Top Banner
J ANGKA R 1 Prosesi Launching Sekar Bumi Hong Kong ditandai pembacaan Orasi Kebudayaan oleh Anggie Camat di Hotung Secondary School, Causeway Bay, Minggu (25/5). Berita terkait bisa dilihat di halaman 2 BBM Naik, Jumlah Rakyat Miskin Bertambah GelaraN Redaksi J ANGKA R Penanggungjawab: Presidium Sekar Bumi, Koordinator: Rubi Setiadinanti, Redaksi: Etik Juwita, Yukee Muchtar, Anggie Camat, Dokumentasi: Yukee Muchtar, Fotografer: Anan Telepon : (852) 95858513, 9769 2569 Alamat Redaksi : Wanchai, Hong Kong, Alamat Email: [email protected], [email protected] Terbit Setiap Bulan Diterbitkan Oleh Sekar Bumi Hong Kong J ANGKA R Media Alternatif Buruh Migran Indonesia Buletin Bulanan Vol. I No.4, Juni 2008 Website : http://sekarbumihk.multiply.com & http://sekarbumihk.blogspot.com M ESKI mendapat penolakan dari rakyat, pemerintah tetap menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 30 persen pada Sabtu (24/5) lalu. Kenaikan harga ini diperkirakan akan menambah jumlah rakyat miskin menjadi 3 juta jiwa di Tanah Air. Kenaikan harga BBM ini berkaitan dengan melejitnya harga minyak dunia yang mencapai US$ 120 /barel. Sehingga untuk menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pemerintah menghilangkan subsidi minyak konsumsi. Langkah menaikan harga BBM ini adalah yang ketiga kalinya dilakukan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – Jusuf Kalla setelah sebelumnya harga BBM naik 30 persen (Maret 2005) dan 120 persen (1 Oktober 2005). Pemerintah juga mengambil langkah keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengingat Indonesia bukan lagi sebagai pengekspor tapi pengimpor minyak, hal ini karena selisih antara produksi dan konsumsi mencapai 300 juta barel/hari. Dengan demikian, Indonesia tidak lagi punya hak suara untuk menentukan harga minyak dunia. Dengan penghapusan subsidi minyak, maka negara menghemat biaya subsidi sebesar Rp. 34,5 triliun. Di mana sebanyak 19 juta lebih rakyat miskin akan mendapat bantuan langsung tunai (BLT). Namun langkah pemerintah ini dinilai oleh banyak pihak sebagai aksi suap dan tidak mendidik. Wali kota Blitar, Djarot Saiful Hidayat, bahkan menyatakan tidak akan membagikan dana BLT itu. Sementara anggota Komisi XI (Perbankan dan Keuangan) DPR Drajat Wibawa memperkirakan dengan kenaikan harga BBM jumlah rakyat miskin akan bertambah sebanyak 3 juta jiwa. Menurutnya, seperti diberitakan sejumlah media di Indonesia, pemerintah hanya memikirkan pembengkakan APBN tanpa memikirkan masyarakat berpenghasilan rendah. Aksi penolakan kenaikan harga BBM ini juga sempat meluas di kalangan buruh migran Indonesia (BMI) di Hong Kong dengan menggelar demo di depan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI). BMI menilai dengan naiknya harga BBM beban mereka akan semakin bertambah. Beberapa BMI yang sempat dimintai tanggapan oleh JangkaR juga menyatakan sangat tidak suka dengan kenaikan harga BBM ini. “Masih ada cara lain, misalnya dengan menurunkan gaji pejabat dan menghilangkan subsidi tidak penting lainya, pengembalian dana yang telah dikorupsi kepada rakyat dan memperbarui kontrak perhitungan minyak kita dengan pihak kilang minyak mentah kita. Logikanya, kita yang punya minyak mentahnya, masak kita juga yang bayar mahal?” ungkap seorang BMI yang enggan namanya ditulis kepada JangkaR. *** Etik Juwita Imbas Kenaikan BBM buat BMI K EPUTUSAN pemerintah mengenai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 23 Mei lalu, benar-benar mempunyai imbas yang sangat luar biasa terhadap semua kalangan masyarakat. Karena secara tidak langsung, kenaikan harga BBM juga mempengaruhi melonjaknya semua harga kebutuhan bahan pokok, yang mengakibatkan semakin banyaknya rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah tidak dapat menyelesaikan masalah, namun malah semakin semrawut. Sementara itu, imbas bagi para BMI sendiri adalah mereka dituntut untuk mengirim uang lebih banyak ke keluarga di Indonesia lebih dari biasanya. Namun yang menjadi masalah, sampai saat ini ialah mengenai tuntutan BMI soal kenaikan gaji yang belum ditanggapi pemerintah Hong Kong, serta masih banyaknya kasus underpayment, yang membuat BMI harus bertahan bekerja ke luar negeri lebih lama. Sementara itu di Indonesia sendiri karena minimnya lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi yang selalu meningkat, membuat orang-orang berbondong-bondong untuk bekerja ke luar negeri, dengan harapan bekerja ke luar negeri akan dapat mengubah hidup lebih layak daripada bekerja di negeri sendiri. *** (R-2)
4

