Top Banner
1. Diagnosis Banding dan tatalaksana ALUR DIAGNOSIS a. Anamnesis Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan- lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik. Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain- lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik. b. Pemeriksaan fisik Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologik – vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
33

jump 7 neuro.docx

Dec 24, 2015

Download

Documents

Shendy Widha
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: jump 7 neuro.docx

1. Diagnosis Banding dan tatalaksana

ALUR DIAGNOSIS

a. Anamnesis

Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar,

tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang

memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan,

ketegangan.

Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul,

paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai

profil waktu yang karakteristik.

Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan

pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti

streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui

ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemi, penyakit

jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan

trauma akustik.

b. Pemeriksaan fisik

Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,

otologik atau neurologik – vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan

fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi

serebelum.

Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan

penyebab; apakah akibat kelainan sentral – yang berkaitan dengan kelainan susunan

saraf pusat – korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan dengan sistim

vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik

yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.

Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung,

hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi

kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan

kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi

simtomatik yang sesuai.

Page 2: jump 7 neuro.docx

1. Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah

diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung)

dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.

2. Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:

a) Fungsi vestibuler/serebeler

1) Uji Romberg

2) Tandem Gait

3) Uji Unterberger.

4) Past-pointing test

5) Uji Babinsky-Weil

3. Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis

Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau

perifer.

a) Fungsi Vestibuler

1) Uji Dix Hallpike

2) Tes Kalori

3) Elektronistagmogram

b) Fungsi Pendengaran

1) Tes Garputala

2) Audiometri

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain

sesuai indikasi.

2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).

3. Neurofisiologi:Elektroensefalografi(EEG),Elektromiografi (EMG),

Brainstem Auditory Evoked Pontential (BAEP).

DIAGNOSIS BANDING

Page 3: jump 7 neuro.docx

Vertigo adalah suatu keadaan dimana kepala terasa ringan saat akan berdiri, bahkan

lebih berat karena rasa berputar yang mempengaruhi keseimbangan tubuh. Adanya penyakit

vertigo menandakan adanya gangguan system deteksi seseorang. (Anonim. 2006. Diagnosis

dan Tatalaksana Kedaruratan Vertigo)

Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem keseimbangan

tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolik, toksik, vaskular, atau autoimun.

Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibular (pusat dan perifer)

serta non vestibular (visual [retina, otot bola mata], dan somatokinetik [kulit, sendi, otot).

Penyebab umum dari vertigo:

1. Keadaan lingkungan

– Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)

2. Obat-obatan

– Alkohol

– Gentamisin

3. Kelainan sirkulasi

– Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya

aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler

4. Kelainan di telinga

– Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga   bagian

dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)

– Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri

– Herpes zoster

– Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)

– Peradangan saraf vestibuler

– Penyakit Meniere

5. Kelainan neurologis

– Sklerosis multipel

– Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau

keduanya

– Tumor otak

– Tumor yang menekan saraf vestibularis.

Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Namun, penambahan volume

endolimfa diperkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan

klinik pada membran.

Page 4: jump 7 neuro.docx

Berdasarkan gejalanya yang menonjol/klinis, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok

penyakit :

Vertigo yang paroksismal

Vertigo yang kronis

Vertigo yang serangannya mendadak/akut, berangsur-angsur mengurang

Masing-masing kelompok tersebut dibagi lagi menurut gejala penyertanya menjadi 3 (tiga)

kelompok :

1. Vertigo yang Paroksismal

Yaitu vertigo yang datang serangannya mendadak, berlangsung selama beberapa

menit atau hari, kemudian menghilang sempurna. Tetapi suatu ketika nanti serangan

tersebut muncul lagi. Di antara serangan-serangan itu penderita sama sekali bebas dari

keluhan vertigo.

2. Vertigo Kronis

Yaitu vertigo yang menetap lama, keluhannya konstan tidak membentuk serangan-

serangan akut

3. Vertigo Akut,

Terjadi secara tiba-tiba. Namun, berangsur-angsur berkurang,tetapi penderita tidak

pernah bebas sama sekali dari keluhan.

