Top Banner
Juknis Kasiba-Lisiba BS - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Permukiman skala besar yang diwujudkan dalam Pembangunan Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri (Kasiba dan Lisiba BS) sangat strategis bagi semua pelaku pembangunan di bidang perumahan dan permukiman terutama badan usaha di bidang perumahan dan permukiman (Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Pasal 23). Bahwa pembangunan perumahan dan permukiman yang dilaksanakan dengan pola Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri dimaksudkan agar pembangunan perumahan dan permukiman dapat lebih terarah dan terpadu sesuai dengan arah pembangunan Kabupaten/Kota, sehingga mengarahkan pertumbuhan Kabupaten/Kota membentuk struktur lingkungan yang lebih efektif dan efisien. Ditegaskan bahwa semua pembangunan perumahan yang dilakukan oleh Badan Usaha di bidang perumahan dan permukiman hanya di lokasi Kasiba dan atau Lisiba yang Berdiri Sendiri. Hal ini menjadi satu tantangan dan sekaligus peluang bagi Pemerintah Kabupaten/Kota untuk memberikan fasilitasi yang terbaik untuk memberikan pelayanan dalam memenuhi tuntutan kebutuhan di bidang perumahan dan permukiman. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999, tentang Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri, telah memberikan dasar-dasar pengaturan yang cukup rinci. Dalam memenuhi tuntutan tersebut ada urutan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, sejak dari penetapan lokasi sampai pada pengendalian pembangunan Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri. Untuk itu masih diperlukan pedoman yang dapat dijadikan panduan untuk ditindak lanjuti oleh Pemerintah Kabupaten/Kota menjadi Peraturan Daerah yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Dengan mengikuti urutan kegiatan yang dilakukan, akan menjamin bahwa Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri dikembangkan sesuai dengan Undang-undang dan peraturan yang berlaku, sehingga mampu menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat akan perumahan dan permukiman yang memenuhi syarat. Untuk itu dalam Pedoman Pelaksanaan dan Pedoman Teknis ini disajikan urutan kegiatan yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembangunan di bidang perumahan dan permukiman. Dalam hal ini pedoman ini masih bersifat lebih umum, masih diperlukan penjabaran yang lebih rinci dengan penyesuaian terhadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya serta besarnya kebutuhan atas perumahan dan permukiman di masing-masing daerah.
61

JUKNIS KASIBA

Nov 15, 2015

Download

Documents

Kasiba lisiba lama
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 1 -

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Pembangunan Permukiman skala besar yang diwujudkan dalam Pembangunan Kasiba dan Lisiba yang

    Berdiri Sendiri (Kasiba dan Lisiba BS) sangat strategis bagi semua pelaku pembangunan di bidang

    perumahan dan permukiman terutama badan usaha di bidang perumahan dan permukiman (Undang-

    Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Pasal 23). Bahwa pembangunan

    perumahan dan permukiman yang dilaksanakan dengan pola Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri

    dimaksudkan agar pembangunan perumahan dan permukiman dapat lebih terarah dan terpadu sesuai

    dengan arah pembangunan Kabupaten/Kota, sehingga mengarahkan pertumbuhan Kabupaten/Kota

    membentuk struktur lingkungan yang lebih efektif dan efisien.

    Ditegaskan bahwa semua pembangunan perumahan yang dilakukan oleh Badan Usaha di bidang

    perumahan dan permukiman hanya di lokasi Kasiba dan atau Lisiba yang Berdiri Sendiri. Hal ini menjadi

    satu tantangan dan sekaligus peluang bagi Pemerintah Kabupaten/Kota untuk memberikan fasilitasi yang

    terbaik untuk memberikan pelayanan dalam memenuhi tuntutan kebutuhan di bidang perumahan dan

    permukiman.

    Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999, tentang Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri, telah

    memberikan dasar-dasar pengaturan yang cukup rinci. Dalam memenuhi tuntutan tersebut ada urutan

    kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, sejak dari penetapan lokasi sampai

    pada pengendalian pembangunan Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri. Untuk itu masih diperlukan

    pedoman yang dapat dijadikan panduan untuk ditindak lanjuti oleh Pemerintah Kabupaten/Kota menjadi

    Peraturan Daerah yang disesuaikan dengan kondisi daerah.

    Dengan mengikuti urutan kegiatan yang dilakukan, akan menjamin bahwa Kasiba dan Lisiba yang Berdiri

    Sendiri dikembangkan sesuai dengan Undang-undang dan peraturan yang berlaku, sehingga mampu

    menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat akan perumahan dan permukiman yang memenuhi syarat.

    Untuk itu dalam Pedoman Pelaksanaan dan Pedoman Teknis ini disajikan urutan kegiatan yang perlu

    dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembangunan di bidang perumahan dan

    permukiman. Dalam hal ini pedoman ini masih bersifat lebih umum, masih diperlukan penjabaran yang lebih

    rinci dengan penyesuaian terhadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya serta besarnya kebutuhan atas

    perumahan dan permukiman di masing-masing daerah.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 2 -

    1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

    1.2.1. Maksud Petunjuk Teknis

    Maksud Petunjuk Teknis ini adalah panduan penyelenggaraan pengelolaan Kasiba, Lisiba dan

    Lisiba yang Berdiri Sendiri, yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, bersama dengan Badan

    Pengelola Kasiba, Penyelenggara Lisiba, dan Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri.

    1.2.2. Tujuan Petunjuk Teknis

    Tujuan Petunjuk Teknis ini adalah tersedianya persyaratan, standar, dan kriteria, yang digunakan

    dalam penyelenggaraan Kasiba, Lisiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri, agar hasilnya mempunyai

    kualitas dan nilai manfaat yang tinggi.

    1.3. RUANG LINGKUP

    Ruang lingkup petunjuk teknis meliputi :

    a. Pengaturan batasan kawasan, kriteria penetapan lokasi, besaran kawasan dan penyelenggaraan

    pembangunan dan pembinaan teknis kawasan.

    b. Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kegiatan : 1. Pembentukan panitia penetapan lokasi

    2. Pembentukan Badan Pengelola

    3. Perolehan tanah

    4. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

    5. Pengawasan dan pengendalian pembangunan

    1.4. SISTIMATIKA

    Petunjuk Teknis ini terdiri dari 5 Bab, yang terdiri atas :

    Bab I : Pendahuluan

    Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika

    Bab II : Ketentuan Umum

    Berisi pengertian-pengertian yang berkaitan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam

    batang tubuh

    Bab III : Persyaratan, standar dan kriteria pengelolaan Kasiba dan penyelenggaraan Lisiba bagian dari

    Kasiba

    Memberikan petunjuk tentang syarat dan kriteria dalam menunjuk Badan Pengelola Kasiba

    dan Penyelenggara Lisiba. Selain itu juga memberikan petunjuk tentang persyaratan fisik

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 3 -

    lokasi yang sesuai untuk Kasiba dan Lisiba serta petunjuk dalam pengawasan pembangunan

    Kasiba dan Lisiba.

    Bab IV : Persyaratan, Standar dan Kriteria Dalam Penyelenggaraan Lisiba yang Berdiri Sendiri

    Memberikan petunjuk tentang syarat dan kriteria dalam menetapkan Penyelenggara Lisiba

    yang Berdiri Sendiri, dan persyaratan fisik lokasi yang sesuai untuk Lisiba yang Berdiri

    Sendiri. Selain itu juga menguraikan tentang ketentuan ketentuan pengawasan

    pembangunan Lisiba yang Berdiri Sendiri.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 4 -

    BAB II

    KETENTUAN UMUM

    Beberapa istilah atau definisi yang dipakai dan terkait dalam pembahasan Juklak dan Juknis Pengelolaan serta

    Penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba Yang Berdiri Sendiri sebagai berikut :

    1. Permukiman

    Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan

    perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

    dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

    2. Perumahan

    Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

    hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

    3. Prasarana Lingkungan

    Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan

    permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

    4. Jaringan Primer

    Jaringan primer prasarana lingkungan dalam Kasiba adalah jaringan utama yang menghubungkan antar

    kawasan permukiman atau antara kawasan permukiman dan kawasan lain yang digunakan untuk

    kepentingan umum.

    5. Jaringan Sekunder

    Jaringan sekunder adalah jaringan cabang dari jaringan primer prasarana lingkungan yang melayani

    kebutuhan di dalam satu satuan lingkungan permukiman.

    6. Sarana Lingkungan

    Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan

    kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

    7. Utilitas Umum

    Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan

    8. Tata Ruang

    Tata ruang adalah wujud struktural dan pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 5 -

    9. Rencana Tata Ruang

    Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang

    10. Kawasan Siap Bangun

    Kawasan Siap Bangun, selanjutnya disebut Kasiba, adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan

    untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap

    bangun atau lebih, yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan

    jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang

    ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana

    dan sarana lingkungan, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta Rencana Tata Ruang Lingkungannya

    ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

    11. Lingkungan Siap Bangun

    Lingkungan Siap Bangun, selanjutnya disebut Lisiba, adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari

    Kasiba yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai

    dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan

    lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang.

    12. Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri

    Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri, selanjutnya disebut Lisiba yang Berdiri Sendiri, adalah Lisiba

    yang bukan merupakan bagian dari Kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang sudah

    terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi-fungsi lain.

    13. Kaveling Tanah Matang

    Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan sesuai dengan persyaratan

    pembakuan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah dan rencana tata ruang lingkungan tempat

    tinggal atau lingkungan hunian untuk membangun bangunan.

    14. Penyediaan Tanah untuk Perumahan dan Permukiman

    Penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman adalah setiap kegiatan pemenuhan kebutuhan tanah

    untuk perumahan dan permukiman melalui penyelenggaraan pengelolaan Kasiba dan Lisiba yang Berdiri

    Sendiri.

    15. Konsolidasi tanah

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 6 -

    Konsolidasi tanah adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan

    penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan

    kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

    16. Lingkungan Hunian Yang Berimbang

    Lingkungan Hunian Yang Berimbang adalah wujud kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman

    (dalam Kasiba) yang pembangunan perumahan dan permukimannya meliputi rumah sederhana, rumah

    menengah, dan rumah mewah dengan perbandingan tertentu sehingga dapat menampung secara serasi

    berbagai kelompok masyarakat. Perbandingan tertentu dimaksud adalah perbandingan jumlah rumah

    sederhana, berbanding jumlah rumah menengah, berbanding jumlah rumah mewah sebesar 6 (enam) atau

    lebih, berbanding 3 (tiga) atau lebih, berbanding 1 (satu)

    17. Badan Usaha

    Badan usaha adalah badan yang kegiatan usahanya di bidang pembangunan perumahan dan permukiman

    yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

    18. Badan Pengelola

    Badan pengelola adalah Badan Usaha Milik Negara atau Badan lain yang dibentuk oleh Pemerintah yang

    ditugasi sebagai Pengelola Kasiba termasuk Badan Usaha Milik Daerah. Badan lain yang dibentuk oleh

    Pemerintah dimaksud adalah Badan Usaha swasta yang bergerak di bidang perumahan dan permukiman

    yang bekerjasama dengan Pemerintah.

    19. Penyelenggara

    Penyelenggara adalah kelompok masyarakat pemilik tanah atau badan usaha yang ditunjuk oleh Badan

    Pengelola untuk membangun Lisiba bagian dari Kasiba dan yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah untuk

    membangun Lisiba yang Berdiri Sendiri.

    20. Daerah

    Daerah adalah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang bersifat otonom.

    21. Pemerintah Daerah

    Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten / Kota beserta perangkat Daerah Otonom yang lain

    sebagai Badan Eksekutif Daerah, sedangkan untuk DKI Jakarta adalah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota

    Jakarta.

