Top Banner
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PROGRAM STUDI PEMAHAMAN DAN PENGUASAAN TENSES BAHASA INGGRIS MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO Oleh: Condro Nur Alim, S.S., M.A. NIK. 2160367 Ambar Pujiyatno, S.S., M. Hum. NIK. 2160208 Dibiayai Proyek Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor A.11-III/473-S.Pj/LPPM/XII/2011 Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Purwokerto SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO JUNI 2012
67

Jhptump a Condronura 334 1 Laporan i

Nov 24, 2015

Download

Documents

Sasmito Jati
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • LAPORAN AKHIR

    PENELITIAN HIBAH PROGRAM STUDI

    PEMAHAMAN DAN PENGUASAAN TENSES BAHASA INGGRIS

    MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

    PURWOKERTO

    Oleh:

    Condro Nur Alim, S.S., M.A. NIK. 2160367

    Ambar Pujiyatno, S.S., M. Hum. NIK. 2160208

    Dibiayai Proyek Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian

    Nomor A.11-III/473-S.Pj/LPPM/XII/2011 Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

    Universitas Muhammadiyah Purwokerto

    SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO JUNI 2012

  • HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PROGRAM STUDI

    1. Judul Penelitian : Penguasaan dan Pemahaman Tenses Bahasa

    Inggris Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto

    2. Bidang Ilmu : Bahasa dan Sastra 3. Program Studi/Fakultas : S1 Sastra Inggris/Fak. Sastra 4. Ketua Peneliti: a. Nama Lengkap : Condro Nur Alim, S.S., M.A. b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIP : 2160367 d. Disiplin Ilmu : Sastra Inggris e. Pangkat/Golongan : Penata Muda/III A f. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli g. Alamat : Fakulas Sastra Universitas Muhammadiyah

    Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh 202 Purwokerto h. Telp/Faks : (0281) 636751 i. Alamat Rumah : Jl. Gatramas Raya Blok X-4 No.19 Perum Griya

    Tegal Sari Indah, Bojongsari, Kembaran, Purwokerto, Jateng

    j. Telp/faks/e-mail : 085327034302/[email protected] 4. Jumlah Anggota Peneliti : 1 orang

    a. Nama Anggota I : Ambar Pujiyatno, S.S., M.Hum 5. Jumlah mahasiswa yang terlibat : - orang 6. Lokasi Penelitian : Fakulats Sastra UMP 7. Jumlah biaya yang digunakan : Rp. 3.000.000,-

    Purwokerto, 30 Juni 2012 Mengetahui, Ketua Peneliti Dekan Fakultas Sastra Titik Wahyuningsih, S.S., M.Hum. Condro Nur Alim, S.S., M.A. NIK. 2160272 NIK. 2160367

    Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

    Prof. Dr. H. Tukiran, M.M. NIP. 19540508 198803 1 001

  • RINGKASAN

    Penelitian yang berjudul Pemahaman Tense Bahasa Inggris Mahasiswa

    Fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini bertujuan untuk

    mengetahui: 1) tingkat pemahaman mahasiswa terhadap tense bahasa Inggris; 2)

    jenis-jenis kesalahan dalam menggunakan tense; dan 3) faktor-faktor yang

    menyebabkannya.

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

    kualitatif. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa jurusan sastra Inggris,

    fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

    Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tense yang paling baik dikuasai

    mahasiswa adalah simple past, dengan tingkat keterjawaban soal mencapai 100%,

    sedangkan yang terendah adalah tense present continuous.

    Kesalahan-kesalahan yang masih terjadi dapat dikelompokkan menjadi

    dua kategori, yaitu kesalahan dalam menggunakan bentuk kata kerja (verb),

    kesalahan penggunaan kata kerja bantu (auxiliary).

    Tingkat pemahaman dan penguasaan tense bahasa Inggris mahasiswa

    Fakultas Sastra Universitas Mahasiswa, berdasarkan hasil jawaban kuesioner dan

    wawancara yang dilakukan, dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

    Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri mahasiswa sendiri, yaitu

    tingkat pemahaman mereka terhadap beberapa konsep yang berhubungan dengan

    tense. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar mahasiswa,

    yaitu faktor dosen dan metode pengajarannya.

    Keywords: pemahaman, penguasaan, tense, bahasa Inggris, mahasiswa

  • SUMMARY

    The research entitled 'Understanding English Tense among the Students of

    Faculty of Letters of Muhammadiyah University of Purwokerto is aimed at

    determining: 1) the level of student understanding of tense in English, 2) the types

    of errors in the use of tense and 3) the factors that cause it.

    The research was conducted by using a qualitative descriptive approach.

    The population of this study were students of Faculty of Letters of

    Muhammadiyah University of Purwokerto

    The research results showed that the most well-mastered tense is simple

    past tense, with the level of correct answer reaches 100%, while the lowest is the

    present continuous tense with the level of mastery of 55%.

    Errors that still occur can be grouped into two categories, namely the error

    in using the verb form (verb), the error using the auxiliary verb (auxiliary).

    Tense level of students understanding and mastery of the English tense,

    based on responses to questionnaires and interviews is influenced by internal

    factors and external factors.

    Internal factors are factors that come from students themselves which

    consists of: the level of students understanding of some concepts related to tense.

    While external factors are the factors that come from outside the student, which

    consists of: teaching methods and teaching materials.

    Keywords: understanding, mastery, tense, English, students

  • PRAKATA

    Assalamu alaikum, wr, wb,

    Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian bidang studi yang berjudul

    Penguasaan dan Pemahaman Tenses Bahasa Inggris Mahasiswa Fakultas Sastra

    Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

    Penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran secara komprehensif

    tingkat pemahaman dan penguasaan tense bahasa Inggris mahasiswa Fakultas

    Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Selain itu, penelitian ini juga

    memotret kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan mahasiswa dalam

    menggunakan tense bahasa Inggris secara benar beserta faktor yang

    menyebabkannya.

    Dengan penelitian ini diharapkan pembelajaran struktur bahasa Inggris

    khususnya tentang tense akan lebih baik, sesuai dengan saran yang dirumuskan

    dari hasil penelitian ini. Tingkat pemahaman dan penguasaan tense yang baik,

    pada gilirannya akan sangat membantuk untuk meningkatkan ketrampilan

    berbahasa mahasiswa, khususnya kemampuan speaking dan writing.

    Akhirnya penulis menyadari masih banyaknya kesalahan dan kelemahan

    dalam penelitian ini, untuk itu segala masukan dan saran senantiasa penulis

    harapkan. Semoga yang sedikit ini bisa memberikan manfaat buat kita bersama.

    Amin.

    Wassalamu alaikum, wr, wb

    Purwokerto, Juni 2012

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman Judul ..................................................................................... i

    Halaman Pengesahan............................................................................ ii

    Ringkasan ............................................................................................ iii

    Summary ............................................................................................. iv

    Prakata ................................................................................................. v

    Daftar Isi .............................................................................................. vi

    Daftar Tabel .......................................................................................... vii

    Daftar Gambar ....................................................................................... viii

    Bab 1. Pendahuluan ............................................................................... 1

    Bab 2. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 2

    Bab 3. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 3

    A. Tense .......................................................................................... 4

    B. Tense sebagai Kategori Deiksis ................................................ 5

    C. Tense dalam Bahasa Inggris . 6

    Bab 4. Metode Penelitian ...................................................................... 9

    A. Populasi dan Sampel ................................................................... 10

    B. Pengumpulan Data .. 10

    C. Analisis Data 10

    D. Penyajian Analisis Data .. 10

    Bab 5. Hasil dan Pembahasan ............................................................... 11

    A. Tingkat Penguasaan Mahasiswa terhadap

    Tense Bahasa Inggris................................................................. 11

    1. Present Tense ....................................................................... 11

    2. Past Tense ............................................................................. 13

    3. Future Tense .......................................................................... 14

  • B. Kesalahan dalam Penggunaan Tense Bahasa Inggris .......... 17

    1. Bentuk Verb ......................................................................... 17

    2. Penggunaan Kata Kerja Bantu (Auxiliary) ....................... 19

    C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan

    dan Pemahaman Mahasiswa terhadap Tense ........................ .... 20

    1. Faktor Internal ....................................................................... 21

    2. Faktor Eksternal ..................................................................... 23

    Bab 6. Kesimpulan dan Saran .................................................................. 24

    A. Kesimpulan ................................................................................... 24

    B. Saran .............................................................................................. 25

    Daftar Pustaka ............................................................................................ 26

    Lampiran .................................................................................................... 27

    Personalia Penelitian ................................................................................. 27

    Sinopsis Penelitian Lanjutan ..................................................................... 28

    Draft Artikel Ilmiah ................................................................................... 29

    Daftar Riwayat hidup Peneliti ................................................................... 53

    Instrumen Penelitian ................................................................................. 58

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Nilai keterjawaban soal dan prosentase

    penguasaan tense mahasiswa ................................................................ 16

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.Waktu dan Kala.................................................................... 5

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Personalia Penelitian ................................................................................. 27

    Sinopsis Penelitian Lanjutan ..................................................................... 28

    Drar Artikel Ilmiah .................................................................................... 29

    Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Peneliti............................................... 53

    Instrumen Penelitian .................................................................................. 58

  • BAB I. PENDAHULUAN

    Salah satu tujuan pendidikan di fakultas Sastra Universitas

    Muhammadiyah Purwokerto adalah menghasilkan lulusan yang mempunyai

    kompetensi dan profesionalisme di bidang ilmu bahasa Inggris (Panduan

    Akademik UMP, 2011).

    Untuk mencapai tujuan tersebut, kurikulum di fakultas Sastra Universitas

    Muhammadiyah Purwokerto dikembangkan sedemikian rupa untuk

    memaksimalkan kemampuan dasar bahasa Inggris mahasiswa yang meliputi

    kemampuan menyimak (listening), membaca (reading), menulis (writing),

    berpicara (speaking), dan tatabahasa bahasa Inggris (structure).

    Mata kuliah kemampuan dasar tersebut diberikan secara berjenjang dari

    mulai tingkat dasar (elementary) hingga tingkat mahir (advanced). Sebagai contoh

    untuk mata kuliah structure diberikan dari semester 1 hingga semester 4, masing-

    masing dengan nama structure 1, structure 2, structure 3, dan structure 4.

    Dari kelima mata kuliah kemampuan dasar (basic skills) di atas, mata

    kuliah tatabahasa bahasa Inggris (structure) dirasa oleh kebanyakan mahasiswa

    sebagai mata kuliah yang sulit, karena di dalamnya berisi berbagai aturan

    penggunaan bahasa Inggris yang kompleks. Salah satu bagian tatabahasa yang

    paling sulit adalah pembahasan tentang kala (tense) bahasa Inggris.

    Tense dianggap sebagai pembahasan yang sulit karena tense bahasa

    Inggris terdiri dari berbagai jenis, yang masing-masing mempunyai pola dan

    penggunaan yang khusus. Di sisi lain, kemampuan menggunakan tense secara

    tepat merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki mahasiswa agar dapat

    menguasai keempat kemampuan dasar lainnya dengan baik.

