Top Banner
PENGARUH MEDIA FILM DOKUMENTER IPS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TAPALANG BARAT, KECAMATAN TAPALANG BARAT, KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI BARAT PROPOSALTESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Oleh : JASMAN NPM.140599010178
115

Jasman Proposal+Angket

Feb 01, 2016

Download

Documents

Proposal Penelitian
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jasman Proposal+Angket

PENGARUH MEDIA FILM DOKUMENTER IPS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN

IPS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TAPALANG BARAT, KECAMATAN TAPALANG BARAT, KABUPATEN MAMUJU,

PROPINSI SULAWESI BARAT

PROPOSALTESIS

Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh :JASMAN

NPM.140599010178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANGTAHUN 2015

Page 2: Jasman Proposal+Angket

TESIS

PENGARUH MEDIA FILM DOKUMENTER IPS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN

IPS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TAPALANG BARAT, KECAMATAN TAPALANG BARAT, KABUPATEN MAMUJU,

PROPINSI SULAWESI BARAT

Oleh :JASMAN

NPM.140599010178

Telah dipertahankan di depan PengujiPada tanggal ……………………………..

Dinyatakan telah memenuhi syarat

Komisi Pembimbing,

............................................... ………………………….Ketua Anggota

Malang, ....................................Universitas Kanjuruhan Malang

Program Pasca SarjanaDirektur,

Prof. Dr. H.M. Tauchid Noor, SH., MH., M.Pd.NIP. 19510909 198203 1 002

2

Page 3: Jasman Proposal+Angket

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga Proposal Tesis dengan judul: “Pengaruh Media Film

Dokumenter IPS Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata

Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan

Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat” dapat di

selesaikan dengan baik.

Tujuan penulisan Proposal Tesis ini adalah untuk memenuhi tugas

sebagai salah satu syarat meraih gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada

Program Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang.

Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan

ucapan terim kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Pieter Sahertian, M.Si. selaku Rektor Universitas

Kanjuruhan Malang;

2. Bapak Prof. Dr. H.M. Tauchid Noor SH., MH., M.Pd. selaku Direktur

Program Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang yang telah

begitu banyak meluangkan waktu, memberi petunjuk dan tuntunan

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya;

3. Ibu Joice Soraya, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Direktur Program

Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang

4. Segenap Dosen Pengajar Program Pasca Sarjana Universitas

Kanjuruhan Malang, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan

Page 4: Jasman Proposal+Angket

kepada penulis selama menempuh kuliah di Program Pasca Sarjana

Universitas Kanjuruhan Malang;

5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

penulisan proposal tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Dengan iringan do’a semoga Alloh SWT senantiasa memberikan

limpahan rahmat dan hidayah kepada kita semua. Dalam hal ini penulis

menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan karena masih terdapat kelemahan dan kekurangan, oleh

karena itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan penulisan proposal Tesis ini.

Akhirnya semoga penulisan proposal tesis ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak, untuk menambah wawasan khususnya bagi

mahasiswa di Program Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang.

Malang, …………………………

Penulis

2

Page 5: Jasman Proposal+Angket

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii

KATA PENGANTAR.....................................................................................v

DAFTAR ISI..................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ...............................................................1B. Rumusan Masalah ........................................................................12C. Tujuan Penelitian ..........................................................................12D. Manfaat Penelitian ........................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Empiris ...........................................................................15B. Tinjauan Teoritik ...........................................................................17C. Kerangka Berpikir .........................................................................52D. Hipotesis .......................................................................................54

BAB III METODE PENELITIANA. Rancangan Penelitian................................................................

57B. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................

591. Populasi Penelitian..............................................................

592. Sampel Penelitian................................................................

59C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................

611. Metode Kuesioner................................................................

612. Metode Dokumen................................................................

61D. Validitas dan Reliabilitas............................................................

62

1

Page 6: Jasman Proposal+Angket

1. Uji Validitas..........................................................................62

2. Uji Reliabilitas......................................................................63

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran..........................................641. Variabel Penelitian...............................................................

64a. Variabel Bebas............................................................64b. Variabel Terikat...........................................................64

2. Pengukuran.........................................................................64

F. Analisa Data...............................................................................651. Uji Asumsi Klasik.................................................................

65a. Uji Normalitas..............................................................66b. Uji Linieritas.................................................................66c. Uji Multikolinieritas.......................................................66

2. Analisis Regresi Linier Berganda.........................................68

3. Uji Hipotesis Penelitian........................................................69

a. Uji t (Parsial)................................................................69b. Uji F (Simultan)............................................................69c. Koefisien Determinasi Simultan...................................69

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan

yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus

2

Page 7: Jasman Proposal+Angket

dijawab oleh dunia pendidikan. Jika praktek-praktek pengajaran dan

pendidikan di Indonesia tidak dirubah, maka bangsa Indonesia akan

ketinggalan oleh negara-negara lain. Pada abad 21 ini, praktek-praktek

pembelajaran dan pendidikan di sekolah-sekolah perlu diperbaharui.

Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik agar optimal

dalam kehidupan bermasyarakat, maka proses, model pembelajaran serta

penggunaan media pembelajaran perlu terus diperbaharui dan di lengkapi.

Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung

jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami

oleh anak didik secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran

ditentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan metode, model

pembelajaran dan media pembelajaran dengan baik. IPS adalah mata

pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk

mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa

tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Depdiknas, 2003).

Pelajaran IPS perlu difungsikan sebagai wahana untuk

menumbuhkembangkan kecerdasan, kemampuan dan keterampilan siswa

karena mata pelajaran IPS merupakan pembelajaran yang berhubungan

langsung dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Sesuai

dengan tujuan utama Pendidikan IPS pada dasarnya adalah

mempersiapkan siswa sebagai warga negara agar dapat mengambil

keputusan secara reflektif dan partisipasi sepenuhnya dalam kehidupan

3

Page 8: Jasman Proposal+Angket

sosialnya sebagai pribadi, warga masyarakat, bangsa dan dunia (Pargito,

2010:44 ).

Peran lembaga pendidikan atau sekolah menjadi sangat penting,

sekolah sebagai lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan

proses edukasi yakni proses pendidikan, proses sosialisasi dan

transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah

yang mampu berperan sebagai proses edukasi yakni proses pendidikan,

proses sosialisasi yaitu proses bermasyarakat bagi anak didik dan wadah

transformasi yakni proses perubahan tingkah laku ke arah lebih baik dan

lebih maju. Dalam proses pendidikan ada dua komponen yang sangat

berperan membantu dan mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan

yakni komponen instrumental dan komponen environmental. Komponen

instrumental meliputi guru dan non guru, materi, metode/strategi, media,

biaya, dan sebagainya. Adapun komponen environmental meliputi

lingkungan fisik, sosial dan psikis. Setiap komponen environmental saling

berkaitan dan berperan sesuai dengan fungsinya untuk mencapai hasil

belajar yang maksimal.

Komponen instrumental yang meliputi guru, hendaknya selalu

berusaha untuk mengembangkan diri dengan melakukan inovasi-inovasi

dalam melakukan proses pembelajaran. Guru harus memiliki kreatifitas

dan mampu merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

Selain harus memiliki strategi pembelajaran, media pembelajaran juga

mempunyai kontribusi dalam meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar.

Pembelajaran dengan media pembelajaran yang tepat dalam

4

Page 9: Jasman Proposal+Angket

pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,

membangkitkan aktifitas dan rangsangan dalam belajar. Karenanya

diharapkan guru mampu mengubah paradigma pembelajaran

konvensional yang selama ini digunakan serta mampu menyetting

pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam

pembelajaran.

Komponen instrumental lainnya yaitu materi dalam pembelajaran

IPS khususnya pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan

pada Kelas VIII.A SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat,

Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat masih dianggap materi yang

sulit untuk dipahami. Berdasarkan hasil observasi tahun pelajaran

2014/2015 bahwa dalam praktek pembelajaran selama ini khususnya di

sekolah dasar untuk mata pelajaran IPS masih terdapat banyak hambatan

diantaranya masalah media pembelajaran yang masih sangat minim

sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar tidak maksimal namun

pada tahun pelajaran 2014/2015 masalah tersebut sudah mulai dibenahi

dan dilengkapi secara bertahap.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka

mengaku kesulitan untuk memahami materi perjuangan mempertahankan

kemerdekaan sebab pembelajaran selama ini hanya sekedar menghafal

saja sehingga mereka tidak mengetahui secara konkret peristiwa dan

kejadian apa yang sudah terjadi.

Padahal pada jenjang sekolah dasar tingkat kemampuan berfikir

anak masih konkret dan sulit di kembangkan sehingga menuntut guru

5

Page 10: Jasman Proposal+Angket

lebih aktif dan kreatif dalam melakukan pembelajaran di kelas. Pada saat

ini pembelajaran IPS cenderung di dominasi oleh guru dan hanya terpaku

oleh buku teks pelajaran sehingga siswa tidak tahu secara konkret tentang

materi yang di sampaikan, Selain itu guru juga belum atau bahkan tidak

membuat suatu perencanaan pembelajaran dengan baik. dalam hal ini

peran aktif siswa dalam pembelajaran sangat kurang partisipatif dan hasil

belajar yang kurang maksimal.

Untuk mengetahui gambaran awal tentang pembelajaran IPS,

maka peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran IPS dalam

proses pembelajaran. Dalam proses observasi yang sudah dilakukan

selama ini yang diperoleh dari data hasil ulangan harian siswa Kelas VIII.A

semester genap SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat,

Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat tahun pelajaran 2014/2015

dimana guru sulit melakukan kegiatan pembelajaran IPS dan sekaligus

memperoleh hasil belajar yang baik. Menurut siswa untuk memahami

pelajaran IPS sangat sulit hal karena dalam mata pelajaran IPS banyak

mengandung suatu pemahaman tentang suatu peristiwa dan kejadian

tertentu pada masa lalu, sedangkan media pembelajaran yang disediakan

sekolah sangat minim.

Hal tersebut menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam

memahami pelajaran IPS sehingga hasil belajar siswa masih rendah.

Berdasarkan hasil observasi selama ini dalam kegiatan belajar mengajar

bahwa rendahnya aktivitas dan hasil belajar disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain:

6

Page 11: Jasman Proposal+Angket

1. Banyak siswa memandang pelajaran IPS sebagai pelajaran yang

kurang menarik, karena banyak cenderung menghafal.

2. Siswa banyak yang bermain dan mengobrol pada saat berlangsung

proses kegiatan belajar mengajar.

3. Keinginan untuk belajar rendah.

4. Siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

5. Kurangnya penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar

mengajar.

Berikut ini adalah data hasil observasi aktivitas yang dilakukan

siswa dalam kegiatan pembelajaran pada tahun pelajaran 2010/2011

antara lain sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.A SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

No Indikator aktivitas Frekuensi % Rata-rata1. Bertanya 1 2,85 32,562. Mencatat 15 42,853. Mendengarkan 13 37,144. Mengerjakan lembar tugas 15 42,855. Memperhatikan penjelasan guru 13 37,14

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas yang dilakukan

siswa selama proses pembelajaran antara lain bertanya 2,85%, mencatat

42,85%, mendengarkan 37,14%, mengerjakan lembar tugas 42,85% dan

memperhatikan penjelasan guru 37,14% sehingga dalam kegiatan

pembelajaran sebagian besar siswa belum melakukan aktivitas seperti

yang ditunjukkan pada kolom indikator.

