .J'J*» Aman.

82

Page 103: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

83

5.11 Perhitungan Defleksi Dengan Metode Virtual Work

Keadaan batas layan [Service Limit) adalah mengontrol lendutan atau

defleksi pada batang tengah. Contoh perhitungan defleksi dengan metode Virtual

Work adalah sebagai berikut:

- Perhitungan gaya batang dengan penempatan beban sebesar 1kN ditengah

bentangrangka (Gambar 5.20)

Gambar 5.20 Penempatan beban 1kN ditengah bentang

Dengan nilai Ra =Rb =V2 kN, maka akan diperoleh besarnya gaya batang.

- Perhitungan gaya batang dengan penempatan beban mati pada tiap joint

(Gambar 5.21).

- Perhitungan defleksi akibat beban mati, dengan persamaan sebagai berikut:

8 = Tnu.S.L—- dan defleksi pada tengah bentang (S) =

800

dengan n = banyaknya elemen, L= panjang bentang, S = gaya batang

maksimum karena beban mati, U= gaya batang karena pengaruh beban

virtual sebesar 1kN di tengah bentang, A=luasan profil yanmg digunakan,

E = elastisitas baja.

Page 104: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

APPPP PPPP P X

Ra

84

Gambar 5.21 Penempatan Beban Mati Pada Tiap Joint

Ketentuan aman : 5 - Xn-±uL< (s)- —--A.E 800

Perhitungan defleksi akibat beban hidup, dengan persamaan sebagai berikut

S = Xn—k—^- dan defleksi pada tengah bentang (S)= ——A.E 800

dengan n = banyaknya elemen, L = panjang bentang, S = gaya batang

maksimum karena jalur rencana, U = gaya batang karena pengaruh beban

virtual sebesar 1 kN di tengah bentang, A = luasan profil yang digunakan, E

= elastisitas baja.

Perhitungan defleksi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.43-5.44 pada

Lampiran 3.

Page 105: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

85

5.12 Perhitungan Beban Rangka Jembatan

Setelah didesain berdasarkan pembebanan AASHTO-LRFD 1994, telah

diperoleh dimensi penampang elemen rangka. Selanjutnya perhitungan beban

rangka, agar beban yang diakibatkan rangka melebihi batas asumsi pada

perencanaan. Perhitungan beban dijelaskan pada Tabel 5.45 berikut:

Tabel 5.45 Tabel Perhitungan Beban Rangka

No Batang MM) A(m2) V Bj W W(KN) Profit W(KN/m)

B.Bwh 1=2;9=10 24 0.023 0.545 7850 4276.680 41.911 W14x120 1.746

3=4 ;7=8 24 0.025 0.600 7850 4710.000 46.158 W14x132 1.923

5=6 12 0.028 0.330 7850 2594.268 25.424 W14x145 2.119

B.Dgl 13=27 16.971 0.019 0.317 7850 2491.193 24.414 W14x99 1.439

17=23 16.971 0.017 0.290 7850 2277.609 22.321 W14x90 1.315

11=29 16.971 0.025 0.424 7850 3330.472 32.639 W14x132 1.923

15=25 16.971 0.021 0.350 7850 2744.309 26.894 W14x109 1.585

19=21 16.971 0.017 0.288 7850 2264.721 22.194 W14x99 1.308

B.Vrtkl 12=28 12 0.014 0.169 7850 1324.452 12.980 W14x74 1.082

14=26 12 0.013 0.155 7850 1215.180 11.909 W14x68 0.992

16=24 12 0.012 0.138 7850 1087.068 10.653 W14x61 0.888

18=22 12 0.010 0.121 7850 947.652 9.287 W14x53 0.774

20 6 0.009 0.055 7850 428.422 4.199 W14x48 0.700

B.Atas 30=31;36=37 24 0.031 0.747 7850 5864.698 57.474 W14x159 2.395

32=33;34=35 24 0.033 0.802 7850 6296.194 61.703 W14x176 2.571

Bottom

Chord

144.22 0.004 0.535 7850 4199.818 41.158 L6x6x1/2 0.285

Top

Chord

115.79

36

0.004

0.013

0.463

0.457

7850

7850

3635.806

3591.563

35.631

35.196

L6x6x1/2

W8x67

0.307

0.977

Total 24.023

Dengan total berat rangka (tanpa berat alat sambung) = 24.023 kN/m

Berat rangka asumsi = 26 kN/m

Total berat rangka = 24.023 kN/m < 26 kN/m (OK)

Page 106: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

86

286.9,81=1 5.13 Perhitungan Konstruksi Bagian Bawah

',81=7 491 Konstruksi bagian bawah merupakan pendukung konstruksi bagian atas

15-15/2) =jembatan.

Konstruksi bagian bawah terdiri :

1. Pangkal jembatan.

2. Pilar jembatan.

3. Pondasi.

Beban yang bekerja :

1. Beban mati

6\ kN/m' 2- Beban hidup

3. Tekanan tanah

12,361/25,514. Gaya rem

$46.9,81=175. Gaya akibat gesekan tumpuan (Gg)

',81 = 7,607

5-15/2) = ( 5.13.1 Mencari Nilai Data Tanah dari Data Sondir :

Lapisan 1 :

ys = 25,702 kNIm3

Wopt = 44%

<* = 15°

yb = \1,266kNIm'

56 kNIm' fk =J*- =ll&!L =i2tn5kN/m3\ + w 1 + 0.44

12,066/25,50( n = (1- yk I ys).\00% = (1-12,115/25,702). 100% = 52,86%

Page 107: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

ysat = yk + n= 12,115 +0,5286.9,81 =17,301 kN Imi

y =jsat-9,S\ = 17,301-9,81 =7,491 kN Im3

Ka = tg2(A5-<f>l2) = tg2(A5- 15/2) = 0.589

Lapisan 2 :

ys = 25,506 kN Im3

Wopl = 43%

^ = 15°

?6 = 17,266ftV/m3

^ =_i*_ =J7!266_= W;n31+w 1 + 0.43

n = {\-yklys).\ 00% = (1 -12,361 / 25,506). 100% = 48,46%

ysat = yk + n = 12,361 + 0,4846.9,81= 17,417 kNIm3

y = ysat - 9,81 = 17,417- 9,81 = 7,607 kN Im3

Ka = tg2(45 -<f>I'2) = tg2(45 -15/'2) = 0.589

Lapisan 3 :

ys = 25,506 kN/m3

Wopt = 46%

^ = 15°

7* = 16,971 ftW/w3

>6 16,971 ,_ .^ „r, 3yk = —— = — = 12,066 kN/m3

1 + w 1 + 0.46

n = (\-yklys).\ 00% = (1-12,066 / 25,506). 100% = 52,69 %

87

Page 108: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tsat^rk +n=12,066 +0,5269.9,81 =17,235 kN/m3

y =ysat- 9,81 =17,235 -9,81 =7,425 kN/m3

Ka = tg2(45 -0/2) = tg2(45-\5/2) =0.5S9

88

Page 109: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5.13.2 Mencari Reaksi - reaksi Pada Abutment

q(slab beton + aspalP(kendaraan) P(beban mati + beban hidup)

* Gava rem

Akibat tekanan tanah (1 m tegak lurus bidang gambar):

Pal = 0,5.Hal2.y]'.Ka = 0,5.32.7,491.0,589 = 19,855kN

Pal = (Ha\.yl.Kal).Ha(2 + 3) = (3.7,491.0,589).4,4 = 58,241 kN

Pa3 = 0,5.Ha2.y\.Ka2 = 0,5.42.7,607.0,589 = 35,844 kN

PaA = (Ha2.y'2.Ka2).Hai = 4.7,607.0,589.0,4 = 7,169kN

Pa5 = 0,5.Ha 2.y\.Ka, =0,5.0,42.7,425.0,589 = 0,35 kN

89

Bag Gaya akibat tkn tanah (kN) Y(m) My (kNm)

1 19,855 5,4 107,217

2 58,241 2,2 128,130

3 35,844 1,73 62,010

4 7,169 0,2 1,434

5 0,35 0,133 0,047

27Ta= 121,459 ZMy = 298,838

ZA/v 298 838Letak titik berat terhadap O =—- = = 2,460 m (keatas)

UTa 121,298

Page 110: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

90

2. Akibat beban terbagi merata (1 m tegak lurus bidang gambar)

Pal 3m Pal = Q.Hax.Kax =18,908.3.0,589 = 33,410 kN

Pa24 m

Pa2 = Q.Ha2.Ka2 = 18,908.4.0,589 = 44,547 kN

Pa3 0,4 m

Pa3 = Q.Ha3.Ka3 = 18,908.0,4.0,589 = 4,455 kN

Bag Beban terbagi rata (kN) Y(m) My (kNm)

1 33,410 5,9 197,119

2 44,547 2,4 106,913

4,455 0,2 0,891

£Ta = 92,412 £My = 304,923

Letak titik berat terhadap O = —- = —- = 3,30 m (keatas)TTa 92,412 '

3. Akibat beban titik kendaraan

Q == 145 kN

a = 0,75 m•• ' -

4S°+0/{ \\

m

Pa= 1/2.0,779.219,268 = 85,405 kN

Y = 6,939 m

Mpa = 85,405.6,939 = 592,284 kNm

Page 111: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

4. Akibat kohesi tanah (1 m tegak lurus bidang gambar) :

Pal«—

Pa2*—

a3•«—

3 m

4 m

0,4 m

Pal =2.Cx.Hax.^Ka~, =2.14,7153.3.^/0,589 =67,817 kN

Pal = 2.C2.Ha2.ArKa2~ =2.14,715.4.^/0,589 =90,3458 kN

Pa3 = 2.C:,.Ha,.Ark~a~, =2.14,715.0,4.^0,589 =9,035 kN

91

Bag Gaya Akibat kohesi Tanah = Ta ( kN ) Y(m) My( kNm)

1 67,817 5,9 400,12

2 90,346 2,4 216,830

3 9,035 0,2 1,807

XTa= 167,198 £My = 618,757

Letak titik berat terhadap O=^^ =618'757 =3701 m(keatas)I Ta 167,198

Gaya Vertikal :

Beban Mati dan Beban Hidup

Vmh = 3333,319+ 3251,5

= 6584,819 kN

Page 112: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gaya Horisontal :

1. Tekanan tanah

Ht = 132,078.1,25.5,4 = 591,527 kN

Y = 2,25 m

MHt = = 891,527.2,25 = 2005,936 kNm

2. Gaya rem

Hr= 162,5.1,75 = 284,375 kN

Y = 7,4+ 1,8 = 9,2 m

MHr = 284,375.9,2 = 2616,25 kNm

3. Gaya gesekan tumpuan

Hf = 10%.BebanMati = 10%.3333,319 = 333,332 kN

Y = 7,4 m

MHT = 333,332.7,4 = 2466,709 kNm

XH = Ht + Hr+Hf= 891,527 +284,375 + 333,332 = 1509,234 kN

£MH = MHt + MHr + MHT = 2005,936 + 2616,25 + 2466,709

= 7088,895 kNm

92

Page 113: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5.13.3 Perencanaan Penulangan Abutment

P = 6584,819 kN

7,4 m

k = 2 (Jepit bebas)

Ig= —.5400.1000312

450.109 mm4

*MH = 7088,895 kNm

kf, 2.7400

r 0,3.1000= 49,330 > 22 , kolom langsing.

Ec = 4700Jfd = 4700V35 = 27805,755 Mpa

EI = EcJg =27805-755-(45ai°9) =4004028,72 kN/ms2,5(1+ ^rf) 2,5.(1 + 0,25)

Pc =n2.El 3,142.4004028,72

{KE)2 (2.7,4)2= 180232,476 kN

Kolom bergoyang Cm = 1,0

5b = -Cm i,u

6584,819= 1,059

1-Pu

IftPc1-

0,65.180232,476

Mc = Sb.Mu = 1,059.7088,895 = 7507,14 kNm

Pu _ 6584,819

"7"_ 0,6510130,491 kN

Mc _ 7507,14~J~ ~ 0,65

= 11549,446 kNm

93

Page 114: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Mc^ 11549,446 ir^A 11fA

e = = l,l40m = 1140 mmPu 10130,491

<P

94

Dari grafik Mn-Pn untuk badan abutment (5400x1000), maka diperoleh

prosentase tulangan yang dibutuhkan sebesar 1 %.

As =0,01.5400.1000 = 54.000 mm2

Cek kapasitas :

Termasuk patah tarik digunakan persamaan Whitney :

Pn = 0,%5.fc'.b.d( e^

1 +j i- +2mpd)dV "J

e =e +( , /o

d — = 1140 +I 2

900-1000

= 1540 mm, d'= 100 mm

d = h - d' = 1000 - 100 = 900 mm

As_ = 54000b.d 5400.900

fy 400m =

0,85./c' 0,85.35

Pn = 0,85.35.5400.900

(, 1540^900,

13,445

+ . 1—^---| +2.13,445.0,01.(1-900 J 1, 900

100^

J

Pu21980,204 kN>— = 10130,491 kN OK

Dipakai tulangn D25 AD25 = 490,625 mm2

T i u * i , Asperlu 54000 ,„„,„ ,,~,Jumlahtulangan perlu = — = = 108,76 « 110 batang

Page 115: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

95

Untuk jumlah tulangan 1 sisi = = 55 batang sepanjang 7400 mm

Jarak tulangan S = = 98,18 mm « 90 mm55

Dipakai tulangan tumpuan/pokok = 55D25-90 mm (1 sisi)

Perencanaan tulangan susut:

As tulangan susut = 0,002.b.h = 0,002.1000.5400 = 10800 mm2

Dipakai tulangan 0]6 —* A 0i6 = 200,960 mm2

T , , ,™ A<ftX(t.lA00 200,960.7400 ,__Jarak tulangan (S) = —^ = - = 137,695 mm * 130 mm10800 10800

A<f>]6.7400 200,960.7400 „ „n ^„ 2Asbaru = = = 11439,262 mm2 > As tulangan susut

130 130

perlu = 10800 mm' OK

Page 116: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

96

5.13.4 Perencanaan Penulangan Konsol

2,2

0,4

P=102,103kN

|P =225,504v

P beton = 1,74.5,4.24 = 225,504 kN

q beban merata = 18,908 kN/m

P perkerasan = 18,908.5,4 = 102,103 kN

Vu = 225,504 + 102,103 = 327,607 kN

h = 2600 mm

d = h - 100 = 2600 -100 = 2500 mm

0,3 0,3 1

Vu = 327,607 kN

^1^327,607<t> 0,6

Vc = 0,20. fc'.bw.d = 0,2.35.600.2500.10""3 = 10500 kN

= 10500 kN > Vn = 546,012 kN

Menetukan momen penulangan geser friksi:

li=l,4

Vn 546,012.103Avf =

jy-p- 400.1,4= 975,021 mm2

Hubungan antara badan abutment non monolit

u=l

A . Vn 546,012.103 „,eM 2Avf = — = : = 1365,03 mm2fy.fi 400.1

dipakai nilai Avfterbesar = 1365,03 mm2

Page 117: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Menentukan luas tulangan lentur karena gaya horisontal

Nuc tidak ada ketentuannya, digunakan Nuc min

Nuc min = 0,2.Vu = 0,2.327,607 = 65,521 kN

Mu Vu.a+ Nuc. (h-d)4f =

<jt.fy.X(lengan) <ft.fy.X(lengan)

102,103.103.300 + 225,504.103.267 + 65,54.103.1000,65.400.(0,85.2500)

Nuc 65,21.103 _ 2fAn = = — = 252 mm

tft.fy 0,65.400

Menentukan tulangan pokok As

As = -Avf + An = -.1365,03+252 = 1162,024 mm3 3

As = Af + An = \76,276+ 252 = 428,276 mm2

As =0,04.^-.b.d =0,04.—-.600.2500 =5250 mm2fy 400

dipakai As = 5250 mm2

Ah =-(As - An) =-(5250- 252) =2499 mm2

Menentukan diameter tulangan :

As perlu = 5250 mm2; digunakan 14D22 = 5321,858 mm2

As perlu = 2499 mm2; digunakan 13D16 = 2613,805 mm2

Dipasang sepanjang 2/3 d = 1666,6 mm (vertikal)

Sebagai rangka dipasang tulangan 14D16.

2

97

176,276 mm

Page 118: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5.13.5 Mencari Reaksi - reaksi yang Terjadi Pada Poor ( Kaki Pondasi)

q (slab beton + aspal)P kendaraan

\

>&8K|o.o

Lap

-4.00

Lap 2

-8.00

r-^j—j—j—t r P(beban mati + beban hidup)

io jir><

0.6

12

1,5 1 3,0

Gambar 5.22 Penampang Struktur Bawah

0.3

■♦ Gaya rem

Gaya-gaya Yang Bekerja Sepanjang 1 meter :

1. Akibat berat sendiri pada Poor dan Abutment

Gaya yang Bekerja Pada Poor Akibat Berat Sendiri dan Abutment

Bag Gaya Vertikal = Va ( kN) X Mx (kNm )

1 1.0,3.1.24 = 7,2 1,4 10,08

2 2,2.0,6.1.24 = 31,68 1 ss 49,104**

j 0,5.0,4.0,6.1.24 = 28,8 1,45 41,76

4 1.7,8.1.24=187,2 0,75 140,4

5 0,5.1,5.0,4.1.24 = 7,2 1,75 12,6

6 0,5.3.0,4.1.24 = 14,4 -0,75 -10,8

7 5,5.0,8.1.24 = 105,6 0 0

XVa = 356,16 2Mx = 243,144

1

2,2

0,6

4,6

0,4

0,8

98

Page 119: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Jarak terhadap titik tangkap O :

I Mr 243,144X =

TVa 356,16= 0,683 m

2. Akibat berat tanah isian.

Gaya-gaya Yang Bekerja Akibat Tanah Isian :

Bag Gaya Vetikal = Va ( kN ) X Mx ( kNm )8 1,2.1.1.7,4136 = 8,896 2,15 19,126

9 2,2.0,9.1.7,4136=14,679 2,3 33,762

10 0,4.0,9.1.7,4136 = 2,669 2,3 6,139

11 0,5.0,6.0,6.1.7,4136=1,334 1,65 2,201

12 1,5.4,6.1.7,4299 = 51,266 2,0 102,532

13 0,5.1,5.0,4.7,1536 = 2,146 2,25 4,828

I Va = 80,99 TMx= 168,589

99

Jarak terhadap titik O :

v I Mr 168,589x=^r=o^r=2-082m

3. Akibat Tekanan Tanah.

Tekanan tanah yang pasif diabaikan untuk memperbesar angka aman akibat

muatan lalu lintas diatas abutment.

Hal=4m

Ha2 = 4 m

Ha3 = l,6m

Page 120: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

100

Pal = 0,5.Hal2.yl'.Ka = 0,5.42.7,491.0,589 = 35,298 kN

Pal = (Hal .yl'.Kal).Ha(2 + 3) = (4.7,607.0,589).5,6 = 100,364 kN

Pdi = 0,5.Ha2.y'2.Ka2 = 0,5.42.7,607.0,589 = 35,844 kN

Pa4 = {Ha2.y'2.Ka2).Ha3 = 4.7,425.0.589.1,6 = 27,989 kN

Pa5 = 0,5.Ha3.f3.Ka3 = 0,5.1,62.7,425.0,589 = 5,598 kN

Bag Gaya Akibat Tek. Tanah Aktif = Ta ( kN ) Y(m) My( kNm)

1 35,298 6,9333 242,201

2 100,364 2,8 274,476

3 35,844 2,9333 102,695

4 27,989 0,8 21,573

5 5,598 0,5333 2,876

XTa = 205,093 £My = 656,246

Jarak terhadap titik O :

Letak titik berat =f^ =656'246 =3,20 m(keatas)17b 205,093 '

Akibat Beban Terbagi Ratadiatas tanah dari slab beton danaspal sebesar

Q = Q slab beton +'Q aspal + Q kendaraan

= 0,22.1,5.24 + 0,05.1,5.22,5 + 9,3

= 18,908 kN/m

Page 121: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Hal=4m

Ha2 = 4m

Ha3= 1,6 m

Pal = Q.Hax.Kax = 18,908.4.0,589 = 44,547 kN

Pal = Q.Ha2.Ka2 = 18,908.4.0,589 = 44,547 kN

Pah = Q.Ha3.Ka3 = 18,908.1,6.0,589 = 17,819 kN

101

Bag Gaya Akibat Beban Merata = Ta ( kN ) Y(m) My (kNm)

1

2

44,547

44,547

17,819

7,6

3,6

0,8

338,557

160,369

14,255

£Ta= 106,913 ZMy = 513,181

farak terhadap titik O :

Letak titik berat = —-^=—^ =4,80 m(keatas)2.7a 106,913

5. Akibat beban titik dari kendaraan

Q= 145 kN

a = 0,75 m

\ 0t^

4S°+0/2( VvVt

B

m

Pa

Bm = a.tgn 0

= 0,75.tgn 15°= 0,201 m

Bk = a.tgn.(45 + 0/2)

= 0,75.tgn(45+15/2) = 0,977 m

Pa = y2.(mk).(mp)

mk = Bk - Bm

Page 122: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

mp

0,977-0,201 = 0,776 m

l.Q.Ka

mk

102

2.145.0,589

0,776220,116 kN/m

Pa = Vz.0,119.119,268 = 85,405 kN

Y = 9,135 m

MPa = 780,545 kNm

6. Akibat Kohesi Tanah :

Hal = 4 m

Ha2 = 4m

Ha3 = 1,6 m

Pal = l.CvHax.ArKax= 2.14,715.4.^0^89 =90,3458 kN

Pal =l.C2.Ha2.ArKa2~ =2.14,715.4.^0,589 =90,3458 kN

Pa3 =l.C3.Ha3.jKa~3= 1.14,715.1,6.^0,589 =36,1383 kN

Bag Gaya Akibat kohesi Tanah = Ta ( kN ) Y(m) My( kNm )

1

2

3

90,3458

90,3458

36,1383

7,6

3,6

0,8

686,6281

325,2449

28,9106

£Ta = 216,8298 £My = 1040,7836

Page 123: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Jarak terhadap titik O :

, . ., , ZMy 1040,7836 . ._ ., + .Letak titik berat = = = 4,80 m (keatas)

YJa 216,8298

7. Akibat Beban Mati

2666,713.1,25 = 3333,391 kN.

8. Akibat Beban Hidup

1858.1,75 = 3251,5 kN.

9. Gaya Rem

Rm = 162,5.1,75 = 284,375 kN.

10. Gaya Gesekan Pada Tumpuan (Gg)

Digunakan tumpuan karet dengan baja dan beton

Gg= 10%.Beban mati

= 10%.3333,391 = 333,339 kN.

11. Gaya Tekanan Tanah :

180,581.1,25 = 225,727 kN.

103

Page 124: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

_QJ}

Lap 1

-4 00

Lap 2

-8.00

Lap 3

, 0.3

un

0.6

^>&&&<^

Gambar 5.23 Gaya - gaya yang terjadi

Gaya-gaya yang bekerja sepanjang 5,4 m :

Gaya Vertikal

a. Beban keseluruhan struktur Badan dan Poor :

Va = 356,16.5,4.1,25 = 2404,08 kN.

Lengan kerja terhadap O = 0,683 m.

MVa = 2404,08.0,683 = 1641,987 kNm.

b. Beban Tanah Isian = Vt.

Vt = 80,99.5,4.1,25 = 546,683 kN.

Lengan kerja terhadap O = 2,082 m.

MVt = 546,683.2,082 = 1138,193 kNm.

c. Beban mati dan beban hidup = Vmh

Vmh = 3333,391 + 3251,5 = 6584,891 kN.

Lengan kerja terhadap O = 0,75 m.

Mmh = 6584,891.0,75 = 4938,668 kNm.

104

l

2,2

0,6

4,6

0.4

0,8

Page 125: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Total beban vertikal .

Zv=Va +VI +Vmh =2404,08 +546,683 +6584,891 =9535,654 kN

Momen vertikal :

ZMv =A^a +^7 +M^ =1641,987 +1138,193 +4938,668

= 7718,848 kNm.

Gaya horisontal :

a. Gaya tekanan tanah = Ht

Ht= 225,727.5,4= 1218,926 kN

Yl = 5,035 m.

Mht = 1218,926.5,035 = 6137,291 kNm.

b. Gaya rem dan traksi

Hr = 284,375 kN.

Y2 = 8,6 +1,8= 10,4 m.

Mhr = 284,375.10,4 = 2957,5 kNm.

c.Gaya gesekan tumpuan =Hf

Hf= 500,009 kN.

Y3= 9,6-1= 8,6 m.

MHf= 500,009.8,6 = 4300,077 kNm.

Beban horisontal:

z// =Ht +Hr +Hf =1218,926 +284,375 +500,009 =2003,31 kN.