GEJALA KLINIS

Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa

ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti

secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga

sampai beberapa tahun. Pada BPPV tidak didapatkan gangguan pendengaran. . (GP, Korn,

RS Doriqueto, MM Gananca, and HH Cauvilla. 2007. Epley’s maneuver in the same session

in benign paroxysmal positional vertigo)

Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum dan serebrum.

Sebaliknya, sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf vestibular. Labirin tersusun

dari 3 kanalis semisirkularis dan otolit (sakulus dan utrikulus) yang berperan sebagai reseptor

sensori keseimbangan, serta koklea sebagai reseptor sensori pendengaran. Sementara itu,

krista pada kanalis semisirkularis mengatur akselerasi angular, seperti gerakan berputar,

sedangkan makula pada otolit mengatur akselerasi linear.

Segala input yang diterima oleh sistem vestibular akan diolah. Kemudian, diteruskan

ke sistem visual dan somatokinetik untuk merespon informasi tersebut. Gejala yang timbul

akibat gangguan pada komponen sistem keseimbangan tubuh itu berbeda-beda.

Page 5: jump 7 neuro.docx

Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular

Sifat vertigo

Serangan

Mual/muntah

Gangguan pendengaran

Gerakan pencetus

Situasi pencetus

rasa berputar

episodik

+

+/-

gerakan kepala

-

melayang, hilang

keseimbangan

kontinu

-

-

gerakan obyek visual

keramaian, lalu lintas

Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular

Gejala Vertigo Vestibular Perifer Vertigo Vestibular Sentral

Bangkitan vertigo

Derajat vertigo

Pengaruh gerakan kepala

Gejala otonom (mual,

muntah, keringat)

Gangguan pendengaran

(tinitus, tuli)

Tanda fokal otak

lebih mendadak

berat

++

++

+

-

lebih lambat

ringan

+/-

+

-

+

Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

Diagnosis Banding Meniere’s Disease

Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan tuli saraf. Serangan

pertama sangat berat, yaitu vertigo disertai muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri dia

merasa berputar, mual, dan terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai

beberapa minggu meskipun keadaannya berangsur baik. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat

dan gejala penyakit bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya

dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan yang pertama kali. Pada penyakit Meniere

vertigonya periodik yang makin mereda pada serangan-serangan berikutnya.

Gejala penyakit Meniere lebih berat daripada BPPV. Selain vertigo, biasanya pasien

juga mengalami keluhan di telinga berupa tinitus, tuli sensorineural terhadap frekuensi

rendah, dan sensasi rasa penuh di telinga.

Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere.

Derajat I : gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti

pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien

Page 6: jump 7 neuro.docx

dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga

beberapa jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.

Derajat II : gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli

sensorineural terhadap frekuensi rendah.

Derajat III : gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali

ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo

mulai berkurang atau menghilang.

Pada setiap serangan disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam keadaan tidak ada

serangan pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala lain yang menyertai serangan adalah

tinitus kadang-kadang menetap meskipun di luar serangan. Gejala yang lain menjadi tanda

khusus adalah perasaan penuh di dalam telinga.

PATOFISIOLOGI

Setiap individu mampu berorientasi dengan lingkungan sekitar disebabakan adanya

informasi yang datang dari indra. Tetapi apabila terjadi hal yang menyimpang, unit pemroses

sentral tidak dapat memproses informasi secara wajar yang akhirnya memberikan tanda

peringatan. Tanda tersebut dapat dalam bentuk yang disadari, seperti:

1. Bersumber dari pusat vertibular ialah vertigo.

2. Bersumber dari sistem saraf otonom ialah mual, muntah, dll.

3. Bersumber dari system motorik ialah rasa tidak stabil. ( Harsono. 2000:343)

Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada

koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan

oleh :

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri

2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler

3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler

4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan

endolimfa.

Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan

morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di

daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan

utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media di mulai dari daerah apeks koklea kemudian

dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya

tuli saraf nada rendah pada penyakit meniere.

Page 7: jump 7 neuro.docx

Perubahan posisi dari tegak menjadi telentang dengan kepala menggantung dan

telinga di bawah, menyebabkan pergeseran hebat pada kupula kanalis posterior. Timbulnya

vertigo memerlukan waktu beberapa detik, karena untuk pergeseran massa tersebut

diperlukan waktu. Besarnya sensasi vertigo dan nistagmus dipengaruhi oleh besarnya

pergeseran kupula. Vertigo yang cepat hilang dapat disebabkan karena massa telah bergeser

dan kupula kembali ke posisi normal. ( Anonim. 2006. Benign Paroxsymal Positional

Vertigo)

DIAGNOSIS

Diagnosis dipermudah dengan dibakukannya kriteria diagnosis, yaitu :

1. Vertigo hilang timbul

2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf

3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N.VIII

Bila gejala-gejala khas pada penyakit Meniere pada anamnesis ditemukan, maka

diagnosis penyakit Meniere dapat ditegakkan.

Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam

anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan ternyata

tidak terdapat tuli saraf maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak

ada penyakit lain yang bisa menyebabkan adanya perbaikan dalam tuli saraf, kecuali pada

penyakit Meniere. Dalam hal yang meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops

dengan tes gliserin. Selain itu tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan

operatif pada pembuatan shunt. Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan berhasil

dengan baik.

Pemeriksaan fisis dasar dan neurologis sangat penting untuk membantu menegakkan

diagnosis vertigo. Pemeriksaan fisis dasar yang terutama adalah menilai perbedaan besar

tekanan darah pada perubahan posisi. Secara garis besar, pemeriksaan neurologis dilakukan

untuk menilai fungsi vestibular, saraf kranial, dan motorik-sensorik.

Sistem vestibular dapat dinilai dengan tes Romberg, tandem gait test, uji jalan di

tempat (fukuda test) atau berdiri dengan satu atau dua kaki. Uji-uji ini biasanya berguna

untuk menilai stabilitas postural jika mata ditutup atau dibuka. Sensitivitas uji-uji ini dapat

ditingkatkan dengan teknik-teknik tertentu seperti melakukan tes Romberg dengan berdiri di

alas foam yang liat.

Pemeriksaan saraf kranial I dapat dibantu dengan funduskopi untuk melihat ada

tidaknya papiledema atau atrofi optik. Saraf kranial III, IV dan VI ditujukan untuk menilai

pergerakan bola mata. Saraf kranial V untuk refleks kornea dan VII untuk pergerakan wajah.

Page 8: jump 7 neuro.docx

Fungsi serebelum tidak boleh luput dari pemeriksaan. Untuk menguji fungsi serebelum dapat

dilakukan past pointing dan diadokokinesia.

Pergerakan (range of motion) leher perlu diperhatikan untuk menilai rigiditas atau

spasme dari otot leher. Pemeriksaan telinga ditekankan pada pencarian adanya proses infeksi

atau inflamasi pada telinga luar atau tengah. Sementara itu, uji pendengaran diperiksa dengan

garputala dan tes berbisik.

Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai pergerakan mata seperti adakah nistagmus

spontan atau gaze-evoked nystagmus dan atau pergerakan abnormal bola mata. Penting untuk

membedakan apakah nistagmus yang terjadi perifer atau sentral. Nistagmus sentral biasanya

hanya vertikal atau horizontal saja dan dapat terlihat dengan fiksasi visual. Nistagmus perifer

dapat berputar atau rotasional dan dapat terlihat dengan memindahkan fiksasi visual.

Timbulnya nistagmus dan gejala lain setelah pergerakan kepala yang cepat, menandakan

adanya input vestibular yang asimetris, biasanya sekunder akibat neuronitis vestibular yang

tidak terkompensasi atau penyakit Meniere.

