Top Banner
3 Agustus 2014 VENTURE FORTUNE INDONESIA 39 SEKILAS, GERAI SEPATU di Jalan Kemang Selatan VIII, Jakarta Selatan, tampak biasa saja. Seder- hana dan kecil. Namun, kendati lokasi dan tampilan gerai jauh dari pusat keramaian dan perbe- lanjaan, gerai ini ternyata sang- gup mendatangkan calon pembeli rata-rata 40 orang per harinya. Di akhir pekan, jumlahnya bahkan bisa mencapai 100-an orang. Ya, para calon pembeli yang mayoritas Profil Jejak Sepatu Brodo di Pasar Online Lahir dari kebutuhan sepatu sang perintis usaha, Brodo menjelma sebagai produsen sepatu kulit yang digandrungi kaum Adam dengan omzet setidaknya Rp500 juta per bulan. Oleh Dian Sari Pertiwi foto oleh MELISA WIJAYA 3.500 juta pasang 2010 2011 2012 Konsumsi Alas Kaki di Dunia Tahun 2010 - 2012 sumber: world footwear yearbook 2011-2013. (diolah)
4

Jejak Sepatu Brodo di Pasar Online

Jun 20, 2015

Download

Business

Menurut Remco Lupker, founcer Tokobagus.com, setiap negara punya ciri khasnya sendiri dalam e-commerce, Indonesia masih lekat dengan blackberry messanger. Bagaimana cara Sepatu Brodo membangun bisnis onlinenya?
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jejak Sepatu Brodo di Pasar Online

3 Agustus 2014

VENTURE

fortune indonesia39

SekilaS, gerai Sepatu di Jalan Kemang Selatan VIII, Jakarta Selatan, tampak biasa saja. Seder-hana dan kecil. Namun, kendati lokasi dan tampilan gerai jauh dari pusat keramaian dan perbe-lanjaan, gerai ini ternyata sang-gup mendatangkan calon pembeli rata-rata 40 orang per harinya. Di akhir pekan, jumlahnya bahkan bisa mencapai 100-an orang. Ya, para calon pembeli yang mayoritas

Profil

Jejak Sepatu Brodo di pasar OnlineLahir dari kebutuhan sepatu sang perintis usaha, Brodo menjelma sebagai produsen sepatu kulit yang digandrungi kaum adam dengan omzet setidaknya rp500 juta per bulan. Oleh Dian Sari Pertiwi

fo t o ol e h meliSa wiJaya

Great expectationsNet percentage of small businesses that think sales will grow in the next three months. (March surveys)

2009: -31%2010: -3%2011: 6%2012: 8%2013: -4%2014: 12%

-4-202468

1012

3.500 juta pasang

TaxesGovernment/Red tapePoor salesInsuranceQuality of labor

0 5 10

PajakBirokrasi pemerintahPenjualan seretAsuransiKualitas pegawai

Kendala utama di bisnis kecil

21%

21%

14%

10%

9%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500201020112012

konsumsi alas kaki di Dunia tahun 2010 - 2012sumber: world footwear yearbook 2011-2013. (diolah)

Page 2: Jejak Sepatu Brodo di Pasar Online

VENTURE

fortune indonesia40

p r of i l

laki-laki ini rupanya tergoda dengan produk sepatu berlabel Brodo yang disediakan di gerai berukuran kurang lebih 3x5 meter itu.

Ardi, salah seorang pembeli yang datang bersama istrinya yang ditemui beberapa waktu lalu, mengaku baru pertama kali mengunjungi gerai sepatu Brodo. Dia datang atas rekomendasi adiknya. “Model sepatu Brodo sangat mewakili laki-laki dan dapat digu-nakan pada momen resmi maupun santai,” kata Ardi yang bekerja sebagai konsultan hukum itu.

