Top Banner
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP TEKANAN DARAH Studi Analitik Observasional Pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang Usulan Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar sarjana kedokteran Oleh : Fiyan Bahrul Ilmi 01.210.6165
62

Jum'at, 1 November 2013

Nov 06, 2015

Download

Documents

Fiyan Rush

nov
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP TEKANAN DARAHStudi Analitik Observasional Pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang

Usulan Karya Tulis Ilmiahuntuk memenuhi sebagian persyaratandalam mencapai gelar sarjana kedokteran

Oleh :Fiyan Bahrul Ilmi01.210.6165

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG2013BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPertumbuhan dan perkembangan suatu negara dapat dilihat dari sektor transportasi dan perluasan daerah pemukiman. Dampak dari perkembangan tersebut antara lain banyaknya pemukiman yang berhadapan langsung dengan jalan raya, bandara, ataupun rel kereta api sehingga menimbulkan kebisingan (Kementrian Lingkungan Hidup RI, 2009).Bandara Ahmad Yani yang berlokasi di Kalibanteng Semarang merupakan salah satu Bandara Internasional yang menjadikan mobilitas yang cukup padat akan menimbulkan kebisingan. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, kebisingan memiliki nilai baku tingkat kebisingan yaitubatas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan (KEP-48/MENLH/11/1996). Aktifitas kegiatan di bandara akibat suara mesin dari pesawat terbang menimbulkan kebisingan akan mempengaruhi kenyamanan kerja para karyawan dan penduduk sekitar bandara Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51/Men/1999 yakni sebesar 85 dBA untuk pemaparan 8 jam sehari. Sedangkan untuk daerah perumahan dan pemukiman NAB kebisingan 55 dBA (KEP-48/MENLH/11/1996). Seseorang hanya boleh bekerja selama 8 jam di tempat dengan intensitas kebisingan 85 dBA. Intensitas kebisingan yang melebihi NAB kebisingan menyebabkan gangguan komunikasi, gangguan emosi, gangguan tekanan darah, dan kenyamanan hidup (Huldani, 2012).Hasil dari penelitian observasional yang dilakukan Mochamad Chaeran (2008) tentang kajian kebisingan akibat aktifitas di Bandara Ahmad Yani Semarang berpengaruh pada kondisi kesehatan para karyawan dan penduduk pemukiman sekitar bandara. Pemilihan lokasi penelitian observasional dibagi menjadi 2 yaitu Bandara Ahmad Yani Semarang meliputi di Apron, ujung landas Pacu Barat, ujung Landas Pacu Timur, parkir kendaraan depanterminal; dan pemukiman sekitar bandara meliputi Perumahan Cakrawala II, Perumahan Puspogiwang, Perumahan Puspowarno, Perumahan Graha Padma I, dan Perumahan Graha Padma II. Secara keseluruhan karyawan (Ground handling) Bandara Ahmad Yani Semarang mengalami mual-mual (0 %), susah tidur (20 %), tidak bisa tidur (8 %), kurang pendengaran (60 %) dan tidak merasakan apapun (12 %). Sedangkan penduduk pemukiman sekitar bandara mengalami susah tidur (60 %), tidak bisa tidur (18 %), kurang pendengaran (14 %) dan tidak merasakan apapun (8 %). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eny Hastuti di Semarang (2004), pada pekerja yang berada di Bandara Ahmad Yani Semarang membuktikan tingkat intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA, yang mempunyai risiko untuk naiknya tekanan darah sistolik sebesar 2,5 kali dan naiknya tekanan darah diastolik 2,1 kali di banding pekerja yang terpapar kebisingan kurang atau sama dengan 85 dBA.Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang2000-2010 disebutkan bahwa Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang berlokasi di Kalibanteng Semarang diarahkan untuk menjadi pelabuhan udara dengan pelayanan Internasional, sehingga diperlukan pengembangan fasilitas terminal atau landasan yang mampu menampung dan pendaratan pesawat berbadan besar. Oleh karena itu dalam pengembangannya perlu direncanakan peningkatan dan pengembangan fasilitas jasa angkutan udara secara bertahap agar Bandara Ahmad Yani masih layak dipergunakan dengan menambah panjang landasan tahun 2007 dari 2200 m menjadi 2650 m di tahun 2010. Berdasarkan uraian tersebut, hasil pengukuran tingkat kebisingan akibat aktifitas di Bandara Ahmad Yani Semarang perlu di evaluasi tiap tahun untuk melihat perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lokasi tertentu terutama di dalam bandara di luar Bandara Ahmad Yani Semarang terutama dampaknya terhadap kesehatan para pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang sehingga dapat dilakukan usaha preventif. Peneliti ingin mengetahui pengaruh bising pesawat udara terhadap tekanan darah Pekerja di dalam dan di luar Bandara Ahmad Yani Semarang.