7

Page 12: Jasman Proposal+Angket

Berdasarkan data tersebut peneliti berupaya menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif dengan melibatkan peserta didik dan

memberdayakan peserta didik dalam proses pembelajaran dan

menggunakan peralatan yang ada di sekolah secara maksimal sehingga

kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara maksimal dan meningkatkan

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah tabel

perolehan nilai ulangan harian siswa Kelas VIII.A pada mata pelajaran IPS

tahun pelajaran 2010/2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Data hasil ulangan harian siswa Kelas VIII.A SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai <

60 sebanyak 22 siswa atau 62,86 % dari 35 siswa, dan siswa mendapat

nilai ≥ 60 sebanyak 13 siswa atau 37,14 % dari 35 siswa, dengan standar

kriteria ketuntasan minimal belajar di Kelas VIII.A untuk mata pelajaran

IPS SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten

Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat adalah 60. Berdasarkan kondisi yang

ada yang ada di Kelas VIII.A maka perlu dilakukan suatu perbaikan dalam

proses pembelajaran. Komponen lain yang sangat menentukan dalam hal

keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan dasar yang dimiliki siswa.

Menurut Piaget perkembangan kognitif dibagi menjadi empat tahapan,

yaitu : (1) tahap sensori motoris, (2) tahap pra operasional, (3) tahap

operasioanal konkret dan (4) tahap operasional formal.

8

Page 13: Jasman Proposal+Angket

Empat tahapan diatas, yaitu : tahap sensori motoris dialami pada

usia 0-2 tahun, anak pada ini dalam masa pertumbuhan yang ditandai

dengan kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas.

Pada tahap pra operasional berlangsung pada usia 2-7 tahun dan disebut

dengan tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan

kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif dalam arti semua

perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur

perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-

orang bermakna dan lingkungan sekitar. Kemudian pada tahap

operasional konkret antara usia 7-11 tahun dimana anak mulai

menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan sudah mulai

berkembangnya rasa ingin tahu. Pada tahap ini juga anak sudah mulai

memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba

permasalahan. Cara berfikir anak yang masih bersifat konkret

menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau

melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkret. Berdasarkan uraian

tersebut siswa SD Kelas VIII dikategorikan dalam tahap operasional

konkret karena rata-rata siswa SD Kelas VIII.A berumur antara 10-11

tahun.

Karakteristik siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan

Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat pada tahap

operasional konkret dimana siswa belum dapat menangkap pembelajaran

yang bersifat abstrak. Latar belakang keluarga yang berasal dari kelas

menengah kebawah dan kondisi orang tua yang masih jauh dari

9

Page 14: Jasman Proposal+Angket

kesejahteraan menjadikan siswa sangat sulit menerima pelajaran dengan

baik, karena pada sisi ini anak tidak diseimbangkan dengan pola asuh

yang baik dalam keluarga. Ditambah dengan kebiasaan masyarakat

sekitar yang menjadikan sekolah hanya sebagai suatu rutinitas untuk

bermain dan berkumpul dengan teman.

Rendahnya minat siswa untuk belajar dan menerima pelajaran di

sekolah menjadikan salah satu faktor pemilihan penggunaan media film

dokumenter dalam pembelajaran IPS di kelas tersebut. Berdasarkan

penelitian terdahulu bahwa pembelajaran dengan menggunakan media

film dokumenter dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa

sehingga menjadi suatu pemikiran untuk dapat mengatasi masalah

pembelajaran selama ini untuk dapat mengoptimalkan aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran dan menjadikan suasana pembelajaran lebih

nyaman, menarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih betah dalam

proses pembelajaran.

Dengan digunakannya media film dokumenter diharapkan akan

berdampak baik kepada siswa dalam menerima pelajaran dan tingkat

berfikir anak menjadi lebih konkret dengan melihat melihat media yang

telah disajikan. Pemilihan media film dokumenter pada penelitian ini

diharapkan guru dapat berkreasi dan berinovasi dalam menggunakan

media pembelajaran untuk mendukung berlangsungnya pembelajaran

yang lebih bermakna dan menjadikan siswa lebih nyaman dan senang

dalam belajar. Salah satu indikator keberhasilan mutu proses dalam hasil

belajar siswa selain guru dapat mengembangkan materi, sumber belajar,

10

Page 15: Jasman Proposal+Angket

metode, strategi, evaluasi dan penggunaan media tentunya dapat

mencapai hasil belajar yang baik dan optimal.

Media pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam

menunjang pembelajaran. Pemilihan media film dokumenter dijadikan

sebagai media pembelajaran didasarkan pada hasil wawancara langsung

dengan beberapa siswa tentang pengetahuan mereka tentang perjuangan

mempertahankan kemerdekaan dalam hal ini mengenai berbagai

peristiwa dan kejadian yang terjadi pada masa kemerdekaan.

Pembelajaran dengan menggunakan media film dokumenter diharapkan

siswa mampu memahami materi yang berkaitan dengan berbagai

peristiwa yang terjadi masa kemerdekaan.

Aktivitas siswa pada pembelajaran sebelumnya juga menunjukkan

belum tumbuhnya motivasi belajar pada siswa sehingga pembelajaran

tampak tidak antusias dan pasif. Hal ini dimungkinkan belum

dimanfaatkan media pembelajaran yang mampu menumbuhkan minat dan

motivasi siswa. Peran media sangat penting dalam pembelajaran karena

media adalah alat perantara informasi, membantu siswa mempercepat

pemahaman materi pelajaran. Media merupakan jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar, alat-alat

ini dipakai dalam pembelajaran dengan maksud untuk membuat cara

berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan media

pembelajaran guru dan siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan lebih

terarah.

11

Page 16: Jasman Proposal+Angket

Menurut Sumatmaja (1984 : 116) Media merupakan alat dari segala

benda yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar . Dilihat

dari macamnya media pembelajaran terdiri dari gambar-gambar, foto,

grafik, poster, papan panel, visual, hingga benda asli seperti laboratorium,

narasumber dan lain-lain. Begitu pula dengan media film merupakan salah

satu alat yang ampuh di tangan orang yang mempergunakannya secara

efektif untuk sesuatu maksud terutama terhadap anak-anak yang memang

lebih banyak menggunakan aspek emosinya dibanding aspek rasionalnya,

dan langsung berbicara ke dalam hati sanubari penonton secara

meyakinkan. Film juga sangat membantu dalam proses pembelajaran,

apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat

dan lebih mudah diingat daripada apa yang hanya dapat dibaca saja atau

hanya didengar saja.

Demikian pula dilihat dari keefektifan bagi guru dengan

menggunakan media film dokumenter dapat membantu dalam

menyampaikan pesan materi secara lebih mudah kepada siswa. Begitu

pentingnya mata pelajaran IPS dalam kehidupan sehari-hari maka

diharapkan proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah dapat

berjalan dengan optimal maka diperlukan media pembelajaran yang dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang merupakan indikator

keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan media

pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran IPS akan mengaktifkan

siswa serta menyadarkan siswa bahwa IPS tidak selalu membosankan.

12

Page 17: Jasman Proposal+Angket

Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan

pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan.

Akan tetapi kendala di lapangan guru-guru IPS belum terbiasa

menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran.

Padahal idealnya untuk menarik perhatian dan minat peserta didik

terhadap pembelajaran IPS harus dibuat tampilan media pembelajaran

yang unik, menarik, baik warna, teks, bentuk dan ilustrasinya.

Pembelajaran dengan menggunakan media film dokumenter sebagai alat

bantu pembelajaran memegang peranan penting dalam proses belajar

mengajar.

Keterbatasan para guru dalam menggunakan media pembelajaran

berdampak pada lemahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Upaya

mengatasi masalah dalam pembelajaran IPS peneliti menggunakan media

film dokumenter dalam proses pembelajaran. Solusi penggunaan media

film dokumenter dalam pembelajaran ini diharapkan mampu

meningkatkan aktivitas belajar siswa kemudian selanjutnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan

media film dokumenter diharapkan mampu merangsang kinerja otak

sehingga terekam dalam memori siswa dapat mengetahui secara jelas

tentang apa yang disampaikan oleh guru.

Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa SMPN 2 Tapalang

Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi

Barat maka peneliti berupaya untuk menerapkan pembelajaran dengan

menggunakan media film dokumenter sebagai salah satu alternatif

13

Page 18: Jasman Proposal+Angket

pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan. Maka berdasarkan permasalahan

diatas peneliti mengambil inisiatif untuk mengadakan suatu penelitian

dengan judul “Pengaruh Media Film Dokumenter dan Motivasi Belajar

Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII.A SMPN 2 Tapalang

Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi

Barat Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan

masalah penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh media film dokumenter IPS terhadap prestasi belajar

mata pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat,

Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi

Barat?

2. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata

pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan

Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat?

3. Adakah pengaruh interaksi penayangan film dokumenter IPS dan

motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar mata

pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan

Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat?

C. Tujuan Penelitian

14

Page 19: Jasman Proposal+Angket

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan:

1. Untuk mengetahui pengaruh media film dokumenter IPS terhadap

prestasi belajar mata pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang

Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi

Sulawesi Barat.

2. Untuk pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata

pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan

Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi penayangan film dokumenter IPS

dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar

mata pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat,

Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi

Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPS.

2. Bagi Guru

Memperbaiki kualitas pembelajaran khususnya menggunakan Media

film dokumenter sebagai pola dan strategi pembelajaran yang tepat.

Selain itu guru memiliki gambaran mengenai pembelajaran yang efektif,

15

Page 20: Jasman Proposal+Angket

dapat mengidentifikasi permasalahan belajar yang ada di dalam kelas

dan dapat mencari solusi untuk pemecahan tersebut.

3. Bagi sekolah

Menjadi masukan bagi sekolah untuk mengembangkan dan

meningkatkan mutu sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas dan

lulusan sekolah.

16

Page 21: Jasman Proposal+Angket

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Empirik

1. Penelitian oleh Nelson, C.M, dengan Judul Effectiveness Of

Motivation In Teaching A Unit On Sulphur In High School Chemistry

School Science And Mathematics (1952) dikutip oleh Gene L

Wilkinson (1984 :16) mencobakan mengajar kimia, dua bagian

diajarkan dengan cara mengkombinasikan ceramah, diskusi dan film,

sedangkan delapan bagian diajarkan hanya dengan ceramah dan

diskusi, pada waktu ujian terbukti yang menggunakan ceramah,

diskusi dan film secara signifikan lebih baik dibanding dengan yang

hanya menggunakan ceramah dan diskusi, selain itu kelompok yang

menggunakan film ternyata lebih baik dalam mengingat pelajaran

setelah lima minggu pelajaran diberikan. Dengan cara

mengkombinasikan dengan ceramah dan diskusi mendapat

kesimpulan bagian yang diajarkan hanya dengan ceramah dan

diskusi pada bagian akhir kelompok yang menggunakan film terbukti

secara signifikan lebih baik dibanding dengan kelompok yang tidak

menggunakan film. Penggunaan film sebagai media dapat

memperjelas materi karena siswa selain mendengar, melihat dapat

memunculkan imaginasi bahwa dirinya yang melakukan.

Relevansinya dengan penelitian ini adalah hasil penelitian tentang

pengaruh film dapat memperjelas pemberian materi pembelajaran

17

Page 22: Jasman Proposal+Angket

siswa. Perbedaannya penelitian terdahulu untuk sarana

pembelajaran materi kimia. Sedangkan penelitian ini adalah

penelitian materi sejarah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Pipit Agustina Garnasih ( 2009 )

dengan Judul: Pemanfaatan Media Film Untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa Dalam Menulis Hanzi Di Kelas Bahasa SMPN

1 Karanganom. Membuktikan pemanfaatan media film efektif untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menulis hanzi juga

banyak siswa yang tertarik dan mendorong motivasi untuk belajar

bahasa Mandarin. Relevansinya dengan penelitian ini bahwa media

film dapat dimanfaatkan untuk peningkatan prestasi belajar siswa.

Perbedaannya penelitian terdahulu digunakan untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa dalam menulis huruf hanzi sedangkan

penenilitan bertujuan untuk mencari tahu pengaruh dalam

pembelajaran IPS.

