BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN TELAAH JURNAL 7 Januari 2014 Respon pulpa gigi terhadap kolagen dan semen pulpotek sebagai bahan pulpotomi pada gigi sulung: Sebuah penelitian histologis (Dental pulp response to collagen and pulpotec cement as pulpotomy agents in primary dentition: A Histological Study) Pranitha Kakarla, Jogendra Sai Sankar Avula, George Manojkumar Mellela, Sujatha Bandi, Sampath Anche Oleh: Nama : Dewi Sartika Arif Stambuk : J 111 10 290 Hari/Tanggal : Selasa/ 7 Januari 2014 Pembimbing : drg. Muh. Amin Kansi, MS,Ph.D
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TELAAH JURNAL
7 Januari 2014
Respon pulpa gigi terhadap kolagen dan semen pulpotek sebagai bahan
pulpotomi pada gigi sulung: Sebuah penelitian histologis
(Dental pulp response to collagen and pulpotec cement as pulpotomy agents in primary dentition: A Histological Study)
Pranitha Kakarla, Jogendra Sai Sankar Avula, George Manojkumar Mellela, Sujatha Bandi, Sampath Anche
Oleh:Nama : Dewi Sartika ArifStambuk : J 111 10 290Hari/Tanggal : Selasa/ 7 Januari 2014Pembimbing : drg. Muh. Amin Kansi, MS,Ph.DSumber :Journal of Conservative Dentistry/
Sep-Oct 2013/vol 6/Issue 5
DIBACAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Respon pulpa gigi terhadap kolagen dan semen pulpotek sebagai
bahan pulpotomi pada gigi sulung: Sebuah penelitian histologis
Pranitha Kakarla, Jogendra Sai Sankar Avula, George Manojkumar Mellela, Sujatha Bandi, Sampath Anche
ABSTRAK
Pendahuluan : Selama pencarian medikamen biokompatibel yang lebih baik
masih dilakukan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi respon pulpa
terhadap partikel kolagen yang mengandung antibiotik (BiofilTM - AB) dan semen
yang tersedia dipasaran (Pulpotek) yang dapat digunakan sebagai medikamen
pulpa.
Bahan dan Metode : Total sampel yaitu 40 gigi dari 20 anak dalam kelompok
usia 7-10 tahun yang non-karies dan gigi sulung bilateral yang dipertahankan dan
terdaftar untuk penelitian. Sembilan gigi masing-masing dirawat dengan partikel
kolagen (kelompok I) dan semen Pulpotek (kelompok II), dan sampel yang tersisa
dibuang karena berbagai alasan. Kedua kelompok dibagi secara acak masing-
masing tiga gigi yang dicabut setelah interval 7, 15, dan 30 hari dan diperiksa
secara histologis .
Hasil : sel-sel inflamasi moderat hingga parah dengan pembuluh darah yang baru
terbentuk dan kerusakan lapisan sel odontoblas telah diamati pada kelompok I
kemudian semua tiga interval dengan pembentukan jembatan dentin (dentinal
bridge) dalam dua spesimen. Sebaliknya, tidak ada spesimen dalam kelompok II
yang menunjukkan tanda-tanda peradangan, tetapi terdapat diskontinuitas pada
lapisan odontoblas sepanjang dinding dentin .
Kesimpulan : Kedua bahan tersebut terbukti dapat menjadi alternatif yang
menjanjikan sebagai medikamen pulpa. Namun, kolagen yang ditemukan menjadi
material yang lebih baik .
Kata kunci : Kolagen , pulpotomi ; Semen Pulpotek
PENDAHULUAN
Pencarian medikamen pulpa yang biokompatibel dan mampu
menyembuhkan pulpa gigi dengan memproduksi dentin reparatif atau jembatan
dentin sebagai respon terhadap berbagai rangsangan dan paparan bedah. Kolagen
terbukti berhasil di bidang kedokteran gigi sebagai pemicu regenerasi jaringan,
pelembab akar, hemostatik, dan agen penutup luka. Kolagen memiliki sifat
seperti respon imun dan toksisitas rendah, kemampuan untuk memicu
pertumbuhan dan perlekatan sel, homeostasis, dan keuntungan tambahan dari
penggabungan antibiotik.[1] Pulpotek tersedia dipasaran sebagai resin semen yang
mengandung polioksimetilen, iodoform, deksametason asetat, formaldehid, fenol,
guaiacol, dan eksipien. Cara kerjanya adalah dengan merangsang penyembuhan
kembali pada daerah dasar kamar pulpa yang menghubungkan rongga – saluran
akar pulpa, sambil mempertahankan struktur pulpa yang dibawahnya.[2] Jadi
tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi respon pulpa terhadap partikel
kolagen yang mengandung antibiotik (Biofil - ABTM) dan semen yang tersedia
dipasaran (Pulpotek) yang dapat digunakan sebagai medikamen pulpa.
