Top Banner
ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret, 2010 Asih Fitri Hapsary Perilaku Agresi Pada Anak Yang Gemar Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Saat ini ban yak acara tel evisi yang ada di masyarakat memang membawa berbagai dampak bagi para pemirsa yang menonton nya, salah satu dampak negatif te le vis i ada lah ban yak nya tonton an yan g menamp il kan kek era san. Ada nya tayangan televisi yang menampilkan adegan kekerasan dapat memberikan pengaruh khususnya kepada anak-anak yang gemar menonton acara televisi tersebut .  Kekerasan merupakan salah satu yang sering ditayangkan di layar tele visi. Adegan kekerasan ini menyebar dalam berbagai jenis program acara. Apakah itu berita, animasi anak, drama dewasa, drama sinetron, olah raga, reality show. Dimana perilaku kekerasan  sebagai  pengaruh negatif dalam istilah psikologi disebut agresi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebab -sebab anak gemar menonton tayangan kekerasan, gambaran perilaku agresi pada anak yang gema r menonton tayangan kekerasan di televisi dan juga unt uk mengetahui faktor -faktor  yan g mempengaruhi perilaku agresi pada an ak.  Metode yang digun akan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam  penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik anak yang gemar menonton tayangan kekerasan di televisi.  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulk an bahwa perilaku agresi pada anak  yang gemar menonton tayangan kekerasan adalah disebabkan karena merupakan hobi, karena dapat menghibur subjek, kegiatan rutin yang selalu dilakukan  setiap hari  setelah  pulang sekolah, karena seru dan menegangkan, dan orang tua  subjek tidak  pernah melarang untuk menonton tayangan kekerasan di tv. Gambaran  perilaku agresi  subjek terdiri dari agresi secara fisik dan verbal. Secara fisik yakni berkelahi; memukul, mene ndan g, menc ubit, menggang gu temannya, tidak mengerjakan PR, dan  yang termasuk agresi secra verbal yaitu: menghina dengan kata -kata kasar, berteriak, marah- marah, menolak berbicara, dan mendesak orang tua karena hal sepele. Faktor  yang  paling mempengaruhi subjek berperilak u agresi adalah akibat acara-acara di tv  yang beradegan kekerasan dan subjek di cap sebagai anak yang nakal oleh orang tua, kakak, dan teman-temannya baik di rumah maupun di sekolahnya, sehingga membuat  subjek merasa menjadi anak yang nakal. Faktor lainnya adalah meniru orang tua, memendam perasan marah, jarang berinteraksi dengan teman sebaya dan lingkungannya, dengan kejam menghadapi kekejaman dan orang tua membiarkan anak berperilaku  salah. Kata kunci : perilaku agresi, anak, teleisi.
63

Jurnal televisi

Apr 14, 2018

Download

Documents

Nur Qodri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 1/63

ABSTRAK 

Fakultas PsikologiUniversitas Gunadarma

Maret, 2010

Asih Fitri Hapsary

Perilaku Agresi Pada Anak Yang Gemar Menonton Tayangan Kekerasan Di

Televisi

Saat ini banyak acara televisi yang ada di masyarakat memang  membawa

berbagai dampak bagi para pemirsa yang menontonnya, salah satu dampak  negatif 

televisi adalah banyaknya tonton an yang menampilkan kekerasan. Adanya

tayangan televisi yang menampilkan adegan kekerasan dapat memberikan pengaruh

khususnya kepada anak-anak yang gemar menonton acara televisi tersebut .  Kekerasan

merupakan salah satu yang sering ditayangkan di layar tele visi. Adegan kekerasan

ini menyebar dalam berbagai jenis program acara. Apakah itu berita, animasi anak,

drama dewasa, drama sinetron, olah raga, reality show. Dimana perilaku kekerasan

 sebagai  pengaruh negatif dalam istilah psikologi disebut  agresi.

 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebab -sebab anak gemar 

menonton tayangan kekerasan, gambaran perilaku agresi pada anak yang gemar 

menonton tayangan kekerasan di televisi dan juga untuk mengetahui faktor 

-faktor   yang mempengaruhi perilaku agresi pada an ak.

 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam  penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik anak yang gemar 

menonton tayangan kekerasan di televisi.

 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi pada

anak  yang gemar menonton tayangan kekerasan adalah disebabkan karena

merupakan hobi, karena dapat menghibur subjek, kegiatan rutin yang selalu dilakukan

 setiap hari  setelah pulang sekolah, karena seru dan menegangkan, dan orang tua

 subjek tidak   pernah melarang untuk menonton tayangan kekerasan di tv. Gambaran

 perilaku agresi  subjek  terdiri dari agresi secara fisik dan verbal. Secara fisik yakni

berkelahi; memukul, menendang, mencubit, mengganggu temannya, tidak 

mengerjakan PR, dan  yang  termasuk agresi secra verbal yaitu: menghina dengan

kata -kata kasar, berteriak, marah- marah, menolak berbicara, dan mendesak orang tua karena hal sepele. Faktor   yang  paling mempengaruhi subjek berperilak u agresi

adalah akibat acara-acara di tv  yang beradegan kekerasan dan subjek di cap sebagai

anak yang nakal oleh orang tua, kakak, dan teman-temannya baik di rumah maupun

di sekolahnya, sehingga membuat   subjek merasa menjadi anak yang nakal. Faktor 

lainnya adalah meniru orang tua, memendam perasan marah, jarang berinteraksi

dengan teman sebaya dan lingkungannya, dengan kejam menghadapi kekejaman dan

orang tua membiarkan anak berperilaku  salah.

Kata kunci : perilaku agresi, anak, teleisi.

Page 2: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 2/63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesawat televisi adalah sebuah

 benda mati yang hampir tidak   punya

 p e n g a r  u h d a n a r  t i a  p a - a  p a

t  a  n  p  a sentuhan tangan manusia.

Benda ini m e n  j a d i  b e g i t u  p o

 p  u  l  e r  k   a  r   e n a kesanggupannya

menerima siaran dari  pemancar yang

membawa informasi a udio da n vis

ual. Ke  da  t  an  gannya disambut

sebagai salah satu sarana h i  b u r  a

n , i n f  o r  m a s i ,  p e n d i d i k  a n ,

 pembelajaran, kebebasan, dan lain-lain.  Namun tidak sedikit yang

mengecam s e  b a g a i m u s u h  b e r 

 b  a  h  a  y a y  a  n  g memberikan

 pengaruh sangat  buruk  akibat tayangan

yang ditampilkannya (Mahayoni & Lim,

2007).

Dapat dikatakan saat ini hampir 

di setiap rumah mempunyai televisi,

 bahkan di satu rumah saat ini ada

yang mempunyai lebih dari satu televisi

yang dapat ditonton secara bebas kapan

saja dan oleh siapa saja para penikmat

acara televisi. Penikmat acara televisi

 bukan dari orang dewasa saja, tetapi

anak-anak pu n m e n yu k  a i n y a . S

al a h s a  t u ny a ditonton oleh anak-

anak sekolah dasar,

yang menurut Hurlock (1993) termasuk 

dalam periode akhir masa kanak-kanak.

Usianya berlangsung dari usia 6 tahun

sampai sekitar 12 tahun bagi anak 

 perempuan, dan 13 tahun bagi anak laki-

laki.

Survei Yayasan Kesejahteraan

Anak Indonesia YKAI yang dilakukan

April 2002 pada 5 SD di Jakarta Timur 

menunjukkan anak-anak menonton

TV s e l a m a 3 0 - 3 5  j a m  p e r  m

i  n  g  g  u  . Menonton televisi adalah

kegiatan nomor satu bagi anak-anak 

selama  jam- jam antara pulang sekolah

dan makan ma l a m . B e r  d a s a r  k  a

n s ur  v e i y a n g d i l a k  u k a n a t

a s 1  2 0 0 a n  a k  o  l  e  h

Yankelovich Youth Monitor  (dalam

Chen, 1996) disebutkan hampir  80

 persen anak melaporkan bahwa selama

waktu itu kegiatan mereka terutama

menonton TV. Suatu  pengumpulan

 pendapat yang dilakukan  Newsweek 

 pada tahun 1992 (dalam Chen, 1996)

mengungkapkan  bahwa 49 persen dariorang-orang yang disurvei menganggap

televisi sebagai pemberi  pengaruh

terbesar pada anak-anak, hanya 26

 persen responden  beranggapan bahwa

 pemberi pengaruh terbesar  adalah

orangtua, dan 49 persen mengatakan

mereka menganggap hiburan televisi

Page 3: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 3/63

memberikan pengaruh negatif   pada

anak-anak.

Saat ini banyak acara televisi

y a n g a d a d i m a s y a r  a k  a t m e

m a n g membawa berbagai dampak bagi

 para  pemirsa yang menontonnya.

Diantaranya dampak positif acara

televisi, yaitu yang apada umumnya

dapat mempengaruhi sikap, pandangan,

 persepsi, dan  perasaan  pada audiens

yakni dengan menghipnotis hingga

audiens tersebut dihanyutkan dalam

 pertunjukkan televisi. Dennis dan M e r 

r i l ( d a l a m W i d o d o , 2 0 0 8 )

menambahkan  bahwa dari televisi,

orang dapat belajar banyak tentang

informasi dan memahami tentang

dunia dan b a g a i m a n a b e r p e r i

l a k u d a l a m masyarakat, antara lain

mempelajari hubungan sosial, nilai-

nilai  perilaku sosial dan anti sosial.

Sedangkan salah satu dampak negatif 

televisi adalah  banyaknya tontonan yang

menampilkan kekerasan. Sears (1991),

menyatakan  bahwa meningkatnya

 proporsi adegan kekerasan dalam film

maupun televisi m e l a h i r  k  a n k  e k 

h a w a t i r  a n a k a n

t i m  b u l n y a  p e n gar u h n e ga t i

f   b  a  g  i  penonton. Dimana perilaku

kekerasan sebagai pengaruh negatif 

dalam istilah psikologi disebut agresi.

Agresi adalah setiap  bentuk 

 perilaku yang diarahkan untuk  merusak atau melukai orang lain (Baron dan

Byrne, 2004). Sears (1991) meyatakan

 bahwa agresi tidak sebatas pada

 perilaku namun mencakup juga maksud

tindakan seseorang untuk merusak atau

melukai orang lain. Sears (1991),

mengatakan b a h w a a d a  b e  b e r  a

 p a f  a k   t o r  y a n g mempengaruhi

 perilaku agresi, yaitu  proses belajar,

 peniruan (imitasi),  penguatan

(reinforcement ) dan norma s o s i a l ,

y a n g s e  l a n  j u t n y a d a  p a  t

mempengaruhi pikiran anak-anak.

Imitasi atau peniruan merupakan

salah satu faktor yang dominan  pada

anak-anak, karenanya timbul  bahwa

anak- anak  s an ga t r entan te r had

ap  pengaruh adegan kekerasan di

televisi. Pada tahap ini, anak belum

sampai  pada  proses berfikir yang terlalu

kompleks. Kemampuan meniru yang

sangat  besar m e n y e b a b k a n a n a

k m e m i l i k i kecenderungan meniru

apa saja yang anak lihat dan dijadikan

referensi. Tidak h e r  a n a  p a  b i l a a

n a k  m e n  i  r u g a y a Spiderman,

 Power Ranges,  Batman, Ultraman,

Superman, atau Sailormoon . Apabila

sekedar meniru gaya sang tokoh  baik 

dari model pakaian atau gaya  bicara

tentu tidak menjadi masalah.  Namun

Page 4: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 4/63

a  p a  b i l a y a n g d i t i r u a d a l a h

g a y a menaklukan lawannya seperti pada t a y a n g a n S m a c k d o w n t

e n t u permasalahan  besar akan terjadi.

Proses meniru ini sebenarnya yang

 berbahaya,  pada saat meniru anak belum

dibekali dengan kemampuan analisis

 berfikir yang cukup apakah layak atau

tidak  dia meniru sesuatu (Sears, 1991).

B a n y a k a c a r a T V y a n

g ditayangkan untuk anak-anak sekalipun

ternyata tidak cocok untuk  anak-anak.

Salah satunya adalah film Tom dan

Jerry. Film kartun yang sering

dianggap lucu in i lebih banyak 

menonjolkan a d e g a n k  e k  e r  a s a

n d i  b a n d i n g k  a n

 p e r  s a h a  b a t a n , k  e s e t i a k  a w

a  n  a  n  . Kemenangan dengan

menghalalkan segala cara juga salah

satu ciri khas dari kartun sang kucing

Tom dan sang tikus Jerry. Bagi anak 

yang usia dini acara ini sangat tidak 

mendidik dan kurang  bermanfaat. Jadi

acara yang dibuat untuk anak pun belum

tentu cocok untuk  anak  (Mahayoni &

Lim, 2007).

Televisi d i  per  c aya m am 

 pu

mempengaruhi sikap dan  perilaku

 penonton. Unsur audio dan visual

merupakan kelebihan televisi dibanding

media lainnya. Kekerasan merupakan

salah satu yang sering ditayangkan di

layar televisi. Adegan kekerasan ini

menyebar dalam berbagai jenis

 program acara. Apakah itu berita,

animasi anak, drama dewasa, drama

sinetron, olah raga, reality show.

Sekadar  mengambil c o n t o h , a d e g

a n k  e ke r  a s a n d a l a m program

 berita, diantaranya;  Derap  Hukum

(SCTV, Senin & Selasa  pukul

21.30 WIB) , Buser  (SCTV, Senin-Sabtu

 pukul 11. 30 WIB) ,  Fakta (

ANTV, Kamis pukul 22.00 WIB),

 Kriminalitas (ANT V, Rabu pukul

11. 00 WI  B),  Patroli (Indosiar,

Senin-Minggu pukul

11.30 WIB),  Bidik  ( MetroTV, Rabu

dan Kamis pukul 17.30 WIB),  Brutal 

(Lativi, Senin-Minggu  pukul 18.00

WIB), TKP Siang  ( TV7, Selasa dan

Kamis  pukul

11.00 WIB), Sergap (RCTI, Senin-

Sabtu  pukul 12.30 WIB), Sidik  (TPI,

Senin- Minggu pukul 11.00 WIB), Insert 

(TransTV, Senin-Minggu  pukul 11.00

WIB). Sebenarnya masih banyak  lagi

adegan kekerasan yang termuat dalam

 b e r   b a g a i  p r  o g r  a m a c a r a t e

l e v i s i (Gumilar, 2005).

Efek kekerasan dalam media

efek   peniruan atau modeling yang

menjadi karaktersistik  anak-anak 

sekolah dasar y a n g l a i n a d a l a h

 p  e  n  g  a  r   u h d  a  r   i  pemaparan

terhadap kekerasan dalam l i  p u t a n

m e d i a ,  p a d a k  h u s u s n y a

Page 5: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 5/63

kekerasan di televisi. Diperkirakan

 bahwa anak yang rata-rata menontonTV

2 sampai 4 jam tiap harinya, dapat

melihat sekitar 8.000  pembunuhan

dan

100.000 tindak kekerasan lain melalui

T V ,  b e g i t u a n a k  m e n y e l e s

a  i  k   a  n  pendidikan dasarnya (Eron,

dalam  Nevid, Rathus dan Greene,

2005). Pemaparan terhadap kekerasan

dalam media mungkin  berkontribusi

 pada  perilaku agresif dalam berbagai

cara (Eron, “Health Groups.” Huesmann

& Miller, dalam Nevid, Rathus dan

Greene,

2 0 0 5 ) . P e m a  p a r  a n i t u m u n

g  k   i  n menyebabkan munculnya

 pikiran-pikiran atau impuls-impuls

agresif.

Hubungan antara  pemaparan

media dengan perilaku agresif  dan

tindak kekerasan pada anak   bersifat

rumit dan mungkin dua arah. Anak 

yang l eb i h agr  e s i f  mu ngk i n l e

 bi h s uka menonton  program-program

 berisi kekerasan (DeAngelis, dalam

 Nevid, Rathus dan Greene, 2005).

Meski  begitu s e  b a g i a n  b e s ar  a h

l i y  a  k   i n  b  a  h  w  a  pemaparan

terhadap kekerasan media berkontribusi

 pada agresi dan tindak  kekerasan padaanak-anak dan remaja (“Health Groups.”

2000; Huesmann & Miller, dalam Nevid,

Rathus dan Greene,

2005). Dalam  penelitian-penelitian

lain

Page 6: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 6/63

yang berbasis laboratorium,  baik  anak 

ma upu n o r  a ng de w a s a di  t e

muk  an  bertindak lebih agresif ketika

terpapar  pada kekerasan di televisiatau media lain (DeAngelis, dalam

 Nevid, Rathus dan Greene, 2005).