3. Penelitian Bitty Susanti (2008) : Muatan Dakwah Film Dokumenter

Belajar dari Alam Karya Harun Yahya. Menyimpulkan Film

Dokumenter tentang alam karya Harun Yahya dapat dijadikan sarana

dakwah. Relevansinya dengan penelitian ini adalah penayangan film

dokumenter dapat dijadikan media meningkatkan tujuan

pembelajaran. Perbedaan dengan penelitian terdahulu film

dokumenter dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan dakwah,

Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini mencari tahu pengaruh

film dokumenter terhadap prestasi belajar sejarah.

18

Page 23: Jasman Proposal+Angket

B. Tinjauan Teoritik

1. Motivasi Belajar

Motivasi sangat penting dalam proses belajar karena motivasi

merupakan kondisi psikologi yang mendorong atau memberi hasrat,

menimbulkan semangat, keinginan untuk belajar, hal ini berarti bahwa

motivasi dapat berfungsi pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif

permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau

penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai

tujuan tertentu (Hamzah B. Uno, 2008: 23).

Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah

laku pada umumnya, dengan beberapa indikator meliputi : (1) Adanya

hasrat dan keinginan berhasil, (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar, (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) Adanya

penghargaan dalam belajar, (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar, dan (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga

memungkinkan seseorang siswa belajar dengan baik (Hamzah B Uno,

2008:31).

Siswa yang telah termotivasi dapat belajar dari media apa saja

asalkan media itu dipakai menurut kemampuannya dan disesuaikan

dengan kebutuhannya (Wilkinson ,Gene, L .1984:16). Menurut Oemar

Hamalik (1994:21), motivasi merupakan suatu perubahan energi dalam

19

Page 24: Jasman Proposal+Angket

diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Mohammad Asrory (2007: 183) mengatakan motivasi

adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara disadari atau

tidak disadari, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu dan

usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan.

Sedangkan Winkel, (1987:70) memberikan pengertian motivasi adalah

daya penggerak yang telah terjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat

tertentu bila dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang sangat dirasakan

atau dihayati.

Menurut Slameto (1995:70) memberikan pengertian motivasi

sebagai berikut : suatu proses yang menentukan tingkat kegiatan

intensitas, konsistensi serta arah umum dari tingkah laku manusia,

merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain

seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Sardiman (2001:73)

memandang motivasi sebagai : serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan

sesuatu, dan bila tidak ia mengesampingkan perasaan tidak suka.

Motivasi muncul karena seseorang mempunyai keinginan untuk

terpenuhinya kebutuhan dan diperlukan dalam proses pembelajaran.

Peranan motivasi penting dalam proses pencapaian hasil. Seorang siswa

yang memiliki motivasi tinggi, pada umumnya mampu meraih keberhasilan

dalam pembelajaran.

20

Page 25: Jasman Proposal+Angket

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi

dalam kegiatan belajar di sekolah. Bentuk untuk menumbuhkan motivasi

belajar yakni: (a) memberi angka, (b) hadiah, (c) saingan atau kompetisi,

(d) membuat ulangan, (e) mengetahui hasil, (f) pujian, (g) hukuman, (h)

hasrat untuk belajar, (i) tujuan yang diakui (Slameto, 995:31). Cara

menumbuhkan motivasi yakni (1) membangkitkan minat adanya suatu

kebutuhan; (2) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;

(3) menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. Dalam

pembelajaran diharapkan hukuman sebagai salah satu bentuk untuk

menumbuhkan motivasi sedapat mungkin dihindari, hukuman dapat

menimbulkan akibat kurang baik atau kurang mendidik bagi siswa.

De Cocco dan Crauford (dalam Oemar Hamalik, 1994:116)

menjelaskan upaya-upaya meningkatkan motivasi belajar dengan cara: (a)

menggerakkan motivasi, (b) upaya pemberian harapan, (c) pemberian

intensif, (d) upaya penyatuan tingkah laku. Indikator motivasi belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil,

(b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (c) adanya harapan

dan cita-cita masa depan, d) adanya penghargaan dalam belajar, (e)

adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (f) adanya lingkungan yang

kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik

(Hamzah B Uno, 2008:23).

Dalam pembelajaran antara siswa yang satu dengan siswa yang

lain mempunyai motivasi yang tidak sama. Ada siswa yang mempunyai

motivasi tinggi dan ada yang motivasinya masih rendah dalam belajar.

21

Page 26: Jasman Proposal+Angket

Oleh karena itu siswa yang motivasi belajar masih rendah perlu adanya

perbaikan misalnya dengan memberikan motivasi, sanjungan, hadiah,

penghargaan.

Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi tinggi : (1) Tekun

menghadapi tugas; (2) Berprestasi tinggi; (3) Senang bekerja mandiri; (4)

Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini; (5) Mempunyai tanggung

jawab yang besar atas perbuatannya /pekerjaannya. Ciri motivasi rendah:

(1) Lekas putus asa; (2) Prestasi rendah; (3) Kurang kreatif; (4) Kurang

minat terhadap apa yang dihadapi (Sardiman, 2001:81).

Dari konsep-konsep motivasi tersebut dapat disimpulkan motivasi

merupakan daya penggerak untuk tercapainya sesuatu. Dalam

hubungannya dengan belajar, maka motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak yang terhimpun dalam diri seseorang secara sadar aktif

memberikan dorongan belajar.

Pengembangkan motivasi belajar siswa selain dilakukan oleh guru,

dapat juga dilakukan oleh siswa sendiri dengan menggunakan latihan

motivasi diri, siswa dituntut mengembangkan motivasi belajar sendiri

melalui aktivitas sendiri dan dipantau sendiri. Kegiatan latihan memotivasi

diri menuntut keaktifan dan kejujuran terhadap diri sendiri, sebab apabila

tidak maka tidak akan memperoleh keberhasilan memotivasi dirinya.

Motivasi dapat mendorong adanya prestasi.

a. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah upaya memperoleh kebiasaan-kebiasaan,

pengetahuan, dan sikap-sikap (Sagala, 2005:13). Sedangkan menurut

22

Page 27: Jasman Proposal+Angket

Sujana (2000:19) belajar adalah interaksi stimulus dengan respon,

merupakan hubungan dua arah antara belajar dan lingkungan. Selain itu

menurut Wina Sanjaya (2005 : 89) Belajar dianggap sebagai proses

perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Dan

menurut Sadiman (2003:99) Belajar adalah berbuat dan sekaligus

merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif. Dari beberapa

pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa Belajar merupakan suatu

proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek

atau pengalaman tertentu.

Belajar menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap

dalam berfikir, merasa dan melakukan. Perubahan tersebut terjadi

sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan. Jadi belajar

menghasilkan perubahan perilaku peserta didik, perubahan tingkah laku

inilah sebagai cerminan hasil belajar. Belajar dikatakan berhasil apabila

seseorang mampu mengulang kembali materi yang telah dipelajari.

Belajar diperlukan aktivitas, karena pada prinsipnya belajar adalah

berbuat (Learning by doing), berbuat untuk mengubah tingkah laku

melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, oleh

karena itu aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam

interaksi pembelajaran. Oleh karena itu di dalam belajar siswa harus aktif

agar potensinya berkembang.

Pengertian pembelajaran menurut Hanafiah (2009:207) adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. Selain itu menurut Winataputra (2008:11)

23

Page 28: Jasman Proposal+Angket

pembelajaran diartikan sebagai suatu konsep pedagogik sebagai upaya

sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang

potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada

berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan guru

dalam lingkungan belajar untuk mengembangkan potensi siswa.

b. Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori behavioristik (Budiningsih, 2005: 20) dijelaskan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya

interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar

sesuatu bila ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya dari

tidak mengerti menjadi mengerti. Jadi yang terpenting adalah input atau

masukan berupa stimulus dan output atau keluaran berupa respon. Teori

ini didasarkan pada prinsip bahwa pembelajaran seharusnya didesain

untuk menghasilkan tingkah laku peserta didik yang dapat diobservasi.

Dengan kata lain, perubahan tingkah laku dalam teori ini dapat diukur dan

perubahan yang dapat dilihat secara jelas. Seperti peserta didik yang

tadinya tidak mengetahui dan tidak mampu mengerjakan sesuatu, setelah

melalui proses pembelajaran ia menjadi tahu dan dapat mengerjakan

sesuatu. Secara rinci aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran

meliputi beberapa langkah berikut ini (Budiningsih, 2005: 29) : (a)

menentukan tujuan-tujuan pembelajaran; (b) menganalisis lingkungan

kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi kemampuan awal (entry

24

Page 29: Jasman Proposal+Angket

behavior) peserta didik; (c) menentukan materi pelajaran; (d)

memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok

bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya; (e) menyajikan

materi pelajaran; (f) memberikan stimulus, baik berupa pertanyaan

langsung secara lisan, tes/kuis, latihan, dan tugas-tugas; (g) mengamati

dan mengkaji respon yang diberikan peserta didik; (h) memberi penguatan

(reinforcement), bisa dalam bentuk penguatan positif maupun negatif,

ataupun hukuman; (i) memberikan stimulus baru; (j) mengamati dan

mengkaji respon yang diberikan peserta didik; (k) memberikan penguatan

lanjutan ataupun hukuman; (l) demikian seterusnya; dan (m) evaluasi hasil

belajar.

Penggunaan media dalam pembelajaran mengandung makna

penting yaitu metode belajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah

satu metode pembelajaran tentu mempengaruhi media pembelajaran

yang akan digunakan. Penggunaan media pembelajaran hendaknya harus

memperhatikan beberapa unsur seperti tujuan pembelajaran, respon

siswa maupun karakteristik siswa itu sendiri. Penggunaan media

pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan

keinginan dan minat siswa sehingga berpengaruh baik terhadap perilaku

maupun psikologi anak. Penggunaan media film dokumenter dalam hal ini

berkaitan dengan teori belajar behavioristik yang menjelaskan bahwa

belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan

dinilai secara konkret.

25

Page 30: Jasman Proposal+Angket

Perubahan terjadi melalui rangsangan yang menimbulkan respon.

Rangsangan yang dimaksud adalah lingkungan belajar anak baik internal

maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon

adalah akibat atau dampak berupa reaksi fisik terhadap rangsangan.

Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih

kompleks sampai pada yang lebih tinggi.

Bahan pelajaran disusun dari yang sederhana sampai pada yang

kompleks. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan

diamati. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang

diinginkan menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori

behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.

Perilaku yang dinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang

kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.

Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah

pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga

kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada pengaruh

kebudayaan terhadap tingkah laku. Teori ini mengatakan bahwa

pembelajaran akan berjalan baik dan kreatif jika guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau

pemahaman melalui contoh-contoh yang ada dikehidupannya.

Sesuai dengan pendapat Bruner yang melihat perkembangan

seseorang melalui tiga tahapan yaitu :

1. Tahap enactive, seseorang melakukan aktivitas dalam upaya

memahami lingkungan sekitar.

26

Page 31: Jasman Proposal+Angket

2. Tahap iconic, seseorang memahami objek melalui gambar dan

visualisasi verbal.

3. Tahap symbolic, seseorang telah memiliki ide atau gagasan abstrak

yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa dan logika.

Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran tergantung dari

beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,

karakteristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia

(Budiningsih, 2005 : 27). Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan

berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah

objek, pasti, tetap dan tidak berubah. Fungsi pikiran adalah untuk

menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir

yang dapat dianalisa dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari

proses berfikir ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.

Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada

di dunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa harus

dihadapkan pada aturan-aturan jelas dan ditetapkan dulu secara ketat.

