Top Banner
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tinjauan pustaka dengan judul “DIARE AKUT PADA BAYI DAN ANAK”.Tugas makalah ini merupakan salah satu tugas kepanitraan klinik PEDIATRI Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak terutama kepada Dr. Pembimbing kami (Dr. Triastutik. S. SpA yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini dan Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan penulisan ini di masa yang akan datang. Semoga tugas makalah PEDIATRI ini dapat lebih menambah pengetahuan kita dan bermanfaat demi perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis ii
43

jurnal Diare akut

Oct 23, 2015

Download

Documents

bennybadak

cafaf
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: jurnal Diare akut

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas tinjauan pustaka dengan judul “DIARE AKUT PADA

BAYI DAN ANAK”.Tugas makalah ini merupakan salah satu tugas kepanitraan

klinik PEDIATRI

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak terutama kepada Dr.

Pembimbing kami (Dr. Triastutik. S. SpA yang membantu dalam menyelesaikan

tugas ini dan Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini jauh dari sempurna,

maka saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan penulisan ini di masa yang

akan datang.

Semoga tugas makalah PEDIATRI ini dapat lebih menambah pengetahuan

kita dan bermanfaat demi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

ii

Page 2: jurnal Diare akut

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 1

BAB II. ISI............................................................................................... 2

BAB III. PATOFISIOLOGI..................................................................... 6

BAB IV PEMERIKSAAN LABORATORIUM...................................... 9

BAB V.KOMPLIKASI............................................................................ 10

BAB VI. PENGOBATAN........................................................................ 11

BAB VII.PROGNOSIS........................................................................... 20

BAB VIII KESIMPULAN....................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 22

iii

Page 3: jurnal Diare akut

BAB I PENDAHULUAN

Diare merupakan penyakit yang lazim ditemukan pada bayi maupun pada

anak-anak. Menurut WHO diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan

lebih dari 3 kali dalam 1 hari, dan biasanya berlangsung selama 2 hari atau lebih.

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi

ataupun anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-

430/1000 penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan,

angka kematian di rumah sakit dapat ditekan kurang dari 3%. Penggunaan istilah

diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis karena istilah yang disebut

terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh

infeksi, dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami

peradangan. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi air besar sudah lebih dari 4

kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak bila frekuensi

lebih dari 3 kali. Penyebab dari diare ini dapat dibagi dalam beberapa factor,

yaitu : factor infeksi, factor malabsorpsi karbohidrat, factor makanan, factor

psikologis, yang ditandai dengan gejala klinis mula-mula bayi atau anak menjadi

cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada

kemudian timbul diare. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan pemeriksaan tinja,

pemeriksaan darah, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin, pemeriksaan

eletkrolit terutama kalium, natrium, dan fosfor, serta pemeriksaan intubasi

duodenum. Pengobatan diare pada anak dapat dilakukan dengan pemberian cairan,

dietik, dan obat-obatan.

1

Page 4: jurnal Diare akut

BAB II

ISI

1. Definisi

Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang

sebelumnya tampak sehat, dengan frekwensi 3 kali atau lebih per hari, disertai

perubahan tinja menjadi cairan dengan atau tanpa lendir dan darah.

2. Etiologi

Ada beberapa faktor yaitu :

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak.

- Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoli, Salmoella, Shigella, dan sebagainya.

- Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),

Adenovirus, Rotavirus, dan lain – lain

- Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),

Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lambilia, Trichomonas

hominis), Jamur (Candida albicans).

b. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,

seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,

Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak < 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi lemak terutama lemak jenuh.

c. Malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas

2

Page 5: jurnal Diare akut

Cara Penularan

Pada umumnya adalah orofecal melalui :

1. Makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen.

2. Kontak langsung atau tidak langsung (4 F = Fod, Feses, Finger, Fly).

Faktor Resiko Terjadinya Diare

Faktor resiko yang meningkatkan transmisi enteropatogen :