Bukti-bukti  juga menunjukkan

 peningkatan  perilaku agresif pada

anak dan dewasa laki-laki m e n y u s u

l p e m a  p  a r  a n t e r   h a d  a  p

 permainan video yang mengandung

kekerasan (Anderson & Drill, dalam

 Nevid, Rathus dan Greene, 2005).

B e r   b a g a i  p e n e l i t i a n t

e  l  a  h menunjukkan  bahwa tayangan

kekerasan membawa dampak negatif 

 bagi remaja dan anak. Semakin

meningkatnya angka kr  iminalit as,

kekeras an f isik, dan berbagai bentuk 

kekerasan lainnya  baik  yang menimpa

 perempuan, anak  maupun kekerasan

dalam rumah tangga dianggap sebagai

dampak dari maraknya tayangan

televisi yang berbau kekerasan. Oleh

karena itu, stasiun televisi dan rumah

 produksi harus memiliki tanggung

 jawab m o r  a l y a n g c u k  u p  b e s

a r  t e h a d a  p p e n g a r u h t a y a n

g a n n y a k e p a d a penontonnya

(Widodo, 2008).

Penelitian ini penting untuk 

diteliti karena saat ini semakin  banyak 

tayangan televisi yang mengandung

unsur kekerasan bagi para penontonnya,

Page 7: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 7/63

 baik dari orang dewasa sampai anak-

anak usia sekolah dasar, dimana anak 

usia sekolah dasar sangat rentan untuk 

meniru adegan yang ditampilkan oleh

a c a r  a - a c a r a t e l e v i s i y a n g

s  e  r   i  n  g menonjolkan adegan

kekerasan.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Mengapa anak gemar  menonton

tayangan kekerasan di televisi?

2. Bagaimana gambaran perilaku

agresi  pada anak yang gemar 

menonton tayangan kekerasan di

televisi?

3. Apa faktor-faktor 

yang menyebabkan perilaku agresi

 pada anak yang gemar menonton

tayangan di televisi.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk 

m e m  b e r  i k  a n  p e n  j e l a s a n s e

c  a  r   a mendalam tentang sebab-sebab

anak  gemar menonton tayangan

kekerasan, gambaran perilaku agresi

 pada anak y a n g g e m a r  m e n o n

t  o n t  a  y  a  n  g  a  n kekerasan di

televisi dan juga untuk m e n g e t a h

u i f   a  k   t  o  r   -  f   a  k   t  o r  y  a  n  g

mempengaruhi  perilaku agresi  pada

anak, karena pada usia anak-anak 

sangat rentan untuk meniru adegan

yang  berbau kekerasan di televisi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan

memiliki dua manfaat

yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan yang

 bermanfaat bagi  perkembangan ilmu

 psikologi, khususnya  psikologi

 perkembangan dan psikologi sosial

sehingga dapat digunakan sebagai

 pedoman untuk penelitian lebih lanjut

yang berkaitan dengan perilaku

agresi  pada anak yang gemar 

menonton tayangan kekerasan di

televisi.

2. Manfaat Praktis

Membantu memberikan

 pandangan kepada para orangtua,

guru, serta masyarakat mengenai

gambaran tayangan kekerasan di

televisi terhadap perilaku agresi  pada

anak, sehingga dapat menjadi  bahan

 pertimbangan agar orang tua dapat

lebih s ele ktif memil ih  pr ogra

m televisi pada saat anak  menonton

tayangan televisi sehingga anak 

tidak  menonton tayangan yang

kurang mendidik bagi

 perkembangan diri anak nantinya.

Page 8: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 8/63

BAB II TINJAUAN

PUSTAKA A. PerilakuAgresi

1. Pengertian Perilaku Agresi

Hampir semua akan setuju

 bahwa agresi adalah suatu motif dimana

kita harus tahu lebih banyak. Suatu

gagasan yang berpengaruh tentang

agresi manusia adalah bahwa agresi

adalah bagian dari “sifat dari

 binatang” (Freud, Lorenz dalam

Morgan dkk.

19 8 6) . I s t i l ah a gr  es i s u l i t

u nt u k d i p i k i r k a n , d a n a d a

 b e b e r a p a ketidaksepakatan

mengenai apa yang seharusnya

disebut agresi dan apa yang tidak.

Berikut adalah pengertian dari beberapa

tokoh dalam menjelaskan  perilaku

agresi.

Agresi adalah setiap  bentuk 

 perilaku yang diarahkan untuk 

merusak  atau melukai orang lain

(Baron dan Byrne, 2004). Sears (1991)

meyatakan ba hw a agr  e s i t i da k 

s  e  ba  t as  p  ad  a  perilaku namun

mencakup juga maksud tindakan

seseorang untuk merusak  atau melukai

orang lain. Baron (1997) ber 

 pendapat bahwa agr  esi adalah

tingkah laku individu yang

ditunjukkan untuk melukai atau

mencelakakan individu lain yang tidak 

menginginkan

datan gny a tingkah l aku t  er   s

ebut. Definisi ini mencakup empat

faktor, yaitu : tingkah laku, tujuan

untuk  melukai atau mencelakakan,

individu yang menjadi pelaku dan

individu yang menjadi korban, serta

ketidakinginan kor  ban menerima

tingkah laku si pelaku.

Aronson (dalam Koeswara,

1998) mendefinisikan agresi sebagai

tingkah laku yang dijalankan oleh

individu dengan maksud melukai atau

mencelakakan individu lain dengan

ataupun tanpa tujuan tertentu. Moore

dan Fine (dalam Koeswara, 1998)

memandang agresi sebagai tingkah laku

kekerasan secara fisik ataupun secara

verbal terhadap individu lain atau

terhadap obyek-obyek.

Jadi agresi menurut  peneliti

adalah perilaku yang diarahkan untuk 

melukai atau mencelakakan individu

lain dengan ataupun tanpa tujuan

tertentu, baik dengan kekerasan secara

fisik ataupun secara verbal terhadap

individu lain atau terhadap obyek-

obyek.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Agresi

Menurut Nevid, Rathus &

Greene (2005) ada beberapa faktor 

Page 9: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 9/63

dimana seseorang melakukan agresi

dan kekerasan terhadap orang lain,

diantaranya :

a. Faktor  biologis

Pandangan biologi klasik 

m e n y a t a k a n b a h w a a g r 

e s i merupakan produk dari

insting (instinct ). Insting adalah

 pola  perilaku menetap yang

dibawa s ej a k lahir dan sp esif  i k bag i a n g g o t a s p e s i e

s t e r t e n t u . Pendukung awal

dari keyakinan  bahwa agresi

manusia merupakan  produk 

insting adalah Sigmund F r e u d

. F r u e d a k h i r n y a

 berkeyakinan akan adanya insting

yang mendasari agresi manusia,

yang disebutnya sebagai insting

kematian (death instinct ).

Insting kematian  pada

dasarnya memiliki tujuan yang

 bersifat  self-destructive, karena

tujuan akhirnya mengembalikan

manusia pada kondisi  bebas-ketegangan seperti saat sebelum

ia dilahirkan. Insting kematian

dapat memunculkan  perilaku

 self- destructive, termasuk bunuh

diri. Kadang kala insting ini

diarahkan pada orang lain dalam

 bentuk agresi ke luar,

kekerasan, dan

 perang.

 b. Faktor  Sosiobiologis

Menurut  pandangan

sosiobiologis,  perspektif 

 biologis yang baru, disebut

sosiobiologi ( sociobiology), telah

muncul. Para p e n g a n u t s o s 

i o  b i o l o g i t i d a k 

menjelaskan agresi manusia

 berdasarkan insting. Mereka

yakin b a h w a k i t a m e w a

r i s i kecenderungan-

kecenderungan atau disposisi-

disposisi perilaku, termasuk 

kecenderungan agresi, yang

meningkatkan kemungkinan

 pertahanan hidup nenek  moyang

kita, dan diturunkan secara

genetis pada kita (Gaulin &

McBurney, Goode, Thornill &

Palmer, dalam Nevid, Rathus &

Greene, 2005).

Ahli sosiobiologi melihat

 b u k t i k o n t e m p o r e r y a n

g menunjukkan anak laki-laki

dan l a k  i - l a k i d e w a s a c e

n  d  e  r   u  n  g agresif daripada

 perempuan, konsisten dengan

evolusioner  ini (Knight, Fabes, &

Higgins, dalam  Nevid, Rathus &

Greene, 2005). Mereka juga

melihat ketertarikan dalam media

kontemporer dan

Page 10: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 10/63

video games merupakan hasil

samping dari warisan agresif  kita.

c. Faktor  Neurobiologis

Penelitian

neurobiologis

ko nt em p or  e r  t e n t a n g a

g  r   e  s  i  banyak  memfokuskan

 pada  peran t r  a s m i t t e r  s a r 

a f , t e r  t u t a m a s e r  o t o n i

n d  a n h  o  r   m  o n s  e  k   stestosteron pada anak  laki-laki

( V i r k k u n e n & L i n n o i l

a ,

Virkunnen dkk., dalam  Nevid,

Kenrick, Segell, dalam  Nevid,

Rathus & Greene, 2005).Peneliti menemukan bahwa

remaja laki- laki dengan tingkat

testosteron yang tinggi lebih

cenderung b e r  e s  p o n a g r  e s

i f  t  e  r   h  a  d  a  p  provokasi

daripada sebayanya (Olweus,

dalam Nevid, Rathus & Greene,

2005). Meski  penelitian lebih

lanjut sangat diperlukan,

mengenai kaitan antara

testosteron

dan agresi pada laki-laki,mungkin

Rathus

Serotoni

n

& Greene,

 berperan

2005).

sebaga

i

saja kelebihan dan kekurangan

h o r  m o n i n i  b e r   p e r  a n d 

a l a m

transmitter saraf  yang

menghambat di beberapa  bagian

otak, terutama  sistem limbik ,

 bagian otak yang terlibat dalam

mengatur  dorongan-dorongan

 primitif seperti lapar, haus, dan

a g r  e s i . S i s t e m l i m  b i k 

 j  u  g  a menjadi kunci dalam

 belajar, ingatan, dan pengaturan

emosi. Peneliti menduga bahwa

 serotonin menolong mengerem

 perilaku-  perilaku primitif,

ternasuk aksi- aksi agresi impulsif 

(Cowley & Underwood, dalam

 Nevid, Rathus

& Greene, 2005).

Testosteron juga berimplikasi

terhadap agresi, sebagian fakta

laki-laki cenderung lebih agresif 

daripada perempuan (Buss &

munculnya perilaku agresif 

 pada laki-laki.

d. Faktor  Sosial-Kognitif 

Teoritikus sosial kognitif 

seperti Albert Bandura (dalam

 Nevid, Rathus & Greene, 2005)

mengajukan pandangan  bahwa

agresi merupakan perilaku yang

dipelajari, dimunculkan melalui

cara yang sama seperti  perilaku-

 perilaku lain. Peran dari

modeling ( m e l i h a t d a n m e

n  i  r   u ) d a  n reinforcement 

digarisbawahi pada

 pembelajaran  perilaku agresif.

Anak-anak dapat meniru tindak 

kekerasan yang diamati di rumah,

Page 11: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 11/63

di halaman sekolah, di televisi,

atau di media lain. Bila meraka

kemudian di reinforced  untuk 

 be r  ti n d a k  a gr  es i f , mi s

al  n  y  a dengan memperolah

keinginannya atau memperoleh

 persetujuan dan r a s a h o r m a t

d a r i s e b a y a , kecenderungan

untuk  melakuakn agresi menjadi

lebih kuat sejalan dengan waktu.

e. Faktor  Sosiokultural

Menurut  perspektif 

sosiokultural, tindak  kekerasan

 berakar pada  penyebab-penyebab

sosial, yang banyak  diantaranya

 be r   ja l a n  be r  i r  i n g an , s e

 p e r  t i

k e m i s k i n a n , k u r a n g n y

a kesempatan, keretakan

keluarga, dan pemaparan terhadap

model- model peran yang

menyimpang. Stressor-stressor 

sosial seperti pengangguran yang

 berlangsung lama juga berperan.

Perspektif sosioluktural

mengenai kekerasan j u g a m e

m p e r  t i m b a n g k a n

 bagaimana nilai-nilai budaya dan

metode pengasuhan anak  dapat

mengembangkan kekerasan.

f. Faktor Alkohol dan Agresi

Tidak semua orang yang

minum alkohol menjadi agresif.

Meski keterkaitan antara alkohol

d a n  p e r i l a k u a g r e s i f p

a d a dasarnya bersifat

korelasional, s e m a k i n b a n y

a k t e m u a n

eks pe r  i me nt al m e n un  j u

kk   a  n  bahwa alkohol berperan

kausal dalam agresi verbal dan

fisik  (Giancola & Zeichner, Ito,

Miller,& Pollock, dalam Nevid, Rathus

& Greene, 2005). Banyak  faktor 

m u n g k i n t e r k a i t d a l a m

menjelaskan efek alkohol. Di satu

sisi, alkohol menimbulkan efek 

kognitif tertentu, seperti

merusak k e m a m p u a n m e n

g a m b i l keputusan.

H u  b u n g a n a n t a r a t i 

n d a k kekerasan dan alkohol

serta obat- obat terlarang bersifat

kompleks dan mungkin

dijembatani oleh sejumlah

faktor, termasuk  tingkat dosis

dan sensivitas  biologis pengguna terhadap efek  obat,

h u  b u n g a n  p e n g g u n a d e

n g a n k  o r   b a n , l i n g k  u p  p 

e r  t e m u a n , termasuk pula

faktor-faktor 

situasional, individual, dan

sosiokultural.

g. Faktor-faktor Emosional

Faktor-faktor 

Emosional, khususnya

frustasi dan

Page 12: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 12/63

kemarahan, sering tampak  nyata

dalam perilaku agresif. Frustasiadalah status emosional yang

 berasosiasi dengan

terhambatnya k  e i n g i n a n s e

s e o r  a n g u n t u k memperoleh

suatu tujuan tertentu. Menurut

hipotesis klasik  frustasi- a g r e s

i , f r u s t a s i s e l a l u

menghasilkan agresi, dan agresi

selalu merupakan konsekuensi

dari frustasi.

Kemarahan sering

merupakan katalis atau pemicu

kekerasan atau perilaku

agresif. Pelaku k e k e r a s a n

 p a d a a n a k melemparkan

kemarahan ketika a n a k g a g

a l m e m a t u h i keinginannya

dan tuntutannya.

Ditambah oleh Berkowitz

( 1 9 9 3 ) ,  j e n i s k  e l a m i n

 j u g a dianggap sebagai salah satu

faktor  yang mempengaruhi

 perilaku agresivitas seseorang. Ia

 juga  berpendapat perilaku

agresivitas selain dipengaruhi

hormon  juga dipengaruhi oleh

lingkungan yang m e m b e r  i k  a

n  b a t a s a n  j e l a s mengenai

 perilaku apa yang  boleh dan yang

tidak boleh dilakukan oleh pria

atau wanita. Berkowitz (1993),

menyatakan bahwa ada

hal y ang memang s udah

ada dalam tubuh yangmempengaruhi agresivitas, yaitu

hormon seks.  Namun, demikian

Berkowitz (1993), juga

menambahkan, bagaimanapun

hormon seks tidak menyediakan

stimuli langsung u n t u k a g r e

s i v i t a s . P e r a n

 p e m  b e n t u k  a n g e n d e r 

y  a n  g dipengaruhi oleh budaya

yang  berlaku dimana si anak 

tinggal d a n d i b e s a r k a n ,

 b a n y a k  mempengaruhi

 perbedaan  jenis k e l a m i n d a

l a m p e r i l a k u agresivitas.