1.2 Rumusan MasalahAdakah pengaruh bising pesawat udara terhadap tekanan darah Pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMengetahui pengaruh paparan bising pesawat udara terhadap tekanan darah paraPekerja di dalam dan di luar Bandara Ahmad Yani Semarang.

1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Memperoleh gambaran tekanan darah Pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang dengan berbagai tingkat kebisingan.1.3.2.2 Menganalisis pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah Pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat TeoritisMenambah informasi tentang tingkat kebisingan pesawat udara terhadap tekanan darah Pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang.

1.4.2 Manfaat Praktis Untuk menambah informasi kesehatan tentang pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah. Untuk memberi informasi tentang pentingnya melakukan prevensi dari gangguan kebisingan dengan alat pelindung diri pada para pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Alat Pendengaran2.1.1 Anatomi Alat Pendengaran ManusiaAlat pendengaran pada manusia adalah telinga. Telinga merupakan organ pendengaran yang juga mempunyai peran penting dalam hal keseimbangan (Watson, 2002). Struktur anatomi telinga terdiri atas tiga bagian yaitu: (Anizar, 2009)a. Telinga luar Telinga luar atau pinna terdiri atas daun telinga atau aurikula dan liang telinga sampai membran timpani (Anizar, 2009; Boies, 2012). Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 1/2 - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen (Soepardi dkk, 2007). Telinga luar berfungsi sebagai pendeteksi suara dan menyertakan tekanan (Anizar, 2009).

Gambar 2.1 Penampang Telinga potongan frontal (Vestibular Disorders Association, 2013)b. Telinga tengahTelinga tengah berbentuk kubus dengan: Batas luar : membran timpani. Batas depan : tuba eustachius. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis). Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis. Batas atas : tegmen timpani (meningen/ otak). Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), dan promontorium (Boies, 2012).

Gambar 2.2 Telinga Tengah (Boies, 2012)

Gambar 2.3 Membran Timpani (Grays anatomy, 2008)Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam (Boies, 2012).Bayangan pada penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, yaitu sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius (Soepardi dkk, 2007; Boies, 2012). Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian bawah belakang membran timpani, sesuai dengan arah serabut membran timpani. Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian (Soepardi dkk, 2007).Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah (Soepardi dkk, 2007).c. Telinga dalamTelinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah, dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti (Soepardi dkk, 2007).

Gambar 2.4 Organ Corti (Crippen, 2010)2.1.2 Fisiologi Alat Pendengaran ManusiaProses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengaplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis (Soepardi dkk, 2007).