BAHAN DAN METODE
Studi klinis prospektif acak terkontrol selama 2 tahun dilakukan setelah
mendapat persetujuan lembaga komisi etik dan informed consent tertulis yang
diperoleh dari orang tua. Sampel 40 gigi dari 20 anak-anak pada kelompok usia 7-
10 tahun tanpa pemilihan jenis kelamin, memiliki gigi sulung bilateral yang non-
karies dan setidaknya memiliki dua pertiga akar, dan diindikasikan untuk
ekstraksi ortodontik yang terdaftar dalam penelitian berasal dari pasien rawat
jalan. Dari 20 anak lima di antaranya dikeluarkan karena tidak kooperatif . Pada
15 anak yang tersisa, prosedur pulpotomi dilakukan pada 15 gigi dengan partikel
kolagen, (Biofil– ABTM, Eucare Farmasi Pvt.Ltd,Chennai,India) di sisi kanan
(kelompok I) dan sisanya dengan semen pulpotek, (Produk Dentaires,
SA,Vevey,Swiss) di sisi kiri (kelompok II). Gigi dianastesi dan prosedur
pulpotomi standar dilakukan setelah diisolasi dengan Rubberdam. Untuk
kelompok I, partikel kolagen yang dicampur dengan larutan saline menjadi
konsistensi seperti pasta, diaplikasikan ke ruang pulpa dan
dimampatkan menggunakan cotton pellet lembab; untuk kelompok II,
bahan dicampur hingga konsistensi seperti dempul dan diaplikasikan ke dalam
ruang pulpa. Gigi kemudian direstorasi dengan semen zinc oxide eugenol dan
selanjutnya dengan semen glass ionomer (GC Type IXTM , GC Corporation,
Jepang). Para pasien yang datang kembali setelah interval waktu 7, 15, dan 30 hari
dan lima gigi pada setiap kelompok diekstraksi dan dilakukan prosedur
dekalsifikasi. Segera setelah ekstraksi, gigi difiksasi dalam formalin 10% selama
48 jam dan ditempatkan di larutan asam nitrat 10% sampai spesimen dengan
sepenuhnya terkalsifikasi. Setelah proses ini, spesimen tersebut ditanam dalam
lilin parafin dan dipotong dengan ketebalan 5 m menggunakan mikrotom
jaringan lunak yang selanjutnya diwarnai dengan hematoxylin dan larutan
eosin. [3,4] Dua sampel disetiap interval waktu (7, 15, dan 30 hari) dari kedua
kelompok dibuang karena kesalahan prosedural atau pengolahan. Bagian yang
tersisa diperiksa di bawah mikroskop dan photomicrographs digital yang
diperoleh berdasarkan perbesaran 40x dan 100x. Foto dievaluasi
menggunakan kriteria evaluasi histologis yang ditetapkan oleh
Barbosa dkk. [5] [Tabel 1]. Untuk menghindari bias, temuan tersebut
dievaluasi kembali oleh dua ahli patologi mulut yang tidak mengetahui desain
penelitian. Skor yang diperoleh disusun pada tabel [Tabel 2] dan diolah dengan
analisis statistik.