    Mahasiswa seringkali mempunyai konsep yang keliru terhadap tense

    bahasa Inggris serta penggunaannya dalam kalimat. Sebagai contoh, sebagian

    mereka akan menyebutkan bahwa terdapat dua belas atau bahkan enam belas

  • tense dalam bahasa Inggris. Jawaban ini jelas mencerminkan ketidakpahaman

    mahasiswa terhadap konsep tense bahasa Inggris sebagai pengungkap aspek

    kewaktuan. Begitu pula dalam tataran praktis, sebagai cotoh, mahasiswa

    seringkali masih kebingungan membedakan antara past tense dan present perfect,

    seperti dalam kalimat I took a bath dan I have taken a bath. Padahal kedua

    kalimat tersebut mempunyai makna dan pemakaian yang sangat berbeda.

    Mencampuradukkan keduanya akan membuat keracuan makna.

    Dengan demikian, pemahaman mahasiswa terhadap tense bahasa Inggris

    harus mendapatkan perhatian yang serius, sebagai penentu keberhasilah mereka

    dalam menguasai ketrampilah bahasa Inggris lainnya. Dengan pemahaman tense

    yang baik, mahasiswa akan dapat mendengarkan, membaca, berbicara dan

    menulis dalam bahasa Inggris dengan baik.

    Berkaitan dengan kondisi di atas, penelitian yang berjudul Pemahaman

    Tense Bahasa Inggris Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah

    Purwokerto ini mempunyai nilai penting sebagai upaya untuk mengetahui tingkat

    pemahaman mahasiswa terhadap tense bahasa Inggris sekaligus sebagai usaha

    untuk mendeteksi faktor-faktor yang menyebabkannya, sehingga diharapkan dapat

    segera dicarikan solusinya.

    Bagi fakultas Sastra, penelitian ini mempunyai nilai penting karena hasil

    penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan materi bahan ajar,

    khususnya materi tentang tenses dalam bahasa Inggris.

    BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    Tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui jenis-jenis tenses bahasa Inggris yang dikuasai dengan

    baik oleh mahasiswa fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah

    Purwokerto.

  • 2. Untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan yang sering dilakukan mahasiswa

    dalam menggunakan tense bahasa Inggris.

    3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman dan

    penguasaan mahasiswa terhadap tense bahasa Inggris.

    BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    Penelitian mengenai tenses bahasa Inggris masih jarang dilakukan. Namun

    demikian berdasarkan penelusuran peneliti, penelitian tentang penguasaan

    mahasiswa terhadap tense bahasa Inggris pernah dilakukan oleh Jufrizal (2008).

    Jufrizal (2008) melakukan penelitian terhadap mahasiswa jurusan Bahasa Inggris,

    fakutas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Padang. Dalam penelitiannya

    tersebut ditemukan fakta bahwa 80% mahasiswa mempunyai masalah memahami

    dan menggunakan tense future continuous, future perfect continuous, past perfect

    continuous dan past perfect future continuous. Selain itu, sebanyak 60% hingga

    70% mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan tense

    past future continuous dan past perfect.

    Tense dianggap oleh sebagian besar mahasiswa menjadi bagian pelajaran

    bahasa Inggris yang sulit. Hal ini terjadi karena tiap jenis tense mempunyai

    formula khusus, yang ditandai dengan adanya infleksi verba. Selain itu, tiap tense

    mempunyai pasangan kata keterangan waktu yang khusus, sehingga penggunaan

    kata keterangan yang tidak pas akan mengganggu kesatuan makna yang

    dihasilkan dari penggunaan tense tersebut.

    Berikut ini akan dipaparkan pokok-pokok pengertian mengenai tense

    beserta konsep yang melatarbelakanginya. Selain itu akan dipaparkan juga jenis-

    jenis tense dan penggunaannya yang benar dalam kalimat.

  • A. Tense

    Istilah tense (dalam bahasa Indonesia disebut kala), merupakan istilah

    yang diambil dari bahasa Yunani khronos atau bahasa Latin tempus (Lyons,

    1968: 304). Konsep waktu dan konsep kala terkadang memang sangat sulit untuk

    dibedakan sebab menurut Comrie (1985: 7) ide untuk menempatkan suatu situasi

    pada garis waktu sebenarnya merupakan notasi konseptual, sehingga hal ini

    memungkinkan terjadinya perbedaan antara bahasa yang satu dengan bahasa

    lainnya.

    Dengan demikian, sebagai usaha untuk menghindari terjadinya ketaksaan

    atas pemahaman kedua konsep tersebut, perlu dipahami bahwa waktu dan kala

    adalah konsep yang sangat berbeda. Hal ini didasarkan pada pernyataan Jespersen

    dalam bukunya yang berjudul Essential of English Grammar, yang menyatakan

    bahwa konsep waktu merupakan konsep umum yang ada pada semua bahasa di

    seluruh dunia, sedangkan konsep kala bervariasi antara satu bahasa dengan bahasa

    lainnya dan merupakan ekspresi linguistik yang bersifat time-relation (Jespersen,

    1933: 230).

    Comrie (1976) menyatakan bahwa kala menghubungkan waktu situasi

    yang dimaksud dengan waktu lainnya, biasanya adalah saat ujaran dilakukan

    (moment of speaking), sehingga menurutnya, secara garis besar terdapat tiga kala

    paling umum yang ditemukan pada bahasa-bahasa di dunia, yaitu present, past

    dan future.

    Dalam bahasa Inggris, dikenal adanya pembedaan antara konsep waktu

    (time) dengan kala (tense). Dalam ilmu kebahasaan, istilah waktu termasuk

    kategori semantik, sedangkan kala termasuk ke dalam kategori gramatikal (Hoed,

    1992: 3). Dalam bahasa Inggris, kala merupakan suatu jenis penanda formal

    (formal marker) yang pada umumnya diwujudkan dalam bentuk infleksi kata

  • kerja (verb) yang fungsinya adalah untuk menempatkan suatu peristiwa atau

    kondisi pada waktu.

    Dengan demikian keberadaan kala dalam bahasa Inggris sangat penting

    untuk menentukan kapan terjadinya suatu peristiwa dilihat dari waktu ujaran (time

    of speaking) atau disebut juga sebagai pusat deiksis (deictic centre), sebagaimana

    dikemukakan oleh Lyons (1968: 304-305): The essential characteristics of the

    category of tense is that it relates the time of action, event or state of affair

    referred to in the sentence to time of utterance (the time of utterance being

    now).

    Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa kala adalah kategori deiksis

    yang merupakan properti yang selalu ada dalam kalimat atau suatu ujaran dalam

    Bahasa Inggris.

    B. Tense sebagai Kategori Deiksis

    Dengan mengacu pada pengertian kala sebagai kategori gramatikal yang

    berfungsi untuk menempatkan suatu situasi dalam suatu waktu maka sebagian

    besar ahli grammar mengelompokkan kala dalam tiga kategori, yaitu: present,

    past, dan future (Jespersen: 1933, Lyons: 1968, Comrie: 1985, Quirk: 1985 dan

    Bache: 1997).

    Pengelompokan ini berdasarkan pada asumsi bahwa secara alamiah waktu

    dibedakan menjadi waktu lampau (past), sekarang (present) dan waktu yang akan

    datang (future). Dengan mengikuti teori Jespersen (1933: 230) dan juga diagram

    Lyon (1968: 304) tentang diagram garis waktu sebagai manifestasi konsep waktu

    dalam bahasa, maka pembedaan antara waktu dan kala dapat digambarkan sebagai

    berikut:

    Lampau (past) kini (present) akan datang (future)

    Sebelum sekarang sesudah

  • Gambar 1.Waktu dan Kala

    Diagram di atas menunjukkan kala sebagai kategori deiktis, sebagaimana

    disarankan oleh Bache (1997: 250) kala mempunyai arti yang hanya bisa

    diidentifikasi dalam kaitannya dengan lokasi spasial dan temporal agen lokusi

    pada titik komunikasi. Pada diagram di atas, titik deiksis O adalah waktu

    sekarang. Oleh sebab itu, kala berkaitan erat dengan temporalitas. Bache (1997:

    245) menyatakan bahwa temporalitas berkaitan dengan penentuan lokasi temporal

    pada suatu situasi yang dianggap sebagai titik sekarang pada suatu komunikasi.

    Lebih lanjut Bache mendefinisikan kategori kala secara lebih rinci sebagai

    berikut:

    a. Situasi lampau (past) adalah situasi yang secara temporal berada sebelum

    waktu sekarang.

    b. Situasi kini (present) adalah situasi yang secara temporal berada pada waktu

    sekarang.

    c. Situasi akan datang (future) adalah situasi yang secara temporal berada pada

    waktu setelah sekarang.

    C. Tense dalam Bahasa Inggris

    Menurut Comrie (1985) dilihat dari hubungan antara pusat deiksis (diberi

    notasi S), peristiwa (diberi notasi E) dan titik referensi lain (diberi notasi R),

    kala dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kala mutlak (absolute tense), kala

    relatif (relative tense) dan kala mutlak-relatif (absolute-relative tense). Secara

    lebih lengkap ketiga jenis kala tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Tense Absolute Istilah kala mutlak digunakan untuk menyebutkan kala yang menggunakan

    waktu kini (present moment) sebagai pusat deiksis. Pusat deiksis ini juga disebut

    dengan titik referensi (reference point).

  • Hubungan antara present moment sebagai pusat deiksis (S) dan peristiwa

    (E), dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu: (1) peristiwa yang terjadi sebelum pusat

    deiksis; (2) peristiwa yang terjadi bersamaan dengan pusat deiksis; dan (3)

    peristiwa yang terjadi sesudah pusat deiksis (Comrie, 1985: 36).

    Dengan kata lain, hubungan antara E dan S dapat terjadi dalam tiga

    bentuk, yaitu: (1) E terjadi sebelum S (dilambangkan dengan E < S); (2) E terjadi

    bersamaan dengan S (dilambangkan dengan E = S); dan (3) E terjadi setelah S

    (dilambangkan dengan E > S). Lebih lanjut kala mutlak dibagi menjadi tiga yaitu

    peristiwa yang terjadi sebelum, bersamaan, atau sesudah waktu kini sebagai pusat

    deiksis. Comrie (1985: 36) secara lengkap menjelaskan kala mutlak sebagai

    berikut:

    Given the present moment as deictic centre, it might seem trivial to define the three basic tenses that have formed the backbone of much linguistics work on time reference in grammar, namely present, past and future as follows: present tense means coincidence of the time of situation and the present moment; past tense means location of the situation prior to the present moment; future tense means location of the situation after the present moment.

    Relasi antara titik referensi (S) dan peristiwa (E) dalam kala mutlak

    dengan demikian secara sederhana dapat direpresentasikan sebagai berikut

    (Comrie: 1985: 123):

    Present : E simul S, yaitu peristiwa yang terjadi bersamaan dengan titik

    referensi (moment of speech).

    Past : E sebelum S, yaitu peristiwa terjadi sebelum moment of speech.

    Future : E setelah S, yaitu peristiwa terjadi setelah moment of speech.