Gambar 2.5 Fisiologi Pendengaran (Ganong, 2008)2.2 Tekanan Darah2.2.1 DefinisiTekanan darah adalah suatu keadaan di mana tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh, dengan kata lain tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan Hall, 2008). Pengertian tekanan darah yang lain menurut Palmer dkk (2005), tekanan darah adalah gaya (atau dorongan) darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. 2.2.2 Jenis-jenis Tekanan DarahTekanan darah dapat dibedakan atas 2 yaitu :2.2.2.1 Tekanan SistolikAdalah tekanan pada pembuluh darah yang lebih besar ketika jantung berkontraksi (Beevers, 2002). Tekanan sistolik menyatakan puncak tekanan yang dicapai selama jantung menguncup. Tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar melalui arteri. dimana tekanan ini berkisar antara 95 - 140 mmHg (Vitahealth, 2000).2.2.2.2 Tekanan DiastolikAdalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks di antara tiap denyutan (Beevers, 2002). Tekanan diastolik menyatakan tekanan terendah selama jantung mengembang. Dimana tekanan ini berkisar antara 60 - 95 mmHg (Vitahealth, 2000).2.2.3 Mekanisme Pengaturan Tekanan DarahMeningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara sebagai berikut: (Aditama, 2005)a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi secara otomatis).Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu berfungsi untuk: (Aditama, 2005)a. Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar).b. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga mempersempit sebagian besar arteiola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak).c. Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh.d. Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.2.2.4 Pengukuran Tekanan DarahPengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan metode pengukuran secara langsung dan metode pengukuran secara tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan cara memasukkan sebuah jarum berlubang ke dalam pembuluh darah dan sebuah kateter (tabung plastik berlubang) disusupkan ke jarum. Kateter menstransmisikan tekanan darah ke tekanan transcuder. Akan tetapi, untuk tujuan rutin metode pengukuran tekanan darah secara langsung ini tidak dilakukan karena keakuratan hasil pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara tidak langsung (John dkk, 1999).Peralatan yang dapat digunakan dalam pengukuran tekanan darah adalah sphygmomanometer. Alat tekanan darah ini memiliki manset yang bisa digembungkan yang dapat dihubungkan dengan suatu tabung berisi air raksa. Jika bola pemompa dipakai memompa udara memasuki kantong udara, maka kantong udara akan menekan pembuluh darah arteri sehingga menghentikan aliran darah pada arteri. Pada saat udara pada kantong dilepas, mercury (air raksa) pada alat pengukur akan turun, dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan pada nadi arteri kita dapat memantau adanya suara Duk pada saat turunnya tekanan kantong udara menyamai tekanan pada pembuluh darah arteri berarti mengalirnya darah kembali pada arteri, tekanan darah terbaca pada alat ukur mercury bersamaan dengan bunyi Duk yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Suara Duk pada stetoskop akan terdengar terus menerus sampai suara terendah. Suara Duk terendah itulah yang menunjukkan tekanan darah diastolik (Beevers, 2002).2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Tekanan DarahAda beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, yaitu: a. UsiaPerbedaan usia mempengaruhi tekanan darah. Tekanan darah rata-rata orang dewasa 30-45 tahun sistolik 110-140 mmHg dan diastolik 60-90 mmHg (Kozier, 1987).b. Jenis KelaminPada usia dini tidak ada perbedaan tekanan darah antara pria dan wanita. Akan tetapi, mulai pada remaja, pria menunjukkan rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Pada usia tua perbedaan ini akan menyempit dan polanya dapat berbalik (WHO, 2001). c. LatihanLatihan fisik dapat meningkatkan cardiac ouput sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Ganong, 2008).d. Emosi dan stress fisikEmosi, rasa takut, kecemasan, dan stress fisik dapat meningkatkan tekanan darah karena memicu saraf simpatis yang mengakibatkan peningkatan cardiac output dan vasokontriksi arteri (Ganong, 2008).e. ObesitasAdalah massa tubuh yang meningkat akibat jaringan lemak yang berlebihan, hal ini mengakibatkan konsumsi O2 menjadi tinggi sehingga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan menurunkan isi sekuncup sehingga memiliki kecenderungan untuk kenaikan tekanan darah (Ganong, 2008).Untuk mengetahui seseorang obesitas atau tidak dapat diukur dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). BMI merupakan suatu pengukuran yang membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan. Dalam kata lain BMI atau IMT dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Jika nilai BMI atau IMT diperoleh, maka dapat dibandingkan dengan tabel di bawah ini, yaitu: (Provesawari, 2010)Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan menurut WHO, 2004KategoriBatas Ambang