JangkaR edisi 4

Mar 18, 2016

Download

Documents

etik juwita

Buletin terbitan organisasi buruh migran Indonesia di Hong Kong, Sekar Bumi, terbit tiap bulan.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: JangkaR edisi 4

JANGKAR• 1

Prosesi Launching Sekar Bumi Hong Kong ditandai pembacaan Orasi Kebudayaan oleh Anggie Camat di Hotung Secondary School, Causeway Bay, Minggu (25/5). Berita terkait bisa dilihat di halaman 2

BBM Naik, Jumlah Rakyat Miskin Bertambah

GelaraN

Redaksi JANGKAR

Penanggungjawab: Presidium Sekar Bumi, Koordinator: Rubi Setiadinanti, Redaksi:

Etik Juwita, Yukee Muchtar, Anggie Camat, Dokumentasi: Yukee Muchtar, Fotografer: Anan

Telepon : (852) 95858513, 9769 2569

Alamat Redaksi : Wanchai, Hong Kong, Alamat Email: [email protected],

[email protected]

Terbit Setiap Bulan

Diterbitkan Oleh Sekar Bumi Hong Kong

JANGKAR Media Alternatif Buruh Migran Indonesia Buletin Bulanan Vol. I No.4, Juni 2008

Website : http://sekarbumihk.multiply.com & http://sekarbumihk.blogspot.com

MESKI mendapat penolakan dari rakyat, pemerintah tetap menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 30 persen pada

Sabtu (24/5) lalu. Kenaikan harga ini diperkirakan akan menambah jumlah rakyat miskin menjadi 3 juta jiwa di Tanah Air.

Kenaikan harga BBM ini berkaitan dengan melejitnya harga minyak dunia yang mencapai US$ 120 /barel. Sehingga untuk menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pemerintah menghilangkan subsidi minyak konsumsi. Langkah menaikan harga BBM ini adalah yang ketiga kalinya dilakukan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – Jusuf Kalla setelah sebelumnya harga BBM naik 30 persen (Maret 2005) dan 120 persen (1 Oktober 2005).

Pemerintah juga mengambil langkah keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengingat Indonesia bukan lagi sebagai pengekspor tapi pengimpor minyak, hal ini karena selisih antara produksi dan konsumsi mencapai 300 juta barel/hari. Dengan demikian, Indonesia tidak lagi punya hak suara untuk menentukan harga minyak dunia.

Dengan penghapusan subsidi minyak, maka negara menghemat biaya subsidi sebesar Rp. 34,5 triliun. Di mana sebanyak 19 juta lebih rakyat miskin akan mendapat bantuan langsung tunai (BLT).

Namun langkah pemerintah ini dinilai oleh banyak pihak sebagai aksi suap dan tidak mendidik. Wali kota Blitar, Djarot Saiful Hidayat, bahkan menyatakan tidak akan membagikan dana BLT itu. Sementara anggota Komisi XI (Perbankan dan Keuangan) DPR Drajat Wibawa memperkirakan dengan kenaikan harga BBM jumlah rakyat miskin akan bertambah sebanyak 3 juta jiwa. Menurutnya, seperti diberitakan sejumlah media di Indonesia, pemerintah hanya memikirkan pembengkakan APBN tanpa memikirkan masyarakat berpenghasilan rendah.