    2. Tense Relative

  • Dalam pembahasan di atas, pembedaan waktu mutlak ditentukan dengan

    melihat hubungan antara situasi atau peristiwa (E) dan waktu sekarang sebagai

    pusat deiksis (S). Dengan demikian, waktu sekarang berfungsi sebagai pusat

    deiksis.

    Selain peristiwa yang mempunyai pusat deiksis saat sekarang, ada juga

    situasi yang mempunyai titik referensi bukan saat sekarang, yang disebut

    sebagai waktu relatif. Dalam waktu relatif, titik referensi untuk menempatkan

    suatu peristiwa dalam garis waktu bukan pada waktu sekarang (present moment),

    namun titik lain dalam garis waktu yang diberikan oleh konteks (Comrie, 1985:

    56). Titik lain tersebut diberi notasi R. dengan demikian waktu relatif dapat

    digambarkan sebagai (E rel R), yang berarti bahwa suatu peristiwa (E) secara

    kebahasaan ditempatkan pada garis waktu pada suatu titik ditinjau dari peristiwa

    lain yang merupakan suatu titik rujukan (R).

    Tempat titik R tersebut ditetapkan oleh konteksnya sehingga dapat berada

    bersamaan, sebelum atau sesudah pusat deiksis. Dengan demikian waktu relatif

    terdapat pada kalimat majemuk yang memiliki satu subjek bagi dua atau lebih

    verba kalimat tersebut (Hoed, 1992: 59). Menurut Comrie kala relatif dinotasikan

    menjadi E rel (R rel S).

    Lebih lanjut Comrie menyatakan bahwa salah satu ciri dari waktu mutlak

    adalah penggunaan kata keterangan. Oleh sebab itu perbedaan antara waktu

    mutlak dan waktu relatif dapat diidentifikasi melalui penggunaan kata keterangan

    dalam kalimat. Comrie (1985: 56) memberikan beberapa contoh kata keterangan

    yang digunakan dalam waktu relatif, misalnya on the same day, on the day before,

    dan on the next day.

    3. Tense absolute-relative

    Selain waktu mutlak yang menempatkan situasi sebelum, bersamaan atau

    setelah saat sekarang (present moment) dan waktu relatif yang menempatkan

  • situasi atau peristiwa terjadi sebelum bersamaan atau setelah titik referensi yang

    ditetapkan oleh konteks, dalam bahasa Inggris juga terdapat waktu mutlak-relatif

    yang didasari oleh gabungan rumus waktu mutlak (E rel S) dan waktu relatif (E

    rel R), sehingga rumusnya menjadi E rel R rel S (Comrie, 1987: 64). Hal ini

    berarti bahwa suatu peristiwa (E) ditempatkan pada garis waktu pada suatu titik

    ditinjau dari suatu titik rujukan (R) yang ditinjau pula dari pusat deiktis (S) (Hoed,

    1992:59).

    Berdasarkan karakteristik jenis waktu tersebut, Comrie (1985: 127)

    menyebutkan adanya dua bentuk relasi antara S, R dan E dalam waktu mutlak-

    relatif, yaitu:

    Pluperfect (past perfect) E < R < S

    Future perfect E > R > S

    Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pusat deiksis mempunyai

    peranan yang penting untuk menempatkan persitiwa pada garis waktu.

    BAB IV. METODE PENELITIAN

    Metode dalam penelitian linguistik mencakup kesatuan dari serangkaian

    proses yaitu: penentuan kerangka pikiran, perumusan hipotesis atau perumusan

    masalah, penentuan populasi, penentuan sampel, data, teknik pemerolehan data,

    dan analisis data (Subroto, 2007: 33). Dengan demikian, dalam penelitian

    linguistik diperlukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah yang telah

    dirumuskan yaitu sebagai berikut: (1) penyediaan data; (2) analisis data; dan (3)

    penyajian analisis data.

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

    kualitatif. Singarimbun (1982: 4) menyatakan bahwa tujuan dari penelitian

    deskriptif adalah untuk menjelaskan, mendeskripsikan suatu objek atau fakta.

    Subroto (2007: 33) menyatakan bahwa tujuan dari linguistik deskriptif adalah

  • untuk memerikan segi-segi tertentu mengenai sistem suatu bahasa sebagaimana

    wujud kenyataannya.

    A. Populasi dan Sampel

    Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa jurusan sastra Inggris,

    fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari populasi tersebut

    ditentukan sampel berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu mahasiswa

    semester 4 dan semeser 6. Pemilihan sampel tersebut didasarkan pada

    pertimbangan bahwa mahasiswa semester 3 dan 5 sudah mengambil setidaknya

    hingga mata kuliah structure 3, sehingga idealnya mereka mempunyai

    pemahaman tense yang lebih baik.

    B. Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui quesioer dan wawancara.

    Selain itu, mahasiswa juga diminta untuk mengerjakan latihan tentang tense. Hasil

    dari latihan ini akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat

    pemahaman dan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan tense bahasa

    Indonesia secara tepat dalam kalimat. Kuesioner digunakan untuk mengetahui

    persepsi dan pemahaman mahasiswa terhadap tense. Untuk menggali informasi

    secara mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman

    mahasiswa terhadap tense bahasa Inggris dilakukan wawancara mendalam

    (indepth interview) dengan menggunakan pertanyaan terbuka (open-ended

    question).

    C. Analisis Data

    Data dari hasil latihan, kuesioner dan wawancara kemudian akan

    dideskripsikan secara kualitatif untuk menjawab pertanyaan penelitian.

    D. Penyajian Analisis Data

  • Sudaryanto (1993) mengemukakan ada dua metode yang dapat digunakan

    dalam penyajian analisis data. Metode tersebut adalah secara formal dan informal.

    Metode penyajian hasil analisis data secara formal adalah dengan menggunakan

    tanda-tanda dan lambang-lambang. Sedangkan metode penyajian data secara

    informal adalah penyajian hasil analisis dengan menggunakan rumusan dengan

    kata-kata biasa.

    Pada penelitian ini, penyajian analisis data dilakukan baik secara formal

    maupun secara informal. Secara formal penulis akan menyajikan data dalam

    bentuk tabel.

    Selain penyajian secara formal, hasil analisis juga akan disajikan secara

    informal, yaitu melalui kata-kata untuk mendeskripsikan hasil analisis agar mudah

    dipahami oleh pembaca.

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Tingkat Penguasaan Mahasiswa terhadap Tense Bahasa Inggris.

    1. Present Tense Present tense adalah jenis tense dengan peristiwa yang terjadi

    bersamaan dengan pusat deiksis (E=S). Present tense terdiri dari simple

    present, present continuous, present perfect dan present perfect continuous.

    a. Present Simple Present simple tense termasuk jenis tense yang mudah dikuasai

    oleh mahasiswa. Hal ini disebabkan karena tense ini mempunyai pola

    yang sederhana, yaitu S + V1/Vs/es. Namun demikian, kesalahan yang

    masih terjadi adalah penggunaan yang tepat antara V1 atau V+s/es,

    yang ditentukan oleh subjek kalimat. Selain itu, kesalahan lain yang

    sering terjadi adalah bentuk V+s/es, karena dalam bahasa Inggris untuk

    kata kerja yang berakhiran vokal, maka ditambah dengan es-

  • sedangkan kata kerja yang berakhiran konsonan hanya perlu

    menambahkan s-.

    Mahasiswa menguasai simple present tense dengan cukup baik.

    Dari 5 kalimat yang menggunakan present tense, kalimat 1 dan 2

    seluruh mahasiswa (populasi 18 orang) menjawab dengan benar.

    Sedangkan untuk kalimat ke 3, 15 mahasiswa menjawab dengan benar.

    Untuk kalimat ke 4, 16 mahasiswa menjawab dengan benar dan untuk

    kalimat ke 5, 13 mahasiswa menjawab dengan benar. Dari data

    tersebut, tingkat penguasaan mencapai 80 dari maksimal jawaban

    benar 90 atau mencapai 88%.

    b. Present Continuous Present continuous tense, secara teoretis sebenarnya termasuk

    mudah untuk dikuasai, karena polanya adalah S + tobe + Ving. Namun

    demikian, kenyataannya menunjukkan bahwa penguasaan tense

    present continuous menempati urutan yang terendah, dengan jawaban

    benar hanya 50 dari total 90 atau sekitar 55 %. Dari lima soal yang

    diberikan, 11 dari 18 mahasiswa menjawab benar untuk soal 1,2, dan

    4. Sedangkan untuk soal 3, 9 mahasiswa menjawab benar dan untuk

    soal ke-5 hanya 8 mahasiswa yang menjawab benar.

    c. Present Perfect Present perfect mempunyai pola S + has/have+ V3. Total jawaban

    benar untuk soal dengan menggunakan present perfect adalah 67 dari

    90 jawaban benar atau sekitar 74 %. Dari total 18 mahasiswa, 11

    mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 1 dan 2, 16 mahasiswa

    menjawab benar untuk soal nomor 3, 14 mahasiswa menjawab benar

    untuk soal nomor 4 dan 15 mahasiswa menjawab benar untuk soal

    nomor 5.

    d. Present Perfect Continuous

  • Total jawaban benar untuk tense present perfect continuous adalah

    51 dari 90 jawaban yang benar atau sekitar 56%. Jumlah ini

    menempatkan penguasaan present perfect tense pada urutan ke-11 dari

    12 tense. Secara lebih lengkap jumlah mahasiswa yang menjawab

    benar untuk soal nomor 1 dan 2 adalah 7 mahasiswa. Jumlah ini

    sekaligus sebagai jumlah terkecil dari seluruh jawaban mahasiswa.

    Sedangkan untuk soal nomor 3, 13 mahasiwa menjawab benar dan

    untuk soal nomor 4 dan 5, 12 mahasiswa menjawab dengan benar.

    2. Past Tense Past tense adalah jenis tense dengan peristiwa yang terjadi sebelum

    pusat deiksis (E

  • demikian tingkat keterjawaban soal untuk past continuous mencapai nilai

    78 atau sekitar 86%.

    c. Past Perfect Untuk tense past perfect, tingkat keterjawaban soal tergolong sedang.

    Dari 18 mahasiwa, 11 mahasiwa menjawab benar untuk soal nomor 1 dan

    3, 12 mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 2 sedangkan 16

    mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 4 dan 5. Dengan demikian

    tingkat keterjawaban hanya 66 atau sekitar 73%.

    d. Past Perfect Continuous Untuk soal dengan tense past perfect continuous, tingkat penguasaan

    mahasiwa lebih rendah dibandingkan dengan past perfect. Dari 18

    mahasiwa, 14 mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 3, 4 dan 5.

    Sedangkan untuk soal nomor 1 dan 2 hanya 9 mahasiwa atau 50%

    mahasiwa yang menjawab benar. Dengan demikian, nilai keterjawaban

    untuk soal dengan past perfect continusous hanya 60 atau sekitar 66%.