1. Tidak cukup tersedianya air bersih

2. Tercemarnya air oleh tinja

3. Tidak ada / kurangnya sarana MCK

4. Higiene per orangan dan penyediaan makanan tidak higieni

5. Cara penyapihan bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih, terlalu cepat

diberi susu botol dan terlalu cepat diberi makanan padat)

6. Beberapa faktor resiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan

kerentanan pejamu terhadap enteropatogen di antaranya adalah :

a. Malnutrisi

b. BBLR

c. Imunodefisien

d. Imunodepresi

e. Rendahnya kadar asam lambung

f. Peningkatan motilitas usus

g. Faktor genetik

Patogenesis

Mekanisme dasar timbulnya diare ialah :

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

pergeseran air dalam elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang

berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul

diare.

3

Page 6: jurnal Diare akut

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan diare timbul

karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya

dapat menimbulkan diare pula.

Patogenesa Diare Karena Virus

Virus yang terbanyak menyebabkan diare adalah rotavirus. Garis besarnya

patogenesisnya adalah sebagai berikut :

Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman,

kemudian berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam

epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan di bagian apikal vili usus halus. Sel

epitel usus halus bagian apikal akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum

matang, yang berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat

berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi diare

osmotik. Vili usus halus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya

untuk menyerap dan mencerna makanan pun akan berkurang. Pada saat ini

biasanya diare mulai timbul, setelah itu sel retikulum akan melebar dan kemudian

akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propia, untuk mengatasi infeksi

sampai terjadinya penyembuhan.

4

Page 7: jurnal Diare akut

Patogenesa Diare Karena Bakteri

Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di

dalamnya. Bakteri kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel

usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin

bersifat tahan panas / labil toksin / LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin

bersifat tahan panas / stabil / ST). sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim –

enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic adenosine monophospate) atau

cGMP (cyclic guanosine monophospate) yang mempunyai kemampuan

merangsang sekresi kloride, natrium dan air dalam sel ke lumen usus serta

menghambat absorbsi natrium, kloride dan air dari lumen usus ke dalam sel. Hal

ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen

(hiperosmolar). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan

cairan yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari

lumen usus halus ke lumen usus besar (colon). Dan bila kemampuan penyerapan

colon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan colon, maka

akan terjadi diare.

Patogenesis Diare Akut

1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah

berhasil melewati rintangan asam lambung.

2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.

3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).

4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.

5

Page 8: jurnal Diare akut

6

Page 9: jurnal Diare akut

BAB III

PATOFISIOLOGI

Sebagai akibat diare, akut maupun kronis akan terjadi :

1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya

gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan

sebagainya).

2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,

pengeluaran bertambah).

3. Hipoglikemia.

4. Gangguan sirkulasi darah.

Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan kemampuan penyerapan

sampai 4400 ml sehari, bila terjadi sekresi cairan yang berlebihan dari usus halus

(ileosekal). Bila sekresi melebih 4400 ml maka usus besar tidak mampu

menyerap seluruhnya lagi, selebihannya akan dikeluarkan bersama tinja dan

terjadilah diare. Diare dapat juga terjadi karena terbatasnya kemampuan

penyerapan usus besar pada keadaan sakit, misalnya karena virus, disentri basiler,

ulcus, tumor dan sebagainya. Setiap perubahan mekanisme normal absorbsi dan

sekresi di dalam lumen usus halus, maupun usus besar (kolon) dapat

menyebabkan diare, kehilangan cairan, elektrolit dan akhirnya terjadi dehidrasi.

Secara garis besar diare dapat disebabkan oleh diare sekretorik, diare osmotik,

peningkatan motilitas usus dan defisiensi umum, terutama IgA. Diare yan

disebabkan oleh infeksi bakteri akan menyebabkan diare sekretorik.

Makanan yang tidak diserap atau dicerna, misalnya laktosa (dari susu), merupakan

makanan yang baik bagi bakteri. Laktosa ini akan difermentasikan oleh bakteri

anerob menjadi molekul yang lebih kecil, misalnya H2, CO2 H2O, dan sebainya.