    22. Kepala Daerah

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 7 -

    Kapala Daerah adaalah Gubernur, Bupati atau Walikota.

    23. Menteri

    Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang perumahan dan permukiman.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 8 -

    BAB III

    PERSYARATAN, STANDAR, DAN KRITERIA

    DALAM PENGELOLAAN KASIBA DAN PENYELENGGARAAN LISIBA BAGIAN DARI KASIBA

    3.1. PERSYARATAN DAN KRITERIA DALAM PEMILIHAN LOKASI KASIBA

    3.1.1. Persyaratan Lokasi Kasiba

    a. Kajian pertumbuhan penduduk baik yang alamiah maupun migrasi mengacu pada data Badan

    Pusat Statistik (BPS).

    b. Kebutuhan rumah dapat didekati dengan melihat selisih antara jumlah rumah yang ada dengan

    jumlah Kepala Keluarga yang ada.

    c. Lokasi Kasiba harus berada pada kawasan permukiman menurut rencana tata ruang wilayah

    Kabupaten / Kota.

    d. Seluruhnya terletak dalam wilayah satu daerah administratif.

    e. Lokasi Kasiba dapat dikembangkan mengikuti kecenderungan perkembangan yang ada atau

    untuk merangsang terjadinya pengembangan baru.

    f. Calon lokasi Kasiba bukan / tidak merupakan tanah sengketa atau berpotensi sengketa.

    g. Dalam menentukan urutan prioritas calon-calon lokasi Kasiba, pertimbangan utama sekurang-

    kurangnya strategi pengembangan wilayah, biaya terendah untuk pengadaan prasarana dan

    utilitas, berdekatan dengan tempat kerja atau lokasi investasi yang mampu menampung tenaga

    kerja.

    h. Lokasi Kasiba yang akan ditetapkan mencakup lokasi yang belum terbangun yang mampu

    menampung sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) unit

    i. Lokasi Kasiba bagi tanah yang sudah ada permukimannya, akan merupakan integrasi antara

    pembangunan baru dan yang sudah ada sehingga seluruhnya menampung sekurang-

    kurangnya 3.000 (tiga ribu) unit.

    3.1.2. Kriteria Pemilihan Lokasi Kasiba

    a. Jarak tempuh lokasi menuju pusat kegiatan dan pelayanan selama kurang lebih 30 menit

    b. Ketersediaan jalan penghubung dengan kawasan sekitarnya

    c. Keadaan topografi lapangan datar

    d. Daya dukung tanah untuk bangunan sesuai

    e. Drainase alam baik

    f. Kemudahan memperoleh air bersih

    g. Kemudahan memperoleh sambungan listrik

    h. Kemudahan memperoleh sambungan telepon

    i. Kedekatan dengan fasilitas pendidikan tinggi

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 9 -

    j. Kedekatan dengan fasilitas kesehatan

    k. Kedekatan dengan pusat perbelanjaan

    l. Kemungkinan pembuangan sampah.

    m. Tidak merubah bentang alam, seperti mengurug situ, memotong bukit/gunung, reklamasi rawa

    (termasuk rawa pantai).

    n. Masyarakat yang akan menghuni Kasiba mempunyai karakter/budaya yang tidak berlawanan

    dengan karakter/budaya masyarakat yang ada di sekitarnya.

    o. Adanya perhitungan neraca pembiayaan penetapan Kasiba (usulan pengeluaran, perkiraan

    penerimaan, cash flow)

    3.2. PERSYARATAN DAN KRITERIA DALAM PENUNJUKAN BADAN PENGELOLA KASIBA

    3.2.1. Persyaratan Badan Pengelola Kasiba

    a. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, atau badan lain yang dibentuk oleh

    Pemerintah, yang ditugasi untuk menyelenggarakan pengelolaan Kasiba.

    b. Dalam hal tidak ada Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang berminat

    untuk mengelola Kasiba, Bupati/Walikota dapat :

    membentuk Badan lain yang ditugasi untuk pengelolaan Kasiba yang selanjutnya dapat

    dikukuhkan menjadi BUMD bidang perumahan dan permukiman dan memberikan

    informasinya kepada DPRD.

    Menunjuk Kepala Bappeda untuk menjadi Ketua Badan Pengelola dengan anggota-

    anggota.

    Menunjuk Sekretaris Daerah sebagai Ketua Badan Pengelola, dengan anggota terdiri dari

    unsur Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Permukiman, Tata Kota, Pertanahan dan

    Dinas lain yang diperlukan serta Unsur yang Professional di bidangnya.

    Menunjuk Badan Usaha swasta untuk menjadi Badan Pengelola untuk melaksanakan

    tugas pengelolaan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.

    c. Memiliki tenaga ahli yang telah tersertifikasi di bidang :

    1) Manajemen real estat

    2) Penyelenggaraan pembangunan prasarana lingkungan

    3) Penyelenggaraan pembangunan sarana lingkungan

    4) Penyelenggaraan pembangunan utilitas umum

    5) Pembiayaan real estat

    3.2.2. Isi Dokumen Kompetisi Badan Pengelola Kasiba

    a. Penjelasan singkat mengenai Kasiba yang di kompetisikan

    b. Persyaratan peserta kompetisi

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 10 -

    c. Peta situasi lokasi Kasiba

    d. Jadwal penyelenggaraan kompetisi

    e. Daftar isi dan format proposal

    f. Kriteria dan tata cara evaluasi usulan

    3.2.3. Persyaratan Untuk Ikut Serta Kompetisi Badan Pengelola Kasiba

    a. Rekaman Akte Pendirian Badan Usaha (Peraturan Pemerintah untuk BUMN atau Peraturan

    Daerah untuk BUMD);

    b. Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    c. Referensi bank

    d. Neraca perusahaan terakhir

    e. Daftar pengurus perusahaan

    f. Daftar tenaga ahli yang dimiliki

    3.2.4. Kriteria Pemilihan Pemenang Kompetisi Pengelola Kasiba

    a. Kekayaan bersih atau kemampuan keuangan perusahaan;

    b. Kemampuan tenaga ahli yang akan ditugasi, yang dinilai dari riwayat hidup masing-masing

    tenaga ahli

    c. Kemampuan tim pelaksana yang dinilai dari komposisi tenaga ahli yang diusulkan;

    d. Usulan teknis yang berisi antara lain :

    1) Perkiraan macam/tipe dan jumlah rumah yang dapat dibangun;

    2) Rencana struktur pemanfaatan ruang;

    3) Prakiraan harga jual tanah untuk masing-masing tipe rumah;

    4) Sistem drainase dan pembuangan limbah cair;

    5) Sistem pembuangan limbah padat (sampah);

    6) Macam dan jumlah sarana lingkungan yang akan disediakan tanahnya

    7) Jadwal waktu penyelenggaraan pengelolaan Kasiba;

    e. Proposal neraca pengeluaran-penerimaan pengelolaan Kasiba :

    1) Usulan pengeluaran

    2) Perkiraan penerimaan

    3) Cash flow

    3.3. PERSYARATAN DAN KRITERIA DALAM PENUNJUKAN PENYELENGGARA LISIBA

    3.3.1. Persyaratan Penyelenggara Lisiba

    a. Badan usaha di bidang pembangunan perumahan dan permukiman, yang didirikan berdasarkan

    hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, atau badan usaha asing di bidang

    pembangunan perumahan dan permukiman yang berkedudukan di Indonesia.

    b. Memiliki tenaga ahli yang telah tersertifikasi di bidang :

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 11 -

    1) Manajemen real estat;

    2) Penyelenggaraan pembangunan prasarana lingkungan;

    3) Penyelenggaraan pembangunan sarana lingkungan;

    4) Penyelenggaraan pembangunan utilitas umum;

    5) Penyelenggaraan pembangunan rumah

    6) Pembiayaan real estat.

    3.3.2. Isi Dokumen Kompetisi Penyelenggara Lisiba

    a. Penjelasan singkat mengenai Lisiba yang dikompetisikan

    b. Persyaratan peserta kompetisi

    c. Peta situasi lokasi Lisiba

    d. Jadwal penyelenggaraan kompetisi

    e. Daftar isi dan format proposal

    f. Kriteria dan tata cara evaluasi proposal

    3.3.3. Persyaratan Untuk Ikut Serta Kompetisi Penyelenggara Lisiba :

    a. Rekaman akte pendirian badan usaha

    b. Rekaman nomor pokok wajib pajak

    c. Referensi bank

    d. Neraca perusahaan terakhir

    e. Daftar pengurus perusahaan

    f. Daftar tenaga ahli yang dimiliki

    3.3.4. Kriteria Pemilihan Pemenang Kompetisi Penyelenggara Lisiba

    a. Kekayaan bersih atau kemampuan keuangan perusahaan

    b. Kemampuan tenaga yang akan ditugasi, yang dinilai dari riwayat hidup masing-masing tenaga

    ahli

    c. Kemampuan tim pelaksana yang dinilai dari komposisi tenaga ahli yang diusulkan

    d. Usulan teknis, yang berisi antara lain :

    - Perkiraan tipe dan jumlah rumah yang akan dibangun;

    - Rencana dan syarat rumah yang akan dibangun;

    - Prakiraan harga jual masing-masing tipe rumah dan kaveling yang akan dijual tanpa rumah;

    - Sistem drainase dan pembuangan limbah cair;

    - Sistem pembuangan limbah padat

    - Macam dan jumlah sarana lingkungan yang akan dibangun atau disediakan tanahnya;

    - Jadwal waktu kegiatan penyelenggaraan Lisiba

    - Sistem pembiayaan penyelenggaraaan Lisiba

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 12 -

    3.4. PERSYARATAN UNTUK MENUNJUK BADAN PENGELOLA SEBAGAI PENYELENGGARA

    KONSOLIDASI TANAH

    a. Terbentuknya Perhimpunan Pemilik tanah yang berbadan hukum

    b. Tercapainya kesepakatan konsolidasi tanah antar para anggota perhimpunan penghuni dan antara

    perhimpunan penghuni dengan Badan Pengelola.

    c. Terbitnya Surat Keputusan Kepala Daerah tentang konsolidasi tanah.

    3.5. PERSYARATAN PEROLEHAN TANAH UNTUK KASIBA

    3.5.1. Umum

    Penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman adalah setiap kegiatan pemenuhan

    kebutuhan tanah untuk perumahan dan permukiman melalui penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba

    yang Berdiri Sendiri. Penyediaan tanah dimaksud terdiri dari perolehan tanah, mengurus hak atas

    tanah, mengkavling tanah dan mengalokasikan bagian-bagian dari tanah tersebut untuk

    pembangunan perumahan, prasarana lingkungan dan fasilitas umum.

    Bahwa tanah yang dapat digunakan untuk lokasi Kasiba adalah

    1) Tanah Negara; 2) Tanah Hak; 3) Tanah Negara dan Tanah Hak.

    3.5.2. Persyaratan Perolehan Tanah Untuk Kasiba Di Atas Tanah Negara

    a. Tidak ada pemindahan penduduk :

    - Penduduk yang sudah ada dilokasi sedapatnya tidak ada yang dikeluarkan dari tempat

    tinggalnya.

    - Kasiba dan Lisiba baik di atas tanah negara maupun tanah hak diupayakan pada bidang

    tanah yang jarang penduduknya.

    - Bila menyangkut bidang tanah yang ada penduduknya, maka diberikan kebebasan untuk

    memilih ikut dalam program Kasiba atau mereka secara sukarela pindah tempat tinggal

    dengan memperoleh penggantian yang layak sesuai dengan jenis dan hak atas tanahnya.

    b. Tanah Negara yang tidak ada pemakainya :

    - Badan Pengelola Kasiba mengajukan permohonan hak kepada Pemerintah

    Kabupaten/Kota melalui Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota ;

    - Untuk permohonan sertipikatnya sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

    Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 13 -

    Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, Peraturan Menteri Agraria No.