Tabel 1: Kriteria evaluasi histologi yang digunakan pada penelitian
Skor
1
2
3
4
12
3
4
123
Respon sel inflamasiSel inflamasi tidak ada atau tampak sedikit menyebar pada bagian bawah pulpa yang terbukaLeukosit Polymorphonuklear (akut) atau Limfosit mononuklear (Kronis) pada lesi inflamasiLesi inflamasi parah muncul sebagai abses atau infiltrasi padat pada sepertiga atau lebih pada pulpa radikularPulpa nekrosis
Organisasi jaringan lunakMorfologi jaringan normal atau hampir normal dibawah bagian yang terbukaKurangnya morfologi jaringan normal dibawah bagian yg terbuka, dengan jaringan pulpa bagian dalam yang terlihat normalKehilangan morfologi pulpa secara umum dan organisasi sel dibawah bagian yang terbukaNekrosis pada mahkota dan sepertiga pulpa radikular
Pembentukan jembatan dentinJaringan penghalang baru berbatasan secara langsung dengan bahan
restorasiJembatan dentin baru pada beberapa jarak dari bahan restorasiTidak ada bukti terbentuknya jaringan dentin pada bagian jaringan
manapun.Tabel 2 : Nilai mutlak respon sel inflamasi, organisasi jaringan, dan Pembentukan
jembatan dentin
Evaluasi Spesimen ICR STO DBFInterval (hari)
Sampel C P C P C P
7
15
30
IIIIIIIIIIIIIIIIII
221331111
111221111
332332333
332333333
333333133
333333133
Nilai tersebut berdasarkan Barbosa dkk.[5] kriteria pada tabel 1. ICR : Inflamatory cell
Kelompok I (kolagen): Setelah interval 7 hari, spesimen menunjukkan sel-
sel inflamasi kronis moderat difus dan banyak pembuluh darah dengan
ekstravasasi sel darah merah (RBCs) dan kehilangan lapisan odontoblas yang
diamati sepanjang permukaan dentin [Gambar 1a]. Pada hari ke 15, jaringan pulpa
dikelilingi oleh sejumlah besar ekstravasasi eritrosit dan sejumlah besar pembuluh
darah yang baru terbentuk di semua sampel [Gambar 1b] dan inflamasi berat
dalam jaringan pulpa diamati pada dua sampel. Pada interval 30 hari, Terdapat
kerusakan lapisan sel odontoblas sepanjang permukaan dentin tanpa sel-sel
inflamasi di semua sampel [Gambar 1c] dan pembentukan jembatan dentin
diamati pada dua spesimen [Gambar 1d].
Gambar 1: (a) Kelompok I(Kolagen) pada interval 7 hari memperlihatkan inflamasi moderat. (b) Kelompok I pada interval 15 hari memperlihatkan ekstravasasi eritrosit dan benyak terbentuk pembuluh darah baru. (c) Kelompok I pada interval 30 hari memperlihatkan tidak ada inflamasi dengan disorganisasi lapisan odontoblas. (d) Kelompok I pada interval 30 hari memperlihatkan pembentukan jembatan dentin.
Kelompok II (Pulpotek): Tidak ada spesimen yang menunjukkan tanda-
tanda peradangan, [Gambar 2a] tetapi terdapat diskontinuitas lapisan odontoblas
sepanjang dinding dentin setelah 7 hari [Gambar 2b]. Pada interval 14 hari,
jaringan pulpa menunjukkan inflamasi moderat dalam dua sampel dan
diskontinuitas lapisan sel odontoblas pada dinding dentin yang dicatat dalam
semua sampel. [Gambar 2c]. Pada interval 30 hari, jaringan pulpa tidak
menunjukkan perubahan inflamasi dan diskontinuitas dalam lapisan odontoblas
pada dinding dentin yang diamati pada semua sampel [Gambar 2d]. Data
dianalisis dengan statistik deskriptif sesuai dengan hal yang diamati dalam setiap
kelompok eksperimental. Uji statistik telah dilakukan untuk memilih parameter
dalam penelitian ini dengan menggunakan uji – t tidak berpasangan yang
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (P <0,05).
Gambar 2: (a) Kelompok II (Pulpotek) pada interval 7 hari
memperlihatkan tidak adanya sel inflamasi. (b)Kelompok II pada interval 7 hari
memperlihatkan disorganisasi lapisan odontoblas. (c)Kelompok II pada interval
15 hari memperlihatkan inflamasi moderat. (d) Kelompok II pada interval 30 hari
memperlihatkan disorganisasi lapisan odontoblas tanpa sel inflamasi
PEMBAHASAN
Terlepas dari beragam bahan dan teknik, bahan gold standard untuk
pulpotomi gigi sulung sampai hari ini adalah formokresol, karena sifatnya
bakteriostatik dan merupakan bahan fiksasi yang unggul dengan tingkat
keberhasilan 70-90%.[6] Badan Internasional Penelitian Kanker
mengklasifikasikan formaldehid sebagai salah satu komponen Formokresol
Buckley yang bersifat kasinogenik terhadap manusia. Perhatian telah ditingkatkan
mengenai absorbsi sistemik, peningkatan prevalensi hipoplastik dan
hipomineralisasi dan nekrosis/ pengelupasan jaringan ketika bahan tersebut
berkontak dengan gingiva. Baru – baru ini National Institute for Occupational
Safety dan Organization for Economic Cooperation and Development telah
menyatakan bahwa “Formaldehid tidak mungkin berpotensi karsinogenik pada
manusia jika digunakan pada kondisi paparan yang rendah.” Oleh karena itu
pulpotek dipilih dalam penelitian ini dengan kandungan konsentrasi formaldehid
yang sangat sedikit.