Dan menyebabkan tekanan osmotik di dalam lumen usus meningkat. Keadaan

dalam lumen usus yang hiperosmolar ini kemudian akan

meyerap air dari intraseluler, diikuti peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi

diare ostotik.

7

Page 10: jurnal Diare akut

Peristaltik usus juga dapat meningkat karena adanya zat makanan yang

merangsang misalnya pedas, asam, terlalu banyak lemak, serat dan dapat juga

karena terdapatnya toksin dalam makanan (food poisoning) yang akhirnya

menyebabkan diare pula.

Akhirnya immunodefisiensi baik selular maupun humoral terutama defisiensi IgA

di dalam lumen usus akan menyebabkan diare karena ketidakmampuan usus untuk

menetralisir enteropatogen dalam lumen usus. Bukan saja bakteri tetapi juga

virus, parasit dan jamur dapat menyebabkan diare.

Pengeluaran cairan, selain melalui anus dalam keadaan normal juga melalui ginjal

berupa urin, juga melalui pori kulit berupa keringat dan melalui pernafasan berupa

uap air. Dalam keadaan normal, pengeluaran air dari tubuh anak usia 0 – 2 tahun

sekitar 100 ml sehari. Bila jumlah cairan yang masuk dan ke luar setiap hari

selalu seimbang, tidak akan terjadi diare atau defisit cairan. Tetapi pengeluaran

cairan melebihi pemasukan, seperti pada diare akan terjadi defisit cairan tubuh

yang lebih dikenal dengan dehidrasi.

Gejala Klinis

Mula – mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan

mungkin disertai lendir dan atau darah. Pada diare oleh karena intoleransi, anus

dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin

asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak

dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh

lembung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan

elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka

gejala dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan

ubun – ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit

tampak kering.

8

Page 11: jurnal Diare akut

Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :

- Dehidrasi ringan

- Dehidrasi sedang

- Dehidrasi berat

Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi :

- Dehidrasi hipotonik

- Dehidrasi isotonik

- Dehidrasi hipertonik

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan

hipovolemik dengan gejala – gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut

nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran

menurun (apatis, somnolen sampai soporokomatous). Akibat dehidrasi, diuresis

berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, tampak

pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).

Asidosis metabolik terjadi karena :

1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja

2. Ketosis kelaparan

3. Produk – produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan

(karena oliguria atau anuria).

4. Berpindahnya ion Na dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel

5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).

Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma < 130

mEq/l, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma 130

– 150 mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na dalam

plasma > 150 mEq/l.

9

Page 12: jurnal Diare akut

BAB IV

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest,

bila diduga intoleransi gula.

c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan

menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan

analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor

dalam serum (terutama bila ada kejang).

5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit

secara kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

10

Page 13: jurnal Diare akut

BAB V

KOMPLIKASI

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektrokardiogram).

4. Hipoglikemi.

5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan villi mukosa usus halus.

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga

mengalami kelaparan.

Penyakit Penyerta pada Diare

1. KKP (Kurang Kalori Protein).

KKP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan

infeksi alat pencernaan. Sebaliknya diare akan menyebabkan absorbsi

makanan terganggu dan berkurang sehingga akan menyebabkan bertambah

beratnya derajat KKP penderita.

2. Infeksi sistemik

Seperti alat pernafasan, morbili, dan sebagainya. Selain dapat menyebabkan

suhu penderita meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.

3. Kejang

Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah

dehidrasi terjadi penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan elektrolit

(terutama hipernatremi), hipoglikemi dan ensefalitis.

11

Page 14: jurnal Diare akut

BAB VI

PENGOBATAN

Dasar pengobatan diare adalah :

1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).

2. Dietetik (pemberian makanan).

3. Obat – obatan.

Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni

1. Jenis cairan

a. Cairan rehidrasi oral: oralit, larutan gula garam, dan sebagainya.

b. Cairan parenteral: RL, DG aa (1 bagian lar. Darrow 1 bagian larutan

Glukosa 5 %), DG 1 : 2, dan lain – lain.