    9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan

    Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan

    dan Hak Pakai atas Tanah.

    3.5.3. Persyaratan Perolehan Tanah Untuk Kasiba Di Atas Tanah Hak

    Perolehan Tanah Untuk Kasiba dapat dilakukan oleh

    a. Badan Pengelola Kasiba melakukan pembebasan tanah adat/hak ulayat. :

    - Dapat menghubungi dan mencari kesepakatan / musyawarah dengan ketua adat terlibat;

    - Bila pendekatan dengan jual beli atau pelepasan hak dan musyawarah tidak disetujui, maka

    demi kepentingan yang lebih luas dalam rangka pelaksanaan pembangunan permukiman

    dan perumahan baik dalam bentuk kasiba dan lisiba BS dapat mengacu pada Keputusan

    Presiden No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan

    Untuk Kepentingan Umum, dalam Pasal 14, atau Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005.

    b. Untuk Tanah Negara bekas tanah hak perorangan atau Badan Hukum, maka Badan Pengelola

    Kasiba :

    - Mengadakan pembebasan tanah, yaitu melepaskan hubungan hukum dengan bekas

    pemegang haknya, dengan memberikan penggantian yang layak dan selanjutnya

    mengajukan permohonan hak melalui Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat sesuai

    dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No 9 tahun

    1999 jo Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No 3 tahun

    1999. Untuk tanah hak, maka hak perorangan atau badan hukum terkait dapat diselesaikan

    melalui cara jual beli atau pelepasan hak dibuat dihadapan Notaris/Pejabat Pembuat Akta

    Tanah (PPAT)

    c. Konsolidasi tanah, adalah peran serta aktif dari para pemilik tanah peserta konsolidasi

    melepaskan hak atas tanahnya, untuk selanjutnya ditetapkan sebagai obyek konsolidasi tanah

    oleh Kepala BPN atas usul Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota setempat melalui

    Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi. Hak atas tanahnya kemudian diberikan secara kolektif

    sesuai dengan rencana penataan kapling yang disetujui oleh para peserta konsolidasi tanah.

    Proses konsolidasi tanah melalui Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun

    1991.

    d. Tukar menukar

    Tukar menukar dilakukan apabila pemilik tanah yang termasuk dalam areal kasiba tidak dapat

    diselesaikan melalui sebagaimana dimaksud dalam butir a, b, dan c, dengan ketentuan :

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 14 -

    - Untuk bidang tanah yang merupakan asset suatu instansi Pemerintah, penyelesaiannya

    mengacu kepada Keppres No. 29 Tahun 1984, atas persetujuan Menteri terkait dan Menteri

    Keuangan.

    - Untuk bidang tanah yang merupakan asset Pemerintah Daerah, penyelesaiannya mengacu

    kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 1979 pasal 34 tentang Pelaksanaan

    Pengelolaan Barang Pemda dengan persetujuan Menteri Dalam Negeri dan DPRD. Dalam

    hal ini persetujuan Menteri Keuangan tidak diperlukan

    3.5.4. Persyaratan Konsolidasi Tanah Dalam Kasiba

    a. Perorangan pemegang hak atas tanah

    1. Perorangan pemegang hak atas tanah

    - Didata dan diperiksa macam penguasaan hak atas tanahnya.

    - Dimusyawarahkan manfaat konsolidasi tanah dan resikonya.

    - Dipenuhi Peraturan Kep. BPN No. 4 Tahun 1991

    2. Perorangan pemakai tanah negara

    - Bagi pemegang hak yang telah berakhir, maka harus diurus perpanjangannya lebih

    dulu berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1979 Junto PMDN No. 3 Tahun 1979 dan

    atau Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No 9 tahun

    1999 jo Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No 3

    tahun 1999.

    - Pemakai tanah negara seizin instansi yang bersangkutan, harus memiliki izin tertulis

    dari instansi terkait dan kesaksian dari Kepala Desa/Kepala Kelurahan setempat.

    - Diperlukan rekomendasi dari Kepala Desa/Kepala Kelurahan untuk memperkuat

    permohonan Badan Pengelola /Penyelenggara.

    - Bagi para pemakai tanah negara yang sudah 20 (dua puluh) tahun atau lebih tanpa

    teguran dari Pemerintah atau keberatan dari masyarakat sekitar, diperlukan pernyataan

    tertulis dari Kepala Desa/Kelurahan atau masyarakat sekitar yang dimaksud.

    - Karena berkemungkinan letak bidang tanahnya terhadap akses infrastruktur berbeda,

    maka perlu ditentukan perbandingan nilai haknya menurut luas tanah.

    - Bila belum ada peraturannya, maka melalui kesepakatan bersama :

    Antara Badan Pengelola/Penyelenggara dengan peserta konsolidasi tanah

    Sesama para peserta konsolidasi tanah

    Diperlukan bukti kehadiran dari setiap musyawarah yang diadakan.

    3. Terhadap tanah wakaf yang akan dikonsolidasikan (dari badan sosial keagamaan)

    dilakukan dengan cara:

    - Penggantian (melalui musyawarah) bidang tanah ditempat lain.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 15 -

    - Penggantian dengan uang antara Badan Pengelola Kasiba/Penyelenggara Lisiba

    dengan pengurus tanah wakaf, sesuai kesepakatan

    - Semua kegiatan tersebut diproses dengan akte notaris

    4. Terhadap tanah instansi Pemerintah yang akan digunakan bagi perumahan karyawan

    instansinya.

    - Perlu ada surat persetujuan dari instansi yang menguasai tanah.

    - Kesepakatan sesama karyawan yang akan menghuni ditempat tersebut.

    - Selanjutnya diikuti Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1991

    Junto Petunjuk Pelaksanaan No. 410-4245 Tahun 1991.

    b. Konsolidasi Tanah

    1. Penyerahan tanah oleh peserta konsolidasi tanah kepada Badan Pengelola Kasiba.

    Penyerahan tanah (bukan penyerahan hak tanah) secara bersama/serentak dengan maksud

    memberikan kemudahan bagi Badan Pengelola Kasiba dalam melaksanakan program antara

    lain agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang.

    2. Peserta konsolidasi tanah menerima kembali kaveling tanah matang (atau berikut rumah)

    dengan nilai paling sedikit sama dengan harga tanah dan obyek di atasnya.

    Pada awal proses konsolidasi tanah perlu diadakan inventarisasi dan penilaian nilai tanah,

    sesuai status dan hak tanahnya, menurut luas bidang dan penguasaanya.

    3. Luas letak dan jenis masing-masing kaveling yang diberikan kepada para peserta konsolidasi

    tanah, dengan status semula dan sesuai dengan rencana teknik ruang yang telah disusun

    oleh Badan Pengelola Kasiba.

    Rencana teknik ruang yang disusun oleh Badan Pengelola Kasiba harus disosialisasikan

    untuk dapat disepakati bersama oleh para peserta konsolidasi tanah.

    4. Selama berlangsung konsolidasi tanah.

    Perlu diinventarisasi permasalahan yang ada dari tanah yang dikuasai oleh peserta

    konsolidasi tanah, agar hak keperdataan dan masalahnya dari para peserta dapat diketahui

    oleh fihak Badan Pengelola Kasiba lebih awal.

    c. Persiapan Konsolidasi Tanah

    1. Penyuluhan, Bimbingan, Bantuan dan Kemudahan (PBBK)

    Badan Pengelola Kasiba dan Pemda memberikan PBBK melalui para tokoh masyarakat dan

    bertatap muka (public hearing) untuk mengumpilkan data expose tentang program

    konsolidasi tanah.

    2. Pelaksanaan Konsolidasi tanah diputuskan secara musyawarah antar peserta pemilik tanah

    dengan Badan Pengelola Kasiba dibantu Pemerintah Kabupaten/Kota.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 16 -

    Kesepakatan tersebut di atas mengacu pada Peraturan Kepala BPN No. 4 Tahun 1991 dan

    petunjuk pelaksanaan konsolidasi tanah No. 410-4245 tanggal 7 Desember 1991.

    3. Apabila Pemegang hak/pemakai tanah ada yang tidak setuju, maka Badan Pengelola Kasiba

    dapat memperoleh tanah yang bersangkutan dengan cara jual beli, tukar menukar, pelepasan

    hak, atau cara lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    - Solusi ketidak sepakatan, tidak harus memaksa peserta konsolidasi tanah untuk

    menyerahkan tanahnya tetapi ditawarkan dengan berbagai pilihan (jual beli, tukar

    menukar, pelepasan hak atau cara lain), dimana perlu dibentuk panitia Arbiter

    (penengah) yang netral dan tidak memihak.

    - Konsolidasi tanah dalam rangka penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman

    mengacu pada peraturan Kepala BPN No. 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi Tanah dan

    Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah No. 410-4245 tanggal 7-12-1991

    3.5.5. Persyaratan Perolehan Tanah Dengan Jual Beli atau Tukar Menukar atau Pelepasan Hak

    Untuk Kasiba

    a. Perolehan tanah dengan cara jual beli atau tukar menukar

    Perlu inventarisasi data yuridis (jenis hak dan pemegang hak) dan data fisik

    (bangunan/tanaman di atas tanah tersebut) yang cermat guna proses pengikatan jual beli di

    hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

    1. Jual Beli

    Dalam proses jual beli tanah, maka selalu ada penjualnya, pembelinya dan obyeknya yaitu

    tanah yang jelas. Proses jual beli yang utama adalah secara langsung antara penjual dan

    pembeli, namun dapat dilakukan oleh kuasanya, yaitu mewakili pihak penjual ataupun

    pembeli, dengan surat kuasa terbatas jangka waktunya yang jelas dan memenuhi

    persyaratan.

    Dalam proses jual beli, maka kedudukan para pihak setara, dan harga tanah (objek)

    ditetapkan atas usul kedua pihak sampai dapat disepakati harga yang dapat ditetapkan

    secara bersama. Dalam pencapaian kesepakatan harga dimana perlu dapat digunakan jasa

    penengah (Notaris) yang netral, dan unsur Pemerintah (ataupun pamong desa) sama sekali

    tidak boleh turut campur, apalagi memihak.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 17 -

    Sebelum proses jual beli dilaksanakan terlebih dahulu harus diketahui beban perdata dari

    objek tanahnya, dan harus diketahui pula besar pajak dan biaya proses jual-beli serta

    disepakati pihak mana saja yang akan menanggungnya.

    Biasanya dari pihak pembeli membentuk panitia pelaksana pembelian ataupun sering

    disebut Panitia Pembebasan Tanah, yang pelaksanaannya mengacu pada peraturan yang

    berlaku.

    2. Tukar Menukar Tanah

    Sering terjadi bahwa pemilik tanah mensyaratkan bidang tanahnya yang dikehendaki

    pembeli, ditukar dengan tanah di tempat lain yang lokasi dan luasnya dikehendaki oleh

    pihak pemilik/penjual. Hal tersebut dapat di atasi dengan musyawarah yang mencapai

    kesepakatan tanpa keterpaksaan ataupun merugikan salah satu pihak.

    Dalam mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, maka jasa

    penengah (arbiter) yang netral dan tidak berpihak, seringkali dapat membantu

    kelancarannya.

    Harus disepakati oleh para pihak terlibat, bahwa konsekwensi pajak dan pembiayaan

    terhadap proses tukar menukar tanah ini menjadi beban pihak siapa, secara jelas dan

    terinci.

    Dalam perumusan ahli penguasaan tanah secara tukar menukar tanah ini, harus tertuang

    dalam dokumen yang dapat di pertanggung jawabkan dibuat dihadapan Notaris/Pejabat

    Pembuat Akta Tanah setempat. Kesemuanya sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    b. Perolehan tanah dengan cara pelepasan hak.

