Top Banner

of 21

Japanese Fashion

Jul 14, 2015

Download

Documents

Muhamad Farhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Japanese fashionMuhammad Fauzi A Muhammad Ahyar Rindu Amal Mulia Silvia Carolina Wildayanti Octaviani

Latar BelakangJapanese fashion (busana/mode bergaya Jepang) merupakan perpaduan gaya tradisional Jepang dan modern. Hampir sebagian besar busana tradisional Jepang kini berevolusi menjadi street fashion meskipun sesekali busana tradisional asli masih dapat kita jumpai di beberapa kota besar Jepang. Baju Jepang mulai menandingi tata busana gaya barat semenjak abad 21 dan selanjutnya sekarang berubah menjadi apa yang disebut dengan street fashion. Istilah tersebut digunakan untuk mendeskripsikan

Mode Pakaian Masyarakat JepangPakaian di Negara Jepang disesuaikan dengan musimmusim yang terjadi di Negara tersebut, selain itu juga disesuaikan dengan usia dari pemakai dan peristiwa atau kesempatan. Pakaian Jepang yang disesuaikan dengan musim, misalnya pada musim semi orang Jepang menggunakan pakaian dengan warna-warna musim semi seperti mata air atau bunga-bunga pada musim semi. Pada musim gugur, orang Jepang menggunakan pakaian dengan nuansa musim gugur seperti daun-daun, bunga krisan. Kulit pohon. Pada musim dingin terutama mendekati liburan pakaian Jepang didesain dengan nuansa musim dingin seperti pohon bambu, bunga-bunga kayu tusam yang menandakan semoga sukses dan makmur. Pada musim panas masyarakat Jepang menggunakan pakaian dari katun sedangkan pada musim gugur dan musim dingin mereka menggunakan pakaian yang berlapis.

KimonoKata kimono secara harfiah mempunyai arti sesuatu yang dikenakan seseorang dan dilafalkan kee-mo-no. Bagi orang Jepang, Kimono juga dikenal dengan sebutan Wafuku (secara harafiah: "pakaian Jepang") atau Gofuku (secara harafiah: "pakaian dari zaman Go di Tiongkok") untuk membedakannya dengan pakaian ala barat yang disebut Yofuku.

Sejarah Pakaian Tradisional Kimono Selama periode Heian 794-1185 Selama periode Kamakura dari 1185-1133 Pada tahun 1615 Dari tahun 1868-1912 Selama periode Taisho dari 1912-1926 Selama periode Showa 1926-1989

Aksesoris dan Perlengkapan Kimono Hakama Geta, Kanzashi Obi Tabi Warajii Z ri

Jenis-jenis KimonoKimono untuk Priaa. Montsuki lengkap dengan mengenakan Hakama dan Haori. b. Ki Nagashi

Kimono untuk WanitaKurotomesode Kurotomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah motif indah padasuso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acaraacara yang sangat resmi.

Tomosode Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif

Furisode Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atauhatsu mode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ish termasuk salah satu jenis furisode.

Homongi H mon-gi (arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.

Iromuji Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.

Tsukesage Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.

Komon Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil- kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.

Tsumugi Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.

Yukata Yukata adalah jenis kimono nonformal Jepang yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Secara harfiah istilah Yukata berarti: baju sesudah mandi. Dipakai untuk kesempatan santai di musim panas (natsu). Dibuat dari kain yang mudah dilewati angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam berendam dengan air panas. Menurut urutan tingkat formalitas, yukata adalah kimono nonformal yang dipakai pria dan wanita pada kesempatan santai di musim panas, misalnya sewaktu melihat pesta kembang api, matsuri (ennichi), atau menari pada perayaan obon.

Pakaian pengantin wanita Jepang (Hanayome Isho) terdiri dari Kimono jenis Furisode yang dibuat khusus untuk dikenakan pengantin wanita pada saat upacara pernikahan berwarna putih disebut Shiromuku. Shiro artinya putih dan maku berarti murni atau suci Shiromuku adalah Kimono Furisode yang tidak bermotif dan berwarna putih bersih. Sedangkan untuk resepsi pernikahan tradisional Jepang menggunakan Uchikake atau kimono bermotif dari kain brukat sutera (sejenis mantel yang dikenakan di atas Furisode).

Pakaian Pengantin Jepang

Pakaian ModernStreet kini telah menjadi trend yang paling populer di Jepang. Hal itu tidak lepas dari peran anak-anak muda Jepang yang mengenakan berbagai pakaian aneh di daerah perkotaan seperti Harajuku, Ginza, Odaiba, Shinjuku, dan Shibuya. Beberapa contoh gaya yang populer di Jepang antara lain Lolita, Cosplay, Kogal, Ganguro, B s zoku, dan Elegant Gothic Aristrocrat.

Harajuku StyleHarajuku adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Pada tahun 1906, Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Setelah itu, Omotesando (jalan utama ke kuil) dibangun pada tahun 1919 setelah Kuil Meiji didirikan. Setelah dibukanya berbagai department store pada tahun 1970an, Harajuku menjadi pusat busana. Kawasan ini menjadi terkenal di seluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti Anan dan non-no. Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no. Sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang berdandan aneh dan menari di jalanan. Setelah ditetapkan sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit anak-anak muda.

Pakaian FormalPakaian Sekolah Pada tahun 1921, seragam sailor pertama kali dipakai di Jepang. Pada tahun yang sama, sekolah Kinjou Gakuin di Aichi juga memutuskan menggunakan seragam sailor. Adapun anak laki-laki mereka berseragam seperti tentara Jepang dulu, lengkap dengan topinya yang disebut dengan `gakuran`. Sebenarnya pakaian sailor untuk siswi juga agak berkesan militer.

Pakaian Bekerja Umumnya pakaian yang digunakan oleh pria dewasa yang akan bekerja sama saja dengan di Negara kita, yaitu menggunakan kemeja di dalam, memakai dasi, kemudian paling luar adalah jas. Celana berwarna gelap dan memakai ikat pinggang.