Teori behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan

yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-

unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan, dan

sebagainya, contohnya percakapan bahasa asing, mengetik, menari,

menggunakan komputer, berenang, olah raga dan sebagainya. Teori ini

juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan

dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,

suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung

27

Page 32: Jasman Proposal+Angket

seperti pujian. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan

pada penambahan pengetahuan sedangkan belajar sebagai aktivitas yang

menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah

dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes (Budiningsih, 2005:28).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori

behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu mementingkan

pengaruh lingkungan, mementingkan bagian-bagian elementalistik,

mementingkan peranan reaksi, mengutamakan mekanisme terbentuknya

hasil belajar melalui prosedur stimulus respon, mementingkan peranan

kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya, mementingkan

pembentukan kebiasaan melalui latihan atau pengulangan dan hasil

belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang dinginkan. Selain itu

menurut Smith (2009 : 77) menjelaskan bahwa Behaviorisme berdasarkan

pada perubahan perilaku yang bisa diamati. Behaviorisme memfokuskan

diri pada sebuah pola perilaku baru yang diulangi sampai ia menjadi

automatis. Teori Behaviorisme mengonsentrasikan pada kajian tentang

perilaku-perilaku yang nyata yang bisa diteliti dan diukur dan memandang

pikiran sebagai kotak hitam dalam pengertian bahwa respon terhadap

stimulus bisa diamati secara kuantitatif yang secara total mengabaikan

kemungkinan proses pemikiran yang terjadi dalam pikiran. Selain itu

dijelaskan bahwa belajar merupakan akibat adanya interaksi antara

stimulus dan respon, seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia

dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Stimulus adalah apa saja

yang diberikan guru kepada pembelajar sedangkan respon berupa reaksi

28

Page 33: Jasman Proposal+Angket

atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru

tersebut. Faktor lain yang dianggap penting adalah faktor penguatan

(reinforcement), bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)

maka respon juga akan semakin kuat . Selain itu dijelaskan bahwa dalam

teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat

dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah

dianggap belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan

tingkah laku.

Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang

dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan

cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Sehingga

dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar sangat

mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan peranan reaksi,

mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur

stimulus dan respon, mementingkan pembentukan pembiasaan melalui

latihan dan pengulangan dan hasil belajar yang dicapai adalah munculnya

perilaku yang dinginkan.

c. Teori Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,

mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya

apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar

memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja

memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,

29

Page 34: Jasman Proposal+Angket

berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Satu prinsip yang paling

penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar

memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa harus membangun

sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan

memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide

mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi

siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga

tersebut. Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan

pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang

dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya

meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya.

Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk

menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.

Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja melainkan harus

diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang.

Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada melainkan suatu

proses yang berkembang terus-menerus, dalam proses itu keaktifan

seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya

(Herpratiwi, 2009:72).

Sedangkan menurut Smith (2009 : 88) teori konstruktivisme

mempercayai bahwa pembelajar mengonstruksi realitasnya sendiri atau

30

Page 35: Jasman Proposal+Angket

paling tidak menafsirkannya berdasarkan pada persepsi-persepsi

pengalaman mereka sehingga pengetahuan individu menjadi sebuah

fungsi dari pengalaman, struktur mental dan keyakinan-keyakinan

seseorang sebelumnya yang digunakan untuk menafsirkan objek dan

peristiwa. Apa yang seseorang tahu didasarkan pada persepsi dari

pengalaman fisik dan sosial yang dipahami oleh pikiran. Menurut Pranata

dalam Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang

subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya

dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek

menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh

realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh

subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan

disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang

berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui

proses rekonstruksi.

Hal penting dalam pendekatan konstruktivisme adalah bahwa

dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan

penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan

mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus

bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa

secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan

membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu

merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret di

31

Page 36: Jasman Proposal+Angket

laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian

dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.

Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si

pendidik melainkan pada pembelajar. Beberapa hal yang mendapat

perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu (1) mengutamakan

pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2)

mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks

pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya

mengkonstruksi pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa akan berhasil

membentuk pengetahuannya melalui aktivitas dan terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran melalui pengalaman-pengalaman belajarnya.

Selain itu dijelaskan bahwa teori konstruktivisme didefinisikan

sebagai pembelajaran yang bersifat generatif yaitu tindakan mencipta

sesuatu makna dari apa yang dipelajari, memahami belajar sebagai

kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan

memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran siswa,

artinya siswa harus aktif secara mental membangun struktur

pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya,

dengan kata lain siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang

siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak

guru. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

yaitu tindakan mencipta sesuatu dari apa yang dipelajari, peran guru

32

Page 37: Jasman Proposal+Angket

dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan lebih memfokuskan

pada aktivitas kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman

mereka dalam belajar.

d. Aktivitas Belajar

Belajar adalah proses perubahan yang melibatkan faktor interaksi

subjek dengan lingkungan. Sebagai suatu proses dalam belajar dituntut

adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa, pengertian

aktivitas belajar menurut Winkel (1983:48) bahwa “aktivitas belajar adalah

setiap macam kegiatan belajar yang menghasilkan suatu perubahan yang

khas yaitu belajar ”Dengan demikian aktivitas belajar adalah suatu

kegiatan yang direncanakan dan didasari untuk mencapai suatu tujuan

belajar, yaitu perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada siswa yang

melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Nasution (1986 : 88)

mengatakan bahwa “aktivitas adalah azas yang terpenting oleh sebab

belajar sendiri merupakan suatu kegiatan”. Sedangkan menurut Rohani

(2004:16) belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas

yaitu sebagai berikut:

a. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah kegiatan yang tampak yaitu saat peserta didik

melakukan percobaan, membuat kontruksi model dan lain-lain.

b. Aktivitas Psikis

Aktivitas psikis adalah kegiatan yang tampak apabila peserta didik

sedang mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan persoalan

dan mengambil keputusan.

33

Page 38: Jasman Proposal+Angket

Dari konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar

adalah setiap kegiatan yang dilakukan siswa yang bersifat praktek untuk

mencapai tujuan belajar yang lebih baik. Banyak sekali aktivitas belajar

yang dapat dilakukan siswa untuk menghasilkan hasil belajar siswa.

Adapun jenis-jenis aktivitas belajar menurut Rohani (2004:131) adalah

sebagai berikut :

a. Mendengar

b. Memandang

c. Meraba, membaur dan mencicipi/mengecap

d. Menulis atau mencatat

e. Membaca

f. Membuat ringkasan

g. Menyusun paper/kertas kerja

h. Mengingat, berfikir

i. Latihan atau praktek

Sedangkan menurut Paul B. Diedrich yang dikutip oleh Sardiman

(2007:101) ada beberapa jenis aktivitas siswa melalui :

a. Visual activities seperti: membaca, melihat gambar, mengamati,

eksperimen, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja atau

bermain.

b. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat.

c. Listening activities seperti : mendengarkan usulan, percakapan, diskusi,

musik, pidato.

34

Page 39: Jasman Proposal+Angket

d. Writing activities seperti: menulis cerita, karangan, laporan, test angket,

menyalin.

e. Drawing activities seperti: menggambar, membuat grafik, diagaram,

peta, pola.

f. Motor activities seperti: melakukan percobaan, membuat kontruksi,

model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang.

g. Mental activities seperti: menganggap, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira

berani, tenang, gugup.

e. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri

siswa perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hamalik (2007:155) mengatakan bahwa “hasil belajar

tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang

dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap

dan keterampilan”. Sedangkan menurut Winkel (1983:150) berpendapat

bahwa “hasil belajar adalah usaha-usaha yang telah dicapai melalui

pengalaman belajar.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil usaha yang dicapai siswa melalui pengalaman belajar

berupa perubahan tingkah laku. Menurut Hamalik (2007:32) hasil belajar

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

35

Page 40: Jasman Proposal+Angket

a. Faktor intern, meliputi:

Tujuan, minat, aktivitas, kecakapan serta penguasaan bahan pelajaran.

b. Faktor ekstern meliputi:

1) Faktor lingkungan sekolah, berupa cara memberi pelajaran dan

bahan-bahan, alat peraga dan sebagainya.

2) Faktor lingkungan keluarga, meliputi: perhatian orang tua, sarana

dan prasarana belajar di rumah.

3) Faktor lingkungan masyarakat, meliputi: tempat tinggal siswa dan

lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa hasil

belajar itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekstern dan faktor

intern.

f. Karakteristik Siswa SD ( 6 -12 tahun )

Berdasarkan teori perkembangan yang dikemukakan Piaget yang

dikutip Herpratiwi (2009:30) menyatakan bahwa pada tahap ini pada

umumnya anak-anak sudah memiliki kemampuan memahami konsep

konservasi (concept of conservasi), yaitu meskipun suatu benda berubah

bentuknya, namun masa, jumlah atau volumenya adalah tetap. Anak juga

sudah mampu melakukan observasi, menilai dan mengevaluasi sehingga

mereka tidak se-egosentris sebelumnya.

Kemampuan berfikir anak pada tahap ini masih dalam bentuk

konkret, mereka belum mampu berfikir abstrak, sehingga mereka juga

hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat konkret.

Aktifitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman

36

Page 41: Jasman Proposal+Angket

langsung sangat efektif dibandingkan dengan penjelasan guru dalam

bentuk verbal (kata-kata). Contoh, dalam pembelajaran IPS, misalnya,

siswa akan lebih mudah memahami konsep arah mata angin/kompas

barat, timur, utara dan selatan jika guru membawa Peta atau bola dunia

ke dalam kelas daripada menjelaskan bahwa pulau Kalimantan terletak di

sebelah utara pulau Jawa.

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari kata latin, yang merupakan bentuk jamak

dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah antara dua

pihak atau suatu alat (Sri Anitah, 2008 : 1). Selain itu menurut Tabrani

Rusyan (1993 : 189) ada beberapa ahli yang berpendapat tentang Media

antara lain :

a. Gagne berpendapat bahwa Media adalah berbagai jenis komponen

dalam lingkungan peserta didik untuk belajar.

b. Brown berpendapat bahwa Media adalah segala yang digunakan

dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat

mempengaruhi keefektifan program intruksional.

c. Wong berpendapat bahwa Media adalah berbagai alat atau mekanisme

untuk menyalurkan pesan kepada peserta didik.

d. Lembaga persatuan Pendidikan di Amerika yang tergabung dalam

wadah Association for Education and Communication Technology

(AECT) berpendapat bahwa Media adalah segala bentuk yang

dipergunakan untuk proses penyaluran informasi.

37

Page 42: Jasman Proposal+Angket

e. National Education Association (NEA) berpendapat bahwa Media

adalah segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar,

dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan untuk

kegiatan tersebut.

Dari beberapa pendapat tersebut menurut Tabrani Rusyan

(1993:189-190) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang

berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga

tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan sempurna.

2. Media berpesan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan

motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih

tujuan-tujuan belajar.

3. Apapun yang disampaikan oleh guru mesti menggunakan Media, paling

tidak yang digunakannya adalah Media verbal, yaitu berupa kata-kata

yang diucapkannya dihadapan peserta didik.

4. Segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekolah, baik berupa

manusia ataupun bukan manusia yang pada permulaannya tidak

dilibatkan dalam proses belajar mengajar, setelah dirancang dan

dipakai dalam kegiatan tersebut lingkungan itu berstatus Media sebagai

alat perangsang belajar.

Dengan kata lain alat itu baru disebut Media jika dirancang dan

dipakai dalam proses belajar mengajar. Menurut Sumaatmaja (1984 :117)

mengemukakan media pengajaran secara keseluruhan adalah segala

benda dan alat yang digunakan untuk membantu pelaksanaan PBM IPS,

38

Page 43: Jasman Proposal+Angket

seperti slide, epidiaskup, proyektor, peta, globe, grafik, diagram, potret,

gambar, maket, diorama, film, tape recorder, video tape recorder, radio

dan lain-lain. Menurut Gagne yang dikutip oleh Arief Sadiman (2003: 6)

menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk dapat belajar.