2. Jalan pemberian cairan

a. Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak

mau minum serta kesadaran baik.

b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi

anak tidak mau minum atau kesadaran menurun.

c. Intravena untuk dehidrasi berat dan kegagalan terapi rehidrasi oral

Sejumlah pasien dengan dehidrasi ringan / sedang tidak dapat diobati

secara memadai dengan oralit melalui mulut. Penderita ini harus

diberikan terapi IV.

Penderita dengan terapi oral biasa gagal karena :

1. Tingginya tingkat keluaran cairan (seringnya buang air besar dalam

tinja caira dengan jumlah yang banyak).

Beberapa penderita dengan tingkat kehilangan cairan yang tinggi

mungkin tidak bisa minum cukup oralit untuk menggantikan

kehilangan cairan yang berkelanjutan sehingga keadaan dehidrasi

makin buruk. Beberapa penderita harus diobati selama beberapa jam

dengan cairan IV sampai tingkat kehilangan cairan berkurang.

2. Muntah terus menerus

Kadang – kadang muntah yang berulang – ulang menghambat

berhasilnya rehidrasi oral. Jika tanda – tanda dehidrasi tidak

12

Page 15: jurnal Diare akut

membaik atau makin memburuk, terapi IV diperlukan sampai

muntahnya hilang. Muntah biasanya hilang ketika air dan elektrolit

terganti.

3. Ketidakmampuan untuk minum

Beberapa penderita tidak dapat minum oralit dalam jumlah yang tepat

karena sakit atau radang pada mulut (contoh : campak, sariawan dan

herpes), karena kelelahan atau mengantuk karena obat (seperti

antiemetik atau obat antimotilitas). Terapi IV atau terapi nasogastrik

diperlukan untuk penderita ini.

4. Perut kembung atau ileus

Jika perut mulai kembung, oralit harus diberikan lebih lambat. Jika

kembung bertambah atau jika ada bising usus, terapi IV diperlukan.

Ileus paralitik (hambatan mobilitas isi perut) mungkin alasan

kembung perut. Gejala ileus paralitik disebabkan oleh obat yang

mengandung candu (kodein, loperamide), hipokalemia atau

keduanya.

5. Malabsorpsi glukosa

Kegagalan penyerapan glukosa yang bermakna secara khas adalah

tidak biasa selama diare akut. Tetapi bila hal ini terjadi penggunaan

oralit dapat menyebabkan bertambahnya diare dengan sejumlah besar

glukosa yang tidak diserap dengan tanda – tanda dehidrasi yang

memburuk atau tes menunjukkan terdapat sejumlah besar glukosa

pada tinja. Anak juga menjadi sangat haus. Cairan IV harus

diberikan sampai diare hilang.

3. Jumlah cairan

Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL

PWL = Previous Water Loss (ml/kgBB)

(Jumlah cairan yang hilang, biasanya berkisar 5 – 15 % dari BB (ml / kgBB).

NWL = Normal Water Loss (ml / kgBB)

13

Page 16: jurnal Diare akut

(Terdiri dari urin + jumlah cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan

pernafasan).

CWL = Concomitant Water Loss (ml / kgBB)

11

(Jumlah cairan yang hilang melalui muntah dan diare, kira – kira 25 ml / kgBB /

24 jam).

Derajat Dehidrasi

PWL NWL CWL Jumlah

Ringan 50 100 25 175

Sedang 75 100 25 200

Berat 125 100 25 250

JADWAL (KECEPATAN) PEMBERIAN CAIRAN

a. Belum ada dehidrasi

- Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali

buang air besar.

- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam.

b. Dehidrasi ringan

- 1 jam pertama : 25 – 50 ml / kgBB per oral / intragastrik

- Selanjutnya : 125 ml / kgBB / hari atau ad libitum

Atau KAEN 3b 50cc/kgbb/3jam, maintenance KAEN 3b/2jam

c. Dehidrasi sedang

- 1 jam pertama : 50 – 100 ml / kgBB per oral / intragastrik.