Aksi penolakan kenaikan harga BBM ini juga sempat meluas di kalangan buruh migran Indonesia (BMI) di Hong Kong dengan menggelar demo di depan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI). BMI menilai dengan naiknya harga BBM beban mereka akan semakin bertambah. Beberapa BMI yang sempat dimintai tanggapan oleh JangkaR juga menyatakan sangat tidak suka dengan kenaikan harga BBM ini.

“Masih ada cara lain, misalnya dengan menurunkan gaji pejabat dan menghilangkan subsidi tidak penting lainya, pengembalian dana yang telah dikorupsi kepada rakyat dan memperbarui kontrak perhitungan minyak kita dengan pihak kilang minyak mentah kita. Logikanya, kita yang punya minyak mentahnya, masak kita juga yang bayar mahal?” ungkap seorang BMI yang enggan namanya ditulis kepada JangkaR. ***

Etik Juwita

Imbas Kenaikan BBM buat BMI

KEPUTUSAN pemerintah mengenai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 23 Mei lalu,

benar-benar mempunyai imbas yang sangat luar biasa terhadap semua kalangan masyarakat. Karena secara tidak langsung, kenaikan harga BBM juga mempengaruhi melonjaknya semua harga kebutuhan bahan pokok, yang mengakibatkan semakin banyaknya rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Sementara Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah tidak dapat menyelesaikan masalah, namun malah semakin semrawut.

Sementara itu, imbas bagi para BMI sendiri adalah mereka dituntut untuk mengirim uang lebih banyak ke keluarga di Indonesia lebih dari biasanya.

Namun yang menjadi masalah, sampai saat ini ialah mengenai tuntutan BMI soal kenaikan gaji yang belum ditanggapi pemerintah Hong Kong, serta masih banyaknya kasus underpayment, yang membuat BMI harus bertahan bekerja ke luar negeri lebih lama.

Sementara itu di Indonesia sendiri karena minimnya lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi yang selalu meningkat, membuat orang-orang berbondong-bondong untuk bekerja ke luar negeri, dengan harapan bekerja ke luar negeri akan dapat mengubah hidup lebih layak daripada bekerja di negeri sendiri. *** (R-2)

Page 2: JangkaR edisi 4

2 •JANGKAR

K r o n i KPenampilan bidang musik Sekar Bumi membawakan lagu-

lagu perjuangan Tikar Plastik Tikar

Pandan, Lagu Sekar Bumi, Buruh Mi-

gran, Keselatan, dan Untuk Indoneisa

diiringi guitar akus-tik oleh Dewa dan

Kiki seperti tampak dalam gambar

P a n g g u n G

Tari Merak Merak Wetanan sebuah

kreasi dari anggota Sekar Bumi Dwi

B Emas sekaligus sebagai koordina-

tor tari tradisional. Tampak dalam

gambar tiga penari Dwi, Puri dan Tria

sedang beraksi den-gan iringan musik

Minggu (25/5)

Bidang Teater Sekar Bumi tidak ketinggalan unjuk kebolehan dalam

launching. Dengan judul Akhir D2,

para pemain ber-hasil berakting

ciamik. Tampak dalam gambar

adegan dalam tiga babak. Minggu

(25/5)

Tarian Hip-Hop bertajuk Kiss-Kiss

ikut menye-marakkan pada

acara Launching Sekar Bumi ,

Minggu(25/5) di Hotung Secondary School, Causeway Bay. Dengan di-

gawangi Deo, tarian tersebut dapat me-

mukau penonton

Bidang Sastra & Jurnalistik

menampilan pemba-caan dua puisi dan

cerita pendek dalam launching. tampak dalam gambar Etik

Juwita sedang mem-bacakan cerpen

karyanya ber judul Seharusnya Ber-

judul Celana Dalam. Minggu (25/5)

Acara Launching Sekar Bumi diikuti

partisipasi dari pulu-han organisasi BMI. Pada acara tersebut,

Buletin JangkaR menerbitkan Edisi

Spesialnya. Tampak pengisi acara sedang

serius membaca buletin JangkaR sebelum pentas

dimulai. Minggu

menjadi juara 1 lomba tari sekaligus menjadi peserta lomba tari dengan penampilan terbaik karena kostum yang mereka kenakan juga tergolong unik.