Sementara itu Briggs (1970) dalam Arief Sadiman (2003: 7) berpendapat

bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah

contoh-contohnya.

Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaan

diantaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Jadi secara

luasnya media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa

yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan

ketrampilan.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Media sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran

guru. Guru tidak cukup memiliki pengetahuan tentang media tetapi dituntut

untuk tampil memilih, menggunakan media yang tepat, kalau

memungkinkan guru memiliki kemampuan untuk merancang dan

membuat media sendiri. Memilih dan menggunakan media perlu

memperhatikan aspek tujuan, materi, metode dan evaluasi. Penggunaan

39

Page 44: Jasman Proposal+Angket

media bukan semata-mata melaksanakan salah satu komponen

pengajaran, tetapi dengan media benar-benar berguna untuk

memudahkan penguasaan siswa dalam belajar. Upaya untuk mencapai

tujuan pembelajaran pendidikan IPS sangat terkait dengan kemampuan

guru dalam memanfaatkan media yang tersedia untuk kebutuhan

siswanya, siswa dilatih menjadi terampil dan penuh pengalaman dalam

menggunakan media. Proses pembelajaran yang didukung oleh media

secara lengkap dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.

Mengenai tujuan belajar dapat diwujudkan dalam bentuk :

1. Menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar.

2. Memperbaiki berfikir kreatif anak-anak, sifat keingintahuan, kerjasama,

harga diri dan rasa percaya pada diri sendiri khususnya dalam

menghadapi kehidupan akademik.

3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar.

4. Mengembangkan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi

dilingkunganya khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan

sosial teknologi (Sumantri ,1999 : 21).

Selanjutnya menurut Sumantri (1999 : 181) mengemukakan

prinsip-prinsip dalam memilih media yaitu :

1. Memilih media harus berdasarkan tujuan pengajaran dan bahan

pengajaran yang akan disampaikan.

2. Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru baik dalam

penggunaannya dan pengadaannya.

40

Page 45: Jasman Proposal+Angket

3. Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

4. Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada

waktu, tempat dan situasi yang tepat.

5. Memilih media harus memahami karakteristik dari media itu sendiri.

Sedangkan manfaat media bagi siswa memungkinkan dapat

mencapai peristiwa yang langka dan sukar dicapai. Misalnya Peristiwa

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 akan sulit

disaksikan. Tetapi dengan adanya foto-foto peristiwa berlangsung dapat

merasa lebih dekat, seolah-olah menyaksikan sendiri dengan lebih mudah

melakukan.

Contohnya pengamatan suatu wilayah sukar memberikan

gambaran yang menyeluruh, karena wilayah tersebut terlalu luas untuk

diamati secara langsung. Dengan menggunakan media peta dapat

memperoleh gambaran secara keseluruhan tentang wilayah yang diteliti.

Penggunaan media yaitu suatu proses pengambilan keputusan secara

sistematis berdasarkan spesifikasi desain pembelajaran yang akan

ditempuh dengan memperhatikan prinsip-prinsip pemanfaatan media yang

dikaitkan dengan karakteristik peserta didik (Sadiman, 2008:39). Menurut

Sadiman (2008:18) kegunaan Media pembelajaran adalah untuk:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.

2. Mengatasi ruang, waktu dan daya indera.

3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan variatif dapat

mengatasi sikap pasif anak.

41

Page 46: Jasman Proposal+Angket

4. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda.

c. Pengertian Media Film Dokumenter

Film merupakan salah satu alat yang ampuh di tangan orang yang

mempergunakannya secara efektif untuk sesuatu maksud terutama

terhadap masyarakat kebanyakan dan juga anak-anak yang memang

lebih banyak menggunakan aspek emosinya dibanding aspek rasionalnya,

dan langsung berbicara ke dalam hati sanubari penonton secara

meyakinkan.

Film juga sangat membantu dalam proses pembelajaran, apa yang

terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih

mudah diingat daripada apa yang hanya dapat dibaca saja atau hanya

didengar saja. Saat ini dengan berkembangnya teknologi, peralatan film

sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan

teknologi perfilman yang serba digital, telah memberikan kemudahan

kepada kita sebagai praktisi pendidikan, untuk meningkatkan dan

mengembangkan pemanfaatan film-film pendidikan yang lebih kreatif dan

inovatif. Dalam tesis ini, akan dibahas mengenai pengertian film,

kegunannya dalam pendidikan, kelebihan dan kelemahan film sebagai

media pembelajaran, dan jenis-jenis film yang digunakan dalam

pendidikan.

Menurut Heinrich yang dikutip (Nur laila, 2010) film dokumenter

adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula

memfiksikan yang fakta. Pola penting dalam film ini menurutnya, adalah

42

Page 47: Jasman Proposal+Angket

menggambarkan permasalahan kehidupan manusia meliputi bidang

ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya.

Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah

manusia. Misalnya, film tentang dampak globalisasi terhadap sosial

budaya di suatu daerah atau negara, film tentang sejarah kemerdekaan

Indonesia.

Film secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang

dituturkan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. Film

atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana

frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis

sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Sama halnya dengan film,

video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama

dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Selanjutnya Fungsi film

dalam proses pembelajaran terkait dengan tiga hal, yaitu untuk tujuan

kognitif, untuk tujuan psikomotor, dan untuk tujuan afektif. Dalam

hubungannya dengan tujuan kognitif, film dapat digunakan untuk:

1. Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak

yang relevan, seperti kecepatan obyek yang bergerak, dan sebagainya.

2. Mengajarkan aturan dan prinsip. Film dapat juga menunjukkan deretan

ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak. Misalnya

untuk mengajarkan arti ikhlas, ketabahan, dan sebagainya.

3. Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang

menunjukkan interaksi manusia.

43

Page 48: Jasman Proposal+Angket

Dalam hubungannya dengan tujuan psikomotor, film digunakan

untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media ini juga dapat

memperlambat atau mempercepat gerak, mengajarkan cara

menggunakan suatu alat, cara mengerjakan suatu perbuatan, dan

sebagainya. Selain itu, film juga dapat memberikan umpan balik tertunda

kepada siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan

mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak, setelah beberapa waktu

kemudian. Dengan hubungannya dengan tujuan afektif, film dapat

mempengaruhi emosi dan sikap seseorang, yakni dengan menggunakan

berbagai cara dan efek. Ia merupakan alat yang cocok untuk

memperagakan informasi afektif, baik melalui efek optis maupun melalui

gambaran visual yang berkaitan. Beberapa kelebihan film sebagai media

dalam pendidikan yaitu:

1. Film sangat bagus untuk menjelaskan suatu proses. Misalnya proses

penciptaan alam semesta.

2. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali

kejadian-kejadian sejarah yang lampau.

3. Film dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

4. Film dapat memikat perhatian anak.

5. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya

sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas.

6. Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera kita (penglihatan).

7. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.

8. Film dapat digunakan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil.

44

Page 49: Jasman Proposal+Angket

9. Film dapat menyampaikan suara seseorang ahli sekaligus melihat

penampilannya.

10. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

Kelemahan film sebagai media pendidikan antara lain:

1. Harga atau biaya produksi relatif mahal.

2. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga

tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan

melalui film tersebut.

3. Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan

belajar yang diinginkan, kecuali film itu dirancang dan diproduksi

khusus untuk kebutuhan sendiri.

Dalam menilai baik tidaknya sebuah film, bahwa film yang baik

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dapat menarik minat siswa.

2. Up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan.

3. Sesuai dengan tingkatan kematangan audiens.

4. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar.

5. Kesatuan dan sequence-nya cukup teratur.

6. Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup

memuaskan.

Jenis-jenis film untuk konteks pembelajaran diantaranya adalah

sebagai berikut :

a. Film Dokumenter

45

Page 50: Jasman Proposal+Angket

Film dokumenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan

fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta. Pola penting dalam film ini

menurutnya, adalah menggambarkan permasalahan kehidupan manusia

meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain

sebagainya. Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting

dari sejarah manusia. Misalnya, film tentang dampak globalisasi terhadap

sosial budaya di suatu daerah atau negara, film tentang sejarah

kemerdekaan Indonesia.

b. Docudrama

Docudrama yaitu film dokumenter yang membutuhkan

pengadegan. Kisah-kisah yang ada dalam docudrama adalah kisah yang

diangkat dari kisah nyata dari kehidupannyata, bisa diambil dari sejarah.

Misalnya, kisah teladan para Nabi dan Rasul.

c. Film Drama atau Semidrama

Film drama atau semidrama keduanya melukiskan human relation.

Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga tidak dari kisah nyata,

yakni dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah

cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena pelit, dan

sebagainya. Selain itu pengertian Film dokumenter menurut (Mudarwan,

2010), Film dokumenter adalah rekaman yang diambil langsung dari suatu

kejadian. Jadi film dokumenter tidak mengandung unsur skenario. Jadi

kesimpulanya adalah, media film dokumenter adalah suatu media

pembelajaran dalam bentuk rekaman film yang diambil secara langsung

yang bersifat dokumenter.

46

Page 51: Jasman Proposal+Angket

Beberapa keunggulan menggunakan film dokumenter, antara lain:

a. Merupakan media pembelajaran yang cukup terjangkau. Harga VCD

dan DVD dokumenter semakin terjangkau dan dapat digunakan

berulang kali (sebagai inventaris sekolah).

b. Dapat digunakan oleh hampir semua mata pelajaran (bidang studi),

IPA (Biologi, Fisika, Kimia), IPS (Sejarah, Geografi, Ekonomi), Bahasa,

Kesenian, PKn, dan lain-lain.

c. Peristiwa dan kejadian adalah kejadian yang sebenarnya (secara apa

adanya) “based on true story“

d. Mampu menghadirkan suasana dan kejadian seperti kejadian yang

sebenarnya tanpa membahayakan nyawa manusia, misalnya

menyaksikan peristiwa letusan gunung api. Akan sangat berbahaya

jika kita berada langsung di tempat kejadian letusan gunung api. Atau

dapat menghemat pembiayaan di dalam pembelajaran, misalnya saat

belajar tentang negara Afrika Selatan, kita tidak perlu ke sana, tetapi

dapat menyaksikan Afrika Selatan dalam tayangan dokumenter.

e. Peserta didik dapat mengingat materi pembelajaran dengan lebih baik,

karena dalam film terkandung unsur visual, audio, dan dramatik

(menggugah perasaan). Diharapkan film dokumenter dipilih secara

seksama dan jika film tersebut cukup panjang durasinya, maka dapat

diambil potongan (klip-nya) agar dapat mengefektifkan penggunaan

waktu belajar.

Penggunaan media film, film yang akan digunakan dalam

pembelajaran harus sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Film

47

Page 52: Jasman Proposal+Angket

sangat menarik sekali sebagai suatu media atau alat pembelajaran dan

hendaknya mendapat perhatian yang lebih banyak. Bila suatu sekolah

mempunyai proyektor film, maka guru harus mengenal film yang tersedia

dan lebih dulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi mata

pelajaran. Media film termasuk golongan audio-visual yang sebenarnya

adalah alat- alat yang dapat menghasilkan suara atau rupa dalam satu

unit. Film disini yang dimaksud adalah film sebagai alat audiovisual untuk

pengajaran, penerangan dan penyuluhan.

Kelebihan Media Film antara lain :

1) Memiliki semua kemampuan yang dimiliki oleh media audio, visual dan

gerak.

2) Memiliki efek menarik yang tidak dimiliki oleh media lain.