Momen horisontal:

ZMH =MHt +MHr +MHf =6137,291 +2957,5 +4300,07= 13394,686 kNm

105

Page 126: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5.13.6 Menentukan Jumlah Tiang Pancang

-4

-8

•10

16,6-

-21,6-

I pasir berlempung>&£K

II lempung berpasir

III lempung berpasir

IV lempung berpasir

V lempung berpasir

Adapun data-data tanah tiap lapisan adalah sebagai berikut

Lap 1 : G= 25,702 kN/m3

0=15

yb= 17,266 kN/m3

y' = 7,491 kN/m3

Lap 2 : G= 25,506 kN/m3

0=15

yb= 17,266 kN/m3

f = 7,607 kN/m3

Lap 3 : G= 25,506 kN/m3

0=15

Yb= 17,266 kN/m3

y' = 7,425 kN/m3

Lap 4 : G= 25,604 kN/m3

0 = 6,5°

yb= 17,462 kN/m3

y' = 7,685 kN/m3

Lap 5 : G= 25,604 kN/m3

0 = 6.5°

Yb= 17,462 kN/m3

y' = 7,685 kN/m3

106

Page 127: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

107

Data pondasi tiang pancang :

Dalam perhitungan ini direncanakan menggunakan tiang pancang dengan bentuk

segiempat dengan ukuran tampang ( 0,4 x0,4 ) m2, sepanjang 12 m.

o-

-4-

-8-

-9,6-

-16,6-

-21,6-

_n_ VSAs^

Estimasi Kapasitas Tiang Tunggal:

Menentukan kapasitas ijin tiang tunggal (Qall) dengan menggunakan data

laboratorium dan data lapangan :

A

8D

4D

\yvx

-18,4

-21,6

1. Daya dukung ujung tiang :

a. Data lapangan N-SPT

D = 0,4 m

8 D = 8.0,4 = 3,2 m

4 D = 4.0,4= 1,2 m

v

WW-22,8

Kedalaman(m) N Qc (kg/cm2)12,6 27 64

13,1 25 68

13,6 26 67

14,1 25 72

14,6 25 76

Page 128: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

15,1 24 73

15,6 27 78

16,1 27 82

16,6 27 84

17,6 28 85

19,6 28 85

22,8 28 87

qc rata-rata = 76,75 kg/cm2 = 7529,175 kN/m2

b. Metode CPT

Qp = Ap.qc = (0,4.0,4)w2.7529,175 kNIm2 = 1254,668 kN.

N value rata-rata = 27

Q = Ap.Q.L

LbAp.(40.N)— < Ap.(400.N)

(0,4.0,4).(40.27)— < 0,4.0,4(400.27)

108

= 4416 kN> 1728 kN

Qp=1728kN.

Dari hasil perhitungan diambil nilai yang terkecil ( CPT ) = 1254,668 kN.

2. Daya Dukung Gesekan Tiang Sepanjang Badan ( Friction ):

a. Data Laboratorium

- Cara a ( Tomlinson, 1971 )

/ = a.Cu ; a = faktor adhesi ( grafik )

a.Su Cu = kohesi undrained

Su = undrained shear strength

Qs = As.f = As.a.Cu{kN)

Page 129: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

109

Perhitungan Qs

Kedalaman(m) As = P.AL (m2) a Cu (kN/m2) Qs = As.a.Cu (kN)

9,6-11,6 1,6.2 = 3,2 14,715 47,088

11,6-13,6 1,6.2 = 3,2 14,715 47,088

13,6- 15,6 1,6.2 = 3,2 14,715 47,088

15,6-17,6 1,6.2 = 3,2 14,715 47,088

17,6-19,6 1,6.2 = 3,2 14,715 47,088

19,6-21,6 1,6.2 = 3,2 14,715 47,088

P = keliling tiang = 40 cm x 4 = 160 cm = 1,6 m.

a didapat dari grafik, berdasarkan Cu = Su

Qs = 282,528 kN.

b. Cara X= ( Vijayvergiya dan Focht, 1972 )

fav = A{ov'+l.Cu)ataufs = A{av+ l.Su)

dimana : fs = koefisien friksi rata-rata

X= koefisien kapasitas rata-rata

av = tegangan efektif rata-rata

Su = Undrained Shear Strength rata-rata

Cu = Undrained cohesion ; ( Cu = Su )

Sul.Ll + Sul.Ll + ....Su =

L

AI + A1 + A3(7 =

Page 130: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Su

-9,6-

-11,6-

-13,6-

-15,6-

-17,6-

-19,6-

-21,6-

A A

LI

L2

L3

4^L4

A.

A

V

V

A

V

A

L5

L6

L=12m

V V

Svl

Sv2

Sv3

Sv4

Sv5

Sv6

110

ov6

14,715.2+ 14,715.2+ 14,715.2+ 14,715.2+ 14,715.2 +14,71.2 _l1?l5kK/m_ _ -

ovl = 2 m. 3,176 kN/m3 = 6,352 kN/m2

av2 = 6,352 + 2.3,176 = 12,704 kN/m2

av3 = 12,704 + 2.3,176 = 19,056 kN/m2

ov4 = 19,056 + 2.3,176 = 25,408 kN/m2

av5 = 25,408 + 2.3,176 = 31,760 kN/m2

ov6 = 31,760 + 2.3,176 = 38,112 kN/m2

Al = !/2.6,352.2 = 6,352 kN/m

A2 = Vz.( 6,352 + 12,704 ).2 = 19,056 kN/m

A3 = Vz.( 12,704 + 19,056 ).2 = 31,760 kN/m

A4 = Vz.{ 19,056 + 25,408 ).l = 44,464 kN/m

A5 = Vi.{ 25,408 + 31,760 ).l = 57,168 kN/m

A6 = Vz.{ 31,760 + 28,112 ).2 = 59,872 kN/m

..ZA.2iwra= 8|223kNWL 12

av

Page 131: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

11

Mencari X dari grafik hubungan koefisien gesek dinding (X) dengan

kedalaman penetrasi tiang ( Vijay Vergiya dan Facht,1972 ). Di dapat

dengan L = 12 m ; A. = 0,22.

fs = A(ov' + l.Su)

= 0,22.( 18,223 + 2.14,715)

= 14,296 kN/m2

Qs = P.M.-fs

= (0,4.4).12.15,246

= 274,481 kN.

dari hasil perhitungan dengan metode a dan Xmaka daya dukung gesekan

tiang sepanjangbadan (friction) Qs = 274,481 kN.

Qv = Qp + Qs

= 1254,668+ 274,481= 1529,149 kN.

„ Qv 1529,149Qall = — = = 611,660 kN.^ SF 2,5

Estimasi Kapasitas Tiang Kelompok

Berdasarkan kapasitas tiang tunggal, makajumlah tiang yang dibutuhkan :

P 9535,654

Qall 611,660= 15,590 «16 buah.

Page 132: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

112

Gambar rencana penempatan tiang dalam pile cap :

1. Susunan tiang dibuat simetris sehingga pusat berat kelompok tiang dan

pusat berat pile cap terletak pada satu garis.

2. Jarak minimum antara tiang = 2 .D = 2.0,4 = 0,8 « 0,9 m

3. Jarak tiang ketepi poer = 1,25.D = 1,25.0,4 = 0,5 « 0,6 m

o

o\

K-5,5 m

Lg=4,3->l

A

-3-

©*.

ON

o"

©".ON 'o"

•*•

o'.

Bg=4,3 5,4 m

0,6 0,4 0,9 0,4 0,9 0,4 0,9 0,4 0,6I—H—•—H—^—tA h-H—H

Gambar 5.24 Pondasi tiang pada Poor

Kapasitas Kelompok Tiang:

1. Jumlah total kapasitas kelompok tiang

S Quq = m.n.{Qp + Qs)

v

Page 133: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

dengan : m = jumlah tiang dalam kolom

n = jumlah tiang dalam bans

Qp = daya dukung ujung tiang

Qs = daya dukung selimut tiang

AL = panjang segmen

XQuq = 4.4.( 1254,668 + 274,481 ) = 24466,384 kN.

2. Blok berukuran Lg x BG x AL

Z Quq = LG .BG .Cu.Nc + Y 2.LG.BG .Cu.AL

^ =— =2,791BG 4,3

^cL=4!3=]BG 4,3

Nilai dari grafik lampiran didapat Nc= 64,678.

TQuq = 4,3.4,3.14,715.64,678 + 2.4,3.4,3.14,715.12 = 24127,541 kN.

Dipakai Quq = 24127,541 kN.

0^2^24127^SF 2,5

Qall = 9651,017 kN > XV = 9535,654 kN.

113

Page 134: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5.13.7 Perhitungan Reaksi-reaksi yang Terjadi Pada Poor

Mencari gaya aksial nominal ( Pn ) maksimum :

XV = 9535.6 kN

©

©'.

On

o"

o".

&ro'

rr •

©'.

ON

©'

Tf"

©'.V)

0,6 0,4 0,9 0,4 0,9 0,4 0,9 0,4 0,e

<-

Yv YM.di/> = -=—+^

n Z":

,9 m->

14

A

5,4 m

V

Page 135: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

YJd2=S.{dl2+d22)

=8.(l,952+0,652)= 33,8 m

Momen terhadap sumbu berat pondasi O

= 133994,868-77718,848

= 5676,02 kNm (arah kekanan)

9535,6 5676,02.1,95P max = h

16 33,8

Pm\n

= 923,438 kN.

9535,6 5676,02.1,95

1,3

16 33,8

= 268,512 kN

PI =268,512 kN

3,9

x2 923,438-268,512

x, = 218,309

Pl=268,5

P2 = 268,512 + 218,309 = 486,821 kN

2,6 3,9

x3 923,438-268,512

x3 = 436,617

P3 = 268,512 + 436,617 = 705,129 kN

P4 = 923,438 kN

115

A* — H-<

P2=468,

P3=7057IP4=923,438

,9m

Page 136: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5.13.8 Perencanaan Penulangan Poor

^\k\k xk\k\|/\|/\|/\|/N|/\|/\|/

XV = 9535,6 kN

0,4

0,8

Perencanaan penulangan Poor dihitung dengan membagi luasan menjadi dua

bagian yaitu bagian Telapak dan Tumit sebagai berikut:

Perencanaan Telapak:

q total = 619,896 kN/mPerhitungan beban diatas Telapak selebar 5,4

m tegak lurus bidang gambar :

q tanah = 1.5,4.7,607 + 0,5.0,4.5,4.7,609

= 49,296 kN/m.

1,2 m

3693,752

0J1 q beton = 0,5.0,4.5,4.24 + 5,4.0,8.24

= 129,6 kN/m

q total = 619,896 kN/m.

Page 137: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

17

Kontrol geser Dari SFD diperoleh Vu = 2557,937 kN

, 1,2 m . 1,8m Vc =-Sfc\b.d|< >|<

495.9176y

4\+-----i

2391,970 ;=-735.5400.(1000-100)

6 v '

N

/

25ivmi

< 3197,825 = 4792024,624 N

54, 280~~--—. 5212,486= 4792,025 kN

0Vc = 0,6.4792,025 = 2875,215 kN > Vu = 2557,937 kN (tidak perlu

tulangan geser ).

Perencanaan Tulangan Lentur :

Momen selebar 5,4 m tegak lurus bidang gambar :

Mmax =2820,516.0,9 + 3693,752.2,2 - 0.5.619,896.32

= 7875,187 kNm.

Momen selebar 1 m (b = 1000 mm)

7875,187Mu

5,41458,368 kNm.

Mu 1458,368

<t> 0.8= 1822,96 kNm.

d = h-100= 1000-100 = 900

Jd = 0,9.d = 0,9.900 = 810

Mu//<ft 1822,96.106 e„, „n 2Asperlu = v = : = 5626,420 mm2

Jd.Fy 810.400

Avmin = — h.d = —.1000.900 = 3150 mm2Fy 400

Dipakai As perlu = 5626,420 mm2

Page 138: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

18

. , . , 0 A.<ftl5.b 490,625.1000 „„ „rt n_ ,Dipakai tulangan S = = = 87,20 « 85 mm

F Aspakai 5626,420

A , As.<ft25.b 490,625.1000 enn. ncn 2As baru =—- = = 5772,059 mm2

S 85

Kontrol Mn :

As.Fy 5772,059.400a = — = - = 77,608 mm

0,85. fc'.b 0,85.35.1000

v 2jMn = As.Fy. = 5772,059.350.

77,608900 -

1988,350 kNm > — = 1822,96 kNm<f>

.OK.

Tulangan Susut:

As tulangan susut= 0,002.b.h = 0,002.1000.1000 = 2000 mm2

Dipakai tulangan Di9=A di9 = 283,385 mm2

i . . ,m ^/J>19.1000 1t^rnJarak tulangan (S) = = 141,69 mm «140 mm

2000

As baru =Am9.b 283,385.1000

s 140= 2024,18 mm2 > 2000 mm2 OK.

Page 139: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

19

Perencanaan Tulangan Tumit:

Perhitungan beban diatas Tumit selebar 5,4 mq total = 492.428 kN/m

\|/ v v \j/ v]/ ^ tegak lurus bidang gambar

^ q tanah = 1. 5,4. 7,491 + 2,2 .5,4. 7,491 +

0,8 m ' 0,7 m

\< >\1,2 m

Kontrol Geser

0.3 m 1,2 m

147.728393,942vK

680,106

0,6.5,4.7,491 + 0,5.0,6.5,4.7,491 +

4,6.5,4.7,607 + 0,5.0,4.5,4.7,425

= 362,828 kN/m.

q beton = 0,5.0,4.5,4.24 + 0,8.5,4.24

= 129,6 kN/m

q total =492,428 kN/m

Dari SFD diperoleh Vu = 147,728 kN

">l

335,406

Vc =-Jf7.b.d6y

1 ^5.5400.(1000-100)

= 2792024,624 N

= 4792,025 kN

0Vc = 0,6.4792,025 = 2875,215 kN > Vu = 147,728 kN (tidak perlu

tulangan geser)

Perencanaan Tulangan Lentur :

Momen untuk selebar 5,4 m tegak lurus bidang gambar :

Mu max= 1074,048.0,7-0,5.492,428.1,52= 197,852 kNm.

Momen untuk selebar 1 m (b = 1000 mm)

Page 140: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Mu =eTL^2l =36,640 kNm.5,4

Mu _ 36,640

<f> ~ 0,8= 45,80 kNm.

Mu

Asperlu^ =45,80.10* =H m2

Jd.Fy 810.400

Avmin =)Ajb.d =—. 1000.900 =3150 mm2Fy 400

Dipakai As min =3150 mm2

Dipakai tulangan AD25 =490,625 mm2

Jarak tulangan SAIM =J9W2M00O = mm ., 50 mmAspakai 1150

yte.D„i> 490,625.1000 „_n 2As baru = ^— = : = 3270,833 mm

S 150

Kontrol Mn :

As.Fy 490,625.400// = i— = = 43,978 mm

0,85./c'.6 0,85.35.1000

'*-<P2

Mn = As.Fy. = 3270,833.400. 90043,978

1177,480 kNm >Mu

T= 45,80 kNm OK

120

Sehinggauntuk tulangan dipakai D25 -150.

Perencanaan tulangan susut tumit sama dengan tulangan susut telapak.

Perencanaan tulangan Poor ditentukan dari perencanaan tulangan Telapak &

Tumit yang mempunyai jarak minimum yaitu Tulangan Pokok D25-85 mm

dan Tulangan Susut D19 -140 mm.

Page 141: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

121

5.13.9 Mencari Momen Nominal ( Mn ) Maksimum Pada Tiang Pancang

1. Berdasarkan Pengangkatan.

a. Pengangkatan Tahap Pertama

Diangkat pada jarak0,25 Ldari ujung.(L= 12 m)

Mmax

1M max= — q- L , q = 0,4 x 0,4 x 24 = 3,84 kN/m

j>2

Mmax = — 3,84.122 =17,28kNm32

b. Pengangkatan Tahap Ke-2

Mmax=-q.L2 =-3,84.122 =69,12kNm8 8

Page 142: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

2. Berdasarkan Pemancangan

Dari data tanah nilai Cu pada kedalaman pondasi tiang = 14,715 kN/m3

Cr = 0,5.Cu = 0,5.14,715 = 7,3575 kN/m3

Ho

225 777Ho= ' =14,108 kN

16

14,108

Cr.D 7,3575.0,4= 4,794

122

dengan e/D = 0 dan ujung atas tak ditahan.

Dari Gambar B-3 tiang pancang, Pedoman Perencanaan untuk Struktur

Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983 :

Mo

Cr.D2= 4

Mo = 4.Cr.D2 = 4.7,3575.0,42 = 4,709 kNm

/ =Ho 14,108

9.Cr.D 9.7,3575.0,4= 0,533 m

LI = f + l,5D = 0,533 +1,5.0,4 = 1,133 m

L2 = 2,2.L1 = 2,2.1,133 = 2,493m <Lsesungguhnya = 12 m= tiang panjang

Gambar 5.25 Simpangan dan momen lentur ujung atas tiang takditahan

Page 143: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

12:

5.13.10 Perencanaan Penulangan Tiang Pancang

Momen dan beban rencana :

pn = pu =<mm =l420674kN<ft 0,65

Mn=Mv =69J12=] ^<ft 0,65

Mn 106,338.10' „„ „e = = - = 74,85 mm

Pn 1420,674

Ukuran tiang 400 mm x 400 mm dengan jumlah penulangan 1%.

Asp-p'= — - 0,01 dengan d' = 70 mm.

b.d

Ast = 0,01.400.330 = 1320 mm2

As = As' = !4Ast = 660 mm2

Dicoba dengan 3D19 pada masing-masing sisi kolom (As = 850,586 mm2)

„=«$£» =0.0064400.330

Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang :

d = 400 - 70 = 330 mm

(7.- 60033° =198600 + 400

(51 =0,85 - 0,008(35 - 30) = 0,81

cV = p\ .Cb = 0,81.198 = 160,4 mm

198 _ 7f)

ss'=- .0,003 = 0,0019 < f\tlEs198

fs'= Es.es'= 200000.0,0019 = 387,9 Mpa

Page 144: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Pub = (0,85.fc'.cb'.b + As'.fs'-As.fy)

= (0,85.35.160,4.400 +850,586.387,9. - 850,586.400)l0"

1898,468 kN > — = 1420,674 kN

Dengan demikian kolom akan mengalami patah tarik.

Memeriksa kekuatan penampang :

Termasuk patah tarik digunakan persamaan Whitney :

Pn = 0,85. fc'.b.de

V d j

e = e + d

I 2)= 74,85 +

+ .

f

( _Lf}V d j

330-400

mfy 400

0,85,/c' 0,85.35= 13,445

1--V dJ

204,85

330= 0,379

dj+ Imp

v

= 204,85 mm

—)dj

(

1-v 330

70= 0,788

Pn = 0,85.35.400.330 |o,379 +Vo^3 ,788J792+2.13,445.0,0064.0.

Pu= 3563,531 kN>— = 1420,674 kN OK

4

124

Perencanaan tulangan sengkang

Dengan menggunakan batang tulangan D10, jarak spasi sengkang ditentukan

nilai terkecil dari ketentuan-ketentuan berikut ini :

a. 16 x dimensi tulangan memanjang (D19) = 16 x 19 = 304 mm

b. 48 x dimensi tulangan sengkang (D10) = 48 x 10 = 480 mm

Page 145: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

c. dimensi terkecil kolom = 400 mm

Jarak sengkang dipakai D10-300 mm

H = 400nim

P » *

8D19

_• II

B = 400 mm ,h 4

D10-300

Gambar 5.26 Gambar penulangan tiang pancang

125

Page 146: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan perencanaan struktur rangka jembatan dengan

metode AASHTO-LRFD 1994,maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Ada beberapa elemen yang mengalami tarik dan tekan. Maka elemen

harus direncanakan aman terhadap tarik dan harus aman juga terhadap

tekan serta aman terhadap blokgeser yang terjadi padajarak tertentu.

2. Batang atas sebagai batang tekan dan batang bawah sebagai batang tarik

semakin ketengah dimensinya semakin besar, batang diagonal dan

batang vertikal semakin ketengah dimensinya semakin kecil.

3. Defleksi dari struktur rangka jembatan di tengah bentang akibat beban

mati dan beban hidup memenuhi syarat.

4. Struktur bawah menggunakan Abutment tipe T terbalik dengan

menggunakan tiang pancang yang stabilitasnya telah didesain aman

terhadap guling dan geser .

I,: ^

Page 147: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

127

6.2 Saran

Berdasarkan perhitungan pada tugas akhir ini, perencanaan jembatan tipe

Baltimore truss secara kelengkapan elemen struktur dapat dikatakan lengkap

namun secara fungsional kurang memadai, maka penulis menyarankan adanya

kelanjutan perencanaan berupa :

1. Dicoba profil lainnya untuk rangka utama seperti profil sayap lebar

(WF) agar didapat perbandingan yang lebih ekonomis.

2. Untuk struktur ikatan angin atas dicoba menggunakan bentuk struktur

lainnya.

3. Analisis keamanan struktur dari segi yang lebih khusus seperti gempa

dan banjir.

Page 148: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

DAFTAR PUSTAKA

1. Salmon, Charles G, 1992, STRUKTUR BAJA, DESAIN DAN PERILAKU,

jilid I dan II, Gramedia Pustaka Utama.

2. Richard M, Barker and Jay A, Puckett, 1997, DESIGN OF HIGHWAY

BRIDGES : Based on AASHTO-LRFD Bridge Design Spesifications, John

Willey and Son, Inc.

3. S.P. Bindra, 1992, PRINCIPLE AND PRACTICE OF BRIDGE

ENGGINEERING, Dhapat and Son, Inc, New Delhi.

4. Frederich S. Merrit, 1997, STRUCTURAL STEEL DESIGNERS

HANDBOOK, Mc Graw-Hill Book Company.

5. Akbar R. Tamboli, 1997, STEEL DESIGN HANDBOOK LRFD METHOD,

Mc Graw-Hill Book Company.

6. Ram Chandra, 1971, DESIGN OF STEEL STRUCTURE, Published by

Rajinder Kumar Jain.

7. Joseph E.Bowles, 1995, DESAIN BAJA KONSTRUKSI, Erlangga, Jakarta.

8. PADOSBAJAYO, 1992, PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR BAJA.

9. -— , 1995, Manual of Steel Construction, AlSC.Inc

10. , 1995, Pedoman Praktik Kerja dan Tugas Akhir, Jurusan Teknik

Sipil FTSP UII, Yogyakarta.

11. Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang, PT Gramedia, Jakarta.

12. Ir. Sudarmoko, M.Sc, PERENCANAAN STRUKTUR PELAT BETON

Page 149: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

13. Kazuto Nakazawa, 1983, MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI,

Terjemahan PT. PRADNYA PARAMITA, JAKARTA.

14. Peck, Hanson, Thornburn, 1973, TEKNIK PONDASI, Terjemahan Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

15. Departemen Pekeijaan Umum, 1983, PEDOMAN PERENCANAAN UNTUK

STRUKTUR BETON BERTULANG BIASA DAN STRUKTUR TEMBOK

BERTULANG UNTUK GEDUNG.

16. M.J. Tomlinson, 1975, FOUNDATION DESIGN AND CONSTRUCTION.

17. Luwes Purwo Resmi dan Nanang Arifianto, 2002, Tugas Akhir Kontrol

Struktur Jembatan Rangka Baja Terpasang Terhadap Pembebanan AASHTO

1994, Jurusan Teknik Sipil UII, Yogyakarta.

18. Yuli Wasiati dan Retno, 2002, PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

RANGKA BAJA TIPE ARCH BRLDGE DENGAN METODE AASHTO-

LRFD 1994.