Kreator tari babu, Tarini Sorrita kepada JangkaR mengatakan, bahwa ide tari babu karena tidak lepas dari keberadaan buruh migran di Hong Kong yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga.

“Saya cuma pengin nunjukin, bahwa kami juga menciptakan tarian yang bukan sekedar tari. Tapi tarian kami juga ada maknanya. Dengan tari babu, kami ingin menunjukkan bagaimana aktivitas kami sebagai PRT,” jelas perempuan asal Cirebon ini.

Dengan diadakannya kompetisi semacam itu, diharapkan kerukunan dan persatuan antar buruh migran bisa lebih terjalin. Dan menurut rencana, acara serupa juga akan diadakan di waktu mendatang.***

Tari “Babu” Memukau Penonton

Zando Aurelia

GUNA memperkenal kan adat dan budaya antar bangsa, Philindo

Association menggelar acara kompetisi tari dan menyanyi. Acara diadakan di Just dance Café, Minggu (1/6) lalu dan diikuti oleh puluhan organisasi buruh migran asal Indonesia dan Filipina.

Nampak dalam acara kompetisi tersebut, tim Sekar Bumi benar-benar menjadi perhatian penonton dan menjadi peserta lomba tari yang kebanjiran pujian. Pasalnya, tarian yang mereka suguhkan memang lain dari pada yang lain. Mereka memberi nama “tari babu”. Tarian ini mengisahkan aktifitas pekerja rumah tangga setiap hari. Dari mulai bangun tidur, bersih-bersih rumah, belanja sampai saat melayani sang majikan di rumah.

Atas karya kreatif tersebut, mereka berhak mendapatkan

Launching Sekar Bumi

Membangun Kesadaran Lewat Seni BudayaTugiyah

PERUBAHAN nasib buruh migran hanya bisa dilakukan jika kesadaran

akan perubahan tersebut menjadi sebuah kesadaran bersama di kalangan buruh migran itu sendiri.

Kesimpulan ini muncul dalam Orasi Budaya yang menjadi bagian dari acara launching Sekar Bumi di Hotung Secondary School, Minggu (25/5) lalu.

Mengambil tema “BMI, Nasionalisme dan Kebangkitan Budaya”, Sekar Bumi ingin memastikan kepada publik bahwa kesadaran kritis buruh migran terhadap hak dan peran mereka, juga bisa ditumbuhkan lewat aktivitas seni dan budaya.

Selain diisi dengan orasi budaya yang dibawakan oleh Koordinator Kesenian Sekar Bumi, Anggie Camat, yang juga Ketua Panitia Acara, acara Minggu itu juga diisi pembacaan puisi, cerpen, hip-hop, modern dance, teater, juga lagu-lagu perjuangan.

“Acara ini kami adakan untuk mengenalkan Sekar Bumi kepada umum,” jelas Anggie.

Tari tradisonal sendiri menampilkan tari Merak, Garuda Nuswantara, dan Jumpritan. Launching ini juga dihadiri para tamu undangan. Nugroho Y Aribhimo dari Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong tampak hadir memberikan sambutan. Selain itu, undangan dari Chinese University dan dari sektor swasta turut menghadirinya juga dari organisasi BMI sendiri.

Sekar Bumi juga menampilkan teater yang berjudul “Akhir D2”. Berkisah tentang suka duka BMI yang merantau ke Hong Kong. Persembahan teater ini dibawakan dengan apik. Beberapa penonton tampak menitikkan air mata.

Selain dari Sekar Bumi, acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan pertunjukan dari organisasi lain, antara lain CK Dancers, Pelangi Dancers, Terali, Forum Lingkar Pena (FLP), Singo Umboro, DIF dan sebagainya. ***

Page 3: JangkaR edisi 4

JANGKAR• 3

H o r i z o N

P e r s p e k t i F

Kenaikan BBM dan Nasib BMIRie Rie

Alaah sampeyan kuwi ora neng Indonesia, dadi ora terpengaruh karo kenaikan

BBM tho?”(Alaah kamu itu tidak di Indonesia, jadi ga’ terpengaruh dengan kenaikan BBM, khan?)