Meski calon pembeli di gerai Brodo setiap harinya tergolong sedikit. Na-mun di kanal marketing online yang diaktifkan pemilik Brodo lain lagi. Setiap hari ada 400 pesan singkat yang masuk melalui fasilitas chat Black-Berry Messenger, Whats App atau via akun Facebook dan telepon yang ma-suk. Mereka ada yang langsung pesan atau pun hanya sekadar menanyakan sesuatu tentang sepatu Brodo.

Kisah sepatu Brodo yang memakai bahan kulit buatan pengrajin di Cibaduyut, Bandung, itu berawal dari Muhammad Yukka Harlanda, seorang mahasiswa yang saat kuliah kerap ke-sulitan mencari sepatu yang pas untuk dipakai. “Saya ke Cibaduyut minta dibuatkan sepatu yang saya inginkan dan ukuran yang sesuai dengan ukuran kaki saya,” kata Yukka, membuka obro-lan dengan Fortune Indonesia.

Tanpa disangka, sepatu yang dia pesan menarik perhatian teman-teman di kampusnya. Naluri bisnisnya pun muncul. Sekitar tahun 2010, bersama temannya, Putera Dwi Karunia, yang tertarik bisnis, mahasiswa jurusan Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung ini kemudian memesan sepatu dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Dengan modal patungan masing-masing Rp3,5 juta, Yukka dan Putera mendatangi vendor pembuat sepatu di Cibaduyut.

Tanpa bekal koneksi di industri persepatuan dan tanpa pengalaman,

keduanya pun mantap merintis usaha sepatu dengan modal awal Rp7 juta. Mulailah keduanya memesan sepatu dari perajin di Kota Kembang itu.

Awalnya, Yukka dan kawannya memesan kepada satu vendor yang memiliki kapasitas produksi 200 pasang sepatu. Saat itu dia menjanji-kan kepada sang vendor akan pesan setengah dari kapasitas produksinya dalam waktu tidak lebih dari tiga bulan secara berkala. Ternyata, sam-butan publik terhadap sepatu kulit semi formal itu sangat positif. Tidak sampai dua tahun, Yukka berhasil

melipatgandakan produksi sepatunya menjadi 1.000 pasang per bulan. Ia pun mencari vendor lain yang dapat memproduksi sepatu pesanannya.

Yukka mengakui, internet meme-gang peran penting dalam perjalanan bisnis Brodo. Lewat situs jejaring sosial Facebook sepatunya dikenal. Bah-kan pernah pada suatu waktu Yukka kesulitan memenuhi pesanan yang jumlahnya jauh lebih tinggi dibanding kapasitas produksi vendornya. Ia pun

Yukka dan Putera lebih fokus menggarap pasar lokal.

Page 3: Jejak Sepatu Brodo di Pasar Online

p r of i l

3 Agustus 2014

memutar otak untuk mencari vendor lain agar dapat memenuhi permintaan pasar. Tahun lalu, kapasitas produk-sinya sudah mencapai 2.200 pasang per bulan. “Waktu itu Facebook masih belum ngerti cari uang, kami masih mudah memasarkan produk secara gratis tanpa dipungut bayaran dari Facebook,” kata Yukka sambil terkekeh. Sekarang, kata dia, Facebook memang telah membatasi akun-akun dalam bentuk fan page yang memiliki potensi menjadi penjualan online sehingga pemilik akun wajib membayar.

Brodo yang bernaung di bawah bendera PT Harlanda Putera Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk memasarkan sepatunya lebih luas lagi dengan cara mengundang semua temannya bergabung di fan page-nya. “Kami sampai beli aplikasi untuk membajak kode Facebook yang dapat membalas secara otomatis pertanyaan dari para calon pembeli,” kata ayah satu anak ini.

Sebagai perusahaan, produsen Brodo ini tumbuh secara organik. Lahir dari kebutuhan pribadi sang pendiri akan sepatu berukuran besar, kemudian menjadi perusahaan dengan produksi sepatu mencapai 6.600 pa-sang per bulan di 2014 ini.