3. Bentuk-bentuk Agresi

Beberapa psikolog telah

melakukan penelitian

untuk 

mengidentifikasi  bentuk-bentuk 

agresi, baik pada manusia maupun

h e w a n y a n g d i g o l o n g k a

n  berdasarkan penyebab munculnya

 perilaku agresif tersebut. Bentuk-

 b e n t u k  a g r  e s i m e n u r  u t

M o y e r (1976), yaitu :

a. Agresi Predator : agresi yang

tampil akibat adanya mangsa.

 b. Agresi Antarjantan ( Intermale)

:

agresi yang tipikal hadir  akibat

Page 13: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 13/63

hadirnya sesama jantan dalam

satu spesies.

c. Agresi Ketakutan ( Fear 

individual ) : tingkah laku

agresif ini tampil akibat suatu

usaha untuk menghindar dari

suatu ancaman.

d. Agresi Tersinggung ( Irritable) :

ditimbulkan oleh perasaan

marah (tersinggung) d a n  b 

i a s a n y a respon tampil

secara meluas mengenai objek 

hidup maupun mati. Biasanya

tampil dalam lingkungan yang

menimbulkan frustasi deprivasi

dan rasa sakit.

e. Agresi Pertahanan (Territorial ): agresi yang muncul dalam

rangka mempertahankan

 jenisnya maupun daerah

kekuasaanya dari suatu

ancaman atau biasa  juga disebut

sebagai agresi ancaman.

f. Agresi Maternal : tampil hanya

 pada golongan betina yang

 bertindak agresif 

untuk melindungi anak-

anaknya dari bahaya yang

sedang dihadapinya.

g. Agresi Instrumental : tingkah

laku agresi yang dipelajari dan

diperkuat oleh stimulus  positif 

yang diperolehnya biasanya

untuk memenuhi atau

mencapai suatu tujuan tertentu.

4. Sebab-sebab Agresi

Kunci utama penyebab agresi

adalah pengalaman yang tidak 

menyenangkan (Berkowitz dalam

R i y a n t i & P r a b o w o , 1 9 9

8 ) . Sedangkan frustasi dari suatu

motif  sejak awal diusulkan sebagaisebab dasar dari agresi. Frustasi

terjadi ketika perilaku yang

dimotivasi dihalangi, atau ditutupi,

sehingga tujuan itu tidak dapat

dicapai. Bentuk  yang kuat dari

hipotesa-frustasi- agresi (Dollard,

dkk. Dalam Riyanti

& Prabowo, 1998)., seperti yang

 baru saja disebutkan, menyatakan

 bahwa frustasi selalu menghasilkan

agresi, dan semua perilaku agresi

selalu disebabkan oleh frustasi.

Apakah frustasi hasil dari

a g r  e s i a t a u t i d a k  n a m  p a

k  n y a tergantung pada dua faktor.

Pertama, frustasi tersebut harus kuat

(Harris dalam Riyanti & Prabowo,

1998). K  e dua , f  r  us t as i h ar us

di t er  i ma s e b a g a i h a s i l d a r 

i t  i n d a k a n sewenang-wenang.

Agresi lebih nampak ketika frustasi

diterima sebagai tidak dapat

dibenarkan, dan

Page 14: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 14/63

B a r  a n g k  a l i y a n g u m u m , agresif.

sumber agresi sehar-hari adalah b. Dorongan-dorongan umum  juga

 penghinaan verbal atau penilaian dapat membuat

seseorang negatif dari orang lain. Penyebab  bertindak agresif 

seperti orang sosial lain yang penting dari agresi yang sangat

kelaparan akan manusia adalah kerelaan dengan sangat rakus

melahap makanan

suatu otorita yang menyuruh kita a t au or  an g ya ng l et i h a 

ka n

untuk menyerang orang lain. Kondisi mudah tersinggung dan

marah. yang tidak  menyenangkan atau c. Timbulnya suatu

 penyerangan kondisi aversif bisa menyebabkan f  i s i k  m a u  p u 

n v e r   b a l d a  p a t orang cenderung berperilaku agresif.

memotivasi seseorang untuk Temperatur yang tinggi di atas

menampilkan  perilaku agresif temperatur norman (Baron dalam

dalam rangka membalas maupun Riyanti & Prabowo, 1998), suara

mempertahankan diri dari

yang kuat (Donnerstein & Wilson serangan tersebut.

dalam Riyanti & Prabowo, 1998), d. Deindividuasi atau hilanganya

dan dibawah kondisi-kondisi seperti suatu nilai

 pribadi, crowding atau ramai (Freedman, akan

agresi tidak terjadi sama sekali

 jika p e n g h a l a n g d a r i m ot i f dipertimbangkan  benar oleh

individu yang f  r  us t as i ( Zi ll m 

ann d al a m Riyanti & Prabowo,

1998).

sudah marah pada suatu hal.

A d a  p u n m e n u r  u t D

e  a  u  x (1993), sebab-sebab

munculnya agresi :

a. Adanya frustasi yang dialami

oleh seseorang sehinggamenimbulkan adanya tegangan

a t a u d o r  o n g a n y a n g h

a r  u s disalurkan melalui

 perilaku

 penghargaan moral

secara pribadi.

e. Secara biologi, beberapa  jenis

obat-obatan mampu menstimuli

seseorang sehingga ambangkemarahannya menurun dan

Page 15: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 15/63

cepat bereaksi secara agresif 

terhadap stimuli yang sederhana

sekalipun.

f. Adanya kondisi masyarakat yang

secara langsung membenarkan

atau mendukung dilakukannya

tindakan agresif.

Dapat disimpulkan bahwa

sebab- sebab agresi adalah

 pengalaman y a n g t i d a k m e ny e n a n g k a n , p e n g h i n a a n v 

e r  v a l , d a n f  a k  t or kerelaan,

selain itu kejadian-kejadian yang

membuat frustasi menimbulkan

dorongan agresi yang

menyebabkan individu meyerang

atau menyakiti orang lain, dimana

 penyebabnya adalah adanya

dorongan agresi sejak lahir,

frustasi, tingkah laku agresi

merupakan hal yang dipelajari,

dorongan- dor ongan umum  juga

dapat membuat seseorang

 bertindak agresif, timbulnya suatu

 peyerangan fisik maupun verbal,deindividuasi, secara biologi, dan

adanya kondisi masyarakat yang

secara langsung m a u p u n t i d a

k l a n g s u n g membenarkan

atau mendukung tindakan agresif.

B.

Anak 

1. Definisi Anak 

Gagne (dalam Gunarsa,1990)

mengatakan bahwa batasan usia

seorang anak adalah individu

yang mengalami  pertumbuhan

dan perkembangan verbal sebagai

hasil  proses mempelajari sesuatu

yang diperoleh dari luar.

Lugo dan Hershey (dalam

Damayanti, 1999) anak  adalah

anggota keluarga yang ikut dalamtanggung jawab sehari-hari orang

dewasa, ikut dalam aktivitas

orang dewasa.

Havinghurst (dalam Gunarsa,

1999) menyebutkan  bahwa

seorang anak mengalami tugas-

tugas dalam  perkembangan

( Developmental  task ) yaitu tugas-

tugas yang timbul  pada atau

kira-kira pada masa p er  ke mb

an g an t er  t e nt u y an g b i l a

m a n a b e r h a s i l a k a n

menimbulkan kebahagiaan dan

akan diharapkan berhasil  pada

tugas  perkembangan berikutnya.

Hurlock (1993)

memberikan b a t a s a n u s i a a

n a k y a n g memisahkan antara

anak  laki-laki dan anak 

 perempuan, anak  laki- laki

 berkis ar antara usia 0-12

tahun, sedangkan anak  wanita

 berusia 0-11 tahun.

Page 16: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 16/63

Jadi menurut peneliti anak c. Masa Bayi ( Baby

adalah individu yang tumbuh dan

 berkembang sesuai tugas-tugas

 perkembangan dengan rentang

usia

2 sampai 12

tahun.

2. Batasan Usia Perkembangan

Anak 

Hurlock (1993)memberikan b a t a s a n u s i a

a n a k y a n g memisahkan

antara anak  laki-laki dan anak 

 perempuan, anak  laki- laki

 berkisar antara usia 0-12 tahun,

sedangkan anak wanita berusia 0-

11 tahun. Lebih rinci l a g i H

u r  l o c k  m e m  b a g i u s i a

 perkembangan anak menjadi :

a. Masa sebelum

lahir ( Pranatal ) selama 9

 bulan sebelum lahir 

 perkembangan terjadi sangat

cepat yang terutama

terjadi secara fisiologis

dan terjadi dari

 pertumbuhan seluruh tubuh.

 b. Masa bayi baru lahir  ( New

 Born) 0-14 hari, masa ini

adalah periode bayi yang

 baru lahir, atau neonate,

selama waktu ini bayi harus

menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang seluruhnya

 baru di luar rahim ibu.

 Hood ) dari 2 minggu

sampai 2 tahun. Pertama-

 pertama bayi sama sekali

tidak berdaya, secara

 bertahap  belajar 

mengendalikan ototnya

sehingga secara  berangsur-

angsur dapat bergantung  pada

dirinya sendiri,  perubahan

disertai timbulnya  perasaan

tidak suka dianggap seperti

 bayi dan keinginan mandiri.

d. Masa kanak-kanak 

awal ( Early Children) dari

2-6 tahun adalah usia pra

sekolah atau pra

kelompok. Anak  berusaha

mengendalikan

lingkungan dan mulai

 belajar menyesuaikan diri

secara social.

e. Masa kanak-kanak 

akhir ( Late Chilhood ) 6-12

tahun untuk perempuan dan

6-13 tahun untuk anak  laki-

laki, terjadi kematangan

seksual dan masa remaja

dimulai,  perkembangan

utama ialah sosialisasi,

merupakan usia sekolah

atau usia kelompok. Dalam

Page 17: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 17/63

 penelitian ini

menggunakan masa kanak-

Page 18: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 18/63

kanak akhir ( Late Chilhood )

usia 6-12 tahun untuk  anak 

 perempuan dan 6-13 tahun

untuk anak  laki-laki.

3 . H i b u r an P ad a A k  h i r

M as a

Kanak-Kanak 

Menurut Hurlock  (1980),

 pada masa akhir  kanak-kanak,

 beberapa hiburan yang digemariyaitu :

a. Membaca

Anak yang lebih besar  lebih

meyukai buku dan majalah

anak-anak yang menekankan

kisah-kisah petualangan dan

dimana anak dapat membaca

t e n t a n g t o k  o h  p a h l a

w  a  n sebagai tokoh

indentifikasi diri.

A n a k  l e  b i h m e n y u

k  a i l i n g k u n g a n y a n

g menyenangkan dan interaksi

kelompok yang positif  dari

orang-orang kelas menengah

daripada lingkungan yang

kaku dan interaksi kelompok 

yang negatif dari orang-orang

kota. Yang penting, ia ingin

akhir cerita yang  bahagia.

 b. Buku Komik 

Terlepas dari tingkat

kecerdasan, hampir  semua

anak menyenangi buku

komik, baik yang bersifat

lelucon atau petualangan.

Buku komik m e n a r i k 

k a r e n a menyenangkan,

menggairahkan, mudah

dibaca dan merangsang

imajinasi anak.

c. Film

Menonton film merupakan

salah satu kegiatan kelompok 

yang digemari, meskipun

 beberapa anak pergi sendiri

ke  bioskop atau dengan

anggota keluarga. Anak 

gemar  film kartun-kartun,

kisah-kisah  petualangan dan

film-film tentang  binatang.

d. Radio dan Televisi

Televisi l e  bi h  p opu l 

er 

daripada radio, meskipun anak 

senang mendengarkan musik 

atau berita-berita olah raga

yang tidak disiarkan televisi.

Menonton televisi

merupakan s a l a h s a t u h

i  b  u  r   a n y  a  n  g disukai

oleh sebagian anak- a n a k .

M e r e k a s e n a n g

 pertunjukan kartun dan acara-

Page 19: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 19/63

acara lain yang

diperuntukkan b a g i t i n g k a t u s i a n y a d i samping

acara-acara untuk  orang

dewasa. Seperti telah

dipertunjukkan oleh Leifer 

( d a l a m H u r  l o c k , 1 9 8

0 ) .

“ t e l e v i s i b u k a n h a n

y a merupakan hiburan bagi

anak- a n a k , t e t a  p i  j u g

a s a  r  a n a sosialisasi yang

 penting”.

e. Melamun atau Berkhayal

A nak  y an g kes e  pi an

di rumah dan mempunyai

sedikit t e m a n b e r m a i n

s e r i n g menghibur diri

sendiri dengan melamun.

Yang khas, anak 

membayangkan diri sendiri

s e  b a g a i “  p a h l a w a n

y a n g m e n a n g ” d a l a m

d u n i a impiannya, dan

kemudian m e n g i m  b a n g ik   u  r   a  ng  n  y  a teman dan

 perhatian yang ia  peroleh

dalam hidup sehari- hari.

4. Bahaya Psikologis yang

Mempengaruhi Perilaku

Anak 

Ada beberapa faktor  yang

mempengaruhi  perilaku anak,

d i m a n a p a d a u m u m n y

a dikaitkan dengan

 perkembangan sikap moral, dan

 perilaku anak-

Page 20: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 20/63

anak, yang diantaranya

 berpengaruh pada  bahaya

 p s i k  o l o g i s a n a k , m e n u

r  u t H u r  l o c k  ( 1 9 8 0 ) , a dae n a m bahaya psikologis yaitu :

a. Perkembangan kode moral

 berdasarkan konsep teman- t

em an at a u  be r  d as ar  ka n

konsep-kensep media massa

tentang benar dan salah yang

tidak serupa dengan kode orang

dewasa;

 b. Tidak   berhasil

mengembangkan suara hati

sebagai pengawas dalam

terhadap  perilaku;

c. Disiplin yang tidak  konsisten

membuat anak tidak yakin akan

apa yang sebaiknya dilakukan;

d. Hukuman fisik merupakan

contoh agresifitas anak;

e. Menganggap dukungan

teman-teman terhadap  perilaku

yang salah  begitu

memuaskan sehingga

 perilaku itu menjadi

kebiasaan; dan

f. Tidak sabar  terhadap

 perbuatan orang lain yang

salah.

Page 21: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 21/63

5. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Agresi Pada

Anak 

Setiawan (2000),

menyebutkan faktor-

faktor 

 penyebab perilaku agresi  pada

anak adalah :

a. Meniru orang tua

Anak cenderung

meniru p e r  i l a k u o r  a n

g t u a n y a  , mereka akan

melakukan hal y a n g s a m

a d a n h a n y a mengulangi

apa yang sama dan hanya

mengulangi apa yang pernah

dilakukan orang tuanya.

 b. Orang tua membiarkan

Cara hidup yang tidak 

 beraturan atau terlalu

dimanja

orang tua dapat membuat

mengizinkan dia  bertindak 

lagi.

c. Akibat acara-acaratelevisi

O r a n g t u a p e r l u

mendampingi anak  dalam

memilih acara TV, bila anak 

dibiarkan menonton adegan-

adegan kekerasan dalam

film, maka dikhawatirkanakan m e m p e n g a r u h i

a n a k  . Menurut Mahayoni

& Lim (2007), akibat acara-

acara televisi yaitu anak 

menjadi  peniru dan televisi

membuat anak kurang bisa

 berinteraksi dengan teman

sebaya dan lingkungannya.

d. Memendam

 perasaan marah

a n a k s u k a m e n y e r  a

n  g  , misalnya : orang tua

menegur  anak ketika anak 

memukul or  ang. Anak  

segera tahu  bahwa orang

tuanya merasa tidak apa-apa

dan memberi k e s e m p a t a

n b a g i d i a mengulangi

 perbuatannya,  bahkan lebih

menjadi-jadi. Bagi anak,

 bila orang tua tidak 

menghukum, itu berarti

Mencegah atau melarang

a n a k m e l a m p i a s k a n

a m a r  a h n y a h a n y a a

k  a n m e n g a k i b a t k a n

a n a k memendam perasaan

marah i t u . M u l a - m u l a

t i d a k  diketahui, sebab

kelihatannya s e ca r a l a hi

r   i  a h  b  ai k  da  n sopan,

tetapi karena tidak  dapat

melampiaskan emosi

amarahnya dan juga karena

tertimbun lama di dalam

Page 22: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 22/63

hatinya, maka pada waktunya

Page 23: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 23/63

 perasaan itu meledak  dan

terlampiaskan melalui tindak 

 penyerangan.

e. Dengan kejam

menghadapi kekejaman

Menghukum kekerasan

anak itu dapat dibenarkan,

t e t a p i b u k a n d e n g a

n memukul secara kasar.

Hal i t u a k a n b e r a k i b a t kebalikannya, yaitu

anak m e n i r u k  e l a k  u a

n o r  a n g dewasa. Apabila

orang tua m e n g h u k u m

d e n g a n menganiaya, maka

anak  akan  belajar untuk 

menganiaya orang lain

sebagai  balasan

 pelampiasannya.