Pertanyaan yang lebih serupa pernyataan tersebut kerap meluncur dan tertuju kepada Buruh Migran Indonesia (BMI), juga kepada kita yang bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Hong Kong.

Keberadaan kita yang jauh dari negeri sendiri, tidak memungkinkan kita untuk melihat langsung dampak dari kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadikan kita terpojokkan karena kita hanya menerima laporan saja. “Lombok sekilo Rp. 13.500,- trus minyak goreng sekilo Rp. 17.000,- trus bensin seliter Rp. 6.500,-…” dan sebagainya, dan seterusnya yang intinya adanya kenaikan harga BBM maka semua kebutuhan otomatis melambung tinggi seperti balon gas

saja.Dan apakah benar kalau kenaikan

harga BBM tersebut tidak berdampak pada para BMI di Hongkong? Jawabnya, “Jelas Berdampak!” Keberadaan yang jauh bukan berarti lepas dari dampak kenaikan BBM tersebut. Nalarnya?

Bukan rahasia lagi, keberadaan BMI adalah untuk menyokong kebutuhan rumah tangga. Keluh kesah yang didengar dari keluarga di kampung menjadikan kita trenyuh dan mikir yang akhirnya berbuntut dengan pengiriman uang yang lebih besar dari biasanya. Pengiriman uang yang lebih ini diharapkan mampu sedikit menutupi harga barang-barang yang mabur tanpa suwiwi (terbang tanpa sayap) ini.

Nah, yang menjadi masalah adalah gaji kita di Hongkong ini tetap. Sampai saat ini gaji standar PRT asing di Hongkong adalah HK$ 3.480,- Walaupun demo telah digelar sejak Mei lalu demi menuntut kenaikan gaji karena dianggap perekonomian di Hong Kong sudah membaik, tetapi

tetap saja jatah gaji tak bergerak naik dari apa yang telah ditetapkan sejak 1 Juni 2007.

Memang, naiknya harga BBM juga berakibat naiknya nilai rupiah di Hong Kong. Ini artinya bila BMI menukar uangnya hasilnya akan lebih banyak dari biasanya. Tapi itu bukannya berita yang menggembirakan lha wong uang yang dikirimkan juga lebih banyak kok. Lagipula lha wong keluarga di rumah sengsara karena harga-harga yang mabur tanpa suwiwi itu, masak kita yang kerja di Hongkong ini ga’ ikut mikir?

Seandainya saja kenaikan harga BBM dibarengi dengan kenaikan gaji, kemungkinan untuk nggrundel mungkin berkurang. Dengan gaji yang tetap, pengeluaran yang naik, pikiran tentu saja separuhnya mikir orang rumah serta peraturan dan himpitan kerja, hal itu semakin menyesakkan rongga pikir para BMI saja.

Sepertinya kok lucu sekali kalau di negara penghasil minyak tetapi mempunyai harga minyak yang tinggi.

Adilkah itu? Bukankah bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah milik negara yang digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat seperti bunyi pasal 33 UUD’45 itu?

Adakah jalan keluar lain selain menaikkan harga BBM? Apakah ini bentuk ketidakberdayaan pemerintah dalam menanggulangi masalah?

Seandainya saja kenaikan harga BBM ini tidak diikuti oleh kenaikan harga-harga yang lain, mungkin keadaan bisa stabil. Paling-paling dari yang kemarin simbok bakul jamu atau si mas bakul siomay yang adalah (mungkin saja) emak dan suami dari salah satu atau dua atau tiga BMI di Hongkong ini, yang dulunya sewaktu jualan pakai sepeda motor, terus karena naiknya harga BBM jadi naik sepeda onthel. Yah, hitung-hitung olahraga dan upaya penghematan BBM sekaligus pengurangan pencemaran lingkungan. Lha tapi kalau harga kunir dan asem juga tepung naik juga, kapan dapat untungnya? Nunggu yang datang dari Hongkong saja? Kou meng ngoo…! ***

Potongan Agen Masih MenggilaRubi Setiadinanti

PENCABUTAN Surat Edaran KJRI No.2258 pada 17 Februari 2008 serta diberlakukannya

peraturan baru, ternyata tidak banyak mengubah nasib BMI.