3) Dapat menyajikan pesan yang sukar dan langka karena telah direkam

terlebih dahulu.

d. Langkah-langkah menggunakan Media Film Dokumenter

Langkah-Langkah Pemanfaatan Film Dokumenter antara lain :

a) Langkah Persiapan Guru

Menyiapkan unit pelajaran, memilih film yang tepat untuk mencapai

tujuan pengajaran. Pertimbangan dalam memilih film : Panjangnya film,

tingkat rekomendasi film, tahun produksi, deskripsi dari film tersebut.

b) Mempersiapkan kelas

Audien dipersiapkan terlebih dahulu dan menjelaskan bagian-bagian

yang harus mendapat perhatian khusus sewaktu menonton film.

48

Page 53: Jasman Proposal+Angket

c) Langkah penyajian

Dalam penyajian ini harus dipersiapkan perlengkapan yang diperlukan,

antara lain : proyektor / LCD, layar, pengeras suara dan film.

d) Aktivitas lanjutan

Aktivitas lanjutan berupa tanya jawab guna mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan oleh film tersebut

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan .Menurut Blomm yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto

(1999 :130) hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu : aspek

kognitif, afektif dan psikomotor.

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat

dicapai pada saat atau periode tertentu.

Menurut Cronbach yang dikutip Imam Syafii (2007:29) belajar

ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu sebagai hasil

pengalaman. Disimpulkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Depdiknas

(2003:234): Dalam belajar paling tidak ada perubahan pengalaman dan

dianggap sebagai faktor-faktor dasar dalam belajar, sebagai berikut : (a)

pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku,

diakibatkan dari perpasangan rangsangan tak terkondisikan dengan suatu

rangsangan terkondisi, sebagai suatu fungsi pengalaman, rangsangan

49

Page 54: Jasman Proposal+Angket

terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh kemampuan untuk

mengeluarkan respon terkondisi.

Bentuk semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk

memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi

sekolah atau bidang-bidang studi, (b) belajar kontigunitas, yaitu

bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu

waktu, dan hal ini banyak dialami. Dilihat bagaimana asosiasi ini dapat

menyebabkan belajar dari ‘drill’ dan belajar strereotipe- stereotipe, (c)

belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku apakah perilaku itu akan

diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu, (d) pengalaman

belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. belajar

dari model-model dan masing-masing dimungkinkan menjadi suatu model

bagi orang lain dalam belajar observasional, (e) belajar kognitif terjadi

dalam pikiran dengan melihat dan memahami peristiwa-peristiwa sekitar,

dan dengan belajar menyelami pengertian.

Belajar sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap

informasi dan pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat

dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring

dengan persepsi, pikiran atau pengetahuan awal, dan perasaan siswa.

Belajar bukanlah proses penyerapan pengetahuan yang dapat ditentukan

oleh guru. Hal ini terbukti hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal

pengajaran sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama, cara

perlakuan sama.

50

Page 55: Jasman Proposal+Angket

Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun

pemahaman, maka partisipasi guru diharapkan jangan sampai merebut

otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Siswa harus

diberi kebebasan memberikan makna/pendapat atas materi yang

disampaikan guru, guru hanyalah membimbing mengarahkan apabila

pendapat siswa tadi menyimpang dari kebenaran atau maksud yang ingin

dicapai (Sardiman, 2001:17).

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan. Menurut Blomm yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto

(1999 :130) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek kognitif,

afektif dan psikomotor. Aspek kognitf meliputi: pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan

dengan penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi dan

internalisasi. Aspek psikomotor berkenaan dengan hasil belajar

ketrampilan dan kemampuan bertindak. Prestasi merupakan kecakapan

atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil

yang telah dicapai siswa dalam proses belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat

digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar

(Slameto, 1995:54-72). Faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi

belajar antara lain: (1) Latar pendidikan orang tua, semakin tinggi

pendidikan orang tua, maka anak dituntut harus berprestasi dengan

berbagai cara ditempuh untuk pengembangan prestasi belajar anak; (2)

51

Page 56: Jasman Proposal+Angket

Status ekonomi sosial orang tua, keadaan ekonomi keluarga erat

hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar harus

terpenuhi kebutuhan pokoknya, jika tidak maka dalam belajar akan

terganggu, jika misalnya anak dalam keluarga miskin kebutuhan pokoknya

tidak terpenuhi kesehatan terganggu akibatnya belajar anak terganggu;

(3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah, sarana

prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan sebagai tempat

yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar. Di

rumah diperlukan tempat belajar, bermain agar anak dapat berkreasi

sesuai apa yang diinginkan, sedangkan di sekolah harus mempunyai

ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman, ruang kepala dan lain

sebagainya supaya terjadi pembelajaran yang memadai, semuanya untuk

memberikan pelayanan kepada anak didik; (4) Media yang dipakai guru,

keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya media

yang digunakan dalam pendidikan yang dirancang; (5) Kompetensi guru

adalah cara guru dalam pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa

dengan metode atau program tertentu. Metoda atau program dijalankan

demi kemajuan pendidikan, keberhasilan pendidikan di sekolah

tergantung baik buruknya metoda atau program yang dirancang. Faktor

dari dalam yang mempengaruhi belajar yakni : (1) Kesehatan jasmani dan

rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, siswa

yang kesehatan baik akan mudah dalam belajar sehingga hasil belajarnya

akan baik dibanding dengan siswa yang kondisi kesehatannya kurang

baik; (2) Kecerdasan besar pengaruhnya dalam menentukan sesorang

52

Page 57: Jasman Proposal+Angket

dalam mencapai keberhasilan, seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi

akan lebih cepat dalam menghadapi dan memecahkan masalah,

dibandingkan dengan orang yang memiliki kecerdasan rendah. Siswa

yang mempunyai kecerdasan tinggi prestasi belajarnya akan tinggi

sementara siswa yang kecerdasannya rendah maka prestasi yang

diperoleh juga rendah; (3) Cara belajar seseorang mempengaruhi

pencapaian hasil belajarnya, belajar tanpa memperhatikan teknik dan

faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil

yang kurang memuaskan; (4) Bakat adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang, siswa yang belajar sesuai bakatnya akan lebih berhasil

dibandingkan dengan orang yang belajar di luar bakatnya; (5) Minat

seorang siswa yang belajar dengan minat yang tinggi maka hasil yang

akan dicapai lebih baik dibanding dengan siswa yang kurang berminat

dalam belajar; (6) Motivasi, sebagai faktor dari dalam berfungsi

menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan

adanya motivasi maka siswa akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula

siswa yang motivasi rendah prestasinya kurang baik.

Mata pelajaran sejarah adalah, mata pelajaran yang mempelajari

kehidupan atau peristiwa-peristiwa penting di masa lampau dan memiliki

pengaruh besar dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan sendi-sendi

kehidupan lainnya dalam masyarakat. Salah satu fungsi utama mata

pelajaran sejarah adalah mengabdikan pengalaman-pengalaman

masyarakat di waktu lampau yang sewaktu-waktu bisa menjadi

53

Page 58: Jasman Proposal+Angket

pertimbangan bagi masyarakat itu dalam memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi (I Gde Widja, 1989: 46). Tujuan luhur dari mata pelajaran

sejarah adalah menanamkan kebangsaan cinta tanah air, bangsa dan

negara serta sadar untuk menjawab untuk apa dilahirkan.

Polybius yang dikutip dalam Dadang Supardan (2008:64)

mengatakan bahwa sejarah adalah philosophy teaching by example,

semua orang memiliki dua cara untuk menjadi baik yaitu berasal dari

pengalaman dirinya sendiri dan berasal dari pengalaman orang lain.

Dalam hal ini film dokumenter tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia

sesuai Kompetensi Dasar Menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17

Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia, yang

ditayangkan di Kelas VIII SD. Sebagai media pembelajaran IPS film ini

diharapkan dapat memberi motivasi siswa terhadap mata pelajaran

sejarah, Dengan motivasi belajar yang tinggi diharapkan prestasi belajar

tinggi.

C. Kerangka Berpikir

Menurut Arikunto (2006:102) penelian tindakan kelas adalah

penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu dan

meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di

kelas dengan melihat kondisi siswa. Penelitian tindakan kelas sebagai

bentuk penelitian reflektif untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran

sehingga menjadi lebih efektif. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas (X) adalah media film dokumenter sedangkan aktivitas dan hasil

54

Page 59: Jasman Proposal+Angket

belajar merupakan variable terikat (Y). Kerangka pikir adalah hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat dalam rangka memberi jawaban

sementara tentang masalah yang akan diteliti sehingga memperjelas

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kerangka pikir ini terdapat

hubungan yang erat antara variabel bebas dan variabel terikat. Untuk

meningkatkan proses pembelajaran IPS di kelas diperlukan media

pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,

aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka

mencapai tujuan belajar, aktivitas siswa akan lebih meningkat apabila

kegiatan pembelajaran menggunakan media film dokumenter memberi

manfaat kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan tingkat

berfikir menjadi lebih konkrit.

Berdasarkan kerangka pikir diatas, disusun kerangka analitik

sebagai berikut :

Media film dokumenter(X1)

Motivasi belajar (X2)

Prestasi belajar (Y)

55

Page 60: Jasman Proposal+Angket

Kerangka analitik di atas menunjukkan bahwa proses belajar

mengajar sangat berkaitan dengan media film dokumenter dan aktivitas

dan hasil belajar. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta yang harus

dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber belajar utama

pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama dalam strategi

belajar. Untuk itu diperlukan strategi belajar baru yang lebih yang

memberdayakan siswa lebih aktif dengan menerapkan pembelajaran

dengan menggunakan berbagai media pembelajaran khususnya media

film dokumenter. Jadi media film dokumenter sangat menunjang dan

meningkatkan dalam proses pembelajaran IPS serta untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa.

D. Hipotesis

1. Ada pengaruh penggunaan media film dokumenter IPS terhadap

peningkatan prestasi belajar IPS pada Siswa Kelas VIII SMPN 2

Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju,

Propinsi Sulawesi Barat.

2. Ada pengaruh motivasi belajar IPS terhadap prestasi belajar IPS pada

Siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat,

Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.

3. Ada pengaruh interaksi antara penggunaan media film dokumenter IPS

dalam pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS

56

Page 61: Jasman Proposal+Angket

pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang

Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.

57

Page 62: Jasman Proposal+Angket

BAB III

METODEI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode

eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh, dengan memberikan treatment (perlakuan) tertentu.

Eksperimen bersifat validation atau menguji pengaruh satu atau lebih

variabel terhadap variabel lain. Variabel-variabel yang ada termasuk

variabel bebas atau independent variable dan variabel terikat atau

dependent variable, sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti

(Sukardi, 2008: 178). Dalam penelitian dibedakan 2 kelompok, yaitu

kelompok yang dalam pembelajaran tidak menggunakan media film

dokumenter IPS dengan pembelajaran yang menggunakan media film

dokumenter IPS. Variabel bebas terdiri atas variabel media film

dokumenter dan motivasi belajar siswa dengan variabel terikat prestasi

belajar sejarah siswa.

Penelitian ini, terdiri dari dua variabel bebas yaitu penayangan film

dokumenter dan motivasi belajar. Satu variabel terikat yaitu prestasi

belajar. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2x2.