C. Tayangan Kekerasan Di Televisi

1. Pengertian Tayangan

Kekerasan Di Televisi

Arti tayangan televisi

dalam kamus bahasa Indonesia

a d a l a h s e s u a t u y a n g

dipertunjukkan. Sedangkan arti

kekerasan yang dimaksud disini

memang bukan hanya dalam

 bentuk fisik, tetapi juga dalam

 b e n t u k  v e r   b a l , e m o s i

o  n  a  l  , maupun s eksual. K 

eker asan

verbal termasuk   bentuk 

kekerasan yang kerap ditemui

dan biasanya orangtua tidak 

menyadari telah melakukan hal

tersebut. Sedangkan  pengertian

kekerasan merupakan tindakan

a g r e s i d a n p e l a n g g a r a

n

(  p e n y i k  s a a n ,  p e m u k  u

l  a  n  , pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau

dimaksudkan untuk 

menyebabkan penderitaan atau

menyakiti orang lain, dan hingga

 batas tertentu tindakan m e n y

a k  i t i  b i n a t a n g d a  p a t

dianggap sebagai kekerasan,

tergantung pada situasi dan

nilai- nilai sosial yang terkait

dengan kekejaman terhadap

 binatang. I s t i l a h “ k e k e r  a

s a n ”  j u g a

mengandung kecenderungan

agresif untuk melakukan  perilaku

yang merusak. Kerusakan harta b e n d a  b i a s a n y a d i a n g

g a   p masalah kecil

dibandingkan dengan kekerasan

terhadap orang (Gunawan

Wibisono, 2009).

Sedangkan dalam

 bahasa I n g g r  i s  p e n g e r  t i

a n t e l e v i s i disebut dengan

television, istilah television

 berasal dari  perkataan Yunani ;

tele artinya :  far, off,

Page 24: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 24/63

 jauh. Ditambah dengan vision,

yang artinya to see, melihat.Jadi artinya secara harfiah,

melihat j a u h . D a  p a t  j u g a

d  i  a  r   t  i  k   a  n sebagai media

komunikasi  jarak   jauh dengan

 penayangan gambar  dan

 pendengaran suara,  baik melalui

kawat maupun secara

elektromagnetik  tanpa kawat

(ber asal dari bahasa Yunani

“tele” yang artinya jauh dan

“ v i s i o n ” y a n g a r t i n y

a penglihatan).

Televisi adalah sistem

elektronik yang mengirimkan

gambar diam dan gambar  hidup bersama suara melalui kabel

(Arsyad, 2002: 50). Sistem ini

menggunakan  peralatan yang

mengubah cahaya dan suara ke

dalam gelombang elektrik  dan

mengkonversikannya kembali ke

dalam cahaya yang dapat

dilihat dan suara yang dapat

didengar.

Jadi tayangan kekerasan

di televisi menurut penulis

adalah sesuatu yang

dipertunjukkan b u k  a n h a n

y a m  e  n  a  m  p  i  l  k   a  n

kekerasan dalam bentuk  fisik,

tetapi juga bisa dalam  bentuk 

v er   ba l , e mos i on al , m au

 pun

seksual yang menyebabkan

atau dimaksudkan menyakitiorang lain, atau binatang dalam

sebuah media televisi.

2. Daftar Acara Tayangan

Televisi Untuk  Anak-anak 

D a r i Y a y a s a n

Pengembangan Media Anak 

(YPMA), telah membuat daftar acara yang masuk dalam

kategori Aman, Hati-hati, dan

Bahaya untuk anak, antara lain

sebagai berikut :

a. Aman

Tayangan televisi yang

Aman bagi anak bukan

hanya t a y a n g a n y

a n g menghibur, melainkan

 juga memberikan manfaat

lebih.

Manfaat tersebut,

misalnya  pendidikan,

memberikan motivasi,

mengembangkan sikap

 percaya

diri anak, dan  penanaman

n i l a i - n i l a i  p os i t i f 

da  l a m kehidupan. Acaranya

adalah: Varia Anak (TVRI),

Bocah Petualang, Laptop Si

Unyil, Jalan

Page 25: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 25/63

Sesama, Cita-citaku,

Si

Bolang ke Kota, Buku

Harian s i U n y i l ( T R A

 N S 7 ) , Surat Sahabat,

Cerita Anak, Main Yuk!

(TRANS TV), D o r a T h

e E x p l o r e r , Go! Diego

Go!, Chalkzone,

Backyardians (TV G), dan

M a s a K a l a h S a m a

Anak-anak (TV One).

 b. Hati-hati

Tayangan yang

masuk dalam kategori

Hati -hati adalah tayangan

anak  yang dinilai relatif 

seimbang antara muatan

 positif dan negatif.

Kategori ini memberikan

nilai hiburan serta

 pendidikan dan nilai positif,

namun  juga dinilai

mengandung muatan negatif 

seperti kekerasan, mistis,

seks, dan bahasa kasar y a n

g t i d a k m e n c o l o k .

Acaranya antara lain :Idola

Cilik Seleb, Rapor Idola

Cilik Seleb, Doraemon, P 

entas Idola Cilik, Rapor 

Pentas Idola Cilik (RCTI),

Casper, H a r v e y t o o n( T P I ) , T r  a n s f  or  m e r s

( A N T V ) , Pokemon

Series, Bakugan

B a t t l e B r  a w l e r  s , K  

on s e r E l i m i n a s i 6 A F

I J u n i o r (IVM), New

Scooby DooMovie

(TRANS7), SpongeBob

Squarepants,

Avatar: The Legend of 

Aang, Carita De Angel

(TVG).

c. Berbahaya

Tayangan yang

masuk d a l a m k  a t e g o r i

B a  h  a  y  a merupakan

tayangan yang mengandung

lebih  banyak m u a t a n n e

g a t i f , s e  p e r  t i

k e k e r a s a n , m i s t i s ,

s e k  s , d a n  b a h a s a k  a 

s a r  . Kekerasan dan mistis

dalam t a y a n g a n y a n g

m a s u k dalam kategori

ini dinilai cukup intens

sehingga  bukan l a g i

m e n j a d i bentuk 

 pengembangan cerita, tapi

sudah menjadi inti cerita.

Tayangan

dalam kategori ini

disarankan untuk tidak 

disaksikan anak. Contoh

acaranya yaitu : Tom

& Jerry, Crayon Sinchan

(RCTI), Si Entong, Tom &J e r r y , S i

E n t o n g 2 ( T P I ) , P o  p 

e y e

O r  i g i n a l , O g g y & T h

Page 26: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 26/63

e

Page 27: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 27/63

C o c k  r  o a c h e s ( A N T

V  )  , Detective Conan,Dragon Ball, Naruto 4

(INDOSIAR), T o m &

J e r r  y

( T R  A  N S 7 ) , O n e P i

e c e , Naruto (TVG)

3. Pedoman Larangan Program

P e n y i a r a n T a y a n g a n

Kekerasan Di Televisi

Berdasarkan Keputusan

Komisi Penyiaran Indonesia

 No.

009 / SK / 8 / 2004 tentang

Pedoman Perilaku Penyiaran dan

Standar Program siaran pasal

32-3 8 , k h u s u s n y a m e n g e

n a  i larangan program dan

tayangan terkait kekerasan,

diantaranya:

a. Mengandung muatan

kekerasan secara dominan,

atau mengandung adegan

kekerasan eksplisit

dan vulgar.

b. Jam penayangan diluar 

 pukul

22.00-

03.00.

c. Mengandung adegan yang

dianggap diluar  perikemanusiaan

atau sadistis.

d. Yang dapat dipersepsikan

sebagai

mengagung- agungkan

kekerasan atau

menjustifikasi

kekerasan

s ebagai hal ya ng lum rah

dalam kehidupan sehari-

hari.

e. Lagu-lagu atau klip

video musik  yang

mengandung muatan  pesan

menggelorakan atau

mendorong kekerasan.

f. Disajikan secara

eksplisit.

g. Menyorot gambar  luka-

luka yangdiderita

korban kekerasan,

kecelakaan, dan bencana

secara close up.

h. Menyorot  penggunaansenjata tajam dan senjata api

secara close up.

i. Gambar  korban

kekerasan tingkat  berat,

serta potongan organ

tubuh

korban dan genangan

darah yang

diakibatkan tindak 

kekerasan, kecelakaan,

dan  bencana tidak 

disamarkan.

 j. Saat-saat kematian

tidak boleh disiarkan.

k. Adegan eksekusi

hukuman mati.

l. Rekonstruksi kejahatan

disiarkan secara terperinci.

m. Rekonstruksi kejahatan

Page 28: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 28/63

seksual dan  pemerkosaan

tidak boleh disiarkan.

Page 29: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 29/63

n. Rekonstruksi kejahatan

tanpa izin dari korban

kejahatan atau pihak-pihak 

yang dapat dipandang

sebagai wakil korban.

o. Rekonstruksi yang

memperlihatkan modus

kejahatan secara terperinci.

 p. Rekonstruksi yang

memperlihatkan cara

 pembuatan alat-alat

kejahatan.

q. Memberikan gambaran

e k  s  p l i s i t d a n t e r   p e

r  i n c i tentang cara membuat

 bahan peledak.

r. Mendorong atau

mengajarkan tindakan

kekerasan atau penyiksaan

terhadap binatang.

s. Penggambaran secara

eksplisit dan terperinci adegan

 bunuh diri.

t. Terkandung pesan  bahwa

 bunuh diri adalah sebuah

 jalan keluar yang

dibenarkan untuk mengakhiri

hidup ( Koran Tempo, 19

Desember 

2004).

4. Daya Tarik Bagi An ak yan g

Gemar Menonton Tayangan

Kekerasan

Bagi anak unsur film yang

menegangkan merupakan daya

tarik yang utama. Bagaimanapun

caranya ketegangan itu

dihasilkan mereka ingin melihat

sesuatu yang mer angs ang dan

mengandung u n s u r  t e r  o r ,

k  e k  e r  a s a n d a n k  e t e g a n g

a n . A  p a s a  j a y a n g

menawarkan adegan ketegangan,

 p e t u a l a n g a n , a t a u m i s t 

e r i merupakan daya tarik bagi

anak- anak ini karena merupakan

sesuatu yang berbeda dari

kenyataan hidup sehari-hari

(Hurlock, 1995). Selain

menghibur, yang terutama  bikin

kecand uan ia l ah uns ur  th rill 

, suasana tegang saat

menunggu adegan apa yang

 bakal terjadi k e m u d i a n . T a 

n p a i t u , f  i l m c e n d e r u ng d a t a r d a n membosankan,

karena itulah anak- anak senang

menonton tayangan kekerasan

(Triwardani, 2008).

D. Perilaku Agresi Pada Anak 

Yang Gemar Menonton

Tayangan Kekerasaan Di

Televisi

Page 30: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 30/63

Aronson (dalam Koeswara,

1998) mendefinisikan agresisebagai tingkah laku yang dijalankan

oleh individu dengan maksud

melukai atau mencelakakan

individu lain d e n g a n a t a u  p u

n t  a  n  p a t  u  j  u  a  n tertentu.

Moore dan Fine (dalam Koeswara,

1998) memandang agresi sebagai

tingkah laku kekerasan secara fisik 

ataupun secara verbal terhadap

individu lain atau terhadap obyek-

obyek.

Pada uraian di atas

dikemukakan  bahwa agresi adalah

s e t i a p  b e n t u k   p e r  i l a k u

y  a  n  g diarahkan merusak ataumelukai orang lain (Baron dan

Byrne, 2004). Melukai orang lain

atau  berperilaku agresif bisa dalam

 bentuk fisik  atau verbal, pasif atau

aktif, langsung atau tidak langsung

(Buss dalam Morgan dkk. 1986)

Adanya tayangan televisi

yang menampilkan adegan

kekerasan d a  p a t m e m  b e r  i k  a

n  p e n g a r  u h khususnya kepada

anak-anak  yang gemar menonton

acara televis i tersebut. Sears

(1991), menyatakan ba hw a m e n

i ngk at n y a  pr opo r  s i a d e g a n

k  e k  e r  a s a n d a l a m f  i l m m a

u  p u n t e l e v i s i m e l a h i r  k  a

n

kekhawatiran akan timbulnya

 pengaruh negatif bagi  penonton.Dimana perilaku kekerasan sebagai

 pengaruh negatif dalam istilah

 psikologi disebut agresi.

Saat ini frekuensi dan durasi

tayangan televisi berbau kekerasan

s ud ah  b er  ad a  pa da t ah ap y

an  g mengkhawatirkan. Adanya

tayangan televisi yang berbau

kekerasan dapat m e m b u a t a n a

k   b e r  k  a t a y a n g m em  bu at

ki t a ka g et , mi s a l nya oarngtua

menyebalkan, kurang ajar, bangs at ,

atau segudang makian lainnya.

Bahkan kadang bukan hanya

 perkataan saja yang diikuti, tetapi juga disertai aksi yang tidak  kalah

mengagetkan, misalnya dengan

membanting piring, gelas, atau

 barang yang terdekat yang  bisa

d i r  a i h n y a ,  b e r   b i c a r a d e

n  g  a  n berteriak-teriak,

mengancam, dan lain sebagainya

(Mahayoni & Lim,

2007).

Kekerasan merupakan salah

satu yang sering ditayangkan di layar 

televisi. Adegan kekerasan ini

menyebar dalam berbagai  jenis

 program acara. Apakah itu  berita,

animasi anak, drama dewasa, drama

Page 31: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 31/63

sinetron, olah raga, reality  show

(Gumilar, 2005).

Para ahli menyakini  bahwa

 p e m  b e n t u k  a n  p e r  i l a k u

a  n  a  k  didasarkan pada stimulus

yang diterima melalui pancaindera

yang kemudian diberi arti dan

makna b e r d a s a r k a n p e n g e

t a h u a n , pengalaman, dan

keyakinan yang dimiliki. Jika

anak belum memiliki sebuah

 pemahaman tentang  benar at  a u

s a l a h, k  e mu di a n m e r  e k  a

melihat acara televisi yang  penuh

dengan adegan umpatan,

kekerasan, hal itu akan mereka

anggap sebuah kebenaran baru.

Bahayanya adalah,  jika kebenaran

 baru tersebut, yang s e b e n a r  n y

a b u  k   a  n  l a h s u  a  t  u

kebenaran yang sesungguhnya,

disampaikan secara  berulang-

ulang, akan menjadi semacam

indoktrinasi dogma (Mahayoni &

Lim, 2007).

Televisi le bih menga jar 

i anak-anak pola pikir yang salah.

Katakanlah jalan pintas dalam

menghadapi masalah,

uang

m e n y e l e s a i k a n m a s a l a

h , kekerasan untuk 

menyelesaikan masalah, dan

lain-lain. Pola  pikir a n a k d i p

e n g a r u h i o l e h

imajinasinya sendiri. Semakin

 banyak mereka

menonton

kekerasan di TV semakin  besar 

kemungkinan anak berfikir 

 bahwa kekerasan merupakan

 bagian yang normal dalam

kehidupan sehari- hari (Mahayoni

& Lim, 2007).

Berbagai teori  psikologi

s o s i a l m en yat a ka n  b ahwa d i televisi atau dalam film

dapat m e n i n g k a t k a n a g r 

e s i

 p e n o n t o n n y a . T e o r i i

m  i  t  a  s  i Bandura misalnya,

menyatakan b a h w a k  e k  e r  a

s a n i t u a k a n menyebabkan

 para  penonton melakukan agresi

imitatif. Teori belajar yang lain

menyatakan b a h w a k e k e r a

s a n m e d i a memberikan isyarat

yang memicu timbulnya

kebiasaan respons agr  e s i f   p

en ont o nny a ( S e ar  s ,

1985).

BAB IIIPENDEKATANPENELITIAN

1. Definisi Studi Kasus

Dalam penelitian ini,

 pendekatan yang digunakan adalah

metode kualitatif dengan  pendekatan

 penelitian studi kasus. Menurut

Moleong (2004), studi kasus adalah

studi yang berusaha memahami isu-

Page 32: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 32/63

isu yang rumit atau objek dan

dapat m e m  p e r  l u a s  p e n g a l am  a n a  t  a  u menambah kekuatan

terhadap apa yang telah dikenal

melalui hasil  penelitian yang lalu

lebih lanjut d i k  a t a k  a n  b a h w

a s  t u d i k  a  s u  s menekankan

 pada rincian analisis kontekstual

tentang sejumlah kecil kejadian atau

kondisi dan hubungan- h u  b u n g a

n y  a  n g a  d a  p  a  d  a  n  y  a  .

Sedangkan  American  Psychology

 Asociation (APA) mendefinisikan

studi kasus atau case study sebagai

“  p a  p e r s i n w h i c h t  h e a u

t  h o r describes case material while

with an individual or organization”.Yang intinya bahwa studi kasus

adalah sebuah laporan penelitian

yang d i b u a t o l e h p e n e l i t i

u n t u k  memberikan gambaran

mengenai suatu kasus baik itu

individu atau organisasi.