KurusKekurangan BB tingkat berat< 16,0

Kekurangan BB tingkat sedang16,00-16-99

Kekurusan BB tingkat ringan17,00-18,49

Normal18,50-24,99

Pre Obesitas25,00-29,99

GemukObesitas kelas I30,00-34,99

Obesitas kelas II35,00-39,99

Obesitas kelas III 40,00

f. MerokokMenurut Kaplan dkk (1996), nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah.g. Konsumsi alkoholPemakaian alkohol 3 gelas atau lebih per hari dapat memicu kenaikan tekanan darah (Sudoyo, 2009).h. Minum kopiKafein yang terkandung dalam kopi dapat meningkatkan tekanan darah (James, 1993). Pada penelitian yang dilakukan oleh Uiterwaal dkk (2007) menunjukkan bahwa subyek yang tidak terbiasa minum kopi memiliki tekanan darah yang rendah dibandingkan subyek yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari. Subyek yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari memiliki tekanan darah yang tinggi daripada subyek yang mengkonsumsi 1-3 cangkir per hari. Subyek yang mengkonsumsi >6 cangkir per hari justru memiliki tekanan darah yang rendah dibandingkan subyek yang mengkonsumsi 3-6 cangkir per hari.

2.2.6 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Vitahealth (2000), tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:a. Tekanan darah rendah (Hipotensi)b. Tekanan darah normal (Normotensi)c. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)Adapun klasifikasi yang lain menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) tahun 2003 adalah sebagai berikut:a. Tekanan darah normalTekanan Sistolik < 120 mmHg dan Tekanan Diastolik < 80 mmHg.b. Pre hipertensiTekanan Sitolik 120-139 mmHg dan Tekanan Diastolik 80-89 mmHg.c. Hipertensi stadium 1Tekanan Sistolik 140-159 mmHg dan Tekanan Diastolik 90-99 mmHg.d. Hipertensi stadium 2Tekanan Sistolik 160 mmHg dan Tekanan Diastolik 100 mmHg.2.3 Kebisingan2.3.1 Definisi dan Sumber KebisinganKebisingan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.Adapun pengertian kebisingan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja. Kebisingan juga berarti semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan (Anizar, 2009). Kebisingan adalah produk samping yang tidak diinginkan dari sebuah lingkungan Bandara yang disebabkan oleh kegiatan operasional Bandara yaitu bunyi suara mesin pesawat terbang yang menimbulkan kebisingan yang tidak hanya mempengaruhi aktifitas karyawan bandara (Ground Handling) dan penduduk yang tinggal di sekitar Bandara (Sasongko, 2000).2.3.2 Pembagian KebisinganMenurut Gabriel (1996), kebisingan berdasarkan waktu terjadinya dapat dibagi menjadi: 1. Bising kontinyu dengan spectrum luas, misalnya bising karena mesin, kipas angin.2. Bising kontinyu dengan spectrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup gas.3. Bising terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di udara.Di tempat kerja, kebisingan oleh Tambunan (2005), dapat diklasifikasikan menjadi kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non steady noise).Kebisingan tetap (steady noise) juga diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise)Kebisingan ini berupa nada-nada murni pada frekuensi yang beragam, contohnya suara mesin, suara kipas, dan sebagainya.b. Broad band noiseMemiliki kesamaan dengan kebisingan dengan frekuensi terputus, tetapi pada broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan nada murni).Sementara itu, kebisingan tidak tetap (non steady noise) juga dibagi lagi menjadi:a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu. b. Intermitten noiseIntermittent noise adalah kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas. c. Impulsif noiseKebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya.Menurut Buchari (2007), kebisingan berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia dapat dibagi menjadi:1. Bising yang menggangu (Irritating noise)Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur.2. Bising yang menutupi (Masking noise)Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.3. Bising yang merusak (damaging / injurious noise)Adalah bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran 2.3.3 Nilai Ambang Batas KebisinganDi Indonesia sendiri Nilai Ambang Batas Kebisingan mengacu pada peraturan menteri lingkungan hidup dan peraturan meteri tenaga kerja. Baku tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 adalah sebagai berikut:Tabel 2.1. Baku Tingkat KebisinganPeruntukan Kawasan/ Lingkungan KegiatanTingkat KebisingandB(A)