Ini dibuktikan dengan masih banyaknya agen yang memungut biaya atau memotong gaji lebih dari ketentuan. Namun dalam kenyataannya masih banyak agen yang memungut biaya lebih dari 10 persen gaji BMI.

Kejadian ini juga dialami oleh teman saya, sebut saja namanya Samy. BMI asal desa Bendosari, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung.

Samy sebelumnya juga pernah bekerja selama 4 tahun di Hong Kong. Pada 2 April 2008, dia diputus kontrak oleh majikannya tanpa alasan jelas, dan langsung diantarkan pulang ke agen. Namun setelah beberapa saat majikannya pergi, seorang BMI mengatakan kepada Samy bahwa majikannya barusan mengambil pembantu baru dengan gaji underpay atau HK$2000 di agen itu. Samy kemudian baru menyadari alasan mengapa ia di-terminate.

tidak pernah dipromosikan untuk mendapatkan majikan, hingga visanya yang cuma dua minggu habis. Samy kemudian memutuskan mencari kerja di Macau .

Kasus serupa dialami Ana, BMI asal Karangkates, Malang. Ia sudah bekerja di majikan keduanya ini selama dua kali kontrak kerja. Kemudian kontrak ketiga sudah ia jalani selama satu tahun ini, ia mendapatkan cuti pulang ke Indonesia bulan Januari 2008 lalu.

Kesempatan pulang ini oleh Ana digunakan untuk menikah. Namun setelah dia kembali ke Hong Kong dan menjalani medical check-up, ia ternyata hamil. Akhirnya majikan Ana menyodorkan surat berisi pengunduran diri Ana karena hamil. Surat itu harus segera ditandatangani Ana. Setelah tanda tangan, surat tersebut langsung dikirim ke Imigrasi.

Tapi Ana yang sudah mengantongi tiket untuk pulang ke Indonesia, tiba tiba mengalami keguguran. Akhirnya ia berubah pikiran dan memutuskan untuk melanjutkan kontrak. Majikan pun menerima.

Namun karena surat pengunduran dirinya sudah sampai ke pihak Imigrasi dan ia tidak bisa serta

merta membatalkannya, akhirnya sang majikan punya inisiatif untuk memproses Ana dari awal kembali, setelah Ana pulang ke Indonesia.

Tapi masalahnya, proses itu harus melalui agen, karena untuk memproses kontrak mandiri begitu ribet dan sulit. Akhirnya terpaksa agen yang membantu memproseskan nya. Namun yang kemudian terjadi, Ana dikenai potongan gaji lagi selama lima bulan. Padahal tiket pulang dan pergi sudah dibelikan majikan.

Lalu yang jadi pertanyaan adalah, uang potongan gaji selama lima bulan itu untuk apa? Kalau alasannya untuk biaya penempatan dan latihan kerja, itu tidak masuk akal karena Ana sudah tidak perlu masuk PJTKI lagi. Karena Ana dan majikannya sudah sama-sama saling mengerti, apalagi selama lebih dari satu tahun dia bekerja di rumah majikannya dia tidak pernah membuat kesalahan. Sementara majikan Ana sendiri juga sudah membayar agen untuk memproseskannya.

Namun apa daya Ana tidak bisa berbuat banyak lagi karena visanya juga sudah habis. Ana pun akhirnya pulang ke Indonesia pada tanggal 18 April lalu dan harus menjalani proses dari awal kembali dengan masa potongan gaji selama lima bulan.***

Ternyata majikannya menginginkan pembantu dengan gaji lebih murah. Padahal Samy bekerja di majikan itu baru empat bulan, dan belum lunas potongan gaji untuk membayar agen.

Saya menyarankannya mencari majikan baru. Namun terlebih dulu ia mesti menanyakan ke agen berapa biaya yang harus ia bayar.

Jawabannya, lima bulan potongan gaji jika ia pulang ke Indonesia atau dua bulan potongan jika ia memilih pergi ke China atau Macau. Padahal ia sudah mengantongi tiket dari majikan.

Lalu saya sarankan ia mencari informasi ke agen lain. Namun ternyata hampir semua agen yang didatangi mengharuskan potongan gaji dalam jumlah besar, dan bahkan ada yang meminta potongan hingga tujuh bulan gaji seperti proses penempatan awal.