Terus bertambahnya produksi Brodo dari tahun ke tahun bisa jadi karena peminatnya yang terus meningkat. Maklum, harga yang ditawarkan Bro-do sepatu berbahan dasar kulit relatif murah dibanding produk sejenis. Harga sepatu Brodo mulai dari Rp250 ribu – Rp695 ribu per pasang.

Remco Lupker, pendiri Tokobagus.com berpendapat, Brodo merupakan perusahaan yang berawal dari passion. Menurutnya, perusahaan yang tumbuh secara organik akan bertahan lebih

lama daripada mereka yang mendiri-kan perusahaan secara tendensius atau ingin menjadi miliuner.

Remco mengenal Yukka ketika dia dikontak untuk bertemu dan berdikusi tentang e-commerce. Remco memang tertarik mengembangkan dunia e-commerce Indonesia, keduanya pun bertemu muka di salah satu hotel di Jakarta Pusat. “Sebagai pemula mere-ka sangat visioner dan serius terhadap bisnis yang dirintisnya,” kata Remco. Lelaki asal Belanda ini tidak perlu berpikir lama untuk membantu Yukka memasarkan produknya di ranah digi-tal. Dia mengakui, produk sepatu yang Yukka ditawarkan memang bagus dan berbeda dari kebanyakan sepatu bua-tan dalam negeri. “Ada peran magic,” begitu katanya, peran yang tidak dapat dijabarkan secara teknis.

Meski dunia e-commerce Indonesia belum sematang di negara-negara maju seperti Amerika, tetapi adaptasi penduduknya terhadap dunia digital dan situs jejaring sosial terbilang lebih cepat daripada penduduk di negara-negara berkembang di kawasan lain. Inilah yang menjadi cambuk bagi para pelaku pasar online di Tanah Air.

Besarnya potensi pasar online sudah ditangkap oleh Yukka. Atas dasar itu juga, dia memantapkan untuk menarik produknya dari toko retail di beberapa pusat perbelanjaan. Dia berujar, ke depan bisnis e-commerce masih sangat menjanjikan, terutama untuk industri fashion.

Riset dari Asosiasi E-commerce In-donesia (idEA) menyebutkan, 78% dari 1.300 populasi yang diriset membeli kebutuhan pakaian melalui online. Sedangkan nilai kapitalisasi uang yang beredar di pasar online pada 2013 tercatat US$8 miliar dan dua tahun

mendatang diprediksi meningkat men-jadi US$25 miliar.

Selain besarnya potensi pasar, e-commerce juga memiliki keunggulan daripada menggunakan jalur retail. Penjual dapat menekan biaya opera-sional dengan tidak perlu mengeluarkan investasi dan biaya tambahan terlalu banyak dengan menyewa karyawan dan toko untuk menjangkau banyak pelang-gan. Saat ini, Yukka hanya memiliki dua gerai di Bandung dan Jakarta, tidak berencana membuka gerai di kota lain. “Kalau menggunakan jaringan distribusi milik orang lain dan menitip-kan produk kepada orang lain, ternyata tidak efisien dan umpan baliknya cukup lama,” katanya. Sedangkan dalam bisnis sepatu -yang sangat bersandar pada desain-, ia harus tahu secara cepat dan tepat apakah setiap model dapat diterima pasar atau tidak. Respons ini penting agar produksi model-model yang tidak mendapatkan sambutan positif dapat dialihkan menjadi model yang diminati pasar. Untuk itu Yukka menganggap umpan balik yang cepat dari para calon pembeli menjadi hal yang utama dalam bisnis ini.

Dia mencontohkan, apabila terlam-bat menjawab pertanyaan atau komen-tar dari calon pembeli atau pelanggan di media sosial – baik itu menyangkut spesifikasi maupun harga,- akan bedampak besar. Tak heran jika dia tanpa ragu menggunakan aplikasi soft-ware yang ia beli secara khusus untuk merespons pertanyan dari konsumen di toko online-nya itu.