a. Peruntukan Kawasan

1. Perumahan dan Pemukiman55

2. Perdagangan dan Jasa70

3. Perkantoran dan Perdagangan65

4. Ruang Terbuka Hijau50

5. Industri70

6. Pemerintah dan Fasilitas Umum60

7. Rekreasi8. Khusus Bandar Udara Stasiun Kereta Api Pelabuhan Laut Cagar Budayab. Lingkungan Kegiatan1. Rumah sakit atau sejenisnya2. Sekolah atau sejenisnya3. Tempat ibadah atau sejenisnya70

**7060

555555

KETERANGAN: *) disesuaikan dengan ketentuan menteri perhubunganAdapun nilai ambang batas (NAB) kebisingan menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999, yaitu:Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas (NAB) KebisinganWaktu Pemajanan per hariIntensitas Kebisingan dalam dB(A)

8 jam85

4 jam88

2 jam1 jam9194

30 menit97

15 menit100

7,5 menit103

3,75 menit106

1,88 menit109

0,94 menit112

28,12 detik115

14,06 detik118

7,03 detik121

3,52 detik124

1,76 detik127

0,88 detik130

0,44 detik133

0,22 detik136

0,11 detik139

Catatan: tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

2.3.4 Dampak Kebisingan terhadap KesehatanBeberapa efek kebisingan terhadap kesehatan, antara lain: a. Auditorial (Anizar, 2009)1. PresbycusisPresbycusis adalah kehilangan pendengaran karena proses menuanya seseorang. Penyakit ini terjadi karena meningkatnya frekuensi minimal yang dapat didengar.2. TinnitusTinnitus adalah bunyi dalam telinga tanpa ransangan di luar. Bunyi-bunyi telah digambarkan sebagai bunyi bordering, meandering, berdengung, berdesis, ataupun seperti suara gemuruh. Tinnitus dapat terjadi pada satu atau kedua belah telinga atau di manapun di kepala. Tinnitus tidak akan terasa jika penderita sedang melakukan aktivitasnya, tetapi tinnitus akan jelas dirasakan jika berada di ruangan yang sunyi ataupun malam pada waktu tidur.3. Kerusakan Pendengaran SementaraKerusakan pendengaran sementara ialah kerusakan yang terjadi akibat dari kebisingan yang sangat keras pertama kali di batas frekuensi 4000 Hz 6000 Hz dan ini adalah batas paling sensitif untuk telinga manusia. Kerusakan pendengaran ini dapat disebut juga temporary threshold shift (TTS) atau kelelahan pendengaran. Pemulihan pendengaran jenis ini cukup cepat setelah bising dihentikan. 4. Kerusakan Pendengaran Total Jika kebisingan yang sangat keras ini dilanjutkan secara berulang-ulang sebelum pemulihan pendngaran sementara selesai maka akibatnya adalah kerusakan pendengaran total atau dapat disebut juga permanent threshold shift (PTS). Dalam proses kerusakan telinga jenis ini yang mengalami kerusakan adalah saraf telinga pada telinga dalam. Oleh sebab itu, kerusakan telinga ini adalah bersifat irreversibel atau tidak dapat disembuhkan. b. Non Auditorial1. Sistem keseimbanganKebisingan sebagai suara yang tidak dikehendaki harus kendalikan agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Getaran yang dibangkitkan secara terus menerus (kontinyu) akan mengakibatkan stress, mual, atau pusing tergantung frequensi yang dibangkitkan (Buchari, 2007; Laksmono 2012).2. Sistem kardiovaskulerBising dapat menyebabkan gangguan berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, dan konstriksi pembuluh darah perifer terutama tangan dan kaki (Roestam, 2004; Tambunan, 2005; Buchari, 2007). 3. Gangguan PsikologisGangguan Psikologis yang ditimbulkan dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah (Roestam, 2004). Bising yang berlebihan dan dalam waktu lama dapat menimbulkan gangguan komunikasi wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress, serta penyakit psikosomatik, seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain-lain (Rambe, 2003; Buchari, 2007).