Uji fungsi motorik juga harus dilakukan antara lain dengan cara pasien menekuk

lengannya di depan dada lalu pemeriksa menariknya dan tahan hingga hitungan ke sepuluh

lalu pemeriksa melepasnya dengan tiba-tiba dan lihat apakah pasien dapat menahan

lengannya atau tidak. Pasien dengan gangguan perifer dan sentral tidak dapat menghentikan

lengannya dengan cepat. Tetapi uji ini kualitatif dan tergantung pada subjektifitas pemeriksa,

kondisi muskuloskeletal pasien dan kerjasama pasien itu sendiri.

Pemeriksaan khusus neuro-otologi yang umum dilakukan adalah uji Dix-Hallpike dan

electronystagmography (ENG). Uji ENG terdiri dari gerak sakadik, nistagmus posisional,

nistagmus akibat gerakan kepala, positioning nystagmus, dan uji kalori.

Pada dasarnya pemeriksaan penunjang tidak menjadi hal mutlak pada vertigo. Namun

pada beberapa kasus memang diperlukan. Pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap

dapat memberitahu ada tidaknya proses infeksi. Profil lipid dan hemostasis dapat membantu

kita untuk menduga iskemia. Foto rontgen, CT-scan, atau MRI dapat digunakan untuk

mendeteksi kehadiran neoplasma/tumor. Arteriografi untuk menilai sirkulasi vertebrobasilar.

Penatalaksanaan

Penatalaksaan yang tepat untuk penyakit meniere belum ditemukan.

Penatalaksaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi gejala – gejala yang

Page 9: jump 7 neuro.docx

timbul seperti diet rendah garam, obat – obat diuretik untuk mengurangi retensi

natrium, obat – obat anti emetis, dan antihistamin lainnya.

Diet rendah garam dan penggunaan obat – obat diuretik berpengaruh untuk

mengurangi tekanan antara cairan endolimfe dan perilimfe pada labirin telinga

bagian dalam. Pada saat serangan, pasien dapat melakukan istirahat dan

meminimalisasi gerakan dan meringankan gejala vertigo. Diet terhadap kafein ,

cokelat , dan alkohol membuat gejala dapat dilakukan. Tidak merokok juga dapat

membantu mengurangi gejala

Obat-obatan . Gejala yang paling melumpuhkan serangan penyakit Ménière

adalah pusing . Obat resep seperti meclizine , diazepam , glycopyrrolate , dan

lorazepam dapat membantu meringankan pusing dan memperpendek serangan .

Pembatasan garam dan diuretik . Membatasi diet garam dan mengambil

diuretik ( pil air ) membantu beberapa orang mengendalikan pusing dengan

mengurangi jumlah cairan tubuh tetap , yang dapat membantu menurunkan volume

cairan dan tekanan di telinga bagian dalam.

Selanjutnya adalah terapi kognitif . Terapi kognitif adalah jenis terapi

bicara yang membantu orang fokus pada bagaimana mereka menafsirkan dan

bereaksi terhadap pengalaman hidup . Terapi kognitif membantu pasien mengatasi

lebih baik dengan sifat tak terduga dari serangan dan mengurangi kecemasan

mereka tentang serangan di masa depan .

Suntikan antibiotik gentamisin ke dalam telinga tengah membantu

mengontrol vertigo tetapi secara signifikan meningkatkan risiko gangguan

pendengaran karena gentamisin dapat merusak sel-sel rambut mikroskopis di

telinga dalam yang membantu kita dengar . Sebagai gantinya, suntikan

kortikosteroid dapat digunakan untuk membantu mengurangi pusing dan tidak

memiliki risiko gangguan pendengaran .

Pembedahan mungkin dianjurkan ketika semua pengobatan lain gagal

untuk meredakan pusing . Beberapa prosedur bedah dilakukan pada kantung

endolimfatik untuk dekompresi itu . Operasi lain yang mungkin adalah untuk

memotong saraf vestibular , meskipun lebih jarang ini terjadi .