Page 150: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Q

Page 151: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

f^-

Page 152: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

1.2

GARIS PENGARUH PADA BATANG 1

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 4.5 1.5 0.313

1 3 3 0.586

1 1.5 4.5 0.79

2 6 6 0.891

2 3 9 0.88

3 6 12 0.797

3 3 15 0.742

4 6 18 0.697

4 3 21 0.648

5 6 24 0.597

5 3 27 0.547

6 6 30 0.498

6 3 33 0.448

7 6 36 0.398

7 3 39 0.348

8 6 42 0.299

8 3 45 0.249

9 6 48 0.199

9 3 51 0.149

10 6 54 9.55E-03

10 3 57 9.78E-03

10 0 60 0

GARB PENGARUH BATANG t

)Y Ylhot Yno

4.3 4.3

5^ 145^ ^5145 ^ 145|4.3 4.3

I ' r145* 145^ 35^

-0.1

15 4.3 4.3

1 1 j1145 ^145 Y35

20 30 40

JARAK BENTANG (m)

50

9.3 N/mm

Page 153: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 3

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 0.352

2 6 6 0.698

2 3 9 1.031

3 6 12 1.399

3 3 15 1.847

4 6 18 2.081

4 3 21 1.975

5 6 24 1.791

5 3 27 1.634

6 6 30 1.492

6 3 33 1.344

7 6 36 1.194

7 3 39 1.044

8 6 42 0.895

8 3 45 0.746

9 6 48 0.597

9 3 51 0.448

10 6 54 0.298

10 3 57 0.149

10 0 60 o

GARIS PENGARUH BATANG 3

11 9.3 N/mm

HOY Y110

4.3 4.3

145 > , 145,,<

,35

2.5 -145Y

4.3 4.3 15 4.3 4.3

Y35145T 35Y Y145 Y145

•1

515-s

Q

g 1-

0.5 -

0 -

,^•^.975/ 1.847 X 1 791

/ "X,1.634/1.399 '"^X^

"X 1.194*' 1.031 X 1.044

"X.n.895/ 0 698 X0.746

-v.0.597/O 352 X0.448

/ U^Z X0.298/ X0.149

c

D I I i , , -^ \J ,

10 20 30 40 50 60 70

JARAK BEHTAHG (m)

Page 154: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

CN

O<CO

<Q<a.

xtr<ozLU

CL

CO

<

LU

z>_1

O(Nd

05

d 0.7130.892(O

NO

l^

-lD

^-C

On

cO

CO

fslM

Wi-r-T

-io

oco

om

om

om

om

om

om

o

dd

dd

dd

dd

dd

dd

dd

dd5.03E-02

0

LU

oz<HCO

Q

°2

cos*

mtM

ifico

T-^

No

nto

ro

cM

mo

oT

-t

u,T

-T

-r-cM

rg

iN

nco

(o

co

it^

fm

in

N-

Om

co

zo1CO

-5

CO

*>CO

T—

CO

CD

CO

CO

CO

CO

CO

CO

CO

CO

CO

CD

CO

CO

CO

CO

CO

o

UJ

LL

T—

T~

-t-

CN

cN

(o

nT

r'!

fm

intti(

DN

Ko

oco

o)C

»°

oo

-L_X

lv

niq

uo

oIT)

*s

OCN

Page 155: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 4

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 0.35

2 6 6 0.697

2 3 9 1.039

3 6 12 1.395

3 3 15 1.778

4 6 18 2.083

4 3 21 2.049

5 6 24 1.8

5 3 27 1.632

6 6 30 1.498

6 3 33 1.351

7 6 36 1.199

7 3 39 1.049

8 6 42 0.899

8 3 45 0.749

9 6 48 0.6

9 3 51 0.45

10 6 54 0.3

10 3 57 0.15

10 0 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 4

1.2 9.3 N/mm

HOY Y110

4.3 4.3

145^ I45J, J35

2.5

4.3 4.3 15 4.3 4.3

145Y 145Y 35Y • 145 Y145 Y35

2 -: «2.049

/1.778 X18

i—

<z

1.5/l395

XJ632X^l.498

X1351Qa.o 1 - / 1.039

Xl 1.-B9X^l.049

^0.899

0.5 -

¥ 0.697

0.35

X0749

XO-6X^O.45

X^O.3

0 *-Q--XO.-5

0 10 20 30 40 50 60 7

JARAK BENTANG (m)

Page 156: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 5

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 0.25

2 6 6 0.499

2 3 9 0.748

3 6 12 0.998

3 3 15 1.25

4 6 18 1.497

4 3 21 1.73

5 6 24 1.998

5 3 27 2.347

6 6 30 2.481

6 3 33 2.275

7 6 36 1.992

7 3 39 1.735

8 6 42 1.493

8 3 45 1.245

9 6 48 0.996

9 3 51 0.746

10 6 54 0.498

10 3 57 0.249

10 0 60 o

GARIS PENGARUH BATANG 5

1.29.3 N/mm

HOY Y110

4.3 4.3

145 | 14sJ, ,35

3

4.3 4.3 15 4.3 4.3

145Y 145Y 35Y Y145 Y145 Y35

2.5 i

r ^Ho 275

2 /\ .998 \l .992< XX73 XI .735

o 1.5 , Vl.497 X. 1.493a:n X25 X. 1.245

1 '0.998 ^Xo.gge^6.748 X0.746

0.5 -

''0.25X0.498

X0.249

0 »^& -V-0-

50 60 700 10 20 30 40

JARAK BENTANG(m)

Page 157: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 11

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 4.5 1.5 -0.377

1 3 3 -0.763

1 1.5 4.5 -1.082

2 6 6 -1.259

2 3 9 -1.256

3 6 12 -1.126

3 3 15 -1.048

4 6 18 -0.985

4 3 21 -0.916

5 6 24 -0.844

5 3 27 -0.774

6 6 30 -0.704

6 3 33 -0.633

7 6 36 -0.563

7 3 39 -0.493

8 6 42 -0.422

8 3 45 -0.352

9 6 48 -0.281

9 3 51 -0.211

10 6 54 -0.141

10 3 57 -7.04E-02

10 0 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 11

JARAK BENTANG (m)

9.3 N/mm

70

Page 158: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Qeco

GARIS PENGARUH PADA BATANG 12

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 4.5 1.5 0.282

1 3 3 0.611

1 1.5 4.5 0.879

2 6 6 0.981

2 4.5 7.5 0.831

2 3 9 0.524

3 6 12 5.29E-03

3 3 15 -4.47E-02

4 6 18 6.19E-04

4 3 21 8.51 E-03

5 6 24 1.95E-03

6 6 30 1.54E-03

6 1.5 34.5 1 39E-03

7 6 36 1.26E-03

8 6 42 9.40E-04

8 1.5 46.5 7.07E-04

9 6 48 6.27E-04

9 1.5 52.5 3.92E-04

10 1.5 58.5 7.85E-05

10 0 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 12

15 4.3 4.3

IT145Y 14?

30 40

JARAK BENTANG (m)

50

9.3 N/mm

70

Page 159: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

1.2

1

0.8

0.6

5 04oco

0.2

0 «.--e-

6-0.2 -

-0.4

GARIS PENGARUH PADA BATANG 13

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 -0.168

2 6 6 -0.129

2 3 9 0.495

3 6 12 1.1

3 3 15 1.104

4 6 18 0.973

4 3 21 0.893

5 6 24 0.832

5 3 27 0.764

6 6 30 0.693

6 3 33 0.624

7 6 36 0.554

7 3 39 0.485

8 6 42 0.416

8 3 45 0.347

9 6 48 0.277

9 3 51 0.208

10 6 54 0.139

10 3 57 6.93E-02

10 0 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 13

1.2

0Y YlHOY YllO

4.3 4.3

145

4.3 4.3

4. 145J.4.3

Y145 Y145 Y 35

* "t.1». 1.104

35

15 4.3 4.3

145Y 145Y 35Y

» 0.973

0.495

0.893

'X 0.832X. 0.764

''*. 0.693"" « ,0.624

X. 0.554» 0.485

» 0.416

, 0.347

X 0-277

9.3 N/mm

0.208

•«. 0.139

S0.«•..-0.168

20 30 40

JARAK BENTANG (m)

50

6.93E-02

'--•--e—

60 70

Page 160: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

0.02

0.015

-0.005

-0.01

GARIS PENGARUH PADA BATANG 14

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 7.85E-04

2 6 6 5.20E-04

2 3 9 1.61E-02

3 6 12 1.59E-02

3 3 15 1.57E-02

4 6 18 -1.01E-03

4 3 21 -5.44E-03

5 6 24 2.00E-03

5 3 27 -2.90E-04

6 6 30 1.11 E-03

6 3 33 1.23E-03

7 6 36 9.85E-04

7 3 39 7.88E-04

8 6 42 7.26E-04

8 3 45 6.15E-04

9 6 48 4.87E-04

9 3 51 3.63E-04

10 6 54 2.43E-04

10 3 57 1.22E-04

10 0 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 14

1.2

HOY YllO

4.3 4.:

I45y 145,,

4.3 4.3

35

Y145 Y145 Y35

15 4.3 4.3

12145Y 14$

JARAK BENTANG (m)

9,3 N/mm

70

Page 161: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

oan

O

GARIS PENGARUH PADA BATANG 15

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 5.77E-02

2 6 6 0.141

2 3 9 0.273

2 0 12 0.269

3 4.5 13.5 4.54E-02

3 3 15 -0.337

3 1.5 16.5 -0.724

4 6 18 -0.957

4 3 21 -0.975

5 6 24 -0.836

5 3 27 -0.753

6 6 30 -0.695

6 3 33 -0.627

7 6 36 -0.556

7 3 39 -0.487

8 6 42 -0.417

8 3 45 -0.348

9 6 48 -0.278

9 3 51 -0.209

10 6 54 -0.139

10 3 57 -6.96E-02

10 0 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 15

9.3 N/mm

JARAK BENTANG (m)

70

Page 162: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 16

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 8.35E-03

1 1.5 4.5 7.26E-03

2 3 9 -4.86E-02

2 1.5 10.5 -4.79E-02

3 6 12 3.05E-03

3 3 15 0.532

3 1.5 16.5 0.838

4 6 18 0.975

4 4.5 19.5 0.838

4 3 21 0.532

5 6 24 3.03E-03

5 3 27 -4.85E-02

5 0 30 -1.56E-03

6 6 30 -1.56E-03

6 3 33 6.74E-03

7 6 36 1.33E-04

7 0 42 1.27E-05

8 3 45 1.59E-04

8 0 48 3.20E-05

9 0 54 1.46E-05

10 3 57 1.08E-05

10 0 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 16

9.3 N/mm

Page 163: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Z

oa.o

GARIS PENGARUH PADA BATANG 17

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0.000

1 3 3 -0.072

2 6 6 -0.139

2 3 9 -0.197

3 6 12 -0.279

3 3 15 -0.419

4 4.5 19.5 -0.167

4 3 21 0.219

4 1.5 22.5 0.602

5 6 24 0.825

5 4.5 25.5 0.863

5 3 27 0.830

5 1.5 28.5 0.763

6 6 30 0.698

6 3 33 0.618

7 6 36 0.556

7 3 39 0.488

8 6 42 0.417

8 3 45 0.347

9 6 48 0.278

9 3 51 0.209

10 6 54 0.139

10 3 57 0.070

10 0 60 0.000

GARIS PENGARUH BATANG 17

9.3 N/mm

Page 164: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 18

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 3.40E-04

2 6 6 -4.66E-05

2 3 9 -1.60E-03

3 6 12 5.78E-04

3 3 15 -6.90E-03

3 1.5 16.5 -1.00E-02

4 6 18 -2.72E-03

4 3 21 1.33E-02

5 6 24 1.42E-02

5 3 27 1.33E-02

6 6 30 -2.73E-03

6 3 33 -6.93E-03

7 3 39 -1.63E-03

7 0 42 -9.71 E-05

9 6 48 2.25E-05

10 6 54 2.97E-06

10 0 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 18

1.2

0Y YlHOY YHO

4.3 4.3

4 145| J35I45

4.3 4.3

JARAK BENTANG (m)

9,3 N/mm

70

Page 165: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 19

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0.000

1 3 3 0.069

2 6 6 0.139

2 3 9 0.210

3 6 12 0.278

3 3 15 0.340

4 6 18 0.420

4 3 21 0.552

5 6 24 0.547

5 3 27 -0.059

6 6 30 -0.679

6 3 33 -0.697

7 6 36 -0.557

7 3 39 -0.475

8 6 42 -0.417

8 3 45 -0.349

9 6 48 -0.278

9 3 51 -0.208

10 6 54 -0.139

10 3 57 -0.070

10 0 60 0.000

GARIS PENGARUH BATANG 19

JARAK BENTANG (m)

9.3 N/mm

70

Page 166: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

1.2

1

0.8

< 0.6

5

O 0.4

0.2 -

GARIS PENGARUH PADA BATANG 20

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 1.58E-04

2 6 6 -2.58E-05

2 3 9 -9.03E-04

3 6 12 7.62E-05

3 3 15 6.68E-03

4 6 18 -1.63E-03

4 3 21 -4.86E-02

5 6 24 2.94E-03

5 3 27 0.532

6 6 30 0.975

6 3 33 0.532

7 6 36 2.94E-03

7 3 39 -4.86E-02

8 6 42 -1.63E-03

8 3 45 6.68E-03

9 6 48 7.62E-05

9 3 51 -9.03E-04

10 6 54 -2.58E-05

10 3 57 1.58E-04

10 o 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 20

9.3 N/mm

15 4.3 4.3

145Y 145* 35Y

0 ' 0 « 1.g>E(MESmOB-

0 10

-0.2 -

30 40

JARAK BENTANG (m)

70

Page 167: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 30

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0

1 3 3 -0.383

2 6 6 -0.801

2 3 9 -1.285

3 6 12 -1.583

3 3 15 -1.536

4 6 18 -1.392

4 3 21 -1.285

5 6 24 -1.191

5 3 27 -1.093

6 6 30 -0.993

6 3 33 -0.894

7 6 36 -0.794

7 3 39 -0.695

8 6 42 -0.596

8 3 45 -0.496

9 6 48 -0.397

9 3 51 -0.298

10 6 54 -0.199

10 3 57 -9.93E-02

10 o 60 0

GARIS PENGARUH BATANG 30

9.3 N/mm

HOY Y110

4.3 4.3

145 J/ 14s| J^354.3 4.3 15 4.3 4.3

Y145 Y145 Y 35 145Y 145Y 35' '

0 * -e—

1—

<z

Qoro

-0.2 A-0.4 \-0.6

-0.8

-1

-1.2 -

-1.4 -

10 20 30 40 50 _<S*^tjr<0.298

-0.383 J»-^0.397\ ^••' 0.496\ JK<0.596\ j»-<0.695\ -0.801 ^"^0.794\ ^^0.894

\ JK<1.093\ ^*^1.®1^ -1.285 JK<1.285\ J^l.392

-1.6 - V^536-1.8 JARAK BENTANG (m)

WlE-0270

Page 168: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 31

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0.000

1 3 3 -0.390

2 6 6 -0.798

2 3 9 -1.242

3 6 12 -1.588

3 3 15 -1.588

4 6 18 -1.404

4 3 21 -1.289

5 6 24 -1.200

5 3 27 -1.102

6 6 30 -1.000

6 3 33 -0.900

7 6 36 -0.800

7 3 39 -0.700

8 6 42 -0.600

8 3 45 -0.500

9 6 48 -0.400

9 3 51 -0.300

10 6 54 -0.200

10 3 57 -0.100

10 0 60 0.000

GARIS PENGARUH BATANG 31

1.2

10Y YIHOY Y110

4.3 4.3

145

4.3 4.3

|< 145J, |34.3

Y145 Y145 Y 35

15 4.3 4.3

145Y 145Y 35Y

o.ooo y9^90^-0.200 $\ 10-0.400 -

-0.600

Z -0.800

a: -1.000o

-1.200

-1.400

-1.600

-1.800 JARAK BENTANG (m)

9.3 N/mm

70

Page 169: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

CN

CO

oZ<CQ

<Q<I=>

or

<ozLU

0_

CO

or

<

LU

_l

oOO

CD

CD

CD

CD

CN

m

OoCD

CD

CD

00

ooCO

"3"

CO

v-

CO

CO

co

CDCO

CN

CM

CD

CD

mcn

-<r-*r

CO

CD

CD

CD

h~

mco

t-

mCD

CD

CO

CD

CD

m

CO

CD

CO

92o

CD

o•«-

O

2O

OO

iip

11

T-1

CM

CMi

CNi

ii

ii

,O

19

oo

19

d

LU

oz<1—

OCO

CD

CD

CN

mCO

CN

CN

CN

OCO

CO

CD

CD

CN

co

co

co

^r

mCO

ins

h-

Om

cd

CO

QZo<CD

CO

CD

CO

CO

CO

CD

CO

CD

CO

CD

CO

CD

CO

CD

co

CD

co

CD

CO

o

CO

LU

LL

T—

t-

CM

CN

CO

CO

•tf"tf

in

mCD

CD

h-

r^

00

CO

CD

CD

oT—

oo

"C

f-*

LV

NIQ

HO

Page 170: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GARIS PENGARUH PADA BATANG 33

FRAME STATION DISTANCE VALUE

1 6 0 0.000

1 3 3 -0.299

2 6 6 -0.597

2 3 9 -0.897

3 6 12 -1.195

3 3 15 -1.488

4 6 18 -1.794

4 3 21 -2.138

5 6 24 -2.384

5 3 27 -2.285

6 6 30 -2.001

6 3 33 -1.787

7 6 36 -1.597

7 3 39 -1.400

8 6 42 -1.198

8 3 45 -0.998

9 6 48 -0.799

9 3 51 -0.599

10 6 54 -0.399

10 3 57 -0.200

10 0 60 0.000

GARIS PENGARUH BATANG 33

4.3 4.3

1.2

HOY YHO

4.3 4.3

i| i45| J,:15

Y145 Y145 Y 35 145

4.3 4.3

Y 145* 35Y

JARAKBENTANG(m)

9.3 N/mm

o^s&e

6500 70

0.399

Page 171: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GAYA BATANG 1

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 0.586 145 84.970

Y2 0.893 145 129.485

Y3 0.796 35 27.860

Y4 0.536 145 77.720

Y5 0.448 145 64.960

Y6 0.378 35 13.230

£P = 398.225

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.790 145 114.550

Y2 0.892 145 129.340

Y3 0.785 35 27.475

IP= 271.365

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.894 110 98.340

Y2 0.890 110 97.900

IP = 196.240

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 3.124 9.3 29.053

2 20.115 9.3 187.070

IP= 216.123

GAYA BATANG 2

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.789 145 114.4050

Y2 0.943 145 136.7350

Y3 0.750 35 26.2500

Y4 0.487 145 70.6150

Y5 0.392 145 56.8400

Y6 0.302 35 10.5700

£P= 415.4150

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.892 145 129.340

Y2 0.860 145 124.700

Y3 0.739 35 25.865

IP = 279.905

Page 172: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.926 110 101.860

Y2 0.956 110 105.160

IP = 207.020

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 4.302 9.3 40.009

2 23.900 9.3 222.270

IP = 262.279

GAYA BATANG 3

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.989 145 143.405

Y2 0.578 145 83.810

Y3 2.081 35 72.835

Y4 1.194 145 173.130

Y5 0.895 145 129.775

Y6 0.643 35 22.505

IP = 625.460

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 1.620 145 234.900

Y2 2.081 145 301.745

Y3 1.791 35 62.685

IP = 599.330

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 2.080 110 228.800

Y2 1.994 110 219.340

IP= 448.140

Gaya batang karena pengaruh beban merata

No Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 18.729 9.3 174.180

2 44.742 9.3 416.101

IP = 590.280

Page 173: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GAYA BATANG 4

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.857 145 124.265

Y2 1.496 145 216.920

Y3 2.083 35 72.905

Y4 1.199 145 173.855

Y5 1.899 145 275.355

Y6 0.687 35 24.045

IP = 887.345

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 1.778 145 257.810

Y2 2.083 145 302.035

Y3 1.940 35 67.900

IP = 627.745

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 2.083 110 229.130

Y2 2.085 110 229.350

IP = 458.480

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 18.747 9.3 174.347

2 47.785 9.3 444.401

IP= 618.748

GAYA BATANG 5

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 1.674 145 242.730

Y2 2.233 145 323.785

Y3 2.481 35 86.835

Y4 0.896 145 129.920

Y5 0.498 145 72.210

Y6 0.002 35 0.070

IP = 855.550

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 2.476 145 359.020

Y2 2.275 145 329.875

Y3 1.892 35 66.220

IP= 755.115

Page 174: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 2.476 110 272.360

Y2 2.474 110 272.140

IP = 544.500

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 37.215 9.3 346.100

2 37.215 9.3 346.100

IP= 692.199

Page 175: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GAYA BATANG 11

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -1.259 145 -182.555

Y2 -1.126 145 -163.270

Y3 -1.002 35 -35.070

Y4 -0.595 145 -86.275

Y5 -0.472 145 -68.440

Y6 -0.352 35 -12.320

IP= -547.930

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 -1.094 145 -158.630

Y2 -1.126 145 -163.270

Y3 -1.010 35 -35.350

IP= -357.250

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -1.266 110 -139.260

Y2 -1.259 110 -138.490

IP = -277.750

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)1 -3.777 9.3 -35.126

2 -33.993 9.3 -316.135

IP = -351.261

GAYA BATANG 12

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 0.327 145 47.415

Y2 0.981 145 142.245

Y3 0.416 35 14.560

Y4 0.000015 145 0.002175

Y5 0.000001 145 0.000145

Y6 1.2E-06 35 0.000042

IP = 204.223

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 0.146 145 21.170

Y2 0.981 145 142.245

Y3 0.125 35 4.375

IP= 167.790

Page 176: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.861 110 94.710

Y2 0.734 110 80.740

IP= 175.450

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 3.924 9.3 36.4932

2 1.962 9.3 18.2466

IP= 54.7398

GAYA BATANG 13

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 -0.129 145 -18.705

Y2 1.102 145 159.790

Y3 0.997 35 34.895

Y4 0.576 145 83.520

Y5 0.465 145 67.425

Y6 0.347 35 12.145

IP= 339.070

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 1.076 145 156.020

Y2 0.927 145 134.415

Y3 0.812 35 28.420

IP= 318.855

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 1.100 110 121.000

Y2 1.113 110 122.430

IP= 243.430

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 2.200 9.3 20.460

2 27.500 9.3 255.750

IP= 276.210

Page 177: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GAYA BATANG 14

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.0070 145 1.01500

Y2 0.0160 145 2.82000

Y3 0.0120 35 0.42000

Y4 0.0010 145 0.14500

Y5 0.0003 145 0.04350

Y6 0.0002 35 0.00735

IP = 4.45085

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.014 145 2.030

Y2 0.015 145 2.175

Y3 0.016 35 0.560

IP = 4.765

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.016 110 1.760

Y2 0.015 110 1.650

IP= 3.410

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)1 0.225 9.3 2.093

2 0.045 9.3 0.419

IP= 2.511

GAYA BATANG 15

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -0.337 145 -48.865

Y2 -0.975 145 -141.375

Y3 -0.742 35 -25.970

Y4 -0.406 145 -58.870

Y5 -0.278 145 -40.310

Y6 -0.198 35 -6.930

IP= -322.320

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -0.727 145 -105.415

Y2 -0.975 145 -141.375

Y3 -0.753 35 -26.355

IP= -273.145

Page 178: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 -0.968 110 -106.480

Y2 -0.970 110 -106.700

IP= -213.180

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 -3.360 9.3 -31.248

2 -19.200 9.3 -178.560

IP= -209.808

GAYA BATANG 16

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.471 145 68.2950

Y2 0.975 145 141.3750

Y3 0.392 35 13.7200

Y4 0.000013 145 0.0019

Y5 0.000032 145 0.0046

Y6 0.000026 35 0.0009

IP =223.3974

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.217 145 31.465

Y2 0.975 145 141.375

Y3 0.204 35 7.140

IP= 179.980

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.884 110 97.240

Y2 0.964 110 106.040

IP= 203.280

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 5.85 9.3 54.405

IP= 54.405

Page 179: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GAYA BATANG 17

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.219 145 31.755

Y2 0.863 145 125.135

Y3 0.682 35 23.870

Y4 0.273 145 39.585

Y5 0.139 145 20.155

Y6 0.007 35 0.245

IP = 240.745

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.781 145 113.245

Y2 0.771 145 111.795

Y3 0.421 35 14.735

IP= 239.775

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.856 110 94.160

Y2 0.860 110 94.600

IP= 188.760

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 17.260 9.3 160.518

IP= 160.518

Page 180: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GAYA BATANG 18

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 0.01300 145 1.8850

Y2 0.01400 145 2.0300

Y3 0 35 0.0000

Y4 0.00024 145 0.0348

Y5 0.00023 145 0.0334

Y6 0 35 0.0000

IP= 3.9832

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 0.013 145 1.885

Y2 0.012 145 1.740

Y3 0.002 35 0.070

IP = 3.695

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 0.013 110 1.430

Y2 0.013 110 1.430

IP = 2.860

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 0.1400 9.3 1.302

2 0.0004 9.3 0.004

IP= 1.306

GAYA BATANG 19

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -0.679 145 -98.455

Y2 -0.664 145 -96.28

Y3 -0.475 35 -16.625

Y4 -0.069 145 -10.005

Y5 0 145 0

Y6 0 35 0

IP= -221.365

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -0.679 145 -98.455

Y2 -0.664 145 -96.280

Y3 -0.475 35 -16.625

IP= -211.360

Page 181: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 -0.680 110 -74.800