2.3.5 Pengendalian KebisinganMenurut Pramudianto (1990) pengendalian kebisingan di tempat kerja pada prinsipnya terdiri dari:2.3.5.1 Pengendalian secara teknisPengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising pada sumbernya merupakan pengendalian yang sangat efektif dan hendaknya dilakukan pada sumber bising yang paling tinggi. Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain :1. Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak, menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan, mengganti alat yang telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan yang lebih baik.2. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara dan melumasi semua bagian yang bergerak.3. Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari pekerja/penerima, menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang.4. Merendam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke dalam bak maupun pada sabuk roda.5. Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang kerja. Pemasangan perendam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan yang bising.

2.3.5.2 Pengendalian secara administrasiPengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, pelatihan bagi pekerja terhadap bahaya kebisingan, cara mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran (Pramudianto,1990).2.3.5.3Pemakaian alat pelindung diri (ppe = personal protective equipment)Alat pelindung diri untuk mengurangi kebisingan meliputi ear plugs dan ear muffs. Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.2.3.6 Pengukuran Intensitas KebisinganPengukuran intensitas kebisingan ditujukan untuk membandingkan hasil pengukuran pada suatu saat dengan standar yang telah ditetapkan serta merupakan langkah awal untuk pengendalian (Wardhana, 2001). Alat yang dipergunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM) (Tambunan, 2005).Metode pengukuran kebisingan :a. Melakukan kalibrasi sebelum alat sound level meter digunakan untuk mengukur kebisingan, agar menghasilkan data yang valid. Alat dikalibrasi dengan menempatkan kalibrator suara (pistonphon) pada mikrofon sound level meter pada frekuensi 1 kHz dan intensitas 114 dB, kemudian aktifkan dengan menekan tombol ON, kemudian putar sekerup (ke kanan untuk menambah dan kekiri untuk mengurangi) sampai didapatkan angka 114.b. Mengukur kebisingan bagian lingkungan kerja, dengan cara alat diletakkan setinggi 1,2 sampai 1,5 meter dari alas lantai atau tanah pada suatu titik yang ditetapkan.c. Angka yang terlihat pada layar atau display dicatat setiap 5 detik dan pengukuran dilakukan selama 10 menit untuk setiap titik lingkungan kerja.d. Setelah selesai alat di matikan dengan menekan tombol OFF.e. Data hasil pengukuran, kemudian dimasukkan ke rumus:Leq = 10 log 1/N [(n1 x 10 L1/10) + (n2 x 10 L2/10) + ... + (nn x 10 Ln/10)]Keterangan:Leq = Tingkat kebisingan ekivalen (dB)N = Jumlah bagian yang diukurLn = Tingkat kebisingan (dB)nn = Frekuensi kemunculan Ln (tingkat kebisingan)

Kebisingan2.4 Kerangka Teori

AuditorialNon Auditorial

Stresssistem keseimbanganTekanan darah

UsiaJenis KelaminLatihanObatStatus GiziKebiasaan MerokokKonsumsi AlkoholMinum Kopi

Saraf simpatis

Norepinefrin-epinefrin

VasokonstriktorFrekwensi dan kontraktilitas jantung

Vasodilator :EpinefrinBradikininHistaminIon (Kalium, Magnesium, asetat, sitrat, karbondioksida)Angiotensin IIVasopressinEndotelinIon ( Kalsium)

Inhibisi Parasimpatis

KebisinganTekanan Darah2.5 Kerangka Konsep

2.6 HipotesisAda pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah pekerja bandara.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional.