Saat ia mencoba mengatakan bahwa peraturan sekarang hanya memungut 10 persen dari gaji, agen berkelit. “Kamu kan terminate. Tahu nggak, terminate itu susah cari majikan, makanya biayanya juga mahal,” kata mereka.

Akhirnya Samy selama di agen

Page 4: JangkaR edisi 4

4 •JANGKAR

P u i s iB u r i t a N

Leondha

Bunda

Puri Hastomo

Batal Kawin Gara-gara BBMRuby Setiadinanti

pokok semua naik, semenjak harga BBM naik. Padahal setiap bulan aku sudah mengirimi mereka uang. Tapi selama ini uang yang aku jatahkan buat mereka kurang,” katanya.

“Lalu?” tanyaku.“Ya iya. Masalahnya gajiku tidak cukup. Kamu

tahu sendiri kan untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri saja terkadang masih kembang kempis. Dan selain itu gaji kita juga nggak naik-naik, padahal BBM saja sudah naik,” katanya nyerocos.

“Dan masalah satunya lagi, kamu tahu kan kalo bulan depan kontrak kerjaku habis. Maunya sih aku bekerja di majikan yang sama. Tapi kamu tahu nggak berapa biaya yang harus aku bayarkan untuk agen?” tanyanya.

“Emangnya berapa?” aku balik bertanya.“Dua ribu,” jawabnya singkat.“Hah… kok bisa?” teriak Komsatun yang sedari

tadi jadi pendengar setia.“Kan seharusnya kamu cuma bayar 10%

dari gaji kamu, seperti isi dalam draft kemarin?” cerocosnya.

“Iya sih, tapi majikanku keberatan. Soalnya dia juga membelikan tiket aku untuk pulang ke Indonesia dan balik lagi ke Hong Kong. Terus ditambah lagi harus bayar banyak ke agen. Makanya dia mintanya paruhan sama aku,” jelas Sarmila dengan wajah memelas.

“Lha itu kan sudah menjadi kewajiban para majikan untuk membayar segitu. Terus kamu tidak minta agen untuk menjelaskan hal itu ke majikanmu?” tanyaku.

“Agen nggak mau tahu, katanya semua terserah ke aku. Aku mau atau nggak bayar segitu,” ungkap Sarmila.

“Lalu kamu mau?” desak Komsatun.“Tidak. Aku sudah lapor ke KJRI tapi katanya

mereka tidak bisa menindaklanjuti, karena kurang adanya bukti,” jawabnya lagi.

“Wah payah nih…,” ucapku. Lalu aku terdiam sesaat. Namun Komsatun tiba-tiba nyeletuk.

“Sundari kamu kan punya teman yang bisa nulis di JangkaR, kamu minta tolong dong, supaya masalah ini ditulis dan diketahui semua orang.”

Mendengar ucapan Komsatun, aku cuma diam. Sebelum akhirnya aku menjentikkan jari telunjukku, sambil berucap, “Ide yang bagus.” Kulihat Sarmila juga tersenyum.

Namun belum usai senyum simpulnya, Sarmila dikagetkan oleh bunyi SMS masuk ke HP-nya. Setelah membaca SMS, kulihat mata Sarmila berkaca-kaca hendak menangis kembali. Karena terdorong rasa penasaran, segera kuserobot HP yang digenggam Sarmila, dan segera kubaca SMS yang berbunyi, “ Sarmila sygku, dng trpksa mas mmbrthukan bhw prnkhan kt ditnda. Krn sma hrg kbthn mhl.Jd tbngn mas msh krg & blm ckp.Love u”

Sarmila pun pingsan di tempat, meninggalkanku dalam keadaan linglung bersama Komsatun. ***

UDARA panas menyengat kulit, sepanas hatiku yang sedari subuh sudah diganggu oleh dering bunyi HP. Aku berjalan tergesa

sambil menyeret tangan Komsatun menuju depan seven eleven.

“Jangan keras-keras dong jalannya Sundari,” protes Komsatun. Maklum di jalan depan CSL dan warung Chandra selalu dipenuhi manusia berjubel bila hari Minggu tiba. Tapi aku tak peduli, masa bodoh dengan mereka. Keinginanku hanya satu, melabrak Sarmila, yang pagi-pagi sudah telpon aku hampir 100 kali. Padahal ini hari Minggu, hari di mana biasanya aku tidur molor sampai siang dan tidak seorang pun boleh mengganggu.