S tudi kas us adalah s 

uatu bentuk penelitian (inquiry)

atau studi tentang suatu masalah

yang memiliki sifat kekhususan

( particularity ), d a  p a t d i l a k  u k 

a n  b a i k  d e n g a n pendekatan

kualitatif  maupun kuantitatif,

dengan sasaran perorangan

(individual) maupun

kelompok, bahkan masyarakat luas

(Basuki, 2006).

Studi kasus ditujukan untuk 

meneliti satu kasus atau lebih

secara m e n d e t a i l , m e n d a l a

m , g  u  n  a memahami

kompleksitasnya dalam konteks

alamiah. Studi kasus dapat d i l a k 

u k a n s e c a r a k  u a l i t a t i f  ,

kuantitatif, atau gabungan keduanya.

Dari uraian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa studi kasus

ialah suatu penelitian mendalam

yang d i l a k  u k  a n u n t u k  m e

m  b  e  r   i  k   a  n gambaran mendalam

mengenai suatu kasus yang

mempunyai karakteristik tertentu.B. Subjek  Penelitian

Suatu penelitian studi kasus

dapat menggunakan satu subjek 

 penelitian saja asalkan data yang

di dapat sudah cukup (Bonister  dkk 

dalam Poerwandari, 1998).

Karakteristik  subjek  adalah

anak laki-laki atau perempuan yang

 berusia antara 6 sampai 12 tahun

untuk anak perempuan, 6-13 tahun

untuk anak laki-laki yang gemar 

menonton tayangan kekerasan di

televisi.

C. Tahap-tahap Penelitian

Page 33: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 33/63

Pada penelitian ini ada tiga

tahap persiapan dan  pelaksanaan

diantaranya:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan sebelum

di a d ak  a n  p en el i t i a n a d

al  a  h melakukan perumusan

masalah  penelitian yang akan

dijadikan t o p i k p e n e l i t i a

n , s e t e l a h me r  u mu s k an

m a ka l an gka h b e r  i k  u t n

y a a  d  a  l  a h d  e  n  g  a  n

 pengumpulan konsep dan teori

yang selanjutnya dapat

dijadikan p e r   b a n d i n g a n a

n  t  a  r  a h  a  s  i  l  penelitian

dengan teori yang ada.

2. Menyusun pedoman wawancara

Peneliti menyusun  pertanyaan

yang  berhubungan dengan apa

yang ingin ditanyakan  pada

subjek, khususnya hal-hal yang

menyangkut dalam  penelitian

 berdasarkan teori-teori yang

relevan dengan masalah yang

diteliti.

3. Pelaksanaan wawancara dan

observasi

Peneliti melakukan

 proses

wawancara dibantu alat

 perekam berupa tape recorder.

D. Teknik  Pengumpulan Data

Sesuai dengan sifat

 penelitian kualitatif yang

terbuka dan lu wes , met odedan tip e pengumpulan data

dalam

 p e n e l i t a n k  u a l i t a t i f  s

a  n  g  a  t  beragam disesuaikan

dengan masalah, tujuan, serta

sifat objek  yang akan diteliti

(Poerwandari,

1998). Dalam penelitian ini,

metode  pengumpulan data yang

d i g u n a k  a n a d a l a h m e

t o d e wawancara dan observasi.

1. Wawancara

M e n u r  u t B a n i s t er 

dk  k  . ( d a l a m B a s u k i , 2

0 0 6 ) , wawancara adalah

 percakapan dan tanya jawab

yang diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu. Wawancara

kualitatif  dilakukan  bila peneliti

 bermaksud untuk  memperoleh

 pengetahuan tentang makna-

makna subjektif  yang dipahami

indivi du  ber   kes  an dengan

topik yang diteliti dan  bermaksud

melakukan eksplorasi terhadap

isu tersebut. Hal ini tidak dapat

dilakukan dengan  pendekatan

lain.

Selain itu menurut  Narbuko

dan Achmadi (2005),

wawancara adalah proses tanya

 jawab dalam

Page 34: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 34/63

 peneli tian yang  berlangsung

secara lisan di mana dua oranga t a u l e  b i h  b e r  t a t a p m

u k   a mendengarkan secara

langsung i n f  o r m a s i  –  i n f  o

r   m  a  s i a  t  a  u keterangan– 

keterangan. Hal ini dijelaskan

 pula oleh Moleong (2002), yang

mendefinisikan wawancara

sebagai  percakapan dengan

maksud tertentu, yang dilakukan

oleh dua pihak, yaitu

 pewawancara (interviewer ) yang

mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancar ai (

interview ee  ) yang memberikan

 jawaban atas pertanyaan itu.

K  a r  t o n o ( d a l a m Ba s

u ki ,

2006) menjelaskan bahwa

interview a t a u w a w a n c a r a a

d a l a h s u a t u percakapan yang

diarahkan  pada s u a t u m a s a l a

h t e r  t e n t u , i n i merupakan

 proses tanya jawab lisan, d i m a n ad  u a o  r  a  n g a  t a u l  e  b  i  h

 berhadap-hadapan secara fisik.

M e n u r  u t P a t t o n ( d a

l  a  m Poerwandari, 1998) secara

umum k  i t a d a  p a t m e m  b e d

a  k   a n t  i  g  a  pendekatan dasar 

dalam memperoleh data kualitatif 

melalui wawancara, yaitu :

a. Wawancara Informal

Proses wawancara didasarkan

sepenuhnya pada  berkembangnya p e r  t a n y a a n -  p e r  t a n y aa n

s e c a r  a spontan dalam interaksi

alamiah. Tipe wawancara demikian

umumnya dilakukan peneliti yang

melakukan observasi partisipasif.

Dalam situasi demikian, orang-orang

yang diajak  berbicara mungkin tidak 

menyadari  bahwa ia s edang

diwawancarai secara sistematis

untuk menggali data.

b. Wawancara dengan Pedoman

Umum

Dalam proses wawancara

ini, p e n e l i t i d i l e n g k  a  p i  p

e d o m a n wawancara yang sangat

umum, yang mencatumkan isu–isu

yang harus diliput tanpa menentukan

urutan pertanyaan, bahkan mungkin

tanpa b e n t u k   p e r  t a n y a a n

e k  s  p l i s i t  . Wawancara dengan

 pedoman sangat u m u m i n i d a

 p a t b e r b e n t u k w a w a n c a r a

t e r  f o k u s , y a k n i wawancara

yang mengarahkan pembicaraan

 pada hal–hal atau aspek–aspek 

tertentu dari kehidupan atau

 pengalaman subjek. Tetapi

wawancara juga dapat  berbentuk 

wa  wa ncar a me ndal a m,

dimana  penel it i mengajukan pertanyaan

Page 35: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 35/63

mengenai berbagai segi kehidupan

subjek, secara utuh dan mendalam.

c. Wawancara dengan Pedoman

Terstandar yang

Terbuka

Dalam bentuk wawancara ini,

 pedoman wawancara ditulis secara

rinci, lengkap dengan set

 pertanyaan dan  penjabarannya dalam

kalimat. Bentuk ini akan efektif dilakukan  bila penelitian melibatkan

 banyak pewawancara, sehingga

 peneliti  perlu mengadministrasikan

upaya– upaya untuk  meminimalkan

variasi, s ekaligus meng ambi l l

ang kah  –  langkah menyeragamkan

 pendekatan terhadap responden.

Dalam penulisan ini,  peneliti

menggunakan metode wawancara

dengan pedoman umum, dimana

 pedoman wawancara digunakan

untuk mengingat peneliti mengenai

aspek yang akan dibahas dan dapat

mengajukan pertanyaan secara

mendalam mengenai kehidupansubjek.

2. Observasi

Istilah observasi diturunkan

d a r i  b a h a s a l a t i n y a n g  b

e  r   a  r   t  i “melihat” dan

“memperhatikan”. Istilah observasi

diarahkan  pada kegiatan

memperhatikan secara

akurat, mencatat fenomena yang

muncul, dan mempertimbangkanh u  b u n g a n a n t a r  a s  p e k  d

a  l  a  m fenomena tersebut

(Poerwandari,

1998).

Bogdan dan Biklen (dalam

Moleong, 2002) mengatakan  bahwa

observasi adalah catatan tertulis

tentang apa yang didengar, dilihat,

dialami dan dipikirkan dalam

rangka pengumpulan data dan

refleksi terhadap data dalam

 penelitian kualitatif . S eda ngk an

menur  ut Banister dkk. (dalam

Basuki, 2006) observasi selalu

menjadi  bagian dalam penelitian

 psikologis, dapat b e r  l a n g s u n g

d a l a m k o n t e k s

l a  b o r  a t o r  i u m ( e k  s  p e r  i m 

e n t a l )

maupun konteks alamiah.

Lain halnya dengan

Kartono (dalam Basuki, 2006),

 pengertian observasi diberi

 batasan sebagai berikut: “studi

yang disengaja dan sistematis

tentang fenomena sosial dan

gejala-gejala  psikis dengan  jalan p 

e n g a m a t a n d a n  p e n c a t a t 

a n ” . Sedangkan Patton

(dalam Poerwandari, 1998),

observasi

merupakan metode  pengumpulan

data es ensial dalam  penelit ian,

apalagi peneliti

Page 36: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 36/63

dengan

Page 37: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 37/63

menggunakan  pendekatan kualitatif.

Agar memberikan data yang akuratdan bermanfaat, observasi sebagai

metode ilmiah harus dilakukan oleh

 peneliti yang sudah melewati

latihan- latihan yang memadai.

Tujuan observasi adalah

m e n de s k  r  i  p s i k  a n s e t ti n g

y a  ng dipelajari, aktivitas-aktivitas

yang  berlangsung, orang-orang

yang terlibat dalam aktivitas, dan

makna kejadian yang diamati.

Beberapa  jenis observasi yang

dikemukakan oleh Poerwandari

(1998) adalah sebagai  berikut:

a. Observasi Partisipan

Observasi partisipan adalaho b s e r v a s i d i m a n a o r a n

g melakukan pengamatan berperan

serta ikut ambil bagian dalam

k e h i d u p a n o r a n g y a n g

diobservasi.

b. Observasi Non Partisipan

O  bs e r  va s i di ka t ak an

non  partisipan apabila observer 

tidak   berperan serta ikut ambil

 bagian kehidupan observee.

c. Observasi Sistematik 

Apabila  pengamatan

menggunakan pedoman sebagai

instrument  pengamatan, yang

menjadi c i r r i u t a m a  j e n

i s

 pengamatan ini adalah

mempunyai kerangka ataustruktur yang  jelas.

d. Observasi Tidak  Sistematik 

Observasi dikatakan oleh

 pengamatan dengan

tidak 

menggunakan instrument

 pengamatan

e. Observasi Eksperimental

P e n g a m a t a n d i l a k 

u  k   a  n dengan cara observee

dimasukkan kedalam suatu

kondisi atau situasi tertentu.

Dalam penelitian ini  peneliti

menggunakan teknik  observasi

non partisipan, dimana  penelititidak berperan serta ikut ambil

 bagian dalam kehidupan subjek.

E. Alat Bantu Pengumpul Data

P o e r  w a n d a r i ( 1 9

9  8  )  ,  penulis sangat berperan

dalam seluruh proses penelitian,

mulai dari memilih topik,

mendekati topik tersebut,

mengumpulkan d a t a , h i n g g

a m e n g a n a l i s i s ,

m e n g i n t e r p r e t a s i k a n

d a n menyimpulkan hasil

 penelitian ( i n s t r  u m e n  p o k 

o k  ) . D a l a m mengumpulkan

data-data  penulis

Page 38: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 38/63

membutuhkan alat

 bantu

(instrumen tambahan), yaitu:

1. Pedoman Wawancara

Menurut Poerwandari

(1998), p e d o m a n w a w a n c

a r a y a n g digunakan peneliti

 berisi daftar per tanyaa n- pert

any aa n ya ng disusun

 berdasarkan tujuan

 p e n e l i t i a n d a n t e o r i y

a n  g  berkaitan. Pedoman

wawancara digunakan agar 

wawancara yang dilakukan tidak 

menyimpang dari tujuan

 penelitian, tetapi  juga  berdasarkan

teori yang  berkaitan dengan

masalah yang diteliti, y a i t u

 s e l   f  - e  f   f  i c a c y s e o r  a n g

 pengusaha kecil

2. Pedoman Observasi

Patton (dalam Poerwandari,

1 9 9 8 ) , m e n  j e l a s k  a n  b

a  h  w  a  pedoman observasi

merupakan m e t o d e  p e n g u

m  p u l a n d a t a esensial dalam

 penelitian. Agar memberikan data

yang akurat dan  bermanfaat,

observasi sebagai metode ilmiah

harus dilakukan o l e h p e n e l

i t i . S e l a i n i t u Poerwandari

(1998), menjelaskan p e d o m a

n o  b  s  e  r   v  a  s i d  a  l a m

 penelitian kualitatif  digunakan

untuk  mendeskripsikan  setting 

yang dipelajari, aktivitas-

aktivitas

Page 39: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 39/63

yang  berlangsung, orang-orang

yang terlibat dalam aktivitas, dan

makna kejadian yang dilihat dari

 perspektif mereka terlibat dalam

kejadian yang dialami tersebut.

3. Alat P  er   ek 

am

Alat  p e r  e k  a m  b e r  g u

n a

s e  b a g a i a l a t  b a n t u  p a d a

s  a  a  t wawancara, agar penulis

dapat  benar-benar   berkonsentrasi

 pada  proses  pengambilan data

tanpa harus berhenti untuk 

mencatat jawaban-jawaban dari

responden. Dalam mengumpulkan

data, alat  perekam baru dapat

dipergunakan setelah penulis

memperoleh izin dari subjek untuk 

menggunakan alat tersebut pada

saat  proses wawancara

 berlangsung.

4. Kamera

K  a m e r a d a  p a t b e r  g

u n a s e  b a g a i a l a t  b a n t u  p

a  d a s  a  a  t observasi. Dengan

alat ini  peneliti dapat melengkapi

catatan observasi yang dilakukan.

Alat ini baru dapat dipergunakan

setelah  penulis memperoleh izin

dari subjek.

5. Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan

adalah buku tulis, pensil,  pulpen,

Page 40: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 40/63

dan penghapus. Dengan tujuan

 penggunaan alat tulis ini adalah

untuk mencatat semua data atau

informasi dalam suatu  penelitian,

 baik wawancara maupun

observasi.

F. Keakuratan dalam Penelitian

Triangulasi menurut

Moleong (2000), adalah teknik 

 pemeriksaan keakuratan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data itu untuk keperluan

 pengecekan atau sebagai

 pembanding terhadap data itu.

Denzin (dalam Moleong, 2000)

membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik 

 pemeriksaan, yaitu :

1. Triangulasi dengan sumber 

 berarti membandingkan dan

m e n g e c e k   b a l i k  d e r 

a  j  a  t kepercayaan suatu

informasi m e l a l u i w a k 

t u d a n a l a t b e r   b e d a

d a l a m m e t o d e ku al i t

a  t  i f  ( P at  t on da  l am

Moleong,2000). Hal itu dapat

dicapai dengan :

a. Membandingkan data

hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara.

 b. Membandingkan apayang dikatakan orang

didepan umum dengan

apa yang dikatakan secara

 pribadi.

c. Membandingkan

apa

yang dikatakan orang-

orang tentang situasi

 penelitian dengan apa

yang dikatakannya

sepanjang waktu.

d. Membandingkan

keadaan dan

 perspektif seseorang

dengan berbagai

 pendapat dan

 pandangan orang.

2. Triangulasi dengan metode,

m e n u r  u t P a t t o n ( d a

l a m Moleong, 2000) terdapat

dua strategi, yaitu :

a. Pengecekan derajat

kepercayaan  penemuan

hasil penelitian  beberapa

teknik  pengumpulan data.

 b. Pengecekan derajat

kepercayaan  beberapa

s u m  b e r  d a t a d e n g

a n

metode yangsama.

3. Triangulasi dengan

 penyelidikan, menurut

Patton ( d a l a m M o l e o ng , 2  0  0  0  ) menggunakan

 pemanfaatan p e n e l i t i a t

a u  p e n g a m a t

Page 41: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 41/63

l ai n n y a u nt u k  k  e  pe r  l u a n

Page 42: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 42/63

 pengecekan kembali derajat

kepercayaan data.