3.2. Variabel dan Definisi Operasional3.2.1. Variabel PenelitianVariabel penelitian dibagi menjadi 2 yaitu:3.2.1.1. Variabel bebas.Variabel bebas adalah kebisingan di Bandara Ahmad Yani Semarang. 3.2.1.2. Variabel tergantungVariabel tergantung adalah tekanan darah Pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang.3.2.2. Definisi Operasional3.2.2.1. Kebisingan di Bandara Ahmad YaniAdalah tingkat kebisingan yang diinterprestasikan dengan zona jarak terkait satuan bunyi (desibel (dB)). Bising dengan tingkat 85 dB (desibel) dan tidak bising dengan tingkat < 85 dB. Alat ukur yang digunakan adalah Sound Level Meter (SLM).Skala yang digunakan skala Interval.3.2.2.2. Tekanan darahAdalah hasil pengukuran tekanan darah pada pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang. Alat ukur yang digunakan adalah tensimeter (sphygmomanometer) air raksa.Skala yang digunakan Ratio.

3.3. Populasi dan Sampel3.3.1. PopulasiPopulasi yang digunakan adalah semua Pekerja Bandara Ahmad Yani yang terpajan kebisingan di sekitar kawasan Bandara Ahmad Yani Semarang.3.3.2 SampelSampel penelitian ini adalah populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dari penelitian ini antara lain: a. Kriteria Inklusi1. Populasi yang bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani surat persetujuan kesediaan mengikuti penelitian.2. Usia antara 20-40 tahun, untuk menegakkan diagnosis bahwa penurunan disebabkan oleh paparan bising bukan faktor usia (ketuaan).3. Berada di lokasi Bandara Ahmad Yani Semarang minimal 6 jam dalam 1 hari dan minimal 1 tahun.4. Tidak merokok.5. Tidak meminum minuman alkohol.6. Tidak obesitas.Obesitas diperoleh dari perhitungan Body Mass Index (BMI). BMI merupakan suatu pengukuran yang membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan. Dalam kata lain BMI atau IMT dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).

Sesuai dengan kriteria sampel di atas maka besar sampel minimal diambil menggunakan rumus sebagai berikut: (Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2002)

Keterangan:n= Besar SampelP0= Proporsi perubahan tekanan darah pada responden berdasarkan penelitian Rusli (2008) (P0 = 0,34).Pa = Proporsi perubahan tekanan darah yang diharapkan pada penelitian ini (Pa = 0,5). = Tingkat kemaknaan (5% = 0,05) = Nilai deviasi normal pada 5% = 1,96 = Nilai deviasi normal pada 20% = 0,842Kekuatan uji (power test) = 1 = 1 0,2 = 0,8

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh sampel minimal 30 orang dan untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan sampel yang disebabkan responden tidak dapat memberikan informasi sesuai dengan data yang dibutuhkan (non respon) serta untuk memenuhi kriteria sampel agar dapat menggambarkan populasi yang ada (representatif) maka peneliti mengambil sampel 40 orang. 3.4. Instrumen Penelitian dan Bahan penelitianInstrumen Penelitian dan Bahan Penelitian yang dipakai : Kuisoner Sphygmomanometer air raksa Sound Level Meter EXTECH Model 407735 Alat Penimbang Berat Badan Alat Pengukur Tinggi Badan