    3. Future Tense Tense future digunakan untuk menyatakan peristiwa atau perbuatan

    yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan kata lain, peristiwa

    dalam tense future terjadi setelah pusat deiksis atau titik referensi

    sekarang. Dengan demikian, tense future dinotasikan dengan E>S.

    a. Simple Future Simple future digunakan untuk menyatakan peristiwa atau perbuatan

    yang akan terjadi atau akan dilakukan di masa yang akan datang. Untuk

    simple future, terdapat dua variasi, yaitu menggunakan auxiliary will

    atau tobe + going to.

  • Penguasaan mahasiswa terhadap tense simple future cukup tinggi,

    yaitu menempati urutan kedua setelah penguasaan tense simple past. Dari

    18 mahasiwa, 17 mahasiswa memberikan jawaban benar untuk soal nomor

    1, 2 dan 3. Sedangkan untuk soal nomor 4 dan 5 seluruh mahasiswa

    menjawab dengan benar. Dengan demikian, nilai keterjawaban untuk tense

    simple future mencapai 87 dari total 90 jawaban benar, atau sekitar 96%.

    b. Future Continuous Tense future continuous digunakan untuk menggambarkan persitiwa

    atau perbuatan yang sedang terjadi pada suatu waktu di waktu yang akan

    datang. Tingkat penguasaan termasuk ke dalam golongan menengah. Dari

    18 mahasiswa, 13 orang menjawab benar untuk soal nomor 2 dan 14 orang

    menjawab benar untuk soal nomor 1, 3, 4, dan 5. Dengan demikian tingkat

    keterjawaban soal tense future continuous mencapai 69 dari total 90

    jawaban benar, atau sekitar 76%.

    c. Future Perfect Meskipun secara teoretis penggunaan tense future perfect agak

    membingungkan, yaitu menyatakan perbuatan atau peristiwa yang akan

    sudah dilakukan pada suatu waktu di masa yang akan datang, namun

    tingkat penguasaan mahasiswa terhadap tense ini cukup tinggi. Dari 18

    mahasiswa, 12 orang memberikan jawaban benar untuk soal nomor 1, 15

    mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 2dan 14 mahasiswa

    menjawab benar untuk soal nomor 5. Bahkan untuk soal nomor 3 dan 4

    tingkat keterjawabannya sangat tinggi, yaitu 17 mahasiswa menjawab

    benar untuk soal nomor 3 dan semua mahasiswa menjawab benar untuk

    soal nomor 4. Dengan demikian tingkat keterjawaban mencapai nilai 76

    atau sekitar 84%.

    d. Future Perfect Continuous Tense future perfect continuous merupakan bentuk yang secara teoretis

    paling kompleks, dan seringkali bentuk semacam ini jarang ditemui

  • padanannya dalam bahasa Indonesia. Secara harfiah, tense ini digunakan

    untuk menyatakan suatu peristiwa atau kejadian yang akan sedang

    berlangsung pada suatu waktu di masa yang akan datang. Namun demikian

    pemahaman mahasiswa terhadap bentuk tense ini masih cukup baik. Dari

    18 mahasiswa 13 mahasiswa memberikan jawaban benar untuk soal

    nomor 1, 2, dan 4, sedangkan 14 mahasiswa memberikan jawaban benar

    untuk soal nomor 3 dan 5. Dengan demikian nilai keterjawaban untuk soal

    dengan tense future perfect continuous mencapai 67 atau sekitar 74%.

    Secara lebih lengkap, tingkat keterjawaban soal untuk masing-masing

    tense beserta ekuivalensi prosentase pemahaman mahasiswa terhadap tense

    tersebut ditampilkan pada tabel berikut ini:

    Tabel 1. Nilai keterjawaban soal dan prosentase penguasaan tense

    mahasiswa.

    No Tense

    Keterjawaban

    soal

    Prosentase

    1 simple past 90 100%

    2 simple future 87 96%

    3 simple present 80 88%

    4 past continuous 78 86%

    5 future perfect 76 84%

    6 future continuous 69 76%

    7 present perfect 67 74%

    8 future perf cont 67 74%

    9 past perfect 66 73%

    10 past perf cont 60 66%

    11 present perf cont 51 56%

    12 present cont 50 55%

  • Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tense yang paling baik dikuasai

    mahasiswa adalah simple past, dengan tingkat keterjawaban soal mencapai 100%,

    sedangkan yang terendah adalah tense present continuous. Angka-angka pada

    tabel tersebut menunjukkan urutan tense dari yang paling baik dikuasai

    mahasiswa hingga yang paling rendah tingkat penguasaannya.

    Namun demikian, tingkat pemahaman mahasiswa Sastra yang masih di

    bawah 75% perlu untuk ditingkatkan, mengingat penguasaan tense merupakan

    kemampuan yang mutlak dikuasai agar mahasiswa tidak mempunyai kesulitan

    pada kemampuan bahasa lainnya, terutama dalam writing.

    B. Kesalahan dalam Penggunaan Tense Bahasa Inggris

    Berdasarkan hasil penelitian, terdapat berbagai bentuk kesalahan yang

    masih dilakukan mahasiswa dalam membuat kalimat dengan menggunakan tense

    yang benar. Kesalahan-kesalahan tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan

    menjadi dua kategori, yaitu kesalahan dalam menggunakan bentuk kata kerja

    (verb), kesalahan penggunaan kata kerja bantu (auxiliary).

    1. Bentuk Verb Kesalahan bentuk kata kerja (verb) merupakan kesalahan yang paling

    banyak dilakukan mahasiswa. Padahal, benar tidaknya suatu tense sangat

    ditentukan oleh kata kerjanya, sebab dalam bahasa Inggris tense

    diwujudkan dalam bentuk infleksi kata kerja. Secara umum, dalam bahasa

    Inggris terdapat empat bentuk kata kerja yang digunakan untuk tiap-tiap

    tense, yaitu yang disebut dengan kata kerja bentuk pertama (V1), bentuk

    kedua (V2), bentuk ketiga (V3) dan kata kerja ing (Ving).

    Kata kerja bentuk pertama mempunyai dua variasi, yaitu bentuk

    infinitive dan kata kerja + s/es, untuk subjek He, She, It, dan digunakan

    untuk kalimat dengan menggunakan tense simple present. Kata kerja

    bentuk kedua (V2) digunakan untuk kalimat dengan past tense, dan kata

    kerja bentuk ketiga (V3) digunakan untuk kalimat perfect, baik untuk

  • present perfect, past perfect maupun future perfect. Sedangkan kata kerja

    bentuk ing (V ing) digunakan untuk kalimat continuous, baik present

    continuous, past continuous maupun future continuous.

    Beberapa kesalahan penggunaan kata kerja dapat dilihat pada contoh-

    contoh kalimat mahasiswa berikut ini:

    Every person tries to apply for a good job.

    Kalimat di atas menggunakan kata kerja tries. Jika kalimat tersebut

    dalam tense present simple, maka penggunaan kata kerja tersebut

    sudah benar, namun kalimat di atas diminta ditulis dalam present

    continuous tense, sehingga kata kerja yang tepat adalah dengan

    menggunakan tobe+Ving. Sehingga kalimat di atas jika ditulis dalam

    present continuous seharusnya menjadi Every person is trying to

    apply for a good job.

    The students has being study English very seriously.

    Dalam kalimat di atas, mahasiswa diminta untuk menuliskannya

    dalam tense present perfect continuous. Dengan demikian, dalam

    kalimat di atas mahasiswa membuat dua kesalahan yaitu: pertama

    penggunaan has, yang seharusnya have, karena subjeknya jamak. Yang

    kedua, penggunaan kata kerja study, yang seharusnya studying.

    Sehingga kalimat tersebut seharusnya menjadi The students have been

    studying English very seriously.

    The teachers and the students have being gone to the beach.

    Dalam kalimat ini, mahasiswa diminta untuk menuliskannya dalam

    tense present perfect continuous. Kesalahan yang terjadi adalah

    penggunaan bentuk kata kerja bentuk ketiga (V3) gone, yang

  • seharusnya adalah kata kerja bentuk ing (going). Sehingga kalimat

    yang benar seharusnya The teachers and the students have been going

    to the beach.

    2. Penggunaan Kata Kerja Bantu (Auxiliary) Selain bentuk-bentuk kata kerja seperti yang dijelaskan di atas, dalam

    bahasa Inggris terdapat juga kata kerja bantu (auxiliary) yang fungsinya

    dalam kalimat sama seperti kata kerja pada umumnya. Artinya auxiliary

    ini bisa berubah bentuknya sesuai dengan tensenya. Secara umum

    auxiliary dalam bahasa Inggris terdiri dari tobe (is, am, are, was, were,

    been), has/have/had, do/does/did, modal (can, may, must, should, could,

    might), dan sebagainya.

    Beberapa kesalahan penggunaan kata kerja dapat dilihat pada contoh-

    contoh kalimat mahasiswa berikut ini:

    Andi has being a clever student

    Dalam kalimat di atas, karena berupa kalimat nominal, maka

    diperlukan tobe sebelum being untuk membuat kalimat nominal

    dalam present perfect continuous dengan benar. Sehingga kalimat di

    atas seharusnya menjadi Andi has been being a clever student. Dalam

    kalimat di atas, dibutuhkan penambahan auxiliary been, namun

    mahasiswa tidak menambahkannya, sebaliknya dalam kalimat berikut

    ini, seharusnya tidak perlu menggunakan auxiliary been, namun

    mahasiswa justru menambahkannya dan kalimatnya menjadi salah.

    The students had been studied English very seriously.

    Mahasiswa diminta untuk menulis kalimat tersebut dengan

    mengunakan tense past perfect. Kalimat di atas kelebihan been yang

    dalam konteks kalimat tersebut justru membuat kalimat menjadi pasif.

  • Seharusnya kalimat yang benar adalah The students had studied

    English very seriously.

    Every person will has tried to apply for a good job.

    Mahasiswa diminta untuk menuliskan kalimat tersebut dalam tense

    future perfect. Sebenarnya secara pola kalimat, kalimat tersebut sudah

    benar, namun penggunaan auxiliary has tidak tepat. Hal ini

    dikarenakan dalam kalimat tersebut sudah menggunakan auxiliary

    will, sehingga seharusnya diikuti dengan have. Dengan demikian,

    kalimat yang benar seharusnya adalah Every person will have tried

    to apply for a good job. Kesalahan yang sama juga dapat dilihat dalam

    kalimat berikut:

    The teacher and the students has gone to the beach.

    Penggunaan auxiliary has dalam kalimat tersebut tidak tepat,

    karena subjek dari kalimat tersebut adalah jamak, sehingga seharusnya

    menggunakan have. Sehingga kalimat yang benar seharusnya adalah

    The teacher and the students have gone to the beach

    The students studying English very seriously.

    Dalam kalimat tersebut, mahasiswa membuat kesalahan, yaitu

    tidak menggunakan tobe (are) sehingga kalimat tersebut menjadi

    kalimat dengan tense present continuous yang benar. Kalimat tersebut

    seharusnya adalah The students are studying English very seriously.

    C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan dan Pemahaman Mahasiswa terhadap Tense

    Tingkat pemahaman dan penguasaan tense bahasa Inggris mahasiswa

    Fakultas Sastra Universitas Mahasiswa, berdasarkan hasil jawaban

  • kuesioner dan wawancara yang dilakukan, dipengaruhi oleh beberapa faktor

    yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan

    faktor eksternal.

    Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri mahasiswa sendiri,

    yaitu tingkat pemahaman mereka terhadap beberapa konsep yang

    berhubungan dengan tense. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang

    berasal dari luar mahasiswa, yaitu faktor dosen dan metode pengajarannya.

    Secara lebih lengkap faktor internal yang mempengaruhi pemahaman dan

    penguasaan tense mahasiswa adalah sebagai berikut:

    1. Faktor Internal a. Pemahaman Konsep Waktu dan tense dalam bahasa

    Secara umum, mahasiswa sudah mengetahui konsep tense dalam

    bahasa Inggris, namun pengertian tersebut hanya pada sebatas

    pemahaman bahwa tense merupakan ciri dari bahasa Inggris tanpa

    mengetahui apa sebenarnya hakikat tense. Namun demikian, secara

    formal mahasiswa sudah dapat mengidentifikasi bahwa tense dalam

    bahasa Inggris diwujudkan dalam bentuk infleksi kata kerja.

    Dalam kenyataannya, mahasiswa seringkali masih menemukan

    kesulitan untuk membedakan antara konsep tense dan aspek, karena

    keduanya saling berkaitan. Kebingungan ini akan menjadi sangat jelas

    ketika mahasiswa ditanya mengenai jumlah tense dalam bahasa Inggris.

    Sebagian besar dari mereka menjawab ada dua belas atau bahkan enam

    belas tense. Padahal yang mereka sebutkan sebagai tense tersebut

    adalah gabungan antara tense dan aspek. Jadi jika mahasiswa

    menyebutkan simple present, maka sebenarnya yang merupakan tense

    adalah present nya, sedangkan simple merupakan konsep aspek.

    Kebingungan semacam ini seringkali terlihat ketika mahasiwa

    dihadapkan pada suatu cerita, dengan konteks waktu yang jelas, mereka

    seringkali masih kesulitan untuk menggunakan tense yang tepat dalam

    mendeskripsikan tiap peristiwa dalam cerita tersebut.

  • b. Pemahaman Tipe Kata Kerja

    Faktor kedua yang menjadi kendala dalam pemahaman dan

    penguasaan tense bahasa Inggris adalah pemahaman mahasiwa terhadap

    tipe kata kerja.

    Karena tense diwujudkan dalam bentuk infleksi kata kerja, maka

    pemahaman kata kerja menjadi hal mutlak yang perlu dikuasai

    mahasiswa untuk dapat membuat kalimat dengan tense yang benar.

    Secara umum, kata kerja dalam bahasa Inggris disebut dengan kata

    kerja bentuk pertama (V1), kata kerja bentuk kedua (V2) dan kata kerja

    bentuk ketiga (V3) serta kata kerja bentuk ing (Ving).

    Perubahan bentuk kata kerja tersebut adalah yang termasuk

    perubahan teratur (regular verb) dan perubahan tidak teratur (irreguler

    verb). Seringkal mahasiswa salah dalam menentukan bentuk kata kerja

    karena mereka tidak benar-benar mengerti jenis-jenis kata kerja beserta

    bentuk-bentuk perubahannya.

    c. Pemahaman Jenis-jenis Kata Kerja Bantu

    Selain bentuk kata kerja, dalam bahasa Inggris juga dikenal adanya

    kata kerja bantu (auxiliary verb). Auxiliary verb terdiri dari: bentuk

    tobe (is/am/are/was/were), bentuk has/have/had, bentuk modal (can,

    may, must. Should), do/does/did.

    Kesalahan yang sering terjadi adalah pada penggunaan bentuk

    auxiliary yang benar. Jika dalam suatu kalimat terdapat auxiliary dan

    kata kerja, maka tense kalimat tersebut ditentukan oleh auxiliarinya.

    Dengan kata lain, bentuk auxiliary yang tepat menentukan benar atau

    tidaknya tense kalimat tersebut.

    Karena pemahaman tentang auxiliary ini masih kurang baik, maka

    seringkali mahasiwa membuat kesalahan dengan mengubah kata

    kerjanya, yang seharusnya adalah harus mengubah auxiliarynya.

  • d. Pemahaman Tentang Kata Keterangan Waktu

    Faktor berikutnya dalah pemahaman terhadap keterangan waktu

    (adverb of time). Kata keterangan waktu yang dipakai dalam kalimat

    haruslah sesuai dengan tense yang digunakan dalam kalimat tersebut.

    Misalnya kata keterangan waktu kemarin (yesterday) digunakan untuk

    tense lampau (past) dan kata keterangan waktu besok (tomorrow).

    Namun demikian banyak juga kalimat yang tidak diberikan kata

    keterangan waktunya. Jika mahasiswa diminta membuat kalimat dengan

    tense tertentu, seringkali kata keterangan waktunya tidak sesuai dengan

    tense nya. Sebagai contoh ketika mahasiswa membuat kalimat dengan

    tense perfect (simple perfect) seringkali mereka menggunakan kata

    keterangan waktu lampau. Alasan mereka adalah karena arti dari

    kalimat dalam tense perfect adalah sudah, sehingga perbuatan tersebut

    sudah terjadi di masa lampau. Namun, yang betul adalah kalimat

    tersebut menggunakan kata keterangan waktu present (now), sebab

    kalimat tersebut menyatakan bahwa pada kondisi sekarang, peristiwa

    tersebut sudah terjadi.

    2. Faktor Eksternal Selain faktor internal dari diri mahasiswa, pemahaman dan

    penguasaan tense juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu faktor yang

    berasal dari luar diri mahasiswa.

    Faktor tersebut terdiri dari model pembelajaran di kelas dan materi

    pembelajaran.

    a. Model Pembelajaran di Kelas

    Sebagaian besar mahasiwa menyatakan bahwa pembelajaran tense

    di kelas terlalu teoretis, sehingga konsep-konsep tentang tense dalam

    bahasa Inggris susah diaplikasikan, karena mahasiswa lebih banyak

    menghafal rumus untuk tiap-tiap tense.

  • Dengan demikian beberapa mahasiswa menyarankan agar model

    pembelajaran structure, khususnya bab tentang tense perlu dikemas

    secara aplikatif dan tidak terlalu teoretis. Dengan demikian mahasiswa

    akan dapat memahami secara lebih mudah bagaimana menerapkan

    konsep tense tersebut dalam konteks kalimat.

    b. Materi Pembelajaran

    Materi pembelajaran disebut sebagai faktor yang juga berperan

    cukup penting untuk menentukan keberhasilan mahasiswa dalam

    menguasai tense bahasa Inggris.

    Materi pembelajaran yang hanya bersumber dari buku teks dengan

    contoh-contoh teoretis dianggap tidak memberikan pemahaman yang

    baik, ketika mahasiswa dihadapkan pada kondisi realitas dimana

    mereka harus menggunakan tense yang sesuai.

    Materi pembelajaran yang kurang menarik dan cenderung statis

    dari waktu ke waktu, pada akhirnya juga mempengaruhi antusiasime

    dan semangat mahasiswa dalam mempelajari struktur bahasa Inggris,

    khususnya tentang tense.

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tense yang paling baik dikuasai

    mahasiswa adalah simple past, dengan tingkat keterjawaban soal mencapai 100%,

    sedangkan yang terendah adalah tense present continuous. Angka-angka pada

    tabel tersebut menunjukkan urutan tense dari yang paling baik dikuasai

    mahasiswa hingga yang paling rendah tingkat penguasaannya.

    Namun demikian, tingkat pemahaman mahasiswa Sastra yang masih di

    bawah 75% perlu untuk ditingkatkan, mengingat penguasaan tense merupakan

    kemampuan yang mutlak dikuasai agar mahasiswa tidak mempunyai kesulitan

    pada kemampuan bahasa lainnya, terutama dalam writing.

  • Berdasarkan hasil penelitian, terdapat berbagai bentuk kesalahan yang

    masih dilakukan mahasiswa dalam membuat kalimat dengan menggunakan tense

    yang benar. Kesalahan-kesalahan tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan

    menjadi dua kategori, yaitu kesalahan dalam menggunakan bentuk kata kerja

    (verb), kesalahan penggunaan kata kerja bantu (auxiliary).

    Tingkat pemahaman dan penguasaan tense bahasa Inggris mahasiswa

    Fakultas Sastra Universitas Mahasiswa, berdasarkan hasil jawaban kuesioner dan

    wawancara yang dilakukan, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis

    besar dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

    internal adalah faktor yang berasal dari diri mahasiswa sendiri, yaitu tingkat

    pemahaman mereka terhadap beberapa konsep yang berhubungan dengan tense.

    Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar mahasiswa, yaitu

    faktor dosen dan metode pengajarannya.

    B. Saran

    Untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan tense bahasa Inggris

    mahasiwa Fakultas Sastra universitas Muhammadiyah Purwokerto, perlu

    dilakukan pembenahan dalam metode pengajaran dan materi pengajaran dengan

    memperhatikan kesulitan yang sering dihadapi mahasiswa.

    Model pembelajaran structure, khususnya bab tentang tense perlu dikemas

    secara aplikatif dan tidak terlalu teoretis. Dengan demikian mahasiswa akan dapat

    memahami secara lebih mudah bagaimana menerapkan konsep tense tersebut

    dalam konteks kalimat.

    Materi pembelajaran hendaknya tidak hanya bersumber dari buku teks

    dan dengan contoh-contoh yang teoretis karena tidak bisa memberikan

    pemahaman yang baik bagi mahasiswa, ketika mereka dihadapkan pada kondisi

    realitas dimana mereka harus menggunakan tense yang sesuai. Materi

    pembelajaran harus dibuat secara lebih menarik sehingga dapat meningkatkan

    antusiasime dan semangat mahasiswa dalam mempelajari struktur bahasa Inggris,

    khususnya tentang tense.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bache, Carl. 1997. The Study of Aspect, Tense and Action. Frankfrut: Peters Lang.

    Comrie, Bernard. 1985. Tense. Cambridge University Press.

    Hoed, Benny H. 1992. Kala dalam Novel, Fungsi dan Penerjemahannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

    Jespersen, Otto. 1933. Essential of English Grammar. London: George Allen & Unwin Ltd.

    Jufrizal. 2008. Minimizing Problems Faced by Indonesian Students in Learning and Understanding Tense and Aspect of English. The First Conference on Teaching English as A Foreign Language. Muhammadiyah University of Purwokerto.

    Lyons, John. 1968. Introduction to Theoretical Linguistics. Cambridge University Press.

    Quirk,Randolph. 1985. A Comprehensive Grammar on the English Language. New York: Longman.

    Singarimbun, Masri dan Efendi. 1982. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

    Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Solo: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press).

    Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacnana University Press.