4. Tr   i ang ul  as i denga n t

oer   i, menurut Lincoln dan

Guba ( d a l a m M o l e o n

g , 2  0  0  0  )  berdasarkan

anggapan bahwa fakta tertentu

tidak  dapat diperiksa derajat

kepercayaan dengan satu atau

lebih teori. Dipihak lain,

Patton (dalam Moleong, 2000)

 berpendapat lain yaitu bahwa

hal itu dapat dilaksanakan

dan hal itu d i n a m a k a n

 p e n j e l a s a n  banding

(rival explanation). H a l i t

u d a  p a t d  i  l a k  u k  a n

secara induktif atau secara

logika, sebagai  berikut:

a. Secara induktif,

dilakukan dengan

menyertakan

usaha

 pencarian cara lainnya

untuk  mengorganisasikan

d a t a y a n g  b a r  a n g

k   a  l  i mengarahkan  pada

upaya  penemuan

 penelitaian lainnya.

 b. Secara logika, dilakukan

dengan jalan memikirkan

kemungkinan logis

lainnya dan kemudian

melihat apakah

kemungkinan-

kemungkinan itu dapatditunjang oleh data.

S e d a n g k a n t r  i a n g u

l  a s i menurut Marshall dan

Rossman (dalam Poerwandari,

2001) adalah mengacu pada upaya

mangambil sumber-sumber  data

yang  berbeda untuk menjelaskan

suatu dal tertentu.

Patton (dalam Poerwandari,

2 0 0 1 ) m e n y a t a k a n  b a h

w a triangulasi dapat dibedakan

dalam

:

1. Triangulasi Data, yaitu

digunakan variasisumber 

 –  s u m b e r  d a t a y a 

n g berbeda

seperti dokumen, arsip,

hasil wawancara,

hasil observasi.

2. Triangulasi Peneliti yaitu

digunakannya beberapa

 peneliti atau evaluator 

yang berbeda seperti:

dosen  pembimbing.

3. Triangulasi Teori, yaitu

digunakannya beberapa

 perspektif yang  berbeda

untuk 

Page 43: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 43/63

menginterpretasikan

data yang sama.

4. Triangulasi Metodologis,

yaitu dipakainya

 beberapa m e t o d e y a n

g  b e r   b ed a untuk 

meneliti suatu hal y a n g

s a m a . D a l a m

 penelitian ini

menggunakanmetode

wawancara danobservasi.

Dalam penelitian ini,  peneliti

menggunakan triangulasi data,

triangulasi penelitian, triangulasi

teori, triangulasi metodologis

y a n g d i k  a t a k  a n o l e h P

a t t o n (dalam Moleong, 2000)

karena dari kesemuanya sangat

 penting dalam suatu penelitian

untuk  menjelaskan suatu hal

tertentu serta untuk keperluan

 pengecekan atau sebagai

 pembanding terhadap suatu data.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan (dalam

Sugiyono, 2005) analisis data

adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi (catatan

lapangan) dan  bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah

dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada oranglain.

Dalam

menganalisis penelitian

kualitatif  terdapat

 beberapa tahapan yang  perlu

dilakukan. Menurut Marshall

dan Rosman (1989) tahapan-tahapan tersebut, yaitu :

1. Mengorganisasikan Data

D a t a y a n g t e l a h d i d

a  p a t dibac a berulang- ula ng,

agar  penulis mengerti benar data

atau hasil yang telah didapat.

2. Pengelompokkan Berdasarkan

K  a t e g o r  i , T e m a d a n

P o l a Jawaban

S e c a r a u m u m t a h a p

i  n  i merupakan tahap yang

 paling sukar, kompleks, tersamar,

tetapi  juga merupakan tahap

yang m e n y e n a n g k a n y a

n g membutuhkan aktivitas dayakreativitas kita. Tiga hal yang

sangat dibutuhkandalam tahap

ini, yaitu :

a. Pengertian yang

mendalam terhadap data.

 b. Perhatian dan konsentrasi

 penuh.

Page 44: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 44/63

c. Terbuka terhadap

kemungkinan munculnya

hal- hal lain di luar hal-hal

yang ingin digali.

3. Menguji Asumsi atau

P e r m a s a l a h a n y a n g A

d a

Terhadap Data

Kategori dan pola data

yang sudah tergambar jelas,

kemudian diuji terhadap asumsi

yang telah dikembangkan dalam

 penelitian ini.

4. Mencari Alternatif  Penjelasan

Bagi Data

Setelah kaitan antara kategori

dan pola data dengan asumsi

ter  wujud, penulis m  as uk ke d a l a m t a h a p p e n j e l

a s a n . Berdasarkan

kesimpulan yang t el ah d i  pe

r  ol e h d ar i ka i t a n tersebut,

 penulis perlu mencari suatu

alternatif penjelasan lain tentang

kesimpulan yang telah d i p e r 

o l e h . S e b a b d a l a m

 penelitian kualitatif  memang

selalu ada alternatif   penjelasan

lain.

5. Menuliskan Hasil Penelitian

Penulisan data yang telah

 berhasil dikumpulkan

merupakan s u a t u h a l  p e n

t  i  n g d a l  a  m

melakukananalisis, sebab

membantu penulis

untuk 

m e m e r  i k  s a k  e m  b a l i a

 p  a  k   a  h kesimpulan yang

dibuat sudah s e l e s a i , d e n

g a n k a t a l a i n keabsahan

internal sudah dicapai.

BAB IV

HASIL DAN

PEMBAHASAN

a . S e b a b - s e b a b a n a k  g

e  m  a  r menonton tayangan

kekerasan di televisi

Dari hasil analisa  penulis

dapat mengambil kesimpulan

 bahwa terdapat kesesuaian antara

subjek dan SO dimana sebab-

sebab anak gemar  menonton

tayangan kekerasan ditelevisi

yaitu karena merupakan hobi

yang digemari subjek, selain itu

merupakan hiburan yang  juga

 paling digemari oleh subjek,

kegiatan rutin yang dilakukan

setelah pulang sekolah, karena

 jarang dilarang oleh orang

tuanya u n t u k  m e n o n t o n

t  a  y  a  n  g  a  n kekerasan dan

karena ada efek  seru dan

menegangkan sehingga subjek 

 betah menontonnya setiap hari.

Page 45: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 45/63

Hal di atas juga didapat

 pada hasil observasi danwawancara dimana subjek 

sangat serius apabila sedang

menonton acara favoritnya

seperti kera sakti dan n a r  u t o

. S u  b  j e k  y a n g  b a  r  u

 berumur 9 tahun dan baru

duduk di bangku sekolah dasar 

tersebut setelah pulang sekolah

dan ganti b a  j u , l a n g s u n g

m e n g a m  b i l remote tv untuk 

menonton film kesukaannya.

Terkadang sambil makan siang

subjek menonton tv. Subjek 

menontonnya setiap hari karena

merupakan hobi yang tidak bisadi tinggalkan dan  juga

merupakan hiburan utama setelah

 pulang sekolah. Subjek  merasa

t e r  h i  b u r  s e k  a l i  j i k a s

u  d  a  h menonton acara

kesukaannya t e r  s e  b ut . S u

 bj  e k  m  e  n  y  u  k   a  i karena

seru dan menegangkan s e h i n

g g a m e m  b u a t s u  b  j e k 

 p e n a s a r a n u n t u k t e r u

s menontonnya setiap hari

tanpa r  a s a  b os an . A deg an

s  ep  er   t  i ber   kelahi, dan

 pembunuhan subjek 

menyukainya. Berita-  beritayang isinya  pembunuhan  pun

subjek suka menontonnya. Selain

itu orang tua subjek  jarang

melarangnya  jika

subjek 

menonton acara dan tayangan

yang berbau kekerasan di

televisi sehingga dapat

menyebabkan anak gemar  

menonton tayangan kekerasan di

televisi.

b. Gambaran perilaku agresi

p a d a a n a k y a n g g e m a

r menonton tayangan

kekerasan

Dari hasil analisa  penulis

dapat mengambil kesimpulan

 bahwa terdapat kesesuaian antara

subjek dan SO dimana

gambaran  perilaku agresi secarafisik   pada anak yang gemar 

menonton tayangan kekerasan di

televisi yaitu subjek sering

 berkelahi seperti; mencubit,

menendang, m e m u k u l , m e

n g g a n g g u temannya yang

sedang  bermain dan tidak 

mengerjakan PR  dari

sekolahnya.

Hal di atas didapat juga dari

hasil observasi dan wawancara

 p a d a s u b j e k d i m a n a s a

a t observasi subjek terlihat

sedang memukul temannya pada

saat asik bermain gambaransubjek t e r  l i h at m u l a i m e

n gg a n g g u temannya dengan

iseng mencubit

Page 46: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 46/63

lengan temannya sebanyak  dua

kali, sehingga temannya  pun

membalas tetapi dengan

ejekan. Tidak terima diejek,

subjek  pun membalas ejekan

temannya, yang akhirnya

mereka berkelahi. Ibu s u b  j e k 

 p u n d a t a n g u n t u k m e l 

e r  a i n y a , d a n m en y u r  u 

h subjek meminta maaf, tapi

subjek malah  ber  ter iak dan

mar ah- marah. Kemudian

tidak  lama mereka asik 

 bermain gundu, dan subjek 

 berbuat iseng melempar g u n d 

u t e m e n n y a , ak  h i r  n y a

mereka berkelahi lagi dengan

saling  pukul-pukulan. Suasana

menjadi sepi kembali setelah

ibu s u b j e k d a t a n g u n t

u k menghentikan anaknya

yang sedang berkelahi,

kemudian tidak lama teman

yang tadi  berkelahi dengan

subjek mengajak  ngobrol s u  b  j 

e k , t e t a  p i s u  b  j e k  t i d a 

k menjawabnya akibat kesal

dari perkelahian tadi. Subjek 

 jga s e r i n g u n t u k t i d a k 

m a u mengerjakan PR yang

diberikan dari sekolahnya.

Dari hasil analisa  penulis

dapat mengambil kesimpulan

 bahwa terdapat kesesuaian

antara

subjek dan SO dimana

gambaran  per ilaku agresi secara

verbal  pada anak yang gemar 

menonton tayangan kekerasan di

televisi yaitu subjek sering

menghina teman dengan

meyebutkan nama  binatang,

menolak   berbicara d e n g a n

o r a n g y a n g t e l a h

membuatnya kesal, marah-marah d e n g a n t e r  i a k - t e r 

i a k d a n megucapkan kata-kata

kasar, dan mendesak orang tua

karena hal sepele

Hal di atas didapat juga dari

hasil observasi dan wawancara

 p a d a s u  bj e k  d i m a n a s u

 bj  e  k  berkata kasar saat ada

temannya mengejek subjek dan

subjek membalas dengan ejekan.

Subjek  b e r k a t a k a s a r s e

 p e r t i menyebutkan nama orang

tua temannya dan berkata

monyet, dan anjing. Tidak lama

teman yang mengejek subjek 

mengajak  ngobrol, tetapi subjek 

tidak menjawabnya akibat kesal

karena s ud a h m en g ej e k  n y

a. S  el  a  i  n kepada temannya,

subjek  juga menolak berbicara

kepada kakak d a n i b u n y a k 

a r e n a t e l a h m e m a r  a h i n

y a s a a t s u  b  j e k 

Page 47: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 47/63

 ber kelahi dengan temannya.

S u  bj e k  s er  i n g m ar  ah -

ma r  a h d e n g a n b e r t e r i a

k d a n menyebutkan kata-kata

kasar  saat ibunya atau kakaknya

menyuruh u n t u k  m e m  b e l i

s e s u a  t u k  e warung. Subjek 

 juga sering mendesak ibunya

untuk  menuruti semua keinginan

subjek, seperti ter  lihat padasaat obser vasi, s u  b  j e k  m e

r  e n g e k  m e m i n t a dibelikan

es krim saat temannya membeli

es krim. Selain itu, subjek pun

meminta mainan seperti

 pedang-pedangan atau hal-hal

yang diinginkan saat subjek 

melihat acara di televisi d  a n

m e m i n t a u n t u k  s e g e r  a

dibelikan saat itu juga.

c. Faktor-faktor

yang menyebabkan perilaku

agresi

pada anak 

Dari hasi l anal isa  penulis

dapat mengambil kesimpulan

 bahwa terdapat kesesuaian antara

subjek dan SO dimana faktor-

f  a k  t o r  y a n g m e n y e  b a

 b k  a n  perilaku agresi pada anak 

yaitu meniru orang tua dalam

hal ini adalah perilaku marah-

marah ibu

subjek, akibat acara-acara televisi

yang juga merupakan faktor 

utama subjek dimana subjek 

meniru apa yang dilihatnya di

t a y a n g a n k e k e r a s a n d

a n mempraktekannya di

kehidupan sejari-hari, selain itu

televisi  juga dapat

mempengaruhi perilaku subjek 

sehingga subjek   berkata kasar,

sering marah-marah,  berteriak 

dan berkelahi seperti yang

subjek tonton dalam sebuah f  i l

m a c t  i o n . A k  i  b a t s e r  i

n  g menonton tayangan

kekerasan di tv subjek jarang

 berinteraksi d e n g a n t e m a n

s e  b a y a d a n lingkungannya

karena subjek menghabiskan

waktunya hanya untuk menonton

tv saja. Faktor la inny a y an g

m en yeb ab kan  perilaku agresi

yakni subjek  memendam

 perasaan marah, orang tua

membiarkan subjek   berbuat

salah dan dengan kejam

menghadapi kekejaman, selain

itu subjek sudah di cap sebagai

a n a k  y a n g n a k  a l s e h i

n g g a membuat subjek semakin

nakal.

Hal di atas didapat juga darihasil observasi dan wawancara

 pada subjek dimana subjek 

sering

Page 48: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 48/63

meniru adegan berkelahi yang

ditontonnya dari acara

kekerasan di tv. Dari hasil

wawan car  a s u  b  j e k  i n g i n

m e  n  i  r  u c a  r   a  berkelahi

gokong sang kera sakti yang

merupakan salah satu acara yang

digemari subjek. Subjek 

mengikuti dan mempraktekannya

kepada temannya dengan tidak 

mengetahui bahwa hal tersebut

kurang baik. Subjek juga sering

meniru kata-kata kasar yang ada

d i d a l a m t a y a n g a n y a n

g ditontonnya, sehingga

membuat subjek  mengikutinya

sambil marah-marah dan berteriak. Oleh k a r  e n a i t u ,

s u b  j e k s e  r   i  n  g dimarahi

kedua orangtuanya dan  juga

kakaknya. Tetapi subjek  tidak 

terima dimarahi, maka subjek 

melampiaskannya dengan m  a  r 

a h - m a r  a h  j u g a d e n g a

n kakaknya dan orang tuanya,

sambil berteriak dan  berkata-kata

kasar. Subjek juga menangis

akibat kesal sering dimarahi,

 b a h k  a n s u  b  j e k  m e r  u s a

k   k   a  n mainannya sebagai

 pelampiasan marahnya. Hal itu

 juga terjadi di sekolahnya,

subjek dimarahi oleh g u r  u n y

a a k  i  b a t  p e r   b u a t a n

nakalnya yang memukul

t e m a n n y a . S u b  j e k d i be r  i hukuman dengan berdiri di

depan tiang bendera, hal ini

membuat subjek kesal dan

memendam perasaan marahnya

dalam hati, terkadang teriak-

teriak  sendiri d a n  b e r   b u a t

i s e n g d e n g a n temannya.

Faktor lainnya yang

menyebabkan anak   berperilaku

agresi juga dikarenakan orang

tua membiarkan anak 

 berperilaku salah, dalam hal

ini orang tua s u b j e k p e r n

a h m e n e g u r kesalahan

subjek, tetapi karena s u b j e k t i d a k p e r n a h

mendengarnya dan menuruti

 perintah ibunya untuk  tidak 

melakukan perbuatan agresi

tersebut, maka anak segera

tahu bahwa orang tuanya merasa

tidak a p a - a p a d a n m e m

 b e r i kesempatan bagi anak 

untuk mengulangi  perbuatannya

lagi.

B. Pembahasan

1. Sebab-Sebab Anak  Gemar

Menonton TayanganKekerasan di Televisi

Page 49: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 49/63

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan penulis menyimpulkan

 bahwa sebab-sebab anak  gemar 

menonton tayangan kekerasan di

televisi adalah :

Merupakan hobi yang

d i g e m a r i s u  b  j e k , s e l a i

n i  t u merupakan hiburan yang

 juga paling di gemari oleh subjek,

kegiatan rutin yang dilakukan

setelah pulang sekolah, jarang di

larang oleh orang tuanya untuk 

menonton tayangan kekerasan

dan k a r e n a a d a e f e k s e r 

u d a n menegangkan sehingga

subjek  betah menontonnya setiap

hari. Dikatakan gemar karena

subjek  menonton setiap hari

selama 4 jam, semua ini di dapat

dari hasil wawancara.