    1. Tanah diperoleh dengan cara pelepasan hak, dilakukan dengan penggantian yang layak

    dengan pemegang hak/pemakai tanah, kemudian tanah yang bersangkutan dilepaskan

    menjadi tanah negara sehingga dapat diberikan sesuatu hak kepada Badan Pengelola

    Kasiba.

    2. Penggantian yang layak dapat diberikan kepada pemegang hak atas tanah (perorangan),

    nadzir (pengurus wakaf), badan hukum atau perorangan yang menguasai tanpa suatu hak.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 18 -

    - Perlu diinventarisasi siapa yang boleh menerima ganti rugi. Bila perlu diumumkan di balai

    desa/kelurahan atau surat kabar.

    3. Penggantian yang layak, terhadap nilai hak atas tanah, pemakai tanah, bangunan, tanaman

    atau benda-benda yang secara syah berada di atas atau di dalam tanah yang bersangkutan.

    Perlu diinventarisasi benda-benda yang berada di atas atau di dalam tanah.

    a. Penetapan penggantian yang layak dengan memperhitungkan :

    1. Nilai tanah disepakati bersama melalui musyawarah/mufakat antara kedua belah

    pihak, dengan memperhatikan berbagai faktor seperti Nilai Jual Objek Pajak ,

    produksi tanaman, lokasi tanah serta sarana dan prasarna di sekelilingnya sesuai

    dengan Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 1/Th. 1994.

    2. Nilai bangunan yang berdasarkan atas kriteria dan tatacara penaksiran nilai

    bangunan.

    - harga awal, dikurangi nilai penguasaan umur bangunan;

    - harga bila membangun dewasa ini, sesuai dengan luas bangunan (m2)

    - instansi yang menilai biasanya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten/Kota

    3. Nilai Jual Tanaman

    Nilai jual tanaman disepakati, berdasarkan umur tanaman. Apabila tidak diperoleh

    kesepakatan maka para pihak menyerahkan kepada panitia penengah (arbiter) atau

    Dinas Pertanian setempat sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

    BPN No.:1/Tahun 1994

    4. Nilai benda-benda di atas dan di dalam tanah

    - Benda-benda yang ada tersebut memiliki nilai subjektif karena itu perlu adanya

    panitia penilai yang netral dan adil.

    - Standar penilaian terhadap barang-barang yang berada di atas maupun di dalam

    tanah ditentukan oleh instansi/dinas dari Kabupaten/Kota setempat.

    b. Bentuk dan penggantian yang layak dengan cara musyawarah dan secara langsung antara

    pihak yang berhak dengan Badan Pengelola Kasiba.

    - Layak menurut ukuran pihak yang berhak dan juga bagi Badan Pengelola Kasiba, bila

    perlu dengan bantuan penengah (arbiter) yang tidak memihak (netral).

    - Musyawarah langsung, yaitu tanpa perantara tetapi disaksikan pihak lain. Biasanya

    saksinya adalah Pamong Desa / Kelurahan, dimana harus mengayomi pihak yang masih

    berhak dan juga akan menerima pendatang baru yang akan menerima suatu hak dari

    negara.

    c. Pengaruh Mengenai Penggantian yang Layak

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 19 -

    - Telah diatur di dalam Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 dan aturan

    pelaksanaannya sesuai Peraturan Menteri Negara Agraria/Kep. BPN No. 1 Tahun 1994

    atau Perpres No 36 tahun 2005.

    3.6. PERSYARATAN DAN STANDAR PERENCANAAN TATA RUANG RINCI KASIBA

    Persyaratan dan standar Tata Ruang Rinci Kasiba mengacu pada SNI 1733 mengenai standar perencanaan

    lingkungan perumahan dan SNI T-07 1990-F tentang Tata Cara Perencanaan Umum drainase perkotaan

    3.6.1. Persyaratan Prasarana Lingkungan Kasiba

    a. Kasiba perlu memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan

    (KLB), dan Koefisien Daerah Hijau (KDH) yang berlaku sesuai dengan persyaratan di masing-

    masing Kabupaten/Kota.

    b. Kasiba harus dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan, berupa

    jalan, saluran pembuangan air hujan dan saluran pembuangan air limbah, yang terintegrasikan

    dengan jaringan wilayah daerah di kawasan sekitarnya sesuai dengan rencana tata ruang

    wilayah.

    c. Jaringan primer dan sekunder saluran pembuangan air hujan harus dihubungkan dengan badan

    penerimaan berupa sungai, danau, kolam atau laut, yang dapat menyalurkan atau menampung

    air hujan yang jatuh di atau mengalir melalui Kasiba.

    3.6.2. Persyaratan Utilitas Umum dalam Kasiba

    a. Setiap Kasiba harus dilayani dengan air bersih yang cukup memenuhi kebutuhan, yang dapat

    diambil dari sumber yang memenuhi syarat, seperti sistim perpipaan dari PDAM, mata air dan

    air tanah.

    b. Setiap Kasiba harus dilayani listrik dengan kapasitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan.

    c. Setiap Kasiba harus dilayani sambungan telepon

    d. Setiap Kasiba harus dilengkapi dengan sistem pembuangan sampah yang terintegrasi dengan

    sistem pembuangan sampah wilayah di kawasan sekitarnya.

    e. Setiap Kasiba harus dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran yang terintegrasi dengan

    sistem perpipaan yang ada.

    f. Apabila telah tersedia sistem perpipaan gas maka setiap Kasiba perlu dilayani dengan sistem

    perpipaan gas.

    3.6.3. Persyaratan Sarana Lingkungan Dalam Kasiba

    a. Setiap Kasiba harus dilengkapi dengan fasilitas pendidikan sesuai dengan jumlah penduduk

    yang dilayani.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 20 -

    b. Setiap Kasiba harus dilengkapi dengan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan jumlah

    penduduk yang dilayani.

    c. Setiap Kasiba harus dilengkapi dengan fasilitas perbelanjaan sesuai dengan jumlah penduduk

    yang dilayani.

    d. Setiap Kasiba harus dilengkapi dengan fasilitas tempat peribadatan sesuai dengan agama yang

    dipeluk para penghuninya dan jumlah pemeluk dari masing-masing agama.

    e. Setiap Kasiba harus dilengkapi dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dimana RTH tersebut

    dapat digunakan sebagai penyeimbang lingkungan antara kawasan terbangun dan tidak

    terbangun, selain itu juga berfungsi sebagai sarana olah raga, rekreasi, pemakaman umum dan

    mitigasi jika terjadi gempa dan kebakaran.

    f. Setiap Kasiba harus dilengkapi dengan fasilitas Pemerintahan.

    3.7. STANDAR PERENCANAAN TATA RUANG RINCI KASIBA DAN LISIBA.

    3.7.1. Standar Perencanaan fasilitas Pendidikan

    a. Standar Fasilitas Pendidikan Taman Kanak-kanak

    - Satu Taman Kanak Kanak untuk 1000 jiwa

    - Luas tanah yang dibutuhkan 1200 m2

    - Radius pencapaian 500 m

    b. Standar Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar

    - Satu Sekolah Dasar untuk 1600 jiwa

    - Luas tanah yang diperlukan 2400 m2

    - Radius pencapaian maksimum 1000 m

    c. Standar Fasilitas Pendidikan Sekolah Lanjutan Pertama

    - Satu SLTP untuk 4800 jiwa

    - Luas tanah yang diperlukan 2700 m2

    d. Standar Fasilitas Pendidikan Sekolah Lanjutan Atas

    - Satu SLTA untuk 4800 jiwa

    - Luas tanah yang diperlukan 2700 m2

    3.7.2. Standar Perencanaan Fasilitas Kesehatan

    a. Standar Perencanaan Puskesmas Pembantu

    - Radius pencapaian maksimum 1500 m

    - Luas tanah yang diperlukan 200 m2

    b. Standar Perencanaan Puskesmas 3000 m

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 21 -

    - Minimum penduduk yang dilayani 1000 jiwa

    - Luas tanah yang diperlukan 600 m2

    - Radius pencapaian maksimum 2000 m

    c. Standar Perencanaan Tempat Praktek Dokter

    - Minimum penduduk yang dilayani 5000 jiwa

    - Luas tanah minimum bersatu dengan rumah

    - Radius pencapaian maksimum 1500 m

    d. Standar Perencanaan Rumah Bersalin

    - Penduduk yang dilayani 1000 jiwa

    - Luas tanah yang diperlukan 1600 m2

    - Radius pencapaian maksimum 2000 m

    e. Standar Perencanaan Apotik

    - Penduduk yang dilayani minimum10.000 jiwa

    - Luas tanah yang diperlukan 350 m2

    - Radius pencapaian maksimum 1500 m

    3.7.3. Standar Perencanaan Fasilitas Perbelanjaan

    a. Standar Perencanaan Warung

    - Penduduk yang dilayani 250 jiwa

    - Luas tanah yang diperlukan 100 m2

    - Radius pencapaian maksimum 500 m

    b. Standar Perencanaan Pertokoan

    - Penduduk yang dilayani 2500 jiwa

    - Luas tanah yang diperlukan 100 m2

    - Radius pencapaian maksimum 500 m

    c. Standar Pusat Perbelanjaan Lingkungan

    - Penduduk yang dilayani minimum 2500 jiwa

    - Luas tanah yang diperlukan 100 m2

    - Radius pencapaian maksimum 500 m

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 22 -

    3.7.5. Standar Perencanaan Fasilitas Pemerintah

    a. Standar perencanaan untuk kawasan dengan 2500 jiwa

    - Pos hansip, balai pertemuuan 300 m2

    - Parkir umum dan kakus umum 100 m2

    b. Standar perencanaan untuk kelompok 30.000 jiwa

    - Kantor kelurahan 500 m2

    - Pos polisi 200 m2

    - Kantor pos pembantu 100 m2

    - Pos pemadam kebakaran 200 m2

    - Parkir umum dan M.C.K 1000 m2

    - Bioskop 1(satu) 2000 m2

    c. Standar perencanaan untuk kelompok 24.000 jiwa

    - Kantor kecamatan 1000 m2

    - Kantor polisi 300 m2

    - Kantor pos cabang 500 m2

    - Kantor telepon 300 m2

    - Pos pemadam kebakaran 300 m2

    - Parkir umum 4000 m2

    3.8. PERSYARATAN DAN STANDAR PERENCANAAN TEKNIK KASIBA DAN LISIBA

    3.8.1. Persyaratan dan Standar Perencanaan Teknik Prasarana Lingkungan dalam Kasiba

    a. Persyaratan dan Standar Perencanaan Teknik Prasarana Lingkungan dalam Kasiba

    1. Jaringan jalan primer dan sekunder terdiri dari badan jalan (perkerasan jalan dan bahu

    jalan), trotoar, ambang pengaman dan saluran air hujan.

    2. Lebar jalan jaringan primer dan sekunder sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) meter

    - Lebar perkerasan jalan untuk 1 (satu) jalur sekurang-kurangnya 7 (tujuh) meter

    - Kemiringan melintang perkerasan 2%

    - Dirancang berdasarkan kecepatan 60 km/jam

    3. Konstruksi jalan harus memperhatikan beberapa hal antara lain :

    - Keadaan tanah tempat jalan akan dibangun

    - Kepadatan lalu lintas

    - Pemilihan material / bahan yang akan digunakan

    - Kondisi setempat yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

    4. Radius belokan jalan, tempat pertemuan antara jalan lokal sekunder dan jalan kolektor

    sekunder dan hal lainnya yang berhubungan dengan geometrik jalan, harus mengikuti

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 23 -

    Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan yang diterbitkan oleh Direktorat

    Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Departemen Pekerjaan Umum,

    RSNI T-14 Tahun 2004.

    b. Persyaratan dan Standar Perencanaan Teknik Jaringan Primer dan Sekunder Saluran Drainase

    Dalam Kasiba

    1. Jaringan primer dan sekunder drainase harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup

    untuk menampung air yang mengalir dari area Lisiba dan kawasan sekitarnya.