  • LAMPIRAN

    1. Personalia tenaga peneliti

    1. Ketua Peneliti

    a. Nama Lengkap : Condro Nur Alim, S.S., M.A.

    b. Jenis Kelamin : Laki-laki

    c. NIP : 2160367

    d. Disiplin Ilmu : Sastra Inggris

    e. Pangkat/Gologan : Penata Muda/IIIA

    f. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

    g. Program Studi/Fakultas : S1 Sastra Inggris/Sastra

    h. Waktu Penelitian : 30 jam/minggu

    2. Anggota Peneliti

    a. Nama Lengkap : Ambar Pujiyatno, S.S., M.Hum.

    b. Jenis Kelamin : Laki-laki

    c. NIP : 2160180

    d. Disiplin Ilmu : Sastra Inggris

    e. Pangkat/Gologan : Penata Muda TkI/IIIB

    f. Jabatan Fungsional : Lektor

    g. Program Studi/Fakultas : S1 Sastra Inggris/Sastra

    h. Waktu Penelitian : 20 jam/minggu

  • SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN

    1. Topik, perumusan masalah

    Untuk penelitian berikutnya, diperlukan kajian yang mendalam,

    yaitu tidak hanya terbatas pada tense, namun juga meneliti tentang

    pemahaman mahasiswa terhadap konsep aspek bahasa Inggris.

    Pemahaman aspek diperlukan karena sebenarnya tense dan aspek dalam

    bahasa Ingggir adalah seperti dua sisi mata uang yang saling melengkapi

    satu dengan yang lainnya.

    Pemahaman tentang tense dan aspek yang baik, diyakini mampu

    menjadi faktor utama untuk memperbaiki kompetensi mahasiwa dalam

    kemampuan bahasa Inggris, yang lainnya, terutama kemampuan speaking

    dan kemampuan writing.

    2. Rancangan penelitian

    Rancangan penelitian akan diarahkan pada:

    a. Pemahaman tense dalam berbagai jenis kalimat (simple, compound,

    complex dan compound-complex)

    b. Pemahaman jenis-jenis aspek dalam bahasa Inggris

    c. Perbedaan antara tense dan aspek

    d. Keterkaitan antara tense dan aspek

    e. Menguji kompetensi mahasiswa terhdapa penguasaan tense dan aspek

    dalam bentuk paragraph yang bersifat kontesktual

  • DRAF ARTIKEL ILMIAH

    1. Judul Pemahaman dan Penguasaan Tense Bahasa Inggris Mahasiswa Fakultas

    Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

    2. Nama penulis Condro Nur Alim, S.S., M.A. NIK. 2160367 Ambar Pujiyatno, S.S., M. Hum. NIK. 2160208

    3. Abstrak

    Abstrak

    Penelitian yang berjudul Pemahaman Tense Bahasa Inggris Mahasiswa

    Fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini bertujuan untuk

    mengetahui: 1) tingkat pemahaman mahasiswa terhadap tense bahasa Inggris; 2)

    jenis-jenis kesalahan dalam menggunakan tense; dan 3) faktor-faktor yang

    menyebabkannya.

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

    kualitatif. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa jurusan sastra Inggris,

    fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

    Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tense yang paling baik dikuasai

    mahasiswa adalah simple past, dengan tingkat keterjawaban soal mencapai 100%,

    sedangkan yang terendah adalah tense present continuous.

  • Kesalahan-kesalahan yang masih terjadi dapat dikelompokkan menjadi

    dua kategori, yaitu kesalahan dalam menggunakan bentuk kata kerja (verb),

    kesalahan penggunaan kata kerja bantu (auxiliary).

    Tingkat pemahaman dan penguasaan tense bahasa Inggris mahasiswa

    Fakultas Sastra Universitas Mahasiswa, berdasarkan hasil jawaban kuesioner dan

    wawancara yang dilakukan, dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

    Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri mahasiswa sendiri, yaitu

    tingkat pemahaman mereka terhadap beberapa konsep yang berhubungan dengan

    tense. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar mahasiswa,

    yaitu faktor dosen dan metode pengajarannya.

    Keywords: pemahaman, penguasaan, tense, bahasa Inggris mahasiswa

    Abstract

    The study, entitled 'Understanding English Tense among the Students of

    Faculty of Letters of Muhammadiyah University of Purwokerto is aimed at

    determining: 1) the level of student understanding of tense in English, 2) the types

    of errors in the use of tense and 3) the factors that cause it.

    The research was conducted by using a qualitative descriptive approach.

    The population of this study were students of Faculty of Letters of

    Muhammadiyah University of Purwokerto

    The research showed that the most well-mastered tense is simple past

    tense, with the level of correct answer reaches 100%, while the lowest is the

    present continuous tense.

    Errors that still occur can be grouped into two categories, namely the error

    in using the verb form (verb), the error using the auxiliary verb (auxiliary).

    Tense level of students understanding and mastery of the English tense,

    based on responses to questionnaires and interviews, is influenced by internal

    factors and external factors.

  • Internal factors are factors that come from students themselves which

    consists of: the level of students understanding of some concepts related to tense.

    While external factors are the factors that come from outside the student, which

    consists of: teaching methods and teaching materials.

    Keywords: understanding, mastery, tense, English, students

    4. Kata-kata kunci pemahaman, penguasaan, tense, bahasa Inggris mahasiswa

    5. Pendahuluan

    Salah satu tujuan pendidikan di fakultas Sastra Universitas

    Muhammadiyah Purwokerto adalah menghasilkan lulusan yang mempunyai

    kompetensi dan profesionalisme di bidang ilmu bahasa Inggris (Panduan

    Akademik UMP, 2011).

    Untuk mencapai tujuan tersebut, kurikulum di fakultas Sastra Universitas

    Muhammadiyah Purwokerto dikembangkan sedemikian rupa untuk

    memaksimalkan kemampuan dasar bahasa Inggris mahasiswa yang meliputi

    kemampuan menyimak (listening), membaca (reading), menulis (writing),

    berpicara (speaking), dan tatabahasa bahasa Inggris (structure).

    Mata kuliah kemampuan dasar tersebut diberikan secara berjenjang dari

    mulai tingkat dasar (elementary) hingga tingkat mahir (advanced). Sebagai contoh

    untuk mata kuliah structure diberikan dari semester 1 hingga semester 4, masing-

    masing dengan nama structure 1, structure 2, structure 3, dan structure 4.

    Dari kelima mata kuliah kemampuan dasar (basic skills) di atas, mata

    kuliah tatabahasa bahasa Inggris (structure) dirasa oleh kebanyakan mahasiswa

    sebagai mata kuliah yang sulit, karena di dalamnya berisi berbagai aturan

    penggunaan bahasa Inggris yang kompleks. Salah satu bagian tatabahasa yang

    paling sulit adalah pembahasan tentang kala (tense) bahasa Inggris.

  • Tense dianggap sebagai pembahasan yang sulit karena tense bahasa

    Inggris terdiri dari berbagai jenis, yang masing-masing mempunyai pola dan

    penggunaan yang khusus. Di sisi lain, kemampuan menggunakan tense secara

    tepat merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki mahasiswa agar dapat

    menguasai keempat kemampuan dasar lainnya dengan baik.

    Mahasiswa seringkali mempunyai konsep yang keliru terhadap tense

    bahasa Inggris serta penggunaannya dalam kalimat. Sebagai contoh, sebagian

    mereka akan menyebutkan bahwa terdapat dua belas atau bahkan enam belas

    tense dalam bahasa Inggris. Jawaban ini jelas mencerminkan ketidakpahaman

    mahasiswa terhadap konsep tense bahasa Inggris sebagai pengungkap aspek

    kewaktuan. Begitu pula dalam tataran praktis, sebagai cotoh, mahasiswa

    seringkali masih kebingungan membedakan antara past tense dan present perfect,

    seperti dalam kalimat I took a bath dan I have taken a bath. Padahal kedua

    kalimat tersebut mempunyai makna dan pemakaian yang sangat berbeda.

    Mencampuradukkan keduanya akan membuat keracuan makna.

    Penelitian mengenai tenses bahasa Inggris masih jarang dilakukan. Namun

    demikian berdasarkan penelusuran peneliti, penelitian tentang penguasaan

    mahasiswa terhadap tense bahasa Inggris pernah dilakukan oleh Jufrizal (2008).

    Jufrizal (2008) melakukan penelitian terhadap mahasiswa jurusan Bahasa Inggris,

    fakutas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Padang. Dalam penelitiannya

    tersebut ditemukan fakta bahwa 80% mahasiswa mempunyai masalah memahami

    dan menggunakan tense future continuous, future perfect continuous, past perfect

    continuous dan past perfect future continuous. Selain itu, sebanyak 60% hingga

    70% mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan tense

    past future continuous dan past perfect.

    Tense dianggap oleh sebagian besar mahasiswa menjadi bagian pelajaran

    bahasa Inggris yang sulit. Hal ini terjadi karena tiap jenis tense mempunyai

    formula khusus, yang ditandai dengan adanya infleksi verba. Selain itu, tiap tense

    mempunyai pasangan kata keterangan waktu yang khusus, sehingga penggunaan

  • kata keterangan yang tidak pas akan mengganggu kesatuan makna yang

    dihasilkan dari penggunaan tense tersebut.

    Istilah tense (dalam bahasa Indonesia disebut kala), merupakan istilah

    yang diambil dari bahasa Yunani khronos atau bahasa Latin tempus (Lyons,

    1968: 304). Konsep waktu dan konsep kala terkadang memang sangat sulit untuk

    dibedakan sebab menurut Comrie (1985: 7) ide untuk menempatkan suatu situasi

    pada garis waktu sebenarnya merupakan notasi konseptual, sehingga hal ini

    memungkinkan terjadinya perbedaan antara bahasa yang satu dengan bahasa

    lainnya.

    Dengan demikian, sebagai usaha untuk menghindari terjadinya ketaksaan

    atas pemahaman kedua konsep tersebut, perlu dipahami bahwa waktu dan kala

    adalah konsep yang sangat berbeda. Hal ini didasarkan pada pernyataan Jespersen

    dalam bukunya yang berjudul Essential of English Grammar, yang menyatakan

    bahwa konsep waktu merupakan konsep umum yang ada pada semua bahasa di

    seluruh dunia, sedangkan konsep kala bervariasi antara satu bahasa dengan bahasa

    lainnya dan merupakan ekspresi linguistik yang bersifat time-relation (Jespersen,

    1933: 230).

    Comrie (1976) menyatakan bahwa kala menghubungkan waktu situasi

    yang dimaksud dengan waktu lainnya, biasanya adalah saat ujaran dilakukan

    (moment of speaking), sehingga menurutnya, secara garis besar terdapat tiga kala

    paling umum yang ditemukan pada bahasa-bahasa di dunia, yaitu present, past

    dan future.

    Dalam bahasa Inggris, dikenal adanya pembedaan antara konsep waktu

    (time) dengan kala (tense). Dalam ilmu kebahasaan, istilah waktu termasuk

    kategori semantik, sedangkan kala termasuk ke dalam kategori gramatikal (Hoed,

    1992: 3). Dalam bahasa Inggris, kala merupakan suatu jenis penanda formal

    (formal marker) yang pada umumnya diwujudkan dalam bentuk infleksi kata

    kerja (verb) yang fungsinya adalah untuk menempatkan suatu peristiwa atau

    kondisi pada waktu.