Variabel bebas pertama (X1) yaitu pembelajaran IPS menggunakan

media film dokumenter dalam dan motivasi belajar (X2) merupakan

variabel aktif yaitu variabel dimanipulasi yang akan dikembangkan dan

ingin diketahui keefektifannya untuk pembelajaran. Kelompok siswa yang

58

Page 63: Jasman Proposal+Angket

diberi perlakuan dengan media film dokumenter IPS adalah kelompok

eksperimen, dilaksanakan di SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan

Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat, sedangkan

yang tidak menggunakan media film dokumenter IPS, dilaksanakan di

SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten

Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat sebagai kelompok kontrol. Variabel

terikatnya (Y) adalah prestasi belajar sejarah siswa. Rancangan penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2:

Faktor A Media pembelajaran

Faktor B

Media film dokumenter IPS (a1)

Tidak menggunakan Media media film dokumenter IPS (a2)

Motivasi belajar

Tinggi (b2) a1b1 a1b2

Rendah (b2) a2b1 a2b2

Keterangan

a1b1 : Kelompok siswa yang menggunakan media film dokumenter

IPS yang memiliki motivasi tinggi.

a2b1 : Kelompok siswa yang menggunakan media film dokumenter

IPS yang memiliki motivasi rendah.

a1b2 : Kelompok siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran

film dokumenter IPS memiliki motivasi tinggi.

a2b2 : Kelompok siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran

film dokumenter IPS memiliki motivasi rendah.

a1 : Pembelajaran menggunakan tayangan film dokumenter.

a2 : Pembelajaran tanpa menggunakan tayangan film documenter.

59

Page 64: Jasman Proposal+Angket

b1 : Motivasi belajar tinggi.

b2 : Motivasi belajar rendah.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2008:117). Menurut Siswandari (2009: 5),

populasi adalah “himpunan sampel atau anggota yang akan diamati.

Menurut Ary dkk yang dikutip oleh Sukardi ( 2009: 53) population is all

members of well defined class of people.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah keseluruhan subyek yang mempunyai kualitas atau cirri-

ciri yang telah ditetapkan dan menjadi sasaran penelitian untuk dipelajari

kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi penelitian ini adalah siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang

Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi

Barat.

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:118) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Suharsimi Arikunto

(1998:117) menjelaskan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi

yang diteliti. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

60

Page 65: Jasman Proposal+Angket

reprensentative atau mewakili populasi. Sampling adalah teknik

pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian. Dasar pengambilan sampel yaitu: Apabila subyeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian total populasi. Selanjutnya apabila jumlah

subyeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20 -

25% atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti (Arikunto , 1998:120).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah multistage sampling dan purposive sampling yakni sampel secara

bertahap dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti.

Tahapan pengambilan sampel adalah sebagai berikut: di SMPN 2

Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi

Sulawesi Barat ada 11 SMP yang berstatus negeri, dari 11 SMP negeri

diambil 2 sekolah yakni SMP 1 dengan SMP 7 secara purposive, dengan

pertimbangan SMP 1 dan SMP 7 mempunyai kesamaan : (1) Berada di

Mamuju; (2) Status sekolah tersebut sama-sama Negeri; (2) Seleksi

masuk melalui usia anak dan tempat tinggal; (3) Masa kerja guru rata-rata

sama: (4) Guru sudah bersertifikasi pendidik.

Dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang

Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi

Barat, dipilih SMPN sebagai kelompok kontrol. Kelas VIII SMPN 2

Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi

Sulawesi Barat kelompok eksperimen. Penelitian dilakukan dengan

61

Page 66: Jasman Proposal+Angket

menggunakan kaidah kuantitatif dengan menjawab pilihan ganda

sederhana untuk data prestasi, menjawab angket untuk data motivasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah

tertentu (Qonita Alya,2011:29). Metode pengumpulan data dengan

memberikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi

dari responden (Arikunto, 1993:124). Menurut Walgito Bimo (2000:60),

angket adalah merupakan suatu daftar berisi pertanyaan-pertanyaan yang

harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang akan diselidiki. Metode

ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pengaruh media film

dokumenter IPS dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata

pelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan

Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.

2. Metode Dokumen

Menurut Suharmi Arikunto (1998: 158) dokumentasi berasal dari

kata dokumen yang berarti barang-barang yang tertulis, misal: buku-buku,

majalah, dokumen peraturan, catatan-catatan dan sebagainya. Dokumen

juga bisa berupa barang-barang yang tidak tertulis, seperti: kaset, video,

film, dan Iain-lain. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan

untuk mendapatkan data-data mengenai nama siswa yang menjadi

sampel.

62

Page 67: Jasman Proposal+Angket

D. Validitas dan Reliabilitas

Sebelum pengumpulan data yang sebenarnya, instrument

penelitian perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu, agar mendapatkan data

yang benar-benar sahih dan dapat diandalkan. Pengujian ini untuk

mengetahui validitas maupun reabilitas setiap item butir

pertanyaan/pernyataan melalaui cara tertentu.

Uji coba dilakukan kepada 40 subyek yang memenuhi karakteristik

sama dengan subyek yang diteliti. Dalam hal ini pada kelas VIII SMPN

termasuk populasi namun tidak menjadi obyek penelitian. Sebelum tes

digunakan untuk menguji subyek penelitian, tes tersebut diujicobakan

terlebih dahulu pada siswa Kelas VIII SMPN di kelas yang tidak termasuk

sebagai subyek penelitian. Soal yang digunakan sebagai alat pengumpul

data tersebut sebelum digunakan dilakukan uji coba, dengan langkah

sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Instrumen tes Menguji validitas butir soal, dengan rumus korelasi

product moment dari Pearson :

rxy = N∑ XY−(∑ X )(∑ Y )

√ {N∑ X2−(∑ X

2 )}{N∑ Y2−(∑Y

2 )}( Suharsimi Arikunto,

1998 : 162)

Keterangan :

rxy : koefisien Validitas

N : Jumlah responden.

ΣX : Jumlah skor setiap butir pertanyaan.

63

Page 68: Jasman Proposal+Angket

ΣY : Jumlah skor total.

ΣXY : Jumlah butir dikalikan skor.

Pengujian hasil validitas dilakukan pada tingkat signifikansi 5%

yaitu dengan membandingkan koefisien validitas dengan r tabel. Butir soal

dapat dinyatakan valid jika nilai koefisien validitas > r tabel, dan gugur jika

koefisien validitas < r tabel. Dari 50 item pertanyaan yang diuji diperoleh

40 butir valid dan 10 butir soal dapat dinyatakan gugur.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat

ukur dapat diandalkan atau untuk mengukur tingkat kepercayaan

instrument, sehingga apabila digunakan lebih dari satu kali memiliki hasil

tetap. Bila alat pengukur yang dipakai dua kali untuk mengukur gejala

yang sama dan hasil pengukurannya relatif konsisten, maka alat tersebut

reliabel. Uji reliabel menggunakan rumus Alpha Cronbach

(Suharsimi,1998:192).

Rumus r11 = ( kk−1 )(1∑ σb

2

σ 12 )

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ σb2 = Jumlah varian butir

= varian total.

64

Page 69: Jasman Proposal+Angket

Hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha

Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,948. Jadi r11 > 0,600,

menunjukkan instrumen motivasi belajar adalah reliabel.

E. Variabel dan Pengukuran

a. Variabel Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis

penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

1.. Variabel bebas : media film dokumenter IPS, motivasi belajar

2. Variabel terikat : Prestasi Belajar

b. Pengukuran

Agar konsep-konsep dapat diteliti, maka harus dioperasikan dengan

cara menjabarkan variabel-variabel tertentu. Adapun variabel dalam

penelitian ini adalah variabel bebas (independence variabel) yang terdiri

dari tentang media film dokumenter IPS (X1) dan motivasi belajar (X2)

terhadap prestasi belajar IPS (Y) Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat,

Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi

Barat.

Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen PENGARUH MEDIA FILM DOKUMENTER IPS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN 3 GUMIRIH KECAMATAN SINGOGURUH BANYUWANGI

No Variabel Indikator Item1 Pengaruh Film

Dokumenter IPS (X1)1. Pembelajaran media film

dokumenter yang dilaksanakan menarik.

1 – 3

4 – 6

65

Page 70: Jasman Proposal+Angket

No Variabel Indikator Item2. Pembelajaran media film

dokumenter menyenangkan.3. Pembelajaran media film

dokumenter mudah dimengerti

4. Pembelajaran mendorong Anda untuk bekerja sama dengan teman n

5. Media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dijelaskan.

7 – 9

13 – 15

50

2 Motivasi Belajar (X2) 1. menyelesaikan tugas IPS tepat waktu

2. Segera menyelesaikan tugas IPS yang diberikan guru

3. berusaha mengerjakan tugas IPS dengan sungguh-sungguh

4. senang mengerjakan tugas IPS walaupun mengalami kesulitan.

5. mengerjakan tugas IPS walaupun tidak dikumpulkan

1 – 33 – 67 – 9

10 – 1213 – 15

3 Prestasi Belajar (Y) 1. Kemampuan menyusun program pengajaran

2. Kemampuan menyajikan program pengajaran

3. Kemampuan menganalisis hasil belajar

4. Kemampuan menyusun program perbaikan dan pengayaan

5. Kemampuan menyusun program bimbingan dan menindak lanjutinya.

1 – 3

4 – 6

7 – 9

10 – 12

13 – 15

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisa regresi berganda. Analisis regresi merupakan salah satu teknik

analisis data dalam statistika yang seringkali digunakan untuk mengkaji

hubungan antara beberapa variabel dan meramal suatu variabel (Kutner,

Nachtsheim dan Neter, 2004).

66

Page 71: Jasman Proposal+Angket

Istilah “regresi” pertama kali dikemukakan oleh Sir Francis Galton

(1822-1911), seorang antropolog dan ahli meteorologi terkenal dari

Inggris. Dalam makalahnya yang berjudul “Regression towards mediocrity

in hereditary stature”, yang dimuat dalam Journal of the Anthropological

Institute, volume 15, hal. 246-263, tahun 1885. Galton menjelaskan bahwa

biji keturunan tidak cenderung menyerupai biji induknya dalam hal

besarnya, namun lebih medioker (lebih mendekati rata-rata) lebih kecil

daripada induknya kalau induknya besar dan lebih besar daripada

induknya kalau induknya sangat kecil (Draper dan Smith, 1992).

1. Uji Asumsi Klasik

Sehubungan dengan penggunaan statistik parametrik dalam rangka

pengujuan hipotesis, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi

yang dipersyaratkan bagi terknik analisis yang digunakan. Uji persyaratan

yang harus dipenuhi untuk teknik analisis regrasi ganda meliputi (a) uji

normalitas, (b) uji linieritas, dan uji multikolinieritas (Santoso : 203 – 219)

a. Uji Normalitas.

Pada dasarnya penarikan sampel penelitian telah melalui prosedur

sampling yang tepat, namun tidak tertutup kemungkinan adanya

penyimpangan. Oleh karena itu terhadap sampel yang diambil terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang

diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Untuk pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

bantuan program computer SPSS versi 10 dengan melihat harga

kemiringan (skewness) dan tinggi rendahnya atau runcing datanya

67

Page 72: Jasman Proposal+Angket

berbentuk kurva (kurtosis). Kriteria untuk menentukan normal tidaknya

distribusi skor,digunakan batas toleransi kemiringan yang dikembangkan

oleh Person, yaitu nilai skewness (kemiringan) hasil perhitungan berada

antara -0,5 sampai 0,5 (Sujana, 1992).

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk melihat linieritas hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu metode kolaborasi (X1), dan

gaya belajar (X2) dengan prestasi belajar siswa (Y). Kaidah yang

digunakan adalah jika p lebih besar 0,05 maka sebarannya dinyatakan

linier, dan sebaliknya jika p lebih kecil atau sama dengan 0,05 (Sutrisno

Hadi, 1994;118)

Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier atau tidak. Untuk uji

linieritas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program

SPSS 10 (Santoso,2000:214)

c. Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas didasarkan pada

perhitungan koefisien korelasi antara variabel bebas. Perhitungan uji

multikolinieritas dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi

10. Pedoman yang dipergunakan untuk menentukan multikolinieritas

antara variabel adalah dengan melihat nilai korelasi antara variabel bebas.

Jika koefisien korelasi antara variabel bebas ≥ 0,85 (Edwards, 1999),

berarti terjadi multikolinieritas antara veriabel bebas. Sebaliknya jika

68

Page 73: Jasman Proposal+Angket

koefisien korelasi antara veriabel ≥ 0,85, maka tidak terjadi

multikolinieritas antara variabel bebas.