Majikanku pun tidak berani mengganggu. Tapi anehnya, si Sarmila berani-beraninya telpon aku dari pukul 5 sampai pukul 8 dan secara terus menerus tiada henti. Benar-benar menyebalkan.

Sesampainya di depan seven eleven, kepalaku celingukan ke kanan dan ke kiri mencari sosok Sarmila. Sementara Komsatun datang dengan nafas ngos-ngosan. Lalu dia berteriak sambil menunjuk, “Itu Sarmila!”, membuat semua orang yang berdiri di dekat Komsatun menoleh ke arahnya.

Aku terkejut dan kaget melihat keadaan Sarmila. Sungguh kawan, Sarmila benar-benar lain dari biasanya. Padahal sahabatku yang satu ini tidak pernah seperti itu. Dia selalu dandan rapi a la gadis metropolitan. Tapi kali ini, dia duduk ngelesot di depan seven eleven tanpa alas. Rambutnya acak-acakan dan mukanya pucat tanpa polesan make up, serta matanya sembab. Tiba-tiba rasa ibaku muncul. Perasaan mangkel dan jengkelku hilang berganti rasa penasaraan. “ Ada apakah dengan Sarmila,” batinku bergumam.

Dengan perlahan kudekati dia. “Mila…,” suaraku pelan. Kepalanya mendongak lalu berdiri dan menghambur ke pelukanku dengan tangis tersedu. Komsatun yang berdiri di sampingku hanya melongo, sebelum akhirnya dia berucap. “Emangnya kenapa sih, pake acara nangis segala kayak syuting sinetron saja,” ujarnya ngedumel, namun cukup jelas di telingaku. Sementara Sarmila yang juga mendengar ucapan itu segera ambil ancang-ancang hendak melabrak Komsatun. Aku yang mengetahui akan terjadi hal gawat segera bertindak.

“Sudah…jangan diladenin si Komsatun. Sesungguhnya ada apa sih?” tanyaku pelan.

“Aku pusing…pusing…pusing…,” teriaknya histeris lagi.

“Dasar cengeng!” bentak Komsatun lagi.“Hush…Atun…!” teriakku dengan nada

jengkel.Mata Sarmila yang sembab sudah melotot

ke arah Komsatun. Aku segera menarik tangan Sarmila supaya lebih mendekat ke aku.

“Iya, kamu pusing kenapa?” tanyaku lagi.“Keluargaku di rumah telpon aku terus menerus

minta kiriman uang. Katanya semua harga bahan

Cerita tentang Rakyat Kecil

Banyak cerita indah yang teringkas menjadi satu bait peristiwabanyak pula kepahitanmenjadi seutas tragedi Bunda...Kau hadirkan aku dalam duniamukau perkenalkan aku dengan sang api, air, udara, dan tanahkini mereka jadi balutan kehidupanku Bunda...Terima kasihku untukmu dengan sutra panjangmu ku tertidur lelap di pundakmutanpa lelah kau terus mengitari peredaran waktu Bunda...Ku hampiri waktu yang berjalan kau tiupkan masamu hingga aku tumbuh dewasahingga saatnya...kupersembahkan permata tuk menghiasi senyummu Semuanya kuberikan dengan ketulusanDengan rasa cinta dan kasih sayang

Kupandang jauh ke seberang,ratusan jiwa berjajar bak pindang bakar.Tetes keringat membasahi badan seakan tiada dirasakan.Walapun antrean begitu panjang,namun tetap setia menunggu giliran,hanya demi mendapat satu liter minyak tanah.Oh…sebegitu berharganya BBMGara-gara kau, banyak industri kecil gulung tikarribuan jiwa kelaparan karena dapur tidak bisa mengepul.Sementara kau yang disana, tersenyum menari-nari, penuh gelak tawa membahana.Dimanakah hatimu?Kau simpan dimana janji-janjimu dulu?Seperti inikah balasanmu pada rakyat kecil,yang menjadikanmu tersohor,terpandang sebagai pejabat.Sampai kapan kau siksa negeri ini?