Page 10: jump 7 neuro.docx

BPPV

BPPV merupakan salah satu penyebab vertigo perifer yang paling umum

terjadi. BPPV ditandai dengan gejala sensasi sekeliling berputar (pusing) terutama

terjadi saat terjadi perubahan posisi tubuh dan kepala. BPPV disebabkan karena

kesalahan interpretasi pada sistem keseimbangan tubuh. Sistem keseimbangan tubuh

diperankan oleh tiga buah kanal semisirkuler pada telinga bagian dalam. BPPV terjadi

saat partikel – partikel kalsium kecil yang tersuspensi dalam cairan endolimfe pada

labirin vestibular masuk ke dalam kanal semisirkuler. Pada keadaan normal, cairan

dalam kanal semisirkuler ini akan ikut bergerak saat terjadi perubahan posisi tubuh

dan mengirimkan pesan ke serabut saraf mengenai posisi tubuh yang sebenarnya.

Pada BPPV, partikel kalsium kecil ini dapat mengeksitasi serabut saraf dan

mengirimkan impuls interpretasi posisi tubuh yang berlebihan dari pergerakan tubuh

yang seharusnya.

Gejala Klinis

Pasien dengan BPPV akan mengalami gejala – gejala seperti pusing, sekeliling

terasa berputar mengelilingi mereka. Pasien juga dapat merasakan gejala seperti :

Mual, muntah, kehilangan pendengaran, dan kehilangan keseimbangan

Masalah penglihatan seperti perasaan benda – benda di sekitarnya terasa

berpindah

Pergerakan mata yang tidak normal (nistagmus patologis)

Perasaan pusing atau berputar yang dialami pasien terjadi ketika ada perubahan

posisi kepala, tiba – tiba, dan onset terjadinya gejala pusing sangat sebentar (beberapa

detik). Pada umumnya, gejala yang dialami pasien terjadi saat pasien bangun dari

tidur dan saat melihat sesuatu.

Pemeriksaan dan Tes

Pemeriksaan provokasi manuver Dix-Hallpike sering menjadi pemeriksaan yang

pasti untuk menentukan BPPV. Pasien akan diminta untuk melihat ke salah satu posisi

dan dengan cepat berbaring ke posisi yang berlawanan. Pemeriksaan ini nantinya

Page 11: jump 7 neuro.docx

melihat dari arah, latensi, dan durasi dari nistagmus. Pemeriksaan ini akan mengetahui

letak partikel kecil pada kanal semisirkularis.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan

EEG

Electronystagmography (ENG)

CT scan/MRI kepala

Tes Pendengaran

MRA kepala

Stimulasi kalori (hangat dan dingin) untuk melihat pergerakan bola mata

Penatalaksanaan

Penatalaksaaan untuk pasien vertigo adalah dengan menggunakan Epley’s

maneuver merupakan penatalaksaan yang cukup efektif untuk memindahkan

partikel kecil pada telinga bagian dalam dan menghilangkan sensasi sekeliling

terasa berputar. Manuver lain seperti manuver Semont, manuver Lempert, dan

manuver Gufoni dapat dilakukan, namun efektivitas tertinggi menggunakan

manuver Epley’s.

Pemberian obat antiemetis seperti Prometazin, antihistamin, dan

antikolinergis dapat diberikan untuk menghilangkan gejala – gejala tersering

lainnya seperti mual, dan muntah. Pembedahan dapat dilakukan apabila dengan

manuver di atas pasien tidak mengalami perubahan gejala – gejala vertigo.

Penatalaksanaan yang cukup penting adalah menghindari posisi – posisi

kepala yang dapat memicu timbulnya vertigo dan mencegah dehidrasi karena

muntah yang terus menerus.

Page 12: jump 7 neuro.docx

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa

sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan

pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus

terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering

digunakan :

1. ANTIHISTAMIN

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin

yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,

meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki

aktivitas antikholinergik sentral ini ada kaitannya dengan kemampuannya

sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi

(mengantuk).

BETAHISTIN

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan

sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.

Page 13: jump 7 neuro.docx

Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali

“rash” di kulit.