    2. Saluran pembuangan air hujan dapat terbuka dengan ketentuan sebagai berikut :

    - Dasar saluran terbuka lingkaran dengan diameter minimum 20 cm, atau bentuk bulat

    telur ukuran minimum 20/30 cm.

    - Bahan saluran, tanah liat, beton, pasangan batu bata dan bahan lain

    - Kemiringan saluran minimum 2 %

    - Kedalaman saluran minimum : 30 cm

    - Apabila saluran dibuat tertutup, maka pada tiap perubahan arah harus dilengkapi

    dengan lubang kontrol dan pada bagian saluran yang lurus lubang kontrol harus

    ditempatkan pada jarak maksimum 50 (lima puluh) meter.

    - Saluran tertutup dapat terbuat dari PVC, beton, tanah liat dan bahan-bahan lain;

    - Untuk mengatasi terhambatnya saluran air karena endapan pasir/tanah pada drainase

    terbuka dan tertutup perlu bak kontrol dengan jarak kurang lebih 50 M dengan dimensi

    (0,40x 0,40x 0,40) M3

    - Setiap Kasiba perlu menyediakan sumur resapan pada titik-titik terendah.

    - Penggunaan pompa drainase merupakan upaya tambahan bila ditemui kesulitan untuk

    mengalirkan air secara gravitasi. Dapat juga digunakan untuk membantu agar

    pengaliran air dalam saluran mengalir lebih cepat.

    3. Tahapan Perencanaan terdiri dari :

    a. Pengumpulan data topografi dan pemetaan

    - Pemetaan topografi dan pemotretan dari udara atau satelit

    - Membuat peta tematik dengan ketelitian skala 1: 5000 yang mencakup kontur

    interval 5 meter untuk perencanaan jaringan. Dan membuat peta tematik dengan

    ketelitian skala 1:1.000 untuk perencanaan detail.

    - Level ikat topografi (benchmark) yaitu elevasi dasar kota yang dikaitkan dengan

    elevasi muka air laut pasang atau pada sungai besar.

    - Garis kontur , yaitu dengan penyesuaian terhadap titik ikat elevasi berdasarkan

    elevasi sungai yang ada guna perencanaan drainase perumahan.

    b. Data Hidrologi

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 24 -

    Data hidrologi mencakup kedudukan muka air banjir terhadap elevasi lahan, data curah

    hujan harian, bulanan dan tahunan.

    c. Data Geologi

    Perlu dilakukan penyelidikan tanah untuk mengetahui kemungkinan penurunan pondasi

    saluran dan kekuatan / kondisi tanah dasar untuk mengetahui daya dukung lapisan

    tanah tersebut.

    d. Data kajian Amdal.

    e. Periode Perencanaan

    Periode perencanaan yang dilakukan dibuat agar tidak terjadi kegagalan pada fungsi

    sistem drainase. Periode ulang desain yang harus direncanakan untuk Kasiba adalah

    seperti tercantum pada Tabel Dr-1 : Periode Disain Makro dan Tabel Dr-2 : Periode

    Mikro pada lampiran.

    Aspek Hidrolis - Kecepatan maksimum dan minimum aliran dalam saluran

    - Bentuk saluran

    - Bangunan pelengkap yang diperlukan

    Aspek Struktur - Jenis dan mutu saluran

    - Kekuatan dan kestabilan bangunan

    c. Persyaratan dan Standar Perencanaan Pengelolaan Air Limbah Kasiba dan Lisiba.

    1. Secara umum sistem pembuangan limbah kawasan harus dapat melayani kebutuhan

    pembuangan dengan syarat sebagai berikut :

    (1) Ukuran pipa pembawa minimum 200 mm

    (2) Sambungan pipa harus kedap air

    (3) Pada jalur pipa pembawa harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan pada tiap

    penggantian arah pipa dan pada bagian pipa yang lurus pada jarak minimum 50 (lima

    puluh) meter.

    (4) Air limbah harus melalui sistem pengolahan sedemikian rupa sehingga memenuhi

    standar yang berlaku sebelum dibuang ke perairan terbuka.

    (5) Untuk pembuangan dari kakus (WC) dapat digunakan septic tank dan bidang

    rembesan,

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 25 -

    2. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat tangki septik pada tiap-tiap rumah maka

    harus dibuat tangki septic bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

    3. Apabila tidak memungkinkan membuat bidang resapan pada tiap-tiap rumah, maka harus

    dapat dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

    4. Persyaratan tangki septik bersama adalah sebagai berikut :

    - Muka air tanah harus cukup rendah

    - Jarak minimum antara bidang resapan bersama dengan sumur pantek adalah 10

    (sepuluh) meter (tergantung dari sifat tanah dan kondisi daerahnya).

    - Tangki septik harus dibuat dari bahan kedap air.

    - Kapasitas tangki septik tergantung dari :

    (1) Kualitas air limbah

    (2) Waktu pengendapan

    (3) Banyaknya campuran yang mengendap

    (4) Frekuensi pengambilan lumpur

    5. Ukuran tangki septic bersama sistem tercampur.

    - Untuk jumlah 50 jiwa

    a) Panjang : 5,00 m

    b) Lebar : 2,50 m

    c) Kedalaman total : 1,80 m

    d) Tinggi air dalam tangki 1 m

    e) Pengurasan 2 Th sekali

    - Ukuran tangki septik bersama sistem terpisah untuk jumlah 50 jiwa

    a) Panjang : 3,00 m

    b) Lebar : 1,50 m

    c) Kedalaman : 1,80 m

    - Ukuran bidang resapan

    a) Panjang : 10 m

    b) Lebar : 9,60 m

    c) Kedalaman : 0,70 m

    6. Bila bidang resapan tidak memungkinkan untuk dibuat dan untuk pertimbangan kemudahan

    dalam pengolaan serta demi efisiensi energi, maka dapat diterapkan sistem pengolahan

    terpusat.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 26 -

    7. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan sistem terpusat adalah :

    - Tipe perumahan

    - Kepadatan penduduk

    - Luas daerah pelayanan

    - Tingkat sosial ekonomi penduduk untuk turut memikul biaya pembangunan, operasi

    dan pemeliharaan.

    - Keadaan sosial ekonomi penduduk untuk turut menjaga keberlanjutan berfungsinya

    sistem.

    - Penggunaan lahan

    - Aspek teknis

    Sistem pengelolaan air limbah terpusat cocok diterapkan pada daerah dengan kondisi

    sebagai berikut :

    - Kepadatan penduduk tinggi (>250 jiwa/Ha)

    - Tersedia sumber air bersih

    - Permeabilitas tanah rendah

    - Level muka air tanah relatif cukup dalam

    8. Konsep dasar yang digunakan dalam menangani air limbah kawasan permukiman adalah

    bagaimana mengelola air limbah secara terpadu, sehingga tepat guna (efektif), berdaya

    guna (efisien) dan biayanya terjangkau serta dapat dioperasikan secara berkelanjutan,

    dengan bertumpu pada kemitraan antara masyarakat, Pemerintah, dan dunia usaha

    (swasta).

    d. Persyaratan dan Standar Perencanaan Pengelolaan Persampahan Kasiba dan Lisiba

    a) Dalam melakukan pengolahan sampah terdapat beberapa aspek pencemaran yang perlu

    mendapat perhatian yaitu :

    - Pengendalian bau

    - Pengendalian penyebaran penyakit

    - Pengendalian lindi / leachete

    - Pengendalian kebakaran sampah

    - Menjaga estetika lingkungan

    b) Alternatif pengolahan sampah yang dapat digunakan untuk suatu Kasiba adalah sebagai

    berikut :

    - Open dumping (tidak dianjurkan)

    - Control landfill

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 27 -

    Pada metode pengolahan dengan cara ini, sampah yang diangkut ketempat ini akan

    secara periodik ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi pencemaran

    lingkungan akibat sampah tersebut.

    Sebelum dilakukan penutupan, sampah yang ada diratakan dan dipadatkan lebih dulu

    agar terjadi peningkatan efisiensi dalam penggunaan lahan untuk pengolahan.

    - Sanitary landfill

    Metode pengolahan dengan cara ini merupakan metode standar yang digunakan secara

    internasional, dengan sampah yang diangkut ketempat ini akan ditutup setiap hari dengan

    lapisan tanah sehingga mengurangi potensi pencemaran lingkungan.

    3. Untuk mengurangi potensi pencemaran lingkungan akibat pengolahan sampah, lokasi

    pengolahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    - Bukan daerah rawan geologi

    - Bukan daerah rawan hidrogeologi

    - Muka air tanah dilokasi pengolahan tidak boleh kurang dari 3 (tiga) meter di bawah

    permukaan tanah

    - Porositas tanah harus > dari 10-6 cm/dtk

    - Jarak dengan sumber air minimal 100 meter

    - Bila kondisi di atas tidak terpenuhi maka dapat diupayakan penggunaan teknologi yang

    dapat membantu

    - Bukan daerah rawan secara topografi

    - Minimal kemiringan lahan yang digunakan untuk lokasi pengolahan adalah 20%

    - Memiliki jarak minimal 3000 meter dari lapangan terbang yang digunakan pesawat

    bermesin jet dan 1500 meter untuk lapangan terbang yang digunakan pesawat berbaling-

    baling. Hal ini untuk mencegah terjadinya gangguan pandangan pilot pesawat terbang

    akibat adanya asap dari sampah yang terbakar.

    - Tidak memiliki kemungkinan banjir dengan periode ulang kurang dari 25 tahun

    - Bukan daerah / kawasan yang dilindungi atau cagar alam

    4. Prasarana, sarana dan peralatan pengolahan sampah, terdiri dari :

    - Jalan

    - Drainase

    - Lapisan kedap air, yang berfungsi untuk mencegah rembesan lindi dari sampah yang

    ditimbun ke lapisan tanah dibawahnya yang dapat mencemari air tanah. Lapisan ini

    dipasang di seluruh permukaan tanah tempat penimbunan sampah. Lapisan ini dapat

    berupa tanah lempung setebal 50 cm atau lapisan karet sintetis yang saat ini banyak

    digunakan.

    - Pengaman gas

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 28 -

    - Pengumpul dan pengolah lindi yang berupa cairan yang mengandung zat organik yang

    memiliki kadar pencemaran tinggi dan terbentuk akibat penguraian sampah.

    Pengumpulan lindi dilakukan dengan memasang pipa-pipa di lapisan kedap air yang

    kemudian disalurkan ke kolam penampung lindi. Pengolahan lindi dapat dilakukan

    dengan cara pengolahan limbah secara biologis.

    - Alat berat

    - Fasilitas penunjang

    - Fasilitas penerimaan

    - Penghijauan

    3.8.2. Persyaratan dan Standar Perencanaan Utilitas Umum Kasiba dan Lisiba

    a. Persyaratan dan Standar Perencanaan Penyediaan Air Bersih Kasiba dan Lisiba

    Untuk setiap lingkungan hunian perlu tersedia sumber air bersih yang mampu memenuhi kebutuhan air bersih di lingkungan hunian itu sendiri

    Bila dilakukan pengolahan air setempat, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Sumber air.

    - Kontinuitas ketersediaan sumber

    - Kapasitas minimum sumber

    - Cara pengambilan air dari sumber

    Pengambilan air sumber yang digunakan bersama oleh penduduk sekitar tidak

    diperbolehkan mengganggu aktivitas penduduk dilokasi sumber dalam pemakaian

    air. Pengambilan air dari sumber sebaiknya berada dibawah muka air saat debit

    sungai minimum, demikian pula bila sumber adalah mata air.