Kolagen mempunyai efek hemostatik dan kemampuan untuk agregasi
trombosit, yang akan memudahkan penyembuhan luka dengan meningkatkan
pembekuan darah dan pembentukan benang fibrin. Kolagen menyebabkan
kemotaksis fibroblas dan meningkatkan migrasi dan perlekatan melalui struktur
sarafnya. Sifat ini dapat meningkatkan migrasi sel ke dalam ruang antara
membran kolagen dan luka pada pulpa. Serat kolagen ini mampu menstimulasi
pembentukan mineral dan kristal hidroksiapatit.[9] Mempertimbangkan sifat positif
yang disebutkan di atas, partikel kolagen (BIOFILTM - AB), mengandung
antibiotik seperti metronidazol dan mupirosin telah dipilih untuk penelitian.
Temuan dalam spesimen yang dirawat dengan partikel kolagen
merupakan indikasi sempurna dari vaskularisasi yang kuat, sehingga
mengakibatkan peningkatan jumlah fibroblas dan kecenderungan pembentukan
jaringan granulasi. Temuan ini menunjukkan karakteristik regeneratif kolagen dan
hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsan dkk,[9] dimana
kolagen, membran bioresorbable (Bio – Gide ®) digunakan sebagai bahan pulp
capping pada anjing. Setelah 6 minggu , jaringan pulpa tetap vital dengan
pasokan darah yang lebih baik dalam pulpa dan peningkatan jumlah pembuluh
darah; Namun, tak satu pun dari sampel yang diuji menunjukkan pembentukan
jembatan reparatif. Dengan demikian, penulis menyatakan bahwa membran
bioresorbable kolagen menunjukkan pengawetan morfologi semua struktur
histologis.
Dalam penelitian ini, inflamasi moderat hingga parah terlihat pada struktur
pulpa sampel yang dirawat dengan kolagen yang berkurang kemudian.
Postlewaithe dan Kang[2] menunjukkan bahwa aplikasi topikal kolagen dapat
menstimulasi penyembuhan luka dengan mengaktifkan sel-sel inflamasi dan
peningkatan vaskularisasi dari jaringan penyembuhan . Pembentukan jembatan
dentin dengan aplikasi kolagen dapat dianggap sebagai tanda penyembuhan
pulpa . Temuan yang sama diperoleh ketika Bimstein dan Shoshan [10]
menggunakan kolagen sebagai bahan direct pulp capping. Dalam periode 1 bulan
, pulpa gigi yang diuji tetap vital, ditemukan jembatan dentin tipis baru terbentuk.
Fuks dkk ,[11] menemukan pembentukan jembatan dentin di 73 % gigi monyet
yang diuji dan dilakukan pulpotomi vital, dan kemudian dirawat dengan larutan
kolagen.
Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Rutherford dkk.,[12] pengujian
reaksi pulpa terhadap protein osteogenik manusia dimana matriks kolagen
digunakan sebagai carrier . Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein
osteogenik manusia memiliki karakteristik yang baik sebagai bahan direct pulp
capping, tetapi matriks kolagen itu sendiri tidak menyebabkan mineralisasi atau
pembentukan jembatan dentin. Hal ini telah menunjukkan bahwa beberapa jenis
dari stimulasi unsur kimia diperlukan untuk pengembangan reaksi pelindung
pulpa gigi yang mengalami trauma, dimana tidak cukup hanya kontak dengan
bahan biokompatibel nonstimulatif . Bimstein dan Shoshan [10] dan Fuks dkk, [11]
menggunakan larutan kolagen yang diperkaya dengan beberapa vitamin, asam
amino dan faktor nutrisi lainnya, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Rutherford dkk,[12] digunakan hanya kolagen murni. Dengan demikian, bahan
sekunder menyebabkan reaksi pulpa positif yang lebih signifikan daripada
kolagen sendiri . Oleh karena itu, partikel kolagen tipe I (berasal dari ikan),
dengan kandungan metronidazol efektif melawan infeksi anaerob, terutama
bakteri gram positif[13] dan mupirosin terbukti cukup efektif terhadap
Staphylococcus aureus[14] dapat dianggap sebagai bahan yang menjanjikan untuk
digunakan dalam prosedur pulpotomi , terutama pada gigi sulung.