Hobi yang paling digemari

oleh subjek adalah menonton

televisi, dimana menurut

Hurlock ( 1 9 95 ) , a n ak  l a ki

-  l  a ki l  eb  i  h  banyak 

menghabiskan waktunya u n t u k 

m e n o n t o n t e l e v i s i keti m

 ba ng ana k   per   e  mpuan.

Subjek berjenis kelamin laki-

laki d a n s e r i n g m e n g h a

 b  i s k a n waktunya untuk 

menonton tv daripada bermain

atau  jalan-jalan ke ragunan,

ancol, bahkan ke

dufan subjek tidak pernah mau

ikut. Selain itu kegiatan rutinyang dilakukan subjek setelah

 pulang sekolah adalah menonton

televisi, hal tersebut di dukung

oleh teori dari Mahayoni &

Lim (2007), ya ng me nga t ak 

an m e non t on televisi adalah

kegiatan nomor  satu bagi anak-

anak selama  jam-  jam antara

 pulang sekolah dan makan malam.

Berdasarkan hasil wawancara,

subjek  menonton televisi setelah

 pulang sekolah sampai malam

hari, itu dilakukan setiap hari

maupun jika hari libur  subjek 

menonton hingga larut malam.

Di samping itu, orang tua

subjek tidak pernah melarang

untuk menonton tayangan yang

 berbau kekerasan, ini menjadi

 peny eba b l ai n s ubj e k  ma

ki n g e m a r m e n o n t o n t a

y a n g a n kekerasan di televisi,

dimana hal ini juga di dukung

oleh teori yang mengatakan

 bahwa anak-anak  yang kurang

mendapat didikan dari orang tua

yang sibuk   bekerja mencari

nafkah, biasanya  justru  banyak 

menghabiskan waktunya

u n t u k  m e n o n t o n t e l e vi s i d i

Page 50: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 50/63

 ban di ng  j a m  be l a  j ar  me r  

eka (Mahayoni & Lim, 2007).Hasil w a w a n c a r a p a d a s

u b j e k m e n y e  b u t k  a n  b a 

h w a k  e  p a l a keluarga yakni

sang ayah sibuk  bekerja, walau

 pun hanya ada ibu subjek di

rumah, tetapi ibu subjek j a r  a n 

g u n t u k  m e n d i d i k  d a n

melarang anaknya menonton

tayangan kekerasan di televisi,

oleh karena itu subjek  semakin

gemar  menontonnya. Subjek 

mengakui bahwa subjek  gemar 

menonton tayangan kekerasan

 penyebabnya adalah acara-acara

kekerasan seru danmenegangkan untuk ditonton

setiap harinya. Hal tersebut di

dukung oleh teori yang m e n y e 

 b u t k  a n a  p a s a  j a y a n g

menawarkan adegan

ketegangan, p e t u a l a n g a n ,

a t a u m i s t e r  i merupakan

daya tarik bagi anak- an a k , i 

ni k  ar  e n a me r  up a k  a n

sesuatu yang beda dari

kenyataan hidup sehari-hari

(Hurlock, 1995). Seperti yang

didapat dari hasil w a w a n c a r 

a b a h w a s u b j e k me nyu k  

ai ade ga n k  ek  er  as a n

karena efeknya menegangkan

yang membuat subjek ingin terus

menontonnya saat ada adegan

 ber  kelahi s ang jagoan

dalam sebuah film action.Subjek   pun m e n y u k a i a d e

g a n t  e  m  b  a  k   - tembakan

dengan suara yang m e m b u a

t s u b j e k t a m b a h

menegangkan untuk 

menontonnya setiap kali ada

adegan tersebut. Selain itu subjek 

 juga menyukai adegan

 pembunuhan dan  berita y a n g

i s i n y a m e n a m p  i  l k  a n

 pembunuhan seseorang yang

matinya ditembak atau dibunuh.

Subjek hampir tiap menonton

acara atau berita tersebut.

S e l a i n m e n g h i  b u r ,

y a n g terutama bikin

‘kecanduan’ ialah unsur  thrill ,

suasana tegang saat menunggu

adegan apa yang  bakal terjadi

kemudian. Tanpa itu, film c e n

d e r u n g d a t a r d a n

membos ankan, kar ena itulah

anak-anak senang menonton

t a y a n g a n k e k  e r  a s a n (

R e n i Triwardani, 2006). Oleh

sebab itulah subjek gemar 

menonton tayangan kekerasan

di televisi daripada menonton

sinetron yang jalan ceritanya

cenderung datar dan biasa saja,sehingga subjek lebih memilih

tayangan yang

Page 51: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 51/63

adegannya kekerasan seperti

 be r k  e l a h i ,  p e mb u nu h a nda  n adegan kekerasan lainnya.

Hal di atas juga didapat pada hasil

observasi dan wawancara

dimana su  bj ek  s an ga t s er   i

us ap abil a sedang menonton

acara favoritnya seperti kera sakti

dan naruto. Subjek yang baru

 berumur 9 tahun dan baru duduk 

di bangku sekolah dasar tersebut

setelah pulang sekolah dan ganti

 baju, langsung me n ga m  bi l r 

e m o t e t v u nt u k menonton

film kesukaannya. Subjek 

merasa terhibur sekali  jika s u d a

h m e n o n t o n a c a r  akesukaannya tersebut. Subjek 

m e n y u k  a i k  a r  e n a s e r u

d  a  n menegangkan sehingga

membuat subjek penasaran untuk 

terus menontonnya setiap hari

tanpa rasa bosan, dimana acara

televisi yang sering ditonton oleh

subjek  yaitu Naruto, Avatar,

Dragon Ball, Kera Sakti, Power 

Ranges, Crayon Shincan, Tom

& Jerry, b e r  i t a  p e m  b u n u

h a n s e  p e  r   t  i  : Sergap, dan

Patroli, sampai film b i o s k o p

T r a n s T v y a n g

menampilkan film-film kekerasan

seperti  Die Hard, Spiderman,

Superman, Batman, Cat  Women,

Who I am, Terminator,  Kungfu Hatsel , dan berbagai macam

film kungfu Jacki Chan lainnya.

Di sisi l a i n t a y a n g 

a n

kekerasan di televisi  biasanya

 berasal dari dunia riil atau nyata

dan dari dunia fiksi. Dunia riil

misalnya adalah tayangan

tentang p e m  b u n u h a n ,  p e

r  k  e l a h i a n , a t aup un kon f  l

i k  s os  i al ya ng kesemuanya

 bisa mengundang reaksi

emosional yang dalam di dalam

diri pemirsa. Kekerasan semacam

ini bisa menimbulkan efek-efek 

yang saling  bertolak  b e l a k a n

g , y a k n i b i s a

mengakibatkan  perasaan sedih,

menjijikan, ataupun  perasaan

tertarik simpati, bahkan

terhibur. K  a r  e n a h a l t er  e  b

u t m  e  n  u  r   u  t Haryatmoko

(2007), kekerasan riil j u g a  b i

s a d  i s e b u t s e b a g a i

kekerasan dokumen. Kekerasan

ini mengambil bentuk  gambar 

yang dialami oleh pemirsa

sebagai fakta kekerasan,

sehingga subjek g e m a r m e n

o n t o n t a y a n g a n kekerasan

yang berasal dari dunia nyata

dan di buat dalam sebuah film

atau di siarkan dalam sebuah

Page 52: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 52/63

 berita  pembunuhan, perkelahian

atau konflik sosial masyarakat.

Sedangkan dari dunia fiksi

ini  justru menawarkan ide-ide

 baru yang sebelumnya tidak 

terpikirkan di dalam r  ealitas

dan dengan m u d a h d i t e m

u k  a n d i d a  l a m tayangan-

tayangan televisi seperti f   i  l m

a c t  i o n a t a u k  a r  t u n . H a l

semacam ini bisa menimbulkan

trauma dan perilaku agresif  bagi

orang-orang yang menontonnya,

sehingga anak menjadi suka dan

gemar  menontonnya. Hal

tersebut didukung oleh pendapat

dari Haryatmoko (2007).Kekerasan semacam ini bisa

dengan mudah ditemukan di

dalam tayangan- tayangan

televisi. Film action, misalnya

Rambo IV, sungguh- sungguh

mirip dengan konflik  riil. Subjek 

gemar dan hanya mau menonton

tayangan kekerasan ini

dikarenakan unsur fiksi yang

dipadu dengan rekayasa teknologi

membuat suasana film tersebut

semakin menarik dan membuat

a n a k b e t a h u n t u k t e r u

s menontonnya  bahkan hampir 

setiap hari.

2. Gamb aran Perilak u Agresi

P a d a A n a k Y a n g G e m ar Menonton Tayangan

Kekerasan di Televisi

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan penulis menyimpulkan

 bahwa gambaran perilaku agresi

 pada anak yang gemar  menonton

tayangan kekerasan di televisi

yaitu :

Ada perilaku agresi secara

fis ik dan ad a  per ilaku agr  

es i secara verbal. Yang

merupakan perilaku agresi secara

fisik  yaitu subjek sering

 berkelahi, mencubit, m e n e n d a

n g , m e m u k u l , me ngg a nggu t em an n ya ya n g s e d a n

g b e r m a i n d a n t i d a k 

mengerjakan PR dari

sekolahnya. Sedangkan perilaku

agresi secara v e r   b a l y a i t u

s u  b  j e k  s e r  i n g m e n g h i n a

t e m a n d e n g a n menyebutkan

nama  binatang, menolak 

 berbicara dengan orang yang

telah membuatnya kesal, m a r 

a h - m a r a h d e n g a n

menyebutkan kata-kata kasar,

dan mendesak orang tua karena

hal sepele. Hal tersebut di dapat

 pada hasil wawancara kepadasubjek, kakak subjek dan ibu

subjek.

Page 53: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 53/63

Gambaran perilaku agresi

tersebut di dukung oleh teoriyang menyebutkan melukai

orang lain atau  ber   per ilaku

agr esif   bisa dalam bentuk 

fisik atau verbal, pasif atau

aktif, langsung atau t i d ak  l 

an gs ung ( B us s da l am M o 

r  g a n d k k. 1 9 8 6) . S u  b  j e 

k m e l a k  u k  a n  p e r  i l a k u

a g r  e s i tersebut untuk melukai

orang lain yang di sebutkan

sebagai  perilaku agresi secara

fisik yakni  berkelahi, mencubit,

menendang, memukul, men

gganggu t em annya yan g s e 

d a n g  b e r m a i n d a n t i d ak mengerjakan PR. Subjek 

 juga melakukan tindakan

 perilaku a g r  e s i s e c a r a v e

r   b a l y a k  n i m e n g h i n a t e

m a n d e n g a n menyebutkan

nama  binatang, menolak 

 berbicara dengan orang yang

telah membuatnya kesal, m a r 

a h - m a r a h d e n g a n

menyebutkan kata-kata kasar,

dan mendesak orang tua karena

hal sepele. Dan hal tersebut

 juga didukung oleh teori Moore

dan Fine (dalam Koeswara,

1998) yang memandang agresi

sebagai tingkah laku kekerasan

secara f  i s i k  a t a u  p u n s e c a

r a v e r   b a l

t e r  h a d a p i n d i v i d u l a i n

a t a u terhadap obyek-obyek.

Hal di atas didapat juga dari

hasil observasi dan wawancara

 pada subjek dimana saat

observasi subjek terlihat sedang

memukul temannya pada saat asik 

 bermain gambaran subjek terlihat

mulai mengganggu temannya

dengan iseng mencubit lengan

temannya sebanyak dua kali,

sehingga temannya pun

membalas tetapi d en gan ej ek 

an . Ti d ak  t er  i m a diejek, s

ubjek pun membalas ejekan

temannya, yang akhirnya mereka

 berkelahi. Ibu subjek   pun datang

untuk melerainya, dan menyuruh

subjek meminta maaf, tapi subjek 

malah berteriak  dan marah-

marah. Kemudian tidak  lama

mereka asik bermain gundu, d a n

s u b j e k b e r b u a t i s e n g m

e l e m  p a r  g u n d u t e m e n n

y  a  , akhirnya mereka berkelahi

lagi dengan saling  pukul-pukulan.

Suasana menjadi sepi kembali

setelah ibu subjek datang untuk 

m enghe nti k an an akn ya ya

ng sedang berkelahi, kemudian

tidak  lama teman yang tadi

 berkelahi dengan subjek mengajak 

ngobrol

Page 54: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 54/63

s u  b  j e k , t e t a  p i s u  b  j e k 

t  i  d  a  k menjawabnya akibatkesal dari  perkelahian tadi.

Subjek   juga s e r i n g u n t u k 

t i d a k m a u mengerjakan PR 

yang diberikan dari sekolahnya.

Selain itu hasil observasi

dan wawancara pada subjek 

 juga m e n unj u kk  a n  b a hw a

s u  b  j  e k  berkata kasar saat ada

temannya mengejek subjek dan

subjek  membalas dengan ejekan.

Subjek   berkata kasar seperti

menyebutkan nama orang tua

temannya dan  berkata monyet,

dan anjing. Tidak  lama teman

yang mengejek  subjek  mengajak ngobrol, tetapi subjek  tidak 

menjawabnya akibat kesal karena

sudah mengejeknya. Selain

kepada temannya, subjek   juga

menolak berbicara kepada

kakak d a n i b u n y a k a r e n a

t e l a h

m e m a r a h i n y a s a a t s u b

 j e k b er  ke l ah i de ng an t em

annya. S u  b  j e k  s er  i n g m a

r  ah - m a r  a h d e n g a n b e r t

e r i a k d a n menyebutkan kata-

kata kasar  saat ibunya atau

kakaknya menyuruh u n t u k  m

e m b e l i s e s u a t u k  e w a r u n g . S u  b  j e k   j u ga s e r  i n

g mendesak ibunya untuk 

menuruti

semua keinginan subjek, seperti

t e r  l i ha t  pa da s aa t o  b s e r va s i , s u  b  j e k m e r  e n g e k 

m e m  i  n  t  a dibelikan es krim

saat temannya m embe li es k  ri

m. S el ai n it u, s ub  j e k   pu n

m  e  m  i  nt a m  ai  n  a  n seperti

 pedang-pedangan atau hal- hal

yang diinginkan saat subjek m

elih at acar a di t e l evis i da n

meminta untuk segera dibelikan

saat itu juga.

3.Faktor-Faktor

Yang

Menyebabkan Perilaku Agresi

Pada Anak 

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan penulis

menyimpulkan b a h w a f a k t o

r - f a k t o r y a n g menyebabkan

 perilaku agresi  pada anak adalah :

Meniru orang tua, akibat

acara-acara televisi, memendam

 p e r  a s a a n m a r  a h , o r  a n g

t  u  a membiarkan subjek berbuat

salah dan dengan kejam

menghadapi kekejaman.

Berdasarkan hasil w a w a n c a r 

a s u  b  j e k m e n i r  u perilaku

orang tuanya yang suka marah-

marah, selain itu akibat a c a r 

a - a c a r a di t e l e vi s i y a n

g menampilkan adegan kekerasan

 pun menjadi faktor utama subjek 

Page 55: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 55/63

 berperilaku agresi. Subjek  sering

dan suka meniru adegan berkelahi sang jagoan yang

dilihatnya di televisi, dan

mempr aktekkan adegan tersebut

kepada temannya saat mereka

 berkelahi dan  juga terlebih

karena subjek di cap sebagai

anak yang nakal oleh orang

tuanya dan teman-temannya m

ak a s u  bj e k  me r  a s a ban

gga dengan julukan anak nakal

dan subjek pun merasa bebas

 berbuat apa pun kepada temannya

dengan m e n  j ai l i , m en ge  j e

k,  ba k  ha n berkelahi.

Hal tersebut di dukung oleh para ahli yang menyakini  bahwa

 p e m  be n t uk  a n  p e r  i l a k u

a  n  ak  didasarkan pada stimulus

yang diterima melalui pancaindera

yang kemudian diberi arti dan

makna b e r  d a s a r  k  a n  p e n

g e t a h u a n  , pengalaman, dan

keyakinan yang d i m i l i k  i . J i

k a a n a k   b e  l u m memiliki

sebuah  pemahaman t e n t a n g

 b e n a r a t a u s a l a h ,

kemudian mereka melihat acara

t e l e v i s i y a n g  p e n u h d e

n  g  a  n adegan umpatan,

kekerasan, hal itu akan merekaanggap sebuah

k  e  b e n a r  a n  b a r  u . B a h a 

y a n y a a d a l a h ,  j i k a k  e  b e n a r  a n  b a r  u t e r  s e  b u t ,

y a n g s e  b e n a r  n y a

 bukanlah suatu kebenaran yang

sesungguhnya,

disampaikan secara  berulang-

ulang, akan

menjadi semacam indoktrinasi

dogma (Mahayoni & Lim, 2007).