    - Teknologi pengaliran air

    Untuk mengalirkan air yang diperoleh dari sumber dapat dilakukan secara gravitasi

    atau bila tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan cara pemompaan.

    (b) Kebutuhan air bersih

    Kebutuhan air bersih yang disediakan untuk wilayah Kasiba, harus memperhitungkan

    kebutuhan air di wilayah tersebut untuk periode minimal 20 tahun. Selain itu perlu

    dilakukan studi/survei terhadap penggunaan air bersih oleh masyarakat yang akan

    menempati wilayah tersebut agar air bersih yang disuplai dapat mendekati kebutuhan

    sebenarnya.

    (c) Kualitas air bersih

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 29 -

    Kualitas air bersih yang dihasilkan harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh

    Pemerintah Indonesia atau, bila ada standar yang diatur oleh Pemerintah Daerah di

    wilayah Kasiba.

    (d) Teknologi Pengolahan air bersih

    Teknologi pengolahan air bersih yang dapat digunakan harus diupayakan merupakan

    teknologi yang dapat disediakan secara murah dan memiliki biaya operasi dan

    pemeliharaan yang murah tetapi memiliki efesiensi kerja yang cukup tinggi. Teknologi

    yang digunakan harus dapat mengolah air yang berasal dari sumber menjadi air yang

    memenuhi standar air bersih yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

    3. Kran Kebakaran

    (1) Perlu dipasang pada daerah perumahan dan daerah komersial

    (2) Penempatan pada setiap jarak 100 meter untuk daerah komersial dan 200 meter

    untuk daerah perumahan.

    (3) Harus mudah dilihat dan dapat dicapai dengan mobil pemadam kebakaran

    (4) Apabila tidak dimungkinkan untuk membuat kran kebakaran karena tidak tersedianya

    air bersih kota atau air bersih lingkungan, maka diharuskan membuat sumur-sumur

    kebakaran pada jarak yang dipersyaratkan untuk kran kebakaran.

    (5) Kran-kran kebakaran dan sumur-sumur kebakaran harus dibuat sedemikian rupa

    supaya aman terhadap pengrusakan.

    b. Persyaratan dan Standar Perencanaan Jaringan Listrik Kasiba dan Lisiba.

    1. Perencanaan dan pelaksanaan instalasi Listrik harus sesuai dengan :

    - Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 1977 Pasal 401 s/d 419

    - Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan perlengkapan bangunan (TPIB DKI Tahun

    1977)

    - Pembidangan Perencana Instalasi Listrik dan Perlengkapan Bangunan (Peraturan

    Daerah Khusus Ibu Kota Tahun 1979)

    - Peraturan Instalasi Listrik Tahun 1978

    - Syarat-syarat Penyambungan Listrik Tahun 1978

    2. Sumber daya Listrik

    - Sumber daya dari jaringan PLN

    - Sumber daya yang diusahakan sendiri oleh lingkungan

    2. Jarak tiang listrik

    - Jarak antar tiang rata-rata 40 meter

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 30 -

    - Untuk penyesuaian dengan keadaan permukaan tanah jalan dan sebagainya, maka

    dapat diambil jarak tiang antara 30 meter 45 meter.

    3. Jarak kawat penghantar (konduktor) terhadap unsur-unsur di dalam lingkungan antara lain bangunan, pohon, jarak tiang dan lain-lain harus sesuai dengan peraturan PLN yang

    sudah berlaku. Penempatan tiang dan penarikan kawat harus sempurna dan tinggi kawat

    minimum 7 meter di atas permukaan tanah.

    c. Persyaratan dan Standar Perencanaan Jaringan Telepon Kasiba dan Lisiba

    Tersedia jaringan telepon dalam lingkungan Kasiba dimana harus terintegrasi dengan rencana

    jaringan telepon regional.

    d. Persyaratan dan standart Perencanaan Jaringan Gas Kasiba dan Lisiba

    Pembangunan perumahan sebaiknya dilengkapi dengan jaringan pipa gas, yang sesuai dengan

    standart kualitas yang ditentukan oleh instansi yang berwenang.

    3.8.3. Persyaratan dan Standar Perencanaan Sarana Lingkungan Kasiba dan Lisiba

    a. Umum

    1. Pengadaan fasilitas sosial ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kepada

    masyarakat sesuai dengan persyaratan mutu kehidupan dan penghidupan secara layak.

    2. Pada dasarnya fasilitas sosial ini terdiri dari dari bangunan-bangunan dan/atau lapangan

    terbuka yang dibutuhkan masyarakat.

    3. Untuk penentuan jenis, macam dan besaran fasilitas sosial harus berpegang pada angka

    rata-rata yang bersifat nasional yang dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan

    data nyata penduduk yang bersifat lokal.

    4. Fasilitas sosial ini dapat digunakan oleh satu lingkungan saja atau dapat digunakan oleh

    beberapa lingkungan perumahan.

    b. Persyaratan dan Standar Perencanaan Fasilitas Pendidikan Kasiba dan Lisiba

    1. Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK)

    Adalah fasilitas pendidikan yang dipergunakan untuk anak-anak usia 5-6 tahun:

    - Minimum terdiri dari 2 ruang kelas yang masing masing dapat menampung 35-40 murid

    dilengkapi dengan ruang-ruang lain.

    - Pencapaian maksimum adalah 500 meter

    2. Sekolah Dasar (SD)

    Adalah fasilitas pendidikan yang dipergunakan untuk anak-anak usia 6-12 tahun :

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 31 -

    - Minimum terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung 40 murid

    dan dilengkapi dengan ruang-ruang lain.

    - Pencapaian maksimum adalah 1000 meter

    3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

    Adalah fasilitas pendidikan yang dipergunakan untuk menampung lulusan Sekolah Dasar.

    - Minimum terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung 40 murid

    dan dilengkapi dengan ruang-ruang lain.

    4. Sekolah Menengah Atas (SMA)

    Adalah fasilitas pendidikan yang dipergunakan untuk menampung lulusan Sekolah

    Menengah Pertama.

    - Minimum terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung 40 murid

    dan dilengkapi dengan ruang-ruang lain.

    c. Persyaratan dan Standar Perencanaan Fasilitas Kesehatan Kasiba dan Lisiba

    1. Puskesmas Pembantu

    - Pencapaian maksimum adalah 1500 meter

    2. Puskesmas

    - Puskesmas ini membawahi 5 Puskesmas Pembantu

    - Pencapaian maksimum adalah 3000 meter

    3. Tempat Praktek Dokter

    - Tempat praktek dokter ini dapat bersatu dengan rumah tinggal tetapi dapat juga

    tersendiri.

    - Pencapaian maksimum adalah 1500 meter

    4. Rumah Bersalin

    - Pencapaian maksimum adalah 2000 meter

    5. Apotik

    - Pencapaian maksimum adalah 1500 meter

    d. Persyaratan dan Standar Fasilitas Perbelanjaan dan Niaga Kasiba dan Lisiba

    1. Toko / Warung

    Adalah fasilitas perbelanjaan terkecil yang melayani kebutuhan sehari-hari dari unit

    lingkungan terkecil (50 keluarga).

    - Minimum terdiri dari satu bangunan untuk menjual kebutuhan sehari-hari seperti sabun,

    teh, gula, rempah-rempah dapur dan lain-lain

    - Pencapaian maksimum adalah 300 meter

    2. Pertokoan

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 32 -

    Adalah fasilitas perbelanjaan yang lebih lengkap dari pada toko meskipun tetap menjual

    kebutuhan sehari-hari. Pencapaian maksimum adalah 300 meter

    3. Pusat Perbelanjaan Lingkungan

    Adalah fasilitas lingkungan yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan dan niaga yang

    menjual keperluan sehari-hari lebih lengkap, termasuk sayur mayur, daging, ikan, buah-

    buahan, beras, tepung-tepung, bahan-bahan pakaian, barang-barang kelontong, alat-alat

    sekolah, alat rumah tangga dan lain-lain. Terdiri dari pasar, pertokoan dan bengkel-bengkel

    reparasi kecil seperti radio, kompor, seterika, sepeda dan lain-lain.

    4. Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kecamatan

    Adalah fasilitas sosial yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan lengkap dengan fasilitas

    niaga yang lebih luas, seperti kantor, bank-bank, industri-industri kecil seperti konveksi

    pakaian, dan jenis-jenis industri rumah lainnya. Toko-tokonya tidak hanya menjual

    kebutuhan sehari-hari, juga untuk kebutuhan yang lebih komplek seperti toko besi, toko

    olah raga dan lain-lain.

    - Terdiri dari toko-toko, pasar, bengkel reparasi dan service, juga unit-unit produksi yang

    tidak menimbulkan polusi dan gangguan-gangguan lain.

    e. Persyaratan dan Standar Fasilitas Peribadatan Kasiba dan Lisiba.

    Fasilitas peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu

    disediakan dilingkungan yang direncanakan sesuai dengan keputusan masyarakat yang

    bersangkutan.

    Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni

    yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan

    dibangun, baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu.

    Pendekatan perencanaan yang dianut adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis

    agama serta kepercayaan yang kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan

    secara planologis dan religius.

    f. Persyaratan dan Standar Fasilitas Rekreasi dan Kebudayaan Kasiba dan Lisiba

    1. Kelompok 6.000 Kepala keluarga (KK)

    - Gedung Serba Guna

    2. Kelompok 24.000 Kepala keluarga (KK)

    - Gelanggang Remaja

    g. Persyaratan dan Standar Fasilitas Olah Raga dan Lapangan Terbuka Kasiba

    1. Kelompok 50 Kepala keluarga (KK)

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 33 -

    - Tempat bermain

    2. Kelompok 500 Kepala keluarga (KK)

    - Taman/tempat bermain

    3. Kelompok 6000 Kepala keluarga (KK)

    - Kesatuan antara taman, tempat bermain dan lapangan olah raga, lokasinya

    mengelompok dengan sekolah

    4. Kelompok 24.000 Kepala keluarga (KK)

    - Kesatuan antara taman, tempat bermain dan lapangan olah raga, lokasinya

    mengelompok dengan sekolah.

    3.8.4. Persyaratan dan Standar Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Kasiba dan Lisiba

    a. UU No. 23 Tahun 1997 menentukan bahwa setiap rencana/proyek yang dianggap mungkin

    akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan harus disertai dengan studi AMDAL

    b. Proses-proses yang diperlukan di dalam AMDAL dirinci di dalam Peraturan Pemerintah No. 51

    Tahun 1993, sedangkan jenis-jenis usaha dan kegiatan dimana diperlukan AMDAL diuraikan

    secara rinci dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-39/MENLH/8/1996

    sesuai dengan bobot rencana/proyek.

    c. Rencana kegiatan yang diperlukan mempunyai dampak penting adalah rencana kegiatan yang

    akan :

    Menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan, yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui berdasarkan pertimbangan ilmiah

    Mengakibatkan spesies-spesies yang langka atau endemic dan atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku terancam punah atau habitat alaminya

    mengalami kerusakan

    Menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung yang telah ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan

    Merusak dan memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah yang bernilai tinggi

    Mengakibatkan / menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat dan atau Pemerintah

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 34 -

    d. Seluruh masyarakat agar ikut berpartisipasi aktif dalam melestarikan lingkungan dan sesuai

    Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    Prosedur AMDAL untuk proyek pembangunan perumahan dapat dilihat pada gambar L-1

    (Lampiran)

    3.9. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

    3.9.1. Persyaratan Pembangunan Kasiba

    a. Pelaksanaan pembangunan harus sesuai dengan rencana dan program yang sudah ditetapkan

    b. Persiapan tender dan penunjukan pemenang perlu dilakukan oleh Badan Pengelola bila akan

    menunjuk Badan Usaha lain untuk melaksanakan pembangunan, sesuai dengan tata cara

    pengadaan barang dan jasa yang berlaku.

    c. Persiapan tender dan penunjukan pemenang untuk konsultan pengawas perlu dilakukan oleh

    Badan Penyelenggara Lisiba bila akan menggunakan konsultan pengawas untuk membantu

    pengelola dalam mengawasi pekerjaan Badan Usaha yang akan melaksanakan pekerjaan

    d. Land clearing dan staking out harus dilakukan sesuai dengan persyaratan spesifikasi yang telah

    ditetapkan.