Pada kelompok II, jaringan pulpa dirawat dengan semen pulpotek.
Menunjukkan kerusakan lapisan sel odontoblas sepanjang dinding dentin dan
inflamasi moderat terbatas pada mahkota dan sepertiga pulpa radikuler. Infiltrasi
sel inflamasi kronis terutama terdiri dari limfosit dan sel plasma. Inflamasi
berkurang dalam kelompok pulpotek yang mungkin disebabkan karena adanya
kortikosteroid, deksametason, yang memiliki potensi tindakan anti - inflamasi.
Temuan penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Khattab dkk,[15] yang mengevaluasi respon histologis pulpa gigi terhadap semen pulpotek pada
gigi sulung pasca tindakan operatif pada interval 1, 7, dan 14 hari. Inflamasi
moderat terbatas pada mahkota dan sepertiga pulpa radikuler dengan kongesti
pembuluh darah pada pulpa yang terlihat setelah interval 1 hari. Setelah 7 hari,
terdapat daerah pulpa nekrosis dan 14 hari kemudian terjadi peningkatan daerah
pulpa nekrosis dengan kerusakan lapisan sel odontoblas dan terjadi infiltrasi sel
inflamasi kronis.
Evaluasi histologis setelah penggunaan semen pulpotek untuk prosedur
pulpotomi oleh Satygo [16] mengungkapkan tiga zona semen pulpa yang mirip
dengan formokresol. Meskipun penemuan histologis yang serupa, penggunaan
semen pulpotek lebih disarankan bila dibandingkan dengan formokresol karena
konsentrasi minimal formaldehid. Seperti penelitian terbaru tentang metabolisme
formaldehid, farmakokinetik, dan sifat karsinogeniknya menunjukkan bahwa
formaldehid tidak karsinogen terhadap manusia dalam kondisi paparan rendah .[8]
Tindakan sinergis dari bahan-bahan lain pada semen pulpotek seperti
deksametason, golongan sintetis dari kelas glukokortikoid yang merupakan obat
steroid anti – inflamasi dan bersifat imunosupresan.[17] Fenol memiliki anti -
inflamasi, antivirus, antibakteri, anti atherogenik dan anti kanker. [18] Iodoform;
kuning pucat, kristal, zat mudah menguap yang digunakan sebagai desinfektan
membuat pasien lebih koperatif.[19]
Regenerasi jaringan pulpa terhadap kolagen diamati dan devitalisasi
jaringan pulpa dengan pulpotek pada penelitian saat ini . Berdasarkan hasil
penelitian histologis ini, baik kolagen dan semen Pulpotek menunjukkan hasil
yang menjanjikan sebagai bahan yang baik digunakan sebagai bahan pulpotomi
terutama pada gigi sulung.
Untuk mengatasi kekurangan dari penelitian ini, klinis jangka panjang,
radiologi, dan penelitian histologis harus dilakukan dalam ukuran sampel yang
besar dengan kondisi jaringan pulpa baik yang terinfeksi maupun sehat agar dapat
ditarik kesimpulan yang tepat. Meskipun penggunaan kolagen dalam bentuk yang
berbeda telah terbukti di bidang kedokteran dan kedokteran gigi , penggunaannya
sebagai medikamen pulpa sangat terbatas. Hasil dari penelitian ini dapat bervariasi
berdasarkan respon pulpa yang terlihat setelah mengaplikasikan medikamen pada
pulpa sehat daripada jaringan pulpa yang dikompromikan .
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dianggap bahwa kolagen dan semen
pulpotek digunakan untuk menutupi sisa pulpa radikuler setelah pulpotomi yang
terbukti dapat menjadi alternatif yang menjanjikan sebagai medikamen pulpa.
Kedua bahan yang ditemukan tersebut tidak toksik ataupun secara biologis tidak
kompatibel . Kolagen, dikenal sebagai biomaterial karena sifat penyembuhan
luka yang sangat baik, meningkatkan vaskularisasi, penyembuhan pulpa, dan
biokompatibilitas, ditemukan menjadi alternatif lebih baik untuk semen pulpotek .
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami berterima kasih kepada Dr L Krishna Prasad, Dr TR Saraswathidan
Dr Kiran Kumar K atas bimbingan selama penelitian. Ucapan terima kasih khusus
kami kepada Dr N Siva kumar untuk bantuannya selama penyusunan naskah ini.