“Buat saya, ketika ada calon pembeli bertanya baik itu tentang ukuran dan ketersediaan produk itu prinsipal. Ke-banyakan para penjual online terlebih pakai Facebook mereka mengabaikan itu,” ujarnya.

fortune indonesia41

“Buat Saya, ketika aDa calOn pemBeli Bertanya Baik itu tentang ukuran Dan keterSeDiaan prODuk itu prinSipal. keBanyakan para penJual online terleBih pakai Facebook mereka mengaBaikan itu.” — Yukka

Page 4: Jejak Sepatu Brodo di Pasar Online

fortune indonesia42

Sebagai pendiri marketplace Toko-bagus.com, Remco sempat meremeh-kan peran Facebook dan BlackBerry Messenger pada bisnis Brodo. “Tapi ternyata setiap negara punya ciri khas e-commerce-nya masing-masing, dan Indonesia masih lekat sekali dengan Blackberry,” kata Remco.

Remco yang juga sebagai konsultan Brodo mengingatkan agar Yukka un-tuk tetap membangun ‘toko’ digitalnya di www.bro.do. Ini perlu agar ketika Facebook dan BlackBerry sudah tidak diminati pasar, Brodo tetap dapat men-jual secara online. Kini, tim customer service Brodo masih menggunakan 12 unit BlackBerry untuk berinteraksi dengan para pembelinya.

Ketua Asosiasi E-commerce Indo-nesia (idEA) Daniel Tumiwa menga-takan, tantangan bagi para pelaku

e-commerce setelah ia berhasil mem-bentuk domain sendiri adalah mem-benahi sistem pembayaran online-nya. “Percuma kalau sudah punya domain tapi masih tidak punya sistem pem-bayaran online dan masih melakukan transfer, karena merepotkan harus cek dan mencocokkan pemesanan dengan bukti transfer,” kata Daniel.

Ia juga mengatakan, pembeli akan melihat sistem pembayarannya. Semakin banyak jaringan sistem pem-bayaran yang disediakan sebuah toko online, akan semakin atraktif.

Selain itu, isu paling utama ketika perusahaan sudah memantapkan diri terjun ke bisnis e-commerce adalah mengedepankan pelayanan prima dengan customer service yang cepat, tepat dan nyaman. “Kalau dua tahun lalu orang memilih belanja online ka-rena pertimbangan harga lebih murah, sekarang orang memilih kenyamanan,” tambah Daniel.

Menurutnya, sekarang orang berani bayar lebih mahal asalkan layanannya prima dan mengutamakan kenyaman-an pelanggan. Pengalaman berbelanja akan memberikan nilai lebih bagi sebuah perusahaan online.

Hal tersebut sudah masuk di agenda Yukka dan Putera. Mereka sedang memperkuat basis pelayanan dengan memperkuat tim costumer service. Agar dekat dengan basis produksi, Bro-do memusatkan bisnisnya di Bandung. Putera sebagai penjaga gawang bisnis Brodo di Bandung sedang menyiapkan tim costumer service selama 24 jam dengan dukungan tenaga layanan call center 15 orang. Ia mengatakan, dunia internet sangat tidak mudah ditebak.

“Ke depan, kami ingin kalau ada yang menanyakan produk bahkan di dini hari sekalipun ada costumer service yang menjawabnya langsung, itu akan berkesan bagi para pembeli,” kata Putera.

VENTURE p r of i l

3 Agustus 2014

“tapi ternyata Setiap negara punya ciri khaS e-commerce-nya maSing-maSing, Dan inDOneSia maSih lekat Sekali Dengan BlackBerry.” — remco

Semakin banyak jaringan sistem pembayaran yang disediakan sebuah toko online, akan semakin atraktif.

br

o.d

o