    3.9.2. Persyaratan Pembangunan Lisiba

    a. Pelaksanaan pembangunan di Lisiba harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan

    b. Persiapan tender dan penunjukan pemenang perlu dilakukan oleh Penyelenggara Lisiba bila

    akan menunjuk badan usaha lain yang bergerak di bidang perumahan dan permukiman untuk

    melaksanakan pembangunan di kawasan Lisiba sesuai dengan tata cara pengadaan barang

    dan jasa yang berlaku.

    c. Apabila akan menunjuk Badan Usaha lain yang bergerak di bidang Perumahan dan

    Permukiman untuk melaksanakan pembangunan Kasiba, persiapan tender dan penunjukan

    pemenang untuk konsultan pengawas dilakukan oleh penyelenggara Lisiba.

    d. Pelaksanaan pembangunan perumahan dan kaveling tanah matang harus sesuai dengan

    persyaratan spesifikasi yang telah ditentukan.

    e. Pelaksanaan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum harus sesuai dengan

    persyaratan spesifikasi yang telah ditentukan

    f. Jadwal pelaksanaan pembangunan perumahan dan kaveling tanah matang harus sesuai

    dengan jadwal yang telah ditentukan di dalam dokumen tender.

    g. Jadwal pelaksanaan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum harus sesuai dengan

    jadwal yang telah ditentukan di dalam dokumen tender.

    3.10. PENGENDALIAN PEMBANGUNAN KASIBA DAN LISIBA

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 35 -

    3.10.1. Laporan Bulanan Penyelenggara Lisiba kepada Badan Pengelola Kasiba.

    Laporan Bulanan Penyelenggara Lisiba kepada Badan Pengelola Kasiba berisi :

    a. Perkembangan prasarana lingkungan;

    b. Perkembangan perolehan izin mendirikan bangunan;

    c. Perkembangan pembangunan sarana lingkungan;

    d. Perkembangan pembangunan rumah;

    e. Perkembangan penyediaan utilitas umum;

    f. Permasalahan yang perlu segera di atasi;

    g. Permasalahan yang diperkirakan akan timbul.

    3.10.2. Laporan 3 (Tiga) Bulanan Badan Pengelola Kasiba kepada Kepala Daerah

    Laporan 3 (tiga) bulanan Badan Pengelola Kasiba kepada kepala daerah berisi :

    a. Perkembangan perolehan tanah;

    b. Perkembangan pembangunan prasarana lingkungan yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola

    Kasiba dan penyelenggara Lisiba;

    c. Perkembangan perolehan izin mendirikan bangunan;

    d. Perkembangan pembangunan rumah;

    e. Perkembangan pembangunan sarana lingkungan;

    f. Perkembangan penyediaan utilitas umum;

    g. Penertiban yang telah dilakukan terhadap penyelenggara Lisiba;

    h. Permasalahan yang perlu segera di atasi;

    i. Permasalahan yang diperkirakan akan timbul

    j. Bantuan atau dukungan yang diperlukan dari Pemerintah.

    3.10.3. Laporan 3 (Tiga) Bulanan Kepala Daerah kepada Menteri

    Laporan 3 (tiga) bulanan Kepala Daerah kepada Menteri berisi

    a. Perkembangan perolehan tanah;

    b. Perkembangan pembangunan prasarana lingkungan;

    c. Perkembangan pembangunan rumah;

    d. Perkembangan pembangunan sarana lingkungan;

    e. Perkembangan penyediaan utilitas umum;

    f. Permasalahan yang perlu segera di atasi;

    g. Permasalahan yang diperkirakan akan timbul;

    h. Penertiban yang telah dilakukan.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 36 -

    BAB IV

    PERSYARATAN, STANDAR DAN KRITERIA DALAM

    PENYELENGGARA LISIBA YANG BERDIRI SENDIRI

    4.1. PERSYARATAN DAN KRITERIA DALAM PEMILIHAN LOKASI LISIBA YANG BERDIRI SENDIRI

    4.1.1 Persyaratan Lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri

    a. Kajian pertumbuhan penduduk baik yang alamiah maupun migrasi mengacu pada data Badan

    Pusat Statistik (BPS).

    b. Kebutuhan rumah dapat didekati dengan melihat selisih antara jumlah rumah yang ada dengan

    jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada.

    c. Lokasi Lisiba harus berada pada kawasan permukiman menurut Rencana Tata Ruang Wilayah

    Kabupaten / Kota.

    d. Seluruhnya terletak dalam wilayah satu daerah administratif.

    e. Lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri dapat dikembangkan mengikuti kecenderungan

    perkembangan yang ada atau untuk merangsang terjadinya pengembangan baru.

    f. Calon lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri bukan/tidak merupakan tanah sengketa atau berpotensi

    sengketa.

    g. Dalam menentukan urutan prioritas calon-calon lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri, pertimbangan

    utama sekurang-kurangnya adalah strategi pengembangan wilayah, biaya terendah untuk

    pengadaan prasarana dan utilitas, berdekatan dengan tempat kerja atau lokasi investasi yang

    mampu menampung tenaga kerja.

    h. Lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri yang akan ditetapkan mencakup lokasi yang belum

    terbangun yang mampu menampung sekurang-kurangnya 1.000 unit.

    i. Lokasi Lisiba Yang Berdiri Sendiri bagi tanah yang sudah ada permukimannya, akan

    merupakan integrasi antara pembangunan baru dan yang sudah ada sehingga seluruhnya

    menampung sekurang-kurangnya 1.000 unit.

    4.1.2. Kriteria Pemilihan Lokasi Lisiba yang Yang Berdiri Sendiri

    D Jarak tempuh lokasi menuju pusat kegiatan dan pelayanan selama kurang lebih 30 menit

    E Ketersediaan jalan penghubung dengan kawasan sekitarnya

    F Keadaan topografi lapangan datar

    G Daya dukung tanah untuk bangunan sesuai

    H Drainase alam baik

    I Kemudahan memperoleh air bersih

    J Kemudahan memperoleh sambungan listrik

    K Kemudahan memperoleh sambungan telepon

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 37 -

    L Kedekatan dengan fasilitas pendidikan tinggi

    M Kedekatan dengan fasilitas kesehatan

    N Kedekatan dengan pusat perbelanjaan

    O Kemungkinan pembuangan sampah.

    P Tidak merubah bentang alam, seperti mengurug situ, memotong bukit/gunung, reklamasi rawa

    (termasuk rawa pantai).

    Q Masyarakat yang akan menghuni Lisiba Yang Berdiri Sendiri mempunyai karakter/budaya yang

    tidak berlawanan dengan karakter/budaya masyarakat yang ada di sekitarnya.

    R Adanya perhitungan neraca pembiayaan penetapan Lisiba Yang Berdiri Sendiri (usulan

    pengeluaran, perkiraan penerimaan, cashflow)

    4.2. PERSYARATAN DAN KRITERIA DALAM PENUNJUKAN PENYELENGGARA LISIBA YANG BERDIRI

    SENDIRI

    4.2.1. Persyaratan Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri

    a. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, atau Badan lain yang dibentuk oleh

    Pemerintah, yang ditugasi untuk menyelenggarakan pengelolaan Lisiba yang Berdiri Sendiri.

    b. Dalam hal tidak ada Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang berminat

    untuk Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri, Bupati/Walikota dapat berkonsultasi dengan

    DPRD guna membentuk Badan lain yang ditugasi untuk Penyelenggara Lisiba Yang Berdiri

    Sendiri yang selanjutnya dapat dikukuhkan menjadi BUMD bidang perumahan dan

    permukiman.

    c. Masyarakat Pemilik Tanah sebagai penyelenggara dapat melakukan penyelenggaraan Lisiba

    yang Berdiri Sendiri dengan membentuk usaha bersama yang anggotanya terdiri dari para

    pemilik tanah, berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku

    d. Memiliki tenaga ahli yang telah tersertifikasi di bidang :

    1) Manajemen real estat

    2) Penyelenggaraan pembangunan prasarana lingkungan

    3) Penyelenggaraan pembangunan sarana lingkungan

    4) Penyelenggaraan pembangunan utilitas umum

    5) Pembiayaan real estat

    4.2.2. Isi Dokumen Kompetisi Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri

    a. Penjelasan singkat mengenai Lisiba Yang Berdiri Sendiri yang dikompetisikan

    b. Persyaratan peserta kompetisi

    c. Peta situasi lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri

    d. Jadwal penyelenggaraan kompetisi

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 38 -

    e. Daftar isi dan format proposal

    f. Kriteria dan tata cara evaluasi usulan

    4.2.3. Persyaratan Untuk Ikutserta Kompetisi Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri

    a. Rekaman Akte Pendirian Badan Usaha (Peraturan Pemerintah untuk BUMN atau Peraturan

    Daerah untuk BUMD);

    b. Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    c. Referensi bank

    d. Neraca perusahaan terakhir

    e. Daftar pengurus perusahaan

    f. Daftar tenaga ahli yang dimiliki

    4.2.4. Kriteria Pemilihan Pemenang Kompetisi Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri

    a. Kekayaan bersih atau kemampuan keuangan perusahaan;

    b. Kemampuan tenaga ahli yang akan ditugasi, yang dinilai dari riwayat hidup masing-masing

    tenaga ahli

    c. Kemampuan tim pelaksana yang dinilai dari komposisi tenaga ahli yang diusulkan;

    d. Usulan teknis yang berisi antara lain :

    1. Perkiraan macam/tipe dan jumlah rumah yang dapat dibangun;

    2. Rencana struktur pemanfaatan ruang;

    3. Prakiraan harga jual tanah untuk masing-masing tipe rumah;

    4. Sistem drainase dan pembuangan limbah cair;

    5. Sistem pembuangan limbah padat (sampah);

    6. Macam dan jumlah sarana lingkungan yang akan disediakan tanahnya

    7. Jadwal waktu penyelenggaraan pengelolaan Lisiba yang Berdiri Sendiri

    e. Proposal neraca pengeluaran-penerimaan pengelolaan Lisiba yang Berdiri Sendiri;

    1. Usulan pengeluaran

    2. Perkiraan penerimaan

    3. Cash flow

    4.3. PERSYARATAN UNTUK MENUNJUK PENYELENGGARA LISIBA YANG BERDIRI SENDIRI SEBAGAI

    PENYELENGGARA KONSOLIDASI TANAH

    a. Terbentuknya Perhimpunan Pemilik tanah yang berbadan hukum

    b. Tercapainya kesepakatan tentang konsolidasi tanah antar para anggota perhimpunan penghuni dan

    antara perhimpunan penghuni dengan Penyelenggara.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 39 -

    c. Terbitnya Surat Keputusan Kepala Daerah tentang Konsolidasi Tanah.