- Selanjutnya : 125/ml/kgBB/hari atau ad libitum

Atau KAEN 3b 70cc/kgbb/3jam,..mantenance 50cc/kgbb/3jam

d. Dehidrasi berat

Untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3 – 10 kg

- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 13 tts/kgBB/menit

(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/jam atau 4 tts/kgBB/menit

(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

14

Page 17: jurnal Diare akut

- 16 jam berikutnya : 3 tts/kgBB/menit

(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

Atau RL 30cc/kgbb/1jam,..mantenance 70cc/kgbb/5jam kalau <

12bulan,...>12bulan 70cc/kgbb/2jam

Cara lain adalah :- 4 jam I diberikan 1/3 dari kebutuhan cairan yang telah diperhitungkan (6 x BB

tts/mnt).

- 20 jam II diberikan sisanya (3 x BB tts/mnt).

DERAJAT DEHIDRASI BERDASARKAN SISTEM PENGANGKAAN MAURICE KING, 1974

Bagian tubuh yang harus diperiksa

0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah, lekas marah atau

apatis, mengantuk/lunglai

Mengigau, koma atau

syok

Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mata Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Ubun – ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Mulut Normal Kering Kering dan membiru

Denyut nadi Normal 120 – 140 > 140

Catatan : Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, 2 sesuai dengan

tabel kemudian dijumlahkan.

Nilai 0 – 2 = dehidrasi ringan

Nilai 3 – 6 = dehidrasi sedang

Nilai 7 – 12 = dehidrasi berat

15

Page 18: jurnal Diare akut

TABEL PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASI MENURUT WHO, 1980

TANDA DEHIDRASI

RINGAN SEDANG BERAT

1. Keadaan umum & kondisi

Bayi dan anak kecilHaus, sadar, gelisah

Haus, gelisah atau letargi tapi iritabel

Mengantuk, lemas, ekstermitas dingin, berkeringat, sianotik, mungkin koma

Anak lebih besar dan dewasa

Haus, sadar, gelisah

Haus, sadar, merasa pusing pada perubahan

Biasanya sadar, gelisah, ekstremitas dingin, berkeringat dan sianotik, kulit jari – jari tangan dan kaki keriput

2. Nadi radialisNormal (frek. & isi

Cepat dan lemahCepat, halus, kadang – kadang tidak teraba

3. Pernafasan Normal Dalam Dalam dan cepat

4. UUB * Normal Cekung Sangat cekung

5. Elastisitas kulit*

Pada pencubitan kembali segera

Lambat Sangat lamban > 2 detik

6. Mata * Normal Cekung Sangat cekung

7. Air mata Ada Kering Sangat kering

8. Selaput lendir Lembab Kering Sangat kering

9. Pengeluaran urin*

Normal BerkurangTidak ada urin untuk beberapa jam, kandung kencing kosong

10. TD sistolik Normal Normal, rendah < 80 mmlHg

11. Pasien kehilangan BB

4 – 5 % 6 – 9 % > 10 %

Prakiraan kehilangan cairan

40 – 50 ml/kg 60 – 90 ml/kg 100 – 110 ml/kg

Keterangan:

* Terutama berguna pada bayi untuk menilai dehidrasi dan memantau rehidrasi.

16

Page 19: jurnal Diare akut

Pegangan untuk menggolongkan penderita termasuk dehidrasi berat, sedang atau

ringan adalah : bila terdapat 2 atau lebih gejala dalam penggolongan tersebut.

Dengan catatan selalu memikirkan resiko yang lebih tinggi, misal terdapat 2

gejala dehidrasi berat dan 5 gejala dehidrasi sedang, maka penderita tersebut

dimasukkan dalam golongan dehidrasi berat.