BETAHISTIN MESYLATE (MERISLON)

Dapat diberikan dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

BETAHISTIN DI HCL (BETASERC)

Dapat diberikan dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari.

DIMENHIDRINAT (DRAMAMINE)

Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral

(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg –

50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

DIFHENHIDRAMIN HCL (BENADRYL)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1

kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan

parenteral. Efek samping mengantuk.

 ANTAGONIS KALSIUM

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium

Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.

Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung

banyak terowongan kalsium.

CINNARIZINE (STUGERONE)

Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons

terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali

sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa

cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.

 FENOTIAZINE

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetic (anti muntah). Namun

tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan

Page 14: jump 7 neuro.docx

Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea namun kurang

berkhasiat terhadap vertigo.

PROMETHAZINE (PHENERGAN)

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama

aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1

draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau

intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk),

sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat

Fenotiazine lainnya.

KHLORPROMAZINE (LARGACTIL)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.

Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau

intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari.

Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

 OBAT SIMPATOMIMETIK

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat

simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.

EFEDRIN

Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari.

Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo

lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi

gelisah – gugup.

 OBAT PENENANG MINOR

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang

diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering

dan penglihatan menjadi kabur.

LORAZEPAM

Dosis dapat diberikan 0,5-1 mg

Page 15: jump 7 neuro.docx

DIAZEPAM

Dosis dapat diberikan 2-5 mg.

 OBAT ANTI KHOLINERGIK

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular

dan dapat mengurangi gejala vertigo.

SKOPOLAMIN

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan

mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg-0,6 mg, 3-4 kali

sehari.

PROGNOSIS

Prognosis pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik, dapat terjadi

remisi sempurna. Sebaliknya pada tipe sentral, prognosis tergantung dari penyakit yang

mendasarinya. Infark arteri basilar atau vertebral, misalnya, menandakan prognosis yang

buruk. Semoga dengan kemajuan ilmu bedah saraf di masa yang akan datang, vertigo tak lagi

menjadi momok.

Diagnosis Banding Vertigo

A. Vertigo Perifer

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo

Disebabkanadanyapartikel di semi circularis canal. Karakteristikterjadiserangan

vertigo mendadakbersifat rotatory karenaprovokasigerakankepala.

2. Penyakit Meniere

10-15% kasus vertigo

disebabkanadanyadistensimemnbranlabyrinakibatdilatasidanpenambahancairanen

dolimfe. Karakteristikadanyaserangan vertigo yang beratdalambeberapa jam

disertaitinitusdanpendengaranterganggubersifatkronisdanfluktuatif.

3. Vestibuler Neuritis

Adanyainflamasin.vestibularis yang dihubungkandenganinfeksi virus atauiskemi.

Karakteristik vertigo berat, mualmuntah,

gangguankeseimbangantanpagangguanpendengaran.

4. Labyrintis

Page 16: jump 7 neuro.docx

Infeksilabyrinsebagaiakibatlanjutdari otitis media, parotitislokal.

5. InfarkLabyrin

Vaskularisasilabyrinberasaldarisistem vertebra basiler.

Bilaadagangguanpadasistemtersebutmenyebabkangangguanfungsilabyrin.

6. OklusiA.auditivainterna

Adanya proses

aterosklerosisa.auditivainternadancabangnyaakibatpenyakitsepertiLues, Lupus

Eritematosus, danperi arthritis nodusa. Karakteristikterjadi vertigo

akutdisertaiganggguanpendengaran yang mendadak.

B. Vertigo Sentral

1. Migrainvertebrobasiler

Serangan vertigo terjadikarenaadanyavasokonstriksia.basilaris yang

diikutidenganvasodilatasipembuluhdaraha.carotiseksternadenganmanifestasiseran

gan vertigo yang diikutidengannyerikepala.

2. Insufisiensivertebrobasiler

Alirandarahsistem vertebra basilermeliputi cerebellum danbatangotak,

sertasebagiankecilmengenaidaerahtelingabagiandalammelaluia.auditivainterna,

olehkarenaitumanifestasiinsufisiensivertebrobasilersebagian vertigo

sentralataujuga vertigo perifer.