Y2 -0.697 110 -76.670

IP= -151.470

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 -12.24 9.3 -113.832

IP= -113.832

GAYA BATANG 20

Gaya batang karena beban Axle lane design

Yi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 0.42100 145 61.04500

Y2 0.97500 145 141.37500

Y3 0.53200 35 18.62000

Y4 0 145 0.00000

Y5 0.00015 145 0.02175

Y6 0.00001 35 0.00035

IP= 221.06210

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 0.215 145 31.175

Y2 0.975 145 141.375

Y3 0.340 35 11.900

IP= 184.45

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 0.868 110 95.480

Y2 0.960 110 105.600

IP= 201.080

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 4.875 9.3 45.338

IP= 45.338

Page 182: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GAYA BATANG 30

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -0.428 145 -62.060

Y2 -1.285 145 -186.325

Y3 -1.536 35 -53.760

Y4 -0.876 145 -127.020

Y5 -0.695 145 -100.775

Y6 -0.596 35 -20.860

IP= -550.800

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 -1.285 145 -186.325

Y2 -1.572 145 -227.940

Y3 -1.392 35 -48.720

IP= -462.985

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -1.580 110 -173.800

Y2 -1.575 110 -173.250

IP = -347.050

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)1 -9.498 9.3 -88.331

2 -37.992 9.3 -353.326

IP= -441.657

GAYA BATANG 31

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -0.421 145 -61.045

Y2 -1.242 145 -180.090

Y3 -1.508 35 -52.780

Y4 -0.876 145 -127.020

Y5 -0.695 145 -100.775

Y6 -0.582 35 -20.370

IP= -542.080

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -1.242 145 -180.090

Y2 -1.386 145 -200.970

Y3 -1.289 35 -45.115

IP= -426.175

Page 183: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 -1.568 110 -172.480

Y2 -1.562 110 -171.820

IP= -344.300

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 -9.728 9.3 -90.470

2 -38.952 9.3 -362.254

IP= -452.724

GAYA BATANG 32

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 -0.725 145 -105.125

Y2 -1.986 145 -287.970

Y3 -1.807 35 -63.245

Y4 -1.394 145 -202.130

Y5 -0.995 145 -144.275

Y6 -0.624 35 -21.840

IP= -825.585

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -1.800 145 -261.000

Y2 -2.364 145 -342.780

Y3 -1.785 35 -62.475

IP= -666.255

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -2.260 110 -248.600

Y2 -2.382 110 -262.020

IP= -510.620

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 -29.787 9.3 -277.019

2 -41.703 9.3 -387.838

IP = -664.857

Page 184: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

GAYA BATANG 33

Gaya batang karena beban Axle lane designYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)

Y1 -0.693 145 -100.485

Y2 -1.488 145 -215.760

Y3 -1.794 35 -62.790

Y4 -1.407 145 -204.015

Y5 -1.186 145 -171.970

Y6 -0.799 35 -27.965

IP= -782.985

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Truck DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -1.786 145 -258.970

Y2 -2.384 145 -345.680

Y3 -2.001 35 -70.035

IP= -674.685

Gaya batang karena pengaruh beban Axle dari Tandem DesignYi Ordinat Beban Axle (kN) Gaya Batang (kN)Y1 -2.380 110 -261.800

Y2 -2.382 110 -262.020

IP= -523.820

Gaya batang karena pengaruh beban merataNo Luas Beban Merata (kN/m) Gaya Batang (kN)

1 -29.800 9.3 -277.140

2 -41.720 9.3 -387.996

IP= -665.136

Page 185: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

c3

=^

£]

Cr\

Page 186: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

W1

4x

15

9W

14

x1

59

W1

4x

17

6W

14

x1

76

W1

4x

17

6W

14

x1

76

W1

4x

15

9W

14

x1

59

W14

x120

W14

x120

W14

x132

W14

x132

W14

x145

W14

x145

W14

x132

W14

x132

W14

x120

W14

x120

10

x6

00

0

GA

MB

AR

PR

OF

ILB

AT

AN

GR

AN

GK

AU

TA

MA

40

00

GA

MB

AR

PR

OF

ILB

AT

AN

GR

AN

GK

AA

NG

INA

TA

S

GA

MB

AR

PR

OF

ILB

AT

AN

GR

AN

GK

AA

NG

INB

AW

AH

J

Page 187: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

-3147,181

-3209,093

-4729,116

-4820,435

-4820,435

-4729,116

1885,084

2088,517

4087,856

4654,274

5075,800

5075,800

4654,274

10x6000

GA

MB

AR

GA

YA

-GA

YA

BA

TA

NG

-3209,093

-3147,181

6000

4087,856

2088,517

1885,084

Page 188: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

SA

P2

00

0v

7.4

2-

Fil

e:an

gin

ata

s(u

nlo

aded

)-

X-Z

Pla

ne

@Y

=2

-K

N-m

Uni

ts

Page 189: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

~tl

£.-

JlV

OIZ

.U

J./I

j52

_63

jLL

\jf

cL

JiL

.jS

L.

_42_

_za_

XL

•\

^

XM

f

SA

P20

00v7

.42

-F

ile:

angi

nba

wah

(unl

oade

d)-

X-Z

Pla

ne@

Y=

2-

KN

-mU

nits

Page 190: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

!min

oo

00

00

00

mv

f•v

tv

tc-

O,

,r~

r-

CN

^_

&•

ON

ON

ir,

Ov

•vt_

oC

Nv

trn

rn

vn

mv

tv

nv

O0

0<

~i

r->

<~

.O

vi

O-

<Jv

(J-

u~

ir,

Cjv

oo

VO

O0

0o

o•*

vO

vO

r--

r-

ivn

vt

Ov

Ov

Dv

tC

Ir-

o<~>

rv

vn

r-i

nv

Os

CI

nv

rn

LU

o-

v_

/v

tv

ti-~

(J*r--

i~-

Or--

to

VD

i/j

m*

•*

mm

ir,

mO

vO

Orn

oo

rn

oo

mv

oc-

mi

Ov

t•vt

oo

1

Sv

O0

0C

No

Ov

o-

Cl

oo

oo

oo

—•*r

o.

or--

r-~o

nOv

nr^

-o

CI

00

oo

cl

oo

OO

,,

,,

,C

|r-

c-

<-i

__

_,

LU

o<

(_<

O0

00

CI

!•—t—

vt

-—

rn

00

oo

—r-

—"

^t

rt

•*r^

CN

Ov

ov

.i

CI

mC

IC

Nr-~

00

r'-t

vD

vn

om

,m

cl

r-i

on

oo

n\

o•vt

•1

11

1

CNt

CI

mi

mC

-lv

t1v

tC

IC

N•

irn

rni

vt

m

c75o

vt

vt

vt

vt

vt

Vt

mv

tm

vt

•*m

'q-

in

-*•T

/",t

ir,

Tt

•*ir.

•^t1

-v

tv

tiT

iv

tin

Tf

vt

m•vt

mi

vt

vt

mi

vt

mi

vt

vt

mi

mi

in

vt

vt

mi

vt

•vt

•vt

CN

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

UJ

1

UJ

1

UJ

UJ

UJ

LU

UJ

LU

WU

Ji

UJ

i

UJ

UJ

i

UJ

1

LU

UJ

1

UJ

1

UJ

i

LU

ujLij

LU

ujW

1

UJ

i

LU

i

UJ

irjin

lij[ij

frji

rrjll'l

IIIL

UC

LS

vO

vt

vf

vt

>—

'l~

-rn

1-

^O

i/,

l~-

F—

«•*

T™

•*

.—

o•vt

CN

nO

—1

oo

c-

rn

vn

Ov

CI

mO

vC

NC

4rn

mC

IO

VC

IC

Ir-

r-

P—

-cl

—•

—m

vD

mm

^~

mm

rn

r)

r-.

—\D

rn

r^*

,—

,:

00

•vt

,<

Nv

nC

NO

v1

CI

<N

vt

00

i"T

ci

Ov'

IT

)C

N•v

tO

v

Ov

t(^

ci

CN

CN

C4

CN

mv

t'

''

in

•vti

mC

I1

CI

C-l

iC

-lm

vt

•i

iC

l

00

ev

tv

tv

O•v

tv

tv

t^

rin

vt

•vtv

tv

tt-~

Tf

Tt

Tt

•sto

•^tT

t•^

Tt

in.

•vtv

tv

t•vt

l/~:

vt

vt

vt

•vtin

,^

tv

t•vt

vt

VO

vt

vt

vt

•vtin

•vt

vt

vt

vt

vt

vt

^3

-

Q.

rn

UJ

UJ

UJ

UJL

UU

JU

JU

JUJ

LU

UJ

UJ

UJ

1

UJ

UJ

UJ

w1

i

LU

UJ

i

LU

i

LU

wL

UU

Juj

1

UJ

i

UJ

UJ

UJ

UJ

ujU

JL

U1

LU

Wuj

t

UJ

ujW

i

UJ

rn

IUi

[ij1

mfr'l

I

IT]

IrjIII

llj

CO-

>0

0u

vv

tv

tv

U0

0(J

-m

CN

^t

1/i

l/l

CN

CN

•*V

iIT

)v

Oi/,

r~

rn

vt

t~

rn

in

Ov.

Ov

m,

c-

vt

rn

00

vt

vn

Ov

r~

r-

1!

rn

—in

—C

Nm

oo

r-

Mrr)

—'

"T

—rj

vO

vD

i/>m

vt

r-

i/.

vOm

vt

mrn

•f>,

,rn

—C

lO

v,

[ci

CI

Oci

00

ci

<-i

vt

ci

CN

~

i/-i•

•<r

rn

CI

vO

ii

vt

rn

11

r^y

•'

C-

1C

I•—

'I

1rn

i

"l

rn

vO

ov

OO

o—

o-

Ov

,—

,--.

OO

N0

0V

OM

0•^t

rn

rn

vO

vD

vO

rn

m^

^,

,„_

00

oo

c^

rn

r-

r-

c-

Ov

Ov

Ov

r~>

r->O

vO

v.—

ir-i

rv

cv

to

-(N

•sti-

-l/l

VD

00

o>

/>rn

00

'o

r^

^r

CN

o^

->

rn

Ov.

r-~ir

>v

O(SO

oo

vO

m,

r-~O

vo

00

vn

in

r-

OO

vn

r-

Ov

CI

r-i

Uv

t(J

i_

Jv

Urn

l-~O

O•^t

--•

r-

'—

'T

•—

'r~

Ov

rn

r~-

Ov

i/i

-—

nn

Ov

vO

CN

mi

Ov

vO

CN

00

Ov

CN

vo

Om

iin

ov

OC

Jr-

vt

r-~

p>

00

r-

—o

©C

Nv

tm

0r-~

U",

\o

.—1

oo

r--

oO

00

vO

,—

.—

(N

r-

vD

rn

vt

oo

OV

c-

oo

_o

00

,,

r~-

OO

Ov

oo

vn

r~-

^r>

oo

r-Jr-i

vf

VU

vo

vD

oo

00

CJV

O^

oy

v0

00

0o

OV

Om

rn

oO

N.—

i—

•in

t-

vO

c-

r-

in

in

vt

c~

r—

.r-

c-

m>

in

vt

vn

-n

vn

vn

-n

oEi

vt

1^1

11

'

rg

ii

CN

rn

mi

CI

iC

4m

rn

CN

CN

CN

1

t

iC

Irn

CIi

•C

l

cC3

zo

in

mm

vD

Om

rn

ir,

vO

OIT

;rn

LT

)'-O

ol/^

*rn

ir.

\Do

ia.

rn

m.

vO

ou

nrn

in

-o

o*

r>m

mi

vO

Oin

.m

m,

vO

oin

rn

mi

VO

©m

irn

mi

vO

T3

o—

•vt•—

•vt

Tt

—1

rr

—•v

t—

•vt

—•vt

—i

vt

_v

t^

^v

t03>

>c3SO

<

>-

03

C/T

1/3

<L>

^C

O0

3C

QC

Qpa

PF

°pa

pa0

3£P

pa3

03

03

03C

Doq

03£Q

QQ

03

03pa

03p

a§s

sC

Q0

3o

aC

QC

QS

oa(£,5

ffloa

parfl

03

oaC

Q1

CQQ

ppa

0)

X)

03

rvia

>.^

£^

2^

2>•

22

§2

§S

25

22

22

22

22

22

5??

?2

22

2?

22

^2

22

?y

2"P

*;

>-1

uu

Oo

Oo

Oo

Oo

Oo

oo

oO

Oo

OO

oo

Oo

oO

oo

od

oO

oo

oo

oo

Oo

oo

oO

oO

oo

oo

HC

Ju

Uu

uo

uu

uu

ou

uu

uu

Uu

uU

uu

UU

uu

ou

uu

uu

uu

Uu

uC

Ju

uu

oC

Ju

uu

CJ

uC

Ju

it!S3

H

c1)

S-

aLU

--

--

CN

CN

CN

Cl

ci

mm

rn

rn

mT

tT

Tt

^t

^t

in

ir.

mm

.IT

)v

Ov

Dv

DV

DvO

t-

r-

t--

c-

r^

00

00

oo

00

00

Ov

Ov

Ov

ov

Ov

oo

oo

o

Page 191: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tab

el5.

10K

ombi

nasi

Beb

anR

angk

aU

tam

aB

erda

sark

anM

etod

eA

ASH

TO-L

RF

D19

94P

u(K

N)

No

Btg

1=

10

2=

9

3=

8

DC

72

9.6

16

9

73

4.7

85

8

4=

7

5=

6

11

=2

9

12

=2

8

17

02

.63

46

17

05

.98

08

20

29

.14

60

-11

66

.58

65

20

1.1

78

1

B.J

alu

r

61

4.3

47

7

67

7.6

93

9

12

15

.74

03

15

05

.09

26

15

47

.74

90

-89

9.1

91

0

25

8.9

63

8

BR

Ra

-48

.75

G.

An

gin

WL

77

.27

99

20

1.9

24

4

29

8.4

07

0

36

2.6

11

9

39

4.7

17

3

WS

53

.73

5

14

0.4

05

0

0

20

7.4

93

25

2.1

36

27

4.4

60 0

13

=2

78

99

.04

14

61

5.2

80

01

4=

26

3.9

23

37

.43

25

10

11

15

=2

5

16

=2

4

-64

1.3

13

8

19

8.5

31

7

-53

2.1

28

0

27

7.8

02

4

00

0

12

17

=2

33

87

.70

19

40

1.2

63

01

31

8=

22

1.8

50

55

.28

89

14

19

=2

1-1

26

.49

26

-33

5.1

97

01

5

16

17

18

19

20

30

=3

7

31

=3

6

32

=3

5

33

=3

4

19

8.3

99

2

-12

96

.21

64

-13

01

.64

95

-19

48

.35

12

-19

50

.05

60

27

0.0

32

5

-99

2.4

57

0

-99

4.8

04

0

-14

60

.44

20

0

-48

.75

-48

.75

0

-3.0

22

-48

.75

-14

98

.12

10

-48

.75

-52

.44

1

-87

.68

0

-10

8.4

47

0

-4.9

68

-86

.20

9

-14

4.1

41

-17

8.2

79

UL

L+

IM

(all

oth

er)

81

7.0

82

90

1.3

33

16

16

.93

5

20

01

.77

3

20

58

.50

6

-11

95

.92

4

34

4.4

22

81

8.3

22

9.8

85

-70

7.7

30

36

9.4

77

53

3.6

80

7.0

34

-44

5.8

12

35

9.1

43

-13

19

.96

8

-13

23

.08

9

-19

42

.38

8

-19

92

.50

1

UL

L+

IM

(fa

tig

ue)

Ko

mb

ina

siG

aya

Ba

tan

gS

Tll

(Pu)

(KN

)S

ervic

e

Pu

(KN

)E

.Even

tI

Pu

(KN

)7

06

.50

01

88

5.0

84

17

91

.82

41

32

0.5

62

77

9.3

48

13

98

.10

1

20

88

.51

7

40

87

.85

6

19

06

.51

9

38

04

.65

0

13

69

.14

9

29

36

.76

1

17

30

.85

64

65

4.2

74

43

08

.28

63

13

3.3

63

17

79

.91

15

07

5.8

00

47

05

.20

43

56

5.6

86

-10

34

.07

0-2

84

6.8

96

-27

84

.66

3-2

08

0.5

70

29

7.8

08

66

6.1

48

64

8.9

27

42

3.6

84

70

7.5

72

20

03

.77

71

96

2.8

61

15

32

.96

38

.54

71

7.2

68

16

.77

49

.84

7

-61

1.9

47

-15

96

.75

0-1

56

1.3

63

-11

55

.50

7

31

9.4

73

69

7.3

26

67

8.8

52

43

2.9

03

46

1.4

52

11

08

.17

01

08

1.4

86

75

1.4

67

6.0

82

11

.34

71

0.9

95

5.8

30

-38

5.4

77

-72

8.3

39

-70

6.0

48

-38

1.0

22

31

0.5

37

68

3.2

43

66

5.2

85

42

7.5

71

-11

41

.32

6-3

14

7.1

81

-30

75

.55

0-2

30

4.6

29

-11

44

.02

5-3

20

9.0

93

-30

85

.04

1-2

31

2.9

82

-16

79

.50

8-4

72

9.1

16

-45

36

.83

0-3

43

1.0

08

-17

22

.83

9-4

82

0.4

35

-46

03

.68

2-3

45

8.1

96

Fa

tig

ue

(KN

)

50

3.3

81

55

5.2

85

99

6.1

47

12

33

.23

5

12

68

.18

7

-73

6.7

75

21

2.1

88

50

4.1

45

6.0

90

-43

6.0

12

22

7.6

24

32

8.7

85

4.3

34

-27

4.6

52

22

1.2

58

-81

3.1

94

-81

5.1

18

-11

96

.65

0

-12

27

.52

3

Beb

an

Ren

ca

na

Tek

an

(KN

)T

arik

(KN

)

18

85

.08

4

20

88

.51

7

40

87

.85

6

46

54

.27

4

50

75

.80

0

-28

46

.89

6

69

6.1

48

20

03

.77

7

17

.26

8

-15

96

.75

0

69

2.3

26

11

08

.17

0

11

.34

7

-72

8.3

39

68

3.2

43

-31

47

.18

1

-32

09

.09

3

-47

29

.11

6

-48

20

.43

5

Page 192: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tab

el5.

12K

ekua

tan

Bat

ang

Tek

anP

ada

Ran

gka

Uta

ma

(Mai

nT

russ

)

No

Btg

L(m

m)

Pro

fil

KE

Fy(

Mpa

)A

s(m

m2)

r(m

m)

TT

A

Pn(

N)

0C

Pr

=

Oc.P

n

(kN

)Pu

(kN

)R

asio

Ket

A<

2.2

5A

a2

.25

11

1=

29

84

85

.28

1W

14

x1

32

12

00

00

03

50

25

03

2.2

19

5.5

03

.14

1.4

01

09

74

89

47

53

0.9

44

05

.27

81

28

46

.89

60

64

62

5A

man

h2

15

=2

58

48

5.2

81

W1

4x

10

91

20

00

00

35

02

06

45

.12

95

.00

3.1

41

.41

61

22

40

11

78

6_

0.9

36

10

.60

70

15

97

.75

00

44

25

2A

man

31

9=

21

84

85

.28

1W

14

x9

91

20

00

00

35

01

87

74

.16

94

.74

3.1

41

.42

37

25

36

36

71

0_

0.9

32

73

.03

89

72

8.3

39

02

22

53

Am

an

43

0=

31

36

=3

7

60

00

.00

0W

14

x1

59

12

00

00

03

50

30

12

8.9

71

01

.60

3.1

40

.61

90

05

81

53

59

7-

0.9

73

38

.23

72

32

09

.09

30

.43

73

1A

man

53

2=

33

34

=3

5

60

00

.00

0W

14

x1

76

12

00

00

03

50

33

41

9.2

91

02

.11

^3.1

4r0

.612

861

90

67

15

0-

0.9

81

60

.43

54

48

20

.43

5Hd

.590

71A

man

Tab

el5.

13R

asio

Teba

lB

atan

gT

ekan

Pada

Ran

gka

Uta

ma

(Mai

nTr

uss)

No

Bat

ang

Pro

fil

bf(m

m)

11

=2

9

15

=2

5

19

=2

1

30

=3

1

36

=3

7

32

=3

3

34

=3

5

W1

4x

13

23

76

.02

W1

4x

10

93

73

.51

W1

4x

99

36

9.9

5

W1

4x

15

93

95

.35

W1

4x

17

63

97

.51

d(m

m)

tw(m

m)

tf(m

m)

kl

32

0.0

41

6.3

83

30

.16

20

.56

32

0.0

41

3.0

82

37

.27

40

.56

32

0.0

41

2.3

19

19

.81

20

.56

32

0.0

41

8.9

23

30

.22

60

.56

32

0.0

42

1.0

82

33

.27

40

.56

Ket

eran

gan

:

-U

ntuk

kolo

mpa

njan

g(X

2.2

5),

mak

aP

n0.

88b

y.A

s

A

k2

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

-U

ntuk

kolo

mpa

njan

gm

enen

gah

(X<

2.25

),m

aka

Pn=

0.66

;'by

.As

-R

asio

=—

<1

Am

an

Pr

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

Fy(M

pa)

35

0

35

0

35

0

35

0

b/2

t

12

.46

65

1

10

.02

06

6

18

.67

30

8

13

.07

98

3

d/t

w

19

.53

48

8

24

.46

41

5

25

.97

93

8

16

.91

27

5

13

.38

65

6

13

.38

65

6

13

.38

65

6

13

.38

65

6

B

35

.61

78

1

35

.61

78

1

35

.61

78

1

35

.61

78

1

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

D

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

20

00

00

35

01

1.9

46

56

15

.18

07

21

3.3

86

56

35

.61

78

1A

man

Am

an

A=

k\

H=

kl

/.)=

—<

kl

Page 193: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Ta

bel

5.1

4R

asic

Kel

angs

inga

nB

atan

gTe

kan

Pada

Ran

gka

Uta

ma

(Mai

nTr

uss)

[No

Bat

ang

KL[

mm

)r(

mm

)K

L/r

rKL

/r<

120

1 2 3 4

11

=2

91

84

85

.28

19

5.5

08

8.8

47

4A

man

15

=2

51

84

85

.28

19

5.0

08

9.3

22

5A

man

19

=2

11

84

85

.28

19

4.7

4,

89

.56

20

Am

an

30

=3

1

36

=3

7

16

00

0.0

00

10

1.6

05

9.0

55

1A

man

5I J

32

=3

3

34

=3

5

16

00

0.0

00

10

2.1

15

8.7

61

3A

man

Page 194: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Ta

bel

5.1

5K

ekua

tan

bat

ang

tek

anp

ada

rang

kaat

asp

eng

aku

angi

n(T

opC

hord

)

No

Btg

L(m

m)

Pro

fil

KE

Fy(

Mpa

)A

s(m

m2)

r(m

m)

TT

A

Pn(

N)

0C

Pr

=0

c.P

n

(kN

)P

u(k

N)

Rasio

Ket

A<

2.2

5A

S2

.25

11

33

16

3L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

42

.84

8-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

6.3

40

.02

1A

man

21

43

16

3L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

42

.84

8_

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

30

.39

0.1

02

Am

an

31

53

16

3L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

42

.84

8_

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

54

.87

0.1

84

Am

an

41

63

16

3L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

42

.84

8-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

79

.56

0.2

67

Am

an

51

72

00

0L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

41

.13

96

68

.21

7_

0.9

60

1.3

96

64

.12

0.1

07

Am

an

61

82

00

0L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

41

.13

96

68

.21

7_

0.9

60

1.3

96

25

.89

0.0

43

Am

an

71

92

00

0L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

41

.13

96

68

.21

7_

0.9

60

1.3

96

19

.66

0.0

33

Am

an

82

02

00

0L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

41

.13

96

68

.21

7-

0.9

60

1.3

96

13

.23

0.0

22

Am

an

92

12

00

0L

6x6x

V2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

41

.13

96

68

.21

7_

0.9

60

1.3

96

6.4

40

.01

1A

man

10

25

20

00

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

1.1

39

66

8.2

17

_

0.9

60

1.3

96

39

.88

0.0

66

Am

an

11

27

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

7.7

10

.02

6A

man

12

29

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

1.5

20

.00

5A

man

13

,3

63

16

3L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

30

64

.51

24

.97

3.1

42

.84

8-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

19

.02

0.0

64

Am

an

14

38

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

43

.45

0.1

46

Am

an

15

40

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

70

.83

0.2

37

Am

an

16

42

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

76

.31

0.2

56

Am

an

17

44

31

63

L6x

6xV

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

_

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

61

.04

0.2

05

Am

an

18

45

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

43

.66

0.1

46

Am

an

19

46

31

63

L6x

6xV

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

_

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

3.9

90

.01

3A

man

20

47

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

24

.60

0.0

82

Am

an

21

48

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

8.1

80

.02

7A

man

22

49

31

63

L6x

6xV

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

3.7

70

.01

3A

man

24

51

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

11

.21

0.0

38

Am

an

25

53

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

-3

31

.36

70

.92

98

.23

01

3.1

10

.04

4A

man

Page 195: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

26

55

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

^

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

14

.13

0.0

47

Am

an

27

57

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

_

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

10

.93

0.0

37

Am

an

28

58

20

00

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

1.1

39

66

8.2

17

0.9

60

1.3

96

9.5

20

.01

6A

man

29

61

20

00

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

1.1

39

66

8.2

17

_.