  • Dengan demikian keberadaan kala dalam bahasa Inggris sangat penting

    untuk menentukan kapan terjadinya suatu peristiwa dilihat dari waktu ujaran (time

    of speaking) atau disebut juga sebagai pusat deiksis (deictic centre), sebagaimana

    dikemukakan oleh Lyons (1968: 304-305): The essential characteristics of the

    category of tense is that it relates the time of action, event or state of affair

    referred to in the sentence to time of utterance (the time of utterance being

    now).

    Dengan mengacu pada pengertian kala sebagai kategori gramatikal yang

    berfungsi untuk menempatkan suatu situasi dalam suatu waktu maka sebagian

    besar ahli grammar mengelompokkan kala dalam tiga kategori, yaitu: present,

    past, dan future (Jespersen: 1933, Lyons: 1968, Comrie: 1985, Quirk: 1985 dan

    Bache: 1997).

    Pengelompokan ini berdasarkan pada asumsi bahwa secara alamiah waktu

    dibedakan menjadi waktu lampau (past), sekarang (present) dan waktu yang akan

    datang (future). Dengan mengikuti teori Jespersen (1933: 230) dan juga diagram

    Lyon (1968: 304) tentang diagram garis waktu sebagai manifestasi konsep waktu

    dalam bahasa, maka pembedaan antara waktu dan kala dapat digambarkan sebagai

    berikut:

    Lampau (past) kini (present) akan datang (future)

    Sebelum sekarang sesudah

    Gambar 1.Waktu dan Kala

    Diagram di atas menunjukkan kala sebagai kategori deiktis, sebagaimana

    disarankan oleh Bache (1997: 250) kala mempunyai arti yang hanya bisa

    diidentifikasi dalam kaitannya dengan lokasi spasial dan temporal agen lokusi

    pada titik komunikasi. Pada diagram di atas, titik deiksis O adalah waktu

    sekarang. Oleh sebab itu, kala berkaitan erat dengan temporalitas. Bache (1997:

    245) menyatakan bahwa temporalitas berkaitan dengan penentuan lokasi temporal

    pada suatu situasi yang dianggap sebagai titik sekarang pada suatu komunikasi.

  • Lebih lanjut Bache mendefinisikan kategori kala secara lebih rinci sebagai

    berikut:

    a. Situasi lampau (past) adalah situasi yang secara temporal berada sebelum

    waktu sekarang.

    b. Situasi kini (present) adalah situasi yang secara temporal berada pada waktu

    sekarang.

    c. Situasi akan datang (future) adalah situasi yang secara temporal berada pada

    waktu setelah sekarang.

    6. Metode penelitian

    Metode dalam penelitian linguistik mencakup kesatuan dari serangkaian

    proses yaitu: penentuan kerangka pikiran, perumusan hipotesis atau perumusan

    masalah, penentuan populasi, penentuan sampel, data, teknik pemerolehan data,

    dan analisis data (Subroto, 2007: 33). Dengan demikian, dalam penelitian

    linguistik diperlukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah yang telah

    dirumuskan yaitu sebagai berikut: (1) penyediaan data; (2) analisis data; dan (3)

    penyajian analisis data.

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

    kualitatif. Singarimbun (1982: 4) menyatakan bahwa tujuan dari penelitian

    deskriptif adalah untuk menjelaskan, mendeskripsikan suatu objek atau fakta.

    Subroto (2007: 33) menyatakan bahwa tujuan dari linguistik deskriptif adalah

    untuk memerikan segi-segi tertentu mengenai sistem suatu bahasa sebagaimana

    wujud kenyataannya.

    1. Populasi dan Sampel

    Poupulasi dari penelitian ini adalah mahasiswa jurusan sastra Inggris,

    fakultas Sastra Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari populasi tersebut

  • ditentukan sampel berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu mahasiswa

    semester 4 dan semeser 6. Pemilihan sampel tersebut didasarkan pada

    pertimbangan bahwa mahasiswa semester 3 dan 5 sudah mengambil setidaknya

    hingga mata kuliah structure 3, sehingga idealnya mereka mempunyai

    pemahaman tense yang lebih baik.

    2. Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui quesioer dan wawancara.

    Selain itu, mahasiswa juga diminta untuk mengerjakan latihan tentang tense. Hasil

    dari latihan ini akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat

    pemahaman dan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan tense bahasa

    Indonesia secara tepat dalam kalimat. Kuesioner digunakan untuk mengetahui

    persepsi dan pemahaman mahasiswa terhadap tense. Untuk menggali informasi

    secara mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman

    mahasiswa terhadap tense bahasa Inggris dilakukan wawancara mendalam

    (indepth interview) dengan menggunakan pertanyaan terbuka (open-ended

    question).

    3. Analisis Data

    Data dari hasil latihan, kuesioner dan wawancara kemudian akan

    dideskripsikan secara kualitatif untuk menjawab pertanyaan penelitian.

    4. Penyajian Analisis Data

    Sudaryanto (1993) mengemukakan ada dua metode yang dapat digunakan

    dalam penyajian analisis data. Metode tersebut adalah secara formal dan informal.

    Metode penyajian hasil analisis data secara formal adalah dengan menggunakan

    tanda-tanda dan lambang-lambang. Sedangkan metode penyajian data secara

    informal adalah penyajian hasil analisis dengan menggunakan rumusan dengan

    kata-kata biasa.

  • Pada penelitian ini, penyajian analisis data dilakukan baik secara formal

    maupun secara informal. Secara formal penulis akan menyajikan data dalam

    bentuk tabel.

    Selain penyajian secara formal, hasil analisis juga akan disajikan secara

    informal, yaitu melalui kata-kata untuk mendeskripsikan hasil analisis agar mudah

    dipahami oleh pembaca.

    7. Hasil dan pembahasan

    D. Tingkat Penguasaan Mahasiswa terhadap Tense Bahasa Inggris.

    4. Present Tense Present tense adalah jenis tense dengan peristiwa yang terjadi

    bersamaan dengan pusat deiksis (E=S). Present tense terdiri dari simple

    present, present continuous, present perfect dan present perfect continuous.

    e. Present Simple Present simple tense termasuk jenis tense yang mudah dikuasai

    oleh mahasiswa. Hal ini disebabkan karena tense ini mempunyai pola

    yang sederhana, yaitu S + V1/Vs/es. Namun demikian, kesalahan yang

    masih terjadi adalah penggunaan yang tepat antara V1 atau V+s/es,

    yang ditentukan oleh subjek kalimat. Selain itu, kesalahan lain yang

    sering terjadi adalah bentuk V+s/es, karena dalam bahasa Inggris untuk

    kata kerja yang berakhiran vokal, maka ditambah dengan es-

    sedangkan kata kerja yang berakhiran konsonan hanya perlu

    menambahkan s-.

    Mahasiswa menguasai simple present tense dengan cukup baik.

    Dari 5 kalimat yang menggunakan present tense, kalimat 1 dan 2

    seluruh mahasiswa (populasi 18 orang) menjawab dengan benar.

    Sedangkan untuk kalimat ke 3, 15 mahasiswa menjawab dengan benar.

    Untuk kalimat ke 4, 16 mahasiswa menjawab dengan benar dan untuk

    kalimat ke 5, 13 mahasiswa menjawab dengan benar. Dari data

  • tersebut, tingkat penguasaan mencapai 80 dari maksimal jawaban

    benar 90 atau mencapai 88%.

    f. Present Continuous Present continuous tense, secara teoretis sebenarnya termasuk

    mudah untuk dikuasai, karena polanya adalah S + tobe + Ving. Namun

    demikian, kenyataannya menunjukkan bahwa penguasaan tense

    present continuous menempati urutan yang terendah, dengan jawaban

    benar hanya 50 dari total 90 atau sekitar 55 %. Dari lima soal yang

    diberikan, 11 dari 18 mahasiswa menjawab benar untuk soal 1,2, dan

    4. Sedangkan untuk soal 3, 9 mahasiswa menjawab benar dan untuk

    soal ke-5 hanya 8 mahasiswa yang menjawab benar.

    g. Present Perfect Present perfect mempunyai pola S + has/have+ V3. Total jawaban

    benar untuk soal dengan menggunakan present perfect adalah 67 dari

    90 jawaban benar atau sekitar 74 %. Dari total 18 mahasiswa, 11

    mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 1 dan 2, 16 mahasiswa

    menjawab benar untuk soal nomor 3, 14 mahasiswa menjawab benar

    untuk soal nomor 4 dan 15 mahasiswa menjawab benar untuk soal

    nomor 5.

    h. Present Perfect Continuous Total jawaban benar untuk tense present perfect continuous adalah

    51 dari 90 jawaban yang benar atau sekitar 56%. Jumlah ini

    menempatkan penguasaan present perfect tense pada urutan ke-11 dari

    12 tense. Secara lebih lengkap jumlah mahasiswa yang menjawab

    benar untuk soal nomor 1 dan 2 adalah 7 mahasiswa. Jumlah ini

    sekaligus sebagai jumlah terkecil dari seluruh jawaban mahasiswa.

    Sedangkan untuk soal nomor 3, 13 mahasiwa menjawab benar dan

    untuk soal nomor 4 dan 5, 12 mahasiswa menjawab dengan benar.

  • 5. Past Tense Past tense adalah jenis tense dengan peristiwa yang terjadi sebelum

    pusat deiksis (E

  • 3, 12 mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 2 sedangkan 16

    mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 4 dan 5. Dengan demikian

    tingkat keterjawaban hanya 66 atau sekitar 73%.

    h. Past Perfect Continuous Untuk soal dengan tense past perfect continuous, tingkat penguasaan

    mahasiwa lebih rendah dibandingkan dengan past perfect. Dari 18

    mahasiwa, 14 mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 3, 4 dan 5.

    Sedangkan untuk soal nomor 1 dan 2 hanya 9 mahasiwa atau 50%

    mahasiwa yang menjawab benar. Dengan demikian, nilai keterjawaban

    untuk soal dengan past perfect continusous hanya 60 atau sekitar 66%.

    6. Future Tense Tense future digunakan untuk menyatakan peristiwa atau perbuatan

    yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan kata lain, peristiwa

    dalam tense future terjadi setelah pusat deiksis atau titik referensi

    sekarang. Dengan demikian, tense future dinotasikan dengan E>S.

    e. Simple Future Simple future digunakan untuk menyatakan peristiwa atau perbuatan

    yang akan terjadi atau akan dilakukan di masa yang akan datang. Untuk

    simple future, terdapat dua variasi, yaitu menggunakan auxiliary will

    atau tobe + going to.