Dalam mengkaji hubungan antara beberapa variabel menggunakan

analisis regresi, terlebih dahulu peneliti menentukan satu variabel yang

disebut dengan variabel tidak bebas dan satu atau lebih variabel bebas.

Jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh satu variabel bebas terhadap

variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model

regresi linier sederhana. Kemudian Jika ingin dikaji hubungan atau

pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas,

maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier berganda

(multiple linear regression model). Kemudian untuk mendapatkan model

regresi linier sederhana maupun model regresi linier berganda dapat

diperoleh dengan melakukan estimasi terhadap parameter-parameternya

menggunakan metode tertentu. Adapun metode yang dapat digunakan

untuk mengestimasi parameter model regresi linier sederhana maupun

model regresi linier berganda adalah dengan metode kuadrat terkecil

(ordinary least square/OLS) dan metode kemungkinan maksimum

(maximum likelihood estimation/MLE) (Kutner et.al, 2004).

Pada pelatihan ini dikaji analisis regresi linier berganda atau sering

juga disebut dengan regresi klasik (Gujarati, 2003). Kajian meliputi kajian

teori dan aplikasinya pada studi kasus disertai dengan teknik analisis dan

pengolahan datanya dengan bantuan software SPSS under windows versi

15.0.

69

Page 74: Jasman Proposal+Angket

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Alasan menggunakan regresi linear ganda karena penelitian ini

bertujuan unluk mencari benluk hubungan (relasi) linear antara satu

variabel terikal Y dan variabel bebas X. (Budiyono. 2004: 275).

Agar supaya regresi yang diperoleh dapal dipakai unluk

melakukan prediksi secara cermat, koefisien-koefisien regresinya (yailu

bb b2, b3) perlu diuji keberartiannya.

Untuk menguji keberartian koefisien regresi bi digunakan siatislik uji

dengan menggunakan rumus sebagai berikul (Budiyono, 2004: 286): yaitu

variabel random berdisiribusi t dengan derajat kebebasan n-k-1.

Perhitungan nilai t tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan

bantuan program SPSS.

3. Uji Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis nomor satu sampai empat dengan

menggunakan analisis Anova satu jalur dengan bantuan komputer

program versi 10 (Santoso, 2000 : 261), analisa regresi linier ganda

dengan rumus sebagai berikut :

a. Uji t (parsial):

Bentuk umum model regresi linier berganda dengan p variabel

bebas adalah seperti pada persamaan berikut (Kutner, Nachtsheim dan

Neter, 2004).

70

Page 75: Jasman Proposal+Angket

Yi = 0 + 1Xi1 + 2Xi2 + … + p - Xi, p – 1 + i

dengan:

Yi adalah variabel tidak bebas untuk pengamatan ke-i, untuk i = 1, 2, …, n.

0, 1, 2, … p – 1 adalah parameter.

Xi1 , Xi2, … Xip– 1adalah variabel bebas.

I adalah sisa (error) untuk pengamatan ke-i yang diasumsikan

berdistribusi normal yang saling bebas dan identik dengan rata-rata 0 (nol)

dan variansi 2.

b. Uji F (Simultan)

Analisis secara bersama-sama digunakan Linier berganda dengan

tujuan untuk mengetahui pengaruh keseluruhan variabel bebas terhadap

variabel terikat, dengan melihat signifakansi perolehan r2 dengan bantuan

komputer program SPSS 16,0 (Santoso, 2007 : 324)

Uji hipotesis dengan uji F digunakan untuk mengetahui apakah

variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat

dengan tingkat kepercayaan alpha = 0,05. Hasil dari perhitungan uji F

dibandingkan dengan nilai yang terdapat pada tabel F. sedangkan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh masing – masing variabel bebas

terhadap variabel terikat, maka dilakukan pengujian koefisien regresi (Uji

F) dengan tingkat kepercayaan alpha = 0,05

c. Koefisien Determinasi Simultan.

Keofisien determinasi simultan pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi simultan adalah antara nol dan satu. Nilai R2

71

Page 76: Jasman Proposal+Angket

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen sangat

terbatas. Kelemahan koefisen determinasi simultan adalah adanya bias

terhadap sejumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model.

Oleh karena itu,  lebih baik menggunakan Adjusted R2. Apabila adjusted

R2 bernilai negatif maka nilai adjusted R2 dianggap nol.

72

Page 77: Jasman Proposal+Angket

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Suharjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Anitah, Sri. 2008. Media Pembelajaran. Solo: UNS Press.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali pers.

Bruce Joyce, Marsha Weil & Emily Calhoun. 2011. Models of Theaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

DePorter Bobbi & Mike Hernacki, 2000. Quantum Learning. Bandung : Kaifa. DEPDIKNAS , 2003. Undang-undang Sistem pendidikan Nasional No.20 . Jakarta

Diyanasosant, 2011. Media Pembelajaran Berbasis Film. [online]. Tersedia: http://diyanasosant.wordpress.com/2011/12/01/metode-penelitian-kuantitatif/ [18 Februari 2012].

Draper, N. dan Smith, H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Edisi Kedua. Terjemahan Oleh Bambang Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : P.T. Refika Aditama

Gujarati, N.D. 2003. Basic Econometrics. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Rineka Aditama.

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung : Universitas Lampung

Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression Models. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

73

Page 78: Jasman Proposal+Angket

Mangkoesapoetra, Arief achmad. 2005. Pembelajaran Pendidikan IPS di tingkat SekolahDasar. [online].Tersedia:http://re-searchengines.com/0805arief7.html. [15 mei 2012].

Mudarwan, 2010. Film Dokumenter sebagai media Belajar. [Online ]. Tersedia : http://mudarwan.wordpress.com/2010/06/20/film-dokumenter-sebagai-media- belajar/. [ 18 Februari 2012 ]

Nasution. 1986. Berbagai Pendekatan Dalam proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

NCSS. 2002. Strategies for Integrating Media Literacy Into the Social Studies Curriculum.[Online].Tersedia :http://www.mediad.org/studyguides/Strategies for Integrating Media Literacy/html. [10 November 2011]

NCSS. 2003. Curriculum Standard for Social Studies. [Online]. Tersedia : http://www.ncss.org/. [14 februari 2012]

Nur Laila, 2010. Film Sebagai Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://elachan87.blogspot.com/2010/01/film.html [ 18 Februari 2012]

Olson, Matthew H & Hergenhahn. 2010. Theories Of Learning. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Pargito, 2010. Dasar-dasar Pendidikan IPS. Bandar Lampung : Program Pasca Sarjana Pendidikan IPS Universitas Lampung ---------. 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Bandar Lampung : Anugrah Utama Raharja.

Pranata. 2008. Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia : http://puslit.petra.ac.id/journals/interior. [1 April 2011]

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.

Rusyan, A. Tabrani. 1993. Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta : Bina Budhaya Bandung.

Sadiman, Arif. 2003. Media Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sagala, Saiful. 2005. Konsep dan makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Salma Prawiradilaga, Dewi. 2007. Prinsip Disain pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana

74

Page 79: Jasman Proposal+Angket

Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sapriya. 2009. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung : P.T.Remaja Rosdakarya. Sumaatmaja, Nursid. 1996. Metodologi Pengajaran Geografi. Bandung : Bumi Akasara

Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers

Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Edisi Kedua. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Smith, Mark K. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta : Mirza Media Pustaka.

Suciati & Prasetya Irawan. 2001. Teori belajar dan motivasi . Pusat antar Universitas untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Jakarta: Depdiknas Ditjen Pendidikan Tinggi.

Sudjiono, Anas. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2008. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : PT. Alfabeta.

Sujana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.

Sukmadinata. 2006. Metode penelitian pendidikan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia PT. Remaja Rosdakarya.

Sumantri, Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud : PPGSD

Syah, Muhibbin. 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : P.T.Remaja Rosda Karya.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher Sekretariat Negara. (UU RI No.20 Th.2003). Jakarta : Sinar Grafika.

Wardahani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka

Widarjono, A. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

75

Page 80: Jasman Proposal+Angket

Lampiran 1 Angket untuk Siswa

Angket Respon Siswa Terhadap Media Film Dokumenter

Petunjuk1. Isilah kuesioner ini secara jujur dan sesuai dengan fakta. Pengisian kuisioner

ini tidak ada hubungannya dengan nilai.2. Bacalah setiap pertanyaan dan pilihlah jawaban “Ya” atau “Tidak” dengan

memberi tanda centang (V) pada kolom yang disediakan.

No Pertanyaan S ST R TS STS1 Apakah pembelajaran media film dokumenter

yang dilaksanakan menarik?2 Apakah pembelajaran media film dokumenter

menyenangkan?3 Apakah pembelajaran media film dokumenter

mudah dimengerti?4 Apakah Anda termotivasi untuk belajar media

film dokumenter?5 Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk

bekerja sama dengan teman?6 Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam

kemandirian?7 Apakah media yang digunakan menarik?8 Apakah media yang digunakan dapat membantu

untuk memahami materi yang dijelaskan?9 Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS

membantu Anda dalam belajar?10 Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS

mudah dipahami?11 Apakah tugas-tugas dalam LKM memberi

tantangan belajar?12 Apakah asesmen dan evaluasi dilaksana secara

transparan?13 Apakah asesmen sesuai dengan materi yang

dibelajarkan?14 Apakah instrumen asesmen mudah dipahami

maksudnya?15 Apakah menurut Anda soal-soal dalam tes sesuai

dengan kompetensi yang dituntut?Angket Motivasi Belajar

76

Page 81: Jasman Proposal+Angket

No Pertanyaan SS S R TS STS1 Saya menyelesaikan tugas IPS tepat

waktu2 Saya ingin sesegera mungkin

menyelesaikan tugas IPS yang diberikan guru

3 Saya berusaha mengerjakan tugas IPS dengan sungguh-sungguh

4 Saya senang mengerjakan tugas IPS walaupun mengalami kesulitan

5 Saya tetap mengerjakan tugas IPS walaupun tidak dikumpulkan

6 Saya tetap mengerjakan tugas yang diberikan meskipun tidak menarik

7 Saya tidak akan berhenti mengerjakan tugas IPS sebelum selesai

8 Apabila tugas yang diberikan sulit, saya merasa tertantang

9 Saya senang membaca pelajaran/ pengetahuan IPS sendiri meski belum diajarkan guru

10 Saya mengerjakan tugas IPS sendiri tanpa bantuan teman

11 Apabila ada tugas IPS, saya mengerjakannya di sekolah sebelum pelajaran di mulai bersama teman-teman

12 Saya mengerjakan soal-soal yang ada dibuku meskipun tidak ditugaskan guru

13 Saya bosan dengan tugas-tugas yang diberikan guru karena terlalu mudah

14 Saya senang jika guru memberikan tugas yang bervariasi

15 Pada saat diskusi IPS di kelas, saya berusaha mempertahankan pendapat saya

16 Apabila jawaban saya benar, saya mempertahankan jawaban saya dihadapanguru

17 Saya berargumentasi ketika diskusi IPS di kelas

18 Saya berhasil mempertahankan argumentasi saya di kelas

19 Saya tidak dapat mempertahankan

77

Page 82: Jasman Proposal+Angket

No Pertanyaan SS S R TS STSpendapat saya ketika diskusi tugas IPS di kelas

20 Selain mengerjakan soal-soal IPS dari sekolah, saya juga mencari soal-soal di buku/sumber lain dan berusaha memecahkannya

21 Jika saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal IPS, saya berusaha mencari pemecahan dari buku/sumber lain

22 Saya malas mempelajari IPS dari buku/sumber lain

23 Saya bertanya pada orang yang lebih tahu jika menemui kesulitan dalam memecahkan soal-soal IPS

78