0.9

60

1.3

96

3.0

10

.00

5A

man

30

62

20

00

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

1.1

39

66

8.2

17

_

0.9

60

1.3

96

9.8

00

.01

6A

man

31

63

20

00

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

1.1

39

66

8.2

17

.

0.9

60

1.3

96

16

.93

0.0

28

Am

an

32

64

20

00

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

1.1

39

66

8.2

17

.

0.9

60

1.3

96

24

.38

0.0

41

Am

an

33

65

20

00

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

1.1

39

66

8.2

17

0.9

60

1.3

96

32

.16

0.0

53

Am

an

34

66

20

00

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

1.1

39

66

8.2

17

_

0.9

60

1.3

96

33

.10

0.0

55

Am

an

35

67

31

63

L6x

6xV

21

20

00

00

35

03

06

4.5

1

30

64

.51

24

.97

3.1

42

.84

8_

33

1.3

67

0.9

29

8.2

30

82

.35

0.2

76

Am

an

36

68

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

02

4.9

73

.14

2.8

48

_

33

1.3

67

09

29

8.2

30

61

.75

02

07

Am

an

37

69

31

63

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

06

4.5

12

4.9

73

.14

2.8

48

_

33

1.3

67

09

29

8.2

30

39

.76

01

33

Am

an

38

70

31

63

L6x

6xV

21

20

00

00

35

0J3

064.

512

4.9

73

.14

2.8

48

-3

31

.36

70

.92

98

.23

01

7.1

50

.05

7A

man

Ta

bel

5.1

6R

asio

teba

lba

tang

teka

npa

dara

ngka

atas

peng

aku

ang

iri(

Top

Cho

rd)

No

Bat

ang

Pro

fil

b(m

m)

h(m

m)

tw(m

m)

tf(m

m)

k1k

2E

Fy(M

pa)

b/t

h/t

wA

Bc

D1

13

L6x

6x1/

21

52

.40

13

9.7

01

2.7

01

2.7

00

.56

1.4

92

00

00

03

50

12

.00

01

1.0

00

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

21

4L

6x6x

1/2

15

2.4

01

39

.70

12

.70

12

.70

0.5

61

.49

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

35

.61

8A

man

Am

an

31

5L

6x6x

1/2

15

2.4

01

39

.70

12

.70

12

.70

0.5

61

.49

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

35

.61

8A

man

Am

an

41

6L

6x6x

1/2

15

2.4

01

39

.70

12

.70

12

.70

0.5

61

.49

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

35

.61

8A

man

Am

an

51

7L

6x6x

1/2

15

2.4

01

39

.70

12

.70

12

.70

0.5

61

.49

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

35

.61

8A

man

Am

an

61

8L

6x6x

1/2

15

2.4

01

39

.70

12

.70

12

.70

0.5

61

.49

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

35

.61

8A

man

Am

an

71

9L

6x6x

1/2

15

2.4

01

39

.70

12

.70

12

.70

0.5

61

.49

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

35

.61

8A

man

Am

an

82

0L

6x6x

1/2

15

2.4

01

39

.70

12

.70

12

.70

0.5

61

.49

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

35

.61

8A

man

Am

an

92

1L

6x6x

1/2

15

2.4

01

39

.70

12

.70

12

.70

0.5

61

.49

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

35

.61

8A

man

Am

an

10

25

L6x

6x1/

21

52

.40

13

9.7

01

2.7

01

2.7

00

.56

1.4

92

00

00

03

50

12

.00

01

1.0

00

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

11

27

L6x

6xV

21

52

.40

13

9.7

01

2.7

01

2.7

00

.56

1.4

92

00

00

03

50

12

.00

01

1.0

00

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

Page 196: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

12

13

14

J5_

16

17

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

29

36

38

42

44

45

46

47

48

49

51

53

55

57

58

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

L6x

6xV

2

L6x

6x1/

2L

6x6x

1/2

_L6x

6x1/

2L

6x6x

'/2

L6x

6x1/

2

L6x

6x1/

2

L6x

6x1/

,

L6

x6

x7

?

L6x

6x'/2

J-6x

6xV

2L

6x6x

1/2

L6x

6x1/

,

L6x

6x1/

,

L6

x6

x7

,

L6x

6x1/

,

L6x

6x1/

2Lj

3x6x

1/2

L6x

6x1/

2

L6x

6x1/

,

L6x

6x1/

2

L6x

6x1/

2

JJ>x

6x1/

.2J-

_6x6

xV2

L6x

6x1/

.

L6x

6x1/

,

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

13

9.7

0

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

J2

70

1Z7o

_

12

.70

12

.70

J2

70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

1Z70

_

12

.70

12

70

_12.

70_

12

.70

12

.70

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

05

6

_0

56

0.5

6

0.5

6

0.5

6

_0;_

56

_0.5

6_

0,56

0.5

6

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

12

.70

JZ7

0[

0:56

j14

91

2.7

0

12

.70

12

,70

12

70

12

.70

I1

2.7

0

12.7

0!

12

70

-12

70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

05

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0,56

JD.5

6

0.5

6

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

20

00

00

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

_350

_

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

12

.00

01

1.0

00

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

anA

man

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

73

5.6

18

Am

an

Am

an

13

.38

7

13

.38

7

13

.38

7

13

.38

7

13

.38

7

13

.38

7

13

.38

7

13

.38

7

13

.38

7

13,3

87

13

.38

7

35

.61

8A

man

35

.61

8;/

Am

an

Am

an_

Am

an

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

J35.

618

35

.61

8

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

13^3

j37_

^5^6

18^j

^man

Am

an

Am

an

Am

an_

Am

anj

Am

an

Am

an

Am

an

_Am

an_

/Am

an_

Am

an

Am

an ij

Am

anJ

Page 197: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Ta

bel

5.1

7R

asio

kel

ang

sin

gan

bat

ang

tek

anp

ada

ran

gk

aat

asp

eng

aku

angi

n(T

opC

r lord

)N

oB

atan

gK

L(m

m)

r(m

m)

KL

/rK

L/r

<1

40

INo

Bat

ang

KL

(mm

)r

(mm

)K

L/r

KL

/r<

14

0

~U

13

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

21

48^

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

21

43

16

32

9.9

71

05

.53

18

Am

an

22

49

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

31

53

16

32

9.9

71

05

.53

18

Am

an

23

51

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

41

63

16

32

9.9

71

05

.53

18

Am

an

24

53

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

51

72

00

02

9.9

76

6.7

28

9A

man

25

55

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

61

82

00

02

9.9

76

6.7

28

9A

man

26

57

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

71

92

00

02

9.9

76

6.7

28

9A

man

27

58

20

00

29

.97

66

.72

89

Am

an

82

02

00

02

9.9

76

6.7

28

9A

man

28

61

20

00

29

.97

66

.72

89

Am

an

92

12

00

02

9.9

76

6.7

28

9A

man

29

62

20

00

29

.97

66

.72

89

Am

an

10

25

20

00

29

.97

66

.72

89

Am

an

30

63

20

00

29

.97

66

.72

89

Am

an

11

27

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

31

64

20

00

29

.97

66

.72

89

Am

an

12

29

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

32

65

20

00

29

.97

66

72

89

Am

an

13

36

1^31

632

9.9

71

05

.53

18

Am

an

33

66

20

00

29

.97

66

.72

89

Am

an

14

38

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

34

67

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

15

40

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

35

168

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

16

42

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

36

69

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

17

44

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

37

70

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

18

45

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

19

46

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

20

47

31

63

29

.97

10

5.5

31

8A

man

Page 198: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Ta

bel

5.1

8K

eku

atan

bat

ang

tek

anp

ada

Bot

om

Ch

ord

r(m

m)

No

Btg

L(m

m)

Pro

fil

KE

Fy(

Mpa

)A

s(m

m2)

TT

A

Pn(

N)

0C

Pr

=0

c.P

n

(kN

)P

u(k

N)

Rasio

Ket

A<

2.2

5A

>2

.25

11

13

60

6L

6x

6x

/21

20

00

00

35

03

70

9.6

72

9.9

73

.14

I2

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

92

.17

60

.23

0A

man

21

33

60

6L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

3.1

42

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

66

.07

20

.16

5A

man

31

53

60

6L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

3.1

42

.56

94

44

.72

10

.94

00

.24

94

4.8

84

0.1

12

Am

an

41

73

60

6L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

3.1

42

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

24

.10

70

.06

0

0.0

10

Am

an

Am

an

51

93

60

6L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

3.1

42

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

3.9

69

62

23

60

6L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

3.1

42

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

3.9

69

0.0

10

Am

an

72

43

60

6L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

3.1

42

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

24

.10

70

.06

0A

man

82

63

60

6L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

3.1

42

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

44

.88

40

.11

2A

man

92

83

60

6L

6x6x

1/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

3.1

42

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

66

.07

20

.16

5A

man

10

30

36

06

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

70

9.6

72

9.9

73

.14

2.5

69

-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

92

.17

60

.23

0A

man

11

43

36

06

L6

x6

x/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

3.1

42

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

95

.03

10

.23

7A

man

12

45

36

06

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

70

9.6

72

9.9

73

.14

2.5

69

-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

73

.59

20

.18

4A

man

Am

an

13

47

36

06

L6

x6

x/2

12

00

00

03

50

37

09

.67

29

.97

29

.97

3.1

4

3.1

4

2.5

69

-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

56

.17

10

.14

0

14

49

36

06

L6x

6xV

21

20

00

00

35

03

70

S.6

72

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

37

.91

50

.09

5A

man

15

51

36

06

L6

x6

xl2

12

00

00

03

50

37

09

.67

37

09

.67

37

09

.67

_

37

09

.67

37

09

,67

37

09

.67

_291

97__

29,9

7

_29

.97

_

29

.97

29

.97

29

.97

3.1

42

.56

9-

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

19

.03

60

.04

8A

man

16

52

36

06

L6

x6

x/2

12

00

00

03

50

3.1

4

3.1

4

2.5

69

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

19

.03

60

.04

8A

man

17

54

36

06

36

06

L6

x6

x/2

12

00

00

03

50

2.5

69

!44

4.72

10

.94

00

.24

93

7.9

15

0.0

95

Am

an

18

56

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

03

.14

3.1

4

3.1

4

2.5

69

:4

44

.72

10

.94

00

.24

95

6.1

71

0.1

40

Am

an

19

58

36

06

L6x

6x1/

21

20

00

00

35

0

35

0

2.5

69

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

73

.59

20

.18

4A

man

20

60

36

06

L6

x6

x/2

12

00

00

02

.56

9I

44

4.7

21

0.9

40

0.2

49

95

.03

10

.23

7A

man

Page 199: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tab

el5.

19R

asio

teba

lba

tang

teka

npa

daB

otto

mC

hord

No

Bat

ang

.10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

11

13

15

17

19

22

24

26

28

30

43

45

47

49

51

52

54

56

58

60

Pro

fil

L6x

6x1/

2

L6x6

x1/2

L6x

6xV

2

_L.6x

6x1/2

L6x

6x1/

2

L6x

6x1/

2

L6x

6xV

2L

6x6x

V2

L6

x6

x7

2

L6x

6x1/

2

L6x

6x1/

7

L6x

6x1/

2

L6

x6

x7

2

L6x

6xV

2

L6x

6xV

2

L6x

6x1/

2

L6x

6x1/

2

L6x

6xV

2

L6x

6x1/

2

L6x

6x1/

2

bf(m

m)

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

15

2.4

0

h(m

m)

tw(m

m)

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

97

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

13

9.7

01

2.7

0

Mn

M.

12

70

12

.70

12

70

..1

27

0

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

12

.70

k1

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

0.5

6

k2

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

1.4

9

Fy(M

pa)

b/t

h/t

w

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

20

00

00

35

01

2.0

00

11

.00

01

3.3

87

B

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

.61

8

35

,61

8

35

.61

8

35

.61

8

C

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

35

.61

8A

man

D

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

/Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Page 200: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Ta

bel

5.2

0R

asio

cela

ngsi

ngan

bat

ang

teka

np

ada

Bot

tom

Cho

re/

No

Bat

ang

KL

(mm

)r(

mm

)K

L/r

KL

/r<

14

0N

oB

atan

gK

L(m

m)

r(m

m)

KL

/rK

L/r

<1

40

11

13

60

62

9.9

71

20

.31

23

Am

an

11

43

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

21

33

60

62

9.9

71

20

.31

23

Am

an

12

45

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

\3~

15

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

13

47

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

41

73

60

62

9.9

71

20

.31

23

Am

an

14

49

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

51

93

60

62

9.9

71

20

.31

23

Am

an

15

51

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

62

23

60

62

9.9

7t

120.

3123

Am

an

16

52

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

7

_8_

9

24

36

06

29

.97

12

0.3

12

3

12

0.3

12

3

12

0.3

12

3

Am

an

17

54

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

26

36

06

29.9

71A

man

Am

an

CDjOO

56

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

28

36

06

29.9

71

58

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

10

30

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

20

60

36

06

29

.97

12

0.3

12

3A

man

Page 201: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabe

l5.22

Krite

riaLe

lehBa

tang

Tarik

Rang

kaUt

ama(

Main

Trus

s)N

oB

atan

gP

rofi

lFy

(Mpa

)

10

1=

2

9=

10

3=

4

7=

8

5=

6

12

=2

8

14

=2

6

16

=2

4

18

=2

2

20

13

=2

7

17

=2

3

W1

4x

12

03

50

W1

4x

13

23

50

W1

4x

14

53

50

W1

4x

74

35

0

W1

4x

68

35

0

W1

4x

61

35

0

W1

4x

53

35

0

W1

4x

48

35

0

W1

4x

99

35

0

W1

4x

90

35

0

Ag(

mm

/

22

77

4.1

5

25

03

2.2

1

27

54

8.3

3

14

06

4.4

9

12

90

3.2

0

11

54

8.3

6

10

06

4.5

0

90

96

.76

18

77

4.1

6

17

09

67

4

0y

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0y.P

ny=

0y.F

y.A

g(kN

)7

57

2.4

04

2

83

23

.20

92

91

59

.82

04

46

76

.44

23

42

90

.31

40

38

39

.83

10

33

46

.44

49

30

24

.67

14

62

42

.40

69

56

84

.66

61

1^5.

23Ra

sioKe

langsi

ngan

Batan

gTank

Pada

Rang

kaUt

ama(

Main

Truss

No

Bat

ang

KL

(mm

r(m

m)

KL

/r

10

1=

2

9=

10

3=

4

7=

8

5=

6

12

=2

8

14

=2

6

16

=2

4

18

=2

2

20

13

=2

7

17

=2

3

60

00

.00

0

60

00

.00

0

60

00

.00

0

60

00

.00

0

60

00

.00

0

60

00

.00

0

60

00

.00

0

60

00

.00

0

84

85

.28

1

84

85

.28

1

95

.00

95

.50

10

1.0

9

62

.99

62

.48

62

.23

48

.77

48

.51

93

.98

93

.98

63

.16

06

62

.82

46

59

.35

19

95

.25

02

96

.02

46

96

.41

65

12

3.0

31

5

12

3.6

75

6

90

.28

82

90

.28

82

KL

/r5

14

0

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Pu

(kN

)1

88

5.0

84

40

87

.85

6

50

75

.80

0

66

6.1

48

17

.26

8

69

7.3

26

11

.34

7

68

3.2

43

20

03

77

7

11

08

.17

0

Rasi

o

0.4

48

90

0.6

43

80

0.7

73

25

0.3

42

60

0.2

04

02

0.4

35

60

0.5

89

30

0.6

72

41

0.5

20

99

0.3

82

16

Ket

eran

gan

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Page 202: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabe

l5.

24K

riter

ialel

ehba

tang

tarik

7qp

Chor

dN

oB

atan

gP

rofi

lFy

(Mpa

)

9L

6x6x

1/2

35

0

10

j_6x

6x1/

23

50

11

L6x

6x1/

23

50

12

L6x

6x1/

23

50

22

L6x

6x1/

,3

50

23

L6x

6x1/

23

50

24

j-6x

6x1/

23

50

26

L6x

6x1/

23

50

28

J-.6

x6x1

/23

50

10

30

L6x

6x1/

23

50

11

31

J-6x

6x1/

23

50

12

32

L6x

6x1/

23

50

13

33

L6x

6xV

23

50

14

34

_L6x

6x1/

23

50

15

35

L6x

6x1/

,3

50

16

37

L6x

6x1/

23

50

17

39

L6x

6x1/

23

50

41

L6x

6x1/

,3

50

19

43

J-j3

x6x1

/23

50

20

45

L6x

6x1/

23

50

21

52

L6x

6x'/2

35

0

22

54

L6x

6x1/

23

50

23

56

L6x

6x1/

23

50

24

59^

L6x6

x1/2

350

Ag(

mm

2)

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

51

3064

.51

30

64

.51

.3°6

4j51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

3064

,51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

_0y

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0._9

5

0j95

_

-°-^

-5-L

__0

.95_L

_0.9

5!

0.9

5

M5

..0,

95

0,9

5_

0.9

5

0.9

5

0.9

5

®1:f-

n1z^

lIlA

Q(k

N)1

01

8.9

50

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

Pu(

kN)

82

.11

9

61

.52

0

39

.62

9

17

.01

3

0.6

86

8.1

82

15

.71

2

76

.00

2

60

.73

0

43

.46

2

3.8

50

24

.40

3

8.0

40

3.5

73

11

.06

9

12

.90

4

13

.24

7

10

.75

3

7.5

49

1.3

78

18

.82

4

43

.21

3

69

.51

7

9.6

21

Rasi

o

0.0

81

0.0

60

0.0

39

J0<3

17_

0.0

01

0.0

08

0.0

15

0.0

75

0.0

60

0.0

43

0.0

04

0.0

24

-AQ

08.

0.0

04

0.0

11

0.0

13

0.0

13

0.0

11

0.0

07

_O00

1_

0.0

18

0.0

42

0.0

68

0.0

09

Ket

eran

gan

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Page 203: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

25

60

L6x

6x1/

23

50

30

64

.51

0.9

51

01

8.9

50

3.4

64

0.0

03

Am

an

26

71

L6x

6x1/

23

50

30

64

.51

0.9

51

01

8.9

50

6.2

08

0.0

06

Am

an

27

72

L6x

6x1/

23

50

30

64

.51

0.9

51

01

8.9

50

30

.31

20

.03

0A

man

28

73

L6x

6x1/

73

50

30

64

.51

0.9

51

01

8.9

50

55

.41

00

05

4A

man

29

74

L6x

6x1/

23

50

30

64

.51

0.95

^1

01

8.9

50

78

.18

10

.07

7A

man

Tabe

l5.

25Ra

sioke

lang

singa

nba

tang

tarik

Top

Chor

dN

oI

Bat

ang

1T

"~

9-_

K

_4_

5 8

JLP_

11

12

13

15

10

11

12

22

23

24

26

28

30

31

32

33

34

35

L(m

m]

31

63

31

63

31

63

31

63

20

00

20

00

20

00

31

63

31

63

31

63

31

63

31

63

31

63

31

63

31

63

r(m

m)

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

KL

/r

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

80

.10

2

80

.10

2

80

.10

2

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

KL

/r<

24

0

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

No

16

17

1! 19

20

21

22

23

24

25

26

27

28_

29

Bat

ang

37"

39

41

43

45

52

54

56

59

_60_

71

72

_Z3_

74

L[m

m)

31

63

31

63

31

63

31

63

31

63

31

63

31

63

31

63

20

00

20

00

31

63

31

63

31

63

31

63

r(m

m)

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

24

.97

KL

/r

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

80

.10

2

80

.10

2

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

12

6.6

81

KL

/r<

24

0

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

_AjT

]an_

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Page 204: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

31

61

36

05

24

.97

14

4.3

84

Am

an

41

81

36

05

24

.97

14

4.3

84

Am

an

52

01

36

05

24

.97

14

4.3

84

Am

an

62

11

36

05

24

.97

14

4.3

84

Am

an

Ta

bel

5.2

6K

rite

ria

lele

hb

atan

gta

rik

Bot

tom

Cho

rd

u13 1

4

46

13

60

52

4.9

71

44

.38

4A

man

48

13

60

52

4.9

71

44

.38

4A

man

15_,

50

13

60

52

4.9

71

44

.38

4A

man

16

53

13

60

52

49

71

44

3S

4A

man

No

Bat

ang

Pro

fil

Fy(M

pa)

Aq

MQ

Ll

_0y_

Qy

.Pn

y=

0y

.Fy

.Ag

(kN

)P

u(k

N)

Rasio

Ket

eran

gan

3 10

11

12

J3 14

15

16

17

19

20

12

14

16

20

21

23

25

27

29

42

44

46

48

50

53

55

57

59

61

L6

x6

x7

.

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

x

L6

x6

xh

L6

x6

x

L6

x6

x

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

35

0

_350

_

35

0

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

3064

,51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

.51

30

64

51

30

64

.51

09

5-

0.9

5

_095

_

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0,95

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

(19

5

0,95

0.9

5

09

5_

09

5

095_

09

5

0.9

5

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

J01

8.9

50

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

10

18

.95

0

82

.83

78

70

.48

69

52

.66

05

34

.41

87

15

.53

97

15

.53

97

34

.41

87

52

.66

05

70

.48

69

82

.83

78

79

.58

64

63

.02

95

41

.36

64

20

.61

07

0.4

72

3

0.4

72

3

20

.61

07

41

.36

64

63

.02

95

79

.58

64

0.0

81

Am

an

0.0

69

Am

an

0.0

52

Am

an

0.0

34

Am

an

0.0

15

Am

an

0.0

15

Am

an

0.0

34

Am

an

0.0

52

Am

an

0.0

69

Am

an

0.0

81

Am

an

0.0

78

Am

an

0.0

62

Am

an

0.0

41

Am

an

0.0

20

Am

an

0.0

00

Am

an

0.0

00

Am

an

0.0

20

Am

an

0.0

41

Am

an

0.0

62

Am

an

0.0

78

Am

an

Page 205: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …
Page 206: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tab

el5.