TABEL PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI PENDERITA

INDIKATOR A B C

1. Lihat keadaan umum Baik, sadar * Gelisah, rewelLunglai/latergi, tidak sadar, lesu

- Mata Normal CekungSangat cekung dan kering

- Air mata Ada Tidak adaTidak ada

- Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

- Rasa hausNormal, tidak haus

* Haus, minum dengan lahap

* Malas minum, sedikit atau tidak bisa minum

2. Periksa turgor kulitKembali dengan cepat

Kembali dengan lambat

* Kembali dengan lambat

3. Hasil pemeriksaanTanpa dehidrasi

Dehidrasi ringan, jika memiliki 2 / lebih tanda termasuk tanda*

Dehidrasi berat, jika memiliki 2 / lebih tanda termasuk tanda *

Pemberian makanan pada penderita diare

Pemberian makanan per oral diberikan setelah anak rehidrasi. Dengan cara ini

penyembuhan pendertita dapat lebih cepat, dan kenaikan berat badan lebih baik

walaupun frekwensi diare bertambah. Pada pelaksanaan dietetik, penderita diare

akut dengan dehidrasi perlu diperhatikan faktor – faktor sebagai berikut :

a. Insiden diare pada bayi yang mendapat ASI

b. Pemberian ASI sebaiknya diteruskan walaupun frekwensi intoleransi laktosa

tinggi.

Untuk anak < 1 tahun atau berat badan < 7 kg, diberikan ASI dan susu rendah

laktosa dan asam lemak tidak jenuh seperti LLM, Elmiron, bubur susu. Sedangkan

17

Page 20: jurnal Diare akut

untuk anak > 1 tahun dengan berat badan > 7 kg, diberikan makanan padat atau

makanan cair atau susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.

Buah yang dapat diberikan pada penderita diare adalah pisang, kalori dan pisang

adalah 99 kcal dan kandungan kaliumnya 9,5 mmol/100 gram. Bila ada infeksi

terutama diare maka kebutuhan kalori dan protein bertambah karena

meningkatnya katabolisme protein tubuh. Pertumbuhan kalori dan protein untuk

mengejar laju pertumbuhan (catch up growth) membutuhkan kenaikan kalori

sekitar 30 % dan protein sekitar 100 % dari keadaan basal untuk menggantikan

kehilangan selama diare, sedangkan kalium dibutuhkan untuk mengatasi

hipokalemi.

Pengobatan Medikamentosa

1. Antibiotika

Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut

karena sebagian besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self

limited dan tidak dapat dibunuh oleh antibiotika. Hanya sebagian kecil saja

(10 – 20 %) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti Vibrio Cholerae,

Shigella, ETEC (Entero Toksigenic E. coli), Salmonella, Campilobakter dan

sebagainya yang pada umumnya baru diketahui setelah dilakukan biakan,

sedangkan hasil biakan baru datang setelah diare berhenti.

Antibiotika diberikan jika penyebabnya jelas seperti :

- Kolera diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg/kgBB/hari

- Campylobakter diberikan Eritromisin 40 – 50 mg/kgBB/hari

- Bila terdapat penyakit penyerta seperti :

Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan Penisillin Prokain 50.000

u/kgBB/hari.

Infeksi sedang (bronkitis) diberikan Penisillin Prokain atau Ampisillin 50

mg/kgBB/hari.

Infeksi berat (bronkopneumonia) diberikan Penisillin Prokain dengan

Kloramphenikol 74 mg/kgBB/hari atau Ampisillin 75-100 mg/kgBB/hari

ditambah Gentamisin 6 mg/kgBB/hari atau derifat Sefalosporin 30 – 50

mg/kgBB/hari.

18

Page 21: jurnal Diare akut

2. Anti Diare

Obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti

antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak beladona, codein,

morfin, dsb) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan

terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, melipatgandakan

pembiakan bakteri (over growth), gangguan digesti dan absorpsi lainnya.

Obat ini hanya berkhasiat menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru

akibatnya sangat berbahaya karena baik pemberi obat maupun penderita akan

terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah

kembung dan dehidrasi bertambah berat yang akhirnya dapat fatal untuk

penderita.

3. Absorben

Obat – obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pektin, charcoal (norit,

tabonal), Bismuth Subsalisit, dan sebagainya telah dibuktikan tidak ada

manfaatnya. Obat – obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamit dan

sebagainya tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena

penyebabnya adalah kehilangan cairan (syok hipovolemik). Pengobatan yang

paling tepat ialah pemberian cairan secepatnya.