    Penguasaan mahasiswa terhadap tense simple future cukup tinggi,

    yaitu menempati urutan kedua setelah penguasaan tense simple past. Dari

    18 mahasiwa, 17 mahasiswa memberikan jawaban benar untuk soal nomor

    1, 2 dan 3. Sedangkan untuk soal nomor 4 dan 5 seluruh mahasiswa

    menjawab dengan benar. Dengan demikian, nilai keterjawaban untuk tense

    simple future mencapai 87 dari total 90 jawaban benar, atau sekitar 96%.

    f. Future Continuous

  • Tense future continuous digunakan untuk menggambarkan persitiwa

    atau perbuatan yang sedang terjadi pada suatu waktu di waktu yang akan

    datang. Tingkat penguasaan termasuk ke dalam golongan menengah. Dari

    18 mahasiswa, 13 orang menjawab benar untuk soal nomor 2 dan 14 orang

    menjawab benar untuk soal nomor 1, 3, 4, dan 5. Dengan demikian tingkat

    keterjawaban soal tense future continuous mencapai 69 dari total 90

    jawaban benar, atau sekitar 76%.

    g. Future Perfect Meskipun secara teoretis penggunaan tense future perfect agak

    membingungkan, yaitu menyatakan perbuatan atau peristiwa yang akan

    sudah dilakukan pada suatu waktu di masa yang akan datang, namun

    tingkat penguasaan mahasiswa terhadap tense ini cukup tinggi. Dari 18

    mahasiswa, 12 orang memberikan jawaban benar untuk soal nomor 1, 15

    mahasiswa menjawab benar untuk soal nomor 2dan 14 mahasiswa

    menjawab benar untuk soal nomor 5. Bahkan untuk soal nomor 3 dan 4

    tingkat keterjawabannya sangat tinggi, yaitu 17 mahasiswa menjawab

    benar untuk soal nomor 3 dan semua mahasiswa menjawab benar untuk

    soal nomor 4. Dengan demikian tingkat keterjawaban mencapai nilai 76

    atau sekitar 84%.

    h. Future Perfect Continuous Tense future perfect continuous merupakan bentuk yang secara teoretis

    paling kompleks, dan seringkali bentuk semacam ini jarang ditemui

    padanannya dalam bahasa Indonesia. Secara harfiah, tense ini digunakan

    untuk menyatakan suatu peristiwa atau kejadian yang akan sedang

    berlangsung pada suatu waktu di masa yang akan datang. Namun demikian

    pemahaman mahasiswa terhadap bentuk tense ini masih cukup baik. Dari

    18 mahasiswa 13 mahasiswa memberikan jawaban benar untuk soal

    nomor 1, 2, dan 4, sedangkan 14 mahasiswa memberikan jawaban benar

  • untuk soal nomor 3 dan 5. Dengan demikian nilai keterjawaban untuk soal

    dengan tense future perfect continuous mencapai 67 atau sekitar 74%.

    Secara lebih lengkap, tingkat keterjawaban soal untuk masing-masing

    tense beserta ekuivalensi prosentase pemahaman mahasiswa terhadap tense

    tersebut ditampilkan pada tabel berikut ini:

    Tabel 1. Nilai keterjawaban soal dan prosentase penguasaan tense

    mahasiswa.

    No Tense

    Keterjawaban

    soal

    Prosentase

    1 simple past 90 100%

    2 simple future 87 96%

    3 simple present 80 88%

    4 past continuous 78 86%

    5 future perfect 76 84%

    6 future continuous 69 76%

    7 present perfect 67 74%

    8 future perf cont 67 74%

    9 past perfect 66 73%

    10 past perf cont 60 66%

    11 present perf cont 51 56%

    12 present cont 50 55%

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tense yang paling baik dikuasai

    mahasiswa adalah simple past, dengan tingkat keterjawaban soal mencapai 100%,

    sedangkan yang terendah adalah tense present continuous. Angka-angka pada

    tabel tersebut menunjukkan urutan tense dari yang paling baik dikuasai

    mahasiswa hingga yang paling rendah tingkat penguasaannya.

  • Namun demikian, tingkat pemahaman mahasiswa Sastra yang masih di

    bawah 75% perlu untuk ditingkatkan, mengingat penguasaan tense merupakan

    kemampuan yang mutlak dikuasai agar mahasiswa tidak mempunyai kesulitan

    pada kemampuan bahasa lainnya, terutama dalam writing.

    E. Kesalahan dalam Penggunaan Tense Bahasa Inggris

    Berdasarkan hasil penelitian, terdapat berbagai bentuk kesalahan yang

    masih dilakukan mahasiswa dalam membuat kalimat dengan menggunakan tense

    yang benar. Kesalahan-kesalahan tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan

    menjadi dua kategori, yaitu kesalahan dalam menggunakan bentuk kata kerja

    (verb), kesalahan penggunaan kata kerja bantu (auxiliary).

    3. Bentuk Verb Kesalahan bentuk kata kerja (verb) merupakan kesalahan yang paling

    banyak dilakukan mahasiswa. Padahal, benar tidaknya suatu tense sangat

    ditentukan oleh kata kerjanya, sebab dalam bahasa Inggris tense

    diwujudkan dalam bentuk infleksi kata kerja. Secara umum, dalam bahasa

    Inggris terdapat empat bentuk kata kerja yang digunakan untuk tiap-tiap

    tense, yaitu yang disebut dengan kata kerja bentuk pertama (V1), bentuk

    kedua (V2), bentuk ketiga (V3) dan kata kerja ing (Ving).

    Kata kerja bentuk pertama mempunyai dua variasi, yaitu bentuk

    infinitive dan kata kerja + s/es, untuk subjek He, She, It, dan digunakan

    untuk kalimat dengan menggunakan tense simple present. Kata kerja

    bentuk kedua (V2) digunakan untuk kalimat dengan past tense, dan kata

    kerja bentuk ketiga (V3) digunakan untuk kalimat perfect, baik untuk

    present perfect, past perfect maupun future perfect. Sedangkan kata kerja

    bentuk ing (V ing) digunakan untuk kalimat continuous, baik present

    continuous, past continuous maupun future continuous.

    Beberapa kesalahan penggunaan kata kerja dapat dilihat pada contoh-

    contoh kalimat mahasiswa berikut ini:

  • Every person tries to apply for a good job.

    Kalimat di atas menggunakan kata kerja tries. Jika kalimat tersebut

    dalam tense present simple, maka penggunaan kata kerja tersebut

    sudah benar, namun kalimat di atas diminta ditulis dalam present

    continuous tense, sehingga kata kerja yang tepat adalah dengan

    menggunakan tobe+Ving. Sehingga kalimat di atas jika ditulis dalam

    present continuous seharusnya menjadi Every person is trying to

    apply for a good job.

    The students has being study English very seriously.

    Dalam kalimat di atas, mahasiswa diminta untuk menuliskannya

    dalam tense present perfect continuous. Dengan demikian, dalam

    kalimat di atas mahasiswa membuat dua kesalahan yaitu: pertama

    penggunaan has, yang seharusnya have, karena subjeknya jamak. Yang

    kedua, penggunaan kata kerja study, yang seharusnya studying.

    Sehingga kalimat tersebut seharusnya menjadi The students have been

    studying English very seriously.

    The teachers and the students have being gone to the beach.

    Dalam kalimat ini, mahasiswa diminta untuk menuliskannya dalam

    tense present perfect continuous. Kesalahan yang terjadi adalah

    penggunaan bentuk kata kerja bentuk ketiga (V3) gone, yang

    seharusnya adalah kata kerja bentuk ing (going). Sehingga kalimat

    yang benar seharusnya The teachers and the students have been going

    to the beach.

    4. Penggunaan Kata Kerja Bantu (Auxiliary) Selain bentuk-bentuk kata kerja seperti yang dijelaskan di atas, dalam

    bahasa Inggris terdapat juga kata kerja bantu (auxiliary) yang fungsinya

    dalam kalimat sama seperti kata kerja pada umumnya. Artinya auxiliary

  • ini bisa berubah bentuknya sesuai dengan tensenya. Secara umum

    auxiliary dalam bahasa Inggris terdiri dari tobe (is, am, are, was, were,

    been), has/have/had, do/does/did, modal (can, may, must, should, could,

    might), dan sebagainya.

    Beberapa kesalahan penggunaan kata kerja dapat dilihat pada contoh-

    contoh kalimat mahasiswa berikut ini:

    Andi has being a clever student

    Dalam kalimat di atas, karena berupa kalimat nominal, maka

    diperlukan tobe sebelum being untuk membuat kalimat nominal

    dalam present perfect continuous dengan benar. Sehingga kalimat di

    atas seharusnya menjadi Andi has been being a clever student. Dalam

    kalimat di atas, dibutuhkan penambahan auxiliary been, namun

    mahasiswa tidak menambahkannya, sebaliknya dalam kalimat berikut

    ini, seharusnya tidak perlu menggunakan auxiliary been, namun

    mahasiswa justru menambahkannya dan kalimatnya menjadi salah.

    The students had been studied English very seriously.

    Mahasiswa diminta untuk menulis kalimat tersebut dengan

    mengunakan tense past perfect. Kalimat di atas kelebihan been yang

    dalam konteks kalimat tersebut justru membuat kalimat menjadi pasif.

    Seharusnya kalimat yang benar adalah The students had studied

    English very seriously.

    Every person will has tried to apply for a good job.

    Mahasiswa diminta untuk menuliskan kalimat tersebut dalam tense

    future perfect. Sebenarnya secara pola kalimat, kalimat tersebut sudah

    benar, namun penggunaan auxiliary has tidak tepat. Hal ini

    dikarenakan dalam kalimat tersebut sudah menggunakan auxiliary

    will, sehingga seharusnya diikuti dengan have. Dengan demikian,

    kalimat yang benar seharusnya adalah Every person will have tried

  • to apply for a good job. Kesalahan yang sama juga dapat dilihat dalam

    kalimat berikut:

    The teacher and the students has gone to the beach.

    Penggunaan auxiliary has dalam kalimat tersebut tidak tepat,

    karena subjek dari kalimat tersebut adalah jamak, sehingga seharusnya

    menggunakan have. Sehingga kalimat yang benar seharusnya adalah

    The teacher and the students have gone to the beach

    The students studying English very seriously.

    Dalam kalimat tersebut, mahasiswa membuat kesalahan, yaitu

    tidak menggunakan tobe (are) sehingga kalimat tersebut menjadi

    kalimat dengan tense present continuous yang benar. Kalimat tersebut

    seharusnya adalah The students are studying English very seriously.

    F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan dan Pemahaman Mahasiswa

    terhadap Tense

    Tingkat pemahaman dan penguasaan tense bahasa Inggris mahasiswa

    Fakultas Sastra Universitas Mahasiswa, berdasarkan hasil jawaban

    kuesioner dan wawancara yang dilakukan, dipengaruhi oleh beberapa faktor

    yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan

    faktor eksternal.

    Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri mahasiswa sendiri,

    yaitu tingkat pemahaman mereka terhadap beberapa konsep yang

    berhubungan dengan tense. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang

    berasal dari luar mahasiswa, yaitu faktor dosen dan metode pengajarannya.

    Secara lebih lengkap faktor internal yang mempengaruhi pemahaman dan

    penguasaan tense mahasiswa adalah sebagai berikut:

  • 3. Faktor Internal

    e. Pemahaman Konsep Waktu dan tense dalam bahasa

    Secara umum, mahasiswa sudah mengetahui konsep tense dalam

    bahasa Inggris, namun pengertian tersebut hanya pada sebatas

    pemahaman bahwa tense merupakan ciri dari bahasa Inggris tanpa