29Pe

rhitu

ngan

Jum

lah

Bau

tRan

gka

Uta

ma

Pu

tota

l

KN

bf

(inc

)tf

Ml

h

jinc]

Bat

ang

Pro

fil

1=

10

W1

4x

12

01

88

5.0

84

2=

9W

14

x1

20

20

88

.51

73

=8

W1

4x

13

24

08

7.8

56

4=

7W

14

x1

32

46

54

.27

4

5=

6W

14

x1

45

50

75

.80

01

1=

29

W1

4x

13

22

84

6.8

96

12

=2

8W

14

x7

46

66

.14

8

13

=2

7W

14

x9

92

00

37

77

14

=2

6W

14

x6

81

7.2

68

15

=2

5W

14

x1

09

15

96

75

01

6=

24

W1

4x

61

69

7.3

26

17

=2

3W

14

x9

01

10

8.1

70

18

=2

2W

14

x5

31

1.3

47

19

=2

1W

14

x9

97

28

.33

9

20

W1

4x

48

68

3.2

43

30

=3

7W

14

x1

59

31

47

.18

13

1=

36

W1

4x

15

93

20

9.0

93

32

=3

5W

14

x1

76

47

29

.11

63

3=

34

W1

4x

17

64

82

0.4

35

14

.67

0.9

4

14

.67

0.9

4

14

.73

1.0

3

14

.73

1.0

3

15

.50

1.0

9

14

.73

1.0

3

10

.07

0.7

9

14

.57

0.7

8

10

.04

0.7

2

14

.61

0.8

6

10

.00

0.6

5

14

.52

0.7

1

8.0

60

.66

14

.57

0.7

8

8.0

30

.6

15

.57

1.1

9

15

.57

1.1

9

15

.65

1.3

1

15

.65

1.3

1

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

12

.6

tw (inc

)0

.59

0.5

9

0.6

5

0.6

5

0.6

8

0.6

5

0.4

5

0.4

9

0.4

2

0.5

3

0.3

8

0.4

4

0.3

7

0.4

9

0.3

4

0.7

5

0.7

5

0.8

3

0.8

3

Ags

ayap

(inc

2)1

3.7

90

13

.79

0

15

.16

7

15

.16

7

16

.89

5

15

.16

7

7.9

05

11

.36

1

7.2

25

12

.56

0

6.4

47

10

.30

9

5.3

20

11

.36

1

4.7

78

18

.52

2

18

.52

8

20

.50

2

20

.50

2

Agb

adan

(inc

2)7

.43

4

7.4

34

8.1

27

8.1

27

8.5

68

8.1

27

5.6

7

6.1

11

5.2

29

6.6

15

4.7

25

5.5

44

4.6

62

6.1

11

4.2

84

9.3

87

9.3

87

10

.45

8

10

.45

8

Ag

all

(inc

2)2

6.5

26

.5

32

.0

26

.5

38

.8

51

.8

17

.9

26

.5

17

.9

51

.8

17

.9

26

.5

17

.9

51

.8

17

.9

46

.7

46

.7

51

.8

51

.8

Pus

ayap

KN

98

0.9

41

10

86

.80

1

19

37

.48

4

26

63

.78

2

22

10

,19

7

83

3.5

55

29

4.1

82

85

9.0

31

6.9

70

38

7.1

75

25

1.1

45

43

1.1

07

3.3

72

15

9.7

38

18

2.3

71

12

48

.24

8

12

73

.21

3

18

71

.69

8

19

07

.84

1

Pub

adan

)K

N

52

8.8

19

58

5.8

88

10

38

.18

8

14

27

.36

9

11

20

.86

2

44

6.6

55

21

1.0

09

46

2.0

79

5.0

44

20

3.9

09

18

4.0

71

23

1.8

38

2.9

55

85

.92

4

16

3.5

20

63

2.6

04

64

5.0

48

95

4.7

70

97

3.2

07

Rd

01

"

1b

au

t

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

33

5.3

99

npe

rlu

baut

saya

p2

.92

5

3.2

40

5.7

77

7.9

42

6.5

90

2.4

85

0.8

77

2.5

61

0.0

21

1.1

54

0.7

49

1.2

85

0.0

10

0.4

76

0.5

44

3.7

22

3.7

96

5.5

81

5.6

88

npe

rlu

bau

tbad

an

1.5

77

1.7

47

3.0

95

3.8

56

3.3

42

1.8

86

1.9

23

2.8

47

2.9

02

npa

kai

bau

tsay

ap 10

10

12 8

.12

10

npa

kai

bau

tbad

an

Page 207: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabel 5.30 Perhitungan Jumlah Baut Pada 7"op ChordBatang G. Batang L(mm) P baut Baut(n) Baut Pakai (n Pakai)

9 82.119 3163 83.849 0.979 2

10 61.520 3163 83.849 0.734 2

11 39.629 3163 83.849 0.473 2

12 17.013 3163 83.849 0.203 2

22 0.686 2000 83.849 0.008 2

23 8.182 2000 83.849 0.098 2

24 15.712 2000 83.849 0.187 2

26 76.002 3163 83.849 0.906 2

28 60.730 3163 83.849 0.724 2

30 43.462 3163 83.849 0.518 2

31 3.850 3163 83.849 0.046 2

32 24.403 3163 83.849 0.291 2

33 8.040 3163 83.849 0.096 2

34 3.573 3163 83.849 0.043 2

35 11.069 3163 83.849 0.132 2

37 12.904 3163 83.849 0.154 2

39 13.247 3163 83.849 0.158 2

41 10.753 3163 83.849 0.128 2

43 7.549 3163 83.849 0.090 2

45 1.378 3163 83.849 0.016 2

52 18.824 3163 83.849 0.224 2

54 43.213 3163 83.849 0.515 2

56 69.517 3163 83.849 0.829 2

59 9.621 2000 83.849 0.115 2

60 3.464 2000 83.849 0.041 2

71 6.208 3163 83.849 0.074 2

72 30.312 3163 83.849 0.362 2

73 55.41 3163 83.849 0.661 2

74 78.181 3163 83.849 0.932 2

Page 208: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabel 5.31 Perhitungan Jumlah Baut Pada Bottom ChordBatang G. Batang L(mm) Pbaut Baut(n) BautPakai (n Pakai)

12 75.073 3605 83.849 0.895 2

14 64.182 3605 83.849 0.765 2

16 47.938 3605 83.849 0.572 2

18 31.333 3605 83.849 0.374 2

20 14.146 3605 83.849 0.169 2

21 14.146 3605 83.849 0.169 2

23 31.333 3605 83.849 0.374 2

25 47.938 3605 83.849 0.572 2

27 64.182 3605 83.849 0.765 2

29 75.073 3605 83.849 0.895 2

42 72.097 3605 83.849 0.860 2

44 57.396 3605 83.849 0.685 2

46 37.657 3605 83.849 0.449 2

48 18.763 3605 83.849 0.224 2

50 0.430 3605 83.849 0.005 2

53 0.430 3605 83.849 0.005 2

55 18.763 3605 83.849 0.224 2

57 37.657 3605 83.849 0.449 2

59 57.396 3605 83.849 0.685 2

61 72.097 3605 83.849 0.860 2

Page 209: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabe

l5.

32Ta

bel

Jara

kBa

utSa

yap

Pada

Ran

gka

Uta

ma

Ala

t

Sam

bu

ng

Join

tB

tg

Bau

t(D

(1)A

325

11

Bau

t(D

(1)A

325

Bau

t(D

(1)A

325

12

Bau

t(D

(1)A

325

Bau

t(D

(1)A

325

Bau

t(D

(1)A

325

13

14

15

Bau

t(D

(1)A

325

Bau

t(D

(1)A

325

Bau

t(D

(1)A

325

Baut(D(1)A325

16

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

17

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

19

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

20

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

10

21

22

23

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

24

25

26

27

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

10

Baut(D(1)A325

Baut(D(1)A325

Jmlh

Bau

t

2S

isi

12

16

12

12

16

20

20

16

20

20

20

16

20

20

20

16

20

20

20

16

20

20

20

16

20

20

20

16

20

16

20

16

20

16

16

Jmlh

Bau

t

1S

isi

6 6 10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

Jmlh

Bau

t

1B

ari

s

Jara

k(i

nc)

Tep

i-B

aut

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

Jara

k(i

nc)

Bau

t-B

au

t

Jara

k(m

m)

Tep

i-B

aut

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

63.5

Jarak(mm)

Baut-Baut

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

76.2

T.Jarak

(inc)

11

11

14

14

11

14

14

14

11

14

14

14

11

14

14

14

11

14

14

14

11

14

14

14

11

14

11

14

11

14

_11

11

T.Jarak

(mm)

203.2

279.4

203.2

203.2

127

279.4

355.6

355.6

279.4

355.6

355.6

355.6

279.4

355.6

355.6

355.6

279.4

355.6

355.6

355.6

27

9.4

35

5.6

35

5.6

35

5.6

27

9.4

35

5.6

35

5.6

35

5.6

27

9.4

35

5.6

27

9.4

35

5.6

27

9.4

35

5.6

27

9.4

27

9.4

Page 210: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

9'9

9E

Pi

2'9

Z9

£9

£9

29

01-0

29

V(l.)a)jn

eg/£

02

9'9

H2

'9Z

9E

92

901-

02

92

£V

(Oa)in

Ba

62

P'G

LZ

U2

'9Z

9'E

92

fr8

91.9

VU

)a)]nB

g8

29

'99

£H

29

Z9

E9

£9

29

01-0

29

VU

)a))nB

gZ

29

'99

£P

i2

9Z

9E

92

9O

i0

29

VU

)a)}n

eg1?,

61

.9

'99

EP

i2

'9Z

92

90

10

292E

V(l-)a))nB

g9

£Y

GL

Za

2'9

Z9

£9

£9

2t?

891.

92

£V

(l-)a)^B

g9

29

'99

£H

2'9

Z9

'£9

£9

'29

01-0

29

2S

VU

)a)inB

g9

£

8^

9'9

9E

Pi

29

Z9

'£9

£9

29

01-0

29

VU

)a)ineg

9'9

Pi

2'9

Z9

E9

£9

29

01.0

292£V

(l-)a)}nBg

92

t?'6

Z2

a2

'9Z

92

P8

91-9

VU

)a)ineg

PZ

9'9

9E

pi

2'9

Z9

'£9

£9

29

01-0

292£V

(l-)a)}nBg

£2

9'9

n2

9Z

9'£

9'g

90

10

29

VU

)a)ineg

Li

9'9

t7L2

9Z

9'E

9'2

901.

02

92

£V

(l-)a)^Bg

P?,

V6

LZ

a2

9Z

92

P8

91.92£V

(l-)a)inBg

22

9'9

n2

'9Z

92

90

L0

29

VU

)d)in

eaP

?.

91-

9'9

nZ

9L

92

901.

02

92

£V

(l-)a)(nB

gE

£9

'99

£H

Z9

L9

£9

£9

'29

01.0

29

VU

)a))nB

gi?

.P

'QL

Za

Z9

L9

'£9

£9

2P

89

19

V(0

a)}n

Bg

02

9'9

t?-uZ

9L

9'£

9'2

9h

OL0

29

V(l.)a)»

nea

61-9

'99

£h

Z9

L9

£9

£9

29

01-0

292£V

(l.)a)»nBa

91-9

'99

£n

Z9

L9

'£9

£9

29

01.0

29

V(L

)a)inB

g2

£P

'GIZ

uZ

9L

92

P8

91.Q

VU

)a)}neg

81

.9

'99

£H

Z9

L9

93

901.

02

92£V(l-)a)}nB

g2

£

H

9'9

nZ

9L

9'2

9o

^0

29

V(l.)a)in

Bg

i£9

'99

£H

Z9

L9

9'2

90

10

29

V(t)a)in

Ba

Zl.

P'G

IZu

Z9

L9

£9

£9

'2fr

891.

92

£V

U)a)m

ea91.

9'9

HZ

9L

9'E

9'2

901-

02

92

£V

(Oa)in

ea91.

9'9

HZ

9L

9E

92

901.

02

92

£V

(l-)a)inB

aIE

£t-

9'9

HZ

9L

9E

92

901.

02

92

£V

(l-)a)inB

g0

£P

6L

ZU

Z9

L9

E9

£9

2P

891.

92£V(l-)a)inB

gM

-

9'9

HZ

9L

9"£

9'2

90

10

29

V(l-)a))n

Bg

21-9

'95

£P

iZ

9L

9"6

9e

9'2

9O

i0

29

2E

VU

)a)}neg

£1.

P'Q

LZ

aZ

9L

9E

92

P8

91.9

Vd

.)aHn

eg21.

9'9

nZ

9L

92

9Q

i0

29

V(O

a)]neg

14

9'9

nZ

9L

9'2

901-

02

92

£V

(l-)a)inB

g6

2a

PG

LZ

n.

Z9

L9

'E9

£9

'2fr

891.

92

£V

(i.)a)inB

g0

1

YG

LZ

uZ

9L

9E

92

P8

91

92

£V

(Oa)m

ea

82

Page 211: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tab

el5.

33Ja

rak

Bau

tBad

anP

ada

Ran

gka

Uta

ma

Join

tB

tgA

lat

Sam

bu

ng

Jmlh

Bau

t

1S

isi

Jmlh

Bau

t

1B

ari

s

Jara

k(i

nc)

Tep

i-B

aut

Jara

k(i

nc)

Bau

t-B

au

t

Jara

k(m

m)

Tep

i-B

aut

Jara

k(m

mB

au

t-B

au

t)T

.Jar

ak

(inc

)T

.Jara

k

(mm

)

11

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

71

1B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

2

1B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

2B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

12

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

7

3

2B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

3B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

13

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

71

4B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

15

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

7

4

3B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

4B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

16

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

7

5

4B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

5B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

17

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

71

8B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

19

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

7

6

5B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

6B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

20

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

7

7

6B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

7B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

21

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

72

2B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

23

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

7

8

7B

aut(

D(1

)A3

25

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

78

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

72

4B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

9

8B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

9B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

25

Bau

t(D(1

JA32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

26

Bau

t(D

(1)A

325

42

2.5

36

3.5

76

.25

12

72

7B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

10

9B

aut(

D(1

)A32

54

22

.53

63

.57

6.2

51

27

10

Bau

t(D

(1)A

325

4I

22

.53

63

.57

6.2

51

27

Page 212: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

LZ

i9

29

Z9

£9

£9

"Z2

P9

VU

)a)]neg

02

LZ

i9

2'9

Z9

'£9

£9

22

P9

V(L

)a)inea

62

LZ

i9

2'9

Z9

£9

£9

22

P9

V(L

)a)inea

82

LZ

i9

2'9

Z9

E9

£9

22

P9

V(0

a)ineg

Z2

LZ

i9

2'9

Z9

£9

£9

22

P9

V(l)a)}

neg

61

LZ

i9

2'9

Z9

E9

£9

22

P9

V(L

)a)!neg

LZ

i9

29

Z9

£9

£9

22

P92£V

(L)a)}nB

a9

2L

Zi

92

'9Z

9'2

2P

92£V(L

)fj)ineg9

£

81-

LZ

i9

29

Z9

£9

£9

22

P9

V(l)a)in

eg9

£L

Zi

92

'9Z

92

2P

92

£v

(L)a)m

ea9

2L

Zi

92

'9Z

9E

92

ZP

92EV

(L)a)jneg

t72

LZ

i9

2'9

Z9

£9

£9

22

P92£V

(L)dH

nea£

2L

Zi

92

9Z

9E

92

2P

92

£V

U)a)m

eg9

£

Li

LZ

i9

2'9

Z9

E9

£9

22

P92E

V(L

)a)}nBg

LZ

i9

Z'9

Z9

E9

£9

22

P92£V

(L)a)}nB

g2

2L

Zi

92

'9Z

92

ZP

92

£V

(L)a)}n

egt'E

91-

LZ

i9

29

Z9

E9

£9

22

P92£V

(L)a)}nB

EL

Zi

92

92

92

2P

92

£V

(l.)a)inB

g1-2

LZ

i9

29

Z9

E9

£9

'22

P92£V

(L)a)inB

g0

2L

Zi

92

'9Z

92

2P

92

£V

(L)a)in

Bg

6L

LZ

i9

29

Z9

£9

£9

22

P9

V(L

)a)ineg

££

91-L

Zi

92

'9Z

92

2P

92£V(L

)fj)}nBg

LZ

i9

29

Z9

£9

£9

22

P9

V(L

)a))nB

a8

LL

Zi

92

9Z

92

2P

92£V(L

)a)inBg

H

LZ

i9

3'9

Z9

£9

£9

22

P92£V

(l)a)}nBg

l-SL

Zi

92

9Z

9'2

2P

92£V(L

)a)jnBa

Li

LZ

i9

29

Z9

£9

£9

'22

PS

2£V(L

)a)inBg

9L

LZ

i9

2'9

Z9

£9

£9

22

P92£V

(L)a)inB

g9

LL

Zi

92

'9Z

92

2P

92

£V

(t)a)inB

aL

£

EL

LZ

i9

29

Z9

£9

£9

22

P92£V

(L)a)jnB

g0

£L

Zi

92

'9Z

92

2P

92£V(L

)a)}nBg

17LL

Zi

92

'9Z

9'2

2P

92£V(:L

)a)inBg

2L

LZ

i9

2'9

Z9

£9

£9

'2Z

P92£V

(L)a)jnB

a£1-

LZ

i9

2'9

Z9

£9

£9

'22

P9

V(l)a)}n

Bg

2L

LZ

i9

2'9

Z9

E9

£9

22

P92£V

(L)a))nB

g1.1.

LZ

i9

2'9

Z9

E9

£9

22

P92E

V(L

)a)inB8

62

UL

Zi

92

'9Z

9E

9'2

2P

92

EV

(l)a)]nB

g0

LL

Zi

92

9Z

9E

92

2P

92£V(L

)a)}nBg

82

Page 213: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabe

l5

33Ce

kK

apas

itas

Prof

ilR

angk

aU

tam

aTe

rhad

apLe

leh

&Fr

actu

reP

rofi

lP

usa

yap

KN

Pu

bad

an

KN

Aes

yp

(mm

2)

Bat

ang

1=

10

W1

4x

12

07

33

.29

77

2=

9W

14

x1

20

81

2.4

33

0

3=

8W

14

x1

32

16

04

.48

35

4=

7W

14

x1

32

18

26

.80

25

5=

6W

14

x1

45

19

84

.13

02

13

=2

7W

14

x9

97

79

.46

95

14

=2

6W

14

x6

86

.22

51

16

=2

4W

14

x6

12

51

.38

60

17

=2

3W

14

x9

04

31

.07

80

18

=2

2W

14

x5

34

.09

05

20

W1

4x

48

24

6.3

09

0

39

3.9

82

54

13

0.8

17

43

6.5

00

04

13

0.8

17

84

4.9

59

85

04

5.9

71

96

2.0

38

45

04

5.9

71

10

62

.87

25

61

15

.19

8

41

9.1

90

14

13

0.8

17

4.5

58

82

05

7.9

62

18

4.0

94

02

05

7.9

62

23

1.8

29

04

13

0.8

17

2.9

95

62

05

7.9

62

18

0.3

76

02

05

7.9

62

Aeb

dn

(mm

2)

21

97

.15

7

21

97

.15

7

26

21

.60

7

26

21

.60

7

32

20

.83

3

21

97

.15

7

18

72

.57

7

18

77

.97

7

21

97

.15

7

18

77

.97

7

18

77

.97

7

Ags

ayap

(inc

2)

10

.30

9

10

.30

9

12

.56

0

12

.56

0

15

.16

7

10

.30

9

6.4

47

6.4

47

10

.30

9

6.4

47

6.4

47

Agb

adan

(inc

2)

5.5

44

5.5

44

6.6

15

6.6

15

8.1

27

5.5

44

4.7

25

4.7

25

5.5

44

4.7

25

47

25

<t>

lele

h

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

0.9

5

<t>

tract

0.8

0.8

0.8

0.8

0.8

0.8

0.8

0.8

0.8

0.8

0.8

OP

nle

leh

Syp

(KN

)2

21

1.4

85

3

22

11

.48

53

26

94

.38

15

26

94

.38

15

32

53

.49

53

22

11

.48

53

13

82

.93

98

13

82

.93

98

22

11

.48

53

13

82

.93

98

13

82

.93

98

0P

nle

leh

Bdn

(KN

)1

18

9.2

75

11

89

.27

5

14

19

.02

14

14

19

.02

14

17

43

.36

91

11

89

.27

5

10

13

.58

67

10

13

.58

67

11

89

.27

5

10

13

.58

67

10

13

.58

67

<D

Pntr

act

Syp

(KN

)1

50

3.6

17

15

03

.61

7

18

36

.73

3

18

36

.73

3

22

25

.93

2

15

03

.61

7

74

9.0

98

74

9.0

98

15

03

.61

7

74

9.0

98

74

9.0

98

<t>

Pntr

act

Bdn

(KN

)7

99

.76

5

79

9.7

65

95

4.2

65

95

4.2

65

11

72

.38

3

79

9.7

65

68

1.6

18

68

3.5

84

79

9.7

65

68

35

84

68

3.5

84

K.l

ele

h

Sy

pA

man

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

K.l

eleh

Bd

n

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

K.F

ract

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

K.F

ract

Bd

n

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Page 214: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabel 5.34 Cek Luas Effektif Sambungan Pada Batang Top Chord

Batang Ag(inc2) t(inc) d(inc) A netto(inc2) A netto (mm2) U Ae Ae perlu ket

9 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 183.6433 Ok!

10 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 136.3603 Ok!

11 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 86.7735 Ok!

12 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 35.7721 Ok!

22 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 2.1941 Ok!

23 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 18.5591 Ok!

24 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 34.6114 Ok!

26 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 169.9920 Ok!

28 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 1347291 Ok!

30 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 95.4602 Ok!

31 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 8.7528 Ok!

32 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 52.3503 Ok!

33 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 18.0591 Ok!

34 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 5.8983 Ok!

35 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 24.6658 Ok!

37 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 28.4982 Ok!

39 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 28.9291 Ok!

41 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 23.3469 Ok!

43 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 16.8550 Ok!

45 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 2 9382 Ok!

52 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 43.0622 Ok!

54 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 95.2641 Ok!

56 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 150.9607 Ok!

59 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 150.9607 Ok!

60 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 150.9607 Ok!

71 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 15.8784 Oki

72 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 68.4104 'Ok!

73 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 121.9829 Ok!

74 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058| 0.85 2981.849 1697823 Ok!

Page 215: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabel 5.

Batang Ag(inc2) t(inc; d(inc A netto(inc2 A netto (mm2) U Ae Ae perlu ket12 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 206.2457 Ok!14 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 176.3240 Ok!16 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 131.6988 Ok!18 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 86.0787 Ok!20 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 38.8636 Ok!21 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 38.8636 Ok!23 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 86.0787 Oki25 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 131.6988 Ok.i27 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 176.3240 Ok!29 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 206.2457 Ok!42 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 198.0679 Ok!44 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 157.6808 Ok!46 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 103.4523 Ok!48 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 51.5461 Ok!50 5.750 0.5 0.5 5-438 3508.058 0.85 2981.849 1.1811 Ok!53 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 1.1811 Ok!55 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 51.5461 Oki57 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 103.4523 Oki59 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 157.6808 Oki61 5.750 0.5 0.5 5.438 3508.058 0.85 2981.849 198.0679 Oki I

Page 216: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

iMO

iMO

9S

SZ

LO

Lt?

88

Z6

L8

L8

Z9

91

76

17

8'L

86

20

Z9

'60

9/0

PL

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt?

88

Z'£

Z6

Lt7

99

99

17

61

78

'L8

62

09

£Z

9'6

0Z

E9

/n

£Z

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lf8

8Z

£Z

62

99176

t78

'L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/'02

ZiM

OiM

O9

99

'ZL

OL

t78

8Z

£Z

68

02

99

9t7

61

78

L8

62

09

£Z

96

0Z

E9

/0

LZ

iMO

iMO

99

9'Z

LO

L1

78

8Z

EZ

6P

9S

t76

t78

'L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/n

09

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

L2

96

S917

6t7

8'L

86

20

Z9

'60

9/0

69

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

ZL

96

99

91

/6

17

8'L

86

20

Z9

60

ZE

9/0

99

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

£iZ

£P

99

t76

t"8

L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£q

/n

t79iM

OiM

O9

99

'ZL

Ol-

17

88

ZE

Z6

fr28

'8L

99

t76

t78

'L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/0

29

iXO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

8Z

£L

99

t76

1/8

'L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£q

/n

9P

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lfr8

8Z

'EZ

66

t79

Z9

9t7

61

78

'L8

62

09

EZ

9'6

0Z

£9

/n

£P

iMO

iMO

99

9'Z

LO

L1

78

8Z

EZ

6E

9Z

0L

99

17

61

78

'1-8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/n

Lt/

iMO

iMO

99

9'Z

LO

LP

8Q

L6

Zt7

2'£

L9

91

76

t-8'L

86

20

Z9

'60

9/'n

iMO

iMO

99

9'Z

LO

LW

8Z

'£Z

6K

)6'2

L9

91

76

t78

'L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/n

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z6

69

0'L

L9

91

76

t?8L

86

20

Z9

'60

9/'n

iMO

iMO

99

9'Z

LO

L1

78

8Z

EZ

Z9

£9

9t7

6W

L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/n

t7£iM

OiM

O9

99

'ZL

OL

t78

8Z

£Z

60

W8

99

t76

t78

'L8

62

09

£Z

96

0Z

E9

/n

££

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lfr8

8Z

'EZ

0^

>2

99

17

6W

L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/n

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z6

09

99

17

6t7

8'L

86

20

Z9

'60

9/n

iMO

iMO

99

9'Z

LO

LP

QQ

L6

29

t^'£

t79

91

76

17

8'L

86

20

Z9

'60

9/'0

iMO

iMO

99

9'Z

LO

LP

8Q

L'£

L6

0E

Z0

99

91

76

t78

'L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/n

82

iXO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

20

09

Z9

91

76

17

8'L

86

20

Z9

'60

9/n

92

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

2L

Z9

L9917

6W

L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/n

t>2

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

28

L8

99

t76

17

8'L

86

20

Z9

'60

9/0

£2

iMO

iMO

99

9'Z

LO

LW

8Z

'£Z

69

89

09

91

76

17

8'L

86

20

Z9

'60

9/n

22

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

£L

0Z

L9

9t7

61

78

'L8

62

09

£Z

9"6

0Z

£9

/'n2

LiM

OiM

O9

99

'ZL

OL

W8

Z'E

Z6

62

9'6

£9

91

76

t78

'L8

62

09

£Z

9'6

0Z

£9

/n

LL

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

02

9L

99917

61

78

'L8

62

09

EZ

9"6

0Z

£9

/n

0L

iMO

iMO

99

9'Z

LO

Lt7

88

Z'£

Z6

6L

L2

89917

61

78

'L8

62

09

£Z

9'6

0Z

E9

/0

6a

jmo

ejj

eu

aju

yq

aia

iB

ua

juy

(Z)U

d0

(Uu

dO

(N>

l)n|Jadn

d(N

X)n

j(zLU

ui)avX

d(ziuui)6v

o6

ueie

g

pjOLto

do±e>j6uey

|ijojc|sejiSEde^

>iao9£"s

laqej.