4. Anti Emetik

Obat anti emetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain untuk

mencegah muntah dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan melalui

tinja. Pemberian dalam dosis kecil ( 0,5 – 1 mg/kgBB/hari) terutama

penderita yang disertai muntah – muntah hebat dapat diberikan. Obatanti

piretik seperti preparat salisilat (Asetol, Aspirin) dalam dosis rendah (25

mg/kgBB/hari) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas yang terjadi

sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi penyerta, juga dapat

mengurangi sekresi cairan yang keluar melalui tinja.

19

Page 22: jurnal Diare akut

Pencegahan :

Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih

dan sehat.

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.

Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

2. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di

lingkungan tempat tinggal.

3. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna

dan tidak berasa.

4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.

5. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan

tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah

6. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,

seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.9

7. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya,

jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air

sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,

warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk

memasak, mandi, dan sebagainya.

20

Page 23: jurnal Diare akut

BAB VII

PROGNOSIS

Secara umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung pada penyakit

penyerta/komplikasi yang terjadi, jika diarenya segera di tangani sesuai dengan

kondisi umum pasien maka kemungkinan pasien dapat sembuh.Yang paling

penting adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan syok karena dapat berakibat

fatal. jika terdapat penyakit penyerta yang memberatkan keadaan pasien maka

perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain penanganan terhadap

diare.10Oleh karna itu perlu di lakukan diagnosa pasti berdasarkan pemeriksaan

penunjang lain yang membantu, sehingga dapat di lakukan penanganan yang tepat

sesuai Penyebab/kausal dari diare yang di alaminya

21

Page 24: jurnal Diare akut

BAB VIII

KESIMPULAN

1. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per

hari, disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau

tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu

2. Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal – oral. Faktor resiko

(Faktor umur, Infeksi asimtomatik, Faktor musim, Epidemi dan pandemik)

3. Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus. Etiologi diare dapat

dibagi dalam beberapa faktor, yaitu: Faktor infeksi, Faktor Malabsopsi,

Faktor makanan : makanan, Faktor Psikologis

4. Gejala klinis: Bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.

Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja

berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena

seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin

menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan

laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

5. Upaya pencegahan diare: Penggunaan ASI, Perbaikan pola penyapihan, dan

Perbaikan higiene perorangan.

22

Page 25: jurnal Diare akut

Daftar pustaka

1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi 3; jilid

III. Jakarta: P.T. Gramedia. 2004. Hal 630-40.

2. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare ) akut dalam:

Gastroenterologi anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B,EM Halimun : edisi

ke2 Jakarta 2005: Balai penerbit FK-UI hal 51-76

3. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.2000. hal 283-7

4. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak

diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2004 :

Salemba Medika hal 73-103

5. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Nelson textbook of

pediatrics. Edisi 15; Vol. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.

Hal 1339-58

6. Juffire M, Sri Supar dkk. Buku ajar Gastroenterologi-Hepatologi. UKK

Gastro-Hepatologi IDAI. 2011

7. Diare pada Anak. [ update 2011 mar 10, citied 2011 mar 20.00 WIB]

Available From: http://www.docstoc.com/docs/36661392/Diare-pada-anak

8. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Nasional

DR. Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2007

9. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid

I, Editor A. H. Markum dkk, BP FKUI. Jakarta, 1996 : 448 – 446.

10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan

Anak, Jilid I, Editor Husein Alatas dan Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta,

1985 : 283 : 312.

11. Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM.

Halimun, BP FKUI, Jakarta, 1988 : 51 – 69.

23

Page 26: jurnal Diare akut

REFERAT

DIARE AKUT PADA BAYI DAN ANAK

PEMBIMBINGDr. TRIASTUTIK S. Sp,A

OLEH:

JOSE FELIX CORREIA FREITAS. S. KedNPM: 09700314

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA TAHUN 2013