    4.4. PERSYARATAN PEROLEHAN TANAH UNTUK LISIBA YANG BERDIRI SENDIRI

    4.4.1. Umum

    Penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman adalah setiap kegiatan pemenuhan

    kebutuhan tanah untuk perumahan dan permukiman melalui penyelenggaraan Lisiba yang Berdiri

    Sendiri. Penyediaan tanah dimaksud terdiri dari perolehan tanah, mengurus hak atas tanah

    mengkavling tanah dan mengalokasikan bagian-bagian dari tanah tersebut untuk pembangunan

    perumahan, prasarana lingkungan dan fasilitas umum.

    a. Tanah yang dapat digunakan untuk lokasi Lisiba yang Berdiri Sendiri adalah

    1) Tanah Negara;

    2) Tanah Hak;

    b. Tanah Negara dan Tanah Hak.

    4.4.2. Persyaratan Perolehan Tanah Untuk Lisiba yang Berdiri Sendiri di atas Tanah Negara

    a. Tidak ada pemindahan penduduk

    1. Penduduk yang sudah ada dilokasi sedapatnya tidak ada yang dikeluarkan dari tempat

    tinggalnya.

    2. Lisiba Yang Berdiri Sendiri baik di atas tanah negara maupun tanah hak diupayakan pada

    bidang tanah yang jarang penduduknya.

    3. Bila menyangkut bidang tanah yang ada penduduknya, maka diberikan kebebasan untuk memilih ikut dalam program Lisiba Yang Berdiri Sendiri atau mereka secara sukarela

    pindah tempat tinggal dengan memperoleh penggantian yang layak sesuai dengan jenis

    dan hak atas tanahnya.

    b. Tanah negara yang tidak ada pemakainya

    1. Penyelenggara Lisiba Yang Berdiri Sendiri mengajukan permohonan hak kepada

    Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota ;

    2. Untuk pengalihan hak memenuhi Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.

    9/Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan

    Hak Pengelolaan. Peraturan Menteri Agraria No. 9/Tahun 1965 tentang Pelaksanaan

    Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan Ketentuan-Ketentuan tentang

    Kebijakan selanjutnya. Peraturan Menteri Agraria No. 40/Tahun 1966 tentang Hak Guna

    Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah.

    4.4.3. Persyaratan Perolehan Tanah Untuk Lisiba yang Berdiri Sendiri di atas Tanah Hak

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 40 -

    a. Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri melakukan pembebasan tanah adat/hak ulayat.

    1. Menghubungi dan mencari kesepakatan/musyawarah dengan ketua adat terlibat;

    2. Bila pendekatan dengan jual beli atau pelepasan hak tidak disetujui, maka dengan cara

    penggantian yaitu dalam bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain yang

    bermanfaat bagi masyarakat dengan mengacu pada Keputusan Presiden No. 55 Tahun

    1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

    Umum, dalam Pasal 14.

    b. Untuk tanah negara bekas tanah hak perorangan atau badan hukum, maka Penyelenggara

    Lisiba Yang Berdiri Sendiri:

    - Mengadakan pembebasan tanah, yaitu melepaskan hubungan hukum dengan bekas

    pemegang haknya, dengan memberikan penggantian yang layak dan selanjutnya

    mengajukan hak kepada Kabupaten/Kota melalui Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten

    setempat sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/Tahun 1976 tentang

    Penggunaan Cara Pembebasan Tanah Oleh Pihak Swasta, yang kemudian ditegaskan

    kembali dalam Keputusan Presiden No. 55/Tahun 1993.

    c. Bila masih dibebani oleh suatu hak, maka hak perorangan atau badan hukum terkait dapat

    diselesaikan melalui cara jual beli atau pelepasan hak dibuat dihadapan Notaris/Pejabat

    Pembuat Akta Tanah (PPAT)

    d. Penyelesaian antara Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri dengan pemegang hak atas

    tanah dilakukan melalui :

    1. Konsolidasi tanah, adalah peran serta aktif dari para pemilik tanah peserta konsolidasi

    melepaskan hak atas tanahnya, untuk selanjutnya ditetapkan sebagai objek konsolidasi

    tanah oleh Kepala BPN atas usul Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat

    melalui Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi. Hak atas tanahnya kemudian diberikan

    secara kolektif sesuai dengan rencana penataan kapling yang disetujui oleh para peserta

    konsolidasi tanah. Proses konsolidasi tanah dilakukan dengan mengikuti Peraturan Kepala

    Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1991.

    2. Jual beli dilakukan atas kesepakatan bersama antara Penyelenggara Lisiba yang Berdiri

    Sendiri dengan pemegang hak atas tanah dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah

    setempat untuk dibuatkan aktanya.

    3. Tukar menukar

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 41 -

    - Untuk bidang tanah yang merupakan asset suatu instansi Pemerintah, mengacu

    kepada Keppres No. 29 Tahun 1984, atas persetujuan Menteri terkait dan Menteri

    Keuangan.

    - Untuk bidang tanah yang merupakan asset Pemerintah daerah mengacu kepada

    Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 1979 Pasal 34 tentang Pelaksanaan

    Pengelolaan Barang Pemda dengan persetujuan Menteri Dalam Negeri dan DPRD.

    Dalam hal ini persetujuan Menteri Keuangan tidak diperlukan

    4. Pelepasan hak, diselesaikan berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993

    4.4.4. Persyaratan Konsolidasi Tanah Dalam Lisiba yang Berdiri Sendiri

    a. Perorangan pemegang hak atas tanah

    1. Perorangan pemegang hak atas tanah

    - Didata dan diperiksa macam penguasaan hak atas tanahnya

    - Dimusyawarahkan manfaat konsolidasi tanah dan resikonya

    - Dipenuhi Peraturan Kep. BPN No. 4/Tahun 1991

    2. Perorangan pemakai tanah negara

    - Bagi pemegang hak yang telah berakhir, maka harus diurus perpanjangannya lebih

    dulu berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1979 Junto PMDN No. 3 Tahun 1979

    - Pemakai tanah negara seizin instansi yang bersangkutan, harus memiliki izin tertulis

    dari instansi terkait dan kesaksian dari Kepala Desa/Kepala Kelurahan setempat.

    - Diperlukan rekomendasi dari Kepala Desa/Kepala Kelurahan untuk memperkuat

    permohonan Penyelenggara.

    - Bagi para pemakai tanah negara yang sudah 20 tahun atau lebih tanpa teguran dari

    Pemerintah atau keberatan dari masyarakat sekitar, diperlukan pernyataan tertulis dari

    Kepala Desa/Kelurahan atau masyarakat sekitar yang dimaksud.

    - Karena berkemungkinan letak bidang tanahnya terhadap akses infrastruktur berbeda,

    maka perlu ditentukan perbandingan nilai haknya menurut luas tanah.

    - Bila belum ada peraturannya, maka melalui kesepakatan bersama :

    o Antara Penyelenggara Lisiba Yang Berdiri Sendiri dengan peserta konsolidasi

    tanah

    o Sesama para peserta konsolidasi tanah

    o Diperlukan bukti kehadiran dari setiap musyawarah yang diadakan.

    3. Terhadap tanah wakaf yang akan dikonsolidasikan (dari badan sosial keagamaan)

    dilakukan dengan cara:

    - Penggantian (melalui musyawarah) bidang tanah di tempat lain.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 42 -

    - Penggantian dengan uang antara Penyelenggara Lisiba Yang Berdiri Sendiri dengan

    pengurus tanah wakaf, sesuai kesepakatan.

    - Semua kegiatan tersebut diproses dengan Akte Notaries.

    4. Terhadap tanah instansi Pemerintah yang akan digunakan bagi perumahan karyawan

    instansinya.

    - Perlu ada surat persetujuan dari instansi yang menguasai tanah.

    - Kesepakatan sesama karyawan yang akan menghuni ditempat tersebut.

    - Selanjutnya diikuti Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1991

    Junto Petunjuk Pelaksanaan No.410-4245 Tahun 1991

    b. Konsolidasi Tanah

    1) Penyerahan tanah oleh peserta konsolidasi tanah kepada Penyelenggara Lisiba yang

    Berdiri Sendiri.

    Penyerahan tanah (bukan penyerahan hak tanah) secara bersama/serentak dengan

    maksud memberikan kemudahan bagi Penyelenggara Lisiba Yang Berdiri Sendiri dalam

    melaksanakan program antara lain agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

    2) Peserta konsolidasi tanah menerima kembali kaveling tanah matang (atau berikut rumah)

    dengan nilai paling sedikit sama dengan harga tanah dan obyek di atasnya.

    Pada awal proses konsolidasi tanah perlu diadakan inventarisasi dan penilaian nilai tanah,

    sesuai status dan hak tanahnya, menurut luas bidang dan penguasaanya.

    3) Luas letak dan jenis masing-masing kaveling yang diberikan kepada para peserta

    konsolidasi tanah, dengan status semula dan sesuai dengan rencana teknik ruang yang

    telah disusun oleh Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri.

    Rencana teknik ruang yang disusun oleh Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri harus

    disosialisasikan untuk dapat disepakati bersama oleh para peserta konsolidasi tanah.

    4) Selama berlangsung hak keperdataan terhadap kepemilikan tanahnya.

    Perlu diinventarisasi permasalahan yang ada dari tanah yang dikuasai oleh peserta

    konsolidasi tanah, agar hak keperdataan dan masalahnya dari para peserta dapat diketahui

    oleh fihak Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri lebih awal.

    c. Persiapan Konsolidasi Tanah

    1. Penyuluhan, Bimbingan, Bantuan dan Kemudahan (PBBK).

    Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri dan Pemda memberikan PBBK melalui para

    tokoh masyarakat dan bertatap muka (public hearing) data expose tentang program

    konsolidasi tanah.

  • Juknis Kasiba-Lisiba BS - 43 -

    2. Pelaksanaan Konsolidasi tanah diputuskan secara musyawarah antar peserta pemilik tanah

    dengan Penyelenggara Lisiba yang Berdiri Sendiri dibantu Pemerintah Kabupaten/Kota.

    Kesepakatan tersebut di atas mengacu pada Peraturan Kepala BPN No. 4 Tahun 1991 dan

    Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah No. 410-4245 Tanggal 7 Desember Tahun 1991.

    3. Bila pemegang hak/pemakai tanah ada yang tidak setuju, maka Penyelenggara Lisiba yang

    Berdiri Sendiri dapat memperoleh tanah yang bersangkutan dengan cara jual beli, tukar

    menukar, pelepasan hak, atau cara lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Solusi ketidak sepakatan, tidak harus memaksa peserta konsolidasi tanah untuk

    menyerahkan tanahnya tetapi ditawarkan dengan berbagai pilihan (jual beli, tukar menukar,

    pelepasan hak atau cara lain), dimana perlu dibentuk panitia Arbiter (penengah) yang

    netral dan tidak memihak.

    Konsolidasi tanah dalam rangka penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman

    mengacu pada peraturan Kepala BPN No.4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi Tanah dan

    Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah No.410-4245 Tanggal 7-12-1991

    4.4.5. Persyaratan Perolehan Tanah Dengan Jual Beli atau Tukar Menukar Untuk Lisiba yang

    Berdiri Sendiri

    a. Perolehan tanah dengan cara jual beli atau tukar menukar. Perlu inventarisasi data yuridis (jenis

    hak dan pemegang hak) dan data fisik (barangkali ada bangunan di atas tanah tersebut) yang

    cermat guna proses pengikatan jual beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

    1. Jual Beli

    Dalam proses jual beli tanah, maka selalu ada penjualnya, pembelinya dan obyeknya

    adalah tanah yang jelas. Proses jual beli yang utama adalah secara langsung antara

    penjual dan pembeli sesama terlibat, namun dapat dilakukan oleh kuasanya, yaitu mewakili

    fihak penjual ataupun pembeli, dengan surat kuasa terbatas jangka waktunya yang jelas

    dan memenuhi persyaratan.

    Dalam proses jual beli, maka kedudukan para pihak setara, dan harga tanah (objek)

    ditetapkan atas usul kedua pihak sampai dapat disepakati harga yang dapat d