Page 217: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Ta

bel

5.3

7C

ek

Kap

asit

asPr

ofil

Re j

ng

ka

Bot

tom

Cho

rdB

ata

ng

<DA

g(m

m2)

Fy

Ae(

mm

2)F

u(K

N)

Pu

Per

lu(K

N]

(DP

n(1)

OP

n(2

)K

rite

ria

Lele

hK

rite

ria

Fra

ctu

re1

20

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

58

2.8

38

97

37

88

41

01

7.5

56

OK

!O

K!

14

0.7

53

70

9.6

73

50

29

81

.84

94

55

70

.48

79

73

78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!1

60

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

55

2.6

61

97

37

88

41

01

7.5

56

OK

!O

K!

18

0.7

53

70

9.6

73

50

29

81

.84

94

55

34

.41

99

73

78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!2

00

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

51

5.5

39

97

3.7

88

41

01

7.5

56

OK

!O

K!

21

0.7

53

70

9.6

73

50

29

81

.84

94

55

15

.53

99

73

78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!2

30

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

53

4.4

19

97

37

88

41

01

7.5

56

OK

!O

K!

25

0.7

53

70

9.6

73

50

29

81

.84

94

55

52

.66

19

73

78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!2

70

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

57

0.4

87

97

37

88

41

01

7.5

56

OK

!O

K!

29

0.7

53

70

9.6

73

50

29

81

.84

94

55

82

.83

89

73

78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!4

20

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

57

9.5

86

97

37

88

41

01

7.5

56

OK

!O

K!

44

0.7

53

70

9.6

73

50

29

81

.84

94

55

63

.03

09

73

.78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!4

60

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

54

1.3

66

97

37

88

41

01

7.5

56

OK

!O

K!

48

0.7

53

70

9.6

73

50

29

81

.84

94

55

20

.61

19

73

78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!5

00

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

50

.47

29

73

78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!5

30

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

5|

0.47

59

73

.78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!5

50

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

52

0.6

11

97

37

88

41

01

7.5

56

OK

!O

K!

57

0.7

53

70

9.6

73

50

29

81

.84

94

55

41

.36

69

73

78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!5

90

.75

37

09

.67

35

02

98

1.8

49

45

56

3.0

30

97

37

88

41

01

7.5

56

OK

!O

K!

61

0.7

53

70

9.6

73

50

29

81

.84

94

55

79

.58

69

73

78

84

10

17

.55

6O

K!

OK

!

Page 218: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabe

l5.3

8Pe

rhitu

ngan

Blok

Ges

erSa

mbu

ngan

Pada

Saya

pRa

ngka

Utam

aB

atan

gG

aya

bat

ang

Pro

fil

Teb

alpe

lal

mm

S.g

eser

mm

S.t

ari

k

mm

Tari

kD

esak

1=

10

2=

9

73

3.3

47

81

2.4

88

W1

4x

12

0

W1

4x

12

03

=8

4=

7

5=

6

11

=2

9

12

=2

8

13

=2

7

14

=2

6

15

=2

5

16

=2

4

17

=2

3

18

=2

2

19

=2

1

20

30

=3

7

31

=3

6

32

=3

5

33

=3

4

16

04

.52

2

22

06

.00

3

19

84

.10

8

23

9.9

17

77

9.5

22

6.2

19

25

1.1

45

11

26

75

0

W1

4x

13

2

W1

4x

13

2

W1

4x

14

5

W1

4x

13

2

W1

4x

74

63

1.9

65

43

1.1

07

4.0

87

24

6.0

73

4

28

8.2

63

12

48

.24

8

12

73

.21

3

18

71

.69

8

19

07

.84

1

W1

4x

99

W1

4x

68

W1

4x

10

9

W1

4x

61

W1

4x

90

W1

4x

53

W1

4x

99

W1

4x

48

W1

4x

15

9

W1

4x

15

9

W1

4x

17

6

W1

4x

17

6

23

.87

6

23

.87

6

26

.16

2

26

.16

2

27

.68

6

26

.16

2

19

.93

9

19

.81

2

18

.28

8

21

.88

4

16

.38

3

18

.03

4

16

.76

4

19

.81

2

15

.11

3

30

.22

6

30

.22

6

33

.27

4

33

.27

4

34

2.9

0

34

2.9

0

44

4.5

0

44

4.5

0

54

6.1

0

34

2.9

0

24

1.3

0

34

2.9

0

24

1.3

0

34

2.9

0

24

1.3

0

34

2.9

0

24

1.3

0

34

2.9

0

24

1.3

0

34

2.9

0

34

2.9

0

44

4.5

0

44

4.5

0

11

2.3

3

11

2.3

3

11

2.2

8

11

2.2

8

11

2.2

8

11

6.9

3

11

2.4

4

11

6.9

7

11

2.4

0

11

7.0

1

11

2.4

8

11

8.9

^

i12

.44

11

8.9

7

11

1.4

4

11

1.4

4

11

1.3

5

11

1.3

5

Agv

mm

2

81

87

.08

0

81

87

.08

0

11

62

9.0

09

11

62

9.0

09

15

11

9.3

25

89

70

.95

0

48

11

.28

1

67

93

.53

5

44

12

.89

4

75

04

.02

4

39

53

.21

8

61

83

.85

9

40

45

.15

3

67

93

.53

5

36

46

.76

7

10

36

4.4

95

10

36

4.4

95

14

79

0.2

93

14

79

0.2

93

Agt

mm

2

26

81

.99

1

26

81

.99

1

29

37

.33

9

29

37

.33

9

30

86

.98

9

29

37

.33

9

23

31

.46

7

22

27

.56

2

21

39

.05

6

24

59

.65

2

19

16

.89

3

20

28

.46

4

19

93

.91

0

22

27

.56

2

17

97

.99

4

33

68

.23

4

33

68

.23

4

37

05

.06

0

37

05

.06

0

An

s

mm

2

66

70

.95

4

66

70

.95

4

86

38

.69

2

86

38

.69

2

11

95

4.8

15

79

74

.17

8

40

51

.60

5

60

38

.69

8

37

16

.12

2

66

70

.24

3

33

29

.02

6

54

96

.76

3

34

06

.44

5

60

38

.69

8

26

87

.09

1

84

45

.14

4

84

45

.14

4

12

67

7.3

94

12

67

7.3

94

An

t

mm

2

11

00

.57

1

11

00

57

1

12

16

.75

5

12

16

.75

5

12

94

.94

9

12

16

.75

5

89

5.9

71

89

4.0

15

81

20

65

99

9.3

12

71

5.2

51

80

3.6

47

73

2.6

71

89

4.0

15

64

8.7

70

14

24

.04

6

14

24

.04

6

15

78

96

9

15

78

96

9

<D

Rn1

KN

17

76

.03

7

17

76

.03

7

23

96

.57

2

"239

6.57

23

01

1.4

08

19

50

.01

8

11

34

,42

9

14

66

.73

5

10

36

.95

8

16

24

.42

6

92

4.4

92

13

31

.41

6

94

6.2

78

14

66

73

5

84

88

09

22

59

.58

8

22

59

.58

8

30

59

.51

4

30

59

.51

4

OR

n2

37

49

.31

9

37

49

.31

9

51

42

.81

3

51

42

.81

3

68

44

.34

2

42

53

.42

6

22

32

.02

9

32

21

.04

1

20

47

.21

1

35

57

.90

8

18

33

.96

0

29

31

.97

3

18

76

.61

0

32

21

.04

1

16

07

.95

5

47

46

.47

8

47

46

.47

8

69

10

.02

5

Ket

eran

gan

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

69

10

.02

5A

man

Page 219: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabe

l539

Perh

itung

anBl

okGe

serS

ambu

ngan

Pada

Bada

nRa

ngka

Utam

aR

afa

nn

Ho

i./.

**-

*-_*

•-•I

-*•.

..

.i

_—

'—I

^—

—i

Bat

ang

Gay

aba

tang

Pro

fil

Teb

alpl

atm

m

S.g

eser

mm

S.t

ari

k

mm

1=

10

2=

9

3=

8

4=

7

5=

6

11

=2

9

12

=2

8

13

=2

7

14

=2

6

15

=2

5

16

=2

4

17

=2

3

18

=2

2

19

=2

1

20

30

=3

7

31

=3

6

32

=3

5

33

=3

4

Tari

kD

esa

k

39

3.9

83

43

6.5

00

84

4.9

60

96

2.0

38

10

60

.84

2

57

5.0

73

17

5.8

63

3.6

09

4.5

59

32

2.5

43

18

4.0

94

23

1.6

07

2.9

96

14

7.1

24

18

0.3

76

63

2.5

83

64

5.0

27

95

5.2

82

97

3.7

28

W1

4x

12

02

3.8

76

W1

4x

12

02

3.8

76

W1

4x

13

22

6.1

62

W1

4x

13

22

6.1

62

W1

4x

14

52

7.6

86

W1

4x

13

22

6.1

62

W1

4x

74

19

.93

9

W1

4x

99

19

.81

2

W1

4x

68

18

.28

8

W1

4x

10

92

1.8

84

W1

4x

61

16

.38

3

W1

4x

90

18

.03

4

W1

4x

53

16

.76

4

W1

4x

99

19

.81

2

W1

4x

48

15

.11

3

W1

4x

15

93

0.2

26

W1

4x

15

93

0.2

26

W1

4x

17

63

3.2

74

W1

4x

17

63

3.2

74

13

9.3

19

3.0

4

13

93

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

93

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

139.3

J19

3.04

13

9.3

.1

93

.04

139

3|19

3.04

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

13

9.3

19

3.0

4

Agv

mm

2

33

25

.93

33

25

.93

36

44

.37

36

44

.37

38

56

.66

36

44

.37

27

77

.50

27

59

.81

25

47

.52

30

48

.44

22

82

.15

25

12

.14

23

35

.23

27

59

.81

21

05

.24

42

10

.48

42

10

.48

46

35

.07

46

35

.07

Agt

mm

2

46

09

.0

46

09

.0

50

50

.3

50

50

.3

53

44

.5

50

50

.3

38

49

.0

38

24

.5

35

30

.3

42

24

.5

31

62

.6

34

81

.3

32

36

.1

38

24

.5

29

17

.4

58

34

.8

58

34

.8

64

23

.2

An

s

mm

2

24

16

.25

24

16

.25

26

47

.59

26

47

.59

2.8

01

.82

26

47

.59

20

17

.83

20

04

.97

18

50

.75

22

14

.66

16

57

.96

18

25

.04

16

96

.52

20

04

.97

15

29

.44

30

58

.87

30

58

.87

33

67

.33

64

23

.23

36

7.3

3

An

t

mm

2

71

6.6

36

71

6.6

36

80

3.7

32

80

3.7

32

86

1.7

97

80

3.7

32

56

6.6

36

56

1.7

97

50

3.7

33

64

0.7

40

43

1.1

52

49

4.0

55

44

5.6

68

56

1.7

97

30

2.7

65

95

8.5

71

95

8.5

71

10

74

.69

9

10

74

.69

9

<t>

Rn1

KN

81

9.6

11

81

9.6

11

90

4.8

12

10

06

.85

4

10

69

.59

9

90

4.8

12

67

2.8

76

66

8.1

43

61

1.3

42

74

5.3

68

54

03

41

60

1.8

75

55

4.5

41

66

81

43

49

30

07

10

56

28

10

56

28

1

11

69

88

2

11

69

83

2

<t>

Rn2

KN

14

58

.96

9

14

58

.96

9

15

98

.65

7

15

98

.65

7

16

91

.78

3

15

98

.65

7

12

18

.39

4

12

10

.63

4

11

17

.50

8

13

37

.24

5

10

01

.10

1

11

01

.98

7

10

24

.38

2

12

10

.63

4

92

3.4

96

18

46

.99

2

18

46

.99

2

20

33

.24

4

Ket

eran

gan

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

lan

Am

an

Ap a

n

Am

ah

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

Am

an

20

33

.24

4A

man

Page 220: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Tabel 5.40 Hasil Perhitungan Portal Ujung Jembatan Rangka BajaBatang Station Gaya (kN) Momen (kNm)

1 0 28.787 183.677

4.2425 36.946 45.305

8.485 45.104 -93.066

2 0 -49.009 -95.159

4.2425 -57.167 44.628

8.485 -65.325 184.4163 0 -32.949 93.066

1 -32.949 47.474

2 -32.949 0.906

3 -32.949 -46.638

4 -32.949 -95.159

Page 221: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

n

Batang

S=Z,n^ ^=(8694,267)101 _A,A.E ' 200.103

= 43,246 mm

Defleksi = 43,246 mm < b 60000

800 800= 75 mm, maka rangka aman

Tabel 542 TabejDgflgteiPa^Ranjgte dengan Metode Virtual Work Akjbatjghgn MatiBatang A(mm2) L(mm) U(KN) S(KN)

1=10 22774.15

2=9 22774.15

3=8 25032.21

4=7 25032.21

5=6 27548.33

11=29 25032.21

12=28 14064.49

13=27 18774.16

14=26 12903.20

15=25 20645.12

16=24 11548.36

17=23 17096.74

18=22 10064.50

19=21 18774.16

20 9096.76

30=37 30128.97

31=36 30128.97

6000.00

6000.00

6000.00

6000.00

6000.00

8485.28

6000.00

8485.28

6000.00

8485.28

6000.00

8485.28

6000.00

8485.28

6000.00

6000.00

6000.00

0.738

0.744

0.935

.107

1.311

-0.006

-0.125

-0.181

-0.266

0.186

0.228

0.249

0.338

0.479

-0.889

-1.006

-1.150

729.6169

734.7858

1702.6346

1705.9808

2029.1460

-1166.5865

201.1781

899.0414

3.9233

-641.3138

198.5317

387.7019

1.8505

-126.4926

198.3992

-1296.2164

-1301.6495

U.S.L/A

141.892

143.989

381.602

452.685

579.508

2.421

-10.708

-73.690

-0.485

-49.023

23.550

47.913

0.373

-27.361

-116.310

259.711

298.167

n.U.S.L/A

283.785

287,977

763.204

905.371

1159.015

4.842

-21.416

-147.380

-0.969

-98.045

47.101

95.825

0.746

-54.721

-116.310

519.422

596.335

Page 222: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

32=35

33=34

33419,29

33419.29

6000.00

6000.00

-1.329

-1.576

-1948.3512

-1950.0560

464.713

551.827

2

2

929.425

1103.653

TOTAL 126426.41 TOTAL 6257.859

S=Tn^,5A.E

(6257,859) 103200. If?

= 31,289 mm

nfll . ,,-„„ b 60000 ^cDefleksi =j> 1,289 mm < = = 75 mm, maka rangka aman

800 800 &

Page 223: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

TABEL Mn-Pn UNTUK KOLOM 5400 X 1000

Ast(% ) 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1%

tc' ( Mpa) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

fy ( Mpa) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

b (mm) 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400

h(mm) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

d' (mm) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

d (mm) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900

xb (mm) 540 540 540 540 540 540 540 540 540 540 540

faktor 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.9 0.8 0.7 0.6

x(mm) 972 864 756 648 540 486 432 378 324

ab (mm) 826.2 734.4 642.6 550.8 459 413.1 367.2 321.3 275.4 67.23

fs (Mpa) -44.4 25 114.3 233.33 400 511.1 650 828.6 1067

fs pakai -44.4 25 114.3 233.33 400 400 400 400 400

fs' (Mpa) 538.3 530.6 520.6 507.41 488.9 476.5 461.1 441.3 414.8

fs' pakai 400 400 400 400 400 400 400 400 400

Ast(mm2) 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000

As (mm2) 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000

As' (mm2) 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000 27000

Ts (kn) -1200 675 3086 6300 10800 10800 10800 10800 10800

Cs (kn) 9997 9997 9997 9996.8 9997 9997 9997 9997 9997

Cc (kn) 1E+05 1E+05 1E+05 88486 73738 66365 58991 51617 44243

Mn (kn m) 0 15053 19937 23681 26393 28265 27793 26983 25835 24348 9357

Pn (kn) 180644 1E+05 1E+05 1E+05 92183 72935 65561 58187 50814 43440 0

TABEL Mn-PnUNT JKKOL-OM 5400 X 1000

Ast (% ) 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%

fc' (Mpa) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

fy (Mpa) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

b (mm) 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400

h (mm) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

d' (mm) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

d (mm) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900

xb (mm) 540 540 540 540 540 540 540 540 540 540 540

faktor 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.9 0.8 0.7 0.6

x(mm) 972 864 756 648 540 486 432 378 324

ab (mm) 826.2 734.4 642.6 550.8 459 413.1 367.2 321.3 275.4 134.5

fs (Mpa) -44.4 25 114.3 233.33 400 511.1 650 828.6 1067

fs pakai -44.4 25 114.3 233.33 400 400 400 400 400

fs' (Mpa) 538.3 530.6 520.6 507.41 488.9 476.5 461.1 441.3 414.8

fs' pakai 400 400 400 400 400 400 400 400 400

Ast (mm2) 108000 1E+05 1E+05 1E+05 108000 1E+05 1E+05 1E+05 1E+05 1E+05 1E+05

As (mm2) 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000

As' (mm2) 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000 54000

Ts (kn) -2400 1350 6171 12600 21600 21600 21600 21600 21600

Cs (kn) 19994 19994 19994 19994 19994 19994 19994 19994 19994

Cc (kn) 1E+05 1E+05 1E+05 88486 73738 66365 58991 51617 44243

Mn (kn m) 0 18572 24205 28914 32911 36584 36112 35302 34154 32667 17988

Pn (kn) 200637 2E+05 1E+05 1E+05 95880 72132 64758 57384 50010 42637 0

Page 224: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

5400TABEL Mn-Pn UNTUK KOLOM 1000

Ast ( % ) 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%fc' ( Mpa ) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35fy ( Mpa ) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

b (mm) 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400h (mm) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000d' (mm) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100d (mm) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900

xb (mm) 540 540 540 540 540 540 540 540 540 540 540faktor 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.9 0.8 0.7 0.6

x (mm) 972 864 756 648 540 486 432 378 324ab (mm) 826.2 734.4 642.6 550.8 459 413.1 367.2 321.3 275.4 201.7

fs (Mpa) -44.4 25 114.3 233.33 400 511.1 650 828.6 1067fs pakai -44.4 25 114.3 233.33 400 400 400 400 400fs' (Mpa) 538.3 530.6 520.6 507.41 488.9 476.5 461.1 441.3 414.8fs' pakai 400 400 400 400 400 400 400 400 400

Ast (mm2) 162000 2E+05 2E+05 2E+05 162000 2E+05 2E+05 2E+05 2E+05 2E+05 2E+05As (mm2) 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000As' (mm2) 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000 81000

Ts (kn) -3600 2025 9257 18900 32400 32400 32400 32400 32400Cs (kn) 29990 29990 29990 29990 29990 29990 29990 29990 29990Cc (kn) 1E+05 1E+05 1E+05 88486 73738 66365 58991 51617 44243

Mn (kn m) 0 22090 28474 34147 39430 44902 44431 43621 42472 40985 25893Pn (kn) 220631 2E+05 1E+05 1E+05 99576|71329 63955 56581 49207 41833| o

TABEL Mn •Pn UNTUK KOLOM 5400 X 1000Ast ( %) 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4%

fc' ( Mpa ) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35fy ( Mpa ) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

b (mm) 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400 5400h (mm) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000d' (mm) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100d (mm) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900

xb (mm) 540 540 540 540 540 540 540 540 540 540 540faktor 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.9 0.8 0.7 0.6

x(mm) 972 864 756 648 540 486 432 378 324ab (mm) 826.2 734.4 642.6 550.8 459 413.1 367.2 321.3 275.4 268.9

fs ( Mpa) -44.4 25 114.3 233.33 400 511.1 650 828.6 1067fs pakai -44.4 25 114.3 233.33 400 400 400 400 400fs' (Mpa) 538.3 530.6 520.6 507.41 488.9 476.5 461.1 441.3 414.8fs' pakai 400 400 400 400 400 400 400 400 400

Ast (mm2) 216000 2E+05 2E+05 2E+05 216000 2E+05 2E+05 2E+05 2E+05 2E+05 2E+05As (mm2) 108000 1E+05 1E+05 1E+05 108000 1E+05 1E+05 1E+05 1E+05 1E+05 1E+05As' (mm2) 108000 1E+05 1E+05 1E+05 108000 1E+05 1E+05 1E+05 1E+05 1E+05 1E+05

Ts (kn) -4800 2700 12343 25200 43200 43200 43200 43200 43200Cs (kn) 39987 39987 39987 39987 39987 39987 39987 39987 39987Cc (kn) 1E+05 1E+05 1E+05 88486 73738 66365 58991 51617 44243

Mn (kn m) 0 25609 32743 39380 45949 53221 52749 51939 50791 49304 33072Pn (kn) 240624 2E+05 2E+05| 1E+05 103273 70525 63152 55778 48404 41030 0

Page 225: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

300000

250000

200000

a.

150000

100000

50000

10000

20000

GrafikMn-Pn

30000

Mn(KNm)

40000

50000

60000

Page 226: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

TABEL Mn-Pn UNTUK KOLOM 400X400

Ast(% ) 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1%

fc' (Mpa) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

fy (Mpa) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

b(mm) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

h(mm) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

d' (mm) 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

d (mm) 330 330 330 330 330 330 330 330 330 330 330

xb(mm) 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198

faktor 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.9 0.8 0.7 0.6

x(mm) 356.4 316.8 277.2 237.6 198 178.2 158.4 138.6 118.8

ab (mm) 302.94 269.28 235.6 202 168.3 151.5 134.6 117.8 101 26.89

fs (Mpa) -44.444 25 114.3 233.3 400 511.1 650 828.6 1067

fs pakai -44.444 25 114.3 233.3 400 400 400 400 400

fs' (Mpa) 482.15 467.42 448.5 423.2 387.9 364.3 334.8 297 246.5

fs' pakai 400 400 400 400 387.9 364.3 334.8 297 246.5

Ast (mm2) 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600

As (mm2) 800 800 800 800 800 800 800 800 800 800 800

As' (mm2) 800 800 800 800 800 800 800 800 800 800 800

Ts(knl -35.556 20 91.43 186.7 320 320 320 320 320

Cs (kn) 296.2 296.2 296.2 296.2 286.5 267.6 244.1 213.8 173.4

Cc (kn) 3605 3204.4 2804 2403 2003 1802 1602 1402 1202

Mn (kn m) 0 208.83 250.55 280.8 300.7 310.9 300.4 285.9 267.2 243.8 101.3

Pn (kn) 5352 3936.7 3480.6 3009 2513 1969 1750 1526 1296 1055 0

TABEL Mn-Pn UNTUK KOLOM 400)C400

Ast(% ) 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%

fc' (Mpa) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

fy (Mpa) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

b(mm) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

h (mm) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

d' (mm) 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

d (mm) 330 330 330 330 330 330 330 330 330 330 330

xb (mm) 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198

faktor 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.9 0.8 0.7 0.6

x(mm) 356.4 316.8 277.2 237.6 198 178.2 158.4 138.6 118.8

ab (mm) 302.94 269.28 235.6 202 168.3 151.5 134.6 117.8 101 53.78

fs (Mpa) -44.444 25 114.3 233.3 400 511.1 650 828.6 1067

fs pakai -44.444 25 114.3 233.3 400 400 400 400 400

fs' (Mpa) 482.15 467.42 448.5 423.2 387.9 364.3 334.8 297 246.5

fs' pakai 400 400 400 400 387.9 364.3 334.8 297 246.5

Ast (mm2) 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200

As (mm2) 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600

As" (mm2) 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600

Ts (kn) -71.111 40 182.9 373.3 640 640 640 640 640

Cs (kn) 592.4 592.4 592.4 592.4 573 535.3 488.2 427.6 346.7

Cc (kn) 3605 3204.4 2804 2403 2003 1802 1602 1402 1202

Mn (kn m) 0 242.72 291.65 331.2 363.5 389.7 376.8 359.2 336.6 307.9 194

Pn (kn) 5945 4268.5 3756.8 3213 2622 1936 1698 1450 1189 908.4 0

Page 227: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

TABEL Mn-Pn UNTUK KOLOM 400X400

Ast(% ) 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%

fc' (Mpa) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

fy (Mpa) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

b(mm) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

h(mm) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

d' (mm) 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

d(mm) 330 330 330 330 330 330 330 330 330 330 330

xb (mm) 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198

faktor 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.9 0.8 0.7 0.6

x(mm) 356.4 316.8 277.2 237.6 198 178.2 158.4 138.6 118.8

ab (mm) 302.94 269.28 235.6 202 168.3 151.5 134.6 117.8 101 80.67

fs (Mpa) -44.444 25 114.3 233.3 400 511.1 650 828.6 1067

fs pakai -44.444 25 114.3 233.3 400 400 400 400 400

fs' (Mpa) 482.15 467.42 448.5 423.2 387.9 364.3 334.8 297 246.5

fs' pakai 400 400 400 400 387.9 364.3 334.8 297 246.5

Ast (mm2) 4800 4800 4800 4800 4800 4800 4800 4800 4800 4800 4800

As(mm2) 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400

As' (mm2) 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400 2400

Ts (kn) -106.67 60 274.3 560 960 960 960 960 960

Cs (kn) 888.6 888.6 888.6 888.6 859.5 802.9 732.2 641.3 520.1

Cc (kn) 3605 3204.4 2804 2403 2003 1802 1602 1402 1202

Mn (kn m) 0 276.6 332.76 381.6 426.3 468.6 453.2 432.6 406 372.1 278.1

Pn (kn) 6537 4600.3 4033 3418 2732 1902 1645 1374 1083 761.8 0

TABEL Mn-Pn UNTUK KOLOM 400X400

Ast(% ) 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4%

fc' (Mpa) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

fy (Mpa) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

b(mm) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

h(mm) 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400

d' (mm) 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

d(mm) 330 330 330 330 330 330 330 330 330 330 330

xb (mm) 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198

faktor 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.9 0.8 0.7 0.6

x(mm) 356.4 316.8 277.2 237.6 198 178.2 158.4 138.6 118.8

ab (mm) 302.94 269.28 235.6 202 168.3 151.5 134.6 117.8 101 107.6

fs (Mpa) -44.444 25 114.3 233.3 400 511.1 650 828.6 1067

fs pakai -44.444 25 114.3 233.3 400 400 400 400 400

fs' (Mpa) 482.15 467.42 448.5 423.2 387.9 364.3 334.8 297 246.5

fs' pakai 400 400 400 400 387.9 364.3 334.8 297 246.5

Ast (mm2) 6400 6400 6400 6400 6400 6400 6400 6400 6400 6400 6400

As (mm2) 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200

As' (mm2) 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200 3200

Ts (kn) -142.22 80 365.7 746.7 1280 1280 1280 1280 1280

Cs (kn) 1184.8 1184.8 1185 1185 1146 1071 976.3 855.1 693.5

Cc (kn) 3605 3204.4 2804 2403 2003 1802 1602 1402 1202

Mn (kn m) 0 310.49 373.87 432 489.1 547.4 529.6 505.9 475.4 436.2 353.6

Pn (kn) 7130 4932 4309.2 3623 2841 1869 1593 1299 977 615.1 0

Page 228: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

80

00

70

00

-—

60

00

50

00

-40

00

c

30

00

20

00

10

00

10

0

Gra

fik

Mn

-Pn

(400

x400

)

20

03

00

40

0M

n(K

Nm

)5

00

60

0

Page 229: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

-_-' C 'O z ,

UJ -

I o

i 2

fc _

it*.