3.5. Cara Penelitian3.5.1. Pengajuan Perijinan Tempat dan Peminjaman Alat PenelitianMengajukan surat perijinan penelitian kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa & Politik Kota Semarang untuk memperoleh surat rekomendasi survey/ riset. Setelah itu, surat rekomendasi suvey/ riset tersebut ditunjukkan kepada Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kota Semarang untuk mendapatkan data sekunder dan memperoleh izin tempat penelitian. Mengajukan surat peminjaman alat kepada Kepala Laboratorium Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Sultan Agung untuk meminjam Sound Level Meter.3.5.2. Pelaksanaan PenelitianPelaksanaan penelitian meliputi:a. Penyebaran kuesinor kepada sampelKuesioner disebarkan kepada sampel untuk mendapatkan nilai yang selanjutnya akan diolah untuk memperoleh tingkat pengetahuan. Pengisian kuesioner dilakukan di tempat responden bekerja dan diawasi secara ketat untuk menjaga obyektifitas dan orisinalitas jawaban sampel dalam pengisian kuesioner.b. Pengukuran Kebisingan di Terminal Terboyo.Dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Pengukuran sebagai berikut :1). Melakukan kalibrasi sebelum alat sound level meter digunakan untuk mengukur kebisingan, agar menghasilkan data yang valid. Alat dikalibrasi dengan menempatkan kalibrator suara (pistonphon) pada mikrofon sound level meter pada frekuensi 1 kHZ dan intensitas 114 dB, kemudian aktifkan dengan menekan tombol ON, kemudian putar sekrup (ke kanan untuk menambah dan kekiri untuk mengurangi) sampai didapatkan angka 114.2). Mengukur kebisingan di Bandara Ahmad Yani Semarang, dengan cara alat diletakkan setinggi 1,2 sampai 1,5 meter dari alas lantai atau tanah pada suatu titik yang ditetapkan.3). Angka yang terlihat pada layar atau display dicatat setiap 5 detik dan pengukuran dilakukan selama 10 menit untuk titik yang telah ditentukan di Terminal Terboyo, yaitu pada Terminal Selatan (AKDP), Peron & Tiket Bus, dan Terminal Utara (AKAP). 4). Setelah selesai alat di matikan dengan menekan tombol OFF.5). Data hasil pengukuran, kemudian dimasukkan ke rumus:Leq = 10 log 1/N [(n1 x 10 L1/10) + (n2 x 10 L2/10) + ... + (nn x 10 Ln/10)]Keterangan:Leq = Tingkat kebisingan ekivalen (dB)N = Jumlah bagian yang diukurLn = Tingkat kebisingan (dB)Nn = Frekuensi kemunculan Ln (tingkat kebisingan)c. Pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan, untuk menentukan status gizi.Dengan menggunakan timbangan dan meteran. Cara yang mudah dan lebih obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah dengan menghitung BMI (Body Mass Index) atau Indeks Massa.Rumus:

Keterangan :IMT : Indeks Massa TubuhBB : Berat Badan (Kg)TB : tinggi Badan (m)Kriteria status gizi menurut A. Rimbawan (2004), Provesawari (2010)1). Kurus jika IMT :a). < 17 = kekurangan berat badan tingkat beratb). 17 18,4 = kekurangan berat badan tingkat rendah2). Normal jika IMT : 18,5 24,93). Gemuk jika IMT :a). 25 27 = kelebihah berat badan tingkat ringanb). > 27 = kelebihah berat badan tingkat beratSkala pengukuran :1). Status gizi kurang baik (skor IMT < 18,5 dan 25)2). Status gizi baik (skor IMT 18,5 - 24,9)d. Pemeriksaan tekanan darah untuk mengetahui tekanan darah pada komunitas Pekerja Bandara Ahmad Yani Semarang.

3.5.3. Menentukan Populasi dan Sampel Alur Penelitian

Menentukan Tempat dan Waktu

Perijinan Tempat dan Alat penelitian

Pengisian kuesioner oleh Sampel

Pengukuran Kebisingan di Bandara Ahmad Yani Semarang

Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan Sampel

Pengukuran Tekanan Darah Sampel

Data

3.6. Tempat dan Waktu Penelitian3.6.1. Tempat Penelitian : Penelitian ini akan dilakukan di Bandara Ahmad Yani Semarang.3.6.2. Waktu Penelitian : Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1-7 Desember 2013.

3.7. Analisa HasilAnalisis Data yang digunakan adalah Analisis Univariate Analisis Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).