3. Multiple sclerosis

5% penderita vertigo penyebabnyaadalah multiple sclerosis dankira-kira 50%

multiple sclerosis manifessebagai vertigo. Sclerosis

padajaringansistemvestibulermenyebabkan vertigo.

4. PenyakitLues

Penyakitpadapermulaannyamengenai meninges yang

menyebarkejaringanotakmelaluipembuluhdarah (vasculitis) menyebabknainfark.

Apabilamengenaisistemvestibulermenyebabkan vertigo.

5. Tumor

Tumor cerebellopontin paling seringmenyebabkan vertigo di

smapinggangguanpendengaran, tinitus, gangguansensibilitaswajah.

Penyebabterbanyakadalah meningioma.

6. BasilerImpressia

Malformasicranioservicaladanyapenyatuantulang atlas

dancondykusoccipitalisdengan foramen magnum terbentuktidaksempurna.

Page 17: jump 7 neuro.docx

Penyakitiniseringbersamaandengan Arnold Chiari Malformation. Keluhan vertigo

ringan/dizzines, nistagmus, gangguanpendengaran.

2. Faktor Risiko

FAKTOR RESIKO

Faktor risiko untuk vertigo meliputi: 

Jenis Kelamin

Menjadi seorang wanita.Satu studi menemukan bahwa hampir 90 % wanita dan

sekitar 70 % pria mengalami vertigo sepanjang hidup mereka.

Usia

Menjadi setengah baya. Kejadian vertigo memuncak pada usia 40-an, meskipun

orang-orang dari segala usia dapat terkena jenis sakit kepala ini. Adapun orang

berusia diatas 65 tahun resiko terkena sakit kepala lebih tinggi karena dari segi

kekebalan serta pada usia tersebut sering mengonsumsi obat-obat yang menyebabkan

pusing

Obat-obat tertentu

Beberapa obat yang dapat meningkatkan resiko sakit kepala adalah obat penurun

tekanan darah, anti-seizure medication, sedatif dan obat penenang.

Riwayat Terdahulu

Orang yang punya riwayat sakit kepala cenderung beresiko terkena serangan sakit

kepala lagi.

Page 18: jump 7 neuro.docx

3. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Fisik Umum

Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologik – vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum.

Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab; apakah akibat kelainan sentral – yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat – korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.

Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.

Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai. (Budi, 2004)

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:

1. Fungsi vestibuler/serebeler

a. Uji Romberg: penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.

c. Uji Unterberger.

Page 19: jump 7 neuro.docx

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

Gambar . Uji Unterberger

d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup.Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Page 20: jump 7 neuro.docx

Gambar . Uji Tunjuk Barany

e. Uji Babinsky-Weil

Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

Gambar . Uji Babinsky Weil

Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis

Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.

1. Fungsi Vestibuler

a. Uji Dix Hallpike

Perhatikan adanya nistagmus; lakukan uji ini ke kanan dan kiri

Kepala putar ke samping

Page 21: jump 7 neuro.docx

Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi terlentang)

Kepala harus menggantung ke bawah dari meja periksa

Gambar .. Uji Dix-Hallpike

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).

Page 22: jump 7 neuro.docx

Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

b. Tes Kalori

Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).

Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga.

Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.

c. Elektronistagmogram

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.

2. Fungsi Pendengaran

a. Tes garpu tala

Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach.

Pada tuli konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan Schwabach memendek.

b. Audiometri

Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.

Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah, pendengaran, dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebeler (tremor, gangguan cara berjalan).). (Budi, 2004)

Pemeriksaan Penunjang

Page 23: jump 7 neuro.docx

1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.

2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).

3. Neurofisiologi:Elektroensefalografi(EEG),Elektromiografi (EMG), Brainstem Auditory Evoked Pontential (BAEP).

4. Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI). (Budi, 2004)

4. Komplikasi (BAGUS )