1! 1: U S U ! L U LA iMi-iu.A I IUN .'3 Yb I Lr. IV!

m ( L1

; i • :: 11 ML

j;i:!;:i!;!'

Ci c_ t; t-, :ir.c tanct. c eyry

v,:.i w.;w. i!i^h: Dlastic'y

lrc.'^.i".ic cisys c! lew 'orr.?c -•'-. pleslicity, p.'fiv-^y c'cyi.ss.r-~,- c!evs. si!Ty' ctoys. Icon ctays

si'y : :,s c! lew ples.':'y

Incpenic sir.s. deyey si's.

Ime seney c( si*y toil, cies'.k: tir.s

Iricgenic cipys o( hifhplasticity, fa: cioyt

! Organic clays and illiy ciey> c'OH j medrum to h^h piosilrf.y,

Cff c.'iic sills

Pea; ar** othtff highfyPT i organic soils

l>-30Rato;:y classification ckiib

{a..);

T - t

- 4 -. .

-- 5

i. tr.ti 7 !'•

PLASTICITY CHART

.:;:. •! •.•;•:•:•;-l! •;: CH

i /

:i ,:;:•;•::•:::::i :::::•: |:l

:;:;:i:i:,i:x-!•!'•

•.•••.

:: :•

/•••%••••-

:-:-:i:-:-..••.•:•!•:•.•

CL! :• -1 •.-.- 1

MH

orl .Ort

!^].:-;•:•:•:!:•

•'••1' -

•-•J

CL-_-/.--:-!MLwiyl:•••: or7>t:::-;:J0L «

.-..-. •,:•! ••••2 0 <

Liquid0

Lid

6

^l!T

0

(LL

8

)

0 1'X)

HipNy ignJllon lois. LLand PI decrease eMer dfyinj.Ofganic eclcuf and odouf

i;'

3ora'siline classifications, used (ci soils possessing characteristics o! two groups, are designated by dual symbols

HOLLAND BALLAST THIESS J.V.

SITE OF HOLDING POND DAMS

MUSI PULP MILL PROJECT, Nr. PALEMBANG

PRABUMULIH, PALEMBANG, SOUTH SUMATRA N

P.T. ENGiTAMA NUSA GEOTESTINDOJALAN TEBET BARAT IV NO. 33 JAKARTA, INDONESIA

Phon. : 62 • 21 - S301640

Fax:82 - 21 - 829O103

JOB No. : 98-0102-003

Exhibit : A-(III)

Page 230: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

rr:o.

o<

>x

iu

.

^r

O

ni

niO

UJ

;r

Ml

rj

HI

(j

cav..

ui"i=

i-!°o

r'Ti'r

OQL-i

o

©o:

r.l'-

O'

O|^'

y:<

\

0-"

t;.c:u\<

(--)ci

0>

i

N'ID

IIIO

i^

ji'.x

riO

:!')

y.a

\-

•II

<•"

[NO

ILV

OL

IIS^

D:

•ilOS

(LilL

Nfl

!'m

1-1-!

I

I'..

vM.'-.

X•'

^

I!

••|"

T

-1

•Nn

ia

n••:•'!

v

J•*

L5

>^>

^:^

06

^^^S

^>

>,

s•nit—

1""I"

"T

V.y,

^"

*Z

ftF,S

9*.

"6.^

fc>

.

££

?y

3?sir--

oci

a-••

••o

5(&

£.S

8.-".>

If.\n>

•»

52

QQ

TT

tt'

IT

'

Page 231: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

I, -

j CO

3 f.O '

i 00

- ?o

- ~c^

~ 60

5.00

5 40

5 60

;. 80

COO

6.20_

6.40

e.co

6.60

7.00

7.20

7.40

.60

'.30

6 00

JL?P-640

6.60

6.80

9.00

9.20

9.40

i

i '1

<).r,o

9.00

( \i:h- Him si :t nc

,sL

0-250 kg'cn-,2

0 25 kg/cm?.

,i I.

'i i I; i i

) \ \v i !

^ \ \

!_.-' 20

Note 1. CPT <uu «•».< recorded «i 02mdepth hiicimU using . 2.5 tonne mechanical Dutch cone/. Hie daL-, plots have l-.-cn 'smoothed' usinfj a Microsoft ILvcel lection Northing: no: available

EasLng: no! availableElevation: @ + n.a

Tested by. Taufiq Date: 5/7/9S Plot by: Djun/a P.S Checked by. I'.GIovcr 14/7

Project:SITE OF ADMINISTRATION BUILDING

MUSI PULP MILL PRO.IECl.NrPALI^'PANG

litlc:

CONE PENETRATION TEST (CPT)RESULTS

PLOTS OF CONE RESISTANCE AND

FRICTION RATIO VERSUS DEPTH

Client: ^,r^- , , „P^TCOffOBti® ratLAST THIESS J V

Geotci haical Engineers:.C^' I'T.ENCJJ^A^mA^OTESTINDO

ks

Job?/: 9S- 0102-003 Rcf Ncfc CPT-A

Page 232: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

CJ

-!),v

,.p.A

1•"*

r^

i"'

oj'm

l'^T

0<\i>

w

oj

;0

1;

r;

cj

c

CO

1

»H'.o

TN

„>ca

o-

o-

iI

!I

.•)eg

!'i

Iio

io

vi

n,

m

1I

i

oI

o:

oa

oi

oo

o•

oo

o•

o

•pic-ii

oiO

0'

1W

<--

-

O-l

°_

IN

D,

Oi

O:i—

-rrr-r:

oo

o

Ii

oI

OI

oo

O0

|O

jo

icj

o|

o

o•

o;

o

<!

91

-J

i

Oj

CO

i2

!

Oj

ni

tno

<•>/to

a°°

Co

i'J

1

oo

u-)l1

ul

ml

in

in

...1

pi

OJ

f-~

-TiS

O"

enI

CM»

;o

i

s.i

o

MM

co

CO

UJ

CO

Cs2<<

CO

5

Page 233: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

•'•'.^v';;.

§^

^T

^rrr~

iAT

s«<hi^lvg

aNVT10H

Wtpoiuoujoapuepuojou

'

».'«Mi^o

opuo

pu«oui,,cT

J9WIJfa^Dj•„,,,.Avno4'g

W*

PajuoojMpud

pun*om

.

POM

OU

JK)

(Xrt,puoj„

,|°W"|,/J,°

W-lil•;«,«

•Avnox,,,g

IOB'IH

O!.'issii~Si°"!

.-,__

.i''00'P

uuo

we/S

ol

iV

oi»i

"r

HO

HW

</>3

iiosjo

Noudiyosaa

SWVaaNOJDNIOTOHJoilS

i»K

i

J.tlU

'l

Page 234: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

s^

AB

UT

ME

NT

FO

ND

AS

IT

IAN

G

I•

|I

•'i|

«="i|

J^

iU

_,

U_

_o

J_

_^-l

i

PE

RT

AM

BA

TA

NR

AN

GK

AA

NG

INA

TA

S

1

PE

RT

AM

BA

TA

NR

AN

GK

AA

NG

INB

AW

AH

RA

NG

KA

UT

AM

A

&{l;

AB

UT

ME

NT

FO

ND

AS

IT

IAN

G

Page 235: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Jo

int

1

Pla

tS

ambu

ng1'

Join

t1

2Jo

int

13

r^

~^

y-

hn:

j14

Join

t2

Jo

int

3

Bau

t1

'

Join

t1

4

-mU

—U

Jo

int

4

Jo

int

15

,

.1,

::x:

Jo

int

5

DE

TA

ILS

ET

EN

GA

HB

EN

TA

NG

RA

NG

KA

UT

AM

A

Join

t1

6

Join

t6

Page 236: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

^\;

k-V

Det

ail

Sam

bu

ng

anJo

int

1

Bau

t01

"

Pla

tS

amb

un

g1"

W1

4X

12

0

Page 237: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

W1

4X

12

0

W1

4X

74

Bau

t01

"

Pla

tS

amb

un

g1"

W1

4X

12

0

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nJo

int

2

Page 238: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

H<. -V

+•%

»

W1

4X

68

.(•-i

-

W1

4X

12

0

1;

:-ll

..'.l.

J.."

"i!

,!r

;jl'

:;::

II:i

:Jl:

:.r!

:-I

t:

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nJo

int

3

$

^\V

V\ B

au

t0

1"

Pla

tS

amb

un

g1"

r&

W1

4X

13

2

Page 239: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

W1

4X

13

2

W1

4X

61

II!

r-<i

>-i1

•V-f

,H

it--,

{,

Bau

t0

1"

Pla

tS

amb

un

g1"

W1

4X

13

2

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nJo

int

4

Page 240: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

H-. 7?

+%

W1

4X

13

2

+-"V

-

W1

4X

53

:m-::

n:

i4-

ii'I-

in

;+ii+

-fI1

cj»

4.{

.,f.

.

(4:4

...

4+

jj 11

*+

II-+

•<t-

:t;ii

ifu

ifu:

iin

{Jur

n-n

11-

].._

!_JL

J._i

...!

•\'-

\

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nJo

int

5

V\

#

\V^

W1

4X

14

5

Bau

t0

1"

Pla

tS

ambu

ng1"

Page 241: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

•I'

"!"

•¥

+4

.4

•I-II

y

--"rz.--J

r-.--..

"![-"

<b

cn

--T

p:i

ii::

^\

fc+

W1

4X

74

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nJo

int

12

;ti

W1

4X

15

9

Bau

t0

1"

Pla

tS

amb

un

g1"

*u. >v

+. <%

>

Page 242: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

W1

4X

15

94

4--4

--4

-4

-|,

se=

ei

W1

4X

68

ii

W1

4X

15

9

Bau

t01

"

Pla

tS

amb

un

g1"

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nJo

int

13

Page 243: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

W1

4X

15

9

^>

\v^

•!S

T^

lE^

E3i

^=

iS^

^5^

Sii

l[T

:\]B

E.-

.

U:J

F-L

LIl

dIE

aEIE

EH

fjJE

'iJE

EE

-Ii

:EEE

.E

4y

4.4-

t4

lirr

;;;;

-;--

7.4.

114.

4,,t.

4.

i,u

44

.-4.

..1,

.4..

44

.

-"r-

/J.,+

----

-

"t;

-U:

EE

l-E

ilE

W1

4X

61

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nJo

int

14

[i

^. *7

W1

4X

17

6

Bau

t0

1"

Pla

tS

amb

un

g1"

+*

Page 244: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

W1

4X

17

6

t-t

•4-4

.4

-4,

-4*

:EE

IEE

EE

'!EE

W1

4X

53

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nJo

int

15

W1

4X

17

6

Bau

t0

1"

Pla

tS

amb

un

g1"

Page 245: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

W1

4X

17

6

>A

.<b

\*^

•Ul-

lE-;

]}.-

-i£J

L

1-r

;4;

;-ti

tt

-

•!•*

44

4!|

44-

.|-

!I

-•!•4

4-4-

411

4E

4-

-4^

-i

4-E

L.4

I

:44

EE

4IE

--i

W1

4X

48

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nJo

int

16

H,.

W1

4X

17

6

Bau

t0

1"

Pla

tS

ambu

ng1"

7?-f %

Page 246: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

W8

X6

7

tni;

\\\

v&*

<o%

\tt

1-6*

6x

1/2 B

au

t0

1"

Pla

tS

amb

un

g1/

2"

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nA

ng

inA

tas

1

Page 247: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

****

*1

*

V6

*6

*\\

1

W8

X6

7

Det

ail

Sa

mb

un

ga

nA

ng

inA

tas

3

^\t

t

1%

Pla

tS

amb

un

g1/

2"B

au

t1

"

Page 248: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

4.^

Plat

Sam

bung

1/2"

-^

$,Ba

utl"

"^

Detai

lSam

bung

anAn

ginBa

wah

1

Page 249: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

=U

=3

E

"T

ET

ES

JE

-^

CD

O X

;-4

E/

Plat

Sam

bu

ng

1/2"

Bau

t1

"

3E

'+6

-+- ^

Det

ailS

am

bu

ng

an

Ang

inB

awah

2

W1

4X

90

Page 250: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

'+. e

+^

W1

4X

90

| Ij.

_'L

Plat

Sam

bung

1/2"

Bau

t1"

i_

.,'T

\^

y\

f'-y

'"\\

,,•'-

\

''•r

-Y

\\

CO

o T— X T—

!l• j

M

^+

*d-'\f

l- W1

4X

90

Det

ailS

am

bu

ng

an

Ang

inB

awah

3

Page 251: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

Plat

Sam

bung

1/2"

%v<

6^B

au

t1

"\V

"

Det

ail

Sam

bu

ng

anA

ngin

Ata

s2

I

'/<?

Page 252: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

14D22

13D16

! t

55D25

D16-130

D19- 140 D25-85

Detail Penulangan Abutmen

D25 -85

D19- 140

Page 253: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

ro

.oro

Q.

••

•50

0

»_

.a

rooo

roO

)ro.aV—

CO1

'ro'

.a

D^o

Z3

oD

)O

)Q

c

<5C

O

C\J

<(0

Q_D)

cT

"

....

1—

-.

(01

1"~

--^E

--^

J1

1

11

^-^E,;-

r|—

11

1"

—|

-<•»

sY~y

11

11

(0

11

11

co

JL

L

•M

M

JOE

I(00a

Page 254: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

c^

Q

Page 255: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

NO.

FM-UII-AA-FPU-09KARTU PESERTA TUGAS AKHIR

NAMA

Agus SetiawanEnvinFuadi

NO. MHS.

98511078

98511178

BID.STUDI"TeEnflTSIpir"Teknik Sipil

JUDULTUGASAKHIR:

Perencanaan jembaVan dinding'rangka'b'aJaTlp*6'••Ba'l^lrrt0re•tru5S•" dr atas-sungai-Cimerierig'rCalHIpHfgh'CUacHp

No.

PERIODE II : DESEMBER - MEITAHUN : 2002 / 2003

Kegiatan

Pendaftaran

Penentuan Dosen PembimbingPembuatan ProposalSeminar ProposalKonsultasi Penvusunan TA.

Sidang-SidangPendadaran.

DOSEN PEMBIMBING I

DOSEN PEMBIMBING II

Ir. Fa^urrohman N., MT.Ir, Eetoy Akb»r Balf, MT

Catatan.

Seminar

SidangPendadaran

(9 Febmari zao?>

Yogyakarta, ..1.8Jan 2003.jui. Dekan, / y—

, Ir. H. Munadhir, MS

Page 256: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

TABLIi 3.1 Load Comb ination -iik Load Factors"

rL^acTCombination

Limit Slate

DCDDDWEHEVES

LLIMCEBRPLLS

WA ws

I

WL FR

l.UO

1 TUCRSI!

G. 50/1.20"

TG

Ktc

SE Use One of TheseTimo

"atlT

EQ :c CT cv\

[STRENGTH-! r, ' 1.75 1.00 -

..

STRENGTH-II Yp 1.35 1.00 - - 1.00 0.50/1.20 Ytc Kse •

I1

STRENGTH-lll Y* - 1.00 1.40 - 1.00 0.50/1.20 K.g Kse • -

-

STRENGTH-IVEH. EV. ES. DWDC ONLY

Y,1.5.

- 1.00 - - 1.00 0.50/1.20- -

ISTRENGTH-V Yc 1.35 1.00 0.40 0.40 1.00 0.50/1.20 Ktg Kse • - •-

(EXTREME EVENT-I Yo Keo" 1.00 - - 1.00- 1.00

- • 1EXTREME EVENT-II YP 0.50 1.00

- - 1.0C j " 1 - 1.00 1.00 j 1.00 j:

' ii11

ii

.SERVICE-I 1.00 1.00 1.00 0.30 0.30 '• c- j'- '"^/ 1-2C '••l. >*\ • • ISERVICE-II 1.00 1.30 1.00 .

- - 1.00 1 00/1.20- • -

"

... f.

SERVICE-III 1.00 0.80 1.00- - 1.C0 1.00/1.20 Ktg t'se - - •j -:4

"1il

FAT1GUE-LL, IM.AND CE ONLYi_ J

- 0.75I

- - - - •

1

• 1 •_i

94

)C,

"AASHTO Table 3.4.1-1. [From AASHTO LRFD Bridge Dcs:3n Specificaticr.s. Copvricht 3 \%by the American Association of State Highway and Transportation Officials. Wtshin-ion IXUsed by Permission]. _ b

TABLE 3.2 Load Factors for Permanent Loads - "• In

Type of Load

DC: Component and Attachments

DD: Downdrag

DW: Wearing Surfaces and Utilities

EH: Horizontal Earth Pressure• Active

• At-Rest

EV: Vertical Earth Pressure

*

*

Overall Stability-Retaining StructureRigid Buried StructureRigid Frames

Flexible Buried Structures othe;than Metal Box CulvertsFlexible Metal Box Culverts

ES: Earth Surcharge

Load Factor

Maximum

1.25

1.80

1.50

1.50

1.35

1.35

1.35

'1.30.1:35

1.95

1.50

1.50

Minimum

0.90

0.45

0.65

0.90

0.90

N/A1.00

0.90

0.90

0.90

0.90

0.75

b^hlT Tab!C \4A~Z (Fr°m AASHW LRF° B'idse D^» Specifications, Copvric h, ©1994^Xp^TCm StatC Ki2hWay and Tt'anSPOnati011 0fl5ch,S- W"hi^on. DC

Page 257: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

TABLE S.ll Limiting Width-Thickness Ratios"

Plates Supported Along One Edge.

Flanges and projecting legs of plates

Stems cf rolled tees

Other projecting elements

Clates Supported Alone Two Fdnes

Box flanges and cover plates

Webs and other plate elements

Perforated cover plates

0.56

0.75

0.45

1.40

1.49

1.86

Half-flange width of I-sectionsFull-flange width of ch-mnelsDistance between Ircc edge andlir.st line ot bolts or welds in

plates

Full-width of an outstanding leglor pairs of angles in continuouscontact

Full-depth of tee

Full-width of outstanding leg forsingle angle stmt or double angle strut wiih separatorFull projecting width for others

• Clear distance between websminus inside corner radius oneach side for box flanges

• Distance between lines of weidsor bolts for flange cover plates

• Clear distance between flangesminus fillet radii for webs ofrolled beams

• Clear distance between edgesupports for all others

• Clear distance between edgesupports

"AASHTO Table 6.9.4.2-1. fFrom AASHTC LRFD 'Jridge Design Specifications, Copyright ©1994 by the American Association of State. Highway and Transportation Officiate. Washington.DC. Used by permission.]

Page 258: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

TABLE 8.9 Resistance Factors for the Strength Limit States"

Descriptic.i of Mode

Flexure

Shear

Axial compression, steel onlyAxial compression, compositeTension, fracture in net section

Tension, yielding in gross sectionBearing on pins, in reamed, drilled or bolted holes and

milied surfaces

Bolts bearing on materialShear connectors

A325M and A490MN bolts in tension

A307 bolts in tension

A325M and A490M bolts in shear

Block'shear

Weld metal in complete penetration welds:• Shear on effective area

• Tension or compression normal to effective area• Tension or compression parallel to axis o\' the weld

Weld mela! in partial penetration welds:• Shear parallel to axis of weld• Tension or compression para'lel to axis of wek!• Tension compression normal to the effective area• Tension normal to the effective area

Weld mcta! in fillet welds:

• Tension or compression paralle! to axis of the weld• Shear in throat of weld metal

Resistance Factor

4>7 = 1.00<j>„ = 1.00<\>, = 0.90<|>r = 0.90cj>„ = 0.80

4>v - 0.954>, = 1.00

<!>** = 0.804>,c = 0.85<j>, = 0.80<t>, = 0.67<t>/ = 0.80<!>*, = o.so

<k, = 0.854> = base mcta! (J?

d> = base metal <J>

>\>,.2 = 0.806 = base metal cj>

ij> = base metal ih

<{>,., - 0.80

c>' = base metal 4>

d>., = 0.80

"In [A6.5.4.2]. [From AASHTO LRFD Bridge Design Specifications. Copyright C- 1994 by theAmerican Association of State Highway and Transportation Officials, Washington, DC. Used bypermission.]

TABLE 4.1 Unit Densities"

Material

Aluminum

Bituminous wearing surfacesCast iron

Cinder fillingCompact sand, silt, or clayConcrete, lightweight (includes reinforcement)Concrete, sand-lightweight (includes reinforcement)Concrete, normal (includes reinforcement)Loose sand, silt, or gravelSoft clayRolled gravel, macadam, or ballastSteel. _.Stone masonryHardwood

Softwood

Transit rails, ties and fastening per track

Unit Weight (kg/rn3)

2800

2250

7200

960

1925

1775

1925

2400

1600

1600

2450

7850

2725

960

800

0.3*

"In AASHTO Table 3.5.1-1. [From AASHTO LRFD Bridge Design Specifications. Copyright ©1994 by the American Association of State Highway and Transportation Officials, Washington,DC. Used by Permission].6In kilograms per cubic millimc'cr (kji/mm)

Page 259: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN …

>V...

r

b/f < 0.56 ISJ Fy

h/t w < 1.49

~1

U

v *y

I!il

^"T

b/t < 0.56 ;J: b/l <0.45/.£I- ,

HH-,

T w

b/t < 0.56 /JL

h/t w< 1.49 /JL

d/t < 0.75 jS.

I— 11 r

f. x:

rU L

b/t < 1.40

M/ t < : .49 /JL.

Fig. 8.28 Limiting width-iiiickncss ratios. EAI'ter Segui. 1994.) [From LRFD SteelDesign, by William T. Segui, Copyright £• 1994 by PWES Puulishing Company, Boston.MA, with permission.]