Seperti hasil wawancara  bahwa

subjek meniru adegan  berkelahi

d al a m s eb u a h f  i l m a c t  i 

o n d i t e l e v i s i d a n i n g i n

l a n g s u n g mempraktekkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu subjek 

menyelesaikan masalahnya saat

a k  a n d i h u k  u m o l e h g u r 

u n y a dengan melarikan diri

atau kabur  bahkan mengigit

tangan gurunya seperti yang

dilihatnya dalam t a y a n g a n

k e k e r a s a n d i t v , sehingga

faktor kepribadian anak  juga

mempengaruhi minat anak  pada

televisi, dimana hal tersebut d i

d u k u n g o l e h t e o r i y a n 

g menyebutkan  bahwa televisi

lebih m e n a r i k a n a k y

a n g penyesuaiannya  buruk 

secara pr ibadi dan s osial

ketimbang mereka yang baik 

 penyesuaiannya (Hurlock, 1995).

Selain itu di dukung  juga

Page 56: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 56/63

o l e h t e o r i b e l a j a r y a n

g menyatakan bahwa kekerasanmedia memberikan isyarat yang

memicu timbulnya kebiasaan

respons agresif   penontonnya

(Sears, 1985). Akibat acara-acara

televisi yang menampilkan

adegan keker asan m er upakan

f   aktor  utama subjek yang

diantaranya dapat mempengaruhi

 perilaku subjek sehingga subjek 

 berkata k  a s a r , s e r  i n g m a

r   a  h  -  m  a  r   a  h  ,  berteriak dan

 berkelahi seperti yang subjek 

tonton dalam sebuah film, dan

menirunya di kehidupan sehari-

hari. Subjek mengikuti dan m em p r  a k  t e k a n n y a k  e  p a d a

t e m a n n y a d e n g a n t i d a

k mengetahui bahwa hal tersebut

kurang baik. Subjek juga sering

meniru kata-kata kasar yang ada

d i d a l a m t a y a n g a n y a n

g ditontonnya, sehingga

membuat s  ubj ek meng ikuti

nya sa mb  i l marah-marah dan

 berteriak. Hal tersebut juga di

dukung oleh teori yang

mengatakan bahwa anak  suka

meniru dan mereka merasa

 bahwa apa saja yang disajikan

dalam acara televisi tentunya

dapat merupakan cara yang

dapat diterima baginya dalamkehidupan sehari-hari, karena para

 pahlawan yang patuh kepada

hukum kurang menonjol

ketimbang mereka yang

memenangkan  perhatian dengan

kekerasan dan tindakan sosial

lainnya, sehingga anak-anak 

cenderung menggunakan cara

y a n g t e r a k h i r u n t u k 

m e n g i d e n t i f  i k a s i d i r i

d a n menirunya (Hurlock, 1995).

Pada hasil wawancara subjek 

meniru adegan kabur dan

mengigit tangan saat sang jagoan

 belum siap untuk   bertandingdengan musuhnya dan itu subjek 

lakukan saat mau di hukum oleh

salah seorang guru di sekolahnya

karena subjek  menjaili dan sering

tidak mengerjakan PR.

Hal lain yang menyebabkan

anak berperilaku agresi  juga

d i k a r e n a k a n o r a n g t u a

membiarkan anak   berperilaku

salah, dalam hal ini orang tua

subjek pernah menegur  kesalahan

subjek, tetapi karena subjek  tidak 

 p e r  n a h m e n d e n g a r  n y a

d  a  n menuruti perintah ibunya

untuk  tidak melakukan perbuatanagresi tersebut, hal tersebut di

dukung

Page 57: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 57/63

ol e h t e or i y a n g m e ng at

a  k   a  n  bahwa anak segera tahu bahwa orang tuanya merasa

tidak  apa- apa dan memberi

kesempatan  bagi dia mengulangi

 perbuatannya,  bahkan lebih

menjadi-jadi,  bagi a n a k ,  b i l

a o r  a n g t u a t i d a k m e n g

h u k u m , i t u b e r a r t i

mengizinkan dia bertindak  lagi

(Setiawan, 2000).

Faktor lainnya yaitu subjek 

 jarang berinteraksi dengan teman

sebaya dan lingkungannya karena

hanya menghabiskan waktunya

d e n g a n m e n o n t o n t v s a

 j a d  i rumah. Subjek tidak  pernah mau di ajak jalan-jalan ke

dufan, ancol atau ragunan, tetapi

subjek  malah hanya memilih

menonton tv saja di rumah, s

ehingga membuat subjek 

menjadi lebih sensitif  untuk 

melakukan tindakan agresi k  e  p

a d a o r  a n g y a n g a d a d i

sekitarnya. Hal tersebut di

dukung oleh teori yang

menyebutkan menonton televisi

mengurangi waktu yang tersedia

 bagi kegitan b e r  m a i n l a i n n

y a , t e  r  u  t a m a  bermain di

luar dengan anak  lain, d a n  j ug a s e r  i n g m e m  b a t a s i

interaksi sosial (Hurlock, 1995).

BAB V

PENUTUPA. Kesimpulan

1. Sebab-Sebab Anak  Gemar 

Menonton

Tayangan Kekerasan di

Televisi

Berdasarkan

hasil analisa dapat

diketahui

 b ahw a s eba  b-  s ebab

anak  gemar menonton

tayangan kekerasan di

televisi adalah m e r u p a k a

n h o b i y a n g digemari

subjek, selain itu t a y a n g

a n k e k  e r a s a n d i t e l

ev i s i m e m  b u at s u  b  j e

k  merasa terhibur,

kegiatan

rutin yang dilakukan setelah

 pulang sekolah, jarang di

lar ang oleh orang tuanya

untuk menonton tayangankekerasan dan karena ada

efek seru dan menegangkan

s e h i n g g a s u  b  j e k b e

t a h menontonnya setiap hari.

2. Gambaran Perilaku Agresi

Pada Anak Yang Gemar 

MenontonTayangan Kekerasan di

Televisi

Page 58: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 58/63

Berdasarkan hasil

a n a l i s a d a  p a t d i k  e t

a  h  u  i  bahwa gambaran

 perilaku a g r  e s i  p a d a a

n a k  g e m a r m e n o n t o n

t a y a n g a n kekerasan di

televisi yaitu terdiri dari

 perilaku agresi secar a f isik 

d an  pe r  ilaku a g r e s i s e

c a r a v e r b a l . Merupakan

 perilaku agresi s e ca r a f  i

s i k  ya i t u s ubj e k sering

 berkelahi s eperti :

mencubit,

menendang, memukul,

mengganggu t e m a n n y a

y a n g s e d a n g bermaindan tidak 

mengerjakan PR  dari

s e k  o l a h n y a . S e d a n

g  k   a  n  perilaku agresi secara

verbal yaitu subjek sering

menghina teman dengan

menyebutkan nama binatang,

menolak   berbicara dengan

orang yang telah

membuatnya kesal, m a r a

h - m a r a h d e n g a n

menyebutkan kata-kata

kasar, d a n m e n d e s a k  o

r   a  n g t  u  a karena hal

sepele.

3. Faktor-Faktor 

Yang

MenyebabkanPerilaku A g r  e

s i

P a d a A n a k  Y a n 

g Gemar 

Page 59: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 59/63

Menonton Tayangan

Kekerasan di Televisi

Berdasarkan hasil

a n a l i s a d a  p a t d i k  e t a h u i bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan  perilaku agresi pada

anak gemar  menonton t a y a n g a n

k e k e r a s a n d i televisi adalah

meniru orang t u a , a k  i  b a t a c 

a r  a - a c a r  a televisi, memendam

 perasaan marah, orang tua

membiarkan subjek berbuat salah,

dengan k e j a m m e n g h a d a p i

kekejaman dan anak di cap

sebagai anak nakal. Faktor utama

yang menyebabkan a n a k   b e r   p

e r  i l a k u a g r  e s i adalah akibat

acara-acara di televisi yang

menampilkan adegan kekerasan

dan subjek di cap s ebagai anak 

yang nakal.

B. Saran

Saran yang diberikan oleh

 penulis yaitu :

1. Kepada subjek 

Subjek  diharapkanmengurangi jadwal untuk 

Page 60: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 60/63

menonton tayangan

kekerasan di televisi dengan

m e n g i k u t i b e r b a g a i

ekstrakurikuler  yang ada di

sekolahnya dan mengikuti

kegiatan lainnya dengan les

 bahasa atau pelajaran yang

ada di sekolahnya.

2. Kepada orang tua

Peran orang tua di rumahadalah anak tidak  dibiarkan

menonton tayangan televisi

s e n d i r i d a n o r a n g t

u a m e n d a m p i n g i d

a n memberitahu  pada anak 

saat m e n o n t o n t a y a n

g a n kekerasan di televisi

mana yang boleh ditiru dan

mana yang tidak boleh

ditiru dan jangan memberi

cap kepada a n a k  s e  b a g 

a i a n a k  y a n g nakal.

3. Kepada pihak  penyelenggara

stasiun acara televisi

Diharapkan kepada  pihak  penyelenggara stasiun acara

televisi untuk  membatasi

 program acara televisi yang

 beradegan kekerasan dan

menggantinya

dengan program yang lebih

mendidik 

dan bermanfaat bagi anak-

anak khususnya.

4. Kepada  penelitian

selanjutnya

Diharapkan pada  penelitian

selanjutnya, peneliti  bisa

mengambil kriteria subjek 

dengan latar belakang yang

lebih beragam lagi seperti

anak tunggal, anak   bungsu

anak yang kehilangan orang

tuanya akibat perceraian, atau

dengan menggunakan metode

 penelitian lainnya seperti

 penelitian kuantitatif. Dengan

menggunakan karakteristik 

s u b j e k y a n g b e r b e d a

diharapkan hasil yang

diperoleh akan lebih

mendalam serta dapat

digeneralisasikan dalam

lingkup yang lebih luas lagi.

DAFTAR  PUSTAKA

Baron, M. (1977). The different  of 

aggression in human and 

animals. Journal of social

 psychology. Volume 50. No, 6,

Desember. Chicago. American

Psychological Association.

Page 61: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 61/63

B a r  o n , R . & B y r  n e , D . ( 2 0

0 4 ) .

 P   s i k  o l  o  g i S  o  s i a l . J a k  a

r  t a : Erlangga.

Basuki, H, Dr. A. M. (2006).

 Penelitian k  u a l  i t  a t  i f  u n t  u

k  i  l   m u -  i  l m u kemanusiaan

dan budaya . Jakarta

: Gunadarma

Berkowitz, M. (1993).  Anatomy of 

human desrtuctivenes . New

York 

: McGraw Hill Company.

Berkowitz, L. (1995).  Agresi : Sebab

dan akibatnya. Jakarta : Pustaka

Binaman Pressindo.

Chen, M, Ph.D. (1996).  Anak-anak  &

televisi : Buku panduan

orangtua m e n d a m p i n g i a n

a k - a n a k m e n o n t  o n t v . J

a k  a  r   t a : P  T Gramedia

Pustaka Utama.

Damayanti, A. (2000).  Hubungan

 sikap dan ketertiban ibu pada

 pekerjaan rumah anak dengan

 sikap dan kebiasaan belajar anak .

Skripsi (tidak untuk diterbitkan).

Fak. Psi. UI.

Deaux, K, Dane, F.C. & Wrightsman,

L.S. (1993). Social psychology

in the 90’s. Pasific Grove,

California : Brooks/Cole

Publishing.

Gu m gu m , G. ( 2 00 5) . M en y i

ka   p  i tayangan televisi di

Indonesia. ( H t t p : / / w w w .

k o m p a s . c o m

/kompascetak/

0510/01 /Bentara/200 13

69.htm) Diakses 04 Januari

2010.

Gunarsa, D. S. (1990).  Dasar dan

teori  perkembangan anak  .

Jakarta Indonesia: BPK Gunung

Mulia

Gunarsa, D. S. (1999).  Psikologi

 perkembangan. Jakarta : BPK 

Gunung Mulia

Haryatmoko. (2007).

Definisikekerasan. 

(H ttp ://w w w .m e ng ai s ilm u .b lo g s 

 p o t.c o m). Diakses 04 Januari

2010.

Hurlock, E. B. (1980).  Psikologi

 p e r k e m b a n g a n : S u a t 

u  pendekatan sepanjang  rentang 

kehidupan edisi kelima. Jakarta :

Erlangga.

Hurlock, E. B. (1993).  Psikologi

 perkembangan : Edisi kelima .

Jakarta : Erlangga.

H u r  l o c k , E . B . ( 1 9 9 5 ) .  J  i l 

i d 1 :  Perkembangan an ak .

Jakarta : Erlangga.

Koeswara, E. (1988).  Agresi manusia.

Bandung : PT. Eresco.

Mahayoni & Lim, H. (2007).  Anak  vs

m e d  i a : K u a  s a i l  a h m e

d   i  a  sebelum anak anda

dikuasainya . J a k a r t a : P T .

E l e x M e d i a Komputindo.

Moleong, L. J. (2000).  Metodologi

 penelitian. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Moleong, L. J. (2001).  Metodologi penelitian kualitatif  (Cetakan

k  e e m p a t  b e l a s ) . B a n d u

n g : Remaja Rosdakarya.

Morgan, C. T., King, R. A., Weisz, J. R.

& S c h o p l e r , J . ( 1 9 8 6 ) .

 Introduction to psychology :

 International edition. Singapore :

McGraw Hill.

Page 62: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 62/63

Moyer, K. E. (1976). The psychology

of  aggression. New York :

Hampar 

& Raw.

Poerwandari, K. (1998).  Pendekatam

kualitatif untuk penelitan  perilaku

manusia. Jakarta : Lembaga

P e n g e m b a n g a n S a r a n a

P en g uk  ur an da n  p e ndi d i

ka n P s i k  ol og i ( L P S P 3)

F aku l  t  as Psikologi Universitas

Indonesia.

Poerwandari, K. (2001).  Pendekatam

kualitatif untuk penelitan  perilaku

manusia. Jakarta : Lembaga

P e n g e m b a n g a n S a r a n a

P en g uk  ur an da n  p e ndi d i

ka n Psikologi Fakultas Psikologi.

Riyanti, B. P. D & Prabowo, H.

(1988).

Seri diktat kuliah :  Psikologi

umum 2. Jakarta : Gunadarma.

Sears, D. O., Freedman. J. I., Peplau,L.

A. (1985 ). Psikologi sosial 2

edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Sears, D. O., Freedman. J. I., Peplau,

L.

A. ( 1 9 9 1) .  P   s i ko l  o  g i  so 

 si a l  . Jakarta : Erlangga.

Setiawan, M. G. (2000).  Menerobos

dunia anak . Bandung : Kalam

Hidup.

Sholihin. (2009). Awas acara televisi. 

(H ttp ://s ho lih in .s ta ff  .u n s .a c. id /2 

0

09/04/27/awas-acara-tv/)

Diakses

30 Maret 2010.

Sugiono. (2005).  Metode  penelitian

kuantitatif, kualitatif, dan  R&D.

Bandung : IKAPI.Triwardani, R. (2006). Kajian kritis

 praktik anak menonton film

kartun di televisi. (Http : //

r a d m a r s s y . w o r d p e r s .

c o m  ) Diakses 04 Januari

2010.

Page 63: Jurnal televisi

7/27/2019 Jurnal televisi

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 63/63

Wahidin. (2008). Makalah

 psikologi t e n t a n g  p e n g a r 

u h t  e  l  e  v  i  s  i terhadap

akhlak anak. (Http : //

ma k a la hku m a k a la h m u .w o r d p r e s

s

.c o m ) Diakses 30 Februari 2010.

Widodo, S. (2008). Pengaruh

tayangan televisi terhadap

 perilaku agresi  pada anak. (Http

: // L e ar n ing- o f . S lam e tw id odo .

Co m / 2008/ 02 /

01 / Smack-down/) Diakses 10

Juni 2008.

Yusanto, Y. (2007). Pengertian

televisi. (Http : // d o s e n y o k i.

B lon g s p o t. C o m / 2 0 0 7 / 0

9 / Y o k i  – Yusanto-s-sos.

Html) Diakses 10Juni 2008.

www. Dharma wanita persatuan. Or.

Id.

Diakses 15 Agustus 2008.